sanju hiden sho · 2017. 6. 14. · kutipan dalam kalimat akhir dari ki ke 4 tertulis : “ kennon...

186
SANJU HIDEN SHO Ditulis kembali oleh : GD (22 January 2015)

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

SANJU HIDEN SHO

Ditulis kembali oleh : GD (22 January 2015)

Page 2: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

SANJU HIDEN SHO

BAB I

MENERANGKAN BETAPA SULITNYA UNTUK DAPAT MENDENGARKAN

HUKUM ICHINEN SANZEN

Menerangkan betapa sulitnya untuk dapat mendengar Hukum Ichinen Sanzen berarti :

Dalam sutra tertulis : “Perihal munculnya seluruh Budha di dunia ini tergantung

pada masa yang jauh, sehingga sulit untuk berjumpa, meskipun muncul di dunia, namun

adalah sulit untuk memberi palajaran Hukum ini. Biarpun melewati Ko (waktu) yang tak

terhitung panjangnya (Muryo Mushuko) adalah begitu sulit untuk dapat mendengarkan

hukum ini, Orang yang dapat mendengar dan mengerti hukum ini adalah begitu sulit.

Sehinga misalnya bagai Bunga Udonge yang digemari dan disukai oleh seluruh umat

manusia dan tenin, akan berbunga pada waktu yang jarang sekali. Kalau mendengar

hukum memuji dengan rasa gembira biar mengucap satu kata, maka berarti telah

menyumbang seluruh Budha – Budha ketiga masa “ dan lain-lain. Harus mengetahui

dengan seksama, bahwa huruf “Hukum” yang terdapat disini sekaligus berarti Ichinen

Sanzen.

1 Ko = 8 juta tahun.

Penjelasan :

Kalau menjelaskan makna kalimat Kaimokusho maka akan terbagi menjadi

sepuluh Bab dan Bab yang pertama adalah menerangkan betapa sulitnya untuk dapat

mendengar maupun bertemu dengan Hukum Ichinen Sanzen. Kalimat Bab Hoben ini

menyatakan bahwa Hukum Ichinen Sanzen adalah sesuatu yang sulit untuk dapat di

dengar. Pertama – tama marilah meterjemahkan kutipan kalimat tersebut sebagai

berikut : Budha yang dapat muncul ke dunia adalah sesuatu yang jarang sekali. Walau

dapat dilahirkan pada waktu itu, namun amat sulit untuk bertemu dengan Budha. Walau

Budha dapat muncul di dunia ini, namun untuk dapat menjelaskan Hukum Ichinen

Sanzen, adalah suatu hal yang sangat sulit.

Begitupun selama jangka waktu Ko yang tak terhitung panjangnya, walau Buddha

kebetulan muncul pada waktu itu maupun menjelaskan Hukum Ichinen Sanzen, namun

untuk dapat mendengar Hukum ini adalah sangat sulit. Terlebih lagi yang dapat

mendengar hukum ini dan menganutnya adalah suatu hal yang amat sulit yang tak

terlukiskan. Itu sama seperti bunga Udonge, walau diidamkan oleh seluruh umat

manusia, begitupun umat manusia dari dunia kemanusian dan surga sangat

menyayanginya, namun bunga ini jarang berbuga dimana hanya 3000 tahun sekali

berbunga.

Page 3: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Oleh karena itu setelah mendengar ajaran Budha dan langsung percaya

menganutnya, dimana jika dapat dengan gembira menyebut walau satu perkataan yang

memuji keagungan dari Budha, maka itu berarti telah memiliki karunia agung yang

menyumbang seluruh Budha ketiga masa. “Hukun” yang di jelaskan Nikkan Shonin yang

muncul dari kalimat Bab Hoben adalah Hukum Ichinen Sanzen. Namun dalam kalimat ini

terbagi atas tiga bagian yaitu :

Menjelaskan Hukum,

Mendengarkan Hukum, dan

Percaya dan menerima Hukum.

Agar supaya Hukum yang dijelaskan oleh Buddha dapat diterima leh umat manusia, maka

pasti akan melalui ketiga macam proses ini.

Sekarang kita dapat percaya Hukum Agama Budha Agung Niciren Daishonin pun

melalui proses demikian. Kiranya kalau kita dilahirkan pada negri Budha lain, atau

dilahirkan pada waktu yang tidak berhubungan dengan Nichiren Daishonin, pasti tidak

akan bertemu dengan pengkotbahan dari Budha Masa Mappo.

Kalau meninjau lebih dalam, dimana pada waktu yang panjang yang berlangsung

tak berawal dan berakhir kekal abadi, dan berkembang di dalam alam semesta yang tak

terhingga, dapat berjumpa dengan pengkotbah dari Budha masa Mappo dan dapat

percaya dan menerimanya, adalah karunia yang tak terlukiskan. Apalagi setelah

mendengar ajaran Hukum dari Budha dan langsung percaya serta menganutnya, dimana

jika dapat dengan gembira menyebut walau satu perkataaan yang memuji keagungan

dari Budha, berarti pelaksanaan kita setiap hari yang berdasarkan kepada kepercayaan

dari Jigyo dan Keta yaitu tidak lain pelaksaaan dialog Hukum Agama Buddha.

Oleh karena walau satu perkataan pun telah menyumbang Budha – Budha dari

ketiga masa, maka didalam pelaksanaan dialog Hukum Agama Budha yang

menyelamatkan seluruh umat manusia itu , telah memiliki karunia agung yang tak

terkirakan. Oleh karena itu kita harus mengobarkan kabanggaan ini untuk lebih giat

menjalankan dialog Hukum Agama Buddha.

Page 4: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau

berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan arti dari “Kosho” berarti pada

waktu berkurangnya dari masa Juko ke 9. Pada waktu usia wajar manusia 60.000 tahun

muncul Budha Kuruson, pada waktu usia wajar manusia 40.000 tahun muncul Budha

Kunagon, pada waktu usia wajar manusia 20.000 tahun muncul Budha Kasho, pada waktu

usia wajar manusia 100 tahun muncul Budha Sakyamuni dan lain – lain.

Yaitu mulai dari usia wajar manusia 80.000 tahun setiap 100 tahun usia manusia

berkurang satu tahun atau setiap 1000 tahunnya usia manusia berkurang 10 tahun, hingga

menjadi 6, 4, 2 puluh ribu tahun, ini bukanlah Kennon (abadi yang sangat jauh).

Penjelasan

Kalimat ini adalah sumbangan dari kalimat Hoben dimuka, dimana dengan

menarik penjelasan dari Myoraku Daishi didalam Hokke Monguki yang menjelaskan

kedua perkataan “Kennon” dari bab Hoben.

Didalam Hokke Monguki dari Myoraku Daishi berkata : “Kennon” dan sebagainya

yang dijelaskan dalam Bab Hoben jika di pandang dengan Ko maka itu adalah enam puluh

ribu, empat puluh ribu, dua puluh ribu. Nikkan Jonin mengenai enam puluh ribu, empat

puluh ribu, dua puluh ribu ini, menjelaskannya berdasarkan Kosho yaitu makna yang

dijelaskan didalam buku “Yogaronkushoju”, karangan Jion Daishi.

Juko dari “Juko kesembilan yang berkurang” dan sebagainya adalah salah satu dari

4 Ko (Joko, Juko, Eko, dan Kuko). Dalam proses pembentukan alam semesta terbagi atas 4

cara pemikiran, yaitu masa hingga terbentuknya satu dunia dinamakan Joko, masa

mempertahankan dinamakan Juko, masa pengrusakan dinamakna Eko dan masa yang tak

terbentuk dinamakan Kuko. Kita yang tinggal di dunia ini pun sewajarnya akan tumbuh

dan berkembang berdasarkan ke 4 proses Ko ini. Sekarang ini tepat berada pada masa

Juko.

Dalam Kosho tertulis : “Satu tambah satu kurang menjadi satu Ko, setelah penuh

terhitung 20 dimana Juko berakhir” Dimana akhir dari Juko adalah dimulai dengan usia

manusia yang tak terhingga dan setiap seratus tahunnya usia manusia dikurangi 1 tahun

terus menerus hingga usia wajar manusia menjadi 10 tahun, ini dimanakan Juko

berkurang. Kemudian dimulai dari usia wajar 10 tahun dimana setiap 100 tahun

bertambah 1 tahun terus menerus hingga usia wajar manusia menjadi 80 ribu tahun, ini

dinamakan Juko bertambah pertama. Selanjutnya berulang lagi, dimana setiap 100 tahun

usia wajar manusia manjadi 10 tahun, dinamakan Juko berkurang kedua. Dengan

demikian ini berulang – ulang hingga 20 kali bertambah dan berkurang.

Page 5: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dan pada akhirnya dimulai dari usia wajar manusia 10 tahun, bertambah terus

hinga Ko bertambah dari usia wajar manusia menjadi usia tak terhingga. Setelah

memasuki Juko berkurang yang ke 9 ini, dimana ketika usia wajar manusia 60.000 tahun

terdapat Budha Kuruson, ketika usia wajar manusia 40.000 tahun terdapat Budha

Kunagon dan ketika usia wajar manusia 20.000 tahun terdapat Budha Kasho, sehingga

ketika usia wajar manusia 100 tahun Buddha Sakyamuni lahir di dunia ini. Dengan

demikian Budha yang dapat muncul di dunia adalah sedemikian jarang dan sukarnya, ini

dinamakan Kennon.

Namun dari usia wajar manusia 60.000 tahun hingga 40.000 tahun, 20.000 tahun

dan 100 tahun saja pun sudah sedemikian panjang. Itu pun masih berada dalam

lingkungan Juko ke 9 yang berkurang. Dengan demikian berulang – ulang 20 kali dari

berkurang dan bertambah. Kemudian diperkembangkan 4 Ko (Jo, Ju, E, Ku). Disamping

itu ke 4 Ko ini tidak berakhir sekali saja dimana kalau Jo Ju E Ku yang pertama berakhir,

akan dimulai Jo ju E ku yang berikutnya. Arus perputaran ini akan berulang – ulang

berputar untuk selamanya. Bertapa pun Juko ke 9 yang berkurang ini adalah berdiri pada

pandangan kekal abadi yang tak berawal dan tak berakhir.

Skala pandangan waktu yang dijelaskan dalam Hukum Agama Budha adalah

sedemikian luas dan besar yang mana dengan satu hal diatas dengan jelas dapat

diperkirakan. Biar bagaimana pun , pada bagian ini diantara penjelasan Hukum,

mendengar Hukum dan menerima Hukum yang dijelaskan diatas, petama – tama

menyatakan penjelasan Hukum (Seppo) yaitu penjelasan Hukum itu pun yang mana

pertama – tama harus munculnya Buddha di dunia ini, hal itu sendiri merupakan suatu

hal yang betapa hebatnya.

Kutipan

Meski muncul di dunia pun, bagaikan Budha Shusenda, Budha Taho hingga akhir

hayatnya pun tidak menerangkan Ichinen Sanzen. Bagimana Budha Daitsu pun selama

20.000 Ko tidak pernah menerangkannya. Dan sekarang bagaikan Budha Sakyamuni

merahasiakan selama 40 tahun lebih pun tidak menjelaskan ini. Bukankan begitu sukar

untuk menerangkan Hukum ini? Kemunculanya sudah begitu abadi yang jauh (Kennon)

sehingga untuk menerangkan Hukum pun begitu sulit. Bukankah tidak mudah untuk

mendengarkan ini? Biar pun lahir pada masa hidupnya Budha Sakyamuni, bagaikan

manusia – manusia dari negri Shae, pun tidak pernah jumpa dan mendengar Hukum ini,

apalagi manusia pada masa Mappo dan tempat buruk.

Page 6: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Disini menjelaskan, walau Budha muncul di dunia pun namun belum tentu

menjelaskan Hukum Agama Budha Ichinen Sanzen dan dapat menjelaskan Hukum Agama

Budha, ini adalah suatu hal yang hebat sekali. Budha Shusenda yang dijelaskan dalam

Sutra Daibon Hannya dan Budha Taho yang muncul untuk membuktikan kebenaran Sutra

Bunga Teratai yang dijelaskan oleh Budha Sakyamuni, sampai akhirnya tidak

menjelaskan satu kata pun mengenai Hukum Ichinen Sanzen. Begitu pula Budha

Daitsuchisho yang muncul 3000 Jintengo lampau, yang dijelaskan dalam Bab Kejoyu

Sutra Bunga Teratai dimana selama 20.000 Ko tidak menjelaskan Hukum Ichinen Sanzen.

Terlebih lagi, Budha Sakyamuni yang muncul di India pun dimana selama 42

tahun yaitu sejak umur 30 tahun mencapai kesadaran hingga umur 72 tahun, sama sekali

tidak menjelaskan Hukum Ichinen Sanzen, yaitu Sutra Bunga teratai. Kalau demikian

dapatlah diketahui bahwa Budha itu, betapa sedikitnya menjelaskan Hukum Ichinen

Sanzen. Dengan demikian, sebagaimana dalam Bab Hoben diatas yang mengatakan :

Kemunculannya sudah begitu abadi yang jauh (Kennon) dan sebagainya, menjelaskan

Budha tidak mudah untuk muncul di dunia, walau muncul di dunia pun namun tidak

menjelaskan Hukum Ichinen Sanzen adalah sedemikian sulit.

Oleh karena itu umat manusia tidak mudah untuk dapat mendengar ajaran Hukum

dari Budha. Sebagi umpama : Walau dilahirkan pada waktu masa hidup Budha

Sakyamuni dimana sepertiga dari jumlah penduduk rakyat negri Shae yang berjumlah 9

Oku (900.000) yaitu 3 Oku (300.000) orang – orang tidah pernah berjumpa Budha

Sakyamuni, apalagi dapat mendengar pembabaran Budha Sakyamuni. Pada akhir kutipan

kalimat “ Apalagi manusia pada masa Mappo dan tempat buruk” berarti perkataan masa

Mappo menyimpulkan waktu. Dan tempat yang buruk menyimpulkan Negara/Tempat,

yaitu Negara Jepang. Negara Jepang ini kalau dipandang dari India dimana Buddha

Sakyamuni dilahirkan, maka arah timur adalah tempat terpencil yang terpisah

sedemikian jauh yaitu pulau kecil bagaikan butir jagung yang terletak terpencil.

Begitu pun kalau dipandang berdasarkan waktu, maka setelah wafatnya Budha

Sakyamuni, masa Shoho dan Zoho telah berlalu dan sedang menyambut kedatangan masa

Mappo yang bakat manusianya sedemikian buruk. Di India saja merupakan pusat Agama

Budha seperti masih terdapat 3 Oku penduduk dari negri Shae yang belum pernah

melihat wajah maupun mendengar ajaran Budha Sakyamuni, apalagi pada Negara Jepang

yang terpencil di masa Mappo ini, bagaimana mempunyai kesempatan untuk berjumpa

dengan Hukum Budha Ini. Pada negeri masa Mappo yang kotor ini, kita yang percaya dan

melaksanakan ajaran dari Budha masa Mappo adalah betapa Agungnya. Ini dapat

dikatakan bahwa dalam kutipan pendek Nikkan Jonin ini telah mewujudkan makna

tersebut dengan tegas.

Page 7: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Oleh karena dalam Bab Anrakugyo (dari Sutra Bunga Teratai) tertulis : “ Dalam

negri – negri yang tak terhitung banyaknya, biar namanya dari Hukum ini pun tidak dapat

didengar “ dan lain – lain. Bukankah memang sulit untuk mendengan Hukum, untuk

mendengar Hukum saja sedemikian sulitnya, apalagi untuk percaya dan menerimanya.

Harus mengetahui dengan seksama bahwa mendengar dengan sunguh – sungguh ini,

bermakna percaya dan menerima. Kalau kita dapat percaya dan menerima apakah dapat

dikatakan telah mendengar dengan sungguh – sungguh ? Oleh karena itu dengan

mengumpamakan bunga Udonge, bunga ini hanya berbungan sekali dalam 3000 tahun.

Penjelasan

Disini dengan menarik kalimat dari bab Anrakugyo untuk menjelaskan bahwa

dapat mendengar pembabaran dari Budha adalah suatu hal yang luar biasa. Selanjutnya

menjelaskan, bahwa karena dapat mendengar Hukum ini sedemikian sulitnya, sehingga

untuk dapat percaya dan menganut pun sangat sulit.

Dalam Bab Anrakugyo ke 14 Sutra Bunga teratai dimana Budha Sakyamuni

menjelaskan kepada Boddhisatva Monjushiri dengan berkata : “ Pada Negara yang tak

terhinggga, walau hanya nama dari Sutra Bunga Teratai pun tidak dapat di dengar”. Dan

selanjutnya kalimat berikutnya dari Bab Anrakugyo berbunyi : “ Apalagi dapat melihat,

menerima, menganut, membaca, membaca dengan suara.”

Dengan demikian, prihal mendengar Hukum saja sudah sedemikian sulit, apalagi

dapat percaya dan menerimanya. Tentu suatu hal yang sangat sulit sekali. Oleh karena

itu, disini Nikkan Jonin menjelaskan kalimat “Dapat mendengar” dari “dapat mendengar

Hukum ini” dari kutipan Bab Hoben berarti percaya dan menerima. “Mendengar dengan

sunguh – sungguh” adalah berlainan dengan “dengar” dimana tidak hanya mendengar

permukaannya saja namun berarti dengan seksama mendengar, mengikuti dan

menganalisa dengan tepat. Makna “mendengar” disinilah berarti percaya dan menerima.

Dalam Bab Hoben menjelaskan prihal sulitnya untuk percaya dan menerima, ini

diumpamakan sebagai bunga Udonge yang berbunga sekali dalam 3000 tahun.

Page 8: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Namun sekarang berdasarkan welas asih Agung dari leluhur Budha (Nichiren

Daisyonin) dapat mendengar Hukum Ichinen Sanzen, kalau dapat memuji rasa gembira ini

biar mengucap satu kata pun maka berarti telah menyumbang seluruh Budha – Budha

ketiga masa.

Penjelasan

Ini adalah kesimpulan pertama.

Sekarang kita semua karena welas asih agung Nichiren Daisyonin sehingga dapat

percaya dan menganut Hukum Ichinen Sanzen yaitu Dai Gohonzon.

Walau begitu saja pun sudah begitu berkarunia agung apalagi kita sekarang siang dan

malam dengan giat menjalankan dialog Hukum Agama Budha.

“dengan rasa gembira” ini adalah kutipan kalimat yang menjelaskan sikap pelaksanaan

orang dengan pertapaan Jigyo dan Keta. Prihal karunia agung dalam perjuangan kita yang

ulet ini, terlihat sekali, lebih jelas daripada melihat api.

Betapa besarnya karunia yang telah menyumbang seluruh Budha dari ketiga

masa. Marilah kita yang telah menerima dan menganut Hukum Ichinen Sanzen yang sulit

didengar yaitu Dai Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, untuk mejalankan

dengan mantap dialog Hukum Agama Budha dengan gembira dan tak terkalahkan oleh

iblis apapun juga.

Harus yakin bahwa itu merupakan tenaga pendorong perombakan sifat jiwa diri sendiri,

perombakan masyarakat dan perombakan perdamaian seluruh umat manusia.

Page 9: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BAB II

MENERANGKAN GARIS BESAR ISI KALIMAT

Kutipan

Menerangkan garis besar isi kalimat berarti :

Kalimat terdiri dari tiga tahap (bagian). Pertama – tama kalimat Hukum Agama Budha

Ichinen Sanzen berarti tujuan (Hyo), hanya Sutra Bunga Teratai dan seterusnya berarti

penjelasan (Shaku), dan ketiga, walau Ryuju dan seterusnya berarti Kesimpulan (Ketsu).

Perjelasan

Disini menjelaskan garis besar keseluruhan dari kalimat yang terpendam didasar

kalimat yang dirahasiakan sambil memperbandingkan ketiga wajah ajaran dari Tien Tai

dan memunculkan Hukum dari Sanjuhiden.

Kalimat Kaimokusho dapat terbagi dari tiga bagian dari Tujuan (Hyo), Penjelasan

(Shaku), dan Kesimpulan (Ketsu). Pertama – tama “Hukum Agama Budha Ichinen Sanzen”

adalah : tujuan (Hyo) kemudian “Hanya terdapat terpendam didasar kalimat yang

dirahasiakan dari Honmon Juryobon Sutra Bunga Teratai” adalah penjelasan (Shaku) dan

“walau Ryuju, Tenjin telah mengetahuinya, namun belum disebarkan hanya arief bijaksana

Tien Tai menyimpannya dalam hati” adalah Kesimpulan (Ketsu). Pada umumnya ketika

hendak mejelaskan sesuatu hal, selalu didasarkan pada suatu urutan pertama harus

dikeluarkan, dimunculkan judul temanya. Selanjutnya dijelaskan judul temanya dan

akhirnya menarik suatu kesimpulan sebagai penutupan.

Kutipan

Dalam kalimat penjelasan (Shaku) mengandung tiga makna yaitu, pertama – tama adalah

perbandingan ajaran sementara dan sesungguhnya (Gonjitsu Sotai) yaitu yang dikatakan

keempat kata Sutra Bunga Teratai. Kedua adalah perbandingan antara ajaran bayangan

dengan ajaran sebenarnya (Honshaku Sotai) yaitu yang dikatakan kelima kata (Huruf

Kanji) Honmon Juryobon. Ketiga adalah perbandingan pembibitan dan pemanenan

(Shudatsu Sotai) yaitu yang dikatakan keempat kata dasar kalimat yang dirahasiakan

(Montie Hichin). Yakni menegaskan dengan urutan dimulai dari yang dangkal menuju

yang dalam, misalnya bagaikan mendaki ketempat tinggi pasti dimulai dari yang rendah,

dan menuju keperjalanan yang jauh harus dimulai dari yang dekat dan lain – lain.

Page 10: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Pada bagian kalimat penjelasan (Shaku) terkandung ketiga makna dari

perbandingan antara ajaran sementara dan sesungguhnya (Gojitsu Sotai), Perbandingan

atara ajaran bayangan dan badan sesungguhnya (Honshaku Sotai) dan perbandingan

ajaran pembibitan dan pemanenan (Shudatsu Sotai).

Pertama – tama keempat kata dari perbandingan ajaran sementara dan sesungguhnya

menjelaskan bahwa Hukum Ichinen Sanzen tidak terdapat pada ajaran sementara dari

sutra – sutra selama 42 tahun (Nizen), melainkan hanya terdapat pada Sutra Bunga

Teratai. Selanjutnya kelima kata Honmon Juryobon mewujudkan perbandingan ajaran

bayangan dan ajaran badan sesungguhnya (Honshaku Sotai). Hukum Ichinen Sanzen

walau terdapat pada ke 28 Bab Sutra Bunga Teratai, namun tidak terdapat pada ajaran

bayangan (Shakumon) melainkan terdapat pada Bab Nyorai Juryobon ke 16, yang

merupakan titik penting dari Honmon Sutra Bunga Teratai dan ketiga “terpendam didasar

kalimat yang dirahasiakan” adalah perbandingan ajaran pemanenan dan pembibitan

(Shudatsu Sotai). Yaitu menjelaskan bahwa Hukum Ichinen Sanzen tidak terdapat diatas

kalimat Bab Juryo yang panen, namun terdapat terpendam didasar kalimat yang di

rahasiakan.

Dengan demikian, penilaian wajah ajaran (Kyoso) dari Hukum yang dangkal

berturut – turut menuju Hukum Agama Budha yang mendalam sama seperti ketika

hendak mendaki ke tempat yang lebih tinggi, harus dimulai dari tempat yang rendah.

Begitupun bagai menuju pada tempat yang jauh harus dimulai dari tempat yang dekat. Ini

adalah urutan yang wajar dalam menganalisa sesuatu persoalan.

Kutipan

Pada bagian ketiga Ryuju dan seterusnya kesimpulan (Ketsu) berarti menegaskan tidak

tersebar pada masa Shoho dan Zoho (Shozomigu) yang maknanya menerangkan

penyebaran pada masa Mappo (Mappo Rufu). Disamping itu juga terdapat dua makna.

Yang pertama dengan menerangkan belum tersebar pada masa Shoho (Shohomigu) yang

menyimpulkan ketiga tahap, seterusnya belum tersebar. Kedua dengan menerangkan pada

masa Zoho menyimpannya dalam hati (Zoho Zaikai) sehingga menyimpulkan tahap ketiga

belum tersebar.

Penjelasan

Ini adalah penjelasan dari bagian kesimpulan. Walau kaliamatnya menjelaskan

bahwa Hukum Ichinen Sanzen belum tersebar selama 2000 tahun masa Shoho dan Zoho

namun makna sesungguhnya dari kalimat adalah manarik kesimpulan bahwa Hukum

Ichinen Sanzen merupakan Hukum Agung yang pasti tersebar pada masa Mappo.

Page 11: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dan kalimat dari kesimpulan ini terbagi atas 2 bagian yaitu : kalimat yang

terdahulu “Walau Ryuju, Tenjin telah mengetahuinya, namun belum disebarkan”.

Menunjukkan bahwa belum tersebar pada masa Shohodimana dengan melalui

perbandingan Gonjitsu Sotai, Honshaku Sotai dan Shudatsu Sotai untuk menerima

keseluruhanya pada masa Shoho dengan jelas ketiga perbandingan itu sama sekali belum

dijelaskan, sehingga menarik kesimpulan bahwa Hukum Ichinen Sanzen sama sekali

belum tersebarluaskan.

Selanjutnya kalimat “Hanya arief bijaksana Tien Tai menyimpanya dalan hati”

berarti walau Tien Tai dikatakan telah menjelaskan perbandingan - perbandingan

Gonjitsu Sotai dan Honshaku Sotai, namum perbandingan Shudatsu Sotai yang ketiga

disimpannya dalam hati dan belum disebarluaskan, sehingga menerima perbandingan

pembibitan dan pemanenan. Sehingga dengan berdasarkan kedua kalimat diatas,

menarik kesimpulan bahwa Hukum Ichinen Sanzen pasti tersebar luas pada masa Mappo.

Pada kenyataannya, Ryuju, Tenjin menyebarluaskan Hukum Agama Budha dengan

menjadikan ajaran Mahayana sementara sebagai permukaannya dan tidak pernah

menjelaskan Hukum ajaran sesungguhnya yang lebih mendalam kepada umat manusia.

Namun mereka mengetahui inti hakekat Hukum Agama Budha adalah Ichinen Sanzen

dimana kiranya dapat dimengerti dengan kutipan kalimat berikut ini : Dalam buku maka

Shikan rol ke 5 tertulis : “Ryuju, Tenjin menyimpan dalam hati dan menyesuaikan dengan

keadaan waktu sehingga masing – masing memiliki ajaran sementara”.

Begitupun mengenai pada masa Zoho menyimpan dalam hati dimana dalam Totai

Gisho berkata : “Nangaku Daishi adalah penitisan dari Bodhisatva Kannon, Tien Tai Daishi

adalah penitisan dari Bodhisatva Yakuo dan sebagainya”. Seandainya walau mereka

memperoleh pembuktian ketika mendengar pembabaran Bab juryo Honmon di Ryojusen,

namun dilahirkan pada waktu yang tidak tepat pada waktu penyebaran Myoho, sehingga

menggantikan nama Myoho dengan menjuliki nama Shikan dan menyempurnakan

Ichinen Sanzen, Ishin Sankan. Namun prihal Tien Tai Daishi dan lain – lain pun menyebut

Nammyohorengekyo, dianggap sebagai pembuktian dalam jiwa sesungguhnya dari

pelaksanaan diri sendiri (Jigyo).

Kutipan

Harus mengetahui dengan seksama bahwa biarpun huruf “Hanya” dari “Hanya Sutra

Bunga Teratai” berbentuk satu huruf, namun artinya dihiasi dengan tiga tahap, yaitu

Hukum Ichinen Sanzen adalah sutra –sutra selam 50 tahun dari Budha Sakyamuni hanya

terdapat pada Sutra Bunga Teratai. Dan didalam Sutra Bunga Teratai hanya terdapat

pada Bab Honmon Juryo, dan di dalam Bab Hormon Juryo hanya terdapat di dasar kalimat

yang dirahasiakan (Montei Hichin) dan lain – lain. Oleh karena itu ketiga perbandingan

dengan jelas terdapat pada kalimat.

Page 12: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Dan perkataan hanya dari “ Hanya Sutra Bunga Teratai…….” Walau hanya satu

perkataan namun maknanya dihiasi dengan tiga tahap. Yaitu Hukum Agama Budha

Ichinen Sanzen didalam seluruh ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni hanya terdapat

di dalam Sutra Bunga Teratai dan didalam Sutra Bunga Teratai terdapat didalam Bab

Juryo Honmon dan begitupun didalam Bab Juryo Honmon hanya terdapat terpendam

didasar kalimat yang dirahasiakan. Kiranya penjelasan ini akan lebih mempermudah

pengertian mengenai ketiga permandingan.

Penjelasan diatas dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :

TUJUAN (HYO) = Hukum Agama Budha Ichinen Sanzen

= (Hanya) Sutra Bunga Teratai …. Perbandingan atara ajaran

sementara dan ajaran sesungguhnya (Hukum Pertama)

PENJELASAN (SHAKU)= (Hanya) Bab Juryo Honmon….. Perbandingan Honmon dan

Shakumon (Hukum kedua)

= (Hanya) terpendam didasar kalimat … Perbandingan

ajaran pembibitan dan pemanenan (Hukum ketiga)

KESIMPULAN (KETSU)= Ryuju Tenji - Pada masa Shoho

belum tersebar -menyimpulkan

ketiga tahap belum tersebar

Menunjukan

pasti

tersebar

pada masa

Mappo

= Arif Bijaksana Tien Tai – Pada masa Zoho

menyimpan dalam hati –

menyimpulkan tahap ketiga belum tersebar.

Page 13: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertanyaan : Perbandingan ajaran sementara dan sesungguhnya (Gojitsu), ajaran

banyangan dengan sesungguhnya (honshaku) selalu dibicarakan, namun bagaimana teori

kalimat dari perbandingan ketiga yakni perbandingan pembibitan dan pemanenan

(Shudatsu).

Jawab : Hal ini memang adalah makna kelahiran di dunia dari leluhur Budha

Nichiren Daisyonin. Kalau hal ini dapat di mengerti dengan jelas maka tidak akan tersesat

oleh kalimat Sutra – Sutra lainnya. Oleh karena itu , untuk sementara dengan menarik satu

kalimat dalam Hongonsho 31 untuk membahas garis pokoknya tertulis : Dalam

permandingan Sutra Bungan Teratai dengan Sutra – Sutra sebelum Sutra Bunga Teratai

(Sutra selama 42 tahun) untuk menimbang keunggulan dan kekurangannya atau dangkal

dan dalamnya terdapat tiga keadaan dalam hal kenyataan sementara (Tobun) dan garis

peloncatannya (kasetsu). Hukum Agama Budha Nichiren adalah Hukum tahap yang ketiga.

Biarpun didalam masyarakat umum telah di jelaskan tahap ke 1 dan tahap ke 2 seperti

bermimpi namun Hukum Tahap ke 3 itu tidak pernah dijelaskan dan lain – lain.

Penjelasan

Penjelasan mengenai perbandingan antara ajaran pembibitan dan pemanennan

adalah makna pokok dari Sanjuhidensho. Oleh karena itu pertama – tama disini

menjelaskan bukti tertulis dan bukti teori dari perbandingan antara ajaran pembibitan

dan pemanenan.

Pertanyaan : Perbandingan antara ajaran sementara dan sesungguhnya, perbandingan

Honmon dan Shakumon selalu sering didiskusikan secara umum, namun perbandingan

ajaran pembibitan dan pemanenan yang ketiga sama sekali belum pernah didiskusikan

sehingga bagaimanakah bentuk bukti tertulis dan bukti teori dari perbandingan ajaran

pembibitan dan pemanenan itu ?

Jawab : Justru yang menjelaskan dengan jelas perbandingan ajaran pembibitan

dan pemanenan merupakan tujuan pokok dari kelahiran leluhur Budha Nichiren

Daisyonin ke dunia ini. Kalau mengerti dengan jelas mengenai hal ini, maka dapat

mengerti dengan tepat berbagai Gosyo dari Nichiren Daisyonin. Sedikit pun tidak ada

yang meragu – ragukan. Selanjutnya marilah kita menarik kutipan kalimat bukti tertulis

yang menunjukan garis besar dari perbandingan ajaran pembibitan dan pemanenan.

Dalam Joninsho (Nama lain dari Hongonshutsukaisho hal.981) tertulis : “Ketika

memperbandingkan Sutra Bunga Teratai dengan Sutra Nizen untuk mempertimbangkan

keunggulan dan kelemahan maupun tinggi rendahnya ajaran maka terdapat perihal

kenyataan sementara (Tobun) dan garis peloncatannya (Kasetsu), yang mana terdapat

ketiga tahap dan perbedaan”. Hukum Agama Budha yang dijelaskan Nichiren adalah

Hukum dari kenyataan sementara (Tobun) dan garis peloncatanya (Kasetsu) yang ketiga.

Yakni perbandingan ajaran pembibitan dan pemanenan (Shudatsu Sotai). Walau didalam

masyarakat bagai mimpi telah dengan secara garis besar menjelaskan Hukum Agama

Budha yang ke satu dan ke dua, namun Hukum Agama Budha yang ketiga sama sekali

belum dijelaskan.

Page 14: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Disini, kenyataan sementara (Tobun) berarti mendiskusikan sesuatu terbatas dalam

lingkungan tertentu, sedangkan garis besar peloncatannya (Kasetsu) berarti

mendiskusikan sesuatu setahap lebih mendalam yang melampaui lingkungan tersebut.

Dan kenyataan sementara (Tobun) adalah ICHIYO (pada umumnya) dan garis peloncatan

(Kasetsu) adalah pada khususnya (SAIYO) begitupun dapat dikatakan bahwa kenyataan

sementara (Tobun) adalah pandangan sebagian dan garis peloncatan (kasetsu) adalah

pandangan keseluruhan. Mengenai ketiga macam kenyataan sementara dan garis

pelontannya akan dijelaskan berikut ini.

Kutipan

Sekarang dengan ikhlas hati merenungkan dan berkata : Kesatu, ajaran selama 42

tahun(Nizen) adalah ajaran sementara dan ajaran bayangan (Shakumon dari Sutra Bunga

Teratai) menjadi peloncatan. Inilah perbandingan ajaran sementara dan ajaran

sesungguhnya (Gonjitsu Sotai) menjadi Hukum tahap pertama. Kedua, ajaran bayangan

(Shakumon) dari Sutra Bunga Teratai adalah sementara dan ajaran badan sesungguhnya

(Honmon) menjadi peloncatan. Inilah perbandingan ajaran bayangan dengan ajaran

sesungguhnya (Honshaku Sotai) menjadi hukum tahap ke dua. Ketiga, ajaran pemanenan

adalah sementara dan ajaran pembibitan menjadi pelocatan. Inilah perbandingan atara

ajaran pemanenan dan pembibitan (Shudatsu Sotai) menjadi Hukum tahap ke tiga. Yakin,

ini menjadi maksud inti hakekat dari kelahiran di dunia dari leluhur Budha Nichiren

Daisyonin oleh karena itu dinamakan Hukum Budha Nichiren. Sekarang disinilah terdapat

makna yang dikatan Hukum Ichinen Sanzen hanya terdapat didalam dasar kalimat yang

dirahasiakan (Montei Hichin). Harap para sarjana renungkanlah dengan baik – baik.

Penjelasan

“Perihal kenyataan sementara dan garis peloncatannya terdapat tiga macam”

berarti : Kesatu, ajaran selama 42 tahun (Nizenkyo) adalah kenyataan sementara,

sedangkan Sutra Bunga teratai adalah garis peloncatannya. Ini adalah perbandingan

ajaran sementara dan sesungguhnya yang mana merupakan Hukum Agama Budha yang

kesatu dari Nichiren Daisyonin. Kedua, Shakumon adalah kenyataan sementara

sedangkan Honmon adalah garis peloncatannya. Ini adalah perbandingan ajaran

bayangan dan badan sesungguhnya yaitu Hukum Agama Budha yang ke dua. Ketiga

adalah Hukum Agama Budha pemanenan dari Budha Sakyamuni adalah kenyataan

sementara sedangkan Hukum Agama Budha pembibitan dari Nichiren Daisyonin adalah

garis peloncatannya. Ini adalah perbandingan ajaran pembibitan dan ajaran pemanenan,

yaitu Hukum Agama Budha yang ketiga dari Nichiren Daisyonin maka dinamakan Hukum

Agama Budha Nichiren.

Oleh karena dengan menjelaskan perbandingan ajaran pembibitan dan

pemanenan sehingga diwujudkannya Hukum Putih Agung dari penyebarluasan dimasa

Mappo merupakan maksud sesungguhnya dari Nichiren Daisyonin, maka dinamakan

Hukum Budha Nichiren. Terpendam didasar kalimat yang dirahasiakan dari Kaimokusho

berarti hal perbandingan ajaran pembibitan dan pemanenan ini. Harap para sarjana

Hukum Agama Budha merenungkan secara mendalam pentingnya perbandingan ajaran

pembibitan dan pemanenan.

Page 15: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertanyaan : Para Guru – guru dan sarjana – sarjana dari aliran lain, semuanya

menganggap bahwa Kyoso yang ke tiga sebagai Hukum Tahap ketiga, namun sekarang

perbandingan ajaran pemanenan dengan ajaran pembibitan (Shudatsu Sotai) dinamakan

sebagi Hukum tahap ke Tiga. Dan hal ini pada masa – masa yang lampau belum pernah

didengar kalau tidak ada kalimat Sutra yang terang siapakah yang akan mempercayai hal

ini?

Penjelasan

Pertanyaan : Nichijin dari kuil Hoyoshi yang muncul dari sekte Fujimon dan para

sarjana yang dinamakan sebagai sekte kedua Nichiren Shu yang mana wajah hubungan

guru dan murid yang jauh dekat dan tidak jauh dekat dari ketiga wajah ajaran dari Tien

Tai yang ketiga dianggap sama dengan Hukum Agama Budha ketiga dari Nichiren yang di

jelaskan di dalam Joninsho.

Namun Nikkan Jonin menganggap perbandingan ajaran pembibitan dan pemanenan

sebagai Hukum Agama Budha yang ketiga yang mana hal ini sama sekali belum pernah

didengar hingga sekarang ini. Kalau tidak menjelaskan bukti tertulisnya, maka siapakah

yang dapat mempercayainya ?

Perihal salah menafsirkan wajah ajaranyang ke tiga dari Tien Tai sebagai Hukum Agama

Buddha yang ketiga dari Nichiren Daisyonin, walau ini disebabkan karena tidak

diturunkan namun kiranya dapat dimengerti bahwa ajaran filsafat dari sekte Tien Tai

adalah sedemikian maju dan makmur.

Page 16: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

KETIGA JENIS WAJAH AJARAN DARI TIEN TAI

Tien Tai memperbandingkan ajaran Sutra Bunga Teratai, ajaran Sutra Nizen selama 42

tahun dengan menjelaskan keunggulan dan kelemahannya dari tiga pandangan.

Yaitu dalam buku Hokke Gengi Rol ke I tertulis:

“Wajah ajaran terbagi atas tiga jenis : Kesatu, wajah ajaran dari bakat manusia yang

mencair dan tidak mencair. Kedua, wajah ajaran dari bimbingan yang berawal akhir dan

tidak berawal akhir. Ketiga, wajah ajaran dari hubungan Guru dan Murid yang jauh dekat

dan tidak jauh dekat. Ajaran adalah ajaran – ajaran yang diajarkan oleh arif bijaksana,

wajah berarti membedakan perbedaan dan persamaan. “

I. Wajah ajaran dari bakat yang mencair dan tidak mencair.

Kesatu adalah wajah ajaran yang menjelaskan keunggulan dan kelemahan dengan

berdasarkan bakat dari umat manusia. Bakat umat manusia yang menerima

bimbingan pada Sutra Nizen adalah tidak sama, sedangkan pada Sutra Bunga Teratai

dicairkan kedalam bakat Dunia Budha dari Sutra Bunga Teratai. Oleh karena itu, Sutra

Nizen adalah tidak mencair, sedangkan Sutra Bunga Teratai adalah mencair.

Tidak mencair adalah prinsip yang terputus – putus, mencair adalah filsafat yang adil,

atau tidak mencair adalah pandangan sebagian, sehingga mencair dapat dikatakan

pandangan keseluruhan.

Dimana didalam Sutra selama 42 tahun, Kutai, Ketai maupun Chudo dijelaskan

terpisah – pisah. Walau Santai adalah filsafat yang dapat dengan tepat mengenal Jisso

dari Shoho, namun setelah measuki Sutra Bunga Teratai baru Santai menjadi

sempurna. Kalau menjelaskan wajah mencair dan tidak mencairnya bakat manusia

berdasarkan pandangan jaman sekarang, dimana seperti ideologi materialisme dan

spirituialisme dengan berpandangan sebagai untuk memandang keseluruhan adalah

filsafat yang tidak mencair.

Kalau ideologi materialism dipandang berdasarkan Santai, maka tidak lain hanya

menjelaskan sesuatu dari Ketai (Jasmaniah) begitupun ideology spiritualisme hanya

menjelaskan sebagian dari Kutai (Spiritualisme).

Namun sebaliknya Hukum Agama Budha yang didirikan oleh Nichiren Daisyonin

adalah Myoho dari Santai yang sempurna, karena memiliki kekuatan yang dapat

membimbing ideology materialism, spiritualisme maupun seluruh ideology filsafat

lainya, sehingga merupakan filsafat yang mencair (Yu). Oleh karena percaya terhadap

Myoho ini, maka seluruh umat manusia dapat denga tepat membina kehidupan dan

penghidupan yang bahagia.

Page 17: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

II. Wajah bimbingan yang berawal akhir dan tidak berawal akhir

Kedua, menjelaskan wajah ajaran dari bimbingan yang berawal akhir dan tidak

berawal akhir. Bimbingan itu dimulai dengan pembibitan hingga berakhir pada

pemanenan. Wajah ajaran yang ditetapkan setelah Bab Kejuyo ke 7 Sutra Bunga

Teratai, dengan menerima pembibitan Budha Daitsuchisho pada 3000 jintengo,

selanjutnya pada waktu Budha Sakyamuni lahir di India, memperoleh pematangan

pada ajaran Nizen selama 42 tahun, dan Shakumon dari Sutra Bunga Teratai dimana

akan memperoleh kesadaran di masa akan datang. Adalah keadaan penyempurnaan

dari bimbingan yang berawal akhir Sutra Nizen, menjelaskan bahwa Sakyamuni pada

umur 19 tahun meninggalkan istana dan pada umur 30 tahun mencapai kesadaran

Budha (Shijo Shokaku) dan sebagainya, namun tidak menjelaskan pembibitan dari

umat manusia, begitupun tidak mendapat kesadaran Budha.

Oleh karena itu awal akhir dari Sutra Nizen tidak sempurna, maka wajah ajaranya

tidak berawal akhir. Mengenai pembibitan, pematangan dan pemanenan (Shu, Juku,

Datsu) ini terlebih setelah memasuki Honmon Sutra Bunga Teratai dan didasar

kalimat yang dirahasiakan dari Honmon, akan dijelaskan lebih mendalam. Namun hal

ini akan dijelaskan secara terperinci pada Bab ke 7.

Wajah ajaran ini adalah menjelaskan awal dan akhir dari suatu bimbingan, Walau

Sutra Nizen pernah menjelaskan masa lampau, sekarang dan akan datang, namun

sekarang umat manusia yang mendengar pengkotbahan dari Budha Sakyamuni, tidak

menjelaskan bahwa bilamana mereka mulai mendengar pengkotbahan dari Budha

Sakyamuni, begitu pun tidak mengetahui harus memerlukan jangka waktu berapa

lama untuk melaksanakan pertapaan selanjutnya.

Dalam Juhokaiji menjelaskan wajah Sutra Nizen yang tidak mencair sebagai

berikut : “kelima larangan manusia dan langit, 10 kebaikan, Shintai dari Nijo,

duabelas, Rokudo dari Boddhisatva, Sangi, seratus Ko atu Doyujinko atau

Muryoasogiko. Dan ketika Boddhisatva dari Enkyo mulai bertekad hati, segera

memperoleh kesadaran.

Oleh karena mengetahui bakatnya berlainan sehingga menjelaskan ajaran yang

berlainan pula, karena ajaranya berbeda, maka pelaksanaan pun berlainan, dan

karena pelaksanaannya berbeda maka akibatnya pun berlainan, sehingga masing –

masing memperoleh manfaatnya pun berlainan. Yakni, dalam ajaran Zokyo adalah

ajaran yang mengajarkan dimana manusia dan surga memegang larangan dari 5

larangan dan sepuluh kebaikan dan sebagainya.

Pengetahuan (Shomon) adalah Hukum dari Shitai dalam penyerapan (Engaku)

dijelaskan untuk melaksanakan duabelas sebab jodoh (In En) sedangkan pada

Boddhisatva diajarkan bahwa kalau menjalankan 6 Haramitsu selama tiga Gi seratus

Daiko akan mencapai kesadaran Budha.

Dalam ajaran Tsukyo menjelaskan bahwa kalau Boddhisatva melaksanakan

pertapaan Doyujinko akan mencapai kesadaran Budha. Dalam ajaran Bekkyo

menjelaskan dengan menimbun karunia yang tak terbatas akan mencapai kesadaran

Budha dan sebagainya. Dengan demikian isi ajaran pun berbeda berdasarkan umat

manusianya, dimana umat manusia dari dunia surga dan dunia dan dunia kemanusian

Page 18: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

hanya meneruskan pertapaan adan memperoleh akibat dari dunia surga dan dunia

kemanusiaan. Dan dunia pengetahuan dan penyerapan hanya meneruskan pertapaan

dan memperoleh akibat dari pengetahuan dan penyerapan. Sehingga sepuluh dunia

dijelaskan terpisah – pisah yang tak berhubungan satu dengan yang lainnya.

Begitu pun dunia pengetahuan dan penyerapan tidak mencapai kesadaran Budha

(Nijo Fusabutsu), wanita tidak dapat mencapai kesadaran Budha, dan orang – orang

jahat tidak dapat mencapai kesadaran Budha dan sebagainya itu, dapat dikatakan

sebagai bakat yang tidak mencair (Gonjo No Fuyu). Namun pada Syakumon Sutra

Bunga Teratai bakat umat manusia telah matang, dimana pada Bab Hoben ke 2

menjelaskan bahwa : “Didalam sepuluh penjuru tanah Budha hanya terdapat satu

Hukum Tunggal Agung dan tidak terdapat dua maupun tiga” yang mana telah

memecahkan ajaran 42 tahun yang sempit.

Kalau meninjau leluhur Budha (kyoshu) maka pada ajaran selama 42 tahun

(Nizen) dimana Hosshin dan Ojin terpisah – pisah dengan menyesuaikan bakat dari

umat manusia. Namun setelah memasuki Sutra Bunga Teratai dimana dengan kalimat

sepuluh Nyoze dari Bab Hoben telah mewujudkan Budha dari satu badan adalah tiga

badan (Isshin Soku Sanjin) dan tiga badan adalah satu badan (Sanjin Soku Isshin).

Begitupun kalau dipandang dari Santai, maka seperti yang dijelaskan dalam Onggi

Kuden bagian atas berkata : “Satu adalah Bunga Teratai, besar (Dai) adalah Sutra

Kegon, hal (Ji) adalah Sanmai diantara waktu itu. Walau sebelum Sutra Bunga Teratai

terdapat Santai, namun itu adalah mutiara yang hancur, bukan pusaka”. Pada Bab

Kejoyu dari Shakumon menjelaskan sebab jodoh yang terjalin sejak 3000 Jintengo

yang lampau dan menerangkan bahwa umat manusia yang telah berjodoh dengan

Budha Sakyamuni, harus dilahirkan kembali bersamaan denga Budha Sakyamuni

untuk melaksanakan pertapaan Hukum Agama Budha.

III. Wajah ajaran dari jauh dekat dan tidak jauh dekatnya hubungan Guru dan Murid

Ketiga, adalah ajaran yang menjelaskan hubungan yang mendalam dari Guru dan

Murid dalam Bab Juryo menjelaskan bahwa seluruh masyarakat dari dunia surga,

manusi dan asura mengira bahwa Budha Sakyamuni mencapai kesadaran Budha pada

dunia ini untuk menunjukan hubungan Guru dan Murid yang dekat, namun

menjelaskan bahwa Budha Sakyamuni telah mencapai kesadaran Budha sejak 500

Jintengo yang lampau, untuk menunjukan hubungan Guru dan Murid yang jauh.

Inipun pandangan jiwa kekal abadi dari sepuluh dunia yang kekal.

Yaitu setelah memasuki Honmon Sutra Bunga Teratai baru dengan tegas menunjukan

wajah dari jauh dekat. Namun pada tahap Sutra Nizen dan Shakumon masih

berpandangan pada Shijo Shokaku yang mana tidak jelas dengan wajah jauh dekat.

Inilah yang disebut sebagai tidak jauh dekat.

Kalau memandang pembibitan, pematangan dan pemanenan ini, maka 500

Jintengo dijadikan sebagai pembibitan, waktu pertengahan Budha Daitsu sebagai

pematangan, dari masa hidup Budha Sakyamuni sampai sekarang ini, hingga

menjelaskan Bab Juryo sehingga mencapai pemanenan, dimana wajah ajaran ini lebih

mendalam dari wajah ajaran yang kedua dari bimbingan yang berawal akhir dan tidak

berawal akhir.

Page 19: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Jawaban : Bagai Kyoso ketiga masih termasuk didalam Hukum Budha Tien Tai

maka bukan Hukum Budha Nichiren. Harus mengetahui dengan seksama. Tahap Kyoso

kesatu dan kedua dari Tien Tai kedua duanya termasuk dalah Hukum Tahap Kesatu dalam

Hukum Agama Budha Nichiren dan Tahap Kyoso ketiga dari Tien Tai termasuk dalam

Hukum Tahap Kedua Agama Budha Nichiren. Oleh karena itu kalau memandang ketiga

tahap Kyoso berdasarkan Agama Budha Nichiren yakni menjadi kedua tahap Kyoso.

Dengan demikian Myoraku berkata : “Kedua makna yang terdahulu berarti ajaran

bayangan (Shakumon) dan satu makna yang terakhir berarti ajaran sesungguhnya

(Honmon). Selanjutnya ditambah dengan satu bagian lagi dari perbandingan ajaran panen

dan ajaran penanaman bibit (Shudatsu Sotai) sehingga menjadi Hukum tahap ketiga, oleh

karena itu dikatakan sebagi Hukum dari Budha Nichiren.

Sekarang dengan menarik kalimat yang jelas dimana akan membuktikan makna ini. Dalam

Juhokaisho tertulis : “Shijukokai” dan lain – lain dalam Kechimyakusho tertulis : “Empat

susunan dangkal dan dalam (Shiju Senzin) dan lain – lain berkata : “Ketiga macam Kyoso

dari penanaman bibit (Genshu Sanshu No Kyoso)” dan lain – lain. Dalam Honzon Sho

tertulis : Beliau adalah panen, saya adalah penanaman bibit dan lain – lain. Rahasiakanlah,

rahasiakanlah dan lain – lain.

Penjelasan

Disini dengan menarik bukti tertulis untuk memecahkan pandangan tersesat yang

menjadikan wajah ajaran yang ke tiga dari Tien Tai sebagai Hukum Agama Budha

Nichiren Daisyonin yang ke 2. Yaitu wajah ajaran yang ketiga dari Tien Tai menjelaskan

keunggulan dan kelemahan Honmon Shakumon didalam Hukum Agama Budha

Sakyamuni, sehingga betapapun masih merupakan Hukum dari Tien tai, dan tidak dapat

melampaui Hukum Agama Budha pembibitan dari Nichiren Daisyonin.

Kalau disini saling memperbandingkan , maka Hukum wajah ajaran dari bakat

yang mencair dan tidak mencair yang pertama maupun wajah ajaran dari bimbingan

yang berawal akhir dan yang tidak berawal akhir yang kedua dari Tien Tai, kedua-duanya

menjadi Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin yang pertama yaitu termasuk

perbandingan ajaran sementara dan ajaran sesungguhnya (Ginjitsu Sotai). Oleh karena

wajah ajaran yang pertama dan kedua dari Tien Tai betapapun hanya menjelaskan

perbandingan keunggulan dan kelemahan dari Sutra Nizen selama 42 tahun dengan

Shakumon dari Sutra Bunga Teratai.

Page 20: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Selanjutnya wajah ajaran yang ketiga dari Tien Tai, termasuk Hukum Agama

Budha Nichiren Daisyonin yang kedua, dimana karena wajah ajaran dari jauh dekat dan

tidak jauh dekatnya hubungan Guru dan Murid menjelaskan perbandingan keunggulan

dan kelemahan antara Honmon Sutra Bunga Teratai dan Nizen Shakumon maka

termasuk didalam perbandingan Honmon dan Shakumon (Honshaku Sotai). Myoraku

pun dalam Hokke Gengi Yakusen menjelaskan bahwa : “Kedua makna yang dimuka

(wajah ajaran dari bakat yang mencair dan tidak mencair yang pertama, dan wajah ajaran

dari bimbingan yang berawal akhir dan tak berawal akhir yang ke dua) menyimpulkan

Shakumon sedangkan satu makna yang terakhir (wajah ajaran dari jauh dekat dan taidak

jauh dekatnya hubungan Guru dan Murid yang ke tiga) menyimpulkan Honmon”.

Hukum pertama dan kedua ini ditambah dengan perbandingan ajaran pembibitan

dan pemanenan ini dijadikan sebagai Hukum Agama Budha yang ketiga. Oleh karena itu,

Hukum Agama Budha yang ketiga ini merupakan Hukum Agama Budha yang tersendiri

dari Nichiren Daisyonin. Oleh karena tidak dapat dijangkau oleh Tien Tai maka

dinamakan “Hukum Agama Budha Nichiren”.

Selanjutnya marilah kita menarik kalimat yang jelas untuk membuktikan makna

Hukum Agama Budha yang ketiga, yakni perbandingan ajaran pembibitan dan ajaran

pemanenan. Dalam Juhokaiji tertulis : “Dengan makna Kanjin Honmon Sutra Bunga

Teratai memandang seluruh ajaran suci seumur hidup Budha Sakyamuni adalah sama

seperti mengambil buah anra ditangan, mengapa demikian ? Karena jika ajaran Agung

Shakumon bangkit maka ajaran Nizen selama 42 tahun runtuh. Jika ajaran Agung Honmon

bangkit, maka ajaran Shakumon dan Nizen runtuh. Jika ajaran agung Kanjin bangkit, maka

keseluruhan dari Honmon, Shakumon dan Nizen menjadi runtuh. Ini adalah ajaran suci

yang dijelaskan oleh Budha yang dimulai dari dangkal menuju yang dalam dan semangkin

menyesatkan”. Inilah yang dikatakan sebagai keempat susun bangkit dan runtuh.

Jika diperbandingkan dengan kelima perbandingan (Goju No Sotai) adalah sperti berikut :

Keempat Susun Bangkit dan Runtuh : Kelima Perbandingan :

1. Jika ajaran agung Nizen bangkit maka 1. Perbandingan Hukum Agama Budha

filsafat – filsafat lainya runtuh. Dengan filsafat lainya (Naige Sotai)

2. Jika ajaran agung Shakumon bangkit maka 2. Perbandingan ajaran sementara dan

Ajaran Nizen runtuh. Sesungguhnya (Gonjitsu Sotai)

Perbandingan Mahayana dan Hinayana

3. Jika ajaran agung Honmon bangkit maka 3. Perbandingan ajaran Honmon dan

Shakumon , Nizen runtuh. Shakumon(Honshaku Sotai)

4. Jika ajaran agung Kanjin bangkit maka 4. Perbandingan ajaran Pembibitan dan

Shakumon dan Nizen seluruhnya runtuh. Pemanenan (Shudatsu Sotai)

Page 21: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Ajaran agung Kanjin sepintas lalu berarti ajaran Kannen Kanpo dari sekte Tien Tai,

namun makna sesungguhnya berarti Nammyohorengekyo karunia pembibitan dari

penyebarluasan di masa Mappo.

Selanjutnya dalam Hon In Myo Sho tertulis : “Ketiga, empat susun dangkal dan dalam.

Terdapat nama empat susun, kesatu adalah nama dan badan yang tidak kekal, yaitu

berbagai Sutra dan sekte dari Nizen. Kedua adalah nama palsu dan badan sesungguhnya

yaitu Shakumon Shikaku yang tidak kekal”.

Ketiga adalah nama dan badan yang sesungguhnya yaitu Honmon Honkaku yang

kekal abadi. Keempat adalah nama dan badan ajaib yaitu Nammyohorengekyo yang

langsung mencapai Kanjin dan sebagainya, yaitu dengan mempergunakan kelima susun

gaib dari nama, badan, pokok, fungsi, dan ajaran untuk menjelaskan berbagai keempat

susun dangkal dan dalam “ .

Dan juga dalam Gosyo Hyakurokkasho tertulis : “Honmon Shakumon dari ketiga jenis

wajah ajaran pemanenan Shakumon. Kedua macam adalah Shakumon Mukaie satu macam

adalah Kaie yang dimiliki sejak asal mula. Kesatu jenis adalah Kaigen dan kedua jenis

adalah Fukaie yang mana menjadi wajah ajaran dari Shoju Kensoku dan sebagainya”. Dan

dalam Gosyo yang sama tertulis : “Honmon Shakumon dari ketiga jenis wajah ajaran

pembibitan, dua jenis adalah Shakumon, kesatu jenis adalah Honmon, wajah ajaran dari

Honmon adalah majikan dari wajar ajaran. Dua jenis adalah 28 Bab. Satu jenis adalah

Daimoku, Daimoku adalah wajah ajaran yang berdasarkan Kanjin”. Terlebih lagi dalam

Kanjin No Honzonsho tertulis : “Honmon masa hidupnya Budha Sakyamuni dan awal masa

Mappo bersama – sama adalah sempurna. Namun beliau adalah panen sedangkan saya

adalah pembibitan, beliau adalah satu bab dan dua kali setengah bab (Ippon Nihan)

namun saya hanya kelima huruf Daimoku”.

Dari kalimat – kalimat ini, dapat dilihat bahwa perbandingan ajaran pembibitan

pemanenan (Shudatsu Sotai) merupakan Hukum Agama Budha yang tersendiri dari

Nichiren Daisyonin. Kiranya dapat dimengerti bahwa Hukum ini hanya dapat diturunkan

dengan rahasia dan mendalam oleh Nichiren Shoshu saja.

Page 22: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Pada akhirnya kalau dibuat skema hubungan antara ketiga jenis wajah ajaran dan ketiga

Hukum Agama Budha adalah sebagai berikut :

Ketiga jenis wajah ajaran Tien tai Hukum Nichiren Daisyonin

(masa hidup Buddha Sakyamuni) masa Mappo

1 Wajah ajaran dari

Nizen - tidak

mencair

bakat mencair dan

dan tidak mencair

Shakumon dari

Sutra

Nizen - Tobun

Bunga Teratai Hukum pertama

Kenyataan

sementara

Mencair

perbandingan

ajaran

sementara dan

Shakumon-

Kasetsu

Nizen tidak berawal sesungguhnya Garis peloncatan akhir

2 Wajah ajaran dari

bimbingan yang Shakumon - Sutra

berawal akhir dan Bunga Teratai

Tidak berawal

akhir Berawal akhir

3 Wajah dari jauh

Nizen Shakumon

Hukum kedua

dekat dan tidak tidak jauh dekat perbandingan Shakumon Tobun

jauh dekatnya

kenyataan

sementara

hubungan Guru Honmon Sutra

Honmon

Shakumon

dan murid Bunga Teratai Honmon Kasetsu

Jauh dekat Garis peloncatan

Masa Zoho (Disimpan dalam hati……………………………….. Hukum ketiga

Honmon

pemanenan

perbandingan

ajaran

Kenyataan

sementara

pembibitan dan

pemanenan Honmon Tunggal

pembibitan garis

Peloncatan

Page 23: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BAB III

MENERANGKAN JUMLAH ANGKA DARI ICHINEN SANZEN

Ketiga, yang dikatakan menerangkan angka dari Ichinen Sanzen adalah kalau ingin

mengentahui jumlah angka dari Ichinen Sanzen dengan jelas, maka terlebih dahulu harus

memahami sepuluh dunia (Jukkai), Ketiga perbedaan (San Seken) dan wajah kesepuluh

unsur (Junyoze).

Dari kehidupan sehari – hari yang mencakupi politik, ekonomi, kemasyarakatan,

kebudayaan dan lain – lain maupun yang mencakupi seluruh alam semesta, yang mana

pokok dasar seluruh gejala itu adalah jiwa. Namun dalm Hukum Agama Budha inti

hakekat dan wujud sesungguhnya dari jiwa ini diterangkan dengan jelas sebagi “Hukum

Ichinen Sanzen”. Justru Hukum Ichinen Sanzen adalah inti Hakekat Hukum Agama Budha.

Kalau tidak mengetahui hal ini, walau diperbincangkan bagaimana pun, tidak dapat

menangkap makna inti hakekat gejala jiwa yang sesungguhnya.

Ichinen Sanzen berarti Ichinen (jiwa sekejap mata) mencakupi sepuluh dunia

saling mencakupi sehingga menjadi saeratus dunia, dalam seratus dunia mencakupi

sepuluh Nyoze sehingga menjadi seribu Nyoze dan seribu Nyoze mencakupi ketiga

perbedaan (San Seken) sehingga 3000 seken. Yang menjelaskan bahwa dalam jiwa

sekejap telah mencakupi 3000 ini adalah Ichinen Sanzen. Jadi kalau ingin menyelidiki

jumlah angka 3000 yaitu wujud sesungguhnya dari jiwa, maka pertama – tama harus

mengetahui keadaan jiwa dari sepuluh dunia, ketiga perbedaan maupun sepuluh Nyoze.

Nikkan Jonin dalam Shanjuhiden Sho ini, walaupun menjelaskan Hukum Ichinen

Sanzen dengan perbandingan ajaran sementara dan ajaran sesungguhnya (Gonjitsu

Sotai), perbandingan Honmon dan Shakumon dan perbandingan ajaran pembibitan dan

pemanenan yang dikatakan tiga susun yang dirahasiakan, namun untuk menerangkan hal

itu, maka pertama – tama dalam bab ke tiga akan menjelaskan isi dari Hukum Ichinen

Sanzen dalam jumlah angka secara umum dan teoritis.

Kesepuluh dunia (Jukkai) seperti yang diketahui pada umumnya. Dalam tiap – tiap

Negara besar dari kedelapan neraka besar, masing – masing terdapat pada 16 tempat yang

tersendiri sehingga menjadi 136 dan semuanya dinamakan neraka. Dunia kelaparan dalam

Shohonenkyo diterangkan terdapat 36 macam, dan dalam Shoriron diterangkan terdapat 3

macam dan 9 macam. Binatang dalam ikan terdapat 6400 macam, dalam burung terdapat

4500 macam, dalam hewan terdapat 2400 macam jumlahnya 13.300 macam, dan

semuanya dinamakan dunia kebinatangan. Kemarahan (Shura) tinggi badannya 84.000

Yujun dan air keempat samudra besarpun tidak sampai dengkulnya. Umat manusia di

keempat benua besar, surga yaitu keenam surga dari dunia keinginan dan kedelapan belas

surga dari dunia jasmani dan keempat surga dari dunia rohani. Nijo adalah bagaikan

Shinshi, Moruken dan lain – lain. Boddhisatva adalah bagaikan Honge dan Shake, dunia

Budha adalah sama seperti Sakyamuni, Taho dan lain – lain.

Disini dalam menjelaskan angka dari Ichinen Sanzen pertama – tama menjelaskan

sepuluh dunia yang merupakan inti pokok Ichinen Sanzen. Mengenai setiap sepuluh

dunia akan dijelaskan sebagai berikut :

Page 24: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MAKNA TEORI SEPULUH DUNIA

Sepuluh dunia yang terbagi atas Neraka, Kelaparan, Kebinatangan,

Kemarahan, Kemanusiaan, Surga, Pengetahuan, Penyerapan, Boddhisatva, Buddha,

namun betapun merupakan keadaan jiwa dari jiwa sekejap kita dan sama sekali tidak

terdapat diluar yang terpisah dari sekejap jiwa kita. Dalam surat balasan Ueno Dono

Gokeama Gohenji tertulis sebagai berikut : “Yang dikatakan tanah suci maupun neraka,

sama sekali tidak terdapat diluar jiwa kita, namun hanya terdapat pada dada kita, dimana

yang menyadari hal ini dinamakan Budha, sedangkan yang tersesat mengenai hal ini

dinamakan manusia biasa”. Seperti yang dijelaskan dalam kutipan kalimat ini, dimana

tanah suci (Dunia Budha) maupun Neraka, tidak lain hanya terdapat di dalam suasana

jiwa diri sendiri. Yang dapat menyadari hal ini dengan tepat dinamakan Budha sedangkan

yang tidak mengetahui hal ini dan menganggap terdapat disuatu dunia luar dinamakan

manusia biasa.

Marilah kita meninjau makna yang dijelaskan teori sepuluh dunia ini. Makna dari

teori sepuluh dunia dengan singkat dikatakan sebagai ukuran yang mengukur keadaan

dan isi dari kebahagiaan. Mengenai beberapa pertanyaan - pertanyaan yang sedemikian

sulit yang selalu dipikirkan secara mendalam oleh para arif bijaksana masa lampau yang

hingga saat sekarang pun ini belum terjawabkan antara lain : Dengan bagaimanakah

manusia harus Hidup ? Apakah tujuan dari kehidupan manusia ? Dan sebagainya. Namun

terdapat pandangan yang sepaham yang mengatakan bahwa tujuan dari kehidupan

manusia adalah mencari kebahagian. Namun kesemuanya itu sama sekali tidak

memikirkan dan tidak memahami apakah sesungguhnya isi dari kebahagiaan ini.

Pada setiap manusia terdapat pandangan yang berlainan terhadap kebahagian ini,

antara lain kebahagian itu adalah “menjadi kaya, yang dapat hidup selayaknya sebagai

seorang manusia, yang dapat menghidupkan kepribadian, dan dapat hidup dengan puas,

maupun dapat mencurahkan seluruh jiwa demi kesenian dan sebagainya”. Walau tujuan

kehidupan yang demikian, mencari kebahagian namun karena belum ditegaskan dengan

jelas isi dari kebahagian sehingga selama belum ditetapkan cara menuju kebahagian itu

maka akan sia – sia belaka.

Dalam Hukum Agama Budha menjelaskan bahwa dasar pokok kebahagian

terdapat pada masalah suasana jiwa manusia, sedangkan suasana jiwa itu terbagi atas

sepuluh bagian. Suasana jiwa berarti sesuatu yang mengatur keseluruhan dari keadaan

jiwa rohani dan jasmani yang tak terpisahkan (Shiki Shin Funi). Dan justru dijelaskan

bahwa pencapaian kesadara Budha (pemunculan Dunia Buddha) merupakan tujuan

hakekat dari kehidupan. Dan disinilah dijelaskan dengan terang wujud sesungguhnya

dari kebahagian yang berdasarkan pada filsafat jiwa rohani dan jasmani yang tak

terpisahkan (Shiki Shin Funi) dan terlebih lagi dijelaskan cara menuju penegakkan

suasana kebahagian yang mutlak.

Page 25: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

PENJELASAN TERPERINCI DARI SEPULUH DUNIA

Selanjutnya marilah kita memikirkan apakah sesungguhnya keadaan jiwa dari

setiap dunia dari sepuluh dunia sebagai berikut :

1. Dunia Neraka

Ji dari Neraka (Jigoku) berarti yang terbawah. Goku berarti keadaan jiwa yang

tidak bebas dan terikat. Jadi seluruh keadaan jiwa yang malapetaka yang dipenuhi

penderitaan dan kesulitan yang berat dapat dikatakan sebagai dunia neraka. Yaitu

suasana jiwa yang terpuruk dan terendah dari sepuluh dunia. Penderitaan dan

kesulitan yang dialami karena malapetaka peperangan, peristiwa lalulintas,

bencana, penyakit, kegagalan dalam usaha, rumah tangga yang kacau, perpisahan

karena kematian sanak saudara, dapat dianggap sebagai perumpamaan dari dunia

neraka.

