sap penyuluhan

24
SATUAN ACARA PENYULUHAN CARA MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR PADA IBU BAYI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD Dr. HARYOTO LUMAJANG Disusun guna memenuhi tugas praktek profesi Keperawatan Anak Disusun Oleh : Kel!"# $ Khirul R%!%&h%n.' S.Ke" ()*+,---)-),- Ys/i0% R%h!%h.' S.Ke". (-)+,---)-))$ Muh%!!%& R1i2' S.Ke". (-)+,---)-)*3 PROGRAM PENDIDIKAN PRO4ESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERA5ATAN UNI6ERSITAS JEMBER +)-3

Upload: allen-salman

Post on 02-Nov-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

satuan acara penyuluhan

TRANSCRIPT

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CARA MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR

PADA IBU BAYI DI RUANG PERINATOLOGIRSUD Dr. HARYOTO LUMAJANGDisusun guna memenuhi tugas praktek profesi Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Kelompok 4Khoirul Ramadhan., S.Kep

(082311101031)

Yosyita Rahmah., S.Kep.

(102311101004)

Muhammad Rofiq, S.Kep.

(102311101085)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/ Materi

: Cara Menyusui yang Baik dan BenarSasaran

: Orang Tua Bayi yang di Rawat di Ruang PerinaologiHari/Tgl

: Jumad, 24 April 2015

Alokasi Waktu: 30 Menit

Tempat

: Ruang Perinatologi RSD Dr. Haryoto Lumajang

A. Latar BelakangPenurunan penggunaan Air Susu Ibu (ASI) di negara-negara maju telah banyak ditemukan antara lain di Amerika pada permulaan abad ke-20 tercatat 71% bayi mendapat ASI sampai anak berumur kurang dari 6 bulan, lalu angka ini menurun menjadi 30 %. Meskipun pengetahuan ibu bertambah dan masyarakat makin mengerti tentang pentingnya ASI untuk kesehatan anak tetapi angka kejadian dan lama menyusui diseluruh dunia masih saja rendah dari yang diharapkan (Anonim, 2011).

Permasalahan dalam pemberian ASI eksklusif adalah masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan memberi makanan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat juga memberi pemicu dari kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif. Jumlah ibu menyusui dan lamanya menyusui di dunia menunjukkan penurunan karena berbagai alasan salah satunya karena dikenalnya tekhnologi modern dan diserapnya gaya hidup modern dimasyarakat (Anonim, 2011).Pada tahun 2005 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi payudara yang terjadi pada wanita seperti kanker, tumor, Mastitis, penyakit Fibrocustic terus meningkat, dimana penderita kanker payudara mencapai hingga lebih 1,2 juta orang yang terdiagnosis, dan 12% diantaranya merupakan infeksi payudara berupa Mastitis pada wanita pasca post partum. Data ini kemudian didukung oleh The American Cancer Society yang memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker payudara invasive (stadium I-IV) tahun ini dan 40.140 orang akan meninggal karena penyakit ini.

Sebanyak 3 persen kasus kematian wanita di Amerika disebabkan oleh kanker payudara. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat infeksi berupa Mastitis (Depkes RI, 2008). Kanker payudara dan Mastitis yang terjadi pada keadaan tersebut diduga karena teknik menyusi ibu yang kurang tepat. Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701). Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang buruk merupakan penyebab yang penting.

Organisasi kesehatan dunia (2008) memperkirakan lebih dari 1,4 juta orang terdiagnosis menderita Mastitis. Mastitis terjadi juga karena teknik menyusui bayi yang dilakukan oleh ibu kurang tapat sehingga menyebabkan Mastitis pada payudara ibu. Hal ini sebenarnya dapat diminimalisir angka kejadiannya jika ibu menyusui mengetahui tentang teknik menyusui yang benar untuk bayinya.

