s ppb 054813 chapter2

27
12 BAB II KONSEP KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PENYESUAIAN DIRI A. Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Hovland (Onong, 1999: 10) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals). Menurut Gerald R. Miller (1976: 15) memahami proses komunikasi interpersonal menuntut pemahaman hubungan simbiotis antara komunikasi dengan perkembangan relasional; Komunikasi mempengaruhi perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut. Komunikasi interpersonal menurut Onong (1985: 160) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih yang dapat berlangsung dengan dua cara yaitu secara tatap muka (face to face communication) dan bermedia (mediated communication). DeVito (1976: 18) mengungkapkan bahwa komunikasi

Upload: kikit-nurwinarti

Post on 26-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Komunikasi Interpersonal

TRANSCRIPT

Page 1: s Ppb 054813 Chapter2

12

BAB II

KONSEP KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PENYESUAIAN DIRI

A. Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.

Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) merupakan

pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Hovland (Onong, 1999: 10)

mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain

(communication is the process to modify the behavior of other individuals).

Menurut Gerald R. Miller (1976: 15) memahami proses komunikasi

interpersonal menuntut pemahaman hubungan simbiotis antara komunikasi

dengan perkembangan relasional; Komunikasi mempengaruhi perkembangan

relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional

mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam

hubungan tersebut.

Komunikasi interpersonal menurut Onong (1985: 160) adalah komunikasi

antara dua orang atau lebih yang dapat berlangsung dengan dua cara yaitu

secara tatap muka (face to face communication) dan bermedia (mediated

communication). DeVito (1976: 18) mengungkapkan bahwa komunikasi

Page 2: s Ppb 054813 Chapter2

13

interpersonal merupakan satu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat

saling mempengaruhi. Sedangkan menurut Wahid (2002: 154) komunikasi

interpersonal merupakan proses komunikasi yang melibatkan pribadi-pribadi

(komunikator-komunikan) secara langsung dan utuh antara satu dengan yang

lainnya dalam penyampaian dan penerimaan pesan.

Menurut Arni Muhammad (2002:159) komunikasi interpersonal

didefinisikan sebagai “Proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan

paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat

langsung diketahui baliknya”. Komunikasi interpersonal bertujuan untuk

membentuk hubungan dengan orang lain. Komunikasi interpersonal

merupakan format komunikasi yang paling sering dilakukan oleh semua orang

dalam hidupnya.

Sementara DeVito, (2002 : 166) mendefinisikan komunikasi interpersonal

sebagai Proses penyampaian berita yang dilakukan seseorang dan diterimanya

berita tersebut oleh orang lain atau kelompok kecil dari orang-orang, dengan

suatu akibat dan umpan balik yang segera. Komunikasi interpersonal ini

berorientasi pada perilaku, sehingga penekanannya pada proses penyampaian

informasi dari satu orang keorang lain. Dalam hal ini komunikasi dipandang

sebagai dasar untuk mempengaruhi perubahan perilaku, dan yang

mempersatukan proses psikologi seperti misalnya persepsi, pemahaman, dan

motivasi di satu pihak dengan bahasa pada pihak lain (Thoha, 2002 : 165).

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian pesan

dari seseorang kepada orang lain. Ini berarti komunikasi dikaitkan dengan

Page 3: s Ppb 054813 Chapter2

14

pertukaran pesan atau informasi yang bermakna di antara orang yang

berkomunikasi dapat terjalin. Ini berarti informasi atau pesan yang diterima

dapat dipahami oleh kedua belah pihak.

Pengirim informasi atau pesan merupakan unsur yang paling penting

dalam komunikasi interpersonal, karena dapat memberikan umpan balik

kepada pengirim informasi atau pesan. Betapa pentingnya umpan balik tidak

dapat disangkal lagi, karena keefektifan komunikasi interpersonal sangat

tergantung padanya.

Adapun karakteristik umpan balik efektif menurut Miftah Thoha (2002 :

156 antara lain :

a. Intensi

Umpan balik yang efektif jika diarahkan secara langsung untuk

menyempurnakan pelaksanaan pekerjaan dan lebih menjadikan pegawai

organisasi yang paling berharga.

b. Kekhususan specificity

Umpan balik yang efektif dirancang untuk membekali penerimaan dengan

informasi yang khusus sehingga mereka mengetahui apa yang seharusnya

dikerjakan untuk suatu situasi yang benar.

c. Deskriptif

Efektifitas umpan balik dapat pula dilakukan dengan lebih bersifat

deskriptif dibandingkan dengan yang bersifat evaluatif.