Dalam dunia neraka pun dapat berbagai macam, dimana Nikkan Jonin

menjelaskan bahwa : “Dalam kedelapan Neraka besar yang masing – masing

terdapat 16 tempat yang berbeda sehingga menjadi 136 neraka dan seluruhnya

dinamakan neraka”. Yakni kedelapan neraka besar Tokatsu, Kokujo, Shugo

Kyokan, Daikyokan, Shonetsu, Daishonetsu dan Dai Abi yang masing – masing

terdapat pada ke 16 tempat yang berbeda sehingga 8 x 16 = 128 dan ditambah

kedelapan neraka besar dan menjadi 136 neraka. Di dalam kedelapan neraka

besar pun neraka Dai Abi lah yang terburuk (neraka yang tak terputus – putus

penderitaannya).

Begitu pun Budha menjelaskan bahwa jika penderitaan dari neraka yang tak

terputus – putus penderitaan, dijelaskan dengan terperinci maka orang yang

hanya mendengar pun akan mati dengan muntah darah, maka Budha tidak

menjelaskannya secara jelas.

2. Dunia Kelaparan

Kelaparan adalah keserakahan yang dikuasi oleh nafsu – nafsu. Di dalam Sutra

Shohonenkyo menjelaskan terdapat 36 jenis dan dimana Sutra Shoriron

menjelaskan terdapat 3 jenis dan 9 jenis. Walau disini tidak akan menjelaskan

kelaparan secara terperinci namun pada pokoknya hawa nafsu naluri yang tidak

puas terhadap permintaan terhadap benda seperti makanan, pakaian, rumah,

kendaraan, televisi berwarna dan lain – lain.

Begitu pun dalam hal waktu, tidak pernah terasakan waktu yang luang. Kaum kaya

yang egois dan hanya semata –mata mencari keuntungan diri sendiri saja, maupun

kaum politik yang harus menuntut kekuasaan dan keuntungan dan nama baik

yang sungguh merupakan keadaan dunia kelaparan. Dan juga arif bijaksana dan

orang yang bagaimana pun kalau tidak memakan sesuatu makanan maka sudah

pasti akan lapar.

Page 26: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

3. Dunia Kebinatangan

Binatang seperti yang dikatakan bahwa binatang dalam ikan terdapat 6400 jenis,

burung terdapat 4500 jenis, hewan terdapat 2400 jenis, seluruhnya berjumlah

13.300 jenis dan dinamakan dunia binatang, yang mana keadaan seperti ikan,

burung dan hewan. Jadi pada hakekatnya tidak ada akal sehat maupun moral

dimana jiwanya hanya menuruti kehendak naluri dan nafsu pada waktu itu saja.

Dan keadaan jiwa yang sangat bodoh dimana jiwanya hanya terpaku pada hal

yang didepan mata dan lupa akan hal – hal yang sangat penting. Disamping itu

takut pada yang kuat dan menindas pada yang lemah.

4. Dunia Kemarahan

Kemarahan adalah keadaan jiwa yang bertentangan, yaitu kemarahan yang

menganggap orang lain menjelekan dirinya. Contoh – contoh dari kemarahan

antara lain percekcokan, peperangan, pertentangan golongan dan sebagainya.

Seperti yang dikatakan “Panjang badan kemarahan 84.000 Yujun, dimana air dari

keempat lautan besar pun tidak melampaui dengkulnya”. Dimana jiwa kemarahan

merasakan diri besar dan sebaliknya orang lain kecil adanya. Keadaan tinggi

badan kemarahan yang dikatakan 84.000 Yujun maupun air keempat lautan tidak

melampaui dengkulnya menjelaskan kemarahan yang sedemikian hebatnya.

Kalau sudah terjadi kemarahan dengan keadaan demikian maka hal – hal dalam

keadaan biasa yang betapa pun tidak mungkin di perbuat, dapat diperbuatnya.

Dimana orang kecil hati pun dapat seketika membunuh orang, begitupun seorang

pemuda yang baik jika pada suatu waktu ditugaskan menuju ke medan perang

maka dapat timbul dunia kemarahan yang ingin membunuh rakyat yang tak

berdosa maupun membakar rumah dan sebagainya. Begitu pun peperangan yang

timbul karena pertentangan ideologi dan suku bangsa dan sebagainya dapat

dikatakan sebagai dunia kemarahan.

Keempat dunia dari neraka, kelaparan, kebinatangan dan kemarahan adalah

keempat dunia buruk atau keempat kecenderungan buruk. Kehidupan orang yang

malang adalah orang yang kuat memiliki keadaan jiwa keempat dunia buruk.

5. Dunia Kemanusiaan

Dunia kemanusiaan berarti, seperti yang tertulis dalam Kanjin Honzonsho bahwa :

“Yang tenang adalah manusia” yaitu jiwa yang tenang. Contoh – contoh dari dunia

kemanusiaan antara lain memikirkan keadaan saudara, kawan mau pun dengan

kuatir memikirkan keadaan mereka dan sebagainya.

Walau dikatakan “tempat tinggal manusia pada keempat benua”, namun keempat

benua berdasarkan pandangan keduniaan Hindia Kuno berarti bumi luas dimana

umat manusia tinggal. Begitu pun dunia kemanusiaan ini dapat diumpamakan

sebagai keadaan yang datar dari dan tenang bagai bumi besar.

Page 27: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

6. Dunia Surga

Dunia surga adalah jiwa bergembira. Sebagai umpama , ketika memperoleh

barang yang diinginkan, ketika suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencana, ketika memakan makanan enak, ketika mendengar alunan musik yang

merdu dan melihat gambar yang indah mau pun ketika dapat lulus dalam ujian

yang sangat sulit. Namun ciri khas kegembiraan dari dunia surga bersifat

sementara dan tidak bertahan lama, dimana akan menghilang bersamaan dengan

berlalunya waktu.

Walau mencapai dunia surga yang puas setelah makan makanan yang enak namun

itu hanya bertahan untuk sementara waktu saja, dengan berlalunya waktu akan

menjadi lapar kembali sehingga kembali pada dunia kelaparan. Walau

kegembiraan setelah lulus dalam suatu ujian, namun ketika menghadapi ujian

berikutnya dimana akan terasa berat hati. Begitu pun sekarang sehat namun

apakah kesehatan itu akan bertahan selama – lamanya ? Sekarang walau

mempunyai banyak kekayaan namun tidak mungkin selamanya kaya. Memang

kegembiraan dari dunia surga tidak dapat mengetahui hal – hal yang akan terjadi

esok hari. Dalam dunia surga pun terdapat berbagai jenis, dimana didalam dunia

keinginan terdapat 6 surga : didalam dunia jasmani terdapat 18 surga, didalam

dunia rohani terdapat 4 surga, sehingga keseluruhannya berjumlah 28 surga.

Dari dunia neraka hingga ke dunia surga yang diterangkan diatas dinamakan

keenam dunia, dimana pada umumnya manusia berulang – ulang pada kehidupan

setiap harinya dalam suasana hidup keenam dunia ini.

Namun kehidupan manusia itu tidak akan puas dengan kehidupan yang berulang –

ulang pada keenam dunia itu dimana menuntut kehidupan yang lebih tinggi dengan

berusaha sekuat tenaga pada ilmu pengetahuan dan sopan santun. Keempat dunia

lainya dalam yakni dunia pengetahuan, penyerapan, boddhisatva dan Buddha

dinamakan keempat dunia suci yaitu setiap dunianya merupakan suasana yang

telah terlepas dari keenam dunia yang berulang –ulang.

7. Dunia Pengetahuan

Dunia pengetahuan (Shomon) berarti mendengar suara ajaran dari Budha. Dunia

pengetahuan dalam ajaran Theravada berarti memusnakan jiwa dan hikmat diri

sendiri untuk memperoleh kesadaran teori yang kosong.

Pada masa sekarang berarti keadaan kegembiraan ketika dapat meluaskan

pandangan kehidupan diri dan masyarakat maupun alam semesta dengan

berdasarkan membaca, memikir dan belajar. Kegembiraan dunia pengetahuan ini

berlainan dengan kegembiraan dunia surga dimana disitu terdapat sesuatu

kesadaraan dan kegembiraan yang berkelangsungan. Yaitu keadaan jiwa yang

dipengaruhi. Ketika membaca buku maupun keadaan jiwa dari orang – orang yang

yang dikatakan sarjana dan cerdik pandai. Namun kesadaran dari dunia

pengetahuan betapa pun masih berada pada pandangan sementara dan bukan

padangan keseluruhan.

Page 28: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

8. Dunia Penyerapan (Engaku)

Penyerapan (Engaku) dapat diartikan sebagi kesadaran sendiri. Namun makna

sesungguhnya berarti, orang yang lahir pada dunia yang telah musnah Hukum

Agama Budha nya dan berdasarkan sebab jodoh masa lampau memandang

ketidak kekalan dari keadaaan alam dan memperoleh kesadaran diri sendiri pada

teori yang kosong.

Kalau dipandang dari filsafat jiwa berarti keadaan kesadaran sebagian yang

diperoleh berdasarkan munculnya jodoh. Walau kelihatanya mirip dengan dunia

pengetahuan (Shomon) namun kesadaran dunia pengetahuan adalah kesadaran

yang diperoleh dengan memahami sesuatu ajaran yang telah dijelaskan oleh

seseorang, sedangkan dunia penyerapan diperoleh diri sendiri dengan melalui

munculnya jodoh sehingga dapatlah dikatakan dunia penyerapan memiliki sifat

mencipta dan kepribadian yang kuat. Contoh – contoh dalam dunia penyerapan

antara lain, seniman, orang kenamaan, ahli ilmu pengetahuan, dan ahli penemuan

yang terdahulu. Newton menemukan hokum gravitasi dengan melihat gerakan

jatuhnya buah apel dan sebagainya.

Dunia pengetahuan dan penyerapan ini dinamakan Nijo. Walau kedua dunia ini

masing – masing telah memperoleh kesadaran sesuatu sehingga terlepas dari

gerakan berulang – ulang dari keenam dunia. Namun kesadaran mereka masih

merupakan kesadaran sebagian saja, sehingga dengan keadaan demikian betapa

pun tidak mungkin menegakkan suasana hidup bahagia yang kekal abadi.

Namun betapun kemanusiaan dari dunia penyerapan dan pengetahuan masih

berupa orang – orang yang egois dimana memiliki pandangan salah yang

menganggap tidak ada seorang pun yang lebih hebat dari dirinya, dimana banyak

yang tidak dapat menerima ajaran dari Hukum Agama Budha. Oleh karena itu

Budha Sakyamuni pada Sutra – Sutra selama 42 tahun menandaskan bahwa orang

– orang dari dunia pengetahuan dan penyerapan betapapun tidak dapat mencapai

kesadaran Budha.

Page 29: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

9. Dunia Boddhisatva

Boddhisatva pada umumnya berarti keadaan yang memperkembangkan

kepribadian sendiri untuk dibaktikan kepada orang lain dan masyarakat.

Boddhisatva Monju Shiri merupakan fungsi yang memberikan keuntungan kepada

masyarakat dengan hikmat yang dimilikinya.

Boddhisatva Miroku adalah welas asih, Fugen adalah ilmu pengetahuan, Yakuo

adalah kedokteran, Kanseon berarti memandang suara rakyat, yaitu fungsi yang

menghadapi arah gerak masyarakat.

Myo On berarti berfungsi yang memberi kegembiraan kepada umat manusia

dengan keahlian musik indah yang dimilikinya.

Namun Boddhisatva – Boddhisatva demikian adalah Boddhisatva bayangan

dimana hanya berfungsi yang bergerak pada kegiatan masyarakat ilmu

pengetahuan, kesenian, teknik, pendidikan dan sebagainya yang mana dikatan

Boddhisatva Shakumon.

Sedangkan Boddhisatva Honge adalah berdasarkan Nammyohorengekyo dari

Ketiga Hukum Rahasia Agung, gerakan memberi kebahagian dan menyelamatkan

seluruh umat manusia dari dasar jiwa berdasarkan Nammyohorengekyo dari

Ketiga Hukum Rahasia Agung. Jadi justru hanya penyebarluasan Dialog Hukum

Agama Budha merupakan pelaksanaan Boddhisatva sesungguhnya.

Betapapun Boddhisatva Honge yang muncul dari bumi, pada inti hakekatnya

merupakan anak dari keluarga langsung Nichiren Daisyonin, Budha Jijuyu Hoshin

dari Kuon Ganjo. Walaupun masing – masing mempunyai pendirian yang

berlainan. Namun justru orang yang aktif memajukan penyebarluasan dialog

Hukum Agama Budha untuk menyelamatkan umat manusia dalam segala bidang,

dapat dikatakan sebagai Boddhisatva yang muncul dari bumi sesungguhnya.

10. Dunia Budha

Dunia Budha berarti menyadari jiwa kekal abadi keadaan hidup yang memiliki

kehidupan yang berhikmat jiwa tak terhingga dan dapat melihat denga tepat

segala sesuatu pada pandangan bahwa alam semesta adalah saya, saya adalah

alam semesta. Karena berdiri pada pandangan jiwa yang kekal abadi maka tidak

akan terpengeruhi oleh perubahan waktu dan oleh karena berada pada suasana

alam semesta adalah saya, maka tidak akan dipengaruhi oleh ruang dimana

berada pada suasana kebahagian mutlak.

Dengan berteguh pada dasar pendirian diri sendiri yang tak akan terrusakkan

bagai intan dapat menghadapi berbagai masalah dengan tepat walau menghadapi

kesulitan yang bagaimana pun dapat diatasi dengan kekuatan jiwa yang kuat.

Keadaan ini tidak mungkin dimengerti oleh hikmah seorang manusia biasa. Begitu

pun tidak akan tercapai dengan suatu usaha maupun sopan santun. Namun hanya

percaya terhada Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung dan berjuang

segenap jiwa raga demi menyelamatkan umat manusia, dapat menyadari dasar

dari jiwa. Dimana Inti hakekat tujuan dari kehidupan tidak lain hanya untuk

memunculkan dunia Budha yaitu Pencapaian Kesadaran Budha.

Page 30: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

PEMUNCULAN JIWA SEPULUH DUNIA

Dengan demikian setiap dunia dari setiap sepuluh dunia telah dijelaskan, namun

selanjutnya marilah kita memikirkan proses pemunculan yang nyata dari jiwa sepuluh

dunia itu. Dalam Hukum Agama Budha menjelaskan bahwa sepuluh dunia ini seluruhnya

telah dicakupi dalam sumber pokok jiwa, dan hal ini dinamakan sebagai sebab. Akan

tetapi jika hanya sebab saja, maka sepuluh dunia tidak akan terwujud pada permukaan

jiwa.

Untuk memunculkan sepuluh dunia pada permukaan jiwa secara nyata, maka harus

diperoleh pemunculan jodoh – jodoh dari setiap dunia. Dan sebab jiwa sepuluh dunia

yang muncul karena jodoh secara nyata dikatakan sebagai akibat.

Sebagai umpama, dunia kemarahan yakni walau setiap orang memiliki dasar

pokok jiwa kemarahan (sebab), namun kalau tidak ada sesuatu apapun maka tidak

mungkin dapat marah. Namun kalau dicaci – maki dan dihina oleh seseorang yang

dijadikan sebagai jodoh maka orang itu dapat marah dengan sesungguhnya (akibat).

Begitupun barang siapa saja memiliki dasar pokok jiwa Budha (sebab), namun jika hanya

dengan berusaha dan sopan santun saja betapapun tidak dapat memunculkan dunia

Budha.

Betapa pun hanya berdasarkan percaya dan penyebutan Daimoku terhadap

Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung (jodoh) dan sebagi akibat akan

memunculkan dunia Budha (akibat). Dengan demikian , jiwa sepuluh dunia berdasarkan

definisi sebab, jodoh dan akibat akan memunculkan jiwa dari Ichinen dan sekejab mata.

Misalnya berdasarkan tehnik permainan atau jiwa sepuluh dunia dihiasi dengan

bagaimana pun itu masih merupakan tehnik permainan dan bukan pergerakan dari Inti

Hakekat jiwa. Dan segala gejala dengan keadaan demikian, merupakan wujud

sesungguhnya dimana dihadapan Hukum Agama Budha, segala perhiasan diri tidak

berlaku. Dengan demikian walau hanya memandang teori sepuluh dunia saja pun dapat

diperkirakan betapa menajubkan penjelasan dasar pokok inti hakekat jiwa yang

sedemikian mendalam.

Page 31: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MENGENAL SEPULUH DUNIA YANG MEMILIKI SEPULUH DUNIA (JUKKAI GOGU)

Nikkan Jonin ketika menjelaskan sepuluh dunia ini, hanya terhenti pada disini

saja, dan tidak menjelaskan teori sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia. Namun

karena untuk mengetahui Ichinen Sanzen ini betapun teori sepuluh dunia yang memiliki

sepuluh dunia merupakan sesuatu yang amat penting sekali.

Sepuluh dunia yang saling mencakupi sehingga menjadi seratus dunia. Yaitu setiap

dunia dari dunia Neraka sampai dengan dunia Budha, dimana masing – masing dunia

mencakupi sepuluh dunia. Teori sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia adalah tidak

hanya merupakan gerakan jiwa kita, namun dapat dikatakan sebagai penjelasan secara

mendalam seluruh wujud sesungguhnya dari jiwa. Walau dikatakan sebagai sepuluh

dunia yang memiliki sepuluh dunia.

Sebagai umpama didalam dunia Neraka, tidak akan terdapat dunia neraka yang

berdampingan dengan dunia surga. Kalau memandang jiwa sekejab maka akan muncul

salah satu dunia dari sepuluh dunia. Walau jiwa berada dalam keadaan salah satu dari

sepuluh dunia, namun keadaan itu tidak akan berada dalam keadaan statis saja,

malainkan kalau muncul jodoh maka langsung berubah pada keadaan dunia lain.

Namun, walau pegas yang bergetar pun pasti pada suatu saat akan kembali pada

suatu tempat tertentu, dan walupun pada suatu saat, setiap keadaan dunia dari sepuluh

dunia bermunculan, namun pada akhirnya harus kembali pada dasar pokok dunianya. Itu

tidak lain merupakan keadaan jiwa yang mendasari kehidupan dan penghidupan orang

tersebut. Walau itu akan berlainan, tergantung pada orangnya. Jadi kalau dasar pokok

kehidupannya adalah dunia neraka, maka orang itu adalah manusia dunia neraka. Namun

kalau itu adalah dunia surga maka orang itu adalah manusia dunia surga.

Pencapaian kesadaran Budha seumur hidup (Issho Jobutsu) berarti Dunia Budha

telah mendasari kehidupan, penghidupan dan kegiatan jiwa orang itu, dimana

menunjukan bagai dunia Budha mendiami rumah jiwanya sendiri, sehingga berada dalam

keadaan yang membantu kesembilan dunia lainnya, bermain – main dengan gembira

pada kehidupan orang itu. Tujuan dijelaskan sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia,

sama sekali bukan berarti jumlah angka seperti 10 x 10 = 100, melaikan walau manusia

Sembilan dunia yang lain selain dunia Budha yang bagaimana pun, jika percaya terhadap

Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung dan menyebut Nammyohorengekyo pasti

dapat memunculkan dunia Budha. Dunia Budha dalam keadaan itu, dimana manusia

yang bagaimana pun sama sekali tidak mempunyai perbedaan.

Jadi teori sepuluh dunia memiliki sepuluh dunia mengajarkan prinsip dasar bahwa seluruh

umat manusia dengan berdasarkan kepercayaan terhadapa Gohonzon dari Ketiga Hukum

Rahasia Agung pasti dapat mencapai kesadaran Budha.

Page 32: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

TIGA PERBEDAAN BERARTI LIMA UNSUR (GO ON)

MANUSIA (SHUJO) DAN TEMPAT (KOKUDO)

Tiga perbedaaan berarti perbedaan lima unsur, perbedaan manusia dan

perbedaan tempat. Teori sepuluh dunia menjelaskan keadaan jiwa dari pandangan

ukuran kebahagian yang membagi dalam lingkungan sepuluh dunia. Terlebih lagi dalam

teori sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia , menjelaskan wajah perbedaan jiwa

sepuluh dunia. Namun dalam teori tiga perbedaan dijelaskan dengan terang, tempat

kegiatan dan kehadiran yang nyata dari sepuluh dunia yang menjelaskan keadaan jiwa

tersebut diatas.

Walaupun sepuluh dunia, sama sekali bukan sesuatu yang abstrak namun

dengan tegas kehadiran didalam kegiatan jiwa yang nyata. Justru tempat kegiatan dan

kehadiran sepuluh dunia merupakan ketiga perbedaan dari Go On, Shujo dan Kokudo.

Kalau ketiga perbedaan ini diartikan dalam pengertian masa sekarang dapat dikatakan

sebagai berikut :

- Perbedaan lima unsur (Go On) yakni gejala jiwa perseorangan

- Perbedaan manusia adalah gejala masyarakat

- Perbedaan tempat adalah gejala alam semesta

Makna Hakekat sesungguhnya dari teori ketiga perbedaan adalah Ichinen yang

berdasar pada Myoho dimana perseorangan, masyarakat maupun alam semesta dapat

dirobah menjadi dunia yang penuh perdamaian dan kebahagian.

Page 33: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MAKNA DARI PERBEDAAN (SEKEN)

Nikkan Jonin menjelaskan bahwa : “Seken” berarti perbedaan. Namun perbedaan

yang dijelaskan disini sama sekali tidak berarti perbedaan tidak adil yang terbentuk

dalam kehidupan manusia maupun masyarakat (misalnya perbedaan : suku bangsa,

tingkat kedudukan dan sebagainya), melainkan perbedaan timbul karena sifat khas dan

kepribadian yang dimiliki sejak asal mula dari jiwa itu sendiri, atau pun bermakna

perbedaan yang timbul karena sebab, jodoh akibat dan imbalan yang dijelaskan dalam

Hukum Agama Budha. Perbedaan tersebut akan dihidupkan dalam keadaan demikian,

yang merupakan sikap sesungguhnya untuk memperkembangkan sifat dan kepribadian

semaksimal mungkin.

Perbedaan yang dimiliki sejak asal mula dalam jiwa manusia pun harus

dihidupkan dalam keadaan demikian, dengan mengutamakan setiap manusia sebagai

badan sesungguhnya dari keagungan jiwa yang tiada taranya. Terlebih lagi ketika

memperkembangkan kepribadian dan sifat khas setiap manusia akan terdapat kebebasan

dan keadilan sejati.

Seperti dalam Onggi Kuden (hal.784) mengajarkan “Obaitori” masing – masing

tidak perlu mengubah badan sesungguhnya, yang mana akan memperkembangkan Sanjin

yang tidak dibuat – buat. “Yaitu berarti sakura adalah sakura, pearl adalah pearl, masing -

masing memperkembangkan kepribadian dan sifat khas yang dimilikinya semaksimal

mungkin.” Dengan demikian seluruh umat manusia menikmati kebahagian dari jiwanya,

justru inilah cara pemikiran dasar dari Idiologi Demokrasi Hukum Agama Budha.

Oleh karena tidak mengetahui pandangan perbedaan yang sesungguhnya yang

dijelaskan dengan terang dalam Hukum Agama Budha, maka pada satu pihak akan terjadi

perbedaan yang tidak adil sperti perbedaan suku bangsa, kedudukan dan

kewarganegaraan, disamping itu akan keadilan jahat, mekanis yang mematikan

kepribadian dan sifat khas dari seluruh umat manusia.

Sungguh, justru tidak ada yang lebih menakutkan daripada penguasa diri. Ideologi yang

tersesat mengenai tanggapan terhadap inti hakekat jiwa.

Lima unsur berarti badan (Shiki), Menerima (Ju), memikir (so), gerakan (Gyo) dan

kesadaran/hikmat (Shiki). On yang disebut diatas, karena dengan tepat berdasarkan 9

dunia menutupi hukum yang luhur (Zempo) dengan kesembilan dunia sehingga dinamakan

On (menutupi) yakni mendapat nama ini, berdasarkan sebab. Dan juga On berarti

tertimbun, karena berulang – ulang dengan timbunan hidup dan mati, maka dinamakan On

yakni mendapat nama ini berdasarkan Akibat. Kalau berdasarkan dunia Budha karena

berulang – ulang dengan timbunan kebahagian yang kekal (Juraku) maka menutup

terbalik dengan welas asih (Jihi).

Bagian ini pertama – tama menjelaskan perbedaan kelima unsur dari ketiga

perbedaan. Lima unsur adalah ; Badan (Shiki), Menerima (Ju), Memikir (So), Gerakan

(Gyo), kesadaran dan hikmat (Shiki). Kelima unsur ini menganalisa bentuk kegiatan jiwa

yang berlainan dari seorang manusia maupun suatu benda. Dan sebagi umpama

penjelasan kelima unsur dari saudara A dan saudara B merupakan perbedaan kelima

unsur.

Page 34: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kalau meninjau bentuk kegiatan jiwa seseorang, maka langkah atau kegiatan jiwa

yang nyata, pertama – tama harus memiliki badan. Inilah yang dinamakan Badan (Shiki)

dan badan ini selalu berhubungan dengan dunia luar, sehingga dengan melalui badan ini,

jiwa menerima segala rangsangan, keadaan, udara, makanan dari luar, inilah yang

dinamakan Menerima(Ju). Setelah menerima rangsangan dari luar maka jiwa akan

menimbulkan suatu pengenalan terhadap rangsangan yang diberikan terhadap jiwa

tersebut dan inilah Memikir (So), selanjutnya sesuatu reaksi gerakan yang timbul

berdasarkan pengenalan tersebut dinamakan Gerakan (Gyo). Keadaan reaksi jiwa timbul

berdasarkan pada definisi menerima, memikir, gerakan yang menetapkan isi, arah dan

waktu reaksi dan sebagainya, merupakan dasar pokok yang menimbulkan gerakan

adalah Shiki. Perasaan dan Hikmat dan sebagainya termasuk dalam Shiki. Dengan

demikian kalau menganalisa gerakan jiwa, pasti tercakupi dengan Shiki (badan), Ju

(menerima), So (memikir), Gyo (gerakan) dan Shiki (perasaan dan hikmat) yang

dinamakan sebagai kelima unsur (Go On).

Untuk memahami sifat kelima unsur, marilah memikirkannya secara nyata.

Misalnya kita ingin mendengar musik, mendengar lagu, pertama –tama kita memerlukan

indera tubuh dari telinga, syaraf, dan otak. Inilah yang dinamakan Shiki (Badan),

kemudian musik yang tersusun rapih dari gelombang suara yang ruwet memasuki telinga

adalah Ju (menerima), setelah memasuki telinga selanjutnya memalui syaraf dan otak,

baru mengenal musik itu, inilah So (memikir).

Kalau musiknya indah, akan terharu dimana tekanan darah pun meninggi atau pun

dengan bercucuran air mata, namun kalau musiknya membosankan maka akan mencaci

maki atau pun tidak mau mendengarkan musik itu lagi. Inilah yang dinamakan Gyo

(gerakan), perasaan yang timbul dari dasar jiwa atas hal tersebut diatas dinamakan Shiki

(perasaan dan Hikmat).

Selanjutnya kalau menjelaskan On dari Go On maka kalau memandang On dari

sebab berarti menutupi, sedangkan kalau memandang dari akibat maka berarti

tertimbun. Kalau berdasarkan kesembilan dunia, maka akan menitupi Hukum Suci

(Zenpo) yakni jiwa Myohorengekyo, sehingga dengan sebab itu akan berulang – ulang

pada penderitaan hidup mati. Yang mana akan mengakibatkan akibat yang disebut

timbunan. Akan tetapi kalau berdasarkan pada dunia Budha, maka Hukum Suci yang

tertutup akan terbalik ditutupi oleh welas asih, dimana sebagai akibatnya akan

merombak akibat penderitaan yang berulang – ulang dengan hidup mati menjadi

kebahagian sesungguhnya yang kekal.

Seluruh umat manusia sejak asal mulanya memiliki jiwa Myohorengekyo yang

kuat suci dan tak ternodakan, namun karena panca indera manusia digerakan oleh

gerakan yang salah (badan), menerima pikiran yang salah (penerimaan), menimbulkan

berbagai pikiran yang jahat (memikir) selanjutnya berulang – ulang menimbun gerakan

yang salah (gerakan) sehingga memiliki pikiran dan kemauan yang jahat, yang mana

menutupi dan membungkus jiwa Myohorengekyo yang sejak asal mulanya sudah

sedemikian suci dan luhur. Akan tetapi jika disinari dengan Myoho, maka akan

memunculkan jiwa kuat dan suci yang tak ternodakan, disamping itu gerakan badan

maupun hati orang itu merupakan perwujudan dari Myohorengekyo yang mana akan

menutupi jiwa badaniah maupun rohaniah dengan welas asih.

Page 35: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dari kelima unsur : badan, menerima, memikir, gerakan, perasaan dan hikmat dari

jiwa kita, akan menjadi pusaka yang tak ternilai Agungnya. Oleh karena sedemikian

agungnya maka akan memperoleh kehidupan bahagia yang sesuai dengan irama alam

semesta, dan akan merasakan kehidupan kebahagian yang tertinggi dengan

memperkembangkan kepribadian masing – masing.

Selanjutnya perbedaan manusia (Shuju Seken) berarti sepuluh dunia seluruhnya

dinamakan manusia. Dengan perpaduan dari kelima unsur (Go On) maka dinamakan

manusia (Shoju). Dunia Budha adalah umat manusia yang maha mulia, oleh karena itu

dalam Dairon tertulis : “Umat manusia yang maha mulia adalah Budha”. Mengapa sama

dengan manusia biasa dan sebagainya ?

Disini menjelaskan perbedaan manusia dari ketiga perbedaan. Manusia diartikan

sebagai jiwa , yakni perpaduan sementara dari kelima unsur. Namun sepuluh dunia dari

dunia neraka hingga dunia Budha dinamakan manusia. Perbedaan antara perbedaan

kelima unsur dengan perbedaan manusia adalah perbedaan cara memandang yang

neanggapi setiap jiwa.

Perbedaan kelima unsur adalah menganalisa setiap jiwa dengan membaginya

dalam kelima bagian dari badan, menerima, memikir, gerakan, perasaan dan hikmat

untuk membedakan jiwa orang lain, dan menguasai kepribadian dan sifat khas jiwa itu

yang muncul.

Perbedaan manusia berarti mananggapi setiap jiwa dengan keseluruan dan

kesatuan, dan didalam badan keseluruhan yang manakah ? Dan tugas apakah yang harus

ditunaikan ? begitupun menjelaskan hubungan yang organik sesama jiwa lainnya

berdasarkan pendirian setiap jiwa. Sebagai umpama, terdapat manusia A dan B yang

mana walau masing – masing memiliki kelima unsur yang sama sekali berlainan, namun

kalau kedua – duanya berada pada keadaan penderitaan dari dunia neraka sehingga

kalau dipandang dengan perbedaan manusia maka kedua – duanya adalah manusia dari

dunia neraka.

Dan juga perbedaan kelima unsur mengajarkan untuk menghormati dan

mengagungkan kepribadian dan sifat khas setiap manusia, sedangkan perbedaan

manusia mengajarkan bahwa setiap manusia harus berdiri pada pandangan keseluruhan

yang saling bantu membantu dan harmonis. Memang mengenai hubungan perorangan

dan masyarakat telah didiskusikan banyak sekali sehingga telah melahirkan ideologi.

Namun bagi ideologi yang bagaimana pun dimana selalu terdapat kepincangan yang

menitik berat sepihak pada perseorangan atau masyarakat. Ada yang mementingkan

perseorangan dan akibatnya egoisme merajalela. Sehingga terjadi ketidakadilan dalam

sesama manusia dan memburuknya pertentangan antara golongan maupun bahaya

kehancuran masyarakat. Begitupun terdapat yang hanya mementingkan masyarakat, dan

akibatnya akan terjerumus kedalam ideologi keseluruhan yang mana menindas

prikemanusiaan dan kepribadian maupun sifat khas setiap manusia.

Page 36: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Haruslah diketahui bahwa pokoknya kesatuan antara kebahagian perseorangan

dan kemakmuran masyarakat adalah seperti dikatakan perbedaan kelima unsur, dan

perbedaan manusia dimana hanya dapat dibina dengan berdasarkan kepada filsafat jiwa

Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin, yang menjelaskan dengan tepat sumber dasar

dan keadaan kehadiran sesungguhnya manusia. Juga pengamatan terhadap hubungan

masyarakat demikian dengan perseorangan akan memberi pertanda besar bagi berbagai

pengetahuan masyarakat untuk sekarang dan akan datang.

Selanjutnya mengenai manusia yang dikatakan sebagai perpaduan sementara dari

kelima unsur, sesungguhnya hal ini sudah sedemikian jelas diterangkan. Jiwa kita

terbentuk dari kelima unsur: Badan, menerima, memikir, grekan, kesadaran dan hikmat,

namun betapapun masih satu jiwa yang tersendiri. Dan jiwa yang tersendiri itu

dipandang dengan jiwa keseluruhan berdasarkan sepuluh dunia merupakan perbedaan

manusia.

Kalau memandang manusia berdasarkan sepuluh dunia, maka bukankah pada

dunia Budha pun terdapat manusia ? Namun dunia Budha adalah manusia teragung.

Didalam Dairon dari Ryuju tertulis : “Manusia yang sangat agung adalah Buddha”.

Mengapa manusia biasa sama dengan Buddha ? Dengan demikian manusia dunia neraka,

manusia dunia kelaparan hingga manusia dunia Budha terdapat perbedaan, sehingga

dinamakan perbedaan manusia.

Namun kalau hanya pandangan perbedaan perbandingan demikian, masih berada dalam

batas – batas ajaran sementara Sutra – Sutra 42 tahun, sebaliknya kalau dipandang

berdasarkan inti hakekat dari jiwa, maka walau dikatakan dunia Budha pun tidak akan

melampaui Ichinen dari manusia biasa, begitu pun yang menjelaskan dengan terang

bahwa dalam jiwa Budha yang sangat agung pun terdapat dunia neraka, tidak lain adalah

filsafat Ichinen Sanzen, sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia dan Shoho Jisso dari

Sutra Bunga Teratai.

Dalam Shoho Jisso tertulis ; “Yang dikatakan Jisso (wujud sesungguhnya) adalah

Myohorengekyo, dimana neraka memperlihatkan keadaan dari neraka yang mana

merupakan wujud sesungguhnya, kalau berubah kelaparan maka tidak mewujudkan

keadaan sesungguhnya dari neraka. Budha adalah bentuk wujud Budha, manusia biasa

adalah manusia biasa. Wujud badan sesungguhnya dari alam semesta adalah Budha

sesungguhnya dari Myohorengekyo. Inilah yang dinamakan Shoho Jisso”.

Kalau dasar pokoknya adalah Myohorengekyo, maka seluruh dari neraka maupun

kelaparan akan disinari oleh kelima huruf Myoho, dan akan menjadi bentuk agung yang

dimiliki sejak asal mula. Itulah bentuk sesungguhnya dari perbedaan manusia (Shujo

Seken). Begitupun kalau tidak perlu menghilangkan dunia neraka, sehingga tidak perlu

memusnakan dunia kelaparan. Kalau tidak demikian maka dapat dikatakan badan jiwa

itu tidak terbentuk.

Sesungguhnya akan menjadi kehadiran yang kosong belaka. Harus diketahui bahwa

ketika berdasarkan kepada Myoho dan disinari oleh Myoho, maka seluruh dari sepuluh

dunia akan menjadi sumber kebahagian yang sesungguhnya. Dan merupakan kekuatan

pendorong dari kehidupan penciptaan nilai yang agung. Keadaan demikianlah yang

dikatakan “tempat dimana manusia bahagia (Shujo Shoyuraku)”.

Page 37: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Ketiga : Yang dikatakan Kokudo Seken yakni tempat kediaman dari kesepuluh

dunia. Neraka tinggal pada besi yang terbakar merah. Kelaparan tinggal pada 500 Yuju

dibawah dunia. Binatang tinggal di air, darat dan langit. Kemarahan tinggal di pantai laut

dan dasar laut. Manusia tinggal di bumi besar. Surga tinggal di istana. Nijo (pengetahuan

dan penyerapan) tinggal ditanah sementara (Hobendo). Boddhisatva tinggal di dunia Jippo

(dunia yang nyata dan wajar). Dan Budha tinggal di tanah kesadaran (jakkodo) dan lain

lain.

Perbedaan tempat (Kokudo Seken) berarti tempat tinggal manusia dari kesepuluh

dunia. Dalam Zuiso Gosho tertulis : “Sepuluh penjuru adalah lingkungan (Eho), dan

manusia adalah subjek (Shoho) sebagi umpama lingkungan sama seperti bayangan, subjek

(Shoho) adalah sama seperti badan, kalau tidak ada badan maka tidak ada bayangan.”

Jadi kalau tidak ada subjek, maka tidak ada lingkungan (Eho) serta subjek (Shoho)

mencakupi dan terbentuk dari seluruh lingkungan.

Jika manusia dari kesepuluh dunia dengan tempat tinggal umat manusia, adalah

satu badan yang tak terpisahkan, dimana pada jiwa dari dunia neraka terdapat tempat

sesuai dengan jiwa neraka tersebut, sehingga dunia kelaparan sampai dunia Budha

masing – masing terdapat tempat – tempat yang tersendiri.

Jiwa yang sangat menderita (neraka) terdapat pada besi yang terbakar menjadi merah

padam, jiwa yang tidak puas – puas (kelaparan) terpendam didasar tanah yang dalam.

Jiwa kemarahan bertempat tinggal pada karang – karang yang dideburi oleh taufan yang

dasyat, mungkin hal ini sulit dipercaya, namun jika dicamkan lebih mendalam maka tiada

satupun yang tidak dapat dipahami.

Namun harus diperkirakan bahwa kota Hirosima dan Nagasaki yang pernah

menjadi korban bom atom adalah dunia neraka yang sangat panas. Dan terpendam dalam

lorong – lorong tambang yang longsor, begitupun ombak taufan yang memukul pantai.

Dan orang berrejeki bagai orang surga jelas bertempat tinggal di surga tempat sementara

(Hobendo) dari dunia Shamon Engaku, kalau dipandang dari kehidupan sehari – hari

adalah tempat tinggal sarjana dan seniman yaitu laboratorium atau sanggar seni. Tempat

Jippodo dari Boddhisatva adalah sama dengan pertemuan dari golongan yang memberi

tugas kepada pemimpin dunia. Namun pokoknya tempat tinggal tersebut diatas, tidak

dapat menghindari keadaan yang tidak kekal abadi, dan justru hanya tempat tinggal

kesadaran (jakko) dari dunia Budha merupakan tempat kekal abadi sejak asal mula.

Walau demikian penjelasan diatas masih berada pada tahap Nizen Shakumon,

dimana masih dijelaskan tempat tinggal masing – masing masih berada di dunia lain yang

sama sekali terpisah dari dunia yang kotor ini.

Namun setelah memasuki Bab Juryo Hanmon dijelaskan bahwa dunia biasa adalah

tempat tinggal kesadaran (Jakkodo) dari Buddha, yang mana menjelaskan dengan tegas

bahwa dunia yang nyata ini adalah tempat tinggal Budha.

Page 38: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kalau hal ini dipandang setahap lebih menadalam berdasarkan filsafat jiwa, maka

pohon dan rumput yang tak berperasaan dan tanah air pun mempunyai sifat Buddha.

Dan disini barulah terdapat perbedaan tempat yang sempurna. Kebahagian sama sekali

tidak terdapat pada dunia lain dan dunia angan – angan. Sekarang kita yang hidup dalam

masyarakat yang nyata dimana kebahagian hanya dapat dibina dalam tempat dan dunia

nyata ini. Dengan demikian kekutan pendorong apakah dapat merubah dunia ini bisa

menjadi tempat tinggal Budha.

Dalam Issho Jobutsu Sho tertulis : “Kalau jiwa umat manusia kotor, maka tempat ini pun

menjadi kotor, kalau jiwanya bersih maka tempat ini pun bersih, sehingga dikatakan tanah

suci mau pun tanah kotor kedua – duanya tidak pada tempat berlainan, namun keduanya

itu hanya tergantung pada hati yang baik maupun jahat dari jiwa kita”.

Disini mengajarkan bahwa untuk menjadikan dunia ini sebagai tanah suci maupun tanah

kotor semuanya tergantung dan ditetapkan berdasarkan Ichinen kita. Jadi kalau Ichinen

dasar jiwa neraka, maka dunia yang kita tinggal adalah neraka. Dimana walau suatu hal

harus diterima dengan gembira, namun selama dasar Ichinennya tidak berubah, maka

tidak lain hanya akan menambah penderitaan orang itu.

Kalau dasar Ichinen adalah dunia kemarahan, maka dunia disekeliling kita

seluruhnya dunia kemarahan. Kalau Ichinen kita dunia surga, maka tempatnya dunia

surga. Kalau pada Ichinen kita bermunculan dunia Budha, maka tempat dimana kita

berada disitulah tempat Budha (Jakkodo).

Sesungguhnya pokok kebahagian dan malapetaka terdapat pada Ichinen kita yang

merupakan subjek (Shoho), sedangkan lingkungan (Eho) adalah bayangan. Oleh karena

itu ketika meneguhkan badan pokok yang sungguh kuat dan suci akan dapat merubah

segala suasana maupun dunia menjadi tempat tinggal Budha (Jakko). Namun harus

diketahui bahwa sekarang setelah memasuki masa Mappo, selain Hukum Agama Budha

Honmon Tunggal dari Nichiren Daishonin sama sekali tidak terdapat filsafat agung yang

kuat yang dapat merubah segala dunia menjadi dunia yang bahagia.

Dan juga Seken yakni bermakna perbedaan, karena kesepuluh macam Go On tidak

sama, maka dinamakan Go On Seken, karena kesepuluh macam manusia tidak sama maka

dinamakan Shujo Seken, karena kesepuluh macam tempat manusia tidak sama maka

dinamakan Kokudo Seken.

Selanjutnya, ketiga perbedaan yang dijelaskan diatas menjelaskan bahwa

perbedaan kalimat unsur (Go On Seken). Karena perbedaan manusia dari sepuluh dunia

sehingga dinamakan perbedaan manusia (Shujo Seken). Karena perbedaan tempat

tinggal manusia berlainan dari sepuluh dunia berlainan sehingga dinamakan perbedaan

tempat (Kokudo Seken). Jadi perbedaan kelima unsur analisa setiap jiwa dengan

membagi dalam kelima unsur. Yang membedakan jiwa lainnya dengan memunculkan

dengan nyata kepribadian dan sifat – sifat khas masing – masing. Dan perbedaan manusia

itu membedakan letak jiwa tersebut di dalam badan keseluruhan dari masyarakat.

Selanjutnya perbedaan tempat (Kokudo Seken) menjelaskan perbedaan tempat tinggal

dari jiwa tersebut.

Page 39: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

SEPULUH NYOZE

Kalimat Gosyo : “ Kesepuluh Nyoze adalah SO (jasmani, SHO (Rohani), TAI (Jiwa),

Riki (Tenaga), SA (Perbuatan), EN (jodoh), Ka (Akibat), HO (Nyata) dan lain – lain”.

Sepuluh Nyoze adalah kesepuluh dari : Nyoze So, Nyoze Sho, Nyoze Tai, Nyoze

Riki, Nyoze Sa, Nyoze In, Nyoze En, Nyoze Ho, Nyoze Honmak –kukyo To. Kesepuluh

Nyoze ini tidak hanya terdapat dalam jiwa kita saja melainkan mencakupi seluruh gejala

alam semesta serta lingkungannya. Teori sepuluh Nyoze ini adalah sama dengan teori

sepuluh dunia yang menjelaskan wujud sesungguhnya dari jiwa, namun teori sepuluh

dunia menanggapi wujud sesungguhnya dari jiwa secara keseluruhan sebagi suasana

hidup, sebaliknya teori kesepuluh Nyoze itu menganalisa keadaan sepuluh dunia lebih

terperinci dengan menjelaskan wujud sesungguhnya.

Sebagai umpama walau dikatakan keadaan dunia surga namun masih merupakan

pandangan wujud sesungguhnya yang mejelaskan secara umum dan keseluruhan. Jika

setahap lebih mendalam memperhatikan hal tersebut diatas, maka keadaan itu masih

dapat dianalisa dalam 10 segi pandangan. Dengan demikian setiap keadaan dari dunia

neraka hingga dunia Buddha dimana seluruhnya dalam sekejap waktu dapat dibagi

dalam kesepuluh wujud sesungguhnya dari jiwa. Kesepuluh jenis pandangan jiwa inilah

yang dinamakan sepuluh Nyoze.

Kalimat Gosyo : “ Nyoze So adalah misalnya bagaikan kalau wajah (jasmani) mayat

hitam adalah wajah dari neraka dan kalau wajah putih adalah wajah dari surge, Nyoso Sho

adalah sifat (rohani) baik dan jahat dari sepuluh dunia. Yang terdapat tetap didalam jiwa

dan tidak berubah – ubah hingga masa akan datang dinamakan sifat.

Nyoze Tai adalah corak dan sifat dari kesepuluh dunia. Nyoze riki adalah fungsi yang

diperbuat oleh masing –masing dari sepuluh dunia. Nyoze Sa adalah menjalankan gerakan

kebaikan atau kejahatan dengan menggerakan Sango (Badan, mulut, hati) dalam kebaikan

dan kejahatan meliputi Shuin (sebab perbuatan) dan Shuka (akibat dari perbuatan)

,pikiran dahulu adalah Shuin, pikiran terakhir adalah Shuka. Yaitu pikiran yang memburuk

menimbulkan keburukan, pikiran yang baik menimbulkan kebaikan, pikiran baik atau

buruk timbul dikemudian hari adalah tergantung pikiran baik dan buruk terdahulu. Oleh

karena itu pikiran terdahulu adalah Shuin yaitu Nyoze In, pikiran kemudian adalah Shuka

yaitu Nyoze Ka.

Jodoh bantuan yang melancarkan tubuh karma baik dan buruk adalah Nyoze En, yang

menerima dengan kenyataan kebaikan atau kejahatan secara tepat yang membalas sebab

– sebab karma (Goin) dari Shuin Shuka dan lain – lain adalah Nyoze Ho. Wajah jasmani

(So) dari awal menjadi pokok dan kenyataan (Ho) yang terakhir menjadi akhir. Badan itu

yang menelaah dari awal hingga akhir menjadi Chudo Jisso dan dinamakan Honmak –

kokyo To dan lain – lain”

Page 40: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Pertama – tama akan menjelaskan setiap keadaan dari kesepuluh Nyoze :

1. Nyoze So : Badan yang terlihat dari luar yaitu badaniah jasmaniah misalnya

warna wajah hitam ketika meninggal adalah merupakan wjah dunia neraka. Dan

warna wajah yang putih mewujudkan dunia surga.

2. Nyoze Sho : Sifat dari segi dalam semangat, perasaan, hikmat dan sebagainya.

Sifat baik dan buruk dari sepuluh dunia telah tercakupi dari sumber pokok jiwa

itu sendiri dan tidak berubah untuk selama - lamanya.

3. Nyoze Tai : Bukan badaniah begitupun rohaniah, namun merupakan suatu

badan sesungguhnya yang terwujudkan atas badaniah maupun rohaniah, yakni

jiwa itu sendiri. Sifat warna dari sepuluh dunia adalah sepuluh dunia jiwa itu

sendiri.

4. Nyoze Riki : Fungsi kekuatan yang terdapat didalam jiwa, jiwa sepuluh dunia

mewujudkan fungsinya masing – masing.

5. Nyoze Sa : Memunculkan gerakan yang nyata atas kekutan yang terdapat

didalam jiwa. Kita digerakan oleh ketiga karma dari badan, mulut dan hati yang

menimbulkan fungsi kebaikan dan kejahatan.

6. Nyoze In : Sebab yang dicakupi oleh jiwa itu sendiri. Timbulnya suatu

kebaikan dan kejahatan pasti terdapat sebab dan akibat dalam badan jiwa itu

sendiri. Ichinen (pikiran terdahulu) dasar pokok yang menimbulkan kabaikan dan

kejahatan adalah sebab kabiasaan (Shuin) yakni Nyoze In. Ichinen (pikiran

kemudian) yang merasakan kebaikan dan kejahatan yang telah dilaksanakan

sebelumnya adalah Akibat kebiasaan (Shuka) yakni Nyoze Ka.

7. Nyoze En : Jodoh bantuan yang memperlancar hubungan antara Nyozer In dan

Nyoze Ka.

8. Nyoze Ka : Akibat yang telah dimiliki oleh jiwa itu sendiri. Hubunganya

dengan Nyoze In telah dijelaskan pada penjelasan dari Nyoze In. dan hubungan

dari sebab – jodoh – akibat telah dijelaskan pada Bab pemunculan sepuluh dunia

dari teori sepuluh dunia.

9. Nyoze Ho : Nyoze Ka yang terdapat di dalam jiwa muncul keluar secara nyata.

10. Nyoze Honmak Kukyo To : Dari Nyoze so yang pertama hingga Nyoze Ho yang

terakhir keseluruhanya dimiliki dalam jiwa Ichinen Sanzen, dan merupakan

kegitan dan keadaan yang berkelangsungan. Sebagai umpama, jika dunia neraka

maka keseluruhan Nyoze So hingga Nyoze Ho adalah dunia neraka.

Page 41: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

HUBUNGAN SEPULUH NYOZE DENGAN SHIKI SHIN FUNI

Tien Tai daisin membagi kesepuluh Nyoze dalam segi jasmani (Shiki) dan rohani

(Shin) dengan menjelaskan bahwa : “Wajah (So) hanya terdapar pada jasmaniah, sifat

(Sho) hanya terdapat pada rohaniah, jiwa (Tai), kekuatan (Riki), Fungsi (Sa), jodoh (En),

mencakupi kedua segi jasmaniah dan rohaniah, sebab (In), akibat (Ka), adalah hanya

terdapat pada rohaniah, dan kenyataan (Ho) hanya terdapat pada badan jasmaniah”.

Dengan demikian, yang hanya mencakupi jasmaniah adalah wajah dan kenyataan

saja, dan yang mencakupi rohaniah adalah sifat dan sebab akibat (Inka). Dan selanjutnya,

jiwa (Tai), kekuatan (Riki), fungsi (Sa), jodoh (En) tidak hanya terbatas dalam jasmaniah

mau pun rohaniah, namun mempunyai hubungan dari kedua segi dari jasmaniah dan

rohaniah. Kiranya wajah hanya dapat diterangkan dengan Shiki saja. Karena kenyataan

(Ho), adalah perwujudan yang nyata pada tubuh jasmaniah dan bentuk luarnya, maka

tidak lain terdapat pada jasmaniah (Shiki). Namun mengapa sebab akibat hanya terdapat

pada rohaniah saja ? Itu disebabkan, karena sebab akibat adalah sebab akibat yang

terdapat di dalam jiwa itu sendiri, yang tak terlihat oleh mata.

Jadi walau bentuk luar berbentuk bagaimanapun atau dihias dengan apa pun,

namun didalam dasar Ichinen jiwa yang telah mencakupi sebab akibat. Keinginan ini dan

itu di dalam diri sendiri adalah sebab, dan bersama dengan didalamnya tercakupi akibat,

sehingga secara nyata akan diwujudkan dengan nyata dalam bentuk luar sebagai

kenyataan (Ho). Selanjutnya bagaimanakah makna dari badan, kekuatan fungsi dan jodoh

yang bersamaan mencakupi jasmani dan rohani (Shiki Shin) ? “Badan” dalam Genki ke 2

menjelaskan : “sifat pokok dinamakan badan” yaitu berarti inti hakekat dari jiwa yang

bersamaan mencakupi jasmani dan rohani (Shiki Shin). Jadi berarti bersamaan

mencakupi jasmani dan rohani (Shiki Shin).

Nyoze Riki berarti dalam Shikan menjelaskan : “Kekuatan adalah fungsi yang

dapat bertahan”. Sebagai umpama ketika ingin memegang sesuatu dimana akan

diwujudkan besar kekuatan yang sesuai dengan ketahanan dan lamanya.

Sesungguhnya, kekuatan itu sendiri adalah sesuatu yang tidak hanya tidak terlihat

dengan mata, melaikan sesuatu yang terkandung didalamnya. Namun sebagai keadaan

yang nyata terlihat dengan mata adalah yang terwujudkan dalam gerakan, seperti

memegang sesuatu benda yang berat menggerakan sesuatu, atau menjatuhkan orang

dengan pukulan.

Page 42: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Sejanjutnya “fungsi (Sa)”, didalam Shikan menjelasakan : “Membangun dinamakan

fungsi (Sa)” yakni bagaimanakah pengaruh yang nyata atas perkembangan dari kekuatan

? inilah yang dikatakan fungsi (Sa).

Sebagai umpama, pada bom atom terkandung kekuatan yang hebat sekali. Namun apakah

ia akan berbakti atau menghancurkan bagi kehidupan manusia ? itulah yang dinamakan

“Nyoze Sa”. Walau mempunyai kekuatan yang bagaimana pun, namun ada yang

mempunyai pengaruh terhadap keadaan sekeliling, begitu pun ada yang tidak

mempunyai pengaruh terhadap keadaan sekeliling. Itulah perbedaan dari Nyoze Sa.

Nyoze Sa ini yakni fungsi pada khususnya adalah sesuatu yang tidak terlihat dengan

mata, namun disamping itu dapat mewujudkan sesuatu dengan nyata, sebagai umpama

terbangunnya suatu rumah, terbuatnya TV dan didirikannya suatu pabrik. Oleh karena

itu, fungsi ini bersamaan mencakupi jasmani dan rohani. Dan juga kegiatan jiwa yang

selalu berubah yang selalu bergerak sesuai dengan jodoh merupakan suatu kenyataan.

Jadi, lingkungan mempengaruhi badan pokok, dan badan pokok menerima

pengaruh tersebut, sehingga terkembang sebab yang terkandung didalam jiwa. Pengaruh

serentan ini dinamakan jodoh. Fungsi adalah badan pokok yang menggerakan dan

mempengaruhi suasana, sebaliknya jodoh adalah keadaan bagaimanakah badan pokok

menerima dari reaksi terhadap suasana.

Dengan demikian, setelah memikirkan setiap Nyoze dari ke sepuluh Nyoze, maka dapat

dikatakan disini adalah : Ketiga Nyoze yang pertama (wajah,sifat dan badan) adalah

badan sesungguhnya dari jiwa. Dan ketujuh Nyoze yang berikutnya (kekuatan fungsi,

sebab, jodoh, akibat, kenyataan dan awal akhir yang sama) adalah gerakan dari jiwa.

Page 43: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

HUBUNGAN KESEPULUH NYOZE DENGAN SANJIN

Selanjutnya Nichiren Daisyonin dalam Gosyo Junyoze No Koto mengajarkan

sebagai berikut : Pertama – tama, Nyoze So (wajah) itu berarti wajah yang terwujud

dengan warna dari jiwa sendiri. Ini dapat dikatakan sebagai Ojin Nyorai, atau Gedatsu

maupun Ketai. Selanjutnya Nyoze Sho (sifat) berarti sifat jiwa diri sendiri dan ini dapat

dikatakan sebagai Hoshin Nyorai atau Hannya maupun Kutai, dan ketiga Nyoze Tai berarti

badan itu sendiri dan itu dapat dikatakan sebagai Hosshin Nyorai, Chuudo atau Hossho

maupun Jakumetsu. Dengan demikian ketiga Nyoze dikatakan sebagai Sanjin Nyorai.

Ketiga Nyoze ini adalah Sanjin Nyorai yang sebelumnya dikira berada diluar badan

sendiri, namun sebenarnya terdapat didalam badan sendiri. Orang yang mengetahui hal

demikian dinamakan orang yang menyadari Sutra Bunga Teratai. Dengan berdasarkan

ketiga Nyoze sebagai pokok dan memunculkan ketujuh Nyoze lainnya sehingga menjadi

kesepuluh Nyoze.

Wajah, sifat dan badan dari ketiga Nyoze adalah badan sesungguhnya dari jiwa

namun dengan bagaimanakah menggerakan jiwa itu adalah ketujuh Nyoze dari kekuatan,

fungsi, sebab, jodoh, dan sebagainya. Jadi dasar pokok kegiatan dari badan jiwa itu

sendiri adalah ketujuh Nyoze.

Apakah dapat membina kehidupan yang bahagia maupun menyerah pada kehidupan

yang malang ? kesemua itu tidak lain tergantung pada apakah dapat menegakkan jiwa itu

sendiri sebagai badan kesadaran dari Sanjin yang tidak dibuat – buat (Musa Sanjin),

namun kalau dapat percaya dan menyebut Nammyohorengekyo pada Gohonzon,

sehingga bersatu padu dengan Dai Gohonzon, dimana dapat mewujudkan bahwa diri

sendiri pun adalah Budha Sanjin yang tidak dibuat – buat, dan memunculkan hikmat

Budha dalam kehidupan yang nyata dan dapat melalui kehidupan yang tenang dan

bahagia.

Jadi kalau ketiga Nyoze dari wajah, sifat dan badan kita manusia biasa dapat

bersatu padu dengan jiwa agung Nichiren Daisyonin sehingga mewujudkan Sanjin yang

tidak dibuat – buat (Musa Sanjin), dimana akan mewujudkan kekuatan dan fungsi dari

Budha, dan dengan sendirinya akan menjadi gerakan dan kegiatan Budha.

Disamping itu dapat mengumpulkan rejeki yang tak terhingga dan suasana apapun dapat

dirubah sesuai dengan prinsip merubah racun menjadi obat. Dan sebagai sumber

kebahagiaan diri sendiri yang akan dapat berkembang tak terbatas pada masa akan

datang. Kesemuanya ini merupakan akibat yang menunjukan sikap dari perombakan sifat

jiwa keseluruhan. Dan justru definisi dari serentetan perombakan sifat jiwa ini

mempunyai makna awal dan akhir yang sama (Homak Kukyo To).

Page 44: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MENGENAL AWAL DAN AKHIR YANG SAMA

(HONMAK KUKYO TO)

Mengenai awal dan akhir yang sama (Homak Kukyo To), Nikkan Jonin

menjelaskan bahwa : “Wajah yang pertama menjadi awal dan nyata (Ho) yang etrakhir

menjadi akhir, maka awal dan akhir ini merupakan inti hakekat jiwa Chuudo Jisso

dinamakan awal akhir yang sama (Honmak Kukyo To). “ Jadi Honmak Kukyo To berarti

dari Nyoze So yang pertama hingga berakhir dengan Nyoze Ho yang terakhir merupakan

inti hakekat jiwa yang berkelangsungan yaitu wujud sesungguhnya dari jiwa.

“Inti hakekat jiwa “ adalah badan sesungguhnya. Chuudo Jisso berarti keseluruhan

dari jiwa yang sama yakni seluruh wujud sesungguhnya.

Wajah, sifat, badan maupun sebab akibat begitupun kekuatan, fungsi, jodoh dan nyata

pun kesemuanya adalah wujud sesungguhnya dari jiwa sekejap, dan sama sekali bukan

sesuatu yang terpisahkan berantakan, yaitu sama sekali bukan yang terpisah – pisah

seperti wajahnya dunia neraka, namun sifatnya dunia surga, atau badannya dunia

kemarahan sedangkan kekuatan dan fungsinya dunia Buddha dan sebagainya. Namun

kalau badan jiwa itu sendiri adalah dunia neraka, maka wujud sesungguhnya dari jiwa

sekejap yakni, dari wajah hingga kenyataan (Ho), kesemuanya itu adalah dunia neraka.

Kesembilan Nyoze dari wajah hingga kenyataan merupakan berbagai bagian yang

terpisah – pisah dari jiwa, sedangkan awal akhir yang sama (Honmak Kukyo To) adalah

keseluruhan jiwa yang menembus dan menyambung bagian – bagian yang terpisah dari

jiwa itu. Dengan berdasarkan prinsip awal dan akhir yang sama (Honmak Kukyo To)

sehingga sebab dan akibat pun terjadi serentak, sifat dan badan pun menjadi satu badan

(Isshin) dan Kutai Kuyu. Sungguh seluruhnya bersatu padu menjadi satu badan yang tak

terpisahkan dan mencair dengan sempurna dalam lautan yang disebut jiwa.

Yang dimaksud dengan menerangkan jumlah angka dari Ichinen Sanzen yang

tepat adalah harus mengetahuidengan seksama bahwa buku – buku Gen (Hokke Gengi)

dan Mon (Hokke Mongu) kedua – duanya belum menerangkan lambang Ichinen Sanzen,

dan hanya menerangkan Hyakkai (sertus dunia), Sennyo (seribu Nyoze) saja, sesudah

tiba pada Shikan (Maka Shikan) Rol ke 5 dengan resmi baru menerangkan Ichinen

Sanzen.

Dan disini terdapat dua makna, kesatu menerangkan jumlah angka dengan berdasarkan

Nyoze yaitu yang dikatakan sebagai Hyakkai (seratus dunia) 300 perbedaan (300 Seken)

dan 3000 Nyoze.

Kedua menerangkan jumlah angka dengan bersadarkan Seken (perbedaan) yaitu yang

dikatakan sebagai Hyakkai (100 dunia), seribu Nyoze dan 3000 perbedaan.

Meskipun cara penyusunannya berlainan namun keduanya sama dengan Ichinen Sanzen.

Dengan demikian, dibagian atas telah menjelaskan sepuluh dunia, sepuluh dunia yang

memiliki sepuluh dunia, tiga perbedaan dan kesepuluh Nyoze, namun karena

kesemuanya itu menyimpulkan Ichinen Sanzen.

Page 45: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Jadi dalam Ichinen (jiwa sekejap) mencakupi sepuluh dunia, sepuluh dunia yang

memiliki sepuluh dunia sehingga menjadi seratus dunia, dalam seratus dunia mencakupi

tiga perbedaan (Sepuluh Nyoze) sehingga menjadi 300 perbedaan (seribu Nyoze), dalam

300 perbedaan (seribu Nyoze) mencakupi sepuluh Nyoze (3 perbedaan) sehinga menjadi

3000 Nyoze (3000 perbedaan) dan menjadi Ichinen Sanzen. Walau penyusunan 100

dunia, 300 perbedaan, 3000 Nyozed berbeda dengan penyusunan 100 dunia, 1000

Nyoze, 3000 perbedaan dalam cara membuka dan perpaduannya, namun sama sekali

tidak merubah Ichinen Sanzen.

Falsafah Ichinen Sanzen itu pada mulanya merupakan tujuan kelahiran dari Budha

Sakyamuni yang dijelaskan dalam 28 Bab Sutra Bunga Teratai. Namun angka dari 3000

dijelaskan dengan terang maupun hukum prinsip Ichinen Sanzen disusun secara

sistimatis adalah terdapat didalam Maka Shikan ke 5 dari Tien Tai Daishi dari masa Zoho.

Didalam Hokke Gengi dan Hokke Mongu dari Tien tai menjelaskan seratus dunia dan

seribu Nyoze, namun belum menjelaskan Ichinen Sanzen.

Nichiren Daisyonin dilahirkan pada masa Mappo dimana tidak menjelaskan

Ichinen Sanzen dari segi teorinya saja, melainkan menjelaskan Nammyohorengekyo dari

Ketiga Hukum Rahasia Agung yang terpendam dan dirahasiakan di dasar kalimat Bab

Juyo Sutra Bunga Teratai dengan menciptakan Dai Gohonzon.

Dalam Kanjin No Honzon Sho berbunyi : “Untuk umat manusia yang tidak mengetahui

Ichinen Sanzen, dimana Buddha telah mengeluarkan welas asih agung beliau untuk

memberikan dan menggantungkan kelima huruf yang terbungkus pada permata dileher

manusia yang masih bodoh dari masa Mappo Ini”.

Page 46: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BAB IV

MENERANGKAN WAJAH 3000 YANG DICAKUPI DALAM ICHINEN

Kutipan

Keempat, menerangkan wajah 3000 yang dicakup dalam Ichinen yang berarti :

Pertanyaan, Dalam Shikan ke 5 berkata : “3000 ini berada pada hati dari Ichinen” dan lain

– lain, sedangkan Ichinen adalah sedemikian kecil mengapa mencakupi 300 ? Jawab : “Kira

– kira makna Sutra ini menerangkan pencakupan dan penyeluruhaan (Kuhen) karena

seluruh Hokkai (alam semesta) dicakupi dalam Ichinen, dan seluruh Ichinen tersebar

menyeluruh keseluruh Hokkai (alam semesta), misalnya bagaikan sebutir debu mencakupi

tanah dari seluruh penjuru (alam semesta) dan bagaikan setes air tersebar menyeluruh

kelautan besar dan lain – lain.

Penjelasan

Pertanyaan ini adalah menanyakan mengenai kalimat pada masa Shikan ke 5 dari

Tien Tai yang berbunyi : “3000 perbedaan (Seken) ini tedapat didalm hati Ichinen. Namun

Ichinen ini berarti jiwa sekejap mata mengapa dikatakan mencakupi 3000 perbedaan ?”

Nikkan jonin menjawab : “Pada umumnya makna darin Sutra Bunga Teratai menjelaskan

kedua segi dari mencakupi dan tersebar menyeluruh “

Oleh karena itu seluruh alam semesta telah dicakupi dalam Ichinen jiwa sekejap ini.

Sebaliknya Ichinen ini tersebar luas diseluruh alam semesta. Sebagai umpama. Didalam

butir debu kecil yang tak terlihat denagn mata pun memiliki unsur tanah dari sepuluh

penjuru alam semesta, begitu pun satu butir air pun tersebar menyeluruh keseluruh

lautan besar.

Sebelumnya dalam bab ke 3 menerangkan jumlah angka dari Ichinen Sanzen telah

menjelaskan secara teoritis mengenai kehadiran 3000 keadaan dalam jiwa Ichinen.

Namun pada Bab IV ini menjelaskan secara nyata 3000 keadaan bentuk sesungguhnya

yang dicakup dalam jiwa sekejap yang disebut Ichinen.

Disini marilah kita meninjau mengenai Ichinen yang merupakan topic pertanyaan ini.

Page 47: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

M E N G E N A I I C H I N E N

Pada umumnya yang dikatakan Ichinen mempunyai arti :

1. Merenungkan secara mendalam

2. Percaya dengan kuat

3. Sesuatu yang teringat sekonyong – konyong

4. Waktu yang pendek

Namun kata itu sesungguhnya muncul dari Hukum Agama Budha. Dalam Hukum

Agama Budha yang telas menjelaskan dasar mendalam dari jiwa, dimana masalah Ichinen

ini merupakan masalah yang sangat penting, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa

seluruh arif bijaksana telah mencurahkan jiwa raga mereka demi untuk penyelesaian

maslah tersebut.

Teori filsafat Ichinen Sanzen pun telah menjelaskan Ichinen dalam sepuluh dunia yang

memiliki sepuluh dunia, seratus dunia, seribu Nyoze dan 3000 perbedaan, begitu pun Inti

Hakekat Sutra Bunga Teratai tidak lain telah menjelaskan secara terperinci masalah

tersebut. Disini ingin menyelidiki maslah Ichinen berdasarkan yang dijelaskan dalam

Hukum Agama Budha.

Makna Ichinen yang dijelaskan dalam Hukum Agama Budha, pada umumnya

dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama menunjukan waktu yang sedemikian singkat.

Kedua menujukan jiwa sekejap. Disini yang kita pikirkan adalah mengenai jiwa sekejap.

Tien Tai Daishi mengatakan ISSHIN (satu hati) sebagai Ichinen, sedangkan Myoraku

mengatakan sebagai ISHHINPO. Tientai Daishi dalam Maka Shikan ke 5 menjelaskan

Ichinen Sanzen sebagai berikut : “Dalam Isshin (satu hati) mencakupi sepuluh hokum

Dunia (Juhokkai), dan kalau dalam satu dunia mencakupi sepuluh dunia lagi maka akan

menjadi seratus dunia. Kalau dalam satu dunia mencakupi 3000 perbedaan, maka pada

seratus dunia mencakupi 3000 sehingga oleh karena itu mengandung makna dari suasana

Gaib”.

