sampling audit

19
SAMPLING AUDIT Sampling dan Bukan Sampling Dalam Audit Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Auditor seringkali mengetahui mana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo- saldo akun atau transaksi lainnya yang, menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna. Ada alasan lain bagi auditor untuk memeriksa kurang dari 100% unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi. Sebagai contoh, auditor mungkin hanya memeriksa beberapa transaksi dari suatu saldo akun atau kelompok untuk (a) memperoleh pemahaman atas sifat operasi entitas atau (b) memperjelas pemahaman atas pengendalian intern entitas. Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan, antara lain, desain dan ukuran sampel audit. Ukuran sampel yang diperlukan untuk menghasilkan bukti audit yang cukup tergantung pada tujuan dan efisiensi sampel. Untuk tujuan 1

Upload: karitya88

Post on 20-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sampling audit

TRANSCRIPT

Page 1: Sampling Audit

SAMPLING AUDIT

Sampling dan Bukan Sampling Dalam Audit

Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus

persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk

menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.

Auditor seringkali mengetahui mana saldo-saldo akun dan transaksi yang

mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini

dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak

memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang,

menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal

terakhir ini, sampling audit sangat berguna. Ada alasan lain bagi auditor untuk

memeriksa kurang dari 100% unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok

transaksi. Sebagai contoh, auditor mungkin hanya memeriksa beberapa transaksi dari

suatu saldo akun atau kelompok untuk (a) memperoleh pemahaman atas sifat operasi

entitas atau (b) memperjelas pemahaman atas pengendalian intern entitas.

Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan, antara lain, desain dan ukuran

sampel audit. Ukuran sampel yang diperlukan untuk menghasilkan bukti audit yang

cukup tergantung pada tujuan dan efisiensi sampel. Untuk tujuan tertentu, efisiensi

sampel berhubungan dengan desainnya; suatu sampel akan lebih efisien daripada yang

lain jika sampel tersebut dapat mencapai tujuan yang sama dengan ukuran sampel yang

lebih kecil. Secara umum, desain yang hati-hati akan menghasilkan sampel yang lebih

efisien.

Statistical dan Non Stastical Sampling

Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik.

Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan

profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam

menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam

penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.

1) Statistical sampling, yaitu metode penentuan sampel secara objektif dengan

kriteria-kriteria tertentu. Metode ini digunakan untuk mengetahui besarnya

1

Page 2: Sampling Audit

sampel dan pemilihan unsurnya berdasarkan statistik. Terdapat empat jenis

statistical sampling, yaitu: (a) variable sampling, (b) attribute sampling, (c)

discovery sampling, (d) stratified sampling.

2) Nonstatistical sampling (judgement sampling), yaitu metode penentuan sampel

dengan menggunakan pertimbangan auditor dalam memilih sampel secara

subjektif, sehingga sebenarnya cara ini mengandung risiko. Penggunaan

sampling dengan metode non statistik harus memperhatikan hal – hal sebagai

berikut:

a. Dalam memilih unsur untuk diperiksa, setiap tipe transaksi dari kegiatan

utama di dalam suatu periode hendaknya diikutkan dalam sampel yang

diambil.

b. Apabila dalam suatu periode terdapat penanggungjawab yang berbeda atas

transaksi-transaksi yang ada, maka transaksi-transaksi yang terjadi dalam

masa kerja setiap penanggungjawab harus diuji.

c. Apabila dalam suatu periode terdapat perubahan kebijaksanaan, maka dalam

mengambil sampel harus mengikutsertakan transaksi yang terjadi menjelang

dan sesudah tanggal penetapan peraturan/kebijaksanaan tersebut.

d. Apabila pemeriksa meneliti kesalahan alas jumlah, hendaknya unsur-unsur

populasi dengan saldo yang besar diuji lebih banyak dan lebih hati-hati.

e. Besarnya sampel harus disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan. Jumlah

sampel harus diperbanyak antara lain apabila; jumlah transaksi yang akan

diperiksa banyak, sistem pengendalian lemah, transaksi mengandung derajat

kerawanan yang tinggi, kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan

yang material, pemeriksaan yang pertama kali (initial), hasil pemeriksaan

sebelumnya kurang memuaskan, integritas pimpinan diragukan.

f. Pemeriksa tidak dibenarkan mengurangi prosedur pemeriksaan tertentu

dengan menambah jumlah sampel sebagai kompensasinya.

