sampul penelitian kpu kab
TRANSCRIPT
PERILAKU PEMILIHPEMILIHAN UMUM PRESIDEN
TAHUN 2014
DI KABUPATEN KEDIRI
LAPORAN PENELITIAN
Laporan Penelitian
Perilaku Pemilih (voters behavior)
Pemilu Presiden Tahun 2014
di Kabupaten Kediri
Fakultas Hukum Universitas Islam Kadiri (Uniska) dan KPU Kabupaten Kediri
2015
ii
Susunan Peneliti
Penasehat: Lembaga Penelitian Universitas Islam Kadiri
Penanggung Jawab: Dekan Fakultas Hukum Uniska
Tim Peneliti
Ketua: Zainal Arifin, S. S., M..Pd. I., S. H., M. H.
Wakil: Bayu Pramuntoko, S. E., M. M.
Sekretaris: Trinas Dwi Haryani, S. H., M. H.
Bendahara: Wahid Hasyim, S. H., M. H.
Peneliti Utama: Dr. Hj. Neti Idrawati, S. H., M. H.
Pembantu Peneliti:
R.Toto Sugiharto, S. S.
Ronggo Nagoro
Wahyudi, M. Si.
Pengolah Data:
Suhardi, S. Sos.
Editor/Layout/Tata Letak: Irwan Maftuhin
iii
KATA PENGANTAR
PENELITIAN mengenai perilaku pemilih dalam pemilihan umum
presiden dan wakil presiden (Pilpres) tahun 2014 di Kabupaten Kediri ini adalah
yang pertama kali dan hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian
sebelumnya.Dalam tim penelitian memusatkan pada kecenderungan perilaku
pemilih, terutama dari segi tingkat pendidikan yang ikut berperan aktif dalam
menentukan pilihan. Selanjutnya, tim melakukan pendekatan secara sosiologis
dan psikologis.
Pendekatan sosiologis dilakukan sebagai upaya melihat bahwa dalam
kehidupan masyarakat ada hirarki atau strata, yaitu karakteristik sosial
berdasarkan pengelompokan sosial seperti usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
latar belakang keluarga, kegiatan-kegiatan dalam kelompok formal dan informal
danlainnya. Hal itu diindikasikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan pilihan-pilihan politik. Misalnya, perbedaan tingkat pendidikan
masyarakat tentunya mempengaruhi cara pandang masyarakat pada masing-
masing kandidat dan itu juga berpengaruh dalam menentukan kandidat mana yang
akan dipilih menjadi presiden dan wakil presiden selanjutnya.
Sedangkan pendekatan psikologis diasumsikan sebagai faktor yang
menentukan keputusan pemilih. Melalui pendekatan psikologis, dapat dicermati
perilaku pemilih dari segi sikap pemilih, dan sikap tersebut berkaitan dengan
psikis atau psikologis seseorang yang telah terbentuk melalui sosialisasi
yangberlangsung lama, baik melalui komunikasi langsung maupun dari
pandangan politiknya. Selain itu, sikap tersebut dapat terbentuk dari beberapa
factor seperti informasi-informasi yang diterima dari media massa, keluarga,
ataupun lingkungan sekitar. sikap inilah yang membawa pengaruh pada perilaku
pemilih dalam menentukan kandidat mana yang akan dipilihnya.
Selanjutnya, tim menyusun laporan penelitian melalui penerbitan buku ini.
Kami sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari keadaan sempurna.Karena itu,
iv
kami tetap menantikan kritik, saran, atau masukan yang konstruktif guna
perbaikan dalam penelitian atau kegiatan ilmiah serupa. Kami juga mengharapkan
dari kerja ilmiah tim peneliti fakultas hukum Uniska kiranya dapat bermanfaat
bagi masyarakat Kediri, khususnya bagi masyarakat atau komunitas akademik
serta umumnya untuk masyarakat Indonesia.
Sebelum mengakhiri Kata Pengantar ini, kami menyampaikan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ketua dan komisioner, serta
sekretariat KPUD Kabupaten Kediri yang telah menunjuk Fakultas Hukum untuk
melaksanakan penelitian perilaku pemilih pemilihan umum Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2014 di Kabupaten Kediri, para responden yang telah
berpartisipasi aktif dalam penelitian ini, dengan mengisi dan mengembalikan
kuesioner serta narasumber yang bersedia mengikuti wawancara, jajaran rektoriat
Uniska, Lembaga Penelitian Uniska, dan pihak Fakultas Hukum Uniska, serta
tim peneliti, dan seluruh pihak yang telah membantu dan berperan dalam
penelitian ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Atas budi baik semua
pihak tersebut, semoga menjadi amal kebaikan dan mendapatkan pahal setimpal
dari Allah SWT.
Kediri, Juli 2015
Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Susunan Peneliti
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
1.5. Sistematika Penulisan 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Sejarah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 6
2.2. Teori Perilaku Pemilih 9
2.2.1. Perilaku Pemilih dengan Model Sosiologis 11
2.2.2. Perilaku Pemilih dengan Model Psikologis 12
2.2.3. Perilaku Pemilih dengan Model Pilihan Rasional 13
2.3. Pengaruh Media 15
2.4. Orisinalitas Penelitian 17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Kuantitatif dan Kualitatif 18
3.2. Data dan Sumber 21
3.2.1. Data Primer 21
3.2.2. Data Sekunder 21
3.2.3. Populasi dan Sampel 21
3.2.3.1.Populasi 21
3.2.3.2.Sampel 22
3.4. Teknik Pengambilan Sampel 23
3.5. Teknik Pengumpulan Data 23
vi
3.7.1.Kuesioner 23
3.7.2. Interview 24
3.8. Teknik Analisis 24
BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1. Sekilas Kabupaten Kediri 25
4.2. Asal Usul Istilah Kediri 28
4.3. Sejarah Kediri dan Bhagawanta Bari 29
4.4. Data Angka Kabupaten Kediri 31
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5. 1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian 36
5.2. Analisis Kuantitatif 68
5.3. Hasil Indepht Interview 69
5.4. Analisis Kualitatif 76
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan 78
6.2. Saran 79
DAFTAR PUSAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
PEMILIHAN Umum (Pemilu) merupakan salah satu perwujudan
demokrasi. Pemilihan umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari
presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.1
Pemilihan Umum secara langsung mencerminkan kehidupan demokrasi rakyat
dimana rakyat diberikan kebebasan untuk berpendapat atau berbicara dengan cara
menggunakan hak pilihnya sebagai warga negara. Melalui pemilihan umum
secara langsung, rakyat diajak ikut serta menentukan masa depan bangsa dengan
ikut menentukan siapa yang layak menjadi pemimpin bangsa dan siapa yang layak
menjadi wakil-wakil rakyat dalam menyalurkan aspirasi rakyat.
Sejak tahun 1955 Indonesia telah melakukan pemilihan umum secara
langsung. Pemilihan umum saat itu hanya untuk memilih anggota DPR dan
anggota konstituante. Sedangkan untuk pemilihan presiden secara langsung oleh
rakyat pertama kali dilaksanakan pada tahun 2004. Tepatnya pada tanggal 20
September 2004, masyarakat Indonesia melakukan pemungutan suara untuk
memilih presiden secara langsung.2 Sebelumnya, pemilihan presiden diadakan
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kemudian berdasarkan amanah
yang tertuang dalam amandemen keempat UUD 1945 bahwa pemilihan presiden
dan wakil presiden dilakukan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Aturan
tersebut semakin diperkuat dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yang
kemudian diganti menjadi Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
1 Pemilihan Umum, https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum, diakses Rabu 1 Juli
2015, jam 22.00 WIB. 2 Sekilas pemilu dari masa ke masa, http://www.pusakaindonesia.org/sekilas-pemilu-dari-
masa-ke-masa/, diakses Rabu 1 Juli 2015, jam 22.00 WIB.
2
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2008 dalam pasal 2 menyatakan bahwa Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Penyelenggaraan pemilu secara langsung bukan berarti tidak ada
hambatan. Dugaaan kecurangan, bahkan blackcampaign selalu mewarnai pada
saat menjelang pemilihan umum. Moneypolitics ataupun blackcampaign apapun
bentuknya menjadi faktor yang dapat mempengaruhi hati nurani rakyat itu sendiri
dalam menggunakan hak pilihnya, sedangkan pemilihan umum secara langsung
memerlukan suara hati nurani rakyat yang benar-benar murni bahwa apa yang
dipilihnya adalah murni pilihannya dan bukan karena adanya faktor x, seperti
blackcampaign ataupun moneypolitics.
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun
2014 (disingkat Pilpres 2014) dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia untuk masa bakti 2014-2019.
Pemilihan ini menjadi pemilihan presiden langsung ketiga di Indonesia3.
Pemilihan Presiden secara langsung pada tahun 2014 memberikan suasana
berbeda dibanding Pemilihan Presiden pada tahun–tahun sebelumnya. Kandidat
presiden yang terdiri dari 2 (dua) pasang kandidat dengan latar belakang dan track
record yang berbeda tetapi dengan pendukung-pendukungnya yang sama-sama
kuat menjadikan persaingan antara kedua kandidat dalam pemilu tahun 2014
terasa lebih panas. Rakyat juga lebih antusias dalam mengikuti pemilihan umum
presiden dan wakil presiden dibandingkan pemilihan presiden pada tahun-tahun
sebelumnya.
Terkait dengan hal itu, maka perlu ditelusuri faktor-faktor yang mendasari
perilaku memilih dalam pemilu Presiden dan wakil Presiden.Tentunya banyak hal
yang menjadi dasar pemilih dalam menjatuhkan pilihannya pada salah satu
kandidat.
3 https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Presiden_Indonesia_2014 diakses Rabu
1 Juli 2015, jam 22.00 WIB.
3
Berdasarkan uraian tersebut maka melalui penelitian ini diharapkan dapat
diketahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih dalam
memilih kandidat pada saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
(Pilpres) tahun 2014 khususnya di Kabupaten Kediri.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Faktor apakah yang menjadi dasar pemilih dalam menggunakan
hak pilihnya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2014?
1.2.2. Apakah ada keterkaitan antara tingkat pendidikan dan tingkat
ekonomi pemilih dengan perilaku memilih di Kabupaten Kediri?
1.2.3. Apakah media informasi berpengaruh terhadap keputusan pemilih?
1.2.4. Apakah faktor kedekatan berpengaruh pada keputusan pemilih?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pemilih dalam
pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 khususnya di
Kabupaten Kediri.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui faktor apakah yang menjadi dasar
pemilih dalam menggunakan hak pilihnya dalam
pemilihan presiden dan wakil presiden 2014
1.3.2.2. Untuk mengethaui apa ada keterkaitan antara tingkat
pendidikan dan tingkat ekonomi pemilih dengan perilaku
memilih di Kabupaten Kediri
1.3.2.3. Untuk mengetahui apakah informasi media berpengaruh
terhadap keputusan pemilih
1.3.2.4. Untuk mengetahui apakah faktor kedekatan berpengaruh
pada keputusan pemilih.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.2. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pemerintah pusat maupun
daerah, khususnya pihak penyelenggara Pemilu Presiden/Wakil
4
sebagai bahan kajian dan evaluasi dalam menyelenggarakan
Pemilu Presiden/Wakil Presiden dimasa mendatang.
1.4.3. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pemerintah Kabupaten
Kediri, khususnya dinas, instansi, dan stakeholder yang
berkompeten serta terkait dengan penyelenggaraan Pemilu
Presiden/Wakil Presiden didaerah, khususnya di wilayah
Kabupaten Kediri.
1.4.4. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk organisasi sosial, serta partai
politik pengusung calon Prsiden dalam Pemilu Presiden yang akan
datang serta bermanfaat untuk politisi di daerah, khususnya di
Kabupaten Kediri.
1.4.5. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di
Kabupaten Kediri, khususnya, serta masyarakat di Provinsi Jawa
Timur serta masyarakat luas, umumnya, untuk mengetahui
kecenderungan perilaku pemilih, khususnya pada Pemilu
Presiden/Wakil Presiden pada 2014 di Kabupaten Kediri, terutama
dalam menumbuhkan kesadaran berpolitik atau menggunakan hak
pilih.
1.5. Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Sejarah Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Perilaku Pemilih dengan Model Sosiologis
5
Perilaku Pemilih dengan Model Psikologis
Perilaku Pemilih dengan Model Pilihan Rasional
Pengaruh Media
Orisinalitas Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
Metode Kuantitatif dan Kualitatif
Data dan Sumber
Data Primer
Data Sekunder
Populasi dan Sampel
Populasi
Sampel
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Kuesioner
Interview
Teknik Analisis Data
BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Sekilas Kabupaten Kediri
Asal mula istilah Kediri
Sejarah singkat Kediri dan Bagawanta Bhari
Kediri dalam angka
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
Analisis Kuantitatif
Hasil Indepht Interview
Analisis Kualitatif
BAB VIPENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Sejarah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
SEJAK Indonesia merdeka, kedudukan Presiden dan Wakil Presiden saat
itu dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan suara terbanyak.
Hal itu sesuai dengan yang diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 6. Pemilihan
Presiden oleh MPR dengan suara terbanyak tersebut berjalan bahkan setelah
terjadinya peralihan kekuasan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto yang
dikenal sebagai Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).4 Pemilihan Presiden
oleh MPR dengan suara terbanyak membawa Presiden Soeharto menjadi Presiden
Republik Indonesia selama 32 tahun.
Pada tahun 1999 setelah jatuhnya rezim Orde Baru yang ditandai dengan
mundurnya Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden pada 21 Mei 1998, maka
pemerintahan dipegang oleh B. J. Habibie yang saat itu menjabat sebagai Wakil
Presiden. Selanjutnya, dimasa pemerintahan transisi dengan Presiden B. J.