Ichinen didalam kalimat mempunyai arti hati yang memikirkan suatu hal. Namun,

“hati” ini sama sekali tidak berarti yang bersifat spiritualisme, namun wujud

sesungguhnya dari inti hakekat didasar jiwa. Tien Tai menangggapi jiwa sekejap dengan

menjelaskan secara pengamatan terperinci dimana didlam jiwa sejap itu mencakupi

sepuluh dunia, seratus dunia, seribu Nyoze dan 3000 perbedaan. Dan juga Myoraku

dalam Hokkemonguki ke 8 yang menjelaskan Ichinen dari Ichinen Zuiki. “Pada yang

pertama waktu sedemikian singkat yang menunjukan jiwa sehingga dinamakan Ichinen “.

Yaitu Ichinen tidak hanya berarti waktu yang singkat, namun menunjukan jiwa sekejap.

Page 48: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dalam Ichinen ini mengandung berbagai makna, antara lain :

1. Menyeluruh keseluruh alam semesta

2. Ichinen keseluruhan dari rohani dan jasmani

3. Ichinen yang menimbulkan kebaikan maupun kejahatan

4. Ichinen Esho Funi

5. Ichinen sebab akibat yang terjadi serentak.

Dengan demikian jiwa itu tidak lain merupakan kelangsungan dari waktu sekejap,

sehingga diluar waktu sekejap ini tidak terdapat keadaan sesungguhnya dari jiwa. Justru

jiwa sekejap ini yang berkehadiran sesungguhnya dimana didalam Hukum Agama Budha

dinamakan Chudo Hoso.

Sekarang, sekejap yang memikirkan waktu sekejap itu telah menjadi sekarang dan akan

berlalu menjadi lampau, sekejap yang memikirkan masa akan datang itu telah menajdi

sekarang dan akan berlalu menjadi masa lampau. Sehingga merupakan keadaan

sesungguhnya melintasi pandangan “ruang (Ku) “ yang dikatan kalau ada namun tidak

ada, namun kalau ada, tidak ada. Disamping itu pun dalam waktu sekejap itu akan

merasakan kegembiraan, ketidak bahagiaan, memiliki harapan maupun keputusan yang

mana akan mengakhiri kehidupan kita. Jadi waktu sekejap ini dapat dikatakan sebagai

seluruh jiwa itu sendiri. Justru jiwa sekejap ini pada melintangnya mencakupi masa

lampau, sekarang dan akan datang dan pada membujurnya mencakupi seluruh 3000

Hukum Alam Semesta.

Page 49: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

ICHINEN DARI HATI KEPERCAYAAN

Namun Nichiren Daisyonin tidak hanya menjelaskan ini saja, namun terlebih

daripada itu, mejelaskan bahwa Ichinen dari Ichinen Sanzen adalah Ichinen dari hati

kepercayaaan. Kalau dipandang secara teoritis maka seluruh umat manusia seakan –

akan mencakupi ketiga ribu, namun kalau dipandang secara kenyataan maka bagi yang

tidak ada hati kepercayaan sama sekali tidak mencakupi ketiga ribu, dimana dijelaskan

bahwa hanya pada Ichinen dari kepercayaan dari orang yang menyebut

Nammyohorengekyo dan percaya terhadap Dai Gohonzon yang mencakupi ketiga ribu

Hukum Alam Semesta. Menganai kalimat dari Shikan ke 5 yang ditarik diatas pun

terdapat segi dari kalimat tambahan dan segi dari makna sesungguhnya. Kalau dibaca

dari segi kalimat tambahan, maka hanya tidak lain berupa pembuktian jumlah angka dari

Ichinen Sanzen, namun kalau dibaca dari segi makna sesungguhnya, maka akan

menunjukan wajah bentuk sesungguhnya Dai Gohonzon dari Ichinen Sanzen pelaksanaan

dan kenyataan.

Ini tebagi atas pertama adalah kalimat dari Honzon dan kedua adalah kalimat dari

Kanjin. Pertama Isshin (satu hati) dari “satu hati ini” pada kalimat Honzon berarti Shinpo

dari Ichinen dari Budha Jijuyushin dari Kuan Ganjo yaitu Nammyohorengekyo yang

terdapat di tengah – tengah dari Dai Gohonzon. Yang dimaksud dengan “mencakupi

sepuluh Hukum Dunia” adalah diwujudkan dalam sepuluh dunia memiliki sepuluh dunia,

seratus dunia, seribu Nyoze, dan 3000 perbedaan.

Oleh seluruh Budha, seluruh Boddhisatva, Bonten Taishaku, Kishibojin yang tertulis

disamping kanan kiri Nammyohorengekyo yang terletak ditengah – tengah Dai

Gohonzon. Oleh karena itu Dai Gohonzon ini adalah bentuk wajah dari 3000, sepuluh

dunia yang mencakupi dalam jiwa Nichiren Daisyonin Budha Jijuyushin dari Kuan Ganjo.

Kedua adalah kalimat Kanjin yang berbunyi : “ketiga ribu ini terdapat dalam hati

Ichinen “ Berarti Dai Gohonzon dari Ichinen Sanzen ini sama sekali tidak terdapat pada

tempat yang lain, namun terdapat didalam hati kepercayaan (Shinjin) dari kita, umat

manusia. Kalau tidak ada hati kepercayaan maka dalam jiwa kita tidak akan mencakupi

Honzon dari Ichinen Sanzen.

“Kalau sedikit pun terdapat dalam“ berarti kalau mempunyai hati kepercayaan

sedikitpun, maka Dai Gohonzon dapat mencakupi dalam jiwa kita. Oleh karena itu justru

dalam Ichinen dari hati kepercayaan mencakupi seluruh 3000 Hukum Alam Semesta,

begitu pun seluruh Budha dan Boddhisatva dari 3 masa 10 penjuru menjadi milik jiwa itu

sendiri dan dapat hidup dengan perjalanan kehidupan yang cerah dan bahagia.

Page 50: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dalam Gosyo Jimyo Hokke Mondosho berkata : “Kalau jiwa sudah tidak lain dari

Ichinen sehingga Budha menjelaskan karunia dari Ichinen Zuiki. Kalau dikatakan

mengharapkan dua hati (Ninen) dan tiga hati (Sannen) maka tidak dapat dikatakan

Hukum yang memberikan kesadaran Budha yang tunggal, maupun sumpah sesungguhnya

dari hikmat agung yang adil (gosyo hal 466)”. Ichinen yang disebut disini pun sama sekali

bukan Ichinen dari hati kepercayaan yang dengan sungguh – sungguh menyebut

Daimoku dan doa terhadap Gohonzon. Pokoknya Ichinen dari dasar jiwa akan

menetapkan segala apapun juga.

Dalam Gosyo Kashuka Hobo Metsu Zai Sho berkata : “Dalam dunia yang

bagaimanapun kacaunya harap masing – masing mengeluarkan kepercayaaan yang kuat

bagai mengeluarkan api dari kayu yang basah, mengeluarkan air dari tanah yang gersang

terhadap Sutra Bunga Teratai Jurasetsu yang dapat melindungi anda” (Gosyo hal 1132).

Dalam Kito Sho berkata : “Oleh karena itu doa yang didoakan oleh Pelaksan Sutra Bunga

Teratai, pasti akan tercapai dengan bukti nyata. Itu sama seperti gema dalam pantulan

dari suara, bagai bayangan mengikuti badannya, bagai air yang bersih akan mencermikan

bulan. Bagai kaca akan menarik keluar air. Bagai batu magnit akan menarik batu besi.

Bagai Konhaku (fosil amber) akan mengumpulkan debu, dan bagai cermin yang bersih

akan mencerminkan warna dari barang itu”.

Seperti dijelaskan pada kalimat kutipan - kutipan diataspun pada akhirnya justru Ichinen

yang berdoa dengan kuat dan murni merupakan dasar pokok yang menghasilkan segala

sesuatu apa pun.

Begitupun mengenai kalimat Gengi yang berbunyi : “Seluruh Hukum dan gejala alam

semesta mencakupi dalam Ichinen, seluruh Ichinen tersebar menyeluruh keseluruh Hukum

dan gejala alam semesta”. Dimana Myoraku dalam Kuketsu menjelaskan : “Oleh karena itu

ketika mencapai kesadaran yang sesuai dengan teori pokok maka Ichinen dari seluruh jiwa

akan tersebar menyeluruh keseluruh Hukum dan gejala alam semesta”.

Jadi dikatakan Ichinen Sanzen berarti seluruh Hukum dan gejala alam semesta

tercakupi dalam Ichinen.

Dalam Issho Jobutsu berkata : “Makna dari satu hati seluruh alam semesta berarti jasmani

dan rohani (Shiki Shin) dan subjek dan lingkungan (Esho) dari 10 dunia, 3000 perbedaan,

rumput, pohon yang tak berperasaan maupun langit dan bumi tak terkecualikan dan debu

tak ketinggalan, semuanya tercakup dalam hati tersebar menyeluruh keseluruh Hukum dan

Gejala alam semesta, sehingga dikatakan seluruh Hukum (Man Po)”.

Kutipan

Dalam Sutra Kegon berkata : “Hati jiwa bagaikan pelukis ahli yang dapat berbuat

bermacam – macam Go On, dalam seluruh dunia ini tidak ada sesuatu yang diciptakan

tanpa berdasarkan Hukum” dan sebagainya.

Page 51: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Kalimat ini adalah perkataan dalam Syair Boddhisatva Kudokurin dari Sutra

Kegon yang berbunyi : “Hati jiwa bagaikan pelukis ahli”. Merupakan perumpamaan yang

dipergunakan untuk menjelaskan kegaiban daripada jiwa. Dengan demikian hati jiwa

sama dengan pelukis ahli dengan kuas dapat melukis bermacam – macam Go (Shiki, Ju,

So, Gyo, Shiki), maupun sifat keistimewaan dari jiwa manusia, yang mana dapat

menciptakan segala sesuatu dari alam semesta. Dengan perumpamaan ini kiranya dapat

dimengerti bahwa hati (Ichinen) merupakan badan pokok dari seluruh hokum alam

semesta dan mencakupi 3000 keadaan jiwa.

Kutipan

Pertanyaan : Pelukis hanya menggambarkan satu segi jasmani (Isshiki) saja, namun

mengapakah dapat menggambarkan ke 4 rohani (Shishin) ?

Jawab : Oleh karena melukiskan jasmani dan rohani secara bersamaan, maka

dikatakan menciptakan bermacam – macam Go On, maka dalam Shikan (Makashikan) ke 5

– 21 berkata : “Lukisan yang baik dapt melukiskan keadaan gambar yang tepat dengan

keadaan sebenarnya, sehingga bagaikan hidup dan semangat rohani dan jasmani yang

bergerak, dan lain – lain. Siapakah yang melihat Shoki dengan mengatakan dengan rasa

gembira dan siapakah yang melihat Hotei dengan mengatakan merasa marah. Oleh karena

itu diketahuilah rohani dengan tepat dapat dilukis dan mengenai hal ini pun dalam Shikan

dijelaskan dalam tiga perumpamaan”.

Penjelasan

Pertanyaan ini menanyakan kalimat dari Sutra Kegon yang berbunyi : “Pelukis hanya

menggambarkan satu segi jasmani (Isshiki) saja, namun mengapakah dapat

menggambarkan ke 4 rohani (Shishin), yaitu dapat melukis fungsi rohani Ju, So, Gyo, Shiki

dari Go On ?” Jawab : Justru karena bersamaan melukis rohani dan jasmani, sehingga

dikatakan menciptakan Go On yakni dengan warna merah dan biru membentuk wajah

jasmani yang mana akan mencerminkan perasaan hati hingga 4 hati 7 perasaan. Oleh

karena itu dalam Shikan (Makashikan) ke 5 berkata : “Lukisan yang dilukis oleh pelukis

ahli dapat melukiskan keadaan gambar yang tepat dengan keadaan yaitu segi rohani

maupun jasmani dari jiwa itu dapat terlukiskan dalam lukisan bagai berada dalam

keadaan hidup, dimana orang tidak menyadari bahwa itu lukisan”. Siapakah yang melihat

lukisan Shoki yang berkumis menakutkan itu merasakan gembira? Begitupun siapakah

yang melihat lukisan Hotei yang berwajah gemuk dan menarik merasa marah ? kiranya

dapat dimengerti kalau melihat gambar patung yang baik dan lukisan Shoki dan Hotei

tidak hanya melukiskan segi jasmaninya. Namun segi rohaninya pun terlukiskan.

Begitupun dalam Makashikan dengan 3 perumpamaan akan menerangkan hal ini.

Page 52: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

TIGA PERUMPAMAAN DARI MAKASHIKAN

Tien Tai untuk menjelaskan mengapa satu hati yang sedemikian kecil itu dapat

mencakupi 3000 perbedaan maupun mengapa dapat mengetahui mencakupi 3000

perbedaan ? Dimana dalam Makashikan telah mempergunakan 3 perumpamaan untuk

menjelaskan hal ini.

Pertama adalah : Pusaka yang dapat mengabulkan segala permintaan (Nyoi Hoju),

Pusaka itu adalah pusaka tertinggi dari dewa yang mencakupi segala pusaka apapun.

Disamping itu, pusaka ini bukanlah sesuatu yang tersimpan didalam, begitupun bukanlah

sesuatu yang dimasukkan dari luar. Walau bentuknya kecil bagai debu dan abu pun

namun dapat melahirkan segala sesuatu sekehendak hati. Pusaka Nyoi Hoju dari

kebendaan pun dapat mencakupi segala sesuatu, apabila dalam satu hati jiwa yang gaib

sewajarnya mencakupi 3000 perbedaan.

Kedua adalah : Perumpamaan dari ketiga racun. Hati tersesat dari ketiga racun

terdapat 88 penghubung dan 84.000 kenafsuan. Kalau ketiga racun ini dimiliki sejak asal

mula, namun mengapa tidak muncul kenafsuan tersebut jika tidak berhadapan dengan

jodohnya. Akan tetapi, kalau tidak dimiliki sejal asal mula namun mengapa muncul ketika

bertemu jodohnya. Yang menganggap ada maupun tidak, kedua –duanya salah namun

merupakan suatu kehadiran “ada maupun tidak ada” , “tidak ada maupun ada” .

kesesatan hati dari ketiga racun saja sudah sedemikian. Apalagi satu hati jiwa yang gaib

sewajarnya mencakupi ketiga ribu perbedaan.

Ketiga adalah : Perumpamaan dari mimpi. Yaitu suatu cerita yang menceritakan

bahwa pada masa Tiongkok purba terdapat seorang bernama Sooshu dimana didalam

mimpinya, ia menjadi kupu – kupu dan melewati masa 100 tahun, selama itu, lebih

banyak mengalami penderitaan daripada kegembiraan sehingga bercucuran dengan

keringat dan kaget terbangun. Namun semuanya adalah mimpi dan berupa khayalan

belaka. Karena satu hati jiwa dari mimpi dapat berkembang dalam berbagai hati,

sehingga satu hati jiwa dapat diperkembangkan dalam seluruh hati.

Kalau sudah sadar dari mimpi yang mana terdapat satu hati jiwa diri sendiri. Dimana

seluruh hati jiwa telah tercakupi dalam satu hati jiwa. Dengan demikian dalam mimpi

saja sudah demikian gaib dan mencakupi segala sesuatu. Oleh karena itu sewajarnya

dalam satu hati mencakupi 3000 perbedaaan.

Tien Tai dengan melalui ketiga perumpamaan yang tersebut diatas telah

menjelaskan hubungan yang peka dimana di dalam Ichinen mencakupi 3000 perbedaan

yaitu Seluruh Hukum Alam Semesta. Dengan demikian kiranya dapat dimengerti bahwa

dalam lukisan saja pun dapat bersamaan melukiskan jasmani dan rohani, sehingga dalam

jiwa yang gaib tentu mencakupi 3000 perbedaan.

Page 53: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Begitupun dalam cermin sebesar 2-3cm dapat mencerminkan benda yang 10 Jo (100 kaki),

100 Jo (1000 kaki) maupun gunung dan sungai. Apalagi siapakah yang meragukan api

dalam batu, Bungan didalam kayu.

Penjelasan

Kalimat ini mempergunakan perumpamaan untuk menerangkan kalimat “ Hati

yang merenungkan sunguh – sungguh” yang berarti dalam Ichinen mencakupi 3000

keadaan jiwa. Yaitu dalam cermin yang besarnya sekecil 2 cm atau 3cm dapat

mencerminkan benda yang panjangnya 100 m dan 1000 m maupun gunung dan sungai.

Sama halnya dengan perumpamaan ini, dimana didalam jiwa yang kecil dan halus yang

disebut Ichinen mencakupi segala Hukum yang disebut 3000 perbedaan.

Begitupun dalam jiwa siapa pun dengan tegas terdapat jiwa sepuluh dunia dari

dunia neraka hingga dunia Budha. Sehingga tidak diragukan lagi masing – masing dunia

saling mencakupi selamanya. Itu sama seperti api dalam batu yaitu sama seperti kalau

memukul batu berapi dimana tidak disangka pada permukaan batu yang dingin itu akan

memunculkan percikan api. Begitu pun Bunga yang berkembang pada pohon yaitu pada

dahan pohon yang tak berbuah apapun, namun tiba saatnya disitu akan berkembang

bunga yang indah. Mengenai perumpamaan ini apakah mungkin ada orang yang ragu –

ragu terhadapnya ?

Begitupun sama halnya jiwa manusia biasa tercakupi dunia Budda merupakan suatu hal

yang sulit dipercaya, namun merupakan suatu kenyataan yang mutlak.

Kutipan

Dalam Gu Bab 5 dengan menarik perkataan dari Shinron mengatakan anak gadis

Jido Choja bersama pengikutnya bermaksud masuk ke dalam laut untuk mengambil pusaka

dan datang pada ibu untuk meminta pamit. Maka ibu berkata : “Saya hanya mempunyai

engkau saja, mengapa engkau mau meninggalkan saya”. Karena ibu khawatir anaknya

pergi meninggalkannya, memegang kaki anaknya. Lalu anaknya menjambak rambut

ibunya sehingga sepotong rabut terjatuh, ibu pun melepaskan anaknya pergi. Ketika tiba di

pulau terlihat roda besi yang membara dari langit menghampiri kepalanya. Maka dengan

bersumpah berkata : “Semoga seluruh penderitaan alam semesta terkumpul pada diri

saya”. Karena kuatnya sumpah sehingga roda besi terbakar itu (membara) akhirnya jatuh

(diatas anak gadis tersebut). Disini mengorbankan jiwa dan lahir di dunia surga. Yang

menetang ibu dan melukai rambut menimbulkan hati neraka, mengangkat doa sumpah itu

termasuk dunia Budha dan lain – lain. Hati dlam dari Ichinen sebelumnnya sudah

mencakupi Neraka dan Budha. Dapat diketahui bahwa saling pengcakupan dari dunia –

dunia pertengahan lainya dapat ditafsirkan demikian.

Page 54: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Menarik thesis Bodai Shinron dari Kuketsu ke 5 bagian atas yang dikarang oleh

Myoraku dan dengan mengambil perumpamaan anak gadis Chido Choza untuk

menjelaskan sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia.

Gadis Chido Choza bersama pengikutnya bermaksud masuk kedalam laut untuk

mengambil pusaka dan datang kepada ibunya untul berpamitan, maka pada waktu itu

sang ibu berkata: “Saya hanya mempunyai engkau saja, mengapa engkau mau

meninggalkan saya ? Oleh karena ibu khawatir anaknya pergi meninggalkannya,

memegang kaki sang anak, lalu anak menjambak rambut ibu, sehingga sepotong rambut

sang ibu terlepas jatuh, sehingga sang ibu terpaksa melepaskan anaknya pergi. Ketika sang

anak tiba di pulau terlihat roda besi yang terbakar merah (membara) dari langit

menghampiri kepalanya. Melihat keadaan demikian, sang anak dengan bersumpah berkata

: “semoga seluruh penderitaan dari alam semesta yakni dunia ini terkumpul pada saya”.

Karena kekuatan sumpah sang anak itu sehingga besi yang terbakar merah akhirnya

jatuh mengenai diri anak gadis tersebut dan meninggal dunia, kemudian dilahirkan pada

dunia surga. Yang menentang ibu hingga lari keluar dari rumah dan disamping itu

melukai rambut sang ibu adalah fungsi dari dunia neraka.

Mengangkat sumpah dengan ketekadan untuk menyelamatkan umat manusia

adalah fungsi dari dunia Budha. Jadi Ichinen dari gadis Chido Choza mencakupi dan

memiliki Ichinen terdahulu dari dunia neraka yang menentang dan melukai rambut sang

ibu dan kemudian menjadi Ichinen dari dunia Budha yang mengangkat sumpah untuk

menyelamatkan jiwa manusia. Ini berarti dunia Budha dimiliki oleh dunia neraka.

Haruslah diketahui bahwa oleh karena dalam dunia neraka pun mencakupi dunia Budha

dengan ini dapat diperkirakan bahwa pada dunia – dunia kebinatangan dan kemanusiaan

yang terdapat diantaranya itupun mencakupi dunia Budha.

Kutipan

Dalam Honzo Sho dikatakan : “Sering terlihat wajah orang lain, dimana suatu saat

bergembira, suatu saat marah, suatu saat tenang, suatu saat timbul keserakahan, suatu

saat timbul kebodohan, suatu saat marah (Tengoku). Kemarahan adalah dunia neraka,

keserakahan dan dunia kelaparan. Kebodohan adalah binatang, kemarahan (tengoku)

adalah dunia kemarahan (Shura), bergembira adalah dunia surga, tenang adalah manusia,

sehingga pada dunia tidak tetap (Mujo) yang terlihat didepan mata ini apakah dunia Nijo

tidak terdapat didalam dunia manusia. Orang jahat sama sekali tidak memperhatikan

orang lain, pun masih menyayangi anak istrinya yaitu sebagian dari dunia Boddhisatva.

Begitupun umat manusia yang lahir pada masa Mappo dan percaya pada Sutra Bunga

Teratai disebabkan karena di dunia manusia terdapat dunia Budha. Kalimat dari percaya

pada Sutra Bunga Teratai dan lain – lain harus direnungkan sedalam – dalamnya dan lain

– lain “ .

Page 55: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Selanjutnya dengan menarik kalimat dari Kanjin Honzon Sho (Gosyo, hal 241)

untuk menjelaskan bahwa dalam dunia kemanusiaan mencakupi sepuluh dunia. Sering

ketika melihat wajah orang lain dimana pada suatu saat bergembira, marah, tenang, pada

suatu saat muncul wajah keserakahannya, namun pada saat lain timbul kebodohannya

dan pada suatu waktu berhati bengkok. Itu semua adalah perkisaraan keenam dunia.

Marah adalah dunia neraka, keserakahan adalah dunia kelaparan, kebodohan

adalah dunia kebinatangan, berhati bengkok adalah dunia kemarahan, bergembira adalah

dunia surge, tenang adalah dunia kemanusiaan. Pertautan mengenai pencakupan sepuluh

dunia dalam dunia kemanusiaan kiranya melalui kehidupan sehari – hari dapat

dimengerti dengan jelas.

Seperti yang dijelaskan dalam kalimat Kanjin Honzo Sho bahwa kehidupan kita sehari –

hari selalu berulang – ulang dengan keenam dunia dimana pada suatu waktu marah, pada

lain waktu keserakahan atau tenang maupun bergembira dan sebagainya. Seungguh

merupakan suatu kehidupan yang berkisaran pada keenam dunia.

Dan selanjutnya, dengan melihat keadaan masyarakat yang demikian sehingga

terlihat dihadapan mata suatu keadaan yang berubah – ubah tidak menentu. Kita yang

melihat setiap hari keadaan yang tidak menentu itu, merupakan suatu bukti dimana

dalam dunia kemanusiaan terdapat dunia pengetahuan dan penyerapan. Begitupun orang

jahat yang sama sekali tidak mempedulikan orang lain namun masih memiliki rasa cinta

kasih terhadap anak istrinya.

Ini tidak lain merupakan bukti bahwa didalam dunia manusia memiliki dunia

Boddhisatva dan pada akhirnya menyimpulkan bahwa tentu umat manusia biasa masa

Mappo yang dilahirkan sebagai manusia yang dapat percaya Sutra Bunga Teratai, dapat

mempercayai bahwa dunia manusia sejak asal mula telah memiliki dunia Budha. Umat

manusia yang lahir pada masa Mappo dan percaya Sutra Bunga Teratai berarti menganut

dan percaya Dai Gohonzon dari Honmon. Kita manusia biasa dapat percaya Gohonzon,

karena dalam dunia manusia mencakupi dunia Budha.

Kutipan

Myoraku berkata : “Yang kuat hati dunia Buddha dinamakan dunia Buddha, yang berat

akibat perbuatan jahat dinamakan Neraka, dan lain – lain. Jika yang kuat hati percaya

terhadap Sutra Bunga Teratai dinamakan dunia Buddha, oleh karena itu, ketahuilah hati

kuat yang mengejek Sutra Bunga Teratai disebit sebagai yang berat akibat perbuatan

jahat yang dinamakan dunia neraka. Oleh karena itu, ketahuilah dengan jelas 3000 yang

dicakup dalam Ichinen”.

Page 56: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Myoraku berkata : “Yang kuat hati dunia Budha, yakni jiwa yang dikuasi dunia

Budha dinamakan dunia Budha. Sedangkan yang berat karena jahat dinamakan dunia

neraka”. Hati kepercayaan yang kuat terhadap Dai Gohonzon dari Ketiga Hukum

Rahasia Agung dan kuat dalam pelaksanaan dinamakan dunia Budha. Sebaliknya hati

yang menfitnah Sutra Bunga Teratai, yakni hati yang kuat menentang Dai Gohonzon

dinamakan dunia neraka.

Seperti tertulis dalam Gosyo Ueno Dono Goze Ama Gohenji berkata : “Yang dikatakan

dunia suci maupun neraka sama sekali tidak terdapat diluar. Namun hanya terdapat

didalam dada kita umat manusia biasa”. Yaitu dengan Ichinen kepercayaan kita yang kuat

akan memunculkan dunia Budha. Kiranya dengan penjelasan diatas dapat memahami

bahwa dalam Ichinen mencakupi 3000 perbedaan.

Pada pokoknya walau dikatakan dunia Budha maupun dunia Neraka, tidak lain

merupakan Ichinen dalam dasar jiwa. Jika Ichinen dalam dasar jiwa adalah Ichinen dari

kepercayaan maka itu adalah Dunia Budha. Namun jika itu adalah Ichinen yang

menfitnah Sutra Bunga Teratai, maka itu adalah Dunia Neraka. Walau dikata Budha

namun itu bukanlah sesuatu yang terdapat nun jauh disana. Begitupun walau dikatakan

neraka sama sekali tidak terdapat didasar tanah yang dalam. Namun seluruhnya

merupakan wujud sesungguhnya dari jiwa. Keadaan sesungguhnya dari sumber pokok

jiwa. Dengan demikian kesadaran masa Mappo tidak lain hanya Hati kepercayaan yakni

Hati kepercayaan adalah Dunia Budha, jiwa dari Sanjin yang tidak dibuat – buat.

Dalam Onggi Kuden jilid bawah terdapat kalimat sebagai berikut : “Kalau

mengatakan Sanjin yang tidak dibuat – buat (Musa Sanjin) dalam satu kata, maka itu tidak

lain berupa satu perkataan dari percaya”. Justru tidak ada sesuatu yang lebih kuat

daripada hati kepercayaan. Begitupun tidak ada sesuatu yang lebih besar dan luas

daripada Hati kepercayaan. Perwujudan diri sendiri seluas alam semesta dapat

diperkembangkan berdasarkan hati kepercayaan. Justru hati kepercayaan dapat

dikatakan sebagai irama Agung dari Jiwa atua Irama Agung dari alam semesta.

Dalam Gosyo Ueno Dono Gohe Ama Gohenji yang berbunyi : “Pada waktu hidup

adalah Budha Hidup. Sekarang adalah Budha Mati. Inilah Hukum Agama Budha yang

sangat penting yang dikatakan sebagai mencapai kesadaran dalam keadaan demikian

(Shoku Shin Jobutsu)”. Orang yang maju pada jalan raya kepercayaan dimana biar hidup

maupun mati akan hidup bermain – main dalam dunia ke Budha an. Sebaliknya kalau

terlepas dari kepercayaan dimana langsung jatuh ke neraka.

Dalam Gosyo Ueno Dono Gohe Ama Gohenji yang sama berbunyi : “Seandainya kata

selama waktu Ko yang tak terhitung melaksanakan ajaran sementara pun, namun kalau

terlepas dari Sutra Bunga Teratai, hanya selalu berada dalam dunia neraka”.

Page 57: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BAB V

DENGAN MENERANGKAN PERBANDINGAN ANTARA AJARAN

SEMENTARA DAN SESUNGGUHNYA (GONJITSU) UNTUK MENJELASKAN

ICHINEN SANZEN

Dalam kalimat berikut ini berkata : “Didalam Sutra – Sutra ini terdapat dua

kekurangan, kesatu karena terdapat perbedaan (Gyofu), maka belum membuka pelajaran

sementara (Gon) sehingga menyembunyikan Ichinen Sanzen dari Shakumon. Kedua karena

menyatakan Shijo(Shijoshokaku = mencapai kesadaran Budha ketika umur 30 tahun

dibawah pohon Boddhi), maka belum membuka pelajaran bayangan (Shaku) sehingga

menyembunyikan Kuon dari Honmon. Dalam Bab Hoben dari Shakumon menjelaskan

Ichinen Sanzen dan Jobutsu dari Nijo sehingga salah satu dari kedua kekurangan dari

Nizen dapat terpenuhi. Yang dikatakan “Sutra – Sutra ini” berarti sutra – sutra selama 40

tahun lebih, “Gyofu” berarti perbedaan. Oleh karena sutra – sutra terdahulu terdapat

perbedaan dari sepuluh dunia, maka masih belum membuka pelajaran sementara (Gon)

dari Sembilan dunia, oleh karena itu tidak menpunyai makna Jukai Gogu (sepuluh dunia

yang memiliki sepuluh dunia), oleh karena itu dikatakan “menyembunyikan Ichinen Sanzen

dari Shakumon”.

Penjelasan

Bagian ini mendiskusikan hubungan Ichinen Sanzen dengan Jobutsu dari Nijo,

dimana memecahkan filsafat dari yang lain yang mengatakan bahwa dalam Sutra kegon

dan Dainichi terdapat makna Jobutsu dari Nijo dan kemudian menjelaskan bahwa dalam

ajaran sementara sama sekali tidak menjelaskan Ichinen Sanzen.

Dalam Kaimoku Sho bagian atas menjelaskan kekurangan – kekurangan ajaran

sementara selama 42 tahun sebagai berikut : “Tidak hanya Sutra Kegon, begitupun Sutra

Hanya dan Sutra Dainichi dan sebagainya, Sutra – sutra selama 42 tahun terdapat ke dua

jenis kekurangan”.

Yang pertama, kerena manusia dari sepuluh dunia terdapat perbedaan – perbedaan

sehingga seluruh dunia tidak memiliki sepuluh dunia sebagai akibatnya dimana menutup

Ichinen Sanzen yang dijelaskan dalam Shakumon Sutra Bunga Teratai.

Kedua masih berpandangan mencapai kesadaran pada usia 30 tahun di India (Shijo

Shokaku). Sehingga tidak menanggalkan pandangan sementara dan menegakkan

pandangan sesungguhnya. Yang mana menutupi pencapaiaan kesadaran Budha pada 500

Jintengo yang dijelaskan dalam Honmon Sutra Bunga Teratai. Dalam Bab Hoben

Shakumon Sutra Bunga Teratai menjelaskan Ichinen Sanzen, Jobutsu dari Nijo sehingga

salah satu kekurangan dari sutra – sutra selama 42 tahun terpenuhi.

Page 58: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Gyo Fu berarti perbedaan. Sutra – sutra yang dijelaskan sebelum Sutra Bunga

Teratai yakni sutra – sutra selama 42 tahun terdapat perbedaan dalam sepuluh dunia dan

karena hanya menjelaskan keadaan sementara dari kesembilan dunia, sehingga tidak

melengkapi makna dari sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia. Karena sepuluh

dunia yang memiliki sepuluh dunia baru dijelaskan pada kalimat Shoho Jisso dari Bab

Hoben Shakumon Sutra Bunga Teratai, maka dalam Kaimoku Sho menandaskan bahwa

sutra – sutra selama 42 tahun telah menutupi Incinen Sanzen dari Shakumon.

Page 59: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MENGENAL GYOFU

Gyofu pada umumnya berarti perbedaan, namun pada makna sempitnya berarti

bahwa tahap pertapaan dari Boddhisatva dibedakan dalam barisan yang teratur dari 51

tahap. Sedangkan makna secara luasnya berarti perbedaan dari sepuluh dunia yang

terdapat dalam sutra – sutra selama 42 tahun. Disni sudah barang tentu Gyofu dalam

makna luas.

Sepuluh dunia yang dijelaskan dalam sutra – sutra selama 42 tahun, dimana setiap

dunia dijelaskan terpisah – pisah tak berhubungan bagai dikotak yang tertutup.

Bagitupun diatur tahap – tahap seperti dunia neraka yang terletak paling bawah, dunia

kelaparan dan binatang terletak diatasnya. Kehidupan manusia pada umumnya hanya

berkisar pada keenam dunia saja, dan dunia pengetahuan dan penyerapan yang terlepas

dari suasana keenam dunia ini dianggap sebagai kesadaran arif bijaksana, dimana

merupakan suasana yang betapapun tidak dapat dicapai oleh manusia biasa pada

umumnya. Begitupun Boddhisatva, Budha dan sebagainya dianggap sebagai suatu

suasana yang secara mutlak tidak dapat dicapai dalam kehidupan sekarang. Dan hanya

orang yang luar biasa dengan melaksanakan pertapaan yang melalui Koo yang tak

terhingga baru dapat mencapai suasana yang gaib itu.

Terutama antara Budha dengan kesembilan dunia lainnya terdapat jurang

pemisah yang hebat sekali, sebagi umpama orang yang dikatakan Nijo dikecam dan

dihancurkan dengan tandas untuk selama – lamanya tidak dapat mencapai kesadaran

Budha (E Fujobutsu). Selain daripada itu terdapat berbagai jurang pemisahan seperti

orang jahat tidak dapat mencapai kesadaran, wanita tidak dapat mencapai kesadaran

Budha dan sebagainya. Dalam Gosyo Ichidai Seikyo Dai I (Gosyo hal 403) berkata : “kalau

sutra – sutra sebelum Sutra Bunga Teratai tidak menjelaskan sepuluh dunia yang memiliki

sepuluh dunia, maka untuk mendoakan pencapaian kesadaran Budha pasti akan membenci

kesembilan dunia, karena dalam kesembilan dunia tidak mencakupi dunia Budha”.

Dengan demikian pada badan manusia biasa tidak mencakupi dunia Budha,

sehingga kalau ingin mencapai kesadaran Buddha harus memusnakan kejahatan dan

memutuskan kenafsuan. Maka itu dikatakan, maka dengan demikian menghilangkan

badan manusia surga, orang jahat baru dapat mancapai kesadaran Budha. Kalau ini

dijelaskan oleh Myoraku dengan menamakan Budha yang membenci dan terpustus

dengan kesembilan dunia (Hon Ri Dan Kyu). Oleh karena itu orang – orang dari ajaran

sutra selama 42 tahun mewujudkan bentuk Budha dari 9 dunia, yang dikira sebagai

penjelmaan Budha yang gaib, namun tidak menjelaskan bahwa pada badan Budha sejak

asal mulanya terdapat sembilan dunia yang dapat diwujudkan. Selanjutnya ditambahkan

: “kalau ingin mencapai kesadaran Budha dengan memutuskan kenafsuan dan membenci

sembilan dunia, maka sesungguhnya tidak ada Budha yang terlepas dari Sembilan dunia”.

Oleh karena itu tidak ada bukti nyata manusia biasa yang mencapai kesadaran Budha.

Page 60: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Hanya dalam Sutra Bunga Teratai yang menghapuskan dinding pemisah yang

memisahkan setiap dunia dari sepuluh dunia dari sepuluh dunia dan menjelaskan bahwa

dalam jiwa Nijo pun terdapat kehadiran dari dunia Budha maupun dunia neraka. Jadi,

berdasarkan Sutra Bunga Teratai maka seluruh umat manusia dari Sembilan dunia dapat

mencapai kesadaran Budha. Dan bukti nyatanya adalah Nijo dapat mencapai kesadaran

Budha, wanita dapat mencapai kesadaran Budha, maupun orang jahat dapat mencapai

kesadaran Budha. Pokok Sutra Bunga Teratai telah menghapuskan dinding pemisah yang

tidak adil dan dari sinilah terwujud filsafat jiwa yang sesungguhnya. Betapapun

merupakan ajaran sementara yang menuntun menuju Sutra Bunga Teratai, seandainya

kalau dengan keras kepala mempertahan ini yang mana tidak lain hanya akan

menyesatkan kemanusiaan sesungguhnya dan terjerumus dalam arus ketidak bahagiaan.

Dan setelah memasuki Shakumon Sutra Bunga Teratai baru disangkal ajaran yang

dijelaskan sebelumnya. Kemudian ditambahkan : “Disamping inipun telah menjelaskan

pencapaian kesadaran Buddha dari Nijo, wanita maupun orang jahat, begitupun disini

dijelaskan dengan jelas sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia. Dan juga dijelaskan

Shoho Jisso dengan menunjukan bahwa segala gejala alam semesta adalah wujud

sesungguhnya dari Myoho.”

Dengan demikian jelas dapat diketahui bahwa segala gejala alam semesta adalah

seratus dunia, seribu Nyoze Ichinen Sanzen. Begitupun Ichinen dalam jiwa kita dengan

jelas mencakupi keadaan dan gerakan jiwa dunia neraka hingga dunia Budha. Disini

disamping terwujud keadaan sesungguhnya dari jiwa, begitu pun telah terbuka jalan

pencapaian kesadaran Budha bagi seluruh umat manusia dan terbentuk teori prinsip

untuk mencapai kebahagian seluruh umat manusia. Hukum Agama Budha sama sekali

tidak memasalahkan hal – hal yang berbentuk permukaan, melainkan menyelidiki

Ichinen yang terdapat didasar jiwa manusia. Justru tidak ada hikmat manusia yang

tertinggi dari suatu filsafat agung yang menjelaskan secara sistematik bahwa pada setiap

manusia telah terrahasiakan jiwa Budha yang sedemikian Agung, suci dan kuat.

Kutipan

Petanyaan : Memang di dalam Bab Hoben Shakumon menjelaskan Ichinen Sanzen

sehingga salah satu dari kedua kekurangan dari Nizen dapat terpenuhi. Namun mengapa

dikatakan Jobutsu dari Nijo (Nijo Sabutsu) ?

Jawab : Ichinen Sanzen adalah Shozen (kesimpulan) dan Jobutsu dari Nijo (Nijo

Sabutsu) menjadi Nozen (yang menjelaskan). Sekarang karena secara bersamaan

menyebut No dan Sho sehingga dikatakan Ichinen Sanzen dan Jobutsu dari Nijo (Nijo

Sabutsu). Yaitu kalau tidak menjelaskan Jobutsu dari Nijo (Nijo Sabutsu), maka

Boddhisatva dan manusia biasa tidak dapat mencapai Jobutsu. Hal ini yakni kalau pada

Boddhisatva yang mencakupi Nijo dan Nijo yang mencakupinya tidak dapat mencapai

Jobutsu, maka Boddhisatva yang mencakupi (Nogu) bagaimanakah dapat mencapai

Jobutsu?

Page 61: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Karena itu dalam Juho Kaisho berkata : “Akan tetapi para Boddhisatva mencakupi Nijo

sehingga jika Nijo menjadi Chinkujim Metsu. Sehingga akan menjadi Chinkujim Metsu dari

Boddhisatva “ dan lain – lain. Boddhisatva saja sudah demikian, apalagi manusia biasa

tentu sama halnya demikian, oleh karena itu kesembilan dunia sama halnya tidak dapat

mencapai Jobutsu. Maka tidak mempunyai makna kesembilan dunia adalah dunia Buddha

(Kyu Kai Soku Bukkai). Oleh karena itu Ichinen Sanzen pun pada akhirnya tidak dapat

diwujudkan. Jika menerangkan Jobutsu dari Nijo (Nijo Sabutsu) maka Nijo yang tidak

dapat Jobutsu untuk selama – lamanya (Yufu Jobutsu) masih dapat mencapai Jobutsu.

Apalagi Boddhisatva dan umat biasa. Oleh karena itu dengan kesembilan dunia adalah

dunia Budha (Kyukai Soku Bukkai) sehingga makna sepuluh dunia yang mencakupi sepuluh

dunia (Jukkai Gogu) dan Ichinen Sanzen menjadi jelas. Maka sekarang dikatakan Ichinen

Sanzen dan Jobutsu dari Nijo. Didalam Hopo dari Shuin berkata : “Sanzen adalah suatu

suasana gaib yang sakti dimana dengan hanya melalui membuka dan mewujudkan Sutra

Bunga Teratai sehingga tercapai Jobutsu dari Nijo dan sepuluh dunia mencakupi sepuluh

dunia (Jukkai Gogu). Oleh karena itu Hukum dari Sanzen (3000) dengan sempurna

terdapat dalam Ichinen, yang menjadi kegaiban tunggal dari Sutra Bunga Teratai.

Penjelasan

Disini mendiskusikan hubungan Ichinen Sanzen dengan pencapaian kesadaran

Budha dari Nijo.

Pertanyaan : Kalau berdasarkan kutipan kalimat Kaimokusho dimana karena dijelaskan

bahwa pada Hobenbon Shakumon dijelaskan Ichinen Sanzen, sehingga salah satu dari

kedua kekurangan ajaran selama 42 tahun yang dikatakan menyembunyikan Ichinen

Sanzen dan Kuon Jistujo dapat terpenuhi. Kalau demikian sudah cukup kalau dikatakan :

dalam Hobenbon Shakumon menjelaskan Ichinen Sanzen , namun mengapa dikatakan :

“Dalam Hobenbon Shakumon menjelaskan Ichinen Sanzen dan pencapaian kesadaran

Buddha dari Nijo”.

Jawab : Karena dengan dijelaskannya pencapaian kesadaran Budha dari Nijo

sehingga prinsip Ichinen Sanzen menjadi jelas adanya, maka Ichinen Sanzen adalah

Shozen. Pencapaian kesadaran Budha adalah Nozen. Dalam Kaimokusho karena

kebersamaan untuk mengajukan Nozen dan Shozen sehingga dikatakan Ichinen Sanzen

dan jobutsu dari Nijo. Memang wujud sesungguhnya dari inti hakekat jiwa adalah Ichinen

Sanzen, namun itu sewajarnya sepuluh dunia yang harus memiliki sepuluh dunia.

Jadi dalam dunia Budha mencakupi Sembilan dunia. Begitupun manusia dari dunia

neraka memiliki kesembilan dunia dari kelaparan hingga dunia Budha. Maka kalau tidak

menjelaskan Jobutsu dari Nijo sehingga gerakan jiwa Nijo yang tercakupi dalam badan

Boddhisatva maupun manusia biasa tidak dapat menjadi Budha. Walau dikatakan

manusia dari dunia Boddhisatva namun karena mencakupi jiwa Nijo, maka walau jiwa

Nijo itu tidak dapat dirombak menjadi Budha, maka pada akhirnya manusia dari dunia

Boddhisatva betapapun tidak dapat menjadi Budha.

Page 62: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Prinsip ini dalam Juhokkaisho dijelaskan sebagai berikut : “Karena dalam

Boddhisatva tercakupi dunia Nijo, maka jika Nijo yang dikatakan Chinkujim Metsu yang

tersesat pada kesesatan Kenji Waku dan tenggelam pada teori kosong. Begitupun karena

menghancurkan diri dan memusnakan hikmat, sehingga tidak dapat hidup pada ketiga

dunia ini, maka Boddhisatva yang memiliki Nijo pun menjadi Chinkujim Metsu”.

Karena Boddhisatva yang menempatkan kedudukan tertinggi dari kesembilan dunia

tidak dapat mencapai kesadaran Budha. Maka manusia biasa pun tidak dapat mencapai

kesadaran Budha. Oleh karena itu seluruh dari kesembilan dunia tidak dapat mencapai

kesadaran Budha. Maka kalau tidak dijelaskan Jobutsu dari Nijo, sehingga makna dari

“Sembilan dunia adalah Dunia Budha” pun tidak ada, yang mana tidak akan dapat

mewujudkan teori filsafat Ichinen Sanzen. Jadi sepuluh dunia yang memiliki sepuluh

dunia adalah dengan dijelaskan definisi Sembilan dunia adalah dunia Budha baru

mempunyai makna sebenarnya dan dengan menjelaskan segala kemungkinan dari

perubahan jiwa sepuluh dunia barulah dapat menyelesaikan tugas agung yang

menyempurnakan pandangan jiwa Ichinen Sanzen.

Dalam Shakumon Sutra Bunga Teratai dijelaskan Jobutsu dari Nijo, sehingga Nijo

yang dikatakan selama –lamanya tidak dapat mencapai kesadaran pun dapat mencapai

kesadaran Budha. Dengan demikian barang tentu Boddhisatva maupun seluruh umat

manusia dapat mencapai kesadaran Budha. Jadi, kesembilan dunia adalah dunia Budha

dan karena sepuluh dunia memiliki sepuluh dunia, sehingga makna dari Ichinen Sanzen

menjadi jelas. Oleh karena itu dalam Kaimokusho bersamaan menjelaskan “Ichinen

Sanzen dan Jobutsu dari Nijo”.

Sho In Bhikku sekte Tien Tai di Tiongkok dalam karangannya yang berjudul “Hotsubo

Kyogi” mengagumi Hukum Ichinen Sanzen sebagai berikut : “Walau mengetahui makna

teori Ichinen Sanzen, namun merupakan suasana gaib yang tak terlukiskan dengan

perkataan. Karena pada Sutra Bunga Teratai baru dijelaskan Jobutsu dari Nijo dan sepuluh

dunia yang memiliki sepuluh dunia, sehingga ketiga ribu hukum dan gejala tercakupi

dengan sempurna dalam hati Ichinen. Dengan demikian hanya Sutra Bunga Teratai yang

menjelaskan Myoho yang merupakan ajaran tertinggi”.

Page 63: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

NOZEN DAN SHOZEN

Kalau dengan singkat menjelaskan Nozen dan Shozen, maka : Zen berarti

menjelaskan dengan terang kenyataan dan teori. No berarti pihak yang menimbulkan

gerakan yang aktif. Sho berarti pihak yang menerima gerakan tersebut dan bersifat pasif.

Jadi Nozen adalah pihak yang menjelaskan. Shozen adalah teori prinsip yang dijelaskan.

Disini menjadikan Jobutsu dari Nijo (Nijo Sabutsu) sebagai Nozen dan Ichinen Sanzen

sebagai Shozen. Karena Nijo Sabutsu dengan bukti nyata menjelaskan keadaan sepuluh

dunia yang memiliki sepuluh dunia, yang mana telah menjelaskan prinsip dari Ichinen

Sanzen dengan jelas.

Page 64: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MENGENAI NIJO SABUTSU

Dalam Sutra – sutra selama 42 tahun dimana Shomon dan Engaku (Nijo) dikecam

habis – habisan untuk selama – lamanya tidak dapat mencapai kesadaran Budha. Dan

mengapa Budha Sakyamuni mengecam hingga demikian?

Pertama – tama karena Nijo tertutup dalam kepompong kesadaran diri sendiri yang kecil

dan puas dengan keadaan kehidupannya.

Kedua Nijo tidak ada gerakan yang menguntungkan orang lain dan hidup tenang dalam

keadaan dunia yang egois. Budha Sakyamuni meneruskan kecaman yang pedas untuk

memecahkan egois dan kesombongan diri Nijo dan menyadarkan mereka pada jalan

pencapaian kesadaran Budha yang sesungguhnya.

Petama – tama mengenai hati kesombongan Nojo Gohenji tertulis : “Terdapat

Hukum Agama Budha yang dinamakan duabelas sebab dan jodoh, artinya pada jiwa kita

terdapat berbagai penderitaan. Dengan demikian karena pada masa lampau telah

membuat karma, maka akan menerima berbagai penderitaan masa lampau. Begitupun

penumpukan karma masa lampau dan nafsu – nafsu akan memanggil berbagai

penderitaan”.

Kemudian ditambahkan : “Nijo pada masa hidup Budha Sakyamuni karena bermaksud

menghilangkan berbagai penderitaan, sehingga tenggelam dalam filsafat kosong dan

melaksanakan menghancurkan diri dan memusnakan hikmat dan lupa terhadap semangat

menjalankan Gongyo dan pertapaan dari Boddhisatva dan memikirkan untuk

membuktikan filsafat kosong itu yang dikiranya sebagai inti hakekat Hukum Agama Budha

sesungguhnya. Budha pada masa Hoto telah menuntut dan mengecam Nijo yang memiliki

pemikiran demikian”.

Dan juga perbedaan pertapaan manghancurkan diri dan memusnakan hikmat

(Keshin Metchi) itu jauh berbeda dengan pencapaian kesadaran Budha, dimana dalam

Gosho Otadono Nyobo Gohenji tertulis : “Mereka yang dinamakan orang orang Nijo

adalah orang – orang yang telah memutuskan kesesatan pikiran dan pandangan (kenji

Waku) dan kesesatan jiwa (Mumyo Waku), namun karena sudah membersihkan segala

nafsu, sehingga memasuki keadaan tertinggi (Muyo) dari Nijo dan menjadi orang yang

menghancurkan diri dan memusnakan hikmat (Keshin Metchi). Namun kalau

penghancuran diri (Keshin) bukan Soku Shin maka memusnakan hikmat pun tidak

bermakna pencapaian kesadaran Budha”.

Sekarang yang dimaksud dengan Kenshin Metchi maupun Chinkujim Metsu mempunyai

arti tenggelam pada teori filsafat kosong dan memusnakan badan maupun hikmat.Ku

bukan berarti Kutai dari Enyu No Santai melainkan Ku dari Henshin, dari Theravada. Ri

(teori) yang betapapun tidak dapat dilaksanakan.

Page 65: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dalam keadaan sekarang dapat dikatakan sebagai sikap para sarjana yang tertutup dalam

menara gading dan tenggelam dalam dunia teoritis yang terputus dalam masyarakat

nyata.

Selanjutnya mengenai egoism dari Nijo, dalam Kaimokusho dengan manarik

kalimat dari Sutra Taishukyo tertulis : “Terdapat dua macam orang yang pasti mati tidak

dapat hidup, dimana walau mengetahui budi dan tidak dapat membalas budi. Yaitu kesatu

Shomon dan kedua Engaku”.

Misalnya ada orang yang jatuh kelubang yang dalam, dimana tidak dapat menguntungkan

orang lain dan hanya menguntungkan diri sendiri, begitupun sama halnya dengan

Shamon dan Engaku dimana terjatuh dalam lubang Gedatsu yang mana tidak dapat

menguntungkan diri sendiri maupun orang lain.

Dan dalam Juhokkai Mei Inga Sho tertulis : “Pantangan yang tidak membunuh mahluk

bernyawa dari Nijo adalah selama – lamanya tidak berfikir untuk kembali keenam dunia.

Oleh karena itu tidak mempunyai hati untuk membimbing, begitu pun tidak terpikirkan

menjadi Budha dan Boddhisatva, namun hanya berfikir untuk menghancurkan badan dan

memusnakan hikmat (Kenshin Metchi)”. Gosho hal 434.

Jadi sikap egois dari Nijo yang melarikan diri dari kenyataan, dengan membuang budi

dari ibu ayah, guru,ketiga pusaka (Budha, Hukum dan Shangha) dan masyarakat, adalah

sama sekali bertentangan dengan Hukum Agama Budha yang berdasarkan pada welas

asih.

Namun sebagian besar murid dari Buddha Sakyamuni adalah Nijo terutama

disebut kaum Shomon. Kalau tidak dapat menyelamatkan orang – orang Shomon ini

bagaimanakah dapat dikatakan sebagai Hukum Agama Buddha yang dapat

menyelamatkan seluruh umat manusia ? Oleh karena itu, jika tidak menjelaskan Sutra

Bunga Teratai dan hanya terhenti pada ajaran selama 42 tahun saja, maka Hukum Agama

Buddha Sakyamuni tidak mempunyai arti apa pun juga. Setelah memasuki Sutra Bunga

Teratai baru membuka pandangan tujuan agung untuk muridnya sendiri dan

memberikan tugas agung sehingga bersamaan dengan itu telah menyelesaikan filsafat

jiwa yang agung. Dalam masa sekarang pun orang – orang Nijo dapat dikatakan sama

dengan sarjana, seniman dan lain – lain. Kalau orang – orang ini merasakan kepuasan

dalam kesadaran diri yang kecil dan tertutup dalam kepompong egois dan terlepas dari

rakyat jelata, maka itu sama yang dituntut oleh Budha Sakyamuni bahwa mereka sama

sekali terpisah dari semangat Hukum Agama Budha.

Walau dikatakan sebagai sarjana dan seniman yang betapa hebat pun, namun

kalau tidak dapat membuka pusaka jiwa sendiri dengan menegakkan pandangan agung

dan rasa tugas, maka betapa pun tidak dapat membangun kehidupan yang kuat dan

agung. Namun untuk mencapai tujuan tersebut tidak lain hanya dapat dicapai dengan

Myoho.

Page 66: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertanyaan : Jika didalam sutra – sutra dahulu (Nizen) tidak menjelaskan Ichinen

Sanzen, mengapa Tien Tai mengutip kalimat “Kegon Shinzo” untuk membuktikan Ichinen

Sanzen ?

Jawab : Didalam sutra beliau belum menjelaskan Ki Sho Kujo, sehingga

bagaimanakah dapat mejelaskan Ichinen Sanzen. Namun makna pengitipan dari Tien Tai

Daishin adalah seperti yang dikatakan oleh Jokaku : “Pengutipan sekarang ini adalah

setelah Enyu dapat dipergunakan” dan lain –lain. Oleh karena perjalanan sementara

(Tobun) dari sutra – sutra beliau adalah hanya terdapat nama dan tidak mempunyai

kenyataan (Umyo Mujitsu), maka dikatakan Hukum yang mati.

Rokuten berkata : “Meskipun tanah diatas padang Ryumon menguburkan kerangka mayat,

namun namanya tidak akan terkuburkan”. Dan Izumi Shikibu berkata : “Bersama –sama

tidak akan musnah dibawah lumut dan berasa sedih dengan mendengar nama yang tak

terkuburkan itu”. Dan lain – lain. Jika Enyu masih dapat hidup kembali (Sosei) maka dapat

dikatakan Hukum yang hidup.

Penjelasan

Kalau dalam sutra selama 42 tahun tidak menjelaskan Ichinen Sanzen, mengapa

Tien Tai menarik satu kalimat salah satu Sutra selama 42 tahun, yakni Sutra Kegon Shizo,

yang dijadikan sebagai bukti tertulis dari Ichinen Sanzen?

Dalam menjawab pertanyaaan ini, dimana dikatakan bahwa misalnya walau kalimat

sutra selama 42 tahun pun kalau sudah berpendirian berdasarkan (Enyu) dengan Sutra

Bunga Teratai, maka kalimat itu dapat dipergunakan. Kalimat Kegon Shinzo ini adalah

kalimat yang dipergunakan dalam bab IV yang berbunyi : “Hati jiwa bagaikan pelukis ahli

yang dapat membuat bermacam – macam Go On, dalam seluruh dunia ini tidak ada sesuatu

yang diciptakan tanpa berdasarkan Hukum.” Memang didalam Sutra Kegon tidak terdapat

penganugrahan kesadaran Budha dari Nijo maupun menjelaskan Kuon Jitsujo. Oleh

karena itu tidak menerangkan Ichinen Sanzen. Namun Tien Tai menjelaskan bahwa

setelah berdiri pada pandangan (Enyu) dengan Sutra Bunga Teratai, sehingga dapat

dipergunakan adalah sesuai seperti yang dijelaskan oleh Jokaku yang berbunyi : “Kalau

sudah Enyu maka dapat dipergunakan.”

Pada masa lampau Bhikku yang berkebajikan mengatakan bahwa : “Sutra Kegon

adalah Hukum yang mati, Sutra Bunga Teratai adalah Hukum yang Hidup”. Kalau menarik

dan mendiskusikan Sutra Kegon dalam lingkungannya saja, maka walau dalam Sutra

Kegon terdapat kalimat yang berlaku dalam Ichinen Sanzen pun, namun karena tidak

menjelaskan badan sesungguhnya dari Ichinen Sanzen yaitu “Mempunyai nama dan tidak

mempunyai wujud sesungguhnya (Umyo Mujitsu)”, maka dikatakan sebagai Hukum yang

Mati.

Page 67: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Nikkan Jonin dengan menarik Syair – Syair untuk menjelaskan Hukum Mati yang disebut

sebagai Umyo Mujitsu ini dengan mengambil Syair Hakurakuten yang berbunyi : “Walau

mayat dikubur pada tanah sekitar gerbang naga (Ryumon) namun namanya tak

terkuburkan” dan juga syair Izumi Shikibu berkata : “bersama –sama tidak akan musna

dibawah lumut dan berasa sedih dengan mendengar nama yang tak terkuburkan itu”

dimana kedua syair ini menjelaskan hal –hal mengenai kematian, yang mewujudkan

mempunyai nama namun tidak mempunyai wujud sesungguhnya (Umyo Mujitsu).

Walaupun demikian, kalau dipergunakan setelah Enyu berdasarkan Sutra Bunga Teratai,

yang dikatakan sebagai puncak seluruh ajaran Buddha Sakyamuni, maka jiwa Sutra

Kegon yang mati pun dapat dipergunakan untuk membuktikan Sutra Bunga Teratai. Oleh

karena itu Sutra Bunga teratai yang dapat menghidupkan segala sesuatu dinamakan

hukum yang hidup.

Page 68: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MENGENAI ENYU

E dari Enyu adalah kai E Nyu berarti masuk dan menerima. Jadi Enyu berarti

masuk dan diterima. Kai E berarti penjelasan dari maksud sesungguhnya Sutra – Sutra 42

tahun dibuka dan diwujudkan dengan makna sesungguhnya dari Sutra Bunga Teratai.

Penjelasan itu dipergunakan untuk membuktikan filsafat Sutra Bunga Teratai dan inilah

yang dikatakan Enyu.

Sesungguhnya mengapa Budha Sakyamuni menjelaskan sutra – sutra selama 42

tahun dan kemudian ditinggalkan sebagai ajaran persiapan dan sementara ? Secara

umum kalihatanya setiap Sutra memang bermaksud menyelamatkan umat manusia.

Namun kalau dipandang secara mendalam , maka sutra – sutra tersebut dijelaskan demi

untuk membimbing menuju ajaran Sutra Bunga Teratai.

Kalau selama masih bersikap keras untuk menganggap setiap Sutra sebagai ajaran yang

tertinggi, maka betapa pun tidak akan dapat mengerti makna sesungguhnya dari Sutra

itu. Setelah dijelaskan Sutra Bunga Teratai yang merupakan ajaran Mahayana

sesungguhnya, maka ketika melihat sutra lainnya, baru akan terbuka makna

sesungguhnya maupun kedudukan dari sutra – sutra tersebut.

Jadi Sutra Bunga Teratai dapat diumpamakan sebagai lautan besar, sedangkan

sutra sutra selama 42 tahun dapat diumpamakan sebagai sungai sungai kecil yang

mengalir kelautan besar.

Tanpa mengetahui sungai akan mengalir ke lautan besar dan hanya melihat sungai itu sja

adalah sama seperti sutra –sutra selama 42 tahun yang belum Kai E. sebaliknya dengan

mengetahui bahwa sungai akan mengalir menuju kelautan besar adalah Kai E.

Jadi sungai sekarang ini adalah sutra sutra selama 42 tahun yang telah Kai E. dan kalau

dikatakan berdasarkan kegaiban relatip (Sotai Myo) dan kegaiban (Zettai Myo), maka

karena kegaiban relative belum membahas Kai E, sehingga memperbandingkan sutra –

sutra selama 42 tahun dengan Sutra Bunga Teratai akan mengambil Sutra Bunga Teratai

dan membuang sutra –sutra selama 42 tahun, namun karena kegaiban mutlak telah

membahas Kai E sehingga dapat mempergunakan sutra – sutra selama 42 tahun

berdasarkan pendirian Sutra Bunga teratai. Jadi Tien Tai dengan pendirian kegaiban

mutlak mempergunakan kalimat dari Kegon Shinzo ini.

Page 69: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

HUKUM HIDUP DAN HUKUM MATI

Hukum yang hidup adalah filsafat hidup yang dapat memberikan kebahagian

kepada umat manusia secara nyata. Hukum yang mati adalah filsafat yang tidak dapat

memberikan kebahagian kepada umat manusia dalam kehidupan yang nyata.

1. Hukum hidup dan Hukum mati dalam Hukum Agama Budha Sakyamuni.

Kalau meninjau dari seluruh ajaran Budha Sakyamuni maka Sutra Bunga teratai

adalah Hukum Hidup, sedangkan sutra –sutra selama 42 tahun adalah Hukum

mati.

Dalam Sutra Bunga Teratai menjelaskan filsafat jiwa Ichinen Sanzen dan

pandangan jiwa sesungguhnya dan mendirikan pandangan alam semesta.

Sedangkan sutra – sutra sebelum Sutra Bunga Teratai hanya menjelaskan

sebagian dari wujud sesungguhnya dari jiwa dan tidak menjelaskan cara yang

berkekuatan menuju kebahagian. Namun kalau berdasarkan Enyu dengan

menjelaskan Sutra Bunga Teratai, maka sutra – sutra selama 42 tahun yang

dikatakan Hukum Mati itu dapat dipulihkan dengan menghidupkan kembali

kekuatan yang dimiliki sejak asal mula.

Oleh karena itu Sutra Bunga Teratai yang dapat menghidupkan kembali segala

sesuatu , dikatakan sebagai Hukum yang hidup.

Hati yang dijelaskan dalam Sutra kegon hanya berupa Kutai dari Ku, Ke, Chu –

Santai. Sehingga berlainan sama sekali dengan Ichinen dari Ichinen Sanzen yang

menjelaskan Santai secara sempurna dan lengkap.

Kalau membicarakan hanya terbatas dalam lingkungan Sutra Kegon, maka Sutra

Kegon termasuk sementara (Tobun), dengan demikian walau terdapat nama hati

namun tidak mempunyai wujud sesungguhnya dari Ichinen Sanzen, sehingga

dikatakan sebagai mempunyai nama namun tidak mempunyai wujud

sesungguhnya (Umyo Mujitsu). Oleh karena itu , dikatakan sebagai hukum yang

mati. Namun Tien Tai menterjemahkan hati ini sama dengan hati dari Sutra Bunga

Teratai sebagai Ichinen dari Ichinen Sanzen dan menjadikan sebagai bukti

pegangan dari Ichinen Sanzen.

Dengan demikian, walau sutra Kegon jika setelah Enyu akan dihidupkan sebagai

penjelasaan dari Filsafat Ichinen Sanzen dan berubah menjadi Hukum Yang Hidup.

2. Hukum yang hidup dan Hukum yang mati dalam masa sekarang.

Namun sekarang setelah memasuki masa Mappo Hukum yang Hidup adalah

Nammyohorengekyo dan wujud sesungguhnya diwujudkan sebagai Dai Gohonzon

dari Ketiga Hukum Rahasia Agung.

Sesuai dengan ramalan dalam Sutra Taishitsu yang berbunyi : “Hukum putih akan

terbenam”, dimana 80.000 Sutra – Sutra sekarang telah menjadi Hukum yang mati.

Dan filsafat – filsafat yang telah ada sama sekali terlepas dan terpisah dari

kehidupan rakyat dimana semata – mata merupakan sesuatu yang hanya untuk

upacara kematian saja dan ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat

disangkal.

Page 70: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Sebaliknya sekarang Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin merupakan arus

peradaban ketiga yang menyongsong penyelamatan umat manusia yang

sesungguhnya, dimana dari Jepang telah menggelorakan kegembiraan jiwa

keseluruh dunia.

Bukankah ini sesuai dengan kalimat Gosho Ueno Dono Gohenji dimana Nichiren

Daisyonin mengajarkan ; “Sekarang kalau telah memasuki masa Mappo maka

selain Nammyohorengekyo dimana seluruh Sutra lainnya maupun Sutra Bunga

Teratai tidak mempunyai kekuatan lagi”.

Namun walau Hukum Agama Budha telah musnah dimana kalau telah Enyu

dengan Hukum Agama Budha Nichiren Daishonin maka 80.000 sutra akan hidup

kembali sebagai pembuktian filsafat Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin.

Misalnya, dalam Risho Ankokuron dengan menarik Sutra Konkomyo, Sutra

Taishitsu, Sutra Nino dan Sutra Yakushi sebagai pembuktian Rissho Ankoku.

Kalau menarik perumpamaan dari kalimat Sutra Konkomyo yang berbunyi :

“Walau dalam Negara itu terdapat sutra ini, namun belum pernah

menyebarluaskan dan karena timbul hati yang ingin membuang dan

melepaskannya sehingga tidak senang mendengar sutra ini”

Dan kalau kita membaca kalimat ini begitu saja, pada suatu Negara dimana Sutra

Konkomyo tidak tersebar luas begitu timbul hati yang ingin membuang dan

melepaskannya, maka tidak mempunyai makna apa pun juga.

Namun kalau kalimat didalam Negara itu diartikan sebagai Negara Jepang dan

sutra ini diterjemahkan menjadi Dai Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung,

maka kalimat sutra Konkomyo akan menjadi cermin terang yang akan

mencerminkan dengan jelas wajah masyarakat Mappo yang jahat dan kotor.

Page 71: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MENGENAL SYAIR HAKURAKUTEN DAN IZUMI SHIKIBU

Hakurakuten (772-842) memberikan judul syair yang dikarang oleh sahabat

karibnya Genshin (779-831) yang berbunyi sebagai berikut :

Syair peninggalan terdapat 30 rol

Dimana setiap rolnya terdapat

Suara emas dan permata

Walau jenazahnya terkubur dalam

Tanah sekitar Ryumon, namun

Namanya tak terkuburkan

Genshin adalah salah satu pujangga yang tersohor bersama – sama Ryosugen pada

masa kerajaan To, dimana beliau sangat berhubungan akrab dengan Hakurakuten begitu

pun dalam kesusasteraan, mereka keduanya banyak titik persamaaan sehingga mereka

mendapat julukan “Genpaku” dan karena Genshin lebih dahulu meninggal dan di

makamkan dekat daerah pegunungan Ryumon sebelah barat daya ibukota Rakuyo,

sehingga walau jenazanya terkuburkan, namun nama baik kesusastraannya tidak akan

termusnakan seluas dunia, begitu pun nama baiknya akan tertinggal bagai emas dan

permata, untuk selama – lamanya.

Izumi Shikibu adalah seorang satrawati istana yang muncul pada masa jayanya

kebudayaan Fujiwara dan berbakti kepada permaisuri Jotomonin Shoshi (Permaisuri

Kaisar Ichijo) dan dikatakan sebagai orang yang memiliki kepandaian dan kecantikan

begitupun berperasaan halus dan penuh dengan emosi.

Dalam pengantar dalam syair Shikibu yang berbunyi : “Pada bulan tujuh setelah

satu tahun Naishi (anak gadis Shikibu) meninggal, dimana dalam pakaian yang diberikan

pada upacara tahunan tertulis nama Naishi”.

Yaitu pada bulan tujuh setelah satu tahun anaknya Shikibu meninggal. Shikibu diberi

pakaian dari permaisuri dimana ketika melihat pakaian yang tertulis nama anaknya yang

sudah meninggal sehingga teringat kesedihan kematian anaknya dan meciptakan syair,

dengan berkata alahkah bainya kalau badan yang sudah meninggal dapat bersama – sama

musna dengan namanya.

