sabdolangit bencana spiritual

Upload: dickymarshidiq

Post on 30-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tulisan sabdalangit

TRANSCRIPT

BENCANA SPIRITUALNUSANTARAKONTEMPLASI DI AWAL TAHUN

Dari : SabdalangitPOTRET NEGERI YANG MENYEDIHKANMASYARAKAT YANG BINGUNG DI TENGAH NEGERI YANG MEMBINGUNGKANNegeri ini minimal memiliki 6 agama yang diakui pemerintah secara resmi. Banyak sekalikhasanah spiritualdalam berbagai media komunikasi langsung dengan ruang publik. Melalui kegiatan sosial, ceramah, dialog, dan berbagai peringatan hari besar keagamaan. Kekayaan ilmu spiritual juga tampak dengan begitu mudahnya kita menemukan bahan bacaan sebagai refensi bagi siapapun yang ingin menggali spiritualitas secara lebih mendalam. Mulai dari tersedianya semua kitab suci agama dan kitab pendampingnya, serta buku-buku religi, bacaan ringan, makalah, artikel di media masa, majalah, tabloid, televisi, dan forum diskusi. Sangat banyak ! Tetapi mengapa negeri ini memiliki predikat yang sangat fantastis bikin malu. Yakni negeri paling korup, negeri penuh musibah dan bencana, termasuk negeri resiko besar penyakit AIDs, negeri pembalakan liar (illegal logging), negeri tempat berpestanya para penyeludup dalam negeri-luar negeri,bahkan sebagai ngeri konsumen sekaligus produsen narkoba, negeri generasi penerus budaya narkobadengan 1,1 juta pelajarnya maemnarkoba.Tidak cukup itu saja, negeri ini masih mengkoleksi berbagai predikat sebagai negeri yang indah untuk duniaperselingkuhan, pelecehan sexual, dan gudang segala bentuk permesuman. Malah akhir-akhir ini mendapat stempeltambahan sebagai negeri yang kaya akan terorisme, bangsa yang gampang terpancing emosi, gampang diadu domba dan disulut api provokator asing dan dalam negeri sendiri. Negeri yang penuh dengan intrik dan skandal politik, tunggang menunggang, hingga negeri penuh suap, kolusi, dan nepotisme.Membanggakansekali ya ?Mengapa bisa terjadi nasib sedemikian tragis menimpa negeri ini ? Benarkah negeri ini sudah menjadi tanah harapan para pemuja setan (nafsu)? Benarkah tuduhan bahwa negeri ini sarangnya para si kapir si kopar seperti sering dituduhkan itu ?Tapi, coba kita berfikir sederhana, sebelum mengambil kesimpulan tersebut. Kapir menurut pengetahuan saya, adalah orang yang nggak punya agama atau nggak percaya jika Tuhan itu ada. Masihkah ada orang yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, sekalipun manusia yang sangat jahat. Kok rasanya nggak ada ya? Apa masih ada orang jahiliyah sekarang ini ? Karena negeri ini sudah terlanjur kondang di seantero jagad dunia manusia sebagai negeri yang agamis dan punya toleransi serta kerukunan beragama yang sangat ideal. Bangga sekali saya dengan mimpi ku ini. Biarpun kebanggaan ini kurasakan saat aku lelap tertidur.Ketika aku bangun, terusik lagi dengan pikiran dunguku, jangan-jangan yang membanggakanku tadi hanyalah fenomena paradoksal bahwamasyarakat kita yang merasake-GR-ansudah berilmu pengetahua luas dan spiritual tinggi. Jangan-jangan malah tingkat spiritualnya masih sebatas kulitnya saja? Jika memang begitu adanya, berarti negeri ini mengalami peristiwaspiritualismati di lumbungilmu spiritual.Pak profesor semaput kekenyangan makan buku. Jangan-jangan tokoh dan masyarakat kebanyakan berlomba mengaku-ngaku, mengklaim, dan merasa GR ilmunya sudah mumpuni, spiritualnya sudah tinggi dapat melihat Tuhan sehingga omongannya harus dituruti, nasehatnya kudu didengar, perintahnya mampu mengubah nilai kharam-khalal, kemurkaannya dapat membuat dan menentukan dosa-pahala bagi orang lain, lalu merasa paling soleh, paling terpuji, paling baik, paling bener. Karena itu orang yang tidak sejalan dengannafsupikirannya, serta merta disumpah menjadi kapir.Dugaanku prasangka buruk ini tidak terlalu suudhon (buruk), karena prasangka tersebut mirip sekali dengan ciri khas orang bodoh, yang hanya menguasai KULITnya saja. Jika bener, pengetahuannya yang sebatasKULITitu bisa berbahaya sekali, karena potensial menimbulkan bentrokan dan perpecahan bangsa. Kalau nggak salah, pengetahuan KULITinikayaknyasepadan dengan pelajaran SD ya ?. Nahorang lupa atau nggak menyadari diri, jika tugasnya masih harus melanjutkan sekolah hingga setinggi-tingginya! Bila hidup ini diumpamakan makan kelapa, orang harus menuntaskan hingga tak bersisa.MakanKupas kulitnya dulu, lalu tempurungnya, nah dibalik tempurung itu ada daging kelapanya yang gurih. Tapi jangan keenakan makan daging kelapa saja. Bisacacingen lho, tugas kita adalah menuntaskan hingga minum air kelapanya. Air yang bening, menyegarkan dahaga spiritual. Air yang universal, enggak mengharuskan salah satuagamabahan pewarna dalampencapaian spiritual, air universeyang beningtapi memiliki rasa, yakni rasa kenikmatan dan anugrah Tuhan. Jangan-jangan air itu yang namanyahakekatya ? Mungkinkah..negeri ini penuh dengan orang yang mengalami semaput akal-nuraninya karena kekenyangan makan kulit ? Kayaknya bisa jadi ya..Kira-Kira Salah Siapa Ya?Kalau dilihat dari gerak-geriknya kebanyakan orang sepertinya sedang mengalami kebingungan pula, setiap mau menjelajah ke dalam ruang spiritual yag lebih tinggi lagi, selalu ditakut-takuti..misalnya; Bahaya !bisa tersesat, bidah, syirik, dan musyrik.Ada lagi alasan yang diharuskan; harus dituntun guru. Padahal sudah sekian banyaknya ilmu spiritual yg dibukukan, ditulis dalam makalah, naskah,forum diskusi, tayang di internet..semua itu kayaknya bisa mengganti peranan guru kan ? Mungkin, mungkin lho ya, mungkin ketimbang mendapat resiko sesat, lalu orang lebih memilih tetapstagnan, mandeg dalam kebodohan, bahkan konon katanya ada hewan orang hilang akal mengkritik negeri ini dibilangnya lebih menikmati ke-jahiliah-an ketimbang harus mencoba dan berusaha menggapai spiritualitas yang lebih baik. Nggak tahu lah saya juga salah satu di antara rakyat negeri bingung yang sedang bingung. Tapi khayalanku, ada kesan bahwa orang lebih baikjahiliahketimbangsesat. Lebih menikmati kulitnya (sekalipun mengandung kolesterol), ketimbang dagingnya (yang banyak mengandung gizi). Wahduh..kalo gitu siap-siap saja, jika kita semua tidak segera suntik vaksinasi, atau berobat, atau minum jamu dan makan makanan bergizi tinggi, maka negeri ini bisa menemuiazaliajal, dengan siksaan sekarat terlebih dulu karena mengalami gizi (spiritual) yang buruk. Lalu apa kira-kira solusinya..?