Habibie, ditetapkan untuk melakukan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.5
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden saat itu masih dilaksanakan
melalui pemilihan oleh MPR dengan suara terbanyak. Dari pemilihan tersebut,
terpilihlah presiden Indonesia ke- 4, yaitu Presiden Abdurahman Wahid yang
kemudian pada tahun 2001 diberhentikan oleh MPR di tengah-tengah masa
jabatannya dan digantikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri yang saat itu
menjabat sebagai wakil presiden sehingga otomatis Presiden Megawai Soekarno
Putri menjadi Presiden ke-5. Setelah masa jabatannya yang kurang dari 5 tahun,
maka pada tahun 2004 untuk pertama kalinya pemilihan umum presiden dan
wakil presiden dilaksanakan secara langsung dipilih oleh rakyat. Hal itu sesuai
4 Pengalihan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto, http ://
www.sejarah-negara.com/2013/04/pengalihan-kekuasaan-dari-presiden.html, diakses Rabu 1 Juli 2015, pukul 22.30 WIB.
5 Pemilihan presiden dari masa ke masa http://www.kompasiana.com/bemfeui2014/ pemi lihan-presiden-dari-masa-ke-masa_54f7189ea33311190b8b491f, diakses Rabu 1 Juli 2015, pukul 22.30 WIB
6
amanat pasal 6A UUD 1945 amandemen ke-4 bahwa presiden dan wakil presiden
dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Pasal 6A UUD 1945
amandemen ke-4 itu kemudian diatur secara khusus dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
yang kemudian mengalami perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
Tahun 2004 menjadi tahun bersejarah dimana sistem pemilihan presiden
dan wakil presiden untuk pertama kalinya dipilih secara langsung oleh rakyat.6
Pemilihan secara langsung tersebut melahirkan Presiden ke-6, yaitu Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono sekaligus sebagai presiden pertama hasil pemilihan
umum presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat. Pemilihan umum
presiden dan wakil presiden secara langsung tersebut juga membawa Presiden
Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia ke-7 hasil dari pemilihan
umum yang dilaksanakan pada 9 Juli 2014.7
Penelitian dan pengamatan terhadap perilaku pemilih pada Pemilu 2014
telah dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN) sejak dua tahun sebelumnya,
yaitu pada Juni 2012. Dalam survei nasional itu ditanyakan perihal faktor-faktor
yang mempengaruhi pilihan mereka terhadap parpol dan capres dalam Pemilu
2014. Dari hasil survei tersebut ditemukan sejumlah variabel yang mempengaruhi
pilihan responden terhadap parpol dan capres, di antaranya program kerja parpol
maupun capres, faktor kepemimpinan, ideologi atau sistem nilai, dan faktor-faktor
sosial ekonomi. 8
Sedangkan dari survei LSN yang dilakukan satu tahun berikutnya, yaitu
pada 10-12 Desember 2013, meskipun meneliti tentang perilkau pemilih pemilu
legislaif, namun bisa dijadikan gambaran dalam penelitian di kabupaten Kediri.
Hasil LSN menunjukan bahwa program menjadi alasan pemilih dalam
menentukan pilihan. Bahwa mayoritas publik (49,7%) mengaku akan memilih
6 Ibid 7 Ibid 8 Umar S Bakry, “Perilaku Pemilih dalam Pemilu 2014” dimuat di Media Indonesia,
edisi 4 Februari 2014.
7
parpol dalam Pemilu 2014 karena mempertimbangkan faktor program kerja yang
ditawarkan partai politik yang akan dipilihnya. Kemudian 11,2% responden
mengaku lebih tertarik menyoroti rekam jejak atau kinerja parpol dimasa lalu.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat dikategorikan sebagai pemilih
rasional. Keputusan mereka untuk menjatuhkan pilihan akan lebih banyak
dipengaruhi sejauh mana parpol dan capres menawarkan program kerja yang
memiliki similarity atau kesamaan dan proximity atau kedekatan dengan
ekspektasi dan permasalahan yang mereka hadapi.
Sementara itu, sekitar 14,5% publik mengaku lebih tertarik pada ideologi,
asas atau sistem nilai yang diusung parpol. Sebaliknya, sebanyak 18,5% mengaku
lebih tertarik pada figur pemimpin parpol. Hal itu mengindikasikan bahwa sekitar
33% calon pemilih Indonesia dalam Pemilu 2014 masih tergolong pemilih
tradisional. Faktor lainnya, seperti ekonomi, tampak tidak cukup signifikan
meskipun banyak sinyalemen mengatakan banyak pemilih kita hanya mau datang
ke Tempat Pemungutan Suara untuk memilih jika ada imbalan nyata seperti uang
atau sembako.
Dengan mendasarkan pada hasil survei tersebut, dapat diperkirakan faktor
program kerja yang ditawarkan parpol, caleg, dan capres akan dominan
mempengaruhi perilaku pemilih dalam Pemilu 2014. Meskipun pada realitasnya
tolok ukur program kerja menjadi kabur atau tidak jelas setelah diterjemahkan
oleh parpol, caleg, dan capres.Sehingga, program kerja yang ditawarkan terlalu
abstrak dan umum serta tidak bersentuhan langsung dengan problem-problem
nyata yang dihadapi masyarakat.
Profil perilaku pemilih dalam menyikapi Pemilu Presiden/Wakil, menurut
Wandi Prawisnu Simanullang, dapat dikenali menjadi empat kategori. Yakni,
pemilih rasional, pemilih pragmatis, pemilih kritis, dan pemilih skeptis. Pemilih
rasional memilih calon presiden yang memiliki kesamaan (similarity) nilai dengan
si pemilih, baik dalam hal agama (keyakinan), etnis, dan lainnya. Sehingga,
pemilih cenderung mengutamakan faktor suku dan agama daripada kapasitas,
kredibilitas, dan integritas capres.
8
Kedua, pemilih pragmatis jika merujuk Weber, bertumpu pada apa yang
akan diperoleh. Pemilih memutuskan pilihannya pada calon presiden yang dapat
memenuhi keinginan dan kebutuhannya, meski hanya berupa sesuatu yang
sifatnya sementara dan sederhana. Perilaku pemilih pragmatis menilai pemilu
Presiden/Wakil bukan sarana untuk mencurahkan harapan kepada capres. Pemilih
menganggap program dan janji yang ditawarkan caleg bukan hal yang menarik
dan penting untuk diketahui. Acara hiburan saat kampanye, pembagian sembako,
dan kegiatan “amal” yang lebih diharapkan.Timbulnya perilaku pragmatis di
kalangan pemilih merupakan refleksi kekecewaan yang telah dialami sekian lama.
Dari Pemilu ke Pemilu tidak ada perubahan apa pun, keadaan tetap sama.
Ketiga, pemilih kritis cenderungan memiliki perhatian besar pada program
kerja dan kebijakan parpol atau kandidat presiden. Pemilih kritis akan menjadikan
nilai-nilai ideologi sebagai pijakan untuk menentukan parpol atau capres yang
akan dipilih. Selanjutnya, pemilih mengkritisi kebijakan atau program kerja yang
akan atau yang telah dilakukan oleh presiden terpilih.
Kecenderungan jumlah pemilih kritis di Indonesia semakin subur. Tanda-
tandanya, masyarakat semakin bisa memilah-milah, mana capres yang hanya
berambisi pada kekuasaan, mana yang memang memiliki kompetensi. Sedangkan
keempat, pemilih skeptis tidak memiliki orientasi dengan ideologi, nilai, program
kerja, dan kontestan tertentu. Mereka sebagai kelompok masyarakat yang skeptis
dan tidak yakin terhadap pemilu. Mereka berpandangan, parpol pemenang pemilu
dan mengusung presiden pilihan tidak akan membawa dampak perubahan
signifikan.
2.2. Teori Perilaku Pemilih
Perilaku pemilih dapat dikelompokkan berdasarkan kategorisasi predikat
atau peran dan fungsi pemilih. Umar S Bakry menyusun kategorisasi pemilih ke
dalam empat golongan.Yakni, pemilih rasional (rationalvoter), pemilih kritis
(criticalvoter), pemilih tradisional (traditionalvoter), dan pemilih skeptis
(skepticvoter).9
9 Ibid.
9
Pemilih rasional adalah pemilih yang memiliki perhatian tinggi terhadap
program kerja partai politik atau kontestan pemilu. Pemilih ini melihat kinerja di
masa lalu (backwardlooking) dan tawaran program untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang dihadapi (forwardlooking). Pemilih rasional tidak begitu
mementingkan ideologi parpol/kontestan. Faktor seperti asas, asal-usul, nilai
tradisional, budaya, agama, dan psikografis memang dipertimbangkan, tetapi tidak
signifikan untuk mereka. Pemilih jenis itu sangat mudah berganti-ganti pilihan.10
Pemilih kritis, menurut Bakry, lebih concern pada program kerja
parpol/kontestan. Namun, dalam melihat program kerja itu mereka menggunakan
paradigma sistem nilai yang mereka yakini.Program kerja parpol atau capres tidak
saja harus sesuai dengan ekspektasi dan permasalahan yang mereka hadapi, tetapi
juga harus selaras dengan ideologi atau sistem nilai mereka.
Merujuk pada teori model pilihan rasional Downs, Bakry menggaris
bawahi, pemilih akan cenderung memberikan suara mereka kepada parpol atau
kontestan yang menawarkan suatu program yang memiliki kesamaan (similarity)
dan kedekatan (proximity) dengan sistem nilai dan keyakinan mereka.
Sedangkan pemilih tradisional, lanjut Bakry merupakan pemilih yang
memiliki orientasi ideologi dan sistem keyakinan sangat tinggi. Pemilih jenis itu
sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai (values), asal-usul
(primordial), agama, dan paham sebagai ukuran untuk memilih parpol atau capres
dalam pemilu.
Pemilih skeptis adalah pemilih yang tidak memiliki orientasi baik kepada
ideologi atau sistem nilai dan program kerja yang ditawarkan. Mereka ialah
kelompok masyarakat yang skeptis terhadap pemilu. Di mata mereka, parpol atau
capres yang menang pemilu tidak akan mengubah keadaan. Kategori pemilih
skeptis masih potensial menjadi golput dalam pemilu.
Sementara itu, jika mengikuti teori Newcomb, menurut Bakry, ada tiga
variabel yang berhubungan dengan perilaku memilih, yaitu proximity, similarity,
dan attraction. Artinya, ketertarikan (attraction) seseorang terhadap partai
dipengaruhi faktor kedekatan (proximity) dan kesamaan (similarity). Kedekatan
10 Ibid
10
mengacu kepada faktor-faktor ideologis, sedangkan similarity berorientasi pada
program.
Namun, pada akhirnya teori mengenai perilaku pemilih di negara
demokratis dibagi ke dua kelompok, yaitu pendekatan psikologis dan sosiologis.
Pada model psikologis mengungkap perilaku politik para pemilih sebagai
cerminan dari tanggapan mereka terhadap berbagai rangsangan ataupun tekanan
psikologis pada saat tertentu dalam jang ka dekat. Dengan demikian, pendekatan
psikologis ini melihat bahwa pada dasarnya pilihan politik seseorang bisa
mengalami pergeseran yang mendasar dari waktu ke waktu, bergantung pada
stimulan apa yang merangsang atau menekan dia dalam jangka dekat. Bisa jadi,
pada waktu seseorang menjadi pemilih pemula, identifikasi kepartaian seseorang
lebih merujuk ke pilihan orangtuanya, tetapi berubah saat dewasa.
Sementara itu, model sosiologis mengkaji masyarakat berdasar hierarki
status dengan masyarakat adalah sebuah sistem yang berjenjang.Perilaku politik
seseorang sangat ditentukan posisi dan kelas sosialnya. Misalnya, posisi laki-laki
atau perempuan, tua atau muda. Termasuk di dalamnya ialah ia tergabung dalam
kelompok apa, misalnya agama, ideologi, posisi di masyarakat dan bidang
pekerjaan, dan posisi dalam keluarga. Singkat kata, pendekatan sosiologis
berasumsi bahwa kecenderungan aspirasi atau pilihan politik seseorang
dipengaruhi kedudukannya di masyarakat.
2.2.1. Perilaku Pemilih dengan Model Sosiologis
Perilaku pemilih dengan pendekatan secara sosiologis melihat bahwa
dalam kehidupan masyarakat ada hierarki atau strata, yaitu karakteristik sosial
berdasarkan pengelompokan sosial seperti usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
latar belakang keluarga, kegiatan-kegiatan dalam kelompok formal dan informal,
dan lainnya. Hal itu diindikasikan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pembentukan pilihan-pilihan politik. Misalnya, perbedaan tingkat
pendidikan masyarakat tentunya mempengaruhi cara pandang masyarakat pada
masing-masing kandidat. Hal itu juga berpengaruh dalam menentukan kandidat
mana yang akan dipilih menjadi presiden dan wakil presiden selanjutnya.
11
Pada pendekatan model sosiologis, ikatan sosial cenderung mempengaruhi
pembentukan perilaku pemilih.Pendekatan ini disebut juga Mazhab Columbia
yang berakar pada The Columbia School of Electoral Behaviour. Karakteristik
sosiologis dan pengelompokan sosial, seperti karakteristik umum meliputi umur,
jenis kelamin, agama, suku, kelas atau status sosial, okupansi, latar belakang
keluarga, cecenderung berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan
perilaku pemilih.