Page 4: s Ppb 054813 Chapter2

15

d. Kemanfaatan

Karakteristik ini meminta agar setiap umpan balik mengandung informasi

yang dapat dipergunakan oleh pegawai untuk pejabat untuk memperbaiki

dan menyempurnakan pekerjaan . Tidak ada manfaatnya mencaci umpan

balik diberikan semakin baik.

e. Tepat Waktu

Umpan balik yang efektif jika terdapat pertimbangan-pertimbangan yang

memperhitungkan faktor waktu yang tepat. Artinya semakin cepat umpan

balik diberikan semakin baik.

f. Kesiapan

Agar umpan balik bisa efektif, para pegawai hendaknya mempunyai

kesiapan untuk menerima umpan balik tersebut.

g. Kejelasan

Umpan balik bisa efektif jika dapat dimengerti secara jelas oleh penerima.

h. Validitas

Agar umpan balik dapat efektif, maka umpan balik tersebut hendaknya

dapat dipercaya dan sah.

Menurut Mohammad Surya (2003 : 119) penerapan komunikasi

interpersonal yang efektif adalah sebagai berikut:

a. keterbukaan dan empati, keterbukaan yaitu kesediaan membuka diri,

mereaksi kepada orang lain, merasakan pikiran dan perasaan orang lain

dan empati, yaitu menghayati perasaan porang lain;

Page 5: s Ppb 054813 Chapter2

16

b. mendukung dan sikap positif, mendukung yaitu kesediaan secara spontan

untuk menciptakan suasana yang mendukung dan sikap positif, yaitu

menyatakan sikap positif terhadap oarang lain dan situasi;

c. keseimbangan, yaitu mengakui bahwa kedua belah pihak mempunyai

kepentingan yang sama, pertukaran komunikasi secara seimbang;

d. percaya diri, yaitu yakin kepada diri sendiri dan bebas dari masa lalu;

e. kesegaran, yaitu segera melakukan kontak disertai rasa suka dan berminat;

f. manajemen interaksi, yaitu msengendalikan interaksi untuk memberikan

kepuasan kepada kedua belah pihak, mengelola pembicaraan dengan

pesan-pesan yang baik dan konsisten;

g. pengungkapan, yaitu keterlibatan secara jujur dalam berbicara dan

menyimak baik secara verbal maupun non verbal;

h. orientasi kepada orang lain, yaitu penuh perhatian, minat, dan kepedulian

kepada orang lain.

Sedangkan menurut DeVito (Liliwery,1997 : 13) komunikasi interpersonal

yang efektif adalah sebagai berikut:

a. keterbukaan (openness),

b. empati ( emphaty),

c. sikap suportif (supportiveness),

d. sikap positif (positiveness), dan

e. kesamaan (equality).

Page 6: s Ppb 054813 Chapter2

17

2. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Ciri-ciri umum dari komunikasi interpersonal menurut Everest M Rogers

dalam Alo Liliweri (1991: 13) adalah sebagai berikut.

a. Arus pesan yang ada cenderung dua arah.

b. Konteks komunikasinya tatap muka.

c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.

d. Menuntut kemampuan selektivitas yang tinggi.

e. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lebih lambat.

f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka sifat-sifat yang tampak pada

komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut.

a. Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal.

b. Melibatkan perilaku yang spontan, tertulis dan terencana.

c. Sebagai suatu proses yang dinamis.

d. Harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi.

e. Sebagai suatu proses yang dinamis.

f. Biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

g. Menunjukkan adanya suatu kegiatan dan tindakan.

h. Merupakan persuasi antar manusia.

3. Tujuan Komunikasi Interopersonal

Komunikasi interpersonal memiliki beberapa tujuan. Baik disadari atau

tidak tujuan tersebut pasti terdapat di saat komunikasi interpersonal itu terjadi.

Page 7: s Ppb 054813 Chapter2

18

Adapun tujuan komunikasi interpersonal menurut Arni Muhammad (2002

:165) mencakup berikut.

a. Menemukan diri sendiri.

b. Menemukan dunia luar.

c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti.

d. Berubah sikap dan tingkah laku.

e. Untuk bermain dan kesenangan.

f. Untuk membantu.

