sabtu, 21 agustus 2010 | media indonesia mental juara dari ... filehaan diperoleh dari usaha bir...

1
W ARGA desa menggunakan getah pisang raja untuk mengo- bati luka. Kebiasaan itu meng- gelitik Yosaphat Bayu Rosanto untuk menelitinya. Mahasiswa Fakultas Kedok- teran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu merangkul empat sekondannya, Nur Fer- liana Sari, Hajar Novelty Wity, Rahma Ningsih, dan Sekar Putri. Modal patungan pun disiapkan untuk meneliti getah batang tanaman yang bernama Latin Musa sapientum ini. Sesuai pendidikan, para ma- hasiswa itu mencoba meneliti efek gel getah batang pisang raja terhadap proses penyem- buhan luka pascaekstraksi gigi. “Tidak kurang dari 24 marmut menjadi ajang percobaan,” ujar Yosaphat. Hasilnya getah mampu mem- percepat proses penyembuhan. Marmut yang mendapat gel bisa sembuh dalam waktu 5 hari, sebaliknya penyembuhan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2010 adalah ajang unjuk kabisa mahasiswa Indonesia. Tahun ini, arena dikuasai mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Sulistiono Mental Juara dari Kampus Ndeso PERCAYA DIRI: Tim Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2010 dari Universitas Gadjah Mada saat menyampaikan presentasi penelitian, di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu. RAYAKAN KEMENANGAN: Anggota tim Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dari Universitas Gadjah Mada merayakan kemenangan mereka, setelah menyabet predikat juara umum dalam Pimnas 2010. Prestasi di Pimnas adalah hasil dari kerja keras dan perjalanan panjang.” Nusantara | 9 SABTU, 21 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA MI/SULISTIONO DOK.UGM dengan cara lain memakan waktu 10-14 hari. Biaya aksi mereka hanya Rp135 ribu, un- tuk membeli batang pisang dan memproses getah menjadi eks- trak. Hasil penelitian inilah yang dibawa para mahasiswa itu ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Na- sional (Pimnas) ke-23, yang digelar di Universitas Ma- hasaraswati, Denpasar, Bali, pada 21-23 Juli. Juri meng- anugerahi penelitian ini deng- an medali emas. Medali bagi Yosaphat dan kawan-kawan itu merupakan satu dari sembilan medali emas yang diraih UGM. Emas yang lain, di antaranya disumbang dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Dusun Ngemplak, Selom, Ka- bupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang disulap dari kampung pelaku illegal logging menjadi kampung biogas. Emas dari bidang kewirausa- haan diperoleh dari Usaha Bir Pletok Varian Rasa. Potensi Krim yang Mengandung Growth Factor, yang digulirkan Diah Septyadari, juga menda- pat penghargaan serupa. Dalam ajang yang sama, mahasiswa dari Kampus Biru ini juga mengantongi empat medali perak dan enam meda- li perunggu. “Pimnas adalah tempat un- tuk unjuk gigi ketangguhan akademis yang diikuti seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta. Hasilnya menjadi tolok ukur keunggulan perguruan tinggi. Dan UGM telah menun- jukkan hasil yang terbaik,” ungkap Direktur Kemaha- siswaan UGM, Haryanto. Pesta pora di ajang Pimnas itu bermula dari keinginan UGM mengantarkan maha- siswanya menjadi calon pemimpin. Mahasiswa diberi fasilitas penelitian, dukungan dana, dan pendampingan. Kondisi itu tercipta karena penghargaan terhadap maha- siswa berprestasi yang meme- nangi kompetisi di bidang pendidikan masih rendah. Kerja keras mereka kalah dengan kompetisi hiburan yang bersifat instan. Mental juara “Kami ingin memberikan pendidikan bagi mahasiswa. Dari proses belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” lanjut Haryanto, yang akrab dipanggil Sentot itu. UGM yang berjuluk Kampus Ndeso ini, lanjutnya, bertekad mengantarkan para maha- siswanya menjadi calon pemimpin. Minimal menjadi pemimpin di lingkungannya. Koordinator Paguyuban Pembantu Rektor Bidang Ke- mahasiswaan Seluruh Indone- sia ini menambahkan prestasi di Pimnas adalah hasil dari kerja keras dan perjalanan panjang pihak kampus dalam mendidik mahasiswa. Kekom- pakan kampus berhasil me- nyinergikan kebijakan rek- torat, fakultas, program studi, dosen pembimbing, dan ma- hasiswa. Proses pendamping- an dilakukan maksimal mulai dari penyusunan proposal pe- nelitian. “Yang ikut dalam Pimnas setiap tahun meningkat. Baik secara kuantitas maupun kua- litas. Tahun ini UGM mengaju- kan 800 proposal ke Dirjen Dikti, dan hanya 270 proposal yang lolos dan mendapatkan dana penelitian,” tandasnya. Modal lain yang dimiliki para mahasiswa UGM sejak menjejakkan kaki di Bulak Sumur adalah polesan yang mampu membangkitkan soft skill. Inilah yang membentuk mahasiswa bermental juara. Semuanya bermula sejak pe- nerimaan mahasiswa baru. Para- digma berbasis perploncoan, diubah dengan konsep Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru. UGM meminimalisasi perploncoan, mengedepankan pendampingan. Yosaphat mengakui pen- dampingan dan pengembang- an soft skill sangat bermanfaat. Peserta Pimnas semuanya membawa hasil penelitian yang luar biasa. “Tetapi, tidak semua peserta mampu men- jelaskan penelitian dan men- jawab pertanyaan juri dengan baik.” UGM mempunyai 18 fakul- tas dan 70 program studi. Pim- nas 2010 ini menjadi era ke- bangkitan kampus tertua di Indonesia itu. Haryanto ber- harap prestasi ini akan terus dipertahankan, seperti UGM yang tetap bertahan dengan julukan universitas yang ndeso dan low prole. (N-3) sulistiono @mediaindonesia.com