MISTERI BULAN SURABulan Sura adalah bulan pertama dalam kalender Jawa. Tanggal 1 Sura akan jatuh pada hari Senin tanggal 29 Desember 2008. Secara lugas maknanya adalah merupakan tahun baru menurut penanggalan Jawa. Bagi pemegang tradisi Jawahingga kini masih memiliki pandangan bahwa bulan Sura merupakan bulan sakral. Berikut ini saya paparkan arti bulan Sura secara maknawi dan dimanakah letak kesakralannya.Meluruskan Berita BurungTradisi dan kepercayaan Jawa melihat bulan Sura sebagai bulan sakral. Bagi yang memiliki talenta sensitifitas indera keenam (batin) sepanjang bulan Sura aura mistis dari alam gaib begitu kental melebihi bulan-bulan lainnya. Tetapi sangat tidak bijaksana apabila kita buru-buru menganggapnya sebagai bentuk paham syirik dan kemusrikan. Anggapan seperti itu timbul karena disebabkan kurangnyapemahaman sebagian masyarakat akan makna yang mendalam di baliknya. Musrik atau syirikberkaitan erat dengan cara pandang batiniah dan suara hati, jadi sulit menilai hanya dengan melihat manifestasi perbuatannya saja.Jika musrik dan syirik diartikan sebagai bentuk penyekutuan Tuhan, maka punishment terhadap tradisi bulan Sura itujauh dari kebenaran, alias tuduhan tanpa didasari pemahaman yang jelas dan beresiko tindakan pemfitnahan. Biasanya anggapan musrik dan sirik muncul karena mengikuti trend atau ikut-ikutan pada perkataan seseorang yang dinilai secara dangkal layak menjadi panutan. Padahal tuduhan itu jelas merupakan kesimpulan yang bersifat subyektif dan mengandungstigma, dan sikap menghakimi secara sepihak.Masyarakat Jawa mempunyaikesadaranmakrokosmos, bahwa Tuhan menciptakan kehidupan di alam semesta ini mencakup berbagai dimensi yang fisik (wadag) maupun metafisik (gaib). Seluruh penghuni masing-masing dimensi mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Interaksi antara dimensi alam fisik dengan dimensi metafisik merupakan interaksi yang bersimbiosis mutual, saling mengisi mewujudkan keselarasan dan keharmonisan alam semesta sebagai upaya memanifestasikan rasa sukur akan karunia terindah dari Tuhan YME. Sehingga manusia bukanlah segalanya di hadapan Tuhan, dan dibanding mahluk Tuhan lainnya. Manusiatidak seyogyanya mentang-mentangmengklaim dirinya sendiri sebagaimahlukpaling sempurna dan mulia, hanya karena akal-budinya. Selain kesadaran makrokosmos, sebaliknya di sisi lainkesadaran mikrokosmosJavanisme bahwaakal-budiibaratpisau bermata dua, di satu sisi dapatmemuliakanmanusia tetapi di sisi lain justru sebaliknya akanmenghinakanmanusia, bahkan lebih hina dari binatang, maupun mahluk gaib jahat sekalipun.Berdasarkan dua dimensi kesadaran itu, tradisi Jawa memiliki prinsip hidup yakni pentingnya untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian alam semesta agar supaya kelestarian alam tetap terjaga sepanjang masa. Menjaga kelestarian alam merupakanperwujudan syukur tertinggiumat manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan bumi ini berikut seluruh isinya untuk dimanfaatkan umat manusia.Dalam tradisi Jawa sekalipun yang dianggap palingkleniksekalipun, prinsip dasar yang sesungguhnya tetaplahPERCAYA KEPADA TUHAN YME. Di awal atau di akhir setiap kalimat doa dan mantra selalu diikuti kalimat;saka kersaning Gusti,saka kersaning Allah. Semua media dalam ritual, hanya sebatas dipahami sebagai media dan kristalisasi dari simbol-simbol doa semata. Doa yang ditujukan hanya kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Prinsip tersebut memproyeksikan bahwa kaidah dan prinsip religiusitas ajaran Jawa tetap jauh dari kemusrikan maupun syirik yang menyekutukan Tuhan.Cara pandang tersebut membuat masyarakat Jawa memiliki tradisi yang unik dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tipikal tradisi Jawa kental akan penjelajahan wilayah gaib sebagai konsekuensi adanya interaksi manusia terhadap lingkungan alam dan seluruh isinya. Lingkungan alam dilihatmemiliki dua dimensi, yaknifana/wadagatau fisik, dan lingkungan dimensigaib atau metafisik. Lingkungan alam tidak sebatas apa yang tampak oleh mata, melainkan meliputi pula lingkungan yang tidak tampak oleh mata (gaib). Boleh dikatakan pemahaman masyarakat Jawa akan lingkungan atau dimensi gaib sebagai bentuk keimanan (percaya) kepada yang gaib. Bahkan oleh sebagian masyarakat Jawa, unsur kegaiban tidak hanya sebatas diyakini atau diimani saja, tetapi lebih dari itu seseorang dapat membuktikannya dengan bersinggungan atau berinteraksi secara langsung dengan yang gaib sebagai bentuk pengalaman gaib. Oleh karena itu, bagi masyarakat Jawa dimensi gaib merupakan sebuah realitas konkrit. Hanya saja konkrit dalam arti tidak selalu dilihat oleh mata kasar, melainkan konkrit dalam arti Jawa yakni termasuk hal-hal yang dapat dibuktikan melalui indera penglihatanmaupun indera batiniah. Meskipun demikian penjelasan ini mungkin masih sulit dipahami bagi pihak-pihak yang belum pernah samasekali bersinggungan dengan hal-hal gaib. Sehingga cerita-cerita maupun kisah-kisah gaib dirasakan menjadi tidak masuk akal, sebagai hal yang mustahal, dan menganggap pepesan kosong belaka. Pendapat demikian sah-sah saja, sebab tataran pemahaman gaib memang tidak semua orang dapat mencapainya. Yang merasa mampu memahamipun belum tentu tapat dengan realitas gaib yang sesungguhnya. Sedangkan agama sebatas memaparkan yang bersifat universal, garis besar, dan tidak secara rinci. Perincian mendetail tentang eksistensi alam gaib merupakan rahasia ilmu Tuhan Yang Maha Luas, tetapi Tuhan Maha Adil tetap memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk mengetahuinya walaupun sedikit namun dengan sarat-sarat yang berat dan tataran yang tidak mudah dicapai.Misteri Bulan SuraBulan Sura adalah bulan baru yang digunakan dalam tradisi penanggalan Jawa.Di samping itu bagi masyarakat Jawa adalah realitas pengalaman gaib bahwa dalam jagad makhluk halus pun mengikuti sistem penanggalan sedemikian rupa.Sehingga bulan Sura juga merupakan bulan baru yang berlaku di jagad gaib. Alam gaib yang dimaksudkan adalah;jagad makhluk halus; jin,setan(dalam konotasi Jawa; hantu), siluman, benatang gaib, sertajagad leluhur; alam arwah, dan bidadari. Antara jagadfanamanusia (Jawa), jagad leluhur, dan jagad mahluk halus berbeda-beda dimensinya.Tetapi dalamberinteraksiantara jagad leluhur dan jagad mahluk halus di satu sisi, dengan jagad manusiadi sisi lain, selalu menggunakan penghitungan waktu penanggalan Jawa. Misalnya; malam Jumat Kliwon (Jawa;Jemuah) dilihat sebagai malam suci paling agung yang biasa digunakan para leluhur turun ke bumi untukn jangkungdannjampangai(membimbing) bagi anak turunnya yang menghargai dan menjaga hubungan dengan para leluhurnya. Demikian pula, dalam bulan Sura juga merupakan bulan palingsakralbagi jagad makhluk halus. Mereka bahkan mendapat dispensasi untuk melakukan seleksi alam. Bagi siapapun yang hidupnya tidakelingdanwaspada, dapat terkena dampaknya.Dalam siklus hitungan waktu tertentu yang merupakan rahasia besar Tuhan, terdapat suatu bulan Sura yang bernamaSura Duraka.Disebut sebagai bulanSura Durakakarena merupakan bulan di mana terjaditundan dhemit.Tundan dhemitmaksudnya adalah suatu waktu di mana terjadi akumulasi paradedemityang mencari korban para manusia yang tidakelingdanwaspadha. Karena pada bulan-bulan Sura biasa para dedhemit yang keluar tidak sebanyak pada saat bulanSura Duraka. Sehingga pada bulan Sura Duraka biasanya ditandai banyak sekali musibah dan bencana melanda jagad manusia. Bulan Sura Duraka ini pernah terjadi sepanjang bulan Januari s/d Februari 2007.Musibah banyak terjadi di seantero negeri ini. 1) Di awali tenggelamnya KM Senopati di laut Banda yang terkenal sebagai palung laut terdalam di wilayah perairan Indonesia. Kecelakaan ini memakan korban ratusan jiwa. 2) Kecelakaan Pesawat Adam Air hilang tertelan di palung laut dekat teluk Mandar, posisi di 40 mil barat laut Majene. 3) Kereta api mengalami anjlok dan terguling sampai 3 kali kasus selama sebulan. 4) Tabrakan bus di pantura, bus menyeruduk rumah penduduk. 5) Kecelakaan pesawat garuda di Yogyakarta. 6) Beberapa maskapai penerbangan mengalami gagal take off, gagal landing, mesin error dsb. 7) Jakarta dilanda banjir terbesar sepanjang masa. 8) Kapal terbakar di Sulawesi dan maluku. 