riset keuangan
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat
di antara para pelaku usaha. Hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan yang
keluar-masuk pasar. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menjadi yang
terbaik di bidangnya. Perusahaan dituntut untuk dapat mengembangkan dan
meningkatkan kinerjanya, dengan cara meningkatkan profitabilitas dan nilai
perusahaannya. Dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan perlu mengelola
sumber daya yang dimilikinya se-efisien mungkin. Sumber daya yang dimiliki
perusahaan dapat meliputi, modal, tenaga kerja, mesin-peralatan, dan sebagainya.
Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan seringkali menemukan banyak
hambatan, salah satunya ialah mengelola modal kerja yang tersedia menjadi
optimal.
Modal kerja adalah dana yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah buruh, pembayaran utang, dan pembayaran lainnya (Sutrisno,
2009:39). Jadi, dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan jumlah
keseluruhan aktiva lancar, yang meliputi kas atau bank, surat berharga, piutang
dagang, dan persediaan, yang digunakan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
2
operasional perusahaan, serta digunakan untuk melunasi utang lancarnya, di mana
tingkat perputarannya tidak lebih dari satu tahun.
Modal kerja perusahaan harus dikelola seoptimal mungkin. Pengelolaan
modal kerja yang tepat, dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Sedangkan
pengelolaan modal kerja yang tidak tepat, dapat menghambat proses produksi dan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Indikator adanya pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya
efisiensi pengelolaan modal kerja (Husnan, 2007). Efisiensi pengelolaan modal
kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), yang di
dalamnya terkandung komponen kas, piutang, persediaan, dan utang lancar.
Perputaran modal kerja dimulai saat kas pertama kali diinvestasikan dalam
komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Semakin tinggi
perputaran modal kerja, semakin optimal pula pengelolaan modal kerjanya,
sehingga profitabilitas perusahaan juga meningkat.
Dilihat dari sumber permodalannya, perusahaan di Indonesia dapat
dibedakan menjadi perusahaan tertutup (private company) dan perusahaan terbuka
(go public company). Private company mendapatkan tambahan modal dari
pemiliknya, yaitu pemilik individual. Berbeda halnya dengan go public company,
perusahaan ini mendapatkan tambahan modal dari hasil penjualan sahamnya
kepada publik, dan dari laba ditahan. Oleh sebab itu, modal yang dimiliki oleh go
public company pada umumnya relatif lebih besar dibandingkan private company.
Berdasarkan pemaparan di atas, muncul suatu pertanyaan, apakah dengan
semakin banyaknya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh go public company,
3
menyebabkan pengelolaan modal kerjanya pun menjadi lebih optimal
dibandingkan private company? Dapat kita lihat, perusahaan-perusahaan terbaik
di Indonesia memang pada umumnya merupakan perusahaan yang telah go public,
seperti PT. Astra International Tbk., PT. Unilever Indonesia Tbk., dan PT. Bank
Central Asia Tbk.
Berdasarkan pengelolaan modal kerjanya, meskipun perusahaan-
perusahaan terbaik di bidangnya merupakan perusahaan yang go publik, tidak
menutup kemungkinan bahwa private company dapat lebih optimal mengelola
modal kerjanya, sehingga menghasilkan laba yang optimal pula dibandingkan
dengan go public company. Adanya pandangan tersebut menimbulkan suatu gap,
oleh sebab itu penulis akan melakukan penelitian mengenai perbandingan efisiensi
pengelolaan modal kerja yang dilakukan oleh go public food and beverages
company versus private food and beverages company, terkait dengan
profitabilitas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dibentuk
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengelolaan modal kerja pada go public food and beverages company
lebih optimal dibandingkan private food and beverages company?
2. Berdasarkan pengelolaan modal kerjanya, apakah go public food and
beverages company dapat menghasilkan laba yang lebih optimal
dibandingkan private food and beverages company?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan optimalisasi pengelolaan modal kerja pada
food and beverages go public company dan private company.
2. Mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pengelolaan modal kerja
terhadap profitabilitas food and beverages go public company dan private
company.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan di atas, adapun manfaat dari
penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademik:
a. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terkait tentang
pengelolaan modal kerja.
b. Memberikan informasi dan gambaran riil kepada mahasiswa mengenai
pengelolaan modal kerja perusahaan terbuka dan tertutup.
2. Manfaat Praktik:
a. Sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan yang merupakan obyek
penelitian ini, khususnya dalam mengelola modal kerja se-efisien
mungkin, agar dapat menghasilkan laba yang optimal.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan dan pengambilan
keputusan, mengenai pengelolaan modal kerja.
5
c. Memberikan informasi dan gambaran riil kepada masyarakat umum
mengenai pengelolaan modal kerja perusahaan terbuka dan tertutup.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima
bab, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang penelitian terdahulu, uraian teori yang berkaitan
dengan penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang desain penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, pengukuran variabel, alat dan
metode pengumpulan data, populasi, sampel, dan teknik pengambilan
sampel, dan teknik analisis data.
BAB 4 ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian analisis data yang diteliti serta hasil dari
penelitian.
BAB 5 PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang bertema tentang efisiensi pengelolaan modal kerja ini,
mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Adapun 3 penelitian terdahulu yang
digunakan ialah sebagai berikut. Penelitian pertama dilakukan oleh Kulkanya
Napompech (2012), dengan judul Effect of Working Capital Management on the
Profitability of Thai Listed Firms, hasil penelitiannya ialah bahwa profitabilitas
perusahaan yang berada di Thailand (yang diproxy-kan dengan laba kotor), dapat
dipengaruhi oleh periode perputaran persediaan, periode perputaran piutang,
periode pembayaran utang, periode keterikatan dana pada modal kerja, serta
ukuran perusahaan.
Penelitian kedua dilakukan oleh Melita, Maria, dan Petros (2010), dengan
judul The Effect of Working Capital ManagementOn Firm’s Profitability:
Empirical Evidence From An Emerging Market, hasil penelitiannya ialah bahwa
profitabilitas perusahaan (yang diproxy-kan dengan ROA), dapat dipengaruhi oleh
periode perputaran persediaan, periode perputaran piutang, periode pembayaran
utang, periode keterikatan dana pada modal kerja, serta pertumbuhan penjualan,
namun dalam penelitian ini ukuran perusahaan tidak mempengaruhi tingkat
profitabilitas.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dikti Kusmeidi Ruwindas (2011),
dengan judul Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi
7
Kasus pada CV Dandy Handycraft Tasikmalaya), hasil penelitiannya ialah bahwa
profitabilitas perusahaan (yang diproxy-kan dengan laba sebelum pajak), dapat
dipengaruhi oleh pengelolaan modal kerjanya.
Berdasarkan dari ketiga hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan modal kerja dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan,
baik perusahaan yang sudah go publik maupun perusahaan tertutup. Hanya saja,
besarnya pengaruh tersebut, sangat ditentukan oleh pengelolaan modal kerja
masing-masing perusahaan. Adapun penelitian terdahulu dan penelitian sekarang
memiliki persamaan dan perbedaan.
Tabel 2.1 Perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
Keteranga
nPenelitian terdahulu
Penelitian
sekarang
Nama Kulkanya
(2012)
Melita, dkk
(2010)
Dikti
(2011)
Dessy Natalia
(2013)
Rasio Profitabilitas Profitabilitas Profitabilitas Profitabilitas
Objek Semua industri
yang terdaftar
di Bursa Efek
Thailand
Semua industri
yang terdaftar
di Bursa Efek
Cyprus
CV Dandy
Handycraft
Tasikmalaya
Perusahaan
food and
beverages
tertutup dan
terbuka
Sampel 255 430 1 10
Periode 2007-2009 1998-2007 2003-2010 2007-2012
Sumber: Kulkanya (2012), Melita dkk (2010) dan Dikti (2011)
8
2.2 Landasan Teori
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan
dengan penelitian. Teori tersebut meliputi laporan keuangan, rasio keuangan, dan
modal kerja.