Pendekatan ini dapat membangun sikap, persepsi, dan orientasi individu
melalui proses yang berlangsung di luar diri pemilih terhadap sikap preferensi
politiknya. Sejumlah faktor eksternal yang melingkupi diri pemilih, seperti
lingkungan yang mencakup sosial ekonomi, afiliasi politik, priomordial etnis,
keluarga, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal cenderung mempengaruhi
perilaku pemilih.11
2.2.2. Perilaku Pemilih dengan Model Psikologis
Perilaku pemilih dengan pendekatan psikologis melihat perilaku pemilih
dari segi sikap pemilih. Sikap tersebut berkaitan dengan psikis atau psikologis
seseorang, dimana psikologis seseorang terbentuk melalui sosialisasi yang
berlangsung lama, baik melalui komunikasi langsung maupun dari pandangan
politiknya. Selain itu, sikap tersebut dapat terbentuk dari beberapa faktor, seperti
informasi-informasi yang diterima dari media massa, keluarga, ataupun
lingkungan sekitar. Sikapinilah yang membawa pengaruh pada perilaku pemilih
dalam menentukan kandidat mana yang akan dipilihnya.
Pendekatan Psikologis ini dikembangkan di Amerika Serikat melalui
Survey Research Centre Michigan University. Pelopornya August Campbell.
Pendekatan ini disebut juga sebagai Mazhab Michigan. Model psikologis ini
sebagai upaya memecahkan kelemahan model pendekatan sosiologis yang sulit
mengukur secara tepat indikator kelas sosial, tingkat pendidikan, dan agama.
11 Afan Gaffar. 1992.Javanese Voters: A Case Study of Election Under A Hegemonic
Party Sistem. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal 191
12
Karenanya, pendekatan ini lebih mengelaborasi aspek psikologis
seseorang yang memberikan pengaruh kepadanya di dalam menentukan pilihan
politiknya. Pendekatan ini mengungkap ada tiga anasir yang sangat
mempengaruhi perilaku memilih. Pertama, informasi politik yang diperoleh
terkait dengan informasi kepentingan umum maupun kegiatan politik, seperti
kampanye atau berita politik yang ada di media massa. Kedua, ketertarikan
terhadap politik.Ketiga, identitas partai atau Party ID yang terkait dengan
perasaan dekat, sikap mendukung/setia atau identifikasi diri dengan partai politik
tertentu.
Pendekatan ini juga menempatkan pengaruh signifikan dari dalam diri
pemilih.Yakni, peta kognisi tentang realitas sosial politik.Misalnya, mengungkap
bagaimana pemilih memiliki gambaran mengenai dunia politik di sekitarnya.
Kedua, konseptualisasi yang mengakibatkan seseorang mengambil sebuah sinyal
politik dan menentukan rasa terhadap apa yang mereka terima atau
mengkonsepsikan realitas politik. Aspek-aspek seperti perasaan, pengalaman, dan
interprestasi dari kejadian-kejadian politik juga secara signifikan mempengaruhi
perilaku politik seseorang.
2.2.3. Perilaku Pemilih dengan Pilihan Rasional
Masih ada pendekatan yang mempertimbangkan dinamika sosial dan
psikis tiap-tiap individu pemilih. Pendekatan ini dikenal dengan konsep model
piihan rasional. Menurut model pilihan rasional versi Anthony Downs, James
Buchannan, Gordon Tullock dan Manchur Olsen12 perilaku pemilih ditentukan
oleh penilaian terhadap keadaan ekonomi, sosial, dan politik di tingkat individu
(egosentrik) dan di tingkat lokal, regional, hingga nasional (sosiotropik).
Model ini mengkritisi pendekatan sosiologis dan psikologis sebelumnya
yang tidak melengkapi konteks ruang dan waktu proses politik yang dialami
pemilih. Sehingga, menempatkan pemilih sebagai objek yang statis yang hanya
ditentukan oleh struktur sosial masyarakat, seperti umur, jenis kelamin,
pendidikan, penghasilan, agama, dan lainnya.
12 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008, hal. 92
13
Demikian pula pada pendekatan psikologis, menurut pendekatan pilihan
rasional, yang menentukan dalam sebuah pemilu bukanlah adanya ketergantungan
terhadap ikatan sosial struktural atau ikatan partai yang kuat, melainkan hasil
penilaian rasional dari warga).13 Pendekatan tersebut menempatkan individu
sebagai aspek yang bebas dalam menentukan pilihannya.
Anthony Downs pun mendasarkan persepsinya pada motif ekonomi
pemilih. Sehingga, tiap-tiap individu pemilih pada akhirnya tetap memendam
kepentingan ekonomis atas tindakan pilihan rasionalnya. Artinya, pemilih
cenderung akan memilih calon presiden yang menjanjikan keuntungan bagi
dirinya.14 Dalam hal ini pemilih mengesampingkan faktor ideologis partai politik
dan koalisinya. Pada saat bersamaan secara psikis timbul harapan akan terjadinya
perubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik di bawah kepemimpinan
calon presiden pilihan mereka. Timbulnya politik uang dapat bersambut gayung
dengan terpendamnya motif ekonomi tersebut. Namun, bagi pemilih cerdas,
mereka akan lebih mempertimbangkan kemungkinan keuntungan ekonomis yang
dapat diraihnya dalam kurun waktu lima tahun ke depan di bawah kepemimpinan
calon presiden pilihannya. Kemenangan calon presiden dalam kompetisi politik,
boleh jadi karena kerja tim sukses yang mampu mengelola dan mempertemukan
masing-masing kelompok pemilih pragmatis dengan yang strategis tersebut.
Sementara itu, dalam konteks politik, menurut Down, perilaku memilih
berhubungan dengan kebijakan pemerintah (government actions) dalam suatu
periode sebelum Pemilu dilaksanakan. Perilaku memilih ditentukan oleh
kemanfaatan terhadap pendapatan yang diterima akibat dari kebijakan pemerintah
atau kepercayaan terhadap janji politik dari partai oposisi.15 Karena, pemilih akan
cenderung mengabaikan anasir rezim lama dan memilih figur capres baru yang
tidak atau belum terlibat dalam rezim sebelumnya.
13 Roth, Dieter, 2008, Studi Pemilih Empiris, Sumber, Teori-Teori Instrumen dan
Metode, Jakarta, Freidresh Nouman-Shiftung for die Freiheit, hal. 48 14 Ibid hal 49 15 Ibid hal 50-51
14
Sebaliknya, Saiful Mujani pernah mengungkap kemungkinan enam faktor
yang mempengaruhi perilaku memilih, yaitu kepemimpinan, identifikasi partai,
orientasi religius, ekonomi politik, sosiologis, dan demografis.Keenam faktor
tersebut sebagai hasil penelitian dalam Pemilu 1999 dan 2004 di Indonesia. Pada
kedua periode pemilu itu, Saiful Mujani menyimpulkan, faktor identifikasi partai
dan kepemimpinan signifikan mempengaruhi perilaku pemilih dalam menentukan
pilihan pada pemilu legislatif dan pilpres.16
Secara teoritis, menurut Down, faktor ekonomi politik sebenarnya yang
justru mempengaruhi perilaku pemilih. Perilaku politik sesorang tidak terlepas
dari perilaku-perilaku lain maupun keadaan yang ada disekitarnya17. Seseorang
memilih calon presiden bila sang kandidat dipandang dapat membantu pemilih
memenuhi kebutuhan primernya, yaitu kecukupan ekonomi. Dalam model
ekonomi politik, perilaku politik pemilih dipengaruhi oleh kepentingan
ekonominya. Jika keadaan ekonomi rumah tangga seorang pemilh sudah cukup
mapan, maka pemilih tersebut cenderung akan memilih partai atau calon presiden
yang sedang memerintah saat itu. Kecuali jika sang presiden sudah habis masa
jabatannya maka pemilih akan mencari figur calon presiden yang dapat memenuhi
kepentingan ekonominya.
2.3. Pengaruh Media
Salah satu faktor eksternal yang ikut mempengaruhi perilaku pemilih
adalah media massa. Keberadaan media dan proses interaksi dengan masyarakat
yang berjalan intensif, terutama melalui media elektronik televisi dan radio tentu
akan mempengaruhi perilaku seseorang, terkait untuk menetapkan pilihan pada
Pemilu Presiden/Wakil 2014. Jauh hari sebelum pelaksanaan Pemilu Legislatif
dan Pemilu Presiden 2014, media massa sudah kerap menyiarkan iklan, opini, dan
pemberitaan terkait Pemilu 2014, baik dalam hal deklarasi partai politik,
16 Syaiful Mujani, R. Wiliam Lidle , Kuskrido Ambadi, Kuasa Rakyat, Mizan Republika,
2012, hal. 98 17.Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik, IKIP Perss, Semarang, 1995, hal 21, dalam Research Center for Politics and Government (PolGov) Jurusan Politik dan Pemerintahan, FISIPOL UGM bekerjasama dengan The Asia Foundation (TAF).“Perilaku Pemilih dan Political Linkage di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Magelang” Utilisasi Political Tracking sebagai Instrumen Pendidikan Pemilih dan Penguatan Engagement antara Politisi dan Konstituen, hal. 3
15
pencalonan legislator, pencalonan presiden, maupun informasi perihal rekam jejak
yang bersangkutan.
Berdasarkan fungsinya, Onong Uchjana Effendi memerinci media meliputi
menyiarkan informasi, hiburan, pendidikan, dan mempengaruhi. Menyiarkan
informasi merupakan fungsi pertama dan utama dari media. Masyarakat membaca
media cetak dan/atau mendengarkan radio serta menonton dan mendengarkan
televisi, terutama karena motivasi ingin memperoleh informasi. Dari proses
komunikasi tersebut masyarakat mendapatkan informasi perihal rekam jejak calon
presiden yang akan maju dalam Pilpres 2014. 18
Sedangkan fungsi mempengaruhi sebenarnya merupakan implikasi dari
proses komunikasi. Seperti dinyatakan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun
1999 tentang Pers, fungsi mempengaruhi tidak dicantumkan. Dalam UU No 40
Tahun 1999 tentang Pers hanya disebutkan fungsi media antara lain media
informasi, pendidikan, hiburan, dan control sosial. Selain itu, fungsi media
sebagai lembaga ekonomi. Namun, menurut Sudirman, unsur mempengaruhi
tersirat dalam fungsi media sebagai control sosial melalui tindakan
persuasive.Artinya, media tidak hanya menyiarkan informasi saja, melainkan juga
membujuk dan mengajak khalayak untuk mengambil sikap tertentu agar berbuat
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Muatan bujukan atau ajakan biasanya
dikandung dalam tajuk rencana dan juga iklan politik yang berarti sama dengan
mempengaruhi.19
Fungsi mempengaruhi yang dijalankan secara tersirat oleh media juga
dimanfaatkan oleh pemasang iklan. Pemasang iklan berlomba-lomba dan
berkompetisi menyajikan iklan politik dengan tema sosok calon presiden dan
wakil presiden yang ditayangkan berkali-kali di beberapa media elektronik
televisi, radio, portal berita online, maupun media cetak harian, mingguan, dan
bulanan. Pemasang iklan akan memilih media yang memiliki pengaruh kuat untuk
mempromosikan produknya.
18 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, Bandung, Remaja Karya, 1986,
dalam Buku Pengaruh Media terhadap Masyarakat di Kabupaten Kediri dalam Menilai Citra Pemkab Kediri, 2010, MIP Publishing, Kediri, hal 29-30
19 Sudirman Tebba, 2005, Jurnalisme Baru, Jakarta, Kalam Indonesia, hal. 11
16
17
Bahkan, menjelang pelaksanaan Pilpres 2014 sudah terlihat dan terkesan
terjadinya kompetisi dalam penyajian informasi melalui televisi swasta. Media
elektronik televisi swasta pun terbelah menjadi tiga kubu, antara kubu pasangan
Prabowo Subianto – Hatta Rajasa, Joko Widodo – HM Jusuf Kala, dan kubu
netral. Kedua kubu yang mendukung kedua pasangan saling membela caprea
pilihan yang didukung dan mencari sisi kelemahan capres rivalnya. Tidak hanya
dalam pemberitaan dan pemilihan narasumber yang sangat subjektif membela
institusi media masing-masing, bahkan pada saat penghitungan dan analisis
perolehan suara hasil pelaksanaan Pilpres 2014 pun masing-masing media
menyajikannya dengan subjektivitas masing-masing. Alhasil, media elektronik
yang terbagi ke dalam dua kubu pasangan Capres/Cawapres sama-sama
menghasilkan informasi yang saling menyerang kubu lawan.
2.4. Orisinalitas Penelitian
Penelitian mengenai perilaku pemilih dalam pemilihan presiden dan wakil
presiden tahun 2014 di Kabupaten Kediri ini adalah yang pertama kali dan hingga
saat ini belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Kuantitatif dan Kualitatif
INDIKATOR yang hendak diukur dalam penelitian ini adalah adanya
pengaruh tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi, kedekatan dan informasi
terhadap pilihan Presiden di Kabupaten Kediri. Indikator tersebut didasarkan pada
hipotesis sementara bahwa tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi pemilih
mempengaruhi perilaku pemilih. Untuk menemukan jawaban yang sebenarnya
maka penelitian ini memerlukan suatu metode penelitian. Dalam suatu penelitian,
metode merupakan suatu cara kerja yang diambil oleh peneliti dalam usahanya
mencari, mengumpulkan, dan mengolah data, serta menuangkannya dalam bentuk
laporan penelitian. Penelitian yang dilakukan dapat mencapai hasil yang sesuai
dengan tujuan yang diharapkan serta dapat di pertanggung jawabkan
kebenarannya secara menyeluruh jika memilih dan menggunakan metode
penelitian yang sesuai.20
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode campuran yaitu metode kualitatif deskriptif dan metode
kuantitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip
umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam
kehidupan sosial. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian, misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang didalam usulan
penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data
sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan,
rumus dan kepastian data numerik.21
20 Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi. IV. Jakarta : Rineka Cipta, h. 215 21 Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 1997. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, hal 90
18
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada tanggai 25
Mei hingga 5 Juli 2015.Tim peneliti yang terlibat dalam penelitian ini 10 orang,
terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan peneliti utama, masing
masing satu orang serta pembantu peneliti sejumlah lima orang. Dalam
pengumpulan data, penelitian ini menggunakan sistem penyebaran angket ke
populasi dengan sampel 10 persen dari total 1.182.255 pemilih yang tersebar di 26
kecamatan. Dengan sampel 10% maka dari 26 kecamatan penelitian ini memilih
lokasi sampel di 5 kecamatan di wilayah Kabupaten Kediri yaitu Kecamatan Kras,
Kecamatan Ngasem, Kecamatan Semen, Kecamatan Purwoasri, dan Kecamatan
Pare, dengan sampel informan total 153 pemilih yang menggunakan hak pilihnya
dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2014.
