saphara juli 2013

40
Edisi #I Juli 2013 Saphara Sebuah Perjalanan, sebuah Kehidupan Saphara Majalah KAPPA Fikom Unpad Sebesi, tidak Sekeras Besi Catatan Perjalanan Pulau Sebesi di Krakatau Cipeles Kini Pengarungan denga Misi Lingkungan Halaman: Lintas Kota: Catatan dari Malang Perjalanan Menembus Batas Provinsi Eksplorasi gunung, tebing, dan jeram saphara072013

Upload: tyas-pamungkas

Post on 19-Mar-2016

234 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Saphara adalah majalah dari Unit Kegiatan Mahasiswa Klub Aktivis Pegiat dan Pemerhati Alam Fakultas llmu Komunikasi Unpad.

TRANSCRIPT

Page 1: Saphara Juli 2013

Edisi #I Juli 2013

SapharaSebuah Perjalanan, sebuah Kehidupan

SapharaMajalah KAPPA Fikom Unpad

Sebesi, tidak Sekeras BesiCatatan Perjalanan Pulau Sebesi di Krakatau

Cipeles KiniPengarungan denga Misi Lingkungan

Halaman:

Lintas Kota:

Catatan dari MalangPerjalanan Menembus Batas Provinsi

Eksplorasigunung, tebing, dan jeram

saphara072013

Page 2: Saphara Juli 2013
Page 3: Saphara Juli 2013

Salam RedaksiEksplore!

Eksplore adalah salam kebanggaan kami, anggota

KAPPA Fikom Unpad yang sudah berdiri selama 15

tahun. Selama 15 tahun ini juga banyak perjalanan

yang telah kami lakukan. Perjalanan itu semua

tersimpan rapi di ingatan.

Namun Pramoedya Anana Toer juga berkata bahwa

sia-sia saja manusia pintar setinggi langit namun

tidak menulis.

Maka inilah Saphara, di edisi 1 yang tentunya masih

perlu kritik dan saran untuk membuat kami

bertambah besar dan bertumbuh memberikan

informasi mengenai perjalanan alam bebas.

Kali ini kami menyajikan isu mengenai perjalanan

Krakatau di Banten, Tebing Kera di Malang, dan Sungai

Cipeles di Sumedang.

Masih banyak isu alam bebas lain yang juga kami

sajikan. Semoga semuanya bisa menikmati dengan

hati lapang dan merasakan petualangan yang kami

lakukan.

Salam hangat,

Tyas Dwi P.

MAJALAH SAPHARA

Pelindung: Drs. Aceng Abdullah M.Si. Pemimpin Perusahaan: Ria Hermila . Pemimpn

Media dan Redaksi: Tyas Dwi P. . Redaktur Bahasa: Dhanang David . Layout:

Djarot&Panji . Redaktur Budaya: Tyas Dwi P. Redaktur Lingkungan: Deando DP .

Redaktur Opini: Marlene . Reporter: Anggota KAPPA Fikom Unpad Angkatan 14,15 dan

16.

MAJALAH SAPHARA adalah majalah milik Klub Aktivis Pegiat dan Pemerhati Alam

Fikom Unpad.

Alamat: Student Center Fikom Unpad Lantai 2, Jatinangor, Sumedang

Sap

hara

Sebu

ah Pe

rjal

anan

, seb

uah

Kehidu

pan

Sap

hara

Page 4: Saphara Juli 2013

5

Perjalanan Lokal

SISATENAGA

Berikut adalah catatan perjalanan

anggota KAPPA Fikom Unpad

menuju Gua Pawon, Bandung BaratTeks: Dwi Anggraeni . Foto: Dokuentasi KAPPA

ini Journey Gemuruh Fajar yang hari ini akan menjadi hari terakhir perjalanan Mini Journey yang sudah kami lakukan M

dalam tiga minggu di setiap akhir pekannya. Jumat 12 April 2013, kami dibagi menjadi tiga bagian keberangkatan. Ada yang berangkat pukul 13.00 WIB ada juga yang menyusul pukul 15.30 dan 17.00 WIB.

Page 5: Saphara Juli 2013

5

Perjalanan LokalKami pun memaksimalkan

persiapan untuk Mini Journey tahap

akhir ini, mulai dari pra

keberangkatan kami semua selalu

latihan rutin dari hari senin – kamis

di papan panjat UKL dan Caldera.

Kami mematangkan fisik kami

untuk memanjat agar tidak terlalu

kaku saat melakukan pratek

langsung di tebing Goa Pawon.

Sesampainya disana Dwi

dan Wini menemui Kang Hendi

sebagai penanggung jawab atau

bisa disebut penjaga tempat

tersebut. Mereka memperkenalkan

diri kembali dan mengenalkan

teman- teman yang lain. Kami pun

mulai memasang flysheet di dalam

saung untuk melindungi atap jika

terjadi hujan dan tidak bocor dan

mengganggu istirahat kami nanti,

Para wanita membantu untuk

menyiapkan makan malam dan

membuat air panas untuk rekan

mereka yang nanti datang

menyusul.

Tak lama setelah teman –

teman yang lain tiba, kami makan

malam bersama dan seperti biasa

kami makan beralaskan trash bag.

Makanan hari itu teras sangat enak

karena kami semua dalam keadaan

lapar dan lelah, disusul juga sehabis

makan kita langsung mengadakan

evaluasi tentang keberangkatan tadi

dan briefing untuk pemanjatan esok

pagi.

Wa k t u i s i r a h a t t e l a h

diberikan oleh komandan operasi

kami, kami pun segera beristirahat

agar kondisi badan tetap bisa fit

untuk pemanjatan esok pagi. Seperti

berkurang dan melemah.

Kegiatan terus berlanjut,

a k h i r n y a M a n g S t u n y a n g

memasang runner keempat dan

seterusnya. Setelah terpasang semua

kami pun mencoba satu per satu

untuk memanjat keatas. Usaha kami

untuk memanjat patut diberikan

j e m p o l , k a r e n a k a m i

memaksimalkan tenaga untuk bisa

sampai atas, meskipun tidak ada

salah satu dari kami yang sampai

atas, skill memanjat kami sudah bisa

dibilang bagus.

“Gapapa, emang gitu! Pede

aja pede” selalu terdengar teriakan

seperti itu jika teman- teman kami

sedang memanjat. Setelah memanjat

kami semua mula i p rak tek

ascending, saat mencoba itu tangan

saya sudah terasa sangat sakit dan

pegal akibat memanjat tadi. Saya

seperti sudah tidak kuat untuk

menarik badan saya keatas. Setelah

beberapa jam, menunjukkan pukul

13.00 WIB agendanya jam segini

pemanjatan harus sudah selesai.

Kami pun merapikan semua alat

bawaan, dan kembali kebawah.

Dibawah kami tidak lupa berfoto

bersama di bawah tulisan masuk Goa

Pawon, hal ini menunjukkan baha

kegiatan kami di Goa Pawon telah

selesai dan berjalan dengan

lancar.berkesan, banyak pelajaran

yang bisa kita ambil, banyak contoh

sikap yang bisa kita jadikan panutan

dan acuan agar kita bisa maju.

biasa setiap malamnya ada jadwal

piket yang dibagikan untuk berjaga

jaga apabila terjadi sesuatu.

Kami tiba di tebing Goa

Pawon yang akan kami panjat, kami

menyiapkan alat dan tidak lupa

semua alat itu di list agar tidak

hilang. Tali, carrabiner screw,

runner, dan alat lainnya sudah

disiapkan. Olaf adalah orang

pertama yang memasang runner

keatas, kami salut dengan Olaf

karena dia berani dan mau

menunjukkan kepada kami kalau ini

semua aman dan tidak akan sampai

jatuh. Saat Olaf memasang keatas, Ia

hanya bisa sampai runner ketiga dan

se lanju tnya Akbar mencoba

memasang runner selanjutnya.

Saat Akbar mulai memanjat,

kami melihat paha Akbar sudah

mulai bergetar, seakan ingin jatuh

namun Ia mencoba tetap bertahan

diatas. Saat ingin meng-klik tali pada

runner keempat sepertinya Ia kurang

teliti sehingga Ia terjatuh dan

terbanting sampai runner tiga. Kami

yang melihat sangat kaget, jantung

kami pun berdegup cukup kencang

saat melihat itu.

Seperti memori buruk yang

dulu pernah dialami terlintas begitu

saja di pikiran, rasa takut muncul

k e m b a l i , b e g i t u p u l a r a s a

ketidakpercayaan pada alat. Namun,

kami mencoba agar tetap berani,

tetap ingin mencoba naik keatas.