Sampling dan Risiko Audit

Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit disebut

risiko audit. Risiko audit terdiri dari (a) risiko (meliputi risiko bawaan dan risiko

pengendalian) bahwa saldo atau kelompok dan asersi yang berkaitan, mengandung salah

2

Page 3: Sampling Audit

saji yang mungkin material bagi laporan keuangan, jika dikombinasikan dengan salah

saji pada saldo-saldo atau kelompok yang lain, dan (b) risiko (risiko deteksi) bahwa

auditor tidak menemukan salah saji tersebut. Risiko terjadinya peristiwa-peristiwa

negatif ini (adverse events) secara bersamaan dapat dipandang sebagai suatu fungsi

masing-masing risiko. Dengan menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai

berbagai faktor untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian (penentuan

risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum akan

menuntut pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan pengujian

substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo akun atau kelompok

transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.

Aspek – aspek risiko audit, antara lain:

1) Risiko Sampling. Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu

pengujian pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel,

kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya

jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atau

kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu sampel tertentu mungkin

mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang

telah ditetapkan, yang secara proporsional lebih besar atau kurang daripada yang

sesungguhnya terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi secara

keseluruhan. Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko sampling akan bervariasi

secara berlawanan dengan ukuran sampelnya: semakin kecil ukuran sampel,

semakin tinggi risiko samplingnya.

2) Risiko NonSampling. Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit

yang tidak berkaitan dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan

prosedur audit terhadap semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi

salah saji yang material. Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan

prosedur audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu.

Sebagai contoh, pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak

dapat diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko

nonsampling juga muncul karena auditor mungkin gagal mengenali salah saji

yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur

audit menjadi tidak efektif walaupun ia telah memeriksa semua data. Risiko

3

Page 4: Sampling Audit

nonsampling dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui

cara-cara seperti perencanaan dan supervisi memadai.

Jenis Pengujian Audit yang Mungkin Memerlukan Sampling

Pengujian Substantif

Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor harus

mempertimbangkan:

Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang relevan.

Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas.

Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima (allowable risk of incorrect

acceptance).

Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok

transaksi yang menjadi perhatian.

Dalam perencanaan sampel tertentu, auditor wajib mempertimbangkan tujuan audit

tertentu yang harus dicapai dan wajib menentukan apakah prosedur atau kombinasi

prosedur audit yang akan diterapkan akan mencapai tujuan tersebut. Auditor wajib

menentukan apakah populasi yang menjadi asal suatu sampel adalah memadai untuk

suatu tujuan audit. Sebagai contoh, auditor tidak akan dapat mendeteksi penyajian akun

yang terlalu rendah karena adanya unsur yang dihilangkan, dengan melakukan sampling

atas catatan. Rencana sampling semestinya untuk pendeteksian penyajian yang terlalu

rendah tersebut melibatkan pemilihan sumber data yang mengikutsertakan unsur yang

dihilangkan. Sebagai gambaran, pengeluaran kas kemudian mungkin perlu diambil

sampelnya untuk menguji apakah utang dagang telah disajikan terlalu rendah karena

tidak dicatatnya transaksi pembelian. Atau dokumen pengiriman mungkin diambil

sampelnya untuk mendeteksi penyajian penjualan yang terlalu rendah karena

pengiriman yang telah dilakukan belum dicatat sebagai penjualan.

Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor wajib

mempertimbangkan berapa besar salah saji moneter yang dapat terkandung dalam saldo

akun atau kelompok transaksi yang bersangkutan tanpa mengakibatkan laporan

keuangan menjadi salah saji secara material. Salah saji moneter maksimum pada saldo

atau kelompok ini disebut salah saji yang dapat diterima (tolerable misstatement) pada

sampel. Salah saji yang dapat diterima adalah suatu konsep perencanaan dan berkaitan

4

Page 5: Sampling Audit

dengan pertimbangan pendahuluan auditor atas tingkat materialitas, yang ditentukan

sedemikian rupa sehingga salah saji yang dapat diterima, dikombinasikan untuk seluruh

rencana audit, tidaklah melampaui estimasi tingkat materialitas tersebut.

Pengujian Pengendalian

Dalam perencanaan sampel audit tertentu untuk pengujian pengendalian, auditor

harus mempertimbangkan:

Hubungan antara sampel dengan tujuan pengujian pengendalian.

Tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang ditetapkan yang akan

mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

Tingkat risiko yang dapat diterima auditor atas penentuan risiko pengendalian

yang terlalu rendah.

Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok

transaksi yang menjadi fokus perhatian.