Responden dalam penelitian ini terdiri dalam tujuh kelompok profesi,
yakni Wiraswasta sejumlah 53 responden, TNI/Polri (2), PNS (7), Petani (19),
Pedagang (14), Guru/Dosen (12), dan profesi lainnya (46). Jumlah total
responden sebanyak 153 orang. Teknik pemilihan responden dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposivesampling dan snowball, dimana pemilihan
responden sudah ditentukan sebelumnya dan jumlahnya dapat bertambah.Dalam
hal ini penentuan responden mencakup hampir seluruh unsur atau kalangan
masyarakat yang menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2014.Sehingga, diharapkan informasi atau data yang didapatkan
lebih bervariasi. Selain menggunakan angket atau kuesioner, penelitian ini juga
dilakukan dengan indepht interview (wawancara mendalam) secara terstruktur
untuk memudahkan mendapatkan data secara maksimal berdasarkan masalah
yang sedang diteliti dan ingin diketahui jawabannya oleh sumber informasi.
Responden yang diinterview dalam hal ini adalah warga masyarakat di Kabupaten
Kediri yang telah menggunakan hak pilihnya dalam pemilu 2014. Pengambilan
data dalam penelitian ini akan menggunakan sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan dan
lain-lain.
Pengambilan data dilakukan dengan bantuan surveyor sebanyak 10 orang.
Teknis pengumpulan data adalah metode kuesioner dan wawancara. Kedua
19
metode dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama penyebaran kuesioner kepada
153 responden yang diasumsikan mewakili cluster atau kelompok profesi. Tahap
kedua, wawancara mendalam dengan mengambil empat responden secara
acak.Pada tahap wawancara mendalam, surveyor membacakan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan yang substansi materinya merupaka bagian dari pertanyaan
dalam kuesioner.Kemudian,responden menjawab dan surveyor merekam dan
mencatat substansi jawaban responden ke dalam buku catatan.
Pada tahap penyebaran kuesioner, tidak jarang surveyor juga berperan
sebagai asisten peneliti yang bertugas membantu menjelaskan pertanyaan
dikuesioner kepada responden. Karena, dalam proses pengumpulan data survei,
tidak jarang ada responden yang kurang atau tidak dapat menangkap maksud
pertanyaan yang ada dikuesioner.
Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman
(audio tape recorder). Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari hasil
wawancara dengan responden, berbagai data yang didapat dari beberapa instansi,
internet, dan juga tulisan-tulisan yang berhubungan dengan tema yang diteliti dan
sangat membantu dalam penelitian ini.Penelitian ini merupakan jenis penelitian
gabungan kuantitatif dan kualitatif. Sehingga, dalam pengolahan data akan
dilakukan melalui tabulasi berikut analisis data kuantitatif serta deskripsi dan
analisis hasil wawancara yang telah dilakukan dilapangan.
Skema Indikator dan Variabel Penelitian
INDIKATOR PENELITIAN
SOSIOLOGIS: PSIKOLOGIS:
1. Tingkat pendidikan Keputusan pemilih dalam
menentukan pilihan calon presiden 2. Tingkat ekonomi 3. Kedekatan 4. Informasi
20
3.2. Data dan Sumber
3.2.1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari objek penelitian, yakni melalui
pengumpulan langsung dari objek penelitian.Caranya, memberikan
kuesioner kepada responden dan wawancara mendalam dengan
pengambilan sampel di antara responden.data primer terutama
memuat database perihal responden atau karakteristik responden,
antara lain jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan penghasilan.
Dalam proses pencarian responden, penyebaran kuesioner, dan
pengumpulannya kembali tentu saja ditemukan hambatan dan
sejumlah kesulitan. Dari segi waktu pelaksanaan misalnya,
penelitian dilaksanakan bersamaan bulan Ramadhan sehingga
masyarakat tengah menjalankan ibadah puasa dan berdampak pada
kecepatan penyebaran, pengisian, dan pengumpulankembali
kuesioner. Selain itu, bersamaan pula dengan jam kerja dan masa
pendidikan (kuliah) yang tidak optimal di masa bulan puasa serta
kesibukan responden sehingga tidak dapat optimal dalam pengisian
dan pengembalian kuesioner serta wawancara mendalam, meskipun
pada akhirnya masih dapat dikejar untuk melakukan tabulasi dan
analisis data.
3.2.2. Data Sekunder
Data sekunderdiperoleh dari buku Kediri dalam Angka (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Kediri) dan data Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Kabupaten Kediri.
3.2.3. Populasi dan Sampel
3.2.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
21
kesimpulannya.22 Atau seluruh individu atau objek yang akan
diteliti, khususnya yang memiliki karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti sebagai objek penelitian. Populasi diambil
dari masyarakat Kabupaten Kediri yang telah dewasa, berusia 17
tahun atau sudah kawin/berkeluarga. Dari perkiraan populasi
berusia dewasa, dapat dipetakan dari jumlah pemilih dalam Pemilu
Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden pada 2009 dan
khususnya jumlah pemilih pada Pemilu pada April 2014, yakni
sebanyak 1.182.255 pemilih. Sementara untuk Pilpres tahun 2014,
menurut Ketua KPU Kabupaten Kediri Sapta Andaruisworo,S.Pt,
MMA pasangan nomor urut 1. H. Prabowo Subianto - Ir. H. M.
Hatta Rajasa sebanyak 294.429 suara sedangkan pasangan nomor
urut 2. Ir. H. Joko Widodo - Drs. H. M. Jusuf Kalla mendapat
619.456 suara. Suara sah sebanyak 913.885 suara dan suara tidak
sah sebanyak 8.926 suara.
3.2.3.1.Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dari
karakteristiknya yang dapat dianggap mewakili keseluruhan
populasi. Sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui
sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.23 Oleh
karena itu, berdasarkan penetapan populasi tersebut, diambil
responden sebanyak 153 orang dengan tingkat akurasi
pengembalian kuesioner 100 % atau kembali utuh sejumlah 153
eksemplar.
22 Syaifuddin Azwar, 2010, Metode Penelitian, Yogyakarta:, Pustaka Pelajar, hal.5 23 Djarwanto, 1994, Pokok-pokok Metode Risetdan BimbinganTeknis Penulisan
Skripsi,Yogyakarta, Liberty, dikutip dalam Research Center for Politics and Government (PolGov) Jurusan Politik dan Pemerintahan, FISIPOL UGM bekerjasama dengan The Asia Foundation (TAF).“Perilaku Pemilih dan Political Linkage di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Magelang” Utilisasi Political Tracking sebagai Instrumen Pendidikan Pemilih dan Penguatan Engagement antara Politisi dan Konstituen. hal 2
22
3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menerapkan metode pengambilan
sampel cluster (baca: klaster) atau gugus. Subjek responden yang diambil
ditetapkan berdasarkan seleksi kelompok sampel secara acak atau melakukan
randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara individual.24 Cara
yang ditempuh, antara lain menyebarkan kuesioner di lingkungan institusi atau
organisasi profesi, seperti pedagang, pengacara, akademisi (dosen dan
mahasiswa), dan komunitas terbuka, seperti wiraswastawan ataupun pemilih
pemula.
Sementara itu, untuk pelaksanaan metode kualitatif dilakukan dengan
wawancara mendalam (in depth interview) yang melibatkan responden dari gugus
akademisi, wiraswastawan, profesional, dan kelompok penyelenggara
pemungutan suara, berusia antara 30-an tahun hingga 50-an tahun.
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan metode kuantitatif dan
kualitatif agar dapat saling melengkapi dalam proses analisisnya. Selain itu,
metode kualitatif dapat mengungkapkan hal-hal atau permasalahan yang bersifat
terbuka yang tidak dapat diperoleh apabila penelitian hanya menggunakan metode
kuantitatif. Metode kualitatif diterapkan dengan format wawancara mendalam
kepada empat narasumber (responden).
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh secara langsung dari responden yang menjadi objek
penelitian.Data tersebut dikumpulkan melalui teknik pengumpulan kuesioner dan
interview.
3.4.1.Kuesioner
Teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan tertutup yang disusun dalam berkas kuesioner kepada
responden.
3.4.2.Interview
Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara atau tanya jawab
secara lisan dan langsung tatap muka dengan responden terkait
24 Loc. Cit. Syaifudin Azwar hal 87
23
24
dengan pokok masalah dalam penelitian. Pelaksanaan interview
dilakukan dengan wawancara terbuka dan direkam serta dicatat.
3.5. Teknik Analisis Data
Data adalah suatu yang dapat dianalisis. Analisis data dilakukan dengan
mengolah data dari hasil pendekatan dengan metode kuantitatif dan kualitatif.
Analisis data dari metode kuantitatif dilakukan dengan pengelompokan
berdasarkan karakteristik dasar responden, seperti jenis kelamin, pekerjaan,
penghasilan, dan usia. Selain itu, dilakukan pembagian kelompok berdasarkan
keterkaitan poin pertanyaan sebagai cara mempermudah analisis. 25
Demikian pula pada analisis data dari metode kualitatif juga menggunakan
pengelompokan berdasarkan kesamaan dan kecenderungan dari mayoritas atau
sebagian besar dari sampel yang diwawancara.26 Sehingga, dari dua metode
kuantitatif dan kualitatif diperoleh kesimpulan yang tidak selisih jauh, bahkan
diperoleh pola kecenderungan yang sama.
25 Ida Bagus Matra.2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, hal 128 26 Ibid
BAB IV
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1.Sekilas Kabupaten Kediri
Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah 138.605 hektar (ha). Secara
geografis Kabupaten Kediri terletak antara 111o47 050 - 112o 18 200 BT (Bujur
Timur) dan antara 7o36 12 - 8o32 LS (Lintang Selatan). Secara administratif,
kabupaten ini masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur, terletak berbatasan
dengan lima daerah kabupaten lainnya.
- sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten
Nganjuk
- sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Kabupaten
Tulungagung
- sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten
Jombang
- sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten
Tulungagung.
Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang
dilalui aliran Sungai Brantas. Sungai ini membelah dari selatan ke utara. Pada
2005 suhu udara berkisar antara 23o C sampai dengan 31o C dengan tingkat
curah hujan rata-rata sekitar 1.652 mm per hari. Secara keseluruhan luas
wilayah mencapai sekitar 1.386.05 km2 atau kira-kira 5% dari luas wilayah
Provinsi Jawa Timur.
Ditinjau dari jenis lapisan tanahnya, Kabupaten Kediri dapat dibagi
menjadi 5 (lima) golongan.
a. Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 ha atau 55,84 %
Merupakan jenis tanah yang sebagian besar ada di wilayah
Kecamatan Kepung, Puncu, Ngancar, Plosoklaten, Wates, Gurah, Pare,
Kandangan, Kandat, Ringinrejo, Kras, Papar, Purwoasri, Pagu,
Plemahan, Kunjang, dan Gampengrejo.
25
b. Aluvial kelabu coklat seluas 28.178 ha atau 20,33 %
Merupakan jenis tanah yang dijumpai di Kecamatan
Ngadiluwih, Kras, Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Papar, Tarokan,
dan Kandangan.
c. Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 ha
atau 3,18 %
Jenis tanah ini dijumpai di daerah ketinggian di atas 1.000 di
atas permukaan laut (dpl) seperti Kecamatan Kandangan, Grogol,
Semen, dan Mojo.
d. Mediteran coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 ha atau 9,78
%
Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol,
Banyakan, Tarokan, Plemahan, Pare, dan Kunjang.
e. Litosol coklat kemerahan seluas 15.066 ha atau 10,87%
Terdapat di Kecamatan Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Tarokan,
dan Kandangan.
Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh dua gunung yang berbeda
sifatnya, yaitu Gunung Kelud di sebelah Timur yang bersifat vulkanik dan
Gunung Wilis di sebelah barat yang bersifat nonvulkanik. Sedangkan tepat
di bagian tengah wilayah Kabupaten Kediri melintas Sungai Brantas yang
membelah wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian, yaitu bagian
barat Sungai Brantas merupakan perbukitan lereng Gunung Wilis dan
Gunung Klotok serta bagian timur Sungai Brantas.
Untuk mengetahui secara jelas gambaran wilayah Kabupaten
Kediri dapat dilihat pada peta Kabupaten Kediri sebagai berikut:
26
27
4.2. Asal Usul Istilah Kediri
NAMA Kediri ada yang berpendapat berasal dari kata "Kedi" yang artinya
"Mandul" atau "Wanita yang tidak berdatang bulan".Menurut Kamus Jawa Kuno
karya Wodjo Wasito, 'Kedi" berarti “Orang kebiri bidan” atau “Dukun”.Di dalam
lakon wayang, Sang Arjuna pernah menyamar sebagai Guru Tari di Negara
Wirata, bernama Kedi Wrakantolo.Bila kita hubungkan dengan nama tokoh Dewi
Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng, "Kedi" berarti “Suci” atau “Wadad”.
