warisan budaya
DESCRIPTION
Laporan Lokakarya : 'Situs Musi, Jangan Sampai Kita Terlambat lagi..', Palembang, Mei 2011.TRANSCRIPT
LAPORAN LOKAKARYA ‘Situs Musi, Jangan Sampai Kita Terlambat Lagi’
3 – 5 Mei 2011, Palembang
disusun oleh Mitu M. Prie penggagas dan penanganan substansi lokakarya
2
LATAR BELAKANG GAGASAN LOKAKARYA Sungai Musi hingga kini tetap berjaya menjadi urat nadi pertumbuhan Kota Palembang dan sekitarnya di Sumatera Selatan. Sepanjang tepi sungai masih berjajar beragam peninggalan bangunan dari peradaban yang tumbuh dan surut, silih berganti seiring perjalanan jaman sejak berabad silam. Bangunan-‐bangunan cantik megah khas kolonial Indie, yang sudah berbaur dengan langgam arsitektur lokal pun masih dijumpai, walaupun kebanyakan juga sudah ditinggal tak terurus. Diselingi oleh permukiman masyarakat yang mewarisi keunikan rumah limasan berpanggung, yang juga dianggap salah satu ikon Palembang. Selain, kehadiran Klenteng dan rumah-‐rumah penduduk di atas air beriring padat memenuhi bantaran sungai Musi ini. Menjadi saksi sejarah sebagai warisan tak ternilai yang semakin lusuh dan berangsur luluh, tetap memancarkan aura keanggunannya. Di tengah harta peninggalan tersebut, dijumpai pula 2 lokasi yang langka dan unik, adalah Kampung Kapitan dan Kampung Arab. Kedua Kampung ini berada di posisi Ulu sungai Musi, peninggalan yang berharga karena peran sejarah dan hasil karya seni arsitekturnya. Diperkirakan telah berkiprah lebih dari 5 abad silam. Suatu era ketika sungai Musi tampaknya semakin penting sebagai jalur transportasi di Sumatera Selatan. Merebaknya warga keturunan Arab yang dikenal kiprahnya di jalur dagang antar-‐negara, maupun warga Tionghoa yang tak kalah gesit mengambil andil dalam kehadiran VOC kala itu. Kedua kampung tradisi ini menyimpan referensi keunikan pola tata letak dan kualitas arsitektur yang penuh makna bagi perjalanan sejarah budaya di Indonesia. Keutuhan harta berharga ini, adalah masih didiaminya pula kedua kampung tersebut oleh keturunan langsung dari masing-‐masing cikal bakal keluarga pendiri. Keluarga Almunawwar dari Kampung Arab dan Keluarga Tionghoa Tjoa Ham Him kampung ‘Kapitan’.
Miyara Sumatera Foundation sebagai wadah kepedulian seni budaya dari masyarakat; memprakarsai lokakarya ini bagi upaya penyelamatan dan pelestarian ‘Situs Musi’. Terutama terhadap 2 (dua) lokasi ‘Kampung’ tersebut, dalam kepentingan sejarah abad 16-‐19 di Indonesia. Upaya yang kiranya dapat menjadi pijakan awal untuk kembali bangkit bersama dengan berbagai pihak terkait, bersemangat menyelamatkan pusaka budaya yang tak ternilai ini. Agar dapat terealisasi sumbangsih budaya bagi kota Palembang, dalam visi pembangunan berkelanjutan dengan melibatkan kearifan budaya lokal. Sehingga, dapat tampil terpelihara di khasanah budaya tanah air dan dibanggakan di manca negara. Untuk itu sebagai tahap kegiatan awal, penyelenggaraan Lokakarya dianggap penting untuk menjadi pokok landasan pelaksanaan kegiatan penyelamatan, penataan lingkungan sekarang dan ke depan.