9) Kapal laut di selat Karimun terbakar lalu tenggelam memakan ratusan korban berikut wartawan TV peliput berita. 10) Banjir besar di Jawa Tengah, Angin puting beliung sepanjang Pulau Jawa-Sumatra. Dan masihbanyak lagi kecelakaan pribadi yang waktu itu Kapolri sempat menyatakan sebagai bulan kecelakaan terbanyak meliputi darat, laut dan udara.Atas beberapa uraian pandangan masyarakat Jawa tersebut kemudian muncul kearifan yang kemudian mengkristal menjadi tradisi masyarakat Jawa selama bulan Sura.Sedikitnya ada 5 macam ritual yang dilakukan menjelang dan selama bulan Sura seperti berikut ini;1.Siraman malam 1 Sura; mandi besar dengan menggunakan air serta dicampur kembang setaman. Sebagai bentuk sembah raga (sariat) dengan tujuan mensucikan badan, sebagai acara seremonial pertanda dimulainya tirakat sepanjang bulan Sura; lantara lain lebih ketat dalam menjaga dan mensucikan hati, fikiran, serta menjaga panca indera dari hal-hal negatif. Pada saat dilakukan siraman diharuskan sambil berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan YME agar senantiasa menjaga kita dari segala bencana, musibah, kecelakaan. Doanya dalam satu fokus yakni memohon keselamatan diri dan keluarga, serta kerabat handai taulan. Doa tersirat dalam setiap langkah ritual mandi. Misalnya, mengguyur badan dari ujung kepala hingga sekujur badan sebanyak 7 kali siraman gayung (7 dalam bahasa Jawa;pitu, merupakan doa agar Tuhan memberikanpitulunganatau pertolongan). Atau 11 kali (11 dalam bahasa Jawa;sewelas, merupakan doa agar Tuhan memberikankawelasan; belaskasih). Atau 17 kali (17 dalam bahasa Jawa;pitulas; agar supaya Tuhan memberikan pitulungan dan kawelasan). Mandi lebih bagus dilakukan tidak di bawah atap rumah; langsung beratap langit; maksudnya adalah kita secara langsung menyatukan jiwa raga ke dalam gelombang harmonisasi alam semesta.2.Tapa Mbisu(membisu); tirakat sepanjang bulan Sura berupa sikap selalu mengontrol ucapan mulut agar mengucapkan hal-hal yang baik saja. Sebab dalam bulan Sura yang penuh tirakat, doa-doa lebih mudah terwujud. Bahkan ucapan atau umpatan jelek yang keluar dari mulut dapat numusi atau terwujud. Sehingga ucapan buruk dapat benar-benar mencelakai diri sendiri maupunorang lain.3.Lebih MenggiatkanZiarah; pada bulan Sura masyarakat Jawa lebih menggiatkan ziarah ke makam para leluhurnya masing-masing, atau makam para leluhur yang yang dahulu telah berjasa untuk kita, bagi masyarakat, bangsa, sehingga negeri nusantara ini ada. Selain mendoakan, ziarah sebagai tindakan konkrit generasi penerus untuk menghormati para leluhurnya (menjadipepunden). Cara menghormati dan menghargai jasa para leluhur kita selain mendoakan, tentunya dengan merawat makam beliau. Sebabmakammerupakanmonumen sejarahyang dapat dijadikan media mengenang jasa-jasa para leluhur; mengenang dan mencontoh amal kebaikan beliau semasa hidupnya. Di samping itu kita akan selalu ingat akansangkan paraning dumadi. Asal-usul kita ada di dunia ini adalah dari turunan beliau-beliau. Dan suatu saat nanti kita semua pasti akan berpulang ke haribaan Tuhan Yang maha Kuasa. Mengapa harus datang ke makam, tentunya atas kesadaran bahwa semua warisan para leluhur baik berupa ilmu, kebahagiannya, tanah kemerdekaan, maupun hartanya masih bisa dinikmati hingga sekarang, dan dinikmati oleh semua anak turunnya hingga kini. Apakah sebagai keturunannya kita masih tega hanya dengan mendoakan saja dari rumah ? Jika direnungkan secara mendalam menggunakan hati nurani, sikap demikian tidak lebih dari sekedar menuruti egoisme pribadi (hawa nafsu negatif) saja. Anak turun yang mau enaknya sendiri enggan datang susah-payah ke makam para leluhurnya, apalagi terpencil nun jauh harus pergi ke pelosok desa mendoakan dan merawat seonggok makam yang sudah tertimbun semak belukar.Betapa teganya hati kita,bahkan dengan mudahnya mencari-cari alasan pembenar untuk kemalasannya sendiri, bisa saja menggunakan alasan supaya menjauhi kemusyrikan.Padahal kita semua tahu, kemusyrikan bukan lah berhubungan dengan perbuatan, tetapi berkaitan erat dengan hati. Jangan-jangan sudah menjadi prinsip bawah sadar sebagian masyarakat kita,bahwa lebih enak menjadi orang bodoh,ketimbang menjadi orang winasis dan prayitna tetapi konsekuensinya tidak ringan.4.Menyiapkan sesaji bunga setamandalam wadah berisi air bening. Diletakkan di dalam rumah. Selain sebagai sikap menghargai para leluhur yangnjangkungdannjampangianak turun, ritual ini penuh dengan makna yang dilambangkan dalam uborampe. Bunga mawar merah, mawar putih, melati, kantil, kenanga. Masing-masing bunga memiliki makna doa-doa agung kepada Tuhan YME yang tersirat di dalamnya (silahkandibaca dalam forum tanya jawab). Bunga-bungaan juga ditaburkan ke pusara para leluhur, agar supayaterdapat perbedaanantara makam seseorang yang kita hargai dan hormati, dengankuburan seekor kucingyang berupa gundukan tanah tak berarti dan tidak pernah ditaburi bunga, serta-merta dilupakan begitu saja oleh pemiliknya berikut anak turunnya si kucing.5.Jamasan pusaka; tradisi ini dilakukan dalam rangka merawat atau memetri warisan dan kenang-kenangan dari para leluhurnya. Pusaka memiliki segudang makna di balik wujud fisik bendanya. Pusaka merupakan buah hasil karya cipta dalam bidang seni dan ketrampilan para leluhur kita di masa silam. Karya seni yang memiliki falsafah hidup yang begitu tinggi. Selain itu pusaka menjadi situs dan monumen sejarah, dan memudahkan kita simpati dan berimpati oleh kemajuan teknologi dan kearifan lokal para perintis bangsa terdahulu. Dari sikap menghargai lalu tumbuh menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus bangsa agar berbuat lebih baik dan maju di banding prestasi yang telah diraih para leluhur kita di masa lalu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para leluhurnya, para pahlawannya, dan para perintisnya. Karena mereka semua menjadi sumber inspirasi, motivasi dan tolok ukur atas apa yang telah kita perbuat dan kita gapai sekarang ini. Dengan demikian generasi penerus bangsa tidak akan mudah tercerabut (disembeded) dari akarnya. Tumbuh berkembang menjadi bangsa yang kokoh, tidak menjadi kacung dan bulan-bulanan budaya, tradisi, ekonomi, dan politik bangsa asing. Kita sadari atau tidak, tampaknya telah lahirmegatrendterbaru abad ini, sekaligus paling berbahaya, yakni merebaknya bentukthe newest imperialismmelalui cara-cara politisasi agama.6.Larung sesaji; larung sesaji merupakan ritual sedekah alam. Uborampe ritual disajikan (dilarung) ke laut, gunung, atau ke tempat-tempat tertentu. Tradisi budaya ini yang paling riskan dianggap musrik. Betapa tidak, jikalau kita hanya melihat apa yang tampak oleh mata saja tanpa ada pemahaman makna esensial dari ritual larung sesaji. Baiklah, berikut saya tulis tentang konsep pemahaman atau prinsip hati maupun pola fikir mengenai tradisi ini.Pertama; dalam melaksanakan ritual hati kita tetap teguh pada keyakinan bahwa Tuhan adalah Maha Tunggal, dan tetap mengimani bahwa Tuhan Maha Kuasa menjadi satu-satunya penentu kodrat.Kedua; adalah nilai filosofi, bahwa ritual larung sesaji merupakan simbol kesadaran makrokosmos yang bersifat horisontal, yakni penghargaan manusia terhadap alam. Disadari bahwa alam semesta merupakan sumber penghidupan manusia, sehingga untuk melangsung-kan kehidupan generasi penerus atau anak turun kita, sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikan alam. Kelestarian alam merupakan warisan paling berharga untuk generasi penerus.Ketiga; selain kedua hal di atas, larung sesaji merupakan bentuk interaksi harmonis antara manusia dengan seluruh unsur alam semesta. Disadari pula bahwa manusia hidup di dunia berada di tengah-tengah lingkungan bersifat kasat mata atau jagad fisik, maupun gaib atau jagad metafisik. Kedua dimensi jagad tersebut saling bertetanggaan, dan keadaannya pun sangat kompleks. Manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan seyogyanya menjaga keharmonisan dalam bertetangga, sama-sama menjalani kehidupan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebaliknya, bilamana dalam hubungan bertetangga (dengan alam) tidak harmonis, akan mengakibatkan situasi dan kondisi yang destruktif dan merugikan semua pihak. Maka seyogyanya jalinan keharmonisan sampai kapanpun tetap harus dijaga.Sugeng warsa enggalSenin Legi, 1 Sura 1942 taun je(29 Desember 2008)