Page 72: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertanyaan : Dalam Kegonsho 80 – 83 dari Chokan berkata : “Didalam Sutra – Sutra

beliau menjelaskan Kisho Kujo dan sebagainya”.

Jawab : Tinjaulah pada penjelasan tambahan dari kitab Jugi yang telah menyangkal

kesalahanya.

Penjelasan :

Bhikku Chokan dari sekte Kegon masa kerajaan To (738 – 839) yang menerangkan

berbagai pandangan yang tersesat, bahwa Sutra Kegon menjelaskan Jobutsu dari Nijo dan

Kuon Jitsujo.Sebaliknya dimana dalam karangan Fuchu dari Bhikku Jugi dari Sekte Tien

Tai masa kerajaan Shu (1042 – 1091) telah menyangkal kesalahanya dari Bhikku Chokan.

Disini akan dijelaskan garis besar dari karangan Fuchu tersebut. Chokan berdasarkan

kutipan kalimat ; “Pencapaian kesadaran Budda pada Ko yang gaib (Jodo Fushigiko)” dari

Sutra Kegon dijadikan sebagai bukti kalimat yang menerangkan Kuon Jitsujo. Begitupun

dalam Sutra Kegon menjelaskan ajaran yang terpisah – pisah kepada Nijo dan

Boddhisatva karena bakatnya berlainan, dimana sama seperti sutra lainnya tidak

menjelaskan hal – hal yang menolak dan membuang Nijo. Bukan kah ini merupakan bukti

nyata bahwa Nijo diijinkan untuk mencapai kesadaran Budha ?

Sebaliknya dalam Jugi menjelaskan sebagai berikut : mengenai pencapaian

kesadaran Buddha dari Nijo dimana Nijo tidak pernah hadir dalam pengkotbahan Sutra

Kegon, begitupun tidak pernah mendengar apalagi tidak pernah percaya maupun

menerima, sehingga sama seprti orang yang tuli dan buta. Seandai kata Nijo telah

menerima Juki untuk pencapaiaan kesadaran Buddha, maka apakah nama Budhanya, Ko

(waktunya) maupun dimanakah tempat (Koku) nya? Dan mengapa Sutra – sutra sebelum

Sutra Bunga Teratai tidak menjelaskan pencapaian kesadaran Budha dari Nijo, begitu

pun kalau tidak menjelaskan bahwa dalam seluruh umat manusia mencakupi dunia

Budha, yang mana merupakan keinginan Budha dengan sengaja untuk memisakhan Sutra

– sutra selama 42 tahun (Nizen) dengan Sutra Bunga Teratai, namun pada tahap sutra –

sutra selama 42 tahun belum tiba waktunya untuk menjelaskan prihal tersebut diatas.

Walau Chokan mempelajari Hukum ajaran dari Tien Tai namun tidak mengetahui

makna tesebut. Dalam sekema kelima waktu dari seluruh ajaran Budha Sakyamuni

menjelaskan Sutra Kegon sebagai berikut : “Sutra Kegon (Tonsetsu) tidak dijelaskan untuk

ajaran Theravada, dimana pada mulanya tidak terdapat Shomon, begitupun walau pada

akhirnya terdapat Shomon duduk pada upacara tersebut, namun itu sama seperti orang

tuli dan bisu”. Jadi Chokan telah mempelajari Hukum Agama Budha Ichinen Sanzen Tien

Tai dari Myoraku, namun kemudian ia mencuri ajaran Tien Tai untuk dimasukan

kedalam sekte Kegon.

Page 73: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertanyaan : Dalam Sutra Dainichikyo yang diutarakan oleh Sekte Shigon telah

menjelaskan Ichinen Sanzen. Oleh karena itu, didalam Gishaku 1 – 41 berkata : “Budha

Sakyamuni sebelumnya telah menjelaskan dengan luas wujud sesungguhnya (Jisso) dari

hati, dimana didalam Sutra itu mengatakan Shoho Jisso, yakni merupakan wujud

sesunguhnya (Jisso) dari hari Sutra ini” dan lain – lain.

Jawab : Dalam Sutra Dainichiko tidak menjelaskan Kisho Kujo, sehingga

bagaimanakah bisa menjelaskan Ichinen Sanzen, sehingga yang dikatakan wujud

sesungguhnya (Jisso) dari hati Sutra beliau adalah hanya merupakan wujud sesungguhnya

(Jisso) dari Sutra Theravada, bagaimanakah dapat disamakan dengan Shoho Jisso dari

Sutra Bunga Teratai ? Dalam Gu 1 – 5 berkata : “Dalam kitab Basha dimana - mana saja

sering dikatakan perkataan wujud sesungguhnya (Jisso), namun perkataan – perkataan ini

sama seperti Mahayana, namun harus menilai dengan seksama pada maknanya” dan lain –

lain. Dalam Shugosho 13 berkata : “Biarpun terdapat nama wujud sesungguhnya (Jisso),

namun merupakan wujud sesungguhnya (Jisso) dari tiruan (Hen Shin), oleh karena itu

menjadi nama yang sama dan bermakna yang berlainan” dan sebagainya.

Leluhur Budha (Nichiren Daisyonin) berkata : “Sedangkan Enkyo dari Shakumon dan Nizen

saja masih bukan sebab Jobutsu (Butsu In), apalagi pelajaran Theravada seperti Sutra

Dainichikyo dan lain – lain “ oleh karena itu ketahuilah bahwa wujud sesungguhnya (Jisso)

dari hati sutra Dainichikyo merupakan wujud sesungguhnya (Jisso) dari tiruan (Hen Shin).

Penjelasan

Filsafat Shingon yang menjadikan sutra Dainichi dari Sutra Mahayana sementara

sebagai bukti kalimat pegangan, dimana beranggapan bahwa dalam sutra Dainichi

terdapat Hukum Agama Budha Ichinen Sanzen.

Dalam salah satu bagian dari Dainichikyo Gishaku yang ditulis oleh Ichigyo berkata :

“Budha Sakyamuni telah secara luas menjelaskan arti dari Jisso. Yang dikatakan Shoho

Jisso dalam Sutra itu adalah hati dari Jisso yang dijalaskan dalam sutra ini”.

Dimana beranggapan bahwa Shoho Jisso dari sutra itu (Sutra Bunga Teratai) adalah sama

dengan hati dari Jisso Sutra ini (Dainichi). Kalau seandainya pendirian dari filsafat Shigon

tepat, maka makna dari pertanyaan yang menyatakan bahwa Ichinen Sanzen itu tidak

hanya terbatas pada Sutra Bunga Teratai.

Sebagai jawaban pertanyaan tersebut diatas, dimana karena Sutra Dainichi tidak

menjelaskan Kisho Kujo maka tidak menjelaskan Ichinen Sanzen. Oleh karena itu, walau

huruf Jisso yang sama pun, namun hati Jisso dari Sutra Dainichi adalah tiruan (Hen Shin)

yang tidak berdasarkan pada Ichinen Sanzen. Kalau diperbandingkan Shoho Jisso dari

Sutra Bunga Teratai yang menjelaskan secara sempurna teori Hukum Ichinen Sanzen,

maka merupakan ajaran yang sedemikian rendah yang tidak dapat diperbincangkan.

Page 74: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Oleh karena itu Myoraku dalam Guketsu I menjelaskan :

“Walau Juju Bibasharon karangan Ryuju banyak mempergunakan perkataan Jisso, namun

Jisso ini sama seprti dalam Mahayana terdapat Mahayana sementara dan Mahayana

sesungguhnya dimana perbedaannya sama seprti perbedaan langit dan bumi, air dan api

sehingga harus ditetapkan berdasarkan pada makna dari Jisso dari Sutra yang

bagaimanakah ? “

Disamping itu Dengyo Daishi dalam Shugo Koku Kaisho berkata :

“Walau dalam sekte Hososhu terdapat nama Jisso, namun tidak lain merupakan Jisso tiruan

(Hen Shin). Walau namanya sama dengan Shoho Jisso dari Sutra Bunga Teratai namun

makna yang terkandung didalamnya adalah berlainan sama sekali”.

Begitupun Nichiren Daisyonin dalam Kanjin No Honzonsho menjelaskan :

“Walau ajaran sempurna (Enkyo) dari sutra – sutra selama 42 tahun dan Shakumon pun

masih belum menjadi sebab pencapaian kesadaran Budha, apalagi sutra – sutra Dainichi

dan sebagainya”. Dengan demikian hati Jisso yang diterjemahkan Sutra Dainichi tidak lain

merupakan Jisso tiruan (Hen Shin).

Page 75: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

SHOHO JISSO DARI SUTRA BUNGA TERATAI

Shoho adalah segala hukum, Hukum tidak hanya berarti hukum atau peraturan,

namun menanggapi segala gejala maupun kehadiran. Kalau hukum ini dibagi maka akan

terbagi atas jasmani dan rohani, gerakan dan keadaan nyata, yang berperasaan dan tak

berperasaan, masa lampau dan masa akan datang.

Jadi Shoho (segala hukum) itu mencakupi seluruh kejadian yang berupa evolusi dari alam

semesta, gerakan dari tata surya maupun segala gerakan alam, begitupun gerakan

masyarakat seluruh kehidupan kita maupun hingga perubahan hati jiwa kita yang

sedemikian halus dan peka itu. Wujud sesungguhnya (Jisso) adalah keadaan/maupun

wujud sesungguhnya yang mencakupi keseluruhan dari segala hukum (Shoho) ini.

Terlebih lagi mempunyai makna sebagi Hukum Inti Hakekat yang mendasari segala

hukum (Shoho) ini. Dan dapat dikatakan tujuan dari Hukum Agama Budha adalah untuk

menjelaskan apakah sesungguhnya dari wajah sesungguhnya yang merupakan inti

hakekat dari segala sesuatu itu.

Dalam Shoho Jisso Sho Nichiren Daisyonin menerangkan : “Yang dikatakan wujud

sesungguhnya (Jisso) adalah nama lain dari Myohorengekyo. Shoho adalah

Myohorengekyo. Neraka akan terlihat wajah neraka yang merupakan wujud sesungguhnya

dari neraka. Budha akan terwujud dengan wujud Budha, manusia dengan wujud manusia.

Yang menjadikan wujud badan puluhan ribu Hukum sebagai badan Myohorengkyo, disebut

Shoho Jisso”.

Shoho Jisso berarti, pokoknya segala sesuatu dari segala hukum yang tidak lain

merupakan Myoho begitupun manusia, binatang, pohon, rumput dan tanah semuanya

badan pokok dari Myoho. Namun yang dijelaskan diatas tadi betapapun masih

merupakan teori, yang tidak dapat mewujudkan Myoho yang agung dalam kenyataan.

Dan gohonzonlah yang merupakan sesuatu yang mewujudkan dalam kenyataan filsafat

teori Shoho Jisso ini.

Dengan demikian, teori Shoho Jisso tidak lain merupakan penjelasan dari

Gohonzon. Jadi kalau Shoho Jisso dibaca berdasarkan pada dasar kalimat yang

dirahasiakan, maka yang tepat harus diartikan sebagai Gohonzon.Ketika kita berdasarkan

dan bersatu padu dengan Gohonzon ini dimana mutiara Myoho dala jiwa kita akan

bersinar dengan cemerlang. Shingga segala hukum (Shoho) dari seluruh kehidupan kita

pun akan menjadi segala Hukum (Shoho) yang disinari dengan cahaya Myoho.

Pokok kehidupan kita seluruhnya adalah Shoho Jisso. Dan segala sesuatu merupakan

cermin dari Ichinen dan perwujudan dari Ichinen. Betapapun harus berkeyakinan bahwa

ketika Ichinen ini menetap pada Myoho, dimana akan terbuka kehidupan yang sangat

agung.

Page 76: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

JISSO TIRUAN (HENSHIN NO JISSO)

Dalam cara menjelaskan Jisso dari Shoho terdapat Santai dari Ku Ke Chu. Dimana

hukum itu sendiri pada hakekatnya melengkapi ketiga sifat dari Ku Ke Chu yang akan

selalu berubah – ubah.

Ketai adalah pandangan yang memandang bahwa segala sesuatu dari seluruh Hukum

bersatu padu sementara berdasarkan sebab dan jodoh.

Kutai adalah sesuatu yang tidak menentu diantara ada maupun tiada.

Chudo adalah mencakupi Hukum yang berpadu sementara dengan tegas dalam ku.

Dalam sutra – sutra selama 42 tahun tidak menjelaskan Santai secara terpisah – pisah,

sehingga dinamakan Kyaku Rayakuno Santai.

Pada mulanya ajaran Zokyo menegaskan pandangan hidup, kosong, tidak kekal dan

kenihilan diri dan mengajarkan bahwa kalau menganalisa segala sesuatu, maka tiada satu

pun yang memiliki tubuh sesungguhnya. Jadi dengan pendirian “Gaku Ho U” yang

menjelaskan bahwa manusia bukanlah sesuatu yang kekal tidak berubah – ubah,

melainkan tidak dapat terlepas dari ketidak kekalan, namun hanya hukum saja yang

kekal dan pandangan kosong ini dinamakan Shatsu Kukan.

Selanjutnya dalam tahap ajaran Tsukyo menjelaskan Gahoniku yakni bukan hanya

manusia saja, melainkan badan seluruh hukum pun adalah kosong (Ku). Inilah yang

disebut pandangan Taikukan.

Pada ajaran Bekkyo menerangkan Chudo yang dijelaskan sebagi sesuatu kehadiran yang

terlepas dari ada dan kosong (Ku) yaitu bukan ada maupun kosong (Ku). Ini hanyalah

berupa teori belaka dan sama sekali bukan Chudo yang sesungguhnya.

Sebaliknya karena dalam Sutra Bunga Teratai menjelaskan Santai secara

sempurna, maka dinamakan Santai yang sempurna (Enyu No Santai).

Misalnya walau dalam Sutra Dainichi dari sutra – sutra Mahayana sementara

menjelaskan wujud sesungguhnya pun, namun kalau dipandang dari Santai, maka hanya

sebagian dari Santai, oleh karena itu dikatakan tiruan (Hen Shin).

Harus diketahui dengan seksama bahwa yang dikatakan Theravada, kalimat pokok diatas

bukan hanya Theravada dari Sutra Agon yang terdapat dalam kelima waktu (Goji),

namun disini terkadung Sutra – sutra selama 42 tahun maupun Shakumon dari Sutra

Bunga Teratai.

Page 77: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dalam Gosyo Shojo Fubetsusho tertulis : “Dalam Bab Juryo Sutra Bunga Teratai

terdapat kalimat Gyo O Shoho Taku Hakkujusha dimana Tien Tai Daishin menjelaskan

bahwa, yang dikatakan Theravada (Shoho) ini bukan hanya terbatas pada Sutra – sutra

Theravada, maupun berbagai sutra – sutra Mahayana, namun termasuk Sutra Kegon yang

tidak menerangkan Kuon Jistujo hingga Sutra Hoto, Hannya maupun Hukum Agung Enton

dari keempatbelas Bab Shakumon Sutra Bunga Teratai, merupakan hukum dari

Theravada….”

Begitupun dalan Kanjin No Honzon Sho tertulis : “Selain hanya satu Bab Nyorai Juryo ke

16 dan dua kali setengah Bab dari setengah bagian akhir Bab Yujippon ke 15 dan setengah

awal Bab Funbetsu Kudoku ke 17 (Ippon Nihan) ini, yang lain dinamakan ajaran

Theravada, ajaran belum mencapai kesadaran dan ajaran tertutup”.

Pokoknya Mahayana dan Theravada itu tergantung pada masalah dari perbandingan.

Kutipan

Pertanyaan : Dalam sekte mereka berkata : “Dalam Sutra Dainichikyo telah menjelaskan

Jobutsu dari Nijo dan Kuon Jitsujo, oleh karena itu dalam Tanya jawab 17 dari Kobo Daishi

berkata : “Pertanyaan, apakah maknanya Naraenriki, Dainaraenriki dan Shakumon

didalam Kongo “ dan lain –lain.

Jawab : Ada maknanya. Naraenriki yang pertama menyelamatkan umat manusia

dengan kekuatan agung (Dai Sei Riki) dan Dai Naraen Riki yang selanjutnya berarti tidak

ada kekuatan yang dapat menandinginya. Yakni orang Issendai yang sakit pasti tak

terselamatkan dan Nijo yang telah meninggal karena jiwa Budha nya telah putus dan tak

terselamatkan oleh pelajaran lainnya, namun hanya dapat diselamatkan oleh kekuatan

gaib yang rahasia (Himitsu Jintsu), dengan demikian untuk mewujudkan yang tiada

bandinganya dimana dibedakan dengan huruf “Agung” (Dai) dan lain –lain. Dalam Gisaku

9 – 45 berkata : “Gassai Honjo berarti pada waktu Daiinichi Nyorai mengutarakan kotbah

sakti, terlebih dahulu memuji kebajikan diri sendiri, Honjo yakni berarti Juryo” dan lain –

lain.

Penjelasan

Pertanyaan ini melanjutkan kalimat diatas yang menunjukan makna filsafat

Shigon yang salah. Kobo leluhur dari sekte Shigon dalam Tanya jawab mereka

menjelaskan : “Pertanyaan, diatara berbagai kongo yang hadir dalam upacara Sutra

Dainichi terdapat Naraen Riki Shukongo dan Dai Naraen Riki Shukongo, makan apakah

yang terkandung didalamnya ? Jawab : Naraen Riki Shokongo memiliki kekuatan agung

untuk menyelamatkan umat manusia, namun Dai Naraen Riki Shukongo yang berikutnya

memiliki kekuatan agung yang tak ada bandingnya dimana orang Isshidai yang dikatakan

sebagai orang sakit tak terselamatkan mati, maupun orang Nijo yang telah mati karena

terputus jiwa Buddha yang memusnakan diri dan hikmat (Kenshin Metchi).dimana selain

Sutra Dainichi tidak dapat diselamatkan.”

Page 78: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Hanya kekuatan gaib dari Dai Naraen yang dapat menyelamatkan dan

menyembuhkan. Karena untuk mewujudkan kekuatan agung yang berlainan dengan

kekuatan biasa maka dihiasi dengan kata – kata agung (Dai).

Dan dalam Dainichikyo Gishaku berkata : “Yang dikatakan Sutra Dainichi adalah

perkataan yang memuji diri sendiri, dimana ketika Dainichi Nyorai mulai menjelaskan

Hukum yang tersimpan rahasia dimana makna dari kata Honjo berarti Juryo” dan

sebagainya. Dengan demikian dalam filsafat Shigon walau dijelaskan bahwa dalam Sutra

Dainichi menjelaskan pencapaian kesadaran Buddha dan Kuon Jitsujo, namun apakah

sesungguhnya demikian ?

Naraenriki, Dainaraenriki Shukongo semuanya tidak lain nama Dewa yang

dijelaskan dalam Bab Jushin yang menjadi Bab pengantar (Jobon) dari Sutra Dainichi

Shukongo adalah panggilan dari orang yang memegang palu baja (Kongo) dan selalu

melindungi Budha, dimana dikatakan sebagai dewa pelindung yang menghukum orang

yang melanggar hukum.

Ukiran gambar dewa raja Nino yang terdapat pada pintu gerbang kuil adalah dewa ini.

Ketika seluruh Shukongo berkumpul pad upacara istana Kongohokai dari Dainichi Nyorai

dimana Naraeb maupun Dai Naraen maupun Dai Naraen hadir dalam upacara tersebut

sebagai seorang Shukongo.

Naraen berarti kokoh, kekuatan yang kuat dengan demikian kalau berdoa dan

menyumbang dewa ini akan memperoleh kekuatan gaib yang besar, sedangkan Bhikku

Kobo mengutip kalimat ini sebagai dasar bahwa dalam sutra Dainichi terdapat

pencapaian kesadaran Budha dari Nijo.

Pokoknya tidak mungkin satu dewa pelindung mempunyai kekuatan yang dapat

menghidupkan Nijo yang telah mati terbakar bibit Buddha nya. Kira – kira kalimat yang

di tarik dari Kobo adalah aneh sekali bukan?

Kutipan :

Jawaban : Kobo dengan Dai Naraen yang hadir diantara rakyat dengan paksa

mewujudkan Jobutsu dari Nijo sungguh suatu bukti kutipan yang jahat. Dalam sutranya

dari awal hingga akhir tida makna Jobutsu dari Nijo. Kalau dikatakan ada, bagaimanakah

tepatnya waktu (Ko), tempat (Koku), Nama (Myogo) dan lain – lain. Apalagi dengan

menyembunyikan Jobutsu dari Nijo yang dijelaskan dalam Sutra Bunga Teratai dengan

mengaitkan pelajaran lainya tidak dapat menyelamatkan umat, bukankah ini orang Hobo

besar ? Selanjutnya Gaissai Honjo berarti berdasarkan pada teori Hosshin Honnu (Yang

sudah ada sebelumnya).

Mengapa dikatakan sama denga Kuon Jitsujo dari Sutra Bunga Teratai, Shishin berkata :

“Dalam sutra Himitsu berkata Gaissai Honjo berarti berdasarkan pada teori yang sudah

sejak asal mula (Honnu) oleh karena itu disebut Honjo” dan lain – lain.

Page 79: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Disini adalah jawaban yang menyangkal pertanyaan diatas yang tersesat

mengenai pencapaian kesadaran Budha dari Nijo dan Kuon Jitsujo dari filsafat Shigon.

Kobo berpendapat bahwa Dai Naraen yang berada diantara halayak ramai pada upacara

Sutra Dainichi mempunyai kekuatan untuk membuat Nijo mencapai kesadaran Budha,

namun itu semuanya merupakan suatu pandangan sesat yang tidak masuk akal, karena

walau diselidiki dari seluruh Sutra Dainichi pun tidak pernah menjelaskan makna

pencapaian kesadaran Budha dari Nijo, sehingga itu tidak lain hanya merupakan

pandangan Kobo yang picik.

Seandainya kalau dalam sutra Dainichi terdapat makna dari pencapaian kesadaran Budha

dari Nijo. Maka sesungguhnya dengan bagaimanakah mencapai kesadaran Budha

ataupun bilamana, dimana dan dengan nama Budha apakah mencapai kesadaran Budha ?

Semua orang memperoleh izin untuk mencapai kesadaran Budha adalah

dikatakan JUKI, yang dijelaskan mengenai nama, tempat dan waktu pencapaian

kesadaran Budha itu. Sebagai umpama Sharihotysu diantara Nijo yang pertama – tama

memperoleh Kibetsu, dimana dalam Bab Hiyu Sutra Bunga Teratai dijelaskan akan

menjadi Keiko Nyorai setelah melewati Ko yang gaib yang tak terbatas dimasa

mendatang.

Dan tempatnya dimanakah Riku dan waktunya (Ko) dinamakan Daihosongo, sehinggga

waktu, tempat dan nama dari pencapaian kesadaran Budha menjadi jelas adanya. Kalau

tidak ada waktu, tempat dan nama dari pencapaian kesadaran Budha maka walau

dikatakan mencapai kesadaran Budha pun itu hanya merupakan mempunyai nama dan

tidak ada wujud sesungguhnya (Umyo Mujistu).

Apalagi Kobo yang mengatakan selain sutra Dainichi tidak dapat menyelamatkan Nijo,

bukankah ia membengkokkan dan menfitnah ajaran Budha Sakyamuni, yang justru

menjelaskan pencapaian kesadaran Budha dari Nijo dalam Sutra Bunga Teratai.

Selanjutnya yang mengartikan “Gaissai Honjo” sebagai Kuon Jutsujo adalah berdasarkan

teori dari Hosshin yang dimiliki sejak asal mula (Hosshi Honnu), sehingga sama sekali

berlainan dengan Kuon Jutsujo dari Sutra Bunga Teratai.

Sebagai bukti Shoshin Bhikku pengajar dari sekte Tien tai di Jepang pun

menjelaskan dalam Hokke Gengi Shiki menjelaskan : “Walau dalam Sutra Himitsu

menjelaskan Gaissai Honjo, namun itu dijelaskan teori dari Honnu, sehingga dikatakan

Honjo”. Gaissai Honjo adalah kalimat yang terdapat dalam Tenjirin Mandarava Gyobon ke

VIII dari Sutra Dainichi dan Gaissai Honjo berarti : “Saya sebagai pokok asal mula dari

segala sesuatu”.

Page 80: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dimana “Saya” adalah Dainichi Nyorai leluhur dari Sutra Dainichi dan pendiri

sesungguhnya Hosshin. “Pokok asal mula” menunjukan Honnu Joju dari Hosshin, namun

Bhikku Ichigyo (683 -727) dalam buku penjelasan makna Sutra Dainichi (Dainichi

Gishaku) berkata : “Pokok asal mula (Honjo) mempunyai makna Juryo” sehingga

menanyakan Kuon Jitsu dari Sutra Bunga Teratai. Akan tetapi Dainichi Nyorai bukan

Hosshin dari Sanjin Soku Isshin, melainkan Hosshin yang dijelaskan dalam tahap Sanjin

yang kacau balau.

Oleh karena itu menyamakan Kuon Jistu Bab Juryo dari Sutra Bunga Teratai merupakan

suatu kesalahan yang besar.

Kutipan

Dalam Kuketsu 6 dari Myoraku Daishi berkata : “Kalau meninjau sutra – sutra sebelum

Sutra Bunga Taratai, maka sesunguhnya tidak terdapat kalimat yang menjelaskan Jobutsu

dari Nijo maupun Jiwa Budha dari Kuon” dan lain – lain. Myoraku Daishi adalah Orang

yang dilahirkan pada tahun Tenpo dari masa kerajaan To, oleh karena itu telah

mempelajari pelajaran Shingon dengan seksama. Sehinga dapat mengetahui bahwa dalam

ajaran Shingon sama sekali tidak terdapat Kisho Kujo, maka bagaimanakah dapat

dikatakan telah menjelaskan Ichinen Sanzen? Terlebih lagi leluhur sekte mereka karena

mencuri permata dari Sutra Bunga Teratai dengan menjadikanya sebagai harta benda

sendiri, sehingga menerima tuntutan dari Raja neraka Enma.

Leluhur Budha Nichiren Daisyonin berkata : “Dalam sutra – sutra seumur hidup Budha

Sakayamuni hanya dalam Sutra Bunga Teratai ini yang mengandung permata Ichinen

Sanzen dan teori sutra – sutra lainnya hanya batu kuning belaka yang mirip permata dan

bagaikan memeras pasir yang tidak akan mengeluarkan minyak dan wanita mandul yang

tidak dapat melahirkan anak. Sutra lainya walau arif bijaksana pun tidak dapat mencapai

kesadaran Budha, sedangkan Sutra Bunga Teratai meskipun orang yang bodoh sekali pun

dapat menanam bibit kesadaran Budha” dan lain – lain.

Penjelasan

Myoraku Daishi dalam bagian akhir Kuketsu 6 menjelaskan : “Walau menyelidiki

dan meninjau seluruh Sutra sebelum Sutra Bunga Teratai, maka sama sekali tidak terdapat

kalimat yang menjelaskan pencapaian kesadaran Buddha dari Nijo maupun usia Kuon dari

Buddha Sakyamuni.”

Page 81: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Myoraku adalah orang yang aktif semasa Raja Tenpo pada akhir kerajaan To di

Tiongkok dan beliau dilahirkan sesudah sekte Shingon didirikan oleh Zen Mui Sanjo. Oleh

karena itu perkataan Myoraku ini merupan kesimpulan atas peninjauan dan penyelidikan

terhadap ajaran filsafat Shingon maupun sutra – sutra Dainichi, Kongoco, Soshichi yang

merupakan sutra pegangan dari filsafat Shingon.

Maka kiranya dapat dimengerti bahwa dalam filsafat Shingon sama sekali tidak terdapat

Kisho Kujo, mengapa dengan licik mengatakan telah menerangkan Ichinen Sanzen ?

Zen Mui Sanjo leluhur sekte Shingon telah mencuri permata Kuon Jitsujo dan Ichinen

Sanzen dari Sutra Bunga Teratai untuk dijadikan sebagai harta dirinya, yang mana

merupakan perbuatan penfitnahan terhadap Hukum Agama Budha, maka telah

menerima hukuman dari raja neraka Enma dan jatuh kedalam neraka.

Dalam Kaimokusho leluhur Nichiren Daisyonin berkata : “Dalam sutra – sutra

seumur hidup Budha Sakayamuni hanya dalam Sutra Bunga Teratai ini yang mengandung

permata Ichinen Sanzen dan teori sutra – sutra lainnya hanya batu kuning belaka yang

mirip permata dan bagaikan memeras pasir yang tidak akan mengeluarkan minyak dan

wanita mandul yang tidak dapat melahirkan anak. Sutra lainya walau arif bijaksana pun

tidak dapat mencapai kesadaran Budha, sedangkan Sutra Bunga Teratai meskipun orang

yang bodoh sekali pun dapat menanam bibit kesadaran Budha.”

Page 82: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

HUKUMAN RAJA ENMA TERHADAP ZEN MUI SANJO

Zen Mui Sanjo dilahirkan sebagai Putra Mahkota dari kerajaan Uchona di India,

dan telah meninggalkan kedudukan raja dimana pada tahun 716 masehi datang di

Tiongkok untuk menyebarkan filsafat Singon.

Dan karena mencuri permata Ichinen Sanzen dari sekte Tien Tai yang dijadikan sebagai

Hukum Rahasia dari filsafat Singon dengan mendirikan filsafat yang salah dari Ridojisho,

sehingga jatuh kedalam neraka dengan menerima tuntutan hukum dari raja Enma.

Dalam Gosho Zen Mui Sho, Niciren Daisyonin berkata ; “ Walau orang ini yang

sedemikian unggul pun pada suatu waktu mati mendadak, ketika hidup kembali berkata,

ketika saya mati penjaga neraka datang mengikat dan memukul saya dengan tali besi dan

tongkat besi dengan keji untuk dibawa ke istana raja Enma. Dimana pada watu itu saya

tidak teringat satu kata patah pun diantara 80.000 Sutra – Sutra, namun hanya teringat

judul dari Sutra Bunga Teratai, dimana ikatan tali besi semangkin mengendor, sehingga

dapat menyebut dengan suara tinggi.”

Kutipan Bab Hiyu berbunyi : “Sekarang seluruh alam semesta ini adalah milik saya dan

seluruh manusia yang ada di dalamnya adalah anak saya, walau disini banyak penderitaan,

namun hanya saya seorang diri yang dapat menyelamatkannya dan sebagainya.” Maka

pada waktu ketujuh tali besi itu terputus dan hancur kesepuluh penjuru, dan raja neraka

Enma dengan tergesah – gesah melepaskan mahkota lalu turun ketaman selatan dengan

berkata ; kali ini n yawa anda masih belum berakhir.” Kutipan Bab Hiyu tadi yang telah

menjelaskan ketiga kebajikan dari majikan , guru dan orang tua.

Dalam Gosho Shin Koku O , Nichiren Daisyonin berkata : “Oleh karena itu Zen Mui Sanjo

disiksa oleh raja neraka Enma dengan diikat oleh tujuh tali besi, walau pada waktu itu

dapat hidup kembali namun wajah Zen Mui Sanjo ketika meninggal wajahnya menjadi

hitam, dan tulangnya muncul keluar yang mana merupakan wajah dari penderitaan

neraka yang tak terputus – putus. Orang yang meninggal dengan wajah menghitam adalah

bukti nyata jatuh kedalam neraka. Hal ini telah ditetapkan dalam ajaran seumur hidup

Budha Sakyamuni.”

Pokok kutiopan kalimat Gosyo diatas menjelaskan keadaan jatuh kedalam neraka, Bhikku

Kukai yang menyebarkan filsafat Shingon dari Tiongkok ke Jepang telah meninggal

dengan penyakit kusta. Mengenai wajah akhir hayat dari Guru, yang tidak menjalankan

sesuai ajaran Budha, dimana dalam Gosyo Kyo Gyo Sho Nichiren Daisyonin menjelaskan :

“Segala sesuatu tidak ada yang melebihi daripada bukti kenyataan. Kemalangan hidup

maupun kematian yang konyol dari Ichigyo dan Zen Mui Sanjo, begitupun kematian yang

buruk dari Kobo dan Jikaku. Sesungguhnya apakah dapat terjadi pada pelaksana Hukum

Agama Budha yang sesungguhnya.”

Page 83: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

SUTRA – SUTRA LAINNYA WALAU ORANG ARIEF BIJAKSANA TIDAK DAPAT

MENCAPAI KESADARAN BUDHA

Kebahagian tak dapat dihancurkan oleh apapun merupakan keinginan yang

didoakan oleh seluruh umat manusia, namun kalau tidak dapat memahami dengan tepat

isi dari kebahagian bagaimana dapat memperoleh kebahagian ? Mengenai hal ini

siapakah yang dapat menjawabnya ? Justru Hukum Agama Budha memberi jawaban yang

tepat dan jelas terhadap masalh yang penting ini.

Yakni Budha Sakyamuni mewujudkan isi kebahagian dengan perkataan

pencapaian kesadaran Budha, disamping itu menunjukan cara yang nyata untuk

mencapai kesadaran Budha. Namun dalam tahap sutra – sutra selama 42 tahun

menjelaskan cara tersebut secara tidak sempurna. Sehingga Sariputra yang dikatakan

sebagai yang memiliki hikmat utama pun tidak dapat mencapai kesadaran Budha.

Justru dengan dimulainya penjelasan Sutra Bunga Teratai dan percaya

terhadapnya baru dapat mencapai kesadaraan Budha. Dan hal ini sama sekali tidak

berhubungan pandai, bodohnya seseorang, pendidikan, kedudukan maupun kekayaan.

Tidak terbatas pada laki – laki dan wanita, namun terbuka untuk kebahagian seluruh

umat manusia.

Begitupun Devadatta yang jahat maupun Ryunyo (anak Naga Wanita) dapat

mencapai Sokushin Jobutsu, akan tetapi itu hanya terbatas pada umat manusia yang

berjodoh dengan Budha.

Sebaliknya pada masa Mappo sekarang ini berdasarkan Hukum Agama Budha

Nichiren Daisyonin yang mana akan menjadi jelas dengan perbandingan Honmon dan

Shakumon dan perbandingan Hukum Agama Budha pembibitan dan pemanenan.

Page 84: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BAB VI

DENGAN MENERANGKAN PERBANDINGAN ANTARA AJARAN

BAYANGAN DENGAN BADAN SEBENARNYA (HONMON DAN

SYAKUMON) UNTUK MENJELASKAN ICHINEN SANZEN

Kutipan

Dalam berbagai Gosyo terdapat 2 kalimat, kesatu yakni Shakumon dan Honmon.

Kedua – duanya dinamakan Ichinen Sanzen. Kedua yakni, Shakumon dinamakan Hyakkai

Sennyo (seratus dunia seribu aspek), Honmon dinamakan Ichinen Sanzen. Kalau menyebut

kalimat pertama dan seterusnya adalah sebagai bukti : “Meskipun demikian kalau belum

Honshaku Kempon, maka Ichinen Sanzen sesungguhnya pun belum terwujud, begitu pun

Jobutsu dari Nijo belum ditetapkan. Bagaikan melihat bulan di dalam air dan sama seperti

rumput tak berakar yang terapung diatas ombak” dan lain – lain. Dalam kalimat terdapat

perumpamaan Hukum Agama Budha, Ichinen Sanzen dari Hukum Agama Budha itu

menjadi Shozen, Jobutsu dari Nijo menjadi Nozen. Perkataan “bulan didalam air” dalam

perumpamaan itu mengumpamakan tidak terwujudnya Ichinen Sanzen yang

sesungguhnya. Perkataan “rumput tak berakar” itu mengumpamakan belum

ditetapkannya Jobutsu dari Nijo. Keempat kalimat dari perumpamaan Hukum Agama

Budha bersamaan dengan kedua kekurangan dari Honmu Konnu (tak berdasar pokok

namun sekarang ada) dan Umyo Mujitsu (hanya mempunyai nama namun tidak ada wujud

sebenarnya) akan menilai hal ini.

Penjelasan

Bagian ini dengan perbandingan Honmon dan Shakumon menjelsaskan justru

dalam Honmon menjelaskan Ichinen Sanzen sesungguhnya. Ketika mendiskusikan

Ichinen Sanzen dengan perbandingan Honmon dan Shakumon dimana kalau meninjau

berbagai Gosyo dari Nichiren Daisyonin maka dijelaskan dalam 2 pendirian.

Yang pertama adalah pendirian yang beranggapan bahwa Shakumon dan Honmon

kedua – duanya merupakan Hukum Ichinen Sanzen. Yaitu Shakumon adalah Ichinen

Sanzen Teoritis dan Honmon adalah Ichinen Sanzen yang sesungguhnya. Hal ini

dijelaskan bahwa didalam Sutra Bunga Teratai yang merupakan ajaran sesungguhnya

terdapat Ichinen Sanzen dengan berdasarkan pada perbandingan ajaran sementara dan

sesungguhnya. Namun sekarang memperbandingkan Ichinen Sanzen dari Shakumon dan

Ichinen Sanzen dari Honmon.

Betapa pun ini merupakan sesuatu yang dijelaskan secara umum. Sebaliknya yang

kedua menjelaskan bahwa pada tahap Shakumon belum keluar dari lingkungan seratus

dunia seribu nyoze (Hyakkai Sennyo) melainkan setela memasuki Honmon, baru Ichinen

Sanzen dijelaskan secara sempurna. Pandangan kedua ini merupakan pandangan yang

menyangkal pandangan pertama diatas.

Page 85: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Petama – tama, kalau meninjau pandangan yang pertama maka dalam kalimat

berikutnya dari kalimat “Hukum Icinen Sanzen hanya terdapat dalam Sutra Bunga

Teratai”. Dalam Kaimokusho yang merupakan kalimat pokok dari Sajuhidensho ini, yang

berbunyi : “Walau demikian kalau masih belum menanggalkan pandangan sementara dan

mewujudkan pendirian sesungguhnya (Honsyaku Kempon), maka Ichinen Sanzen yang

sesungguhnya belum diwujudkan, begitupun pencapaian kesadaran Budha dari Nijo belum

ditetapkan”.

Makna dari kalimat tersebut menjelaskan bahwa dalam Shakumon karena belum

melepaskan pendirian sementara dari Shijoshokaku, sehingga tidak menjelaskan

pendirian sesungguhnya dari Kuon Jitsujo maupun mewujudkan Incinen Sanzen yang

sesungguhnya. Jadi pencapaian kesadaran dari Shomon Engaku (Nijo) sama sekali

belum ditetapkan. Itupun sama seperti tidak melihat bulan yang berada di bulan dan

hanya melihat bulan yang berada di kolam, namun dikiranya itu sebagai bulan yang

sesungguhnya, begitupun sama seperti rumput tak berakar yang terombang – ambikan

oleh ombak.

Sekarang kalau membagi kalimat Kaimokusho ini maka akan terbagi atas badan

Hukum dan perumpamaan yang menjelaskan dengan nyata banda hukum itu. Pertama –

tama badan Hukum adalah kalimat bagian depan, yang berbunyi “Ichinen Sanzen pun

belum di wujudkan begitupun pencapaian kesadaran Budha dari Nijo belum ditetapkan”.

Sehingga perumpamaan dari “bulan yang berada didalam air” merupakan perumpamaan

yang mejelaskan dengan nyata Hukum tersebut diatas.

Selanjutnya kalau meninjau Hukum ini, maka “Ichinen Sanzen” yang terdapat

dalam kalimat Kaimokusho berarti kesimpulan (Shozen), “pencapaian kesadaran Budha

dari Nijo” berarti Nozen. Shozen dan Nozen seperti diterangkan dengan jelas dalam Bab V

yakni pembandingan ajaran sementara dan sesungguhnya, sehinga Shozen berarti

prinsip Hukum dasar pokok. Nozen berarti dasar pokok yang mejelaskan dan

membuktikan prinsip tersebut diatas.

Disini karena Hukum Agama Budha Ichinen Sanzen dapat dijelaskan berdasarkan

pencapaian kesadaran Budha dari Nijo, sehingga Ichinen Sanzen adalah Shozen

pencapaian kesadaran Budha dari Nijo adalah Nozen. Begitupun mengenai kalimat

perumpamaan yang sesuai dengan Hukum diatas dimana perumpamaan “bulan di dalam

air” merupakan perumpamaan yang sesuai dengan kalimat Hukum diatas dimana “bulan

di dalam air” merupakan perumpamaan yang menjelaskan bahwa Ichinen Sanzen yang

sesungguhnya belum dijelaskan. Dan kalimat “rumput tak berakar” merupakan

perumpamaan yang menjelaskan bahwa pencapaian keasdaran Budha dari Nijo belum

ditetapkan.

Page 86: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Keempat kalimat dari Badan Hukum dan perumpamaan ini yang mengecam

bahwa dalam Shakumon terdapat kedua kesalahan dari “Honmu Konnu” (tidak ada dasar

pokoknya namun sekarang ada) dan “Umyo Mujitsu” (hanya mempunyai nama namun

tidak ada wujud sesungguhnya) dimana didalam bagian ini didiskusikan perbandingan

Honmon dan Shakumon. Sekarang kalau menyimpulkan kalimat Kaimokusho ini dalam

skematik menjadi sebagai berikut :

Ichinen Sanzen sesungguhnya Hukum

Shozen

belum terwujud

Meskipun demikian kalau

belum menanggalkan pendirian

Begitupun belum

menetapkan Hukum Nozen

sementara dan mewujudkan

menetapkan pencapaian

pendirian sesungguhnya

kesadaran Budha dari Nijo

(Honsaku Kempon)

Bagaikan melihat bulan Perumpamaan

didalam air

Sama seperti rumput tak Perumpamaan

berakar yang terapung

diatas ombak

Kutipan

Pertanyaan : Ichinen Sanzen dari Shakumon itu mengapa Honmu Konnu ?

Jawab : Karena sebelumnya belum menanggalkan pendirian sementara (Honshaku), maka

sekarang ada (konnu), begitupun belum mewujudkan pendirian sejati (Kempon) bukankah

sebetulnya tak berdasarkan pokok (honmu). Dunia Budha sebelumnya sudah demikian,

maka Sembilan dunia pun demikian pula halnya, oleh karena itu dalam Jippo Kaisho

berkata : “Dalam Shakumon hanya menjelaskan Jikkai Gogu (10 dunia yang memiliki 10

dunia) dari Shikaku (Shijo Shokaku) dan belum mewujudkan Jikkai Gogu (10 dunia yang

memiliki 10 dunia) dari Hongaku Honmu, oleh karena itu rakyat yang dibimbing Budha

(Ebutsu) yang membimbing semuanya sama sekali adalah Shikaku, kalau demikian denagn

bagaimanakah dapat menghindari kekurangan dari Honmu Konnu ? “ dan lain – lain.

Page 87: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Dalam mendiskusikan mengapa Ichinen Sanzen dari Shakumon bukan Ichinen

Sanzen yang sesungguhnya maka pertama – tama dijelaskan, mengapa Ichinen Sanzen

dari Shakumon mempunyai wujud sesungguhnya namun sekarang ada (Honnu Konnu).

Pertama – tama sebelum memasuki kalimat pokok ini marilah kita menyinggung sedikit

mengenai Honmu Konnu. Dimana menurut kata – katanya berarti tidak mempunyai

wujud sesungguhnya namun sekarang ada. Karena dalam Shakumon belum menjelaskan

Kuon Jitsujo, maka seandainya walau dalam Shakumon diizinkan untuk mencapai

kesadaran Budha pun masih belum jelas tentang hakekat sesungguhnya dari Budha. Yaitu

masih berada dalam keadaan – tidak ada wujud sesungguhnya dan hanya menjelaskan

pencapaian kesadaran Budha saja. Dijelaskannya Kuon Jitsujo yang merupakan hakekat

sesungguhnya (Honchi) dari Budha dijelaskan setelah memasuki Honmon, sehingga

dalam Shakumon betapun hanya menjelaskan pencapaian kesadaran Budha dalam

keadaan tidak ada wujud sesungguhnya. Setelah memasuki kalimat pokok dimana

didalam jawaban dijelaskan bahwa sebelumnya belum menanggalkan pendiriaan

sementara dan hanya terdapat wujud Shijo Shokaku maka dikatakan sekarang ada.

Begitu pun belum mewujudkan pendirian sesungguhnya maka bukankah ini tidak ada

wujud sesungguhnya.

Buddha Sakyamuni lahir di India ketika pada usia 19 tahun meninggalkan istana

dan mencapai kesadaran pada usia 30 tahun dan menjelaskan banyak ajaran untuk

membimbing rakyat jelata, namun dari sutra selama 42 tahun hingga Shakumon dari

Sutra Bunga Teratai hanya menjelaskan pencapaian kesadaraan Budha diri Sakyamuni

sendiri yang lahir di India dengan melaksanakan pertapaan hingga mencapai kesadaran.

Jadi hanya menjelaskan Shijo Shokaku, namun sesungguhnya Budha Sakyamuni adalah

Budha yang mencapai kesadaran Budha yang pertama sejak Kuon 500 Jintengo dan

munculnya di India adalah bentuk sementara demi untuk penyelamatan kebahagian

umat manusia. Dan setelah memasuki Bab Juryo dengan menanggalkan wajah sementara

dari Shijo Shokaku ini sehingga mewujudkan Kuon Jitsujo yang merupakan inti hakekat

sesungguhnya (Honchi). Inilah yang dikatakan sebagai Honshaku Kempon. Dalam

Shakumon Budha Sakyamuni masih belum menanggalkan pendirian sementara yang

mana masih merupakan Honmu Konnu. Begitupun sama halnya dengan manusia dari 9

dunia merupakan Honmu Konnu. Jadi oleh karena 10 dunia seluruhnya Honmu Konnu

maka Ichinen Sanzen pun Honmu Konnu.

Nikkan Jonin telah menarik kalimat Gosho Jippo Kaisho dari Nichiren Daisyonin

untuk menjelaskan Ichinen Sanzen dari Shakumon merupakan Honmu Konnu. Dalam

Shakumon hanya menjelaskan Jukkai Gogu dari Shiji Shokaku. Jadi masih merupakan

teori Ichinen Sanzen dan tidak menjelaskan Jukkai Gogu yang dimiliki sejak asal mula

yang kekal abadi. Jadi dalam Shakumon umat manusia 9 dunia maupun Budha yang

membimbingnya yaitu ke 9 dunia maupun Budha yang membimbingnya yakni dunia

Budha. Keduanya tidak keluar dari batas – batas Shijo Shokaku, sehingga tidak dapat

menghindari kekurangan dari Honmu Konnu.

Page 88: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Namun Jukkai Gogu yang dimiliki sejak asal mula yang diwujudkan dalam Bab

Juryo, dimana seperti yang terdapat dalam Kanjin No Honzonsho berkata : “Karena Budha

tidak pernah musna sejak masa lampau, begitupun tidak dilahirkan pada masa mendatang

yang merupakan Budha kekal yang tak termusnahkan, sehingga murid – murid yang

dibimbingnya pun merupakan satu tubuh yang tak terpisahkan.” Sehingga Budha yang

membimbing mau pun umat manusia yang dibimbing adalah kekal abadi yang dimiliki

sejak asal mula yang mana merupakan pandangan jiwa yang kekal abadi. Pandangan jiwa

yang kekal abadi ini dalam Shakumon tidak dijelaskan sama sekali maka tidak dapat

menghindari kekurangan dari Honmu Konnu.

Kutipan

Pertanyaan : Mengapa Ichinen Sanzen dari Shakumon dikatakan hanya mempunyai nama

maupun tidak ada wujud sebenarnya (Umyo Mujitsu) ?

Jawab : Sebelumnya telah dikatakan bahwa : “Ichinen Sanzen sesungguhnya pun belum

terwujud”. Bukankah itu hanya mempunyai nama namun tidak ada wujud sebenarnya

(Umyo Mujitsu). Oleh karena itu dalam Jissho Sho berkata : “Sumber lahirnya Ichinen

Sanzen adalah Jumyo Jissho dari membuka sedikit ketiga dunia Shomon, Engaku, dan

Boddhistva (Ryakkai San), namun inti maknanya hanya terdapat dalan Honmon, Nizen

adalah berdasarakan makna dari Shakumon untuk menilai isi kalimatnya (Egi Honmon)

dan Shakumon adalah berdasarkan makna dari Honmon untuk menilai isi kalimat dari

Shakumon” dan lain – lain. Shakumon hanya terdapat kalimat, namun tidak terdapat inti

maknanya. Bukankah itu hanya mempunyai nama namun tidak wujud sebenarnya (Umyo

Mujitsu). Myoraku berkata : “Filsafat selain Hukum Agama Budha (Ge), Hinayana (Sho),

Mahayana sementara (Gon), Shakumon, kalau dihadapkan dengan Hukum Agama Budha

(Nai), Mahayana (Dai), Mahayana sesungguhnya (Jitsu), Honmon yaitu akan menjadi

hanya mempunyai nama namun tidak ada wujud sebenarnya (umyo Mujitsu.” dan lain –

lain.

Penjelasan :

Dalam kalimat Kaimokusho menjelaskan bahwa dalam Shakumon tidak

menjelaskan Ichinen Sanzen yang sesungguhnya, sehingga betul – betul hanya

mempunyai nama namun tidak mempunyai wujud sesungguhnya. Selanjutnya dalam

Jissho Sho (Gosho hal 1247) Nichiren Daisyonin menjelaskan sebagai berikut : “Asal usul

tempat pemunculannya Ichinen Sanzen adalah Junyo Jisso dari Ryakkai San (membuka

sedikit ketiga dunia Shomon, Engaku, Bosatsu)”. Namun yang dijelaskan disini masih

berupa teoritis dan makna sesungguhnya baru dijelaskan setelah memasuki Bab Juryo

dari Honmon.

Page 89: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Sekarang Tien Tai mengambil kalimat Junyo Jisso dari Ryakkai San sebagai tempat

pemunculan Ichinen Sanzen adalah dijelaskan berdasarkan makna sesungguhnya Bab

Juryo Honmon, sehingga menilai kalimat Shakumon berdasarkan makna Honmon. Nizen

adalah berdasarkan makna Shakumon menilai isi kalimatnya berarti walau kalimat Nizen

dan ajaran sementara salahpun kalau dinilai berdasarkan makan Honmon , maka dapat

dipergunakan sebagai kalimat pegangan dari Ichinen Sanzen. Hal ini sama seperti yang

diterangkan dalam bagian perbandingan antara ajaran sementara dan ajaran

sesungguhnya yang dijelaskan diatas.

Prinsip menilai kalimat berdasarkan makna (Egi Hanmon) ini merupakan masalah

yang sangat penting, maka kalau menilai segala filsafat dan idiologi berdasarkan Dai

Gohonzon dari ke tiga Hukum Rahasia Agung secara luas, maka segala filsafat apapun

dapat dipergunakan sebagai prinsip teori yang menjelaskan keagungan (Tainai) dari

Hukum Agama Budha Agung ini. Namun dalam Shakumon hanya terdapat kalimat dari

Ichinen Sanzen dan makna sesungguhnya terdapat dalan Honmon sehingga dalam

Shakumon tidak menjelaskan Ichinen Sanzen. Sungguh Shakumon masih merupakan

hanya mempunyai nama namun tidak ada wujud sesungguhnya.

Myoraku dengan perbandingan 5 susun menjelaskan bahwa kalau filsafat – filsafat

lain (gedo), filsafat Theravada, ajaran sementara (Gonkyo) dan Shakumon dibandingkan

dengan filsafat Hukum Agama Budha (naido), Mahayana, ajaran sesungguhnya dan

Honmon akan mempunyai nama dan tidak ada wujud sesungguhnya (Umyo Mujitsu). Jadi

perbandingan Gedo dan Naido, Gedo adalah Umyo Mujitsu dan dengan perbandingan

antara Theravada dan Mahayana maka Theravada adalah Umyo Mujitsu. Kalau

membandingkan ajaran sementara dan sesungguhnya maka ajaran sementara adalah

Umyo Mujitsu, begitupun kalau membandingkan Honmon dan Shakumon maka

Shakumon adalah Umyo Mujitsu.

Kutipan

Selanjutnya Jobutsu dari nijo pun belum ditetapkan juga terdapat dua kekurangan.

Pertanyaan : Jobutsu dari Nijo dari Shakumon mengapa menjadi tidak ada wujud

sesungguhnya , namun sekarang ada (Honmu Konnu) ?

Jawab : Kesadaran atas benih itu dinamakan menjadi Budha (Shabutsu). Namun oleh

karena belum menyadari benih sumber pokok sehingga dikatakan demikian dalam

Honzonsho 8 – 20 tertulis : “Dengan menjadikan kekal abadi (Kuon) sebagai pembibitan

(Geshu) dan menjadikan Daitsu, Zenshimi, Shakumon semagai pematangan (Juku) setelah

tiba pada Honmon dan meningkat pada Tomyo dijadikan sebagai panen (Datsu) dan lain –

lain. Namun dalam Shakumon belum menjelaskan pembibitan pada kekal abadi (Kuon),

maka bukankah tidak ada wujud sesungguhnya (honmu) namun dikatakan Jobutsu dari

Nijo malah bukankah sekarang ada (konnu) ?

Page 90: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Mulai dari sini mendiskusikan kedua kekurangan dari pencapaian kesadaran

Budha dari Shakumon. Diantara kedua kekurangan ini, terutama dalam bagian ini

menjelaskan mengapa pencapaian kesadaran Budha dari Nijo dalam Shakumon tidak ada

wujud sesungguhnya namun sekarang ada.

Mengenai hal ini, yang dikatakan pencapaian kesadaran Budha adalah telah

menerima pembibitan dimasa lampau, sehingga menyadari kembali bibit Budha tersebut.

Disamping itu didalam Shakumon karena belum menjelaskan wujud sesungguhnya dari

Kuon sehingga tidak dapat menyadari kembali penerimaan pembibitan sejak masa Kuon.

Jadi dikatakan tidak ada wujud sesungguhnya namun sekarang ada.

Dalam kanjin No Honzonsho dikatakan : “menanamkan bibit dari Kuon” Maksud

kalimatnya berarti bahwa pembibitan dengan bibit Budha dari Kuon 500 Jintengo dan

pematangan dari Budha Daitsu selama 3000 Jintengo hingga Sutra – Sutra selama 42

tahun maupun Shakumon masa hidupnya Budha Sakyamuni dimana akhirnya mencapai

penen setelah memasuki Honmon Sutra Bunga Teratai dengan mencapai tingkat Tokaku

dan Myokaku.

Dengan demikian dalam Shakumon masih belum menjelaskan pembibitan dari

Kuon yang mana bukankah ini berarti tidak ada wujud sesungguhnya, namun pencapaian

kesadaran Budha yang dijelaskan dalam Shakumon bukankah sekarang ada.

Kutipan

Pertanyaaan : mengapa kalimat dari Honzonsho yang mana menyimpulkan satu golongan

pembibitan dari Kuon, harus memasukan orang – orang dari Nijo ?

Jawab : Ketiga golongan Shomon yang mencapai kesadaran ketika pada bimbingan Daishi

adalah orang – orang yang memperoleh pembibitan pada Budha Daitsu. Seandainya kalu

berakhir dengan terwujudnya hubungan jauh dan dekatnya Guru dan Murid yang ke tiga,

dari ketiga wajah ajaran Tien Tain, maka semuanya akan menjadi orang yang memperoleh

pembibitan pada kekal abadi (Kuon).

Penjelasan

Bagian dimuka “mengenai mengapakah pencapaian kesadaran Budha dari Nijo

dikatakan wujud sesungguhnya tidak ada namun sekarang ada (honmu Konnu)” yang

dijelaskan dengan menarik satu kalimat dari Kanjin No Honzonsho, namun disini

mengajukan pertanyaan yang menyangkut kalimat yang terdapat dalam Kajin No

Honzosho tersebut. Jadi maksud pertanyaan disini beranggapan bahwa kalimat Kanjin No

Honzon Sho ini hanya mendiskusikan orang – orang yang menerima pembibitan dari

masa Kuon 500 Jintengo. Namun Nijo dari masa hidup Budha Sakyamuni bukankah orang

– orang yang telah menerima pem,bibitan sejak masa Budha Daistu 3000 Jintengo yang

lampau, maka penggunaan kalimat Kanzin No Honzonsho disini adalah tidak tepat.

Page 91: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Jawaban : Diantara ketiga macam wajah ajaran yang dijelaskan oleh Tien Tai

Daishi dimana bimbingan yang berawal akhir dan tak berawal akhir yang ke II yaitu

ketiga golongan Shomon yang memperoleh kesadaran pada tahap Shakumon, walau

dikatakan sebagai orang yang menerima pambibitan pada 3000 Jintengo. Namun kalau

dengan dijelasakannya hubungan jauh dekat dari guru dan murid selama masuk Bab

Honmon Juryo, maka orang – orang yang telah menerima pembibitan pada Buddha

Daitsu 3000 tahun lampau pun semuannya menerima pembibitan sejak Kuon 500

Jintengo.

Bimbingan Budha terhadap muridnya betapapun dimulai dengan penurunan bibit

Budha pada muridnya. Selanjutnya dimatangkan dan akhirnya menjadi panen dengan

demikian bimbingan Budha baru berakhir. Namun proses ini baru dijelaskan dengan

terang dengan pembibitan Budha Daitsu pada 3000 Jintengo yang lampau dalam Bab

Kejoyu Shakumon. Pada masa lampau 3000 Jintengo yang lalu, Budha Sakyamuni telah

muncul sebagai pangeran ke 16 dari Budha Daitsu Chisho dimana telah mengulangi

pengkotbahan Sutra Bunga teratai yang dijelaskan oleh ayahnya Budha Daitsu Chisho

kepada umat manusia.

Orang yang menerima bibit Budha dari Sakyamuni pada waktu itu dengan diatur

sedemikian rupa sehingga telah dilahirkan kembali ketika masa hidupnya Budha

Sakyamuni dan dengan mendengarkan penjelasan Sutra Bunga Teratai sehingga

mancapai kesadaran Budha. Itulah yang dikatakan murid – murid Shomon dan disinilah

diterangkan bimbingan yang berawal akhir.

Namun wajah ajaran yang kedua ini setelah memasuki Honmon yakni wajah

ajaran ketiga yang telah menjelaskan wujud sesungguhnya dari 500 Jintengo yang

lampau. Jadi hubungan Budha Sakyamuni dengan muridnya (termasuk murid – murid

dari Nijo) telah mempunyai hubungan sejak Kuon 500 Jintengo yang lampau dan sama

sekali tidak terbatas pada pembibitan Budha Daitsu 3000 Jintengo yang lampau.

Hal ini berarti dalam tahap Shakumon Sutra Bunga Teratai masa pembibitan

mendengar Hukum (Manpo Geshu) namun pada tahap Honmon Sutra Bunga Teratai

masa Kuon 500 Jintengo adalah pembibitan mendengar Hukun (manpo Geshu),

sedangkan masa Budha Daistu Chisho adalah masa pembibitan kesadaran (Hossin

Geshu).

Page 92: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Untuk sementara bagi orang – orang dari Nijo Budha Daitsu memberi khotbah ulangan

Sutra Bunga Teratai terdapat dua golongan yakni golongan yang sadar (Hosshin) dan

golongan yang tidak sadar (Mishoshin), kalau orang tidak lupa terhadap pembibitan pada

kekal abadi (Kuon) maka dengan mendengarkan Sutra Bunga Teratai langsung

mempercayainya. Jika mudah lupa terhadap pembibitan pada kekal abadi (Kuon) maka

meskipun mendengar Myoho , namun masih belum mau menaruh kepercayaan. Oleh

karena itu dalam Gen 6 tertulis : “Orang yang tidak hilang kesadaranya dengan diberinya

obat dan langsung meminumnya sehingga memperoleh hubungan ayah dan anak, orang

yang hilang kesadaranya meskipun diberikan obat, namun tidak mau meminumnya” dan

lain – lain. Didalan Sen 6 - 54 tertulis : “Oleh karena lupa penerimaan pokok dasar maka

dikatakan hilang kesadaran” dan lain – lain.

Penjelasan

Orang – orang Nijo masa hidup Budha Sakyamuni dengan menerima pembibitan

di Kuon dan pada waktu Budha Daitsu mendengar pengkhotbahan Sutra Bunga Teratai

dari pangeran ke 16 yang merupakan jiwa lampau Budha Sakyamuni, namun pada waktu

itu terbagi atas orang – orang yang sadar dan tidak sadar. Jadi orang yang tidak lupa

terhadap pembibitan dimasa Kuon , bisa mendapat kesadaran, sedangkan orang – orang

yang telah lupa pembibitan dimasa Kuon, walau mendengar Myoho pun tidak dapat

memperoleh kesadaran.

Mengenai hal ini Tien Tai daishi dalam Hokke Gengi menjelaskan sebagai berikut :

“Orang - orang yang tidak lupa pembibitan dimasa Kuon langsung dapat mempercayai

obat yakni mendengar pengkhotbahan Sutra Bunga teratai, sehingga dapat menyambung

hubungan Guru dan Murid dengan Budha, namun orang yang telah lupa pembibitan Kuon

walau diberi obatpun namun tidak meminumnya sehingga tidak dapat menyambung

hubungan Guru dan muri”. Dan juga dalam kitab Hokke Gengi Shaklusen dari Myoraku

menjelaskan sebagai berikut : “penerimaan dari pokok yakni karena lupa terhadap

penerimaan pembibitan dimasa Kuon sehinga dikatakan hilang kesadarannya

(Shipponshin)”.

Kutipan

Diantara yang sadar pun terdapat dua golongan yaitu ke I tidak mundur (Futai), ke

II mundur pada pertengahan jalan (Tai Dai) dan orang yang tidak sadar (Mihosshin) yaitu

golongan ke III. Namun Nijo yang memeperoleh kesadaran Budha sekarang ini kebanyakan

termasuk didalam golongan ke II (Tai Dai) dan sebagian kecil termasuk dalam golongan ke

III, Bukankah mereka adalah orang – orang dari pembibitan Kuon namun sarjana –

sarjana dari dahulu kala tidak mengetahuinya ? dan lain – lain.

Page 93: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Selanjutnya dalam pengkhotbahan ulangan dari Budha Daistu dimana orang –

orang yang sadar dan tidak lupa terhadap pembibitan Kuon pun terdapat dua macam

golongan. Jadi yang pertama adalah orang – orang yang tidak mundur dan kemudian giat

menjalakan kepercayaan. Yang kedua adaalah orang – orang yang mundur, walau pada

mulanya telah berkesadaran namun pada pertengahan jalan mundur. Dan yang tersebut

diatas dikatakan sebagai golongan ke I dan golongan ke II. Dan bagi orang – orang yang

sama sekali tidak berkesadaran disebut sebagai golongan ke III.

Orang – Orang Nijo yang mencapai kesadaran Budha pada masa hidup Budha

Sakyamuni kebanyakan termasuk golongan ke II diatara ketiga golongan tersebut diatas

dan hanya sebagian termasuk golongan ke III. Jadi Sharihotsu, Kasho Ananda, dan

sebagainya dari ketiga golongan Shomon ini tidak lain termasuk dalam orang – orang dari

golongan ke II. Dan orang – orang yang tidak berkesadaran dari golongan ketiga ini tidak

dapat mencapai kesadaran Budha pada masa hidup Budha Sakyamuni kemudian muncul

pada masa Shoho, Zoho dan kemudian mencapai kesadaran Budha. Orang – orang dari

golongan ke II dank e III pun justru menerima pembibitan dimasa Kuon dan kemudian

memperoleh pematangan hingga akhirnya mencapai kesadaran Budha, sehingga

betapapun dengan jelas menyadari dirinya sebagai orang – orang yang memperoleh

pembibitan dimasa Kuon.

Disini Nikkan Jonin mengecam keras bahwa sarjana sejak masa lampau sama

sekali tidak mengerti makna mendalam ini. Dibahwa ini digambarkan Ichtisar yang

menjelaskan hubungan tersebut.

500 JINTENGO 3000 JINTENGO Masa Hidup Sakyamuni

= Yang berkesadaran terbagi atas :

* Tidak mundur = Golongan pertama

Pembibitan

dimasa Kuon * Mundur = Golongan Kedua

Pada umumnya mencakupi

Orang - orang dari Nijo

= Yang tidak berkesadaran = Golongan ketiga

Sebagian kecil dari Nijo

Termasuk didalamnya

Page 94: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertanyaan : Kalimat dari Gesen yang dikutip diatas adalah kalimat dari Shakumon ke 9

yang membahas berkenaan dengan makna hubungan keluarga (Kenzokumyo). Mengapa

dalam makna ajaran Shakumon dapat menjelaskan prihal Honmon?

Jawab : Ini adalah penjelasan yang menarik kesimpulan maknanya, Tien tai Daishi

pernah berkata : “Biarpun masih belum memasuki Honmon, namun disini dijelaskan

dengan menarik kesimpulan maknanya” dan lain – lain. Kalau tidak demikian,

bagaimanakah menjelaskan makna dari NITAI yang terdapat didalam Kyomyo dari

Shakumyo ke I masih menjelaskan dengan mengitup kalimat “pada waktu saya

menjalankan pertapaan Boddhistva”.

Penjelasan

Bagian ini adalah penjelasan tambahan dari bagian kalimat Hokke Gengi dan Gengi

Shakusen yang dipergunakan diatas. Pertanyaan, sekarang kalimat Hokke Gengi dan

Gengi Shakusen yang dipergunakan diatas bukankah termasuk dalam kalimat

Kenzokumyo ke 9 dari Shakumon yang terdapat didalam sepuluh Myo dari Shakumon

dan sepuluh Myo dari Honmon yang dijelaskan oleh Tien Tai ? Mengapa didalam Myo

dari Shakumon dapat menjelaskan hal – hal dari Honmon.

Dalam Hokke Gengi Tien Tai Daishi menjelaskan sepuluh Myo dari Shakumon dan

sepuluh Myo dari Honmon. Sepuloh Myo dari Shakumon berarti Kyo (lingkungan), Chi

(hikmat), Gyo (pelaksanaan), I (kedudukan), Sanpo (ketiga hukum), Kanno (induksi),

Jinzu (gaib), Seppo (pengkhotbahan hukum), Kenzoku (keluarga), dan Riyaku

(keuntungan) sedangkan Kenzoku Myo yang kesembilan adalah kutipan kalimat yang

dipergunakan diatas. Jadi kutipan kalimat yang mendiskusikan prihal Shakumon, dimana

Nikkan Jonin mempergunakannya untuk mejelaskan prihal Honmon, yang mana

menimbulkan pertanyaan yang menyatakan kesalahan atas penggunaan kalimat tersebut

diatas. Jawaban Nikkan Jonin dalam menanggapi hal ini menjelaskan bahwa penggunaan

kalimat tersebut diatas adalah penjelasan yang berdasarkan makna kalimat dari Bab

Juryo Honmon walau kalimat tersebut merupakan bagian penjelasan dari Shakumon.

Didalam perkataan dari Tien Tai Daishi dikatakan : “Dan juga, sebagai suatu

perumpamaan lainya, dimana dalam menjelaskan kedu hakekat (Nitai) dari Shinzoku telah

dijelaskan dengan Kyomyo yang dijelaskan dalam Hokke Gengi yang sama dengan

penjelasan yang berdasarkan makana kalimata “Hongyo Bosatsudoji” dari Bab Juryo

Honmon.” Jadi dari ajaran bagian Agon yang dijelaskan di Rokuyaon, sehingga ajaran

bagian Hannya.

Page 95: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Jadi “Apakah semua ajaran – ajaran dari ajaran bagian Agon yang di jelaskan di Rokuyaon

hingga ajaran bagian Hannya dari Budha Sakyamuni merupakan ajaran – ajaran

sementara dari Sutra Bunga Teratai ? “ Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut :

“Pencapaiaan kesadaran Budha pada usia 30 tahun yang dimulai dengan pengkhotbahan

Sutra Kegon di Yakumetsu Tojo hingga Sutra Hannya seluruhnya merupakan ajaran

sementara dari Sutra Bunga Teratai, namun tidak berakhir disitu saja dimana sejak Budha

Daistu dari 3000 Jintengo keseluruhannya merupakan ajaran sementara dari Sutra Bunga

Teratai. Terlebih lagi sejak mencapai kesadaran yang pertama di masa Kuon…. Hingga

pada akhir dari masa menjalankan pelaksanaan Boddhisatva sebelum menjadi Budha telah

menjelaskan bermacam – macam ke dua Tai (Nitai) dari Shinzoku sebagai ajaran

sementara dari Sutra Bunga Teratai demi untuk umat manusia.”