2.2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan perusahaan terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas atau laporan
arus dana (Wikipedia, 2013). Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah neraca dan laporan laba rugi.
1. Neraca
Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan
posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban
dan ekuitas pada saat tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan yang
menyajikan sumber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-
kewajibannya atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam
perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus disusun
secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi
keuangan perusahaan. Oleh karena itu neraca tepatnya dinamakan statements of
financial position, karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan pada
suatu saat tertentu maka neraca merupakan status report bukan merupakan flow
report.
9
2. Laporan laba-rugi
Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan
yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu
perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang
susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang
umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha
pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau jasa) diikuti dengan
harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
b. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari
beban penjualan dan beban umum/administrasi (operating expenses).
c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok
perusahaan, yang diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha
pokok perusahaan (non operating/financial income and expenses).
d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary
gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak
pendapatan.
2.2.2 Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2007:65), analisis rasio keuangan adalah suatu metode
analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau
laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Menurut Weston dan Brigham (2001:138), rasio keuangan meliputi rasio
likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, pertumbuhan, dan evaluasi.
10
Penelitian ini, hanya menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas
ini diindikasikan melalui Gross Profit Margin, yang berguna untuk mengetahui
keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin
sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan
meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya.
Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau
biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi
secara efisien.
2.2.3 Modal Kerja
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari
selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya
digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah,
membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk
membiayai operasi perusahaan. Uang yang telah dikeluarkan diharapkan dapat
kembali masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek dari hasil penjualan
produksinya. Uang yang masuk tersebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai
operasi selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan terus-menerus berputar
setiap periodenya selama perusahaan masih berjalan.
Pengertian Modal Kerja
Menurut Munawir (2007:114-116) ada 3 konsep pengertian modal kerja:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai kebutuhan operasional yang
11
bersifat rutin atau menunjukkkan sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan
operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah
jumlah aktiva lancar (gross working capital).
Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah
modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun
hutang jangka pendek, sehingga dengan modal yang besar tidak mencerminkan
margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja
yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan
datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka
waktu pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari
pinjaman jangka panjang maupun jumlah aktiva lancar dari para pemilik
perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya jumlah
aktiva lancar yang lebih besar daripada jumlah hutang lancarnya (hutang jangka
pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi
para kreditur jangka pendek, serta menjamin aktiva lancarnya.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada dasarnya
dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk
menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang akan
12
digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang.
Misalnya: Bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap
lainnya.
Dari aktiva tetap tersebut yang menjadi bagian dari modal kerja tahun ini
adalah sebesar penyusutan (depresiasi) aktiva-aktiva tersebut. Untuk tahun ini
sebagian aktiva lancar sebagian besar merupakan unsur modal kerja, walaupun
seluruhnya, ada sebagian aktiva lancar yang bukan merupakan modal kerja
misalnya dalam piutang dagang yang timbul dari penjualan barang dagangan
secara kredit. Dalam piutang tersebut, terdiri dari dua unsur, yaitu harga pokok
barang yang dijual dan laba yang didapat dari penjualan barang tersebut. Harga
pokok dari barang yang dijual tersebut merupakan unsur modal kerja.
Jenis Modal Kerja
Jenis modal kerja menurut Riyanto (2010:61) digolongkan menjadi 2 yaitu
modal kerja permanen dan modal kerja variabel.
1. Modal kerja permanen ialah modal kerja yang harus tetap ada pada
perusahaan untuk menjalankan fungsinya secara terus menerus untuk kelancaran
usaha. Modal kerja permanen terdiri dari 2 modal kerja yaitu:
a. Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus tersedia
pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha atau operasinya.
b. Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk
menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2. Modal kerja variabel ialah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi 3 yaitu:
13
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang
besarnya berubah-ubah (tidak tentu) karena adanya keadaan darurat yang
tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
Pentingnya Modal Kerja
Lebih dari separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar.
Sebagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar
memerlukan perhatian yang besar dan saksama dari manager keuangan. Karena
bagaimanapun aktiva lancar mempunyai pengaruh yang besar dalam menjalankan
bisnis.
Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai
pengeluaran-pengeluaran operasi sehari-hari, karena dengan modal kerja yang
cukup akan menguntungkan bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan
juga akan memberikan beberapa keuntungan lain. Menurut Munawir, dalam
bukunya Analisa Laporan Keuangan (2007:116-117), pentingnya modal kerja
ialah sebagai berikut:
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari
aktiva lancar.
14
2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat
pada waktunya.
3. Menjamin dimilikinya kredit perusahaan semakin besar dan memungkinkan
bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan
yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani para konsumennya.
5. Memungkinkan bagi para pengusaha untuk memberi syarat kredit yang lebih
menguntungkan bagi para pelanggannya.
6. Memungkinkan bagi para perusahaan untuk dapat beropersi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa
yang dibutuhkan.
Sumber Modal Kerja
Kebutuhan modal kerja akan terus meningkat seiring dengan
perkembangan usaha perusahaan. Sumber modal kerja dapat bersal dari dalam
perusahaan maupun dari luar perusahaan. Menurut Munawir (2007:120), pada
umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:
1. Hasil operasi perusahaan.
Jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugilaba
ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah
modal kerja yang bersasal dari operasi perusahaan.
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).
15
Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah
satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan
keuntungan bagi perusahaan.
3. Penjualan aktiva tidak lancar.
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva
tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang sudah tidak
diperlukan lagi oleh perusahaan.
4. Penjualan saham atau obligasi.
Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat
mengadakan emisi saham baru atau adanya penambahan modal oleh pemilik
perusahaan, di samping itu perusahaan juga dapat mengeluarkan obligasi.
Penggunaan Modal Kerja
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan
bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan,
tapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau
turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan.
Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja
(Munawir 2007:125) adalah sebagai berikut :
1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan meliputi
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, dan supplies
kantor.
16
2. Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan karena adanya penjualan surat
berharga atau efek maupun kerugian insidentil lainnya.
3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan
tertentu dalam jangka panjang misalnya dana obligasi, dana pensiun pegawai,
dan dana ekspansi.
4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang
atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva
lancar atau timbulnya utang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
5. Pembayaran utang-utang jangka panjang yang meliputi utang hipotik, utang
obligasi serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang
beredar atau adanya penurunan utang jangka panjang.
6. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan
oleh pemilik perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya
pembayaran deviden dalam perseroan terbatas.
Di samping itu terdapat pemakaian modal kerja atau aktiva lancar yang
tidak merubah jumlah modal kerja maupun jumlah aktiva itu sendiri yaitu
pemakaian modal kerja yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan
berubahnya bentuk aktiva lancar misalnya:
1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai.
2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
3. Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya, misalnya dari
piutang dagang menjadi piutang wesel.
17
Efisiensi Modal Kerja
Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat
penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan (Hanafi,
2005: 125). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan
menyebabkan buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan
perusahaan dapat terhambat atau terhenti sama sekali. Adanya kelebihan modal
kerja dalam perusahaan dapat disebabkan oleh:
1. Pengeluaran obligasi/saham dalam jumlah yang lebih dari yang diperlukan.
2. Penjualan aktiva tak lancar yang tak diganti.
3. Terjadinya laba operasi yang tidak digunakan untuk pembayaran dividen,
untuk pembelian aktiva tetap atau untuk tujuan lain yang serupa.
4. Konversi atau perubahan aktiva tetap ke dalam modal kerja. Konversi
perubahan bentuk yang tak disertai dengan penggantian dari aktiva tetap ke
dalam modal kerja dengan jalan proses depresiasi, deplesi dan amortisasi.
5. Karena akumulasi atau penimbunan sementara dari berbagai dana yang
disediakan untuk investasi-investasi dan sebagainya.
