rua saraiva

6
81 MEI / JUNI 2015 - DESTINASIAN.CO.ID Tahun ini, Lisbon mengenang 260 tahun tragedi Gempa Besar dan 500 tahun pendirian Menara Belém—dua momen penting yang membentuk sejarahnya. Atiqah Hasiholan menyelami keindahan kota terbesar di tepi barat Eropa ini. Monumen Maritim Menara Belém, simbol kejayaan maritim Portugal, berdiri di tepi Su- ngai Tagus yang mengalir ke Sa- mudra Atlantik. Busana oleh Halston Heritage. OLEH CRISTIAN RAHADIANSYAH FOTO OLEH ULET IFANSASTI PENATA GAYA OLEH PETER ZEWET ARTWORK OLEH SAM PIERPOINT

Upload: truongquynh

Post on 12-Jan-2017

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rua Saraiva

80 81

DestinAsiAn.co.iD – Mei / Juni 2015 Mei / Juni 2015 - DestinAsiAn.co.iD

Tahun ini, Lisbon mengenang 260 tahun tragedi Gempa Besar dan 500 tahun pendirian Menara Belém—dua momen penting yang membentuk sejarahnya. Atiqah Hasiholan menyelami keindahan kota terbesar di tepi barat Eropa ini.

Monumen MaritimMenara Belém, simbol kejayaan maritim Portugal, berdiri di tepi Su- ngai Tagus yang mengalir ke Sa-mudra Atlantik. Busana oleh Halston Heritage.

OLEH Cr i s ti a n r a h a d i a n s ya h

FOTO OLEH U le t ifa n sa s ti

PEnATA GAyA OLEH Pe te r z e we t

ArTwOrk OLEH sa M Pie r P o int

Page 2: Rua Saraiva

82 83

DestinAsiAn.co.iD – Mei / Juni 2015 Mei / Juni 2015 - DestinAsiAn.co.iD

Rabu malam, Atiqah Hasiholan me-nyempil di antara tamu, saling bersinggungan siku, duduk canggung di sebuah kafe remang yang diterangi lilin. Seorang wanita dan dua gitaris lalu tampil ke muka. Pintu ditutup. Telepon genggam dibungkam. Hening mengembang. Pentas agaknya bakal segera dimulai. Pentas paling membius di tanah Lisbon.

Sang biduan membawakan nomor-nomor an- dalannya. Dia bernyanyi dalam bahasa Portugis. “Lagu ini mengisahkan kekasihnya yang tergoda wanita lain di bar,” Ricardo, seorang pengunjung, berbisik pelan. Katanya lagi, Fado senantiasa mendendangkan lirik-lirik yang melankolis, me-nyuarakan ratapan dan jeritan hati, menuturkan rindu yang tak sampai atau hari-hari yang murung.

“Pentas yang berkesan,” ujar Atiqah. “Saya tak mengerti liriknya, tapi bisa merasakan maksudnya.”

Fado adalah salah satu ikon budaya Portugal. Oleh UNESCO, seni rakyat ini dinobatkan sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2011. Dan layaknya seni rakyat, penciptanya tak jelas,

hikayatnya kabur. Salah satu versi cerita mengklaim Fado dipengaruhi oleh seni tari asal Afrika. Portugal memang memiliki riwayat panjang dengan bangsa muslim Moor asal Afrika Utara. Kata Fado berarti “takdir,” dan lagu-lagunya kerap disertai ekspresi “oxala,” serapan dari kata insya-Allah.

Di Lisbon, Fado dipentaskan di banyak ruang seni. Tapi suguhan paling autentik hanya tersaji di tanah kelahirannya, Desa Alfama, tempat Atiqah malam ini berada. Alfama adalah desa elok yang bertengger di lereng dan dibelah-belah oleh gang sempit bagaikan labirin. Salah satu desa terindah di tengah Lisbon yang metropolis.