Jujur, yang dirasakan saat melihat

Akbar terjatuh itu seperti kehilangan

orang yang disayangi, ingin

menangis tapi untuk apa..itu hanya

membuat rasa percaya d i r i

Page 6: Saphara Juli 2013

5

perjalananmenujudesa gunung kasurDesa Gunung Kasur merupakan titik recovery KAPPA Fikom Unpad

ketika Diklatsar. Salah satu peserta Diklatsar XVI berkenan menceritakannya

pada Anda.Teks: Dwi Desilvani . Foto: Tyas

Desa

Page 7: Saphara Juli 2013

5

dara dingin nan sejuk,

penduduk yang ramah, Ujalan penuh bebatuan

dikelilingi perkebunan kina

menjadi identitas Desa Gunung

Kasur yang terletak di Desa

C i p a n j a l u , K e c a m a t a n

Cilengkrang, Kota Bandung, Jawa

Barat. Daerah yang sejuk sangat

akrab kita temui karena desa ini

berada di atas ketinggian 1000

mdpl. Desa ini mempunyai

sejarah yang kental dengan asal

mula nama 'Desa Gunung Kasur'.

Konon menurut para tertua Desa

Gunung Kasur, gunung ini banyak

ditumbuhi rumput dan terlihat

seperti kasur. Struktur jalan yang

bebatuan menyebabkan desa ini

l e b i h b a n y a k d i a k s e s

menggunakan sepedah motor.

Penduduk di desa ini mayoritas

b e k e r j a s e b a g a i b u r u h

perkebunan. Bahkan, tempat

tinggal yang mereka tempati

sudah disediakan oleh dinas

perkebunan. Bedeg, penduduk

Desa Gunung Kasur biasa

menyebut tempat tinggalnya.

Tempat tinggal yang cukup layak

dengan model rumah panggung

yang berpondasi berbahan dari

pohon kina, dapat ditempati lima

sampai delapan orang. Dinding

y a n g c u k u p s e d e r h a n a

berbahankan bambu yang sudah

dianyam apik dan berlantaikan

kayu membuat rumah di Desa

Gunung Kasur terlihat sangat

sederhana dan nyaman untuk

ditempati . Penduduk Desa

Gunung Kasu r i n i mas ih

tumbuhan disekitarnya mati. Tanaman klitus mulai berkembang pesat di daerah perkebunan kina di Desa Gunung Kasur ini. Walaupun tumbuhan klitus mengurangi populasi tumbujan kina, tidak selamnya tumbuhan ini merugukan. Tumbuhan klitus ini ternyata juga dapat dimanfaatkan sebagai pondasi rumah dan feaniture sebagai pengganti pohon kina yang relatif berkembang baik dengan jangka waktu yang lama. Penduduk Desa Gunung Kasur tidak sepenuhnua merasa dirugikan dengan keberadaan tumbujan ini karena tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan walau tidak sekokoh kina. Selain bekerja menjadi buruh perkebunan kina, penduduk Desa Gunung Kasur ini juga berternak untuk melengkapi kebutuhan hidup

mengolah makanan dengan

cara tradisional. Mereka masih

menggunakan tungku untuk

memasak nasi dan bahan

lainnya. Penduduk Desa yang

mayoritas menganut agama

islam ini dalam sudah cukup

modern karena sebagian besar

penduduk desa ini sudah

mempunyai sepedah motor dan

a l a t k o m u n i k a s i u n t u k

memenuhi kebutuhan mereka.

Namun, pelayanan umum

untuk menjangkau sekolah dan

pusat perbelanjaan masih

sangat jauh. Banyak anak-anak

di desa ini hanya berpendidikan

sampai Sekolah Menengah

Pertama karena selain biaya

yang tidak sanggup untuk

dicukupi, akses menuju sarana

umum sangat sulit dijangkau.

Telur Gabus yang nikmat

m e n j a d i m a k a n a n k h a s

penduduk Desa Gunung Kasur.

Anak-anak di Desa ini tidak

melanjutkan pendidikannya,

m e r e k a s e b a g i a n b e s a r

membantu pekerjaan orang

tuanya.Desa yang dikelilingi

perkebunan kina yang lebat membuat mata pencarian penduudk di desa ini mayoritas sebagai buruh perkebunan kina. Para buruh perkebunan kina dan pemilik perusahaan perkebunan kina pada saat ini mendapatkan kendala yang menghambat tumbuhnya pohon kina. Adanya tumbuhan klitus membuat populasi pohon kina semakin berkurang. Tumbuhan ini menyerap banyak air sehingga

Desa

Page 8: Saphara Juli 2013

5

Perjalanan Lintas Kota

Tim Panjat baru pulang dari Malang.

Ayo simak catatan perjalanannya.

Teks: Nelly Yustika . Foto: Dokumentasi Tim

Page 9: Saphara Juli 2013

5

Sabtu , 29 Juni 2013

Hari yang ditunggu akhirnya

datang , tahapan terakhir rangkaian

diklatsar KAPPA. Sekaligus menjadi

pengalaman pertama berpergian ke

Malang dengan tujuan panjat tebing

Lembah Kera, Malang. Barang

bawaandisiapkan malam sebelum

keberangkatan, perlengkapan

pribadi, kelompok, dan perbekalan

sudah terpacking dengan cantik

didalam carier 60 liter ini.

Mengenakan kemeja coklat, celana

jins plus sepatu gunung membuat ku

siap untuk berangkat memenuhi

tujuan khusus Independent Journey

di Malang. Berangkat bersama rekan

calon anggota madya divisi BIDIK ,

berdua belas menggendong carier

berjalan menantang terik matahari

menuju gerbang lama untuk naik

kendaraan umum menuju stasiun

Kiara Condong.Kereta kami

berangkat pukul empat sore

Perjalanan kali ini akan banyak

memakan waktu dan pastinya

melelahkan duduk selama kurang

lebih 15 jam untuk sampai di Stasiun

Kota Baru Malang. Selama dikereta

kami habiskan waktu dengan

bercanda, bermain uno, makan, dan

tidur.

Minggu, 30 Juni 2013

Terbangun dari tidur tinggal

satu stasiun lagi kami sampai di

Malang. Menuju ke WC untuk cuci

muka , wc nya cukup bersih . Tibalah

kami di Kota Malang, keluar adri

kereta bahasa yang didengar bukan

lagi bahasa Sunda dan dengan

otomatis kami pun mencoba

berbicara bahasa jawa bahkan

beberapa teman ada yang

menggunakan bahasa sunda dengan

logat jawa. Terlihat dari wajah kami

lusuh karena kurang tidur atau

kebanyakan tidur, mungkin. Sarapan

pertama kali di Kota Malang yaitu

Nasi Remes nama warungnya soto

basket , sempat saya menanyakan

kepada si pedagang mengapa

namanya soto basket, ternyata karena

dulu sering berjualan dilapangan

basket. Nasi Remes beharga delapan

ditemani belanja kedua putrinya ,

saya dan Naya mendorong kereta

belanjaan sambil memakan pizza

enak dan murah seperti anak kecil,

sedangkan Dwi sibuk memilih-

milih nuget yang baik dan mencari

bahan makanan yang berkualitas

baik namun murah seperti layaknya

ibu-ibu. Sesudah menemani Dwi

belanja kami makan malam dan

mengadakan briefing untuk

perjalanan besok. Briefing

dilakukan dengan cepat kemudian

kami lanjutkan dengan keliling kota

Malang dipandu oleh mbak din dan

mbak yan menggunakan motor

yang dipinjamkan anak IMPALA.

Kami melihat Balai Kota Malang,

Tugu, dan Alun-Alun.

Senin 1 Juli 2013

Hari ini kami berangkat

menuju tebing Lembah kera ,

perjalanan kira-kira satu setengah

jam kami lalui dan ada rekan yang

menggunakan motor karena untuk

keperluan ERP nantinya. Tempat

pemanjatannya nyaman , karena

kami membuat camp di roof

sehingga tidak kehujanan. Disana

juga telah tersedia kamar mandi

yang lumayan bersih. Sesampainya

di tebing saya, Naya, dan Dwi

bertugas menyiapkan makan siang

dan lagi-lagi saya kebagian buat air

minum. Entah mengapa sejak mini

journey saya memang selalu

banyak mendapatkan tugas ini .

Mungkin karena minuman yang

saya buat seperti teh, kopi, susu,

bahkan air putih pun terasa enak

(memuji diri sendiri).

Setelah masak saya dan

Naya sebagai tim Isu bergegas

menuju desa untuk mencari

informasi tentang isu pencemaran

Sungai Lesti yang dilakukan oleh

Pihak U.D Lestari. Hari pertama

getting data tidak banayk yang

kami temukan karena untuk

mewawancarai pihak pabrik kami

memerlukan surat izin peliputan

dari organisasi sedangkan karena

kekhilafan sang sekertaris yaitu

saya sendiri lupa membuat surat

ribu ini sukses membuat perut saya

lumayan kenyang.