Di Indonesia, pemberian ASI masih belum optimal, hanya 4% bayi baru lahir yang disusui pada jam pertama kelahiran (26% pada hari yang sama), hanya 39,5% yang menyusui secara eksklusif 0-6 bulan. Rekomendasi WHO menyusui eksklusif pada 6 bulan pertama belum optimal dilaksanakan.ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003).

Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan perkembangannya. ASI emmberi semua energi dan zat gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit ynag umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.

Manfaat menyusui bagi ibu yaitu mengurangi resiko kanker payudara metode KB paling aman, kepraktisan dalam pemberian ASI dan ekonomis. Namun, terdapat beberapa faktor faktor yang mempengaruhi pemberian ASI tidak dilakukan dengan baik dan benar (Siregar, 2004), yaitu perubahan sosial budaya seperti ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya, meniru teman, tetangga atau orang yang sangat berpengaruh dengan memberrikan susu botol kepada bayinya bahkan ada yang berpandangan bahwa susu botol sangat cocok untuk bayi dan merasa ketinggalan zaman jika masih menyusui bayinya. Faktor psikologis seperti takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita, tekanan batin. Faktor fisik ibu adalah alasan yang cukup sering bagi ibu untuk menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya, meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI dan kurang/ salah informasi. Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa ASI kurang. Petugas kesehatan masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayinya.Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004. Ini juga mengacu dan menimbang pada resolusi World Health Assembly (WHA. 2001). Dalam keputusan tersebut dikatakan bahwa, untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi mulai diberi makanan pendamping ASI yang cukup dan aman, dengan pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun. ASI merupakan nutrisi pertama dan utama bagi bayi baru lahir serta terbaik dan alamiah, mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal

Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini, seperti persalinan dengan tindakan (seksio sesaria). Di Ruang perinatologi sendiri ibu-ibu terbiasa untuk menampung ASI sehingga ketika di rumah dan ketika bayi sudah memiliki reflek hisap, ibu bayi belum memiliki pengetahuan dan belum diberikan informasi terkait mengenai teknik menyusui yang baik dan benar. Ketika cara menyusui salah maka tidak hanya ibu yang berisiko terkena mastitis tetapi bayi bisa mengalami kembung akibat tidak maksimalnya ASI yang masuk atau ASI masuk bersama dengan udara dari luar. Dari adanya data tersebut maka, akan diadakan pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait teknik menyusui yang baik dan benar pada ibu menyusui di ruang perinatologi.B. TUJUAN1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Ibu-ibu yang sedang dalam tahap menyusui dapat mengerti, menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi payudara pada ibu menyusui di ruang perinatologi melalui pendekatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan memberikan pelatihan sehingga angka kesakitan dan kekhawatiran akibat infeksi payudara dapat dicegah dan diatasi.2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat:

a. mengerti mengenai infeksi payudara beserta pencegahannya dengan teknik menyusui minimal 80%;

b. mengerti tentang pengertian teknik menyusui yang benar minimal 80%;;

c. mengerti posisi dan perlekatan menyusui yang benar sekaligus dapat mendemonstrasikan minimal 80%;;

d. mengetahui dan paham langkah-langkah menyusui yang benar sekaligus dapat mendemonstrasikan minimal 80%;;

e. mengerti tentang cara pengamatan teknik menyusui yang benar minimal 80%;;

f. mengerti berapa lama dan frekuensi menyusui bayi minimal 80%;;C. POKOK BAHASAN

: Teknik menyusui yang baik dan benar sebagai upaya pencegahan infeksi payudaraD. SUB POKOK BAHASAN :a. infeksi payudara beserta pencegahannya dengan teknik menyusui;b. pengertian teknik menyusui yang benar;

c. posisi dan perlekatan menyusui yang benar;

d. paham langkah-langkah menyusui yang benar;e. jadwal dan frekuensi menyusui bayi.E. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Kegiatan(Waktu)TindakanMedia dan Alat Demonstrasi

