pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme guru

120
PENGARUH SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP PROFESIONALISME GURU SMA AL-MUAWANAH CIANJUR SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Oleh ACHMAD MUHARAM NURJAMAN NIM 1030010109008 PROGRAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR 2013 M/1434 H

Upload: harry-d-fauzi

Post on 27-Dec-2015

753 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

Skripsi Ilmu Pendidikan, khususnya manajemen pendidikan, yang menjelaskan pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme guru

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

PENGARUH SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP PROFESIONALISME GURU

SMA AL-MUAWANAH CIANJUR

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh ACHMAD MUHARAM NURJAMAN

NIM 1030010109008

PROGRAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR 2013 M/1434 H

Page 2: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang

terkecil yaitu sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis.

Kelancaran proses seluruh kegiatan pendidikan terutama di sekolah, sepenuhnya

berada dalam tanggung jawab para guru. Guru adalah seorang pemimpin yang

harus mengatur, mengawasi dan mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran

di sekolah yang menjadi lingkup tanggung jawabnya dalam menghadapi tuntunan

situasi perkembangan zaman dan pembangunan nasional, sistem pendidikan

nasional harus dapat dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna dalam

berbagai aspek dimensi, jenjang dan tingkat pendidikan. Keadaan semacam itu

pada gilirannya akan menuntut para pelaksana dalam bidang pendidikan

diberbagai jenjang untuk mampu menjawab tuntutan tersebut melalui fungsi-

fungsinya sebagai guru.

Seorang guru yang mengajar karena panggilan jiwanya, ada misi untuk

mengantarkan mereka (anak didiknya) kepada kehidupan yang lebih baik secara

intelektual dan sosial bukan sekedar karena profesi gurulah pekerjaan yang paling

mudah didapatkan. Maka ia akan bisa mengalirkan energi kecerdasan,

kemanusiaan, kemuliaan, dan keislaman yang besar dalam dada setiap muridnya,

bahkan sesudah ia meninggal. Guru yang mengajar dengan mental seorang

pendakwah sekaligus pengasuh, bukan dengan mental tukang teriak untuk

Page 3: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

3

mendapat upah bulanan bernama gaji, akan mampu menyediakan cadangan energi

agar tetap lembut menghadapi murid yang membuat kening berkerut.

Guru selalu mendarma baktikan tenaga dan pikirannya demi kemajuan

pendidikan, dan mereka juga ikhlas dalam melakukannya. Guru juga tidak

menuntut balas jasa, karena pekerjaannya itu bukan bisnis yang harus ada

kalkulasi untung dan rugi. Tapi yang dituntut guru cuma satu, yakni keadilan akan

haknya sebagai warga negara, sebagai pegawai, dan sebagai pemangku profesi

yang sangat mulia dan berat sekali tanggung jawabnya.

Oleh karena itu dalam sejarah pendidikan, tentu seorang gurulah yang

paling awal muncul, baru kemudian murid dan infrastruktur lain yang terkait

dengan paradigma pengelolaannya. Setelah terciptanya pendidikan baru kemudian

berkembang kurikulum yang berkaitan dengan manajemen lembaga pendidikan,

seperti bangunan sekolah, kepala sekolah, karyawan, hingga sampai pada perdana

mentri pendidikan.

Sebuah reposisi guru sangat diperlukan karena perannya tidak lagi hanya

sebagai “pengabdi” pendidikan yang dicekoki rutinitas, tapi harus menjadi

“pendidik murni” yang mendapatkan kesempata-kesempatan yang luas untuk

mengembangkan sendiri pola pembelajarannya dan meningkatkan kualitas pribadi

sehingga bisa menghasilkan anak didik yang cerdas dan bermoral.

Dalam rangka turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, peranan guru

sangat penting sekali untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas

dan berakhlak mulia. Kita sadari, bahwa peran guru sampai saat ini masih eksis,

Page 4: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

4

sebab sampai kapanpun posisi atau peran guru tersebut tidak akan bisa digantikan

sekalipun dengan mesin sehebat apapun, mengapa? Karena, guru sebagai seorang

pendidik juga membina sikap mental yang menyangkut aspek-aspek manusiawi

dengan karakteristik yang beragam dalam arti berbeda antara satu siswa dengan

lainnya. Banyak pengorbanan yang telah diberikan oleh seorang guru semata-mata

ingin melihat anak didiknya bisa berhasil dan sukses kelak. Tetapi perjuangan

guru tersebut tidak berhenti sampai disitu, guru juga merasa masih perlu

meningkatkan kompetensinya agar benar-benar menjadi guru yang lebih baik dan

lebih profesional terutama dalam proses belajar mengajar sehari-hari.

Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh

guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini sangat

berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hakikat profesi guru merupakan

suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus

sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang

pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar

bidang kependidikan.

Namun, dibalik itu semua juga tersirat suatu dilema profesi ini dimana

seringkali guru tidak menerima penghargaan ataupun perlakuan yang sebanding

dengan apa yang telah dikorbankan. Sebagai seorang yang berprofesi sebagai

seorang guru apakah yang harus kita lakukan? Bagaimana pula sebaiknya kita

menyikapi hal ini dengan lebih arif dan bijaksana? Karangan ini hanyalah sebuah

tulisan, namun dengan tulisan ini, penulis bisa berharap dapat memberikan

masukan untuk merefleksikan kembali pilihan kita.

Page 5: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

5

Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya

membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka

pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini

bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang

lain, terlebih pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan multibudaya,

kehadiran teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup

kompleks dan unik.

Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang

maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara

berkesinambungan mereka dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Profesional artinya

dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan didukung oleh para petugas secara

profesional. Petugas yang profesional adalah petugas yang memiliki keahlian,

tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yanng

kuat. Untuk menguji kompetensi tersebut, pemerintah menerapkan sertifikasi bagi

guru khususnya guru dalam jabatan. Penilaian sertifikasi dilakukan secara

portofolio.

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang profesional

merupakan salah satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang

profesional akan sangat membantu proses pencapaian visi misi sekolah.

Mengingat strategisnya peran yang dimiliki oleh seorang guru, usaha-usaha untuk

mengenali dan mengembangkan profesionalisme guru menjadi sangat penting

untuk dilakukan.

Page 6: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

6

Sejak tahun 2005, isu mengenai profesionalisme guru gencar dibicarakan

di Indonesia. Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup

penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru.

Ketiga faktor tersebut merupakan latar yang disinyalir berkaitan erat dengan

kualitas pendidikan.

Menurut Barnawi & Mohammad Arifin (2012: 28) bahwa, “Guru

profesional yang dibuktikan dengan kompetensi yang dimilikinya akan

mendorong terwujudnya proses dan produk kinerja yang dapat menunjang

peningkatan kualitas pendidikan. Guru kompeten dapat dibuktikan dengan

perolehan sertifikasi guru berikut tunjangan profesi yang memadai menurut

ukuran Indonesia. Sekarang ini, terdapat sejumlah guru yang telah tersertifikasi,

akan tersertifikasi, telah memperoleh tunjangan profesi, dan akan memperoleh

tunjangan profesi. Fakta bahwa guru telah tersertifikasi merupakan dasar asumsi

yang kuat, bahwa guru telah memiliki kompetensi. Kompetensi guru tersebut

mencakup empat jenis, yaitu (1) kompetensi pedagogik (2) kompetensi

profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian”.

Dengan demikian, penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak harus

dimiliki setiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional seperti yang

disyaratkan Undang-undang Republik Indonesia no 14 tahun 2005 tentang guru

dan dosen. Berdasarkan paparan diatas, kompetensi kepribadian merupakan salah

satu kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tenaga profesional. Pengertian

kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantab, stabil,

dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak

Page 7: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

7

mulia (Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b)

Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah

memiliki kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka telah

tersertifikasi, tampaknya dalam jangka panjang sulit untuk dapat

dipertanggungjawabkan secara akademik. Bukti tersertifikasinya para guru adalah

kondisi sekarang, yang secara umum merupakan kualitas sumber daya guru sesaat

setelah sertifikasi. Oleh karena sertifikasi erat kaitannya dengan proses belajar,

maka sertifikasi tidak bisa diasumsikan mencerminkan kompetensi yang unggul

sepanjang hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya merupakan tonggak awal bagi guru

untuk selalu meningkatkan kompetensi dengan cara belajar sepanjang hayat.

Untuk memfasilitasi peningkatan kompetensi guru, diperlukan manajemen

pengembangan kompetensi guru. Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak

yang berkepentingan, karena peningkatan kompetensi guru merupakan indikator

peningkatan profesionalisme guru itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, penulis untuk membahasnya dalam bentuk

skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap

Profesionalisme Guru (Studi Kasus di SMA Al-Mu’awanah Cianjur)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasar kepada paparan dalam latar belakang masalah di atas,

permasalahan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

Page 8: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

8

1. Bagaimanakah keadaan sarana dan prasarana pendidikan serta

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur?

2. Apakah sarana dan prasarana pendidikan berpengaruh terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur?

3. Berapa besar pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

medeskripsikan hal-hal sebagai berikut.

1. Keadaan sarana dan prasarana pendidikan serta profesionalisme guru SMA

Al-Muawanah Cianjur.

2. Pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme guru

SMA Al-Muawanah Cianjur.

3. Besarnya pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat atau kegunaan bagi

berbagai pihak bagi penulis, lembaga pendidikan, serta SMA Al-Muawanah

Cianjur.

Page 9: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

9

1. Bagi Penulis

a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengelolaan

manajemen sekolah, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan

sarana dan prasarana pendidikan serta profesionalisme guru.

b. Untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Manajemen Pendidikan Islam.

2. Bagi SMA Al-Muawanah Cianjur

a. Sebagai bahan evaluasi dalam upaya pengembangan manajemen

sekolah.

b. Dapat memperkenalkan eksistensi SMA Al-Muawanah Cianjur di

masyarakat luas serta dapat digunakan sebagai masukan.

3. Bagi Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Suryakancana.

Sebagai tambahan referensi dan informasi, khususnya bagi akademisi

mengenai bentuk-bentuk aktivitas pengelolaan manajemen sekolah.

E. Kerangka Pemikiran

Salah satu aspek yang seyogyanya mendapat perhatian utama dari setiap

administrator pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan.

Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang

secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti:

gedung, ruang belajar/kelas, alat-alat/media pendidikan, meja, kursi dan

Page 10: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

10

sebagaianya. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang

secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti: halaman,

kebun/taman sekolah, jalan menuju ke sekolah.

Arikunto (1993:82) mengemukakan bahwa “sarana pendidikan merupakan

sarana penunjang bagi proses belajar mengajar”. Sedangkan menurut rumusan

Tim Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah ”semua

fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak

maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan

dengan lancar, teratur, efektif dan efesien”. Arti sarana sering kali disamakan

dengan kata fasilitas. Lebih luas fasilitas diartikan sebagai segala sesuatu yang

dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu usaha. Usaha ini dapat

berupa benda-benda maupun uang. Jadi, dalam hal ini fasilitas dapat disamakan

dengan sarana.

Secara mikro atau sempit maka kepala sekolah bertanggung jawab

masalah pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di tingkat satuan

pendidikan yang dikelolanya. Pengelolaan tersebut mengacu kepada langkah-

langkah sistematis yang meliputi (1) perencanaan, (2) pengadaan, (3)

inventarisasi, (4) penyimpanan, (5) penataan, (6) penggunaan, (7) pemeliharaan

dan, (8) penghapusan. Mengingat pentingnya keberadaan sarana dan prasarana

pendidikan tersebut, maka pengelolaannya memerlukan perhatian dan konsistensi

yang tinggi.

Page 11: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

11

Agar tujuan-tujuan manajemen perlengkapan bisa tercapai, ada beberapa

prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola perlengkapan di sekolah.

Prinsip-prinsip yang dimaksud tersebut menurut Bafadal (2003) adalah (1) prinsip

pencapaian tujuan, (2) prinsip efisiensi, (3) prinsip administratif, (4) prinsip

kejelasan tanggung jawab, dan (5) prinsip kekohesifan.

Sarana dan prasarana pendidikan yang baik dan layak, dapat memberikan

pengaruh terhadap berbagai situasi pelaksanaan pendidikan di tingkat satuan

pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan memberikan peran besar terhadap

kelangsungan proses pembelajaran, kualitas pembelajaran, motivasi guru dan

siswa, serta hasil akhir dari proses pembelajaran itu sendiri.

Salah satu unsur yang diduga dipengaruhi oleh keberadaan sarana dan

prasarana pendidikan di tingkat satuan pendidikan adalah profesionalisme guru.

Profesionalisme merupakan konsep yang mengacu kepada karakteristik. Di

tingkat sekolah, profesionalisme tersebut mengacu kepada sikap dan kinerja guru.

Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

memberikan batasan tentang profesionalisme guru dengan persyaratan bahwa

guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi

pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil

mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat

bersosialisasi dengan baik. Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan

jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang

pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang

diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus (4)

Page 12: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

12

mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan

tugas, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja-

nya, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berke-

lanjutan, (8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesi-

onalnya, dan (9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU

tentang Guru dan Dosen).

Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini memiliki paradigma sebagai

berikut.

Indikator yang digunakan pada variabel sarana dan prasarana pendidikan

adalah:

(1) prinsip pencapaian tujuan,

(2) prinsip efisiensi,

(3) prinsip administratif,

(4) prinsip kejelasan tanggung jawab, dan

(5) prinsip kekohesifan.

Sedangkan indikator yang digunakan pada variabel profesionalisme guru

adalah

(1) kompetensi pedagogik,

Sarana dan Prasarana

Pendidikan (X) Profesionalisme

Guru (Y)

Page 13: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

13

(2) kompetensi kepribadian,

(3) kompetensi sosial, dan

(4) kompetensi profesional.

F. Hipotesis

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bagian terdahulu,

hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Keberadaan sarana dan prasarana pendidikan serta profesionalisme guru

SMA Al-Muawanah Cianjur adalah baik.

2. Terdapat pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur.

3. Besar pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme

guru SMA Al-Muawanah Cianjur di atas 50%.

G. Metode Penelitian

Penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap

Profesionalisme Guru (Studi Kasus di SMA Al-Mu’awanah Cianjur)” ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif

survey. Singarimbun (2003:3) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Sementara itu, Sugiyono

(2004:11) mengemukakan bahwa menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini

termasuk ke dalam penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang

Page 14: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

14

mencari pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah (1) sarana dan prasarana pendidikan dan (2)

profesionalisme guru.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Al-Mu’awanah Jl. Taifur Yusuf No. 43

Cianjur dengan populasi seluruh guru SMA Al-Muawanah Cianjur yang

berjumlah 18 orang. Mengingat jumlah populasi tersebut sedikit, maka seluruh

populasi digunakan sebagai sampel penelitian, atau dengan menggunakan sampel

sensus.

Page 15: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

15

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Kajian Teoretis

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

a. Pengertian Sarana dan Prasarana

Manajemen Sarana dan prasarana pendidikan memiliki peran penting

dalam pencapaian tujuan pendidikan baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Perencanaan pengadaan, pemanfaatan dan pemeliraharaan sarana dan prasarana

pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen

pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan pada sekolah menengah tingkat atas

(SMA) merupakan suatu komponen yang menentukan terlaksananya kegiatan

belajar mengajar pada SMA bersamaan dengan komponen pendukung yang

lainnya.

Proses belajar mengajar dapat berlangsung jika ada pendidik, peserta

didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan yang mendukung. Semua faktor

merupakan sebuah siklus dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Pendidikan yang ideal sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu banyak

komponen pendidikan yang merupakan sebagai satu kesatuan sistem yang lengkap

dan terpadu untuk menggerakkan pembelajaran kepada manusia secara sempurna

Page 16: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

16

sehingga pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat berjalan

sebagaimana yang telah direncanakan. Salah satu komponen tersebut adalah

sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.

