riset keuangan

44
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat di antara para pelaku usaha. Hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan yang keluar- masuk pasar. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di bidangnya. Perusahaan dituntut untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya, dengan cara meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaannya. Dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan perlu mengelola sumber daya yang dimilikinya se-efisien mungkin. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat meliputi, modal, tenaga kerja, mesin- peralatan, dan sebagainya. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan seringkali menemukan banyak hambatan, salah satunya ialah mengelola modal kerja yang tersedia menjadi optimal.

Upload: d3ssi3

Post on 02-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RISET KEUANGAN

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat

di antara para pelaku usaha. Hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan yang

keluar-masuk pasar. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menjadi yang

terbaik di bidangnya. Perusahaan dituntut untuk dapat mengembangkan dan

meningkatkan kinerjanya, dengan cara meningkatkan profitabilitas dan nilai

perusahaannya. Dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan perlu mengelola

sumber daya yang dimilikinya se-efisien mungkin. Sumber daya yang dimiliki

perusahaan dapat meliputi, modal, tenaga kerja, mesin-peralatan, dan sebagainya.

Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan seringkali menemukan banyak

hambatan, salah satunya ialah mengelola modal kerja yang tersedia menjadi

optimal.

Modal kerja adalah dana yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi

kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku,

pembayaran upah buruh, pembayaran utang, dan pembayaran lainnya (Sutrisno,

2009:39). Jadi, dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan jumlah

keseluruhan aktiva lancar, yang meliputi kas atau bank, surat berharga, piutang

dagang, dan persediaan, yang digunakan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

Page 2: RISET KEUANGAN

2

operasional perusahaan, serta digunakan untuk melunasi utang lancarnya, di mana

tingkat perputarannya tidak lebih dari satu tahun.

Modal kerja perusahaan harus dikelola seoptimal mungkin. Pengelolaan

modal kerja yang tepat, dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Sedangkan

pengelolaan modal kerja yang tidak tepat, dapat menghambat proses produksi dan

menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Indikator adanya pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya

efisiensi pengelolaan modal kerja (Husnan, 2007). Efisiensi pengelolaan modal

kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), yang di

dalamnya terkandung komponen kas, piutang, persediaan, dan utang lancar.

Perputaran modal kerja dimulai saat kas pertama kali diinvestasikan dalam

komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Semakin tinggi

perputaran modal kerja, semakin optimal pula pengelolaan modal kerjanya,

sehingga profitabilitas perusahaan juga meningkat.

Dilihat dari sumber permodalannya, perusahaan di Indonesia dapat

dibedakan menjadi perusahaan tertutup (private company) dan perusahaan terbuka

(go public company). Private company mendapatkan tambahan modal dari

pemiliknya, yaitu pemilik individual. Berbeda halnya dengan go public company,

perusahaan ini mendapatkan tambahan modal dari hasil penjualan sahamnya

kepada publik, dan dari laba ditahan. Oleh sebab itu, modal yang dimiliki oleh go

public company pada umumnya relatif lebih besar dibandingkan private company.

Berdasarkan pemaparan di atas, muncul suatu pertanyaan, apakah dengan

semakin banyaknya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh go public company,

Page 3: RISET KEUANGAN

3

menyebabkan pengelolaan modal kerjanya pun menjadi lebih optimal

dibandingkan private company? Dapat kita lihat, perusahaan-perusahaan terbaik

di Indonesia memang pada umumnya merupakan perusahaan yang telah go public,

seperti PT. Astra International Tbk., PT. Unilever Indonesia Tbk., dan PT. Bank

Central Asia Tbk.

Berdasarkan pengelolaan modal kerjanya, meskipun perusahaan-

perusahaan terbaik di bidangnya merupakan perusahaan yang go publik, tidak

menutup kemungkinan bahwa private company dapat lebih optimal mengelola

modal kerjanya, sehingga menghasilkan laba yang optimal pula dibandingkan

dengan go public company. Adanya pandangan tersebut menimbulkan suatu gap,

oleh sebab itu penulis akan melakukan penelitian mengenai perbandingan efisiensi

pengelolaan modal kerja yang dilakukan oleh go public food and beverages

company versus private food and beverages company, terkait dengan

profitabilitas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dibentuk

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pengelolaan modal kerja pada go public food and beverages company

lebih optimal dibandingkan private food and beverages company?