Disamping itu, kata Kediri berasal dari kata "Diri" yang berarti “Adeg”,
“Angdhiri”, menghadiri atau menjadi Raja (bahasa Jawa Jumenengan). Untuk itu
dapat kita baca pada prasasti "Wanua" tahun 830 Saka, yang diantaranya
berbunyi, "Ing Saka 706 cetrana sadanami saklapaka sawara, angdhirira
kepanaraban", artinya: pada tahun saka 706 atau 734 Masehi, bertahta Raja Pake
Panaraban.27
Nama Kediri banyak terdapat pada kesusastraan kuno yang berbahasa
Jawa Kuno seperti Kitab Samaradana, Pararaton, Negara Kertagama, dan Kitab
Calon Arang. Demikian pula pada beberapa prasasti yang menyebutkan nama
Kediri, seperti Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 Saka yang terletak di Desa
Ceker, sekarang Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo. Dalam prasasti ini
menyebutkan, karena penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka
memperoleh hadiah, "Tanah Perdikan".Dalam prasasti itu tertulis "Sri Maharaja
Ri Siminaninaring Bhuwi Kadiri" artinya raja telah kembali kesimanya atau
harapannya di Bhumi Kadiri.Prasasti Kamulan di Desa Kamulan Kabupaten
Trenggalek yang berangkat tahun 1116 Saka, tepatnya menurut Damais tanggal
31 Agustus 1194.Pada prasasti itu juga menyebutkan nama Kediri, yang diserang
oleh raja dari kerajaan sebelah timur."Akanisatruwadwakalasangkepurnowo",
sehingga raja meninggalkan istananya di Katangkatang ("tatkalaninkentar sang
kekadetwanringkatang-katang deninkir malryatik kaprabon sri maharajasini
27http://kedirikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=
93&Itemid=180, diakses Rabu 22 Juli 2014, pukul 22.00 WIB.
28
wiring bhumi Kadiri"). Menurut M. M. Sukarto Kartoatmojo, "hari jadi Kediri"
muncul pertama kalinya bersumber dari tiga buah prasasti Harinjing A-B-C,
namun pendapat beliau, nama Kadiri yang paling tepat dimuculkan pada ketiga
prasasti. Alasannya Prasti Harinjing A tanggal 25 Maret 804 Masehi, dinilai
usianya lebih tua daripada kedua prasasti B dan C, yakni tanggal 19 September
921 dan tanggal 7 Juni 1015 Masehi.Dilihat dari ketiga tanggal tersebut
menyebutkan nama Kediri ditetapkan tanggal 25 Maret 804 M. Tatkala
Bagawantabhari memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang
Dyah Tulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing.Nama Kediri semula
kecil lalu berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya
terkenal hingga sekarang.Selanjutnya ditetapkan surat Keputusan Bupati Kepada
Derah Tingkat II Kediri tanggal 22 Januari 1985 nomor 82 tahun 1985 tentang
hari jadi Kediri, yang pasal 1 berbunyi, "Tanggal 25 Maret 804 Masehi ditetapkan
menjadi Hari Jadi Kediri.28
4.3.Sejarah Kediri dam Bhagawanta Bari
Mungkin saja Kediri tidak akan tampil dalam panggung sejarah, andaikata
Bhagawanta Bari, seorang tokoh spiritual dari belahan Desa Culanggi, tidak
mendapatkan penghargaan dari Sri Maharaja Rake Layang Dyah Tuladong. Boleh
dikata, pada waktu itu Bhagawanta Bari, seperti memperoleh penghargaan
Parasamya Purnakarya Nugraha.Kalau hal itu terjadi saat ini mungkin seperti
memperoleh penghargaan Kalpataru sebagai Penyelamat Lingkungan.Memang
kiprah Bhagawanta Bari kala itu, bagaimana upaya tokoh spiritual ini
meyelamatkan lingkungan dari amukan banjir tahunan yang mengancam
daerahnya.Ketekunannya yang tanpa pamrih inilah akhirnya menghantarkan
dirinya sebagai panutan, sekaligus idola masyarakat kala itu.
Ketika itu tidak ada istilah Parasamya atau Kalpataru, namun bagi
masyarakat yang berhasil dalam ikut serta memakmurkan negara akan mendapat
"Ganjaran" seperti Bhagawanta Bari, dirinya juga memperoleh ganjaran itu
28 Ibid
29
berupa gelar kehormatan "Wanuta Rama" (ayah yang terhormat atau Kepala
Desa) dan tidak dikenakan berbagai macam pajak (Mangilaladrbyahaji) di daerah
yang dikuasai Bagawanta Bhari, seperti Culanggi dan Kawasan
Kabikuannya.Sementara itu, daerah seperti wilayah Waruk Sambung dan Wilang
hanya dikenakan "I mas Suwarna" kepada Sri Maharaja setiap bulan
"Kesanga".Pembebasan atas pajak itu antara lain berupa "Kring Padammaduy"
(iuran Pemadam Kebakaran), "Tapahaji erhaji" (Iuran yang berkaitan dengan air),
"Tuhan Tuha dagang" (Kepala perdagangan), "Tuha hujamman" (Ketua
Kelompok Masyarakat), "Manghuri" (Pujangga Kraton), "Pakayungan
Pakalangkang" (Iuran lumbung padi), "Pamanikan" (Iuran manik-manik, permata)
dan masih banyak pajak lainnya.Kala itu juga belum ada piagam penghargaan
untuknya.Maka, sebagai peringatan atas jasanya itu lalu dibuat prasasti sebagai
"Pngeleng-eleng" (Peringatan). Prasasti itu diberi nama "HARINJING" B" yang
bertahun Masehi 19 September 921 Masehi. Dan, disebutlah "Selamat tahun saka
telah lampau 843, bulan Asuji, tanggal lima belas paro terang, paringkelan
Haryang, Umanis (legi). Budhawara (Hari Rabo), Naksatra (bintang) Uttara
Bhadrawada, dewata ahnibudhana, yoga wrsa.29
Menurut penelitian ahli lembaga Javanologi, Drs. M.M. Soekarton
Kartoadmodjo, Kediri lahir pada Maret 804 Masehi. Sekitar tahun itulah Kediri
mulai disebut-sebut sebagai nama tempat maupun negara. Belum ada sumber
resmi seperti prasasti maupun dokumen tertulis lainnya yang dapat menyebutkan,
kapan sebenarnya Kediri ini benar-benar menjadi pusat dari sebuah Pemerintahan
maupun sebagai mana tempat.Dari prasasti yang diketemukan kala itu, masih
belum ada pemisah wilayah administratif seperti sekarang ini. Yaitu adanya
Kabupaten dan Kodya Kediri, sehingga peringatan Hari Jadi Kediri yang sekarang
ini masih merupakan milik dua wilayah dengan dua kepala wilayah pula.
Menurut para ahli, baik Kadiri maupun Kediri sama-sama berasal dari
bahasa Sansekerta, dalam etimologi "Kadiri" disebut sebagai "Kedi" yang artinya
"Mandul", tidak berdatang bulan (aprodit). Dalam bahasa Jawa Kuno, "Kedi" juga
mempunyai arti "Dikebiri" atau dukun. Menurut Drs. M.M. Soekarton
29 Ibid
30
Kartoadmodjo, nama Kediri tidak ada kaitannya dengan "Kedi" maupun tokoh
"Rara Kilisuci". Namun berasal dari kata "dhiri" yang berarti "adeg" (berdiri)
yang mendapat awalan "Ka" yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti "Menjadi
Raja".Kediri juga dapat berarti mandiri atau berdiri tegak, berkepribadian atau
berswasembada.Jadi, pendapat yang mengaitkan Kediri dengan perempuan,
apalagi dengan Kedi kurang beralasan.
Menurut Drs. Soepomo Poejo Soedarmo, dalam kamus bahasa Melayu,
kata "Kediri" dan "Kendiri" sering menggantikan kata sendiri.Perubahan
pengucapan "Kadiri" menjadi "Kediri" menurut Drs. Soepomo paling tidak ada
dua gejala. Yang pertama, gejala usia tua dan gejala informalisasi. Hal ini
berdasarkan pada kebiasaan dalam rumpun bahasa Austronesia sebelah barat,
dimana perubahan seperti tadi sering terjadi.30
4.4.Data Angka Kabupaten Kediri
Setelah sekilas gambaran sejarah Kabupaten Kediri, peneliti mulai
mencari data angka (numerik) diantaranya berupa neraca tenaga kerja dan
lowongan kerja menurut jenis kelamin pada tahun 2014 maka ditemukan data dari
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kediri dan Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kediri sebagai berikut:31
Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan mulai tingkat
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA), tingkat Perguruaan Tinggi (PT), baik yang diploma satu (D1), Diploma
dua (D 2) Diploma tiga (D 3), Diploma 4 (D4), Sarjana strata satu (S1), Sarjana
Srata dua (S2), maupun Sratata tiga (S3) serta Jenis Kelamin Laki-laki, dan
perempuan, pada tahun 2014
Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
30 Ibid 31 Ibid
31
No Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah/Total
1 2 3 4
1 Belum Tamat SD
2 Tamat SD 334 267 601
3 Tamat SMP 2.965 2.675 5.640
4 Tamat SMA
3.967 3.222 7.189Perguruan Tinggi
5 D.1 & 2 138 101 239
6 D.3 / Sarjana Muda 302 175 477
7
Sarjana Srata 1 dan
Sarjana Srata 2
(S.1 & 2)
993 567 1.560
Jumlah/Total 2014 8.699 7.007 15.706
Jumlah/Total 2013 7.303 5.511 12.814
Jumlah/Total 2012 6.710 5.824 12.534
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kediri 2015
32
Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri per Desa Tahun 2014
NO. NAMA
KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 SEMEN 24.192 23.312 47.5042 MOJO 35.747 34.565 70.3123 KRAS 29.363 29.342 58.7054 NGADILUWIH 36.396 35.911 72.3075 KANDAT 28.715 28.334 57.0496 WATES 42.857 41.887 84.7447 NGANCAR 21.907 21.084 42.9918 PUNCU 29.271 28.081 57.3529 PLOSOKLATEN 34.181 33.046 67.22710 GURAH 38.478 37.612 76.09011 PAGU 18.812 18.507 37.31912 GAMPENGEREJO 16.271 15.618 31.88913 GROGOL 22.113 21.137 43.25014 PAPAR 25.195 24.847 50.04215 PURWOASRI 28.953 29.193 58.14616 PLEMAHAN 28.293 28.032 56.32517 PARE 48.680 47.982 96.66218 KEPUNG 38.861 37.181 76.04219 KANDANGAN 24.139 23.320 47.45920 TAROKAN 29.279 27.689 56.96821 KUNJANG 17.867 17.695 35.56222 BANYAKAN 26.904 26.060 52.96423 RINGINREJO 25.704 24.641 50.34524 KAYEN KIDUL 22.080 22.007 44.08725 NGASEM 30.179 29.970 60.14926 BADAS 31.191 29.904 61.095
Jumlah 755.628 736.957 1.492.585Sumber: Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan Kabupaten Kediri 2015
33
Jumlah pendududk menurut strukur usia atau umur di Kabupaten Kediri
pada tahuan 2014 dapat di peroeh data sebagai berikut:32
NO. STRUKTUR UMUR
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0-4 51.423 48.133 99.556
2 5-9 60.053 57.011 117.0643 10-14 62.479 59.670 122.1494 15-19 57.416 53.573 110.9895 20-24 55.180 5 108.1766 25-29 55.155 52.546 107.7017 30-34 64.792 62.537 127.3298 35-39 59.374 58.164 117.5389 40-44 59.501 60.054 119.55510 4549 58.643 60.876 119.51911 50-54 48.416 50.649 99.06512 55-59 40.151 38.732 78.88313 60-64 30.645 27.916 58.56114 65-69 19.607 19.957 39.56415 70-74 16.366 15.852 32.21816 >75 16.427 18.291 34.718
JUMLAH 755.628 736.957 1.492.585
32 Ibid
34
35
Jumlah Pemilih Pilpres 2014 di Kabupaten Kediri Nama Kecamatan TPS PEREMPUAN LAKI-LAKI JUMLAH1. BADAS 156 23.617 23.029 46.6462. BANYAKAN 151 22.009 21.918 43.9273. GAMPENGREJO 92 12.290 12.128 24.4184. GROGOL 121 17.520 17.171 34.6915. GURAH 199 29.713 29.675 59.3886. KANDANGAN 142 19.251 18.949 38.2007. KANDAT 138 21.238 21.726 42.9648. KAYEN KIDUL 130 17.255 17.641 34.8969. KEPUNG 225 33.138 31.255 64.39310. KRAS 171 22.356 23.074 45.43011. KUNJANG 104 13.877 14.092 27.96912. MOJO 204 29.186 27.728 56.91413. NGADILUWIH 209 28.040 28.556 56.59614. NGANCAR 130 17.980 17.997 35.97715. NGASEM 161 22.614 23.253 45.86716. PAGU 100 14.130 14.510 28.64017. PAPAR 147 19.281 19.893 39.17418. PARE 229 37.688 38.044 75.73219. PLEMAHAN 157 22.023 22.483 44.50620. PLOSOKLATEN 201 26.598 26.350 52.94821. PUNCU 168 23.217 22.587 45.80422. PURWOASRI 161 22.631 23.814 46.44523. RINGINREJO 142 20.855 20.558 41.41324. SEMEN 132 19.462 18.817 38.27925. TAROKAN 145 23.170 22.384 45.55426. WATES 255 32.776 32.708 65.484 JUMLAH TOTAL: 4.170 591.915 590.340 1.182.255
Sumber: https://data.kpu.go.id/ss8.php
36
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB ini memuat hasil penelitian dari dua pendekatan metode kuantitatif
dan kualitatif.Pada pendekatan dengan metode kuantitatif dimaksudkan untuk
memetakan distribusi frekuensi variable penelitian, yang meliputi karakteristik
responden, pandangan atau pikiran, dan sikap atau perilaku responden dalam
kaitannya dengan posisinya sebagai pemilih dalam penyelenggaraan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2014.