Akbar salah satu rekan

saya yang menjabat sebagai

pengurus masalah transportasi

sedang mencoba melobi angkutan

umum untuk mengantarkan kami

ke sekretariatan Ikatan Mahasiswa

Pecinta Alam (IMPALA)

Universitas Brawijaya. Sudah

mendapatkan angkot kami

bergegas menuju sekre IMPALA

masuk di kawasan Unibraw

sesuatu jatuh dari arah depan

mobil. Ya, terjatuhlah dua carier

dari atas mobil dan salah satunya

merupakan carier saya , sempat

sedih karena didalamnya terdapat

laptop. Kedua carier ini juga

sempat menghebohkan para

mahasiswa baru kedokteran yang

sedang berkumpul dan secara

spontan mereka ikut membantu

mengangkat carier . Saat itu juga

pertama kalinya kami bertemu mas

Abkhori anggota IMPALA kenalan

kami. Mas Abkhori mempunyai

ciri-ciri tinggi, kurus, hidung

mancung, dan dengan suara ketawa

yang unik, hampir semua rekan

saya mampu menirukan suara

tertawa mas Abkhori.

Sekre IMPALA terbilang

besar karena mempunyai tiga

ruangan, namun tidak mempunyai

dapur. Disambut oleh mbak yan,

mbak din, dan mas lupa namanya

kami berbincang mengakrabkan

diri setelah itu istirahat. Sorenya

sengaja saya mandi cepat agar bisa

ikut dwi sang komandan dapur

berbelanja perbekalan yang kurang

, sekalian bisa jalan-jalan naik

motor melihat kota Malang. Masuk

ke supermarket pertama dan keluar

lagi dikarenakan bahan yang dijual

tidak lengkap. Akhirnya kami ke

MATOS, Malang Town Square .

Kami berbelanja berempat saya,

naya, dwi, dan kang hanif.

Namun kang hanif hanya

bisa menunggu kami diluar karena

lupa membawa STNK motor yang

dipinjam. Seperti seorang Ibu yang

Perjalanan Lintas Kota

Page 10: Saphara Juli 2013

5

Kamis 4 Juli 2013

Hari kepulangan kami

kereta yang akan membawa kami

pulang berangkat pukul satu siang

sehingga jam dua belas kami sudah

harus berada disana. Seperti biasa

bangun, packing, dan berangkat

menuju stasiun kota Malang.

Namun sebelumnya foto dulu

dengan saudara IMPALA . Sampai

di stasiun Kota Malang , beberapa

rekan saya ada yang membeli oleh-

oleh untuk keluarga. Perjalan

pulang kurang lebih sama ditempuh

selama 15 jam. Sampai di Stasiun

Kiara Condong pukul 05.00 subuh

tanggal 5 Juli 2013 , langsung

membereskan alat dan upacara

penutupan bersama divisi GURITA.

izin peliputan . Untungnya ada

Bundo yang menjadi bundodari

menyelamatkan hidup kami dengan

men-scan cap KAPPA. Namun

Sungai Lesti yang kami cari belum

ketemu karena hari menandakan

akan hujan maka peliputan kami

arahkan besok.

Selasa 2 Juli 2013

Masih melakukan

pencarian informasi ,karena

sebelumnya pihak U.D Lestari

mengatakan limbah yang dihasilkan

tidak mencemari Sungai Lesti , dan

bedasarkan wawancara warga

sekitar yang tidak merasa

tergangung dengan limbah pabrik ,

kami sedikit mencurugai keaslian

berita wartawan RRI yang dimuat

dimedia online. Layaknya seorang

detektif, saya dan Naya mencoba

mencari alamat pak Marini yang

menjadi narasumber diberita online

tersebut. Kebetulan alamat

narasumber dicantumkan dalam

berita tersebut. Alamat pak Marini

kami tanyakan kebeberapa orang,

sampai akhirnya kami menemukan

rumah RW 01 RT 04 Desa

Gampingan.

Rumah ini memang benar

ditinggali oleh bapak yang bernama

Marini, namun ia tidak bekerja

sebagai pembersih limbah di sungai

seperti yang diberitakan oleh

wartawan RRI. Kami hanya

bertemu dengan sang istri

sedangkan pak Marini sendiri

menolak untuk bertemu dan

mengatakan melalui sang istri

bahwa ia tidak pernah

diwawancarai oleh wartawan

mengenai pencemaran sungai

sebelumnya.

Kami semakin curiga

sebenarnya apa yang terjadi?,

mengapa narasumber berita online

tersebut menolak bertemu kami dan

mengatakan tidak pernah

diwawancarai. Padahal tepat sekali

alamat dan nama narasumber

tersebut sesuai dengan yang ada

diberita. Masuk kedalam pabrik

U.D Lestari , kami diajak untuk

melihat pembuatan biji plastik dan

pengolahan limbahnya. Namun

kami tidak diizinkan

mendokumentasikan isi dalam

Pabrik karena kekhawatiran pihak

pabrik ada yang meniru proses

ataupun mesin yang digunakan.

Terlihat dari pihak pabrik yang

sedikit takut terhadap kami

sehingga sangat hati-hati dlam

berbicara. Melihat semua proses

terutama dalam pengolahan limbah

yang cukup wajar. Kami berbincang

dan pihak pabrik mengatakan

pernah ada media yang membuat

berita tentang pencemaran yang

dilakukan pihak U.D Lestari ,

namun wartawan itu sendiri tidak

pernah datang ke pabrik ataupun

mewawancarai pihak pabrik.

“Mungkin itu kompetitor yang

sengaja menjatuhkan pabrik kami”

tutur bagian personalia U.D Lestari,

bapak Mukhlis. Ia pun menunjukan

bahwa pabrik U.D Lestari memiliki

dokumen UPL dan UKL ,

sebelumnya juga sudah dilakukan

pengujian oleh Badan Lingkungan

Hidup,Malang.

Rabu 3 Juli 2013

Kegiatan berjalan seperti

biasa, namun kali ini kang ryan dan

Naya yang melakukan getting data

untuk mencari Sungai Lesti,

sedangkan saya melakukan

pemanjata sport climbing . Hari ini

dihabiskan dengan kegiatan

pemanjatan sport climbing dan

melengkapai tujuan khusus yang

belum tercapai. Sayangnya saat

pemanjatan saya hanya bisa sampai

pada pitch pertama , tidak ada

tenaga lagi untuk mengangkat

badan. Sore ini kami akan kembali

menuju sekre IMPALA. Pukul 4

sore kami berangkat menuju sekre

IMPALA namun diperjalanan

tangki mobil yang kami naiki bocor

sangat besar. Bisa diatasi tetapi

angkotnya beberapa kali mogok

dan harus didorong. Sampai di

IMPALA kami evaluasi dan bersiap

untuk kepulangan besok lalu

Istirahat.

Perjalanan Lintas Kota

Page 11: Saphara Juli 2013

pulau sebesi,surga di tengah lautReporter kami melaporkan catatan perjalanan dari

Pulau Sebesi di Gunung Anak KrakatauPenulis: Marlene, Deando, dan Olfi Foto: Dimas Djarot dan Panji

Laporan Utama: Sebesi

Page 12: Saphara Juli 2013

TIDAK SEKERAS BESI

empasan ombak

menyapu pasir pantai Hyang kehitaman.

Harmoni alam dilengkapi

rangkaian kicau burung menyapa

setiap insan di dermaga Pulau

Sebesi. Pulau kecil di tengah

luasnya Selat Sunda ini bisa

dikatakan salah satu pulau

berpenghuni terdekat dengan

Gunung Anak Krakatau. Siapa

yang tidak tahu Gunung

Krakatau? Gunung yang meletus

tahun 1883 ini tidak hanya

menimbulkan dampak yang besar

untuk Indonesia, tetapi terasa

sampai ke luar negeri pada saat

itu. Gunung Anak Krakatau mulai

muncul sekitar tahun 1927 dari

kaldera (kawah besar) purba. Saat

ini mencapai ketinggian 230 meter

di atas permukaan laut dan terus

bertambah tinggi dari tahun ke

tahun. Gunung api aktif yang

disebut-sebut sebagai Galapagos

Indonesia ini tentunya menjadi

objek wisata yang menarik bagi

wisatawan baik lokal maupun

interlokal. Karena masih aktif,

Gunung Anak Krakatau tidak bisa

didaki sampai puncak, hanya bisa

sampai punggungannya di patok 8.

Menjadi objek wisata yang

mulai diminati wisatawan, tentu

sarana prasarana harus

menunjang. Lewat kebutuhan

inilah Pulau Sebesi yang

berdekatan dengan Gunung Anak

Krakatau mulai dikembangkan

agar siap untuk menerima

wisatawan. Pulau yang diklaim

milik perseorangan ini mulai

dikembangkan oleh Dinas

Pariwisata dengan tujuan layak

untuk dikunjungi. “Sejak

pemerintah turun tangan langsung,

semakin banyak turis yang datang

ke sini,” terang Ayib, salah satu

warga Pulau Sebesi. Vila-vila

penginapan milik perseorangan

dan pemerintah sudah berdiri di

pinggir pantai, meski tidak terlalu

terawat. “Ya, sebenarnya kan

orang-orang ke sini yang pada

mau ke Krakatau. Kalau disana

kan tidak ada penginapan,” Tini,

istri Ayib menambahkan.

