ri -dq 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. dalam...

20
SOCA merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan berkala di bidang social-ekonomi pertanian dan agribisnis, diterbitkan dua kali setahun (Januari-Juni & Juli- Desember). Jurnal SOCA merupakan media untuk penyebarluasan hasil penelitian bagi dosen, peneliti, praktisi maupun masyarakat umum yang yang konsen terhadap pembangunan pertanian di Indonesia. Jurnal SOCA dikhususkan untuk menampung hasil penelitian, kajian pustaka/teoritis, kajian metodologis, gagasan original yang kritis, ulasan masalah penting/isu pembangunan pertanian yang hangat dan ulasan suatu hasil seminar. Penulis yang menjadi sasaran jurnal SOCA yaitu penulis junior/pemula yang memiliki gagasan, konsep atau hasil penelitian yang brilian mengenai social-ekonomi pertanian dan agribisnis. Jurnal SOCA juga tidak menutup peluang bangi penulis senior/advanced untuk ikut berpartisipasi sekaligus membimbing penulis junior/pemula melalui artikel-artikel yang dapat di jadikan motivasi untuk menulis lebih baik lagi. Diharapkan dengan kehadiran Jurnal SOCA dapat dijadikan wadah untuk diseminasi secara luas, rekaman permanen dan membangun reputasi atas karya yang dihasilkan sebelum melangkah ke ranah yang lebih luas yaitu jurnal internasional bereputasi. Jurnal SOCA di terbitkan oleh Program Studi Agribisnis Universitas Udayana, terbit pertama kali pada tahun 2001 dan terakreditasi pada tahun 2003 (Kep.Dikti-Depdiknas-RI No.34/Dikti/Kep/2003. Pada tahun 2007 kembali terakreditasi dengan No.108/Dikti/Kep/2007, tanggal 23 Agustus 2007 dan berakhir bulan Agustus 2010. Vol.12, No.1, Desember 2018 INDEXED BY (https://scholar.google.co.id /citations?user=3mVkElkAAAAJ& hl=id) (http://journalseeker.researchbib.com /view/issn /1411-7177) (http://onesearch.id /Record /IOS1.INLIS000000000609400) (http://garuda.ristekdikti.go.id /journal /view/926) (https://www.neliti.com /journals /soca- socioeconomics- of- agriculture- and- agribusiness) (https://www.base- search.net /Search /Results?type=all& lookfor=SOCA+%28SOCIO- ECONOMIC+OF+AGRICULTURRE+AND+ ling=1& oaboost=1& name=& thes=& refid=dcresen& newsearch=1) (http://olddrji.lbp.world /JournalProfile.aspx?jid=2615-6628) SOCA (SOCIO-ECONOMIC OF AGRICULTURRE AND AGRIBUS... https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca 1 of 5 14-Jan-19, 2:43 PM

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

SOCA merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan berkala di bidang social-ekonomi

pertanian dan agribisnis, diterbitkan dua kali setahun (Januari-Juni & Juli-

Desember). Jurnal SOCA merupakan media untuk penyebarluasan hasil penelitian

bagi dosen, peneliti, praktisi maupun masyarakat umum yang yang konsen terhadap

pembangunan pertanian di Indonesia. Jurnal SOCA dikhususkan untuk menampung

hasil penelitian, kajian pustaka/teoritis, kajian metodologis, gagasan original yang

kritis, ulasan masalah penting/isu pembangunan pertanian yang hangat dan ulasan

suatu hasil seminar. Penulis yang menjadi sasaran jurnal SOCA yaitu penulis

junior/pemula yang memiliki gagasan, konsep atau hasil penelitian yang brilian

mengenai social-ekonomi pertanian dan agribisnis. Jurnal SOCA juga tidak menutup

peluang bangi penulis senior/advanced untuk ikut berpartisipasi sekaligus

membimbing penulis junior/pemula melalui artikel-artikel yang dapat di jadikan

motivasi untuk menulis lebih baik lagi. Diharapkan dengan kehadiran Jurnal SOCA

dapat dijadikan wadah untuk diseminasi secara luas, rekaman permanen dan

membangun reputasi atas karya yang dihasilkan sebelum melangkah ke ranah yang

lebih luas yaitu jurnal internasional bereputasi. Jurnal SOCA di terbitkan oleh

Program Studi Agribisnis Universitas Udayana, terbit pertama kali pada tahun 2001

dan terakreditasi pada tahun 2003 (Kep.Dikti-Depdiknas-RI No.34/Dikti/Kep/2003.

Pada tahun 2007 kembali terakreditasi dengan No.108/Dikti/Kep/2007, tanggal 23

Agustus 2007 dan berakhir bulan Agustus 2010.

Vol.12, No.1, Desember 2018

INDEXED

BY

(https://scholar.google.co.id

/citations?user=3mVkElkAAAAJ&

hl=id)

(http://journalseeker.researchbib.com

/view/issn

/1411-7177)

(http://onesearch.id

/Record

/IOS1.INLIS000000000609400)

(http://garuda.ristekdikti.go.id

/journal

/view/926)

(https://www.neliti.com

/journals

/soca-

socioeconomics-

of-

agriculture-

and-

agribusiness)

(https://www.base-

search.net

/Search

/Results?type=all&

lookfor=SOCA+%28SOCIO-

ECONOMIC+OF+AGRICULTURRE+AND+AGRIBUSINESS%29&

ling=1&

oaboost=1&

name=&

thes=&

refid=dcresen&

newsearch=1)

(http://olddrji.lbp.world

/JournalProfile.aspx?jid=2615-6628)

SOCA (SOCIO-ECONOMIC OF AGRICULTURRE AND AGRIBUS... https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca

1 of 5 14-Jan-19, 2:43 PM

Page 2: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Pengelola SOCA

Pengelola SOCA

Pengelola SOCA

Pengelola SOCA

Pengelola SOCA

(https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/issue/view/2945)

Published: 2018-12-31

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45148/27373

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45149/27374

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45150/27376

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45150/27377

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45151/27379

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45152/27378

(https://www.citefactor.org

/journal

/index

/23731/soca-

jurnal-sosial-

ekonomi-

pertanian-

dan-

agribisnis#.XCIqmFUzbIU)

CLOCK

LANGUAGES

English

(https://ojs.unud.ac.id

/index.php/soca/user

/setLocale/en_US?source=%2Findex.php%2Fsoca

Bahasa

Indonesia

(https://ojs.unud.ac.id/index.php

/soca/user

/setLocale/id_ID?source=%2Findex.php%2Fsoca

MAIN

MENU

Focus

andScope

(https://ojs.unud.ac.id

/index.php/soca/FocusandScope)

Ethics

Statement(https://ojs.unud.ac.id

SOCA (SOCIO-ECONOMIC OF AGRICULTURRE AND AGRIBUS... https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca

2 of 5 14-Jan-19, 2:43 PM

Page 3: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Siti Farikhah, Nurul Fatimah, Asma Luthfi

1-14

Imelda Magdalena Freddy, Endy Kumara Gupta

15-38

Ilham Ainun Gibran, Augustrie Naufal H, Sakinah Rahmaniyah

39-53

Wahyu Budi Nugroho

54-62

M. Chairul Basrun Umanailo

63-74

Luh Putu Kirana Pratiwi

75-86

I Made Sudarma, Abd. Rahman As-syakur

87-98

I Nyoman Gede Ustriyana, Ni Wayan Putu Artini

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45134/27360

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45137/27362

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45138/27363

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45139/27364

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45140/27365

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45141/27366

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45142/27367

/index.php

/soca/EthicsStatement)

Google

Citation(https://ojs.unud.ac.id

/index.php/soca/GoogleCitation)

Author

Guidelines

(https://ojs.unud.ac.id/index.php

/soca/AuthorGuidelines)

Author

Register(https://ojs.unud.ac.id

/index.php/soca/#)

Author

Reviewer

(https://ojs.unud.ac.id/index.php

/soca/#)

TemplateArticle

(https://drive.google.com

/file/d/1V9iETZui23XftlHvizgOWjMlAnNfLamC

/view)

Author

Fee(https://ojs.unud.ac.id

/index.php/soca/AuthorFee)

Peer

Review

Process(https://ojs.unud.ac.id

/index.php/soca/PeerReviewProcess)

Open

Access

Policy(https://ojs.unud.ac.id

/index.php

/soca/OpenAccessPolicy)

CopyrightNotice

(https://ojs.unud.ac.id/index.php

/soca/CopyrightNotice)

Submissions

(https://ojs.unud.ac.id/index.php

SOCA (SOCIO-ECONOMIC OF AGRICULTURRE AND AGRIBUS... https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca

3 of 5 14-Jan-19, 2:43 PM

Page 4: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

99-108

Nyoman Parining, Ratna Komala Dewi

109-117

Wayan Windia, I Ketut Suamba, Sumiyati Sumiyati, Wayan Tika

118-132

Wayan Sudarta

133-143

View All Issues (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/issue/archive)

SOCA merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan berkala di bidang social-ekonomi

pertanian dan agribisnis.

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45143/27368

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45144/27369

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45145/27370

PDF (Bahasa Indonesia) (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/45146/27372

/soca/about

/submissions)

Editorial

Teams(https://ojs.unud.ac.id

/index.php/soca/EditorialTeams)

Peer

Reviewers

(https://ojs.unud.ac.id/index.php

/soca/PeerReviewers)

Screening

ForPlagiarism

(https://ojs.unud.ac.id/index.php

/soca/ScreeningForPlagiarism)

Contact

(https://ojs.unud.ac.id/index.php

/soca/Contact)

ISSN

BARCODE

ISSN

(PRINT)

(http://issn.pdii.lipi.go.id

/issn.cgi?daftar&1180429991&1&&)

ISSN

(ONLINE)

(http://issn.pdii.lipi.go.id

/issn.cgi?daftar&1521443558&1&&)

RECOMENDED

TOOLS

(https://www.mendeley.com

/download-

SOCA (SOCIO-ECONOMIC OF AGRICULTURRE AND AGRIBUS... https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca

4 of 5 14-Jan-19, 2:43 PM

Page 5: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

mendeley-

desktop/)

(https://www.grammarly.com/)

(http://www.endnote.com/)

(http://www.zotero.com/)

(https://www.turnitin.com/)

VISITORS

(https://info.flagcounter.com

/74P9)

Make a Submission (https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/about/submissions)

(https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/about

/aboutThisPublishingSystem) (http://pkp.sfu.ca/ojs)

SOCA (SOCIO-ECONOMIC OF AGRICULTURRE AND AGRIBUS... https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca

5 of 5 14-Jan-19, 2:43 PM

Page 6: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

Vol.12 No.1 Desember 2018e-ISSN: 2615-6628p-ISSN: 1411-7176

SISTEM SUBAK UNTUK PENGEMBANGAN LINGKUNGANYANG BERLANDASKAN TRI HITA KARANA

Wayan Windia1, I Ketut Suamba2, Sumiyati3, Wayan Tika4

1Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana2Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Udayana

3,4Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Denpasar, [email protected]; [email protected]; [email protected];

[email protected]

ABSTRAK

Subak di Bali memiliki berbagai kearifan. Diantaranya kearifan ekologis.Kearifan ekologis subak pada dasarnya berlandaskan pada filsafat yangditerapkannya yakni Tri Hita Karana (THK). Pengakuan UNESCO terhadap subaksebagai warisan budaya dunia pada prinsipnya disebabkan karena subakmenerapkan secara langsung filsafat hidup THK tersebut. Adapun komponen THKitu adalah parhyangan, pawongan, dan palemahan. Dalam komponen parhyangan,subak mengembangkan harmoni dalam lingkungan spiritual, melalui berbagaiupacara di tingkat petani dan juga di tingkat subak. Dalam komponen pawongan,subak mengembangkan harmoni lingkungan sosial, melalui kegiatan gotong royong,dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalamkomponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, denganpembuatan sawah sesuai dengan kontur lahan. Sistem ini menghasilkan teraseringsawah yang indah pada beberapa subak di Bali, yang sangat terkenal di dunia.Kata kunci: subak, lingkungan, dan Tri Hita Karana.

SUBAK SYSTEM FOR ENVIRONMENTAL DEVELOPMENTBASED ON TRI HITA KARANA

ABSTRACT

Subak in Bali having some wisdom. One of it is an ecological wisdom. Thesubak ecological wisdom basically based on the Tri Hita Karana (THK) philosophy.UNESCO recognition for subak as a world cultural heritage, because subak directlyimplemented the THK philosophy in their activities. The components of THKphilosophy are parhyangan, pawongan, and palemahan. On parhyangancomponent, subak is developing harmony on spiritual sector, through someceremonies at farmer and also at subak level. On pawongan component, subak isdeveloping harmony on social sector, through work together at subak site, and alsoimplementing water borrowing system among subak members in one subak site.Water borrowing system also implemented among subaks that get water from one

Page 7: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 119

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

river. On palemahan component, subak is developing harmony on fisical sectorthrough developing the rice fileds along the land contour, without destroying theland. It’s constructing the beautiful rice field terrace at some subaks in Bali, that itis very famous in the world tourism.Keywords: subak, environment, and Tri Hita Karana

PENDAHULUAN

Pada awalnya subakdidefinisikan dalam Perda Prop. BaliNo. 2 tahun 1972. Disebutkan bahwasubak adalah suatu masyarakathukum adat yang memilikikarakteristik sosio-agraris-religius,yang merupakan perkumpulan petaniyang mengelola air irigasi di lahansawah. Kemudian subak didefinisikansesuai dengan Peraturan Daerah(Perda) Prop. Bali No. 9 tahun 2012.Bahwa subak disebutkan sebagaiorganisasi tradisional di bidang tataguna air, dan atau tata tanaman ditingkat usaha tani pada masyarakatadat di Bali, yang bersifat sosioagraris,religius, ekonomis yang secara historisterus tumbuh dan berkembang.