Dengan demikian pada bagian Kyomo yang pertama dari Shakumon memberi

penjelasan berdasarkan makna dari Bab Juryo Honmon. Jadi dengan penjelasan dalam

Kenzokumyo dipergunakan sebagai kalimat yang menjelaskan prihal Honmon sama

sekali tidak ada satu yang tidak wajar.

Kutipan

Pertanyaan : Mengapakah Jobutsu dari Nijo dikatakan hanya mempunyai nama, namun

tidak ada wujud sesungguhnya (Umyo Mu jitsu) ?

Jawab : Yang dapat memutuskan ketiga kesesatan jiwa (San Waku) dinamakan menjadi

Budha (Jobutsu). Namun dalam Shakumon dimana Nijo (Shomon dan Engaku) masih belum

dapat memutuskan kesesatan pandangan (Ken Waku). Sehinggga bagaimana dapat

memutuskan kesesatan kecenderungan jiwa (Myumyo Waku). Dalam Mon ke 9 – 32

berkata : “Dalam kehidupan sekarang ini baru memperoleh kesadaran Mushonin, adapun

yang tidak mencapai kesadaran tersebut, semua mempunyai pandangan seperti ini “ dan

lain – lain. Karena sudah terikat dengan kepercayaan Gonjo maka menjadi kesesatan

pikiran (Shin Waku). Dan karena belum mengetahui sebab dasar pokok (Hon In), akibat

dasar pokok (Hon Ga) yakni itu merupakan pandangan tersesat ( Jaken), maka bukan kah

merupakan kesesatan pandangan (Ken Waku). Dan dalam Jippo Kaisho tertulis : “Nijo

dari Shakumon belum memutuskan kesesatan pandangan (Ken Waku), Boddhisatva dari

Shakumon belum memutuskan kecenderungan jiwa (Mumyo Waku), dan kalau umat

manusia dari 6 dunia belum menetap di dalam 6 dunia sebenarnya (honnu) maka menjadi

hanya mempunyai nama namun tidak ada wujud sebenarnya (Umyo Mojitsu). Oleh karena

itu setelah tiba pada Bab Jujippon dimana Bodddhisatva yang belum memutuskan Mumyo

dari Shakumon dan Nizen (Sutra – sutra sebelum Sutra Bunga Teratai), dikatakan bahwa

dikiranya waktu 50 Ko kecil sebagai kejadian setengah hari” dan lain – lain. Karena sudah

terdapat dua kekurangan maka dikatakan tidak tetap.

Page 96: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Diantara kedua kekurangan dari pencapaian kesadran dari Nijo dalam Shakumon,

disini menjelaskan mengapa pencapaian kesadaran dari Nijo dikatakan mempunyai nama

namun tidak ada wujud sesungguhnya. Mengenai masalah ini, menunjukan bahwa yang

telah memutuskan ketiga kesesatan dinamakan mencapai kesadaran Budha, namun Nijo

dari Shakumon masih belum memutuskan ketiga kesesatan jiwa ini. Ketiga kesesatan

jiwa berarti kesesatan pandangan (Kainai Kenji Waku), kesesatan kenafsuan yang

berhubungan dengan luar (Kaige Kedosho Jinsha Waku) dan kesesatan dalam dasar jiwa

(Chudosho Mumyo Waku).

Dalam Hukum Agama Budha Sakyamuni pertapaan Boddhisatva terdapat 52 tingkat,

dimana melaksanakan pertapaan yang meningkat ke tingkat yang lebih tinggi dengan

memutuskan persatuan dari kesesatan tersebut diatas. Disamping itu didalam Shakumon

karena kesesatan pertama dari ketiga kesesatan jiwa (San Waku) saja masih belum

diputuskan maka sudah tentu belum memutuskan kesesatan kecenderungan jiwa

(Mumyo Waku) yang terakhir.

Tien Tai Daishi dalam Hokke Mongu berkata : “Walau pada masa sekarang ini

dilahirkan di dunia ini yang mencapai tingkat Mushonin maupun yang belum mencapai

tingkat tersebut semuanya percaya bahwa Budha Sakyamuni adalah Budha Sinjo Shokaku

yang mencapai kesadaran Budha pada usia 30 tahun dalam kehidupan sekarang ini”. Hal

ini disebabkan karena tidak mengetahui Budha Kuon Jitsujo dan masih mempertahankan

pikiran Shijo Shokaku. Sehingga itu sendiri merupakan kesesatan pikiran (Shin Waku)

dari ketiga kesesatan. Hal ini berarti tidak mengetahui sebab pokok (Hon In) dan akibat

pokok (Hon Ga) yang dijelaskan dalam Bab Juryo Sutra Bunga Teratai bahwa Buddha

Sakyamuni sejak masa lampau Kuon dengan berdasarkan pertapaan Hukum Sakti

(Myoho) mencapai kesadaran Budha yang pertama. Justru ini sendiri merupakan

pandangan jahat, yang merupakan kesesatan pandangan (Ken Waku).

Selanjutnya Nikkan Jonin dengan menarik kalimat dari Jippokaisho menjelaskan

sebagai berikut : “Nijo dari Shakumon masih belum memutuskan kesesatan pandangan

(Ken Waku), Boddhisatva dari Shakumon masih belum memutuskan kesesatan

kecenderungan jiwa (Mumyo Waku). Begitupun manusia biasa keenam dunia dari

Shakumon karena belum dijelaskna pandangan jiwa kekal abadi yang dimiliki sejak asal

mula, maka masih belum menetap pada keenam dunia yang dimiliki sejak asal mula.

Sehingga dikatakan mempunyai nama namun tidak mempunyai wujud sesungguhnya

(umyo Mujitsu)”.

Oleh karena itu, ketika Budha Sakyamuni menjelaskan Bab Juryo, sebelumnya

pada Bab Yujippon ke 15 telah memanggil keluar Boddhisatva yang muncul dari bumi.

Dimana Boddhisatva – Boddhisatva Nizen Shakumon yang menghadiri upacara tersebut

telah keliru memandang, bahwa waktu 50 Ko kecil yang panjang itu dikiranya kejadian

selama setengah hari.

Page 97: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Jadi dalam tahap Nizen Shakumon Boddhisatva yang telah mengira memutuskan

kesesatan kecenderungan jiwa pun, kalau dipandang dari tahap Honmon masih berada

dalam lingkungan orang – orang yang tersesat, dimana masih belum mengetahui sifat

jiwa yang sesungguhnya. Mengenai hal ini dalam gosho Totaigisho dengen jelas

menjelaskan sebagai berikut : “Oleh karena itu Boddhisatva besar dari Nizen dan

Shakumon mencapai bukti sebab akibat (renge) dari Budha ketika memasuki Honmon. Dan

memutuskan kesesatan yang sesungguhnya adalah ketika mendengar satu Bab dari Juryo.”

Tien Tai Daishi dengan menguraikan 50 Ko kecil dari Bab Yujippon dimana karena

kekuatan gaib dari Budha, sehingga seluruh umat manusia mengiranya seakan – akan

hanya setengah hari, dengan berkata : “Orang yang sadar melihat yang pendek menjadi

panjang . Namun orang yang tersesat melihat waktu 50 Ko kecil menganggap yang

panjang menjadi pendek, dimana dikiranya setengah hari.” Myoraku menjelaskan hal ini

dengan berkata : “Boddhisatva yang telah memecahkan kesesatan dinamakan sadar.

Sedangkan umat manusia masih berada pada keadaan kebijaksanaan , sehingga

dinamakan tersesat.”

Dengan demikian Boddhisatva dari Shakumon masih belum mengetahui Kuon

Jitsujo, apalagi bagaimanakah mengetahui jiwa kekal abadi. Hubungan Budha Sakyamuni

dengan Boddhisatva yang muncul dari bumi dikiranya seperti kejadian seperti setengah

hari dari upacara di tengah langit (Kokue). Dimana tersesat dengan keragu – raguan dan

kaget melihat sikap Boddhisatva yang muncul dari bumi, yang dengan bagaimanakah

telah melaksanakan pertapaan yang sedemikian sehinga menjadi Boddhisatva besar.

Page 98: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

ORANG YANG SADAR DAN ORANG YANG TERSESAT

Diantara orang – orang dalam masyarakat zaman sekarang pun, banyak yang

terpengaruh oleh suasana kenyataan yang berubah – ubah setiap saatnya. Dimana

terlihat banyak yang terjerumus dengan arus tersebut. Orang – orang demikian sama

sekali tidak tahu jalan untuk mengatasi ketidak bahagian diri sendiri sekarang ini. Dan

hanya dengan gugup dan mencoba memperoleh ketenangan dengan menyerahkan

terhadapnya. Itu semuanya karena tidak mengetahui jiwa kekal abadi dan mengira

bahwa semuanya sama seperti kejadian setengah hari, itu adalah orang –orang yang

tersesat.

Namun kalau berdiri pada pandangan jiwa kekal abadi yang sesungguhnya dari

Hukum Agama Budha, maka kemalangan selama ini dapat diketahui bahwa terdapat

sebab – sebab karma sejak masa lamanya yang tak terbatas lamanya. Dimana mencari

jalan perombakan nasib, dengen menganut Hukum Sakti.

Walau kelihatanya seperti kejadian setengah hari, namun kenyataan yang

terkandung didalamnya terdapat sebab – sebab masa lampau yang tak terhingga jauhnya.

Orang yang menyadari hal ini adalah orang sadar. Sebab masa lampau yang tak terhingga

jauhnya yakni orang yang memperhatikan sebab sumber pokok dan mencari jalan

pengatasannya, dimana melihat setengah hari itu sebagai waktu 50 Ko kecil adalah orang

– orang yang sadar.

Dalam masa Mappo sekarang ini orang yang maju berjuang demi penyelamatan

kebahagian umat manusia dengan menjalakan dialog Hukum Agama Budha, berdasarkan

kepercayaan terhadap Dai Gohonzon dapat dikatakan sebagai orang yang sadar yang

melangkah pada perjalanan perombakan nasib dengan mewujudkan tugas sejak masa

Kuon dan berdiri pada pandangan jiwa yang kekal abadi. Dan juga pada umumnya ketika

meninjau kembali kehidupan yang penuh dengan keberisian, dimana akan terasakan

bahwa waktu setahun pun akan terasa seperti sudah berlalu hingga sepuluh tahun lebih.

Kehidupan yang kosong, adalah seperti impian, diamana dirasakan seperti kejadian

sekejap mata saja. Inipun sesuai dengan prinsip waktu “50 Ko kecil dikiranya seperti

setengah hari”.

Nah, dengan pembahasan tersebut diatas, dimana dalam pencapaian kesadaran

Budha dari Nijo dalam Shakumon terdapat dua kekurangan “Tidak ada wujud

sesungguhnya, namun sekarang ada (Honmu Konnu)” dan “Mempunyai nama namun tidak

ada wujud sesungguhnya (Umyo Mojitsu)” menjadi jelas adanya.

Jadi pencapaian kesadaran Budha dari Nijo dalam Shakumon bukanlah

pencapaian kesadaran Buddha yang sesungguhnya, melaikan sesuatu yang tidak tetap.

Page 99: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Yang dikatakan “Bagaikan masih melihat bulan didalam air” adalah bukan bulan

sesungguhnya. Oleh karena itu, ketahuilah bahwa sebelum terwujud Ichinen Sanzen yang

sesungguhnya semuanya masih merupakan perumpamaan. Namum mewujudkan dua

kekurangan dari badan Hukumnya (Hottai). Yakni, kesatu adalah mewujudkan kekurangan

dari tidak ada dasar pokoknya sekarang ada (Honmu Konnu). Dalam Gen ke 7 tertulis :

“Tidak mengetahui bulan di langit dimana hanya memandang bulan di kolam” dan lain –

lain. Yang dikatakan tidak mengetahui bulan di langit bukankah memang tidak ada dasar

pokoknya (Honmu)? Dan Hanya memandang bulan di kolam bukankah sekarang sudah ada

(konnu)? Kedua adalah mewujudkan kekurangan “Hanya mempunyai nama namun tidak

ada wujud sesungguhnya (Umyo Mujitsu).” Dalam nyanyian anak – anak dari Bhikku Eshin

Sozu berkata : “Sama seperti bayangan bulan yang terbayang pada air, yang terdapat

diatas kedua telapak tangan, dimana merupakan suatu kehidupan yang sia – sia belaka”

dan lain - lain.

Penjelasan

Bagian ini dan bagian selanjutnya menjelaskan kalimat perumpamaan untuk

mewujudkan ketidak tetapan dari pencapaian kesadaran Budha dari Nijo dan kedua

kekurangan dari badan Hukum (Hottai). Pertama – tama bagian ini mengenai kutipan

“Bagaikan melihat bulan didalam air”, yang mana menjelaskan kedua kekurangan “tidak

ada wujud sesungguhnya, namun sekarang ada (Honmu Konnu)” dan “mempunyai nama

namun tidak ada wujud sesungguhnya (Umyo Mujitsu)”.

Pada awal bagian ini Nikan Jonin mengajarkan bahwa kalimat “Bulan didalam air”

merupakan perumpamaan bahwa dalam Shakumon masih belum mewujudkan Ichinen

Sanzen yang sesungguhnya, namun disini mengenai hal ini menjelaskan bahwa bulan

didalam air adalah bayangan dari bulan di langit. Oleh karena buklan bulan

sesungguhnya, sehingga mengumpamakan bukan Ichinen Sanzen yang sesungguhnya.

Namun mengenai kalimat ini kalau mewujudkan kedua kekurangan dari badan

Hukum, maka petama – tama “tidak ada dasar pokoknya namun sekarang ada” (Honmu

Kannu), dimana Tien Tai daishi dalam Hokke Gengi berkata ; “ TIdak mengetahui bulan di

langit dan hanya melihat bulan yang terbayang dalam kolam”. Dan kalimat “tidak

mengetahui bulan dilangit” tidak lain berarti tidak ada dasar pokoknya (Honmu). Hanya

melihat bulan yang terbayang dalam kolam “berarti” sekarang ada (konnu).

Page 100: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kemudian mengenai kekurangan dari dari Umyo Mujitsu dimana dalam nyanyian

anak – anak dari Bhikku Eshin Sozu berkata : “Sama seperti bayangan bulan yang

terbayang pada air, yang terdapat diatas kedua telapak tangan, dimana merupakan suatu

kehidupan yang sia – sia belaka”. Makna dari lagu ini adalah seluruh kehidupan manusia

berulang – ulang dari arus hidup-mati, sama seperti bayangan bulan yang terbayang pada

air diatas kedua telapak tangan dan sungguh tiada arti apapun juga. “Bayangan bulan”

dalam nyanyian ini sungguh merupakan bayangan bulan yang terbayang dalam air,

dimana hanya terdapat nama saja dan bukan wujud sesungguhnya dari bulan itu sendiri.

Jadi justru bulan diatas langit adalah Honmon. Bulan dikolam maupun bayangan bulan

yang terbayang di dalam air diatas kedua telapak tangan adalah Shakumon dan didalam

Shakumon ini tidak dijelaskan Incinen Sanzen yang sesungguhnya.

Kutipan

Yang dikatakan “sama seperti rumput tak berakar yang terapung diatas ombak” adalah

mengumpamakan belum ditetapkanya Jobutsu dari Nijo. Yang diartikan rumput tak

berakar adalah rumput terapung. Dalam syair dari Onono Komachi berkata : “Karena

berasa amat sepi, maka sama seperti rumput terapung yang tak berakar. Kalau terbawa

arus air maka akan terbawa kemana pun” dan lain – lain. Dan juga mewujudkan kedua

kekurangan dari Badan Hukum (Hottai), kesatu adalah mewujudkan kekurangan dari

tidak ada dasar pokoknya namun sekarang ada. Dan juga didalam syair Onono Komachi

berkata : “Dengan tanpa penurunan benih, dimana rumput terapung itu akan hidup subur

di dalam ombak” dan lain – lain. Kalimat terdahulu dari syair diatas berarti tidak ada

dasar pokoknya (Honmu) dan kalimat terakhir dari syair diatas berarti sekarang ada

(Konnu). Harap para sarjana merenungkan hal ini, kedua adalah mewujudkan kekurangan

dari hanya mempunyai nama namun tidak ada wujud sesungguhnya (Umyo Mujitsu).

Dalam Shijitsugan tertulis ; “Terapung itu sama seperti barang yang terapung diatas air,

namun tidak menetap pada suatu benda yang tetap” dan lain – lain. Biarpun sudah ada

rumput namun tidak ada ketetapannya bukankah diartikan hanya mempunyai nama

namun tidak ada wujud sesungguhnya, kedua kalimat dari perumpamaan Hukum ini tepat

dengannya” dan lain – lain.

Penjelasan

Kalimat sama seperti rumput tak berakar yang terapung diatas ombak yang

terdapat dibagian dari kalimat Hiyu adalah mengumpamakan bahwa dalam Shakumon

masih belum menetapkan Jobutsu dari Nijo. “Rumput tak berakar ini” berarti rumput

yang terapung diatas air dimana dalam Onono Komachi berkata ; “ Kalau badan merasa

kesepian adalah rumput tanpa akar…” maksud dari pantun ini adalah : “karena merasakan

terlalu sepi, sehingga sama seperti rumput terapung yang tak berakar, dimana kalau

terdapat arus air akan terbawa oleh arus kemana pun.” Begitu kalimat ini mewujudkan

kedua kekurangan dari Badan Hukum (Hottai).

Page 101: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Yang pertama adalah kekurangan dari Honmu Konnu. Mengenai hal ini sama

seperti yang terdapat dalam pantun Onono Komachi yang berkata : “Dengan tanpa

penurunan benih….” Ini berarti “Rumput terapung ini tidak diturunkan benih oleh siapa

pun, namun mengapakah tumbuh dengan subur diantara arus ombak,” dimana bagian atas

dari pantun ini, yang berbunyi : “Dengan tanpa dituruni benih” adalah tidak ada dasar

pokoknya (Honmu) dan bagian bawahnya “Tumbuh dengan subur … “ adalah sekarang

ada (konnu).

Kedua, kekurangan dari mempunyai nama namun tidak ada wujud sesungguhnya.

Didalam buku Shijitsugan yang dikarang oleh Shibako dari kerajaan Shu di Tiongkok

menjelaskan sebagai berikut : “Yang dikatakan terapung adalah barang yang terapung

diatas air, dimana barang tersebut tidak menetap pada suatu benda yang kokoh”. Jadi

walaupun terdapat rumput terapung namun tidak ada kenyataan sesungguhnya, ini

merupakan “Umyo Mujitsu”. Dengan demikian kedua kalimat dari Hukum dan

perumpamaan dari “Ichinen Sanzen yang sesungguhnya belum diwujudkan……..bulan di

dalam air………..dan pencapaian kesadaran Budda dari Nijo belum ditetapkan…….rumput

tak berakar” terlihat denagn cocok seperti irama yang harmonis.

Kutipan

Pertanyaan : Didalam Keimo ke 5 – 28 tertulis perkataan “sebelum” dari “sebelum

menanggalkan pendirian sementara dan menegakkan pandangan sesungguhnya”

(Mihosshaku Kenpon) adalah bukti bahwea Honmon dan Shakumon berpadu menajdi satu.

Kalau sudah menanggalkan pendirian sementara dan menegakakan pendirian

sesungguhnya (Hosshaku Kenpon), maka pandangan sementara (Shaku) adalah

pandangan sesungguhnya (Hon), dan lain – lain. Bagaimanakah arti dari makna ini? Kalau

demikian halnya, perkataan “sebelum” dari sebelum mewujudkan kebenaran (Miken

Shijitsu) apakah akan menjadi bukti bahwa ajaran sementara (gonkyo) dan ajaran

sesungguhnya (Sutra Bunga Teratai) berpadu menjadi satu. Dan oleh karena itu, kalau

telah mewujudkan kebenaran itu dimana ajaran sementara akan menjadi ajaran

sesungguhnya (Sutra Bunga Teratai).

Penjelasan

Terhadap kalimat “Kalau belum menanggalkan pendirian sementara dan

mewujudkan pendirian sesungguhnya, maka Ichinen Sanzen yang sesungguhnya pun belum

di wujudkan……..” Yang didiskusikan hingga saat ini, dimana Nichiko menentang dengan

makna yang sesat. Sedangkan disini Nikkan Jonin meluruskan pandangan yang tersesat

dengan tegas. Pertama – tama, kalau kita menyinggung sedikit mengenai Keimo yang

dikarang oleh Nichiko (1626 – 1698) dari sekte Fuju Fuseko, dimana merupakan

karangan ceramah yang menguraikan Gosho Nichiren Daishonin dengan makna tersesat

yang beranggapan bahwa Honmon dan Shakumon menjadi satu kesatuan. Karena apa

yang diucapkan oleh Nichiko adalah “Kalau belum menanggalkan pendirian sementara

dan mewujudkan pendirian sesungguhnya, maka Ichinen Sanzen pun belum

diwujudkan……”

Page 102: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dimana sebaliknya dapat dikatakan bahwa sesudah menanggalkan pendirian

sementara dan mewujudkan pendirian sesungguhnya, maka pandangan sesungguhnya,

sehingga sementara dan sesungguhnya menjadi satu kesatuan. Jadi justru perkataan

“Belum” dari belum menanggalkan pendirian sementara merupakan bukti perkataan

bahwa “Kalau sudah Honssaku Kempon maka Honshaku menjadi satu kesatuan.” Terhadap

hal ini Nikkan Jonin telah dengan singkat dan dengan tegas meluruskan pandangan yang

tersesat tersebut. Seandainya kalau perkataan “belum” dari belum Hosshaku menjadi

bukti tertulis bahwa Hosshaku menjadi satu kesatuan. Maka perkataan “belum” dari

“belum mewujudkan kebenaran yang sesungguhnya” (Migen Shinjitsu) yang terdapat

dalam Sutra Muryogi (sutra pembukaan dari Sutra Bunga Teratai) merupakan bukti

tertulis bahwa “ajaran sementara dengan ajaran sesungguhnya (gojitsu) menjadi satu

kesatuan.”

Sebab, kalau sesuai dengan cara pembahasan dalam Keimo, maka setelah

memasuki Sutra Bunga Teratai yang menjelaskan kebenaran. Dimana ajaran

sesungguhnya adalah sama apa boleh demikian?

Kutipan

Nichiko berulang kali mengajukan pertanyaan dengan mengatakan, bahwa perumpamaan

dari Gonjitsu merupakan suatu kekeliruan. Jika dapat mempergunakan dengan suatu

perumpamaan (gojitsu) yang sama, ,maka mengapa leluhur Nichiren Daisyonin hanya

membaca Hobenbon dengan menamakan Shaku yang saya baca dan tidak membaca Sutra

Amida dengan menamakan Gon yang saya baca, dan lain – lain. Pertanyaan ini

sesungguhnya merupakan suatu pertanyaan yang tidak wajar. Oleh karena itu Gonjitsu dan

Hosshaku bersamaan menjelaskan berdasarkan Badan Hukum (Hottai), maka dapat

mempergunakan satu perumpamaan yang sama. Sedangkan pembacaan sutra adalah

berdasarkan pada pertapaan, oleh karena itu berbeda tergantung pada waktu. Sedangkan

Nichiko masih mencapur adukan pertapaan dengan Badan Hukum (Hottai) apalagi,

bagaimanakah mengetahui Sutra dari ketiga masa?

Penjelasan

Disini berulang kali Nichiko mengajukan pertanyaan dengan berkata, sekarang

disini ketika mendiskusikan prihal Honmon dan Shakumon mengapa diambil contoh dari

Gojitsu. Bukankah ini merupakan suatu kesalahan? Seandainya kalau ketikan Honshaku

dapat mengambil contoh Gonjitsu sebagai contoh yang sama, maka mengapa ketika

Nichiren Daisyonin hanya membaca Bab Hopen dengan menamakan “Shakumon yang

saya baca” dan tidak membaca Sutra Amida dengan menamakan “Gon yang saya baca”.

Pertanyaan disini sama sekali merupakan pertanyaan yang bodoh sekali.

Page 103: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Nikkan Jonin dengan wajah tersenyum menjawab pertanyaan ini. Dimana

pertanyaan penyangkalan dari Nichiko ini sama sekali tidak tepat mengenai sasaran. Oleh

karena itu dikatakan Gon dengan Jitsu, Honmon dengan Shakumon adalah masalah dari

Badan Hukum, sedangkan pembacaan Bab Hoben maupun Sutra Amida merupakan

masalah pertapaan. Jadi dalam masalah Badan Hukum yang sama untuk menjelaskan

Honmon Shakumon dengan menarik perumpamaan dari Gojitsu tida ada suatu

pertentangan apapun. Sekarang yang dikatakan pertapaan itu akan berubah bentuknya,

sesuai dengan waktu. Oleh karena itu kedua hal ini pertapaan dan Badan Hukum sama

sekali tidak boleh dicampur adukan, maka itu harus di diskusikan dengan tegas

memisahkan kedua hal tersebut.

Akan tetapi, Nichiko dalam mendiskusikan mengenai Badan Hukum yakni

Honmon Shakumon, Gonjitsu telah menarik masalah pertapaan atas pembacaan Sutra

yang mana merupakan suatu kesalahan yang menentukan. Dengan demikian Nikkan

Jonin dengan keras mengecam bahwa orang buta tidak dapat mengerti hal – hal yang

dasar ini, bagaimanakah dapat mengerti urutan dari penyebarluasan Sutra selama tiga

masa?

Kutipan

Sekarang dengan menarik kalimat yang jelas untuk menyatakan pandangan – pandangan

yang keliru dari beliau dan lain – lain. Dalam Hokke Gengi 7 – 33 berkata : “Pertanyaan

mengatakan bahwa ketika semua Budha – Budha dari ketiga masa, kalau menyatakan

pendirian jiwa sejati (Kempon), apakah pendirian jiwa sejati dinyatakan ketika mencapai

kesadaran jiwa Budha yang pertama? Jawaban betapapun tidak semuanya menyatakan

pendirian jiwa sejati. Pertanyaan jika bagi Budha terdapat Shijo dan kujo juga Honshaku

dan Fuhoshaku, maka apakah terdapat Kaisan Kenichi dan Fukaisan Kenichi” dan lain –

lain.

Penjelasan

Nikkan Jonin ketika hendak meluruskan pandangan bahwa Honmon dan

Shakumon adalah suatu kesatuan telah menarik perumpamaan dari perbandingan

Gonjitsu. Namun Nichiko membantah dengan mengatakan bahwa perumpamaan dari

Gonjitsu merupakan sesuatu kekeliruan. Menjawab hal ini Nikkan Jonin telah menarik

bukti tertulis masa lampau bahwa dalam mendiskusikan perbedaan Honmon dan

Shakumon telah dipergunakan perumpamaan Gonjitsu.

Pertama – tama dalam Hokke Gengi Tien Tai Daishi berkata : “Menanya dengan

berkata bahwa semua Budha – Budha dari ketiga masa, kalau menyatakan pendirian sejati

(Kempon) apakah pendirian jiwa sejati diwujudkan ketika mencapai kesadaran jiwa Budha

yang pertama? “

Page 104: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Jawaban, betapapun tidak semuanya menyatakan pendirian jiwa sejati. Selanjutnya

menanyakan dengan berkata Budha terdapat Budha Shijo Shokaku dan Budha Kuon

Jitsujo dan juga kalau Budha terdapat Hosshaku dan Fuhoshaku, maka apakah terdapat

Kaisan Kenichi dan Fukaisan Kenichi? Dalam Hokke Gengi ini dengan tegas menjelaskan

bahwa Budha terdapat Hosshaku dan Fuhosshaku sehingga Honmon dan Shakumon

terbagi dengan jelas. Begitupun makna Honmon dan Shakumon terbagi dengan jelas,

bukankah terdapat Kaisan Kenichi dan Fukaisan Kenichi? Jadi dengan satu perumpamaan

dari Gojitsu pun dapat dipergunakan sebagai perumpamaan dari Honmon dan

Shakumon.

Kutipan

Dalam Hokke Mongu 9 – 18 berkata : “Dalam Sutra Bunga Teratai setelah membuka

jiwa kekal abadi (Kuon) namun meskipun dalam Jufugyo yang berikutnya menjelaskan

Kanjo, tentu tidak akan menutup jiwa kekal abadi (kuon). Kalau sesudah Esan Kiitsu

(Kaisan Kenichi) sudah tentu tidak perlu mengadakan Esan Kiitsu lagi “ dan lain – lain.

Dalam Hokke Mongu 62 berkata : “Ada orang yang berkata bahwa bab ini adalah

Shakumon, karena Budha telah mencapai kesadaran Budha sejak masa lampau yang jauh

sehingga Hukum Budha yang dijelaskan selama Budha muncul pada masa pertengahan

pun merupakan Shakumon, mengenai hal ini saya (Tien Tai Daishi) berpikir, meskipun

makna teorinya demikian, namun pembahasannya tidak tepat, karena pada tahap

pengkhotbahan bab ini dimana Budha Sakyamuni masih belum menjelaskan Honmon dan

Shakumon, maka tidak mungkin dapat mengetahui sebelumnya, bahwa bab ini merupakan

Shakumon.

Penjelasan

Melanjutkan kalimat Hokke Gengi diatas disini dengan menarik dua kalimat Hokke

Mongu sebagi bukti perumpamaan. Dalam Hokke Mongu Tien Tai Daishi berkata: “Setelah

memasukin Honmon Sutra Bunga Teratai berakhir dengan dijelaskannya mengenai jiwa

kekal abadi. Walau dalam Bab Fugyo yang berikutnya menjelaskan Konjo dari Boddhisatva

Fugyo, namun sama sekali tidak menutupi Kuon yang dijelaskan dalam Bab Juryo. Sama

halnya setelah memasuki Sutra Bunga Teratai dengan mengadakan Kaisan Kenichi maka

tidak perlu diadakan Kaisan Kenichi lagi.”

Disini yang dikatakan jauh atau dekat adalah perbedaan antara Honmon dan

Shakumon. Kutipan kalimat : “Setelah memasuki Honmon Sutra Bunga Teratai berakhir

dengan dijelaskan mengenai jiwa kekal abadi”, berarti mendiskusikan perihal Honmon

dan Shakumon. Sedangkan kutipan kalimat : “Setelah memasuki Sutra Bunga Teratai

dengan mengadakan Kaisan Kenichi maka tidak perlu diadakan Kaisan Kenichi lagi”,

berarti menjelaskan perihal Gonjitsu. Jadi dalam kalimat Hokke Mongu pun ketika

mendiskusikan perihal Honmon dan Shakumon telah menarik perumpamaan dari

Gonjitsu.

Page 105: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dalam Hokke Mongu yang sama berkata: “Ada orang yang mengatakan bahwa Bab

ini (bab Shinge) adalah Shakumon karena Budha telah mencapai kesadaran sejak masa

lampau yang jauh yaitu sumber pokok dari Budha yang masa lampaunya sedemikian jauh

yang disebut 500 Jintengo……….. Jadi Hukum Agama Budha yang dijelaskan selama Budha

muncul pada masa pertengahan merupakan Shakumon. Mengenai hal ini saya (Tien Tai

Daishi) berpikir, “meskipun makna teorinya demikian, namum pembahasannya tidak tepat

karena pada tahap pengkhotbahan Bab ini (Bab Shinge) dimana Budha Sakyamuni masih

belum menjelaskan Honmon dan Shakumon, maka tidak mungkin dapat mengetahui

sebelumnya, bahwa Bab ini (Bab Shinge) merupakan Shakumon. Jika terjadi hal demikian,

maka sama seperti dalam tahap ajaran sementara (Gonkyo) yang masih belum menyadari

Sanjo (Shomon, Engaku dan Boddhisatva), namun telah menyadari kesadaran Budha dari

Sutra Bunga Teratai. Hal ini pasti tidak mungkin terjadi.”

Jadi setelah dijelaskan Honmon baru Shakumon yang dijelaskan sebelumnya

menjadi terang bahwa bahwa yang dijelaskan itu adalah Shakumon. Selama Honmon

masih belum dijelaskan, dimana Bab ini (Bab Shinge) adalah Shakumon sama sekali tidak

dapat diketahui. Jadi justru penjelasan Honmon akan menjelaskan dengan terang

perbedaan antara Honmon dan Shakumon. Dan setelah dijelaskan Honmon dimana

beranggapan bahwa Honmon dan Shakumon adalah satu kesatuan merupakan

pandangan yang salah sama sekali. Dalam kalimat ini pun untuk mendiskusikan

perbedaan Honmon dan Shakumon telah mengambil perumpamaan dari Gonjitsu.

Jadi Kutipan kalimat “Sebelum menjelaskan Honmon dan Shakumon bagaimanakah

dapat menyadari Bab Shinge adalah Shakumon,” merupakan penjelasan mengenai

Honmon dan Shakumon. Untuk membuktikan diskusi tersebut telah ditarik

perumpamaan Gonjitsu yang berbunyi : “Sebelum menyadari Sanjo (Shomon,Engaku dan

Boddhisatva), namun telah menyadari kesadaran Budha dari Sutra Bunga Teratai.”

Kutipan

Dalam Ki (Hokke Monguki dari Myoraku Daishin) 9 – 34 tertulis : “Setelah Honmon dari

Sutra Bunga Teratai diwujudkan, kalau masih ada yang menganut Kanjo yakni Shakumon,

maka sama halnya pada Shakumon yang telah menyadari Sanjo (Shomon, Engaku,

Boddhisatva)” dan lain – lain. Dalam Jibyosho tertulis : “Didalam Sutra Bunga Teratai

masih terdapat dua Sutra yakni Shakumon dan Honmon. Perbedaan atara Honmon dan

Shakumon adalah bagaikan perbedaan air dan api, langit dan bumi. Dan perbedaan ini

jauh melebihi perbedaan antara Sutra Bunga Teratai dan ajaran sebelum Sutra Bunga

Teratai (Nizen)” dan lain – lain. Apakah Tien Tai, Shoan, Myoraku dan leluhur Nichiren

kesemuanya bersalah? Bagaimanakah Nichiko?

Page 106: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Disini terlebih lagi Nikkan Jonin menarik kalimat dari Myoraku dan Jibyosho dari

Nichiren Daisyonin untuk meluruskan kesesatan dari Nichiko. Dalam Hokke Monguki

Myoraku Daishin berkata : “Setelah menjelaskan Honmon dari Sutra Bunga Teratai, kalau

masih berkecimpung dengan pencapaian kesadaran Budha yang dekat(Konjo) yakni

didalam Shakumon dimana seperti Shakumon yang telah menyadari Sanjo, namun masih

berkecimpung dalam ajaran sementara yang belum menyadari Sanjo (Shomon, Engaku dan

Boddhisatva)” Disinipin kutipan kalimat : “setelah menjelaskan Honmon dari Sutra Bunga

Teratai kalau masih berkecimpung dengan pencapaian kesadaran Budha yang dekat

(Konjo)” mendiskusikan Honmon Dan Shakumon.

Sedangkan kutipan kalimat “dalam Shakumon dimana seperti Shakumon yang telah

menyadari Sanjo, namun masih berkecimpung dalam ajaran sementara yang belum

menyadari Sanjo” mendiskusikan ajaran sesungguhnya (Jikkyo). Dimana dalam

mendiskusikan masalah Honmon dan Shakumon telah menarik bukti perumpamaan dari

Gonjitsu.

Dalam Gosho Jobyosho, Nichiren Daishonin berkata : “Dalam Sutra Bunga Teratai

terdapat dua Sutra yaitu Shakumon dan Honmon. Perbedaan Honmon Shakumon ini

adalah perbedaan bagai air dan api, lagit dan bumi, perbedaannya melebihi perbedaan

antara Sutra Bunga Teratai dengan Sutra Nizen”.

Begitupun perbedaan Honmon Shakumon dikatakan bagai perbedaan air dan api, bumi

dan langit. Sedangkan keunggulan anatara Honmon dan Shakumon dijelaskan dengan

menarik perumpamaan perbedaan dari Gonjitsu dengan kutipan kalimat yang berbunyi

sebagai berikut : “Perbedaan ini jauh melebihi perbedaan antara Sutra Bunga Teratai

dengan Sutra Nizen.” Dengan demikian Nichiren Daisyonin dan arif bijaksana lainnya

seperti Tien Tai, Shoan, Myoraku dan sebagainya selalu membagi dengan tegas Honmon

Dan Shakumon. Selanjutnya untuk mendiskusikan hal itu menarik perumpamaan dari

Gonjitsu.

Kalau pandangan yang tersesat dari Nichiko yang mengatakan : “Kalau perkataan

sebelum dari sebelum menanggalkan pendirian sementara (Mihosshaku) merupakan bukti

kesatuan Honmon dan Shakumon.” Maka Nikkan Jonin dengan menarik perumpamaan

dari Gonjitsu untuk meluruskan pandangan yang salah antara Honmon dan Shakumon

dengan berkata : “Kalau demikian apakah perkataan sebelum dari sebelum mewujudkan

ajaran sesungguhnya (Miken Shinjitsu) merupakan bukti kesatuan antara Gonjitsu.” Kalau

ini merupakan suatu kesalahan apakah makna yang diutarakan oleh arif bijaksana masa

lampau merupakan suatu kesalahan.

Page 107: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Begitupun kalau menunjukan satu perumpamaan berdasarkan pertapaan. Maka leluhur

Nichiren Daisyonin adalah Guru pimpinan Honmon masa mappo. Maka pertapaan pokok

adalah Honmon, pertapaan tambahan (sampingan) adalah Shakumon. Oleh karena itu

dengan membaca Bab Hoben dengan menamakan Shakumon yang saya baca. Begitupun

Tien Tai adalah Guru pimpinan dari Shakumon masa Zoho, maka pertapaan pokok adalah

Sutra Bunga Teratai dan pertapaan tambahan (sampingan) adalah Sutra – Sutra sebelum

Sutra Bunga Teratai (Nizen). Oleh karena itupun Tien Tai membaca Sutra Mida, biarpun

orang lain membaca Sutra Mida dan lain – lain, namun mempunyai pembacaan yang

berlainan. Yaitu “Walau dimulut mengutarakan ajaran sementara (Gonkyo), namun hati

dalamnya sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran sesunguhnya (Mahayana)” dan

lain – lain. Sedangkan bukankah berarti membaca Sutra Mida dengan menamakan Gon

yang saya baca. Bagiamanakah Nichiko?

Penjelasan

Oleh karena Nichiko mencapuradukan hal Badan Hukum dan pertapaan, maka

dengan selesainya dijelaskan mengenai Badan Hukum , marilah setahap lebih mendalam

membicarakan mengenai masalah pertapaan. Hal yang penting dalam masalah pertapaan

adalah memperhatikan bahwa sekarang adalah masa yang bagaimanakah? Dimana

pertapaan dimasa Hidupnya Budha Sakyamuni, pertapaan masa Shoho dan Zoho,

begitupun pertapaan dimasa Mappo semuanya berbeda isi dan cara pertapaan

berdasarkan waktu.

Kalau berdasarkan pendirian Nichiren Daisyonin, maka Nichiren Daisyonin adalah

Guru pembimbing Honmon masa Mappo. Jadi pertapaan pokok mempergunakan

Honmon dan pertapaan tambahan dipergunakan Shakumon. Oleh karena itu, Nichiren

Daisyonin membaca Bab Hoben dengan menamakan “Shakumon yang saya baca”, namun

hal ini dibaca dengan Shoha (pengingkaran) dan Shakumon (peminjaman kalimat). Jadi

Shoha berarti Bab Hoben bagi masa Mappo sekarang ini tidak bermanfaat, sedangkan

Shakumon (peminjaman kalimat) berarti meminjam kalimat Bab Hoben untuk

mewujudkan Nammyohorengekyo dari ketiga Hukum Rahasia Agung.

Selanjutnya menurut Tien Tai Daishi yang berpendirian sebagi Guru pembimbing

Shakumon masa Zoho, maka pertapaan pokok adalah Sutra Bungan Teratai, sedangkan

pertapaan tambahan mempergunakan Sutra Nizen. Oleh karena itu Tien Tai Daishi pun

sama seperti orang lainnya membaca Sutra Mida, namun sama sekali berlainan dalam

pembacaannya dimana mereka percaya bahwa Sutra tersebut adalah yang tertinggi.

Page 108: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Jadi walau Tien Tai Daishi menyebut ajaran sementara yang mana tidak lain karena

menyesuaikan dengan keadaan diluar namun sesungguhnya hatinya berdasarkan Sutra

Bunga Teratai. Sama seperti Nichiren Daisyonin membaca Bab Hoben (Shakumon)

dengan menamakan Shakumon yang saya baca, begitupun sama halnya Tien Tai Daishi

membaca Sutra Nizen dan ajaran sementara sebagai Gon (ajaran sementara) yang saya

baca. Jadi pandangan yang tersesat dari Nichiko baik dari segi Badan Hukum (Hottai)

maupun pertapaan telah seluruhnya diluruskan oleh Nikkan Jonin.

Kutipan

Pertanyaan begitupun dalam Keimo tertulis : “Mengenai pencapaian kesadaran Budha dari

Shamon dan Engaku yang telah diutarakan dalam tahap Shakumon, dimana dalam Bab

Kenhoto ke 11 Sutra Bunga Teratai Budha Taho dan Budha – Budha lainya telah

menghadiri upacara Bunga teratai, untuk menyaksikan kebenaran dari Sutra Bunga

Teratai. Oleh karena itu walaupun masih belum menanggalkan pendirian sementara dan

menegakkan pendirian sesungguhnya, namun Ichinen Sanzen yang sesungguhnya telah

dijelaskan, sehingga kesadaran Budha dari Shomon dan Engaku pun telah ditetapkan.

Walaupun demikian, dikatakan bahwa pada Shakumon dimana Ichinen Sanzen yang

sesungguhnya belum terwujudkan. Begitupun pencapaian kesadaran Budha dari Shomon,

Engaku belum di tetapkan sehingga tidak lain berarti dengan pendirian Kuon Jitsujo dari

Honmon untuk menangggalkan Shijo Shokaku dari Shakumon. Dengan demikian maksud

sesungguhnya dari penanggalan Shinjo Shokaku dengan Kuon Jojitsu adalah untuk

menanggalkan Shakumon Sutra Bunga Teratai yang dianut oleh Tien Tai dan lain – lain.

Bagaimanakah maknanya?

Penjelasan

Inipun pertanyaan yang terdapat dalam Kaimo dari Nichiko. Kalau kutipan Kaimo

ini diterjemahakan adalah sebagai berikut : Mengenai pencapaian kesadaran Budha dari

Shomon dan Engaku yang telah dijelaskan dalam tahap Shakumon, dimana dalam Bab 11

Kenhoto Sutra Bunga Teratai Budha Taho dan seluruh Budha – Budha lainnya telah

menghadiri upacara Sutra Bunga Teratai untuk menyaksikan kebenaran Sutra Bunga

Teratai dimana berkata : “semua yang diutarakan adalah benar” . Jadi walau belum

menanggalkan pandangan sementara dan mewujudkan pandangan sesungguhnya

(Hosshaku Kempon) namun Ichinen Sanzen telah dijelaskan. Begitupun kesadaran Budha

dari Nijo telah ditetapkan. Walaupun demikian Nichiren Daisyonin dalam Kaimokusho

mengatakan bahwa dalam Shakumon masih belum mewujudkan Ichinen Sanzen yang

sesungguhnya, begitupun pencapaian kesadaran Budha dari Nijo belum ditetapkan.

Bukankah ini merupakan perkataan berdasarkan pandangan Kuon Jitsujo dari Honmon

untuk menanggalkan Shinjo Shokaku. Dengan demikian makna sesungguhnya dari

penanggalan Shinjo Shokaku dengan berdasarkan Kuon Jitsujo adalah untuk

menanggalkan Shakumon Sutra Bunga Teratai yang dianut oleh Tien Tai.

Page 109: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Maksud sesungguhnya dari Nichiko betapapun ingin menyatakan Honmon dan

Shakumon merupakan satu kesatuan. Oleh karena Shakumon telah dibuktikan oleh

Budha Taho dan seluruh Budha – Budha lainnya didalam Bab Kenhoto Sutra Bunga

Teratai, maka apakah sesudah menanggalkan pendirian sementara (Mihosshaku) sama

sekali tidak mempunyai masalah, melainkan dalam Shakumon telah dijelaskan Ichinen

Sanzen yang sesungguhnya.

Begitu pun telah ditetapkan pencapaian kesadaran Budha dari Nijo. Oleh karena Nichiko

tidak mengetahui apa yang dikatakan “Tujuan perbandingannya tidak sama (Shotai

Fudo)”, sehingga terjadi kesalahan demikian. Mengenai hal ini Nikkan jonin

meluruskannya dengan tegas memuaskan.

Kutipan

Nikkan Jonin berkata dengan menyangkal : “Nichiko,anda bodoh sekali! Pencuripun masih

mempunyai dasar kewajaran untuk menuntut keuntungan dari sandang pangan.

Keuntungan apakah yang anda tuntut, sehingga menyelewengkan kalimat yang luhur

berdasarkan kehendak diri sendiri yang jahat. Dimana Myoraku berkata, berbagai Hukum

Budha tidak tetap maknanya, dimana tergantung pada apakah yang diperbandingkan.

Dengan demikian pula leluhur Budha Nichiren Daisyonin berkata: “Pada hakekatnya

tergatung pada Sutra – Sutra bagaimanakah yang diperbandingkan dan harus menilai

keunggulan dan kekurangan dari berbagai Sutra – Sutra“ dan lain – lain. Kalimat diatas

yang menerangkan dimana Budha Taho dan Budha lainnya telah menghadiri upacara

Sutra Bunga Teratai untuk menyaksikan kebenaran Shakumon Sutra Bunga teratai adalah

karena membandingkan ajaran Nizen dan ajaran Mahayana. Oleh karena itu dalam

kalimat kesimpulanya tertulis: “Hukum ini adalah untuk membandingkan Shakumon dan

Nizen” dan lain – lain.

Sekarang dikatakan “Ichinen Sanzen sesungguhnya belum terwujudkan” adalah karena

memperbandingkanya terhadap Honmon. Oleh karena itu dikatakan “Kalau masih belum

menanggalkan pendirian sementara dan mewujudkan pandangan sesungguhnya. Sehingga

walaupun pada Shakumon yang sama, namun tergantung pada perbandingan yang

bagaimanakah sehingga terjadi kenyataan maupun kekosongan dan menimbulkan

perbedaan bagai lagit dan bumi. Oleh karena itu dikatakan bahwa : “Karena masih belum

mewujudkan penanggalan pendirian sementara dan menegakkan pendirian sesungguhnya

(Hosshaku Kempon)” dan lain – lain. Kalau masih tetap menyangkal hal ini, apakah seluruh

kehidupan Budha Sakyamuni dapat dikatakan benar? Dalam Kalimat Kaimokusho yang

tersebut diatas berkata : “Ajaran seluruh kehidupan Budha Sakyamuni selama 50 tahun

kalau dibandingkan dengan ajaran dan filsafat selain Hukum Agama Budha akan manjadi

ajaran Mahayana. Ini adalah perkataan sunguh – sungguh dari orang dewasa” dan lain –

lain. Bagaimanakah Nichiko?

Page 110: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Kalimat diatas adalah jawaban dari Nikkan Jonin yang meluruskan pandangan

tersesat. Pencuripun masih mempunyai dasar kewajaran untuk menuntut keuntuingan

dari sandang pangan. Keuntungan apakah yang anda tuntut sehingga anda

menyelewengkan kalimat yang luhur berdasarkan kehendak sendiri yang jahat. Myoraku

Daishi berkata : “Berbagai Hukum Agama Budha tidak tetap maknanya, dimana

tergantung dengan apakah ia diperbandingkan”.

Dalam Hokke Shoyu Sho, Nichiren Daisyonin berkata : “Pada hakekatnya

berdasarkan penjelasan yang diperbandingkan terhadap Sutra yang bagaimanakah

sehinga menentukan keunggulan dan kelemahan dari berbagai Sutra.” Dalam Kaimokusho

dengan menarik pembuktian dari Budha Taho dan seluruh Budha – Budha lainnya,

sehingga ditetapkan kebenaran dari Shakumon adalah karena diperbandingkan dengan

Sutra – Sutra Nizen dan ajaran sementara lainnya.

Jadi dalam Kaimokusho yang menyimpulkan bagian ini tertulis bahwa “Hukum ini

adalah perbandingan antara Shakumon dan Nizen”. Jadi mengenai Shakumon Sutra Bunga

Teratai dimana dalam Kaimokusho dikatakan bahwa “Belum diwujudkan Ichinen Sanzen

sesungguhnya” adalah dikatakan demikian, karena diperbandingkan dengan Honmon.

Oleh karena itu pada mulanya dikatakan “Oleh karena masih belum menanggalkan

pendirian sementara dan mewujudkan pendirian sesungguhnya”. Jadi walau Shakumon

yang sama pun akan menjadi nyata maupun tidak nyata berdasarkan dengan apakah

diperbandingkanya. Yang mana akan mengakibatkan perbedaan bagi langit dan bumi.

Selanjutnya kalau masih tetap menyangkal hal ini, apakah ajaran seluruh kehidupan

Budha Sakyamuni dapat dikatakan benar?

Maka dalam Kaimokusho diajarkan “seluruh ajaran selama 50 tahun kalau

diperbandingkan dengan ajaran selain Hukum Agama Budha merupakan ajaran

Mahayana. Ini merupakan suatu kenyataan yang wajar”. Dengan demikian Nikkan Jonin

menunjukan prinsip tujuan perbandingan tidak sama (Shotai Fudo) yang sangat penting

dalam Hukum Agama Budha untuk meluruskan pandanmgan yang tersesat dari Nichiko.

Dalam Sutra Nizen pun terdapat berbagai Sutra yang menunjuk dirinya sebagai raja dari

segala Sutra ataupun dikatakan sebagai Sutra yang terunggul. Sebagi umpama “raja dari

segala Sutra” yang terdapat dalam Sutra Konkomyo. Terunggul dari seluruh Sutra yang

terdapat dalam Sutra Mitsugon ataupun “terunggul dari segala sesuatu” yang terdapat

dalam Sutra Rokuharamitsu dan yang masih terdapat banyak contoh – contoh nyata.

Namun dalam Hokkeshuyosho Nichiren Daisyonin menjelaskan : “Kutipan –kutipan

kalimat itu adalah mirip dengan ketiga huruf Ikoto yang lalu, sekarang dan akan datang

dari Sutra Bunga Teratai.”

Page 111: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Walaupun demikian kalau diperbandingkan dengan Sutra – Sutra Bontai, Shiten

dan sebagainya, maka akan menjadi raja dari seluruh Sutra ataupun kalau

diperbandingkan dengan Sutra – Sutra Theravada akan menjadi raja dari segala sutra.

Begitupun kalau diperbandingkan dengan Sutra – Sutra Kegon, Shoman dan sebagainya

akan menjadi yang terunggul dari segala Sutra. Sungguh dengan memperbandingkan

Sutra – Sutra selama 50 tahun lebih, antara Mahayana dan Theravada, ajaran sementara

dan ajaran sesungguhnya, ajaran nyata dan rahasia (Kenmitsu) tidak lain akan

mewujudkan maharaja dari raja berbagai Sutra.

Jadi disini Nichiren Daisyonin mengajarkan bahwa lemah unggulnya segala Sutra

ditetapkan berdasarkan dengan Sutra apakah Sutra itu diperbandingkan. Seandainya

kalau tidak mengetahui prinsip “tujuan perbandingan yang tidak sama” maka akan

tersesatkan oleh kalimat sperti “raja dari berbagai Sutra” maupun “terunggul dari segala

sutra”. Yang mana akan selalu terjerumus kedalam ajaran Nizen yang terendah. Sama

halnya selalu mempertahankan Shakumon dengan pandangan yang tersesat dan tidak

memasuki Honmon. Begitupun makna diatas kalimat dari Sutra Bunga Teratai dan tidak

mau percaya makna didasar kalimat Bab Juryo adalah disebabkan karena tidak

mengetahui prinsip tujuan perbandingan yang tidak sama, namun kalau menyelidiki dari

berbagai sudut Sutra – Sutra maka ajaran yang tertinggi satu – satunya tidak lain adalah

Nammyohorengekyo.

Kutipan

Apalagi dengan berdasarkan Kuon Jitsujo menanggalkan Shinjo Shokaku sehingga

menjelaskan bahwa Ichine Sanzen dari Shakumon itu bukankah Ichinen Sanzen yang

sesungguhnya. Anda pun mengetahui hal ini. Kalau unggul dan rendahnya Honmon dan

Shakumon tidak benar, bagaimanakah leluhur Budha Nichiren Daisyonin dapat

meluruskan Hukum Ichinen Sanzen secara teori dari Shakumon yang diterangkan oleh Tien

Tai Daishin dari jaman Zoho tanpa pegangan apapun? Dalam Kaimokusho hal 197 berkata

: “Setelah memasuki ajaran Honmon. Kalau Shinjo Shokaku dapat ditanggalkan maka

akibat dari ke 4 ajaran (sebelum Honmon) semuanya dapat ditanggalkan. Kalau akibat ke

4 ajaran (sebelum Honmon) semuanya dapat ditanggalkan , maka sebab dari ke 4 ajaran

dapat ditanggalkan. Dengan menanggalkan sebab akibat sepuluh dunia dari Nizen dan

Shakumon sehingga mewujudkan sebab akibat dari Honmon, justru inilah Hukum Agama

Budha dari Hon In Honga. Sembilan dunia pun mencakupi dunia Budha yang tak berawal,

sehingga sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia (Jukkai Gogu). Seratus dunia seribu

aspek (Hyakai Sennyo) dan Ichinen Sanzen yang sesungguhnya” dan lain – lain.

Penjelasan

Disini Nikkan Jonin mendiskusikan secara lebih mendalam mengenai kutipan

dalam Keimo dari Nichiko yang diterangkan pada Bab sebelumnya berbunyi : “Dengan

pendirian Kuon Jitsujo dari Honmon untuk menanggalkan Shinjo Shokaku dari Shakumon.”

Page 112: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dalam Keimo terdapat kutipan kalimat yang berbunyi : “Dikatakan bahwa pada

Shakumon dimana Ichinen Sanzen yang sesungguhnya belum terwujudkan. Begitupun

pencapaian kesadaran Budha dari Shomon dan Engaku belum ditetapkan sehingga tidak

lain berati dengan pendirian Kuon Jitsujo dari Honmon untuk menanggalkan Shinjo

Shokaku dari Shakumon….”

Memang tepat demikian dimana Nichiren Daisyonin dengan jelas memperbandingkan

Honmon dan Shakumon dengan pendirian Kuon Jitsujo dari Honmon telah menanggalkan

Shijo Shokaku dari Shakumon.

Oleh karena itu, dengan jelas dapat diketahui bahwa Ichinen Sanzen dari Shakumon

bukan Ichinen Sanzen yang sesungguhnya.

Seandainya, kalau lemah unggulnya Honmon Shakumon bukan sesuatu yang

sesungguhnya, maka mengapa Nichiren Daisyonin dapat menanggalkan teori Hukum

Ichinen Sanzen dari Shakumon Sutra Bunga Teratai masa Zoho. Justru karena terdapat

ungul lemahnya Honmon Shakumon, begitupun justru karena Shakumon dari Zoho yang

telah lewat jaman, tidak berguna bagi masa Mappo sekarang ini, sehingga Nichiren

Daisyonin dapat meluruskan teori Shakumon dari Tien Tai Daishi.

Mengenai hal ini Nichiren Daisyonin dalam Kaimokusho menjelaskan “Setelah memasuki

Honmon, kalau dapat menanggalkan Shijo Shokaku maka akan menanggalkan akibat dari

keempat ajaran” Maksud kalimat ini berarti bahwa setelah memasuki Honmon Sutra

Bunga Teratai dimana Budha Sakyamuni telah menanggalkan pendirian Shijo Shokaku

dengan menjelaskan pencapaian kesadaran Buddha pada masa 500 Jintengo yang

lampau.

Sebagai akibat telah menanggalkan badan Budha yang dijelaskan dalam berbagai ajaran

dari Zo Tsu, Betsu dan En. Kalau akibatnya ditanggalkan maka dengan sendirinya

menanggalkan sebab – sebab pertapaan yang dilaksanakan hingga sekarang.

Terlebih lagi, Budha Sakyamuni setelah memasuki ajaran Honmon langsung

menanggalkan sebab akibat sepuluh dunia yang dijelaskan dalam Nizen Shakumon

dengan menerangkan wujud sesungguhnya dari Kuon dan sebab akibat sepuluh dunia

dari Honmon. Ini adalah Hukum Hon in (Sebab Pokok) dan Hon Ga (Akibat Pokok).

Hukum Hon In dan Hon Ga berarti bahwa kesembilan dunia pun sejak masa yang tak

berawal yaitu telah memiliki dunia Budha sejak Kuon Ganjo.

Begitupun dunia Budha memiliki kesembilan dunia tak berawal, sehingga merupakan

sepuluh dunia, seribu Nyoze dan Hukum Ichinen Sanzen yang sesungguhnya.

Page 113: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Kutipan kalimat “Kalau Shijo Shokaku dapat ditanggalkan” berarti dalam Sutra Bunga

Teratai Bab Juryo berkata : “ Sesungguhnya saya menyadari jiwa Budha ini sejak masa

yang tak terhingga lamanya (Ga Jitsu Jobutsu Irai Muryomuhen)” dan lain – lain. Yakni

kalimat ini yang menangglakan Shinjo Shokaku dari Nizen Shakumon ini menjadi satu

perkataan “bualan besar”. Tien tai berkata dan lain – lain …… Leluhur Budha Nichiren

Daisyonin berkata dan lain – lain : “ Kalau akibat dari ke 4 ajaran sebelum Hanmon

semuanya dapat ditanggalkan, maka begitupun sebab dari ke 4 ajaran sebelum Honmon

semuanya dapat ditanggalkan” dan lain – lain, berarti dalam Hokke Gengi Roll ke 7 yang

dengan jelas menerangkan sepuluh Myo dari Honmon. Didalam sebab akibat dari sepuluh

dunia tidak berarti sebab akibat yang dimiliki oleh masing – masing sepuluh dunia,

melainkan berarti sebab adalah Sembilan dunia, akibat adalah dunia Budha. Oleh karena

itu dikatakan sebagai sebab akibat dari sepuluh dunia. Bersama ini dengan

mengkhotbahkan sebab pelaksanaan Budha Sakyamuni sehingga menampung ke 9 dunia

kedalamnya.

Penjelasan

Disini menjelaskan lebih mendalam mengenai kutipan kalimat Kaimokusho yang

disebut diatas. Dalam kutipan kalimat “Kalau menanggalkan Shijo Shokaku” dari

Kaimokusho ini menunjukan kalimat yang dijelaskan dalam Bab Juryo yang berbunyi :

“Sejak saya mencapai kesadaran Budha telah berlalu waktu yang tak terhitung dan tak

terhingga”. Jadi Budha Sakyamuni belum memasuki Bab Juryo ini meneruskan penjelasan

pencapaian kesadaran Budha dengan pertapaan masa sekarang ini, namun setelah

memasuki Bab Juryo menjelaskan Kuon bahwa beliau telah mencapai kesadaran Budha

pada masa 500 Jintengo yang lampau. Dan kalimat Juryo ini merupakan proklamasi yang

membatalkan dari dasarnya ajaran Nizen Shakumon. Mengenai hal ini Tien Tai Daishi

maupun Nichiren Daisyonin menjelaskan dengan terang dalam berbagai karangannya.

Selanjutnya mengenai kutipan kalimat : “Kalau akibat keempat ajaran dapat

ditanggalkan” dimana dalam Bab ke 7 Hokke Gengi yang menjelaskan sepuluh Myo dari

Honmon menjelaskan hal ini dengan terang. Sebab akibat dari sepuluh dunia yang

terdapat dalam Kaimokusho ini bukan sebab akibat yang mencakupi dari masing –

masing dunia neraka hingga dunia Budha, melainkan hubungan sebab akibat yang

menjadikan kesembilan dunia sebagai sebab dan dunia Budha sebagai akibatnya.

Seperti yang sebelumnya, dimana kalau akibat dari keempat ajaran yaitu dunia Budha

Shijo Shokaku dapat ditangggalkan maka sebab keempat ajaran yaitu kesembilan

duniapun dapat ditanggalkan. Dengan menangggalkan kesepuluh dunia dari Nizen

Shakumon ini dimana setelah memasuki Honmon maka inti hakekat dan kekekalan dari

Dunia Budha menjadi jelas adanya. Begitupun bersamaan dengan itu dijelaskan

“Gahongyo Bosatsudo (sayapun pada dasarnya menjalankan pertapaan Boddhisatva)”

yang mencakupi seluruh kesembilan dunia yang merupakan sebab pelaksanaan

pertapaan Budha Sakyamuni.

Page 114: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

“Yakin inilah Hukum Agama Budha Ho In Hon Ga” berarti disinilah terdapat wasiat sakti

yang mendalam sekali yang disebut berdasarkan makna diatas kalimat dan makna didasar

kalimat. Sekarang disini akan menjelaskan berdasarkan makna diatas kalimat. Sebab

pokok dasar (Hon In) yakni kesembilan dunia yang tak berawal.

Oleh karena itu dalam Sutra berkata ; “Jiwa sejati saya yang tercapai dalam pertapaan

Boddhisatva sampai sekarang pun masih belum berakhir hingga masa yang tak terhingga”

dan lain – lain. Tien Tai berkata : “Ketika meningkat pada Syoju telah menyadari jiwa yang

kekal” dan lain – lain.

Karena sudah kekal abadi pada sebab pokok dasar (Hon In), maka disebut Sembilan dunia

yang tak berawal. Kalau sebab dasar pokok (Hon In) sudah kekal abadi, maka sewajarnya

akibat pokok dasar (Hon Ga) pun kekal abadi. Oleh karena itu dalam sutra berkata :

“Sesungguhnya saya telah mencapai kesadaran Budha sejak masa Kuon kekal abadi yang

sangat jauh serta panjang usianya adalah Asogiko yang tak terhingga dan

kekekalabadiannnya yang tak pernah berkurang untuk selama – lamanya” dan lain – lain.

Karena sudah kekal abadi pada akibat pokok dasar (Hon Ga), maka disebut dunia Budha

yang tak berawal. Inilah Ichinen Sanzen yang sudah terdapat sejak kekal abadi (Honnu

Joju), nama dan badan sesungguhnya terkandung bersama – sama (Myo Tai Gujitsu),

sehingga dinamakan sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia (Jukkai Gogu), seratus

dunia seribu aspek (Hyakkai Sennyo) dan Ichinen Sanzen yang sesungguhnya.

Penjelasan

Disini merupakan bagian yang menjelaskan dengan jelas mengenai kalimat

“Hukum sebab pokok dan akibat pokok” dari kutipan kalimat Kaimokusho diatas.

Mengenai kutipan kalimat “Ini adalah Hukum sebab pokok dan akibat pokok” dari

Kaimokusho dimana pada sekte Nichiren Shoshu terdapat wasiat yang mendalam dan

rahasia yang membagi kalimat tersebut berdasarkan di atas kalimat dan di dasar kalimat.

Kalau sekarang disini dijelaskan berdasarkan di atas kalimat maka sebab pokok (Hon In)

ini tidak berawal, yakni kesembilan dunia dari Kuon Ganjo. Dalam Bab Juryo terdapat

kalimat yang berbunyi “Saya pada dasar pokoknya melaksanakan pertapaan Boddhisatva

dimana usia jiwa Budha yang telah dicapai hingga sekarang masih belum berakhir

(Gahongyo Bosatsu Shoju Yumyo Konjumijin)” yang mana menjelaskan pertapaan

kesembilan dunia yang tak berawal dan menerangkan kekekalan dari kesembilan dunia.

Dalam Hokke Mongu Tien tai Daishi berkata : “Ketika meningkat pada Shoju, sudah

memperoleh usia yang kekal abadi” jadi dalam melaksanakan pertapaan Boddhisatva

Kuon Ganjo ketika meningkat pada tingkat Shoju sudah menyadari jiwa kekal abadi yang

tak berawal akhir.

Page 115: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dengan demikian, dalam tahap pertapaan sebab pokok kesembilan dunia kalau

sudah terdapat akibat pokok kekekal abadiannya maka sewajarnya dunia Budha pun tak

berawal akhir dan kekal abadi. Oleh karena dalam Bab Juryo terdapat kalimat yang

berbunyi : “Sesungguhnya setelah saya mencapai kesadaran Budha sejak masa Kuon kekal

abadi yang sangat jauh serta panjangnya usianya adalah Asogiko yang tak terhingga dan

kekekal abadiannya yang tak pernah berkurang untuk selama – lamanya” dimana

dijelaskan kekekalan akibat pokok (Hon Ga Joju) dan dunia Budha yang tak berawal.

Dengan demikian Ichinen Sanzen dari Honmon menjelaskan sebab pokok dan

akibat pokok. Dan oleh karena menjelaskan dasar pokok kekekal abadian dari Kuon maka

merupakan Ichinen Sanzen yang dimiliki sejak asal mula dan kekal abadi maupun nama

dan badan yang sesungguhnya (Myo Tai Gujitsu) dan justru inilah Jukkai Gogu, Hyakkai

Senyo dan Ichinen Sanzen yang sesungguhnya.

Kutipan

Selanjutnya kalimat “Seratus dunia seribu Nyo Ze (Hyakkai Sennyo) berarti dalam

Honzonsho 8 – 18 berkata “Shakumon adalah Budha dari Shijo Shokaku yang menjalankan

seratus dunia seribu Nyo Ze (Hyakkai Sennyo) yang tidak ada dasar pokoknya namun

sekarang ada (Honmu Konnu) dan Honmon adalah sepuluh dunia yang berdasarkan pada

Kuon dan telah mewujudkan Kokudo Seken” dan lain – lain. Dalam Shakumon karena

belum menjelaskan Kokudo Seken sehingga terbatas pada seratus dunia seribu Nyo ze

(Hyakkai Sennyo). Meskipun demikian penjelasan Ichinen Sanzen dalam Bab Hoben

Shakumon adalah tepat, yaitu pasti terdapat sesuatu pegangan, sehingga dijelaskan

Ichinen Sanzen. Namun kalau ini dijelaskan dengan pemecahan yang lebih mendalam,

maka Shakumon hanya menjelaskan seratus dunia seribu Nyo ze (Hyakkai Sennyo) saja.

Dalam Honzonsho berkata : “Apakah perbedaan antara seratus dunia serubu aspek

(Hyakkai Sennyo) dengan Ichinen Sanzen? Menjawab dengan berkata, seratus dunia seribu

Nyo Ze (Hyakkai Sennyo) hanya terbatas pada yang berperasaan saja (Ujo) sedangkan

Ichinen Sanzen mencakupi yang berperasaan dan yang tak berperasaan (Hijo)” dan lain –

lain.

Penjelasan

Ini adalah bagian terakhir yang mendiskusikan Ichinen Sanzen dengan

memperbandingkan Honmon dan Shakumon . sebelum bagian ini dijelaskan semua

berpendirian pada pendirian yang dinamakan Shakumon Honmon kedua – duanya

merupakan Ichinen Sanzen. Jadi tidak lain berdasarkan pandangan sementara.

Page 116: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Sedangkan bagian terakhir ini dijelaskan pandangan yang lebih mendalam, jadi

dalam tahapan Shakumon masih belum melampaui batas Hyakkai Sennyo. Namun

Ichinen Sanzen baru disimpulkan dengan sempurna setelah memasuki Honmon.