Sesampainya di dermaga

mungil Pulau Sebesi, terasa damai.

Nampak lalu lalang beberapa orang

dalam kejauhan. Menginjak jembatan

dermaga dan plang 'Selamat Datang'

terbaca, bisa kita saksikan beberapa

orang sedang mengangkut barang-

barang kebutuhan pokok dari kapal

motor ke mobil bak. Ya, akses menuju

Pulau Sebesi hanyalah kapal motor.

Kapal-kapal tersebut memiliki nama

dan jadwal tersendiri untuk pulang

pergi setiap minggunya. Selain

mengangkut orang dan sepeda motor,

baru-baru ini mobil bisa diangkut

menggunakan kapal motor. “mobil

disini kan baru masuk belum lama,”

Ayib menambahkan.

Warung kecil pinggir pantai

diisi beberapa orang. Mulai dari

wisatawan yang akan pergi pulang,

para pekerja pengangkut barang atau

anak-anak kecil yang membeli

cemilan. Si empunya warung bolak-

balik mengantar pesanan baik indomie

telor atau minuman dingin berasa.

Udara yang cukup panas membuat

minuman dengan es batu terasa

melegakan. Jalan-jalan utama di Pulau

Sebesi sudah dipasang pavingblok,

sehingga tidak sulit untuk dilewati. Di

Pulau Sebesi hanya memiliki 1 desa,

yaitu desa Tejang. Di dalam Desa

Tejang terdapat 4 dusun yaitu Dusun

Bangunan, Dusun Impres, Dusun

Regahan Lada dan Dusun Sigenom.

Begitu memasuki Pulau Sebesi, kita

akan disambut oleh Dusun Bangunan.

Bisa dikatakan Dusun Sigenom yang

paling jauh dibandingkan dusun-dusun

lainnya. Karena letaknya yang jauh,

jelas sarana prasana menjadi tidak

Laporan Utama: Sebesi

Page 13: Saphara Juli 2013

merata. Bila 3 dusun lainnya bisa

mendapatkan listrik dari PLN, Dusun

Sigenom tidak. “di Sigenom tidak ada

PLN. Kita bayar ke perseorangan yang

punya alat,” jelas Mala yang sudah 5

tahun menetap di Pulau Sebesi, Dusun

Sigenom.

Jangan pikir listrik seperti

diperkotaan. Warga Pulau Sebesi masih

merasakan kesul i tan prasarana

pendukung utama tersebut. Listrik

masih sangat terbatas. Nyala mulai

pukul stenga 6 sore dan jam 12 malam

mati. Kecuali memiliki genset atau

sumber listrik pribadi. Sarana kesehatan

pun sebenarnya jauh dari cukup.

Puskesmas di pulau ini ada 3, namun

yang benar-benar aktif hanya 1 di Dusun

Bangunan. Itupun hanya ada mantri dan

bidan yang tinggalnya tak menetap. Bila

da lam keadaan da ru ra t un tuk

melahirkan, biasanya warga masih

mengandalkan dukun beranak setempat.

Untuk penyakit lain yang tidak dapat

ditangani harus dibawa ke Kalianda,

sekitar 90 menit naik kapal motor.

Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari

seperti makanan dan pelengkap

kebutuhan lainnya pun, masyarakat

harus keluar pulau. Biasanya mereka

berbelanja ke pasar Kalianda yang

merupakan pasar terdekat dari Pulau

Sebesi.

Dibalik beberapa fasilitas yang

masih terbatas, ternyata tidak sulit untuk

memperoleh a i r d i s in i . Ayib

mengatakan, “air di sini mah gampang,

bor 30 meter aja pasti udah dapat air

yang bagus.” Selain air, tanah di Pulau

Sebesi sangat subur. Itulah mengapa

mayoritas penduduk di Pulau Sebesi ini

memilih menggantungkan hidup

menjadi petani. Kebanyakan

mereka bertani kakao, kelapa atau

cengkeh. Walau hidup sebagai

masyarakat pesisir, hanya beberapa

saja yang memilih untuk menjadi

nelayan. “di s ini kan ki ta

memancing masih cara tradisional,

hanya menggunakan pancingan

saja,” terang Nur, penjaga warung

di Dusun Impres. Mungkin

keterbatas itulah yang membuat

penduduk Sebesi lebih memilih

bertani. Untuk sekolah, sudah ada

mulai dari Sekolah Dasar hingga

Sekolah Menengah Atas (SMA).

Namun biasanya, anak-anak di sini

lebih memilih SMA di luar biasanya

ke Serang, Cilegon.

Laporan Utama: Sebesi

Page 14: Saphara Juli 2013

Harta bagiilmu pengetahuan

Gunung di tengah lautan dekat kawasan kaldera purba Gunung Krakatau menyimpan banyak pertanyaan akan proses kemunculannya. Peneliti dari berbagai negara datang untuk mengisahkan Anak “muda” Krakatau.Siapa yang tidak mengenal Gunung Krakatau? Letusan dahsyatnya pada tahun 1883 mengakibatkan awan panas dan tsunami yang menewaskan 36.000 jiwa. Hal itu pula lah yang menjadikan daerah Kepulauan Krakatau, Lampung ini sangat menarik para peneliti untuk datang. Terutama dengan kemunculan gunung api baru di kawasan tersebut yang dikenal sebagai Gunung Anak Krakatau pada tahun 1927 atau 40 tahun setelah meletusnya Krakatau. Anak Krakatau merupakan gunung berapi yang masih sangat aktif. Terbukti dengan pertumbuhan ketinggiannya yang mencapai 4 cm setiap tahun.Masyarakat Pulau Sebesi yang merupakan pulau berpenduduk paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau mengaku tidak khawatir dengan aktivitas Anak Krakatau, seperti yang dijelaskan Syahroni, Kepala Dusun Tejang. “Krakatau batuk-batuk sedikit sih kita disini sudah biasa. Malah yang jadi khawatir kalau gunungnya anteng-anteng saja,” jelas Syahroni. Hal ini juga yang menyebabkan tradisi

luar negeri banyak yang kesini”, ucap Ilyas, ranger yang berjaga di Pos Anak Krakatau.Menurut para ahli, Anak Krakatau merupakan harta bagi ilmu pengetahuan. Seperti yang dijelaskan Amir, salah satu pengurus BKSDA Lampung, “Saya sering mendampingi peneliti Anak Krakatau saat penelitiannya, mereka bilang anak Krakatau merupakan harta bagi ilmu pengetahuan dikarenakan kemunculan gunung berapi dari dalam laut merupakan fenomena yang sangat langka di dunia,” ujarnya.Galapagos adalah sebuah kepulauan di Samudera Pasifik yang sebelum kemunculan Anak Krakatau mendapat anggapan sebagai laboratorium suksesi alam terlengkap dan terbesar. Julukan Anak Krakatau sebagai Galapagos Indonesia lahir dari fakta yang menjelaskan bahwa Gunung Anak Krakatau membawa teori tentang sukses ekologi dan kolonisasi di sebuah pulau yang muncul dari laut, melebihi Galapagos. Terbukti dengan keragaman flora dan fauna di ekosistemnya seperti serangga, kelelawar, burung, biawak, penyu hijau, hingga mamalia seperti tikus. Bahkan, kawasan ini menjadi “rumah” bagi beberapa species langka seperti Troides Helena satu dari 50 jenis kupu-kupu yang ada di Anak Krakatau. Dr. Kunkun Jaka Gumarya, Dosen Ekologi Hewan Universitas Padjadjaran, menjelaskan bahwa hewan-hewan

memohon keselamatan yang biasa disebut “Ngelarung Kepala Kerbau” kini sudah mulai ditinggalkan. Masyarakat Sebesi hanya melaksanakannya ketika ada Festival Krakatau yang diadakan Pemerintah Daerah Lampung antara bulan Juni atau Juli setiap tahunnya untuk tujuan pariwisata. Nah, pada event inilah turis bisa leluasa memasuki daerah kawasan cagar alam Kepulauan Krakatau.Namun, sebenarnya Gunung Anak Krakatau yang merupakan bagian dari kawasan cagar alam Kepulauan Krakatau ini bukan tempat untuk wisata, karena pemerintah telah menetapkannya sebagai cagar alam yang sangat dijaga ketat ekosistem hewan dan tanamannya yang berada di wilayah itu. Tidak sembarang orang bisa masuk. SIapa saja yang hendak memasuki kawasan Krakatau harus mendapatkan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) yang dikeluarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung sebagai pemilik kawasan konservasi tertutup Gunung Anak Krakatau. Orang yang diizinkan menginjakkan kaki di gunung ini yaitu orang yang memiliki izin penelitian, pendidikan, pengembangan pengetahuan, dan penunjang budidaya. Jalur menuju Anak Krakatau bisa dari Lampung atau Banten. “Tak hanya peneliti,turis lokal atau

