sap penkes neurotik

18

Click here to load reader

Upload: angel-ea-aggyl-part-ii

Post on 18-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

sap

TRANSCRIPT

PRE PLANNING

SATUAN ACARA PENGAJARANSEHAT JIWA

Disusun Oleh :

1. Angkri J.J Ottu2. Bayu Dika Pratama

3. Diah FatmawatiPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSSTIKS WIDYA HUSADA SEMARANG

2014SATUAN ACARA PENGAJARAN

1. TOPIK

Neurotik2. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan maka keluarga klien dengan skizofrenia mampu mengenal tentang neurotik.b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa diharapkan keluarga mampu: 1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa neurotik dengan 80% benar2. Menjelaskan macam-macam neurotik dengan 80% benar 3. Mengetahui prevalensi dan presipitasi gangguan jiwa neurotik, cemas, depresi, phobia dengan 80% benar4. Menyebutkan cara perawatan pada klien dengan neurotik dengan 80% benar3. LATAR BELAKANG

Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialis praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktek keperawatan jiwa terjadi dalam konteks social dan lingkungan. Keperawatn jiwa merupakan salah satu dari lima inti disiplin kesehatan mental. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkanerja suatu kerangka kerja teoretik yang menjadi landasn praktik keperawatan. Saat ini berkembang perawatan sebagai profesi yaitu perawatan sebagai elemen inti dari semua praktik keperawatan.

Kehidupan manusia dewasa ini yang semakin sulit dan komplek serta semakin bertambahnya sressos psikososial akibat budaya masyarakat modern yang cenderung lebih sekuler, menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan hidup yang mereka alami (Prabandari etal, 1997). Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental emosiaonal manusia (Hidayati, 2000 ).

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat, 1991). Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisisk, memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul oleh berbagai penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbed. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritkan masalahnya, bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan untuk dalam menyelesaikan masalah juga berfariasi4. SELEKSI PASIEN & KELUARGAa. Keluarga pasien. b. Pasien5. JADWAL KEGIATANa. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan

Poliklinik RSJ dr Amino GondoHutomob. Lama pelaksanaan pendidikan kesehatan

60 menitc. Waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan

Hari/tgl

: Selasa, 23 Desember 2014 Jam

: 08.00 09.00 WIB

6. METODE PELAKSANAANa. Ceramah b. Tanya jawab7. MEDIA DAN ALATa. Leafletb. Power pointc. LCD

8. PENGORGANISASIAN

Tiga orang yang masing-masing mempunyai tugas, satu sebagai penyaji dan dua sebagai fasilitator.9. SETTING TEMPAT

10. PROGRAM ANTISIPASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Antisipasi waktu: 23 Desember 2014Tempat

: Poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Keluarga: keluarga pasien yang kontrol di Poliklinik RSJD Dr. RSJD Dr. Amino Gondohutomo

pasien terapis: pasien yang kontrol di Poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo

media dan alat: leaflet, LCD, Laptop11. LANGKAH KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN

a. Persiapan b. Orientasi

1) Penjelasan tujuan pertemuan

2) Penjelasan lama pendidikan kesehatan

c. Kerja

Penyampaian materi tentang kesehatan jiwad. Terminasi

1) Penyaji melakukan evaluasi objektif (perasaan pasien dan keluarga setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa)2) Penyaji melakukan evaluasi objektif ( menanyakan hal-hal terkait dengan topik pendidikan kesehatan tentang kesehatan jiwa yang sudah dilakukan).12. EVALUASI a. Evaluasi Struktur1) Kesepakatan dengan keluarga (waktu dan tempat)2) Kesiapan materi penyaji3) Tempat yang digunakan nyaman dan mendukungb. Evaluasi Proses

1) Peserta/ keluarga bersedia mengikuti pendidikan kesehatan sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan2) Anggota keluarga antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya3) Anggota keluarga menjawab semua pertanyaan yang telah diberikanc. Mahasiswa

1) Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan 2) Dapat menjalankan peranannya sesuai dengan tugas

d. Evaluasi Hasil

1) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

2) Adanya kesepakatan antara keluarga dengan perawat dalam melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya.3) Mahasiswa memberikan pertanyaan kepada keluarga klien tentang materi penyuluhan tentang kesehatan jiwa dan keluarga klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik.LAMPIRAN MATERIGANGGUAN JIWA NEUROTIKA. Prevalensi Dan Presipitasi Gangguan Jiwa Neurotik1. Prevalensi gangguan jiwa