KITA adalah 1 bangsa, dalam 1 bangsa tidak berlaku; pihakmu, pihakku, dan pihak merekaDalam rasa kebersamaan ini semoga Tuhan melimpahkan berkah, rahmat, anugrah, dan kemuliaan bagi kita semua, untuk menggapai kehidupan sejati yang lebih baik. Kita jaga toleransi, redamkan hawa nafsu angkara, endapkan segala ke-aku-an, kita tundukkan sikap narsis; egosentris; egois; bengis. Bahu-membahu, menciptakan negeri yang indah, sejuk, tenteram. Kita buang benih-benih kebencian, dan taburkan benih-benih kedamaian.Kita semai rasa kasih sayang. Kita wujudkan negeri yang penuh kebahagiaan, untuk saat ini dan selamanya. Amin.

HUBUNGAN KEJAYAAN NUSANTARADENGAN PARA LELUHUR BANGSAPrakataKematian bukanlahthe endingatau riwayat yang telah tamat. Kematian merupakan proses manusia lahir kembali ke dimensi lain yang lebih tinggi derajatnya ketimbang hidup di dimensi bumi. Bila perbuatannya baik berarti mendapatkan kehidupan sejati yang penuhkemuliaan, sebaliknya akan mengalami kehidupan baru yang penuh kesengsaraan. Jasad sebagai kulit pembungkus sudah tak terpakai lagi dalam kehidupan yang sejati. Yang hidup adalah esensinya berupa badan halus esensi cahaya yang menyelimuti sukma. Bagi orang Jawa yang belumkajawankhususnya, hubungan dengan leluhur atau orang-orang yang telah menurunkannya selalu dijaga agar jangan sampai terputus sampai kapanpun. Bahkan masih bisa terjadi interaksi antara leluhur dengan anak turunnya. Interaksi tidak dapat dirasakan kecuali oleh orang-orang yang terbiasa mengolah rahsa sejati. Dalam tradisi Jawa dipahami bahwa di satu sisi leluhur dapatnjangkungdannjampangi(membimbing dan mengarah-kan) anak turunnya agar memperoleh kemuliaan hidup. Di sisi lain, anak-turunnya melakukan berbagai cara untuk mewujudkan rasa berbakti sebagai wujud balas budinya kepada orang-orang yang telah menyebabkan kelahirannya di muka bumi. Sadar atau tidak warisan para leluhur kita & leluhur nusantara berupa tanah perdikan (kemerdekaan), ilmu, ketentraman, kebahagiaan bahkan harta benda masih bisa kita rasakan hingga kini.Ada Apa di Balik NUSANTARABangsa Indonesia sungguh berbeda dengan bangsa-bangsa lain yang ada di muka bumi. Perbedaan paling mencolok adalah jerih payahnya saat membangun dan merintis berdirinya bangsa sebesar nusantara ini. Kita semua paham bila berdirinya bangsa dan negara Indonesia berkat perjuangan heroik para leluhur kita. Dengan mengorbankan harta-benda, waktu, tenaga, pikiran, darah, bahkan pengorbanan nyawa. Demi siapakah ? Bukan demi kepentingan diri mereka sendiri, lebih utama demi kebahagiaan dan kesejahteraan anak turunnya, para generasi penerus bangsa termasuk kita semua yang sedang membaca tulisan ini.Penderitaan para leluhur bangsa bukanlah sembarang keprihatinan hidup. Jika dihitung sejak masa kolonialisme bangsa Baratdi bumi nusantara, para leluhur perintis bangsa melakukan perjuangan kemerdekaan selama kurang-lebih dari 350 tahun lamanya. Belum lagi jika dihitung dari era jatuhannya Kerajaan Majapahit yang begitu menyakitkan hati. Perjuangan bukan saja menguras tenaga dan harta benda, bahkan telah menggilas kesempatan hidup, menyirnakan kebahagiaan, memberangus ketentraman lahir dan batin, hati yang tersakiti, ketertindasan, harga diri yang diinjak dan terhina. Segala perjuangan, penderitaan dan keprihatinan menjadi hal yang tak terpisahkan karena, perjuangan dilakukan dalam suasana yang penuh kekurangan. Kurang sandang pangan, kurang materi, dan kekurangan dana. Itulah puncak penderitaan hidup yang lengkap mencakup multi dimensi. Penderitaan berada pada titik nadzir dalam kondisi sedih, nelangsa, perut lapar, kekurangan senjata, tak cukup beaya namun kaki harus tetap tegap berdiri melakukan perlawanan mengusir imperialism dan kolonialism tanpa kenal lelah dan pantang mengeluh. Jika kita resapi, para leluhur perintis bangsa zaman dahulu telah melakukan beberapalaku prihatinyang teramat berat dan sulit dicari tandingannya sbb ;1.Tapa Ngrame; ramai dalam berjuang sepi dalam pamrih mengejar kepentingan pribadi.2.Tapa Brata; menjalani perjuangan dengan penuh kekurangan materiil. Perjuangan melawan kolonialism tidak hanya dilakukan dengan berperang melawan musuh, namun lebih berat melawan nafsu pribadi dan nafsu jasad (biologis dan psikis).3.Lara Wirang; harga diri dipermalukan, dihina, ditindas, diinjak, tak dihormati, dan nenek moyang bangsa kita pernah diperlakukan sebagai budak di rumahnya sendiri.4.Lara Lapa; segala macam penderitaan berat pernah dialami para leluhur perintis bangsa.5.Tapa Mendhem; para leluhur banyak yang telah gugur sebelum merdeka, tidak menikmati buah yang manis atas segala jerih payahnya. Berjuang secara tulus, dan segala kebaikannya dikubur sendiri dalam-dalam tak pernah diungkit dan dibangkit-bangkit lagi.6.Tapa Ngeli; para leluhur bangsa dalam melakukan perjuangan kepahlawanannya dilakukan siang malam tak kenal menyerah. Penyerahan diri hanya dilakukan kepada Hyang Mahawisesa (Tuhan Yang Mahakuasa).Itulah kelebihan leluhur perintis bumi nusantara, suatu jasa baik yang mustahil kita balas.Kita sebagai generasi penerus bangsa telah berhutang jasa (kepotangan budhi) tak terhingga besarnya kepada para perintis nusantara. Tak ada yang dapat kita lakukan, selain tindakan berikut ini :Memelihara dan melestarikan pusaka atau warisan leluhur paling berharga yakni meliputi tanahperdikan(kemerdekaan), hutan, sungai, sawah-ladang, laut, udara, ajaran, sistem sosial, sistem kepercayaan dan religi, budaya, tradisi, kesenian, kesastraan, keberagaman suku dan budaya sebagaimana dalam ajaran Bhinneka Tunggal Ikka. Kita harus menjaganya jangan sampai terjadi kerusakan dan kehancuran karena salah mengelola, keteledoran dan kecerobohan kita. Apalagi kerusakan dengan unsur kesengajaan demi mengejar kepentingan pribadi.Melaksanakan semua amanat para leluhur yang terangkum dalam sastra dan kitab-kitab karya tulis pujangga masa lalu. Yang terekam dalam ajaran, kearifan lokal (local wisdom), suri tauladan, nilai budaya, falsafah hidup tersebar dalam berbagai hikayat, cerita rakyat, legenda, hingga sejarah.Nilai kearifan lokalsebagaimana tergelar dalam berbagai sastra adiluhung dalam setiap kebudayaan dan tradisi suku bangsa yang ada di bumi pertiwi. Ajaran dan filsafat hidupnya tidak kalah dengan ajaran-ajaran impor dari bangsa asing. Justru kelebihan kearifan lokal karena sumber nilainya merupakan hasil karya cipta, rasa, dan karsa melalui interaksi dengan karakter alam sekitarnya. Dapat dikatakan kearifan lokal mem-proyeksikan karakter orisinil suatu masyarakat, sehingga dapat melebur (manjing, ajur, ajer) dengan karakter masyarakatnya pula.Mencermati dan menghayati semua peringatan (wewaler) yang diwasiatkan para leluhur, menghindari pantangan- pantanganyang tak boleh dilakukan generasi penerus bangsa. Selanjutnya mentaati dan menghayati himbauan-himbauan dan peringatan dari masa lalu akan berbagai kecenderungan dan segala peristiwa yang kemungkinan dapat terjadi di masa yang akan datang (masa kini). Mematuhi dan mencermati secara seksama akan bermanfaat meningkatkankewaspadaandan membangun sikapeling.Tidak melakukan tindakan lacur, menjual pulau, menjual murah tambang dan hasil bumi ke negara lain. Sebaliknya harus menjaga dan melestarikan semua harta pusaka warisan leluhur. Jangan menyalah-gunakan wewenang dan kekuasaan. Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, menggunting dalam lipatan.Merawat dan memelihara situs dan benda-benda bersejarah, tempat yang dipundi-pundi ataupepunden(makam) para leluhur. Kepedulian kita untuk sekedar merawat dan memelihara makam leluhur orang-orang yang telah menurunkan kita dan leluhur perintis bangsa, termasuk dalam mendoakannya agar mendapat tempat kamulyan sejati dan kasampurnan sejatidialam kelanggenganmerupakan kebaikan yang akan kembali kepada diri kita sendiri. Tak ada buruknya kitameluhurkanleluhur bangsa asing dengan dalih apapun; agama, ajaran, budaya, ataupun sebagai ikon perjuangan kemanusiaan. Namun demikian hendaknya leluhur sendiri tetap dinomorsatukan dan jangan sampai dilupakan bagaimanapun juga beliau adalah generasi pendahulu yang membuat kita semua ada saat ini.Belum lagi peran dan jasa beliau-beliau memerdekakan bumi pertiwi menjadikan negeri ini menjadi tempat berkembangnya berbagai agama impor yang saat ini eksis. Dalam falsafah hidup Kejawen ditegaskan untuk selalu ingat akansangkan paraning dumadi. Mengerti asal muasalnya hingga terjadi di saat ini. Dengan kata lain ;kacang hendaknya tidak melupakan kulitnya.Hilangkan sikap picik atau dangkal pikir (cethek akal) yang hanya mementingkan kelompok, gender atau jenis kelamin, golongan, suku, budaya, ajaran dan agama sendiri dengan sikap primordial, etnosentris dan rasis. Kita harus mencontoh sikap kesatria para pejuang dan pahlawan bumi pertiwi masa lalu. Kemerdekaan bukanlah milik satu kelompok, suku, ras, bahkan agama sekalipun. Perjuangan dilakukan oleh semua suku dan agama, kaum laki-laki dan perempuan, menjadikan kemerdekaan sebagai anugrah milik bersama seluruh warga negara Indonesia.Generasi DurhakaKesadaran kita bahwa bangsa ini dulunya adalah bangsa yang besar dalam arti kejayaannya, kemakmurannya, kesuburan alamnya, kekayaan dan keberagaman akan seni dan budayanya, ketinggian