Teks: Olfi . Foto: Panji

Laporan Utama: Sebesi

Page 15: Saphara Juli 2013

tersebut bisa ada di pulau tersebut karena banyak faktor. “Bisa karena angin, tumpangan, atau menyeberang laut,” ucap Kunkun.Hipotesis tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari Dr. Abdullah Sany, Dosen Geofisika Institut Teknologi Bandung. “Burung dan angin merupakan pelaku utama adanya hewan seperti serangga serta beragam jenis burung di Anak Krakatau. Mengingat letaknya merupakan titik tengah antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera sehingga dijadikan tempat persinggahan pada musim migrasi,” jelas Sany.Tak hanya keragaman flora dan fauna yang menyebabkan kawasan Anak Krakatau menjadi kaya. Pasir berwarna hitam yang ada di seluruh area pulau merupakan nilai plus. Sany menambahkan bahwa pasirnya berwarna hitan karena hasil dari letusan gunungnya. “Letusan gunung membawa beragam mineral, terutama mineral Besi (Fe) yang tercampur dalam pasir,” jelasnya. Tak ayal, pasir disini juga banyak dicari untuk kepentingan industri pembuatan peralatan berbahan baku besi.

Laporan Utama: Sebesi

Page 16: Saphara Juli 2013

kehidupan sebesi

Pulau Sebesi, pulau yang terletak di 5°59'0?LS,105°29'50?BT, di Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan Rajabasa, merupakan pulau yang paling dekat dengan Gunung anak Krakatau, pulau dengan jumlah penduduk sebanyak kurang-lebih 3000 penduduk. Penduduk yang mempunyai sekitar 700 kepala keluarga ini mempunyai 2 mayoritas asal penduduk, yaitu 75% berasal dari Banten dan 25% sisanya berasal dari Lampung, dan mempunyai sebuah suku yaitu suku Jaseng atau Jawa Serang.Ternyata di Pulau Sebesi yang terlihat damai dari kehidupannya mempunyai sebuah masalah atas hak atas kepemilikkan tanahnya. Menurut Yani yang bekerja di SD setempat, hampir semuanya penduduk disini adalah penduduk illegal. “Mengapa illegal?, Karena 99,9% penduduk yang tinggal disini tidak mempunyai sertifikat atas tanahnya, mereka hampir semuanya pendatang dari berbagai pulau yang mendirikan tempat tinggalnya tanpa ada serah-terima atas tanah yang mereka tempati dengan pemilik Pulau Sebesi ini”, tutur Yani.Pemilik pulau ini sebelumnya bernama M. Saleh Alim Hasan yaitu orang yang berasal dari lampung dimana tanah tersebut diberikan kepada M. Saleh Alim Hasan pada tahun 1961 oleh nenek moyangnya. Pulau sebesi ini dibeli oleh nenek moyang M. Saleh alim Hasan pada saat zaman kolonialisme belanda zaman dahulu.Narasumber kami, yang juga merupakan salah satu keluarga dari

M. Saleh alim berkata bahwa penduduk disini merampok sumber daya alam yang ada disini tanpa seizin pemilik tanah pulau sebesi ini, salah satu contohnya proyek dermaga yang sudah dibiayai pemerintah disini ternyata tidak menggunakan sumber daya alam dari luar pulau melainkan menggunakan bebatuan di pinggir pantai yang diambil setiap harinya. Dan pengambilan batu ini sudah berlangsung selama 6 hari dari saat saya berada disana.Padahal sebelumnya para penduduk disini sudah mempunyai sebuah perjanjian dengan pemilik tanah atas hasil perkebunan seperti bagi hasil dan sebagainya, sedangkan seiringnya perkembangan zaman antar generasi yang tinggal disini perjanjian yang dulu telah dibuat ternyata pudar, sehingga merugikan pemilik pulau sebesi ini.Peran Pemda atas kepemilikkan tanah disini pun hampir tidak ada, karena bisa dibilang saat Pemda setempat melakukan pengusiran

sesuai pelanggaran yang terjadi atas masyarakat sebesi ini bisa saja media memberitakan yang tidak baik mengenai pengusiran masyarakat pulau sebesi.Tetapi jika kita lihat dari sisi penduduk disini sangatlah sedih jika suatu saat terjadi pengusiran terhadap masyarakat di pulau sebesi ini, bisa dibilang sudah banyak orang yang menetap lama di pulau sebesi ini, dimana keluarga mereka sudah tumbuh dari kecil hingga dewasa di pulau ini, dan dilihat dari pendapatan masyarakat disini sangatlah kekurangan, pendapatan mereka bisa dibilang hanya untuk mencukupi makan keluarga mereka.Sehingga jika terjadi pengusiran atas masyarakat pulau sebesi ini akan semakin banyak pengangguran dan mereka belum tentu mendapatkan tempat yang layak seperti di pulau sebesi ini.Menurut ibu yani yang bekerja sebagai guru sd dan smp di pulau sebesi pernah ada sebuah solusi

Teks: Deando . Foto: Deando dan Djarot

Laporan Utama: Sebesi

Page 17: Saphara Juli 2013

Kuliner

Lelah menapaki rimba raya, mungkin Anda

akan tertarik dengan tempat ngopi

satu ini.

Teks&Foto: Tyas Dwi Pamungkas

Page 18: Saphara Juli 2013

KulinerPengunjung dilarang bermain catur dan kartu, tetapi dipersilakan untuk membaca, berdiskusi, atau sekadar duduk-duduk santai.”"

Kalimat tersebut adalah sebuah peringatan yang tertulis di belakang bangku-bangku kayu besar dan unik serta nyaman untuk diduduki di sebuah tempat ngopi di kawasan Dago Pakar, Bandung. Adalah Kopi Selasar, sebuah tempat cozy yang dinaungi oleh pepohonan dan bonus pemandangan Bandung dari ketinggian bisa dijadikan alternatif tempat bersantai sambil menikmati secangkir kopi bersama pasangan atau teman-teman. Ide segar bisa muncul begitu saja disini, diiringi nyanyian burung dan tonggeret dibarengi udara segar yang bisa kita hirup di ruang terbuka. Alamat lengkap tempat ini adalah Jalan Bukit Pakar Timur No. 100. Letaknya mudah ditemukan karena menjulang di kiri jalan jika Kamu melintas dari Dago.Menurut Manajer Galeri Selasar Sunaryo Art Space (SSAC) Rosiyani Aman, konsep Kopi Selasar ini sudah sepenuhnya ditentukan oleh Sunaryo selaku penggagas SSAC. Sunaryo menginginkan pengunjung yang datang ke Kopi Selasar melakukan hal-hal positif daripada hanya bermain kartu. Ia lebih suka jika pengunjung datang untuk berdiskusi, membaca, atau mengerjakan tugas.“Unsur art sudah dapat kita temukan di Galeri, Kopi Selasar memang didesain untuk belajar,” ujar Rosiyani menanggapi peringatan yang cukup mencolok dan membekas di ingatan begitu kita melihatnya.Kopi Selasar dipilih sebagai nama karena tempat ini sudah terintegrasi dengan SSAC yang memiliki beragam bangunan dengan beragam fungsi juga dan memiliki kopi sebagai minuman andalan. Berdiri sejak 1998, Kopi

Selasar dengan bangga mengusung kopi sebagai minuman yang dijagokan untuk menghargai biji hitam mengandung kafein ini yang merupakan produk asli Indonesia. Seperti kopi robusta dan arabica. Bahkan tempat ini tidak menggunakan barista (peracik kopi) dari luar negeri, semuanya berasal dari Indonesia.Untuk weekdays, Kopi Selasar hanya buka hingga pukul 18.00 WIB, hal tersebut disebabkan oleh integrasi Kopi Selasar dan SSAC yang hanya buka hinggal pukul 17.00 WIB. Konsep awalnya Kopi Selasar dibuat sebagai pelepas lelah orang-orang setelah berkunjung ke Galeri. Ada jam tutup baru untu weekend, tempat ini buka hingga pukul 22.00 WIB. Jadi kini Kamu bisa menikmati Bandung di malam hari dari tempat ini.Menurut Lina, manajer Kopi Selasar, menu spesial dari Kopi Selasar adalah Selasar Coffee, secangkir kopi reguler dengan tambahan susu dan jahe. Untuk makanannya, Kamu direkomendasikan untuk memilih Cinnamon Banana, pisang yang diberi gula merah dan kayu manis yang cocok dinikmati sore hari.Selain Selasar Coffee, tempat ini menyediakan Selasar Coffee