Lebih lanjut tujuan-tujuan komunikasi tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Menemukan diri sendiri

Tujuan komunikasi interpersonal ini maksudnya diarahkan untuk

menemukan personal atau pribadi. Artinya jika kita terlihat dalam

pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali

tentang diri kita maupun orang lain. Kenyataan sebagian besar dari

persepsi kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dalam pertemuan

interpersonal. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada

kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai atau mengenai diri kita.

b. Menekan dunia luar

Tujuan komunikasi interpersonal ini memandang bahwa melalui

komunikasi ini kita akan melakukan interaksi dengan dunia luar atau

lingkungan. Hal ini menjadikan kita memahami lebih baik dunia luar,

dengan objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Kondisi tersebut

Page 8: s Ppb 054813 Chapter2

19

menyebabkan kenyataan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai kita akan

dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan interpersonal.

c. Membentuk dan menjaga hubungan penuh arti

Melalui komunikasi interpersonal ini akan membentuk dan memelihara

hubungan dengan orang lian. Melalui komunikasi interpersonal ini akan

terbentuk suatu jalinan yang didasarkan karena perasaan keterkaitan antara

pihak yang melakukan komunikasi. Hal ini baik untuk menjalin suatu

proses kerja sama dengan mencapai tujuan bersama.

d. Berubah sikap dan tingkah laku

Komunikasi interpersonal juga memberikan tujuan sebagai alat untuk

dapat pihak lain sehingga dapat merubah hidup kita . Karena ternyata

untuk mengubah sikap dan tingkah laku kita atau orang lain dapat

dilakukan dengan pertemuan interpersonal.

e. Bermain dan kesenangan

Komunikasi interpersonal juga dapat digunakan untuk bermain, mencakup

semua aktifitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari

kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktifitas kita pada waktu

akhir pekan, berdiskusi mengenai olah raga, menceritakan cerita dan cerita

lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang dapat

memberikan kesenangan. Walaupun kelihatannya kegiatan itu tidak berarti

tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Dengan melakukan

komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan kesenangan.

Walaupun kelihatannya kegiatan itu tidak berarti tetapi mempunyai tujuan

Page 9: s Ppb 054813 Chapter2

20

yang sangat penting. Dengan melakukan komunikasi interpersonal

semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran

yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk Membantu

Tujuan ini menganggap bahwa komunikasi interpersonal dapat digunakan

dalam kegiatan professional mereka untuk membantu klien yang menemui

kesulitan-kesulitan dalam pekerjaan. Atau mungkin seorang atasan

membantu personilnya dalam memahami pekerjaannya.

Tujuan-tujuan komunikasi interpersonal dapat dilihat dari dua perspektif

yang lain. Pertama, tujuan ini boleh dilihat sebagai faktor yang memotivasi

atau alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi interpersonal.

Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa kita terlibat komunikasi

interpersonal. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa kita terlibat

komunikasi interpersonal untuk mendapatkan kesenangan, untuk membantu,

dan mengubah tingkah laku seseorang. Kedua, tujuan ini boleh dipandang

sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi interpersonal yang berasal dari

pertemuan interpersonal.

Berdasarkan itu kita dapat mengatakan bahwa tujuan komunikasi

interpersonal adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang diri, membentuk

hubungan yang lebih berarti dan memperolah tambahan pengetahuan dunia

luar. Tentu saja komunikasi interpersonal biasanya dimotivasi oleh kombinasi

oleh bermacam-macam faktor dan tidaklah mempunyai satu efek, tetapi

kombinasi berbagai efek atau hasil. Misalnya diberikan suatu interaksi

Page 10: s Ppb 054813 Chapter2

21

interpersonal, diberikan suatu interaksi interpersonal, diberikan beberapa

tujuan, dimotivasi oleh kombinasi berbagai faktor yang unik dan

menghasilkan kombinasi berbagai faktor yang unik dan menghasilkan

kombinasi faktor-faktor atau efek yang unik.

Sementara itu menurut DeVito (Thoha, 2002 : 166) mengemukakan tujuan

komunikasi interpersonal sebagai berikut :

a. Untuk mempelajari secara lebih baik dunia luar, seperti berbagai objek,

peristiwa dan orang lain.

b. Untuk memelihara hubungan dan mengembangkan kedekatan atau

keakraban.

c. Untuk mempengaruhi sikap-sikap dan perilaku orang.

d. Untuk menghibur diri atau bermain.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Pola-pola komunikasi interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada

hubungan interpersonal. Anggapan orang bahwa semakin sering orang

melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, semakin baik

hubungan mereka adalah tidak benar. Yang menjadi persoalan adalah

bagaimana komunikasi itu dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi interpersonal, di antaranya:

a. Percaya (trust)

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal,

faktor percaya adalah yang paling penting. Bila seseorang mempunyai

Page 11: s Ppb 054813 Chapter2

22

perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka

orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya.