akan filsafat kehidupannya, menumbuhkan sikap bangga kita hidup di negeri ini. Namun bila mencermati dengan seksama apa yang di lakukan para generasi penerus bangsa saat ini terutama yang sedang memegang tampuk kekuasaan kadang membuat perasaan kita terpuruk bahkan sampai merasa tidak lagi mencintai negara Indonesia berikut produk-produknya. Di sisi lain beberapa kelompok masyarakat seolah-olah menginginkan perubahan mendasar (asas) kenegaraan dengan memandaang pesimis dasar negara, falsafah dan pandangan hidup bangsa yang telah ada dan diretas melalui proses yang teramat berat dan berabad-abad lamanya. Golongan mayoritas terkesan kurang menghargai golongan minoritas. Keadilan dilihat dari kacamata subyektif, menurut penafsiran pribadi, sesuai kepentingan kelompok dan golongannya sendiri. Kepentingan yang kuat meniadakan kepentingan yang lemah. Kepentingan pribadi atau kelompok diklaim atas nama kepentingan rakyat. Untuk mencari menangnya sendiri orang sudah berani lancang mengklaim tindakannya atas dasar dalil agama (kehendak Tuhan). Ayat dan simbol-simbol agama dimanipulasi untuk mendongkrak dukungan politik. Watak inilah yang mendominasi potret generasi yangdurhakapada para leluhur perintis bangsa di samping pula menghianati amanat penderitaan rakyat. Celakanya banyak pecundang negeri justru mendapat dukungan mayoritas. Nah, siapa yang sudahkeblinger, apakah pemimpin-nya, ataukah rakyatnya, atau mungkin pemikiran saya pribadi ini yang tak paham realitas obyektif. Kenyataan betapa sulit menilai suatu ralitas obyektif, apalagi di negeri ini banyak sekali terjadi manipulasi data-data sejarah dan gemar mempoles kosmetik sebagai pemanis kulit sebagai penutup kebusukan.Dosa Anak Kepada Ibu (Pertiwi)Leluhur bumi nusantara bagaikan seorang ibu yang telah berjasa terlampau besar kepada anak-anaknya. Sekalipun dikalkulasi secara materi tetap terasa kita tak akan mampu melunasi hutang budi-baik orang tua kita dengan cara apapun. Orang tua kita telah mengandung, melahirkan, merawat, membesarkan kita hari demi hari hingga dewasa. Sedangkan kita tak pernah bisa melakukan hal yang sama kepada orang tua kita. Demikian halnya dengan para leluhur perintis bangsa. Bahkan kita tak pernah bisa melakukan sebagaimana para leluhur lakukan untuk kita. Apalagi beliau-beliau telah lebih dulu pergi meninggalkan kita menghadap Hyang Widhi (Tuhan YME). Diakui atau tidak, banyak sekali kita berhutang jasa kepada beliau-beliau para leluhur perintis bangsa. Sebagai konsekuensinya atas tindakan pengingkaran dan penghianatan kepada leluhur, sama halnya perilakudurhakakepadaibu(pertiwi) kita sendiri yang dijamin akan mendatangkan malapetaka ataubebendudahsyat. Itulah pentingnya kita tetapnguri-uriatau memelihara dan melestarikan hubungan yang baik kepada leluhur yang telah menurunkan kita khususnya, dan leluhur perintis bangsa pada umumnya. Penghianatan generasi penerus terhadap leluhur bangsa, sama halnya kita menabur perbuatan durhaka yang akan berakibat menuai malapetaka untuk diri kita sendiri.Sudah menjadi kodrat alam (baca; kodrat ilahi)sikap generasi penerus bangsa yang telahmendurhakaipara leluhur perintis bumi pertiwi dapat mendatangkan azab, malapetaka besar yang menimpa seantero negeri. Sikap yang melacurkan bangsa, menjual aset negara secara ilegal, merusak lingkungan alam, lingkungan hidup, hutan, sungai, pantai. Tidak sedikit para penanggungjawab negeri melakukan penyalahguna-an wewenangnya dengan caraing ngarsa mumpung kuasa,ing madya agawe rekasa, tut wuri nyilakani.Tatkala berkuasa menggunakanaji mumpung, sebagai kelas menengah selalu menyulitkan orang, jika menjadi rakyat gemar mencelakai. Seharusnyaing ngarsa asung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Walaupun tidak semua orang melaku-kan perbuatan durhaka namun implikasinya dirasakan oleh semua orang. Sekilas tampak tidak adil, namun ada satu peringatan penting yang perlu diketahui bahwa, hanya orang-orang yang selalu eling dan waspada yang akan selamat dari malapetaka negeri ini.Rumus Yang TergelarSaya tergerak untuk membuat tulisan ini setelah beberapa kali mendapatkan pertanyaan sbb;apakah kembalinya kejayaan nusantara tergantung dengan peran leluhur ?jawabnya, TIDAK!melainkan tergantung pada diri kita sendiri sebagai generasi penerus bangsa.Meskipun demikian bukan berarti menganulir peran leluhur terhadap nasib bangsa saat ini. Peran leluhur tetap besar hanya saja tidak secara langsung.Keprihatinanluar biasa leluhur nusantara di masa lampau dalam membangun bumi nusantara,telah menghasilkan sebuah rumus besar yang boleh dikatakan sebagai hukum atau kodrat alam. Setelah keprihatinan dan perjuangan usai secara tuntas, rumus baru segera tergelar sedemikian rupa. Rumus berlaku bagi seluruh generasi penerus bangsa yang hidup sebagai warga negara Indonesia dan siapapun yang mengais rejeki di tanah perdikan nusantara. Kendatipun demikian generasi penerus memilikidua pilihanyakni,apakah akan menjalani roda kehidupan yang sesuai dalam koridor rumus besar atau sebaliknya, berada di luar rumus tersebut. Kedua pilihan itu masing-masing memiliki konsekuensi logis. Filsafat hidup Kejawen selaluwanti-wanti;aja duwe watak kere, jangan gemar menengadahkan tangan. Sebisanya jangan sampai berwatak ingin selalu berharap jasa (budi) baik atau pertolongan dan bantuan dari orang lain, sebab yang seperti ituabot sanggane, berat konsekuensi dan tanggungjawab kita di kemudian hari. Bila kita sampai lupa diri apalagi menyia-nyiakan orang yang pernah memberi jasa (budi) baik kepada kita, akan menjadikansukertadansengkala.Artinyamembuat kita sendiri celaka akibat ulah kita sendiri. Leluhur melanjutkanwanti-wantinya pada generasi penerus, agar supaya ;tansah eling sangkan paraning dumadi.Mengingat jasa baik orang-orang yang telah menghantarkan kita hingga meraih kesuksesan pada saat ini. Mengingat dari siapa kita dilahirkan, bagaimana jalan kisah, siapa saja yang terlibat mendukung, menjadi perantara, yang memberi nasehat dan saran, hingga kita merasakan kemerdekaan dan ketenangan lahir batin di saat sekarang. Sementara itu,generasi durhakaadalah generasi yang sudahtidakeling sangkan paraning dumadi.Tugas dan Tanggungjawab Generasi BangsaSebagai generasi penerus bangsa yang telah menanggung banyak sekali hutang jasa dan budi baik para leluhur masa lalu, tak ada pilihan yang lebih tepat selain harus mengikuti rumus-rumus yang telah tergelar. Sebagaimana ditegaskan dalam seratJangka Jaya Bayaserta berbagaipralampita, kelak negeri ini akan mengalami masa kejayaan kembali yangadil makmur, gemah ripah loh jinawi, bilamana semua suku bangsa kembalinguri-urikebudayaan, menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan lokal (local wisdom), masing-masing suku kembali melestarikan tradisi peninggalan para leluhur nusantara. Khususnya bagi orang Jawa yang sudah hilang kejawaannya (kajawan) dan berlagaksok asing, bersedia kembali menghayati nilai luhurkearifan lokal. Demikian pula suku Melayu, Dayak, Papua, Minang, Makasar, Sunda, Betawi, Madura, Tana Toraja, Dayak dst, kembali menghayati tradisi dan budaya lokal yang kaya akan nilai-nilai luhur. Bagaimanapun kearifan lokal memiliki kunggulan yakni lebih menyatu dan menjiwai (manjing ajur ajer) serta lebih mengenal secara cermat karakter alam dan masyarakat setempat.Desa mawa cara, negara mawa tata. Masing-masing wilayah atau daerah memiliki aturan hidup dengan menyesuaikan situasi dan kondisi alamnya. Tradisi dan budaya setempat adalah bahasa tak tertulis sebagai buah karya karsa, cipta, dan karsa manusia dalam berinteraksi dengan alam semesta. Orang yang hidup di wilayah subur makmur akan memiliki karakter yang lembut, santun, toleran, cinta damai namun agak pemalas. Sebaliknya orang terbiasa hidup di daerah gersang, sangat panas, sulit pangan, akan memiliki karakter watak yang keras, temperamental, terbiasa konflik dan tidak mudah toleran. Indonesia secara keseluruhan dinilai oleh manca sebagai masyarakat yang berkarakter toleran, penyabar, ramah, bersikap terbuka. Namun apa jadinya jika serbuan budaya asing bertubi-tubi menyerbu nusantaradengan penuh keangkuhan (tinggi hati) merasa paling baik dan benar sedunia. Apalagi budaya yang dikemas dalam moralitas agama, atau sebaliknya moralitas agama yang mengkristal menjadi kebiasaan dan tradisi. Akibat terjadinya imperialisme budaya asing, generasi bangsa ini sering keliru dalam mengenali siapa jati dirinya. Menjadi bangsa yang kehilangan arah, dengan falsafah hidup yang tumpang-tindih dan simpang-siur menjadikan doktrin agama berbenturan dengan nilai-nilai kearifan lokal yang lebih membumi. Ditambah berbagaipelecehan konstitusioleh pemegang tampuk kekuasaan semakin membuat keadaan carut-marut dan membingungkan. Tidak sekedar mengalami kehancuran ekonomi, lebih dari itu bangsa sedang menuju di ambang kehancuran moral, identitas budaya, dan spiritual.Kini, saatnya generasi penerus bangsa kembali mencari identitas jati dirinya, sebelum malapetaka datang semakin besar.Mulai sekarang juga, mari kita semua berhenti menjadi generasidurhakakepada orang tua (leluhur perintis bangsa). Kembali ke pangkuan ibu pertiwi, niscaya anugrah kemuliaan dan kejayaan bumi nusantara akan segera datang kembali.