Kegiatan PenyuluhKegiatan Sasaran

Pendahuluan(5 menit)a. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan membuka penyuluhanb. Menjelaskan materi secara umum dan manfaat bagi sasaran

c. Menjelaskan TIU dan TIKMemperhatikan dan menjawab salam

Memperhatikan

MemperhatikanBooklet

Penyajian(15 Menit)a. Menjelaskan konsep infeksi payudarab. Menjelaskan pengertian teknik menyusui yang benar;

c. Menjelaskan posisi dan perlekatan menyusui dengan langkah yang benar sekaligus demonstrasi.d. Menjelaskan jadwal dan frekuensi menyusui bayi

e. Memberikan kesempatan kepada sasaran untuk bertanya Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

MenyakanBooklet

Phanthom Bayi

Penutup(10 Menit)a. Menutup pertemuan dengan memberi kesimpulan dari materi yang disampaikan

b. Mengajukan pertanyaan kepada sasaran

c. Mendiskusikan bersama jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan

d. Menutup pertemuan dengan memberi salamMemperhatikan

Menjawab pertanyaan

Memberi komentar

Memperhatikan dan membalas salamBooklet

F. MEDIA PENYULUHAN

1. Booklet2. Phantom BayiG. METODE PENYULUHAN

1. Diskusi2. Tanya jawab

H. EVALUASI

a. Apa penyebab infeksi payudara pada ibu menyusui?b. Bagaimana teknik menyusi yang baik dan benar?c. Kapan jadwal pemberian ASI pada masing-masing anak ibu menyusui? I. LAMPIRAN

1. Materi

2. Media yang digunakan (booklet)3. SOP teknik menyusui4. Daftar hadir peserta

5. Berita acara penyuluhan

J. REFERENSI

Anonim, 2011. Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui yang Benar. Bab Pendahuluan. [serial online]. http://www.kti-skripsi.net/2011/09/gambaran-pengetahuan-ibu-tentang-teknik.html. [Diakses pada tanggal 20 April 2015].

Anonim. Tanpa tahun. Tinjauan Pustaka. Air Susu Ibu (ASI). Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor. [serial on line]. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11410/BAB%20II%20Tinajauan%20Pustaka_I09ara.pdf. [20 April 2015].

Agustina, Fadila. 2012. Gambaran Posisi Menyusui yang Paling Sering dilakukan Ibu di Kecamatan Medan-Helvetia. Medan. [serial online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31540/6/Abstract.pdf. [Diakses tanggal 20 April 2015].

Bahiyatun, S. Pd, S.Si.T. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Brown, J.E. et al. 2005. Nutrition Trough the Life Cycle 2nd edition. Thomson Wadswoth. Belmont.

Depkes RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI. [serial on line] http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf . [20 April 2015].

Hegar B, Suradi R, Hendarto A, Partiwi IGA (Ed). 2008. Bedah ASI, Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.Soetjiningsih, Dr., DSAK. 1997. Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.Perinasia. 1994.Melindungi Meningkatkan dan Mendukung Menyusui: Peran Khusus padaPelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui, Pernyataan bersama WHO/UNICEF. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi IndonesiaLampiran 1

MATERI

A. Konsep Infeksi Payudara

Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini dikenal pula istilah mastasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi. Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau karena payudara bengkak, maka ini disebut mastasis ASI. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.

Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Guther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Guther menyatakan bahwa infeksi, bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri.

Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:

1. demam dengan suhu lebih dari 38,5oc;

2. menggigil;

3. nyeri seluruh tubuh;

4. payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri;

5. peningkatan kadar natrium dalam asi yang membuat bayi menolak menyusu karena asi terasa asin;

6. timbul garis-garis merah ke arah ketiak.

Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor risiko. Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.

Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu ianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.

Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasimasalahnya. Pada peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera meresap ke jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.

Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan.

Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya karena Staphylococcus aureus adalah kuman komensal yang paling banyak terdapat di rumah sakit maupun masyarakat. Penting sekali untuk tenaga kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui dan keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci dengan sabun dan air panas setelah digunakan.

B. Pengertian Teknik Menyusui yang BenarTeknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).

C. Pedoman Menyusui

Pedoman menyusui menurut WHO/UNICEF, Breast Feeding and Support (2005) adalah:

a. Segera susui bayi setelah lahir

b. Jangan memberikan makanan lain kepada bayi (termasuk air, madu, pengganti susu ibu, larutan gula, susu formula) kecuali instruksi dokter dengan alasan-alasan medis, karena sanagat jarang ibu tidak memiliki produksi ASI yang cukup untuk menyusui

c. Berikan ASI eksklusif selama enam bulan dan baru memberikan makanan tambahan setelah periode eksklusif tersebut

d. Berikan ASI sesuai dorongan alamiah bayi, baik siang maupun malam selama bayi menginginkan

D. Posisi dan Perlekatan Menyusui

Posisi menyusui yang baik menurut WHO/UNICEF, Breast Feeding and Support (2005) adalah:

a. Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (satu garis lurus) muka bayi mengarah ke payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu, perut bayi menghadap perut ibu.

b. Ibu mendekapkan bayi ke tubuhnya dan mengamati bayi selama menyusui.

c. Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi dan menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar dan mampu menangkap puting susu ibu.

Posisi untuk menyusui terdapat beberapa macam cara, yaitu (Soetjiningsih, 1997):

1. Posisi menyusui ketika berdiri

2. Posisi menyusui ketika duduk

3. Posisi menyusui dengan posisi ibu rebahan

4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik menurut Buku Panduan Kader Seri Kesehatan Anak (2010):

1. dagu bayi menempel payudara ibu;

2. mulut bayi terbuka lebar;

3. bibir bawah bayi membuka keluar;

4. areola bagian atas ibu tampak lebih banyak.

Perlekatan yang benarPerlekatan yang salah

Gambar perlekatan menyusu yang baik dibandingkan yang salah

Sumber: WHO/CDR/93.5

E. Langkah-Langkah Menyusui yang Benar

Langkah-langkah menyusui yang baik menurut Buku Panduan Kader Seri Kesehatan Anak (2010):

1. ibu harus duduk dengan nyaman, santai, terlihat tanda ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi, pinggang bersandar dan kaki tidak menggantung bila perlu kaki diatas penyangga;

2. hadapkan seluruh tubuh bayi menghadap ke perut ibu;

3. perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus;

4. ibu memeluk bayi lekat badan ibu;

5. ibu menyangga seluruh badan belakang bayi, wajah bayi menghadap payudara dan hidung berhadapan dengan puting;

6. letakkan kepala bayi pada lengan tangan ibu dan bokong bayi di atas pangkuan ibu untuk bayi yang lebih tua, untuk bayi yang lebih muda, bagian bawah tubuh bayi perlu disangga bukan hanya kepalanya.

Gambar : Cara meletakkan bayi

Gambar : Cara memegang payudara

Gambar: Cara merangsang mulut bayiGambar : Melepas isapan bayi

Gambar : Cara menyendawakan bayiF. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar

Tanda bayi telah berada dalam posisi menyusu yang baik menurut Bahiyatun (2009: 25) adalah:

1. seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu;

2. mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara;

3. aerola tidak terlihat dengan jelas;

4. bayi terlihat melakukan isapan yang lamban dan dalam serta menelan ASI-nya;

5. bayi terlihat tenang dan senang;

6. ibu tidak merasakan adanya nyeri pada puting susu.