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2020 yang akan datang, cemas dan depresi menduduki angka ke 2 setelah penyakit jantung. Dan kira-kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu saat dalam hidupnya dan lebih dari 40% di antaranya didiagnosis secara tidak tepat sehingga menghabiskan biaya untuk pemeriksaan laboratorium dan pengobatan yang tidak tepat. Gangguan kecemasan diperkirakan diidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang dicintainya. Perasaan-perasaam tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang tidak disadari oleh individu. Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Nasional tahun 2007, prevalensi gangguan mental emosional 11,6% (sekitar 19 juta penduduk) dan gangguan jiwa berat sebesar 46 % (sekitar satu juta penduduk). Kasus gangguan jiwa berat paling mudah dikenali, bahkan masyarakat awam-pun mudah melakukan diagnosa. Sedangkan kasus gangguan mental emosional kejadiannya tersamar karena individu akan memunculkan dalam bentuk keluhan fisik biasa, seperti gangguan pencernaan, ganggual pola tidur, sulit konsentrasi serta gejala penyakit fisik lain. Selama ini anggapan orang tentang gangguan jiwa hanya berkisar antara orang-orang yang terlihat di jalanan yang telanjang atau yang sedang di rumah sakit jiwa atau yang sering disebut "gila" atau "edan". Jadi sebenanrnya apa itu gangguan jiwa? Sebelum kita lihat tentang gangguan jiwa, ada baiknya kita melihat dulu yang disebut dengan kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sementara kesehatan jiwa berarti perasaan sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kalau dilihat dari definisi ini wajarlah kalau sekitar 20-25% seseorang dari masa hidupnya pernah mengalami gangguan jiwa, seperti cemas dan depresi (WHO). Sedang gangguan jiwa berarti terganggunya fungsi mental(pikiran, perasaan dan tingkah laku) sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari, (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial). Dari sini terlihat bahwa gangguan jiwa lebih sering bermanifestasi dalam keluhan-keluhan fisik yang terlihat dalam perilakunya. Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua kategori, yaitu neurotik dan psikotik. Dulu gangguan jiwa ringan sering juga disebut neurotik.Dan telah merugikan Indonesia sekitar Rp 20 triliun per tahun. Di Indonesia hanya terdapat 48 Rumah Sakit Jiwa dengan kapasitas 7.700 tempat tidur. Padahal sesuai standar yang dianjurkan World Health Organization (WHO) Indonesia membutuhkan setidaknya 80.000 tempat tidur untuk penderita gangguan jiwa berat.

2. Presipitasi gangguan jiwa

faktor yang dapat mencetuskan untuk kali pertama sehingga seseorang mengalami gangguan jiwa, diantaranya:

a. Faktor Fisikyaitu faktor-faktor yang berasal dari gangguan fisik yang dialami oleh individu sehingga akhirnya menyalami gangguan jiwa. Contohnya adalah terjadinya infeksi pada otak, kecederaan yang dialami oleh otak, toksin atau bahan kimia berbahaya yang menyerang otak, adanya tumor pada otak yang dapat mengganggu fungsi otak, gangguan pada sistem endokrin maupun akibat kekurangan vitamin B1 B12 atau zat besi yang berpengaruh terhadap neurotransmitter di otak. Gangguan mental yang disebabkan oleh faktor ini biasa disebut dengan gangguan mental organik.

b. Faktor Psikisyaitu faktor-faktor yang berasal dari mental individu yang dialami secara terus-menerus sehingga akhirnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah tidak dapat lagi dipertahankan sehingga akhirnya individu mengalami gangguan jiwa. Faktor Psikis ini dapat terdiri dari: faktor sosio-ekonomi yang senantiasa menjerat individu, krisis yang terus dialami oleh individu, terlalu bergantung terhadap bantuan orang lain adalah diantara faktor psikis yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.

B. PengertianMenurut WHO (Notosoedirjo,2005) sehat adalah Keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakit/ cacat. Pengertian sehat menurut WHO tersebut merupakan kondisi ideal dari sisi biologis, psikologis dan sosial.

Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri Sendiri dan orang lain.

Menurut UU No. 3, 1966: Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yg optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain.