TRAH MAJAPAHITDalam pola hubungan kekerabatan atau silsilah di dalam Kraton di Jawa di kenal istilahtrah. Menurut arti harfiahnyatrahadalah garis keturunan atau diistilahkantepas darah dalemataukusuma trahing narendra, yakni orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan atau keluarga besar secara genealogis dalam hubungan tali darah (tedhaking andana warih). Banyak sekali orang merasa bangga menjadi anggota suatutrahtertentu namun kebingungan saat menceritakan runtutan silsilah atautrahleluhur yang mana yang menurunkannya. Seyogyanya kita masih bisa menyebut dari mana asal-usul mata rantai leluhur yang menurunkan agar supaya dapat memberikan pengabdian kepada leluhur secara tepat. Dengan demikian rasa memiliki dan menghormati leluhurnya tidak dilakukan dengan asal-asalan tanpa mengetahui siapa persisnya nenek-moyang yang telah menurunkan kita, dan kepada leluhur yang mana harus menghaturkan sembah bakti. Jika kita terputus mengetahui mata rantai tersebut sama halnya dengan mengakui atau meyakini saja sebagai keturunan Adam, namun alur mata rantainya tidak mungkin diuraikan lagi.Mengetahuitedhaking andana warihmembuat kita lebih tepatmunjuk sembah pangabektiatau menghaturkan rasa berbakti dan memuliakan leluhur kita sendiri. Jangan sampai sepertigenerasi durhaka yakni orang-orangkajawan rib-iribanyang tidak memahami hakekat, kekenyangan makan kulit, menjunjung setinggi langit leluhur bangsa asing sekalipun harus mengeluarkan beaya puluhan bahkan ratusan juta rupiah tapi tidak mengerti makna sesungguhnya. Sungguh ironis, sementara leluhurnya sendiri terlupakan dan makamnya dibiarkan merana hanya karena takut dituduh musrik atau khurafat. Cerita ironis dan menyedihkan itu seketika raib tatkala sadar telah mendapatkan label sebagai orang suci dan saleh hanya karena sudah meluhurkan leluhur bangsa asing. Ya, itulah kebiasaan sebagian masyarakat yang suka menilai simbol-simbolnya saja, bukan memahami esensinya. Apakah seperti itu cara kita berterimakasih kepada leluhur yang menurunkan kita sendiri, dan kepada leluhur perintis bangsa? Rupanya mata hati telah tertutup rapat, tiada lagi menyadari bahwa teramat besar jasa para leluhur bangsa kita. Tanpa beliau-beliau pendahulu kita semua yang telah menumpahkan segala perjuangannya demi kehidupan dan kemuliaan anak turun yang mengisi generasi penerus bangsa rasanya kita tak kan pernah hidup saat ini.Tolok ukur kejayaan nusantara masa lalu adalah kejayaan kerajaan Pajajaran, Sriwijaya dan Majapahit, terutama yang terakhir.Trahatau garis keturunan kerajaan Majapahit yang masih eksis hingga sekarang, yakni kerajaan Mataram Panembahan Senopati di Kotagede Yogyakarta, Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran di kota Solo, generasi Mangkubumen yakni Kasultanan dan Pakualaman di Yogyakarta. Semuanya adalah generasi penerus Majapahit terutama raja terakhir Prabu Brawijaya V. Berikut ini silsilah yang saya ambil secara garis besarnya saja;Prabu Brawijaya Vmempunyai 3 putra di antaranya adalah :1. Ratu Pembayun (Lajer Putri)2. Raden Bondhan Kejawan/Lembupeteng Tarub(Lajer Putra)3. Raden Patah/Jin Bun/Sultan Buntoro Demak I(Lajer Putra; tetapi ibu kandung dari bangsa asing yakni; Putri Cempo dari Kamboja ; beragama Islam)TrahRatu Pembayunmenurunkan 2 Putra :1.Ki Ageng Kebo Kanigoro2.Ki Ageng Kebo Kenongo/Ki Ageng PenggingKi Ageng Kebo Kenongomenurunkan 1 Putra: (Lajer Putri)1.Mas Karebet/Joko Tingkir/Sultan Hadiwijoyo/Sultan Pajang I(Lajer Putri)Sementara ituRaden Patah/Jin Bun/Sultan Buntoro Demak I, menurunkan 2 Putera yakni :(1)Pangeran Hadipati Pati Unus/ Sultan Demak II(2)Pangeran Hadipati Trenggono/ Sultan Demak IIIKeduanya penerus Demak tetapi akhirnya putus alias demak runtuh karena pemimpinnya tidak kuat.Kerajaan Demak hanya berlangsung selama 3 periode. Entah ada kaitannya atau tidak namun kejadiannya sebagaimana dahulu pernah diisaratkan oleh Prabu Brawijaya V saat menjelangpuput yuswa. Prabu Brawijaya V merasa putranda Raden Patah menjadi anak yang berani melawan orang tua sendiri, Sang Prabu Brawijaya V (Kertabhumi), apapun alasannya. Maka Prabu Brawijaya V bersumpahbila pemerintahan Kerajaan Demak hanya akan berlangsung selama 3 dinasti saja(Raden Patah, Adipati Unus, Sultan Trenggono). Setelah itu kekuasaa Kerajaan Demak Bintoro akan redup dengan sendirinya. Hal senada disampaikan pula oleh Nyai Ampel Gading kepada cucunda Raden Patah,setiap anak yang durhaka kepada orang tuanya pasti akan mendapat bebendu dari Hyang Mahawisesa. Dikatakan oleh Nyai Ampel Gading, bahwa Baginda Brawijaya V telah memberikan 3 macam anugrah kepada Raden Patah yakni; 1) daerah kekuasaan yang luas, 2) diberikan Tahta Kerajaan, 3) dan dipersilahkan menyebarkan agama baru yakni agama sang ibundanya (Putri Cempa) dengan leluasa. Namun Raden Patah tetap menginginkan tahta Majapahit, sehingga berani melawan orang tuanya sendiri. Sementara ayahandanya merasa serba salah, bila dilawan ia juga putera sendiri dan pasti kalah, jika tidak dilawan akan menghancurkan Majapahit dan membunuh orang-orang yang tidak mau mengikuti kehendak Raden Patah. Akhirnya Brawijaya V memilih mengirimkan sekitar 3000 pasukan saja agar tidak mencelakai putranda Raden Patah. Sementara pemberontakan Raden Patah ke Kerajaan Majapahit membawa bala tentara sekitar 30 ribu orang, dihadang pasukan Brawijaya V yang hanya mengirimkan 3000 orang. Akibat jumlah prajurit tidak seimbang maka terjadi banjir darah dan korban berjatuhan di pihak Majapahit. Sejak itulah pustaka-pustaka Jawa dibumihanguskan, sementara itu orang-orang yang membangkang dibunuh dan rumahnya dibakar. Sebaliknya yang memilih mengikuti kehendak Raden Patah dibebaskan dari upeti atau pajak. Senada dengan Syeh Siti Jenar yang enggan mendukung pemberontakan Raden Patah ke Majapahit, adalah Kanjeng Sunan Kalijaga yang sempat memberikan nasehat kepada Raden Patah, agar tidak melakukan pemberontakan karena dengan memohon saja kepada ayahandanya untuk menyerahkan tahta, pasti permintaan Raden Patah akan dikabulkannya. Hingga akhirnya nasehat tak dihiraukan Raden patah, dan terjadilah perang besar yang membawa banyak korban. Hal ini sangat disesali oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, hingga akhirnya memutuskan untuk berpakaian serba berwarna wulung atau hitam sebagai pertanda kesedihan dan penyesalan atas peristiwa tersebut.Penerus MajapahitLain halnya nasib Raden Bondan Kejawan yang dahulu sebelum Sri Narpati Prabu Brawijaya V meninggal ia masih kecil dititipkan kepada putranda Betara Katong, dikatakan jika Betara katong harus menjaga keselamatan Raden Bondan Kejawan karena ialah yang akan menjadi penerus kerajaan Majapahit di kelak kemudian hari. Berikut ini alur silsilah Raden Bondan Kejawan hingga regenerasinya di masa Kerajaan Mataram.Raden Bondhan Kejawan/Lembu Peteng Tarub-Dewi Nawang Sih (Dewi Nawang Sih adalah seorang putri dari Dewi Nawang Wulan-Jaka Tarub)(Lajer Putra)menurunkan Putera :1. Raden Depok/Ki Ageng Getas Pandowo(Lajer Putra)2. Dewi Nawang Sari (Kelak adl calon ibu Ratu Adil/SP/Herucakra)Raden Depok / Ki Ageng Getas Pandowo mempunyai 1 Putera:1. Bagus Sunggam/Ki Ageng Selo(Lajer Putra)2. Bagus Sunggam / Ki Ageng Selo mempunyai 1 Putera bernama:3. Ki Ageng Anis(Ngenis) (Lajer Putra)Ki Ageng Anis (Ngenis) mempunyai 2 Putera :1.Ki Ageng Pemanahan/Ki AgengMataram2.Ki Ageng Karotangan/Pagergunung Itp://sabdalangit.wordpress.comKi Ageng Pemanahan / Mataram mempunyai 1 Putera:Raden Danang Sutowijoyo/Panembahan Senopati/Sultan Mataram IPanembahan Senopati akhirnya menjadi generasi Mataram Islam (kasultanan) pertama yang meneruskan kekuasaan Majapahit hingga kini. Pada masa itu spiritualitas diwarnai nilai sinkretisme antara filsafat hidup Kejawen, Hindu, Budha dan nilai-nilai Islam hakekat sebagaimana terkandung dalam ajaran Syeh Siti Jenar, terutama mazabnya Ibnu Al Hallaj. Pada saat itu, hubungan kedua jalur spiritual masih terasa begitu romantis saling melengkapi dan belum diwarnai intrik-intrik politik yang membuyarkan sebagaimana terjadi sekarang ini.Begitulah silsilah lajer putra dari Brawijaya V. Menurut tradisi Jawa wahyu keprabon akan turun kepada anak laki-laki atau lajer putra. Sedangkan Raden patah walaupun lajer putra tetapi dari Putri bangsa asing. Dan Raden Patah dianggap anak durhaka oleh ayahandanya Prabu Brawijaya Kertabhumi dan neneknya Nyai Ampel Gading. Namun demikian, bagi penasehat spiritualnya yakni Ki Sabdapalon dan Nayagenggong yang begitu legendaris kisahnya, pun Prabu Brawijaya walaupun secara terpaksa atau tidak sengaja telah menghianati para pendahulunya pula.Dari pemaparan kisah di atas ada suatu pelajaran berharga untuk generasi penerus agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Artinya jangan sampai kita berani melawan orang tua, apalgi sampai terjadi pertumpahan darah. Karena dapat tergelincir pada perberbuatan durhaka kepada orang tua kita terutama pada seorang ibu, yakni ibu pertiwi. Dengan kata lain durhaka kepada para leluhur yang telah merintis bangsa dengan susah payah. Karena Tuhan pasti akan memberikan hukuman yang setimpal, dan siapapun tak ada yang bisa luput daribebenduTuhan.Pralampita Leluhur BangsaSaya ingin mengambil beberapa bait dari serat Darmagandul yang unik dan menarik untuk dianalisa, sekalipun kontroversial namun paling tidak ada beberapa nasehat danwarningyang mungkin dapat menjadipepelingbagi kita semua, khususnya bagi yang percaya. Bagi yang tidak mempercayai, hal itu tidak menjadi masalah karena masing-masing memiliki hak untuk menentukan sikap dan mencari jalan hidup secara cermat, tepat dan sesuai dengan pribadi masing-masing.Paduka yktos, manawi sampun santun gami selam, nilar gamabudi, turun paduka tamtu aps, Jawi kantun jawan, Jawinipun ical, rmn nunut bangsa sanes.Benjing tamtu dipun prentah dening tiyang Jawi ingkang mangrti. Paduka pahami, bila sudah memeluk gama selam, meninggalkan gamabudi, Keturunan Paduka pasti mendapatkan sial, Jawa tinggal seolah-olah jawa, nilai ke-Jawa-annya telah hilang, gemar nebeng bangsa lain Besok tentu diperintah oleh orang Jawa yang memahami (Kejawa-an) Cobi paduka-yktosi, benjing: sasi murub botn tanggal, wiji bungkr botn thukul, dipun tampik dening Dewa, tinanma thukul mriyi, namung kangge tdha pksi, mriyi punika pantun kados ktos, amargi Paduka ingkang lpat, rmn nmbah sela Cobalah Paduka pahami, besok; sasi murub boten tanggal Biji-bijian tidak tumbuh, ditolak oleh Tuhan Walaupun ditanam yang tumbuh berupa padi jelek Hanya jadi makanan burung Karena Paduka lah yang bersalah, suka menyembah batu Paduka-yktosi, benjing tanah Jawa ewah hawanipun, wwah bnter awis jawah, suda asilipun siti, kathah tiyang rmn dora, kndl tindak nistha tuwin rmn supata, jawah salah mangsa, daml bingungipun kanca tani. Paduka pahami, kelak tanah Jawa berubah hawanya, Berubah menjadi panas dan jarang hujan, berkurang hasil bumi Banyak orang suka berbuat angkara Berani berbuat nista dan gemar bertengkar, Hujan salah musim, membuat bingung para petani Wiwit dintn punika jawahipun sampun suda, amargi kukuminipun manusa anggenipun sami gantos agami.Benjing yen sampun mrtobat, sami engt dhatng gamabudi malih, lan sami purun ndha woh kawruh, Dewa lajng paring pangapura, sagd wangsul kados jaman Budhi jawahipun.Mulai hari ini hujan sudah mulai berkurang, Sebagai hukumannya manusia karena telah berganti agama Besok bila sudah bertobat, orang-orang baru ingat kepada gamabudi lagi Dan bersedia makan buahnya ilmu, maka Tuhan akan memberi ampunan Kesuburan tanah dapat kembali seperti zaman gamabudi http://sabdalangit.wordpress.com