Flavored, sajian kopi dengan pilihan rasa seperti kacang, sirup hazelnut, es krim atau whipped cream. Makanan lain yang direkomendasikan oleh Lina adalah Pasta dan Nasi Goreng Pete.Tempat yang nyaman asri dan menyejukkan membuat banyak pengunjung yang betah berlama-lama disini. Jumlah pengunjung yang data perbulannya fluktuatif, namun bisa mencapai 3.000 orang dengan rata-rata 100 pengunjung per hari. Angka tersebut bisa makin meningkat jika di Galeri ada acara khusus seperti pameran dan diskusi seni.Untuk bulan ini, SSAC akan merayakan ulang tahunnya ke-15. Acara yang akan diselenggarakan untuk memperingati acara ini adalah “Kilas Balik 20 Tahun Ruang Seni Bandung” yang diselenggarakan mulai 5 September 2013 – 29 September 2013 berlokasi di Ruang B dan Ruang Sayap SSAC. Di acara ini akan ditampilkan seleksi arsip berupa foto dokumentasi, katalog pameran, poster, rekaman audio-visual, dan lain-lain yang menandai secara reflektif keberadaan ruang-ruang seni di Bandung sejak 1993 hingga kini. Karya yang akan dipamerkan dikuratori oleh Chabib Duta Hapsoro dan Annisa Rahadi.Jika Kamu menginginkan sensasi seni dalam setiap teguk kopi yang Kamu minum, Kamu bisa menjajal tempat ini sebagai salah satu tempat menghabiskan waktu sambil menikmati ide yang berlarian di kepala untuk kembali ke dunia nyata yang sibuk dan penuh aktivitas.

Page 19: Saphara Juli 2013

Halaman

adipuratak sanggupbeningkancipelesTidak ada yang mau tempat berkegiatan alam bebasnya rusak.

Namun Tim Olahraga Arus Deras bisa menceritakan kondisi rusaknya

Sungai Cipeles, Sumedang di masa kini.

Teks: Dina Aqmarina . Foto: Anggi

Page 20: Saphara Juli 2013

Halaman

Page 21: Saphara Juli 2013

Deru jeram yang bergulung

mulai menyambut para orader

setelah melewati jembatan

Darangdan. Bilah dayung

memecah aliran sungai, menarik

perahu melaju sesuai irama yang

diucapkan oleh Skipper atau

kapten perahu.

“Satu!, dua!, satu! dua!,”

kencang ia ucapkan berlomba

keras dengan deru suara jeram.

Kami, enam orang awak perahu

mulai melaju di jalur lintasan

Sungai Cipeles yang bermula di

Kecamatan Sumedang Utara dan

berakhir di Kecamatan Ganeas.

Butuh sekitar 5 jam untuk

mengarungi sungai yang

memiliki panjang 18 km ini.

Dua perahu diturunkan saat itu,

satu perahu biru dengan

kapasitas 7 orang dan satu lagi

perahu rescue berwarna merah

dengan ukuran lebih

besardengan kapasitas 9 hingga

10 orang.

Suhu mentari kala itu semakin

berubah, jam di lengan sudah

menunjukkan pukul 10.00

WIB, perjalanan yang dilewati

belum ada setengahnya.

Tenaga semakin terkuras, tapi

tidak dengan semangat para

awak saat itu. Semakin tinggi

suhu, semakin tarik dayungan

dipacu.

“Stop!,” teriak skipper,

seketika kami meletakkan

dayung melintang di atas paha

kami.

Skipper mulai mengarahkan

sedang buang air besar (BAB)

terkadang membuat para

orader merasa tidak nyaman

ketika sedang mendayung.

Jauh di depan sekitar 5 km, di

sebelah kiri terdapat sampah

yang berkumpul, memutar di

eddies. Sampahnya cukup

beragam, mulai dari gabus,

botol kosong, plastik, hingga

bantal, kasur, dan bohlam pun

ada di pusaran sampah

tersebut.

Bertumpuk di Cipeles

“Cipeles enggak sebersih

dulu,” ujar Enah, warga

perahu, menghindaridinding

dan tebing agar tak

bertabrakan dengan perahu.

Pengaturan arah ini juga

digunakanuntuk menghindari

air yang keluar daripipa-pipa

saluran limbah rumah tangga.

“Maju!,” perintah skipper

menggerakkan kami untuk

memasukkan bilah seutuhnya

ke dalam air dan menariknya

sekuat tenaga.

Bukan hanya kucuran air atau

tebing dan dinding yang harus

dihindari, pemandangan tak

sedap seperti orang yang

Halaman

Page 22: Saphara Juli 2013

Acara

natography

Berikut adalah review kegiatan

yang telah KAPPA Fikom Unpad lakukan di tahun 2013

Pada tanggal 1-2 Juni 2013 telah

dilaksanakan Workshop Fotografi

Alam Bebas dengan nama

“Natography”. Pemberian materi

kelas ertempat di Lab. Foto

Fikom Unpad di hari pertama.

Pemateri oleh Wira Nurmansyah,

pemenang Indonesian Traveler 1.0

Wakatobi Team, freelance

traveler, dan fine art landscape

photographer. Pemateri kedua

merupakan seorang fotografer

dari WALHI, yakni Meiki W.

Paendong. Hari kedua

dilaksanakan praktek fotografi

alam bebas. Merupakan

pengaplikasian terhadap materi

yang telah didapat pada saat

pematerian kelas. Bertempat di

Gunung Tangakuban Parahu,

peserta diajak untuk melakukan

hunting pemandangan yang ada

disana. 6 peserta yang mengikuti

workshop ini terlihat antusias

selama 2 hari berturut-turut.

Setelah melakukan praktek foto,

peserta diberi bimbingan oleh

Ketua Pelaksana Natography,

Dimas Jarot Bayu (K15),

mengenai foto yang telah mereka

ambil. “Peserta feeling excited

gitu pas dapet pemateriannya.

Kalau untuk foto, sebagian besar

mereka bisa menerapkan materi

yang dikasih. Tapi memang ada

yang masih kurang.” Tutur Jarot.

Foto yang diambil selanjutnya

akan dipilih satu dari masing-

masing peserta, kemudian akan

dipamerkan pada saat Welcoming

Day Fikom saat penerimaan

mahasiswa baru tahun ajaran

2013.

ngaroengtjoy!

Citarum, adalah salah satu

Sungai yang biasa digunakan

pengarungan oleh para pecinta

arung jeram, khususnya di

Bandung. Begitu juga oleh

anggota KAPPA. Hampir setiap

tahun KAPPA menggunakan

Sungai Citarum sebagai salah

satu tempat Pendidikan dan

Pelatihan Dasar. Kali ini,

KAPPA menggunakan Citarum

sebagai tempat fun rafting.

“Ngaroeng Tjoy!”, begitu nama

kegiatan fun rafting yang

digawangi oleh Dina Aqmarina

Yanuary (K15) ini. Dengan

nama yang simpel dan mudah

diingat, diharapkan Dina dapat

mengundang banyak orang

untuk menjadi peserta. Kegiatan

ini berlangsung pada tanggal 24

Maret 2013.

Peserta berasal dari mahasiswa

Fikom maupun non Fikom.

Berkumpul di Student Center

Fikom Unpad pada pagi hari,

peserta tampak kompak dan well

prepare. Perlengkapan yang

diinstruksikan oleh panitia pun

dipatuhi oleh peserta. Seperti

anjuran menggunakan pakaian

lengan panjang, sandal gunung,

alat mandi, dan botol minum.

Pada awal sebelum

pengarungan, peserta diberi

pematerian singkat mengenai

pengenalan alat arung jeram dan

teknik hanyut. Pemateri sendiri

berasal dari Kapinis Citarum.

Peserta menggunakan kaos

seragam yang diberika oleh

panitia, warna oranye menyala

seolah meningkatkan keceriaan

dan semangat para peserta di

antara jeram-jeram Citarum.

1-2 Juni 2013

24 MARET 2013

Page 23: Saphara Juli 2013

foto Essay

well

prepared

identitas dan surat jalan adalah hal y

ang penting dalam perjalanan.

maka inilah kami, siap memulai petualangan!

Page 24: Saphara Juli 2013

menuju galapagos

Foto Essay

Lanskap pemandangan dari Gubuk Seng, Pulau Sebesi (5/7). Berjarak 12 km, Gubuk Seng merupakan tempat aman terdekat untuk melihat Gunung Anak Krakatau.