Definisi yang disebutkanadalam perda itu, tampaknya kurangtepat, karena tidak operasional dalamimplemantasi di lapangan. Bahkandalam perda No. 9 tahun 2012dicantumkan aspek/komponenekonomi dalam definisi subak. Hal initidak tepat, karena subak sejatinyabukan lembaga ekonomi, tetapilembaga sosio-kultural. Kalauseandainya subak didefinsikansebagai lembaga ekonomi, makasemua subak di Bali harusdibubarkan, karena memang tidakmenguntungkan. Namun harusdicatat bahwa subak memang pentingdiberikan aktivitas ekonomi untukmenjawab tantangan zamanglobalisasi dengan watak persainganyang sangat ketat, individualistis, dankapitalistis. Oleh karenanya akan

lebih baik kalau subak disebutkansebagai organisasi petani pengelola airirigasi yang bersifat sosio agrarisreligius, dalam suatu kawasan sawahtertentu dengan batas-batas yangalamiah, memiliki satu atau lebihsumber air irigasi, memiliki purasubak, dan bersifat otonom ke luardan ke dalam.

Namun apapun subak itudidefinisikan, maka subak di Balitetap saja hidup dan beroperasi sejak10 Abad yang lalu. Bahkan subaktelah memberikan peranannya yangsangat penting dalam membantuproses pembangunan pertanian,khususnya pada masa Era Orde Baru.Pada masa Orde Baru dikembangkankonsep Bimas, Inmas, Insus, dll untukmeningkatkan produksi padi diIndonesia. Semua program itumemanfaatkan subak sebagailandasan operasionalnya. Padaakhirnya yang sangat perlu ada dalamsetiap perda yang mengatur tentangsubak adalah tentang apa yang dapatkita berikan kepada subak tersebut.Kalau tidak ada yang jelas yang kitadapat berikan kepada subak agarsubak tetap dapat eksis, maka perdatentang subak tidak akan banyakgunanya.

Fungsi subak adalah sebagaiberikut: (i) mendistribusikan air irigasisecara adil kepada semua anggotasubak; (ii) memelihara jaringan irigasi;(iii) mengerahkan

sumberdaya (dana dan tenaga)anggota subak; (iv) mengelola konflik;dan (v) melaksanakan kegiatanupacara. Fungsi subak tersebut

Page 8: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 120

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

analog dengan implementasi filsafatsubak yakni Tri Hita Karana (THK) dikawasan subak yang bersangkutan.Fungsi mendistribusikan air irigasisecara adil adalah implementasi darikomponen palemahan. Fungsimemelihara jaringan irigasi;mengerahkan sumberdaya; danmengelola konflik, adalahimplementasi dari komponenpawongan. Sedangkan fungsi untukmelaksanakan kegiatan upacara,adalah implementasi dari komponenparhyangan. Kalau subak dapatmelaksanakan semua fungsinyadengan baik, maka hal itu padaprinsipnya adalah sejalan fungsisubak untuk menerapkan filsafatTHK. Selanjutnya, kalau subakmampu melaksanakan semuafungsinya yang sejalan denganpenerapan THK tersebut, maka hal ituadalah suatu kondisi bahwa subaksudah mampu mengembangkandirinya untuk memelihara lingkunganyang berlandaskan THK. Kalauberbicara lingkungan, makapembicaraan itu termasukmembicarakan lingkungan biotik,abiotik, dan sosial. Dengan demikian,subak yang mampu melaksanakanfungsinya dengan baik, maka dapatdisebutkan bahwa subak sudahmampu mengembangkan lingkungansosial yang harmonis, sesuai landasanTHK.

Kalau semua fungsi subak yangmerupakan penerapan dari filsafatTHK dapat dilaksanakan dengan baik,maka hal itu adalah bagian darikekuatan subak. Bahwa subak secarainternal adalah kuat, karena subakdiikat kekuatannya karenakepentingannya yang sama terhadapdistribusi air yang adil (fisikal) dandiikat pula oleh kepentingannya yangsama terhadap pelaksanaan upacara

di pura subak (spiritual). Itulahsebabnya, subak disebut sebagailembaga yang bersifat sosio-kultural.Dengan kekuatan subak secarainternal itu, maka subak mampuberadaptasi terhadap perkembanganbudaya dan teknologi di sekitarnya,dan mampu mengembangkan konsepgood governance dalam pengelolaanorganisasi. Namun kelemahan subakyang berwatak sosio-kultural tersebutadalah tidak mampu bertahanterhadap intervensi pihak eksternal.Di masa depan diperlukan berbagaiaktivitas non sosio-kultural, agarsubak mampu bertahan terhadapintervensi pihak eksternal.

Adapun tujuan dari bahasantulisan ini adalah untuk menganalisisperanan subak dalammengembangkan lingkungan yangharmoni di kawasannya. Bahasandilakukan dengan teknik kualitatifyakni dengan mendeskripsikan danmengkaji peranan subak dalammengembangkan lingkungan yangharmoni di kawasannya, yangberlandaskan THK.

KEARIFAN SUBAK

Disamping adanya catatantentang kekuatan dan kelemahanyang dimiliki subak, maka Norken,dkk (2007) mencatat adanya berbagaikearifan atau kecerdasan lokal yangdimiliki subak. Windia (2008a dan2008b), juga menunjukkan hal yangsenada. Disebutkan bahwa, identitassubak sebagai organisasi tradisionalBali memiliki sifat dasar sosio-kulturalatau sosio-religius yang unik, unggul,dan kaya kearifan lokal. Kearifan lokaldengan berbagai kecerdasan yangdimiliki, merupakan bagian darikebudayaan. Kearifan lokal dalamorganisasi subak memperoleh

Page 9: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 121

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

keunikan lokal berbasis konsepsi TriHita Karana dan mendapat apresiasiunirversal terkait dengan kandunganfilosofi kosmos, theos, antropos, danlogos. Esensi kearifan lokal adalahkomitmen yang tinggi terhadapkelestarian alam, rasa relegiusitas,subyektivikasi manusia, dankonstruksi penalaran yang berempatipada persembahan, harmoni,kebersamaan, dan keseimbanganuntuk jagadhita berkelanjutan.