Lebih tegas lagi dalam pasal 42 bahwa “setiap satuan pendidikan wajib

memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,

buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan”.

Sedangkan pada ayat (2) menekankan bahwa setiap satuan pendidikan

wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan

pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang labora-

torium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan

jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi,

dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran

yang teratur dan berkelanjutan.

Penjelasan di atas sejalan dengan pandangan Mulyasa (2007:49)

menyatakan bahwa:

”Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran”. Adapun yang dimaksud prasarana pendidikan atau pengajaran dalam proses pembelajaran, seperti halaman sekolah, kebun sekolah, taman sekolah dan jalan menuju sekolah. Prasarana yang dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar di sekolah, seperti taman sekolah untuk pembelajaran biologi, halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan olah raga dan lain sebagainya.”

Page 17: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

17

Komponen-komponen sebagaimana yang disebutkan di atas merupakan

sarana pendidikan yang mutlak harus ada dan mempunyai standar, di samping

prasarana yang lainnya, sebagai penunjang dalam pembelajaran, hal ini, sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan Pasal 1 poin 8 yaitu :

”Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.”

Berdasarkan paparan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang

secara tidak langsung menunjang proses pendidikan di sekolah. Dalam pendidikan

misalnnya lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, ruang dan

sebagainya. Sedangkan sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan,

bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di

sekolah, seperti: ruang, buku, perpustakaan, labolatorium dan sebagainya.

b. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsi-

fungsi manajemen itu. G.R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah satu

proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasi-

an, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta men-

capai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya

Page 18: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

18

manusia dan sumber-sumber Lainnya. Jadi manajemen itu merupakan suatu

proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan Ada kaitan yang erat antara

organisasi, administrasi dan manajemen. Administrasi dan manajemen tidak dapat

dipisahkan dan harus merupakan suatu kesatuan, hanya saja kegiatannya yang

dapat dibedakan sesuai dengan perbedaan kedua wawasan. Administrasi lebih

sempit dari manajemen, dalam administrasi tercakup dalam manajemen. Secara

spesifik administrasi merupakan satu bidang dari manajemen sebab manajemen

terdiri dari enam bidang, yakni production, marketing, financial, personal, human

relation dan administrative management.

Sergiovani (1987) mengemukakan bahwa manajemen merupakan proses

pendayagunaan semua sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Pendayagunaan melalui tahapan proses yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan disebut manajemen. Hal yang

sama juga berlaku bagi manajemen sarana dan prasarana pendidikan.

Dalam ruang lingkup manajemen sekolah, manajemen sarana dan

prasarana pendidikan merupakan salah satu bagian yang mutlak harus ada dalam

sistem pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan menegaskan bahwa keberlangsungan pendidikan di

Indonesia untuk mencapai standar nasional pendidikan harus dapat memenuhi

seluruh aspek dari 8 standar nasional pendidikan. Kedelapan standar tersebut

meliputi (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4)

standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6)

standar pengelolaan pendidikan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian

Page 19: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

19

pendidikan. Berdasar kepada peraturan tersebut jelaslah bahwa keberadaan sarana

dan prasarana pendidikan merupakan salah satu aspek yang tidak boleh diabaikan.

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami maksud sarana dan

prasarana pendidikan, pendapat Mulyasa (2007:49) yang menyatakan bahwa

”sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya dalam proses

belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan

media pengajaran”, perlu dipahami secara mendalam.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Murniati (2008:71) bahwa

”manajemen merupakan kegiatan mengatur berbagai sumber daya, baik manusia

maupun material, dalam rangka melakukan berbagai kegiatan suatu organisasi

untuk mencapai tujuan secara optimal”

Manajemen sarana dan prasarana dengan ruang lingkup pembahasannya

yaitu melakukan perencanaan terhadap kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,

inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan, dan pengawasan, untuk dapat

memahami manajemen dengan baik dan benar, sebelumnya diperlukan adanya

persamaan persepsi tentang pengertian manajemen sarana dan prasarana, fungsi

manajemen sarana dan prasarana, proses manajemen sarana dan prasarana.

Rohiat (2009:26) menyatakan bahwa:

”Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan segala peralatan/ material bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Manajemen sarana dan prasarana dibutuhkan untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, baik secara langsung maupun

Page 20: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

20

tidak langsung. Manajemen sarana dan prasarana merupakan keseluruhan proses peren‐canaan pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat dicapai dengan efektif dan efesien. Kegiatan manajemen sarana dan prasarana meliputi (1) perencanaan kebutuhan, (2) pengadaan, (3) penyimpanan, (4) penginventarisasian, (5) pemeliharaan, dan (6) penghapusan sarana dan prasarana pendidikan.”

Menurut Soebagio, M. S. (2001), manajemen sarana dan prasarana

merupakan proses kegiatan perencanaan, pengorganisassian, pengadaan,

pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian logistik atau perlengkapan.

Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen

sarana dan prasarana pendidikan adalah semua komponen yang sacara langsung

maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai

tujuan dalam pendidikan itu sendiri.

c. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Untuk mengatur dan mempersiapkan segala peralatan dan material yang dibu‐

tuhkan sebagai penunjang demi lancarnya proses kegiatan belajar mengajar di sekolah/

madrasah perlu adanya sumber daya manusia yang mempunyai kapasitas tentang itu.

Pengalaman yang dimiliki seseorang baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun

dalam keahlian (SDM) akan berpengaruh besar dalam melakukan perencanaan

kebutuhan, pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan. Ilmu manajemen mengupas

tentang usaha‐usaha manusia dalam memamfaatkan semua potensi yang ada secara

optimal guna mencapai tujuan yang diharapkan, demikian pula dalam bidang pendidikan

pada tingkat madrash Ibtidaiyah guna mencapai tujuan lembaga pendidikan tersebut

perlu ditetapkan praktek‐praktek manajemen.

Page 21: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

21

Dubrin dalam Rasima (2007:11) menegaskan bahwa “sumber daya yang

dimaksudkan dalam manajemen dapat dibagi ke dalam empat bentuk yaitu:

(a) Human Resourse, adalah manusia yang diperlukan untuk menjalan-kan pekerjaan.

(b) Finansial resourse, merupakan uang yang dipergunakan manajer dan organisasi untuk meembiayai pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi;

(c) Physical Resourse, merupakan barang dan bangunan termasuk bahan baku, ruang kantor, fasilitas produksi, dan peralatan kantor yang dipergunakan untuk beroperasinya suatu organisasi;

(d) Informasional resourse, merupakan data yang dipergunakan manajer dan organisasi sebagai dasar pertimbangan untuk menjalankan pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi.

Kemampuan manajerial kepala sekolah dalam mengoperasionalkan, meng-

gerakkan sumberdaya manusia secara maksimal dan mendayagunakan sarana dan

prasarana secara efektif, kesemuanya itu adalah sebagai faktor penunjang dalam

meningkatkan kualitas keluaran pendidikan. Atmodiwirio (2005:161) menyatakan

bahwa: “kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat

untuk menduduki jabatan struktural (kepala Sekolah). Ia adalah pejabat yang

ditugaskan untuk mengelola sekolah”.

Semakin kompleknya kebutuhan dalam menyelenggarakan pendidikan,

semakin besar akan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan, semakin majunya

pengetahuan maka semakin sistematis penataan dan pendekatan yang diperlukan.

Oleh karena itu, kepala sekolah harus menjadikan kebutuhan terhadap penerapan

manajemen dan menjalankan fungsi-fungsinya dalam bidang pendidikan.

Lebih lanjut, Suryobroto (2005:115) berpendapat bahwa: ”pada garis

besarnya manajemen sarana dan prasarana meliputi lima hal yakni: a) penentuan

Page 22: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

22

kebutuhan, b) proses pengadaan, c) pemakaian, d) pengurus dan pencatatan, e)

pertanggungjawaban.

Dalam hal ini Bafadal (2008:27) menawarkan beberapa kriteria perencana-

an pengadaan perlengkapan sekolah sebagai berikut.

a) Perencanaan perlengkapan sekolah itu merupakan proses menetapkan dan memikirkan.

b) Objek pikir dalam perencanaan perlengkapan sekolah adalah upaya memenuhi sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan sekolah.

c) Tujuan perencanaan perlengkapan sekolah harus memenuhi prinsip-prinsip: (1) Perencanaan perlengkapan sekolah harus betul-betul merupakan

proses intelektual; (2) Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi

komprehensif mengenai masyarakat sekolah dan kemungkinan pertumbuhannya serta prediksi populasi sekolah.

(3) Perencanaan perlengkapan sekolah harus realitis, sesuai dengan kenyataan anggaran.

(4) Visualisasi hasil perencanaan perlengkapan sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya.

Kriteria di atas perlu ditaati, di samping itu ada beberapa langkah pe-

rencanaan, pengadaan, perlengkapan yang perlu di perhatikan. Lebih lanjut

Bafadal (2008:29), berpendapat bahwa ada beberapa langkah perencanaan

pengadaan perlengkapan pendidikan disekolah, yaitu sebagai berikut:

a) Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan setiap unit kerja sekolah dan atau menginvestasikan kekurangan perlengkapan sekolah.

b) Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk peiode tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu tahun ajaran.

c) Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang telah tersedia sebelumnya. Dalam rangka itu, perencana atau panitia pengadaan mencari informasi tentang perlengkapan yang telah dimiliki oleh sekolah. salah satu cara adalah dengan jalan membaca buku inventaris atau buku induk barang, Berdasarkan panduan tersebut lalu disusun rencana

Page 23: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

23

kebutuhan perlengkapan, yaitu membuat daftar semua perlengkapan yang dibutuhkan disekolah.

d) Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang telah tersedia. Apabila dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan kebutuhan ini maka perlu dilakukan seleksi terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan, dengan melihat urgensi setiap perlengkapan tersebut. semua perlengkapan yang urgen segera didaftar.

e) Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan dengan dana atau anggaran yang ada. Apabila ternyata masih melebihi dari anggaran yang tersedia perlu dilakukan seleksi lagi dengan cara membuat skala peioritas.

f) Penetapan rencana pengadaan akhir.

Sucipto, Basuki Mukti (2004) berpendapat bahwa tidak dapat kita

pisahkan antara kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan sarana dan prasarana

guna menyukseskan pendidikan di sekolah. Maka hal utama yang harus dilakukan

dalam pengelolaan perlengkapan sekolah adalah pengadaan sarana dan prasarana.

Aktivitas pertama dalam manajemen sarana prasarana pendidikan adalah

pengadaan sarana prasarana pendidikan. Pengadaan perlengkapan pendidikan

biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan

pendidikan di suatu sekolah menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, di

hapuskan, atau sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga

memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap

tahun dan anggaran mendatang.

Kebutuhan akan sarana dan prasarana di sekolah haruslah direncanakan.

Sebagai manajer pendidikan, kepala sekolah haruslah mempunyai proyeksi

kebutuhan sarana dan prasarana untuk jangka panjang, jangka menengah, jangka

pendek. Proyeksi kebutuhan akan sarana dan prasana sekolah dibuat dengan

Page 24: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

24

mempertimbangkan dua aspek, ialah kebutuhan aspek pendidikan di satu pihak

dan kemampuan sekolah di pihak lain.

Setelah rencana pengadaan sarana dan prasarana dibuat langkah berikut-

nya yakni pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Pengadaan sarana dan prasrana ini, bisa dilakukan dengan pembelian, meminta

sumbangan, pengajuan bantuan ke pemerintah (untuk sekolah-sekolah negeri) dan

pengajuan kepihak yayasan (untuk sekolah-sekolah swasta), pengajauan ke komite

sekolah (dewan sekolah), tukar menukar dengan sekolah lain dan menyewa.

Tim yang ditunjuk untuk melakukan pengadaan sarana dan prasarana

sekolah hendaknya membuat daftar ceklis tentang berbagai jenis sarana dan

prasarana yang akan diadakan, semua spesifikasi teknis, standar kualitas akan

mudah direalisasi dan dikontrol. Oleh karena itu, agar spesifikasi teknis, standar

kualitas dan utilitas sarana dan prasarana yang proses pengadaannya dengan

meminta sumbangan atau bantuan dari pemerintah tidak mengalami deviasi, perlu

dibuat proposal yang jelas.

Sebelum proposal diselesaikan, tim yang ditunjuk oleh sekolah melakukan

survey baik terhadap harga, merek dan kualifikasi barang yang dibutuhkan

sebagai kajian banding atas berbagai jenis barang dengan merk dan spesifikasi

teknisnya, sehingga jenis barang yang akan diminta dapat diketahui kelebihan dan

kekurangannya (standar kualitasnya). Kemampuan sekolah sangat menentukan

dalam merumuskan kebutuhannya sendiri (termasuk di dalamnya sarana dan

prasarana sekolah), dengan memenuhi aspek utilitas dan memenuhi syarat standar

kualitas.

Page 25: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

25

d. Pemanfaatan Sarana dan Prasraana Pendidikan

Manajemen aset sekolah merupakan upaya untuk mengelola sarana-

prasarana sekolah agar nilai gunanya tidak merosot. Kata ”pemanfaatan” adalah

serangkaian kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan secara rutin

maupun berkala, jadi anjuran untuk memanfaatkan sarana dan prasarana

pendidikan dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1993 tentang

Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah menegaskan bahwa ”guru wajib

mengunakan perangkat atau sarana pendidikan seperti laboratorium untuk

kegiatan proses belajar mengajar dan dibarengi dengan peningkatan frekuensi

penggunaan secara maksimal”. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut

menggunakankan sarana pendidikan merupakan kewajiban.

Bafadal (2008:42) menawarkan bahwa ”ada tiga hal pokok yang perlu

dilakukan oleh personal sekolah yang akan memakai perlengkapan di sekolah,

yaitu: (a) memahami petunjuk penggunaan perlengkapan pendidikan, (b) menata

perlengkapan pendidikan, (c) memelihara, baik secara kontinyu maupun berkala

terhadap perlengkapan pendidikan.

e. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Aset sekolah, baik gedung, dan lingkungannya merupakan wahana belajar

yang perlu diperlakukan sebagai “amanah” yang perlu dikelola dengan baik.

Manajemen sekolah sepenuhnya bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan

pemeliharaan baik dalam bentuk perumusan, rincian pekerjaan, tugas serta

kegiatan adalah berdasarkan pada hirarkis organisasi, orang-orang yang memiliki

Page 26: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

26

kesanggupan dan kemampuan melaksanakannya sebagai prasyarat bagi tercipta-

nya kerjasama yang harmonis dan optimal untuk mencapai tujuan secara efektif

dan efisien.

Kelancaran operasional pemeliharaan dilakukan sesuai dengan prosedur

yang sudah ditetapkan dan dibutuhkan organisasi pelaksana dengan ketentuan:

a) Seluruh personil mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang

jelas dan terukur.

b) Seluruh personil merupakan bagian dari manajemen sekolah, komite sekolah,

wali murid dan masyarakat sekitarnya yang dianggap memiliki kepedulian

dan pengalaman serta memahami permasalahan dibidang bangunan gedung

beserta sarana penunjangnya.

c) Seluruh personil tersebut siap untuk mengabdikan tenaga, waktu dan pikiran

demi tujuan dalam menjaga, memelihara dan merawat gedung sekolah.

Secara makro manajemen aset ini menyangkut kegiatan inventarisasi atau

penyusunan data-base sarana-prasarana sekolah, penyusunan program peme-

liharaan, perawatan, perbaikan dan pembangunan (kembali) gedung sekolah,

perangkat dan lingkungannya. Secara mikro, manajemen aset sekolah di tingkat

sekolah sendiri menyangkut upaya pemeliharaan dan perawatan kecil yang

dilakukan oleh warga sekolah sendiri (siswa, guru, penjaga, komite sekolah,

masyarakat sekitar).