3
Lokakarya bertujuan untuk mengingatkan kembali betapa pentingnya ‘Situs Musi’ : Kampung Kapitan dan Kampung Arab sebagai peninggalan sejarah purbakala yang sangat berharga. Pijakan awal yang diharapkan memperoleh wawasan dan masukan terkini dari hasil dialog positif di antara para pakar, akademisi, dan pemerhati seni budaya. Sehingga, terealisasi tindakan konkret bagi penyelamatan dan pelestarian kedua situs ini sebagai suatu Living Heritage yang dibanggakan negeri.
PERSIAPAN LOKAKARYA Dilakukan sejak Maret – April 2011, dalam acuan TOR Lokakarya yang mencakup : a) Tema Lokakarya yang memfokuskan pada
keberadaan peninggalan sejarah dan purbakala di sepanjang sungai Musi, khususnya difokuskan pada dua lokasi penting : Kampung Kapitan dan Kampung Arab.
b) Tema ini diangkat berdasarkan : studi kepustakaan, berbagai referensi kajian ilmiah dan populer mengenai kedua lokasi tersebut. Selain, dilengkapi dengan melakukan survei dan observasi langsung di lapangan.
c) Mendeskripsikan turunan dari Tema, yang merupakan Topik-‐topik teraktual dari permasalahan konkret yang terjadi di lingkungan sungai Musi dan kedua lokasi ‘Kampung’ bersejarah tersebut. Dalam hal ini, dimunculkan : 10 (sepuluh) Topik penting.
d) Menyiapkan para pembicara dan pengarahannya sesuai dengan ekspertis dan kapasitas mereka menyangkut Topik-‐topik tersebut.
e) Menyusun kehadiran para peserta yang relevan dengan konteks pemasalahan Tema dan Topik.
f) Mengkoordinasikan persiapan untuk keperluan teknis di lapangan dalam rangka kunjungan Tur peserta lokakarya ke dua lokasi tersebut.
TEMA DAN PILIHAN TOPIK ‘Situs Musi, Jangan Sampai Kita Terlambat Lagi..’, adalah kesatuan substansi tema yang meyoroti fakta keberadaan peninggalan sejarah, purbakala, dan tradisi di sepanjang sungai Musi, Palembang. Beberapa hal menarik yang mendorong tercetusnya gagasan Tema ini, adalah sebagai berikut : ♦ Padatnya di sepanjang sungai Musi oleh
tinggalan bangunan berusia ratusan tahun. ♦ Mewakili perjalanan peradaban budaya yang
tercatat dalam penelitian, yakni dari masa Klasik, Kerajaan Islam, hingga Kolonial.
♦ Masih didiaminya lokasi tertentu oleh keturunan asli dari komunitas Arab dan Tionghoa lama.
♦ Hingga masa kini, area bersejarah sungai Musi masih aktif bahkan menjadi poros transportasi, serta tumpuan akes perekonomian bagi kota Palembang.
♦ Semakin tidak terawatnya beragam peninggalan tersebut di antara derap pembangunan kota.
♦ Ancaman ‘kehancuran’ di depan mata, yang akan mengakibatkan lenyapnya warisan budaya dalam kadar ‘Living Heritage’ yang tak ternilai.
♦ Apakah kita selalu harus ‘terlambat lagi..’ membiarkan warisan budaya sangat berharga musnah sia-‐sia di depan mata?
4
Tema ini melahirkan turunan beberapa Topik Utama yang melingkupi gambaran secara konkret permasalahan yang dihadapi. Baik secara pentingnya muatan bagi nilai sejarah purbakala maupun situasi penanganan di lapangan. Tidak hanya dalam skala lokal Palembang ataupun Sumatera Selatan, namun sebagai upaya menguakkannya sebagai kekayaan seni budaya bangsa Indonesia di mata dunia. Adapun Kategori Topik yang terutama diketengahkan, difokuskan pada :
a. Kampung Kapitan dan Kampung Arab. b. Nilai Sejarah sungai Musi sepanjang jaman. c. Penanganan kepariwisataan di kawasan ini.