Atiqah mendarat di Lisbon di ujung musim dingin. Aktris yang pernah berperan dalam 17 film

rutePenerbangan ke Lisbon dilayani antara lain oleh Qatar airways (qatarairways.com), singapore airlines (singaporeair.com), serta turkish airlines (turkishairlines.com)—semuanya dengan transit dua hingga tiga kali.

Lisbon

PortugAL

Kaleidoskop KotaArea kolam

Valverde, hotel yang berkiblat pada

gaya townhouse new york. Busana

oleh Diane von Furstenberg; sepatu oleh

Michael kors. kanan, dari atas:

Desa historis Alfama dengan latar Gereja São Vicente de Fora.

Busana dan sepatu oleh Hermès.

Terreiro do Paço, alun-alun utama

yang dihuni banyak monumen, kafe,

serta sebuah toilet umum 'terseksi'

di Lisbon. Busana dan sepatu oleh

Michael kors.

Page 3: Rua Saraiva

84 85

DestinAsiAn.co.iD – Mei / Juni 2015 Mei / Juni 2015 - DestinAsiAn.co.iD

ini melompat-lompat ke banyak tempat, berusaha menyelami keindahan kota terbesar di tepian barat Eropa ini. “Sebelumnya saya tidak mengenal Lisbon, juga Portugal. Ketika akhirnya sampai, saya cukup terkejut mendapati kota ini ternyata sangat siap menyambut wisatawan,” ujarnya.

Lisbon punya hikayat yang panjang dan akbar. Ia adalah salah satu kota tertua di dunia, bahkan jauh lebih tua dari London dan Paris. Dari sinilah dulu para petualang dunia—mulai dari Vasco da Gama hingga Bartolomeu Dias—bertolak dengan kapal layar guna memetakan bumi sekaligus melebarkan sayap imperium Portugal hingga ke Afrika, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia.

Sejak abad ke-13, Lisbon menyandang status Ibu Kota Portugal. Luasnya 85 kilometer persegi, kira-kira separuh luas Jakarta Timur, sementara populasinya mencapai 550.000 jiwa, ditambah 2,5 juta jiwa lainnya yang hidup tersebar di kawasan satelit Metropolitan Area.

“Lisbon menampilkan desain yang menarik. Tata kotanya sangat dijaga. Ru-mah dan bangunan terli- hat memiliki tema sena- da,” jelas Atiqah. “Kele-bihan lainnya, turis belum terlalu banyak. Berjalan- jalan di kota ini sangat menyenangkan.”

Tapi Lisbon yang kini dilihatnya sebenarnya Lis-bon yang “baru.” Selain Desa Alfama, hampir se-kujur kota merupakan pro- duk rekayasa sipil yang digelar pada abad ke-18. Syahdan, pada 1 November 1755, gempa mengguncang Lisbon, mengirimkan tsu- nami yang menyapu kota, dan mencabut 60.000 nyawa—seperempat popu-lasi kota kala itu.

Dan bencana itu tak cuma mengoyak bumi, tapi juga iman. Di hari nahas itu, warga sedang mem- peringati All Saints’ Day dengan menggelar bera-gam ritual. Gereja sesak oleh jemaah. Lilin-lilin di-sulut di penjuru kota. Lilin ini jugalah yang kemudian mengakibatkan banyak ge- dung terbakar setelah bumi bergoyang. Pasca-gempa, orang-orang mulai mempertanyakan Tuhan.

Benarkah Dia maha penyayang? Apalagi, ketika banyak gereja rata dengan tanah, sejumlah rumah bordil justru selamat.

Pascagempa, Lisbon dibangun ulang. Kota ini melakoni operasi rekonstruksi wajah paling mo-numental dalam sejarah Portugal. Di bawah titah Raja Joseph I, beberapa bagian kota dicetak ulang dalam semangat Zaman Pencerahan yang sedang membasuh Eropa. Dari puing dan bara, Lisbon terlahir kembali. Tapi ia bukan Lisbon yang sama, baik dalam hal penampilan maupun keyakinan.

