rokok bukan warisan budaya

Upload: faninurdiati

Post on 10-Mar-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

opini

TRANSCRIPT

Nama: Erlin AnnisaNIM: 123103700007Semester : VIIIndepth Reporting - OPINI

ROKOK BUKAN WARISAN BUDAYA

Rokok selama ini menjadi polemik bangsa kini masuk di Meja DPR dalam salinan draf Rancangan Undang-undang Kebudayaan. Sungguh kita salah menafsirkan tentang Warisan Budaya Indonesia. Pasal 36 dan 37 draf itu menyebutkan bahwa rokok kretek tradisional termasuk sebagai warisan budaya. Rokok kretek disetarakan posisinya dengan cagar budaya, naskah kuno, prasasti, kuliner nusantara, kesenian tradisional dan upacara tradisional. Bahkan batik yang jelas-jelas diakui UNESCO sebagai wariasn budaya Indonesia tidak disebutkan secara spesifik dalam draf RUU tersebut. Budaya sendiri adalah hasil cipta, karsa, karya manusia yang menciptakan jati diri, yang meninggikan dan memuliakan martabat manusia. Definisi UNESCO jelas menegaskan bahwa warisan budaya adalah artefak fisik atau intangible asset yang dimiliki sebuah masyarakat, yang diwarisi dari generasi sebelumnya, dirawat dan dipraktikan dimasa kini, dan dilestarikan untuk kebaikan generasi masa depan.Tidak ada satu sisipun dari rokok kretek yang membuat kemanusiaan kita semakin bermartabat dan semakin mulia. Bila kretek diakui sebagai bagian warisan budaya, lalu bagaimana dengan tuak, arak, ganja ? Menurut Wikipedia terdapat ratusan zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok, beberapa diantaranya ialah ammonia (zat pembersih toilet), arsenic (racun sel biologis), butane (gas pematik api), cadmium (bahan baku baterai), methanol (bahan bakan roket), nikotin (perusak jantung), tar (perusak sel paru, dll. Sebagaimana dilansir oleh Sonny Budiutomo dari Lembaga Demografi bahwa pengeluaran rumah tangga termiskin untuk rokok mencapai 13 %, sementara untuk beras 19 %. Data dari Kementrian Kesehatan 67% lelaki di Indonesia adalah perokok. Data ini sungguh ironi bila dilihat dari zat-zat yang terkandung dalam rokok. Negara ini seperti melegalkan dalam membeli batang kematian. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zainal Abidin menentang keras masuknya rokok krete sebagai warisan budaya. Menurutnya, rokok bukanlah kebaikan yang harus dilestarikan. Baiknya rokok dimasukkan kedalam museum sebagai pengingat dan pelajaran kepada generasi berikutnya bahwa rokok telah merusak kesehatan manusia. Masuknya ayat soal kretek dalam RUU Kebudayaan dianggap aneh oleh penasihat Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Kartono Mohamad. Menurutnya, jika RUU itu disahkan maka ada kewajiban untuk mensosialisasikan dan mengadakan festival. Ini sama saja dengan menyuruh anak-anak untuk merokok kretek yang sangat bertentangan dengan UU Kesehatan. Ketua Harian Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia dan aktivis pengendalian tembakau Tulus Abadi juga mengatakan bahwa dia melihat ini sebagai persengkongkolan jahat antara DPR dan industry rokok untuk memperoleh keuntungan semata. Sejak 1998 industri rokok itu begitu kental berupaya memainkan regulasi baik dalam regulasi kesehatan, ekonomi, maupun yang lainnya. Sekarag, makin telanjang dan kasar mainnya kata Tulus. Majelis Ulama Indonesia pun tidak berdiam diri. Lembaga itu menentang rokok bahkan mengharamkannya dalah Islam. Walaupun keputusan ini maih menjadi perdebatan, namun langkah yang diambil MUI sudah vocal dalam hal larangan merokok.Kita sebagai masyarakat juga wajib berperan seperti menggerakkan praktisi kesehatan, membatasi pemasangan iklan rokok dilingkungan tertentu seperti sekolah kampus ataupun lingkungan rumah. Melarang dan memberikan pengertian kepada perokok aktif serta tidak mencari sponsor dari perusahaan rokok dalam kegiatan kemanusiaan dan kemahasiswaan.