Sementara itu, hasil penelitian dengan pendekatan metode kualitatif
merupakan hasil indephtinterview atau wawancara mendalam dengan responden,
terkait dengan pikiran dan perilaku responden dalam posisinya sebagai pemilih
dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2014.
5.1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
1. Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pria 84 54.9 54.9 54.9
wanita 69 45.1 45.1 100.0
Total 153 100.0 100.0
37
Grafik:
Berdasarkan tabulasi dan gambar grafik diatas terlihat bahwa distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 84 orang atau 54,9% berjenis
kelamin pria dan sebanyak 69 orang atau 45,1% berjenis kelamin perempuan.
2. Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 25 16.3 16.3 16.3
SMP 24 15.7 15.7 32.0
SMA 64 41.8 41.8 73.9
Sarjana 36 23.5 23.5 97.4
Lainnya 4 2.6 2.6 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
Berdasarkan tabulasi dan gambar grafik di atas terlihat bahwa distribusi
responden berdasarkan jenjang pendiddikan, sebanyak 64 orang atau 41,8%
berpendidikan SMA, 36 orang atau 23,5% berpendidikan Sarjana, 25 orang atau
16,3% berpendidikan SD, 24 orang atau 15,7% berpendidikan SMP dan hanya 4
orang atau 4,6% yang menyatakan lainnya.
38
3. Pekerjaan Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Wiraswasta 53 34.6 34.6 34.6
TNI/Polri 2 1.3 1.3 35.9
PNS 7 4.6 4.6 40.5
Petani 19 12.4 12.4 52.9
Pedagang 14 9.2 9.2 62.1
Guru/Dosen 12 7.8 7.8 69.9
Lainnya 46 30.1 30.1 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
Berdasarkan tabulasi dan gambar grafik di atas terlihat bahwa distribusi
responden berdasarkan jenis pekerjaan responden terlihat bahwa sebanyak 53
orang atau 34,6% responden berprofesi sebagai wiraswasta, kemudian disusul
mereka yang memiliki jenis pekerjaan lainnya selain yang peneliti ajukan
sebanyak 46 orang atau 30,1% responden. Adapun yang dimaksud lainnya disini
39
bisa mahasiswa, ibu rumah tangga dan lain sebagainya.Sedangkan jenis pekerjaan
yang dimiliki responden selain wiraswasta dan yang lainnya, meliputi TNI/Polri,
PNS, petani, pedagang, dan guru/dosen.
4. Penghasilan Penghasilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Belum Bekerja 6 3.9 3.9 3.9
Dibawah 1 juta 81 52.9 52.9 56.9
Antara 1 juta - 3 juta 59 38.6 38.6 95.4
Antara 3 - 5 juta 6 3.9 3.9 99.3
Diatas 5 jt 1 .7 .7 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
40
Berdasarkan tabulasi dan gambar grafik tentang penghasilan responden
terlihat bahwa lebih dari separo (52,9%) responden menyatakan berpenghasilan
dibawah 1 juta, kemudian disusul oleh mereka yang berpenghasilan antara 1 – 3
juta sebanyak 59 orang atau 38,6% responden, yang berpenghasilan antara 3 – 5
juta dan yang belum bekerja memiliki jumlah yang sama yaitu 6 orang atau 3,9%
responden dan yang terakhir yang menyatakan berpenghasilan di atas 5 juta hanya
1 orang (0.7%). Namun demikian, pernyataan responden tentang penghasilan ini
masih diragukan karena jumlah prosentase TNI/Polri (2 orang), PNS (7 orang)
dan guru/dosen (12 orang) tentu hal ini sangat diragukan.
5. Tanggapan Responden terhadap pernyataan: Sudah berapa kali anda
mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden x1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 kali 19 12.4 12.4 12.4
2 kali 23 15.0 15.0 27.5
3 kali 53 34.6 34.6 62.1
lebih dari 4 kali 58 37.9 37.9 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
41
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 70% lebih responden telah mengikuti
Pemilu Presiden lebih dari 3 kali. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar
responden telah berpengalaman,
6. Tanggapan Responden terhadap pernyataan: Apakah anda datang ke lokasi
TPS untuk memilih calon Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2014 x2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 152 99.3 99.3 99.3
Lainnya 1 .7 .7 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
42
Dari hasil tanggapan responden tentang kedatangan mereka ke TPS
membuktikan bahwa lebih dari 99% responden datang ke TPS untuk memberikan
suaranya dalam Pilpres.
7. Tanggapan Responden terhadap pernyataan: Apakah anda selalu datang ke
TPS untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden atas kesadaran sendiri x3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 4 2.6 2.6 2.6
Ya 149 97.4 97.4 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
43
Dari grafik tersebut diatas terlihat bahwa dari keseluruhan respoden, 4
menyatakan tidak dan 149 menyatakan ya artinya bahwa tingkat kehadiran cukup
tinggi yakni 97. 4 persen dan yang tidak hadir hanya 2,6 persen.
8. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden
berdasarkan program yang ditawarkan calon presiden x4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 48 31.4 31.4 31.4
Ya 105 68.6 68.6 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
44
Dari hasil tanggapan responden diatas terlihat bahwa sebanyak 68,6%
responden menyatakan memilih Presiden/Wakil Presiden dalam Pemilu 2014 lalu
berdasarkan program yang ditawarkan, sedangkan sisanya 31,4% responden
menyatakan tidak. Ini artinya bahwa warga di Kabupeten Kediri, perilaku
memilihnya karena pertimbangan rasional.
9. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden
karena kesamaan suku/agama atau daerah asal calon Presiden x5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 114 74.5 74.5 74.5
Ya 39 25.5 25.5 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
45
Berdasarkan tanggapan responden terhadap pernyataan bahwa pilihan Presiden/
Wakil Presiden berdasarkan suku/agama atau daerah asal calon, sebanyak 74,5%
responden menyatakan tidak. Hal ini membuktikan bahwa suku/agama atau
daerah asal calon Presiden/Wakil bukan menjadi pertimbangan utama pemilih.
10. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden
karena partai yang mencalonkan sama dengan partai pilihan anda
x6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 98 64.1 64.1 64.1
Ya 55 35.9 35.9 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
46
Berdasarkan tanggapan responden terhadap pilihan Presiden berdasarkan partai
yang dimiliki, sebanyak 64,1% responden menyatakan tidak berdasarkan partai
dan sebanyak 35,9% responden menyatakan berdasarkan partai. Hasil ini semakin
meyakinkan peneliti bahwa kedekatan partai, bukan berari pemilih di Kabupaten
Kediri akan memilih Presiden dari partai yang dianut. Artinya perilaku pemilih
seperti ini adalah perilaku rasional.
11. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden
karena diberi uang untuk memilih salah satu calon x7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 141 92.2 92.2 92.2
Ya 12 7.8 7.8 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
47
Berdasarkan tanggapan responden terhadap adanya money politic dalam
Pilpres, sebanyak 92,2% responden menyatakan tidak terpengaruh. Artinya bahwa
responden memilih calon Presiden bukan atas dasar pemberian uang dari pihak-
pihak tertentu.
12. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda melihat rekam jejak
atau riwayat hidup calon Presiden sebelum menggunakan hak pilih
x8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 37 24.2 24.2 24.2
Ya 116 75.8 75.8 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
48
Hasil tanggapan responden terhadap rekam jejak Presiden sebelum
melakukan pemilihan, sebanyak 75,8% responden menyatakan melihat rekam
jejak dan riwayat calon Presiden sebelum menggunakan hak pilih. Hal ini
membuktikan bahwa pemberitaan tentang rekam jejak dan riwayat calon Presiden
sangat perlu.
13. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah media massa membantu
anda untuk mengetahui rekam jejak calon Presiden/Wakil
x9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 27 17.6 17.6 17.6
Ya 126 82.4 82.4 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
49
Dari tanggapan responden tentang peran media dalam membantu responden untuk
mengetahui rekam jejak calon Presiden, sebanyak 82,4% responden menyatakan
media massa sangat membantu, dan hanya 17,6% yang menyatakan tidak.
14. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah pemberitaan calon
Presiden di media massa menjadi rujukan/dasar pertimbangan saudara dalam
memilih Presiden.
x10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 31 20.3 20.3 20.3
Ya 122 79.7 79.7 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
Tanggapan responden terhadap pernyataan bahwa pemberitaan tentang
calon Presiden di media massa menjadi rujukan/dasar pertimbangan saudara
50
dalam memilih Presiden, sebanyak 79,7% menyatakan ya dan 20,3% menyatakan
tidak. Hal ini membuktikan bahwa pemberitaan media massa tentang calon
Presiden banyak dijadikan rujukan oleh responden sebelum menentukan
pilihannya.
15. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Media apa yang mempengaruhi
saudara dalam memilih calon Presiden x11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 2 1.3 1.3 1.3
koran 17 11.1 11.1 12.4
TV 119 77.8 77.8 90.2
Lainnya 15 9.8 9.8 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
51
Hasil analisa terhadap pernyataan Media apa yang mempengaruhi
responden dalam memilih calon Presiden, sebanyak 77,8% meyatakan media TV,
dan sisanya 22,2% merupakan gabungan dari media yang ada seperti koran, radio
dan internet.
16. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden
karena calon presiden memiliki pendidikan Sarjana x12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 96 62.7 62.7 62.7
Ya 57 37.3 37.3 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
52
Pada analisa terhadap pernyataan apakah responden memilih presiden
karena calon presiden memiliki pendidikan Sarjana, sebanyak 62,7% responden
menyatakan tidak dan 37,3% menyatakan ya. Hal ini membuktikan bahwa
sebagian besar responden tidak mempersyaratkan calon Presiden memiliki atau
berpendidikan Sarjana.
17. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih Presiden
karena wajah x13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 140 91.5 91.5 91.5
Ya 13 8.5 8.5 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
53
Hasil analisa terhadap pernyataan apakah responden memilih Presiden
karena wajah, sebanyak 91,5% responden menyatakan tidak. Hal ini
membuktikan bahwa penampilan fisik calon Presiden bukan menjadi
pertimbangan responden dalam memilih Presiden.
18. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui tujuan
penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden x14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 38 24.8 24.8 24.8
Ya 115 75.2 75.2 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
54
Hasil analisa terhadap pernyataan apakah responden mengetahui tujuan
penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, sebanyak 75,2% responden
menyatakan mengetahui (ya). Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar
responden mengetahui tujuan penyelenggaraan Pilpres.
19. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui
tahapan-tahapan dalam Pemilu 2014 Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalu x14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 38 24.8 24.8 24.8
Ya 115 75.2 75.2 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
55
Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden
mengetahui tahapan-tahapan dalam Pemilu 2014 Presiden dan Wakil Presiden
2014 lalu, sebanyak 75,2% responden menyatakan Ya, artinya bahwa sebagian
responden mengetahui tahapan-tahapan dalam Pilpres 2014 yang lalu.
20. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui siapa
saja yang boleh ikut serta sebagai pemilih dalam Pemilu 2014 x16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 40 26.1 26.1 26.1
Ya 113 73.9 73.9 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
56
Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden
mengetahui siapa saja yang boleh ikut serta sebagai pemilih dalam Pemilu 2014,
sebanyak 73,9% responden menyatakan mengetahui dan sebanyak 26,1%
menyatakan tidak mengetahui.
21. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui syarat-
syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pemilih dalam pemilu Presiden
2014 x17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 51 33.3 33.3 33.3
Ya 102 66.7 66.7 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
57
Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden
mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pemilih dalam
pemilu Presiden 2014, sebanyak 66,7% responden menyatakan mengetahui dan
33,3% responden menyatakan tidak. Hal ini membuktikan bahwa sosialisasi yang
dilakukan KPUD terhadap pemilih cukup berhasil.
22. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui tata
cara menggunakan hak pilih dalam pemilu Presiden 2014
x18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 23 15.0 15.0 15.0
Ya 130 85.0 85.0 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
58
59
Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden
mengetahui tata cara menggunakan hak pilih dalam pemilu Presiden 2014,
sebanyak 85% responden menyatakan mengetahui tata cara menggunakan hak
pilih. Hal ini membuktikan hampir semua responden tidak mengalami kendala
tata cara menggunakan hak pilih.
23. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Darimana anda memperoleh
informasi mengenai Pemilu Presiden 2014
x19
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid media cetak (surat kabar,
majalah)
20 13.1 13.1 13.1
media elektronik
(tv,radio,internet)
103 67.3 67.3 80.4
media pendukung (poster,
brosur, spanduk, banner, baliho)
20 13.1 13.1 93.5
sosialisasi tatap muka tingkat RT
oleh KPU
3 2.0 2.0 95.4
sosialisasi tatap muka tingkat
desa oleh KPU
3 2.0 2.0 97.4
sosialisasi tata muka tingkat
Kecamatan oleh KPU
1 .7 .7 98.0
Saudara/kerabat 3 2.0 2.0 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan darimana
memperoleh informasi mengenai Pemilu Presiden 2014, sebanyak 67,3%
responden menyatakan memperoleh informasi tentang Pilpres 2014 dari media
elektronik (tv, radio dan internet), yang menyatakan memperoleh informasi dari
media cetak dan media pendukung (brosur, spanduk dll) masing-masing sebanyak
13,1% dan sisanya dari sosialisasi KPU melalui tatap muka ditingkat Desa dan
Kecamatan serta dari saudara/kerabat.
Dominannya media elektronik dalam memberikan informasi mengenai
Pemilu Presiden 2014 membuktikan bahwa akses dan perkembangan informasi
melalui media elektronik telah menyentuh lapisan bawah, apalagi pada saat
mendekati Pemilu hampir semua media elektronik khususnya TV menginformasi
hal-hal yang berkaitan dengan Pemilu.