b. Empati

Empati merupakan salah satu faktor yang menumbuhkan sikap percaya

pada diri orang lain. Empati adalah kemampuan untuk memahami

perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan untuk melihat dunia dari

sudut pandang orang lain atau kemampuan memproyeksikan diri kepada

diri orang lain; dengan lain perkataan, kemampuan menghayati perasaan

orang lain atau merasakan apa yang dirasakan orang lain.

c. Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur,

dan tidak empatis.

d. Sikap terbuka

Sikap terbuka (open mindedness) amat besar pengaruhnya dalam

menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Untuk

menunjukkan kualitas keterbukaan dari komunikasi interpersonal ini

paling tidak terdapat dua aspek, yakni aspek keinginan untuk terbuka bagi

setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain, dan keinginan untuk

menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya.

e. Kesamaan

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika orang-orang yang

berkomunikasi di dalam suasana kesamaan. Kesamaan tersebut

Page 12: s Ppb 054813 Chapter2

23

diantaranya adalah kesamaan-kesamaan kepribadian ataupun kedudukan

antara pembicara dan pendengar.

5. Proses Komunikasi Interpersonal

Dilihat dari prosesnya komunikasi interpersonal merupakan proses

penyampaian pesan atau informasi dari komunikator (pembicara) kepada

komunikan (pendengar) melalui berbagai media atau saluran komunikasi,

untuk kemudian komunikan memberikan umpan balik (feedback) kepada

komunikator untuk mengetahui apakah pesan tersebut dipengaruhi oleh

persepsi individu baik komunikator maupun komunikan, yang tidak dapat

dijelaskan dari faktor kepribadian, faktor pengalaman, pengetahuan, maupun

sikapnya terhadap ide gagasan atau objek yang dipersepsinya. Proses tersebut

dapat dilhat pada gambar berikut ini:

Model Komunikasi Interpersonal Sumber: Raymond. S. Ross, “PERSUASION”: Communication and

Interpersonal Relations: 1974: 58.

Page 13: s Ppb 054813 Chapter2

24

B. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian

yang didasarkan pada ilmu biologi yang diutarakan oleh Charles Darwin yang

terkenal dengan teori evolusinya. Menurut Darwin (Zainun Mu’tadin, 2002)

“Genetic changes can improve the ability of organism to survive, reproduce,

and an animals, raise offspring, this process is called adaptation.” Biasanya

pengertian tersebut menunjukkan bahwa makhluk hidup berusaha untuk

menyesuaikan dirinya dengan alam tempat ia hidup untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya.

Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat

dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan

tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua

makhluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya

sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan agar dapat

bertahan hidup. Kemudian dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation

dalam istilah Biologi) disebut dengan istilah adjustment.

Alexander Scheneiders (Syamsu Yusuf, 2002:11) mengungkapkan bahwa:

Penyesuaian itu dapat diartikan sebagai proses individu dalam merespon sesuatu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustrasi dan konflik; dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) masyarakat.

Pendapat tersebut hampir senanda dengan yang diungkapkan oleh J.P

Chaplin (Kartini Kartono, 2001:11), penyesuaian didefinisikan sebagai: (1)

Page 14: s Ppb 054813 Chapter2

25

variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan dan

memuaskan kebutuhan-kebutuhan, dan (2) menegakkan hubungan yang

harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial.

Definisi-definisi tersebut memberikan gambaran bahwa manusia memiliki

berbagai kebutuhan dalam dirinya yang tentunya diperlukan upaya-upaya

untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga dapat diperoleh keseimbangan.

Tetapi bukan berarti manusia memiliki kebebasan yang tanpa kontrol dalam

upaya pemenuhan kebutuhan tersebut. Melainkan ada aturan-aturan yang perlu

dipahami dan dipatuhi yang berkembang di masyarakat. Sebab, manusia hidup

di lingkungan sosial. Dalam setiap proses hubungan atau interaksi sosial yang

dibangun pun terdapat aturan-aturan yang perlu ditaati. Jadi, proses

pemenuhan kebutuhan tidak dapat terlepas dari keterkaitan dengan kaidah-

kaidah atau norma-norma social kemasyarakatan.

Menurut Calhoun dan Acocella (Satmoko, 1995:14) penyesuaian

merupakan ”interaksi seseorang yang kontinyu dengan dirinya sendiri, dengan

orang lain dan dengan dunianya”.

Mustafa Fahmi (Zakiah Daradjat, 1982:14) menjelaskan bahwa

”Penyesuaian diri adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah

kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan

lingkungannya”.

Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kepribadiannya

dan lingkungannya. Lingkungan itu sendiri mencakup lingkungan alam sekitar

dan lingkungan sosial. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong

Page 15: s Ppb 054813 Chapter2

26

manusia untuk terus menerus menyesuaikan diri. Manusia bersifat dinamis,

karena itulah penyesuaian diri juga merupakan proses yang dinamis. Seperti

yang diungkapkan oleh Derlega dan Janda (1978 : 28) bahwa “Adjustment is a

lifelong process, and people must continue to meet and deal with the stresses

and challenges of life in order to achieve a healthy personality”. Proses

penyesuaian diri akan berlangsung terus menerus sepanjang rentang

kehidupan manusia.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, maka penyesuaian diri

dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap

segala kebutuhan diri, kondisi kepribadian dan realitas serta relasi sosial.

Mustafa Fahmi (Zakiah Daradjat, 1982 : 20) membagi penyesuaian diri

menjadi dua aspek yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Kedua

aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Sebab,

individu adalah bagian dari lapangan sosial tempat dimana ia berada,

mendapatkan sifat-sifat atau cirri-ciri serta cara hidupnya dalam lapangan

tersebut.

a. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima

dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya

dengan lingkungan sekitarnya. Individu menyadari, memahami dan menerima

sepenuhya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan

mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.

Keberhasilan penyesuaian pribadi antara lain ditandai dengan tidak adanya

Page 16: s Ppb 054813 Chapter2

27

rasa benci, lari dari kenyaaan atau tanggung jawab, kecewa atau tidak percaya

pada kondisi dirinya, dan penolakan terhadap diri sendiri (self rejection).

Kehidupan psikologisnya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau

kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa menyesal, rasa tidak puas, rasa

kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

b. Penyesuaian Sosial

Setiap individu hidup di dalam masyarakat tersebut terjadi proses

saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul

suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan,

hukum, adat, dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai

penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Proses ini dikenal

dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup

hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain.

Hubungan-hubungan tersebet mencakup hubungan dengan masyarakat di

sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat secara

umum.

Apa yang diserap atau dipelajari dan dipahami dalam proses interaksi

dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian

sosial yang memungkinkan individu dapat mencapai penyesuaian pribadi dan

sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dijalankan individu

dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan

peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan

yang memuat ketentuan, norma atau nilai-nilai tertentu yang meengatur

Page 17: s Ppb 054813 Chapter2

28

hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial,

individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan

tersebut kemudian mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan

jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan

lingkungannya. Zainun Mu’tadin (2002) menyebutkan beberapa lingkungan

yang dapat menciptakan penyesuaian diri yang sehat bagi remaja antara lain

yaitu lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, dan lingkungan sekolah.

Ketiga lingkungan ini berperan dalam proses pembentukan penyesuaian diri.

Individu belajar dari setiap proses interaksi yang sekurang-kurangnya

dilakukan di lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah.

Pendapat tersebut hanya menkankan kepada faktor eksternal individu

sebagai penentu penyesuaian diri. Hal ini hampir senanda dengan yang

dikemukakan oleh Syamsu Yusuf (2002 : 125). Ia menjelaskan bahwa:

Apabila lingkungan sosial kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua

yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan,

teladan, pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-

norma baik agama maupun tatakrama/budi pekerti; maka cenderung

menampilkan perilaku maladjustment, seperti (1) bersifat minder; (2) senang

mendominasi; (3) bersifat egois; (4) senang mengisolasi diri; (5) kurang

Page 18: s Ppb 054813 Chapter2

29

memiliki perasaan tenggang rasa dan (6) kurang mempedulikan norma dalam

berperilaku.

Selanjutnya Lazarus (Sunaryo Kartadinata, 1983 : 45) menyebutkan

adanya tiga model pendekatan yang berkaitan dengan keberhasilan atau

kegagalan dalam proses penyesuaian diri yaitu sebagai berikut.

a. Model medis biologis, memandang bahwa sebab utama kegagalan

penyesuaian diri ialah kelainan dalam jaringan tubuh, terutama kelainan

pada otak. Masalah perilaku salah suai erat kaitannya dengan factor

genetic.

b. Model psikogenetik, penyesuaian diri erat kaitannya dengan riwayat hidup

seseorang, terutama pengalamannya dalam kehidupan keluarga.

c. Model sosiogenetik, faktor lingkungan, yakni lembaga sosial budaya

merupaan determinan adekuasi penyesuaian diri.