2. Berdasarkan pengelolaan modal kerjanya, apakah go public food and

beverages company dapat menghasilkan laba yang lebih optimal

dibandingkan private food and beverages company?

Page 4: RISET KEUANGAN

4

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan optimalisasi pengelolaan modal kerja pada

food and beverages go public company dan private company.

2. Mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pengelolaan modal kerja

terhadap profitabilitas food and beverages go public company dan private

company.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan di atas, adapun manfaat dari

penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademik:

a. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terkait tentang

pengelolaan modal kerja.

b. Memberikan informasi dan gambaran riil kepada mahasiswa mengenai

pengelolaan modal kerja perusahaan terbuka dan tertutup.

2. Manfaat Praktik:

a. Sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan yang merupakan obyek

penelitian ini, khususnya dalam mengelola modal kerja se-efisien

mungkin, agar dapat menghasilkan laba yang optimal.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan dan pengambilan

keputusan, mengenai pengelolaan modal kerja.

Page 5: RISET KEUANGAN

5

c. Memberikan informasi dan gambaran riil kepada masyarakat umum

mengenai pengelolaan modal kerja perusahaan terbuka dan tertutup.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima

bab, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang penelitian terdahulu, uraian teori yang berkaitan

dengan penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang desain penelitian, identifikasi variabel, definisi

operasional variabel, jenis dan sumber data, pengukuran variabel, alat dan

metode pengumpulan data, populasi, sampel, dan teknik pengambilan

sampel, dan teknik analisis data.

BAB 4 ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian analisis data yang diteliti serta hasil dari

penelitian.

BAB 5 PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya.

Page 6: RISET KEUANGAN

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang bertema tentang efisiensi pengelolaan modal kerja ini,

mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Adapun 3 penelitian terdahulu yang

digunakan ialah sebagai berikut. Penelitian pertama dilakukan oleh Kulkanya

Napompech (2012), dengan judul Effect of Working Capital Management on the

Profitability of Thai Listed Firms, hasil penelitiannya ialah bahwa profitabilitas

perusahaan yang berada di Thailand (yang diproxy-kan dengan laba kotor), dapat

dipengaruhi oleh periode perputaran persediaan, periode perputaran piutang,

periode pembayaran utang, periode keterikatan dana pada modal kerja, serta

ukuran perusahaan.

Penelitian kedua dilakukan oleh Melita, Maria, dan Petros (2010), dengan

judul The Effect of Working Capital ManagementOn Firm’s Profitability:

Empirical Evidence From An Emerging Market, hasil penelitiannya ialah bahwa

profitabilitas perusahaan (yang diproxy-kan dengan ROA), dapat dipengaruhi oleh

periode perputaran persediaan, periode perputaran piutang, periode pembayaran

utang, periode keterikatan dana pada modal kerja, serta pertumbuhan penjualan,

namun dalam penelitian ini ukuran perusahaan tidak mempengaruhi tingkat

profitabilitas.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dikti Kusmeidi Ruwindas (2011),

dengan judul Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi

Page 7: RISET KEUANGAN

7

Kasus pada CV Dandy Handycraft Tasikmalaya), hasil penelitiannya ialah bahwa

profitabilitas perusahaan (yang diproxy-kan dengan laba sebelum pajak), dapat

dipengaruhi oleh pengelolaan modal kerjanya.

Berdasarkan dari ketiga hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan

bahwa pengelolaan modal kerja dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan,

baik perusahaan yang sudah go publik maupun perusahaan tertutup. Hanya saja,

besarnya pengaruh tersebut, sangat ditentukan oleh pengelolaan modal kerja

masing-masing perusahaan. Adapun penelitian terdahulu dan penelitian sekarang

memiliki persamaan dan perbedaan.

Tabel 2.1 Perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

Keteranga

nPenelitian terdahulu

Penelitian

sekarang

Nama Kulkanya

(2012)

Melita, dkk

(2010)

Dikti

(2011)

Dessy Natalia

(2013)

Rasio Profitabilitas Profitabilitas Profitabilitas Profitabilitas

Objek Semua industri

yang terdaftar

di Bursa Efek

Thailand

Semua industri

yang terdaftar

di Bursa Efek

Cyprus

CV Dandy

Handycraft

Tasikmalaya

Perusahaan

food and

beverages

tertutup dan

terbuka

Sampel 255 430 1 10

Periode 2007-2009 1998-2007 2003-2010 2007-2012

Sumber: Kulkanya (2012), Melita dkk (2010) dan Dikti (2011)

Page 8: RISET KEUANGAN

8

2.2 Landasan Teori

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan

dengan penelitian. Teori tersebut meliputi laporan keuangan, rasio keuangan, dan

modal kerja.