Memahami Leluhur dan KemusyrikanBelajar dari pengalaman pribadi dan sebagaimana terdapat dalam tradisi Jawa, saya pribadi percaya bahwa leluhur masih dapat memberikan bimbingan dan arahan (njangkungdannjampangi) memberikan doa dan restu kepada anak turunnya. Komunikasi dapat berlangsung melalui berbagai media, ambil contoh misalnya melalui mimpi (puspa tajem), melaluikeketeg ing angga, suara hati nurani, bisikan gaib, atau dapat berkomunikasi langsung dengan para leluhur. Barangkali di antara pembaca ada yang menganggap hal ini sebagai bualan kosong saja, bahkan menganggap bisikan gaib dipastikan dari suara setan yang akan menggoda iman. Boleh dan sah-sah saja ada pendapat seperti itu. Hanya sajatidak perlu ngototmempertahankan tingkat pemahaman sendiri. Sebab jika belum pernah menyaksikan sendirinoumenaatau eksistensi di alam gaib sebagaibeingyang ada, kesadaran kita masih dikuasai oleh kesadaran akal-budi, kesadarannya hanyalah dalam batas kesadaran jasad/lahiriah semata. Sebaliknya kesadaran batinnya justru menjadi mampet tak bisa berkembang. Padahal untuk memahami tentang kesejatian hidup diperlukan sarana kesadaran batiniah atau rohani.Bagi pemahaman saya pribadi, adalah sangat tidak relevan suatu anggapan bahwa interaksi dengan leluhur itu dianggap musyrik. Apalagi dianggapnon-sense,bagi saya anggapan itu merupakan kemunduran dalam kesadaran batin sekalipun jika di banding zaman animisme dan dinamisme. Menurut pemahaman saya musyrik adalah persoalan dalam hati dan cara berfikir, bukan dalam manifestasi tindakan. Saya tetap percaya bahwa tanpa adanya kuasa dan kehendak Tuhan apalah artinya leluhur. Leluhur sekedar sebagai perantara. Seperti halnya anda mendapatkan rejeki melalui perantara perusahaan tempat anda bekerja. Jika Anda menuhankan perusahaan tempat anda bekerja sama halnya berfikir musrik. Dan orang dungu sekalipun tak akan pernah menuhankan leluhur karena leluhur itu roh (manusia) yang jasadnya telah lebur kembali menjadi tanah. Hubungan dengan leluhur seperti halnya hubungan dengan orang tua, saudara, tetangga, atau kakek-nenek yang masih hidup yang sering kita mintai tolong. Perbedaannya hanyalah sekedar yang satu masih memiliki jasad kotor, sedangkan leluhur sudah meninggalkan jasad kotornya. Bila kita mohon doa restu pada orang hidup yang masih dibungkus jasad kotor mengapa tak dituduh musrik, sedangkan kepada leluhur dianggap musrik. Padahal untuk menjadi musrik itu pun sangat mudah, anda tinggal berfikir saja jika seorang dokter dengan resep obat yang anda minum adalah mutlak menjadi penyembuh penyakit di luar kuasa Tuhan. Atau anda meminta tolong kepada tetangga untukmbetulingenting bocor, dan orang itu dapat bekerja sendiri tanpa kuasa Tuhan. Saya fikir konsep musyrik adalah cara berfikir orang-orang yang hidup di zaman jahiliah saja. Atau mungkin manusia purba jutaan tahun lalu. Namun apapun alasannya tuduhan musrik menurut saya, merupakan tindakan penjahiliahan manusia.Kendatipun demikian, jika tidak ada jalinan komunikasi dengan leluhur, para leluhur tak akan mencampuri urusan duniawi anak turunnya. Oleh sebab itu dalam tradisi Jawa begitu kental upaya-upaya menjalin hubungan dengan para leluhurnya sendiri. Misalnya dilakukan ziarah, nyekar, mendoakan, merawat makam, selamatan, kenduri, melestarikan warisan, dan menghayati segenap ajaran-ajarannya yang mengandung nilai luhur filsafat kehidupan.==========Saya tegaskan tulisan ini sekedar pemaparan bertujuan senantiasa membangun sikapelingdanwaspada. Bila kita memanfaatkannya untuk kebaikan saya optimis akan berguna menjadikan kehidupan lebih baik dan bijaksana. Bila tak dimanfaatkan paling-paling hanya tidak lengkap ilmunya.Peacefully!sabdalangit