Pemeliharaan perlengkapan sekolah, seperti perabot dan peralatan kantor,

serta pengajaran dilakukan pemeliharaan secara kontinyu dan berkala agar selalu

Page 27: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

27

dalam keadaan siap pakai. Sarana dan Prasarana sekolah yang difokuskan untuk

didata dan dilakukan kegiatan pemeliharaannya terutama: ruang kelas, ruang guru,

ruang pimpinan, perpustakaan, laboratorium (IPA), ruang UKS, tempat ibadah,

jamban (KM/WC), gudang, ruang sirkulasi dan tempat bermain/olah raga.

Tujuan kegiatan pemeliharaan Sarana dan Prasarana adalah: (a) untuk

memelihara prasarana secara berkelanjutan; (b) adanya jaminan terhadap kualitas

prasarana; (c) adanya keuntungan yang berkelanjutan dari hasil pemanfaatan

prasarana.

Dengan kata lain, pemeliharaan Sarana-Prasarana sekolah dan lingkungan-

nya dimaksudkan untuk: (a) Untuk mengoptimalkan pemakaian dan umur

bangunan, jika dilihat dari faktor ekonomis bahwa memelihara adalah untuk

mencapai efisiensi penggunaan anggaran perawatan. (b) menjamin kesiapan

operasional penggunaan gedung dan penunjangnya, sehingga kegiatan yang

dilakukan dapat optimal. (c) menjamin keandalan bangunan melalui kegiatan

pengecekan secara rutin dan teratur. (d) menjamin keselamatan orang atau siswa

yang menggunakan gedung beserta sarana penunjangnya.

Beberapa tindakan awal yang perlu dilakukan ialah sebagai berikut.

a. Membangkitkan rasa memiliki sekolah kepada seluruh siswa.

b. Membina siswa untuk disiplin dengan cara yang efektif dan di terima oleh

semua siswa.

c. Memupuk rasa tanggung jawab kepada siswa untuk menjaga dan memelihara

keutuhan dari sarana dan prasarana gedung sekolah yang ada. Siswa

Page 28: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

28

dilibatkan dalam hal kegiatan positif yaitu: (1) Regu piket harian (2) Kegiatan

Jumat bersih (3) Lomba kebersihan kelas setahun (atau enam bulan) sekali.

d. Sarana dan prasarana gedung sekolah disiapkan secara prima sehingga tidak

mudah rusak jika digunakan secara benar.

e. Memberikan arahan/pengaruh yang dapat menyebabkan guru dan kepala

sekolah tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersama-

bersama melakukan upaya pemeliharaan.

f. Melakukan pembinaan dan kerjasama dengan masyarakat di luar sekolah.

f. Prinsip-prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Agar tujuan-tujuan manajemen perlengkapan bisa tercapai ada beberapa

prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola perlengkapan di sekolah,

prinsip-prinsip yang dimaksud tersebut menurut Bafadal (2003) adalah sebagai

berikut.

1) Prinsip Pencapaian Tujuan

Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan di

sekolah diterapkan dengan maksud agar semua fasilitas sekolah dalam

keadaan kondisi siap pakai. Oleh sebab itu, manajemen sarana dan

prasarana pendidikan dapat di katakan berhasil bilamana fasilitas sekolah

itu selalu siap pakai setiap saat, apabila akan didayagunakan oleh personel

sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses pembelajaran di sekolah.

Page 29: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

29

2) Prinsip Efisiensi

Dengan prinsip efisiensi semua kegiatan pengadaan sarana dan

prasarana sekolah di lakukan dengan perencanaan yang hati, sehingga bisa

memperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan harga yang relatif

murah. Dengan prinsip efisiensi berarti bahwa pemakaian semua fasilitas

sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat

mengurangi pemborosan. Maka perlengkapan sekolah hendaknya di-

lengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya.

Petunjuk teknis tersebut di komunikasikan kepada semua personil sekolah

yang diperkirakan akan menggunakannya. Selanjutnya, bilamana

dipandang perlu, di lakukan pembinaan terhadap semua personel.

3) Prinsip Administratif

Di Indonesia terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan

yang berkenaan dengan sarana dan prasarana pendidikan, sebagai contoh

adalah peraturan tentang inventarisasi dan penghapusan perlengkapan

milik negara. Dengan prinsip administratif berarti semua perilaku penge-

lolaan perlengkapan pendidikan di sekolah itu hendaknya selalu memper-

hatikan undang-undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang telah

diberlakukan oleh pemerintah. Sebagai upaya penerapannya, setiap

penanggung jawab pengelolaan perlengkapan pendidikan hendaknya me-

mahami semua peraturan perundang-undangan tersebut dan menginfor-

masikan kepada semua personel sekolah yang diperkirakan akan ber-

partisipasi dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan.

Page 30: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

30

4) Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab

Di Indonesia tidak sedikit adanya kelembagaan pendidikan yang

sangat besar dan maju. Oleh karena besar, sarana dan prasarananya sangat

banyak sehingga manajemennya melibatkan banyak orang. Bilamana hal

itu terjadi, maka perlu adanya pengorganisasian kerja pengelolaan

perlengkapan pendidikan. Dalam pengorganisasiannya, semua tugas dan

tanggung jawab semua orang yang terlibat itu perlu di deskripsikan dengan

jelas.

5) Prinsip Kekohesifan

Dengan prinsip kekohesifan berarti manajemen perlengkapan

pendidikan di sekolah hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja

sekolah yang sangat kompak. Oleh karena itu, walaupun semua orang yang

terlibat dalam pengelolaan perlengkapan itu telah memiliki tugas dan

tanggung jawab masing-masing, namun antara satu dengan yang lainnya

harus selalu bekerja sama dengan baik.

2. Profesionalisme Guru

a. Pengertian Profesionalisme

Dalam konteks profesionalisme terdapat tiga istilah yang dibahas, yakni

profesi, profesional, dan profesionalisme.

Page 31: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

31

1) Profesi

Profesi adalah riwayat pekerjaan, pekerjaan (tetap), pencaharian pekerjaan

yang merupakan sumber penghidupan. Soejipto dan Raflis Kosasih

mengutip pendapat Ornnstein dan Levine menyatakan bahwa profesi

adalah jabatan, dia menulis beberapa tentang pengertian profesi yaitu (1)

melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang

hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan); (2) memerlukan bidang dan

keterampilan tertentu di luar jangkauan khayalak ramai (tidak setiap orang

dapat melakukannya); (3) memerlukan perhatian khusus dengan waktu

yang panjang.

Kata profesi dapat diketahui dari tiga sumber makna, yaitu makna

etimology, makna terminology, dan makna sociology. Secara etimologi,

profesi berasal dari istilah bahasa Inggris profession atau bahasa Latin

profecus, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau

ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Secara terminology, profesi

dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan

tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan

pekerjaan manual. Kemampuan mental di sini menurut Sudarwan Danim

(2002:21) adalah: “adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai

instrument untuk melakukan perbuatan praktis.” Merujuk pada definisi ini,

pekerjaan-pekerjaan yang menuntut keterampilan manual atau fisikal,

meskipun levelnya tinggi, tidak digolongkan dalam profesi. Secara

sosiologi dikemukakan Carr-Saunders dalam Peter Jarvis (1992:21)

Page 32: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

32

bahwa: “profession may perhaps be defined as an accupation bessed upon

specialized intellectual study and training. The purpose of wich is to

supply skilled service or advice to other for definite fee or salary.”

Sedangkan Cogan (1953) dalam Peter Jarvis (1992:21) memberikan

batasan “… that a profession is vacation of some practice is founded upon

an understanding of teoritical structure of some depertemen of learning or

science.” Menurut Makmun (1996:47) “profesi menunjukkan suatu

kepercayaan (to profess mean to trust), bahkan suatu keyakinan (to belief

in) atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang, dan

menunjukkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a particular

business).”

2) Profesional

Profesional adalah tindakan melakukan pekerjaan yang sudah dikuasai

atau telah dibandingkan baik secara konsepsional secara teknik atau

latihan. Menurut S. Prayudi A, (1979), istilah profesional dapat diartikan

pula sebagai: “usaha untuk menjalankan salah satu profesi berdasarkan

keahlian dan keterampilan yang dimiliki seseorang dan berdasarkan

profesi itulah seseorang mendapatkan suatu imbalan pembayaran berdasar-

kan standar profesinya.”

3) Profesionalisme

Istilah profesionalisme diangkat dari bahasa Inggris professionalism yang

secara leksikal berarti “sifat professional” (Sudarwan Danim, 2002:23).

Page 33: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

33

Pandji Anoraga & Sri Suyati (1995:85) menyatakan “profesionalisme

merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau rangkaian kualitas yang

menandai atau melukiskan coraknya suatu profesi.” Profesinalisme

mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan

atau sebagai sumber kehidupan.

Menurut Arifin (2002:78), professionalisme mengandung arti yang sama

dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang

diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Profesionalisme berarti

suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam

pekerjaan tertentu yang keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan

khusus atau latihan. Sedangkan Ahmad Tafsir (2004:16) mengatakan

profesionalisme ialah faham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan

harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang profesional

adalah orang yang memiliki profesi, sedangkan profesi itu harus

mengandung keahlian artinya suatu program itu mesti dilandasi oleh suatu

keahlian khusus untuk profesi.

Profesionalisme berasal dari istilah professional yang dasar katanya adalah

profesi (profession). Makmun (1996:48) mengemukakan bahwa profesional

berarti persyaratan yang memadai sebagai suatu profesi. Selain itu menurut Tilaar

(1999) istilah profesional mengandung makna: (1) sesuatu yang bersangkutan

dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (3)

mengharuskan adanya pembayaran untuk melaku-kannya (lawan amatir). Menurut

Dedi Supriyadi (1998:95) dan Sudarwan Danim (2002:22), kata professional

Page 34: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

34

merujuk pada dua hal: Pertama, adalah orang yang menyandang sutau profesi,

orang yang biasanya melakukan pekerjaan secara otonom dan dia mengabdi diri

pada pada pengguna jasa disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan

profesionalnya, atau penampilan seseorang yang sesuai dengan ketentuan profesi.

Kedua, adalah kierja atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan

yang sesuai dengan profesinya. Pada tingkat tinggi, kinerja itu dimuati unsur-

unsur kiat atau seni (art) yang menjadi ciri tampilan professional seorang

penyandang profesi.

Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain ialah seperangkat fungsi dan

tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui

pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni bidang

profesinya selama hidupnya. Mereka itu adalah para guru yang profesional yang

memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga

pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa profesionalisme

merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut didalam

pengetahuan dan teknologi dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai

kegiatan yang bermanfaat.

Mengingat pentingnya profesionalisme, dalam Hadits Shahih Al-Jamius

Shahih Bukhari Muslim dikemukakan bahwa:

Artinya “Sesungguhnya Allah tidaklah menahan ilmu dari manusia, tetapi dia akan menahan ilmu dengan ditahannya (diambilnya) para ulama, sehingga jika sudah tidak ada lagi seorang alim ahli maka manusia selalu mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pemimpin mereka.

Page 35: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

35

Maka bertanyalah orang-orang, lalu dijawablah dengan tanpa ilmu, maka sesatlah mereka dan menyesatkan”. (HR. Bukhari, Muslim).

Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwasanya seorang pemimpin

haruslah orang yang mempunyai keahlian oleh karena itu dianjurkan untuk

menguasai ilmu pengetahuan agar rakyatnya atau umatnya tidak tertindas dan

mampu membawa mereka ke jalan yang lebih baik demikan juga dengan umatnya

untuk menuntut ilmu sebagai bekal ilmu pengetahuan dan penerus sebagai

pemimpin yang profesional. Guru adalah seorang pemimpin. Bahkan, lebih dari

itu, guru memiliki peran yang sangat sentral dalam membentuk pribadi-pribadi

pemimpin.

Akhirnya penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengertian

profesionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dilakukannya berbagai

kegiatan kerja tertentu dalam kehidupan masyarakat dengan berbekal keahlian

yang tinggi dan berdasarkan pada rasa keterpanggilan jiwa dengan semangat

untuk melakukan pengabdian memberikan bantuan layanan pada sesama manusia

b. Karakteristik Profesi

Uraian tentang profesi, professional, profesionalisme, dan profesionalisasi

yang dikemukakan di atas sebenarnya sudah memberikan gambaran dan

penjelasan secara nyata tentang sifat-sifat khas atau karakteristik dari sebuah

profesi. Telaahan tentang karakteristik profesi telah banyak dilakukan para pakar

yang meminatinya, namun menurut Makmun (1996:48) “tidak ada kesimpulan

hasil kajian para pakar tersebut mengenai perangkat karakteristik keprofesian.”

Page 36: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

36

Ornstein & Levine dalam Soetjipto dan Raflis Kosasi (1999:15) menyata-

kan bahwa profesi itu adalah jabatan yang memiliki beberapa karakteristik.

Ornstein & Levine mengemukakan paling sedikit ada 14 karakteristik sebuah

profesi seperti yang diuraikannya di bawah ini

a) Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan).

b) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya).

c) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktik (teori baru dikembangkan dari hasil penelitian).

d) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

e) Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mem-punyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persya-ratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendu-dukinya).

f) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur oleh orang luar).

g) Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang ber-hubungan dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku.

h) Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan.

i) Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya; relative bebas dari supervisi dalam jaba-tan (misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk mendapat klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter itu sendiri).

j) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

k) Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elite’ untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggo-tanya (keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan dihargai oleh organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bukan oleh Departemen Kesehatan).

l) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

Page 37: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

37

m) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan diri setiap anggotanya (anggota masyarakat selalu menyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien yang dilayaninya).

n) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan lainnya).

Tidak berbeda jauh dengan ciri-ciri tersebut di atas, Sanusi et.al (1991)

mengemukakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut:

1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (crusial).

2. Jabatan yang menentukan keterampilan/keahlian tertentu.

3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.

5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.

6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai professional itu sendiri.

7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.

8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

9. Dalam praktiknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang luar.

10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Oteng Sutisna (1993:303) yang mengutif pendapat More (1970) me-

nyebutkan ciri-ciri profesi adalah sebagai berikut:

1. Seorang professional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya.

2. Terikat oleh suatu panggilan hidup dan dalam hal ini memperlakukan pekerjaannya sebagai perangkat norma kepatuhan dan perilaku.

3. Anggota organisasi professional yang formal.

Page 38: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

38

4. Menguasai pengetahuan yang berguna dan keterampilan atas dasar latihan spesialisasi atau pendidikan yang sangat khusus.

5. Terikat oleh syarat-syarat kompetensi, kesadaran prestasi, dan pengabdian.

6. Memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi sekali.

Sementara Volmer & Mills dalam Abin Syamsuddin (1996:47) mengaju-

kan unsur-unsur essensial profesi adalah ”Suatu dasar teori sistematis, adanya

kewenangan yang diakui oleh klien; sanksi dan pengakuan masyarakat atas

kewenangan ini, adanya kode etik yang mengatur hubungan-hubungan dari orang-

orang professional dengan klien dan teman sejawat, dan adanya kebudayaan

profesi atau nilai-nilai, norma, dan lambang-lambang”.

c. Profesionalisme Guru

Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih,

dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa

aman, nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa

dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa

berat diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan

keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya.

Menyadari hal itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional

sangat diperlukan.

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang

bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan jati

diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada

pembangunan pendidikan selama beberapa puluh tahun terakhir telah berdampak

Page 39: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

39

buruk yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara (Asrorun Ni’am

Sholeh, 2006:. 9).

Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikan saat ini,

penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaan guru profesioanal.

Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi

guru harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dengan

melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap anak didik baik dari segi

intelektual maupun kompetensi lainnya yang akan menunjang perbaikan dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta mampu mendatangkan prestasi

belajar yang baik.

Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam

bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengemukakan bahwa

guru dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar

melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk

pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan

belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan

pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung

jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab tersebut

membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjdi bagian

integral dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang para guru.

Menanggapi kondisi tersebut, Muhibbin Syah (2007: 250) mengutip pendapat

Gagne bahwa setiap guru berfungsi sebagai:

a) Designer of intruction (perancang pengajaran)

Page 40: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

40

b) Manager of intruction (pengelola pengajaran).

c) Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).

Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesionalisme dunia

pendidikan, Suciptoardi memaparkan bahwa guru diharapkan melaksanakan tugas

kependidikan yang tidak semua orang dapat melakukannya, artinya hanya mereka

yang memang khusus telah bersekolah untuk menjadi guru, yang dapat menjadi

guru profesional.

Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan dan

menggambarkan profil seorang guru profesional. Suciptoardi menegaskan bahwa

guru itu adalah sebuah profesi. Sebagai profesi, memang diperlukan berbagai

syarat, dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami, dan dipenuhi, kalau saja

setiap orang guru memahami dengan benar apa yang harus dilakukan, mengapa ia

harus melakukannya dan menyadari bagaimama ia dapat melakukannya dengan

sebaik-baiknya, kemudian ia melakukannya sesuai dengan pertimbangan yang

terbaik. Dengan berbuat demikian, ia telah berada di dalam arus proses untuk

menjadi seorang profesional, yang menjadi semakin profesional.14

Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yang profesional,

penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu lembaga pendidikan

diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas pendidikan yang akan

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan perbaikan kualitas

pendidikan dan peningkatan prestasi belajar, maka diharapkan tujuan pendidikan

nasional akan terwujud dengan baik.

Page 41: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

41

Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain untuk

mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga diharapkan mampu

memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga mampu menghasilkan siswa

yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu, perlu dipersiapkan sedini mungkin

melalui lembaga atau sistem pendidikan guru yang memang juga bersifat

profesional dan memeliki kualitas pendidikan dan cara pandang yang maju.

d. Aspek-aspek Profesionalisme Guru

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai

pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan

mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional.

Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi

profesional. Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa (2008), kompetensi yang

harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut.

a) Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya (E. Mulyasa, 2008: 75).

b) Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah

Page 42: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

42

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (E. Mulyasa, 2008:

117).

c) Kompetensi Profesioanal

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c

dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (E.

Mulyasa, 2008: 135).

d) Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah ke-

mampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan masyarakat sekitar (E.

Mulyasa, 2008: 173).

Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip

pernyataan Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif

dalam mengajar apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatang-

kan hasil belajar pada murid-muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang

guru, Mitzel menganjurkan cara penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage,

process dan product. Dengan demikian seorang guru dapat dikatakan sebagai guru

Page 43: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

43

yang efektif apabila ia dari segi: presage, ia memiliki personality attributes dan

teacher knowledge yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan mengajar yang

mampu mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi process, ia mampu

menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan belajar-mengajar yang dapat

mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi product ia dapat mendatang-

kan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing muridnya.

Dengan penjelasan di atas berarti latar belakang pendidikan atau ijazah

sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage, sedangkan ijazah selain pen-

didikan guru berarti nilainya di bawah standar. Berdasarkan pemahaman dari

uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramal-

kan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya

sebagai berikut.

(1) Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri

dari unsur-unsur (a) latar belakang pre-service dan in-service guru, (b)

pengalaman mengajar guru, (c) penguasaan pengetahuan keguruan, dan (d)

pengabdian guru dalam mengajar.

(2) Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan

proses belajar mengajar) terdiri atas (a) kemampuan guru dalam merumus-

kan Rancangan Proses Pembelajaran (RPP); (b) kemampuan guru dalam

melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas; serta (c) kemampuan

guru dalam mengelola kelas.

Page 44: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

44

(3) Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari

hasil-hasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru

tersebut.

Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di

madrasah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru tersebut

sesuai dengan tuntutan kurikulum sekarang yang berlaku, dimana guru dituntut

kemampuannya untuk merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode,

media dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola

proses belajar mengajar, di samping itu guru juga harus mampu melaksanakan

atau membimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami oleh

murid-muridnya (Alisuf Sabri, 1992: 16-18).

B. Kajian Kepustakaan

Sebagai perbandingan penelitian ini, penulis menyajikan beberapa hasil

penelitian terdahulu sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Desak Nyoman Puspayani (2009) berjudul

”Kontribusi Sarana Prasarana, Layanan Administratif, Kompetensi Profesional

Guru terhadap Kepuasan Belajar (Studi Tentang Persepsi Siswa SMA Negeri

1 Sukawati)” mengungkap: (1) besaran kontribusi sarana prasarana terhadap

kepuasan belajar siswa di SMA N 1 Sukawati, (2) besaran kontribusi layanan

administratif terhadap kepuasan belajar siswa di SMA N 1 Sukawati, (3)

besaran kontribusi kompetensi profesional guru terhadap kepuasan belajar

siswa di SMA N 1 Sukawati, dan (4) besaran kontribusi antara sarana

Page 45: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

45

prasarana, layanan administratif, kompetensi profesional guru secara bersama-

sama terhadap kepuasan belajar siswa di SMA N 1 Sukawati. Penelitian ini

menggunakan rancangan ex-post facto dengan teknik korelasional. Populasi

penelitian ini berjumlah 837 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik stratified random sampling dengan ukuran sampel

sebanyak 250 siswa.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) terdapat kontribusi sarana

prasarana terhadap kepuasan belajar siswa pada SMA N 1 Sukawati dengan

kontribusi sebesar 32,0%, (2) terdapat kontribusi layanan administratif

terhadap kepuasan belajar siswa pada SMA N 1 Sukawati dengan kontribusi

sebesar 29,6%, (3) terdapat kontribusi kompetensi profesional guru terhadap

kepuasan belajar siswa pada SMA N 1 Sukawati dengan kontribusi sebesar

39,4%, dan (4) terdapat kontribusi sarana prasarana, layanan administratif, dan

kompetensi profesional guru terhadap kepuasan belajar siswa pada SMA N 1

Sukawati dengan kontribusi sebesar 50,2%. Berdasarkan temuan hasil

penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi sarana

prasarana, layanan administratif, dan kompetensi profesional guru terhadap

kepuasan belajar siswa pada SMA N 1 Sukawati.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Yuni Setyowati (2010) berjudul

”Pengaruh Kompensasi dan Sarana Prasarana Terhadap Profesionalitas Guru

SMA se-Kota Pati” bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh kompensasi

dan sarana prasarana terhadap profesionalitas guru SMA se-Kota Pati secara

simultan, mengetahui pengaruh kompensasi terhadap profesionalitas guru

Page 46: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

46

secara parsial dan mengetahui pengaruh sarana prasarana terhadap

profesionalitas guru secara parsial. Hasil analisis regresi dengan SPSS 16. 0

menunjukkan bahwa, terdapat pengaruh secara simultan antara kompensasi

dan sarana prasarana terhadap profesionalitas guru dengan koefisien

determinasi sebesar 47,2%, terdapat pengaruh secara parsial antara

kompensasi terhadap profesionalitas guru sebesar 29,26% dan terdapat

pengaruh secara parsial antara sarana prasarana terhadap profesionalitas guru

sebesar 20,79%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa kompensasi dan sarana prasarana secara signifikan

mempengaruhi profesionalitas guru SMA se-Kota Pati, baik secara simultan

maupun parsial. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini yaitu, guru

hendaknya terus meningkatkan profesionalitasnya.

C. Posisi Teoretik

Pada dasarnya penelitian tentang profesionalisme guru sangatlah banyak

telah dilakukan oleh yang lain dengan berbagai cara dan metode. Akan tetapi,

pada penelitian ini akan dibahas bagaimana posisi profesionalisme guru dikaitkan

dengan keberadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah secara umum,

terutama pengaruh keberadaan sarana dan prasarana yang ada di SMA Al-

Muawanah Cianjur.

Pada penelitian-penelitian terdahulu, pengkajian atas sarana dan prasarana

pendidikan diteliti secara parsial, khususnya yang berkaitan dengan media

pembelajaran saja. Demikian pula halnya permasalahan profesionalisme guru

Page 47: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

47

yang hanya difokuskan terhadap profesionalisme akademik saja. Pada penelitian

ini, variabel sarana dan prasarana diteliti dalam berbagai aspek, yakni manajemen

sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah. Demikian pula halnya

dengan profesionalisme guru yang mencakup empat kompetensi guru secara

terpadu, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi profesi,

dan kompetensi sosial.

Atas dasar pemikiran tersebut, kerangka pemikiran yang digunakan dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Sarana dan Prasarana

Pendidikan (X)

Profesionalisme Guru (Y)

1. Prinsip pencapaian tujuan.

2. Prinsip efisiensi. 3. Prinsip administratif. 4. Prinsip kejelasan

tanggung jawab. 5. Prinsip kekohesifan

1. Kompetensi pedagogik, 2. Kompetensi kepribadian, 3. Kompetensi profesi, 4. Kompetensi soisal

Page 48: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional Penelitian

Penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap

Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur” terdiri atas dua variabel,

yakni variabel sarana dan prasarana pendidikan sebagai variabel independen (X),

dan variabel profesionalisme guru sebagai variabel dependen (Y).

Agar penggunaan peristilahan pada kedua variabel tersebut tidak rancu,

maka diperlukan definisi operasional atas keduanya disertai dengan pengembang-

an masing-masing variabel secara operasional.

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini ada-lah

pengelolaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan dengan me-ngacu

kepada teori yang dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 poin 8:

”Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.”

Page 49: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

49

Di samping itu, operasionalisasi variabel ini juga didasarkan kepada pendapat

Bafadal (2003) tentang prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana, yang

kemudian dijadikan indikator penelitian ini, yakni:

a. Prinsip Pencapaian Tujuan

b. Prinsip Efisiensi

c. Prinsip Administratif

d. Prinsip Kejelasan Tanggungjawab

e. Prinsip Kekohesifan.

2. Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru sebagai variabel dependent mengacu kepada pasal 28

ayat (3) butir (a), (b), (c), dan (d) tentang kompetensi guru. Keempat kompetensi

tersebut adalah (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c)

kompetensi profesi, dan (d) kompetensi sosial.

Berdasarkan kedua teori yang dijadikan landasan di atas, dapat disusun

operasionalisasi variabel penelitian sebagai berikut.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Skala

Prinsip Pencapaian Tujuan Ordinal

Prinsip Efisiensi Ordinal

Prinsip Administratif

Sarana dan Prasarana Pendidikan (Bafadal, Ibrahim, 2003:45-48)

Prinsip Kejelasan Ordinal

Page 50: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

50

Variabel Dimensi Skala Tanggungjawab

Prinsip Kekohesifan Ordinal

Kompetensi pedagogik Ordinal

Kompetensi kepribadian Ordinal

Kompetensi profesi Ordinal

Profesionalisme Guru (Pasal 28 ayat (2), PP 19 tahun 2005)

Kompetensi sosial Ordinal

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan

terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur” ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan

salah satu pendekatan yang ada dalam penelitian. Pendekatan ini

menekankan pada prosedur yang ketat dalam menentukan variabel-variabel

penelitiannya. Keketatan pendekatan ini sudah terlihat dari asumsi dasar

penelitian kuantitatif. Pembahasan asumsi dasar yang dipakai dalam

penelitian kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel

sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan

dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan

validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan

pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas

hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan

Page 51: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

51

model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan

adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan

tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula

statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan

makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna

secara kebahasaan dan kulturalnya.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan bagaimana

penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang bagaimana.

Dalam penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan

terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur” ini digunakan

metode deskriptif verifikasi dengan menggunakan teknik survei.

Singarimbun (2003:3) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah

penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Sementara itu,

Sugiyono (2004:11) mengemukakan bahwa menurut tingkat eksplanasinya,

penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif

adalah penelitian yang mencari pengaruh antara satu variabel dengan

variabel lainnya. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah (1)

sarana dan prasarana pendidikan dan (2) profesionalisme guru SMA Al-

Muawanah Cianjur.

C. Sumber Data Penelitian

Page 52: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

52

Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan sampel

yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni adalah semua nilai

baik melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu

mengenai objek yang lengkap dan jelas. Ditinjau dari banyaknya anggota

populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak

terbatas (tak terhingga), dan dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen

dan heterogen. Menurut Sugiyono (2004:4) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi yang menggunakan seluruh populasi disebut sampel total atau

sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil, untuk anggota

populasi yang relatif besar bisa mengambil sampel sebagian dari anggota populasi

sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah staf pendidik di SMA

Al-Muawanah Cianjur yang seluruhnya berjumlah 18 orang, terdiri atas 4 orang

guru PNS yang dipekerjakan dan telah tersertifikasi, 2 orang guru honorer yang

telah tersetifikasi, 7 orang guru honorer yang belum tersertifikasi, serta 5 orang

guru yang berasal dari SMA lain dengan status menambah jam pelajaran di SMA

Al-Muawanah Cianjur.

Mengingat jumlah populasi di atas sedikit (18 orang), maka seluruh

populasi dijadikan sebagai sampel atau sensus penelitian. Seluruh responden akan

menjawab seluruh item yang terdapat pada angket yang diajukan tanpa pemilahan

dan pengklasifikasian.

Page 53: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

53

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini data yang akan diungkap adalah ”Pengaruh Sarana

dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah

Cianjur”. Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala

Likert. Adapun alasan meng-gunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap,

pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena

sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian produk dapat

dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu, penggunaan skala Likert

pada penelitian ini dapat diterima.

Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Penskoran pada Skala Likert

Pernyataan Bobot Penilaian Pernyataan Bobot

Penilaian

Sangat setuju Skor : 5 Sangat baik Skor : 5

Setuju Skor : 4 Baik Skor : 4

Netral Skor : 3 Netral Skor : 3

Tidak setuju Skor : 2 Tidak baik Skor : 2

Sangat tidak setuju Skor : 1 Sangat tidak baik Skor : 1

Selain penggunaan angket, pada penelitian ini juga digunakan studi

dokumentasi dan studi kepustakaan.

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan

sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian

yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di lokasi

Page 54: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

54

penelitian maupun di instansi lain yang ada pengaruhnya dengan lokasi penelitian.

Studi dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari lembaga

perbankan meliputi buku-buku, laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen

lain yang relevan dengan fokus penelitian.

Studi kepustakaan digunakan sebagai acuan teoretis atas temuan-temuan

yang diperoleh dalam penelitian.

E. Tahap-tahap Penelitian

Pada dasarnya sebagian besar para ahli mengemukakan langkah-langkah

penelitian dalam penelitian relatif hampir sama, yaitu prapenelitian, pelaksanaan,

dan pengolahan data serta menyusun laporan hasil penelitian. Oleh karena itu,

langkah-langkah penelitian merupakan bagian yang harus dipahami dan dijalan-

kan oleh peneliti.

Untuk keperluan penelitian ini, langkah-langkah penelitian yang akan

digunakan adalah sebagai berikut

1) Prasurvei. Tahap ini merupakan langkah awal dalam upaya penjajagan

dengan melakukan dialog-dialog bersama Wakil Kepala Sekolah Urusan

Kurikulum di SMA Al-Muawanah Cianjur. Gambaran yang diperoleh dari

hasil wawancara sederhana tersebut kemudian dikonsultasikan dalam

bentuk proposal penelitian kepada pembimbing.