Dalam rentangan panjangkebudayaan agraris, organisasi subakyang diperkirakan telah berkembangsekitar 10 abad (sejak abad XI) telahmembangun jaringan struktural danfungsional yang kokoh. Keterikatanpetani dengan subak, menurut Geertz(1959) merupakan keterikatan empatdimensi yakni: parhyangan,pawongan, palemahan dan emosional.Secara eksistensialisme, sosialisasidan enkulturasi kearifan lokalterhadap krama subak telahmenembus lintas wilayah, lintassektor dan lintas generasi, sehinggatelah tumbuh sebagai representationcolective yang tinggi

Di tengah hiruk-pikuk keluasandampak sekuler dan vulgarmodernisasi dan globalisasi yangmengusung ideoscape, ethnoscape,finanscape, technoscape, danmeioscape (Appadurai, 1993),masyarakat kembali menoleh potensikearifan lokal. Kearifan lokal yangdibangun melalui kedalaman mitologidalam sinergi nilai-nilai luhurkebudayaan seperti religius, harmoni,kebersamaan, dan keseimbangan yangdinamik memperoleh roh dan basismodal spiritualitas. Etos kebangkitankearifan lokal mendapat momentumterkait dengan kebutuhan danharapan masyarakat secara teks dan

konteks yang kaya akan fungsi danmakna.

Berbagai peneliti asing telahmelaporkan tentang keragamankearifan lokal yang tercakup dalamorganisasi tradisional subak. Penelitiasing seperti Grader dengan wilayahkajian Jembrana (1984), Geertzdengan lokasi kajian Tabanan,Badung dan Klungkung (1959),Lansing dengan wilayah Bangli (1991)telah mengungkap dan melaporkantentang perkembangan subak dengananeka kearifan lokal. Peneliti lokalseperti Bagus (1971), Sutawan (1989dan 1991), Sushila (1987), Geriya(1985), Pitana (1993), Windia (2006),Norken (2007) telah memperkaya danmenguatkan tentang holistiksitaskearifan yang tercakup dalamorganisasi subak. Kearifan itumerentang dari tatanan religius yangbersifat ekspresif sampai dengantatanan technologis yang berkarakterprogresif dan kultural.

Kearifan lokal sebagai bagiandari kebudayaan menurut paraantropolog memiliki bentuk, fungsi,makna, dan etos yang dalam.Keseluruhan kearifan lokal yangtercakup dalam organisasi subaksecara kategorikal terdiri atas;kearifan religius, kultural, ekologis,institusional, ekonomi, hukum,tehnologis, dan keamanan. Narasisingkat makna kearifan lokal dalamorganisasi subak sebagai berikut.

1. Kearifan ReligiusMakna kearifan ini sangat fokuspada keyakinan tentangketuhanan, spiritualitas yangmerupakan roh kehidupanberorganisasi subak. Melalui tekstheologis, sistim simbul danakivitas ritual, bukan saja ranahparhyangan, namun juga ranah

Page 10: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 122

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

palemahan dan pawongan terkaitdengan konsep suci dan leteh.Dianjurkan kepada komunitassubak untuk memelihara danmenjaga kesucian seluruh ranahsubak dan mencegah proseskeletehan, termasuk tanah,sumberdaya air sampai denganprilaku krama subak. Kesuciandianggap pangkal harmoni dankeletehan adalah signaldisharmoni. Kesucianmenguatkan jagadhita dankeletehan mengganggu jagadhita.Eksistensi parhyangan (purasubak), yang berstrata darilingkup kecil (bedugul),menengah (masceti) sampaidengan besar (pura ulun danu)merupakan simbul dan mediasakral kearifan religius subak.

2. Kearifan KulturalMakna kearifan kultural sangatfokus pada energi budaya yangmencakup etika, logika, estetikadan praktika. Melalui landasanfilosofi dan tata nilai, tatananaktivitas subak diharapkansecara kokoh mempertahankankonsepsi Tri Hita Karana sebagailandasan filosofi subak.Keyakinan warga subak yangmengkonsepsikan tanah sebagaiIbu Pertiwi, air sebagai simbulDewa Wisnu dan padi sebagaiDewi Sri memperkuat eksistensikearifan kultural yang dijiwaioleh agama Hindu. Hidupnyasiklus ritual terhadap tanamanpadi yang sejalan denganupacara siklus hidup manusiamerupakan refleksi humanisasidan penghormatan petanitehadap tanaman, hewan dananeka sumberdaya alam (hutan,sumber air) sebagai simbul dari

relasi yang bersifat simbiosismutualistik. Subak sebagaicultural heritage juga diapresiasibukan saja secara lokal, namunjuga nasional dan dunia melauiorganisasi UNESCO yangmengapresiasi Subak Jatiluwih,Tabanan bersama pura TamanAyun, Badung dan tinggalanArkeologi Tukad PakerisanGianyar sebagai nominasi WorldHeritage.

3. Kearifan EkologisMakna kearifan ekologis terfokuspada konservasi, keseimbangandan sustainabilitas lingkungan.Pemuliaan terhadap tanah, airdan aneka sumberdaya menjadipreferensi para petani yangdikuatkan secara etik danperundang-undangan (awig-awig), dan sebaliknyapencemaran terhadap tanah, airdan sumberdaya juga dicegahmelalui tindakan, awig-awig dansistem ritual. Berbagai teknikkonservasi, dari konsepsipreservasi sampai denganadaptasi yang diimplementasikanoleh organisasi subak yangcukup arif terkait denganpenghematan, kelancaran danpembatasan polusi anekasumberdaya alam. Etika danestetika lingkungan merupakankearifan ekologis yang mampumemancarkan pesonapersawahan dan budaya agrarisdi Bali.

4. Kearifan InstitusionalMakna kearifan ini terfokus padapotensi integritas organisasisubak ke ”dalam” dan ke ”luar”.Ke ”dalam” ditujukan kepadawarga subak dan ke ”luar”ditujukan kepada organisasi lain

Page 11: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 123

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

yang terkait dengan subak. Dilevel desa, tentang keterkaitansinergis subak dengan desapakraman. Di level supra desa,tentang keterkaitankomplementer subak denganberbagai dinas seperti Dispenda,PU dan Dinas Kebudayaan.Kearifan institusional subak jugaterefleksi dari sifatketerbukaannya yang responsifdan inklusif. Konsepsi yangsangat penting dalammengimplementasikan kearifanini adalah berkembangnyakonsep gotong royong. Gotongroyong dilaksanakan untukmenyelesaikan kewajiban subaksecara bersama atau ngayah,seperti dalam ritual. Gotongroyong dan tolong menolongdilaksanakan tatkala petanisaling membantu satu sama laindalam menggarap sawah, sepertimencangkul dan menanammelalui konsep ngoopin bersifatresiprositas dan non-bayar.Kearifan institusional juga dapatmenggambarkan kemampuansubak melakukan koordinasidengan semua komponen yangterkait dengan perannya.