Mengenai Shakumon yang berakhir pada Hyakkai Sennyo dimana dalam Kanjin

Honzonsho berkata ; “Shakumon adalah Budha dari Shijo Shokaku dan menjelaskan

Hyakkai Sennyo yang tidak mempunyai wujud sesungguhnya namun sekarang ada (Honmu

Konnu)”. Makna kalaimat ini berarti Shakumon adalah Budha Shijo Shokaku.

Shakumon adalah Budha Shijo Shokaku yang menjelaskan Hyakkai Sennyo yang

tidak mempunyai wujud sesungguhnya namun sekarang ada (Honnu Konnu). Sebaliknya,

dalam Honmon dijelaskan berdasarkan kekekalabadian Kuon dari sepuluh dunia,

sehingga mewujudkan Kokudo Seken yang mana Ichinen Sanzen menjadi sempurna

adanya.

Oleh karena dalam Shakumon masih belum menjelaskan Kukodo Seken sehingga belum

mewujudkan Hyakkai Sennyo yang sempurna. Disamping itu hingga kini dikatakan

bahwa dalam Bab Hoben Shakumon menjelaskan Ichinen Sanzen, karena terdapat dasar

pokok yang seksama. Jadi dengan berdasarkan Honmon mengadakan penilaian kalimat

berdasarkan maknanya dapat dikatakan telah dijelaskan Ichinen Sanzen.

Namun kalau hal ini ditinjau secara seksama maka bagian yang dijelaskan dalam Bab

Hoben Shakumon hanya sampai Hyakkai Sennyo saja dan belum menjelaskan Ichinen

Sanzen.

Dalam Kanzin No Honzonsho berkata : “Apakah perbedaan antara Hyakkai Sennyo

dengan Ichinen Sanzen? Jawaban, Hyakkai Sennyo terbatas pada dunia perasaan saja,

namun Ichinen Sanzen mencakupi dunia perasaan dan tak berperasaan”. Hyakkai Sennyo

yang dijelaskan dalam Bab Hoben Sutra Bunga Teratai betapapun masih berada dalam

lingkungan dunia berperasaan, namun setelah memasuki Honmon karena dengan

dijelaskannya Kokudo Seken, sehingga mencakupi dunia tak berperasaan.

Jadi Ichinen Sanzen mencakupi yang berperasaan dan yang tak berperasaan.

Setelah memasuki Bab Juryo Budha Sakyamuni menjelaskan bahwa dirinya sejak masa

lampau Kuon yang jauh telah menetap secara kekal abadi didunia yang kotor ini dan

selalu memberi khotbah dan bimbingan kepada umat manusia.

Dalam tahap Nizen Shakumon menjelaskan bahwa Budha tidak berada pada dunia ini

(Shaba Sekai) melainkan berada didunia yang sama sekali berlainan yang disebut

Jakkodo, justru setelah memasuki Bab Juryo ini baru menegakkan prinsip Shaba Soku

Jakko.

Jadi dalam Bab Juryo baru menunjukkan bahwa tanah air dan pohon, rumput yang tak

berperasaan pun memiliki sifat Budha. Hal ini sungguh merupakan suatu hal yang sangat

dramatis.

Page 117: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Disini dijelaskan Kokudo Seken, Honkokudomyo, sehingga Ichinen Sanzen dari

Honmon dapat didirikan. Selanjutnya, terlebih lagi bahwa keagungan dari Hukum Agama

Budha adalah walau dikatakan Hukum Ichinen Sanzen maupun 3000 Seken namun

semuanya tercakupi dalam Ichinen Jiwa kita. Kita selalu terjerumus dan terpengaruhi

kedalam dunia yang beraneka ragam dari sekeliling kita yang mana seakan – akan

berhadapan secara langsung dengan diri sendiri.

Namun seluruh gejala alam semesta sama sekali tidak berada diluar diri kita namun

seluruhnya tercakupi dalam jiwa kita. Dimana tanah air maupun pohon rumput yang tak

berperasaan semuanya terdapat dalam jiwa kita. Justru, tergantung pada Ichinen kita

yang dapat merubahnya menjadi bagaimanapun juga.

Dimana jiwa kita adalah segala Hukum (Issai Ho). Segala Hukum adalah Jiwa kita. Seperti

dalam petuah yang terdapat didalam Gosho Nichiren Daisyonin mengajarkan bahwa

“Segala hukum sama sekali tidak terdapat diluar jiwa kita” yang mana merupakan seluruh

hukum dari jiwa kita. Jadi berdasarkan Nammyohorengekyo dapat merubah dan

memperkembangkan tanah air (Kokudo Seken) menjadi keadaan bagaimanapun juga.

Page 118: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Secara systematis dapat di gambarkan sebagai berikut :

Page 119: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BAB VII

MENUNJUKAN DAN MENERANGKAN ICHINEN SANZEN DENGAN

MEMPERBANDINGKAN HUKUM AGAMA BUDHA PEMBIBITAN DENGAN

HUKUM AGAMA BUDHA PEMANENAN

Kutipan

Yang dikatakan menunjukan, menerangkan Ichinen Sanzen dengan memperbandingkan

Hukum Agama Budha pembibitan dan pemanenan. Sekarang yang dikatakan terpendam

didasar kalimat yang dirahasiakan adalah bahwa Ichinen Sanzen yang didiskusikan pada

bab – bab sebelumnya masih merupakan Ichinen Sanzen karunia pemanenan dan bukan

Ichinen Sanzen karunia pembibitan. Seandainya kalau itu adalah Ichinen Sanzen

pembibitan maka harus terdapat didasar kalimat yang dirahasiakan.

Penjelasan

Ichinen Sanzen yang didiskusikan hingga saat sekarang ini dalam Bab Hoben

Shakumon, maupun Bab Juryo Honmon masih merukan Ichinen Sanzen dari karunia

pemanenan dan bukan Ichinen Sanzen dari karunia pembibitan. Ichinen Sanzen dari

karunia pembibitan hanya terpendam didasar kalimat yang dirahasiakan dari Bab Juryo.

Disini kiranya harus dijelaskan mengenai perbandingan pembibitan dan

pemanenan. Dimana perbandingan pembibitan dan pemanenan adalah berada dalam

tahap perbandingan yang kelima dalam kelima susun perbandingan, dan tahap

perbandingan ketiga dalam Sanju Hiden yang memperbandingkan Hukum Agama Budha

Pembibitan dari Nichiren Daisyonin dengan Hukum Agama Budha Pemanenan. Dengan

demikian Bab Juryo diatas kalimat dari Honmon Sutra Bunga Teratai yang merupakan

inti dari seluruh ajaran Budha adalah karunia pemanenan, sedangkan didasar kalimat

yang dirahasiakan adalah Ketiga Hukum Rahasia Agung dari karunia pembibitan.

Page 120: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

PEMBIBITAN, PEMATANGAN DAN PEMANENAN

Dalam Hukum Agama Budha yang dikatakan Pembibitan, pematangan dan

pemanenan merupakan Hukum yang terpenting, dimana itu dijelaskan dalam Shakumon,

Honmon dan didasar kalimat yang dirahasiakan (Montai) dari Sutra Bunga Teratai.

Pertama – tama pembibitan adalah menurukan bibit sebab pokok dasar untuk

mencapai kesadaran Budha dalam jiwa umat manusia. Pematangan adalah mematangkan

dan memupuk bibit pada masa lampau. Pemanenan adalah bibit Budha yang diturunkan

telah matang dan panen, selanjutnya memperoleh kesadaran yang sama dengan Budha.

Mengenai hal ini walau dijelaskan dalam bebagai Gosho, kalau menarik salah satu

Gosho – Gosho tersebut maka dalam Kanjin No Honsonsho berkata : “Seandainya walau

Hukumnya betapa mendalam pun, namun kalau belum mendiskusikan pembibitan,

pematangan dan pemanenan, dimana sebaliknya akan kembali sama dengan ajaran Nizen

yang mana bimbingannya tidak berawal akhir.” Dan dalam Akimoto Gosho berkata ;

“Hukum pembibitan, pematangan dan pemanenan merupakan inti sari Sutra Bunga

teratai, dimana seluruh Budha dari ketiga masa dan sepuluh penjuru pasti melalui

pembibitan dengan kelima huruf Myohorengekyo sebagai bibit sehingga mencapai

kesadaran Budha.”

Begitupun dalam Soya Dono Gohenji berkata : “Sutra Bunga Teratai adalah sama

seperti bibit, Budha adalah sama seperti petani sedangkan umat manusia adalah sama

seperti ladang.”

Dengan demikian, dalam kutipan kalimat Kanjin No Honzonsho menjelaskan

bahwa dalam Sutra Nizen karena belum menjelaskan pembibitan, pematangan dan

pemenenan, sehingga walau menjelaskan Hukum yang betapa mendalampun akan sama

dengan memutuskan dan menghancurkan jiwa sendiri.

Memutuskan jiwa sendiri berarti dalam timbunan pertapaan dari Shakumon dan

Engaku yang mana pada akhirnya harus memutuskan kenafsuan dirinya, sehingga

mengakibatkan untuk memutuskan dan menghancurkan jiwa sendiri. Dan dalam kutipan

Akimoto Gosho menjelaskan bahwa menjadikan kelimat huruf Myoho sebagai bibit.

Selanjutnya dalam Soya Dono Gohenji dikatakan Sutra Bunga Teratai adalah sama

seperti bibit. Dengan demikian disitu terdapat keadaan pendirian Shakumon Sutra Bunga

Teratai sebagai pembibitannya, keadaan pendirian Honmon Sutra Bungan Teratai

sebagai pembibitanya dan keadaan pendirian kelima huruf Myoho yang terpendam

didasar kalimat Bab Juryo sebagai pembibitanya.

Page 121: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Jika mensistemmatiskan pembibitan, pematangan dan pemanenan dari Shakumon

, Honmon dan Motei akan terbentuk sebagai berikut :

Shakumon Honmon Montei

Pembibitan Pembibitan pada waktu Pembibitan pada waktu

Shu 3000 Jintengo 500 Jintengo.

Pematangan Masa diatara pematangan Pemupukan dan pematangan Pembibitan pada Kuon Ganjo.

Juku dan pemupukan pada waktu Budha Daitsu Kuon Soku Mappo

dan sebagainya.

Memberi izin (juki) untuk Terdapat dalam Bab Juryo Dengan langsung mencapai

Pemanenan mencapai kesadaran Budha sekarang ini. kesadaran Budha.

Datsu pada masa mendatang yang Jikitatsu Shokan

tak terhingga.

Hal – hal tersebut diatas, petama – tama mengenai Shakumon dalan Kanjin No

Honzonsho berkata : “Kalau menyelidiki hubungan jodoh pada masa lampau, maka mereka

telah mengadakan pembibitan akibat Budha dengan Budha Sakyamuni yang pada waktu

itu dilahirkan sebagai pangeran ke 16 dari Budha Datsu Chisho…”. Kemudian dalam

Syakumon Sutra Bunga Teratai dimana Budha memberi izin (Juki) untuk mencapai

kesadaran Budha kepada Shomon dan Engaku dengan berkata : “Sharihotsu, anda akan

dilahirkan pada masa mendatang tak terhingga yang gaib … sesungguhnya harus

memperoleh kesadaran Budha”. Oleh karena masa diantara pemupukan dan pematangan

akan mencapai pemenenan dimasa mendatang yang tak terhingga.

Mengenai Honmon Sutra Bunga Teratai dimana dalam Honzonsho dikatakan :

“Dengan menjadikan bibit Budha Kuon sebagai pembibitan dan menjadikan masa diantara

Budha Datsu hingga ajaran Nizen dan Shakumon sebagai pematangan. Dan telah

memasuki Honmon langsung mencapai tingkat Tokaku dan Myokaku, sehingga seluruh

umat manusia dapat memperoleh pemanenan kesadaran Budha. Walau disini dijelaskan

pembibitan, pematangan dan pemanenan maupun yang dimaksud dengan bibit Budha

Kuon berarti pembibitan 500 Jintengo”.

Jadi umat manusia yang menerima pembibitan pada masa lampau 500 Jintengo

telah bergiat menjalankan pertapaan Hukum Agama Budha dalam masa yang lama,

sehingga memupuk banyak sifat – sifat kebaikan. Umat manusia yang demikian

dinamakan umat manusia yang pada asal mulanya telah memiliki kebaikan (Hon I Uzen).

Terhadap umat manusia yang demikian, Budha Shikisosogon menentukan dengan

urutan pengkotbahan kelima waktu dan delapan ajaran, pada akhirnya memperoleh

kesadaran Budha pada Bab Juryo. Pada waktu itu walau Budha dikatakan sebagai

Jijuyushin, namun Jijuyushin ini adalah Jijuyushin dari Obutsu Sho Shin dan berbeda

dengan Jujuyushin dari Kuon Ganjo. Karena Jijuyushin kuon Ganjo walaupun muncul

Page 122: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

pada masa mappo, namun tidak menuntut umat manusia dengan ajaran kelima waktu

dan kedelapan ajaran. Begitupun sama sekali tidak Shikisosogon namun dengan

kedudukan kesadaran manusia biasa (Myoji Bonpu I) menjelaskan Hukum ajaran Budha

pembibitan.

Hukum ajaran Budha pembibitan ini Ketiga Hukum Rahasia Agung yang

terpendam didasar kalimat yang dirahasiakan, yaitu Nammyohorengekyo dari Ichinen

Sanzen pelaksanaan dan sesungguhnya.

Dalam Bab Juryo Honmon Sutra Bunga Teratai yang menjelaskan bahwa Budha

Sakyamuni telah menjalankan pertapaan Boddhisatva pada masa 500 Jintengo yang

lampau pun melaksanakan pertapaan berdasarkan Myohorengekyo pelaksanaan dan

sesungguhnya. Oleh karena itu, wujud sesungguhnya pembibitan yang hakiki tidak lain

merupakan Ketiga Hukum Rahasia Agung yang terpendam didasar kalimat yang

dirahasiakan.

Selanjutnya, bagaimanakah keadaan pembibitan, pematangan dan pemanenan

dari masa Mappo? Mengenai hal ini walau tertulis dalam berbagai Gosho, namun kalau

menarik beberapa Gosho diantaranya, maka seperti dalam Totaigisho berkata ; “Orang

yang dengan tulus dan jujur membuang ajaran sementara dimana hanya percaya kepada

Sutra Bunga Teratai dengan menyebut Nammyohorengekyo, dapat merubah kenafsuan

(Bonno). Karma (Go) dan penderitaan (Ku) menjadi ketiga kebajikan dari Hosshin, Hanmyo

dan Gedatsu dan ketiga pandangan (San Kan) ketiga Hakekat (San Tai) diwujudkan dalam

jiwa (Isshin)…. Budha dari Totairenge yang Musa Sanjin dari Bab Juryo Honmon adalah

berada didalam Nichiren dan murid murid “

Dan didalam Onggi Kuden berkata: “Myohorengekyo adalah puncak tertinggi dari

sepuluh dunia atau hakekat Hukum dan Kenafsuan adalah kesadaran (Bonno Soku Bodai),

hidup mati adalah Nirwana (Shoji Soku Nehan)”.

Begitupun dalam Honin Myo Sho berkata : “Didasar kalimat berarti dengan

langsung mencapai kesadaran Budha (Jikitatsu Sho Kan) yang tanpa melaksanakan

pertapaan lainya langsung melaksanakan Myoho Myoji dari Kuon Jitsujo tidak lain adalah

Myohorengekyo dari Ichinen sanzen pelaksanaan dan sesungguhnya”.

Pokoknya, umat manusia masa Mappo yang tidak memiliki kebaikan pada asal

mulanya (Hon Mi Uzen), dimana kalau berusaha dengan kekuatan pelaksanaan dan

kepercayaan dengan menerima Hukum pembibitan dari Ketiga Hukum Rahasia Agung.

Maka dengan kekuatan Hukum dan kekuatan Budha dari Dai Gohonzon akan dapat

mencapai kesadaran Budha dalam keadaan demikian (Soku Shin Jobutsu). Dan sama

sekali tidak perlu melaksanakan pertapaan yang memerlukan beberapa Jintengo yang tak

terhitung dan juga tanpa melaksanakan pertapaan lainya berarti selain pertapaan Myoho

dimana pertapaan lainnya tidak diperlukan.

Page 123: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

PEMBIBITAN MENDENGAR HUKUM (MONPO GESHU) dan PEMBIBITAN

MEMBANGKITKAN HATI KEPERCAYAAN (HOSSHIN GESHU)

Dalam pembibitan terdapat pembibitan mendengar Hukum dan pembibitan

membangkitkan hati kepercayaan. Pembibitan mendengar Hukum tidak mempedulikan

seseorang percaya atau tidak, dimana hanya memperdengarkan Sutra Bunga Teratai.

Pembibitan membangkitkan hati kepercayaan, berarti setelah mendengar Hukum

sehingga timbul kesadaran untuk memulai pertapaan kepercayaan.

Dalam Kajin No Honzon Sho berkata : “Apakah ini pembibitan mendengar Hukum

atau pembibitan membangkitkan hati kepercayaan? Seandainya ini dikatakan sebagai

pembibitan mendengar Hukum, maka karena manusia dari Shakumon telah menerima

pembibitan dari Budha Daitsu pada 3000 Jintengo yang lampau maka sama sekali bukan

sekarang baru menerima pembibitan mendengar Hukum. Sebaliknya kalau dikatakan

membangkitkan hati kepercayaan , namun mengapa demikian dikatakan “setelah

mendengar kedelapan Bab Sutra Bunga Teratai”.

Mengenai hal ini Nikan Jonin dalam Kanjin No Honzon Sho, Bundan mengatakan

“Ini adalah pembibitan membangkitkan hati kepercayaan,” karena walau pada masa

Budha Daitsu telah menerima pembibitan Sutra Bunga Teratai namun karena tidak

percaya sehingga sama seperti tidak pernah mendengar. Oleh karena itu dikatakan

“Setelah mendengar kedelapan Bab dari Sutra Bunga Teratai”.

Dalam Soya Nyudo Gosho dan sebaginya berkata ; “Selama 2000 tahun lebih dari

masa Shoho dan Zoho masih terdapat orang yang pembibitan misalnya selama masa

hidupnya Budha Sakyamuni…..Namun sekarang telah memasuki masa Mappo. Dimana

orang yang berjodoh pada masa hidup Budha semakin berkurang, sehingga orang – orang

yang berbakat Gon dan Jitsu semuanya telah habis. Sekarang merupakan waktunya masa

Mappo dimana Boddhisatva Fugyo muncul di dunia ini untuk menurunkan pembibitan

dengan memperdengarkan Sutra Bunga Teratai (Dokku).”

Mengenai hal ini Nikkan Jonin dalam Egihanmonsho menjelaskan : “Selama 2000

tahun lebih dari masa Shoho dan Zoho masih terdapat pembibitan masa lampau dan yang

berjodoh pada masa hidupnya Budha . Namun sekarang telah memasuki masa Mappo

dimana orang – orang yang memperoleh pembibitan masa lampau dan yang berjodoh pada

masa hidupnya Budha semakin berkurang, sehingga orang – orang yang berbakat dengan

karunia pematangan dan pemanenan semuanya telah habis”.

Dalam hal inipun, oleh karena pembibitan masa hidup Budha Sakyamuni

merupakan pembibitan yang membangkitkan hati kepercayaan, maka pembibitan

mendengar Hukum dilaksanakan pada masa lampau. Mengenai hal ini ada yang

beranggapan bahwa pembibitan mendengar Hukum terjadi pada masa hidupnya Budha

Sakyamuni. Namun Nikkan Jonin menjelaskan bahwa karena semuanya mencapai

Page 124: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

kesadaran dengan melalui 3000 Jitengo dalam Shakumon dan 500 Jintengo dalam

Honmon, maka orang – oarng yang baru menerima pembibitan mendengar Hukum pada

masa hidup Budha Sakyamuni bagaimanakah dalam waktu 2000 tahun dari Shoho dan

Zoho yang demikian pendek dapat mencapai pemanenan kesadaraan Budha?

Begitupun juga dalam Kanjin No Honzon Sho Bundan menjelaskan Sanju Hiden

dari “mendengarkan Hukum” dan “membangkitkan hati kepercayaan” sebagai berikut :

1. Perbandingan ajaran sementara dan ajaran sesungguhnya (Gonjitsu Sotai). Dalam

Shoshigen Shiki ke I berkata, pembibitan mendengar Hukum yang pertama pasti

adalah ajaran Sutra Bunga Teratai (Enkyo). Namun, kalau mendiskusikan

mengenai pembibitan membangkitkan hati kepercayaan maka Sutra – Sutra Nizen

menjadi tidak menetap dan sebagainya. Makna kalimatnya berarti bahwa

pembibitan mendengar Hukum yang pertama pasti adalah Sutra Bunga Teratai

yang sempurna dan sebagainya. Myoraku berkata bahwa Sutra lainnya tidak

dijadikan sebagai bibit. Jadi ini adalah wajah ajaran (Kyoso) ke I yang didirikan

sekte kita.

2. Perbandingan Honmon dan Shakumon (Honshaku Sotai). Dikatakan bahwa

pembibitan mendengar Hukum yang pertama pasti adalah Honmon. Namun kalau

disiskusikan pembibitan pembangkitan hati kepercayaan, maka ajaran Nizen dan

Shakumon menjadi tidak menetap dan lain – lain. Jadi inilah wajah ajaran (Kyoso)

yang ke II yang didirikan oleh sekte kita.

3. Perbandingan Hukum pembibitan dan pemanenan. Dikatakan pembibitan

mendengar Hukum pasti adalah terpendam didasar kalimat (Montei), namun

kalau disiskusikan pembibitan membangkitkan hati kepercayaan maka Shakumon

dan Honmon menjadi tidak menentu. Jadi inilah wajah ajaran (Kyoso) ke III yang

didirikan sekte kita.

Seperti tersebut diatas, pembibitan membangkitkan hati kepercayaan, mencakupi

Honmon, Shakumon dan ajaran sementara, namun pembibitan mendengar Hukum pasti

adalah Sutra Bunga Teratai. Begitupun dalam Sutra Bunga Teratai pasti harus merupakan

kelima huruf Myoho yang terpendam didasar kalimat yang dirahasiakan dalam Bab Juryo.

Dan banyak sekali Gosho – Gosho yang menjelaskan hal ini, maka kalau menarik

beberapa Gosho diantaranya adalah sebagai berikut :

Pertama, kalimat yang menerangkan bibit Budha terbatas dalam Sutra Bunga Teratai.

Dalam Kaimokusho berkata : “Boddhisatva Tenjin dengan bibit Sutra Bunga Teratai untuk

menegaskan bibit Unggul, yang menjadi Ichinen Sanzen dari Tien Tai. Dan berbagai bibit

agung dari Sutra Kegon maupun seluruh Sutra – Sutra Mahayana dan Sutra Dainichi

semuanya merupakan Ichinen Sanzen”.

Page 125: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dan dalam Kaimokusho yang sama berkata : “Justru hanya Ichinen Sanzen dari Tien Tai

yang dapat dianggap sebagai jalan untuk mencapai kesadaran Budha dan juga kita

sedikitpun tidak mempunyai pengertian Ichinen Sanzen. Walaupun demikian, namun

diantara seluruh Sutra – Sutra seumur hidup Sakyamuni hanya Sutra ini yang mengandung

permata Ichinen Sanzen”.

Dan dalam Kanjin No Honzonsho berkata : “Justru hanya Ichinen Sanzen dari Tien Tai

dapat dianggap sebagai jalan untuk mencapai kesadaran Budha dan juga kita sedikitpun

tidak mempunyai pengertian Ichinen Sanzen. Walaupun demikian namun diantara seluruh

Sutra – Sutra seumur hidup Sakyamuni hanya Sutra ini yang mengandung permata Ichinen

Sanzen”.

Dan dalam Kanjin No Honzonsho berkata : “Kalau tidak ada bibit Budha dari Ichinen

Sanzen, maka pencapaian kesadaran Budha untuk benda yang berperasaan dan pokok

pujaan dari gambar dan kayu sama sekali tidak ada gunanya dimana hanya mempunyai

nama, namun tidak ada wujud sesungguhnya (Umyo Mujitsu)”.

Dalam Gosho Incinen Sanzen Homon berkata : “Apakah yang merupakan keunggulan dari

Sutra Bunga Teratai terhadap Sutra – Sutra lainnya, yang tidak lain didalam Sutra ini

terdapat Isshin Sankan, Ichinen Sanzen.”

Dalam Gosho Mukue Nize Kaigan No Koto berkata : “Kalau Sutra Bunga Terarati dijadikan

Bathin (Shinpo) yang tertulis dalam patung kayu dari ke 31 wajah, maka seluruh tubuh

dari kedua patung kayu akan menjadi Budha yang hidup….. dimana Myoraku

menertawakan seseorang yang tidak mengetahui hal pencapaian kesadaran Budha dari

pohon dan rumput (Somoku Jobutsu) dan inti hakekat dari Ichinen Sanzen.”

Kedua, bibit Budha yang sesungguhnya adalah kelima huruf dari Myoho. Dalam

Kaimokusho tertulis : “Hukum Agama Budha Ichinen Sanzen hanya terdapat terpendam

didasar kalimat yang dirahasiakan dari Bab Juryo Sutra Bunga Teratai.”

Dalam Kanjin No Honzonsho berkata : “Beliau adalah pemanenan sedangkan saya adalah

pembibitan. Beliau adalah satu Bab dua setengah Bab (Ippon Nihan) sedangkan saya

adalah hanya kelima huruf dari Daimoku” dan seterusnya dikatakan “Budha masa Mappo

Nichiren Daisyonin telah membangkitkan welas asih agung kepada umat manusia masa

Mappo yang tidak mengetahui Ichinen Sanzen dengan menggantungkan mutiara Ichinen

Sanzen dari kelima huruf ini pada leher umat manusia masa Mappo yang masih kasar”.

Dan dalam Aikimoto Gosho dikatakan : “Seluruh Budha dari ketiga masa dan seluruh

penjuru pasti melalui pembibitan dengan kelima huruf Myohorengekyo sebagai bibit,

sehingga mencapai kesadaran Budha”. Dan dalam Somoku Jobutsu Guketsu berkata ;

“Yang mencuci Hukum Ichinen Sanzen adalah manusia Agung, yang merupakan Hukum

yang walau mimpi pun tidak dapat diketahui oleh sarjana yang kurang belajar”.

Page 126: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dengan demikian sebagai kesimpulan dari pembibitan mendengar Hukum dan

pembibitan membangkitkan hati kepercayaan, dimana bibit Buddha adalah Dai

Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Pada masa Mappo yang usaha dan giat

menjalankan dialog Hukum Agama Budha, dengan percaya dan mempertahankan Dai

Gohonzon ini merupakan jalan besar langsung menuju perombakan nasib sendiri dan

perombakan sifat jiwa, maupun satu - satunya jalan menuju pencapaian perdamaian

dunia dan penyelamatan kebahagian umat manusia.

Namun orang yang langsung menganut dengan pembibitan membangkitkan hati

kepercayaan, begitupun sebaliknya ada orang yang belum menganut merupakan

pembibitan mendengar Hukum. Jika sekali bibit di tanah pasti akan tumbuh dengan

kecambah, maka orang yang belum mau menganut pun kemudian akan membangkitkan

hati kepercayaannya. Jadi walau dikatakan mendengar Hukum dan membangkitkan hati

kepercayaan, namun keduanya merupakan pembibitan dari Myoho sehingga orang yang

menjalankan dialog Hukum Agama Budha bersama akan menerima karunia yang agung.

Page 127: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

PEMBIBITAN YANG UNGGUL, PEMANENAN YANG LEMAH

Kalau memperbandingkan Hukum pemanenan, maka Ketiga Hukum Rahasia

Agung dari pembibitan di dasar kalimat akan lebih unggul, perbedaannya bagaikan langit

dan bumi. Untuk menerangkan hali ini, pertama, marilah kita menarik beberapa Gosho

yang menerangkan bahwa Hukum Agama Budha pemanenan tidak mempunyai karunia

untuk umat manusia masa Mappo.

Dalam Onggi Kuden berkata : “Pada umumnya Boddhisatva Shakke bukanlah

orangnya yang dapat memegang Bab ini, ia adalah dengan Shakumon sebagai permukaan

dan Honmon sebagai dalamnya, sedangkan saya adalah dengan Honmon sebagai

permukaan untuk menutupi Shakumon sebagai dalamnya. Namun, begitupun Bab ini

bukan Hukum Pokok dari masa Mappo. Oleh karena itu Bab ini merupakan karunia

pemanenan dimasa hidup Budha dan hanya kelima huruf Daimoku merupakan Hukum

pembibitan sekarang ini. Dengan demikian, masa hidup Budha adalah karunia pemanenan.

Setelah wafatnya Budha adalah pembibitan, oleh karena pembibitan merupakan inti

hakekat dari masa mappo”.

Kutipan kalimat ini dengan tegas menjelaskan bahwa pada masa Mappo harus

dengan Hukum Agama Budha pembibitan sehingga hanya kelima huruf Daimoku

merupakan Hukum Pokok dari masa Mappo. Dan juga dalam Takahashi Nyudo Dono

Gohenji berkata : “Setelah memasuki masa Mappo, Sutra Nizen maupun Sutra Bunga

Teratai yang diwarisi oleh Boddhisatva Shakke, walau terdapat tulisanya namun tidak

akan menjadi obat bagi umat manusia masa Mappo yang sedemikian buruk. Seperti apa

yang dikatakan penyakitnya berat namun obatnya ringan, dimana pada waktu itu akan

muncul Boddhisatva Jogyo dengan menganugrahi seluruh umat manusia dengan kelima

huruf Myohorengekyo.”

Begitupun dalam Hokke Shoshin Jobutsusho dikatakan : “Boddhisatva Shakke

adalah utusan masa Shoho dan Zoho selama 2000 tahun, tidak dapat memberi karunia

seperti masa lalu. Oleh karena itu doa mereka sekarang ini tidak terkabul, giliran tugas

sekarang ini masa Mappo adalah Boddhisatva Jogyo, Muhengyo dan sebagainya.”

Dengan demikian akan timbul keragu – raguan bahwa Nichiren Daisyonin adalah

Boddhisatva Jogyo dan bukan Budha? Namun sesungguhnya Boddhistva Jogyo yang

muncul dalam upacara Boddhistava yang muncul dari bumi yang terdapat dalam upacara

Sutra Bunga Teratai, dimana wujud sesungguhnya adalah Buddha Kuon Ganjo, Budha

masa Mappo yang menjelaskan Ketiga Hukum Rahasia Agung untuk umat manusia masa

Mappo. Oleh karena kutipan kalimat ini terdapat didalam berbagai Gosho, namun

sekarang dengan singkat akan ditarik beberapa diantaranya. Dan dalam Onggo Kuden

dikatakan : “Musa Sanjin berarti pelaksanaan Sutra Bunga Teratai dan nama mulia dari

Musa Sanjin dinamakan Nammyohorengekyo.”

Page 128: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dan dalam Gosho yang sama berkata : “Budha Totai Renge dari Musa Sanjin adalah

murid dan penganut dari Nichiren Daisyonin, karena menganut nama mulia dari

Nammyohorengekyo” selanjutnya dikatakan : “Budha masa Mappo adalah manusia biasa,

Bhikku manusia biasa. Hukumnya adalah Daimoku, Bhikkunya adalah kita pelaksana.

(Pertapaan Sutra Bunga Teratai). Begitupun dapat dikatakan sebagai Budha maupun

Bhikku manusia biasa.” Dalam Totaigisho dikatakan : “Budha Totai Renge dari Juryo

Honmon Musa Sanjin adalah mengenai murid – murid dari Nichiren.” Dan lainya disingkat

disini.

Dalam Kaimokusho dikatakan : “Walaupun pengertian Nichiren tentang Sutra

Bunga Teratai tidak melebihi sepersepuluh juta daripada pengertian Tien Tai dan Dengyo,

namun ketabahan untuk menahan penganiayaan dan keunggulan welas asih Nichiren

tidak kalah terhadap mereka.” Ini sama sekali tidak berarti bahwa Sutra Bunga Teratai

dari Nichiren Daisyonin tidak dapat melebihi sepersepuluh juta dari Tien Tai dan Dengyo.

Menyelenggarakan penjelasan Sutra Bunga teratai adalah tugas dari Tien Tai dan Dengyo,

dimana tidak mungkin melebihi penjelasan dari Tien Tai dalam segi teori maupun filsafat.

Oleh karena itu, Nichiren Daisyonin menghormati dan menghargai pendirian Tien Tai

dan Dengyo dengan mengatakan tidak dapat melebihi sepersepuluh juta. Dengan

demikian kalau dikatakan apakah sesungguhnya pendirian dari Nichiren Daisyonin, maka

ketabahan menahan penganiayaan dan keunggulan welas asih agung yang mana tidak

dapat ditandingi oleh Tien Tai dan Dengyo. Pelaksanaan penyelamatan kebahagian umat

manusia dan welas asih agung Budha masa Mappo sama sekali tidak dapat dilaksanakan

oleh siapa pun terkecuali Budha masa Mappo Nichiren Daisyonin saja.

Dan juga dalam kalimat Ho On Sho yang berbunyi : “Dari Jepang hingga seluruh

dunia, semuanya bersama – sama menjadikan leluhur Budha dari Honmon sebagai

Honzon.” Begitupun leluhur Budha yang terdapat dalam kalimat Sandai Hiho Sho yang

berbunyi : “Honzon yang didirikan didalam Bab juryo adalah leluhur Budha Musa Sanjin

yang dimiliki sejak asal mula, pada tanah air ini yang mempunyai jodoh yang sangat tebal

dan mendalam sejak awal permulaan dari 500 Jintengo.” Berarti Honzon manusia, leluhur

dari Nammyohorengekyo yaitu Nichiren Daisyonin. Dalam Honzon terdapat manusia

(Nin) dan Hukum (Ho), manusianya adalah Nichiren Daisyonin, Hukumnya adalah

Nammyohorengekyo. Walaupun demikian manusia dan hukum adalah satu kesatuan

yang tak terpisahkan.

Selanjutnya mengenai unggul lemahnya dari pembibitan dan pemanenan, dimana

dalam Kangyo Hachiman Sho dikatakan : “Negeri Hindia (Tenjiku) dinamakan negeri

bulan (Gashikoku), berarti nama yang diberikan berhubungan munculnya Budha. Negeri

Fuso dinamakan negeri Jepang (negeri Matahari) apakah mungkin tidak memunculkan

orang arif bijaksana. Perputaran bulan beredar dari barat menuju ke timur, sehingga

wajah Hukum Agama Budha negeri bulan harus tersebar menuju ke arah timur. Matahari

muncul di arah Timur sehingga Hukum Agama Budha di Jepang harus mengembalikan

penyebaran menuju negeri bulan. Sinar bulan tidaklah sedemikian terang, dimana hanya 8

tahun selama masa hidup, sedangkan sinar matahari akan menerangi kegelapan selama

Page 129: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

500 tahun yang ke 5. Budha tidak menyembuhkan pengfitnah Sutra Bunga Teratai karena

pada masa hidup tidak terdapat pengfitnahan terhadap Hukum Agama Budha. Walau pada

masa Mappo penuh dengan pengfinahan terhadap Hukum Ichijo, yang mana merupakan

karuni dari Boddhisatva Fogyo.” Justru inilah merupakan kalimat yang dengan jelas

menjelaskan keunggulan pembibitan dan kelemahan pemanenan.

Dalam Totai Gyojisho dimana Nikkan Jonin dengan menarik kalimat ini mulai

menjelaskan unggul lemahnya pembibitan dan pemanenan, dengan mengumpamakan

matahari dan bulan terdapat tiga makna :

1. Mengenai nama dari negara. Justru negeri bulan dan negeri matahari.

2. Menganai selaras dan bertentangan. Jadi peredaran bulan dari barat menuju ke

timur adalah jalan kidal yang bertentangan, sebaliknya peredaran matahari

dari timur menuju barat adalah perputaran kanan yang selaras. Dengan

demikian pertentangan akan menjadi jelas unggul lemahnya.

3. Mengenai panjang pendeknya waktu, yang mana sinar bulan yang lemah hanya

selama 8 tahun masa hidup, namun sinar matahari yang kuat akan menerangi

kegelapan masa Mappo hingga kekal abadi.

Selanjutnya untuk menjelaskan pembibitan dan pemanenan dimana Budha merupakan

karunia pemanenan yang tidak dapat menyembuhkan orang pengfitnah terhadap Sutra

Bunga Teratai, namun masa Mappo adalah Budha pembibitan yang bersamaan

menyelamatkan kebahagian seluruh umat manusia yang menganut maupun yang

mengfitnah sekalipun.

Dalam Ueno Dono Gohenji (Gosho hal 1546) berkata : “Sekarang setelah memasuki masa

Mappo tidak dapat dengan Sutra lainnya, maupun dengan Sutra Bunga Teratai namun

hanyalah dapat dengan Nammyohorengekyo.” Dan juga dalam Honzon Mondosho (Gosho

hal 356) berkata : “Menanya dengan berkata, manusia masa Mappo yang buruk ini harus

menjadikan apakah sebagai Honzon? Menjawab dengan berkata, Daimoku dari Sutra

Bunga Teratai harus dijadikan sebagai Honzon.” Dengan demikian pada masa Mappo

betapapun harus dengan Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung.

Pada kesimpulan dimana Hukum Agama Budha diatas kalimat (Monjo) hanya

menyelamatkan kebahagian umat manusia yang telah diberi pembibitan dimasa lampau.

Sedangkan terhadap umat manusia kasar yang sama sekali tidak memiliki kebaikan

apapun hanya dapat diselamatkan dengan Hukum Agama Budha yang terpendam didasar

kalimat yang dirahasiakan dari Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung

Nichiren Daisyonin.

Page 130: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Terdapat didasar kalimat yang manakah?

Penjelasan

Didalam surat – surat yang dahulu terdapat berbagai makna. Ada yang

mengatakan bahwa “Itu terdapat didasar kalimat Nyorai Myojitsu Chiken. Walau kalimat

ini menjelaskan bahwa Budha mengetahui dengan jelas (No Chiken)” dan lain – lain. Ada

yang mengatakan bahwa : “itu terdapat didasar kalimat Zekoroyaku, yaitu karena badan

dari obat manjur (Royaku) adalah Ichinen Sanzen dari Myoho” dan lain – lain. Ada yang

mengatakan bahwa : “Itu terdapat dikalimat Nyorai Himitsu Jinzushiriki yakni walaupun

pada permukaan kalimat mengandung badan Hukum dari Ichine Sanzen” dan lain – lain.

Ada yang mengatakan bahwa : “Karena hanya Myoho dari Bab Juryo yang

membungkus mutiara dari Ichinen Sanzen.” Ada yang mengatakan bahwa: “Menunjukan

seluruh kalimat dari satu Bab Juryo, yakni karena berdasarkan penanggalan pendirian

sementara dan mewujudkan pendirian sesungguhnya (Hosshaku Kempo), sehingga

mewujudkan Ichinen Sanzen.” Ada yang mengatakan bahwa: “Itu adalah kalimat Nen

Gajitsu Jobutsu Irai, yakni dalam Sandaihiho Sho dengan menarik kalimat ini sehingga

dapat membuktikan Ichinen Sanzen dengan tepat. Dan dalam Onggi Kuden, dengan

berdasar Ichinen Sanzen yang sesungguhnya menjelaskan kalimat ini” dan lain – lain.

Ada guru yang berkata : “Untuk menjelaskan Hon In Myo hanya menerangkan Tiga

Myo, yang dikatakan Gahongyo adalah kesaktian pelaksanaan (Gyo Myo), Bosatstu adalah

kesaktian kedudukan (I Myo), Shoju Yumyo adalah kesaktian Hikmat (Chi Myo).” Oleh

karena itu Tien Tai berkata : “Satu kutipan kalimat dapat membuktikan ketiga kesaktian

(San Myo)” dan sebagianya. Walaupun demikian Myoraku Daishi berkata : “Selanjutnya

dari satu kutipan kalimat menyimpulkan keempat makna dari Hon In Myo “ dan lain – lain.

Jadi karena didalam kalimat hikmat (Chi/Subjek) pasti terdapat lingkungan (Kyo), oleh

karena itu ketahuilah bahwa walaupun pada permukaan dari kalimat yang terbaca ketiga

Myo dari hikmat pelaksanaan dan kedudukan (Chi Kyo I). Namun didasar kalimat

terpendam mutiara kesaktian lingkungan (Kyo Myo). Oleh karena Kyo Myo adalah

Ichinen Sanzen.

Walau Ichinen Sanzen terpendam didasar kalimat Bab Juryo dan kemudian

ditanyakan bahwa terpendam dibagian manakah dari kalimat Bab Juryo? Mengenai

masalah ini, sejak masa lampau terdapat banyak penjelasan – penjelasan dan disini

mengajukan keenam dari ketujuh pertanyaan “ada yang berkata” terdapat dalam Keimo

dari Nichiko.

Page 131: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dan yang keenam ini langsung dikatakan oleh Nichiko sendiri yaitu :

1. Ada yang mengatakan bahwa itu terdapat didasar kalimat “Nyorai Nyo Jitsui

Chiken”, karena kalimat ini menjelaskan bahwa Budha mengetahui mengetahui

dengan jelas, sehingga didalam dasar kalimat tentu terdapat wujud

sesungguhnya yang diketahui dengan jelas. Itulah yang dikatakan Ichinen

Sanzen.

2. Ada yang mengatakan bahwa itu terdapat didasar kalimat “Zekoroyaku”

dimana walau dalam kalimat Sutra Bunga Teratai dikatakan : “Obat majur

(Royaku),” namun kalau itu dipandang berdasarkan “di dasar kalimat” akan

mewujudkan Ichinen Sanzen dari Myoho.

3. Ada yang mengatakan bahwa itu terdapat didasar kalimat “Nyorai Himitsu

Jinzushiriki.” Kalimat ini, walau pada permukaan kalimatnya menjelaskan

Sanjin Soku Isshin dari Honchi, namun berdasarkan didasar kalimat

mencakupi Ichinen Sanzen yang badan Hukumnya.

4. Ada yang mengatakan terdapat pada kalimat “Myohorengekyo judul dari Bab

Juryo.” Itu terdapat dalam Kajin Honzonsho yang menjelaskan di dalam

bungkusan kelima huruf Myoho telah terbungkus mutiara Ichinen Sanzen.

5. Ada yang mengatakan terdapat pada seluruh kalimat satu Bab Juryo, karena

pengkotbahan penanggalan pendirian sementara dan menegakkan pendirian

sesungguhnya (Hosshaku Kempo). Itu sendiri mewujudkan Ichinen Sanzen.

6. Selajutnya ada yang mengatakan bahwa Nichiko pengarang buku Keimo

mengatakan terdapat dalam kalimat “Nen Gajitsu Jobutsu Irai” yang dikatakan

disini adalah menjelaskan bahwa dalam Sandaihiho Sho dengan menarik

kalimat ini untuk membuktikan Ichinen Sanzen. Dan juga dalam Onggi Kuden

berdasarkan pada Ichine Sanzen yang sesungguhnya untuk menjelaskan

kalimat ini.

7. Ada suatu pendapat yang tidak jel;as dasarnya. Berkata bahwa dalam kalimat

“Gahongyo Bosatsudo” yang menjelaskan Hon In Myo terdapat ketiga Myo dari

pelaksanaan (Gyo), kedudukan (I) dan hikmat (Chi). Jadi “Gahongyo” dijadikan

sebagai “kesaktian pelaksanan” (Gyo Myo), “ Bosatsudo ” dijadikan sebagai

“kesaktian pelaksanaan” (I Myo) dan Shoju Yumyo dijadikan sebagai “kesaktian

hikmat” (Chi Myo). Mengenai ini karena Tien Tai mengatakan bahwa dari satu

kalamat menjelaskan “ketiga kesaktian (San Myo) namun Myoraku mengatakan

bahwa selanjutnya dari satu kalimat menjelaskan keempat makna dari Hon In”

Alasan karena pada hikmat (Chin) pasti terdapat lingkungan (Kyo) jadi walau

diatas permukaan kalimat terdapat ketiga kesaktian dari pelaksanaan,

kedudukan dan hikmat namun didasar kalimat terpendam kesaktian

lingkungan (Kyo Myo) yang mana kesaktian lingkungan ini adalah Ichinen

Sanzen.

Page 132: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan diatas terkecuali penjelan ke 7 semuanya terdapat dalam Keimo dari

Nichiko, namun sekarang sebagai bahan perbandingan kita akan menarik pandangan

pembaca Kaimokusho dari Gyogakuin Nissho (14252-1500) dari Minobu. Nissho adalah

Bhiku yang lahir 200 tahun sebelum Nichiko. Nissho menyebut makna pertama adalah

Nyorai Himitsu Jinzu Shiriki, kedua adalah Zekoroyaku, ketiga adalah Bab Juryo dan

kemudian menegaskan bahwa yang ketiga dari satu Bab Juryo adalah tepat.

Betapapun penjelasan yang disebut disini semuanya sama sekali terlepas dari

makna sesungguhnya dari Nichiren Daisyonin, dengan demikian kalimat yang terpendam

dirahasiakan di dasar kalimat dari Kaimokusho, walau di selidiki selama ratusan tahun

pun hanya meraba – raba dalam kegelapan. Tidak dapat mengetahui makna yang

sesungguhnya sekarang pun sama halnya demikian.

Kutipan

Kini Saya (Nikan Jonin) menguraikan bahwa karena penjelasan pendapat yang disebut

diatas semuanya merupakan pandangan permukaan kalimat (mojo), apakah orang –

orang yang tidak memperolah serah terima wasiat dapat mengetahui makna kalimat dasar

? kalau tidak mengetahui makna kalimat didasar kalimat bagaimanakah dapat dikatakan

murid dari leluhur Budha Nichiren Daisyonin ?

Pertanyaan : Apakah makna dari aliran kita?

Jawab : karena hal ini adalah sangat penting dan agung sehingga tidak dijelaskan

kepada orang – orang. Berulang – ulang mengajukan pertanyaan bagaimanakah

maknanya ? dan lain – lain.

Jawab : Dengarlah dan percayalah dengan sungguh – sungguh karena ini bukan

perkiraan dan dugaan saya, dimana sang guru berkata : “Didasar kalimat Hon In Shoju

terpendam dengan rahasia Ichinen Sanzen yang sesungguhnya, Myoho dari Kuon Myoji”

dan lain – lain. Ketahuilah dengan baik –baik peningkatan kedudukan selanjutnya adalah

disebabkan pada pertapaan yang lampau dan lain – lain.

Penjelasan

Nikkan Jonin berkata bahwa betapapun ketujuh makna yang disebut diatas

merupakan penjelasan yang bersikeras pada pandangan permukaan kalimat dari Bab

Juryo. Semua yang tidak memperoleh warisan wasiat dari Nichiren Daisyonin

bagaimanakah dapat mengetahui makna di dasar kalimat dari Ichinen Sanzen yang

sesungguhnya?

Page 133: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kalau tidak dapat mengetahui makana didasar kalimat, bagaimanakah dapat dikatakan

sebagai murid Nichiren Daisyonin?

Pertanyaan : Dengan demikian bangaimanakah makna sesungguhnya ?

Jawab : Karena hal ini merupakan hal penting dan agung maka tidak dijelaskan

kepada orang – orang . berulang – ulang bertanya untuk memohon dijelaskan dengan

terang.

Jawab: Kalau begitu karena saya akan mengajarkannya, maka setelah mendengar,

percayalah dengan baik – baik. Dan ini sama sekali bukan perkiraan saya. Dalam wasiat

suci Nichiren Daisyonin berkata : “ Ichinen Sanzen yang sesungguhnya, Myoho dari Myoji

Kuon terpendam dirahasiakan didalam dasar kalimat Hon In Syoju. Harus mengetahui

dengan baik bahwa peningkatan pada tingkatan – tingkatan selanjutnya adalah

tergantung pada pertapaan – pertapaaan masa lampau. Yaitu, dari tingkat Syoju

meningkat menuju ke Niju Sanju …….. Jugyo, Jueko adalah tergantung pada pertapaan yang

ditimbun sebelum meningkat pada Shoju.”

Page 134: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

DIDASAR KALIMAT DARI HON IN SHOJU

Apakah artinya yang dikatakan Ichinen Sanzen yang sesungguhnya, Myoho dari

Kuon Myoji terpendam dirahasiakan di dasar kalimat Hon In Shoju. Hon In adalah Hon In

dari Hon In, Hon ga dan Hon Kokudo yang merupakan sebab dasar pokok terpenting bagi

Sakyamuni untuk mencapai akibat kesadaran Budha. Hal ini dalam Bab Juryo dijelaskan

dengan “ Gahongyo Bosatsudo”.

Namun sebab pelaksanaan yang dikatakan “ Bosatsudo “ ini terdapat 52 tingkat,

dimana kalau menyelusupi sumber pokok pencapaian kesadaran Budha, bertingkat pada

tingkat Shoju. Dengan demikian tingkat Jushin sebelumnya masih berada dalam keadaan

tidak stabil, sehingga mungkin pada suatu waktu akan mundur. Setelah mencapai tingkat

Shoju, tidak akan mundur lagi. Jadi disitu telah dengan tegas menetapkan sebab

pencapaian kesadaran Budha.

Kekuatan sumber pokok yang meningkat hingga ketingkatan Hon In Shoju ini,

dengan kata lain apakah wujud sesungguhnya kekuatan yang tidak akan mundur ? Maka

itu tidak lain adalah Nammyohorengekyo Ichinen Sanzen sesungguhnya Myoho dari

Kuon Myoji. Pada umumnya dalam lingkungan pandangan permukaan kalimat Honmon

dimana mengenai Hon In mencapai kesadaran Budha hanya dapat dibaca terbatas hingga

tingkat Shoju dari “ Ganongyo Bosatsudo.” Kemudian apakah kekuatan sumber pokok

untuk meningkat hingga ketingkat Shoju, betapapun tidak dapat diselesaikan dalam

lingkungan permukaan kalimat ( Monjo). Dan Nichiren Daisyonin mengajarkan bahwa

hal itu adalah Nammyohorengekyo yang terpendam dirahasiakan didasar kalimat.

Ajaran dan bimbingan Nichiren Daisyonin sebagai Budha masa Mappo,

menganugrahkan Nammyohorengkyo Hukum Agung yang terpendam rahasia di dasar

kalimat ini langsung kepada umat manusia masa Mappo. Inilah, makna pokok dari Kuon

Soku Mappo. Dalam Sandahiho Sho berkata : “Dalam Hopenpon berkata : Shoho Jisso Shoi

Shoho Nyozeso Naishi Yokuryo Shojukai Butsu Chiken” dan lain sebagainya.

Apakah Ichinen Sanzen yang dimiliki dalam dasar manusia biasa ? Bab juryo

berkata: “ Nen Gajitsu Jobutsu Irai Muryo Muhen “ dan sebagainya, merupakan Ichinen

Sanzen pembibitan semula dari Kuon Jitsujo Daigaku Seson. Sekarang Nichiren Daisyonin

menyadari waktunya untuk menyebarluaskan Hukum ini. Juga dalam Honinmyosho

berkata : “ Pertapaan diri dari Budha Sakyamuni tingkat Kuon Myoji Soku dimana pada

masa Mappo sekarang ini telah dipindahkan pada diri Myoji Soku dari Nichiren.”

Tingkat Myoji Soku berarti tingkat kedudukan yang menyadari bahwa seluruh

Hukum adalah Hukum Agama Buddha, yang mana menunjukan bahwa Nichiren

Daisyonin sebagai kelahiran kembali dari Budha Myoji Kukyo. Terlebih lagi sekarang

kita yang dapat percaya dan melaksanakan Hukum Agama Budha ajaran Nichiren

Daisyonin dari Ketiga Hukum Rahasia Agung tidak lain dengan seadanya

memindahkan gerakan Kuon Myoji Soku kedalam masa Mappo.

Page 135: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan kalimat Sandaihiho berbunyi : “ Awal dari Kuon Jitsujo “ berarti Kuon

Ganjo. Kuon Ganjo berarti kembali pada dasar sumber pokok jiwa. Namun Shoju kalau

berdasarkan pertapaan kepercayaan berarti ketekadan hati dari dasar jiwa. Ketekadan

hati untuk tidak mundur sepanjang hidup adalah Shoju, justru kekuatan sumber pokok

yang membulatkan ketekadan hati itu adalah Ichinen dari kepercayaan dasar jiwa yaitu

Nammyohorengekyo.

Kutipan

Pertanyaan : Bagaimanakah Ichinen Sanzen dari perbandingan Hukum Pembibitan

dengan Hukum pemanenan yang sesungguhnya ?

Jawab : Ini merupakan maksud kelahiran leluhur Budha Nichiren Daisyonin dan

wasiat turun temurun yang sangat mendalam dan rahasia dari sekte kita. Oleh karena itu

bagaimanakah dapat mewujudkannya dengan tulisan, walapun demikian namun masa

terakhir ini dalam catatan sekte – sekte lain telah dengan sembunyi mempergunakan ini,

maka pada akhirnya hal ini tidak dapat dirahasiakan lagi sehingga sekarangpun akan

menariknya untuk diterangkan. Haruslah dipercayai dengan mendalam dan sesunguh –

sungguhnya bagaikan kembang Undonge dari Raja rin dan buah dari kebun Saiobo.

Dalam Hinon Myosho berkata : “Ppertanyaan, apakah yang dikatakan Hukum

Rahasia yang maha penting dari dasar kalimat Bab Juryo ? Jawab : Karena ini adalah

Hukum Sakti yang sangat dirahasiakan maka harus dirahasiakan. Kalau Budha seumur

hidup yang meningkatkan derajat masih merupakan wajah Hukum dari teori, maka

seluruh bagian semuanya adalah Ichinen Sanzen dari teori. Makna yang diperoleh dalam

Honmon Juryo yang berdasarkan Shaku ini dikatakan sebagai karunia pemanenan dari

atas kalimat Sutra. Di dasar kalimat Sutra yang dirahasiakan berarti Myoho dari Myoji

Kuon Jitsujo yang tanpa melalui pelaksanaan pertapaan lain langsung mencapai kesadaran

yang tepat ( Jikitatsu Shokan ) inilah yang dikatakan Nammyohorengekyo dari Ichinen

Sanzen pelaksanaan dan yang sesungguhnya.

Partanyaan : Bagaimanakah bentuk tubuh dari Myoho Kuon Myoji ?

Jawab : Pelajarilah dan renungkanlah Totai Gisho dan Kanmonsho dan lain – lain,

sekarang untuk sememntara hal ini dirahasiakan dahulu.

Penjelasan

Pertanyaan : Bangaimakah sesungguhnya perbandingan pembibitan dan pemanenan

dari Ichinen Sanzen ?

Jawab : Ini adalah maksud kelahiran Nichiren Daisyonin di dunia ini dan

merupakan wasiat turun – menurun yang sangat dirahasiakan dalam Nichiren Shoshu.

Sehingga bagaimanakah dapat dengan mudah mewujudkannya dalam kata – kata.

Page 136: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Walaupun demikian, setelah memasuki masa akhir – akhir ini banyak filsafat –

filsafat mempergunakan wasiat turun menurun dari Nichiren Daisyonin yang sangat

dirahasiakan secara umum. Oleh karena itu, pada akhirnya hal ini tidak dapat

dirahasiakan lagi, karena orang – orang yang tidak mengetahui dengan tepat makna

ajaran Nichiren Daishonin yang sesungguhnya telah menarik dan mempergunakan

wasiat turun temurun Nichiren Daisyonin dengan pandangan dan pengertian yang salah

yang disebarluaskan ke dalam masyarakat umum. Sekarang karena hal ini diterangkan

dengan tepat, maka haruslah percaya dan yakin dengan mendalam kalau kita sekarang

dapat dengan gaib bertemu dengan Hukum Sakti yang sulit ditemui. Begitupun hal ini

seperti Raja Kinrin yang muncul hanya untuk bertemu dengan kembang Udonge yang

berbunga sekali dalam 3000 tahun, atau bertemu ketika buah peer dalam kebun Saiobo

berbuah yang mana ia akan berbuah sekali dalam 3000 tahun. Sungguh Hukum Agama

Budha yang sesungguhnya sulit dijumpai.

Dalam Honnin Myosho berbunyi : “Bertanya dengan berkata, apakah Hukum

Rahasia yang dikatakan sebagai satu hal penting dari dasar kalimat Bab Juryo. Menjawab

dengan berkata, karena ini adalah Hukum Sakti yang sangat rahasia, maka harus

dirahasiakan secara mendalam.” Pengkhotbahan seluruh ajaran Budha Sakyamuni selama

50 tahun adalah Zokyo, Tsukyo, Bekyo, Shakumon dan Honmon masing – masing

dijelaskan dengan berbagai Budha – Budha yang berlainan dan Sanjin (ketiga badan)

nyapun berlainan. Yang mana tidak lain merupakan Budha Ojin yang meningkat setahap

demi setahap. Jadi dengan demikian batas lingkungan pengkhotbahan Budha Ojin masih

merupakan Wajah Hukum dari teori, oleh karena itu seluruh bagian Sutra Bunga Teratai,

Honmon maupun Shakumon kedua – duanya merupakan Ichinen Sanzen dari teori. Kalau

Bab Juryo Honmon yang berdasarkan Shakumon maka pengertian yang diperoleh adalah

kurnia pemanenan diatas kalimat Sutra. Sedangkan di dasar kalimat Sutra adalah Myoho

dari Myoji Kuon Jitsujo tidak melalui pelaksanaan pertapaan lainya dan hanya

melaksanakan penyebutan Daimoku dapat memperoleh pandangan tepat secara

langsung merupakan Nammyohorengekyo dari Ichinen Sanzen pelaksanaan dan yang

sesungguhnya.

Pertanyaan : Bagaimanakah bentuk tubuh dari Hukum Sakti Kuon Myoji ?

Jawab : Karena hal ini tertera dengan jelas dalam Gosho Totaigisho dan

Sokanmonsho, maka pelajarilah dan renungkanlah secara mendalam sekarang hal ini

tidak akan dijelaskan disini.

Page 137: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BATAS LINGKUNGAN DARI SELURUH KEHIDUPAN BUDHA

Disini yang disebut seluruh kehidupan Budha, tidak hanya berarti Budha Ojin saja.

Dalam hukum Agama Budha Skayamuni di mulai dari Budha Retsu Ojin dari Sutra Agon

dan dijelaskan seterusnya pada sutra Hoto, Hannya dimana bentuk Budha pun berubah

menjadi Sho Ojin dan Hosshin. Sanmi Nichijun dalam Hon in Myo Kuketsu menjelaskan

sebagai berikut : “ Isshin Sankan, Ichinen Sanzen Jijuyuhoshin dari Budha Obutsu Shoshin.

Berarti Budha Sakyamuni sekarang ini yang merupakan leluhur dari ketiga ajaran Zokyo

dan meningkat setahap dari Tsukyo, Benkyo, Enkyo hingga keempatbelas Bab Shakumon”.

Dimana hingga Bab Hosshin masih merupakan Budha Retsu Ojin dan mulai Bab Hoto

menjadi Budha Tajuyuhoshin kemudian setelah memasuki Bab Juryo menjadi

Jijuyuhoshin begitupun Hukum yang dijelaskan adalah Shakumon dari sebab menuju

akibat (Juin Shika). Walau dikatakan Honmon, namun masih merupakan Honmon yang

terdapat didalam Shakumon.

Pokoknya dalam Bab juryo menjelaskan Isshin Soku Sanjin dari Kuon Jitsujo.

Dalam bab ke 9 Monguki, Tien Tai Daishi menjelaskan “Jumlah Usia (Juryo) berarti jumlah

sesungguhnya. Kalau sekarang mengukur jumlah usia kurnia sesungguhnya dari ketiga

Budha Honchi yang tepat, oleh karena itu dikatakan Bab Nyorai Juryo. “ Dan juga jumlah

sesungguhnya dari Bab ini, secara keseluruhannya menjelaskan ketiga badan (Sanjin),

namun kalau berdasarkan makna lainnya maka sesungguhnya terdapat dalam Hosshin.

Kemudian “ Tertutup rapat (Himitsu/Rahasia) berarti Isshin Soku Sanjin dinamakan

tertutup (Hi) dan Sanjin Soku Isshin dinamakan (Mitsu).” Dan juga bagian yang dijelaskan

pada masa lampau dinamakan tertutup (Hi), yang hanya diketahui oleh Budha sendiri

dinamakan rapat (Mitsu). Namun Budha sesungguhnya dari Bab Juryo tidak lain hanya

berupa Budha Jijuyushin yang meningkat diri sendiri sesuai keadaan (Obutsu Shoshin)

yang merupakan Budha Shaku. Ini tidak lain merupakan Budha Retsu O yang meningkat

hingga mewujudkan Budha Jijuyushin. Budha Jijuyushin yang sesungguhnya adalah

Budha Jijuyushin dari Kon Ganjo. Walau dikatakan Jijuyushin yang sama pun , namun

perbedaannnya adalah bagai langit dan bumi. Dalam Mappo Soosho (Gosho, hal 186)

berkata : “ Pertanyaan apakah perbedaan Jijuyishin dari Kuon Ganjo dengan Jijuyushin dari

Budha peningkatan sesuai keadaan (Obutsu Shoshin). Jawab , walau terdapat perbedaan –

perbedaannya, namun disini akan menjelaskan beberapa diantaranya.

Kesatu adalah sumber pokok (Honshi) dan bayangan (Suijaku).

Kedua adalah Jigyo dan keta.

Ketiga adalah, Kesadaran Budha dalam bentuk manusia biasa (Myoji Bonpu) dan

kesadaran yang dihias – hias (Shikisosogon).

Keempat adalah, kesatua antara manusia dan Hukum (ninpo Taiichi) dan perbedaan

keunggulan dan kelemahan atara manusia dan Hukum (Ninpo Shoretsu).

Kelima adalah, leluhur dan ajaran pembibitan dan pemanenan dan lain – lain sebagainya. “

Page 138: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Pokoknya Hukum Agama Budha pemanenan hanya terbatas untuk orang – orang

yang telah memperoleh pembibitan di masa lampau, namun orang yang tidak pernah

melanggar dosa pengfitnahan terhadap Hukum Agama Budha. Jadi terhadap orang yang

sekali melanggar dosa pengfitnahan terhadap Hukum Agama Budha dan jatuh kedalam

neraka penderitaan yang tak terputus – putus, yaitu umat manusia yang berjodoh yang

bertentangan (Gyakuen) tidak dapat diselamatkan. Oleh karena itu Hukum Agama Budha

pemanenan selalu harus memikirkan dan memperhatikan agar supaya umat manusia

tidak menimbulkan pengfitnahan terhadap Hukum. Jadi dalam hal ini masih belum keluar

dari batas lingkungan Budha yang menyesuaikan dengan keadaan (Obutsu).

Disamping itupun Hukum Agama Budha Nichiren Daishonin, walau terhadap manusia

yang berjodoh bertentangan (Gyakuen) maupun yang berjodoh searah (Jun – en)

semuanya dapat diselamatkan. Maka Nichiren Daisyonin sebagai Jijuyishin yang

sesungguhnya dapat bergerak bebas dan leluasa sekehendak hati untuk

menyebarluaskan Hukum ini seadanya. Begitupun Hukum Agama Budha pemanenan

adalah Agama Budha Bangsawan yaitu ajaran yang dijelaskan kepada lapisan elit dan

kaum cendikiawan. Oleh karena itu bentuk Budha yang dijelaskan Hukum ini harus

menghiasi wajahnya agar supaya dapat menimbulkan rasa hormat terhadapnya. Namun

Hukum Agama Budha nichiren Daishonin adalah Hukum Agama Budha rakyat dimana

berjuang menyelamatkan kebahagian umat manusia bersama – sama rakyat tanpa

menghiaskan diri dengan kekuasaan, kedudukan dalam masyarakat. Inilah bentuk

Jujuyusin yang sesungguhnya.

Page 139: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

ICHINEN SANZEN PEMBIBITAN DIDASAR KALIMAT

Ichinen Sanzen dari perbandingan pembibitan dan pemanenan yang tepat adalah

Ichinen Sanzen pelaksanaan dan yang sesungguhnya dari pembibitan di dasar kalimat.

Yaitu Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Sekarang kalimat

Honinmyosho yang ditarik dalam kalimat pokok menjelaskan bahwa Budha dari seluruh

kehidupan Budha Sakyamuni adalah penjelasan dari Budha peningkatan sesuai keadaan

dan merahasiakan Myoho dari Myoji Kuon didasar kalimat Sutra. Tidak belebihan jika

dikatakan bahwa “ Kuon Jitsujo “ yang diajarkan disini sama sekali tidak berarti

pencapaian kesadaran Budha pada 500 Jintengo yang terdapat diatas kalimat Sutra.

Dalam Ongi Kuden diajarkan bahwa “ Yang dikatakan Kuon mempunyai makna tidak

dibuat, tidak dihias, keadaan seadanya sejak asal mula. Kuon pada hakekatnya adalah

Nammyohorengekyo sendiri “. Dimana mempunyai makna Kuon Ganjo. Mengenai Jitsujo

ini dalam Onggi Kuden dikatakan : “ Jitsu ditetapkan sebagai Budha dari Musa Sanjin, jutru

ini adalah Jitsu yang sesungguhnya dan selain ini pada hakekatnya tidak ada Jitsu lainnya.

Dan juga, Jo berarti “Dapat menjadi” (Nojo/sembilan dunia) dan “sudah menjadi”

(Shojo/dunia Budha) dan Jo mempunyai makna membuka, membuka seluruh alam semesta

sebagai Budha dari Musa Sanjin “. (Gosho, Hal.753).

Jadi Kuon Jitsujo berarti dengan bentuk “tidak dibuat-buat,tidak dihias-hias,

keadaan seada-adanya sejak asal mula dalam Kuon Ganjo membuka kesadaran Budha

Musa Sanjin.” Hanya menerima dan mempertahankan dengan setulusnya pada “Myoho

dari Myoji” yang dimiliki oleh Budha Jijuyushin dari Kuon Ganjo yaitu

Nammyohorengekyo saja akan mencapai Sokushin Jobutsu. Inilah Hukum Agama Budha

yang merupakan satu hal penting yang terdapat di dasar kalimat Bab Juryo. “Myoho dari

Myoji” adalah Myoho yang disadari dan berkedudukan Myoi Soku. Myoji Soku adalah

seperti yang dikatakan dalam Sokanmosho berkata : “Myoji Soku adalah menyadari dan

memahami bahwa seluruh Hukum semuanya adalah Hukum Agama Budha”. Dimana

menyadari bahwa segala Hukum adalah Myoho, begitupun gerakan diri sendiri dapat

diselaraskan dengan Myoho, Hukum Alam Semesta. Kalau ini dejelaskan berdasarkan

kehidupan sehari – hari, maka itu berarti kepercayaan adalah kehidupan, kehidupan

adalah kepercayaan. Dimana dalam kehidupan sebagi seorang masyarakat telah dapat

hidup dengan suasana hidup yang penuh dengan kurnia kebajikan kepercayaan dan

menikmati kegembiraan hidup.

Tidak melalui pertapaan lainya, adalah sama seperti yang dikatakan dalam Totai

Gisho (Gosho, Hal.512) berkata : “ Dengan tulus dan jujur membuang ajaran sementara

dan hanya percaya pada Sutra Bunga teratai, yaitu meneruskan pelaksanaan kepercayaan

yang suci dan murni dan yakin bahwa hanya Myoho dari Myoji sajalah yang merupakan

satu – satunya jalan untuk mencapai kesadaran Budha.” Dengan langsung mencapai

pandangan yang tepat (Jikitastu Shokan) yaitu menerima dan mempertahankan Myoho

akan mencapai kesadaran Budha dalam keadaan seadanya sekarang ini (Sokushin

Jobutsu). Dan juga hal ini menyangkal keadaan pencapaian kesadaran Budha yang

terlepas dari keadaan kehidupan yang nyata. Harap diketahui dengan seksama bahwa

kalau menuntut pencapaian kesadaran Budha maupun kebahagian yang mutlak di dunia

yang lain dengan terlepas dari kehidupan yang nyata dan melupakan penderitaan umat

manusia sama sekali bukan Hukum Agama Budha yang sesungguhnya.