Hampir senada dengan pendapat Lazarus, Moh. Surya (1985:16)

menyebutkan bahwa “ penentu-penentu penyesuaian diri identik dengan faktor

yang menentukan perkembangan kepribadian.” Adapun penentu-penentu yang

dimaksudkan adalah “(1) kondisi jasmaniah yang meliputi pembawaan,

susunan jasmaniah, system syaraf, kelenjar otot, kesehatan dan lain-lain; (2)

perkembangan dan kematangan yang meliputi kematangan intelektual, sosial,

moral dan emosional; (3) penentu psikologis yang meliputi pengalaman

belajar, pembiasaan, frustasi dan konflik; (4) kondisi lingkungan meliputi

rumah, sekolah dan masyarakat; (5) penentu cultural berupa budaya dan

agama.

Page 19: s Ppb 054813 Chapter2

30

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan penyesuaian diri tidak

hanya bersumber dari eksternal individu, melainkan dipengaruhi pula oleh

faktor-faktor internal individu itu sendiri.

3. Karakteristik Penyesuaian Diri yang Sehat

Derlega dan Janda (1978: 28-37) menyebutkan bahwa penyesuaian yang

baik ditandai dengan kemampuan-kemampuan sebagai berikut.

a. Perception of Reality (Pengamatan realistis).

b. Living with the past and the future (Hidup dengan masa lampau dan masa

yang akan datang).

c. Meaningful work (Bekerja secara berarti).

d. Social Relationships (Hubungan sosial).

e. Emotional Experience (Pengalaman emosional).

f. The Self (Diri).

Ciri-ciri umum dari individu yang dapat menyesuaikan diri dengan

baik, seperti tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pengamatan realistis, dapat mengamati sesuatu secara realistis,

menginterprestasikan diri sendiri, orang lain dan situasi/peristiwa secara

realistis. Dalam hal ini berarti orang tersebut akan dapat berdiri di ata

kenyataan. Ia dapat melihat masalah hidup sebagai suatu kenyataan yang

harus dihadapi secsra terbuka sehingga ia mampu menerima

situasi/kondisi kehidupan secara wajar dan memiliki perasaan aman di

mana pun berada.

Page 20: s Ppb 054813 Chapter2

31

b. Hidup dengan masa lampau dan masa yang akan datang, berarti dapat

memanfaatkan pengalaman masa lampaunya dan merencanakan sesuatu

untuk masa yang akan datang. Individu yang dapat menyesuaikan diri

dengan baik akan belajar dari pengalamannya, dia tidak akan mengulang

kegagalan yang pernah dialami dan selalu melakukan perencanaan-

perencanaan dalam hidupnya baik yang berhubungan dengan pendidikan,

pekerjaan ataupun aspek-aspek kehidupan lainnya.

c. Bekerja secara berarti, dalam hal ini bekerja tidaklah selalu diartikan

sebagai suatu aktivitas yang menghasilkan keuntungan berupa uang.

Melainkan segala aktivitas sehari-hari yang berarti dan mendatangkan

kepuasan. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik akan

berusaha untuk melaksanakan segala tugas-tugasnya dengan baik dan

menghargai prestasinya serta memiliki motivasi untuk meningkatkan

prestasinya, sehingga semua usahanya itu memberikan kepuasan bagi

dirinya. Ketidakpuasan dalam penyelesaikan suatu tugas akan

mengganggu dan menimbulkan masalah yang cukup rumit bagi seseorang,

dan sebaliknya rasa puas akan dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan self esteem seseorang.

d. Hubungan sosial, berarti mampu melakukan hubungan sosial secara akrab.

Dia dapat berkomunikasi dengan orang lain, luwes dalam bergaul dengan

orang lain dan dapat bekerja sama dengan orang lain demi untuk mencapai

kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan orang lain.

Page 21: s Ppb 054813 Chapter2

32

e. Pengalaman emosional, berarti pandai mengatasi emosinya, dia dapat

menunjukkan perasaannya secara stabil, walaupun sedang marah, cemas,

sedih, dan lain-lain. Individu yang dapat menyesuaikan dii dengan baik

akan memiliki kestabilan emosi yang tinggi, sehingga dia tidak mudah

sedih dan mampu bertahan dalam kesedihan, mampu mengatasi

kecemasan, dan ammpu mengendalikan marah atau mengontrol tingkah

laukunya ketika marah. Individu yang berkepribadian sehat juga akan

mampu mengungkapkan perasaan bahagia bila mencapai tujuannya dan

mampu mengungkapkan rasa bersalah setelah melakukan hal-hal yang

tidak benar.

f. Self, berarti selalu memandang diri sendiri secara positif. Individu yang

dapat menyesuaikan diri dengan baik selalu menerima dirinya baik

terhadap kelebihannya maupun terhadap kekurangannya, dan biasanya ada

kecocokan antara pandangan orang itu terhadap dirinya sendiri dengan

pandangan orang terhadap dirinya.