PEMBICARA DAN PENGARAHAN TOPIK Para pembicara dalam kapasitas profesi dan kredibilitas keilmuan menyajikan paparan materi sesuai fokus Topik yang dinaungi oleh Tema tersebut. Mereka adalah : Sejarawan, Sosiolog, Arkeolog, Arsitek, Kepariwisataan, Pemerintah Kota, Komunikasi Seni Budaya, dan Planologi – Pengembangan Lingkungan Permukiman Tradisi. Dalam tujuan memfokuskan pada penyajian materi makalah maupun presentasi, disusun pengarahan inti bagi setiap pembicara. Pengarahan ini juga untuk mengembangkan gagasan Topik yang mereka ajukan. Dengan demikian, pengarahan Topik ini sekaligus dapat memberikan inspirasi bagi setiap pembicara untuk mengembangkan pemaparan mereka berdasarkan atas referensi keahlian yang dimiliki pembicara masing-‐masing.
PROFIL PESERTA Dalam hal ini, mereka adalah ‘komunitas kunci’ di Palembang yang sesuai profesinya dapat memberi masukan, saran, pandangan, kritik membangun, serta turut berkontribusi bagi ide pengembangan dan penanganan peninggalan sejarah dan purbakala di sepanjang sungai Musi. Khususnya, secara kontekstual berkenaan dengan Kampung Kapitan dan Kampung Arab. Dari mereka juga tercapai silang dialog untuk memperkaya khasanah pemahaman dan pemaknaan ‘Situs Musi’ dan kedua lokasi utama tersebut. Mereka adalah para peneliti, akademisi, pemerhati, budayawan, LSM seni budaya, wakil kalangan keturunan kerajaan, wakil dinas permuseuman, dan media. Selain tentunya, wakil komunitas Kampung Kapitan dan Kampung Arab sebagai keturunan asli setempat.
5
- Ipsum
ORGANISASI PENDUKUNG ♦ Universitas Sriwijaya (UNSRI) – Palembang.
Sekaligus sebagai tuan rumah kota Palembang, yang memberi dukungan dari sisi akademisi, serta donasi bagi lokakarya dan kelancaran persiapan di lapangan. Sangat membantu dalam persiapan rekomendasi para peserta maupun pelaksanaan kehadiran mereka. Ibu Badia Perizade sebagai rektor UNSRI turut membuka peresmian Lokakarya, serta memberikan sambutan penting yang menyemangati secara positif atas terselenggaranya acara yang bermanfaat ini. Selain, bagi dukungan rencana aktivitas penanganan ke depan.
♦ Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala.
Sejak semula ide lokakarya ini dicetuskan, dukungan dan sambutan yang sangat positif diberikan oleh DirJen Sejarah Purbakala, ibu Aurora Tambunan. Sebagaimana pula diharapkan, bahwa Lokakarya ini menjadi emberio awal yang lahir dari masyarakat. Bergandeng tangan dan berperan aktif bersama pemerintah dalam aktivitas kebudayaan. Terutama dalam hal ini, untuk penanganan konkret Kampung Kapitan dan Kampung Arab yang menjadi bagian dari masyarakat tradisi. Dukungan diberikan dalam ujud donasi, maupun keterlibatan para staf ahli beliau yang juga menjadi pembicara dalam lokakarya. Mewakili DirJen SePur ibu Aurora Tambunan dalam lokakarya ini, adalah bapak Soeroso MP.
♦ Pemerintah Kota Palembang.
Berkat dukungan pemerintah (pihak walikota) kota Palembang yang menyediakan bantuan transportasi (kapal) untuk mengunjungi Kampung Kapitan dan Kampung Arab; maka kegiatan Tur Lokakarya ini dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, melalui wakil dari Dinas Pekerjaan Umum sebagai pembicara, diketengahkan informasi terkini mengenai penanganan di sepanjang sungai Musi yang dilakukan pemerintah kota. Dalam kesempatan ini, dipaparkan pula pandangan pemerintah kota terhadap dukungan keberadaan kedua Lokasi tersebut di tengah permukiman masyarakat Ulu di sungai Musi.
AKTIVITAS LOKAKARYA 1. Senin – Selasa : 3 – 4 Mei 2011, pk. 08.30 s.d 17.00. Kedua Sesi dibuka oleh Keynote Speaker. Senin, 3 Mei : ibu Badia Perizade, Rektor UNSRI. Selasa 4 Mei : bapak Soeroso MP., mewakili DirJen Sejarah Purbakala ibu Aurora Tambunan. Penyajian Sesi materi Topik oleh masing-‐masing Pembicara, berdurasi 30 menit, dialog Tanya Jawab ataupun diskusi berdurasi 30 menit. Kesimpulan rangkuman di penutup sesi dilakukan oleh Fasilitator selama 10 – 15 menit. Adapun penyajian para pembicara dilakukan dalam format presentasi langsung, yang diakhiri dengan sesi tanya jawab. Dinamika diskusi juga terjadi dari silang dialog antar-‐para peserta. Para peserta dengan penuh antusias mengikuti secara lengkap dua hari Sesi Lokakarya ini. 2. Rabu, 5 Mei 2011 : Tur Kunjungan ke Kampung Kapitan dan Kampung Arab. • Para Pembicara dan Peserta Lokakarya
berkumpul di hotel Swarna Dwipa pk. 08.30. • Keberangkatan rombongan ke Kampung
Kapitan : pk. 09.30 dari dermaga ‘Kuto Besak’, sungai Musi.
• Kunjungan di Kampung Kapitan hingga pk. 11.30
• Kunjungan di Kampung Arab hingga usai • pk. 14.00, menandai berakhirnya pula acara
Lokakarya ini.
6
TOPIK -‐ PEMBICARA -‐ JADWAL
HARI ke-‐1 : Selasa 3 Mei, 2011 Kehadiran Pembicara dan Peserta : 08.00 – 08.30 Kata Sambutan, Gagasan Lokakarya : 08.30 – 08.45
• Miyara Sumatera Foundation, Mitu M. Prie
Keynote Speaker : 08.45 – 09.15 § Rektor UNSRI, Badia Perizade
1. Profil Warga Kampung Kapitan dan Kampung Arab : 09.25 – 09.55
§ Wakil komunitas Kampung Kapitan, Mulyadi (Tjoa Tiong Gi). 10.05 – 11.15
§ Perumahan Bersejarah di Kampung Al Munawwar, Muhammad bin Ahmad Assegaf.
2. Situasi Sosial Keberadaan Kampung Kapitan dan Kampung Arab di Pinggiran sungai Musi : 11.15 – 12.25
§ Sosiolog UNSRI, Moh. Alfitri.
3. Sungai Musi dan Dinamika Sejarah Palembang : 13.25 -‐ 14.35 § Arkeolog, DirJen Sejarah Purbakala Pusat, Endjat Djaenuderajat
4. Peninggalan Arsitektur di Tepian sungai Musi : 14.35 – 15. 45 § Arsitek UNSRI, Tutur Lussetyowati
5. Proyek Pelestarian dan Pengembangan Pemukiman Kapitan Cina, Pemukiman Al Munawwar : 15.55 – 16.25
§ Arkeolog, Dirjen Sejarah Purbakala SumSel, Tony Mambo
7
HARI ke-‐2 -‐ 4 Mei, 2011 Kehadiran Pembicara dan Peserta : 08.00 – 08.30 Introduksi Sesi hari ke-‐2 : 08.30 – 08.45
§ Miyara Sumatera Foundation, Mitu M. Prie Keynote Speaker : 08.45 – 09.15
§ Mewakili DirJen Sejarah Purbakala, Aurora Tambunan : Soeroso MP.
6. Kapitan Cina antara Komunitas Lokal dan Pemerintah Kolonial : 09.15 – 10.25
§ Sejarawan (Arsip Nasional), Mona Lohanda.
7. Upaya Pemerintah dalam Pengembangan Infrastruktur di Kawasan Kota Lama Palembang : 10.35 -‐11.45
§ Wakil pemerintah kota Palembang/Bapeda, Faisyar.
8. Sungai Musi akankah sebagai Destinasi Wisata Andalan di AsTeng? : 11.45 – 12.15
§ Pariwisata dan Pemasaran propinsi Palembang, Moehamad Jhonson.
9. Sungai Musi bagi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Sumatera Selatan : 13.15 – 14.25
• DitJen Pariwisata dan Pemasaran, Farid Moertolo.
10. Situs Musi, Pusaka kita yang harus diselamatkan : 14.25 – 15.35
§ Komunikasi Seni Budaya, Mitu M. Prie § Pengembangan Lingkungan Tradisi, Tim Planed
8
Rektor UNSRI, Badia Parizade sebagai Keynote Speaker memberi sambutan di hari pertama, pembukaan lokakarya.
Soeroso MP. Keynote Speaker di hari ke-‐dua Lokakarya mewakili Dirjen Sejarah Purbakala, Aurora Tambunan. Sekaligus memberi penyajian wawasan penanganan sejarah dan kepurbakalaan yang ditangani pemerintah. Didampingi oleh Latifah Ratnawati, pakar sastra Palembang sebagai fasilitator.
Wakil keluarga keturunan dari ‘Kapitan’, Kampung Kapitan : Benny dan isteri dari Mulyadi (Tjoa Tjong Gi) dan keturunan keluarga Almunawar : Muhammad bin Ahmad Assegaf didampingi anak beliau, dari Kampung Arab.
Tony Mambo, dari Dirjen Sejarah Purbakala Sumatera Selatan. yang memaparkan prospek pelestarian dan pengembangan dua kampung bersejarah. Didampingi oleh Tarech Rasyid dari dewan kesenian Palembang sebagai fasilitator.
Suasana para peserta lokakarya yang terdiri dari pemerhati dan LSM seni budaya, akademisi, media, para pakar dari Palembang dan Jakarta.
DOKUMENTASI LOKAKARYA DAN TUR KUNJUNGAN KE LOKASI KAMPUNG ARAB, KAMPUNG KAPITAN.
9
Sosiolog UNSRI, Moh. Alfitri yang menyajikan pemaparannya mengenai situasi dan kondisi sosial masyarakat di sekitar sungai Musi dari masa ke masa.
Mona Lohanda, peneliti sejarah dari Arsip Nasional yang menyoroti secara khusus keberadaan ‘Kapitan’ di masa kolonial VOC.
Endjat Djaenuderadjat, arkeolog dari Dirjen Sejarah dan Purbakala memaparkan dinamika sejarah Palembang dari masa ke masa. Tutur Lussetyowati dosen arsitektur UNSRI yang menyoroti peninggalan arsitektur di sepanjang sungai Musi.
Wita Simatupang, Hizrah Muhtar dari tim Planed beserta Mitu M. Prie konsultan komunikasi budaya & Miyara Sumatera Foundation; yang secara bersama menyajikan paparan pentingnya SItus Musi bagi suatu ‘Living Heritage’ Indonesia.
Perpaduan antar-‐almamater UGM, UNSRI, dan UI yang bertemu dalam kepedulian terhadap peninggalan seni budaya di Situs Musi, Palembang.
10
Rombongan peserta tur di dalam kapal, berangkat menyusuri sungai Musi menuju lokasi Kampung Kapitan dan Kampung Arab.
Rombongan yang berpartisipasi dalam Tur Situs Musi tengah bersiap mengunjungi kedua Lokasi Kampung bersejarah.
Penjelasan di lapangan kepada para peserta rombongan Tur, di Kampung Kapitan yang dibantu oleh Retno arkeolog dari Balai Arkeologi, Palembang.
Para wakil kerabat di Kampung Arab menghantar kepergian rombongan setelah kunjungan.
Bangunan-‐bangunan Inti keluarga ‘Kapitan’. Tampak di depannya adalah halaman tengah di antara peninggalan ‘kompleks’ bangunan yang kini sudah dipasang tiang-‐tiang lampu baru dengan umpak beton.
11
Salah satu rumah di bagian pusat halaman tengah kompleks Kampung Arab. Bernuansa Eropa yang sangat kental, dengan kondisi yang cukup terawat.
Bangunan rumah beratap Limasan, yang disebut sebagai ‘rumah darat’ khas arsitektur lokal di bagian halaman tengah kompleks Kampung Arab. Rumah ini termasuk dari salah satu bangunan tertua (sekitar 500 tahun usianya).
‘Ruangan Merah’ yang unik di bangunan utama rumah keluarga Kapitan. Terpampang foto lama yang otentik dari keluarga generasi Kapitan di masa silam.
Bangunan ‘Rumah Abu’ (rumah ibadat) yang berada di samping rumah keluarga Kapitan. Beratap lokal Limasan dengan konstruksi Eropa – yang khas kolonial.
Selasar pintu dan jendela bangunan ‘Rumah Abu’ yang masih sangat orisinal dalam kosntruksi dan ragam hias Eropa.
12
LAMPIRAN MAKALAH PARA PEMBICARA
1. ‘Situs Musi Jangan Sampai Kita Terlambat Lagi..’. Benny & Mulyadi (Tjoa Tjong Gi).
2. ‘Perumahan Bersejarah di Kampung Al Munawwar’. Muhammad bin Ahmad Assegaf.
3. ‘Situasi Sosial Keberadaan Kampung Kapitan dan Kampung Arab di Pinggiran sungai
Musi’. Moh. ALfitri.
4. ‘Peninggalan Arsitektur di Tepian sungai Musi’. Tutur Lussetyaowati.
5. ‘Proyek Pelestarian dan Pengembangan Pemukiman Kapitan Cina, Pemukiman Al
Munawwar’. Tony Mambo.
6. ‘Kapitan Cina antara Komunitas Lokal dan Pemerintah Kolonial’. Mona Lohanda.
7. Upaya Pemerintah dalam Pengembangan Infrastruktur di Kawasan Kota Lama Palembang’. Faisyar.
8. ‘Sungai Musi akankah sebagai Destinasi Wisata Andalan di AsTeng?’. Moehammad Jhonson.
9. ‘Sungai Musi bagi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Sumatera Selatan’.
Farid Moertolo. 10. ‘Situs Musi, Pusaka kita yang Harus Diselamatkan’. Mitu M. Prie dan Tim
Planed.
13
LAMPIRAN LIPUTAN MEDIA
1. ‘Kampung-‐kampung Tua Palembang Terlantar’. Selasa, 3 mei 2011. Luar Daerah. Irene
Sarwindaningrum, Kompas.com.
2. ‘Dua Situs Langka di Dunia.’ Selasa, 3 Mei 2011. Sriwijaya Post (mg17).
3. ‘Wisata Budaya Sungai Musi Tak Berkembang’. Rabu, 4 Mei 2011. Palembang, Kompas.com.
4. ‘Pelihara SItus Sejarah’. Kamis, 5 Mei 2011. Suratkabar Sriwijaya Post, halaman 1.
5. ‘Kampung Almunawar Bukan Kampung Arab’. Jumat 6 Mei 2011. Palembang Situs
Hukum. Admin, Retno W. Sumber : Palembang, Sriwijaya Post.
6. ‘Kampung Tua. Saksi Peradaban yang Terabaikan di Tepi Sungai Musi’. Rabu, 22 Juni 2011. Suratkabar Kompas, halaman 24.
Laporan Lokakarya
Disusun untuk memenuhi tanggung jawab pelaksanaan, atas dukungan yang telah diberikan oleh para instansi/lembaga/donatur sehingga lokakarya ini berjalan dengan baik dan sesuai harapan.
Jakarta, Juli 2011