2) Mengajukan permohonan izin pengajuan penelitian kepada Ketua Program

Studi Manajemen Pendidikan Islam, FAI, Universitas Suryakancana

Page 55: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

55

Cianjur, serta pengajuan permohonan izin penelitian kepada Kepala SMA

Al-Muawanah Cianjur.

3) Melaksanakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, serta

rambu-rambu yang harus dilakukan. Penelitian dilakukan dengan

menyebarkan angket kepada seluruh guru SMA Al-Muawanah Cianjur

sesuai dengan sampel yang telah ditetapkan.

4) Melakukan analisis data hasil penelitian.

5) Menyusun laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi.

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dalam kerangka

pengembangan instrumen penelitian. Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam

pengembangan instrumen penelitian secara garis besarnya adalah sebagai berikut.

1) Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga masing-

masing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek dan subaspek

yang akan diukur serta indikatornya masing-masing.

2) Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam

penulisan butir-butir pertanyaan.

3) Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabaran konsep

instrumen penelitian yang telah ditetapkan.

4) Mendiskusikan perangkat instrumen dengan pembimbing untuk men-

dapatkan masukan dan pertimbangan mengenai kelayakan konstruksi,

lingkup dan redaksi dari setiap pernyataan.

Page 56: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

56

5) Menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dengan tujuan untuk

mengukur valid tidaknya instrumen itu.

a) Teknik yang dipergunakan adalah teknik r Product Moment, yaitu

hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria validitas yaitu suatu

butir pernyataan dinyatakan valid jika koefesien rhitung lebih besar dari

rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut.

rxy = ( )( )

( ) ( )[ ] ( ) ( )[ ]2222 YYn XXn

X - XYn

∑∑∑∑∑ ∑∑

−−

Y

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi

n : jumlah responden

X : Jumlah skor setiap item

Y : Jumlah skor total seluruh item

(∑X)2 : Kuadrat jumlah skor item X

∑X2 : Jumlah kuadrat skor item X

(∑Y)2 : Kuadrat jumlah skor item Y

(∑Y)2 : Jumlah kuadrat skor item Y

b) Menata ulang instrumen pernyataan sesuai dengan butir-butir per-

nyataan yang valid (sahih).

c) Uji reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan koefesien

reliabilitas dari Alpha Cornbach.

Page 57: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

57

α =

∑−

− 2

iS

2Si11k

k

Keterangan :

α = nilai koefisien reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ Si2 = mean kuadrat kesalahan

Si2 = varians total

Hasil yang diperoleh dari ini selanjutnya dikonsultasikan dengan

tabel interpretasi nilai, seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5

Pedoman untuk memberikan interpretasi nilai r

Interval Koefesien Interpretasi

0.000 - 0,199 Sangat rendah

0.200 - 0.399 Rendah

0.400 - 0.599 Sedang

0.600 - 0.799 Kuat

0.800 - 1.000 Sangat Kuat

Instrumen sebagai alat pengumpul data dalam penelitian harus

memenuhi persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan (realiability).

Oleh karena itu, dalam penelitian instrumen yang digunakan untuk

pengumpulan data dari penelitian terlebih dahulu diujicobakan guna menge-

tahui kesahihan dan keterandalan instrumen tersebut. Suatu instrumen dikata-

Page 58: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

58

kan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Reliabilitas adalah

indeks yang mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat di-

percaya atau dapat diandalkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

Sugiyono, yang mengatakan bahwa hasil penelitian itu valid jika terdapat

kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek yang diteliti.

G. Analisis Data Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi,

sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau

fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh

peneliti. Pengolahan data secara deskriptif adalah dengan cara memperoleh

hasil perkalian dari jumlah responden dengan skor pilihan jawaban yang

diberikan. Seluruh hasil perkalian dari jumlah responden pada masing-masing

pilihan jawaban ini (pada masing-masing item) dijadikan dasar penafsiran data

hasil penelitian secara deskriptif.

Untuk mencari skor total vaiabel dalam batas-batas nilai minimum,

kuartil I, median, kuartil III, dan nilai maksimal yang dapat dicapai, dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut.

a) Menentukan skor maksimum, yaitu skor jawaban terbesar dikalikan

banyak item.

Page 59: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

59

b) Menentukan skor minimum, yaitu skor jawaban terkecil dikalikan banyak

item.

c) Menentukan nilai median, yakni hasil penjumlahan skor maksimum

dengan skor minimum dibagi dua.

d) Menentukan nilai kuartil I, yaitu hasil penjumlahan skor minimum dengan

median dibagi dua.

e) Menentukan nilai kuartik III berupa hasil penjumlahan skor maksimum

dengan median dibagi dua.

f) Membuat skala yang menggambarkan skor minimum, nilai kuartil

pertama, nilai median, nilai kuartil ketiga, dan skor maksimum.

Skala interpretasi yang digunakan adalah sebagai berikut.

Angka 0% – 20% = Sangat lemah

Angka 21% – 40% = Lemah

Angka 41% – 60% = Cukup

Angka 61% – 80% = Kuat

Angka 81% – 100% = Sangat kuat

2. Analisis Regresi Sederhana

Analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diawali dengan

deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk distribusi

frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan regresinya.

Page 60: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

60

Analisis regresei linier sederhana diawali dengan pengujian asumsi klasik

dengan persamaan regresi sebagai berikut.

Ŷ = a + bX + e

Keterangan:

Y : tingkat keberhasilan usaha nasabah

X : pembiayaan musyarakah

a : konstanta

b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X

e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa data

yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian

normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan berdistribusi

normal atau tidak. Asumsi normalitas merupakan syarat penting pada

pengujian kebermaknaan koefisien regresi. Apabila data residual dari mode

regresi tidak mengikuti distribusi normal, maka kesimpulan dari uji F dan uji

t perlu dipertanyakan karena statistik uji dalam analisis regresi diturunkan

dari data yang berdistribusi normal.

Uji normalitas distribusi data yang digunakan pada penelitian ini

adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusannya jika

thitung < ttabel maka data telah berasal dari data yang berdistribusi normal.

Page 61: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

61

Untuk data yang banyak, data diasumsikan mendekati distribusi normal

dengan syarat data > 100.

b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Persyaratan kedua dalam analisis regresi linier klasik adalah harus

tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Artinya, varian residu pada data

harus bersifat homogen atau sama. Uji heteroskedastitas dilakukan dengan

menggunakan uji korelasi Rank Spearman antara variabel bebas dengan

nilai residu regresi parsialnya. Jika probabiltias kesalahan statistik atau p-

value > (α = 0,05) atau nonsignifikan, maka diputuskan tidak terjadi situasi

heteroskedastitas.

c. Uji Autokorelasi

Menurut Maurice G. Kendall (1971:8), autokorelasi akan menjelas-

kan bahwa varian residual (e) tidak saling berpengaruh. Hal ini dapat dilihat

dengan menggunakan tes dari Durbin-Watson.

Mekanisme tes Durbin-Watson (dalam Gujarati, 1993:217) ini

adalah sebagai berikut.

(1) Menentukan regresi OLS dan menentukan residual ei.

(2) Menghitung nilai d (dengan menggunakan aplikasi komputer).

(3) Untuk ukuran sampel tertentu, menghitung nilai kritis dL dan dU.

(4) Menghitung nilai d-dL dan 4-dU dan kemudian membandingkan-nya

dengan nilai d pada daerah berikut.

1 dL dU 4-dL 4-dU 4

Page 62: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

62

4 1,660 1,660 2,340 2,340 4

Autokorelasi (+)

Tidak meyakinkan Tidak ada Autokorelasi Tidak

meyakinkan Autokorelasi

(-)

Jika nilai d terletak di antara dU dan 4-dU, maka dapat disimpulkan

tidak ada autokofrelasi dalam data. Sedangkan jika nilai d berada pada

daerah lainnya maka kesimpulan diberikan oleh gambar di atas. Untuk

mengatasi masalah autokorelasi dilakukan transformasi melalui transformasi

p = 1 – d/2 (d= nilai Durbin-Watson). Untuk menghindari data pertama yang

hilang, maka data pertama ditransformasi-kan melalui perkalian dengan √(1-

p2).

4. Pengujian Hipotesis

Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan, persamaan regresi

yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi regresi melalui pengujian di atas,

perlu diuji koefisien regresinya. Pengujian regresi ini dilakukan untuk

melihat apakah model yang diperoleh dan koefisien regresinya dapat

dikatakan bermakna secara statistik sehingga dapat diambil kesimpulan

secara umum untuk populasi penelitian.

Untuk mengetahui apakah variabel independen (X) memiliki

pengaruh terhadap variabel Y dengan tingkat keyakinan 1 – α, maka

digunakan uji t. Bentuk hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut.

Hipotesis untuk X adalah sebagai berikut.

Page 63: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

63

HO : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh sarana dan prasarana pendidikan

terhadap profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur.

HA : βi ≠ 0 Terdapat pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur.

Statistik Uji-t yang digunakan menggunakan rumus sebagai berikut.

thitung = βSE

β atau thitung = r 2r - 12 -n

Keterangan:

β = koefisien regresi

SEβ = standard error dari koefisien regresi

r = koefisien korelasi

n = ukuran sampel

Terdapat 2 (dua) cara pengambilan keputusan atas hasil pengujian

di atas, yakni dengan cara sebagai berikut.

1) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel.

a) Jika thitung > ttabel, maka HO ditolak dan HA diterima.

b) Jika thitung ≤ ttabel, maka HA ditolak dan HO diterima.

2) Membandingkan nilai signifikansi dengan nilai alpha.

a) Jika nilai signifikansi (p-value) < ά, maka HO ditolak dan HA

diterima.

Page 64: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

64

b) Jika nilai signifikansi (p-value) ≥ ά, maka HA ditolak dan HO

diterima.

Jika HO ditolak, berarti variabel independen berpengaruh secara

nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika HO ditolak,

maka variabel independen tidak bepengaruh secara nyata (signifikan)

terhadap variabel dependen.

5. Menentukan Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dihitung untuk menentukan variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi

multiple diperoleh dari jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat total

dengan mengguna-kan rumus sebagai berikut.

KD = r2 x 100% atau dengan rumus:

R2 = sisa

regresi

1-k-n2

i

K2

i

RJKRJK

Y - YY - Y

=∑∑

Untuk mempermudah pengolahan dan analisis, maka dalam penelitian ini

digunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for

Windows Release 18. Langkah ini ditempuh mengingat pengolahan data pada

paket program tersebut lebih cepat dan mempunyai tingkat ketelitian yang

lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan secara manual.

Page 65: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar Penelitian

1. Letak/Riwayat Bangunan

Secara geografis sesungguhnya SMA Al-Muawanah terletak

didaerah strategis yang dapat terjangkau dari berbagai arah di kota

kecamatan Cianjur. Kondisi ini seharusnya mampu menjadi pendukung

utama dalam meningkatkan populasi serta kepercayaan masyarakat untuk

menggunakan jasa layanan pendidikan di lingkumgan SMA Al-

muawanah Cianjur.

2. Kondisi Nyata SMA Al-Mu’awanah Cianjur

Kondisi nyata yang saat ini berlangsung di SMA Al-Muawanah

Cianjur belum mencapai tahap ideal sebagaimana dikemukakan di atas.

Akan tetapi dalam beberapa aspek telah diupayakan sesuai dengan

ketentuan. Kondisi nyata sekolah tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut.

a. Sekolah belum sepenuhnya mengembangkan manajemen berbasis

sekolah karena berbagai kondisi yang melingkungi sekolah,

b. Prasarana penyelengaraan pendidikan sudah terpenuhi secara mini-

mal, tetapi belum sepenuhnya didukung oleh sarana pembelajaran

yang memadai,

Page 66: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

66

c. Seluruh guru telah memiliki kualifikasi sesuai dengan latar belakang

pendidikan masing-masing. 5 orang guru dari 15 orang guru yang ada

telah tersertifikasi yaitu 3 orang guru PNS dan 2 orang guru tidak

tetap (honor),

d. Tenaga pendidik yang ada telah memenuhi persyaratan baik latar

belakang pendidikan maupun keterampilan yang dimiliki,

e. Kurikulum yang dimiliki oleh SMA Al-Muawanah adalah kurikulum

mandiri yang mengacu pada standar isi yang dikembangkan sesuai

dengan konteks dan kebutuhan siswa,

f. Sumber-sumber pemdanaan lain selain dari orangtua siswa, masih

bergantung pada proyek-proyek pembinaan yang diselenggarakan

oleh pemerintah pusat maupun daerah,

g. Pembelajaran yang berlangsung sudah mengacu pada kompetensi

meskipun masih terdapat kekurangan pada beberapa aspek yang

berkaitan dengan sarana pembelajaran siswa,

h. Penilaian yang dilaksanakan telah berbasis kompetensi dan berbasis

kelas,

i. Setiap kegiatan belum seluruhnya dievaluasi secara menyeluruh.

3. Visi dan Misi

Visi sekolah SMA Al-Mu’awanah Cianjur adalah sebagai berikut :

Terwujudnya warga sekolah yang religius, kreatif, inovatif, dan

berprestasi.

Page 67: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

67

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan visi di atas

adalah sebagai berikut.

a. Berkembangnya nilai-nilai aqidah, keimanan, dan ketaqwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa pada seluruh warga sekolah,

b. Terwujudnya masyarakat belajar (learning community) yang

kompetitif, kreatif, inovatif, dan kondusif pada seluruh komponen

sekolah,

c. Berprestasi dalam bidang akademis,

d. Berprestasi dalam bidang nonakademis,

e. Terwujudnya sikap profesionalisme guru serta tenaga kependidikan

lainnya,

f. Berkembangnya budaya mutu pada seluruh personal sekolah dengan

mengacu kepada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Untuk mencapai tahapan-tahapan pencapaian indikator visi sekolah

yang telah dirumuskan, SMA Al-Mu’awanah mencanangkan misi

sebagai berikut :

Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa sebagai inti dan substansi pendidikan dengan berbagai upaya

penciptaan lingkungan dan komunikasi yang kondusif.

a. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan mewujudkan komunitas

belajar (learning community) di lingkungan siswa, guru, serta personal

sekolah lainnya,

Page 68: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

68

b. Menumbuhkan sikap kompetitif yang sehat antarsiswa dan antarguru

untuk berprestasi,

c. Menumbuhkan sikap rasa ingin tahu terhadap berbagai fenomena

lingkungan, masyarakat, dan bangsa, terutama yang berhubungan

dengan esensi dan substansi pendidikan,

d. Mengembangkan lingkungan yang bersih, sehat, indah, nyaman,

aman, dan berwibawa,

e. Mengembangkan dan meningkatkan prestasi dalam bidang-bidang

kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi kegiatan olah raga prestasi,

kesenian, kepramukaan, serta kegiatan siswa lainnya, baik di tingkat

kabupaten, propinsi, maupun tingkat nasional,

f. Menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan sikap

profesionalisme guru dengan memadukan secara harmonis berbagai

integritas pribadi, integritas akademik, integritas pengabdian, dan

selalu berorientasi masa depan sebagai upaya menjawab tantangan

zaman.

Untuk mencapai misi tersebut, maka ada beberapa strategi yang

diterapkan dalam pengembangan misi pendidikan di lingkungan SMA

Al-Muawanah cianjur pada dasarnya adalah mengambangkan

pemberdayaan kapasitas kelembagaan sekolah dengan meningkatkan

efektifitas dan efisiensi setiap komponen sekolah. Secara operasional,

Page 69: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

69

strategi yang dikembangkan dalam pencapaian misi dan visi sekolah

adalah sebagai berikut :

1. Pemberdayaan setiap komponen sekolah secara proporsional yang

terdiri atas sumber daya manusia (SDM) serta kapasitas kelembaga-

annya,

2. Pembenahan dan pengembangan infrastruktur pendidikan secara

bertahap dan berkesinambungan,

3. Penerapan pembelajaran kontekstual dengan mengembangkan aneka

sumber belajar dan aneka strategi pembelajaran,

4. Pengembangan pendekatan sosial terhadap pengembangan kelemba-

gaan sekolah.