Waktu bergulir dan Lisbon terus merekah, termasuk di sektor pariwisata. Kota ini mengoleksi beragam atraksi yang menggugah. Pencinta seni bisa menyambangi Museum Calouste Gulbenkian untuk menikmati karya Rembrandt dan Monet; atau ke Museum Berardo untuk menengok guratan apik Andy Warhol dan Picasso. Mereka yang ingin menyelami sejarah bisa mampir ke Biara Jerónimos untuk menyimak silsilah egg tart ikonis “pastel de

Penginapan Berlokasi di bulevar utama kota, Valverde hotel (Avenida da Liberdade 164, 351- 21/0940-300; valver dehotel.com; mulai dari Rp4.226.000) menawarkan akses mudah untuk menje-lajahi pusat kota dan berbelanja. Hotel ini didesain oleh arsitek José Pedro Vieira dan Diogo rosa Lã de-ngan berkiblat pada gaya townhouse new york. Bagi penggemar sejarah, altis Belém hotel (Doca do Bom Sucesso 1400-038; 351-21/0400-200; altishotels.com; mulai dari Rp3.423.000) menawarkan lokasi yang ideal: persis di tepi sungai, beberapa menit berjalan kaki dari Menara Belém dan Belém Cultural Center. Salah satu hotel paling atraktif di Lisbon, hotel da estrela (Rua Saraiva de Carvalho 35; 351-21/190-0100; hoteldaestrela.com; mulai dari Rp1.718. 000), mengusung tema “sekolah” dalam desainnya. Ada karpet berhias- kan rumus matema-tika, formulir tamu mirip kertas ulangan siswa, juga lobi berisi papan tulis. Aktivitas uniknya adalah piknik di taman yang me- nyuguhkan pano-rama Basilika Estrela.

Panorama BasilikaHotel da Estrela menawarkan piknik di taman yang menatap Basilika Estrela. Topi dan selen-dang sutra oleh Hermès; sandal oleh Michael kors. Halaman kanan: rumah bersejarah milik José Maria da Fonseca, peru-sahaan wine yang dirintis pada 1834. Busana oleh Etro.

Page 4: Rua Saraiva

86 87

DestinAsiAn.co.iD – Mei / Juni 2015 Mei / Juni 2015 - DestinAsiAn.co.iD

alfama autentikChafariz d'el rey, gedung kerajaan yang dikerek pada abad ke-13 di kaki Desa Alfama dan kini dihuni sebuah hotel trendi. Busa-na dan aksesori oleh Hermès.

Page 5: Rua Saraiva

88 89

DestinAsiAn.co.iD – Mei / Juni 2015 Mei / Juni 2015 - DestinAsiAn.co.iD

nata,” atau ke Gereja São Roque untuk terpukau oleh kapel berlapis emas. Sementara bagi mereka yang doyan makan, Lisbon menawarkan beragam restoran bergaya alfresco, ditambah tiga restoran berbintang Michelin. “Bagi anak muda Indonesia, terutama kaum hipster,” ujar Atiqah, “Lisbon bisa menjadi alternatif yang menarik dan segar dari kota-kota populer lain di Eropa.”

river cruise adalah cara terbaik untuk me-nyaksikan lanskap kota. Atiqah melakoninya bersama Tours for You, operator dengan spesialisasi tailor-made tour. Menaiki perahu layar, Atiqah menyusuri Sungai Tagus dan melintasi kolong-kolong jembatan yang menghubungkan pusat kota dengan kawasan permukiman. Di kejauhan, Patung Yesus menjulang dengan tangan terbuka seolah hendak mengayomi seisi kota.