60
24. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda dalam pemilu
Presiden 2019 akan datang ke TPS untuk menggunakan hak milik
x20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 4 2.6 2.6 2.6
Ya 149 97.4 97.4 100.0
Total 153 100.0 100.0
Grafik:
61
Hasil analisis tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden
dalam pemilu Presiden 2019 akan datang ke TPS untuk menggunakan hak milik,
sebanyak 97,4% responden menyatakan akan datang, dan hanya 2,6% responden
saja yang menyatakan tidak akan datang. Hal ini membuktikan bahwa optimisme
terhadap proses pemilihan Presiden di tahun-tahun mendatang masih menjadi
harapan sebagian besar responden.
62
25. Hubungan identitas responden dengan memilih Presiden berdasarkan program
yang ditawarkan Correlations
JK PT Pekerjaan Penghasilan x4
JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** .103
Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .204
N 153 153 153 153 153
PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 .128
Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .115
N 153 153 153 153 153
Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* -.062
Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .444
N 153 153 153 153 153
Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 -.035
Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .665
N 153 153 153 153 153
x4 Pearson Correlation .103 .128 -.062 -.035 1
Sig. (2-tailed) .204 .115 .444 .665
N 153 153 153 153 153
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang
terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan
terhadap memilih presiden berdasarkan program (X4), terlihat bahwa semua tidak
ada hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa memilih presiden
berdasarkan program yang ditawarkan tidak dipengaruhi oleh keadaan
responden khususnya jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
63
26. Hubungan identitas responden dengan memilih Presiden karena kesamaan
suku/ agama Correlations
JK PT Pekerjaan Penghasilan x5
JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** .133
Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .101
N 153 153 153 153 153
PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 -.133
Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .101
N 153 153 153 153 153
Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* .051
Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .535
N 153 153 153 153 153
Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 .038
Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .645
N 153 153 153 153 153
x5 Pearson Correlation .133 -.133 .051 .038 1
Sig. (2-tailed) .101 .101 .535 .645
N 153 153 153 153 153
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang
terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan
terhadap memilih Presiden karena kesamaan suku/ agama (X5), terlihat bahwa
semua tidak ada hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa
memilih presiden berdasarkan kesamaan suku/agama dan daerah asal tidak
menjadi bahan pertimbangan utama. Artinya kesamaan suku/agama dan
asal daerah tidak menjadi pertimbangan dalam memilih calon Presiden.
64
27. Hubungan identitas responden dengan memilih Presiden karena kesamaan
partai politik
Correlations
JK PT Pekerjaan Penghasilan x6
JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** -.049
Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .544
N 153 153 153 153 153
PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 -.132
Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .104
N 153 153 153 153 153
Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* -.147
Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .070
N 153 153 153 153 153
Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 -.030
Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .717
N 153 153 153 153 153
x6 Pearson Correlation -.049 -.132 -.147 -.030 1
Sig. (2-tailed) .544 .104 .070 .717
N 153 153 153 153 153
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang
terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan
terhadap kesamaan partai politik (X6), terlihat bahwa semua tidak ada hubungan
yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa memilih presiden berdasarkan
kesamaan partai politik bukan menjadi pertimbangan dalam menentukan
pilihan. Fenomena ini membuktikan bahwa calon Presiden yang partai
politik besarpun belum menjadi jaminan akan menjadi pilihan rakyat.
65
28. Hubungan identitas responden dengan memilih Presiden karena diberi uang
Correlations
JK PT Pekerjaan Penghasilan x7
JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** -.069
Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .397
N 153 153 153 153 153
PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 -.015
Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .855
N 153 153 153 153 153
Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* -.053
Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .516
N 153 153 153 153 153
Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 -.012
Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .881
N 153 153 153 153 153
x7 Pearson Correlation -.069 -.015 -.053 -.012 1
Sig. (2-tailed) .397 .855 .516 .881
N 153 153 153 153 153
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang
terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan
terhadap memilih Presiden karena diberi uang (X7), terlihat bahwa semua tidak
ada hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa dalam memilih
presiden, responden tidak dipengaruhi oleh pemberian uang yang dilakukan oleh
calon presiden maupun kader-kader dibawah. Artinya, pemberian uang (money
politic) yang dilakukan oleh calon Presiden tidak akan mengubah pilihan
responden.
66
29. Hubungan identitas responden dengan melihat rekam jejak calon Presiden Correlations
JK PT Pekerjaan Penghasilan x8
JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** .082
Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .311
N 153 153 153 153 153
PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 .054
Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .506
N 153 153 153 153 153
Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* .027
Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .740
N 153 153 153 153 153
Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 .102
Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .210
N 153 153 153 153 153
x8 Pearson Correlation .082 .054 .027 .102 1
Sig. (2-tailed) .311 .506 .740 .210
N 153 153 153 153 153
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang
terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan
terhadap rekam jejak calon Presiden (X9), terlihat bahwa semua tidak ada
hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan identitas responden tidak
berhubungan dengan memilih calon Presiden berdasarkan rekam jejak calon
Presiden. Artinya bahwa pilihan responden terhadap calon Presiden dengan
melihat rekam jejak tidak dibatasi oleh latar belakang/identitas responden baik itu
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
67
30. Hubungan identitas responden dengan media masa yang membantu melihat
rekam jejak calon Presiden
Correlations
JK PT Pekerjaan Penghasilan x9
JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** .109
Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .178
N 153 153 153 153 153
PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 .011
Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .888
N 153 153 153 153 153
Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* -.047
Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .561
N 153 153 153 153 153
Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 -.052
Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .527
N 153 153 153 153 153
x9 Pearson Correlation .109 .011 -.047 -.052 1
Sig. (2-tailed) .178 .888 .561 .527
N 153 153 153 153 153
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang
terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan
terhadap media yang membantu mengetahui rekam jejak (X10), terlihat bahwa
semua tidak ada hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa dalam
melihat rekam jejak calon Presiden, media massa yang membantu mereka semua
sama dan tidak dipengaruhi oleh latar belakang responden baik itu jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.
68
5.2. Analisis Kuantitatif
Bagian ini merupakan hasil analisis dari data statistik Distribusi Frekuensi
Variabel Penelitian. Dari 29 poin dirangkum ke dalam 10 poin sebagai berikut.
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini diikuti oleh sebagian besar responden berpendidikan
SMA atau sederajat dan berjenis kelamin laki-laki dengan profesi
sebagai wiraswastawan serta berpenghasilan di bawah Rp 1 juta.
2. Program Calon Presiden dan wakil Presiden Pilihan
Responden sudah mengikuti Pilpres lebih dari 4 kali dan datang ke
lokasi TPS dengan kesadaran sendiri dan memilih capres berdasarkan
program yang disampaikan dalam kampanye, bukan karena
pertimbangan suku/agama atau daerah (asal).
3. Pilih Figur Calon Presiden dan wakil Presiden
Responden memilih capres lebih kepada sosok atau figur, bukan
karena koalisi partai pengusung capres.Selain itu, responden memilih
capres bukan karena suap atau pemberian uang.
4. Jejak Rekam Capres
Responden memilih capres berdasarkan rekam jejak capres pilihan
dan media massa memberikan informasi yang sangat membantu serta
dijadikan rujukan dalam menentukan pilihan. Media elektronik
(televisi) sangat mempengaruhi responden dalam menentukan capres
pilihan.
5. Figur Capres: Pendidikan dan Wajah
Pendidikan capres yang menjadi pilihan responden tidak harus
setingkat Sarjana.Wajah capres juga bukan menjadi pertimbangan
responden dalam memilih capres.
6. Tujuan dan Tahapan Pilpres
Responden mengetahui tujuan dan tahapan dilaksanakannya Pilpres.
7. Syarat Pemilih Pilpres
69
Responden mengetahui siapa saja yang dibolehkan menjadi pemilih
dalam Pilpres dan syarat-syarat untuk menjadi pemilih serta tata cara
menggunakan hak pilih.
8. Sumber Informasi Pemilu/Pilpres
Responden mengetahui informasi perihal Pemilu/Pilpres dari media
elektronik, (TV, Radio), media cetak (koran, majalah)
9. Akan Memilih Lagi
Responden menyatakan akan mengikuti Pilpres untuk 2019
mendatang.
10. Hubungan Identitas Responden dalam memilih capres berdasarkan
program dan kesamaan suku/agama atau daerah asal serta kesamaan
partai politik.
Proses politik dalam menetapkan pilihan capres yang dilakukan responden
tidak berkaitan dengan karakteristik personal responden, seperti jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pilihan responden juga tidak berdasarkan
pada kesamaan suku/agama atau daerah asal serta koalisi partai politik pengusung
capres.
5.3. Hasil In depth Interview
Wawancara mendalam di lakukan peneliti dengan memilih lima responden
yang bervariasi yang dianngap mewakili pemilih Presiden di Kabupaten Kediri
dalam pemilu Presiden dan wakil Presiden pada tahuan 2014 lalu. Yakni petani
intelektual, pedagang, bankir, profesional dalam hal ini pengacara.
I.Dosen, Petani (33)
Pilpres 3 kali, datang 1 kali
1. Kedatangan di TPS
Pemilihan presiden sebagai pintu masuk menuju perubahan menjadi
lebih baik. Narasumber menganggap Pilpres 2014 sebagai momentum
penting untuk terjadinya perubahan. Karenanya, ia datang ke lokasi
70
TPS dan mencoblos pilihannya, sementara dua kali Pilpres
sebelumnya ia tidak ikut memilih (mencoblos).
2. Program Capres Pilihan
Responden memilih capres/cawapres berdasarkan program. Visi,
misi,dan program capres yang sesuai dengan keinginan narasumber,
yaitu pertanian, mencakup program pengelolaan pertanan dari hulu
hingga hilir. Dari benih hingga ke pemasaran.Ia menilai capres
mengetahui atau ada kompetensi pada persoalan pertanian. Dan,
setelah pasangan capres/cawapres terpilih, program itu berjalan cukup
baik dalam kurun satu tahun sejak Pilpres 2014.
3. Politik Uang
Politik uang bisa berjalan hanya kepada pemilih miskin.Mereka
menganggap pemberian uang dalam Pilpres 2014 sebagai pengganti
jam/hari kerja.
4. Capres dan Afiliasi Politik Partai
Warga sudah memahami bahwa partai tidak mewakili aspirasi warga
negara/anggotanya.Dalam konteks politik, warga menilai wajar bagi
politisi/partai bermain di dua kaki.
5. Rekam Jejak Capres
Responden mengetahui rekam jejak kedua calon presiden serta motif
kedua pasangan capres itu.yaitu pengembangan bisnis.
6. Informasi Rekam Jejak Capres
Sumber informasi rekam jejak capres dari sahabat, internet, dan
televisi
7. Tujuan Pilpres
Responden memahami Pilpres sebagai bagian dari pembangunan
demokrasi dan sarana mewadahi aspirasi dan eksistensi negara.
8. Tahapan Pemilu/Pilpres
Responden memahami tahapan Pilpres/pemilu dimulai dari
pembentukan panitia, aturan main pemilu/pilpres, kriteria pemimpin,
proses pencalonan, ketentuan/menentukan yang boleh dipilih, dll.
71
9. Syarat Pemilih Presiden
Responden memahami syarat pemilih presiden, antara lain setiap
WNI di dalam dan di luar negeri, berusia 17 tahun ke atas, berakal
sehat (tidak sakit ingatan).
10. Syarat Calon Presiden
Responden memahami syarat capres meliputi, WNI, didukung partai
dengan kuota tertentu atau melalui jalur independen (nonpartai) dan
mendapat dukung calon dengan ketentuan yang diatur, serta kesiapan
fisik dan mental menjadi presiden.
11. TataCara Pemilihan Presiden
Responden memahami proses pemilihan presiden, meliputi pemilihan
langsung, coblos atau centeng salah satu calon.
12. Asal Informasi soal Calon Dipilih
Responden mengetahui informasi mengenai capres antara lain dari
teman, media televisi, internet, dan koran.
13. Akan Memilih Lagi
Responden baru satu kali mengikuti pemilihan Presiden dan akan
datang ke TPS untuk Pilpres 2019. Sebelumnya tidak
memilih.Capres/cawapres pilihan narasumber sesuai dengan
harapannya dan banyak terealisasi.
II.Ketua Pedagang Pasar (Ketua Asosiasi Pedagang Pasar) umur 45 tahun
Ikut Pilpres 2 kali, selalu datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
1. Kedatangan di TPS
Responden sudah dua kali menjadi pemilih dalam Pilpres.
Narasumber menilai Pilpres sangat penting karena ia akan memilih
pemimpin yang ideal dan yang mampu membuat pelayanan
pemerintahan menjadi lebih baik.
2. Calon Presiden dari Suku dan Agama Sama
Responden menganggap presiden harus satu suku dan agama yang
sama dengan pemilihnya. Tujuannya supaya lebih mudah
72
berkomunikasi serta memiliki kesamaan pengetahuan agama dan
keyakinan.
3. Politik Uang
Responden menganggap politik uang hanya menipu.Yang tertipu
mereka yang memilih karena sudah menerima uang.
4. Capres dan Afiliasi Politik Partai
Dalam Pilpres yang dipilih adalah figur atau sosok capres, bukan
afiliasi poliik partai pengusung capres.Responden menganggap partai
belum tentu mewakili aspirasi warga negara/anggotanya.
5. Rekam Jejak Capres
Responden menganggap rekam jejak capres dapat memberikan
gambaran tentang sosok capres.Rekam jejak capres dibutuhkan
masyarakat yang menjadi pemilih.
6. Informasi Rekam Jejak Capres
Responden mengetahui informasi rekam jejak capres, antara lain dari
media televisi, koran, dan internet.
7. Tujuan Pilpres
Responden mengetahui tujuan Pilpers 2014 sebagai proses memilih
pemimpin yang ideal.
8. Tahapan Pemilu/Pilpres
Responden memahami tahapan Pilpres, antara lain dimulai dari
pencalonan, kampanye, pemilihan, dan pelantikan.