C. Penyebab Gangguan JiwaFaktor-faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa, yaitu :1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)a. Nerokimia, misal: gangguan pada kromosom no 21 menyebabkan munculnya gangguan perkembangan Down Syndrome yang merupakan bentuk keterbelakangan mental yang secara genetis paling umum diturunkan, disebabkan oleh munculnya suatu kromosom tambahan. Seseorang yang mengalami Down Syndrome memiliki wajah yang bundar, tengkorak yang rata, lipatan kulit tambahan sepanjang kelopak mata, lidah yang menonjol keluar, tungkai dan lengan yang pendek, dan keterbelakangan kemampuan motorik dan mental.tingkat kematangan dan perkembanganb. Tingkat kematangan dan perkembangan organicc. Faktor-faktor prenatal dan perinatal2. Faktor Psikogenik (psikologis)

a. Interaksi ibu-anak

b. Interaksi ayah-anak : peranan ayah

c. Jika seorang ayah dan ibu tidak menjalankan peranan mereka sebagai orangtua dengan baik, seperti kurangnya memberikan perhatian dengan melakukan interaksi dengan anak. Sehingga komunikasi antara orangtua dan anak tidak berjalan dengan baik. Anak juga tidak akan nyaman berada dirumah dan bisa saja anak juga tidak nyaman berada disamping orangtua mereka sendiri.

d. Sibling rivalry

e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat.

f. Lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya yang acuh (tidak peduli).

g. Kehilangan : Lossing of love object.

h. Individu kehilangan kasih sayang dan cinta dari orangtua, teman dan pacar.

i. Konsep dini : pengertian identitas diri VS peranan yang tidak menentu

j. Tingkat perkembangan emosi

k. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya : Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif.

l. Mereprese diri secara terus-menerus sehingga menimbulkan konflik dalam diri yang tidak dapat diatasi.

m. Ketidakmatangan atau terjadinya fiksasi atau regresi pada tahap perkembangannya. Dimana individu mengalami

n. Traumatic Event

o. Distorsi Kognitif

3. Pola Asuh Patogenik :

a. sumber gangguan penyesuaian diri pada anak

b. Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya

c. Melindungi anak secara berlebihan karena sikap berkuasa dan harus tunduk saja

d. Penolakan (rejected child)

e. Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi

f. Disiplin yang terlalu keras

g. Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan

h. Perselisihan antara ayah-ibu

i. Perceraian

j. Persaingan yang kurang sehat diantara para saudaranya

k. Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral)

l. Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si anak)

m. Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-psikotik)

4. Faktor Sosiogenik (sosial-budaya)a. Tingkat ekonomi

b. Lingkungan tempat tinggal : perkotaan VS pedesaan

c. Masalah kelompok minoritas yg meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai

d. Pengaruh rasial dan keagamaan

D. Ciri - ciri Sehat JiwaKriteria kesehatan jiwa meliputi :1. Sikap positif terhadap diri sendir2. Tumbuh, berkembang dan aktualisasi3. Integrasi : Masa lalu dan sekarang4. Otonomi dalam pengambilan kuputusan5. Persepsi sesuai kenyataan6. Menguasai lingkungan : mampu beradaptasiCiri Sehat Jiwa Menurut WHO (Hawari, 2002) :

1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya,

2. Memeperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya,

3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima,

4. Secara relative bebas dari rasa tegang (stress),

5. berhubungan dengan orang lain dengan cara tolong menolong dan saling memuaskan,

6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian hari,

7. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif, Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.

E. Usaha-Usaha Peningkatan Kesehatan Jiwameningkatkan taraf kesehatan jiwa dan mencegah terjadinya gangguan jiwa, berupa kegiatan penyuluhan dan kegiatan pembinaan hidup sehat, agar dapat hidup produktif dan harmonis. Upaya kuratif merupakan pelayanan yang bertujuan merawat dan mengobati agar penderita gangguan jiwa dapat disembuhkan atau dipulihkan kesehatannya. Upaya rehabilitatif merupakan berbagai upaya yang medis, edukatif, vokasional, dan sosial yang bertujuan memulihkan kemampuan fungsional seseorang yang cacat (impairment, disability, dan handicap) seoptimal mungkin, sehingga dapat hidup produktif dan beriontegrasi kembali ke dalam masyarakat.

upaya-upaya tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut yang meliputi upaya primer, sekunder dan tersier yang ditujukan untuk meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia agar dapat hidup lebih sehat, harmonis, dan produktif (Dalami, 2010).

Keterangan:

: penyaji

:fasilitator

: peserta/ keluarga

PAGE 12