Dalam mendesain sampel untuk pengujian pengendalian, auditor biasanya harus

merencanakan untuk menilai efektivitas operasi dalam hubungannya dengan

penyimpangan dari pengendalian intern yang telah ditetapkan, baik dalam bentuk

tingkat penyimpangan maupun jumlah moneter transaksi yang terkait. Dalam hal ini,

pengendalian tertentu adalah pengendalian yang belum dimasukkan dalam desain

pengendalian intern yang akan berpengaruh sebaliknya terhadap rencana tingkat risiko

pengendalian yang ditetapkan oleh auditor. Tingkat risiko pengendalian secara

keseluruhan yang ditetapkan oleh auditor untuk asersi tertentu melibatkan kombinasi

antara pertimbangan atas pengendalian yang telah ditetapkan, penyimpangan dari

prosedur atau kebijakan yang telah ditetapkan, dan tingkat keyakinan yang diberikan

oleh sampel dan pengujian pengendalian yang lain.

Auditor harus menentukan tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian

yang telah ditetapkan, yaitu, ia akan bersedia menerima tanpa mengubah rencana

tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan. Inilah yang disebut tingkat

penyimpangan yang dapat diterima. Dalam penentuan tingkat penyimpangan yang dapat

diterima, auditor harus mempertimbangkan (a) tingkat risiko pengendalian yang

direncanakan, dan (b) tingkat keyakinan yang diinginkan oleh bukti audit dalam sampel.

Sebagai contoh, jika auditor merencanakan untuk menentukan tingkat risiko pada

tingkat yang rendah, dan ia menginginkan tingkat keyakinan yang tinggi dari bukti audit

5

Page 6: Sampling Audit

yang tersedia dari sampel untuk pengujian pengendalian (yaitu, tidak melakukan

pengujian pengendalian yang lain atas asersi), ia mungkin menentukan bahwa tingkat

penyimpangan yang dapat diterima sebesar 5% atau lebih kecil makin baik. Jika auditor

merencanakan tingkat risiko pengendalian yang lebih tinggi, atau ia menginginkan

tingkat keyakinan dari pengujian pengendalian yang lain bersama-sama dengan yang

disediakan oleh sampel (seperti misalnya permintaan keterangan atas cukup atau

tidaknya personalia entitas atau pengamatan atas penerapan prosedur atau kebijakan),

auditor mungkin memutuskan bahwa tingkat penyimpangan yang dapat diterima sebesar

10% atau lebih adalah cukup memadai.

Jenis Statistical Sampling

Terdapat empat jenis statistical sampling, antara lain:

1. Variable Sampling, untuk mengukur kebenaran nilai rupiah atau satuan kuantitas

lainnya.

2. Attribute Sampling, untuk mengukur frekuensi kejadian atau penyimpangan

tertentu di dalam kumpulan data (dinyatakan dalam persentase). Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam penerapan attribute sampling antara lain:

Menentukan tingkat ketelitian dan keandalan yang diinginkan.

Mengestimasikan tingkat kejadian atau penyimpangan.

Menggunakan daftar label statistik untuk menentukan ukuran sampel.

Meningkatkan tingkat kejadian atau penyimpangan yang sebenarnya.

3. Discovery Sampling, untuk menguji adanya kesalahan kritis sehingga auditor

dapat mempertimbangkan untuk memperluas pemeriksaan atau tidak. Hal – hal

yang perlu diperhatikan dalam penerapan discovery sampling antara lain:

Merumuskan lebih dahulu karakteristik yang akan diuji.

Menentukan persentase kesalahan maksimum yang dapat diterima dan

tingkat keandalan yang diinginkan dari karakteristik yang sedang diuji.

Menggunakan daftar statistik untuk menentukan ukuran sampel.

Menentukan tingkat kejadian atau penyimpangan yang sebenarnya.

4. Stratified Sampling, dimaksudkan untuk mengukur kebenaran nilai rupiah atau

satuan kuantitas lainnya yang sifat datanya heterogen. Hal – hal yang perlu

diperhatikan dalam penerapan stratified sampling antara lain:

6

Page 7: Sampling Audit

Menyusun strata dengan batas-batas yang jelas sehingga unsur tertentu dari

populasi dapat diketahui termasuk dalam stratum mana.

Menentukan tingkat ketelitian dan keandalan yang diinginkan untuk estimasi

nilai keseluruhan.

Menentukan stratum yang akan ditarik sampelnya 100% (jika ada).

Menentukan sampel pendahuluan setiap stratum.