5. Kearifan EkonomisMakna kearifan ini terfokus padausaha yang bersifat kreatif danproduktif. Pandangan dasar parapetani yang bertumpu padaimage of limited goods, telahmendorong sikap dan prilakumereka mengedepankan kerjakeras (etos kerja) dan sikaphemat. Dasar-dasar ekonomikerakyatan yang menghidupkanusaha-usaha kecil, bersifatkekeluargaan, berbasis kapitalsosial dan spiritual dalam

integrasi kapital materialberkembang dari pola budayapetani dalam transformasikebudayaan dagang. Adanyabangunan lumbung dalam balaisubak atau jineng dalamkeluarga petani merupakansarana untuk tabungan hasilpertanian. Tatkala NKRImengembangkan program Bimasdan Insus dalam upayameningkatkan produksi pangandi Indonesia dalam periode1980’an, subak di Balimerupakan lembaga tradisionalyang bukan saja responsif,melainkan juga menuai berbagaikesuksesan menuju peningkatanproduksi dan penguatan ketahanpangan. Bahkan Sutawan (2001)mengemukakan agar dalamorganisasi subak dikembangkanlembaga koperasi. Dengandemikian, subak dapat mulaimelakukan transformasiperannya dalam bidang ekonomi.

6. Kearifan HukumKearifan ini sangat fokus padaaspek legalitas dengan segalabentuk penghargaan kepadayang berprestasi dan hukumankepada yang melanggar menujutertib atau kesukertanparhyangan, pawongan, danpalemahan. Dalam implementasibentuk-bentuk kearifan hukumbervariasi dari pasuwara, sima-dresta, awig-awig, peraremsampai dengan aturan. Tat kalawarga subak dihadapkanhubungan sosial yang negatifdengan muatan ketegangan dankonflik, kearifan hukum yaituawig-awig merupakan rujukanbagi pemimpin subak untukmendamaikan, meredam atau

Page 12: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 124

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

menyelesaikan konflik sosial,baik konflik horisontal, vertikalmaupun amuk masa. Kearifanhukum dalam organisasi subakjuga merefleksikan sifat mandiridan otonomi organisasi subak.

7. Kearifan TeknologisMakna kearifan ini terfokus padakemampuan teknologis dankemampuan pengetahuantradisioanal petani dalammemahami dan memecahkanmasalah-masalah kehidupansecara rasional, metodis dansistematis. Pandangan petani dancara-cara petani menjelaskandan mengantisipasi fenomenasupra natural dan natural yangbetumpu pada pendekatanastronomik, biologis,klimatologis, cukupmerefleksikan tentang derajatkearifan sains dan teknologispara petani. Subak juga telahmemperkenalkan berbagaikeunggulan teknologi tradisionaldalam konstruksi bangunanaungan (terowongan). Metodepembagian air tradisionalberdasar sistem tetek jugamereflesikan asas keadilan danpemerataan yang rasional.

8. Kearifan KeamananKearifan ni sangat fokus padasekuritas petani dalam seluruhtahap kehidupan bertani,pengamanan hasil produksi danarea wilayah pertanian. Setiapsubak memiliki tapal bataskesatuan wilayah yang secarageografis patut diamankan. Bataswilayah subak dikenal denganbatas hidrologis. Pengamanan inimencakup pengamanan terkaitdengan pencemaran, perusakanoleh hewan, pencurian oleh

manusia sampai denganpengamanan terhadap seranganhama. Dalam rangkapengamanan pembagian air,subak memiliki mekanisme danperson pengontrol air. Dalampengamanan gangguan hewan,subak memiliki awig-awig dengansistem denda. Dalampengamanan dari ancamanpencurian, subak memiliki sekaasambang dan dalammengantisifasi ganguan hama,seperti hama tikus, subak meilikitradisi pemburuan tikus. Dalammengantisifasi hama secaraniskala (keyakinan spiritual),subak memiliki ritual nanglukmerana. Pada hakekatnya subakberkembang dalam dua dimensi,sekala-niskala.

Selanjutnya perlu disebutkanbahwa, masyarakat dan kebudayaanBali bergerak secara dinamik danberubah. Dalam satu dekade terakhirdinamika itu semakin cepat, besar danakseleratif. Faktor-faktor yangmendorong dinamika dan perubahansangat beragam (multi-faktor). Faktor-faktor pokok antara lain sebagaiberikut.

1. Kesesakan ekologi dan konversilahan.

2. Kepadatan dan heteroginitasdemografi.

3. Materialisme dan konsumerismepublik.

4. Keterbukaan lokal, nasional,global.

5. Transformasi kultur dari budayaagraris ke dagang dan berlanjutke budaya turistik.

6. Kebangkitan kesadaran tentangarti hakiki sebagai manusia.

Secara dikhotomik cenderungmakin terbuka jalur cepat bagimodernisasi dan globalisasi yang

Page 13: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 125

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

secara empirik lebih besarmanghadirkan resiko dibandingkanmanfaat. Resiko fragmentasi melaluifenomna disharmoni, distorsi dandiskontinu unsur-unsur pentingkebudayaan Bali, termasuk resikoterhadap organisasi subak dan anekakearifan lokal makin kasat mata.Kontinuitas jalur tradisi masihterbuka dengan hadirnya faktor-faktoryang mengapresiasi seperti kehadiranBhisama PHDI tentang kesucian pura,penghargaan lokal-nasional-duniaterhadap culture heritage dan

pencarian identitas diri dan konflikberpeluang sangat penting bagipenguatan tradisi dan kearifan lokal.

Sesungguhnya sedang tumbuhtekad dan etos masyarakat Bali untukkembali menoleh potensi kearifanlokal sebagai keunikan dankeunggulan yang perlu direvitalisasibagi kesejahteraan dan keharkatanmasa depan. Sementara itu, elaborasikearifan subak dapat dirinci sepertiterlihat pada Tabel 2, dan gambarantentang kearifan subak dapat dilihatpada Gambar1.

Tabel 1. Elaborasi Kearifan Subak Menurut Bentuk, Fungsi, Makna, dan Etos

Kategori Bentuk Fungsi Makna dan Etos1. Relegius Mitologi, ritual, simbul Sakralisasi,

simbolisasiKetuhanan, roh,dan spiritualitas

2. Kultural Filosofi, nilai, prilaku Enkulturisasi, edukasi Humanitas, empati,logika, etika,estetika, praktika

3. Ekologis Fisik, teknik, metode Konservasi,naturalisasi, adaptasi

Keseimbangan,adaptasi,sustainabilitas

4. Institusional Organisasi, struktur Institusionalisasi,integrasi,pemberdayaan

Solidaritas,kesatuan,keterbukaan

5. Ekonomis Sikap, gaya hidup,metode

Produksi, distribusi,konsumsi

Produktivitas,kreativitas,keadilan

6. Hukum Pasuwara, sima-dresta, awig-awig,perarem

Legislasi, keteraturan,ketertiban

Legalitas, otonomidan kemandirian

7. Teknologis Metode, teknik, fisik Saintifikasi,sistematisasi

Akurasi, sistematikdan dinamik

8. Keamanan Aturan, prilaku, fisik Sekuritas,pengayoman,perlindungan

Keamanan danketertiban

Sumber: Norken, dkk (2007).

Page 14: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 126

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

Gambar 1. Aneka ragam kearifan subakSumber: Norken, dkk (2007).

Keterangan:Kategori 1 s/d 4 merupakan sifat ekspresifKategori 5 s/d 8 merupakan sifat progresif

Pengembangan LingkunganBerlandaskan Tri Hita Karana

Disebutkan di atas bahwa salahsatu kearifan yang dimiliki subakadalah kearifan ekologis (lingkungan).Kalau berbicara tentang lingkungandalam kaitan dengan eksistensisubak, maka harus dibahas tentanglingkungan spiritual, lingkungansosial, dan lingkungan fisik.Kemudian, kalau dikaitkan dengan

landasan subak yakni Tri Hita Karana(THK), maka lingkungan spiritualberkait dengan komponenparhyangan, lingkungan sosial berkaitdengan pawongan, dan lingkunganfisik berkait dengan palemahan.Parhyangan, pawongan, danpalemahan adalah merupakankomponen dari THK, yakni harmoniantara manusia dan Tuhan(parhyangan), harmoni antara

KEARIFAN SUBAK

1

RELIGIUS

3

EKOLOGIS

2

KULTURAL

8

KEAMANAN

7

TEKNOLOGIS

5

EKONOMIS

6

HUKUM

4

INSTITUSIONAL

Page 15: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 127

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

manusia dengan manusia (pawongan),dan harmoni antara manusia denganlingkungan (palemahan).

Pengakuan UNESCO padasistem subak pada tahun 2012 tidakterlepas juga dari implementasi filsafatTHK pada sistem subak di Bali, yangberkait dengan lingkungan spiritual,sosial, dan fisik. Itulah sebabnya temapengakuan UNESCO terhadap subakadalah sebagai berikut. CulturalLandscape of Bali Province : Subak asManifestation of Tri Hita KaranaPhilosophy. Hal ini bermakna bahwafilsafat THK tidak sekedar hanyadalam tataran teori, tetapi langsungditerapkan oleh sebuah lembagasosial- tradisional yang disebutdengan subak. Adapun implementasipengembangan lingkungan yangberlandaskan konsep/filsafat THKyang dilaksanakan sistem subak diBali secara rinci adalah sebagaiberikut.

1. Bidang parhyanganPada dasarnya implemantasi

pengembangan lingkungan spiritualdalam sistem subak, adalahimplementasi dari konsepparhyangan. Petani memilikikeyakinan bahwa semua asset yangada dalam kawasan subak dandikelola oleh subak adalah anugrahdari Tuhan Yang Maha Esa. Olehkarenanya, petani harus ber harmonidengan Tuhan. Dipercaya bahwa airadalah karunia Tuhan YME, dan olehkarenanya harus didistribusikan dandikelola dengan baik dan denganseadil-adilnya. Sebagai perwujudan

dari keyakinan petani tersebut,mereka membangun pura subak. Padasetiap subak di Bali pasti ada pura,dan paling tidak, satu pura dalam satusubak. Pura itu disebut dengan PuraUlunsui, tempat bersemayam DewaWisnu. Ada juga subak yang memilikipura yang lain, yakni Pura Bedugul,tempat bersemayamnya Dewi Sri.Tetapi kalau satu subak hanyamemiliki satu pura subak saja, makadalam satu pura itu umumnyadibuatkan pelinggih tempatbersemayam-nya Dewa Wisnu danDewi Sri. Dewa Wisnu dan Dewi Sridipercaya oleh masyarakat sekala(alam baka) sebagai pasangan suami-istri.

Di samping ada pura pada levelsubak, maka pada setiap sawah milikpetani anggota subak ada juga purayang disebut dengan sanggah catu.Melalui sanggah catu inilah petanimemelihara hubungan denganlingkungan spiritual-nya. Sanggahcatu umumnya dibangun pada tempatmasuknya air irigasi (inlet) pada bloksawah petani yang bersangkutan.Sanggah catu itu bisa dibuat dalambentuk permanen (dibuat dari beton),dan bisa juga dalam bentuk temporer(dibuat dari bamboo). Melalui sanggahcatu itulah petani melakukanhubungan dengan lingkunganspiritual dengan sarana sesajen dalamberbagai jenis upacara, sejak mulaidalam proses pengolahan tanah,hingga upacara menjelang panen.Adapun jenis upacara yang dilakupanpetani melalui sanggah catu dapatdilihat lebih rinci pada Tabel 2.

Page 16: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 128

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

Tabel 2. Rincian upacara di tingkat petani yang dilaksanakan di sanggah catu.

No. Nama ritual Waktu Tujuan1. Ngendagin/me

mungkah/nuasen tedun

Pada saat akanmemulai kegiatandi sawah untukbertanam.

Permakluman kepada Tuhan YME(Dewa-Dewi yang bersemayam di sawah,sebagai manifestasi Tuhan YME), bahwapetani akan memulai melakukanaktivitas pertanian di sawah.

2. Pengwiwit/ngurit

Segera setelahbenih disemai.

Memohon kepada Tuhan, agar bibit yangdisemai dapat tumbuh dengan baik.

3. Nuasen nandur Pada saat akanmenanam benihpadi di sawah.

Memohon kepada Tuhan, agar prosespenanaman bibit dapat berjalan denganlancar.

4. Ngulapin Setelah selesaimenanam padi,dan ada tanamanpadi yang rusak.

Memohon kepada Tuhan, agar bibit padiyang ditanam dapat tumbuh denganbaik, dan tidak mengalami kerusakan.

5. Ngeroras Setelah padiberumur 12 hari.

Memohon kepada Tuhan YME agartanaman padi dapat tumbuh denganbaik.

6. Mubuhin Setelah padiberumur 15 hari.

Memohon kepada Tuhan YME agartanaman padi tetap dapat tumbuhdengan baik.

7. Neduh/Ngebulanin

Setelah padiberumur satubulan (35 hari).

Memohon kepada Tuhan YME agartanaman padi tetap dapat tumbuhdengan baik.

8. Nyungsung/ngiseh/ngelanus/dedinan

Setelah padiberumur 42 hari.

Memohon kepada Tuhan YME agartanaman padi tetap dapat tumbuhdengan baik.

9. Biukukung/miseh/ngiseh

Setelah padiberumur duabulan (70 hari).

Memohon kepada Tuhan YME agartanaman padi tetap dapat tumbuhdengan baik.

10. Nyiwa Sraya Setelah padiberbunga secaramerata dihamparan sawah.

Memohon kepada Tuhan YME agartanaman padi tetap dapat tumbuhdengan dan menghasilan buah padi yangbaik.

11. Ngusaba/ngusabanini/manteninDewi Sri.

Saat menjelangpanen.

Memohon kepada Tuhan YME agarpanen padi berhasil dengan baik.

12. Mebantenmanyi.

Pada saat panen. Memohon kepadaTuhan YME, agarpelaksanakan panen dapat berjalandengan baik.

13. Ngerasakin Setelah panen. Menyampaikan rasa syukur kepadaTuhan YME bahwa panen telah berjalandengan baik, dan bersiap untuk

Page 17: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 129

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

melakukan persiapan tanam padamusim berikutnya.

14. Mantenin Setelah padiberada di lumbungatau tempatpenyimpanan padi.

Menyampaikan rasa syukur kepadaTuhan YME, karena padi telah dapatdisimpan dengan baik.

15. Ngerestiti/Nangluk merana

Kalau tanamanpadi diserangpenyakit.

Memohon kepada Tuhan YME, agarhama dan penyakit tidak merusaktanaman padi.

Selain di tingkat petani, jugadilaksanakan kegiatan ritual di tingkatsubak. Umumnya ada dua jenis ritualyang dilaksanakan di tingkat subak,yakni upacara mendak toyo (upacaramenjemput air pada awal pengolahansawah) dan ngusaba nini (upacaramenjelang panen). Kemudian ada lagiberbagai upacara di tingkat dam, dandanau, di mana subak jugaberpartisipasi. Dengan demikian dapatdikatakan bahwa subakmengembangan lingkungan spiritual,sesuai landasan THK.

2. Bidang pawonganPada dasarnya implementasi

pengembangan lingkungan sosialdalam sistem subak, adalahimplementasi dari konsep pawongan.Bahwa petani di dalam subak harusmengembangkan harmoni denganlingkungan sosialnya, yakni dengansesamanya. Dalam beberapa sumberlontar tentang subak disebutkanbahwa di subak memang tidakdibenarkan ada konflik. Tidak bolehmelontarkan kata-kata kasar dalamkawasan subak. Di samping larangan-larangan lain, misalnya tidak bolehbercinta dan melakukan hubungansuami-istri di kawasan subak.

Sumber konflik di kawasan subaktentu saja masalah air irigasi.Terutama pada saat kondisi air irigasimulai terbatas pada musim kemarau.Untuk itu para leluhur yang

merancang subak di Bali sudahmemahami hal itu. Oleh karenanyadibuatlah suatu sistem saluran irigasidi tingkat petani yang memungkinkanpetani bisa saling pinjam memimjamair irigasi. Sistem itu disebut denganone inlet and one outlet system. Dimana setiap blok sawah milik petanianggota subak, masing-masingmemiliki satu saluran (saluran cacing)dan satu inlet tersendiri. Dengandemikian, kalau seorang petani inginmeminjam air irigasi dari seorangpetani lain (yang sawahnya ada dalamsatu saluran), maka petani yangbersangkutan tinggal mengempanginlet air irigasi dari petani yang akandipinjam airnya. Jadi, sistem yang adadalam subak memang memungkinkanuntuk saling pinjam air irigasi antarpetani.

Untuk menjaga harmonisasi antarpetani, maka secara rutin diadakankegiatan gotong royong oleh subak.Baik untuk kegiatan yang berkaitdengan pengelolaan saluran irigasi,maupun dalam hubungan dengankegiatan ritual. Karena mereka seringbertemu dan berkomunikasi, makaakan ada saling percaya antar mereka.Saling percaya adalah bagian darimodal sosial yang paling pentingdalam rangka membangun harmoniantar sesama anggota subak. Itulahsebabnya keputusan dalam sistemsubak pada umumnya dilaksanakan

Page 18: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 130

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

dengan sistem konsensus. Bukanvoting. Sistem konsensus dapatditerapkan, karena subak memilikikepentingan yang sama, yakni airirigasi, bibit, pupuk, dll. Sehinggamereka percaya bahwa apapun usuldari suatu anggota, pasti merupakankepentingan untuk mencapai tujuanbersama. Semua konsensus yangtelah disepakati, pada dasarnyaadalah merupakan substansi dariawig-awig (peraturan subak). Awig-awig pada dasarnya akan mengaturapa-apa yang “boleh” dan “tidak boleh”dilakukan pada kegiatan di kawasansubak. Dengan cara-cara dan sistemnilai yang disebutkan di atas, makasubak mengembangan suatulingkungan sosial yang harmoni yangberlandaskan THK.

3. Bidang palemahanPada dasarnya implementasi

pengembangan lingkungan fisik dalamsistem subak, adalah implementasidari konsep palemahan.Pengembangan lingkungan fisik subakyang harmoni dengan alamlingkungannya, dapat dilihat darisistem pembuatan sawah di Bali.Sawah dibuat sedemikian rupa sesuaidengan kondisi kontur lahan dikawasan itu. Dengan demikianpembuatan petak sawah menjadi tidakteratur, tidak lurus, tidak luas, dll,sehingga tidak efesien. Meskipundemikian, sistem sawah seperti itusangat efektif untuk mencegah erosi,agar lingkungan tidak rusak.Tampaknya prinsip subak di Bali tidakmengejar efesiensi tetapi efektivitas.Tidak mengejar kepentingan personaltetapi komunal, yang tercermin dalamsistem irigasi yang bisa saling pinjammeminjam air.

Di pihak lain, sistem pembuatansawah yang mengikuti kontur lahan

dapat menciptakan terasering sawahyang sangat indah. Banyak wisatawanyang tergila-gila dengan pemandanganterasering sawah, karena tidak adaduanya di dunia. Seperti misalnya dikawasan terasering sawah di SubakJatiluwih, Tabanan, yang mampumenyedot wisatawan hingga 250.000orang per tahun. Selanjutnya bisamenghasilkan uang masuk hingga Rp.2 milyar per tahun. Hal ini adalahmerupakan sebuah kearifan lokalyang dibangun oleh para leluhurdengan berdarah-darah, dan generasisekarang dapat menikmatinya,bahkan dengan sangat rakus. Disamping itu, generasi sekarangdengan sangat mudah merusak danmenjual terasering sawah yang indah,untuk kemudian dijadikan beton.

Kemudian palemahan (topografi)Pulau Bali yang miring, dapatmenyebabkan juga adanya air irigasiyang ada di subak yang ada di huludapat dimanfaatkan oleh subak yangada di hilir. Air irigasi yang digunakanoleh subak yang ada di hulu, akanjatuh sisanya ke sungai atau jurang dibawahnya. Kemudian air itu dapatdimanfaatkan oleh kawasan subakyang ada di hilir, bahkan hingga kekawasan tepi pantai. Bahkan bisamemungkinkan terjadinyakesepakatan saling pinjam air antarsubak dalam satu sungai. Hal inimenyebabkan terjadinya harmoniantar subak di Bali, karena merekabisa saling pinjam air irigasi. Inilahyang disebut dengan pengembanganlingkungan fisik yang berlandaskanTHK.

PENUTUP

Sistem subak di Bali memilikikearifan untuk mengembangkanlingkungan yang berlandaskan konsepTri Hita Karana (THK).

Page 19: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 131

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

Mengembangkan lingkungan yangberlandaskan konsep THK, berartimengembangkan harmoni lingkunganspiritual, lingkungan sosial, danlingkungan fisik. Mengembangkanharmoni lingkungan spiritual, yaknidengan melakukan berbagai aktivitasritual di tingkat petani dan juga ditingkat subak. Mengembangkanharmoni lingkungan sosial denganmelakukan kegiatan kerja bersama(gotong royong), kegiatan salingpinjam air irigasi antar petani danantar subak, dan membuat awig-awig(peraturan subak). Mengembangkanharmoni lingkungan fisik, denganmembuat sawah sesuai kontur lahanyang tersedia, dan dengan tidak

merusak lahan tersebut. Saat inipengembangan harmoni lingkunganfisik tersebut, telah mampumelahirkan terasering sawah yangindah, dan sangat dikagumi dunia.

Karena peran sistem subakyang sangat nyata dalam memeliharadan mengembangkan lingkunganspiritual, sosial, dan fisik tersebut,maka subak perlu dilestarikankeberadaannya. Perlu adanyaberbagai kebijakan strategis agarpetani merasa senang sebagai petani.Selanjutnya petani merasa sadaruntuk tetap mempertahankansawahnya, dan selanjutnya sistemsubak di Bali dapat tetap abadi.

DAFTAR PUSTAKA

Appadurai, A.1993. Disjuncture anddifference in the global culturaleconomy, dalam Global culture:nationalism, globalism, and modernity(ed: M. Featherstone), sagepublication, London.

Bagus, IGN. 1971. Manusia dankebudayaan Bali, dalam Manusia dankebudayaan Indonesia (ed:Koentjaraningrat), Penerbit Jambatan,Jakarta.

Coward, E.W. 1980. Irrigationdevelopment : institution andagricultural development in Asia (ed :E.W. Coward, Jr), Cornell Univ.Press,Ithaca and London.

Geertz, C. 1959. Form and variation inbalinese village structure, dalamJournal American Anthropologist, Vol.X, Washingtown, USA.

Geriya, W. 1985. Pola kehidupanpetani Subak Rejasa, Tabanan,Baliologi, Denpasar.

Norken, N. 2007. Pengembangan danpengelolaan sumberdaya air secaraterpadu untuk daerah Bali (Suatugagasan pengembangan wadahkoordinasi yang berbasis potensi lokal,Jurnal HATHI, Vol. 1 Maret 2007,Jakarta.

Norken, N; W. Windia; J. Sushila;W.Geriya;M.Mudhina.2007.Peningkatanefektivitas pengelolaan sumberdaya airberbasis pada lembaga subak diPropinsi Bali, Bappeda Prop. Bali,Denpasar.

Peraturan Daerah No.2/PD/DPRD/1972, tentang IrigasiDaerah Propinsi Bali.

Peraturan Daerah No. 9 tahun 2012,tentang subak.

Pitana, G. 1993. Subak, sistem irigasitradisional di Bali, dalam Subak,sistem irigasi tradisional di Bali (ed: G.Pitana), Upada sastra, Denpasar.

Pusposutardjo, S dan W.Wardana.1997. Evaluasi hasil, akibat, dan

Page 20: RI -DQ 30...dan pelaksanaan saling pinjam air irigasi antar petani dan juga antar subak. Dalam komponen palemahan, subak mengembangkan harmoni lingkungan fisik, dengan pembuatan sawah

Journal on Socio-Economics of Agriculture and Agribusiness Vol.12 No.1 Desember 2018 132

https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca https://doi.org/10.24843/SOCA.2018.v12.i01.p10

dampak pelaksanaan pengembanganirigasi desa : studi kasus KabupatenSleman, Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta, Agritech Vol. 17 No.2.

Shusila, J. 1987. Ciri-ciri khas subak,sistem irigasi di Bali, Dinas PUPropinsi Bali.

Sutawan, N; M. Swara; W.Windia; G.Sedana, IGM Putra Marjaya. 1991.Laporan akhir penelitian aksipembentukan wadah koordinasi antarsistem irigasi (Subakagung) di WilayahKab. Tabanan dan Kab.Buleleng, Prop.Bali, kerjasama DPU Prop. Bali, danUniv.Udayana, Denpasar.

Sutawan, N; M. Swara; W.Windia;W.Sudana.1989. Laporan akhir pilotproyek pengembangan sistem irigasiyang menggabungkan beberapaempelan subak di Kab.Tabanan danKab.Buleleng, kerjasama DPU Prop.Bali dan Univ.Udayana, Denpassar.

Windia, W. 2006. Transformasi sistemirigasi subak yang berlandaskan TriHita Karana, Pustaka Bali Post,Denpasar.

Windia, W. 2008a. Subak : local geniusof irrigation system in Bali, Bali TravelNews, 22 Feb-14 March 2008.

Windia, W. 2008b. Subak developmentand implementation of tri hita karanaconcept, Bali Travel News, 22 Feb-14March 2008.

RIWAYAT HIDUP

Prof.Dr. Wayan Windia adalahKetua Pusat Penelitian SubakUniversitas Udayana, dan dosen padaProdi Agribisnis Fak. PertanianUniversitas Udayana. Iamenyelesaikan studi doktor diUniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta,pada tahun 2002. Disertasinya adalah

tentang Transformasi Sistem IrigasiSubak yang Berlandaskan Konsep TriHita Karana. Ia terlibat sebagainational expert dalam prosespengusulan subak sebagai warisanbudaya dunia, yang akhirnya diakuioleh UNESCO pada tahun 2012.

Penelitiannya selama limatahun terakhir tetap fokus padabidang subak, dengan mendapatkanbiaya dari skema MP3ES dan HIKOMKemristekdikti. Kajiannya tentangsubak berkait dengan pengembanganaktivitas subak dalam bidangekonomi, dan jugamendokumentasikan dalam bentukbuku tentang manajemen sistemirigasi subak di Bali. Ia kini sebagaianggota kelompok ahli PemkabGianyar dan juga sebagai KoordinatorKelompok Ahli Kota PusakaKabupaten Gianyar. Hadir sebagainarasumber dalam berbagai diskusitentang subak yang diselenggarakanSEAMEO-SPAFA, ICRROM, danberbagai seminar.