rtrwbab v_renc. pola ruang 1 h.40-49.pdf

10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Laporan Akhir V - 40 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 - 2030

Upload: ableh-ndomble

Post on 22-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 40

    RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

    TAHUN 2010 - 2030

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 41

    5.2.2.7. Kawasan Peruntukan Pariwisata

    Kawasan peruntukan di Kabupaten Ngawi terdiri atas: kawasan

    pariwisata budaya, kawasan pariwisata alam dan kawasan pariwisata buatan.

    Adapun Kawasan pariwisata budaya dengan luas kurang lebih 1.597,48

    ha meliputi:

    a. Arca Banteng;

    b. Candi Pendem;

    c. Pertapaan jaka tarub;

    d. Petilasan Kraton Wirotho;

    e. Makam PH Kertonegoro dan Patih Ronggolono;

    f. Makam Patih Pringgokusum;

    g. Kediaman Krt. Radjiman Wedyadiningrat;

    h. Monumen Suryo;

    i. Pesanggrahan Srigati;

    j. Gunung Liliran;

    k. Musem Trinil; dan

    l. Benteng Van Den Bosch.

    Kawasan pariwisata alam dengan luas kurang lebih 12,50 ha, meliputi :

    a. Air Terjun Srambang;

    b. Gunung Liliran;

    c. Waduk Pondok;

    d. Bumi Perkemahan Selondo; dan

    e. Kebun teh Jamus.

    Kawasan pariwisata buatan, yaitu Tempat Pemandian Tawun.

    Pengembangan pariwisata di Kabupaten Ngawi dikembangkan melalui

    pembentukan minat wisata wisata, yaitu :

    1. Pengembangan wisata di Kabupaten Ngawi dilakukan dengan membentuk

    wisata unggulan daerah antara lain adalah : Waduk Pondok, Monumen

    Suryo, Air Terjun Srambang, Musem Trinil, Benteng Van Den Bosch.

    Selanjutnya juga bisa dikembangkan wisata religius dimana selain untuk

    minat rekreasi juga untuk minat spiritual adapun potensi wisata tersebut

    adalah Pesanggrahan Srigati dan Gunung Liliran.

    Diluar wisata ungulan tersebut juga banyak potensi lain yang bisa

    dikembangakan seperti obyek wisata Tempat Pemandian Tawun dimana

    konsepnya tidak hanya sebagai tempat hiburan, taman yang biasanya

    sebagai tempat untuk berekreasi, menghilangkan kepenatan dari rutinitas

    dapat juga difungsikan sebagai tempat untuk melakukan konservasi

    terhadap satwa langka. Selain itu ada objek wilata budaya antara lain: Arca

    Banteng, Candi Pendem, Pertapaan jaka tarub, Petilasan Kraton Wirotho,

    Makam PH Kertonegoro dan Patih Ronggolono, Makam Patih

    Pringgokusumo, Kediaman Krt. Radjiman Wedyadiningrat.

    Selain itu juga dikembangkan Desa wisata dengan menawarkan kehidupan

    petani yang masih alamiah dan sebisanya berdekatan dengan obyek wisata

    yang memiliki nilai jual tinggi. Adapun desa wisata yang dapat

    dikembangkan antara lain adalah: desa wisata Perkebunan Teh Jamus,

    Bumi Perkemahan Selondo, dengan memanfaatkan hortikultura dan ternak

    sapi serta pemandangan alam, dengan mengembangkan wisata alam, ritual,

    perkebunan.

    2. Arahan Pengembangan Pariwisata Regional (Yogyakarta Bali) : Untuk

    arahan pengembangan pariwisata regional dapat dilihat dari potensi wisata

    yang berada di dekat jalur ateri misalnya Monumen Suryo, Pemandian

    Tawun, Benteng Ven Den Bosch, Musium Trinil, Waduk Pondok.

    3. Arahan Pengembangan Pariwisata Lokal :

    Pengembangan dan peningkatan lokasi-lokasi yang dapat diwisatakan

    Membentuk link wisata lokal

    Pengembangan aktivitas wisata yang lebih beragam beserta zonasi-

    zonasinya guna untuk menghindari titik konflik pengembangan:

    a. Utama yaitu sebagai wisata rekreasi, even wisata budaya dan juga

    sebagai pusat akomodasi wisata.

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 42

    b. Pendukung yaitu sebagai wisata berbelanja dan juga sebagai kota

    transit.

    Pengembangan dan peningkatan fasilitas penunjang kegiatan wisata

    Peningkatan pelayanan jaringan air bersih, telepon dan pelayanan

    jaringan listrik.

    4. Pengembangan dan peningkatan promosi wisata

    5. Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia dalam bidang

    kepariwisataan baik melalui penyuluhan maupun pelatihan

    6. Mengembangkan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai

    peristiwa atau pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan peningkatan

    sarana-prasarana wisata sehingga Kabupaten Ngawi menjadi salah satu

    tujuan wisata;

    7. Obyek wisata alam dikembangkian dengan tetap menjaga dan melestarikan

    alam sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata;

    8. Tidak melakukan pengerusakan terhadap obyek wisata alam seperti

    menebang pohon;

    9. Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;

    10. Meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk

    menambah koleksi budaya.

    11. Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain

    untuk keserasian lingkungan; serta

    12. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek

    wisata, dan daya jual/saing.

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 43

    RENCANA TAT RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

    TAHUN 2010 - 2030

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 44

    5.2.2.8. Kawasan Peruntukan Permukiman

    Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua

    kelompok yakni permukiman permukiman perdesaan dan perkotaan. Luas

    kawasan permukiman di Kabupaten Ngawi secara keseluruhan adalah

    16.655,51 ha. Kawasan permukiman di biagi atas kawasan permukiman

    perdesaan dan kawasan permukiman perkotaan.

    A. Kawasan Permukiman Perdesaan

    Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk

    permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian,

    tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang,

    jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada.

    Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Ngawi terletak di

    pergunungan dan dataran tinggi, dataran rendah. Setiap lokasi memiliki

    karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masing-

    masing.

    Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah

    pegunungan dan dataran tinggi kegiatan, pengembangan permukiman

    diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan sebagian

    hortikultura, dan pariwisata. Kawasan ini terdapat di Kecamatan Jogorogo,

    Geneng, Karangannyar, Sine, Ngrambe dan Kendal. Pada kawasan ini

    perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan

    pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung.

    Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah,

    umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk

    peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang

    terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong

    yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan

    kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian

    menjadi kaswasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan

    pengembangan untruk kawasan terbangun.

    Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai

    penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi

    akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan.

    Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui

    pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk

    sentra industri kecil.

    Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri

    atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem

    produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang

    ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan

    sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Kawasan agropolitan di Kabupaten

    Ngawi adalah Kecamatan Karangannyar dengan ditunjang Kecamatan Geneng,

    Widodaren, mantingan, Kedunggalar dan Pitu. Luas kawasan permukiman

    perdesaan di Kabupaten Ngawi kurang lebih 11.038,47 ha.

    B. Kawasan Permukiman Perkotaan

    Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi

    kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan

    orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Kawasan

    permukiman perkotaan di Kabupaten Ngawi merupakan bagian dari kawasan

    perkotaan dengan perkembangan dan kondisi yang sangat beragam, dengan

    rencana pengembangan kawasan ini kurang lebih 6.559,17 ha dari luas wilayah

    kabupaten.

    Terkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Ngawi, rencana

    penataan dan pengembangannya sebagai berikut :

    1. Seiring dengan pengembangan Perkotaan Ngawi sebagai ibukota

    Kabupaten, maka permukiman di perkotaan Ngawi ini akan meningkat

    pesat, sehingga perlu peningkatan kualitas permukiman melalui

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 45

    penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat,

    penyediaan perumahan baru, dan penyediaan Kasiba-Lisiba Berdiri Sendiri.

    Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang

    memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman untuk

    dihuni;

    2. Pengembangannya adalah untuk permukiman dengan kepadatan rata-rata

    tinggi, dan sebagian kawasan dapat digunakan untuk kawasan siap bangun

    yang sudah ditentukan lokasi dan luasannya yaitu di Kecamatan Ngawi

    seluas 80 Ha.

    3. Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan

    pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya

    sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni;

    4. Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas

    lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan

    jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana

    lingkungan, pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan

    air bersih;

    5. Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan

    penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan

    drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan

    sistem sanitasi yang baik. Kawasan opermukiman baru harus menghindari

    pola enclove; serta

    6. Pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno,

    bangunan tersebut harus dilestarikan dan dipelihara; Selanjutnya

    bangunan dapat dialihfungsikan asalkan tidak merusak bentuk dan kondisi

    bangunannya.

    Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi :

    1. Secara umum kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat

    menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif,

    serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman;

    2. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan

    dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;

    3. Perkotaan besar dan menengah penyediaan permukiman selain disediakan

    oleh pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan

    Kasiba/Lisiba Berdiri Sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan

    pengembangan perumahan secara vertikal;

    4. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan

    dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster

    permukiman disediakan ruang terbuka hijau;

    5. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui

    pembentukan pusat pelayanan kecamatan;

    6. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana

    permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;

    7. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan

    dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang

    produktif sebagai basis kegiatan usaha;

    8. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan

    dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil.

    9. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis

    pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat,

    serta pengolahan hasil pertanian. Selanjutnya perdesaan di kawasan pesisir

    dikembangkan pada basis ekonomi perikanan dan pengolahan hasil ikan;

    5.2.2.9. Kawasan Peruntukan Lainnya

    Kawasan peruntukan lainnya ini adalah kawasan peternakan yang

    banyak berkembang dan mempunyai potensi untuk dikembangan di Kabupaten

    Ngawi.

    Pengembangan Breeding Centre yang dapat berfungsi sebagai lokomotif

    penggerak pertumbuhan dan perkembangan di bidang peternakan, yang

    dilokasikan di Kecamatan Sine, Jogorogo, Kendal, Paron, Mantingan, Ngawi,

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 46

    Kedungggalar, Padas, Widodaren, Ngrambe, Pitu, Padas, Bringin, Karanganyar,

    Karangjati, Geneng, Pangkur, Kedunggalar, Kasreman, untuk ternak besar

    seperti sapi potong dan sapi perah . Sedangkan untuk pengembangan ternak

    kecil (ayam ras, ayam buras/kampung) pendistribusian sudah cukup merata

    pada masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi dan setiap

    penduduk rata-rata memiliki ternak ini meskipun dalam jumlah kecil.

    Melihat populasi yang ada dan lokasi penyebaran ternak sapi kereman

    manunjukkan banyaknya masyarakat yang memilih usaha dibidang ini. Potensi

    lahan yang cukup luas merupakan salah satu modal dasar untuk menjalankan

    usaha di sektor peternakan. Hingga saat ini kebutuhan pangan yang berasal

    dari ternak masih jauh untuk dapat memenuhi baik kebutuhan lokal maupun

    nasional.Untuk dapat meng-antisipasi kebutuhan pangan ternak, maka perlu

    terobosan untuk melakukan kerjasama pengadaan pakan ternak.

    Gambar 5.13

    Salah satu jenis ternak besar yang ada di Kabupaten Ngawi

    Melihat populasi sapi perah yang jumlahnya sedikit, sementara lahan

    yang ada utamanya didaerah selatan ( kaki Gunung Lawu) bisa dikembangkan

    usaha ternak sapi perah. Kebutuhan susu sapi segar selama ini relatif kurang

    dan disuplai dari luar daerah antara lain Madiun.

    Sapi perah merupakan penghasil susu segar yang banyak diminati oleh

    masyarakat. Selama ini belum banyak budidaya ternak Sapi Perah yang secara

    komersial ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar susu segar. Sehingga

    dipasaran tidak tersedia susu segar. Maka Sapi Perah memiliki prospek

    investasi yang sangat cerah. Pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten

    Ngawi adalah:

    1. Sentra ternak sapi perah di Kecamatan Kasreman

    2. Ternak unggulan: Kecamatan Karangjati, Kendal, Kasreman, Sine, Bringin.

    3. Kawasan peternakan diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat

    distribusi pakan ternak;

    4. Kawasan ternak unggas banyak tersebat di permukiman penduduk harus

    dipisahkan dari permukiman penduduk untuk mencegah penyebaran

    penyakit ternak seperti flu burung; serta

    5. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil

    ternak, seperti pembuatan industri pengolah hasil ternak, mengolah kulit,

    dan industri lainnya.

    Adapun arahan pengelolaan peternakan di Kabupaten Ngawi diarahkan sebagai

    berikut:

    1. Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan mengembangkan

    padang penggembalaan, dan pada beberapa bagian dapat menyatu dengan

    kawasan perkebunan atau kehutanan;

    2. Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi

    tersendiri, diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi

    pakan ternak;

    3. Mengembangkan sistem inti - plasma dalam pengembangan peternakan;

    4. Mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi;

    5. Pengembangan ternak unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditas

    ternak yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif; serta

    6. Ternak unggas dan ternak lain yang memiliki potensi penularan penyakit

    pada manusia harus dipisahkan dari kawasan permukiman;

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 47

    5.2.2.10 . Kawasan Pertahanan Keamanan

    Di Kabupaten Ngawi terdapat kawasan pertahan dan keamanan yang

    meliputi Kawasan Komando Distrik Militer beserta seluruh jajarannya di tingkat

    Koramil, kawasan Artileri Medan 12 dan tempat latihan kemiliteran.

    Tabel 5.4

    Rencana Luas Kawasan Budidaya di Kabupaten Ngawi

    No Rencana Pola Ruang Luas (Ha) %

    RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA

    1 Kawasan peruntukan hutan produksi 34.979,00 35,00%

    2 Kawasan hutan rakyat 14.135,43 10,91%

    3 Kawasan peruntukan pertanian 0,00%

    a. Peruntukan pertanian pangan berkelanjutan 41.523,00 21,03%

    b. Peruntukan tegalan

    c. Peruntukan pertanian lahan kering 9.188,21 7,09%

    d. Peruntukan holtikultura 5.621,20 4,34%

    4 Kawasan peruntukan perkebunan 10.788,68 8,32%

    5 Kawasan peruntukan perikanan 0,00%

    a. Peruntukan perikanan tangkap (perairan umum) 1.351,00 1,04%

    b. Peruntukan budidaya perikanan 22,95 0,02%

    c. Peruntukan kawasan pengolahan ikan 0,00 0,00%

    6 Kawasan peruntukan pertambangan 0,00%

    a. Peruntukan mineral dan batu bara 0,00 0,00%

    b. Peruntukan minyak dan gas bumi 0,00 0,00%

    c. Peruntukan panas bumi 0,00 0,00%

    d. Peruntukan air tanah di kawasan pertambangan 0,00 0,00%

    7 Kawasan peruntukan industri 0,00%

    a. Peruntukan industri besar 0,00 0,00%

    b. Peruntukan industri sedang 0,00 0,00%

    c. Peruntukan industri rumah tangga 1.628,27 1,26%

    8 Kawasan peruntukan pariwisata 0,00%

    a. Peruntukan pariwisata budaya 1.597,48 1,23%

    b. Peruntukan pariwisata alam 12,50 0,01%

    c. Peruntukan pariwisata buatan 0,00 0,00%

    9 Kawasan peruntukan permukiman 0,00%

    a. Peruntukan permukiman perkotaan 6.559,17 5,06%

    b. Peruntukan permukiman perdesaan 11.038,47 8,52%

    10 Kawasan peruntukan lainnya 0,00 0,00%

    102.597,58 79,17%

    Sumber : Hasil Rencana

    Dari kondisi lapangan yang ada, diperlukan upaya dalam memecahkan

    konflik melalui penerapan sistem pertanian konservasi (SPK), yaitu sistem

    pertanian yang mengintegrasikan teknik konservasi tanah dan air dalam sistem

    pertanian.

    Tabel 5.5.

    Jenis Konflik dan Alternatif Pemecahannya

    NO JENIS

    KONFLIK

    ALTERNATIF PEMECAHAN

    1 Permukiman

    dengan

    kawasan

    lindung

    Penduduk disekitar hutan harus dilibatkan dalam

    pemeliharaan dan pengelolaan hutan sehingga

    merasa ikut memiliki;

    Membatasi secara tegas pertumbuhan areal

    pemukiman, diikuti pengawasan yang ketat; serta

    Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan

    dan kawasan lindung.

    2 Kebun dengan

    kawasan

    Lindung

    Membatasi secara tegas pertumbuhan areal kebun

    disertai pengawasan yang ketat;

    Melibatkan petani kebun dalam pengelolaan dan

    pemeliharaan hutan;

    Mengusahakan petani agar menanam tanaman

    tahunan (perkebunan) disertai tindakan konservasi

    yang intensif agar fungsi lindung tetap terpelihara;

    serta

    Agroforestry dan pembuatan hutan kemasyarakatan.

    3 Tegal dengan

    kawasan

    Lindung

    Membatasi secara tegas pertumbuhan areal tegal,

    disertai pengawasan yang ketat;

    Melibatkan petani dalam pemeliharaan dan

    pengelolaan hutan disekitarnya;

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 48

    NO JENIS

    KONFLIK

    ALTERNATIF PEMECAHAN

    Menerapkan sistem pertanian konservasi dalam

    budidaya pertanian ditanah tegal;

    Mengganti jenis tanaman yang dibudidaya dan

    tanaman semusim menjadi tanaman tahunan dalam

    jangka waktu panjang/bertahap; serta

    Agroforestry dan membuat hutan kemasyarakatan.

    4 Sawah dengan

    kawasan

    Lindung

    Membatasi dengan tegas pertumbuhan areal sawah

    dikawasan hutan tersebut;

    Melibatkan petani dalam pemeliharaan dan

    penelolaan hutan sehingga merasa ikut memiliki;

    Dalam jangka panjang, secara bertahap tanah sawah

    dialih fungsikan menjadi tanah perkebunan dan

    hutan kemasyarakatan (konservasi sawah bersifat

    khusus untuk areal sawah di kawasan hutan; serta

    Agroforestry secara bertahap pada tanah sawah

    tersebut.

    Dalam penanganan konflik penggunaan tanah menggunakan kombinasi

    teknik sipil dan vegetatif. Metode yang digunakan adalah:

    1. Pembuatan teras : Teras kridit (kemiringan 3 - 10 %), teras gulud (Tgl)

    kemiringan 10 - 50 %, teras bangku (Tbk) kemiringan 10 - 30 %, teras

    Kebun (TBn) kemiringan 30 - 50 %, teras individu (Tin) kemiringan 30 - 50

    %; dan

    2. Penggunaan vegetatif dalam konservasi tanah adalah : penanaman

    tanaman penutup tanah (TPT), penempatan/ mengatur penanaman dalam

    jalur (strip cropping), pergiliran anaman (pt), penggunaan tanaman penguat

    teras (ptp), Agroforestry (Agf), hutan kemasyarakatan (Hkm).

    C. Kawasan Khusus Pengembangan Sektor Informal

    Kawasan khusus pengembangan sektor informal meliputi penyediaan

    PKL bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat marginal/ menengah

    kebawah di perkotaan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh tiap wilayah

    perkotaan masing-masing kecamatan adalah, minimal menyediakan lahan

    seluas 5 % sebagai pusat perdagangan sektor informal yang dipenuhi oleh

    negara. Sedangkan developer untuk perumahan dengan skala besar di

    kemudian hari, dipersyaratkan untuk mengalokasikan lahan untuk kawasan

    khusus pengembangan sektor informal ini minimal seluas 1 hingga 2 Ha.

  • RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

    KABUPATEN NGAWI

    Laporan Akhir

    V - 49

    5.8

    RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

    TAHUN 2010 2030

    RENCANA POLA RUANG WILAYAH