Sedangkan Scheneiders (Moh. Surya, 1985 : 13) mengemukakan beberapa

kriteria penyesuaian yang tergolong baik (good adjustment) ditandai dengan:

(1) pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri, (2) obyektivitas diri dan

penerimaan diri, (3) pengendalian diri dan perkembangan diri, (4) keutuhan

pribadi, (5) tujuan dan arah yang jelas, (6) perspektif, skala nilai dan filsafat

hidup memadai, (7) rasa humor, (8) rasa tanggung jawab, (9) kematangan

respon, (10) perkembangan kebiasaan yang baik, (11) adaptabilitas, (12) bebas

dari respon-respon yang simtomatis (gejala gangguan mental), (13) kecakapan

Page 22: s Ppb 054813 Chapter2

33

bekerja sama dan menaruh minat kepada orang lain, (14) memiliki minat yang

besar dalam bekerja dan bermain, (15) kepuasan dalam bekerja dan bermain,

dan (16) orientasi yang menandai terhadap realitas.

Berdasarkan kedua rumusan tersebut, karakteristik penyesuain diri yang

sehat hampir selalu tampak dalam proses penyesuaian terhadap diri sendiri,

orang lain dan lingkungan. Kemampuan melihat diri sendiri secara obyektif,

kemampuan untuk membuat perencanaan hidup yang mengindikasikan adanya

kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri, kemampuan untuk

bergaul dengan orag lain secara baik dan mendapatkan kepuasan/kebahagiaan

dalam setiap proses interaksi tersebut, dan kebebasan dalam mengekspresikan

kehidupan emosi merupakan indikator-indikator adanya penyesuaian diri yang

sehat.

4. Penyesuaian Diri Siswa sebagai Remaja

Penyesuaian adalah proses dinamik yang terus menerus sepanjang rentang

kehidupan individu. Selama perkembangan individu terus berlangsung, maka

selama itu pula individu harus menyesuaikan diri dengan segala tuntutan dan

kebutuhan perkembangannya.

Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, kadang-

kadang ada rintangan yang menyebabkan tidak berhasil melakukan

penyesuaian diri. Jika berhasil melakukan penyesuaian diri maka ia akan

merasa puas dan bahagia. Akan tetapi sebaliknya jika gagal maka ia akan

merasakan kekecewaan dan ketidakpuasan.

Page 23: s Ppb 054813 Chapter2

34

Individu dalam hal ini siswa agar dapat melaksanakan tugas, peran dan

tanggung jawabnya dengan baik di lingkungan tempat ia berada seperti halnya

di lingkungan sekolah, dituntut untuk dapat bertingkah dan berperilaku

menurut aturan, norma, hukum dan nilai-nilai yang berlaku sebagai cara untuk

memperoleh penyesuaian bagi persoalan-persoalan hidup serta terciptanya

penyesuaian diri yang sehat.

C. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Kaitannya dengan Masalah

Komunikasi Interpersonal dan Penyesuaian Diri Siswa di Sekolah.

Pendidikan di sekolah dilaksanakan sebagai upaya untuk memberikan

perubahan-perubahan positif terhadap tingkah laku dan sikap diri siwa yang

sedang berkembang menuju kedewasaannya diman proses ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti pembawaan, kematangan, dan lingkungan. Sekolah sebagai

salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhinya ikut memberikan pengaruh

dalam membimbing siswa agar pribadinya berkembang secara optimal sesuai

dengan potensi yang dimilikinya. Namun dalam proses perkembangannya itu

siswa tidak dapat lepas dari berbagai masalah, salah satunya adalah masalah

penyesuaian diri.

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bantuan yang diberikan

kepada individu sebagai upaya untuk membantu individu dalam mengatasi

permasalahan yang timbul di dalam hidupnya agar pertumbuhan serta

perkembangan fisik dan psikis individu dapat berjalan secara maksimal dan

optimal. Bimbingan itu sendiri seperti yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin

Page 24: s Ppb 054813 Chapter2

35

(1996 : 188) adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada agar yang

bersangkutan dapat mencapai taraf perkembangan dan kebahagiaan secara

optimal, dengan melalui proses pengenalan, pemahaman, penerimaan,

pengarahan, perwujudan, serta penyesuaian diri, baik dirinya sendiri maupun

terhadap lingkungannya. .

Adapun selain dari istilah bimbingan yang telah dipaparkan sebelumnya, ada

satu istilah lagi yang sangat erat kaitannya dengan bimbingan yakni konseling.