Menentukan proporsi sampel setiap stratum.

Nilai populasi dinyatakan dalam bentuk interval.

SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN

Risiko Sampling

Auditor perlu memperhatikan dua aspek risiko sampling dalam

menyelenggarakan pengujian pengendalian jika ia menggunakan sampling:

a. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of

assessing control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko

pengendalian, berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan dengan

efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.

b. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of

assessing control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko

pengendalian, berdasarkan hasil sampel, yang terlalu tinggi dibandingkan

dengan efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.

Statistical Sampling

Sampling statistik membantu auditor dalam (a) mendesain sampel yang efisien,

(b) mengukur cukup atau tidaknya bukti audit yang diperoleh, dan (c) menilai hasil

sampel. Dengan menggunakan teori statistika, auditor dapat mengkuantifikasi risiko

sampling untuk membantu dirinya dalam membatasi r isiko tersebut pada t ingkat yang

menurut pertimbangannya dapat diterima. Namun, sampling statistik menimbulkan

tambahan biaya dalam pelatihan auditor, pendesainan masing-masing sampel untuk

memenuhi persyaratan statistik, dan pemilihan unsur yang akan diperiksa. Karena, baik

sampling nonstatistik maupun statistik dapat memberikan bukti audit yang mencukupi,

maka auditor dapat memilih satu di antara dua metode sampling tersebut, setelah

mempertimbangkan biaya dan efektivitas secara relatif dalam situasi tertentu.

7

Page 8: Sampling Audit

Nonstatistical Sampling

Unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang terpilih

diharapkan dapat mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur dalam populasi harus

memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Ada tiga metode pemilihan sampel yang

umum digunakan:

a. Pemilihan acak (random selection), yaitu setiap unsur dalam populasi atau

dalam setiap strata memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.

b. Pemilihan sistematik (systematic selection), yaitu pemilihan unsur dengan

menggunakan interval konstan diantara yang dipilih, yang interval

permulaannya dimulai secara acak.

c. Pemilihan sembarang (haphazard selection), yaitu merupakan alternatif

pemilihan acak, dengan syarat auditor mencoba mengambil sampel yang

mewakili dari keseluruhan populasi tanpa maksud untuk memasukkan atau tidak

memasukkan unit tertentu ke dalam sampel yang dipilih.

SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF

Risiko Sampling

Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko

sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor

memperhatikan dua aspek dari risiko sampling:

a) Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil

keputusan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji

secara material, padahal kenyataannya saldo akun telah salah saji secara

material.

b) Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection), yaitu risiko mengambil

keputusan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji

material, padahal kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji material.

Probability-Proportional-to-Size (PPS) Sampling

Probability proportional to size (PPS) adalah suatu metode pengambilan sampel

dari sebuah populasi dimana peluang terpilihnya setiap unit sampel sebanding dengan

8

Page 9: Sampling Audit

ukuran. Ukuran tersebut adalah informasi tambahan yang dimiliki oleh setiap unit

sampel yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam penarikan sampel sehingga

dapat diperoleh estimator – estimator yang lebih efisien. Informasi tambahan (ukuran)

yang berguna untuk dijadikan dasar pertimbangan penarikan sampel adalah informasi

yang mempunyai korelasi yang kuat dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

PPS Sampling digunakan pada setiap unit sampel (transaksi keuangan yang telah

terjadi) dalam populasi (saldo akun atau kelompok akun) memiliki ukuran yang

bervariasi sehingga peluang terpilihnya sampel tidak sama. Semakin besar ukuran suatu

unit sampel, maka semakin besar pula peluang terpilihnya unit sampel tersebut. Selain

itu, penggunaan PPS Sampling harus memperhatikan ada atau tidaknya hubungan yang

kuat antara informasi tambahan (ukuran) yang dimiliki oleh setiap unit sampel dengan

populasi yang ingin diteliti.

Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh bukti

bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Auditor perlu

melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item dalam populasi sebelum

menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun tersebut telah bebas

dari salah saji yang material. Untuk setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah

seluruh item tersebut akan diikutkan. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah

itu sendiri, dan populasinya adalah jumlah rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah

pada populasi tersebut. Meskipun setiap rupiah tersebut merupakan dasar pemilihan

sampel, namun yang diuji auditor adalah akun, transaksi, dokumen, atau item-item

sejenis yang berkaitan dengan rupiah yang dipilih.