Oleh: Dimas Djarot Bayu

foto Essay

Page 25: Saphara Juli 2013

Har

un, p

etan

i ka

kao

Des

a T

ejan

g, P

ulau

Seb

esi,

Lam

pung

sed

ang

men

jem

ur h

asil

pan

enny

a un

tuk

diju

al ,

Sen

in (

1/7)

. Saa

t in

i,

80%

war

ga P

ulau

Seb

esi

beke

rja

seba

gai

peta

ni. S

uatu

keu

nika

n ba

gi p

endu

duk

di w

ilay

ah p

esis

ir y

ang

bias

anya

did

omin

asi

oleh

pr

ofes

i ne

laya

n. H

al i

ni d

iseb

abka

n ta

nah

Seb

esi

yang

sub

ur a

kiba

t le

tusa

n K

raka

tau

1883

sil

am.

foto Essay

Page 26: Saphara Juli 2013

foto Essay

Page 27: Saphara Juli 2013

foto Essay

Page 28: Saphara Juli 2013

dan osmanAbu Mufakhir . K7 Sayatan Pulosari

Refleksi

Rasanya, nyaris setiap pemanjat tebing yang serius mengenal nama ini, Daniel Eugene Osman (1963 – 1998), dikenal sebagai Dan Osman. Setiap pendaki juga, kali ini serius atau tidak, akan mengenal nama Soe Hok Gie (1942 –1969). Saya kira ada dua persamaan antar keduanya selain sama-sama mati muda. Pertama, keduanya dipaksa untuk menanggung kategori identitas sebagai masyarakat 'keturunan'. Dan Osman, adalah orang Amerika keturunan Meksiko (ibu), dan Jepang (ayah), sedang Gie adalah orang Indonesia keturunan Tionghoa. Istilah 'keturunan' terlanjur diletakan sebagai kategori etnis dengan kecenderungan rasial. Identitas keduanya dipengaruhi konstruksi politik rasial, sama seperti jutaan orang lainya yang jugamenanggung kategori diskriminatif. Seorang pemanjat atau pendaki tidak bisa lepas dari ini. Kedua, mereka berdua tidak hanya sekedar menjalani aktivitasnya (memanjat dan mendaki gunung) sebagai hobi, apalagi gagah-gagahan. Mereka menjalaninya sebagai pilihan hidup, karenanya muncul berbagai

bertemu dan mengalami tragedi-tragedi politik pada masanya, ia meninggal tiga tahun setelah pembantaian terbesar paska-perang dunia kedua terjadi di negeri ini. Ia juga, walau bukan sebagai yang terbaik, bisa saya sebut, merupakan salah satu pendaki yang sampai saat paling inspiratif.

Dano memilih hidup sebagai bohemian. Pada generasinya tahun 1970an, gaya hidup bohemian sedang berada di puncaknya. Menjadi bohemian merupakan pilihan politikbagi para keturunan imigran di Amerika dan Inggris. Ingat Janis Joplin yang lagu-lagunya banyak bicara mengenai imigran dan mengkritik kemapanan khas Amerika, kecentilan anak orang kaya dengan Mercedez Benz-nya; atau sebuah epos imigran yang dengan ciamik dituturkan melalui lagu Bohemian Rhapsody olehband Queen? Melalui lagu ini, Fredy Mercury, mengisahkan para imigran gelap dari Al Jazair yang datang ke Inggris, kemudian hidup sebagai bohemian, tanpa pengakuan dan perlindungan negara. Imigran Al Jazair di sudut-sudut kumuh kota industri Inggris kala itu seperti: Islam, ugal-ugalan dan alkohol. Miskin plus minoritas akut.

konsekuensi dari pilihan itu. Meninggal dengan cara yang paling mereka inginkan, hanya salah satunya.

Dan Osman, melepas nafas terakhirnyadalam kecuraman, sesaat setelah badai reda, ketika melakukan lompatan fatalnya yang terakhir di tebing Taman Nasional Yosemite. Sementara Gie meninggal di ketinggian, tubuhnya beku kedinginan, sementara paru-parunya rusak karena menghirup racun di gunung Semeru. Sebelumnya ia sempat menyatakan, orang seperti dia tidak layak mati di tempat tidur, dan mendaki gunung merupakan salah satu upayanya untuk mengenal bangsa ini lebih dekat. Dengan ini Gie sebenarnya sudah mewariskan sesuatu yang sangat berharga bagi para pendaki. Sesuatu yang sudah banyak dilupakan, karena pendaki yang (pernah) berorganisasi seakan lebih berhasrat dengan sesuatu yang mirip dengan militerisme, atau machoisme a latuan tanah Meksiko, sebagai pijakannya atas aktivitas teknis pendakian, bukan, katakanlah, kemanusiaan yang ditawarkan oleh alam. Hasrat ini mengalir halus sekali, karenanya ia dapat tumbuhdan menular tanpa terasa.

Kembali ke Dano. Ia disebut-sebut pemanjat tebing dengan kategori solois ekstreme yang terbaik. Setelah melihat beberapa kali rekamannya di Youtube, saya sangat setuju, jika ia adalah yang terbaik, bahkan legenda. Gie adalah seorang pendaki gunung, pendaki cum aktivis, hidupnya

Page 29: Saphara Juli 2013

Dano hanya sedikit berbeda secara praktis dengan bohemian lainnya yang tinggal berpindah-pindah dengan mobil rumah. Dano seringkali tinggal di rumah pohon, berpindah dari satu tebing ke tebing lainnya. Bahkan sering mencuri makanan. Apartemen sewaan yang jarang ia tinggali, sempit dan tidak berkarpet. Dengan latarbelakangnya sebagai 'keturunan', sama seperti imigran lainnya, pijakan identitasnya selalu labil. Dalam dirinya saya mengira, di sela-sela waktu sendiri, Dano sesekali bertanya, kenapa harus ada yang disebut imigran, bahkan imigran gelap di dunia ini; apa yang menyebabkan munculnya gelombang imigran dari negara-negara miskin pernah terjajah, dan terus dikoyak konflik, ke tanah-tanah imperium penjajah, dan di tanah itu mereka kemudian menanggung hidupnya sebagai imigran? Banyak dari mereka (imigran dari Amerika Latin di Amerika) dipenjarakan, dideportasi paksa, atau berhasil kabur hingga kemudian menjadi stateless (tanpa negara), dan sepanjang hidupnya menjadi buruan polisi; atau lebih buruk lagi, seperti dialami ribuan imigran Somalia yang mati di tengah lautan, kelaparan dalam kapal yang sesak. Dano mungkin juga bertanya, bukankah setiap manusia adalah penghuni dunia ini, manusia berhak untuk hidup dimanapun sesuai kehendak bebasnya, dan eksistensi negara bangsa tidak seharusnya memberangus itu.

Maka ketika itu gaya hidup bohemian adalah bentuk perlawanan. Mereka melawan 'penjara'. Mereka seperti berkata, “Jangan penjarakan kami, hanya karena kami tak memiliki alasan birokratik untuk hidup di tanah ini. Sementara kami memiliki alasan antara hidup dan mati, di tanah moyang kami hanya ada perang, tak ada roti dan

kebebasan.”

Gaya hidup bohemian: sedikit bekerja dan percaya setiap manusia memiliki hak untuk malas, berpindah tempat, tidak percaya pada otoritas legal apapun, menghisap ganja sebagai cara mengalami liburan spiritual, adalah perlawanan terhadap kepalsuan kultural, rekayasa sosial yang banal dan batas-batas teritori paling rapuh dari negara bangsa, yang dicirikan dengan perbatasan pagar berduri, pengakuan hak atas dasar geografis dan administratif. Bohemian adalah bentuk perlawanan terhadap place dengan membentuk space. Menciptakan sebuah ruang yang dicirikan dengan sifatnya yang kosmopolit, imajiner, kreativitas-simbolik, persaudaraan dan kebebasan. Bukan ruang yang dipenuhi oleh ruko, apartemen, hotel, toko waralaba, ruang yang penuh sesak oleh aktivitas dagang.

Dano mencintai ruang yang bebas, ia adalah seorang free climber yang mencintai kehidupan dan kemanusiaan di dalamnya. Karena itu ia menolak segala bentuk kekerasan, tidak sekedar fisik tapi juga kekerasan politik dan sosial. Ia pecinta binatang, hidup dengan sangat sederhana, mencari uang dengan menjual video-video aksinya hanya untuk tetap bisa menjalani hidupnya sebagai pemanjat. Saya rasa, kesadaran ini muncul, sedikit banyak karena dia begitu dekat dan mencintai resiko-resiko yang ditawarkan oleh alam, dan ini bukan hal yang sederhana. Menurut Andrew Todhunter (1998),Dano berhasil mencapai itu semua, karena ia berhasil melihat kerumitan non-inderawi dari persentuhannya yang intim dengan tebing: memanjat ratusan bahkan ribuan kali baginya tidak sekedar olahraga, tapi sesuatu yang lebih mirip dengan agama

yang dihayati, di dalamnya mesti ada dedikasi, kesabaran, rahmat, dan setiap detail obsesi yang dihadapkan dengan situasi untuk bertahan hidup.

Karena itu Dano menjadi legenda.