Upload: dinhnhan

Post on 18-Aug-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SABTU, 21 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Mental Juara dari ... filehaan diperoleh dari Usaha Bir Pletok Varian Rasa. Potensi Krim yang Mengandung Growth Factor, yang digulirkan Diah

WA R G A d e s a menggunakan getah pisang raja untuk mengo-

bati luka. Kebiasaan itu meng-gelitik Yosaphat Bayu Rosanto untuk menelitinya.

Mahasiswa Fakultas Kedok-teran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu merangkul empat sekondannya, Nur Fer-liana Sari, Hajar Novelty Wity, Rahma Ningsih, dan Sekar Putri. Modal patungan pun disiapkan untuk meneliti getah batang tanaman yang bernama Latin Musa sapientum ini.

Sesuai pendidikan, para ma-hasiswa itu mencoba meneliti efek gel getah batang pisang raja terhadap proses penyem-buhan luka pascaekstraksi gigi. “Tidak kurang dari 24 marmut menjadi ajang percobaan,” ujar Yosaphat.

Hasilnya getah mampu mem-percepat proses penyembuhan. Marmut yang mendapat gel bisa sembuh dalam waktu 5 hari, sebaliknya penyembuhan

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2010 adalah ajang unjuk kabisa mahasiswa Indonesia. Tahun ini, arena dikuasai mahasiswa Universitas Gadjah Mada.

Sulistiono

Mental Juara dari Kampus Ndeso

PERCAYA DIRI: Tim Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2010 dari Universitas Gadjah Mada saat menyampaikan presentasi penelitian, di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.

RAYAKAN KEMENANGAN: Anggota tim Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dari Universitas Gadjah Mada merayakan kemenangan mereka, setelah menyabet predikat juara umum dalam Pimnas 2010.

Prestasi di Pimnas adalah hasil dari kerja keras dan perjalanan panjang.”

Nusantara | 9SABTU, 21 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA

MI/SULISTIONODOK.UGM

dengan cara lain memakan waktu 10-14 hari. Biaya aksi mereka hanya Rp135 ribu, un-tuk membeli batang pisang dan memproses getah menjadi eks-trak.