Tagus berhulu di Spanyol dan bermuara di Samudra Atlantik. Sungai ini begitu luas, hingga kadang terlihat seperti lautan. Di atasnya, jembatan-jembatan perkasa melintang, termasuk Jembatan Vasco da Gama yang merupakan jembatan ter-panjang di Eropa dengan bentangan 17 kilometer, tiga kali lipat Suramadu.

Di depan Terreiro do Paço, alun-alun utama kota, nakhoda mematikan mesin dan membiarkan perahu terapung mengikuti arus sungai. Di bawah siraman mentari senja, Lisbon memperlihatkan wajah tercantiknya. Atiqah menyaksikan rumah-

rumah beratap genting dan gedung-gedung tua yang mengukir tujuh bukit. Di sisi atas kota, Kastil São Jorge berdiri perkasa bagaikan mahkota dari masa silam. Sore ini, Lisbon menunjukan dengan sempurna makna dari dua julukannya: Kota Tujuh Bukit dan Ratu Laut.

“Lisbon juga kadang dijuluki California versi Eropa,” ujar Nuno Tavares, pendiri Tours for You. “Warganya cukup santai. Mereka tampil rapi, tapi tidak berlebihan. Kota ini memiliki sungai, bukit, dan pantai yang bisa dijangkau dalam waktu singkat. Tak banyak ibu kota negara di Eropa yang menawarkan kemewahan alam semacam itu.”

Di hari yang lain, Atiqah singgah di LX Factory, bekas pabrik tekstil dari abad ke-19 yang beralih fungsi menjadi sarang hangout paling eksentrik di Lisbon. Dijuluki “creative island,” kompleks seluas 2,3 hektare ini menaungi restoran berdesain rustic, galeri bergaya industrial, dan kafe beraliran hipster.

Magnet utamanya adalah Ler Devagar, toko buku dua lantai yang menempati gedung berbentuk hanggar dan menjajakan beragam karya penulis

informasi Operator tours for you (toursforyou.pt) menawarkan tailor-made tour dengan tema beragam, mulai dari river cruise, wine, hingga kuliner. khusus tema olahraga, operator ini bisa mengadakan coaching clinic dengan atlet-atlet kelas dunia, termasuk radamel Falcao dan Jackson Martinez. Untuk informasi seputar tempat wisata dan jadwal acara di Lisbon dan Portugal, kunjungi situs tourism Portugal (visitportugal.com).

Kantong KreatifInterior toko

buku Ler Devagar di LX Factory,

kompleks yang dijuluki 'creative island.' Busana

oleh Halston Heritage. kanan,

dari atas: River cruise bersama operator Tours for you untuk menyaksikan lanskap kota. Busana oleh

Michael kors. Chiado, kawasan

bohemian yang dihuni seniman

dan penulis. Busana oleh Tex Saverio.

Page 6: Rua Saraiva

90 91

DestinAsiAn.co.iD – Mei / Juni 2015 Mei / Juni 2015 - DestinAsiAn.co.iD

lokal dan asing, termasuk buku-buku sepuh yang langka. Di seberangnya, ada kafe Landeau yang menjajakan kue cokelat terlezat di Lisbon versi majalah time out.

“LX Factory adalah sa- lah satu tempat yang pa-ling menarik di Lisbon,” kata Atiqah. “Kompleks ini mengubah tempat yang bangkrut akibat krisis men- jadi wadah yang artistik. Sebuah bukti bagaimana desain bisa menjadi solusi dari masalah.”

Tak semua monumen di Lisbon hancur diterjang gempa. Menara Belém, struktur yang menyerupai benteng catur, masih te- gap berdiri sejak didirikan persis 500 tahun silam. Bangunan berarsitektur Manueline ini tak cuma mengawal kota dari in- vasi asing, tapi juga menjadi monumen yang melambangkan kejayaan maritim Portugal. Dari sinilah dulu para pe-tualang laut dilepas dan ekspedisi-ekspedisi akbar dimulai. Pada 1983, Mena-ra Belém ditetapkan oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.

“Tiap kali pergi ke luar negeri, saya selalu mencari pengalaman yang benar-benar tidak bisa dirasakan di Indonesia, terutama dengan mencoba restoran dan penginapan khas lokal,” ujar Atiqah, yang hingga kini sudah me-ngunjungi 20-an negara.

Di Lisbon, sensasi khas lokal itu didapat dari wine. Portugal adalah produsen wine terbesar ke-12 di dunia. Jauh tertinggal dari Prancis dan Italia memang, tapi kualitasnya cukup impresif. Tahun lalu, tiga dari lima wine terbaik sejagat versi Wine Spectator, berasal dari Portugal.

Tempat terbaik untuk mengenali wine lokal adalah José Maria da Fonseca, perusahaan yang dirintis pada 1834 dan dikenal sebagai produsen “table wine” tertua di Portugal. Cellar-nya berjarak sekitar 30 menit dari pusat kota, terhubung oleh Jembatan 25 de Abril yang menyerupai Golden Gate.

Usai melewati gerbangnya, kita akan mendarat di manor house yang dibangun pada abad ke-19 dan pernah direstorasi pada 1923 oleh arsitek asal

Swiss, Ernesto Korrodi. Di samping rumah terdapat gudang-gudang pengendapan wine yang dipenuhi barel-barel uzur dengan usia rata-rata di atas seabad. Beberapa barel berukuran sangat besar sampai-sampai harus dirakit di dalam gudang.

Cellar terkesan tak terurus: berdebu, dekil, dipenuhi sarang laba-laba. Tapi semua ini rupanya disengaja. “Memang sengaja tak dibersihkan,” ujar Sofia Franco, anggota generasi ketujuh pendiri perusahaan. “Laba-laba dibutuhkan dalam pera-watan cellar. Mereka menyantap serangga yang ge-mar menggerogoti barel kayu.”

Tur-tur wine digelar setiap hari di José Maria da Fonseca. Tur dimulai dengan kunjungan ke manor house dan ditutup dengan wine tasting. Perusahaan ini memproduksi sekitar 40 label. Bahan utamanya dipasok dari lima kawasan perkebunan anggur di Portugal. Bersama Fado, Menara Belém, serta gereja-gereja sepuh, wine adalah kreasi sejarah yang terus bertahan melewati waktu di Lisbon.

Makan & Minum• horta dos Brunos. Tempat sederhana yang menyajikan menu lokal dalam porsi besar dan rasa yang berani. Rua da Ilha do Pico 27.• feitoria. Satu dari tiga restoran di Lisbon yang memiliki bintang Michelin. Tamu bisa memesan “creative menu” yang berisi kreasi kejutan dari sang koki, João rodrigues. restaurant efeitoria.com.• lX factory. Sarang hangout paling atraktif. Magnet- nya antara lain landeau (landeau.pt) yang menjajakan chocolate cake; toko buku ler devagar (lerdevagar.com); dan restoran Cantina. lxfactory.com. • By the wine. restoran milik per- usahaan wine José Maria da Fonseca. Menawarkan be- ragam menu lokal dan sesi-sesi wine, mulai dari peluncuran produk hingga kelas wine. jmf.pt.• deli delux. Tempat brunch yang populer di akhir pekan. Di sisi depannya terdapat toko yang menjaja- kan aneka camilan dan wine lokal. delidelux.pt. • Mesa de frades. rumah tua di Desa Alfama. Tempat ideal untuk menyeruput wine lokal sembari menyaksikan pentas Fado. Rua dos Remédios 139a.

situs sejarahMuseu da Água, museum yang menempati reservoir dari abad ke-18. Busana oleh Tex Saverio. kanan: Trem membelah Alfama, desa yang selamat dari gempa 260 tahun silam. Busana, tas rajut, dan sepatu oleh Michael by Michael kors; kacamata oleh Michael kors.