Sedangkan terjadinya kekurangan modal kerja menurut Wijaya (1995: 93-
96) dapat disebabkan oleh :
1. Karena kerugian usaha.
2. Adanya kerugian luar biasa (Extraordinary Losses).
3. Kebijakan dividen yang kurang baik.
4. Penggunaan modal kerja untuk memperoleh aktiva tak lancar.
5. Kenaikan tingkat harga umum
18
Indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal
kerja yang dilihat dari perputaran modal kerja (Husnan, 1997:98) yang dimulai
dari aset kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali
menjadi kas. Makin pendek periode perputarannya, makin cepat perputarannya
sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisiens
yang pada akhirnya rentabilitas semakin tinggi.
Pengukuran Efisiensi Modal Kerja
Untuk mengukur efisiensi modal kerja dapat diukur dari kebutuhan modal
kerja perusahaan. Besarnya modal kerja suatu perusahaan ditentukan dengan 2
metode, yaitu: (Sutrisno 2012:45)
1. Metode Keterikatan Dana
Pada metode ini terdapat dua faktor, yakni periode terikatnya modal kerja dan
proyeksi kebutuhan kas rata-rata per hari. Periode terikatnya modal kerja adalah
jangka waktu yang diperlukan mulai kas ditanamkan ke dalam elemen-elemen
modal kerja sampai menjadi kas lagi. Semakin lama periode terikatnya modal
kerja akan semakin memperbesar jumlah kebutuhan modal kerja, demikian
sebaliknya bila periode terikatnya modal kerja semakin kecil kebutuhan modal
kerja juga semakin kecil.
Sedangkan pengeluaran kas per hari, merupakan pengeluaran kas rata-rata
setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan baku, bahan penolong,
pembayaran upah dan pembayaran biaya pemasaran.
19
2. Metode Perputaran Modal Kerja
Dengan metode ini besarnya modal kerja ditentukan dengan cara menghitung
perputaran elemen pembentuk modal kerja seperti perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir untuk penelitian mengenai perbandingan efisiensi
pengelolaan modal kerja pada go public company dan private company terkait
dengan profitabilitas, dapat digambarkan sebagai berikut.
Efisiensi Modal Kerja
Perputaran kas
Perputaran persediaan Perputaran piutang
Perputaran utang
Perputaran Modal Kerja
Profitabilitas
20
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya adalah untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai hubungan antara fenomena yang diuji, di
mana dalam hal ini penelitian akan menggambarkan efisiensi pengelolaan modal
pada perusahaan food and beverages yang tertutup maupun terbuka, serta
mengetahui besarnya keterkaitan antara efisiensi pengelolaan modal kerja
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang dapat dihasilkan.
3.2 Identifikasi Variabel
Penelitian ini menggunakan enam variabel, yang meliputi: (1) perputaran
kas, (2) perputaran persediaan, (3) perputaran piutang, (4) perputaran utang
dagang, (5) perputaran modal kerja, (6) marjin laba kotor (gross profit margin).
3.3 Definisi Operasional
Bagian ini menjelaskan tentang definisi operasional dari variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Perputaran Kas
Perputaran kas (cash turnover) adalah berapa kali perusahaan telah memutar
kas selama periode pelaporan, yang dihitung dari omset tunai berdasarkan
21
pendapatan perusahaan dibagi saldo kas rata-rata selama periode tersebut.
Perputaran kas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki siklus kas
yang cepat (Kamus bisnis, 2013).
Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi
tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang rebih
kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti
behwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang
sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang
menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya. sebaliknya kalau
perusahaan ingin meningkatkan profitabilitasnya akan berusaha agar semua
persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja.
2. Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar
selama satu periode tertentu, tingkat perputaran persediaan ini dihitung dengan
membagi penjualan dengan persediaan rata-rata. Besarnya tingkat perputaran
persediaan tergantung pada sifat barang, letak perusahaan dan jenis perusahaan.
Tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat disebabkan over investment
dalam persediaan. Sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang tinggi
menunjukkan dana yang diinvestasikan pada persediaan efektif menghasilkan
laba. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang lebih tinggi
menunjukkan suatu keadaan yang baik (Ilmu-ekonomi, 2013).