Keduanya baik bimbingan maupun konseling merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan karena konseling merupakan bagian integral dari bimbingan

bahkan menjadi inti dari keseluruhan layanan bimbingan. Winkel (1991 : 64)

menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses yang berorientasikan belajar,

yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial antara seorang konselor yang

memiliki kemampuan professional dalam keterampilan psikologis berusaha

membantu seorang konseli dengan metode yang tepat untuk kebutuhan konseli

tersebut dalam hubungannya dengan keseluruhan program ketenagakerjaan

supaya dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana

memanfaatkan pemahaman tentang dirinya untuk realistis sehingga konseli dapat

menjadi individu yang lebih produktif.

Setiap individu, mulai dari kanak-kanak, remaja sampai dewasa termasuk

siswa sekolah menengah atas tidak akan terlepas dari suatu masalah, baik itu

masalah yang berhubungan dengan pribadi, sosial, pendidikan, karier dan nilai.

Dalam hubungannya dengan komunikasi interpersonal siswa, siswa yang

memiliki komunikasi interpersonal yang rendah, akan mengalami hambatan

Page 25: s Ppb 054813 Chapter2

36

dalam pemenuhan kebutuhan sosialnya. Hambatan tersebut nantinya akan

berpengaruh pada keberhasilan individu tersebut dalam proses penyesuaian

dirinya sekarang dan dimasa yang akan datang.

Secara khusus layanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan

untuk membantu siswa agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan

yang meliputi aspek pribadi sosial, belajar dan karir. Berdasarkan uraian di atas,

maka remaja memerlukan bimbingan yang lebih fokus pada pribadi dan

hubungannya dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu disinilah bimbingan dan

konseling berperan.

Bimbingan pribadi sosial ditujukan supaya siswa dapat mencapai

perkembangan pribadi sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri dan

bertanggung jawab. Melalui layanan bimbingan pribadi sosial ini diharapkan

siswa memahami diri, mampu mengendalikan dan mengarahkan diri dalam

hubungannya dengan lingkungan sosial di sekolah sehingga mereka mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya.

Bantuan yang diberikan oleh pihak bimbingan dan konseling jika

dihubungkan dengan komunikasi interpersonal dengan penyesuaian diri siswa,

menitikberatkan pada penjelasan dan pemahaman tentang bagaimana komunikasi

interpersonal yang seharusnya dimiliki siswa agar siswa mampu menyesuaikan

diri dengan lingkungan sekolah yang baru dan yang berdampak positif baik bagi

diri dan orang lain serta bimbingan yang dapat mengembangkan serta

meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang pada

Page 26: s Ppb 054813 Chapter2

37

akhirnya siswa mampu menciptakan dan membangun komunikasi yang baik dan

sehat serta mampu untuk menyesuaiakan dirinya dengan lingkungannya.

Kedua permasalahan tersebut, menjadi salah satu hal yang ada dalam

bimbingan pribadi dan bimbingan sosial. Namun karena bimbingan dan konseling

tidak hanya berfungsi sebagai pemahaman dan pencegahan maka fungsi lainnya

pun harus dilakukan. Fungsi dari bimbingan dan konseling itu sendiri harus

bersifat melengkapi satu sama lain agar tujuan dari bimbingan akan tercapai

dengan baik. Adapun fungsi bimbingan konseling secara keseluruhan adalah:

1) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bertujuan

memberikan pemahaman pada siswa tentang diri dan lingkungannya sesuai

dengan kebutuhan perkembangan siswa.

2) Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bertujuan

membantu siswa terhindar dari berbagai permasalahan yang dapat

mengganggu, menghambat maupun menimbulkan kesulitan bagi proses

penyesuaian diri siswa.

3) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bertujuan

mengatasi berbagai permasalahan yang dialami siswa.

4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan

konseling yang bertujuan memelihara dan mengembangkan berbagai potensi

dan kondisi positif siswa dalam rangka pengembangan diri secara mantap dan

berkelanjutan.

Oleh karena itu, diharapkan melalui layanan bimbingan dan konseling

komunikasi interpersonal siswa berkembang dengan baik sehingga siswa akan

Page 27: s Ppb 054813 Chapter2

38

mampu menyesuaikan dirinya dan menghadapi tantangan dan hambatan dalam

kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang.

Sebagaimana uraian di atas, jelaslah kiranya bahwa melalui pemberian

layanan bimbingan dan konseling, individu diharapkan dapat memecahkan

masalahnya sendiri, memahami dan menyesuaiakan diri dengan lingkunagnnya

sebagai upaya tetap dapat hidup serasi dan harmonis bersama lingkungan

dimanapun individu itu berada.