Page 140: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BAB VIII

MENUNJUKKAN ICHINEN SANZEN YANG SESUNGGUHNYA DAN

TEORI

Kutipan

Pertanyaan : Apakah perbedaan Sanzen dari Ji dengan Ri itu?

Jawab : Shakumon dinamakan Ichinen Sanzen teoritis karena menerangkan berdasarkan

Shoho Jisso, Honmon dinamakan Jino Ichinen karena menerangkan berdasarkan sebab (in),

Akibat (Ga), Tempat (Koku). Menurut Nichiren Shoshu kedua bagian dari Shakumon dan

Honmon, kedua – duanya dinamakan Ichinen Sanzen teoritis. Hanya Honmon Tunggal yang

terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan dinamakan Ichinen Sanzen pelaksanaan.

Inilah rahasia sekte yang tidak boleh dibocorkan.

Penjelasan

Dalam Ichinen Sanzen terdapat Ichinen Sanzen sesunguhnya dan teoritis.

Shakumon Saddharma Pundarika Sutra adalah Ichinen Sanzen teoritis, sedangkan

Honmon adalah Ichinen Sanzen pelaksanaan. Namun, betapapun ini masih dibahas dalam

batas – batas Hukum Agama Budha Sakyamuni. Sedangkan kalau dipandang berdasarkan

Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin, maka kedua bagian Shakumon dan Honmon

Saddharma Pundarika sutra merupakan Ichinen Sanzen Teoritis. Dalam bagian ini

menjelaskan bahwa hanya Honmon Tunggal yang dirahasiakan di dasar kalimat dari

Budha Nichiren Daisyonin yang merupakan Ichinen Sanzen sesunguhnya.

Page 141: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

SANJUHIDEN DAN ICHINEN SANZEN YANG SESUNGGUHNYA DAN TEORITIS

Nikan Jonin dalam penjelasan dari Bab 5, ke 6 dan ke 7 masing – masing

menjelaskan bahwa dalam Hukum Ichinen Sanzen pun terdapat ketiga susun yang

dirahasiakan (Sanjuhiden) dari perbandingan ajaran sementara dan sesungguhnya (Gon

Jitsu Sotai), perbadingan dari Honmon dan Shakumon (Honshaku Sotai), dan

perbandingan Hukum pembibitan dan pemenenan (Shudatsu Sotai). Akan tetapi justru

Nammyohorengekyo dari Ichinen Sanzen pelaksanaan yang sesungguhnya yang

terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan dari Bab Juryo Honmon Saddharma

Pundarika Sutra, merupakan badan sesungguhnya dari inti Hakekat Hukum Ichinen

Sanzen.

Namun dalam Bab ke 8 ini Nikan Jonin dengan pandangan yang agak berbeda

dengan Bab – bab sebelumnya, dimana mendiskusikan Ichinen Sanzen berdasarkan

pelaksanaan yang sesungguhnya dan teoritis. Pada umumnya yang dikatakan

pelaksanaan yang sesungguhnya berarti wujud, kehidupan, pelaksanaan, kenyataan,

bentuk sesungguhnya dan sebagainya.

Ketika mendiskusikan untuk memperbandingkan pelaksanaan dan teoritis ini,

dimana terdapat kedua pandangan yang beranggapan pelaksanaan yang sesungguhnya

lebih unggul dari teoritis, sebaliknya terdapat pandangan yang beranggapan teoritis lebih

unggul dari pelaksanaan yang sesungguhnya. Budha Sakyamuni dalam ajaran Nizen,

sebelum menjelaskan Saddharma Pundarika Sutra menjelaskan bahwa untuk menyelami

dan menyadari Hukum alam semesta ini merupakan tujuan dari kehidupan manusia.

Dan kemudian menetapkan pelaksanaan yang sesungguhnya dengan keenam

Paramitha sebagai tujuan tersebut. Jadi disini menegaskan bahwa karena melalui

pelaksanaan yang sesungguhnya dapat menyadari teori merupakan sesuatu yang

terpenting, maka teori lebih unggul dari pelaksanaan yang sesungguhnya.

Dan Hukum Agama Budha Tien Tai pada masa Zoho karena mementingkan

Kannen Kanpo, sehingga teori lebih unggul dari pelaksanaan sesungguhnya, namum

Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin masa Mappo, dimana Gohonzon merupakan

wujud sesungguhnya dari Saddharma (Myoho), teori adalah teori filsafat dari Saddharma

(Myoho). Jadi karena dalam pelaksanaan yang sesungguhnya lebih unggul dari teori.

Page 142: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Sebagai umpama, gambar rencana suatu bangunan rumah merupakan teori,

sedangkan keadaan rumah yang dibangun sesungguhnya merupakan pelaksanaan yang

sesungguhnya. Walau merencanakan betapa baiknya suatu bangunan rumah dalam

gambar rencana bangunan, namun hanya gambar rencana tersebut, betapapun tidak

dapat terlindung dari hujan dan angin maupun menikmati kehidupan yang nyaman.

Sebaliknya membangun rumah sesungguhnya berdasarkan gambar rencana tersebut

dapat dihuni dan dari situ baru dapat menghidupkan nilai dari hubungan rumah dengan

manusia yang menghuni rumah tersebut. Dan juga teori adalah sesuatu yang berdiri pada

pandangan kebenaran, sedangkan pelaksanaan yang sesungguhnya dapat dikatakan

berdiri pada pandangan nilai.

Nikan Jonin membahas Ichinen Sanzen dari sudut pandang pelaksanaan yang

sesungguhnya dan teori. Dan selanjutnya menyimpulkan bahwa justru

Nammyohorengekyo Honmon Tunggal yang terpendam di dasar kalimat yang

dirahasiakan merupakan Ichinen Sanzen pelaksanaan sesungguhnya maupun bentuk

sesungguhnya dari inti hakekat dan sumber pokok yang memberi pencapaian kesadaran

Budha kepada seluruh umat manusia.

Page 143: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

ICHINEN SANZEN TEORI DARI SHAKUMON

Mengenai Ichinen Sanzen pelaksanaan yang sesungguhnya dan teori yang

terdapat di dalam kalimat Saddharma Pundarika Sutra, Guru Ikeda membahasnya dalam

ceramah Onggi Kuden sebagai berikut. Dalam sutra Nizen, Sravaka dan Pratekya Budha

(Nijo) sama sekali tidak dapat mencapai kesadaran Budha, wanita dan orang jahat tidak

dapat mencapai kesadaran Budha dan sebagainya. Dimana kesepuluh dunia dijelaskan

dengan banyak perbedaan dan sama sekali tidak menjelaskan Ichinen Sanzen, sehingga

merupakan pandangan jiwa yang rendah dan sempit. Akan tetapi setelah memasuki

Shakumon Saddharma pundarika Sutra telah meninggalkan seluruh ajaran yang

dijelaskan sebelumnya. Sesungguhnya dalam Sutra Muryogi begian pengantar dari

Saddharma Pundarika Sutra mengatakan : “Selama 40 tahun lebih masih belum

mewujudkan ajaran sesungguhnya.” Dan dalam Bab Hoben memaklumkan : “ Budha demi

mengabadikan Hukum, pasti akan menjelaskan ajaran kebenaran yang sesungguhnya.”

Bersamaan dengan itu menjelaskan pencapaian kesadaran Budha dari Sravaka dan

Pratekya Budha, wanita dan orang jahat dan disinilah dijelaskan perinsip 10 dunia yang

memiliki 10 dunia. Juga dalam Bab Hoben dijelaskan : “ Dari Shoho Jisso hingga sampai

Honmatsu Kukyoto “ dimana dengan berdasarkan pada kalimat dari Junyo Jisso untuk

mejelaskan segala sesuatu yang terdapat dalam alam semesta, merupakan badan

sesungguhnya dari Saddharma (Myoho). Terlebih lagi, segala gejala apapun dengan jelas

merupakan gerakan dari seratus dunia, seribu Nyoze dan Ichinen Sanzen dan juga dalam

jiwa Ichinen kita dengan jelas tercakupi dengan nyata seluruh keadaan dan gerakan jiwa

yang mencakupi dari Dunia neraka hingga dunia Budha.

Disini, bersamaaan dengan terwujudnya keadaan sesungguhnya dari jiwa akan

membuka jalan menuju pencapaian kesadaran Budha dari seluruh umat manusia dan

meneguhkan teori prinsip kebahagian dari seluruh umat manusia. Namun, dalam tahap

Shakumon Saddharma Pundarika Sutra masih belum sempurna, karena belum terlepas

dari batas lingkungan teori dan pengamatan filsafat dari jiwa. Betapapun walau dengan

teoritis dapat memahami bahwa diri kita merupakan badan sesungguhnya dari

Saddharma (Myoho) maupun dalam jiwa telah mencakupi dunia Budha, namun kalau

tidak dapat mewujudkan dunia Budha dalam jiwa kita sebagai badan sesungguhnya dari

Myoho yang mencemerlangkan jiwa yang hidup dalam kehidupan maka sama sekali tidak

ada gunanya. Walau betapa dijelaskan bahwa kita manusia pada hakekatnya merupakan

badan sesungguhnya dari Saddharma (Myoho), kepada umat manusia yang mengalami

malapetaka, namun kalau pada kenyataannya tidak dapat merombak nasib dan

melangkah pada jalan agung menuju kebahagian, sama sekali tidak ada makna apapun

juga.

Page 144: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Memang, kehadiran Hukum Agama Budha dijelaskan demi membuktikan

kebahagian yang nyata kepada seluruh umat manusia. Namun itu tidak semata – mata

hanya diperkembangkan dalam teori maupun pengetahuan. Jadi kalau bukan merupakan

suatu ajaran yang memiliki kekuatan yang kuat demi pencapaian kesadaran Budha

kepada seluruh umat manusia dalam kenyataan. Maka sama sekali tidak ada arti apapun

juga. Oleh karena itu Shakumon dinamakan Ichinen Sanzen teoritis dan lebih rendah dari

ajaran Honmon, yakni Ichinen Sanzen pelaksanaan sesungguhnya yang menjelaskan

pencapaian kesadaran Budha yang sesungguhnya. Jadi, Shakumon seperti yang dijelaskan

diatas, yang mana tidak lain semata – mata hanya menjelaskan segi teoritis dan

kemungkinan untuk dapat mencapai kesadaran Budha bagi seluruh umat manusia. Dan

Budha Sakyamuni adalah Budha yang mewujudkan Dunia Budha dalam bentuk nyata.

Maka umat manusia pada waktu itu untuk mewujudkan dunia Budha pada dirinya harus

menjadikan Budha Sakyamuni sebagai teladan. Budha Sakyamuni diri sendiri

menjelaskan bilamana, dimana dan dengan berdasarkan sebab apakah sehingga

mencapai kesadaran Budha, begitupun menjelaskan hubungan Budha Sakyamuni dengan

umat manusia pada waktu itu. Kalau selama ini tidak dapat diatasi, maka umat manusia

tidak dapat mencapai kesadaran Budha.

Page 145: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

ICHINEN SANZEN PELAKSANAAN YANG SESUNGGUHNYA DARI HONMON

Tetapi, Budha Sakyamuni setelah memasuki ajaran Honmon Saddharma

Pundarika Sutra menjelaskan sebab pokok (Hon In), akibat pokok (Hon Ga), dan tanah air

pokok (Hon Kokudo) dari pencapaian kesadaran diri sendiri, sehingga dengan nyata

membuktikan seluruh umat manusia dapat mencapai kesadaran Budha.

Pertama–tama,kutipan Bab Juryo ke 16 Saddharma Pundarika Sutra yang

berbunyi : “ Sesungguhnya sejak saya mencapai kesadaran Budha, telah berlalu waktu

yang tak terhingga “ yang mana menjelaskan Kuon Jitsujo dan menanggalkan pandangan

Shijo Shokaku. Jadi pandangan yang beranggapan bahwa Budha Sakyamuni lahir di India

dan ketika berusia 30 tahun, baru mencapai kesadaran Budha dibawah pohon Bodhi

dekat Gayajo (Shinjo Shokaku) ditanggalkan, dengan menjelaskan bahwa sesungguhnya

beliau telah mencapai kesadaran Budha dari masa lampau yang tak terhingga yang

dikatakan sebagai 500 Jintengo. Inilah yang dikatakan Honga Myo.

Bersamaan dengan dijelaskannnya Kuon Jitsujo ini, Budha Sakayamuni pun

menjelaskan sebab pokok (Hon In) untuk mencapai kesadaran Budha dengan berkata :

“Sesungguhnya saya menjalankan pertapaan Boddhisatva dan usia jiwa yang tercapai

hingga sekarang pun masih belum berakhir malah berlipat ganda dengan angka tersebut

di atas.” Dunia Boddhisatva mewakili kesembilan dunia. Dan jiwa kesembilan dunia

walau sejak mencapai kesadaran Budha pun, malah “hingga sampai saat sekarang masih

belum berakhir”. Jadi Budha Sakyamuni menjelaskan dengan terang bahwa beliau, sejak

masa tak berawal adalah badan sesungguhnya yang merupakan jiwa dari Dunia Budha

adalah kesembilan dunia, kesembilan dunia adalah Dunia Budha. Inilah yang dikatakan

Honin Myo.

Selanjutnya Budha Sakayamuni menjelaskan dimanakah beliau mencapai

kesadaran Budha, yang mana dikatakan sebagai Hon Kokudo. Dan itu dijelaskan dalam

kutipan kalimat yang berbunyi : “Sejak itu hingga sekarang, saya selalu berada di dunia

yang fana ini (Shaba sekai). Untuk menjelaskannya dan mengenal Hukum.” Sebelumnya

dunia yang fana ini tidak disukai dengan menamakannya sebagai tanah najis dan

beranggapan bahwa tempat tinggal Budha (Jakkado) berada di dunia yang lain. Akan

tetapi,setelah memasuki Bab Juryo, Budha Sakayamuni mempermaklumkan bahwa justru

dunia yang fana ini merupakan dunia Jakkado, tempat tinggal kekal abadi dari Budha.

Begitupun, sebelumnya tanah Budha yang dijelaskan berbagai Sutra adalah Negara –

Negara yang pernah Budha Sakyamuni mengamal disitu, dengan demikian jelas alam

semesta itu sendiri merupakan dunia dari Saddharma (Myoho). Seandainya, kalau tidak

dijelaskan bahwa dunia fana ini adalah Jakkado, maka dengan bagaimanakah sehingga

dapat dengan jelas menjelaskan tanah air Budha (Jakkado) pun merupakan badan

sesungguhnya dari Saddharma (Myoho). Dan juga, dengan dijelaskannya prinsip dunia

yang fana ini adalah tanah air Budha (Shaba Soku Jakkado), maka kebahagian itu sama

sekali tidak terdapat pada suatu dunia yang jauh, begitupun pencapaian kesadaran Budha

dengan jelas dapat dikatakan tidak pada dunia yang lain. Inilah HonKokudomyo.

Page 146: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dengan demikian, karena dalam Bab Juryo Honmon Saddharma Pundarika Sutra

menjelaskan Sanmyo dari Honin Myo, Honga Myo, dan Honkokudomyo yang mana

dikatakan sebagai San Myo Go Ron. Dan justru terdapat San Myo Go Ron ini hingga

Honmon Saddharma Pundarika Sutra dikatakan sebagai Ichinen Sanzen pelaksanaan

yang sesungguhnya. Perbedaan antara Honmon dan Shakumon dari Saddharma

Pundarika Sutra sebagai langit dan bumi. Akan tetapi kalau berdasarkan Hukum Budha

Nichiren Daisyonin, Honmon Saddharma Pundarika Sutra ini menjadi Ichinen Sanzen

teoritis, mengenai hal ini Nikan Jonin menjelaskan : “Kalau berdasarkan makna dari sekte

Nichiren kedua bagian Shakumon dan Honmon dinamakan Ichinen Sanzen teoritis, hanya

Honmon tunggal yang terpendam didasar kalimat yang dirahasiakan dinamakan Ichinen

Sanzen pelaksanaan yang sesungguhnya.”

Kutipan

Pertanyaan : Mengapa Ichinen Sanzen dari Shakumon dan Homon kedua – duanya

dinamakan Ichinen Sanzen teoritis ?

Jawab : Disini terdapat dua makna :

1. Kedua – duanya berwajah Hukum berdasarkan teori (Ri).

2. Karena kedua – duanya dari Honmon dan Shakumon berada dalam Shakumon,

dalam Honinmyosho berkata : “Yang terbatas dalam Budha Oojin seumur hidup itu

dari Sakyamuni 50 tahun, karena wajah Hukum berdasarkan Ri maka Saddharma

Pundarika Sutra (Shakumon dari Honmon) kedua – duanya adalah Rino Ichinen

Sanzen” dan lain – lain. Dan juga berkata : :Shakumon dinamakan Rino Ichinen

Sanzen Saddharma Pundarika Sutra dari Geshu (pembibitan) adalah Honmon

Tunggal” dan lain – lain. Dalam Hon Zon Sho berkata : “Ichinen Sanzen terpisah

dengan hanya sehelai selaput.” Dan lain – lain. Meskipun Ichinen Sanzen dari

Shakumon , Honmon, Ji, Ri berbeda, karena semuanya dikatakan Rino Ichinen

Sanzen, maka dikatakan terpisah dengan selaput bambu, hal ini karena berhadapan

dengan Jino Ichinen Sanzen Honmon Tunggal yang terpendam di dasar kalimat.

Penjelasan

Mengapa kedua bagian Ichinen Sanzen dari Honmon dan Shakumon

dinamakan Ichinen Sanzen teoritis ? Disini Nikkan Jonin mengutarakan dua hal

sebagai berikut :

Yang pertama, oleh karena keduanya masih merupakan wajah hukum teoritis.

Seperti yang tertulis dalam Honinmyosho berkata : “ Kalau penjelasan ajaran seluruh

kehidupan Budha merupakan wajah Hukum teoritis, maka seluruh bagian (Saddharma

Pundarika Sutra ke 28 Bab) keseluruhanya merupakan Ichinen Sanzen teoritis” yang

mana walaupun betapa membahas lemah unggul dan mendebatkannya dengan

sedemikian baik dalam lingkungan Hukum Agama Budha, namun karena pada

hakekatnya tidak menjelaskan Nammyohorengekyo dan tidak terdapat badan

sesungguhnya dari bibit sumber pokok pencapaian kesadaran Budha, maka tidak lain

merupakan wajah hukum teoritis.

Page 147: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Yang kedua, oleh karena merupakan Honmon dan Shakumon yang terdapat didalam

Shakumon. Seperti yang tertulis dalm Hininmyosho berkata : “ Shakumon dikatakan

Ichinen Sanzen teoritis karena Saddharma Pundarika Sutra pemanenan kedua –

duanya Honmon dan Shakumon menjadi Shakumon. Honmon dikatakan Ichinen Sanzen

pelaksanaan yang sesungguhnya karena Saddharma Pundarika Sutra Pembibitan

adalah Honmon Tunggal.” Yang mana kalau dipandang berdasarkan

Nammyohorengekyo pembibitan di dasar kalimat yang dirahasiakan, maka keduan

Honmon dan Shakumon dari Saddharma Pundarika sutra akan menjadi Shakumon.

Pandangan pertama membahas berdasar pada pandangan Hukum.

Pandangan kedua membahas berdasar pandangan Budha yakni manusia. Namun

betapapun kalau kedua bagian Honmon, Shakumon yang terdapat diatas kalimat dari

Saddharma Pundarika Sutra, kalau dibandingkan dengan Honmon Tunggal yang

terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan, maka kedua – duanya Honmon dan

Shakumon akan menjadi Ichinen Sanzen teoritis. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa

Bab Juryo yang terdapat diatas kalimat Sutra nya menjelaskan keadaan Budha yakni,

bilamana, dimana, dan dengan bagaimanakah sehingga dapat mencapai kesadaran

Budha. Dan dengan demikian Budha menjelaskan bahwa jiwa kekal abadi pada jiwa

beliau. Namun beliau menetapkan suatu waktu yang dikatakan sebagai 500 Jintengo,

sehingga sebelum 500 Jintengo beliau masih belum menyadari kesadaran Budha dan

dikatakan masih melaksanakan pertapaan Boddhisatva. Disamping itupun Budha nya

pun Budha ideal dari Shikisosogon yang memulai ajaranya denagn 5 waktu dan 8

ajaran. Jadi Budha 500 Jintengo adalah Budha yang dicapai bukan Budha yang tak

berawal dan akhir. Dengan demikian kalau tidak ada sumber pokok pencapain

kesadaran Budha maka tidak akan terdapat badan sesungguhnya dari pencapaian

kesadaran Budha.

Budha sesungguhnya yang tak berawal akhir, terpendam di dasar kalimat

yang dirahasiakan. Kuon Ganjo sama sekali bukan suatu waktu tertentu seperti 500

Jintengo. Kalau berdasarkan waktu maka itu tidak berawal akhir. Kalau berdasarkan

ruang maka itu alam semesta itu sendiri. Dan badan sesungguhnya tidak lain adalah

Nammyohorengekyo, yang merupakan sumber pokok segala Hukum, dan kekuatan

sumber pokok yang merubah dan menggerakan segala sesuatu di alam semesta, maka

dalam Onggi Kuden dikatakan : “ Kuon berarti tidak dibuat – buat , tidak dihias – hias

dan keadaan seadanya” dan menyimpulkan “Kuon berarti Nammyohorengekyo. “

Jadi Budha itu bukan Budha Shikisosogon yang terlengkapi dengan 32

wajah dan 80 kepribadian. Hanya dalam badan manusia biasa dan keadaan seadanya

yang mana merupakan hakekat Budha sesungguhnya. Nichiren Daisyonin muncul

sebagai kelahiran kembali dari Budha Jijuyushin Kuon Ganjo dan dengan keadaan

seadanya sebagai badan manusia biasa telah berjuang diantara seluruh umat

manusia, di samping itu telah mewujudkan satu helai Gohonzon. Nammyohorengekyo

yang merupakan Saddharma (Myoho) Kuon Ganjo, adalah sumber pokok segala

Hukum dan kekuatan sumber pokok yang menggerakan dan merubah seluruh alam

semesta ini dan diberikan kepada seluruh umat manusia. Justru inilah Ichinen Sanzen

pelaksanaan yang sesungguhnya, Honmon tunggal yang terpendam diu dasar kalimat

yang dirahasiakan, yang mana merupakan Hukum penting dari Mappo dan Hukum

yang memberi kesadaran Budha kepada seluruh umat manusia.

Page 148: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dengan demikian kalau memandang Ichinen Sanzen pelaksanaan, Honmon

tunggal yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan, maka perbedaan dari

Honmon dan Shakumon yang terpisah bagai langit dan bumi pun hanya akan berbeda

bagai selaput bambu dan hampir tidak ada perbedaan. Sebagai umpama, rumput yang

tinggi 10 cm dengan pohon yang tingginya 10 meter, kalau dilihat dari atas tanah

akan berbeda bagai langit dan bumi, namun kalau dilihat dari atas langit maka

perbedaan dari rumput dan pohon sama seperti terpisah dalam selaput bambu.

Kutipan

Pertanyaan : Bagaimanakah maknanya sehingga Honmon tunggal yang

terpendam didasar kalimat yang dirahasiakan dinamakan Ichinen Sanzen pelaksanaan

sesungguhnya?

Jawab : Walau hal ini merupakan makna rahasia satu – satunya, namun

sekarang kalau dijelaskan dengan suatu perkataan maka itu merupakan kesatuan

manusia dan hukum yang tak terpisahkan. (Ninpo Taiitsu).

Penjelasan

Bagian ini walau pendek kalimatnya, namun menunjukan makna yang mendalam

sekali. Jadi Honmon tunggal yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan

dikatakan sebagai Ichinen Sanzen pelaksanaan yang sesungguhnya, karena Honmon

tunggal yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan merupakan satu badan

kesatuan dari manusia dan hukum yang tak terpisahkan. Karena teori manusia dan

Hukum diterangkan dengan jelas pada Montei Hichinsho ke 2, maka disini akan

dijelaskan dengan singkat mengenai makna badan kesatuan dari manusia dan Hukum,

yang tak terpisahkan.

Filsafat yang bagaimanapun pasti menjelaskan suatu Hukum (prinsip yang tak

berubah – ubah), sedangkan manusianya yang mewujudkan Hukum tersebut dan

dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari yang nyata. Oleh karena itu, seandainya

Hukumnya rendah dan terdapat kontradiksi, hal mana kalau tidak sesuai hakekat dari

kemanusiaan. Maka, walau manusia ingin dengan tulus melaksanakan Hukum

tersebut namun karena terdapat perbedaan yang besar diantara cita – cita dan

kenyataannya, sehingga terjadi pertentangan antara filsafat dengan pelaksanaannya,

yang mana menyebabkan timbulnya penderitaan atas kontradiksi dan ketidak

sesuaian.

Banyak filsafat yang membentuk kepribadian berdua wajah. Sehingga timbul

perang yang bengis dan timbulnya ras diskriminasi dan menekan sifat kemanusian

berdasarkan penguasaan secara total. Dan sebab pokok yang mengakibatkan

terjadinya hal meremehkan keagungan jiwa, karena hakekat dari manusia dan Hukum

tidak manjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Jadi sesungguhnya jiwa manusia

yang terdiri dari raga, dan rohani yang tak terpisahkan (Shiki Shin Funi) dibatasi

dengan pandangan jiwa yang sempit, hal mana merupakan sebab pokok dari tragedi

tersebut.

Page 149: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Terlebih lagi dalam Hukum Agama Budha pun terdapat lemah unggul dari

manusia dan Hukum (Ninpo Shoretsu). Yaitu Hukum lebih unggul dari manusianya.

Dalam Sutra Fungenkyo dijelaskan : “Sutra – Sutra Mahayana ini merupak bibit yang

melahirkan seluruh Tathagata (Nyorai) dari ketiga masa.” Hukum yang dimaksud

disini adalah “Sutra – Sutra Mahayana ini,” tidak lain Nammyohorengekyo dari

Honmon Tunggal yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan. Sebaliknya

Daisyonin merupakan Budha Jijuyushin dari Kuon Ganjo, yang mana merupakan

kesatuan manusia dan Hukum yang tak terpisahkan. (Nippo Ikka). Oleh karena itu

sama sekali tidak perlu menghias – hiasi dirinya dan dengan keadaan seadanya telah

membimbing umat manusia.

Justru kesatuan manusia dan Hukum yang tak terpisahkan (Ninpo Taiitsu dan

Ninpo Ikka) merupakan syarat pokok yang dapat menyelamatkan seluruh umat

manusia. Dan justru Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin yang telah

membuktikan dengan gerakan beliau dengan menjelaskan seluruh hakekat jiwa,

bahwa hanya Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin yang mempunyai kesatuan

manusia dan Hukum yang tak terpisahkan. Jika tidak demikian maka sama sekali

tidak dapat dikatakan filsafat agung yang dapat menyelamatkan umat manusia.

Olah karena Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin merupakan satu kesatuan

dari manusia dan Hukum yang tak terpisahkan, maka dapat memunculkan kekuatan

agung untuk selama – lamanya tidak akan timbul kemacetan dan tidak akan

menimbulkan pertentangan dan dapat mewujudkan cita – cita secara nyata. Dan

hingga masa yang tak berakhir yang kekal abadi, di mana walau berada dalam zaman

dan negeri yang bagaimana pun dapat merombak dari dasar jiwa setiap jiwa umat

manusia hingga merombak nasibnya. Terlebih lagi dapat merombak nasib suatu

negara maupun dunia. Oleh karena itu Honmon Tunggal yang terpendam di dasar

kalimat yang dirahasiakan dinamakan Ichinen Sanzen pelaksanaan yang

sesungguhnya.

Kutipan

Pertanyaan : Bagaimanakah bukti kalimat sutranya?

Jawab : Untuk sementara menarik satu kalimat, maka harap percayalah

dengan menjungjung tinggi kalimat tersebut. Dalam Onggi Kuden berkata : “ Jijuyushin

adalah Ichinen Sanzen, Dengyo Daishi berkata : Ichinen Sanzen adalah Jijuyushin.” Dan

sebagainya. Dalam Gosoden berkata : “ Kalau melihat bintang di dalam kolam, maka

bayangan Nichiren adalah Mandala Agung “ dan lain – lain. Dalam Honzonsho berkata :

“ Ichinen Sanzen adalah Jijuyushin” dan lain – lain. Dalam Hon On Sho berkata : “

Jijuyushin adalah Ichinen Sanzen “ dan lain – lain.

Penjelasan

Dalam kalimat sebelumnya Nikkan Jonin menjelaskan sebab Honmon tunggal

yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan dinamakan Ichinen Sanzen

pelaksanaan sesungguhnya, adalah disebabkan karena kesatuan manusia dan Hukum

yang tak terpisahkan. Namun dalam bagian ini merupakan jawaban atas pertanyaan

yang menanyakan mengenai bukti kalimat kesatuan manusia dan hukum yang tak

terpisahkan (Ninpo Taiitsu). Dalam Onggi Kuden terdapat kalimat : “Jijuyushin adalah

Icinen Sanzen” atau “ Ichinen Sanzen adalah Jijuyushin.”

Page 150: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Disini Jijuyushin mempunyai makna sebagi Honzon dalam bentuk manusia

sedangkan Ichinen Sanzen mempunyai makna sebagai Honzon dalam bentuk Dharma.

Namun perkataan Soku (Adalah) mempunyai makna sebagai kesatuan Hukum dan

manusia yang tak terpisahkan. Dengan bukti kalimat tersebut diatas pun dengan

terang dan tegas menunjukan bahwa Nichiren Daisyonin Budha masa Mappo dengan

Nammyohorengekyo yang merupakan sumber pokok seluruh Hukum dan Saddharma

dari kuon Ganjo merupakan satu kesatuan manusia dan Hukum yang tak terpisahkan.

Kutipan

Pertanyaan : mengapa dalam kedua Gosho dari Honzon Sho dan Ho On Sho masih

belum terlihat kalimat ini?

Jawab : Ini adalah kesalahan orang buta dan bukan kesalahan matahari dan

bulan. Haruslah diketahui bahwa seluruh Sutra dari seluruh kehidupan Budha

Sakyamuni hanya terdapat keempat susun, yakni yang dikatakan sebagai Sutra – Sutra

sebelum Saddharma Pundarika Sutra (Nizen Kyo) Shakumon, Honmon dan di dasar

kalimat yang dirahasiakan (Montei). Dalam keempat susun ini terdapat ketiga susun

yang dirahasiakan, yaitu yang dikatakan karena dalam ajaran Sutra – Sutra sebelum

Saddharma Pundarika Sutra belum membabarkan Ichinen Sanzen, maka dinamakan

sementara (Tobun), namun dalam Shakumon telah membabarkan Ichinen Sanzen maka

dinamakan peningkatan (Kasetsu). Ini merupakan Hukum pertama dari perbandingan

antara ajaran sementara dan sesungguhnya (Gonjitsu). Dalam Shakumon walaupun

telah membabarkan Ichinen Sanzen namun masih belum menanggalkan pendirian

sementara dan mewujudkan pendirian sesungguhnya (Hoshaku Kempon), maka masih

belum merupakan Ichinen Sanzen sesungguhnya sehingga dinamakan sementara

(Tobun).

Karena dalam ajaran Honmon sesungguhnya telah membabarkan sepuluh dunia yang

memiliki sepuluh dunia dan seribu Nyoze dan Ichinen Sanzen sehingga dinamakan

Kasetsu (peningkatan). Ini adalah Hukum ke 2 dari perbandingan Honmon dan

Shakumon. Walau Honmon pemanenan telah membabarkan Ichinen Sanzen

sesunguhnya di atas kalimat , namun merupakan wajah hukum teoritis maupun

Honmon yang berada di dalam Shakumon yang mana masih merupakan Ichinen Sanzen

teoritis, sehingga dinamakan sementara (Tobun). Hanya Honmon tunggal pembibitan

yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan merupakan Ichinen Sanzen

pelaksanaan yang sesungguhnya, sehingga dinamakan peningkatan. Kalau para

sarjana memahami makna ini, maka unggul lemahnya dari seluruh kehidupan Budha

Sakyamuni dan inti hakekat dari ke 40 rol Gosho Nichiren Daisyonin akan menjadi jelas

seperti melihat buah di atas telapak tangan.

Page 151: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Disini Nikkan Jonin pertama – tama meluruskan pandangan yang tersesat terhadap

orang – orang yang bersikeras bahwa dalam Kanjin No Honzonsho dan Honzonsho

tidak terdapat kalimat tersebut diatas, dengan mengatakan ini adalah kesalahan

orang yang buta dan bukan kesalahan matahari dan bulan. Betapapun dalam

Honzonsho membabarkan bahwa Hukum adalah manusia dan Hukum merupakan

satu kesatuan yang tak terpisahkan, begitupun dalam Honzonsho membabarkan

bahwa manusia adalah Hukum dan menyimpulkan seluruh diskusi, membabarkan

makna mendalam dari Sanjuhiden.

Page 152: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

KETIGA SUSUN YANG DIRAHASIAKAN (SANJUHIDEN)

Seluruh ajaran dari seluruh kehidupan Budha Sakyamuni dengan kelima susun

perbandingan (Goju No Sotai) telah terbagi atas keempat susun sebagai ajaran –

ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutra (Nizen), Shakumon , Honmon dan di

dasar kalimat (Montei). Namun selanjutnya mengenai bagaimanakah keempat susun

ini dapat membabarkan Ichinen Sanzen maka dijelaskan ketiga susun yang

dirahasiakan.

Karena mengenai ketiga susun yang dirahasiakan telah dijelaskan dengan jelas dalam

asal usul Gosho ini dan telah dijelaskan dengan berbagai bagian, maka harap

menjadikan pegangan.

1. Hukum pertama, perbandingan ajaran sementara dan sesungguhnya (Gonjitsu

Sotai).

Dalam ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutra masih belum membabarkan

Hukum Ichinen Sanzen, maka ajaran – ajaran sementara dinamakan Sementara

(Pandangan Sebagian). Namun karena Shakumon Saddharma Pundarika Sutra,

membabarkan Ichinen Sanzen, maka dinamakan peningkatan (Pandangan

Keseluruhan), perbandingan ajaran sebelum Saddharma Pundarika Sutra,

Shakumon Saddharma Pundarika Sutra dinamakan Hukum Gonjitsu Sotai.

2. Hukum kedua, perbandingan Honmon dan Shakumon (Honshaku Sotai).

Dalam Shakumon, walaupun telah membabarkan Ichinen Sanzen karena masih

belum menanggalkan pendirian sementara dan mewujudkan pendirian

sesungguhnya (Hosshaku Kempon) sehingga bukan Ichinen Sanzen yang

sesungguhnya maka dinamakan sementara. Dalam Honmon telah dibabarkan

sepuluh dunia yang memiliki sepuluh dunia, seratus dunia, seribu Nyoze. Ichinen

Sanzen maka dinamakan peningkatan. Perbandingan Honmon dan Shakumon ini

adalah Hukum ke dua.

3. Hukum ketiga, perbandingan ajaran pembibitan dan pemanenan (Shudatsu

Sotai).

Walaupun Honmon pemanenan menjelaskan Ichinen Sanzen sesungguhnya diatas

kalimat Sutra, namun masih merupakan Wajah Hukum teoritis dan Honmon yang

berada di dalam Shakumon yang terdapat diatas kalimat Sutra Saddharma

Pundarika Sutra, keduanya merupakan Ichinen Sanzen teoritis, jadi Honmon

diatas kalimat Sutra dinamakan sementara.

Dan hanya Hukum Ichinen Sanzen sesungguhnya dari Honmon tunggal yang

terpendam didasar kalimat yang dirahasiakan dinamakan peningkatan yang

sesungguhnya. Perbandingan Honmon pemenenan diatas kalimat dengan Honmon

Ichinen Sanzen pelaksanaan sesungguhnya dari pembibitan di dasar kalimat yang

dirahasiakan dinamakan Hukum ketiga.

Ketika mengetahui dengan tepat ketiga susun yang dirahasiakan, maka unggul

lemahnya seluruh ajaran kehidupan Budha Sakyamuni maupun Inti hakekat dari

Gosho nichiren Daisyonin dapat dipahami bagai buah yang dapat dilihat diatas

telapak tangan.

Jadi sebagai kesimpulanya bahwa : Justru Nammyohorengekyo dari Ichinen

Sanzen pelaksanaan yang sesungguhnya dari Honmon tunggal yang terpendam di

dasar kalimat yang dirahasiakan, merupakan inti hakekat dari Nichiren Daisyonin

dan pingkatan dari peningkatan yang dapat menyelamatkan seluruh umat

manusia.

Page 153: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BAB IX

MENJELASKAN ALASAN MENGAPA BELUM TERSEBARNYA PADA

MASA SHOHO DAN ZOHO

Kutipan

Kalau Bab ke IX menerangkan alasan mengapa belum tersebarnya pada masa Shoho dan

Zoho. Maka dalam kutipan kalimat Kaimoku Sho tertulis : “Walau Nagarjuna (Ryuju) dan

Vasubandhu (Tenjin) telah mengetahuinya, namun belum disebarkan, hanya arief

bijaksana Tien Tai menyimpannya dalam hati,” kalimat ini tebagi dalam dua bagian

dimana yang pertama pada umumnya menerangkan belum tersebarnya pada masa Shoho

dengan menyimpulkan ketiga tahap belum tersebar, kedua pada khususnya menerangkan

pada masa Zoho menyimpan dalam hati dengan menyimpulkan tahan ketiga belum

tersebar.

Penjelasan

Kutipan kalimat yang ditarik disini adalah kalimat kesimpulan yang terdapat di

dalam kalimat pokok Kaimoku Sho dari Sanjuhiden Sho yang berbunyi : “Hukum Agama

Budha Ichinen Sanzen hanya terdapat dan terpendam didasar kalimat yang dirahasiakan

dari Honmon Bab Juryo dari Saddharma Pundarika Sutra. Walau Nagarjuna dan

Vasubandhu telah mengetahuinya, namun belum disebarkan hanya arif bijaksana Tien Tai

menyimpanya dalam hati.”

Kesimpulan berarti menyimpulkan belum tersebarnya pada masa Shoho dan Zoho.

Terlebih lagi mewujudkan bahwa Ichinen Sanzen pelaksanaan sesungguhnya yang

terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan, yakni Dai Gohonzon dari Ketiga Hukum

Rahasia Agung akan tersebar pada masa mutakhir Dharma.

Pertama – tama makna kalimatnya menunjukan bahwa walaupun Boddhisatva

Nagarjuna dan Boddhisatva Vasubandhu mengetahui Hukum Ichinen Sanzen , namun

belum dikeluarkan dari Saddharma Pundarika Sutra. Hanya arief bijaksana Tien Tai

Daishi menyadarinya dan menyimpanya dalam hati. Mengenai perbedaan

“mengetahuinya namun belum di sebar” dengan “menyimpanya dalam hati” akan

dijelaskan pada Bab selanjutnya.

Kalau mambagi kalimat ini menjadi dua bagian : Maka pertama – tama menerangkan

belum tersebarnya pada masa Shoho dan menyimpulkan keseluruhannya dari ajaran

Gonjitsu, Honshaku dan Shudatsu belum tersebar. Kedua menerangkan masa Zoho

menyimpanya dalam hati. Khususnya walau Tien Tai telah membabarkan Ichinen Sanzen,

namun masih menyimpanya dalam hati karena hingga sekarang masih belum

mewujudkan dengan nyata makna pelaksanaan sesungguhnya.

Page 154: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertama pada umumnya menerangkan belum tersebarnya pada masa Shoho

menyimpulkan ketiga tahap belum tersebar berarti Nagarjuna, Vasubandhu Naikan

Reinen. Walaupun memandang dan menyimpan dalam hati (Naikan Reinen) namun

sesungguhnya menyesuaikan keadaan dan waktu luar, oleh karena itu selama seribu tahun

pada masa Shoho ketiga tahap semuanya tidak disebarluaskan. Maka, dalam Honzonsho

berkata : “ Pertanyaan : Bagaimanakah dengan Nagarjuna , Vasubandhu ? Jawab : Para

arief bijaksana walau mengetahui hal ini namun tidak dibabarkan begitupun hanya

sebagian dari Shakumon dibabarkan, namun Honmon dan Kanjin tidak dibabarkan “ dan

lain – lain. Karena Nagarjuna dan Vasubandhu tidak menyebarluaskan ketiga tahap

bersamaan sehingga dikatakan tidak dibabarkan. Dengan demikian seandainya walaupun

tidak membabarkan Ichinen Sanzen dalam Shakumon namun karena membabarkan

sebagian dari Shakumon. Jika karena seluruh bagian dari Honmon dan Kajin tidak

dibabarkan maka dikatakan “tidak dibabarkan” yang dikatakan Honmon yakni Hukum

Agama Budha yang kedua yang dikatakan Kanjin adalah Hukum Agama Budha yang

ketiga. Oleh karena di dasar kalimat itu sesungguhnya mencapai kesadaran secara

langsung (Jikitatsushokan).

Penjelasan

Pertama pada umumnya menerangkan pada masa Shoho, menyimpulkan bahwa

Nagarjuna dan Vasubandhu mengetahui dalam hati dengan jelas (Naikan Reinen). Jadi

walau mengetahui dengan jelas dalam hati bahwa di dalam seluruh ajaran Budha

Sakyamuni yang terutama adalah Saddharma Pundarika Sutra dan inti hakekatnya adalah

Hukum ichinen Sanzen, namun karena menyesuaikan keadaan dan waktu di luar, waktu

itu adalah masa Shoho sehingga menyebarluaskan ajaran bermakna semi Mahayana

untuk menyesuaikan waktu dan bakat umat manusia.

Page 155: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

PENYEBARLUASAN NAGARJUNA DAN VASUBANDHU

Kalau memandang waktu munculnya Nagarjuna dan Vasubandhu, maka itu adalah

700 tahun dan 900 tahun setelah wafatnya Budha Sakyamuni. Yaitu kelima ratus tahun

yang terakhir dari masa Shoho, yang mana merupakan masa yang mementingkan

pertapaan dan meditasi (Zenjo Kengo). Dengan demikian Nagarjuna, Vasubandhu hanya

menjelaskan seperti yang dibabarkan oleh Budha, namun sesuai dengan catatan dari

Budha dan disebarluaskan pada masa Shoho yang sesuai dengan waktunya.

Ajaran yang tersebarluas adalah Semi Mahayana, yang berdasarkan pada Sutra

Jodo, Sutra Kan, Sutra Nino, Sutra Kegon yang memusatkan pada Sutra Hanya. Akan

tetapi walau membabarkan ajaran Semi Mahayana, namun dasar untuk mencapai

kesadaran Budha adalah Saddharma Pundarika Sutra.

Nagarjuna dalam tesis Daichidoron berkata : “Sutra lainya tidak mempunyai rahasia,

namun Saddarma Pundarika Sutra adalah Rahasia.” Dan juga berkata : “Sutra Hanya tidak

mempunyai di mana kaum Sravaka dan Pratekya Budha tidak dapat mencapai kesadaran

Budha, namun Saddharma Pundarika Sutra rahasia yang juga Shravaka Pratekya Budha

dapat mencapai kesadaran Budha.”

Begitupun sama halnya dengan Vasubandhu dimana seperti yang tertulis dalam Kaimoku

Sho berkata : “Berdasarkan pada bibit Saddharma Pundarika Sutra sehingga Bodhisatva

Vashubandu dapat mendirikan bibit yang unggul.”

Berarti berdasarkan pada Hukum yang berdasarkan Saddharma Pundarika Sutra.

Akan tetapi dalam Gonin Shoha Sho (Gosho Hal.1612) berkata : “Nagarjuna,

Vasubandhu adalah walau dengan pokok Shin E membabarkan jalan tengah dari Eton

Ichijitsu, akan tetapi karena menjadikan ajaran sementara sebagi permukaan untuk

membungkus ajaran sesungguhnya yang terpendam.”

Sehingga betapapun Nagarjuna, Vasubandhu telah menyembunyikan Ichinen Sanzen

yang merupakan makna sesungguhnya dari Saddharma Pundarika Sutra dan

menyebarluaskan ajaran Semi Mahayana dengan menjadikan Sutra Hannya dan

Hafuchudo sebagi permukaan.

Page 156: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

SEBAB – SEBAB DARI MENGETAHUI DALAM HATI DAN MENYESUAIKAN WAKTU

DAN KEADAAN LUAR DARI NAGARJUNA, VASHUBANDHU

Dengan demikian mengapa Nagarjuna dan Vashubandhu dalam hati

mengetahuinya namun tidak membabarkan keluar? Mengenai hal ini dalam Senji Sho

berkata : “Menanya dengan berkata apakah ajaran dari Guru Agung Nagarjuna,

Vasubandhu dan lain – lain tidak terdapat makna ini. Menjawab dengan berkata, walau

Nagarjuna, Vashubandhu mengetahuinya dengan jelas dalam hati, namun tidak

membabarkan makna ini. Menanyakan lebih lanjut karena sebab apakah sehingga tidak

dibabarkan? Menjawab dengan berkata, terdapat banyak sekali sebab – sebab

diantaranya:

1. Pada waktu itu bakat manusia tidak sesuai.

2. Bukan waktunya

3. Karena tidak diserah terimakan tugas penyebar kepada Boddhisatva Shakke.”

Dan juga dalam Totaigisho menjelaskan kedua makna yakni :

1. Karena bukan waktunya.

2. Tidak diserah terimakan tugas.

Begitupun dalam Soyanyudo Gosho (Gosho Hal.1028) dijelaskan keempat makna yakni :

1. karena dirinya tidakl dapat menahan penderitaan.

2. Karena bakatnya.

3. Tidak diserat terimakan tugas penyebaran

4. Karena bukan waktunya.

Disini marilah kita bersama – sama memperhatikan ketiga makna yang

dibabarkan dalam Senjisho.

1. Pada waktu itu tidak sesuai dengan bakatnya berarti waktu itu bukan bagi orang

berbakat yang sejak asal mulanya tidak memiliki kebaikan (Honmi Uzen). Secara garis

besarnya Hukum Agung yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan

merupakan Hukum Sakti pembibitan Honin. Oleh karena itu, kalau mendiskusikan

bakat tersebut, maka itu adalah manusia yang sejak asal mula tidak memiliki

kebaikan atau orang – orang Hobo yang tidak mencapai kesadaran Budha (Issendai).

Begitupun masa selama 2000 tahun Shoho dan Zoho, umat manusia merupakan orang

– orang yang berjodoh pada masa hidup Budha, dan bukan orang – orang Hobo yang

tidak dapat mencapai kesadaran (Issendai). Maka mengajarkan Sutra – Sutra dari

Semi Mahayana dan tidak mengajarkan Hukum penting dari pembibitan.

2. Bukan waktunya, berarti bukan waktu melenyapnya Hukum Putih. Secara garis

besarnya Hukum Agung yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan berarti

ketika Hukum Agama Budha mulai terbenam di situ akan tersebar luas Hukum Agung

untuk menyelamatkan manusia. 2000 tahun dari masa Shoho dan Zoho ini adalah ke

empat lima ratus tahun yang kelima dimana Hukum Putih terbenam. Jadi bukan masa

dari penyebarluasan Hukum Agung yang terpendam di dasar kalimat yang

dirahasiakan.

Page 157: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

3. Karena tidak diserah terimakan tugas penyebaran kepada Boddhisatva Shakke, berarti

Boddhisatva Shakke tidak diserahkan kelima huruf Myoho terdapat ketiga alasan

sebagai berikut :

1. Karena Shakke bukan murid kesadaran pertama dari Budha Sakyamuni.

2. Boddhisatva Shakke bukan orang yang menganut Myoho.

3. Karena Boddhisatva Shakke masih sangat dangkal Kurnia yang ditimbunnya.

Sebaliknya Boddhisatva Honge terdapat ketiga alasan yakni :

1. Karena bakatnya.

2. Karena waktunya.

3. Karena menerima serah terima penyebaran.

Oleh karena itu Ketiga Hukum Rahasi Agung akan tersebar luas pada masa Mappo.

Dengan demikian, makna sesungguhnya untuk menjelaskan sebab – sebab tidak

tersebarluasnya pada masa Shoho dan Zoho adalah untuk menandaskan bahwa pasti

akan tersebar luas pada masa Mappo. Dalam masa Mappo menjelaskan perdamaian dunia

dan penyebarluasan yang selaras. Dengan alasan – alasan tersebut diatas, Nagarjuna dan

Vasubandhu selama seribu tahun Shoho tidak menyebarluaskan Hukum Gonjitsu,

Honshaku dan Shudatsu.

Page 158: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MENGENAI HUKUM LAINNYA

Nichiren Daisyonin dalam Kanjin No Honzon Sho menjelaskan prihal Nagarjuna

dan Vasubandhu yang belum menyebarluaskan pada masa Shoho sebagai berikut :

“Pertanyaan bagaimanakah dengan Nagarjuna, Vasubandhu ? Jawab, arief bijaksana ini

walau mengetahui hal ini namun tidak dibabarkan.” Maksud kalimat ini berarti bahwa arif

bijaksana seperti Vasubandhu dan walaupun dalam hati mengetahui Hukum Ichinen

Sanzen namun tidak diucapkan dalam mulut. Akan tetapi, “Hanya sebagian yang

dibabarkan” berarti walau tidak dibabarkan Hukum Ichinen Sanzen, namun mengenai hal

ini hanya sedikit dijelaskan bahwa Saddharma Pundarika Sutra lebih unggul dari Sutra –

Sutra lainnya. Sebagai umpama, dalam Daichidoron berbunyi : “Misalnya sama seperti

Dokter Agung yang dapat menjadikan racun sebagai obat” kalimat ini merupakan

perkataan yang mengagungkan keagungan Saddharma Pundarika Sutra.

Tien Tai dengan mempergunakan kalimat Dairon ini menjelaskan bahwa :

“Misalnya sama seperti dokter yang mahir dapat merubah racun untuk dijadikan sebagai

obat. Sehingga izin pencapaian kesadaran Budha pada Sutra sekarang ini (Saddharma

Pundarika Sutra) tidak lain merupakan merubah racun menjadi obat” (Otayudo Dono

Gohenji, hal.1009). dan juga dalam Hokekyo Daimokusho tertulis : “Kalimat ini adalah

kalimat dalam Dairon yang membahas kebijakan Myo dari Saddharma Pundarika Sutra.

Dalam penjelasan Myoraku Daishi berkata : “Karena dapat menyembuhkan sesuatu yang

sulit disembuhkan maka dinamakan Myo,” dan lain – lain. Selain daripada itu sama seperti

perumpamaan – perumpamaan kalimat yang pernah dijelaskan dimuka, “bibit terunggul”

dalam Hokkeron dari Boddhisatva Vasubandhu dan juga “Sutra Hannya tidak merupakan

ajaran rahasia, Saddharma Pundarika Sutra adalah rahasia” dalam Dairon karangan

Boddhisatva Nagarjuna. Dengan demikian, walau Nagarjuna, Vasubandhu mengetahui

dalam hati namun sama sekali tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun mengenai

ketiga tahap Hukum dari Gonjitsu, Honshaku, dan Shudatsu. Oleh karena itu dikatakan

“tidak dibabarkan.” Akan tetapi, seperti yang dijelaskan Hukum Honmon dan Kajin

namun dalam Hukum lainya, yakni Hukum selain Ichinen Sanzen, karena telah

menjelaskan sebagian dari Shakumon.

Dalam Hokkegyoja Onanji berkata : “Nagarjuna, Vasubandhu kedua – duanya

adalah Guru dari ribuan thesis, namun hanya menjelaskan ajaran Semi Mahayana, adan

menyimpan ajaran Saddharma Pundarika Sutra dalam hati serta tidak dibabarkan keluar

(disini terdapat warisan lisan)”. Tien Tai, Dengyo membabarkan hal ini dan meninggalkan

Honmon No Honzon, keempat Boddhisatva, Kaidan dan kelima huruf Nammyohorengkyo.

Seperti yang dijelaskan hingga sekarang ini, dimana munculnya Nagarjuna, Vasubandhu

secara garis besar untuk membuktikan Hukum Agama Budha Sakyamuni. Karena

mengetahui dan menyimpanya dalam hati (Naikan Reinen) sehingga dijelaskan ajaran

Semi Mahayana untuk menyesuaikan waktu di luar. Jadi sepintas lalu, Nagarjuna,

Vasubandhu mempunyai tugas untuk membuktikan Hukum Budha Sakyamuni, atau pun

menunaikan tugas penyambung, perantara dari Tien Tai, Dengyo pada masa Zoho.

Page 159: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Akan tetapi kalau dilihat setahap lebih mendalam maka Nagarjuna, Vasubandhu

mempunyai tugas pembuktian terhadap Nichiren Daisyonin Budha masa muktahir

Dharma, serta perwujudan dalam Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung. Jadi

mereka menunaikan tugas sebagai pengantar. Dalam bahasan kepada Tokinyudo Dono

(Gosho, hal.955) berkata : “Setelah wafatnya Budha 2200 tahun lebih di India, Tingkok,

Jepang maupun seluruh dunia, dimana Nagarjuna, Vasubandhu mengetahui dalam hati dan

tidak mengeluarkan dari mulut yang mana menyesuaikan waktu di luar? Walau Tien Tai,

Dengyo telah membahas secara kasar maka Hukum Rahasia Tunggal yang tertinggal

masih belum tersebar, sekarang baru disebarluaskan dalam negri ini, bukankah justru

orang itu adalah Nichiren?”

Kutipan

Terlebih lagi pada khusunya menyimpulkan, berarti walau Tien Tai hanya

menyebarluaskan Hukum Kesatu dan kedua, namum karena belum menyebarluaskan

Hukum Ketiga sehingga dikatakan menyimpanya dalam hati.

Penjelasan

Selanjutnya pada Khususnya menyimpulkan bahwa Tien Tai Daishi berdasarkan

Ketiga Wajah Ajaran, untuk menjelaskan Ichinen Sanzen teoritis Shakumon, namun kalau

dipandang dari Hukum Ketiga Nichiren Daisyonin maka itu hanya dibabarkan terbatas

pada Hukum Pertama dan Kedua, sedangkan Hukum Ketiga belum dibabarkan. Oleh

karena itu dikatakan “Menyimpanya dalam hati” ketiga macam wajah ajaran seperti

dalam penjelasan Bab II dimana Tien Tai Daishi untuk memperbandingkan unggul

lemahnya ajaran Saddharma Pundarika Sutra dengan ajaran Sutra Nizen yang dipandang

dari ketiga sudut. Jadi kalau dibandingkan ketiga macam wajah ajaran dengan Ketiga

Hukum Agung dari Nichiren Daisyonin, maka wajah ajaran yang kesatu dan kedua adalah

perbandingan Gonjitsu, Hukum kesatu dari Nichiren Daisyonin dan juga wajah ajaran

ketiga adalah perbandingan Honshaku, Hukum kedua dari Nichiren Daisyonin, jadi

perbandingan Shudatsu dari Hukum ketiga Nichiren Daisyonin belum dibabarkan.

Pemanenan dalam perbandingan pemanenan dan pembibitan (Shudatsu) berarti

Hukum pemenenan yang terdapat diatas kalimat Saddharma Pundarika Sutra, sedangkan

pembibitan adalah Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin yakni Nammyohorengekyo

dari pembibitan di dasar kalimat yang dirahasiakan. Dalam Jonin Sho berkata : “Pada

umumnya jika hendak memperhatikan penilaian terhadap rendahnya, dangkal dalamnya

Saddharma Pundarika Sutra dengan Sutra Nizen, maka terdapat ketiga hal dari sementara

dan peningkatan (Tobun Kasetsu). Dimana Hukum Agama Budha yang ketiga, walau

dalam masyarakat seperti berada dalam alam impian telah membabarkan Hukum kesatu

dan kedua, namun Hukum ketiga masih belum dibabarkan sama sekali. Walau Hukum

Agama Budha ketiga, telah ditunjuk oleh Tien Tai, Myoraku dan Dengyo namun masih

belum disempurnakan, jadi pokoknya inilah yang diserah terimakan untuk masa mutakhir

Dharma sekarang ini.”

Page 160: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dalam Shijukyuin Moshijo berkata : “Walau Budha Daigakuseson (Budha

Sakyamuni) menjelaskan secara habis – habisan ketiga susun Hukum yang dirahasiakan di

gunung Semeru, di atas langit, kedua tempat, ketiga pertemuan, kedua gerbang, selama 8

tahun. Akan tetapi setelah wafatnya sang Budha, selama 2200 tahun lebih, dimana guru –

guru Agung India seperti Kasyapa, Ananda, Nagarjuna, Vasubandhu dan Tien Tai, Myoraku

di Tiongkok maupun Dengyo Daishi di Jepang kesemuanya mengetahui dalam hati tetapi

tidak pernah membabarkan dan menyebarluaskannya, sehingga Hukum Sakti ketiga justru

ditinggalkan untuk sekarang ini.”

Kutipan

Pertanyaan, karena Tien Tai adalah pemimpin dari leluhur Shakumon, maka beliau hanya

menyebarluaskan teori Ichinen Sanzen dari Shakumon. Oleh karena itu di dalam Jibyosho

berkata : “Terdapat dua macam mengenai pandangan Hukum (Kampo) dari Ichinen

Sanzen. Masa dari Tien Tai, Dengyo adalah teoritis, sekarang adalah pelaksanaan

sesungguhnya (Ji), itu adalah Ichinen Sanzen dari Shakumon sedangkan ini adalah Ichinen

Sanzen dari Honmon yang mempunyai perbedaan bagai langit dan bumi” dan lain – lain.

Sebelumnya itu telah dikatakan Ichinen Sanzen teoritis Shakumon. Oleh karena itu

dapatlah diketahui bahwa kalau hanya membabarkan Hukum kesatu dan tidak

,membabarkan Hukum kedua, sehingga bagaimanakah dapat dikatakan membabarkan

Hukum ke satu dan Hukum kedua?

Penjelasan

Menanya dengan berkata, walau Tien Tai Daishi dikatakan telah menyebarluaskan

Saddharma Pundarika Sutra, namun karena beliau adalah Guru pimpinan dari Shakumon

sehingga hanya membabarkan Ichinen Sanzen teoritis dari Shakumon. Makna kalimat

dari Gosho Jibyo Daisho Gonjitsu Imoku yang dikutip tersebut diatas adalah bahwa

terdapat dua macam pandangan Hukum Ichinen Sanzen, yakni, Ichinen Sanzen teoritis

dan Ichinen Sanzen pelaksanaan. Pada masa Zoho dari Tien Tai, Dengyo adalah

pandangan Hukum dari Ichinen Sanzen teoritis. Sedangkan masa muktahir Dharma

(Mappo) adalah pelaksanaan sesungguhnya, Tien Tai Daishi adalah Ichinen Sanzen

Shakumon, Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin Ichinen Sanzen dari Honmon. Seprti

ytang dinyatakan dari kutipan kalimat diatas yang berbunyi bahwa Tien Tai hanya

membabarkan Ichinen Sanzen teoritis dari Shakumon? Yakni membabarkan Hukum

pertama (Perbandingan Gonjitsu) dan tidak membabarkan Hukum kedua (Perbandingan

Honshaku).

Yang dikatakan telah membabarkan Ichinen Sanzen teoritis sebagai guru

pembimbing Shakumon adalah dengan memperbandingkan ajaran sementara untuk

menjelaskan Shakumon, sehingga tidak menjelaskan perbandingan Honshaku. Namun

mengapa diajukan pertanyaan yang menyatakan bersama telah membabarkan Hukum

yang pertama dan hukum yang kedua.

Page 161: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Jawab : Tien Tai Daishi memang menyebarluaskan Hukum kesatu dan kedua, karena kalau

tidak menyebarluaskan Hukum yang kedua maka tidak dapat menerangkan makna

keseluruhan dari Ichinen Sanzen. Dalam Jishosho berkata : “Dalam Shikan terdapat sepuluh

Bab dimana karena susunan yang dimulai dari garis besar hingga Hoben hanya terbatas

pada 4 jilid yang terdahulu. Ini menerangkan arti dari Shakumon Myoge. Bab ke 7 yang

menerangkan Shokan, Jikkyo dan Jujo mengandung arti Honmon Kanpo. Walau munculnya

Ichinen Sanzen adalah Jisso dari sepuluh Nyoze dari Ryakaisan, namun makna

sesungguhnya hanya terbatas dalan Honmon saja.”

Penjelasan

Tanya jawab ini terjadi karena orang yang mengajukan pertanyaan tidak mengerti

dari Shakumen Honri (Shakumon berada dipermukaan, sedangkan Honmon di dalamnya)

dari Tien Tai dari Honmen Shakuri (Honmon terdapat dipermukaan sedangkan

Shakumon di dalamnya) dari Nichiren Daishonin.

Nikkan Jonin dalam jawabannya menjelaskan sebagai berikut, yakni Tien Tai

Daishi menyebarkan Hukum pertama dan Hukum kedua. Seandainya tidak menyebarkan

Hukum kedua maka isi makna Hukum Ichinen Sanzen tidak akan terpenuhi. Disini Nikkan

Jonin dalam Jisshosho dengan mengutip kalimat yang berbunyi : “Dalam Shikan terdapat

10 Bab,” yang membahas mengenai hal ini. Arti dari kalimat tersebut adalah dalam

Makashikan dari Tien Tai terdapat 10 Bab. Dimulai dari garis besar hingga Bab ke 6 dari

Hoben dijelaskan dalam keempat jilid yang terdahulu. Dalam bagian tersebut dijelaskan

prinsip dari Bab Hoben Shakumon, Bab ke 7 yang menjelaskan Shokan terdapat dalam

jilid ke 5 dari Makashikan.

Disini untuk pertama kali menjelaskan Ichinen Sanzen, dimana dengan berdasarkan

Jikkyo dan Jujo hingga menjelaskan prinsip Honmon. Walau munculnya Hukum Ichinen

Sanzen adalah sepuluh Nyoze dari Shohojissho Bab Hoben, namun makna sesungguhnya

terdapat dalam Bab Juryo Honmon dengan menjelaskan ketiga perbedaan (San Seken),

sehingga Ichinen Sanzen mulai terungkapkan dengan sempurna.

Jikkyo dan Jujo dari Shikan keenam jilid dari jilid ke 5 hingga jilid ke 10 dari Makashikan

yang menjelaskan kesepuluh macam obyek/lingkungan dari pertapaan Shikan maupun

Kanpo sehingga dikatakan sebagai Jujo dan Shikan. Dengan dijelaskannya Jikkyo dan Jujo

ini sehingga Ichinen Sanzen, Kannen Kanpo dari Shi Sankan yang merupakan maksud

kelahiran dari Tien Tai Daishi dapat terwujudkan untuk dijelaskan.

Page 162: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Hanya karena menjadi guru bimbingan dari Shakumon masa Zoho sehingga menjadikan ke

satu sebagai permukaan yang kedua sebagai dalamnya. Maka Honzosho berkata : “Pada

masa pertengahan akhir masa Zoho, Boddhisatva Avalokitesvara (Kannon) dan

Boddhisatva Baisajaraga (Yakuo) muncul dengan penjelmaan sebagai Nangaku Daishi dan

Tien Tai Daishi, dimana dengan menjadikan Shakumon sebagai permukaan dan

menjadikan Honmon sebagai dalamnya untuk menjelaskan makna menyeluruh dari seratus

dunia seribu Nyoze, Ichinen Sanzen. Walaupun demikian, namun itu hanya mendiskusikan

yang tercakup dalam teori saja dan masih belum menyebarluaskan kelima dan ketujuh

huruf Nammyohorengekyo maupun Honzon dari Honmon.

Penjelasan

Oleh karena Tien Tai Daishi adalah guru pembimbing dari Shakumon, sehingga

menjelaskan dan menjadikan Hukum pertama, yakni Shakumon sebagai permukaan dan

menjadikan Hukum kedua yakni Honmon sebagai dalamnya. Jadi, ketika Tien Tai Daishi

membabarkan Ichinen Sanzen dengan mencari patokan pada kalimat Jissho sepuluh

Nyoze dari Bab Hoben dan disebutkan 3000, sehingga sewajarnya mempergunakan

Honmon. Walaupun demikian, betapapun selalu meletakan Shakumon dimuka dan sama

sekali tidak mengeluarkan Honmon muncul kepermukaan. Itu disebabkan Tien Tai

adalah guru bimbingan Shakumon, begitupun karena untuk menyempurnakan Ichinen

Sanzen teoritis yang merupakan tujuannya saja.

Disini Nikkan Jonnin mengutip kalimat dari Kanjin No Honzonsho dengan

diberikan penjelasan. Bahwa pada pertengahan hingga akhir masa Zoho, Boddhisatva

Avilokitesvara (Kannon) muncul dengan menjelma sebagai Nangaku Daishi dan

Boddhisatva Baisajaraga (Yakuo) muncul dengan menjelma sebagai Tien Tai Daishi, dan

menjelaskan serubu Nyoze Hukum Ichinen Sanzen dengan menjadikan Shakumon

sebagai permukaan dan Honmon sebagai dalamnya, sehingga dapat menjelaskan makna

keseluruhannya. Namun, itu masih merupakan penjelasan berdasarkan Ichinen Sanzen

dalam teoritis belaka. Sedangkan Nammyohorengekyo pelaksanaan sesungguhnya

maupun Honzon masih belum tersebarluaskan.

Seperti yang dijelaskan dalam Gosho bahwa masa Shoho merupakan masa yang

kuat dan kesadaran (Gedatsu Kengo) dan masa yang kuat dengan meditasi (Zenjo Kengo)

sehingga banyak umat manusia yang berjodoh kuat dengan Budha Sakyamuni sehingga

masih tidak memerlukan obat manjur agung Nammyohorengekyo. Dalam masa Zoho,

karena orang – orang yang berjodoh kuat dengan Budha Sakyamuni semakin berkurang

dan obat – obat dari Sutra Nizen menjadi lemah, sehingga pada masa tersebut

berdasarkan makna wasiat Kunju (Kunju Fuzoku) dari wasiat penyerahan keseluruhan

dalam Bab akhir persamuan (Bab Zokurui) serta Bab Bhaisajaraga (Bab Yakuo) dan

seterusnya dimana Boddhisatva Avalokitesvara dan Boddhisatva Bhaisajaraga telah

muncul dengan penjelmaan sebagai Nangaku Daishi dan Tien Tai Daishi melalui ajaran

Mahayana untuk menyelamatkan umat manusia.

Page 163: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Mengenai Nangaku Daishi adalah kelahiran kembali dari Boddhisatva Avalokitesvara dan

Boddhisatva Bhaisajaraga adalah kelahiran kembali dari Tien Tai Daishi adalah

disebabkan Nangaku Daishi dan Tien Tai Daishi dapat menyadari Saddharma Pundarika

Sutra melalui Bab Avalokitesvara dan Bab Bhaisajaraga.

Jadi, hal ini adalah merupakan kesadaran kedua orang arief bijaksana atas pokok

jiwa tersebut. Dengan demikian Tien Tai dan Dengyo dengan menjadikan Shakumon

sebagai permukaan dan menjadikan Honmon sebagai dalamnya untuk menjelaskan

seratus dunia seribu Nyoze (Nangaku) dan Ichinen Sanzen (Tien Tai). Inilah yang

dinamakan Shakumen Honri (Shakumon permukaan, Honmon di dalamnya). Karena

kalau hanya teori Shakumon tidak dapat dijelaskan makna dengan sempurna dari Ichinen

Sanzen, sehingga memepergunakan teori Honmon dari dalam untuk menyempurnakan

makna dari Ichinen Sanzen.