B. Hasil Penelitian

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas internal,

yaitu validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian

instrumen dengan instrumen secara keseluruhan (Arikunto, 2002:147). Dengan

kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap

instrumen mendukung misi instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data

dari variabel yang dimaksud. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik

korelasi item total melalui koefisien korelasi r Product Moment dari Pearson.

Data yang digunakan adalah data yang telah dinaikkan skalanya menjadi skala

Page 70: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

70

interval. Hasil uji validitas setiap item untuk masing-masing variabel dengan

menggunakan SPSS for Windows Release 18 disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Instrumen Sarana dan Prasarana Pendidikan (X)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Squared Multiple

Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item 1 33,7778 27,359 ,524 ,525 ,771

Item 2 33,5000 29,206 ,606 ,652 ,783

Item 3 33,7222 24,095 ,727 ,758 ,732

Item 4 34,3889 25,546 ,554 ,713 ,768

Item 5 33,9444 25,703 ,644 ,609 ,747

Item 6 33,7778 27,124 ,571 ,577 ,778

Item 7 33,9444 27,232 ,562 ,526 ,797

Item 8 34,0556 24,879 ,732 ,739 ,757

Item 9 33,6667 25,294 ,717 ,661 ,759

Item 10 33,7222 28,095 ,602 ,626 ,774

Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r product

moment sebesar 0,468 pada taraf signifikansi 5% dan N = 18. Hasil pada tabel di

atas dapat ditafsirkan sebagai berikut.

1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,524 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 1 dinyatakan

Valid.

2) Skor Item 2. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,606 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 2 dinyatakan

Valid.

3) Skor Item 3. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,727 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 3 dinyatakan

Valid.

Page 71: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

71

4) Skor Item 4. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,554 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 4 dinyatakan

Valid.

5) Skor Item 5. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,644 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 5 dinyatakan

Valid.

6) Skor Item 6. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,571 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 6 dinyatakan

Valid.

7) Skor Item 7. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,562 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 7 dinyatakan

Valid.

8) Skor Item 8. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,732 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 8 dinyatakan

Valid.

9) Skor Item 9. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,717 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 9 dinyatakan

Valid.

10) Skor Item 10. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,602 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 10 dinyatakan

Valid.

Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai kritis

pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=18, yakni sebesar

0,468. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa seluruh item memiliki validitas

cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi item yang

terletak antara 0,400 – 0,699 (Sugiyono, 2001:149).

Page 72: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

72

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Instrumen Profesionalisme (Y)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item 1 31,5556 31,320 ,667 ,569 ,711

Item 2 31,7778 36,301 ,557 ,582 ,755

Item 3 32,0556 32,056 ,579 ,747 ,723

Item 4 31,3333 38,000 ,484 ,575 ,776

Item 5 31,6111 35,546 ,521 ,664 ,761

Item 6 31,5000 34,500 ,609 ,675 ,737

Item 7 31,7222 35,507 ,519 ,595 ,761

Item 8 32,0000 33,529 ,514 ,504 ,734

Item 9 32,2778 33,389 ,519 ,610 ,733

Item 10 31,6667 34,824 ,550 ,653 ,758

Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r product

moment sebesar 0,468 pada taraf signifikansi 5% dan N = 18. Hasil pada tabel di

atas dapat ditafsirkan sebagai berikut.

1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,667 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 1 dinyatakan

Valid.

2) Skor Item 2. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,557 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 2 dinyatakan

Valid.

3) Skor Item 3. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,579 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 3 dinyatakan

Valid.

4) Skor Item 4. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,484 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 4 dinyatakan

Valid.

Page 73: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

73

5) Skor Item 5. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,521 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 5 dinyatakan

Valid.

6) Skor Item 6. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,609 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 6 dinyatakan

Valid.

7) Skor Item 7. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,519 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 7 dinyatakan

Valid.

8) Skor Item 8. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,514 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 8 dinyatakan

Valid.

9) Skor Item 9. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,519 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 9 dinyatakan

Valid.

10) Skor Item 10. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total =

0,550 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 10 dinyatakan

Valid.

Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai kritis

pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=18, yakni sebesar

0,468. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa seluruh item memiliki validitas

cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi item yang

terletak antara 0,400 – 0,699 (Sugiyono, 2001:149).

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Page 74: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

74

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat

konsistensi atau kehandalan penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan teknik belah dua (split-half) melalui formulasi Spearman-Brown.

Hasil uji reliabilitas untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut.

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Sarana dan Prasarana Pendidikan (X)

Reliability Statistics

Value ,715 Part 1

N of Items 5a

Value ,754 Part 2

N of Items 5b

Cronbach's Alpha

Total N of Items 10

Correlation Between Forms ,656

Equal Length ,793 Spearman-Brown Coefficient

Unequal Length ,793

Guttman Split-Half Coefficient ,793

a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5.

b. The items are: Item 6, Item 7, Item 8, Item 9, Item 10.

Koefisien Reliabilitas 10 item instrumen sarana dan prasarana pendidikan

dengan metode Split-half pada tabel 4.3 di atas menunjukkan korelasi belahan I

terhadap belahan II sebesar 0,698. Besarnya reliabilitas Guttman Split-half =

0,793. Belahan pertama terdiri 5 item dengan Alpha = 0,715 dan belahan ke dua

terdiri 5 item dengan koefisien Alpha = 0,754. Karena Rhitung = 0,793 > Rkitis

(0,700), maka kesepuluh instrumen yang digunakan pada penelitian dinyatakan

reliabel, sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel sarana dan prasarana.

Page 75: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

75

Selanjutnya, hasil analisis reliabilitas instrumen dengan menggunakan

SPSS 18 for Windows Release atas data hasil penelitian variabel Profesionalisme

Guru dapat dijelaskan melalui tabel berikut.

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Profesionalisme (Y)

Reliability Statistics

Value ,644 Part 1

N of Items 5a

Value ,662 Part 2

N of Items 5b

Cronbach's Alpha

Total N of Items 10

Correlation Between Forms ,634

Equal Length ,796 Spearman-Brown Coefficient

Unequal Length ,796

Guttman Split-Half Coefficient ,796

a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5.

b. The items are: Item 6, Item 7, Item 8, Item 9, Item 10.

Koefsien Reliabilitas 10 item instrumen Profesionalisme Guru dengan

metode Split-half pada tabel 4.4 di atas menunjukkan korelasi belahan I terhadap

belahan II sebesar 0,634. Besarnya reliabilitas Guttman Split-half = 0,796.

Belahan pertama terdiri 5 item dengan Alpha = 0,644 dan belahan ke dua terdiri 5

item dengan koefisien Alpha = 0,662. Karena Rhitung = 0,796 > Rkitis (0,700), maka

kesepuluh item instrumen yang digunakan pada penelitian dinyatakan reliabel,

sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel profesionalisme guru.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kedua

instrumen penelitian reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian tentang

Page 76: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

76

”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisne Guru

SMA Al-Muawanah Cianjur”.

2. Hasil Analisis Deskriptif

Untuk memperoleh gambaran tentang keadaan sarana dan prasarana

pendidikan dan profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur, pada

bagian ini diuraikan hasil tanggapan responden mengenai variabel-variabel

tersebut dalam bentuk analisis deskriptif untuk setiap indikator atas variabel

berdasarkan frekuensi jawaban responden.

Data yang digunakan pada analisis deskriptif ini adalah data primer

hasil penelitian yang diolah. Hasil analisis deskriptif ini disajikan sebagai

berikut.

a. Deskripsi Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMA Al-Muawanah

Cianjur

Pada variabel sarana dan prasarana pendidikan ini disediakan 10

item pertanyaan yang disampaikan kepada responden yang dikembangkan

dari 4 indikator sebagaimana dikemukakan pada Bab II. Keempat indikator

tersebut adalah (1) ruang lingkup administrasi sarana prasarana, (2) proses-

proses manajemen sarana prasarana, (3) tanggung jawab kepala sekolah dan

kaitannya dengan pengurusan dan prosedur sarana-prasarana, dan (4)

pengadaan dan pendistribusian sarana dan prasarana sekolah.

Hasil penelitian selengkapnya serta analisis yang ditafsirkan adalah

sebagai berikut.

Page 77: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

77

1) Item 1: Profesionalisme guru seringkali disorot dari ketersediaan

berbagai macam sarana prasarana.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.5 Hubungan sarana dan prasarana dengan profesionalisme

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 4 20 b. Setuju 4 8 32 c. Ragu-ragu 3 5 15 d. Tidak Setuju 2 1 2 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 69 Persentase 76,67

Analisis:

Pada item ini terdeteksi tanggapan responden sebesar 76,67%. Menurut

Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006), dalam menyusun pen-

skalaan dengan metode Likert’s Summated Rating, untuk mengetahui

posisi setiap responden tentang suatu item atau variabel ditentukan oleh

skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap

responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek profesionalisme sering di-

hubungkan dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan berada

pada tingkat yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut.

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 76,67

Page 78: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

78

2) Item 2: Sarana pendidikan merupakan penunjang bagi proses belajar

mengajar.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.6 Sarana pendidikan sebagai penunjang PBM

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 5 25 b. Setuju 4 10 40 c. Ragu-ragu 3 3 9 d. Tidak Setuju 2 0 0 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 74 Persentase 82,22

Analisis:

Tanggapan responden atas item 2 ini sebesar 82,22%. Persentase

tanggapan ini tergolong tinggi sehingga disimpulkan bahwa seluruh res-

ponden bergantung kepada keberadaan sarana dan prasarana pendidik-

an.

3) Item 3: Administrasi sarana dan prasarana pendidikan itu pada dasarnya

merupakan proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan pra-

sarana pendidikan.

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 82,22

Page 79: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

79

Hasil Penelitian:

Tabel 4.7 Administrasi sarana dan prasarana

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 5 25 b. Setuju 4 8 32 c. Ragu-ragu 3 3 9 d. Tidak Setuju 2 2 4 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 70 Persentase 77,78

Analisis:

Persentase tanggapan responden atas item 3 terdeteksi sebesar 77,78%.

Angka persentase ini menunjukkan tingkat sedang atau cukup baik.

Artinya, sebagian besar responden memiliki asumsi yang sama dengan

konteks yang diajukan.

4) Item 4: Ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang atau tidak

memadai akan menghambat proses belajar mengajar

Hasil Penelitian:

Tabel 4.8 Pengaruh ketiadaan sarana dan prasarana

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 2 10 b. Setuju 4 6 24 c. Ragu-ragu 3 5 15 d. Tidak Setuju 2 4 8

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 77,78

Page 80: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

80

e. Sangat Tidak Setuju 1 1 1 Jumlah 18 58 Persentase 64,44

Analisis:

Hasil analisis menunjukkan bahwa tanggapan responden atas keter-

hambatan proses pembelajaran akibat ketiadaan sarana dan prasarana

pendidikan sebesar 64,44%. Angka persentase ini menunjukkan tingkat

sedang.

5) Item 5: Banyaknya kasus penyalahgunaan dana administrasi sekolah,

membuat sarana dan prasarana pendidikan tidak terwujud sesuai dengan

harapan, adanya permainan uang dalam administrasi membuat pendidik-

an semakin tidak cepat mencapai titik keberhasilan.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.9 Perihal penyalahgunaan sarana dan prasarana pendidikan

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 2 10 b. Setuju 4 10 40 c. Ragu-ragu 3 4 12 d. Tidak Setuju 2 2 4 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 66 Persentase 73,33

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100

64,44

Page 81: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

81

Analisis:

Tanggapan responden atas konten item 5 terdeteksi sebesar 73,33%.

Angka persentase ini tergolong cukup tinggi atau sedang. Artinya,

sebagian besar responden menyatakan persetujuannya bahwa penyalah-

gunaan dana sarana dan prasarana akan menghambat tujuan pendidikan.

6) Item 6: Setelah kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dapat

terpenuhi dan tertata sesuai dengan pemakaiannya, maka perlu dibuat

peraturan bagi pengguna sarana dan prasarana tersebut.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.10 Peraturan penggunaan sarana dan prasarana

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 5 25 b. Setuju 4 7 28 c. Ragu-ragu 3 4 12 d. Tidak Setuju 2 2 4 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 69 Persentase 76,67

Analisis:

Sebanyak 76,67% responden memberikan tanggapan setuju atas adanya

peraturan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan. Tingkat persen-

tase ini menunjukkan tingkat sedang.

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 73,33

Page 82: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

82

7) Item 7: Tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah

untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana

dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung

secara efektif dan efisien.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.11 Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 6 30 b. Setuju 4 4 16 c. Ragu-ragu 3 4 12 d. Tidak Setuju 2 4 8 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 66 Persentase 73,33

Analisis:

Tanggapan responden atas item 7 terdeteksi sebesar 73,33%. Angka

persentase ini termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa

tanggapan responden atas konteks yang teruang pada item 7 ini cukup

baik.

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 76,67

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 73,33

Page 83: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

83

8) Item 8: Sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan

sekolah-sekolah Islam yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan

kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di

sekolah Islam.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.12 Harapan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 3 15 b. Setuju 4 8 32 c. Ragu-ragu 3 4 12 d. Tidak Setuju 2 2 4 e. Sangat Tidak Setuju 1 1 1 Jumlah 18 64 Persentase 71,11

Analisis:

Tanggapan responden atas konteks item 8 adalah 71,11%. Persentase ini

termasuk ke dalam kategori sedang, yang menunjukkan bahwa tanggap-

an responden atas item 8 cukup baik.

9) Item 9: Selain dengan cara membeli, sarana dan prasarana pendidikan

sekolah juga dapat diperoleh dari hadiah atau dengan cara meminta

sumbangan kepada perorangan ataupun lembaga, yayasan, organisasi

atau badan-badan tertentu.

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 71,11

Page 84: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

84

Hasil Penelitian:

Tabel 4.13 Sumber sarana dan prasarana pendidikan

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 7 35 b. Setuju 4 5 20 c. Ragu-ragu 3 4 12 d. Tidak Setuju 2 2 4 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 71 Persentase 78,89

Analisis:

Tanggapan responden atas item 9 terdeteksi sebesar 78,89%. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat tanggapan responden berada pada kategori

sedang. Artinya, sebagian besar responden setuju bahwa sarana dan

prasarana pendidikan sekolah juga dapat diperoleh dari hadiah atau

dengan cara meminta sumbangan kepada perorangan ataupun lembaga,

yayasan, organisasi atau badan-badan tertentu.

Pada grafik, posisi kategori tersebut digambarkan sebagai berikut.

10) Item 10: Sarana dan prasarana pendidikan sering disebut sebagai

fasilitas pendidikan.

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100

78,89

Page 85: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

85

Hasil Penelitian:

Tabel 4.13 Fasilitas pendidikan

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 4 20 b. Setuju 4 8 32 c. Ragu-ragu 3 6 18 d. Tidak Setuju 2 0 0 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 70 Persentase 77,78

Analisis:

Tanggapan responden atas isi item 10 terdeteksi sebesar 77,78%. Angka

ini menunjukkan bahwa pendapat sebagian besar responden tentang

fasilitas pendidikan sama dengan sarana dan prasarana pendidikan ber-

ada pada posisi sedang.

Jika diakumulasikan, seluruh data menunjukkan tingkat kategori persen-

tase yang sedang sebagaimana terlihat pada tabel rata-rata berikut ini.