Variable Sampling

Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk

menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah

suatu saldo akun atau kuantitas yang lain. Variabel sampling untuk memperkirakan

saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi, yaitu: (1) jika klien tidak

menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar dan (2) jika suatu saldo akun

ditentukan dengan sampling statistik.

Pengujian dan pengambilan sampel dalam pengujian subtantif baik dengan cara

nonstatistik dan statistik dilakukan melalui 7 (tujuh) tahap, yaitu sebagai berikut:

9

Page 10: Sampling Audit

1. Penentuan tujuan pengambilan sampel.

2. Penentuan populasi dan unit sampling.

3. Penentuan pengendalian berbagai kepentingan dan bahan bukti keefektifan

proses operasi perusahaan.

4. Penentuan besarnya sampel.

5. Penentuan metode pemilihan sampel.

6. Pemeriksaan sampel.

7. Evaluasi hasil belajar.

Penggunaan Variable Sampling dalam Pemeriksaan, dimaksudkan untuk

mengukur kebenaran nilai rupiah atau satuan kuantitas lainnya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penerapan Variable Sampling antara lain sebagai berikut:

a. Menentukan tingkat ketelitian dan keandalan yang diinginkan untuk estimasi

nilai keseluruhan.

b. Menghitung besarnya populasi. Perhitungan yang tepat adalah sangat penting

dalam variable sampling karena besarnya sampel dan perhitungan batas

ketepatan, secara langsung dipengaruhi oleh besarnya populasi.

c. Melaksanakan sampel pendahuluan untuk menentukan ukuran sampel yang

sebenarnya.

d. Nilai populasi dinyatakan dalam bentuk interval.

Perbandingan PPS Sampling dan Variable Sampling

PPS Sampling Variable Sampling

Kelebihan:

a. Sampling PPS umumnya lebih

mudah digunakan daripada

sampling variabel klasik karena

auditor dapat menghitung ukuran

sampel dan mengevaluasi hasil

sampel secara langsung atau

dengan bantuan table.

b. Ukuran sampel PPS tidak

didasarkan pada beberapa ukuran

Kelebihan:

a. Sampel-sampelnya lebih mudah

untuk diperluas daripada sampel

PPS, jika diperlukan

b. Saldo nol dan saldo yang bertanda

berbeda tidak memerlukan

pertimbangan perancangan khusus

c. Jika ada perbedaan yang besar

antara nilai audit dan nilai buku,

tujuan auditor dapat

10

Page 11: Sampling Audit

penyimpangan yang diestimasi

pada nilai audit.

c. Sampling PPS secara otomatis

menghasilkan sampel yang sudah

distratifikasi karena item-itemnya

dipilih dalam proporsi pada nilai

rupiahnya.

d. Pemilihan sampel sistematis PPS

secara otomatis menujukkan

beberapa item yang secara

individual signifikan jika nilai-

nilainya melebihi pisah batas atas

moneter.

e. Jika auditor memperkirakan tidak

ada salah saji, sampling PPS

biasanya akan menghasilkan

ukuran sampel yang lebih kecil

daripada hasil dari sampling

variabel klasik.

f. Sampel PPS lebih mudah

dirancang, dan pemilihan sampel

dapat dimulai sebelum tersedia

populasi yang lengkap.

terpenuhihanya dengan ukuran

sampel yang lebih kecil

dibandingkan sampling PPS.

Kelemahan:

a. Sampling PPS mengandung asumsi

bahwa nilai audit unit sampling

harus tidak kurang dari nol atau

lebih besar dari nilai buku.

b. Jika kekurangsajian ditunjukkan

dalam sampel tersebut, evaluasi

atas sampel tersebut memerlukan

pertimbangan khusus.

Kelemahan:

a. Sampling variabel klasik lebih

rumit dibanding sampling PPS,

umumnya, auditor memerlukan

bantuan program komputer untuk

merancang sampel yang efisien dan

mengevaluasi hasil sampel.

b. Untuk menentukan ukuran sampel,

auditor harus mempunyai estimasi

11

Page 12: Sampling Audit

c. Pemilihan saldo nol atau saldo

dengan tanda yang berbeda

memerlukan pertimbangan khusus.

d. Evaluasi PPS dapat melebihi ASR

(audit sampling risk) jika salah saji

ditemukan dalam sampel.

e. Sejalan dengan meningkatnya

jumlah salah saji yang

diperkirakan, ukuran sampel yang

sesuai juga meningkat.

penyimpangan standar karakteristik

yang dikehendaki dalam populasi.

12