Harta, Tahta,WanitaHARTA, TAHTA, WANITA

Ketiganya adalah anugrah terindah manusia Namun bisa menjadi musibah yang paling memilukan Inilah foto Kerajaan Kelantan yang menghebohkan berkaitan dengankasus skandal dan kekerasan yang dilakukan kepada seorang WNI Indonesia bernamaManohara, seorang seniman asal Makassar,masukke dalamsangkar emas. Seperti biasa, jatuhnya kehormatan manusia yang mengklaim diri sebagai makhluk paling mulia justru tidak jauh dari kasus klasik yang mencakup 3 hal : harta, tahta, wanita. Kemuliaan manusia bukan diukur karena punya akal budi. Tetap saja ukuran kemuliaan adalah perbuatan kita sendiri, terutama perbuatan kepada sesama. Akal budi dapat membawa manusia kepada kemuliaan hidup di dunia maupun di kelak setelah ajal. Sebaliknya oleh akal budi pula manusia bisa menjadi makhluk paling hina di planet bumi ini. Akal budi bisa merencanakan memanifestasikan nafsu/hawa negatif, sebaliknya bisa pula mendukung artikulasi hawa positif. Untuk membangun sikapelingdanwaspada, terutama difokuskan pada 3 hal yang paling krusial yakni :harta, tahta, wanita. Semua itu bagaikan anugrah permata dunia, namun bila kita tidak hati-hati sertaelingdanwaspadaakan menjadi salah kelola dan berubah menjadimalapetakabagi kehidupan manusia. Ketiganya dapat menjadi anugrahmadune jagad, dengan syarat bila kita mampu mengelola dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya bila gagal mengelola dengan baik dan cara yang tepat akan menjadi malapetaka paling dahsyat di muka bumi.Tahta bisa membuat seseorang gila, membunuh, menghancurkan. Ratusan caleg gagal lalu mengalami stress, gila, bunuh diri, terlibat kasus uang panas, semua karena demi mengejar kekuasaan dan uang. Yang berhasil menjadi wakil rakyat, banyak yang singgah di Hotel Prodeo gara-gara harta. Banyak pula pemimpin negara yang jatuh gara-gara masalah skandal seks. Banyak pengalaman bisa dijadikan pelajaran berharga, namun nafsu manusia selamanya tak pernah kunjung padam. Latihan mengendalikan nafsu negatif, belajar bersabar, belajar ikhlas adalah mata kuliah manusia yang tak pernah usai sepanjang ia masih dibalut raga.

Per-EMPU-AnTUHAN, LAKI-LAKI & PRODUK IDEOLOGI GENDER

Halaman ini khusus saya persembahkan kepada seluruh pemerhati gender, kepada seluruh pembaca yang budiman, untuk berbicara, memberikan sumbang sih, membahas, berdiskusi seputar falsafah hidup, pandangan, persepsi, terhadap kaum perempuan. Tentu saja hal ini akan membawa kita ke dalam khasanah ideologi gender feminisme di mana ideologi feminisme bermula dari adanya PENILAIAN yang dilakukan oleh (terutama) otoritas/kekuasaan/dominasi kaum laki-laki (maskulin) terhadap kaum perempuan. Pada gilirannya penilaian tersebut mengkonstruksi SISTEM NILAI, di mana di dalamnya terdapat cara pandang (mind set) masyarakat terhadap kaum perempuan. Sistem nilai yang telah mengakar ke dalam tatanan masyarakat, mengkristal menjadi sistem sosial yang berlaku menjadi pedoman hidup, yang dibakukan ke dalam norma sosial, bahkan seringkali norma sosial tentang feminisme dijustifikasi dan dilegitimasi melalui norma hukum (hukum positif).Celakanya, ideologi feminisme, terkonstruksi bukan melalui mekanisme sosial yang bersifat OBYEKTIF, alias tidak berlagsung apa adanya secara alamiah. Sebaliknya ideologi feminisme lebih merupakan PRODUK dari DOMINASI MASKULIN. Produk yang bersumber dari kekuasaan kaum laki-laki terhadap kaum perempuan. Bahkan seringkali dalam ranah spiritual, kaum perempuan tetap saja dipandang remeh atau prioritas kedua setelah kaum laki-laki. Dengan kata lain perempun sekedar berperan sebagai pelengkap penderita. Jika kita mau jujur mengakui, isi kitab suci pun memberikan kesan seolah tuhan itu berjenis kelamin laki-laki. Lebih parah lagi, pada akhirnya tak sedikit dari kaum perempuan sendiri pun ikut-ikutan memberikan penegasan dominasi maskulin, melalui berbagai stigma yang dilekatkan pada dirinya sendiri.Walau begitu tidak seluruh sistem sosial demikian adanya, terutama di dalam tatanan sosial masyarakat modern, masyarakat dengan tingkat kemakmuran yang tinggi seperti negara-negara di belahan Skandinavia, Eropa Barat, beberapa wilayah Amerika Serikat, Latin. Namun terasa ideologi gender yang cenderung berat sebelah, menampakkan dominasi kaum laki-laki (patriarchard dan patrilineal) terjadi di negara-negara benua Asia meliputi Timur Tengah, China, Indonesia, India,Malaysia.Sebagai bukti bahwa ideologi gender yang bersifat berat sebelah, tidak adil, tidak seimbang, telah sedemikian dalam mengkonstruksi pola pikir masyarakat dunia, yakni dirasukinya isi kitab suci dengan dominasi nilai-nilai maskulin. Sementara itu nilai feminin hanya menjadi obyek penderita saja, sebagai subordinat dari otoritas konsep tuhan yang cenderung maskulinisme. Sehingga membuat imajinasi kita sulit sekali membayangkan tuhan sebagai figur perempuan, oleh karena doktrin agama yang telah dijejalkan bertubi-tubi sejak kecil, baik melalui telinga, mata, maupun hidung. Saya berandai-andai, jika tuhan adalah perempuan, sepertinya dunia ini akan lebih tenteram dan damai. Tak ada lagi perang antar agama. Karena kaum perempuan, kenyataannya tidak memiliki nafsu mendominasi, mengalahkan, menghancurkan, yang berujung pada peperangan sebesar yang dimiliki kaum laki-laki.Pada kenyataannya, manusia telah membuat definisi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, yang kemudian menampakkan kadar subyektif dan berat sebelah dalam menilai. Diakui atau tidak, munculnya stigma (stempel negatif) terhadap kaum perempuan, hanya berdasar penilaian pada sisiminus-nya saja, bukan pada sisiplusdan esensinya.EMPU

Coba sekarang kita buka lagi lembaran lama khasanah spiritual nusantara. Di mana kaum wanita disebut sebagai PER-EMPU-AN.Empuadalah istilah untuk menyebut seseorang yang memiliki daya linuwih, waskita, berilmu tinggi, ahli sastra, menguasahi ilmukasampurnaning urip, pembuat suatu karya agung. Maka sangatlah tepat para leluhur bangsa Nusantara ini memberikan istilah per-EMPU-an untuk kaum wanita, tidak hanya sekedar menyebutnya sesuai jenis kemaluannya saja, tetapi lebih mulia karena menyebutnya melalui aspek esensinya yang lebih manusiawi, dan sekaligus sebagai bentuk apresiasi rasa penghormatan tinggi terhadap kaum wanita. Yaper-empu-an. Merupakan satu-satunya sebutan paling tepat dan hebat di muka bumi untuk menyebut kaum wanita.

Semoga bermanfaat!Salam TaklimWilujeng Rahayusabdalangit

1