Tabel 4.14 Rekapitulasi Data Responden Variabel Sarana dan Prasarana

Item Nomor Kategori Persentase

1 76,67

2 82,22

3 77,78

4 64,44

5 73,33

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 77,78

Page 86: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

86

Item Nomor Kategori Persentase

6 76,67

7 73,33

8 71,11

9 78,89

10 77,78

Rata-rata 75,222 %

Tabel 4.14 di atas memperlihatkan rata-rata persentase dari

kesepuluh item variabel sarana dan prasarana pendidikan yang men-

capai 75,222 %. Rata-rata tersebut diperoleh dari persentase kategori

masing-masing jawaban responden dengan berorientasi pada indikator

yang ada.

Menurut Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006) dalam

menyusun penskalaan dengan metode Likert’s Summated Rating, untuk

mengetahui posisi setiap responden tentang suatu variabel, ditentukan

skor maksimal dan skor minimal yang mungkin dicapai oleh setiap

responden.

Dengan perolehan nilai sebagaimana terlihat pada tabel di atas,

rata-rata persentase pelaksanaan sarana dan prasarana pendidikan

menunjukkan pada skala yang sedang dan cenderung tinggi. Hal

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 75,22

Page 87: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

87

tersebut menandakan bahwa sekalipun belum sempurna dan sesuai

dengan kaidah yang berlaku, pengelolaan sarana dan prasarana

pendidikan di SMA Al-Muawanah Cianjur telah relatif cukup baik serta

ada kecenderungan sesuai dengan keempat dimensi yang dikemukakan.

b. Deskripsi Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur

Pada variabel profesionalisme guru ini disediakan 10 item pertanya-

an yang disampaikan kepada responden yang dikembangkan dari 4 indikator

sebagaimana dikemukakan pada Bab II. Keempat indikator tersebut adalah

(1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi

profesi, dan (4) kompetensi sosial.

Hasil penelitian selengkapnya serta analisis yang ditafsirkan adalah

sebagai berikut.

1) Item 1: Sebelum proses pembelajaran, guru menjelaskan apa yang telah

dicapai oleh siswa dari pengajaran yang telah di ajarkan.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.15 Langkah apersepsi guru

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 6 30 b. Setuju 4 5 20 c. Ragu-ragu 3 3 9 d. Tidak Setuju 2 4 8 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 67 Persentase 74,44

Page 88: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

88

Analisis:

Tanggapan responden atas pelaksanaan apersepsi guru sebelum pembel-

ajaran menunjukkan angka persentase 74,44%. Persentase ini termasuk

ke dalam kategori sedang yang berarti sebagian besar responden setuju.

2) Item 2: Setelah proses belajar mengajar di kelas, guru menjelaskan

keterkaitannya dengan kehidupan siswa sehari-hari.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.16 Keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 3 15 b. Setuju 4 6 24 c. Ragu-ragu 3 6 18 d. Tidak Setuju 2 3 6 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 63 Persentase 70,00

Analisis:

Pada item 2 ini terdeteksi tanggapan responden sebesar 70%. Kategori

persentasi tanggapan ini termasuk sedang. Hal ini berarti sebagian besar

guru selalu mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-

hari.

3) Item 3: Guru menjelaskan keterampilan dan pengetahuan yang harus

siswa dikuasai setelah kegiatan belajar mengajar.

Page 89: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

89

Hasil Penelitian:

Tabel 4.17 Penjelasan tujuan pembelajaran

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 3 15 b. Setuju 4 5 20 c. Ragu-ragu 3 4 12 d. Tidak Setuju 2 5 10 e. Sangat Tidak Setuju 1 1 1 Jumlah 18 58 Persentase 64,44

Analisis:

Pada item 3 ini terdeteksi tanggapan responden sebesar 64,44%, yang

berarti lebih dari setengah guru memberikan penjelasan tentang tujuan

pembelajaran sebelum proses pembelajaran dimulai.

4) Item 4: Guru menjelaskan pokok-pokok bahasan dalam pembelajaran

sesuai dengan urutan di buku.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.18 Penjelasan pokok-pokok bahasan

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 7 35 b. Setuju 4 5 20 c. Ragu-ragu 3 4 12 d. Tidak Setuju 2 2 4 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 71 Persentase 78,89

Analisis:

Pada item 4 ini terdeteksi 78,89% responden memberikan tanggapan

setuju bahwa mereka menjelaskan pokok-pokok bahasan pelajaran.

Page 90: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

90

5) Item 5: Pada saat mengajar di kelas, guru membawa RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran).

Hasil Penelitian:

Tabel 4.19 Peran RPP

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 6 30 b. Setuju 4 4 16 c. Ragu-ragu 3 4 12 d. Tidak Setuju 2 4 8 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 66 Persentase 73,33

Analisis:

Pada item 5 ini terdeteksi sebanyak 73,33% responden memberikan

tanggapan bahwa mereka membawa RPP saat melaksanakan tugas

mengajar.

6) Item 6: Selain membuka buku pelajaran, guru juga membuka RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pada saat menjelaskan pokok-

pokok pembahasan.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.20 Penggunaan RPP

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 5 25 b. Setuju 4 6 24 c. Ragu-ragu 3 5 15 d. Tidak Setuju 2 2 4 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 68 Persentase 75,56

Page 91: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

91

Analisis:

Pada item 6 ini sebanyak 75,56% responden menyatakan bahwa mereka

membuka RPP pada saat menjelaskan pokok-pokok pembahasan materi

pembelajaran. Angka persentase ini termasuk ke dalam kategori sedang.

7) Item 7: Guru menggunakan media pada saat menjelaskan pokok

bahasan yang membutuhkan media.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.21 Kebutuhan media pembelajaran

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 5 25 b. Setuju 4 5 20 c. Ragu-ragu 3 3 9 d. Tidak Setuju 2 5 10 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 64 Persentase 71,11

Analisis:

Pada item 7 ini terdeteksi sebanyak 71,11% responden menggunakan

media pembelajaran pada saar menjelaskan materi yang memerlukan

media pembelajaran. Kategori persentase ini termasuk sedang.

8) Item 8: Jika siswa merasa jenuh, maka guru akan segera mengganti

metode pembelajaran dengan cara yang lebih menarik, sehingga siswa

tidak cepat jenuh.

Page 92: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

92

Hasil Penelitian:

Tabel 4.22 Perubahan metode pembelajaran.

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 3 15 b. Setuju 4 5 20 c. Ragu-ragu 3 4 12 d. Tidak Setuju 2 6 12 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 59 Persentase 65,56

Analisis:

Perubahan metode dan model pembelajaran dapat saja terjadi pada saat

pembelajaran. Pada konteks ini sebanyak 65,56% responden menyata-

kannya. Angka persentase tanggapan responden ini termasuk ke dalam

kategori sedang.

9) Item 9: Siswa bebas memilih mengerjakan soal yang mana terlebih

dahulu, tetapi bobot nilai setiap soal telah dijelaskan terlebih dahulu

oleh guru.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.23 Menjawab soal ujian atau latihan

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 2 10 b. Setuju 4 4 16 c. Ragu-ragu 3 5 15 d. Tidak Setuju 2 6 12 e. Sangat Tidak Setuju 1 1 1 Jumlah 18 54 Persentase 60,00

Page 93: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

93

Analisis:

Pada item ini hanya 60% responden memberikan tanggapan positif.

Artinya, hanya setengah lebih sedikit saja responden membenarkan

siswa mengerjakan soal-soal ujian secara acak.

10) Item 10: Siswa memperhatikan dengan baik apa yang disampaikan oleh

guru pada saat di depan kelas.

Hasil Penelitian:

Tabel 4.24 Perhatian siswa pada saat belajar.

Kriteria Skor F Nilai a. Sangat Setuju 5 6 30 b. Setuju 4 4 16 c. Ragu-ragu 3 3 9 d. Tidak Setuju 2 5 10 e. Sangat Tidak Setuju 1 0 0 Jumlah 18 65 Persentase 72,22

Analisis:

Pada item 10 ini terdeteksi sebanyak 72,22% responden memberikan

tanggapan dan menyatakan bahwa siswa memperhatikan guru pada saat

menjelaskan sesuatu di depan kelas.

Berdasarkan tanggapan yang diberikan oleh responden pada 10 item

pernyataan yang diajukan, dapat diakumulasikan posisi kategori tanggapan

sebagai berikut.

Page 94: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

94

Tabel 4.24 Rekapitulasi Data Responden Variabel Sarana dan Prasarana

Item Nomor Kategori Persentase

1 74,44 %

2 70,00 %

3 64,44 %

4 78,89 %

5 73,33 %

6 75,56 %

7 71,11 %

8 65,56 %

9 60,00 %

10 72,22 %

Rata-rata 70,555 %

Tabel 4.14 di atas memperlihatkan rata-rata persentase dari

kesepuluh item variabel profesionalisme guru yang mencapai 70,555 %.

Rata-rata tersebut diperoleh dari persentase kategori masing-masing

jawaban responden dengan berorientasi pada indikator yang ada.

Menurut Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006) dalam

menyusun penskalaan dengan metode Likert’s Summated Rating, untuk

mengetahui posisi setiap responden tentang suatu variabel, ditentukan

skor maksimal dan skor minimal yang mungkin dicapai oleh setiap

responden.

Page 95: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

95

Dengan perolehan nilai sebagaimana terlihat pada tabel di atas,

rata-rata persentase profesionalisme guru menunjukkan pada skala yang

sedang dan cenderung tinggi. Hal tersebut menandakan bahwa sekalipun

belum sempurna dan sesuai dengan kaidah yang berlaku, pengembangan

profesionalisme guru di SMA Al-Muawanah Cianjur telah relatif cukup

baik serta ada kecenderungan sesuai dengan keempat dimensi yang

dikemukakan.

3. Analisis Regresi

a. Uji Asumsi Klasik

Analisis Regresi digunakan untuk mengukur pengaruh antara variabel

prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Sebelum dilakukan

analisis regresi, dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut.

1) Uji Normalitas Distribusi Data

Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan

model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan

untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan

digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan

model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi

normal.

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

20 40 60 80 100 70,56

Page 96: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

96

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov satu

arah atau analisis grafis. Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan

Kolmogorov-Smirnov pada variabel independen dan variabel dependen.

Tabel 4.25

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sarana dan

Prasarana

Pendidikan

Profesionalisme

Guru

N 18 18

Mean 37,6111 35,2778Normal Parametersa,b

Std. Deviation 5,64789 6,44256

Absolute ,097 ,117

Positive ,072 ,117

Most Extreme Differences

Negative -,097 -,087

Kolmogorov-Smirnov Z ,412 ,496

Asymp. Sig. (2-tailed) ,996 ,967

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hasil analisis Kolomogorov-Smirnov dengan nilai Z untuk Y

sebesar 0,496 dan untuk X sebesar 0,412. Asymp signifikan untuk variabel

Y dan X, secara berturut-turut adalah 0,967 untuk Y dan 0,996 untuk X.

Dari hasil tersebut nampak bahwa pada variabel Y dan X memiliki

distribusi data yang normal.

2) Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi liner kesalahan pengganggu (e) mempunyai varians yang

sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk

menguji Hetero-skedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi

Page 97: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

97

Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residu-

alnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat

Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka

terdapat Heteroskedastisitas. Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh

hasil seperti pada Tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.26

Correlations

Sarana dan

Prasarana

Pendidikan

Profesionalisme

Guru

Correlation Coefficient 1,000 -,355

Sig. (2-tailed) . ,149

Sarana dan

Prasarana

Pendidikan N 18 18

Correlation Coefficient -,355 1,000

Sig. (2-tailed) ,149 .

Spearman's

rho

Profesionalisme

Guru

N 18 18** Correlation is significant at the .01 level (2-tailed). a Listwise N = 18

Hasil pengujian korelasi Spearman pada tabel di atas menunjukkan

bahwa korelasi antara variabel X dengan nilai residual adalah tidak

signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig = 0,149 > 0.05 sehingga

dapat diasumsikan bahwa tidak terjadi heterokesdasitas dalam model

regresi ini.

3) Uji Asumsi Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji

Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Waston (DW), yaitu jika nilai

Page 98: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

98

DW terletak antara du dan (4 – dU) atau du ≤ DW ≤ (4 – dU), berarti

bebas dari Autokorelasi. Jika nilai DW lebih kecil dari dL atau DW lebih

besar dari (4 – dL) berarti terdapat Autokorelasi. Nilai dL dan dU dapat

dilihat pada tabel Durbin Waston, yaitu nilai dL ; dU = α ; n ; (k – 1).

Keterangan : n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah variabel, dan α

adalah taraf signifikan.

a) Perumusan hipotesis :

- Ho : ρ1 =

ρ2 =... =

ρp = 0 Non Autokorelasi (Faktor pengganggu

periode tertentu tidak berkorelasi dengan faktor pengganggu pada

periode lain).

- Ha : ρ1 =

ρ2 =

... = ρp ≠

0 Autokorelasi (Faktor pengganggu periode

tertentu berkorelasi dengan faktor pengganggu pada periode lain).

b) Kriteria pegujian :

- Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti ada

autokorelasi.

- Jika dU < d-hitung < (4 – dU), Ho diterima, berarti tidak terjadi

autokorelasi.

- Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka tidak

dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi.

Page 99: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

99

Gambar 4.2

Daerah Penerimaan & Penolakan Ho, Uji Autokorelasi

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi

SPSS 18.0 for Windows diperoleh output sebagai berikut.

Tabel 4.27

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,234a ,055 -,004 6,45566 1,844

a. Predictors: (Constant), Sarana dan Prasarana Pendidikan

b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin Watson (d)

sebesar 1,844. Untuk N=18 pada 2 variabel, Nilai dL pada tabel adalah

1,15759 dan nilai dU adalah 1,39133. Dengan menggunakan grafik di

atas, dapat dihitung keberadaan DW sebagai berikut.

- Nilai dL adalah 1,15759

- Nilai dU adalah 1,39133

- Nilai 4 – dU adalah 2,60867

- Nilai 4 – dL adalah 2,84241

Page 100: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

100

Berdasarkan grafik yang dikemukakan di atas dapat diketahui

bahwa nilai DW = 1,844 berada di antara nilai dU dan 4-dU atau 1,39133

< 1,844 < 2,60867 yang berarti nilai DW berada pada daerah penerimaan

HO. Artinya, pada penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

b. Pembentukan Model Regresi Liniear Sederhana

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, teknik analisis data dengan

menggunakan Analisis Regresi Sederhana dengan model persamaan sebagai

berikut.

Ŷ = a + bX + e

Keterangan:

Y : keputusan pembelian produk Mitra Emas

X : sarana dan prasarana pendidikan

a : konstanta

b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X

e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak.

Dengan menggunakan aplikasi PASW 18.0 for Windows diperoleh

taksiran regresi sebagai berikut.

Tabel 4.28 Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Model

B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 21,590 9,614 4,246 ,0391

Sarana dan Prasarana

Pendidikan

,388 ,253 ,358 2,532 ,145

a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru

Page 101: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

101

Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat model regresi sebagai berikut.

Ŷ = 21,590 + 0,388X + e

Persamaan regresi yang terbentuk dapat diartikan sebagai berikut.

1) Konstanta sebesar 21,590 mengandung arti jika sarana dan prasarana

pendidikan (X) nilainya sama dengan 0, maka profesionalisme guru (Y)

nilainya sama dengan 21,590.

2) Variabel Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) memiliki koefisien regresi

positif. Hal ini berarti jika skor Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) naik

sebesar satu satuan, maka Profesionalisme Guru (Y) akan mengalami

peningkatan sebesar nilai koefisien regresinya, yaitu sebesar 0,388 kali

atau sebesar 38,80 %.

3) Nilai e dapat diabaikan karena telah dilakukan uji asumsi klasik yang

menyatakan bahwa seluruh data berdistribusi normal, tidak terdapat

heteroskedastisitas, serta tidak terjadi autokorelasi. Dengan demikian, nilai

e dinyatakan sama dengan 0.

c. Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan apakah model regresi yang telah diperoleh di atas

dapat digunakan atau tidak, akan dilakukan pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji t.