3. Perputaran Piutang
22
Perputaran piutang (accounts receivable turnover) adalah rasio penjualan
kredit bersih dengan piutang usaha rata-rata. Ini adalah ukuran seberapa cepat
pelanggan membayar tagihan mereka. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang
berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih
menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang
rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang
tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar.
4. Perputaran Utang Dagang
Utang dagang merupakan utang yang timbul karena kegiatan biasa bisnis, saat
perusahaan membeli dari pemasoknya, yang mengijinkan perusahaan untuk
membayar setelah pengantaran barang atau jasa tersebut (Keown, 2000:651).
Utang dagang merupakan salah satu sumber pendanaan perusahaan jangka
pendek. Perputaran utang dagang dapat diukur dengan membagi harga pokok
penjualan dengan rata-rata utang dagang. Semakin kecil perputaran utang dagang
perusahaan, semakin baik.
5. Perputaran Modal Kerja
Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan rasio antara total
penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut (working capital
turnover). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan
dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah
rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir 2007:80).
6. Marjin Laba Kotor (gross profit margin)
23
Marjin laba kotor adalah perbedaan antara biaya marjinal dan pendapatan
penjualan, dihitung dengan laba kotor dibagi dengan penjualan bersih, dan
dinyatakan dalam persentase (Kamus bisnis, 2013). Rasio gross profit margin
mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah
penjualan, atau bila rasio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan
menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih.
Data gross profit margin ratio dari beberapa periode akan dapat memberikan
informasi tentang kecenderungan gross profit margin ratio yang diperoleh dan
bila dibandingkan standar rasio akan diketahui apakah marjin yang diperoleh
perusahaan sudah tinggi atau sebaliknya (Munawir, 2001:99).
3.4 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer, maupun data sekunder. Data
primer meliputi data mengenai gambaran umum perusahaan tertutup serta laporan
keuangan, yang didapatkan melalui survei perusahaan dan wawancara dengan
pihak manajemen perusahaan terkait. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi
data mengenai gambarau umum perusahaan terbuka beserta laporan keuangannya,
yang didapatkan dari Bursa Efek Indonesia melalui situs resminya, yaitu
www.idx.co.id dan dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian berupa survei
perusahaan dan wawancara dari pihak manajemen perusahaan tertutup, guna
24
mendapatkan informasi berupa gambaran umum perusahaan beserta laporan
keuangannya, serta menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan cara
mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan
keuangan perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan ICMD serta
dari berbagai buku pendukung, dan literatur lainnya.
3.6 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2008:115). Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages tertutup dan terbuka
yang terdaftar di BEI.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono 2008:116). Sampel dalam penelitian ini adalah lima
perusahaan food and beverages yang terbuka, dan lima perusahaan food and
beverages yang tertutup. Adapun daftar perusahaan food and beverages yang
terbuka dan tertutup, ialah sebagai berikut.
No.
Perusahaan Tertutup Perusahaan Terbuka
1 PT. Tirta Bahagia PT. Akhasa Wira International Tbk.
2 PT. Sinar Sosro PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk.
3 PT. Manohara Asri PT. Mayora Indah Tbk.
4 PT. Garudafood PT. Siantar Top Tbk.
25
5 PT. Wings Food PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang digunakan adalah
probability sampling dengan cara simple random sampling. Menurut Sugiyono
(2008:118), probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Simple Random Sampling merupakan pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu.
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini akan menganalisis efisiensi pengelolaan modal kerja, yang
diukur melalui perputaran kas, piutang, persediaan, utang dagang, dan perputaran
modal kerja. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis rasio profitabilitas, yang
diukur melalui Marjin laba kotor (gross profit margin). Guna mengetahui
besarnya pengaruh efisiensi pengelolaan modal kerja terhadap profitabilitas
perusahaan, hasil dari efisiensi pengelolaan modal kerja diregresikan dengan rasio
profitabilitas (marjin laba kotor).