Kutipan

Seandainya, dalam kalimat Jibyosho dikatakan bahwa kedua Hukum dari Shakomon dan

Honmon sekarang ini walau terdapat perbedaan antara luar dengan dalamnya, namun

kedua – duanya dinamakan Ichinen Sanzen teoritis dari Shakumon. Maka dalam Hon In

Myo Sho dikatakan : “Saddharma Pundarika Sutra dari pemanenan dimana Honmon dan

Shakumon kedua – duanya adalah Shakumon” dan lain – lain. Dan dalam Honzon Sho

dikatakan : “Dengan menjadikan Shakumon sebagai luarnya dan menjadikan Honmon

sebagai dalamnya, walau menjelaskan makna menyeluruh dari Ichinen Sanzen namun itu

hanya mendiskusikan yang tercakup dalam teori saja” dan lain – lain. Harap renungkanlah

dan sesuaikanlah kalimat – kalimat dari : “ Namun itu hanya mendiskusikan yang tercakup

dalam teori saja” dan kalimat “Waktu dari Tien Tai, Dengyo Daishi adalah teoritis”, maka

dapatlah diketahui bahwa yang dikatakan “Ia adalah Ichinen Sanzen Shakumon berarti

Shakumon dan Honmon dari segi luar maupun dalamnya, kedua – duanya dinamakan

Shakumon”, dan lain – lain.

Penjelasan

Disini dijelaskan perbedaan antara kedua Hukum dari Honmon – Shakumon dari

Saddharma Pundarika Sutra dengan Honmon tunggal yang dirahasiakan di dasar kalimat.

Sejak dahulu kala dalam berbagi aliran mengenai masa muktahir Dharma adalah masa

dari Honmon dimana telah mengajarkan ajaran – ajaran yang berlainan dengan Nichiren

Daisyonin. Dengan mengatakan 14 Bab Honmon Saddharma Pundarika sutra dijadikan

sebagai luarnya dan menjadikan ke 14 Bab Shakumon Saddharma Pundarika Sutra

sebagai dalamnya. Ini disebabkan karena hanya mengetahui Hukum pemanenan di atas

kalimat dan tidak mengetahui pembibitan di dasar kalimat yang dirahasiakan.

Page 164: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin menjadikan Kedua Hukum dari Honmon

Shakumon pemanenan di atas kalimat Saddharma Pundarika Sutra sebagai Shakumon

dan menjadikan Saddharma Pundarika Sutra dari pembibitan di dasar kalimat yang

dirahasiakan sebagai Honmon.

Dalam Jibyo Daisho Gonjitsu Imoku, Nichiren Daisyonin mengajarkan : “Masa dari Tien

Tai, Dengyo Daishi adalah masa teori, sekarang adalah masa sesungguhnya (Ji)……….. Ia

adalah Ichinen Sanzen dari Shakumon sedangkan ini adalah Ichinen Sanzen dari Honmon,

dimana terdapat perbedaan bagaikan langit dan bumi.”

Makna dari Gosho ini menjelaskan bahwa dalam masa muktahir Dharma walau terdapat

perbedaan luar dan dalam dari Shakumon dan Honmon, namun kalau dipandang

berdasarkan Honmon tunggal di dasar kalimat yang dirahasiakan, maka kedua – duanya

dinamakan Shakumon Ichinen Sanzen teoritis. Maka hanya dalam Hon In Myo Sho

dikatakan : “Dimana Honmon dan Shakumon dari Saddharma Pundarika Sutra pemanenan

adalah Shakumon. Honmon dikatakan sebagi Ichinen Sanzen pelaksanaan sesungguhnya,

yakni Saddharma Pundarika Sutra pembibitan adalah Honmon Tunggal.”

Dan juga kutipan kalimat “Hanya mendiskusikan teori” yang terdapat dalam Kanjin

Honzonsho berarti Ichinen Sanzen yang didirikan berdasarkan kedua Hukum Shakumon

dan Honmon merupakan sesuatu. ”Yang mendiskusikan teori“ Sedangkan Ichinen Sanzen

pelaksanaan sesungguhnya, sesungguhnya adalah kelima huruf Nammyohorengekyo

bersamaan dengan Honzon dari Honmon.

Dan juga, kiranya perlu disesuaikan dengan kutipan kalimat Jibyosho yang berbunyi :

“Masa dari Tien Tai dan Dengyo adalah teori. Oleh karena Ichinen Sanzen Shakumon dan

Honmon dari luar dan dalamnya dinamakan Shakumon. Hal mana merupakan Ichinen

Sanzen Shakumon yang dipandang berdasarkan Honmon tunggal di dasar kalimat yang

dirahasiakan.”

Kutipan

Dengan demikian Tien Tai telah menyebarluaskan Hukum pertama dan kedua, hal mana

jelas terlihat dalam makna kalimat. Namun masih belum menyebarluaskan Hukum ketiga.

Maka dalam Honzonsho dikatakan : “Bahwa kelima, tujuh huruf Nammyohorengekyo dari

pelaksanaan sesungguhnya maupun Honzon dari Honmon sama sekali masih belum

disebarluaskan”

Penjelasan

Seperti yang dijelaskan disini, kiranya jelas bahwa Tien Tai telah menyebarluaskan

Hukum pertama dan kedua, namun masih belum menyebarluaskan Hukum ketiga.

Page 165: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

MASIH BELUM DISEBARLUASKAN

Didalam Kanjin No Honzonsho terdapat kalimat yang berbunyi : “….. masih belum

disebarluaskan.” Namun kalau menjelaskan mengenai hal ini maka karena “Hukum

pengkotbahan Saddharma Pundarika Sutra” (Hokke Zanpo) terdapat

Nammyohorengekyo, jadi Tien Tai, sendiri menyebut Nammyohorengekyo. Hanya masa

Zoho adalah Zaise Taigon, maka tidak dapat menyebarluaskan. Dan dalam Sandai Hiho

Sho diajarkan : “Pada masa Zoho, Nangaku dan Tien Tai pun menyebut

Nammyohorengekyo, karena hanya berupa pelaksanaan sendiri (Jigyo) dan tidak

disebarluaskan kepada orang lain maka dinamakan Daimoku dari pelaksanaan teori.”

Jadi Daimoku dari Tien Tai adalah Daimoku pelaksanaan teori, yakni Daimoku

yang disebut untuk diri sendiri dan bukan Nammyohorengekyo pelaksanaan yang

dijelaskan dan disebarluaskan kepada orang lain. Maka secara tegas dapat dikatakan

bahwa ini sama sekali bukan pelaksanaan yang sesungguhnya. Dengan demikian maksud

sesungguhnya yang diajarkan Nichiren Daisyonin dalam kutipan “Masih belum

disebarluaskan” adalah menghendaki penyebarluasan dimasa muktahir Dharma. Jadi

kutipan kalimat ini mempunyai makna kalimat yang sama seperti kalimat yang berbunyi :

“Masa Shoho dan Zoho belum tersebar luas.” Dan ini harus diartikan dengan kalimat yang

diajarkan Nichiren Daisyonin sebagai berikut “ Sama sekali belum pernah disebarluaskan”.

FUNGSI LUAR DAN PEMBUKTIAN DALAM

Selanjutnya mengenai perkataan walau Tien Tai Daishi telah memperoleh

pembuktian dalam Nammyohorengekyo, namun sama sekali tidak diutarakan. Marilah

kita diskusikan hal tersebut. Dalam Risho Kansho dikatakan : “Pertanyaan: Apakah

TienTai Daishi sesungguhnya telah memperoleh pembuktian dari satu kalimat Saddharma?

Jawab : walau telah memperoleh pembuktian dalam, namun masih belum

menyebarluaskan fungsi luarnya. Yang dikatakan dengan merahasiakan bagian dari

pembuktian dalam dan fungsi luar, dinamakan sebagai San Kan (dan diwujudkan dengan

Hukum Ichinen Sanzen). Pertanyaan, bagaimanakah mengetahui bahwa hal tersebut belum

disebarluaskan? Jawab, karena belum tiba waktunya,karena tidak menerima serah terima

tugas penyebarluasan. Oleh karena itu dinamakan tidak sesungguhnya.” Jadi Tien tai pada

segi pembuktian dalam telah memperoleh pembuktian dari Nammyohorengekyo dan

menyadari Saddharma dari Kuon Ganjo, oleh karena itu dapat menegakkan Hukum

Ichinen Sanzen teoritis Saddharma Pundarika Sutra masa Zoho. Ichinen Sanzen teoritis

yang didirikan oleh Tien Tai adalah penjelasan secara teoritis mengenai Saddharma yang

berdasarkan pada Kuon Ganjo.

Page 166: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Dengan demikian dapat dikatakan lebih tandas bahwa dengan menjalakan

pertapaan memandang jiwa sendiri (Kanjin) yang dari Isshin Sankan akan dapat

menyadari Saddharma dari Kuon Ganjo, hal mana merupakan inti pokok terpenting

dalam Hukum Agama Budha Tien Tai. Maka Dengyo mengatakan bahwa “Sekarang

pertapaan dari Shikan adalah akan mencapai akibat gaib dari Saddharma Pundarika

Sutra.”

Dalam Rissho Kansho Nichiren Daisyonin mengatakan: “Hukum terpenting dari hubungan

wasiat dari Tien Tai Daishi adalah satu perkataan dari Saddharma. Isshin Sankan pada

hakekatnya adalah cara pertapaan demi tercapainya Saddharma. Sankan adalah makna

dari sebab, Saddharma adalah makna dari akibat, dalam akibat terdapat sebab. Oleh

karena memandang Saddharma sebab akibat yang menjadi serentak, sehingga dapat

memperoleh fungsi karunia kebajikan yang sesuai.” Dimana pertapaan Isshin Sankan pun,

karena dasar pokok kesadaran ditetapkan oleh Saddharma, maka berdasarkan prinsip

teori sebab akibat yang terjadi serentak. Sehingga kemungkinan pencapaian kesadaran

Budha pun menjadi jelas adanya.

Namun karena pertapaan Tien Tai terbatas untuk diri sendiri tidak dijelaskan

secara luas. Itu disebabkan, “Karena belum waktunya, karena tidak menerima serah

terima tugas dan karena itu dinamakan tidak sesungguhnya.” Kiranya akan menjadi lebih

jelas adanya, dimana Tien Tai sendiripun yang sedemikian mendambakan masa muktahir

Dharma, hal mana tertulis dalam karangan beliau pada Bab ke 1 dari Hokke Mongu

dikatakan : “Pada masa 500 tahun yang kelima, Saddharma ini tersebarluas dengan

memberi kebahagian kepada umat manusia untuk selama – lamanya.”

Tien Tai walau tidak memperoleh serah terima tugas penyebarluasan pada masa

mutakhir Dharma, namun pembuktian dalamnya menyimpan Saddharma dalam hati

beliau. Hal mana akan menjadi jelas adanya jika membaca teori penjelasan Tien Tai

berdasarkan pada Pendirian Hukum Agama Budha yang terdapat di dasar kalimat yang

dirahasiakan.

Dan juga dalam Shijenjiketsu dikatakan : “Di dalam buku harian pertapaan sehari – hari,

Tien tai Daishi berkata, setiap hari beliau membaca dan menyebut ini hakekat dari segala

Sutra sebanyak sepuluh ribu kali.” Dan dalam Ganshiten dikatakan : “Inti Hakekat dari

segala Sutra adalah kelima huruf Nammyohorengekyo, hal mana dapat diketahui bahwa

Tien tai Daishi setiap harinya menyebut Daimoku dari Saddharma sebanyak sepuluh ribu

kali. Dengan demikian, Nammyohorengekyo Ichinen Sanzen sesungguhnya yang terdapat di

dasar kalimat yang dirahasiakan, telah diketahui oleh Nagarjuna, Vashubandhu, namun

belum disebarluaskan, hanya Tien tai Daishi menyimpanya dalam hati dan masih

menunggu penyebarluasan pada masa muktahir Dharma.”

Page 167: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertanyaan : Apakah sebab – sebab Tien Tai tidak menyebarluaskan Hukum yang ketiga?

Jawab : Dalam Ota Sho dikatakan : “Ke 1 karena dirinya tidak tabah untuk dapat menahan.

Ke 2, karena tidak ada bakat dari umat manusianya. Ke 3, karena tidak diserah terimakan

tugas dari Budha Sakyamuni. Ke 4, karena belum tiba waktunya,” dan lain – lain.

Penjelasan

Pada akhirnya menanyakan, sebab mengapa Tien Tai Daishi menyimpanya dalam

hati dan tidak menyebarluaskan Hukum ketiga ini ? Dan mengenai sebab –sebab ini

dijawab dengan menarik Gosho Ota Sho yakni, Syanyudo Gosho untuk menjelaskan

alasan – alasan tersebut. Sebab pertama, karena Tien Tai tidak tabah untuk menahan

penyebarluasan yang sesungguhnya. Ke 2, karena bakat manusia masa Zoho berbakat

menengah yang sebelumnya telah memiliki kebaikan (Honiuzen) dan sama sekali

berlainan dengan bakat manusia masa akhir Dharma yang berbakat rendah yang belum

pernah memiliki kebaikan. Ke 3, penyerahan tugas penyebarluasan dalam Bab kekuatan

Gaib Sang Tathagata (Jiriki) adalah diberikan kepada Boddhisatva Visistakaritra,

sedangkan jiwa sesungguhnya dari Tien Tai adalah titisan kehidupan lampau dari

Boddhisatva Bhaisajaraga (Yakuo) yang telah ditolak dan tidak diserahterimakan oleh

Budha Sakyamuni. Ke 4, karena masa Zoho bukan masa 500 tahun yang kelima dari masa

mutakhir Dharma yang merupakan masa yang harus disebarluaskannya Hukum pokok

tersebut.

Dengan demikian, Tien Tai adalah guru masa Zoho dimana kalau mengamati

dengan berdasarkan pada Hukum Agama Budha Nichiren Daisyonin, maka disitu akan

terkandung makna yang penting sekali. Mengenai hal ini, Nikkan Jonin menjelaskan

kegaiban antara kehidupan Tien Tai dan kehidupan Nichiren Daisyonin. Dalam

penjelasan Kanjin Honzonsho Nikkan Jonin menjelaskan bahwa : “Haruslah diketahui,

Chisha (Tien Tai Daishi) pada tanggal 26 bulan empat tahun ke 14 dari kerajaan Zui, ketika

beliau berusia 57 tahun telah memulai menulis buku Makashikan selama musim panas

pada bulan 11, 4 tahun kemudian telah wafat pada usia 60 tahun. Sedangkan Nichiren

Daisyonin menyelesaikan Gosho Kanjin Honzon Sho ini pada tanggal 25 bulan empat tahun

1273 dan pada tanggal 12 Oktober 1279, ketika Nichiren Daisyonin berusia 58 tahun telah

menciptakan Dai Gohonzon dan 4 tahun kemudian yakni pada bulan 10 tahun 1282

Nichiren Daisyonin telah wafat dengan usia 61 tahun.”

Disini terdapat ketiga hal yang gaib. Pertama Tien Tai Daishi dengan usia 57 tahun

telah menjelaskan Makashikan, sedangkan leluhur Budha Nichiren Daisyonin dengan usia

58 tahun mewujudkan Dai Gohonzon dari Kaidan. Juga Tien Tai Daishi wafat dengan usia

60 tahun, Nichiren Daisyonin wafat dengan usia 61 tahun. Bukankah ini suatu kegaiban

sebagai urutan dari leluhur Budha masa Zoho dan leluhur Budha masa mutakhir Dharma.

Page 168: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kedua, Tien Tai Daishi pada tanggal 26 bulan 4 mulai menjelaskan Makashikan, Nichiren

Daishonin mengakhiri Kanjin Honzon Sho pada tanggal 25 bulan 4. Tien Tai wafat pada

bulan 11, sedangkan Nichiren Daisyonin wafat pada bulan 10. Walau Nichiren Daisyonin

dilahirkan setelah masa Zoho, namun karena beliau adalah leluhur Budha pembibitan,

maka maknanya terdapat terlebih dahulu. Dengan demikian Daisyonin menyelesaikan

Gosho Kanjin No Honzonsho pada tanggal 25 dan wafat pada bulan sepuluh. Sedangkan

walau Tien Tai dilahirkan terlebih dahulu, namun karena leluhur Budha pemanenan

maka maknanya terdapat kemudian. Dimana beliau mulai menulis buku Makashikan

pada tanggal 26 dan wafat pada bulan 11. Bukankah terdapat urutan kegaiban dari

urutan pembibitan dan pemanenan.

Ketiga, Tien Tai Daishi dan Nichiren Daisyonin kedua-duanya telah mewujudkan inti

hakekat ajaran yang merupakan maksud kelahiran beliau, yakni 4 tahun sebelum mereka

wafat. Bukankah ini merupakan suatu kegaiban sekali?

Kutipan

Bab ke 10, menunjukan penyebarluasan Dharma Agung pada masa mutakhir Dharma.

Pertanyaan : Belum tersebarluasnya pada masa Shoho dan Zoho, sesungguhnya

menyimpulkan makna yang bagimanakah?

Jawab : Justru ini mewujudkan penyebarluasan pada masa mutakhir Dharma. Sekarang

untuk sementara waktu menjelaskan ke empat sebab penyebarluasan pada masa muktahir

Dharma dengan keempat sebab tidak disebarluaskan yang dijelaskan pada bab terdahulu.

Penjelasan

Bab ke 10 ini merupakan kesimpulan dari keseluruhan Sanju Hidensho ini. Dan

merupakan bab yang menjelaskan bahwa Hukum Agama Budha Ichinen Sanzen yang

terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan merupakan Dharma Agung yang akan

tersebarluas pada masa mutakhir Dharma.

Pertama – tama pada bab 9 yang terdahulu mendiskusikan sebab – sebab mengapa

Nammyohorengkyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung tidak tersebarluas pada masa

Shoho dan Zoho, sedangkan pada bab ke 10 dimana pada pertanyaan yang terdahulu

menanyakan bagaimana makna sesungguhnya dalam kalimat pokok Kaimokusho yang

mengajarkan tidak tersebarluasnya pada masa Shoho dan Zoho.

Makna sesungguhnya yang menjelaskan belum tersebarluasnya pada masa Shoho dan

Zoho ini adalah untuk menunjukan bahwa Hukum Putih Agung ini pasti tersebarluas

pada masa mutakhir Dharma. Pada bagian akhir pada bab 9, dimana yang menarik

kalimat Soya Nyudo dengan menjelaskan keempat sebab – sebab mengapa Tien Tai

Daishi tidak menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Namun dalam bab ini menjelaskan

keempat sebab bahwa Saddharma ini harus disebarluaskan pada masa mutakhir Dharma.

Page 169: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Jadi sebab pertama Tien Tai tidak menyebarluaskan yakni, “karena dirinya tidak

tabah untuk dapat menahan penderitaan,” sedangkan sebab pertama harus

disebarluaskan pada masa mutakhir Dharma “karena dirinya tabah untuk menahan

penderitaan.”

Sebab kedua “karena tidak ada bakat dari umat manusianya”, sebaliknya “karena terdapat

bakat dari umat manusia”.

Ketiga, “karena tidak diserahterimakan tugas dari Budha Sakyamuni,” sebaliknya “karena

diserahterimakan tugas dari Budha” dan keempat “karena belum tiba waktunya”

sebaliknya, “karena sudah tiba waktunya.”

Dengan keempat sebab tersebut diatas kiranya akan menjadi jelas bahwa Ichinen Sanzen

yang terpendam di dasar kalimat yang dirahasiakan tidak lain adalah Hukum Putih Agung

yang tersebar luas pada masa mutakhir Dharma. Munculnya Budha Sakyamuni maupun

Tien Tai dan Dengyo begitupun kemunculan seluruh guru – guru yang mendiskusikan

teori – teori sutra, kesemuanya itu tidak lain merupakan penjelasan bahwa

Nammyohorengekyo dari Ketiga Hukum Rahasia Agung harus tersebarluas pada masa

muktahir Dharma.

Selanjutnya mengenai keempat sebab tersebut Nikkan Jonin telah memberikan

penjelasan mendetail pada ceramah berikut ini.

Kutipan

Pertama, karena dirinya dengan tabah dapat menahan penderitaan, dalam Honzon sho

berkata : “Boddhisatva Avelokitesvara, Bhaisajaraja dan sebagainya, dan juga Boddhisatva

dari ajaran selama 42 tahun dan Shakumon. Kalau bukan orang – orang yang dapat

mempertahankan Hukum Pokok ini, maka tidak dapat menyebarluaskan Hukum pada

masa mutakhir Dharma” dan lain – lain. Oleh karena Boddhisatva Honge sesungguhnya

merupakan orang yang dapat mempertahankan Hukum Pokok, maka dapat dengan tabah

menahan penderitaan untuk menyebarluaskan Hukum pada masa mutakhir Dharma.

Dalam Onggi Kuden Nichiren Daisyonin mengajarkan : “Keempat Boddhisatva ini adalah

orang yang dapat menpertahankan Hukum Pokok ini, Hukum Pokok adalah

Nammyohorengekyo” dan lain – lain. Sedangkan dalam Otasho, Nichiren Daishonin berkata

: “Demi untuk menyelamatkan dan memberi kebahagian kepada umat manusia masa

mutakhir Dharma dan seribu dunia yang bermunculan dari Bumi, adalah sama seperti ikan

memperoleh air dan burung yang berterbangan dengan bebas dari angkasa luas” dan lain

–lain.

Page 170: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan :

Bagian ini adalah penjelasan sebab pertama dari keempat sebab masa mutakhir

Dharma. Yang berbunyi, “karena dirinya dengan tabah dapat menahan kesulitan”.

Pertama – tama dengan menarik kalimat Kanjin No Honzonsho, namun kiranya akan

lebih jelas adanya jika ditarik kalimat sebelumnya yang berbunyi : “Boddhisatva Manjusri

adalah murid dari Buddha Aksobkya dari dunia keemasan di arah timur, Boddhisatva

Avalokitesvara adalah murid dari Budha Amitayus di arah barat, Boddhisatva

Bhaisajaraga adalah murid Budha Kandravimala Suryaprabasari dan Boddhisatva

Samathabadra adalah murid dari Budha Ratnategobhyugata, dimana pada umumnya

mereka demi untuk membantu pelaksanaan pengkotbahan Budha Sakyamuni, telah lahir di

sunia Saha ini dan juga merupakan Boddhisatva dari ajaran selama 42 tahun dan

Shakumon, sehingga kalau bukan orang yang mempertahankan Hukum Pokok maka tidak

dapat menyebarluaskan Hukum pada masa mutakhir Dharma.”

Betapapun Boddhisatva Manjusri, Boddhisatva Avalokitesvara, Boddhisatva

Bhaisajaraga, dan Boddhisatva Samantabhadra adalah Boddhisatva – Boddhisatva dari

berbagai dunia lainnya dan Boddhisatva selama 42 tahun Shakumon dan Shakke. Dimana

muncul di dunia ini untuk membantu Budha Sakyamuni untuk memberikan bimbingan.

Para Boddhisatva ini karena tidak mempertahankan Nammyohorengkyo, sehingga tidak

memiliki kekuatan untuk membimbing umat manusia dengan Hukum Agung Tunggal ini

pada masa mutakhir Dharma. Boddhisatva yang muncul dari bumi ini pada umumnya

adalah penganut Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung pada masa mutakhir

Dharma dan pada khususnya adalah Nichiren Daisyonin sendiri.

Selanjutnya dalam Onggi Kuden pun menjelaskan : “Dengan demikian Boddhisatva

yang muncul dari bumi dikatakan sebagai yang sesungguhnya (Honge). Sesunguhnya

berarti karunia 500 ribu koti nayuta asam kheya, sebagai karunia yang tak berawal akhir.

Boddhisatva ini adalah orang yang mempertahankan Hukum Pokok dan Hukum Pokok

adalah Nammyohorengekyo. Daimoku ini pasti merupakan benda yang dimiliki oleh

Boddhisatva yang muncul dari bumi dan sama sekali bukan yang dimiliki oleh Boddhisatva

Shakke. Dari tubuh Hukum Pokok ini dikeluarkan fungsinya dengan menamakan Shikan

dan Ichinen Sanzen yang disebarluaskan. Pokoknya penjelasan Guru Besar pun

menyebarluaskan fungsi dari Saddharma ini. Mempertahankan Hukum Pokok ini adalah

satu kata percaya. Pandangan tajam yang membasmi kesesatan pokok jiwa adalah satu

kata percaya dan dapat diperkirakan sebagai tidak ragu – ragu adalah percaya.”

Page 171: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Seperti yang jelas terdapat dalam kutipan kalimat inipun menandaskan bahwa

Boddhisatva Honge adalah Boddhisatva yang muncul dari bumi, dan Daimoku ini adalah

sesuatu yang dimiliki oleh Boddhisatva yang muncul dari bumi. Dan bukan yang dimiliki

oleh Boddhisatva Shakke. Sekarang kita setiap hari giat berjuang demi penyelamatan

kebahagian umat manusia, kesemuanya merupakan gerakan dari Boddhisatva yang

muncul dari bumi. Sudah pasti gerakan kita ini dapat menyelamatkan umat manusia yang

tenggelam dalam lautan penderitaan dari masa muktahir Dharma.

Makna kalimat dari Otasho, adalah kita, Boddhisatva yang muncul dari bumi yang

menyelamatkan umat manusia sama seperti ikan yang bebas berenang dalam air, burung

dengan bebas berterbangan di angkasa. Jadi memiliki kekuatan bimbingan yang bebas,

yang dapat meluruskan berbagai pandangan yang tersesat dan dapat menyelamatkan

umat manusia. Akan tetapi sumber kekuatan yang demikian hanya terdapat dalam satu

kata percaya dan sama sekali tidak tergantung pada tinggi rendahnya kedudukan,

pendidikan seseorang maupun perbedaan kaya miskin dan pria wanita.

Begitupun tidak tergantung pada perbedaan bangsa, Negara dan bahasa. Orang yang

menganut dan mempertahankan Saddharma ini, semuanya adalah Boddhisatva yang

muncul dari bumi. Dan hanya Boddhisatva yang muncul dari bumi saja, muncul dalam

dunia masa muktahir Dharma yang kotor ini dengan tabah menahan dan mengatasi

berbagai kesulitan dan penderitaan, sehingga dapat mewujudkan perdamaian

sesungguhnya yang merupakan impian umat manusia ribuan tahun.

Page 172: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

BAB X

MENUNJUKAN PENYEBARLUASAN DHARMA AGUNG PADA MASA

MUTAKHIR DHARMA

Kutipan

Ke 2, karena terdapat bakat dari umat manusia. Dalam Rissho Kansho 38 dikatakan :

“Bakat manusia yang dibimbing dalam penyebarluasan Tien Tai sama seperti bakat

sempurna dari masa kehidupan Budha yang disertai ajaran sementara, sedangkan bakat

manusia yang dibimbing dalam penyebaran Honmon sesungguhnya adalah bakat langsung

dari Honmon Saddharma Pundarika Sutra” dan lain – lain. Oleh karena bakat manusia

pembibitan langsung tanpa melalui pemupukan dan pemanenan, maka dinamakan bakat

langsung. Apalagi untuk menerima dan menganut Hukum AGung yang terdapat di dasar

kalimat.

Penjelasan

Ke 2, adalah masalah dari bakat manusia bahwa Saddharma ini merupakan

Hukum Agung yang tersebar luas pada masa mutakhir Dharma, adalah disebabkan

karena bakat manusia yang menuntut Hukum Agung ini. Bakat manusia dalam

penyebarluasan Hukum Agung Budha terkandung unsur penting untuk mengetahui

bagaimanakah keadaan dari bakat manusia? Dan Hukum yang bagaimanakah yang

dituntut oleh mereka? Bakat manusia masa mutakhir Dharma adalah menuntut

Nammyohorengekyo, betapapun bakat mereka adalah Saddharma. Kalau salah

memandang bakat manusia ini, walau menyebarluasakan Dharmapun tidak akan

menghasilkan apapun juga.

Makna kalimat dari Risshokansho, berarti umat manusia masa Zoho yang dibimbing oleh

Tien Tai Daishi merupakan umat manusia yang telah memiliki kebaikan sejak asal mula,

yakni berbakat Saddharma Pundarika Sutra yang bersangkut paut dengan ajaran

sementara dari masa hidup Budha Sakyamuni, umat manusia yang telah menimbun

kebaikan melalui berbagai pertapaan masa lampau. Dan mereka telah mencapai

kesadaran dengan mendengar Hukum Ichinen Sanzen teoritis dari Tien Tai Daishi.

Page 173: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Sebaliknya masa Mappo sekarang ini, umat manusia sama sekali belum memiliki

kebaikan sejak asal mula dan bakat mereka adalah bakat yang menuntut

Nammyohorengekyo Honmon Saddharma Pundarika Sutra. Umat manusia masa

mutakhir Dharma ini, dimana karena merupakan orang – orang aneh yang sama sekali

belum pernah menimbun kebaikan sejak masa lampau, sehingga tidak dapat mencapai

kesadaran dengan ajaran sementara, namun dalam dunia sekarang ini langsung

menerima pembibitan hingga dengan keadan seadanya langsung mencapai keadaan

kebahagiaan yang tertinggi, yakni bakat yang semata – mata hanya menerima dan

mempertahankan Saddharma. Oleh karena itu dalam Risshokansho dikatakan “Bakat

Langsung.”

Pada jaman sekarang ini, dimana banyak filsafat yang bertentangan dengan ilmu

pengetahuan, hal mana betapapun akan mengakibatkan ketidak bahagiaan dari umat

manusia. Maka justru, masa peradaban sekarang ini yang sedemikian maju betapapun

harus memiliki suatu agama yang membimbing kebahagian dengan merombak dari dasar

jiwa dan dapat diterima/dipahami oleh siapapun serta memiliki ajaran yang sesuai dan

tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan arus jaman sekarang.

Inilah Hukum Agung satu –satunya dari penyelamatan kebahagian umat manusia masa

mutakhir Dharma. Kita yang menerima dan mempertahankan Gohonzon Hukum Agung

ini betapapun harus maju berjuang dengan tekad penyelamatan seluruh kebahagiaan

umat manusia.

Kutipan

Ke 3, karena diserah terimakan dari Budha. Dalam Honzonsho dikatakan : “Pokok Maha

Boddhisatva Shakke lainnya tidak diserah terimakan bab Panjangnya Usia Tathagata

dalam pembuktian dalam jiwa kita masing – masing. Oleh karena awal dari masa mutakhir

Dharma adalah Negara pemfitnahan terhadap Agama Budha dan bakat manusia yang

buruk sekali, sehingga Budha menghentikan permohonan mereka dan memanggil ke luar

Maha Boddhisatva yang muncul dari bumi ribuan dunia, dengan diserah terimakan kelima

huruf Myohorengekyo yang merupakan inti hakekat dari Bab Panjangnya Usia Tathagata”

dan lain – lain . Dalam Kechimyakusho dikatakan : “Bab Panjangnya Usia Tathagata dari

pembuktian dalam jiwa kita adalah Hon Im Myo yang terpendam di dasar kalimat yang

sesungguhnya.”

Page 174: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Ke 3, merupakan masalah serah terima tugas dari Budha. Dalam Hukum Agama

Budha serah terima tugas merupakan masalah yang penting sekali dan hal ini merupakan

bagian terpenting dalam Bab 10 yang harus diperhatikan sepenuhnya. Maka kutipan

kalimat Kanjin Honzonsho berarti Budha Sakyamuni dalam bab “Munculnya Boddhisatva

dari Bumi,” dimana banyak Maha Boddhisatva Shakke lainya mengangkat prasetya untuk

menyebarluaskan Hukum Agama Budha setelah wafatnya Budha Sakyamuni.

Namun pada waktu itu Budha Sakyamuni menghentikan permohonan mereka, malah

memanggil keluar Boddhisatva sesungguhnya yang muncul dari bumi dengen

menyerahkan tugas penyebarluasan Hukum Agama Budha setelah wafatnya Budha

Sakyamuni, dimasa mutakhir Dharma. Awal dari masa mutakhir Dharma adalah Negara

yang menfitnah Hukum Agama Budha dan bakat manusia sedemikian buruk, hal mana

untuk menyebarluaskan Hukum Agama Budha betapapun bagi Boddhisatva lainya tidak

tabah untuk dapat menahan penderitaan.

Oleh karena itu Budha Sakyamuni dengan sengaja memangggil ke luar para Boddhisatva

yang muncul dari bumi sejak masa lampau yang tidak terhingga, untuk diserah terimakan

Nammyohorengekyo inti hakekat bab Panjangnya Usia Tathagata dan berjuang dalam

penyebarluasan pada masa mutakhir Dharma.

Mengenai kutipan kalimat “Bab Panjang Usia Tathagata dari pembuktian dalam

jiwa kita” yang terdapat dalam Kanjin No Honzonsho, dimana selanjutnya dengan

menarik kalimat Hyakkurokkasho yang berbunyi : “Bab Panjang Usia Tathagata dari

pembuktian dalam jiwa kita berarti Hon Im Myo dari dasar kalimat yang sesungguhnya.”

Jadi Bab Pajang Usia Tathagata dari pembuktian dalam jiwa kita tidak lain Honmon

Tunggal yang terpendam di dasar kalimat Bab Panjang Usia Tathagata -----

Nammyohorengekyo dari ketiga Hukum Rahasia Agung.

Sekarang pada masa mutakhir Dharma, kita yang berjuang demi penyelamatan

kebahagian umat manusia dengan Ketiga Hukum Rahasia Agung ini telah hadir di dalam

upacara jiwa Saddharma Pundarika dan menerima tugas penyebarluasan langsung dari

Budha Sakyamuni, dan karena sumpah terhadap penyerah terimaan tugas ini sehingga

muncul dan lahir di dunia sekarang ini. Begitupun yang dikatakan sebagai “Maha

Boddhisatva yang muncul dari bumi ribuan dunia” bukankah kita yang harus menyadari

diri sebagai pemimpin besar yang memiliki kekuatan dan rejeki agung.

Page 175: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertanyaan : Bagaimanakah bukti tertulis dari kalimat yang menyatakan penghentian atas

permohonan dari Maha Boddhisatva Shakke lainnya?

Jawab : Itu adalah kalimat “Berhentilah putra – putraku yang baik,” dalam bab

bermunculan dari bumi. Walau kalimat ini, makna dari arti kalimatnya seakan – akan

hanya menghentikan Boddhisatva dari Negara lain, namun sesungguhnya itu merupakan

penghentian Boddhisatva Shakke. Walau mungkin dalam berbagai surat kuno terdapat

berbagai makna, karena ingin menyingkat waktu untuk sementara tidak dijelaskan dan

akan dijelaskan kemudian.

Penjelasan

Mengenai masalah penyerah terimaan tugas yang ketiga ini telah diajukan

pertanyaan yang menanyakan bukti tertulis penghentian permohonan penyebarluasan

oleh Maha Boddhisatva Shakke lainya. Bukti tertulis tersebut mungkin telah disinggung

dalam beberapa bab di muka, namun disini terdapat kalimat “Berhentilah putra –putraku

yang baik” yang terdapat dalam bab bermunculan dari bumi Saddharma Pundarika Sutra.

Selanjutnya akan dijelaskan pada bagian permulaan dari bab bermunculan dari bumi

sebagai berikut : “Pada waktu itu Maha Boddhisatva yang telah datang dari negeri –

negeri lain yang jumlahnya seperti pasir – pasir dari 8 sungai gangga, semuanya berdiri di

dalam pertemuan agung itu dan dengan tangan terkatup menghormat kepada sang Budha

seraya berkata : “Yang Maha Agung! Jika saja sang Budha mengijinkan, maka sesudah

kemokshaannya, kami akan tekun dan bersemangat untuk melindungi dan

mempertahankan, membaca dan menghafal, menulis dan menyalin, serta menyumbang

Sutra ini di dalam dunia saha ini.”

Kemudian sang Budha menyapa seluruh kelompok Boddhisatva Maha Satva tersebut

dengan berkata : “Berhentilah putra – putraku yang baik ! Tiada perlu lagi anda sekalian

melindungi dan mempertahankan Sutra ini ! Karena sesunguhnya di dalam dunia saha Ku

ini telah terdapat para Boddhisatva Mahasatva yang jumlahnya seperti pasir- pasir dari 60

ribu sungai Gangga dan masing – masing dari para Boddhisatva ini mempunyai sebuah

rombongan yang banyaknya seperti pasir – pasir dari 60 ribu sungai Gangga pula, serta

seluruhnya mampu melindungi dan mempertahankan, membaca dan menghafal serta

menyebarluaskan Sutra ini sesudah kemokshaan Ku nanti.”

Page 176: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Jadi bab – bab sebelum bab bermunculan dari bumi ini, seperti bab 10, Dharma

Duta menjelaskan ketiga persyaratan dari penyebarluasan Hukum Agama Budha (Jubah,

Tahta dan kediaman Budha), sedangkan dalam bab II Munculnya menara pusaka yang

mendesak dengan ketiga nasehat penyebarluasan Hukum Agama Budha, kemudian

dalam bab ke 13 Penegakan, 80 ribu koti nayuta dari para Boddhisatva telah mengangkat

prasetya dengan berkata : “….Kita tidak akan menyayangi jiwa dan raga, tetapi hanya

berfikir tentang jalan yang Agung dan mejelaskan akan timbul ketiga musuh kuat dan

berbagai penderitaan besar yang menentang penyebarluasan Hukum Agama Budha

setelah Kemokshaan Nya Budha Sakyamuni.”

Selanjutnya bab ke 14, Hidup tenang, berulang menjelaskan Kurnia kebajikan dari

penyebarluasan Hukum Agama Budha, sedangkan bab ke 15 Munculnya Boddhisatva dari

bumi, para Boddhisatva, Mahasatva sejumlah pasir – pasir melebihi delapan sungai

Gangga yang datang dari negeri lain, seluruhnya telah memohon kepada sang Budha agar

diberikan serah terima tugas penyebarluasan Sutra ini. Akan tetapi Budha Sakyamuni

telah menolak permohonan mereka. Kemudian memanggil keluar dari Bumi besar,

Boddhisatva yang muncul dari bumi, dengan menjelaskan Bab ke 16 Panjanyanya Usia

Tathagata, kemudian pada Bab ke 21, Kekuatan Gaib Sang Tathagata telah menyerah

terimakan tugas penyebarluasan Hukum Sutra ini kepada Boddhisatva yang muncul dari

Bumi.

Makna dari kata – kata “Berhentilah Putra – putraKu yang baik” yang terdapat

dalam Bab bermunculan dari bumi, pada satu pihak menghentikan dan menolak terhadap

Boddhisatva yang datang dari negeri lain dan makna sesungguhnya merupakan

penolakan terhadap Boddhisatva Shakke. Objek yang ditolak oleh sang Budha apakah

hanya dirujukan kepada Boddhisatva maupun termasuk Boddhisatva Shakke didalamnya,

dimana pada waktu Nikkan Jonin berada memang terdapat berbagai pandangan. Akan

tetapi hal tersebut tidak sedemikian penting sehingga Nikkan Jonin demi menyingkat

waktu dimana hal tersebut untuk sementara waktu tidak didiskusikan.

Kutipan

Pertanyaan : Apakah alasan dan sebab – sebab sehingga Budha menghentikan Boddhisatva

lainya dan hanya memenggil keluar Boddhisatva sesungguhnya ?

Jawab : “Tien Tai Daishi sesungguhnya telah membuat ke enam penjelasan, yakni tiga

penjelasan di muka dan tiga penjelasan di belakang, kemudian menyerah terimakan pada

masa mutakhir Dharma, namun hal tersebut masih belum jelas adanya. Oleh karena itu

sekarang Nikkan Jonin untuk menjelaskan dengan jelas, dimana telah membuat 12

penjelasan. Yakni ketiga penjelasan di muka dan ketiga penjelasan di belakang dari

Boddhisatva sesungguhnya (Honge) dan Boddhisatva negri lainya, kemudian ketiga

penjelasan di muka dan dibelakang dari Boddhisatva Shakke dan Honge.”

Page 177: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Bagian ini merupakan pertanyaan yang menanyakan sebab – sebab sehubungan

dengan bab Bermunculannya Boddhisatva dari bumi yang dijelaskan di atas, di mana

Buddha telah menghentikan Boddhisatva Shakke dan Boddhisatva negeri lainya dan

memanggil keluar Boddhisatva yang muncul dari bumi besar. Mengenai hal ini Tien Tai

Daishi membuat ketiga alasan dari penghentian terhadap Boddhisatva Shakke dan

Boddhisatva negeri lainya dan mengajukan ketiga alasan sehingga dipanggil keluar

Boddhisatva sesungguhnya. Jadi beliau telah membuat penjelasan ketiga dimuka dan

ketiga dibelakang, namun belum jelas adanya. Karena ketika Budha menghentikan

Boddhisatva Shakke dan Boddhisatva negeri lainya dari ketiga alasan di muka masih

belum menjelaskan dengan terang pembagian antara Boddhistava Shakke dan

Boddhisatva negeri lainya.

Dengan demikian, Nikan Jonin untuk membagi secara jelas pembagian ini telah

membuat kedua belas alasan, yakni ketiga alasan di muka dan ketiga alasan di belakang

terhadap Boddhisatva negeri lainnya dengan Boddhistava sesungguhnya dan ketiga

alasan di muka dan ketiga alasan di belakang yang memperbandingkan Boddhisatva

sesungguhnya dengan Boddhisatva sesungguhnya dengan Boddhisatva Shakke. Dan di

sini akan dijelaskan secara singkat mengenai perbedaan Boddhisatva Shakke dan

Boddhisatva negeri lainya. Jadi, Boddhisatva Shakke adalah Boddhisatva yang berjodoh

dengan Budha Sakyamuni, sedangkan Boddhisatva negeri lainya adalah Boddhistva –

Boddhisatva yang bertempat tinggal di negeri lain. Boddhisatva Shakke antara lain

Boddhisatva Manjustri, Boddhisatva Avalokitesvara, Boddhisatva Bhaisajaraga

sedangkan Boddhisatva negeri lainya adalah Boddhisatva Hoe, Boddhisatva Kudokurin,

Boddhisatva Kongodo dan Boddhisatva Kongozo yang telah berkumpul pada upacara

pengkotbahan Sutra Kegon setelah Budha Sakyamuni mencapai kesadaran Budha.

Kutipan

Pertanyaan : Penjelasan ini belum pernah dijelaskan pada masa yang lampau. Jadi,kalau

tidak ada bukti yang jelas, siapakah yang dapat menaruh kepercayaan ?

Jawab : Sekarang saya akan menarik kutipan kalimat Sutra untuk setiap kalimat tersebut

diatas, sama sekali tidak ditambah dengan penjelasan pribadi saya.

Penjelasan

Oleh karena kedua belas penjelasan Nikkan Jonin merupakan sesuatu yang belum

pernah dijelaskan pada masa lampau, maka kalau tidak ada bukti tertulis jelas, sulit

untuk menaruh kepercayaan. Disitu Nikkan Jonin menarik bukti tertulis setiap penjelasan

dari kedua belas penjelasan yang sama sekali tidak terdapat pandangan pribadi dari

Nikkan Jonin.

Page 178: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Disini untuk menjelaskan lebih jelas terhadap kedua belas penjelasan yang didirikan

olehnya, dimana beliau telah mengajukan sendiri pertanyaan terhadap penjelasan yang

didirikannya. Begitupun dikatakan : “Sama sekali tidak ditambah dengan penjelasan

pribadi saya.” Hal mana menandaskan bahwa seluruh yang diwujudkan bukanlah

perkataan yang seenak diri sendiri, namun keseluruhanya memiliki bukti tertulis dari

Tien Tai Daishi maupun Nichiren Daisyonin yang dijadikan sebagai dasar dari setiap

penjelasan. Sikap inilah yang terpenting.

Begitupun ketika Nichiren Daisyonin menulis berbagai Gosho pasti selalu

berdasarkan pada Sutra – Sutra dari Budha Sakyamuni, dan selanjutnya selalu dengan

menarik penjelasan dari Tien Tai Daishi, Myoraku, Dengyo Daishi dan sebagainya untuk

diperhubungkan dengan karya tulis beliau. Sesungguhnya karena Nichiren Daisyonin

merupakan guru pokok dari Budha dan seluruh guru – guru, maka sebetulnya tidak perlu

menarik perkataan dari para guru tersebut.

Akan tetapi, agar supaya umat manusia masa mutakhir Dharma yang berhikmat ini dapat

menerima, maka betapapun harus bersifat objektif dan memiliki kebenaran, dengan

demikian mencakupi bukti tertulis dan kebenaran. Dan keduabelas penjelasan ini pun

Nikan Jonin menandaskan bahwa ini merupakan teori pembuktian yang berdasarkan

pada bukti tertulis dari guru – guru terdahulu dan sama sekali tidak terdapat pandangan

pribadi diri saya.

Kutipan

Pertanyaan : Dengan demikian, bagaimana kalimat dari ketiga penjelasan di muka dan di

belakang dari Boddhisatva Honge dan Bodhisatva negeri lainya?

Menjawab dengan berkata ; Pertama, karena Boddhisatva negeri lainya bukan murid

langsung Budha Sakyamuni, maka dalam buku Gisho jilid ke 10 Kajo Daishi berkata :

“karena Boddhisatva negeri lainya tidak dididik oleh Budha Sakayamuni” dan lain – lain.

Kedua, karena Boddhisatva negeri lainya menetap pada negeri yang berlainan, maka di

dalam Hokke Mongu ke 9 Tien Tai Daishi berkata : “Boddhisatva negeri lainya memiliki

tempat tinggalnya masing – masing. Jika di dalam negeri tidak dapat menetap , maka

faedah mereka akan sia – sia belaka” dan lain – lain. Ketiga, oleh karena perjodohan

Boddhisatva negeri lainya dangkal sekali, maka kemudian Tien Tai Daishi berkata :

“Karena Boddhisatva negeri lainya dengan negeri ini dangkal, maka walau berkeinginan

untuk diserah terimakan, namun pasti tidak terdapat karunia yang besar” dan lain – lain.

Page 179: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Terhadap pertanyaan kalimat ketiga penjelasan di muka dan di belakang dari

Boddhisatva negeri lainya dan Boddhisatva sesungguhnya, dimana dalam bagian ini

menjelaskan ketiga penjelasan di muka Boddhisatva berdasarkan bukti tertulis.

Pertama – tama, dikatakan para Maha Boddhisatva negri lainya dihentikan oleh Budha

Sakayamuni dengan berkata : “Berhentilah para putra putraKu yang baik,” hal mana

menjelaskan bahwa dengan menarik kalimat dari Kajo Daishi yang merupakan alasan

pertama tidak diserah terimakan tugas penyebarluasan pada masa mutakhir Dharma.

Jadi Boddhisatva negeri lainya tidak menerima langsung bimbingan dari Budha

Sakyamuni, sedangkan Boddhisatva sesungguhnya merupakan murid langsung dari

Budha Sakyamuni, sehingga memiliki kemampuan dan kekuatan menyebarluaskan

Hukum Agama Budha pada masa mutakhir Dharma. Kajo Daishi adalah leluhur dari sekte

Sanron pada masa kerajaan Ryo di Tiongkok dan merupakan orang yang mendirikan

makna dari Prajna utama. Dalam karangan penjelasan ringkasan kesepuluh jilid dari

buku Hokke Genron, dimana kemudian ditandaskan oleh Myoraku Daishi sebagai

sesuatu yang memuji Saddharma Pundarika Sutra.

Alasan kedua, dimana para Boddhisatva negeri lainya memiliki negerinya masing –

masing dan sama sekali bukan Boddhisatva dari dunia saha ini, Tien Tai Daishi dalam

Hokke Mongu menjelaskan : “Boddhisatva negeri lainya memiliki negerinya masing –

masing, seandainya para Boddhisatva meninggalkan negeri asalnya dan menetap pada

dunia saha ini, maka tidak dapat memberikan kurnia bagi umat manusia negerinya.” Jadi

karena para Boddhisatva negeri lainya mengutamakan pemberian Kurnia pada umat

manusia negerinya, maka Budha Sakyamuni menghentikan penyebarluasan pada masa

mutakhir Dharma.

Alasan ketiga, adalah Boddhisatva negeri lainya mempunyai hubungan jodoh yang tipis

dengan umat manusia dunia saha ini. Dalam buku Hokke Mongu, Tien Tai Daishi

mengajarkan : “Boddhisatva negeri lainya mempunyai jodoh yang tipis dengan dunia saha

ini. Jadi, walau menerima penyerah terimaan tugas penyebarluasan Hukum Agama Budha

dari Budha Sakyamuni pada masa mutakhir Dharma pun, namun umat manusia tidak

dapat menerima karunia yang besar.” Maka walau memiliki kekuatan betapa besarpun,

namun kalau mempunyai jodoh yang tipis dengan umat manusia dan pada akhirnya tidak

dapat memberi kebahagian kepada umat manusia, oleh karenanya dihentikan oleh Budha

Sakyamuni untuk muncul setelah wafatnya sang Budha dimana mutakhir Dharma ini.

Page 180: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertama, karena Boddhistava sesungguhnya adalah murid dari Budha Sakyamuni. Tien Tai

Daishi mengatakan : “Mereka adalah murid saya, maka mereka harus menyebarluaskan

Hukum saya.”

Kedua, karena Boddhisatva sesungguhnya selalu menetap pada dunia ini, dalam Sutra

dikatakan dan lain – lain. Dalam Otasho dikatakan : “Boddhisatva dari bumi ribuan dunia

telah menetap di dunia saha ini selama kalpa koti yang tak tehitung.”

Ketiga, karena Boddhisatva sesunguhnya mempunyai penjodohan yang mendalam. Tien Tai

Daishi berkata : “Dengan jodoh yang dalam dan luas, dapatlah menyebarluaskan Hukum

ini di dalam dunia ini dengan memberi kebahagian seluruhnya” dan lain – lain. Dengan

demikian berakhirlah ketiga penjelasan di muka dan di belakang terhadap Boddhisatva

negeri lainya dan Boddhisatva sesungguhnya (Honge).

Penjelasan

Dibagian depan telah menjelaskan ketiga penjelasan di muka dari Boddhisatva

negeri lainya, namun pada bagian ini menjelaskan ketiga alasan hingga Boddhisatva

sesungguhnya dipanggil keluar dari bumi luas.

Ketiga penjelasan yang pertama adalah, Boddhisatva sesungguhnya merupakan murid

langsung dari Budha Sakyamuni Kuon, para Boddhisatva ini untuk dapat

menyebarluaskan Hukum Agama Budha pada negeri yang buruk dan penuh penfitnahan

Hukum setelah wafatnya Budha di masa mutakhir Dharma, telah menerima bimbingan

sejak masa lampau Kuon. Dalam buku Hokke Mongu Tian Tai Daishi berkata :

“Boddhisatva sesungguhnya adalah murid – muridKu, yakni Boddhisatva yang harus

menyebarluaskan Saddharma ini.”

Kedua, Boddhisatva yang muncul dari bumi sejak masa Kuon selalu menetap pada dunia

saha ini. Boddhisatva negeri lainya telah nenetap pada negerinya masing – masing,

sedangkan Boddhisatva yang muncul dari bumi sejak asal mula telah menetap di dunia

saha ini dan memiliki tugas untuk membimbing manusia dunia saha ini. Di dalam bab

bermunculannya dari Bumi , Saddharma Pundarika Sutra pun selalu sering dikatakan :

“Negeri dari dunia saha” atau “Dibawah dunia saha”. Begitupun dalam berbagai Gosho

Nichiren Daisyonin berkata : “Boddhisatva ribuan dunia yang muncul dari Bumi menetap

di dunia saha ini selama kalpa koti yang tak terhitung,” hal mana mengajarkan bahwa

Boddhisatva yang muncul dari Bumi sejak masa Kuon terus menerus menetap pada dunia

saha ini.”

Page 181: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Ketiga, Boddhisatva sesungguhnya mempunyai hubungan jodoh yang mendalam dengan

umat manusia dunia saha ini, terutama manusia setelah wafatnya Budha Sakyamuni.

Boddhisatva negeri lainya mempunyai jodoh yang dangkal sehingga tidak dapat

memberikan karunia kebajikan. Sebaliknya Boddhisatva Honge mempunyai hubungan

jodoh dan dapat membimbing seluruh umat manusia dari dunia saha ini, begitupun dapat

memberikan karunia kebajikan kepada umat manusia, hal tersebut dijelaskan dalam

buku Hokke Mongu karangan Tien Tai.

Kutipan

Pertanyaan : Bagiamanakah kalimat yang menjelaskan ketiga penjelasan di muka dan di

belakang dari Boddhistava Honge?

Menjawab dengan berkata : Pertama, karena Boddhistava Shakke bukan murid kesadaran

pertama dari Budha Sakyamuni, dimana dalam Otosho Nichiren Daisyonin berkata : “Umat

manusia dari Shakke bukan murid kesadaran pertama dari Budha Sakyamuni” dan lain –

lain.

Kedua, kerena Boddhisatva Shakke masih sedikit sekali menimbun Kurnia. Dalam Niike

Gosho Nichiren Daisyonin berkata : “Walau Boddhisatva Avalokitesvara, Boddhistava

Bhaisajaraga dan lain – lain merupakan orang – orang yang memiliki prajna menajubkan,

namun jangka waktu mempelajari Saddharma Pundarika Sutra sedemikian dangkal

sehingga sulit menahan penderitaan besar dari masa mutakhir Dharma. Oleh karena itu

dihentikan oleh sang Budha” dan lain – lain.

Ketiga, karena Boddhisatva Shakke sedikit sekali memberi manfaat kepada umat manusia

masa mutakhir Dharma. Dalam Hokke Shojin Jobutsu Sho dikatakan : “Boddhisatva

Avalokitersvara, Boddhisatva Bhaisajaraga dan lain – lain pada masa lampau Shoho dan

Zoho memberi manfaat kepada umat manusia, walaupun demikian namun kalau melihat

doa pada masa sekarang, maka tidak akan terkabulkan” dan lain – lain.

Penjelasan

Selanjutnya, setelah menjelaskan ketiga penjelasan di muka dan di belakang dari

Boddhisatva negeri lain dan Boddhisatva Honge, maka disini akan di mulai dengan

mendiskusikan ketiga penjelasan di muka dan di belakang dari Boddhisatva Shakke dan

Honge. Pertama – tama, akan menjelaskan ketiga sebab di muka, hal mana merupakan

sebab – sebab sehingga Boddhisatva Shakke dihentikan untuk menyebarluaskan Hukum

Agama Budha setelah wafatnya Budha Sakyamuni.

Page 182: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Yang pertama, karena Boddhisatva Shakke bukan murid kesadaran pertama dari

Buddha Sakyamuni, sedangkan Boddhisatva yang muncul dari bumi merupakan murid

kesadaran pertama dari Budha Sakyamuni pada perwujudan sesungguhnya dari 500

asamkheya kalpa koti. Sedangkan Boddhisatva Shakke dibimbing oleh Budha Sakyamuni

yang mencapai kesadaran Budha 3000 tahun yang lalu di India (Shinjo Shokaku),

sehingga kalau diperbandingkan dengan Boddhisatva Honge maka Boddhisatva Shakke

mempunyai hubungan yang tipis sekali dengan Budha Sakyamuni. Dalam Kanjin No

Honzon Sho Nichiren Daisyonin mengajarkan : “Umat manusia Shakke bukan murid

pencapaian kesadaran yang pertama dari Budha Sakyamuni.”

Kedua, karena pemupukan kurnia maupun pertapaan Boddhisatva Shakke

bersama dengan Budha Sakyamuni masih dangkal, maka dihentikan untuk

menyebarluaskan Hukum Agama Budha pada masa mutakhir Dharma. Disini dalam surat

balasan kepada Niike dikatakan : “Walau Boddhisatva Avalokitesvara, Boddhisatva

Bhaisajaraga merupakan orang – orang yang memiliki prajna menajubkan”. Jadi para

Boddhisatva – Boddhisatva Avalokitesvara, Boddhisatva Bhaisajaraga dapat mewakili

Boddhisatva Shakke, walau dikatakan memiliki prajna yang betapa hebat pun namun

waktu mereka belajar dan mendengar khotbah Budha Sakyamuni mengenai Saddharma

Pundarika Sutra masih dangkal sekali, maka dalam dunia yang kotor dari masa muktahir

Dharma ini mereka tidak dapat menahan penderitaan besar dari ketiga musuh yang kuat.

Oleh karena mereka tidak pernah menimbun pertapaan untuk mengatasi kesulitan

penderitaan tersebut, sehingga dihentikan untuk menyebarluaskan Hukum Agama Budha

pada masa muktahir Dharma.

Ketiga, Boddhisatva Shakke sedikit sekali memberi manfaat kepada umat manusia

masa muktahir Dharma. Hal tersebut dengan jelas diterangkan dalam Gosho Hokke

Shojin Jobutsu Sho. Kalau memperhatikan kutipan kalimat yang di tarik oleh Nikkan Jonin

adalah sebagai berikut : “Begitupun Boddhisatva Bhaisajaraga, Boddhisatva

Avalokitesvara merupakan Boddhisatva utusan untuk masa 2000 tahun dari Shoho dan

Zoho. Dan giliran Boddhisatva – Boddhisatva ini sedemikian cepat sehingga memberi

manfaat pada masa lampau dari Shoho dan Zoho, namun sama sekali tidak dapat

mengabulkan doa pada masa sekarang ini. Tugas masa mutakhir Dharma sekarang ini

adalah Boddhisatva Visishtakaritra dan Anantakaritra” dan lain – lain. Justru kalau dapat

menpercayai hal tersebut akan terwujud bukti dari Hukum dan memberikan manfaat

pada umat manusia dari Boddhisatva dan Budha.

Seperti dalam penjelasan kutipan kalimat ini pun, Boddhisatva Shakke seperti

Boddhisatva Avalokitesvara dan Boddhisatva Bhaisajaraga memiliki tugas dalam 2000

tahun dari masa Shoho dan Zoho, namun tidak memberikan manfaat bagi umat manusia

pada masa muktahir Dharma. Oleh karena itu mereka dihentikan untuk

menyebarluaskan Hukum Agama Budha pada masa muktahir Dharma.

Page 183: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Pertama, karena Boddhisatva Honge adalah murid kesadaran pertama dari Budha

Sakyamuni. Dalam Kanjin No Honzon Sho Nichiren Daisyonin berkata : “Boddhisatva yang

muncul dari bumi dari ribuan dunia merupakan murid kesadaran pertama dari Budha

Sakyamuni” dan lain –lain.

Kedua, karena Boddhisatva sesungguhnya (Honge) menimbun Kurnia sedemikian

mendalam. Dalam Shimo Yama Sho dikatakan : “Sejak masa 500 asamkheya kalpa koti

semata-mata hanya melaksanakan pertapaan inti hakekat dari Honmon, yakni Bab

“Panjang Usia Sang Tathagata” sehingga terlatih sebagai Boddhisatva Visishtakaritra” dan

lain – lain.

Ketiga, karena Boddhisatva Honge harus dengan penuh memberi manfaat bagi manusia

masa muktahir Dharma. Dalam Hokke Shojin Jobutsu Sho dikatakan : “Pada waktu itu

hanya ketujuh huruf Nammyohorengekyo yang merupakan inti hakekat dari bab ke 28

Saddharma Pundarika Sutra, hal mana merupakan waktu yang paling sesuai dengan

Boddhisatva Visishtakaritra yang harus memberi Kurnia dan manfaat kepada umat

manusia dengan menyebarluaskan Hukum Agama Budha di negeri ini” dan lain – lain.

Haruslah dicamkan bahwa dengan demikian ketiga penjelasan di muka dan di belakang

dari Boddhisatva Shakke dan Boddhisatva Honge menjadi jelas adanya.

Penjelasan

Disini menjelaskan ketiga penjelasan di belakang dari Boddhisatva yang

merupakan kebalikan dari ketiga penjelasan di muka dari Boddhistava Shakke yang

dijelaskan pada bagian terdepan. Mengapa Budha Sakyamuni menghentikan Shakke dan

memanggil keluar Boddhisatva Honge dari Bumi besar.

Alasan pertama adalah, karena Boddhisatva Honge merupakan murid kesadaran pertama

dari Budha Sakyamuni Kuon Myoji. Dan dalam Kanjin No Honzon Sho dikatakan :

“Boddhisatva yang muncul dari bumi dari ribuan dunia adalah murid kesadaran pertama

dari Budha Sakyamuni.”

Kedua, Karena Boddhistava Honge telah menimbun pelaksanaan pertapaan sedemikian

panjang dan mendalam sejak masa lampau Kuon yang sedemikian panjang. Dalam Shimo

Yama Gosho Soku dikatakan : “Sejak 500 asamkheya koti semata – mata hanya

melaksanakan pertapaan inti hakekat dari Honmon, Bab “Panjang Usia Sang Tathagata”

sehinga terlatih sebagai Boddhistava Visishtakaritra.”

Page 184: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Makna kutipan kalimat diatas adalah bawasannya Boddhisatva Honge sejak 500

asamkheya koti hanya semata – mata melaksanakan pertapaan dari inti hakekat bab

“Panjang Usia Sang Tathagata” hal mana berarti melaksanakan pertapaan

Nammyohorengekyo. Hingga sampai saat sekarang pun berulang – ulang kali dilahirkan

pada masa muktahir Dharma yang buruk dan penuh penfitnahan Hukum Agama Budha

dan terus maju berjuang dalam penyebarluasan Hukum Agama Budha bukanlah sesuatu

hal yang mudah. Oleh karena itu sejak masa Kuon, Boddhisatva yang muncul dari bumi

yang pernah melaksanakan pertapaan kesadaran Nammyohorengekyo, yang merupakan

inti hakekat bab “Panjang Usia Sang Tathagata”, sehingga dapat mengatasi penderitaan

yang bagimana besar pun dan dapat menjalankan penyebarluasan Hukum Agama Budha

dalam masyarakat yang kotor dan penuh dengan penfitnahan Hukum Agama Budha pada

masa muktahir Dharma.

Ketiga, Karena Boddhisatva Honge sedemikian penuh kekuatan yang dapat memberikan

kebahagian dan manfaat bagi manusia masa muktahir Dharma. Dalam Hokke Shojin

Jobutsu Sho diajarkan sebagai berikut : “Pada waktu itu hanya ketujuh huruf

Nammyohorengekyo yang merupakan inti hakekat dari ke 28 bab Saddharma Pundarika

Sutra, hal mana merupakan waktu yang paling sesuai dengan Boddhisatva Visishtakaritra

yang harus memberi kurnia dan manfaat kepada umat manusia dengan menyebarluaskan

Hukum Agama Budha di negeri ini.”

Dalam masa muktahir Dharma ini,semata – mata hanya Hukum Putih Agung,

Nammyohorengekyo yang disebarluaskan oleh Boddhisatva Honge yang muncul dari

bumi, yang dapat memberikan kebahagiaan dan manfaat bagi umat manusia. Filsafat dan

Agama Agung yang dapat memiliki kekuatan Agung untuk menyelamatkan umat manusia

yang bergumul dalam kegelapan dan kekacauan masyarakat sekarang ini sama sekali

tidak lain hanya Saddharma. Yakinlah bawasannya justru Boddhisatva yang mewujudkan

badan sesungguhnya dari Jino Ichinen Sanzen pada diri sendiri dengan menerima dan

mempertahankan Saddharma ini merupakan pembimbing sesungguhnya menuju abab ke

21.

Kutipan

Keempat, karena sudah tiba waktunya. Dalam Sutra dikatakan : “Pada masa ke 500 tahun

yang terakhir pasti akan tersebar luas di dunia ini” dan lain – lain. Dalam Senji Sho dan lain

– lain, dalam Totai Gisho dikatakan : “Terlebih lagi kelima huruf Saddharma merupakan

Hukum Putih Agung yang akan tersebar luas pada masa mutakhit Dharma. Oleh karena itu

diserah terimakan kepada pahlahwan Agung dari Boddhisatva yang muncul dari bumi dari

ribuan dunia. Maka Tien Tai, Dengyo hanya menyimpanya dalam hati dan menyerahkan

penyebarluasan Hukum Agama Budha kepada guru pembimbing dari masa mutakhir

Dharma.”

Page 185: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Penjelasan

Hingga saat ini, Saddharma merupakan hakekat dari penyebarluasan Hukum

Agung pada masa mutakhir Dharma, ini telah disiskusikan dengan berdasarkan pada

alasan pertama, karena dirinya dapat menahan penderitaan. Kedua, karena bakat

manusianya sesuai. Ketiga, karena alasan dari penyerah terimaaan tugas. Sedangkan

keempat adalah masalah waktu.

Dalam bab Bhaisajaraga Saddharma Pundarika Sutra menunjukan bahwa : “Pada kelima

ratus tahun yang terakhir akan tersebar luas di dunia ini.” Kelima ratus tahun yang

terakhir adalah masa mutakhir Dharma sekarang ini. Ke 500 tahun terakhir berarti telah

berlalu 2000 tahun dari masa Shoho dan Zoho, yakni tidak hanya berarti 500 tahun dari

awal masa mutakhir Dharma melainkan melukiskan seluruh masa mutakhir Dharma,

sehingga dikatakan sebagai 500 tahun yang terakhir.

Dan juga dalam Senjisho diajarkan sebagai berikut : “Selanjutnya setelah Hukum

Putih terbenam akan tersebar luas keseluruh dunia alam semesta Hukum Putih Agung dari

Nammyohorengekyo yang merupakan inti hakekat dari Saddharma Pundarika Sutra. Dan

diantara 80.000 negeri, setiap negeri terdapat rajanya, dimana dari setiap raja hingga

Menteri maupun seluruh rakyat sama seperti keempat golongan manusia di negri Jepang

menyebut – nyebut mantera hingga tersebar luas di seluruh dunia.”

Kutipan kalimat dari “Selanjutnya setelah Hukum Putih terbenam” berarti Hukum

Agama Budha setelah berlalu 2000 tahun dari jaman Shoho dan Zoho sehingga setelah

memasuki masa mutakhir Dharma telah kehilangan kekuatannya, hal mana mempunyai

makna yang sama dengan kutipan kalimat dari bab “Bhaisajaraja” yang berbunyi : “Lima

ratus tahun yang terakhir,” setelah Hukum Putih terbenam, Nammyohorengekyo inti

hakekat dari Saddharma Pundarika Sutra akan tersebar luas keseluruh dunia.

Terlebih lagi dalam Totai Gisho pun Nichiren Daisyonin mengajarkan bahwa :

“Kelima huruf Saddharma merupakan Hukum Putih Agung yang tersebar luas di masa

mutakhir Dharma.” Himpunan penganut Nichiren ShoShu telah menerima dengan suci,

tepat dan tulus wasiat leluhur Nichiren Daisyonin dan bimbingan Nikkan Jonin, yakni

merupakan Himpunan Boddhisatva Honge yang muncul dari bumi yang muncul hanya

semata – mata memperjuangkan penyelamatan kebahagian umat manusia dengan

penyebarluasan Hukum Sakti Saddharma yang telah menantikan waktu berkembangnya

selama 700 tahun sejak kehadiran Nichiren Daisyonin, dimana sekarang telah

berkembang dengan kekuatan yang kuat, suci dalam jiwa umat manusia dalam skala

keduniaan. Pada umumnya “telah tiba waktunya” berarti masa mutakhir Dharma, sedang

pada khususnya berarti masa penyebarluasan yang berjodoh selaras maupun

penyelamatan kebahagian umat manusia yang sesungguhnya.

Page 186: SANJU HIDEN SHO · 2017. 6. 14. · Kutipan Dalam kalimat akhir dari Ki ke 4 tertulis : “ Kennon dan lain-lain. Kalau berdasarkan Ko berarti 6, 4, 2 puluh ribu, jika berdasarkan

Kutipan

Dengan demikian selesailah Sanjuhidensho

Tertanda NIKKAN 61 tahun

Awal bulan tiga 1725 di tulis di Daibo dari Oishi

Penjelasan

Seperti dijelaskan dalam pendahuluan, dimana Rokkansho maupun Sanjuhidensho

merupakan karya tulis yang diselesaikan selama 4 bulan dari bulan tiga hingga bulan

enam tahun 1725 yakni satu tahun sebelum wafatnya Nikkan Jonin. Walau beliau berada

dalam keadaan kesehatan yang sedemikian buruk dalam usia 61 tahun, namun dalam

waktu yang sedemikian singkat telah menyelesaikan karya tulis ini, tidak lain karena

hanya semata – mata mendoakan untuk mengabdikan Hukum Sakti hingga masa kekal

abadi yang tak berakhir. Maka ketika kita membaca Sanjuhidensho ini harus mencamkan

semangat Nikkan Jonin dalam jiwa masing – masing.

Ditulis kembali oleh : GD (22 January 2015)