9. Syarat Pemilih Presiden
Responden memahami syarat menjadi pemilih dalam Pilpres, meliputi
berusia 17 tahun ke atas, memiliki KTP, waras (tidak sakit ingatan),
WNI.
10. Syarat Calon Presiden
Responden memahami syarat menjadi capres, meliputi WNI,
berwibawa, pintar dan beriman, usia cukup.
11. Tata Cara Pemilihan Presiden
Responden memilih presiden dengan cara mencoblos dan mencentang
73
12. Asal Informasi soal Calon dipilih
Responden mendapatkan informasi dari televisi, internet, dan koran.
13. Akan Memilih Lagi
Responden menyatakan akan datang ke TPS lagi untuk Pilpres 2019.
Narasumber tidak ingin negara dipimpin oleh orang yang salah.
III.Bankir, Laki-laki, 45, Panitia KPPS atau pengurus KPPS
1. Kedatangan di TPS
Responden menilai dengan menggunakan hak pilih sama dengan
menjalankan kewajiban sebagai warga negara yang baik.
2. Memilih Presiden Tidak Berdasarkan Program
Responden menganggap program bersifat umum dan formalitas serta
semua calon memiliki program, melainkan dari
profesionalisme.Narasumber menilai capres terbuka bagi siapa saja
WNI, dari suku dan agama mana saja.
3. Politik Uang
Responden menolak politik uang.Setiap warganeagar memiliki harga
diri yang tidak dapat dibeli dengan uang.
4. Capres dan Afiliasi Politik Partai
Responden menganggap para pemilih capres tidak mengacu pada
partai politik pengusung calon.Responden sudah tidak mempercayai
partai.
5. Rekam Jejak Capres
Responden menilai rekam jejak capres bisa menjadi acuan informasi
tentang capres.
6. Informasi Rekam Jejak Capres
Responden mengetahui informasi rekam jejak capres dari televisi dan
internet.
7. Tujuan Pilpres
74
Responden menyatakan tujuan Pilpres adalah untuk mencapai
perubahan sistem demokrasi menjadi lebih baik dan menjawab
harapan masyarakat
8. Tahapan Pemilu/Pilpres
Responden memahami tahapan Pilpres meliputi sosialisasi, penentuan
DCS, penetapan DPT, pencalonan, kampanye.Dan pembentukan
panitia.
9. Syarat Pemilih Presiden
Responden mengetahui syarat pemilih capres, antara lain memiliki
KTP atau sudah berumur 17 tahun ke atas, WNI di dalam negeri dan
luar negeri, dan datang sendiri.
10. Syarat Calon Presiden
Responden memahami syarat capres, antara lain memiliki KTP, WNI,
tidak tercela, dicalonkan partai, dan calon dari independen.
11. Tata Cara Pemilihan Presiden
Responden mengetahui tata cara pemilihan dengan dicoblos dan
dicentang.
12. Asal Informasi soal Calon Dipilih
Responden mengetahui informasi mengenai calon presiden yang
dipilih dari media televisi, internet, dan koran.
13. Akan Memilih Lagi
Responden menyatakan akan memilih lagi. Narasumber akan
menggunakan hak memilih untuk setiap kesempatan pemilihan kades,
bupati , legislatif bahkan ketua RT.
IV.Pengacara, 54 Tahun.
1. Kedatangan di TPS
Responden memahami menjdi pemilih dalam Pilpres 2014 untuk
melaksanakan hak pilih selaku warga negara.
2. Memilih Presiden Berdasarkan Program
75
Responden memilih calon presiden berdasarkan rogram kerja,
khususnya terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Motif responden bergabung dengan partai juga untuk
memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Sedangkan faktor agama atau
suku masih dijadikan bahan pertimbangan karena kedekatan,
kebiasaan, dan pengetahuan warga.
3. Politik Uang
Responden menolak politik uang.Responden menganggap uang tidak
sepenuhnya dapat mempengaruhi pemilih.
4. Capres dan Afiliasi Politik Partai
Responden menilai capres yang dipilih bukan karena pertimbangan
partai pengusung merupakan bagian dari kegagalan partai dalam
mendidik politik masyarakat.Partai belum serius melakukan
pendidikan politik.
5. Rekam Jejak Capres
Responden menganggap rekam jejak capres dibutuhkan masyrakat
untuk mengetahui latar belakang capres.
6. Informasi Rekam Jejak Capres
Responden mendapatkan informasi rekam jejak capres dari koran,
televisi, dan majalah. Narasumber menilai media tersebut tidak
objektif dala mpemberitaan.
7. Tujuan Pilpres
Responden memahami tujuan Pilpres adalah memiih pemimpin yang
akan mengelola negara.
8. Tahapan Pemilu/Pilpres
Responden memahami tahapan Pilpres meliputi pencalonan panitia
secara selektif, seleksi calon presiden, pemilihan, dan pelantikan.
9. Syarat Pemilih Presiden
Responden mengetahui syarat pemilih presiden antara lain
mempunyai hak pilih/kartu pemilih, berumur 17 tahun ke atas,
memiliki KTP, WNI, dan sehat.
76
10. Syarat Calon Presiden
Responden memahami syarat capres, antara lain WNI, cakap dan bisa
meningkatkan kesejahteraan rakyat, berwibawa, pintar dan beriman,
usianya cukup
11. Tata Cara Pemilihan Presiden
Responden memahami tata cara pemilihan presiden dengan dicoblos
dan dicentang
12. Akan Memilih Lagi
Responden menyatakan akan memilih lagi untuk mendapatkan
pemimpin yang bisa mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
5.4. Analisis Kualitatif
Bab ini merupakan simpulan dari materi indephtinterview atau wawancara
terbuka dengan empat responden.Keempat responden memiliki latar belakang
profesi atau pekerjaan beragam, yaitu dosen merangkap petani berusia 33 tahun,
pedagang dan pimpinan asosiasipedagang pasar (45 tahun), bankir yang menjadi
panitia KPPS, dan pengacara (54 tahun).
Materi simpulan ini disusun berdasarkan kecenderungan kesamaan
aspirasi atau pendapat dari mayoritas responden yang diwawancara. Bagian ini
juga merupakan analisis dari pendekatan kualitatif.
1. Pemilihan Umum/Presiden
Pemilihan Presiden (Pilpres) yang dilaksanakan secara langsung merupakan
bagian dari pembangunan politik yang demokratis.Warga negara Indonesia
seharusnya menggunakan hak pilih karena Pilpres menjadi momentum untuk
perubahan menjadi lebih baik.
2. Program Capres Pilihan
Masyarakat cenderung memilih capres berdasarkan program yang
disampaikan pasangan capres/cawapres pada saat kampanye.Dari pilihan
program, masyarakat berharap terjadi perbaikan dan kesejahteraan bagi
masyarakat.
77
3. Politik Uang
Masyarakat cenderung menolak pemberian uang untuk motif kepentingan
politik bagi capres/cawapres tertentu.Pemberian uang dianggap tidak
menghargai harga diri warga Negara dan tidak dapat mempengaruhi suara
mereka.
4. Capres dan Afiliasi Politik Partai
Masyarakat cenderung memilih Capres pilihan bukan karena partai politik
dan koalisinya yang mengajukan pasangan capres/cawapres, melainkan
karena figur atau sosok capres yang bersangkutan.
5. Rekam Jejak Capres
Masyarakat memerlukan informasi yang objektif tentang rekam jejak capres.
6. Informasi Rekam Jejak Capres
Masyarakat memerlukan media massa yang menginformasikan perihal rekam
jejak capres secara objektif.
7. Tujuan Pilpres
Masyarakat memahami tujuan Pilpres untuk memilih pemimpin yang
diharapkan dapat mengelola pemerintahan menjadi lebih baik dan membawa
perubahan bagi kehidupan bernegara dan bermasyarakat menjadi lebih baik.
8. Tahapan Pemilu/Pilpres
Masyarakat memahami tahapan Pilpres.
9. Syarat Pemilih Presiden
Masyarakat memahami syarat untuk menjadi pemilih atau peserta Pilpres.
10. Syarat Capres (Calon Presiden)
Masyarakat memahami syarat menjadi capres.
11. Tata Cara Pemilihan Presiden
Masyarakat memahami tata cara pemilihan presiden.
12. Asal Informasi Soal Calon Dipilih
Masyarakat mengetahui informasi mengenai capres dari media massa.
13. Akan Memilih Lagi
Masyarakat menyadari untuk menggunakan hak pilih dalam Pilpres dan akan
memilih lagi jika diselenggarakan Pilpres.
78
BAB VI
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data melalui metode kuantitatif dan kualitatif,
diperoleh kecenderungan adanya kesamaan atas perilaku pemilih pada Pemilu
Presiden/Wakil 2014 di Kabupaten Kediri.
1.1.1. Faktor yang menjadikan dasar bagi masyarakat yang sudah
mempunyai hak pilih dalam Pemilu Presiden dan wakil Presiden
2014 di Kabupaten Kediri adalah kesadaran rasional yang tinggi
untuk berpartisipasi aktif menjadi pemilih dalam Pemilu Presiden
dan wakil Presiden .
1.1.2. Tidak ada keterkaitan antara tingkat pendidikan dan tingkat
ekonomi pemilih dengan perilaku pemilih dalam Pemilu Presiden
2014 di Kabupaten Kediri.
1.1.3. Media informasi berpengaruh terhadap keputusan pemilih dalam
Pemilu Presiden dan wakil Presiden di Kabupten Kediri tahun
2014. Media massa berperan dalam meningkatkan pengetahuan
dan menumbuhkan kesadaran politik pada masyarakat di segala
lapisan, terutama masyarakat yang terpinggir dalam kelompok
menengah kebawah.
1.1.4. Tidak ada pengaruh faktor kedekatan calon Presiden dan wakil
Presiden dengan perilaku pemilih di Kabupaten Kediri dalam
Pilpres 2014. Para pemilih di Kabupaten Kediri sudah mendapat
pengetahuan politik. Mereka memilih presiden berdasarkan pada
program yang ditawarkan capres, bukan mengutamakan
penampilan fisik/wajah capres ataupun berdasarkan suku/agama
dan daerah asal.
79
1.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam kaitannya dengan proses dan hasil
penelitian ini dapat mencakup faktor internal penelitian dan eksternal pelaksanaan
Pemilu Presiden/Wakil Presiden di Kabupaten Kediri.
1.2.1. Pada penelitin mendatang perlu dana yang lebih besar dan
responden yang lebih banyak. Dengan metode tetap kualitatif dan
kuantitatif
1.2.2. Pada persoalan eksternal penelitian, khususnya dalam hal
penyelenggaraan Pemilu Presiden/Wakil Presiden, maka dapat
diajukan saran kepada penyelenggara Pemilu Presiden/Wakil
Presiden, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kediri
khususnya, dan KPU Provinsi Jawa Timur serta KPU Pusat
umumnya, agar lebih optimal dan intensif dalam menyosialisasikan
Pemilu Presiden/Wakil Presiden, terutama di tingkat Provinsi
maupun Kabupaten.
1.2.3. Media massa cetak, elektornik, ataupun portal berita online serta
jejaring sosial media supaya lebih dioptimalkan dalam
menginformasikan segala hal terkait pelaksanaan dan persyaratan
Pemilu Presiden/Wakil Presiden serta didalam melaporkan rekam
jejak masing-masing calon Presiden/wakil Presiden dan dapat
diakses serta dijangkau masyarakat dari segala lapisan dan daerah
tempat tinggal.
1.2.4. Peran dan fungsi lembaga pengawas Pemilu lebih ditingkatkan lagi
agar lebih optimal dalam menjalankan fungsi kontrol dan
pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran, seperti
black campaign, politik uang, ataupun pemberitaan oleh media
yang tidak objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Afan Gaffar. 1992.JavaneseVoters: A Case Study of Election Under A Hegemonic
Party Sistem. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Arifin, Zainal, dkk. 2008. Pengaruh Media terhadap Masyarakat di Kabupaten Kediri. Kediri: Mip Publishing
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-DasarIlmuPolitik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Djarwanto, 1994, Pokok-PokokMetodeRisetdanBimbinganTeknisPenulisanSkripsi. Yogyakarta: Liberty.
Ida Bagus Matra.2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 1997. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Effendi, Onong Uchjana. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.
Mujani, Saiful, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi. 2012. Kuasa Rakyat, Jakarta: Mizan Publika.
Roth, Dieter. 2008. Studi Pemilu Empiris: Sumber, Teori-Teori, Instrumendan Metode. Jakarta: Friedrish-Naumann-Stiftung fur die Freiheit.
Sastroatmodjo, S 1995, Perilaku Politik. Semarang: IKIP Press.
Tebba, Sudirman. 2004. Jurnalistik Baru: Jakarta Kalam Indonesia.
UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
Research Center for Politics and Government (PolGov) Jurusan Politik dan Pemerintahan, FISIPOL UGM bekerjasama dengan The Asia Foundation (TAF).“Perilaku Pemilih dan Political Linkage di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Magelang” Utilisasi Political Tracking sebagai Instrumen Pendidikan Pemilih dan Penguatan Engagement antara Politisi dan Konstituen.
Internet/Artikel Majalah/Surat Kabar Umar S Bakry, “Perilaku Pemilih dalam Pemilu 2014” di muat di Media Indonesia, 4
Februari 2014.
Sekilas pemilu dari masa ke masa, http://www.pusakaindonesia.org/sekilas-pemilu-dari-masa-ke-masa/
Pemilihan Umum, https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum
Pemilihan presiden dari masa ke masa, http://www.kompasiana.com/bemfeui2014/ pemilihan-presiden-dari-masa-ke-masa_54f7189ea33311190b8b491f
Pengalihan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto, http: //www.sejarah-negara.com/2013/04/pengalihan-kekuasaan-dari-presiden.html,
https://data.kpu.go.id/ss8.php
http://kedirikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=93&Itemid=180