3.7.1 Analisis Efisiensi Pengelolaan Modal Kerja
Untuk menganalisis efisiensi modal kerja menggunakan metode
perputaran modal kerja. Dengan metode ini besarnya modal kerja ditentukan
dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja
seperti perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran
26
utang (Sutrisno 2012:47). Langkah-langkah dalam menentukan efisiensi
pengelolaan modal kerja, ialah sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata aktiva lancar dan utang lancar yang digunakan sebagai
unsur modal kerja.
2. Menghitung perputaran unsur-unsur modal kerja
Perputaran unsur-unsur modal kerja di atas, dihitung dengan menggunakan
metode perputaran (turnover), sebagai berikut:
Rata-rata kas = Kas awal tahun+kas akhir tahun periode
2
Rata-rata piutang = Piutang awal tahun+ piutang akhir tahun periode
2
Rata-rata persediaan = Persediaan awal tahun+ persediaan akhir tahun
2
Rata-rata utang dagang = utangawal tahun+utang akhir tahun periode
2
Perputaran Kas = Penjualan
Rata−rata kas = .... kali
Perputaran Piutang = Penjualan
Rata−rata piutang = .... kali
Perputaran Persediaan = HPP
Rata−rata persediaan = .... kali
Perputaran Utang = HPP
Rata−rata utang = .... kali
27
3. Menghitung periode keterikatan dana pada masing-masing unsur modal kerja
Periode keterikatan dana pada masing-masing unsur modal kerja, dihitung
dengan tujuan untuk mengetahui periode keterikatan dana pada modal kerja
perusahaan.
4. Menghitung periode keterikatan dana pada modal kerja
Periode keterikatan dana pada modal kerja, dihitung untuk mengetahui
perputaran modal kerja perusahaan.
5. Menghitung perputaran modal kerja
Perputaran modal kerja merupakan tolok ukur dari penilaian efisiensi
pengelolaan modal kerja suatu perusahaan. Adapun formula perputaran modal
kerja, ialah sebagai berikut.
Periode terikatnya kas = 360
Perputaran kas x 1 hari = .... kali (p)
Periode terikatnya piutang = 360
Perputaran piutang x 1 hari = .... kali (q)
Periode terikatnya persediaan = 360
Perputaran persediaan x 1 hari = .... kali (r)
Periode terikatnya utang = 360
Perputaran utang x 1 hari = .... kali (s)
Periode keterikatan dana pada modal kerja = p + q + r + s
Perputaran modal kerja= 360
Periode terikatnya dana pada modal kerja = .... kali
28
3.7.2 Analisis Profitabilitas Perusahaan
Rasio profitabilitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah marjin laba
kotor (gross profit margin). Adapun formulanya, ialah sebagai berikut.
3.7.3 Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja terhadap Profitabilitas
Penelitian ini tidak hanya menghitung besarnya efisiensi pengelolaan
modal kerja perusahaan, dan tingkat profitabilitasnya, namun juga mengukur
besarnya pengaruh efisiensi pengelolaan modal kerja terhadap tingkat
profitabilitas yang dapat dihasilkan perusahaan. oleh sebab itu, peneliti akan
melakukan uji regresi berganda, yang meliputi uji-F dan uji-t. Data yang sudah
dihitung sebelumnya, akan dianalisis dengan menggunakan e-views 7.
Marjin Laba Kotor (GPM) = Laba kotorPenjualan
x 100%
29
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Charitou, M.S., Maria, E., Lois, P., 2010, The Effect of Working Capital Management On Firm’s Profitability: Empirical Evidence From An Emerging Market, Journal of Business & Economics Research, Volume 18 No. 12:63-68.
Horne, J. C. V., dan Wachowicz, J. M., 2009, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.
Houston, J. F., dan Brigham, E. F., 2010, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.
Munawir, S., 2007, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty.
Napompech, K., 2012, Effects of Working Capital Management on the Profitability of Thai Listed Firm, International Journal of Trade, Economics and Finance, Volume 3 No. 3:227-232.
Riyanto, B., 2010, Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE.
Ruwindas, K. D., 2011, Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada CV Dandy Handycraft Tasikmalaya).
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.
Sutrisno, 2012, Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Ekonosia.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonosia.