rpshwhqvl 3hqglgln 'dq 7hqdjd .hshqglglndq 3dgd

15
539 Siswantari, Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal Siswantari Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdiknas Email: [email protected] Abstrak: Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) memegang peran yang begitu penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, termasuk pada pendidikan non-formal. Untuk itu Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan kompetensi mereka. Namun demikian, kompetensi mereka belum banyak diketahui. Dengan mengetahui kompetensi mereka, perancangan pelatihan dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Lingkup penelitian ini meliputi program Paket A dan Paket B. Pendidik adalah tutor program Paket A dan Paket B yang tidak merangkap sebagai guru di sekolah dan pamong belajar kelompok kerja (pokja) pendidikan kesetaraan di P2PNFI dan BPPNFI, BPKB, dan SKB. Tenaga Kependidikan meliputi pengelola kelompok belajar Paket A dan Paket B serta Penilik. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi tes kepada responden dan wawancara dengan beberapa responden. Hasil tes memperlihatkan bahwa kompetensi mereka secara umum masih rendah. Dengan demikian diperlukan upaya Pemerintah dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan non-formal. Kata kunci: Pendidikan non-formal, tutor, pamong belajar, pengelola kelompok belajar, Penilik. Abstract: Teacher and education personnel have important roles to improve the quality of education, including non-formal education. Government always improves their competence. However, so far not many people know about their competence. By knowing their competence, then training can be designed more efficiently and more effectively. The scope of the study are Package A and Package B programs. Educator is a tutor for program Package A and Package B which at the same time is not a teacher in schools. Including educator is pamong belajar who handle kesetaraan education in P2PNFI and BPPNFI, BPKB, and SKB. Education personnel include study group manager of Package A and/or Package B and inspectors (Penilik). The data was collected by testing the respondents and interviews with some respondents. The test results showed that their competence is generally still low. Thus the necessary effort of the Government and local governments is to improve their competence in order to improve the quality of non-formal education. Key words: non-formal education, tutor, pamong belajar, study group manager, penilik. Pendahuluan Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 26, pendidikan non formal (PNF) adalah pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Salah satu program PNF yang berperan sebagai pengganti adalah Pendidikan Kesetaraan. Di Indonesia, program PNF pendidikan kesetaraan ditekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Selanjutnya, melalui proses penyetaraan, lulusan PNF dihargai setara dengan pendidikan formal. Selain akses, peningkatan mutu juga menjadi prioritas PNFI. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai program peningkatan, peningkatan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dirasakan belum optimal terutama dalam upaya peningkatan mutu. Dilatarbelakangi permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan meng- identifikasi berbagai kompetensi para PTK pendidikan kesetaraan saat ini maupun kompentensi yang diperlukan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Upload: others

Post on 06-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

539

Siswantari, Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

Kompetensi Pendidik Dan Tenaga KependidikanPada Pendidikan Nonformal

SiswantariPusat Penelitian Kebijakan, Balitbang KemdiknasEmail: [email protected]

Abstrak: Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) memegang peran yang begitu penting dalam upayameningkatkan mutu pendidikan, termasuk pada pendidikan non-formal. Untuk itu Pemerintah selaluberupaya untuk meningkatkan kompetensi mereka. Namun demikian, kompetensi mereka belum banyakdiketahui. Dengan mengetahui kompetensi mereka, perancangan pelatihan dapat dilakukan denganlebih efisien dan efektif. Lingkup penelitian ini meliputi program Paket A dan Paket B. Pendidik adalahtutor program Paket A dan Paket B yang tidak merangkap sebagai guru di sekolah dan pamong belajarkelompok kerja (pokja) pendidikan kesetaraan di P2PNFI dan BPPNFI, BPKB, dan SKB. TenagaKependidikan meliputi pengelola kelompok belajar Paket A dan Paket B serta Penilik. Pengumpulan datadilakukan dengan memberi tes kepada responden dan wawancara dengan beberapa responden. Hasiltes memperlihatkan bahwa kompetensi mereka secara umum masih rendah. Dengan demikian diperlukanupaya Pemerintah dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam rangkameningkatkan mutu pendidikan non-formal. Kata kunci: Pendidikan non-formal, tutor, pamong belajar, pengelola kelompok belajar, Penilik.

Abstract: Teacher and education personnel have important roles to improve the quality of education,including non-formal education. Government always improves their competence. However, so far notmany people know about their competence. By knowing their competence, then training can be designedmore efficiently and more effectively. The scope of the study are Package A and Package B programs.Educator is a tutor for program Package A and Package B which at the same time is not a teacher inschools. Including educator is pamong belajar who handle kesetaraan education in P2PNFI and BPPNFI,BPKB, and SKB. Education personnel include study group manager of Package A and/or Package B andinspectors (Penilik). The data was collected by testing the respondents and interviews with somerespondents. The test results showed that their competence is generally still low. Thus the necessaryeffort of the Government and local governments is to improve their competence in order to improve thequality of non-formal education.Key words: non-formal education, tutor, pamong belajar, study group manager, penilik.

PendahuluanMenurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)pasal 26, pendidikan non formal (PNF) adalahpengganti, penambah, dan/atau pelengkappendidikan formal dalam rangka mendukungpendidikan sepanjang hayat. Salah satu programPNF yang berperan sebagai pengganti adalahPendidikan Kesetaraan. Di Indonesia, program PNFpendidikan kesetaraan ditekankan padapenguasaan pengetahuan dan keterampilanfungsional serta pengembangan sikap dankepribadian professional. Selanjutnya, melalui

proses penyetaraan, lulusan PNF dihargai setaradengan pendidikan formal. Selain akses,peningkatan mutu juga menjadi prioritas PNFI.Meskipun pemerintah telah melakukan berbagaiprogram peningkatan, peningkatan kompetensiPendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dirasakanbelum optimal terutama dalam upaya peningkatanmutu. Dilatarbelakangi permasalahan tersebut,penelitian ini dilakukan dengan tujuan meng-identifikasi berbagai kompetensi para PTKpendidikan kesetaraan saat ini maupunkompentensi yang diperlukan sesuai denganstandar yang ditetapkan.

Page 2: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

540

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011

Permasalahan yang ada yaitu belumdiketahuinya kebutuhan pelatihan para PTK PNFyang sesuai dengan kebutuhan mereka dalammelaksanakan tugas dan fungsinya. Adapuntujuan umum studi ini dimaksudkan untukmenyiapkan bahan rumusan kebijakan dalamrangka memberikan masukan terkait dengankebutuhan pelatihan bagi para PTKPNF dalamupaya meningkatkan kompetensi mereka agardapat melaksanakan tugas dan fungsinya secaraoptimal. Secara khusus, tujuan studi inidimaksudkan untuk mendapatkan data daninformasi tentang: 1) Tingkat kompetensi PTKPNF;2) Tingkat pengetahuan PTKPNF tentang SNP;dan 3) Faktor-faktor yang erat kaitannya dengantingkat kompetensi PTKPNF.

Kajian PustakaPendidik dan Tenaga Kependidikan padaPendidikan Non-formal (PTK-PNF)Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakansecara terstruktur dan berjenjang dan berfungsiuntuk mengembangkan potensi peserta didikdengan penekanan pada pengetahuan akademikdan keterampilan fungsional serta pengembangansikap dan kepribadian professional.

Tenaga kependidikan nonformal adalahtenaga kerja yang menangani pendidikan nonformal yang bertugas merencanakan danmelaksanakan proses pembelajaran. Kegiatanpembelajaran melibatkan unsur tenaga kepen-didikan dan unsur peserta didik (WB) yang dididik.Dalam Pedoman Pemetaan Kompetensi PTK-PNFterdiri dari 10 macam, 4 di antaranya yang terkaitdengan studi ini yaitu: 1) pamong belajar adalahPendidik PNF yang berstatus pegawai negeri sipil(PNS) yang berada di unit pelaksana teknis (UPT)pusat dan UPT Daerah dan satuan PNFI yangbertugas untuk melaksanakan kegiatan belajarmengajar, mengkaji program, dan pengembanganmodel PNFI; 2) penilik adalah tenaga kependidikanPNF yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS)bertugas untuk melaksanakan pengendalian mutuprogram pendidikan nonformal dan informal (PNFI)melalui kegiatan pemantauan, penilaian,pembimbingan dan pembinaan serta evaluasidampak program PNFI di tingkat kabupaten/kota;3) Tutor Kesetaraan adalah tenaga yang berasal

dari masyarakat yang bertugas dalam merencana-kan, melaksanakan, mengevaluasi prosespembelajaran pada pendidikan kesetaraan; dan4) Pengelola PKBM adalah ketua PKBM, sekretarisdan bendahara yang diberikan tugas dankewenangan mengelola penyelenggaraan pusatkegiatan belajar masyarakat.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pem-belajaran di lingkungan pendidikan nonformalakan sangat ditentukan oleh kompetensi danketersediaan tenaga kependidikan nonformal.Ketersedian bisa dilihat dari jumlah tenagakependidikan yang ada, kualifikasi tenagakependidikan, lama mengajar, dan usia. Semakinbanyak tenaga kependidikan nonformal yangtersedia dengan kualifikasi yang memadai dansemakin berpengalaman mereka, semakin baikkualitas kegiatan pembelajaran nonformaltersebut.

Dalam kajian ini PTK-PNF dibatasi pada tutorkesetaraan untuk program paket A dan paket B.Tutor Kesetaraan dalam pedoman pemetaankompetensi PTK-PNF melalui LPMP adalah tenagayang berasal dari masyarakat yang bertugasdalam merencanakan, melaksanakan, meng-evaluasi proses pembelajaran pada pendidikankesetaraan.

Program Pendidikan KesetaraanSalah satu program Pendidikan Non Formal adalahProgram Pendidikan Kesetaraan, yang meliputiprogram Kelompok belajar paket A setara SD,Kelompok Belajar paket B setara SMP danKelompok Belajar paket C setara SMA. Pendidikannon formal yang difokuskan dalam penelitian iniadalah program pendidikan kesetaraan. Berkaitandengan program penuntasan wajib belajar 9tahun, maka dalam penelitian ini programkesetaraan dibatasi pada program paket A danpaket B. Pengertian paket A pendidikan kesetara-an dalam pedoman pembelajaran pendidikankesetaraan adalah program pendidikan dasarpada jalur pendidikan nonformal yang dapat diikutioleh peserta didik yang ingin menyelesaikanpendidikan setara SD/MI. Lulusan program paketA berhak mendapat ijazah dan diakui setaradengan ijazah SD/MI. Sedangkan pengertianprogram paket B adalah program pendidikandasar pada jalur pendidikan nonformal yang

Page 3: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

541

Siswantari, Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

dapat diikuti oleh peserta didik yang inginmenyelesaikan pendidikan setara SMP/MTs.Lulusan program paket B berhak mendapat ijazahdan diakui setara dengan ijazah SMP/MTs.

Mutu PendidikanDalam dokumen Education for All (EFA) globalmonitoring report, UNESCO (2005) mengga-risbawahi bahwa capaian dari partisipasi universaldalam pendidikan secara fundamental tergantungpada kualitas pendidikan. Definisi kualitaspendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO (2005)mengalami perkembangan. Pada deklarasipendidikan untuk semua (EFA) tahun 1990an,UNESCO belum memiliki definisi yang jelasmengenai kualitas pendidikan. Pengertian lebihjelas, nampak dalam Kerangka Aksi Dakar (theDakar Framework for Action), pada dokumenLearning to Be: The World of Education Today andTomorrow, pada dokumen Learning: The TreasureWithin. Akhirnya pada Table on Quality of Educationdi Paris pada tahun 2003, UNESCO menetapkanakses terhadap kualitas pendidikan sebagai hakasasi manusia (Pigozzi, 2004 dalam UNESCO,2005). Pengertian mutu juga didefinisikan sebagaihuman capital, pendidikan merupakan unsur yangmemainkan peranan penting dan signifikan dalampertumbuhan ekonomi, sehingga pengeluaranpendidikan diperhitungkan sebagai bentukinvestasi (Olanivan & Okemakinde, 2008). Konseppendidikan sebagai human capital memiliki kaitanerat dengan konsep efektivitas dan peningkatansekolah. Hargreaves (2001) mencoba meng-integrasikan konsep-konsep tersebut menjadisebuah konsep model yang memiliki empat masterkonsep yaitu: outcome, leverage, modal intelectual,dan modal sosial. Berdasarkan diskusi tersebut,terdapat dua konsep mutu pendidikan yangberbeda, antara perumusan UNESCO danperumusan teori human kapital yang cenderungdigunakan oleh Bank Dunia dalam mendefinisikanmutu pendidikan. Namun demikian, pada dasar-nya dalam implementasinya saling menunjang,yaitu mutu pendidikan ditujukan untuk mening-katkan kehidupannya baik secara ekonomi,maupun hakekat kehidupan manusia.

Mengukur Mutu PendidikanUkuran mutu pendidikan di sekolah mengacu pada

derajat keunggulan setiap komponennya, bersifatrelatif, dan selalu ada dalam perbandingan. Ukuransekolah yang baik bukan semata-mata dilihat darikesempurnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan yang dimilikinya, melainkan diukur puladari kemampuan sekolah tersebut mengantisipasiperubahan, konflik, serta kekurangan ataukelemahan yang ada dalam dirinya.

Depdiknas mengemukakan paradigma mutudalam konteks pendidikan, mencakup input,proses, dan output pendidikan (Depdiknas, 2006).Lebih jauh dijelaskan bahwa input pendidikanadalah segala sesuatu yang harus tersediakarena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses,yang dimaksud sesuatu adalah berupa sumber-daya dan perangkat lunak serta harapan-harapansebagai pemandu bagi keberlangsungan proses.Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia(seperti ketua, dosen, konselor, peserta didik) dansumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan,uang bahan-bahan, dan sebagainya). Inputperangkat meliputi: struktur organisasi, peraturanperundang-undangan, deskripsi tugas, rencana,program, dan lain sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaranyang ingin dicapai. Kesiapan input sangatdiperlukan agar proses dapat berlangsungdengan baik. Dengan kata lain, dapat disimpulkanbahwa tinggi rendahnya mutu input dapat diukurdari tingkat kesiapan input, makin tinggi kesiapaninput, makin tinggi pula mutu input tersebut.Proses pendidikan merupakan proses berubah-nya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatuyang berpengaruh terhadap berlangsungnyaproses disebut input, sedangkan sesuatu darihasil proses disebut output. Proses dikatakanbermutu tinggi apabila peng-koordinasian danpenyerasian serta pemanduan input dilakukansecara harmonis, sehingga mampu menciptakansituasi pembe-lajaran yang menyenangkan(enjoyable learning), mampu mendorong motivasidan minat belajar, dan benar-benar mampumemberdayakan peserta didik.

Dalam kajian ini mutu diukur melaluikomponen guru dalam hal ini tutor di pendidikannon formal. Salah satu indikator yang dapatmengukur mutu tutor adalah kualifikasi akademikyang dimiliki. Dalam acuan proses pelaksanaandan pembelajaran pendidikan kesetaraan

Page 4: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

542

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011

program paket A, paket B dan paket C, syaratkualifikasi akademik yang harus dimiliki pendidikpada pendidikan kesetaraan adalah pendidikanminimal D-IV atau S1 dan yang sederajat untukprogram paket A, paket B dan paket C. Namun,untuk daerah yang tidak memiliki sumberdayamanusia yang sesuai, pendidikan minimal DII danyang sederajat untuk paket A dan paket B, danDIII untuk paket C.

Kompetensi PTK-PNFPengembangan profesionalisme pendidik dantenaga kependidikan pendidikan nonformal (PTK-PNF) yang telah dilakukan menggambarkankondisi pendidik dan tenaga kependidikan yangada di Indonesia saat ini. Agar pendidikan formalmaupun nonformal bisa mencapai mutu akademikyang tinggi, maka harus didukung oleh PTK yangkompeten.

PTK-PNF dituntut untuk menguasai StandarKompetensi, dengan pertimbangan beberapakondisi sebagai berikut: 1) belum adanya kese-ragaman atau standarisasi tingkat kemampuandan kualitas PTK-PNF, 2) belum adanya alat ukuryang akurat untuk mengetahui kompetensi PTK-PNF, 3) pengembangan kemampuan danpembinaan yang dilakukan bagi PTK-PNF tidakberdasarkan pada apa yang perlu ditingkatkan,dan 4) masih rendahnya tingkat kesejahteraanpara PTK-PNF.

Berdasarkan pasal 28 ayat (3) PeraturanPemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan, kompetensi sebagai agenpembelajaran pada jenjang pendidikan dasar danmenengah meliputi: Kompetensi Pedagogik,Kompetensi Kepribadian, Kompetensi professional,dan Kompetensi sosial. Definisi keempatkompetensi tersebut menurut berikut StandarKompetensi PTK-PNF dan Sistem Penilaian(Depdiknas, 2006) adalah seperti berikut.

Kompetensi PedagogikKompetensi pedagogik merupakan kemampuanyang berkenaan dengan pemahaman terhadapWarga Belajar (WB) dan pengelola pembelajaranyang mendidik dan dialogis. Secara substantifkompetensi ini mencakup kemampuan pema-haman terhadap peserta didik, perancangan danpelaksanaan pembelajaran, memahami kurikulum,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan pesertadidik untuk mengaktualisasikan berbagai potensiyang dimilikinya

Kompetensi KepribadianKompetensi kepribadian merupakan kemampuanpersonal yang mencerminkan kepribadian yangmantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,menjadi teladan bagi peserta didik/WB, danberakhlak mulia. Secara rinci setiap elemenkepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadisubkompetensi dan indikator esensial sebagaiberikut: (i) Memiliki kepribadian yang mantap danstabil; (ii) Memiliki kepribadian yang dewasa; (iii)Memiliki kepribadian yang arif; (iv) Memilikikepribadian yang berwibawa; dan (v) Memilikiakhlak mulia dan dapat menjadi teladan.

Kompetensi ProfesionalKompetensi profesional merupakan kemampuanyang berkenaan dengan penguasaan materipembelajaran secara luas dan mendalam yangmencakup penguasaan substansi isi materikurikulum matapelajaran di satuan PNF dansubstansi keilmuan yang menaungi materikurikulum tersebut, serta menambah wawasankeilmuan sebagai PTK-PNF. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memilikisubkompetensi dan indikator esensial sebagaiberikut: 1) Menguasai substansi keilmuan sosialdan ilmu lain yang terkait bidang studi; dan 2)Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajiankritis untuk menambah wawasan dan mem-perdalam pengetahuan/materi pembelajaran.

Kompetensi SosialKompetensi sosial berkenaan dengan ke-mampuan pendidik sebagai bagian darimasyarakat untuk berkomunikasi dan bergaulsecara efektif dengan peserta didik/WB, sesamapendidik, tenaga kependidikan, orangtua/walipeserta didik/WB, dan masyarakat sekitar.Kompetensi ini memiliki subkompetensi denganindikator esensial sebagai berikut: 1) Mampuberkomunikasi dan bergaul secara efektif denganpeserta didik/WB, baik lisan maupun tulisan; 2)Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektifdengan sesama pendidik dan tenaga kepen-didikan; dan 3) Mampu berkomunikasi dan

Page 5: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

543

Siswantari, Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

bermitra secara efektif dengan orang tua/walipeserta didik/WBdan masyarakat sekitar, sesuaidengan kebudayaan dan adat istiadat.

Metodologi PenelitianPendekatan yang digunakan dalam penelitian iniyaitu pendekatan kualitatif dengan dukungan datakuantitatif.

Populasi dan sampelPopulasi penelitian ini adalah seluruh kelompokbelajar (kejar) Paket A dan Paket B di seluruhIndonesia. Data memperlihatkan bahwa jumlahkejar Paket A setara SD pada kurun waktu 1Januari sampai dengan 30 Desember 2009sebanyak 5.424 kejar, sedangkan jumlah kejarPaket B setara SMP sebanyak 14.322 kejar. Didalam kelompok belajar terdapat pengelola, tutor,dan warga belajar. Secara lengkap jumlah jumlahmasing-masing untuk kurun waktu yang samatampak pada Tabel 1 berikut.

Pemilihan sampel provinsi dilakukan secarapurposive, dengan kriteria provinsi tersebut adalah

lokasi P2PNFI atau BPPNFI atau provinsi binaanP2PNFI atau BPPNFI yang memiliki BPKB. Jumlahsampel provinsi sebanyak 8 provinsi sebagaiberikut: 1) Provinsi Sumatera Selatan (memilikiBPKB dan wilayah kerja BPPNFI Regional; 2)Provinsi Lampung (memiliki BPKB dan wilayah kerjaP2PNFI Regional II); 3) Provinsi Jawa Barat(P2PNFI Regional II); 4) Provinsi Jawa Timur(BPPNFI Regional IV); 5) Provinsi SulawesiSelatan (BPPNFI Regional V); 6) ProvinsiKalimantan Selatan (BPPNFI Regional VI); 7)Provinsi Nusa Tenggara Barat (BPPNFI RegionalVII); dan 8) Provinsi Maluku (memiliki BPKB danwilayah kerja BPPNFI Regional VIII).

Di setiap provinsi sampel diambil 1 kabupatendan 1 kota. Kabupaten/kota pilihan pertamaadalah kabupaten/kota lokasi P2PNFI atau BPPNFIatau BPKB. Pemilihan kabupaten/kota keduamenggunakan kriteria sebagai daerah yangmenjadi ujicoba KTSP sehingga diperkirakansudah menggunakan KTSP. Sampel kabupaten/kota adalah sebagai berikut: Sumatera Selatan(Kota Palembang, Kabupaten Ogan Ilir), Lampung

No. Komponen Jumlah (orang)

Paket A setara SD Paket B setara SMP 1. Pengelola 10.993 29.893 2. Tutor 19.247 104.857 3. Warga belajar 149.476 573.581

Tabel 1. Jumlah Pengelola, Tutor, dan Warga Belajar pada tahun 2009

Sampel Responden Kelompok Jenis Keterangan

Pendidik Tutor Tutor Paket A Di Kejar dan di PKBM

Tutor Paket B Pamong Belajar Kesetaraan P2PNFI atau BPPNFI Lembaga pusat di daerah

BPKB Lembaga provinsi SKB Lembaga kabupaten/kota

Tenaga Kepen-didikan

Pengelola program Paket A dan/Paket B. Di Kejar penyeleng-gara program Paket A dan/ Paket B.

Kejar biasanya dibina oleh SKB, sementara PKBM di-bina oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/kota. Di penyelenggara PKBM program Paket A dan/ Paket B. Penilik PLS Baik yang berkedudukan di Dinas Pendidikan Kabupa-ten/kota maupun yang di tingkat kecamatan.

Tabel 2. Sampel Responden Penelitian

Page 6: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

544

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011

(Kota Bandar Lampung, Kabupaten LampungBarat), Jawa Barat (Kota Bandung, KabupatenBandung), Jawa Timur (Kota Surabaya, KabupatenPamekasan), Kalimantan Barat (Kota Pontianak,Kabupaten Pontianak), Sulawesi Selatan (KotaMakassar, Kabupaten Bone), Nusa Tenggara Barat(Kota Mataram, Kabupaten Dompu), dan Maluku(Kota Ambon, Maluku Tengah). Sampel respondensecara lengkap dapat dilihat di Tabel 2.

Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan melalui tes,wawancara, dan penilaian teman sejawat. Rinciantes untuk Tutor Paket A, Tutor Paket B, danpengelola tampak pada Tabel 3.

Untuk mengetahui kompetensi profesionaldan pedagogik mereka, pamong belajar dimintauntuk melakukan penilaian diri. Kompetensikepribadian dan kompetensi sosial pamong belajardiperoleh melalui penilaian teman sejawat. Se-cara lengkap alokasi responden per kabupaten/kota menurut teknik pengumpulan datanyatampak di Tabel 4.

Analisis DataAnalisis data akan dilakukan secara deskriptif, baiksecara kualitatif maupun kuantitatif. Setelahdiketahui kompetensi PTK program Paket A danPaket B saat dilakukan pengumpulan data dankompetensi yang dibutuhkan sesuai kondisi saatini, maka kebutuhan pelatihan mereka dapatditemukan.

Hasil Penelitian dan dan PembahasanTingkat Kompetensi PTK PNFPTK PNF yang disampaikan kompetensinya di sinimeliputi tutor Paket A, tutor Paket B, pamongbelajar, dan pengelola kejar Paket A dan atauPaket B.

Tutor Paket A dan Tutor Paket BNilai terendah yang dicapai oleh Tutor Paket A danTutor Paket B yaitu untuk kompetensi pedagogik,dan tertinggi untuk kompetensi kepribadian (LihatGambar 1 dan 2). Kompetensi profesional TutorPaket A dan Tutor Paket B masih rendah, reratanilai yang dicapai sebesar 40 dan 50,7 dari 100.

Tabel 3. Rincian Tes Tutor dan Pengelola Kejar Paket A dan Paket BTes Tutor Paket A

Menggunakan soal tes WB(WB) Paket A dan Paket B yang sulit saja Alasan: Kualifikasi pendidikan tutor Paket A (menurut pedoman) adalah SMA, sementara kualifikasi pendidikan guru SD formal S1. Satu buku soal terdiri atas 5 mata pelajaran (total 90 soal)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) (15 soal) Bahasa Indonesia (25 soal) Matematika (15 soal) IPA (20 soal) IPS (15 soal) Waktu tes 120 menit

Tes Tutor Paket B Menggunakan soal tes WB(WB) Paket B dan Paket C yang sulit saja.

Alasan: Kualifikasi pendidikan tutor Paket A (menurut pedoman) adalah SMA, sementara kualifikasi pendidikan guru SD formal S1. Jumlah soal = paket utuh. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) (50 soal) Bahasa Indonesia (50 soal) Matematika (40 soal) IPA (50 soal) IPS (50 soal) Waktu tes untuk setiap mata pela-jaran. 90 menit.

Tes Pengelola Kejar Paket A dan/ Paket B Tes kompetensi Kompetensi manajerial (30 soal) Kompetensi kepribadian (10 soal) Kompetensi sosial (10 soal) Waktu tes 60 menit

Page 7: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

545

Siswantari, Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

Hal itu mencerminkan bahwa program kesetaraandilakukan dengan ketersediaan sumberdaya yangseadanya, yang penting adalah program yangdirencanakan dapat dilaksanakan meskipun

dengan berbagai keterbatasan, termasukketerbatasan kompetensi penguasaan substansi.

Kriteria penilaian tampak pada Tabel 4.Rendahnya nilai kompetensi pedagogik

Tabel 4. Alokasi Responden per Kabupaten/kotaNo. Sumber data/responden Wawancara Tes/kuesioner Menilai teman sejawat Keterangan

A. Kelompok belajar Paket A Kalau sudah mendapat kejar Paket A/B, kejar lainnya boleh Paket A atau Paket B. Kejar yang d bukan i SKB

1. Pengelola kejar Paket A 1 5 (dari beberapa kejar/PKBM) -

Kalau sudah mendapat pengelola kejar Paket A/B, pengelola kejar lainnya boleh Paket A atau Paket B. 2. Tutor Paket A 2 10 (dari beberapa kejar) - 2 tutor dari kelompok belajar yang berbeda B. Kelompok belajar Paket B Kejar yang bukan di SKB 1. Pengelola kejar Paket B 1 5 (dari beberapa kejar) - 2. Tutor Paket B 2 12 (dari beberapa kejar/PKBM) utk 6 mata pelajaran - 2 tutor dari kelompok belajar yang berbeda

C. Pamong belajar SKB (lembaga kabupaten/kota)

1(ketua pokja) Semua anggota Pokja kesetaraan/program studi

Semua anggota Pokja kesetaraan/ program studi

D. Penilik PLS 2 Penilik yang membina 2 kejar sumber data Lembaga Provinsi

E. Pamong belajar BPKB (lembaga provinsi) 1(ketua pokja)

Semua anggota Pokja kesetaraan/program studi

Semua anggota Pokja kesetaraan/ program studi E atau F disesuaikan dg lokasi

Lembaga Pusat F.

Pamong belajar P2PNFI/BPPNFI (lembaga pusat di daerah) 1 (ketua pokja)

Semua anggota Pokja kesetaraan/program studi

Semua anggota Pokja kesetaraan/ program studi

Gambar 1. Nilai Rerata Kompetensi Tutor Paket A

Page 8: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

546

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011

Tabel 5. Kriteria Penilaian dan Kategori Pencapaian Nilai Rerata Tutor Paket A dan Tutor Paket B

No. Kompetensi Mata Pelajaran Kriteria Pencapaian Nilai

Nilai Kategori Tutor Paket A Tutor Paket B

1. Profesional

PKn

≥ 80 Kompe-ten Belum kompe- ten

Belum kompeten Bhs.Indonesia Belum kompeten Matematika Belum kompeten IPA Belum kompeten IPS Belum kompeten Bhs.Inggris Belum kompeten

2. Pedagogik ≥ 80 Kompe-ten Belum kompe-ten

Belum kompeten

3. Kepribadian < 25 Rendah ≥ 25 - 75 Sedang ≥ 76 Tinggi Tinggi Tinggi

4. Sosial < 25 Rendah ≥ 25 - 75 Sedang Sedang Sedang ≥ 76 Tinggi

kemungkinan disebabkan oleh tingkat pendidikanTutor Paket A yang hanya SMA (29 persen dariresponden yang diwawancarai) dan Tutor PaketB yang D3 (sebanyak 24 persen responden yangdiwawancarai) sehingga tidak memiliki penge-tahuan yang cukup tentang pedagogik dankurangnya pelatihan dengan materi pedagogik.Di antara tutor Paket A cukup banyak yang sudahmemperoleh pelatihan, tetapi pelatihan yang

mereka terima tidak selalu spesifik terkaitlangsung dengan pendidikan kesetaraan PaketA, melainkan materi pendidikan non-formal.

Mengacu ke kriteria, maka hanya 5,88 persentutor Paket A yang kompeten. Di antara 5,88persen tersebut sebanyak 4,90 persen untukmata pelajaran Bahasa Indonesia dan 0,98persen untuk pelajaran IPS (lihat Tabel 5). ProporsiTutor Paket B yang kompeten sebanyak 23,94

Gambar 2. Nilai Rerata Kompetensi Tutor Paket B

Page 9: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

547

Siswantari, Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

persen (lihat Tabel 6). Di antara 23,94 persen,sebanyak 10,34 persen kompeten dalampelajaran PKn, 4,90 persen kompeten dalampelajaran Bahasa Indonesia, dan 8,70 persenkompeten dalam pelajaran Matematika.

Berdasarkan hasil tes tersebut, makakompetensi Tutor Paket A dan Paket B dalampenguasaan materi mata pelajaran sertapedagogik perlu ditingkatkan. Selain itu, perludiupayakan untuk meningkatkan tingkatpendidikan Tutor Paket A minimal D2 dan TutorPaket B minimal D3.

Pamong BelajarHasil tes ini bukan menggambarkan 4 kompetensi,namun merupakan pengetahuan tentang 4kompetensi. Gambaran kompetensi pedagogiktutor yang dinilai dengan tes baru sebataspengetahuan pedagogik belum pada kemampuanpedagogiknya. Kriteria penilaian tampak padaTabel 7, sedangkan nilainya dapat dilihat padaTabel 8.

Rerata nilai kompetensi profesional pamongbelajar termasuk kategori tinggi. Kompetensiprofesional Pamong belajar dengan frekuensi

Kisaran Nilai MATA PELAJARAN

PKn Bahasa Indonesia Matematika IPA IPS Jumlah (org) % Jumlah (org) % Jumlah (org) % Jumlah (org) % Jumlah (org) %

0-20 13 12,75 15 14,71 39 38,24 20 19,61 23 22,55 21- 40 44 43,14 7 6,86 48 47,06 39 38,24 25 24,51 41- 60 40 39,22 39 38,24 10 9,80 33 32,35 38 37,25 61-79 5 4,90 36 35,29 5 4,90 10 9,80 15 14,71 80-100 0 0 5 4,90 0 0 0 0 1 0,98 Jumlah 102 100 102 100 102 100 102 100 102 100

Tabel 6. Sebaran Nilai Tutor Paket A untuk 5 Mata Pelajaran

Tabel 7. Sebaran Nilai Tutor Paket B untuk 5 Mata Pelajaran

Kisa- ran Nilai

MATA PELAJARAN PKn Bahasa Indonesia Matematika IPA IPS Bahasa Inggris

Jumlah (org) Persentase Jumlah (org) Persentase Jumlah (org) Persentase Jumlah (org) Persentase Jumlah (org) Persentase Jumlah (org) Persentase

0-20 1 3,45 15 14,71 1 4,35 0 0 0 0 0 0 21-40 4 13,79 7 6,86 11 47,83 13 54,17 7 29,17 5 20,83 41-60 10 34,48 39 38,24 5 21,74 10 41,67 14 58,33 10 58,33 61-79 11 37,93 36 35,29 4 17,39 1 4,17 3 12,50 8 33,33 80-100 3 10,34 5 4,90 2 8,70 0 0 0 0 0 0

Jumlah 29 100 102 100 23 100 24 100 24 100 23 100

Tabel 8. Kriteria Nilai Kompetensi Profesional,Pedagogik, Kepribadian, dan Sosial PamongBelajarNo. Nilai Kategori 1. - 1,67 Rendah 2. > 1,67 – 2,33 Sedang 3. > 2,33 - 3 Tinggi

tertinggi (73,02 persen) adalah untuk kelompoknilai tinggi dicapai oleh Pamong Belajar SKB (lihatGambar 4). Hal ini disebabkan pamong belajar SKBmelaksanakan tugas keprofesian denganfrekuensi yang lebih tinggi dibandingkan Pamongbelajar di P3PNFI dan BPPNFI serta BPKB. Hal itucenderung disebabkan oleh adanya perma-

Page 10: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

548

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011

salahan terkait dengan tugas pokok dan fungsi(tupoksi) mereka masing-masing. BerdasarkanPermenpan No.15 tahun 2010 tentang AngkaKredit Jabatan Fungsional Pamong Belajar, tugasPamong belajar adalah i) Melaksanakanpembelajaran; ii) melaksanakan pembimbingan;iii) Melaksanakan pelatihan; iv) Mengelolaprogram PNF ; dan v) Mengembangkan model.Namun kenyataan di lapangan porsi melak-sanakan tugas tertentu berbeda antara pamongbelajar P2PNFI dan BPPNFI, BPKB, serta SKB.Sebagai contoh tugas melaksanakan pengem-bangan model penyelenggaraan pendidikan non-formal dan informal, untuk ini Pamong belajar diP2PNFI dan BPPNFI memiliki porsi yang besar,sementara Pamong belajar di SKB tidak melaku-kannya sama sekali.

Rerata kompetensi pedagogik pamongbelajar di P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB termasukkategori sedang dan untuk pamong SKB termasukkategori tinggi. Pada Gambar 5 tampak bahwakelompok nilai tinggi, frekuensi tertinggi (87,3persen) dicapai oleh Pamong belajar di SKB danfrekuensi terendah (48,39 persen) oleh Pamong

Tabel 9. Rerata Nilai Kompetensi Pamong Belajar

No. Lembaga Kompetensi

Profesional Pedagogik Kepribadian Sosial R S T R S T R S T R S T

1. P2PNFI √ √ √ √ 2. BPPNFI √ √ √ √ 3. BPKB √ √ √ √ 4. SKB √ √ √ √

R : rendah S : sedang T : Tinggi

Gambar 4. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Profesional Pamong BelajarBelajar P2PNFI dan BPPNFI. Kondisi demikianadalah wajar, mengingat pamong belajar SKB lebihbanyak melakukan pembelajaran di kelompokbelajar dibandingkan dengan Pamong belajarP2PNFI, BPPNFI, dan BPKB. Pembelajarandilakukan Pamong belajar SKB dalam kerangkasebagai penyelenggara di kelompok belajar.Sebagai penyelenggara yang sering menghadapipermasalahan kesulitan mencari Tutor, jugamenjadi hal yang biasa jika penyelenggara jugamerangkap sebagai tutor. Dengan seringnyamelakukan pembelajaran adalah dimungkinkanjika pamong belajar memiliki wawasan penge-tahuan tentang pedagogik yang cukup luas.

Rerata nilai kompetensi sosial pamong belajartermasuk kategori tinggi. Pada Gambar 6 tampakbahwa untuk kelompok nilai tinggi, frekuensitertinggi (90,91 persen) dicapai oleh PamongBelajar BPKB dan frekuensi terendah (78,55)persen dicapai oleh Pamong Belajar P2PNFI danBPPNFI. Secara umum dapat dikatakan bahwakompetensi sosial Pamong Belajar P2PNFI, BPKB,dan SKB tergolong baik.

Page 11: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

549

Siswantari, Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

Rerata nilai kompetensi kepribadian pamongbelajar tergolong tinggi. Tampak pada Gambar 7bahwa kompetensi kepribadian Pamong BelajarP2PNFI, BPPNFI, BPKB, dan SKB secara umum baikditunjukkan oleh tingginya persentase PamongBelajar yang memperoleh nilai tinggi.

Berdasarkan hasil tes tersebut maka kompe-tensi pedagogik pamong belajar P2PNFI, BPPNFI,

dan BPKB yang belum mencapai nilai tinggi perludit ingkatkan minimal sampai pada tingkatkompetensi yang sesuai dengan tugas pokok danfungsi masing-masing pamong belajar.

Pengelola Kelompok BelajarTenaga kependidikan yang dites kompetensinyahanya pengelola kelompok belajar Paket A dan

Gambar 5. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Pedagogik Pamong Belajar

Gambar 6. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Sosial Pamong Belajar

Gambar 7. Persentase Frekuensi Nilai Kompetensi Kepribadian

Page 12: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

550

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011

Paket B. Kompetensi yang dites adalahkompetensi kepribadian, sosial, dan manajerial.Rerata nilai kompetensi manajerial pengelola30,13 dari 100. Dengan demikian, dapat dikatakanbahwa kemampuan pengelola masih sangatrendah. Rendahnya kemampuan pengelola dapatdisebabkan karena mereka menjadi pengelolabukan karena kompetensinya tetapi karenamemiliki akses untuk menjadi pengelola. Dengandemikian hal yang wajar jika kompetensi pengelolatampak seadanya saja. Kompetensi kepribadiandan sosial pengelola termasuk kategori tinggi.

Pada Gambar 8 tampak bahwa persentasetertinggi yaitu 66,98 persen adalah untukkelompok nilai 21 sampai dengan 39, persentaseterendah sebesar 16,04 persen adalah untukkelompok nilai 40 sampai dengan 60. Dengandemikian, dapat dikatakan bahwa secara umumkemampuan pengelola kelompok belajar masihrendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh 78,6persen pengelola kejar baru memiliki pengalamanmengelola paling lama 5 tahun, sementara yangtelah mengelola kejar selama 11 sampai dengan15 tahun hanya 3,6 persen.

dapat dikatakan kompetensi sosial pengelolaadalah baik.

Berdasarkan hasil tes tersebut perlu diupaya-kan untuk meningkatkan kompetensi manajerialpengelola kelompok belajar Paket A dan Paket Bdengan berbagai cara, di antaranya pelatihan,belajar dari sesama pengelola kelompok belajarlain yang berhasil.

Gambar 8. Persentase Frekuensi Kelompok NilaiKompetensi Manajerial Pengelola KelompokBelajar

Rerata nilai kompetensi kepribadian pengelolakelompok belajar adalah tinggi yaitu 87,40.Gambar 9 memperlihatkan frekuensi tertinggi untukkelompok nilai yang e” 76. Dengan demikian dapatdikatakan kompetensi kepribadian pengelolatergolong baik.

Rerata nilai kompetensi sosial pengelolakelompok belajar adalah tinggi yaitu 79,55.Gambar 10 memperlihatkan frekuensi tertinggiuntuk kelompok nilai yang e” 76. Dengan demikian

Gambar 9. Persentase Frekuensi Kelompok NilaiKompetensi Kepribadian Pengelola KelompokBelajar

Faktor-faktor yang erat kaitannya dengantingkat kompetensi PTKPNF saat iniGambaran tentang dukungan dan hambatanPTKPNF di beberapa lembaga dalam meningkatkankompetensinya.

Dukungan Sarana dan PrasaranaPamong di P2PNFI, BPPNFI dan BPKB padaumumnya telah memiliki sarana prasarana

Gambar 10. Persentase Frekuensi KelompokNilai Kompetensi Sosial Pengelola KelompokBelajar

Page 13: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

551

Siswantari, Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

memadai, hanya perlu ditambahkan buku-bukudi perpustakaan. Bagi pamong di BPPNFI danBPKB perlu disediakan laboratorium kelompokbelajar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitaspendukung yang memadai. Sama halnya denganpamong di SKB, secara umum sarana prasaranamemadai termasuk adanya fasilitas laboratoriumkelompok belajar, namun buku-buku di per-pustakaan masih perlu ditambahkan. Sedangkanuntuk tutor paket A dan paket B, keadaan saranaprasarananya bervariasi di masing-masingdaerah, namun secara umum kondisi saranaprasarana di kelompok belajar masih memerlukanperhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Pengelola sebagai tenaga kependidikanmemiliki sarana prasarana yang tidak jauhberbeda dengan tutor paket A dan paket B.Tenaga kependidikan lainnya adalah penilik.Sarana dan prasarana yang masih kurang bagipenilik adalah alat transportasi untuk menjalan-kan tugas.

Dukungan DanaPamong di P2PNFI mendapatkan block grantrevitalisasi program dari Pemerintah Pusat.Pamong di P2PNFI dan BPPNFI berkesempatanmendapat dana beasiswa jenjang S2 dan S3 dariPemerintah Pusat. Di BPKB, dana disediakan olehPemerintah Pusat untuk pelatihan sesuai dengankebutuhan. Pemerintah daerah memberikan danauntuk memperbaiki bangunan dan pengadaan.Selain itu, pemerintah daerah juga memberikandana untuk mengadakan pelatihan bagi pamongdan tutor, namun proses birokrasi memerlukanwaktu yang lama.

Pamong di SKB mendapatkan dana dari BPKBRp 1.500.000 per tahun untuk karya tulis danpengembangan profesi. Lain halnya dengan tutor,rata-rata honor bulanan tutor paket A sebesarRp. 350.000,- sedangkan tutor paket B berkisarRp 350.000 sampai dengan Rp 400.000,- daridana APBN. Untuk pengelola mendapat insentifRp 300.000 per bulan.

Dukungan KebijakanKebijakan tentang PB adalah Permenpan dan RBNomor 15 Tahun 2010 tentang Jabatan FungsionalPB dan angka kreditnya. Peraturan ini memper-barui Keputusan Menkowasbangpan Nomor 25/

KEP/MK. WASPAN/6/1999. Dalam Permenpan danRB Nomor 15 Tahun 2010 tentang JabatanFungsional Pamong Belajar dan Angka KreditnyaPasal 7 ayat 6 menyatakan bahwa setiapkenaikan jenjang jabatan Pamong Belajar haruslulus uji kompetensi.

Dalam Permenpan Nomor 15 tahun 2010 jugaditetapkan bahwa kualifikasi akademik pamongmenjadi DIV/S1. Pada peraturan sebelumnyakualifikasi akademik pamong adalah DII. Kebijakantersebut memicu pamong untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Menurut pamong dantutor, kebijakan yang menunjang peningkatankompetensi antara lain adalah pelatihan. Pamongmengharapkan, jika guru diberikan sertifikasi,maka pamong juga diberikan sertifikasi karenafungsi keduanya sama.

Kebijakan yang mendukung jabatanfungsional penilik antara lain adalah PeraturanPresiden Nomor 63 tahun 2010 tentang Batas UsiaPensiun yang dikeluarkan pada tanggal 25Oktober 2010. Peraturan Presiden tersebutmengamanatkan penilik yang saat ini masihmenjabat, batas usia pensiunnya dapatdiperpanjang sampai dengan 60 tahun. Peraturanbaru tersebut belum terlaksana di lapangansehingga sebagian besar penilik belummemahaminya.

Simpulan dan SaranSimpulanBerdasarkan hasil analisis disimpulkan beberapahal sebagai berikut.

Pertama, kompetensi Tutor Paket A dan PaketB. Nilai kompetensi terendah yang dicapai olehTutor Paket A dan Tutor Paket B yaitu kompetensipedagogik. Untuk kelompok tutor yang sama,kompetensi sosial tergolong sedang dankompetensi kepribadian tergolong tinggi.Kompetensi professional Tutor Paket A dan TutorPaket B masih rendah, rerata nilai yang dicapaisebesar 40 dan 50,7 dari 100. Hal itu mencermin-kan bahwa program kesetaraan dilakukanseadanya, yang penting adalah program yangdirencanakan dapat dilaksanakan meskipundengan berbagai keterbatasan, termasukketerbatasan kompetensi penguasaan substansi.Kedua, kompetensi Pamong Belajar. Padaumumnya nilai pengetahuan kompetensi sosial,

Page 14: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

552

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011

kepribadian dan professional pamong belajartinggi. Variasi nilai pengetahuan kompetensi lebihbanyak pada kompetensi pedagogik. Nilai reratapengetahuan kompetensi pedagogik pamongbelajar di P2PNFI, BPPNFI, dan BPKB termasukkategori sedang dan untuk pamong SKB adalahtinggi. Ketiga, kompetensi Pengelola KelompokBelajar Paket A dan Paket B. Rerata nilaikompetensi manajerial pengelola tergolongrendah yakni 30,13 dari 100. Rerata nilaikompetensi sosial dan kepribadian pengelolakelompok belajar adalah tinggi yaitu berturut-turut79,55 dan 87,40. Keempat, sarana pendidik.Pamong belajar di P2PNFI, BPPNFI, BPKB dan SKBpada umumnya telah memiliki sarana prasaranamemadai seperti komputer dan jaringan internet.Sarana dan prasarana yang belum mencukupiadalah buku-buku di perpustakaan danlaboratorium kelompok belajar. Untuk tutor paketA dan paket B, keadaan sarana prasarananyabervariasi di masing-masing daerah, namunsecara umum kondisi sarana prasarana dikelompok belajar masih memerlukan perhatianuntuk meningkatkan mutu pendidikan. Kelima,sarana Tenaga Kependidikan. masih belummemadai, sedangkan untuk sarana transportasimenjalankan tugas, sebagian penilik masih belummemiliki. PTK PNF masih belum banyak mengetahuitentang kebijakan Keenam, Pemerintah untukmeningkatkan kompetensi, kemungkinan disebab-kan kurangnya sosialisasi di tingkat pelaksana,terutama di daerah-daerah yang aksesnya sulitdijangkau. Dengan kondisi tersebut meng-akibatkan tidak terlaksananya berbagai kebijakanPemerintah tentang peningkatan kompetensi PTKPNF.

SaranBerdasarkan simpulan tersebut, disarankanbeberapa hal sebagai berikut.

Pertema, Kompetensi profesional danpedagogik tutor paket A dan paket B perludit ingkatkan dengan menyelenggarakanpelatihan tutor, kursus berjenjang, pemberdayaantutor inti, dan magang. Khusus untuk tutor paketB, peningkatan kompetensi profesional perludisesuaikan mata pelajaran yang diajarkan.Selanjutnya, peningkatan kompetensi profesionaldan pedagogik tutor paket A, lebih ditekankanpada peningkatan jenjang pendidikan mereka,khususnya bagi mereka yang berijazah SMA. Halini mengingat jumlah tutor paket A yang berijazahSMA cukup banyak, yaitu 28 persen. Kedua,Pengajuan proposal program Paket A sebaiknyamensyaratkan memiliki tutor yang berlatarbelakang pendidikan keguruan. Adapun untukprogram paket B, pengajuan proposal tidak hanyamensyaratkan tutor yang memiliki pendidikankeguruan, melainkan juga tutor yang memilikikesesuaian antara mata pelajaran yang diajarkandengan jurusan pendidikannya. Ketiga, perlunyadukungan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerahuntuk meningkatkan ketersediaan sarana danprasarana operasional para tutor, pamong belajar,pengelola, dan penilik. Khusus untuk penilik perludiberikan fasilitas transportasi. Untuk memotivasikinerja, sebaiknya insentif untuk tutor danpengelola ditingkatkan. Keempat, P2PNFI, BPPNFI,BPKB dan SKB perlu dimotivasi untuk mengadakandan mengembangkan laboratorium kelompokbelajar untuk melaksanakan tugas mengajar. Halini sejalan dengan Peraturan Menteri PAN danReformasi Birokrasi Nomor 15 tentang JabatanFungsional dan Angka Kreditnya yang menuntutpamong belajar melaksanakan tugas mengajaruntuk mendapatkan angka kredit. Sebaiknyasetiap kabupaten/kota memiliki SKB untukmenggerakkan program-program PNFI. Perlunyasosialisasi kebijakan pemerintah tentangpeningkatan kompetensi PTKPNF, termasuk kedaerah yang aksesnya sulit dijangkau.

Pustaka AcuanDepartemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi PTK-PNF dan Sistem Penilaian.

Jakarta: Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal, DirektoratJenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Hargreaves, David H. 2001. A Capital Theory of School Effectiveness and Improvement. BritishEducational Research Journal, Volume 27(4).

Page 15: RPSHWHQVL 3HQGLGLN 'DQ 7HQDJD .HSHQGLGLNDQ 3DGD

553

Siswantari, Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pada Pendidikan Nonformal

Keputusan Menkowasbangpan Nomor 25/KEP/MK.WASPAN/6/1999. Tentang Jabatan FungsionalPamong Belajar dan angka kreditnya.

Olanivan, D.A. and Okemakinde, T. 2008. Human Capital Theory: Implications for EducationalDevelopment. European Journal of Scientific Research, Volume 4(2).

Peraturan Menteri Penerbitan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2010tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:Depdiknas

Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2010 tentang Batas Usia Pensiun.Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.UNESCO. 2005. Education For All (EFA) Global Monitoring Report -The Quality Imperative.