Mungkinkah kita belajar dari Dan Osman? Dalam situasi segala sesuatunya sejak pendidikan, alam, cinta, dan manusia di dalamnya–seperti juga kita, dibentuk menjadi komoditas. Mungkihkah KAPPA akan terus menjadi ruang belajar bersama untuk terus memahami dan memaknai alam, kebebasan serta kemanusiaan, sebagai yang hidup dan terus tumbuh? Saya kira jawabannya adalah sangat mungkin. Apalagi kini KAPPA mulai menuliskan kisahnya, membuat buletin, terus membaca, berimajinasi dengan lebih hebat, dan berpetualang dengan gembira.

Refleksi

Page 30: Saphara Juli 2013

Operasi

keep culturefor the futureTips dan Trik berkegiatan alam dari Dhanang David,

mungkin bisa Anda gunakan!

Indonesia merupakan negeri

dengan beragam budaya khas di

dalamnya. Tiap suku hampir

memiliki budayanya sendiri. Hal

inilah yang menjadi daya tarik

para wisatawan asing untuk

datang ke ”zamrud khatulistiwa”

ini. Mungkin bagi anda yang

sudah merasa bosan dengan

tempat wisata yang itu-itu saja,

anda bisa mencoba untuk

melakukan wisata budaya.

Dengan wisata budaya ini, anda

bisa mempelajari dan dapat lebih

memaknai arti dari “Bhineka

Tunggal Ika” itu sendiri.

Ada beberapa tips serta hal-hal

yang perlu anda perhatikan

untuk melakukan wisata budaya

ini :

1. Tentukan destinisi

perjalanan anda, serta

cari tahu kebudayaan

apa yang ingin anda

pelajari. Menentukan

destinisi menjadi hal

pertama yang harus anda

lakukan agar anda bisa

fokus untuk melakukan

persiapan perjalanan.

2. Pelajari bahasa lokal

yang biasa digunakan

relasi, rasa asing itu akan

sedikit hilang dari benak

anda.

5. Persiapkan buku catatan

dan kamera. Cobalah

u n t u k m e n g a b a d i k a n

k e b u d a y a a n t e r s e b u t

dengan bentuk gambar

maupun tulisan, kirim

tulisan. Usahakan untuk

mengirim tulisan anda ke

media massa, honor yang

akan anda terima bisa

digunakan untuk biaya

jalan-jalan selanjutnya.

6. Berpartisipasilah dengan

kegiatan yang dilakukan

masyarakat lokal. Jika

anda hanya mengamati

kegiatan masyarakat lokal,

anda hanya mempelajari

sedikit kebudayaannya.

C o b a l a h a n d a

mempraktikan kebudayaan

tersebut, contohnya, ikutlah

menari tarian khas daerah

tersebut jika ada moment-

moment khusus ketika anda

berkunjung.

7. U s a h a k a n u n t u k

berjumpa dengan tokoh

m a s y a r a k a t s e k i t a r.

oleh masyarakat di

tempat anda akan

berkunjung.

Kemampuan bahasa

anda akan sangat

membantu anda dalam

berkomunikasi dan

lebih bisa mendalami

kebudayaan yang akan

anda pelajari.

3. Urus surat-surat

perij inan terlebih

dahulu. Anda akan

memasuki wi layah

baru, jika ada surat

perijinan yang sudah

anda urus, anda sudah

memegang satu kunci

aman di saku anda.

Tentunya anda tidak

ingin diusir dali tempat

tujuan wisata anda oleh

warga sekitar bukan ?

4. Usahakan memiliki

kenalan atau relasi di

tempat anda akan

berkunjung. Anda

a k a n b e n a r b e n a r

merasa asing jika anda

datang ke suatu tempat

dengan kebudayaan

baru, dengan adanya

Page 31: Saphara Juli 2013

OperasiOrang-orang tua atau yang

biasa disebut sesepuh

biasanya sudah banyak

m a k a n a s a m g a r a m

kehidupan. Pengalaman

yang mereka miliki bisa jadi

pe la jaran h idup yang

berharga untuk anda. Anda

juga bisa mempelajari

sejarah kebudayaan tersebut

dari tokoh masyarakat yang

ada.

8. Cicipi kuliner khas di

daerah tempat anda

b e r k u n j u n g . S a n g a t

disayangkan apabila anda

melewati cita rasa dari

b e r b a g a i d a e r a h d i

Indonesia, makanan khas

masyarakat juga merupakan

bagian dari kebudayaan

tersebut.

9. Taati larangan serta

aturan yang ada di daerah

tersebut. Daerah-daerah

yang terhi tung masih

pelosok, biasanya memiliki

u n s u r m i s t i s s e r t a

k e p e r c a y a a n -

kepercayaannya sendiri.

Agar terhindar dari hal-hal

yang tidak anda inginkan,

sebaiknya anda menaati

aturan yang ada.

10.Selalu pegang prinsip

“dimana bumi dipijak,

disitu langit dijunjung-

junjung”. Anda merupakan

pendatang yang memiliki

t u j u a n u t a m a u n t u k

mempelajari kebudayaan

masyarakat setempat. Sudah

seharusnya anda tidak

membawa kebudayaan yang

anda pegang serta jangan

sampai anda membawa

penga ruh bu ruk bag i

masyarakat sekitar.

Mungkin itulah beberapa tips yang

b i s a a n d a l a k u k a n s e l a m a

melakukan wisata budaya. Banyak

pengetahuan serta pandangan hidup

yang bisa anda dapat dar i

m e m p e l a j a r i b u d a y a b a r u ,

khususnya budaya negeri sendiri.

Have fun on trip and keep culture for

the future.

Page 32: Saphara Juli 2013
Page 33: Saphara Juli 2013

SE

GE

NA

P A

NG

GO

TA

KA

PPA

ME

NG

UC

AP

KA

NS

ELA

MA

T A

TA

S P

ER

NIK

AH

AN

AK

HM

AD

RE

SH

AN

DIE

(K

10) D

AN

SU

CI LO

YA

LIT

AS

ELA

MA

T M

EN

GE

KS

PLO

RE

KE

HID

UPA

N

Page 34: Saphara Juli 2013

Buah Pena

Kalau manusia tercipta dari tanah,

lalu lumpur tercipta sebagai apa?

Kalau malaikat tak berkelamin,

lalu bidadari berupa apa?

Aku beri tahu, maka hawa-hawa bukan

terlahir,

tapi mereka dicetak untuk bersandar pada

adam.

Atau beranak pinak,

Atau memasak,

Atau terampas menjadi ampas.

Dengan jemari ini,

Kusebarkan pada kalian, kaumku yang

menangisi kodrat.

Atau kepada kalian yang terjebak dalam

jasad laki-laki,

bidadari-bidadari berdada rata yang

tergusar oleh jalan-jalan, dan rumahan

petak – petak

yang ditentukan oleh kerajaan langit,

kerajaan semesta

kerajaan bumi, kerajaan nilai.

Kupertaruhkan pada kalian, kaumku

yang mengutuki kodrat.

dayang-dayangmahamurkaIstnaya Ulfatin

Atau kepada kalian yang berjuang sendiri-

sendiri diantara

ranjang, seprei, dan noda yang tak dinaungi

berkah nikmat persenggamaan.

Kusebarkan dan pertaruhkan dengan

kemarahan

yang rintih sebagai arus,

yang membelah dadamu yang rata, wahai

bidadari.

Pertanda datangnya murka pada kita,

dayang-dayang.

Page 35: Saphara Juli 2013

Buah Pena

ranumIstnaya Ulfatin

Kotak listrik memanjang itu membelah diantara aku dan kamu,

membelah diantara lara – lara yang menyapa sore itu,

berkata selamat datang kepada rindu yang bercabang,

seperti willow yang menua, seperti darrow yang mengalir,

atau seperti aphelion yang tak berujung.

Asal kamu tau, rinduku berbuah ranum, jika dipetik maka akan melayang bersama angan – angannya yang maya.

Terlalu maya jika kamu bisa meihatnya, terlalu maya jika kamu bisa memegangnya. Langitpun ikut bercerita, katanya kamu merindukan aku bagaikan hujan dan baunya, sama seperti aku yang merindukan kamu, bagaikan talas dan embunnya

Page 36: Saphara Juli 2013

Etalase

Outdoor Equipment

Coolest

Jack Wolfskin Vertec Pants Men

For climbing trips, Alpine or

otherwise

Extremely light

Robust

Outstanding UV protect

85.9 EUR

Kenyamanan naik gunung

Kerapian Alat MandiEiger Toiletry Hygiene

Cocok untuk perjalanan dan

kegiatan sehari-hari.

IDR 90.000

Kehangatan di Alamjack Wolfskin Cirrus Jacket

Untuk Anda yang tidak mau

kedinginan di alam bebas.

249.95 EUR

Page 37: Saphara Juli 2013
Page 38: Saphara Juli 2013
Page 39: Saphara Juli 2013

DEW

AN

PEN

GURUS X

IV K

APPA

FIK

OM

UN

PA

D

Page 40: Saphara Juli 2013