G. Waktu dan Frekuensi Menyusui

Bayi akan menunjukkan rasa lapar dengan memasukkan jari atau tangannya ke dalam mulut dan mulai mengisapnya serta menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan mulut yang terbuka. Seharusnya bayi langsung diberikan ASI ketika perilaku tersebut mulai timbul tanpa menunggu bayi menangis. Bayi yang menangis karena rasa lapar merupakan tanda bayi telah terlambat untuk mendapat ASI (Brown et al. 2005).Pengosongan perut bayi yang telah mengonsumsi ASI berlangsung sekitar 1.5 jam. Frekuensi normal pemberian ASI pada bayi yang baru lahir adalah 10-12 kali setiap hari. Seiring dengan pertambahan umur bayi, frekuensi pemberian ASI bergantung pada persediaan ASI (Brown et al. 2005). Bayi berusia 4 hari membutuhkan ASI setiap 2 jam selama 15-20 menit untuk satu payudara. Ketika bayi berusia 3-6 bulan frekuensi pemberian ASI berkurang hingga mencapai 7-8 kali sehari. Bayi yang diberi ASI lebih sering meminta makan dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu formula karena protein dan lemak pada ASI lebih mudah diserap oleh sistem pencernaan bayi (Perkins & Vannais 2004).

Usia0-4 hari1-6 bulan6-8 bulan8-10 bulan10-12 bulan>12 bulan

Pukul :

06.00ASIASIASIASIASIASI

08.00ASIASIBubur SusuBubur SusuNasi tim Nasi tim/makanan keluarga

10.00ASIASIASIASIASISnack

12.00ASIASINasi Tim (saring)Nasi Tim (dihaluskan)Nasi timNasi tim/makanan keluarga

14.00ASIASIASIASIASIASI

16.00ASIASIBuahBuahBuahBuah

18.00ASIASIASINasi Tim (dihaluskan)Nasi timNasi tim/makanan keluarga

20.00ASIASIASIASIASIASI

22.00ASI-----

24.00ASI-----

2.00ASI-----

4.00ASI-----

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui yang Benar. Bab Pendahuluan. [serial online]. http://www.kti-skripsi.net/2011/09/gambaran-pengetahuan-ibu-tentang-teknik.html. [Diakses pada tanggal 20 April 2015].

Anonim. Tanpa tahun. Tinjauan Pustaka. Air Susu Ibu (ASI). Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor. [serial on line]. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11410/BAB%20II%20Tinajauan%20Pustaka_I09ara.pdf. [20 April 2015].

Agustina, Fadila. 2012. Gambaran Posisi Menyusui yang Paling Sering dilakukan Ibu di Kecamatan Medan-Helvetia. Medan. [serial online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31540/6/Abstract.pdf. [Diakses tanggal 20 April 2015].

Bahiyatun, S. Pd, S.Si.T. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Brown, J.E. et al. 2005. Nutrition Trough the Life Cycle 2nd edition. Thomson Wadswoth. Belmont.

Depkes RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI. [serial on line] http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf . [20 April 2015].

Hegar B, Suradi R, Hendarto A, Partiwi IGA (Ed). 2008. Bedah ASI, Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.Soetjiningsih, Dr., DSAK. 1997. Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.Perinasia. 1994.Melindungi Meningkatkan dan Mendukung Menyusui: Peran Khusus padaPelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui, Pernyataan bersama WHO/UNICEF. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi IndonesiaLampiran 3.STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)

TEKNIK MENYUSUI

1Pengertian Cara yang digunakan oleh ibu untuk menyusui dengan cara benar

2Tujuan a. Mencegah puting susu lecet

b. Perlekatan yang benar

c. Bayi bisa menyusu dengan benar

d. Mencegah terjadinya bendungan ASI/ bengkak pada payudara.

e. Membuat cadangan ASI di rumah

3IndikasiIbu perinatal, menyusui

4Kontra IndikasiKeganasan pada payudara

5Persiapan pasiena. Pastikan identitas klien

b. Kaji kondisi klien

c. Jaga privacy klien

d. Jelaskan maksud dan tujuan

6Persiapan alata. Cangkir tertutup

b. Botol

c. Kursi

d. Handuk

7Persiapan perawata. Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan medis

b. Rumuskan diagnosa terkait

c. Buat perencanaan tindakan (intervensi)

d. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain membantu jika perlu

e. Cuci tangan dan siapkan alat

8Cara kerja1. Berikan salam, perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat

2. Panggil klien dengan nama kesukaan klien

3. Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya tindakan pada klien

4. Berikan kesempatan klien untuk bertanya

5. Berikan petunjuk alternatif komunikasi jika klien merasa tidak nyaman dengan prosedur yang dilakukan

6. Jaga privasi klien

7. Dekatkan peralatan di samping tempat tidur klien

8. Cuci tangan dengan air mengalir dan keringkan tangan dengan handuk

9. Ajarkan pasien menyusui yang benar, dengan cara:

a. Masase payudara terlebih dahulu

b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan terlebih dahulu, kemudian dioleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya.

c. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara:

1) Ibu duduk berbaring santai

2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu, dan bokong terletak pada lengan, kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong ditahan dengan telapak tangan ibu.

3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu di depan

4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)

5) Telinga dan lengan berada pada satu garis lurus6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

d. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah, jangan menekan puting susu atau aerolanya saja

e. Beri diberi rangsang dengan membuka mulut (rooting refleks) dengan cara: menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting susu serta aerola dimasukan ke mulut bayi

g. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi

h. Melepasan isapan bayi; jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

i. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan

j. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya

k. Menyendawakan bayi, bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian ditepuk-tepuk perlahan lahan atau bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian ditepuk perlahan-lahan

l. Cuci tangan

Evaluasi1. Evaluasi respon klien

2. Berikan reinforcement positif

3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

4. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik

Dokumentasi1. Catat tindakan yang sudah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan pada catatan keperawatan

2. Catat respon klien dan hasil pemeriksaan

3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP

Lampiran 4.BERITA ACARA KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

P3N STASE MATERNITAS ANAK

PSIK UNIVERSITAS JEMBER T.A 2012/2013

Pada hari ini, Jumad tanggal 24 bulan April tahun 2015 jam 08.00 s/d 08.45 WIB bertempat di Ruang Perinatologi RSD dr. Haryoto Kabupaten Lumajang Propinsi Jawa Timur, telah dilaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan oleh Kelompok 4 Mahasiswa P3N Stase Maternitas Anak PSIK Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh orang (daftar hadir terlampir).

Lumajang, 23 April 2015

Mengetahui,

Pembibing Klinik

Stase Maternitas AnakPembimbing Akademik

PJMA P3N Stase Maternitas Anak

Ns. Yuni Puspita Dewi. S.KepNIP. 19810612 200604 2 023Ns. Ratna Sari H, M.KepNIP. 19810811 201012 2 002

Kepala RuanganRuang Perinatologi,

Ns. Yuyun Sri Wulandari, S.KepNIP. 19800623 200604 2 023

Lampiran 5.DAFTAR HADIR KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

P3N STASE MATERNITAS ANAK

PSIK UNIVERSITAS JEMBER T.A 2012/2013

Kegiatan pendidikan kesehatan : hari ini, Jumad tanggal 24 bulan April tahun 2015 jam 08.00 s/d 08.45 WIB bertempat di Ruang Perinatologi RSD dr. Haryoto Kabupaten Lumajang Propinsi Jawa Timur.

NO.NAMAALAMATTANDA TANGAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Lumajang, 24 April 2015

Mengetahui,

Pembibing Klinik

Stase Maternitas AnakPembimbing Akademik

PJMA P3N Stase Maternitas Anak

Ns. Yuni Puspita Dewi. S.Kep

NIP. 19810612 200604 2 023Ns. Ratna Sari H, M.KepNIP. 19810811 201012 2 002

Kepala RuanganRuang Perinatologi,

Ns. Yuyun Sri Wulandari, S.KepNIP. 19800623 200604 2 023