Hasil penelitian inilah yang dibawa para mahasiswa itu ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Na-sional (Pimnas) ke-23, yang digelar di Universitas Ma-hasaraswati, Denpasar, Bali, pada 21-23 Juli. Juri meng-anugerahi penelitian ini deng-an medali emas.

Medali bagi Yosaphat dan kawan-kawan itu merupakan satu dari sembilan medali emas yang diraih UGM. Emas yang lain, di antaranya disumbang dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Dusun Ngemplak, Selom, Ka-bupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang disulap dari kampung

pelaku illegal logging menjadi kampung biogas.

Emas dari bidang kewirausa-haan diperoleh dari Usaha Bir Pletok Varian Rasa. Potensi Krim yang Mengandung Growth Factor, yang digulirkan Diah Septyadari, juga menda-pat penghargaan serupa.

Dalam ajang yang sama, mahasiswa dari Kampus Biru ini juga mengantongi empat medali perak dan enam meda-li perunggu.

“Pimnas adalah tempat un-tuk unjuk gigi ketangguhan akademis yang diikuti seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta. Hasilnya menjadi tolok ukur keunggulan perguruan tinggi. Dan UGM telah menun-jukkan hasil yang terbaik,” ungkap Direktur Kemaha-siswaan UGM, Haryanto.

Pesta pora di ajang Pimnas

itu bermula dari keinginan UGM mengantarkan maha-s iswanya menjadi ca lon pemimpin. Mahasiswa diberi fasilitas penelitian, dukungan dana, dan pendampingan.

Kondisi itu tercipta karena penghargaan terhadap maha-siswa berprestasi yang meme-nangi kompetisi di bidang pendidikan masih rendah. Kerja keras mereka kalah de ngan kompetisi hiburan yang bersifat instan.

Mental juara

“Kami ingin memberikan pendidikan bagi mahasiswa. Dari proses belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” lanjut Haryanto, yang akrab dipanggil Sentot itu.

UGM yang berjuluk Kampus Ndeso ini, lanjutnya, bertekad mengantarkan para maha-s iswanya menjadi ca lon pemimpin. Minimal menjadi pemimpin di lingkungannya.

Koordinator Paguyuban Pembantu Rektor Bidang Ke-mahasiswaan Seluruh Indone-sia ini menambahkan prestasi di Pimnas adalah hasil dari kerja keras dan perjalanan panjang pihak kampus dalam mendidik mahasiswa. Kekom-pakan kampus berhasil me-nyinergikan kebijakan rek-torat, fakultas, program studi, dosen pembimbing, dan ma-

hasiswa. Proses pendamping-an dilakukan maksimal mulai dari penyusunan proposal pe-nelitian.

“Yang ikut dalam Pimnas setiap tahun meningkat. Baik secara kuantitas maupun kua-litas. Tahun ini UGM mengaju-kan 800 proposal ke Dirjen Dikti, dan hanya 270 proposal yang lolos dan mendapatkan dana penelitian,” tandasnya.

Modal lain yang dimiliki para mahasiswa UGM sejak menjejakkan kaki di Bulak Sumur adalah polesan yang mampu membangkitkan soft skill. Inilah yang membentuk mahasiswa bermental juara.

Semuanya bermula sejak pe-nerimaan mahasiswa baru. Para-digma berbasis perploncoan, diubah dengan konsep Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru. UGM meminimalisasi

perploncoan, mengedepankan pendampingan.

Yosaphat mengakui pen-dampingan dan pengembang-an soft skill sangat bermanfaat. Peserta Pimnas semuanya membawa hasil penelitian yang luar biasa. “Tetapi, tidak semua peserta mampu men-jelaskan penelitian dan men-jawab pertanyaan juri dengan baik.”

UGM mempunyai 18 fakul-tas dan 70 program studi. Pim-nas 2010 ini menjadi era ke-bangkitan kampus tertua di Indonesia itu. Haryanto ber-harap prestasi ini akan terus dipertahankan, seperti UGM yang tetap bertahan dengan julukan universitas yang ndeso dan low profi le. (N-3)

[email protected]