Berdasarkan output pada tabel 4.28 dapat diketahui nilai thitung untuk X

adalah sebesar 2,532 sedangkan ttabel pada α (tingkat kekeliruan) 0,05 dan db =

Page 102: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

102

18 – 2 = 16 untuk pengujian satu sisi adalah 2,120. Kriteria pengujian satu sisi

adalah ’tolak Ho jika thitung > ttabel’.

Karena nilai thitung (2,532) lebih besar daripada nilai ttabel (2,120) pada

tingkat kekeliruan 5% dan db = 16, maka HO ditolak dan HA diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat

pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap Profesionalisme Guru

SMA Al-Muawanah Cianjur.

d. Penentuan Koefisien Determinasi

Besar pengaruh antar kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.29

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,358a ,128 ,073 5,88986

a. Predictors: (Constant), Sarana dan Prasarana Pendidikan

Tabel 4.29 di atas menunjukkan koefisien determinasi untuk variabel

Profesionalisme Guru (Y) dan sarana dan prasarana pendidikan (X) adalah

0,128. Nilai ini mengandung makna bahwa sebesar 12,80 % Profesionalisme

Guru (Y) dipengaruhi oleh sarana dan prasarana pendidikan (X). Sedangkan

sisanya sebesar 87,20 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Profesionalisme Guru

SMA Al-Muawanah Cianjur dipengaruhi oleh sarana dan prasarana pendidik-

Page 103: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

103

an. Dengan kata lain, semakin baik Sarana dan Prasarana Pendidikan dilaku-

kan, maka akan semakin baik pula Profesionalisme Guru. Sebaliknya, makin

tidak baik sarana dan prasarana pendidikan akan berakibat semakin tidak

baiknya Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur.

C. Pembahasan

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Manajemen Sarana dan prasarana pendidikan memiliki peran penting

dalam pencapaian tujuan pendidikan baik bersifat kuantitatif maupun

kualitatif. Perencanaan pengadaan, pemanfaatan dan pemeliraharaan sarana

dan prasarana pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam

kajian manajemen pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan pada sekolah

menengah tingkat atas (SMA) merupakan suatu komponen yang menentukan

terlaksananya kegiatan belajar mengajar pada SMA bersamaan dengan

komponen pendukung yang lainnya. Proses belajar mengajar dapat

berlangsung jika ada pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan lingkungan

pendidikan yang mendukung. Semua faktor merupakan sebuah siklus dalam

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan

terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur” di antaranya

mengungkap kondisi sarana dan prasarana pendidikan di tingkat satuan

pendidikan, khususnya SMA Al-Muawanah Cianjur. Data informasi yang

berhasil dihimpun dari 18 responden guru mata pelajaran di SMA Al-

Page 104: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

104

Muawanah Cianjur menunjukkan sebanyak 75,22% responden memberikan

tanggapan positif terhadap keberadaan sarana dan prasarana di SMA Al-

Muawanah Cianjur. Tingkat persentase tersebut menunjukkan kategori sarana

dan prasarana di SMA Al-Muawanah Cianjur pada tingkat yang cukup baik.

Instrumen yang digunakan untuk menghimpun data adalah angket

yang berisi 10 item. Item-item dalam instrumen ini telah dianalisis serta

dinyatakan valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data. Validitas item pengumpul data secara keseluruhan ditentukan

oleh koefisien Alpha Cronbach yang di atas 0,700 sebagai nilai kritis, yakni

rata-rata 0,715. Kemudian nilai reliabilitas instrumen ditentukan oleh

koefisien Guttman Split-Half yang berada pada nilai 0,793 (lebih besar

daripada nilai kritis 0,700).

Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa pada variabel

sarana dan prasarana pendidikan dinyatakan (1) data telah berdistribusi normal

yang ditunjukkan dengan nilai Z pada uji One Sample K-S (Kolmogorov-

Simrnov) yang mencapai angka 0,412 (lebih besar daripada 0,05), (2) tidak

terjadi heteroskedastisitas yang ditunjukkan dengan nilai koefisien Spearmen

rho sebesar 0,149 (lebih besar daripada 0,05), serta (3) tidak terjadi

autokorelasi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien hasil hitung DW

(Durbin-Watson) sebesar 1,844 yang berada di antara batas nilai dU dan (4-

dU).

Page 105: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

105

2. Profesionalisme Guru

guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin

yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman,

nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa

dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang

terasa berat diterima oleh para siswa.

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan

yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu

menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat

rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh tahun terakhir

telah berdampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Variabel profesionalisme guru pada penelitian ini memberikan

gambaran bahwa 18 responden memberikan tanggapan positif terhadap tingkat

profesionalisme guru di SMA Al-Muawanah Cianjur. Tanggapan ini

ditunjukkan dengan angkat persentase sebesar 70,56% yang berarti bahwa

tingkat profesionalitas guru SMA Al-Muawanah berada pada kategori sedang

atau cukup baik.

Data tersebut dianggap valid karena telah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas instrumen yang menghasilkan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,754

serta nilai Guttman Split-Half Coefficient sebesar 0,796.

Page 106: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

106

Selanjutnya, pada pengujian asumsi klasik variabel profesionalisme

gurr ditunjukkan bahwa (1) data telah berdistribusi normal dengan nilai Z pada

One Sample K-S sebesar 0,496 serta Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,967, (2)

tida ada gejala heteroskedastistias yang ditunjukkan dengan koefisien Sig. (2-

tailed) sebesar 0,149 (lebih besar daripada 0,05), sarta (3) tidak terjadi

autokorelasi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien hasil hitung DW

(Durbin-Watson) sebesar 1,844 yang berada di antara batas nilai dU dan (4-

dU).

3. Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisme

Guru SMA Al-Muawanah Cianjur

Regresi liniear sederhana yang diperoleh dengan pengujian SPSS 18.0

menghasilkan persamaan Ŷ = 21,590 + 0,388X + e yang berarti variabel

Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) memiliki koefisien regresi positif. Hal

ini berarti jika skor Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) naik sebesar satu

satuan, maka Profesionalisme Guru (Y) akan mengalami peningkatan sebesar

nilai koefisien regresinya, yaitu sebesar 0,388 kali atau sebesar 38,80 %.

Pengujian hipotesis menunjukkan nilai thitung untuk X adalah sebesar

2,532 sedangkan ttabel pada α (tingkat kekeliruan) 0,05 dan db = 18 – 2 = 16

untuk pengujian satu sisi adalah 2,120. Kriteria pengujian satu sisi adalah

’tolak Ho jika thitung > ttabel’. Karena nilai thitung (2,532) lebih besar daripada

nilai ttabel (2,120) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 16, maka HO ditolak

dan HA diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat

Page 107: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

107

kepercayaan 95% terdapat pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap

Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur.

Besar pengaruh tersebut ditunjukkan dengan koefisien determinasi

untuk variabel Profesionalisme Guru (Y) dan Sarana dan Prasarana

Pendidikan (X) sebesar 0,128. Nilai ini mengandung makna bahwa sebesar

12,80 % Profesionalisme Guru (Y) dipengaruhi oleh Sarana dan Prasarana

Pendidikan (X). Sedangkan sisanya sebesar 87,20 % merupakan pengaruh

faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Page 108: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

108

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasar kepada hasil analisis atas data yang berhasil dihimpun pada

penelitian ini, diperoleh simpulan-simpulan sebagai berikut.

1. Keberadaan sarana dan prasarana pendidikan serta profesionalisme guru

SMA Al-Muawanah Cianjur adalah cukup baik. Hal ini ditunjukkan

dengan kategori persentase dari tanggapan responden pada masing-masing

variabel sebesar 75,22% dan 70,56%.

2. Terdapat pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur. Pengaruh tersebut

ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 2,532 lebih besar daripada ttabel

yang sebesar 2,120.

3. Besar pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme

guru SMA Al-Muawanah Cianjur adalah 12,80% yang ditunjukkann

dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,128. Sedangkan, sisanya

yang sebesar 87,20 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini.

Page 109: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

109

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan-temuan selama melaksanakan penelitian, serta

keterkaitannya dengan konteks penelitian, direkomendasikan beberapa hal sebagai

berikut.

1. Sekolah sebaiknya memiliki manajemen sarana dan prasarana yang lebih

baik agar pendataan fungsi ini dapat berjalan dengan baik serta terkendali.

Inventarisasi barang yang ada di kelas (misalnya) sebaiknya dipampang-

kan pada dinding kelas yang menyatakan jumlah masing-masing inventaris

barang yang ada di kelas tersebut. Daftar inventaris barang ini diketahui

oleh penanggung jawab kelas (wali kelas), wakil kepala sekolah urusan

sarana dan prasarana, serta kepala sekolah.

2. Barang-barang sekolah merupakan barang inventaris yang harus dijaga

dan dipelihara sehingga fungsinya dapat dimaksimalkan. Pada konteks ini,

sebaiknya sekolah melakukan sistem manajemen sarana dan prasarana

dalam hal peminjaman alat-alat peraga (media pembelajaran) secara

cermat dan teliti sehingga tidak ada barang-barang sekolah yang hilang

dan tidak tentu keberadaannya.

3. Guru, sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan, sebaiknya dapat

memanfaatkan sarana dan prasarana pendidikan dengan maksimal sesuai

dengan kondisi sekolah. Jika tidak ditemukan media-media yang sesuai

dengan kebutuhan pembelajaran, sebaiknya ada upaya pengadaan media

pembelajaran serupa yang lebih sederhana tetapi fungsinya sama.

Page 110: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

110

4. Kepala sekolah dan komite sekolah sebaiknya mampu menjalin kinerja

yang harmonis agar dapat mengembangkan proses pemberdayaan sekolah

dalam upaya mencapai sasaran mutu yang telah diprogramkan. Jalinan

kinerja ini harus meliputi berbagai aspek, terutama dalam menunjang

proses pendidikan. Komite sekolah harus mampu menjadi jembatan bagi

terlaksananya hubungan sekolah dengan dunia di luar pendidikan dalam

upaya mengembangan pendidikan yang berwawasan ke depan, berkualitas,

dan tetap menjaga nilai-nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian dalam konteks yang

sama, direkomendasikan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan

memilih variabel-variabel determinan serta metode yang lebih variatif.

Page 111: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

111

DAFTAR PUSTAKA Anwar, Moch. Idochi. (2004). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Alisuf Sabri, Mimbar Agama dan Budaya, (Jakarta: Pusat Penelitian dan

Arikunto, Suharsimi. (1993) Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asrorun Ni’am Sholeh. (2006). Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta: Elsas.

Atmodiwirio, Soebagio. (2005). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardanizya Jaya.

Bafadal, Ibrahim (2008). Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, Jakarta : PT Bumi Aksara.

Daryanto, M. (2005). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

E. Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosda Karya: Bandung.

Gunawan, Ary (2005). Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Micro) Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Harahap, Baharuddin. (1983). Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya

Muhaimin (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, h.250.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda karya.

Murniati, A. R, (2008). Manajemen Stratejik: Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1, h. 16-18.

Page 112: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

112

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar NasionalPendidikan, www.parlemen.ri./E3.pdf. didownload, 5 Maret 2011.

Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2008, Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Pemerintah Aceh. Banda Aceh

Rohiat (2009). Manajemen Sekolah teori dasar dan Praktek, Bandung, Refika Aditama.

Rasima (2007). Manajemen Perpustakaan Akper Aceh Selatan, tidak diterbitkan.

Surya, Muhammad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya.

Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional. Bandung: Angkasa

Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryobroto, B. (2005). Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta. PT Rineka Cipta.

Sucipto, Basuki Mukti (2004). Administrasi Pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta: Depdikbud

http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-duniapendidikan-oleh -Winarno-Surakhmad/2008/05/12/.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Page 113: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

113

ANGKET Variabel X

(Sarana dan Prasarana Pendidikan)

Petunjuk: 1. Pada angket ini terdapat 10 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap

pernyataan dalam kaitannya dengan pembelajaran yang baru selesai pelajari, dan tentukan kebenarannya. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu.

2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawaban anda jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.

3. Catat respons anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang ,dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih.

Keterangan Pilihan jawaban: 1. = Sangat Tidak Setuju (STS) 2. = Tidak Setuju (TS) 3. = Ragu-Ragu (RR) 4. = Setuju (S) 5. = Sangat Setuju (SS) 1. Profesionalisme guru seringkali disorot dari ketersediaan berbagai macam

sarana prasarana, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

2. Sarana pendidikan merupakan penunjang bagi proses belajar mengajar, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

Page 114: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

114

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

3. Administrasi sarana dan prasarana pendidikan itu pada dasarnya merupakan proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

4. ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang atau tidak memadai akan menghambat proses belajar mengajar, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

5. Banyaknya kasus penyalahgunaan dana administrasi sekolah, membuat sarana dan prasarana pendidikan tidak terwujud sesuai dngan harapan, adanya permainan uang dalam administrasi membuat pendidikan semakin tidak cepat mencapai titik keberhasilan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

Page 115: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

115

6. Setelah kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dapat terpenuhi dan tertata sesuai dengan pemakaiannya, maka perlu dibuat peraturan bagi pengguna sarana dan prasarana tersebut, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

7. Tujuan daripada pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

8. Sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah - sekolah islam yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di sekolah islam, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

9. Selain dengan cara membeli, sarana dan prasarana pendidikan sekolah juga dapat diperoleh dari hadiah atau dengan cara meminta sumbangan kepada

Page 116: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

116

perorangan ataupun lembaga, yayasan, organisasi atau badan-badan tertentu, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

10. Sarana dan prasarana pendidikan sering disebut sebagai fasilitas pendidikan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

ANGKET Variabel Y

(Profesionalisme Guru)

Petunjuk: 1. Pada angket ini terdapat 10 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan pembelajaran yang baru selesai pelajari, dan tentukan kebenarannya. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu.

Page 117: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

117

2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawaban anda jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain. 3. Catat respons anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang ,dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih. Keterangan Pilihan jawaban: 1. = Sangat Tidak Setuju (STS) 2. = Tidak Setuju (TS) 3. = Ragu-Ragu (RR) 4. = Setuju (S) 5. = Sangat Setuju (SS) 1. Sebelum proses pembelajaran, guru menjelaskan apa yang telah dicapai oleh

siswa dari pengajaran yang telah di ajarkan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

2. Setelah proses belajar mengajar di kelas, guru menjelaskan keterkaitannya dengan kehidupan siswa sehari-hari, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

3. Guru menjelaskan keterampilan dan pengetahuan yang harus siswa dikuasai setelah kegiatan belajar mengajar, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

Page 118: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

118

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

4. Guru menjelaskan pokok-pokok bahasan dalam pembelajaran sesuai dengan urutan di buku, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

5. Pada saat mengajar di kelas, guru membawa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) , apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

6. Selain membuka buku pelajaran, guru juga membuka RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pada saat menjelaskan pokok-pokok pembahasan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

Page 119: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

119

e. Sangat tidak setuju

7. Guru menggunakan media pada saat menjelaskan pokok bahasan yang membutuhkan media, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

a. Sangat tidak setuju

8. Jika siswa merasa jenuh, maka guru akan segera mengganti metode pembelajaran dengan cara yang lebih menarik, sehingga siswa tidak cepat jenuh, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

9. Siswa bebas memilih mengerjakan soal yang mana terlebih dahulu, tetapi bobot nilai setiap soal telah dijelaskan terlebih dahulu oleh guru, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

10. Siswa memperhatikan dengan baik apa yang disampaikan oleh guru pada saat di depan kelas, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

Page 120: Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

120

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Ragu-ragu

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju