riset stifin 1

24
KARAKTERISTIK PROFIL KEPRIBADIAN PENYIDIK (Pendekatan teori STIFIn Personality) Center for Islamic and Indigenous Psychology Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak. Penyidik memiliki andil yang cukup besar dalam menangani sebuah kasus hukum, baik perdata maupun pidana. Proses penempatan seseorang menjadi penyidik di sebuah institusi terkait sudah melalui tahapan dan seleksi yang ketat, sehingga suatu kasus dapat terpecahkan siapa pelaku dan apa motif di belakangnya. Penulis tertarik untuk melihat bagaimana karakteristik profil kepribadian penyidik di lembaga kepolisian dengan menggunakan teori kepribadian STIFIn yang dikompilasi dan dikembangkan oleh Farid Poniman dari teori Fungsi Dasar Carl Gustav Jung, Teori Otak Triune Paul MacLean dan Teori Kepribadian Ned Herrmann . Menurut teori ini, karakteristik profil kepribadian yang sesuai untuk jenis pekerjaan sebagai penyidik adalah Intuiting ekstrovert (Ie). Karakteristik yang ada dalam profil ini antara lain, bersifat intuitif dan mampu merangkai masalah dengan baik. Penulis menggunakan data kualitatif deskriptif dari wawancara, tes STIFIn Personality kepada 5 penyidik tindak pidana di kepolisian

Upload: adebravo04

Post on 12-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Riset STIFIn

TRANSCRIPT

Page 1: Riset STIFIn 1

KARAKTERISTIK PROFIL KEPRIBADIAN PENYIDIK(Pendekatan teori STIFIn Personality)

Center for Islamic and Indigenous Psychology

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak. Penyidik memiliki andil yang cukup besar dalam menangani sebuah kasus hukum, baik perdata maupun pidana. Proses penempatan seseorang menjadi penyidik di sebuah institusi terkait sudah melalui tahapan dan seleksi yang ketat, sehingga suatu kasus dapat terpecahkan siapa pelaku dan apa motif di belakangnya. Penulis tertarik untuk melihat bagaimana karakteristik profil kepribadian penyidik di lembaga kepolisian dengan menggunakan teori kepribadian STIFIn yang dikompilasi dan dikembangkan oleh Farid Poniman dari teori Fungsi Dasar Carl Gustav Jung, Teori Otak Triune Paul MacLean dan Teori Kepribadian Ned Herrmann . Menurut teori ini, karakteristik profil kepribadian yang sesuai untuk jenis pekerjaan sebagai penyidik adalah Intuiting ekstrovert (Ie). Karakteristik yang ada dalam profil ini antara lain, bersifat intuitif dan mampu merangkai masalah dengan baik. Penulis menggunakan data kualitatif deskriptif dari wawancara, tes STIFIn Personality kepada 5 penyidik tindak pidana di kepolisian ditambah dengan memberikan tes Wartegg kepada 3 penyidik. Hasil penelitian menunjukkan dari lima orang sampel, hanya satu orang yang memiliki tipe kepribadian yang mendekati tipe yang sesuai untuk profesi penyidik, yaitu tipe Intuiting introvert.

Kata kunci: Kepribadian, STIFIn, Penyidik

Kejahatan atau tindakan kriminal dapat ditanggulangi

dengan adanya kerjasama dari pihak kepolisian sebagai penyidik,

kejaksaan sebagai penuntut umum, pengadilan sebagai pihak

yang mengadili dan lembaga pemasyarakatan yang berfungsi

sebagai tempat untuk melatih pelaku kejahatan untuk dapat

Page 2: Riset STIFIn 1

2

diterima kembali di masyarakat. Tentu saja tugas pokok

kepolisian tidak boleh bertentangan dengan aturan hukum, masuk

akal dan layak dilaksanakan, serta menghormati hak asasi

manusia (Akhdiat & Marliani, 2011). Fungsi dari kepolisian

sebagai penyidik inilah yang memegang peranan kunci dari

setiap proses penanggulangan kejahatan. Setiap anggota

kepolisian yang bertugas sebagai penyidik, pastilah sudah

melalui proses seleksi dan penempatan kapasitas sumber daya

manusia. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang Kepolisian

No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,

yang menyebutkan bahwa anggota kepolisian harus membekali

dirinya dengan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai

(Sutra, 2012).

Penyidik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah

Pejabat Polisi Republik Indonesia atau pegawai negeri sipil

tertentu yang diberi kewenangan khusus oleh Undang-undang

untuk mencari dan mengumpulkan pelaku tindak pidana.

Sedangkan pengertian penyidik menurut KUHAP pasal I butir

(1) penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

atau pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang

khususnya Undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Pengertian penyidik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

dengan yang diberikan oleh KUHAP pasal I butir (1) hampir

memiliki kesamaan. Namun bagaimanapun kita tetap mengambil

definisi atau arti penyidik menurut penjelasan Undang-undang

(Jupri, 2013).

Penyidik merupakan sebuah bentuk profesi. Profesi

merupakan arahan cita-cita pada diri inividu untuk melayani dan

Page 3: Riset STIFIn 1

3

memperoleh kompensasi, dapat berupa upah demi kepentingan

umum (Purwanto, 2007). Penyidik kepolisian memperoleh

kompensasi dari negara karena statusnya merupakan sebagai

pelayan masyarakat. Penyidik memiliki andil yang cukup besar

dalam menangani sebuah kasus hukum, baik perdata maupun

pidana. Proses penempatan seseorang menjadi penyidik di

sebuah institusi terkait sudah melalui tahapan dan seleksi yang

ketat, sehingga suatu kasus dapat terpecahkan siapa pelaku dan

apa motif di belakangnya. Sebagai sebuah profesi, tentu saja

memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah

lulusan Sekolah Hukum, lulus sebagai anggota kepolisian dan

memperoleh pendidikan yang berkaitan dengan kepenyidikan

serta lulus dalam tes psikologi dan diketahui dengan pasti

bagaimana profil kepribadiannya.

Kepribadian merupakan pola sifat dan karakteristik

tertentu, yang relatif permanen dan konsisten serta menunjukkan

individualitas pada perilaku seseorang. Sifat tersebutlah yang

merupakan faktor penyebab adanya perbedaan antar individu

dalam berperilaku, konsistensi perilaku dari waktu ke waktu, dan

stabilitas perilaku dalam berbagai situasi. Karakteristik sendiri

merupakan kualitas yang dimiliki oleh seseorang seperti halnya

temperamen, fisik dan kecerdasan (Feist & Feist, 2011)

Pengukuran mengenai kepribadian sendiri dapat dilakukan

dengan berbagai media. Pengukuran kepribadian lebih rumit

dibandingkan menyusun suatu konsep teori kepribadian itu

sendiri. Alat ukur yang bisa dipergunakan bisa berbentuk self-

report inventory, alat ukur minat, sikap dan nilai-nilai budaya,

serta teknik proyektif. Mengetahui kepribadian seseorang itu

Page 4: Riset STIFIn 1

4

memiliki makna yang sangat luas dalam konteks ranah

pengetahuan tentang manusia. Memahami kepribadian dapat

diartikan dapat memahami pula bagaimana, struktur, ide-ide dan

pola-pola manusia dalam berperilaku.

Penulis tertarik untuk meneliti profil kepribadian penyidik

berdasarkan teori kepribadian STIFIn. Teori ini dikembangkan

oleh Farid Poniman, seorang pakar Sumber Daya Manusia. Teori

STIFIn ini merupakan kompilasi dari teori Fungsi Dasar Carl

Gustav Jung, Triune Brain dan Ned Herrmann serta

pengamatannya terhadap ribuan individu yang telah mengikuti

sesi pelatihan di tempatnya bekerja. Hasil temuannya,

menunjukkan bahwa setiap manusia membawa potensi genetika

yang bersifat tunggal dan akan ditempa oleh lingkungannya

(Poniman& Mangussara, 2012).

Potensi kecerdasan itu disebut dengan Sensing, Thinking,

Intuiting, Feeling dan Instinct. Satu orang hanya memiliki satu

yang dominan. Tidak hanya menambahkan unsur Instinct saja,

tetapi dari penambahan itu diketahui pula hubungan kimiawi

segilima antar individu, penjelasan mengenai sifat superior-

inferior yang dimiliki oleh individu serta persamaan kuadran dan

diagonal sifat dari masing-masing individu. Pada awalnya,

Poniman menggunakan media skala psikologis untuk mengetahui

potensi genetik yang dibawa oleh setiap individu pada saat sesi

pelatihan yang diadakan oleh Kubik Consultancy. Dalam

pengembangannya, temuannya tersebut kemudian diintegrasikan

dengan media sidik jari yang keakuratannya telah mencapai lebih

dari 95% (Poniman& Mangussara, 2012).

Page 5: Riset STIFIn 1

5

Data yang diperoleh dari Poniman & Mangussara (2012),

menyebutkan hingga 12 Juni 2012, jumlah peserta tes yang

tercatat di server STIFIn Kantor Pusat mencapai angka 60.403

peserta. Lebih dari 95% peserta tes menyatakan bahwa mereka

merasa tes tersebut sangat sesuai dengan kondisi mereka. Pada

tahun 2011 dilakukan uji sampel terhadap 352, yang kemudian

dilakukan retes satu bulan berikutnya, hasilnya hanya ada 3

orang yang berubah.

Sidik jari merupakan suatu komposisi unik dari diri

individu. Dari sidik jari pulalah, penyidik mampu memperoleh

informasi-informasi mengenai pelaku kejahatan maupun korban

kejahatan. Keterkaitan sidik jari dengan bagian belahan otak

yang bekerja untuk diri manusia telah diteliti oleh pakar-pakar

biometrik dan neurosains. Sidik jari merupakan bagian tubuh

manusia yang membawa banyak informasi mengenai diri

manusia tersebut. Ilmu mengenai penggunaan sidik jari sebagai

media pemberi informasi mengenai seseorang disebut dengan

istilah dermatoglyphics. Ilmu ini seperti sebuah buku instruksi

alamiah yang menunjukkan bagaimana otak dapat bekerja

(Mischbah, 2010).

Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat korelasi

antara sidik jari dengan kinerja otak dan berkaitan pula dengan

perilaku manusia. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:

1. Association between Finger Patterns of Digit II and

Intelligence Quotient Level in Adolescents oleh Mostaf

Najafi (2009).

2. Quantitative Dermatoglyphic Analysis in Persons with

Superior Intelligence oleh M. Cezarik, dkk, (1996).

Page 6: Riset STIFIn 1

6

3. Application and Development of Palmprint Research

oleh Yunyu Zhou, dkk, (2001)

4. Analysis of dermatoglyphic signs for definition psychic

functional state of human's organism oleh Anatoly

Bikh,dkk .

5. Determining The Association Between

Dermatoglyphics And Schizophrenia By Using

Fingerprint Asymmetry Measures oleh Jen-Feng

Wang.

6. Quantifying the Dermatoglyphic Growth Patterns in

Children through Adolescence oleh J.K. Schneider,

Ph.D.

Pengungkapan kepribadian melalui media sidik jari

menjadi suatu tren dalam masyarakat di era 2010an dengan

beragam teori yang melatarbelakanginya, seperti Multiple

Intellegence atau teori belajar. Penulis tertarik untuk

membuktikan teori kepribadian STIFIn yang menunjukkan

bahwa profil seseorang yang berprofesi sebagai penyidik

kepolisian (spionase) adalah tipe Intuiting ekstrovert (Ie). Tipe

ini merujuk kepada indra keenam yang menjadi otak kreatif

sebagai pemimpin kinerja otak dalam memproses informasi.

Kecerdasan ini kemudian digerakkan dari luar diri seseorang ke

dalam dirinya, sehingga orang bertipe ini sangat terpengaruh oleh

kondisi lingkungan. Tipe Ie merupakan tipe yang memiliki

karakteristik sebagai penggarap terpola, penemu terkreatif,

pencari solusi terbaik, kapitalisator potensi, penjelajah konsep

terbaru, pendeteksi paling intuitif, assembler kreatif, pasangan

Page 7: Riset STIFIn 1

7

paling romantik, penyelaras sistemik, dan perangkai masalah

tercepat.

Dari paparan di atas, penulis memiliki dugaan sementara

bahwa para penyidik kepolisian memiliki jenis kepribadian

Intuiting ekstrovert. Untuk itu, penulis mengadakan penelitian

awal kepada penyidik kepolisian di Polresta Surakarta. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah profil

kepribadian penyidik adalah tipe Intuiting ekstrovert dan untuk

mendeskripsikan profil kepribadian penyidik. Harapannya, hasil

penelitian ini bermanfaat untuk dapat memberikan gambaraan

pemetaan potensi terkait dengan profesi kinerja penyidik.

METODE PENGUMUPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan STIFIn

fingerprint analysis, wawancara dan tes wartegg sebagai

pembanding. Penulis menggunakan metode ini karena kesulitan

untuk mengumpulkan sampel dalam waktu yang lama, jika

mengisi kuesioner. Pengumpulan data dilakukan hari Sabtu,

tanggal 22 Februari 2013 dengan incidental sampling, karena di

hari tersebut adalah hari libur. Penulis membatasi hingga lima

orang sampel karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Di

Polresta Surakarta sendiri terdiri dari unit tindak pidana korupsi,

unit tindak pidana tertentu, unit kejahatan perbankan, unit tindak

pidana umum, unit tindak pidana narkoba. Penulis menemui unit

tindak pidana korupsi sejumlah dua orang anggota unit, satu

orang kepala unit dan satu orang kepala satuan. Tiga orang di

antaranya dapat diberikan tes Wartegg dan dapat diwawancarai.

Page 8: Riset STIFIn 1

8

HASIL TEMUAN

Proses pengambilan data dengan menggunakan alat

fingerprint, dengan mengambil sepuluh sidik jari secara

berurutan. Data kemudian dikirim ke server pusat kantor STIFIn

di Jakarta untuk diolah. Hasil dari analisis sidik jari dengan

media STIFIn Fingerprint sebagai berikut:

No. Nama (Inisial

)

Usia Instansi Tipe kepribadian

1. AR 27 th Reskrim Polresta

Fi

2. D 52 th Reskrim Polresta

Fi

3. AT 38 th Reskrim Polresta

Ti

4. RH 35 th Reskrim Polresta

Ii

5. S 41 th Reskrim Polresta

Se

Fi merupakan akronim dari tipe Feeling introvert.

Kepribadian jenis ini adalah kepribadian libido. Hasrat dan

nafsunya selalu bergelora. Meskipun libidonya tinggi, namun di

sebalik itu mereka ingin dimanja dan diperhatikan. Ia adalah

orang yang halus dan lembut, namun terkadang menyengat;

pemimpin yang berkharisma, namun kebiasaan buruknya mudah

tersinggung; penolong, namun menghitung balas budi;

komunikator yang mempengaruhi orang lain, namun komitmen

terhadap ajarannya lemah; mampu berempati, namun terkadang

lamban beraksi (Poniman & Mangussara, 2012).

Page 9: Riset STIFIn 1

9

Karakteristiknya secara spesifik adalah seorang figur

berpengaruh, paling terpanggil memimpin, pemberi semangat,

sisik berkharisma, komunikator persuasif, pekerti terhalus,

pengarah paling bijaksana, pecinta terdalam, atasan paling

manusiawi, pengayom terhebat. Dua dari lima sampel memiliki

jenis kepribadian ini, yaitu AR dan D. Hasil wawancara dengan

D, mengaku bahwasanya saat ia mengambil keputusan-

keputusan, selalu berdasarkan kepada perasaannya, apakah nanti

akan berdampak buruk atau menjadi lebih baik bagi pelaku atau

bawahannya. D cukup berwibawa saat menajdi atasan, namun ia

menjadi seperti seorang sahabat jika di luar jam kerja. Hasil tes

Wartegg D menunjukkan tingkat kecemasan yang cukup tinggi.

D merasa saat ini dirinya sedang menutup diri dari lingkungan

sosial, termasuk jarang berkomunikasi dengan keluarga.

Meskipun demikian, ia menunjukkan kecintaan kepada bunga,

sebagai simbol dari sifat “pecinta terdalam”.

Profil berikutnya adalah tipe Ti, yaitu Thinking introvert

yang dimiliki oleh AT. Kepribadian jenis ini dipenuhi dengan

logika. Apa-apa dilogikakan. Tetapi anehnya makhluk yang

paling logis ini secara tanpa sadar jika sudah sampai pada titik

tidak mampu menjangkau logikanya mereka malah kemudian

bergantung pada faktor x, mengharapkan sejenis keberuntungan.

Di balik kemandiriannya,ia menyimpan rahasia dan ‘masking’;

sebenarnya ia agresif tapi ingin diladeni; mengadili secara hitam-

putih namun mudah diprovokasi; jeli dan objektif namun

terkadang gagal menangkap kontekstualitas gambar besarnya;

menjadi mesin profit yang mahir namun sering terjebak oleh hal-

hal sepele (Poniman & Mangussara, 2012).

Page 10: Riset STIFIn 1

10

Karakteristik spesifik dari seorang bertipe Ti ini adalah

pekerja tercerdas, pengamat super jeli, pemikir paling tajam,

sosok paling mandiri, pengambil resiko terkecil, prinsip

terkukuh, pengelola terbaik, konsultan low profile, mesin laba

tercanggih dan konsentrasi terlama. Di hasil wawancara, AT

mengaku bahwa dirinya memang sedikit kaku saat bekerja, selalu

tepat waktu, dan selalu mencari pemecahan yang logis. Berdasar

penuturan S, AT adalah tipe orang yang pandai memecahkan

kasus-kasus pencurian, ia pandai menghubung-hubungkan suatu

peristiwa dengan logika-logika kejadian tertentu. Dari hasil tes

Wartegg menunjukkan bahwa AT bekerja cukup sistematis tapi

kurang fleksibel. Ia cukup kaku namun tegas saat menghadapi

suatu persoalan.

Tipe berikutnya yang ditemukan adalah Ii, yaitu Intuiting

introvert. Tipe ini dimiliki oleh RH. RH memiliki kepribadian

yang selalu mempersepsi keadaan secara positif. Meskipun

demikian, anehnya, mereka seperti memiliki mesin ‘time tunnel’

yang seolah-olah ketika mereka mau pergi tinggal pencet tombol,

sesuatu yang berlawanan dengan positivismenya. Ia orang yang

menyenangkan sebagai mitra bisnis, namun tidak suka

membicarakan persoalan pribadi; percaya diri sangat tinggi

sehingga seolah memacu ‘mesin’nya dengan cepat seolah tanpa

rem; atraktif dan estetik namun terkadang melewati jamannya;

meski mahir membuat konsep dan menguasai pekerjaan hilirnya,

ia menjadi masa bodo dengan lingkungannya; terbuka dengan

perbedaan pendapat namun tetap keras kepala dengan

keyakinannya (Poniman & Mangussara, 2012).

Page 11: Riset STIFIn 1

11

Karakteristik yang spesifik dimiliki oleh RH adalah

kepahlawanan yang paling sempurna, pengejar kualitas,

pelaksana berkelas, spesialis, perumus intisari, konseptual dalam

menangani, mitra paling mempesona, pembuat keindahan,

penantang tanpa rem dan pencari mutu terbaik. Menurut D, RH

adalah orang yang sangat cerdas, IPK saat kuliah magister

mencapai sempurna. Konsep-konsep kerjanya cukup memukau

bagi orang-orang di sekitarnya.

Tipe terakhir dari sampel terakhir adalah Se, yaitu Sensing

ekstrovert. Tipe ini dimiliki oleh S. Kepribadian ini seperti

berkelamin ganda. Terkadang kokoh seperti laki-laki dan pada

saat tertentu sangat manja seperti perempuan; eksposure

petualangannya luas namun internalisasi kedewasaan lambat;

seperti pemberani padahal sebenarnya kerdil; menjadi

pendamping yang mudah disenangkan namun tidak mudah dibuat

jatuh cinta; pembawaan terkesan lambut padahal suaranya sering

melengking; susah memulai kerja tetapi jika sudah mulai kerja

determinasinya kuat;dermawan tapi borors sebagai penikmat;

mengharapkan kepastian, tetapi cepat merasa tersudut dan

kemudian kabur (Poniman & Mangussara, 2012).

Karakteristik spesifik lain yang dimiliki oleh S adalah

pelaksana terpraktis, penindaklanjut teringkas, stamina terkuat,

diesel terstabil, loyalis penyabar, penangkap kesempatan, pemilik

dermawan, pengingat terbaik, pekerja super tangguh,

pendamping paling setia. Menurut D, S adalah orang yang siap

sedia jika diberi pekerjaan. Ia akan bekerja sendirian jika yang

lain yang diajak terlalu lama memberi respon. Ia orang yang

paling taat aturan dan setia di unitnya. Berdasar hasi tes Wartegg,

Page 12: Riset STIFIn 1

12

S memiliki motivasi yang cukup tinggi, kerjanya sistematis dan

mekanis. S terlihat menguasai bidang kerjanya. Ia juga mengaku

membutuhkan instruksi saat mengerjakan suatu kasus.

Berdasar penuturan S, saat bekerja unitnya dituntut untuk

dapat memecahkan paling tidak tiga hingga lima kasus dalam

setahun. Kerja sama antar anggota unit dapat membantunya

untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Rata-rata anggota

unitnya dapat memecahkan dua hingga tiga kasus. Unit Reserse

Kriminal akan menindaklanjuti kasus-kasus yang terlaporkan,

atau tidak terlaporkan tetapi memiliki petunjuk. Akan lebih

mudah bagi S untuk mengerjakan kasus yang memiliki satu atau

dua petunjuk.

SIMPULAN

Dari lima sampel yang diambil, profil yang sesuai untuk

profesi penyidik adalah tipe Intuiting introvert yang dimiliki oleh

RH. Secara alamiah, RH bekerja berdasarkan intuisinya,

sehingga menghasilkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih

besar daripada tipe yang lain. Tipe ini akan selalu memberikan

petunjuk jalan keluar untuk setiap persoalan berdasar sistem

mekanisme kerja otaknya. Meskipun demikian, hasil penelitian

ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan stimulus yang tepat

bagi masing-masing tipe kepribadian untuk dapat

memaksimalkan potensinya saat menangani sebuah kasus.

Penelitian ini masih banyak kekurangan, yaitu belum diambilnya

data kuesioner STIFIn terhadap lima sampel, belum diberikannya

Page 13: Riset STIFIn 1

13

tes Wartegg kepada dua orang sampel, dan belum

diwawancarainya dua orang sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiat, H. & Marliana, R. (2011). Psikologi Hukum. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Bikh, A. , dkk. (tanpa tahun). Analysis of dermatoglyphic signs for definition psychic functional state of human's organism. Diunduh darihttp://www.foibg.com/ibs_isc/ibs-07/IBS-07-p06.pdf

Cezarik, M, dkk (1996). Quantitative Dermatoglyphic Analysis in Persons with Superior Intelligence. Diunduh dari http://www.collantropol.hr/_doc/Coll.%20Antropol.%2020%20%281996%29%202:%20413-418.pdf

Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Jupri. (2013). Penyidik dan Penyidikan. Diunduh dari http://www.negarahukum.com/hukum/penyidik-dan-penyidikan.html

Misbach, I.H. (2010). Dahsyatnya Sidik Jari: Menguak Bakat dan Potensi untuk Merancang Masa Depan melalui Fingerprint Analysis. Jakarta: Visimedia Pustaka.

Najafi, M., MD. (2009). Association between Finger Patterns of Digit II and Intelligence Quotient Level in Adolescents. Department of Psychiatry, Shahrekord University of Medical Sciences, Shahrekord, IR Iran. Diundur dari http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/14053.pdf

Page 14: Riset STIFIn 1

14

Poniman, F. & Mangussara, R.A. (2012). STIFIn Personality: Mengenal Kecerdasan dan Rumus Sukses. Jakarta: STIFIn Institute.

Purwanto, Y. (2007). Etika Profesi, Psikologi Profetik. Bandung: Refika Aditama.

Scheineider., J.K. (2010). Quantifying the Dermatoglyphic Growth Patterns in Children through Adolescence. Diunduh darihttp://www.ncjrs.gov/pdffiles1/nij/grants/232746.pdf

Sutra, D. (2012). Fungsi Kepolisian sebagai Penyidik Utama (Studi Identifikasi Sidik Jari dalam kasus Pidana). Diakses dari http://jurisprudence-journal.org/2012/07/fungsi-kepolisian-sebagai-penyidik-utama-studi-identifikasi-sidik-jari-dalam-kasus-pidana/

Wang, J.F. , dkk. (2008). Determining The Association Between Dermatoglyphics And Schizophrenia By Using Fingerprint Asymmetry Measures. Diunduh dari http://www.eng.mu.edu/nagurka/Wang_Determining%20the%20Association_IJPRAI2203_P601.pdf

Zhou, Y. (2001). Application and Development of Palmprint Research. Diunduh dari http://ai.pku.edu.cn/aiwebsite/research.files/collected%20papers%20-%20palmprint/Application%20and%20development%20of%20palm%20print%20research.pdf

Page 15: Riset STIFIn 1

15