2.2.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan

pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan perusahaan terdiri dari neraca,

laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas atau laporan

arus dana (Wikipedia, 2013). Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah neraca dan laporan laba rugi.

1. Neraca

Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan

posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban

dan ekuitas pada saat tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan yang

menyajikan sumber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-

kewajibannya atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam

perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus disusun

secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi

keuangan perusahaan. Oleh karena itu neraca tepatnya dinamakan statements of

financial position, karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan pada

suatu saat tertentu maka neraca merupakan status report bukan merupakan flow

report.

Page 9: RISET KEUANGAN

9

2. Laporan laba-rugi

Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan

yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu

perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang

susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang

umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:

a. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha

pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau jasa) diikuti dengan

harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.

b. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari

beban penjualan dan beban umum/administrasi (operating expenses).

c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok

perusahaan, yang diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha

pokok perusahaan (non operating/financial income and expenses).

d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary

gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak

pendapatan.

2.2.2 Rasio Keuangan

Menurut Munawir (2007:65), analisis rasio keuangan adalah suatu metode

analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau

laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

Menurut Weston dan Brigham (2001:138), rasio keuangan meliputi rasio

likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, pertumbuhan, dan evaluasi.

Page 10: RISET KEUANGAN

10

Penelitian ini, hanya menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas

ini diindikasikan melalui Gross Profit Margin, yang berguna untuk mengetahui

keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin

sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan

meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya.

Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau

biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi

secara efisien.

2.2.3 Modal Kerja

Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari

selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya

digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah,

membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk

membiayai operasi perusahaan. Uang yang telah dikeluarkan diharapkan dapat

kembali masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek dari hasil penjualan

produksinya. Uang yang masuk tersebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai

operasi selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan terus-menerus berputar

setiap periodenya selama perusahaan masih berjalan.

Pengertian Modal Kerja

Menurut Munawir (2007:114-116) ada 3 konsep pengertian modal kerja:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk

mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai kebutuhan operasional yang

Page 11: RISET KEUANGAN

11

bersifat rutin atau menunjukkkan sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan

operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah

jumlah aktiva lancar (gross working capital).

Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah

modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun

hutang jangka pendek, sehingga dengan modal yang besar tidak mencerminkan

margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja

yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan

datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.

2. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja dalam konsep ini

pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka

waktu pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari

pinjaman jangka panjang maupun jumlah aktiva lancar dari para pemilik

perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya jumlah

aktiva lancar yang lebih besar daripada jumlah hutang lancarnya (hutang jangka

pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi

para kreditur jangka pendek, serta menjamin aktiva lancarnya.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka

menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada dasarnya

dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk

menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang akan

Page 12: RISET KEUANGAN

12

digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang.

Misalnya: Bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap

lainnya.

Dari aktiva tetap tersebut yang menjadi bagian dari modal kerja tahun ini

adalah sebesar penyusutan (depresiasi) aktiva-aktiva tersebut. Untuk tahun ini

sebagian aktiva lancar sebagian besar merupakan unsur modal kerja, walaupun

seluruhnya, ada sebagian aktiva lancar yang bukan merupakan modal kerja

misalnya dalam piutang dagang yang timbul dari penjualan barang dagangan

secara kredit. Dalam piutang tersebut, terdiri dari dua unsur, yaitu harga pokok

barang yang dijual dan laba yang didapat dari penjualan barang tersebut. Harga

pokok dari barang yang dijual tersebut merupakan unsur modal kerja.

Jenis Modal Kerja

Jenis modal kerja menurut Riyanto (2010:61) digolongkan menjadi 2 yaitu

modal kerja permanen dan modal kerja variabel.

1. Modal kerja permanen ialah modal kerja yang harus tetap ada pada

perusahaan untuk menjalankan fungsinya secara terus menerus untuk kelancaran

usaha. Modal kerja permanen terdiri dari 2 modal kerja yaitu:

a. Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus tersedia

pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha atau operasinya.

b. Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Modal kerja variabel ialah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai

dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi 3 yaitu:

Page 13: RISET KEUANGAN

13

a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang

jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang

besarnya berubah-ubah (tidak tentu) karena adanya keadaan darurat yang

tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir,

perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

Pentingnya Modal Kerja

Lebih dari separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar.

Sebagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar

memerlukan perhatian yang besar dan saksama dari manager keuangan. Karena

bagaimanapun aktiva lancar mempunyai pengaruh yang besar dalam menjalankan

bisnis.

Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai

pengeluaran-pengeluaran operasi sehari-hari, karena dengan modal kerja yang

cukup akan menguntungkan bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan

juga akan memberikan beberapa keuntungan lain. Menurut Munawir, dalam

bukunya Analisa Laporan Keuangan (2007:116-117), pentingnya modal kerja

ialah sebagai berikut:

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari

aktiva lancar.

Page 14: RISET KEUANGAN

14

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat

pada waktunya.

3. Menjamin dimilikinya kredit perusahaan semakin besar dan memungkinkan

bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan

yang mungkin terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk

melayani para konsumennya.

5. Memungkinkan bagi para pengusaha untuk memberi syarat kredit yang lebih

menguntungkan bagi para pelanggannya.

6. Memungkinkan bagi para perusahaan untuk dapat beropersi dengan lebih

efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa

yang dibutuhkan.

Sumber Modal Kerja

Kebutuhan modal kerja akan terus meningkat seiring dengan

perkembangan usaha perusahaan. Sumber modal kerja dapat bersal dari dalam

perusahaan maupun dari luar perusahaan. Menurut Munawir (2007:120), pada

umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:

1. Hasil operasi perusahaan.

Jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugilaba

ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah

modal kerja yang bersasal dari operasi perusahaan.

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek).

Page 15: RISET KEUANGAN

15

Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah

satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan

keuntungan bagi perusahaan.

3. Penjualan aktiva tidak lancar.

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva

tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang sudah tidak

diperlukan lagi oleh perusahaan.

4. Penjualan saham atau obligasi.

Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat

mengadakan emisi saham baru atau adanya penambahan modal oleh pemilik

perusahaan, di samping itu perusahaan juga dapat mengeluarkan obligasi.

Penggunaan Modal Kerja

Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan

bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan,

tapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau

turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan.

Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja

(Munawir 2007:125) adalah sebagai berikut :

1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan meliputi

pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, dan supplies

kantor.

Page 16: RISET KEUANGAN

16

2. Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan karena adanya penjualan surat

berharga atau efek maupun kerugian insidentil lainnya.

3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan

tertentu dalam jangka panjang misalnya dana obligasi, dana pensiun pegawai,

dan dana ekspansi.

4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang

atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva

lancar atau timbulnya utang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

5. Pembayaran utang-utang jangka panjang yang meliputi utang hipotik, utang

obligasi serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang

beredar atau adanya penurunan utang jangka panjang.

6. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk

kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan

oleh pemilik perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya

pembayaran deviden dalam perseroan terbatas.

Di samping itu terdapat pemakaian modal kerja atau aktiva lancar yang

tidak merubah jumlah modal kerja maupun jumlah aktiva itu sendiri yaitu

pemakaian modal kerja yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan

berubahnya bentuk aktiva lancar misalnya:

1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai.

2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.

3. Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya, misalnya dari

piutang dagang menjadi piutang wesel.

Page 17: RISET KEUANGAN

17

Efisiensi Modal Kerja

Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat

penting agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan (Hanafi,

2005: 125). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan

menyebabkan buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan

perusahaan dapat terhambat atau terhenti sama sekali. Adanya kelebihan modal

kerja dalam perusahaan dapat disebabkan oleh:

1. Pengeluaran obligasi/saham dalam jumlah yang lebih dari yang diperlukan.

2. Penjualan aktiva tak lancar yang tak diganti.

3. Terjadinya laba operasi yang tidak digunakan untuk pembayaran dividen,

untuk pembelian aktiva tetap atau untuk tujuan lain yang serupa.

4. Konversi atau perubahan aktiva tetap ke dalam modal kerja. Konversi

perubahan bentuk yang tak disertai dengan penggantian dari aktiva tetap ke

dalam modal kerja dengan jalan proses depresiasi, deplesi dan amortisasi.

5. Karena akumulasi atau penimbunan sementara dari berbagai dana yang

disediakan untuk investasi-investasi dan sebagainya.

Sedangkan terjadinya kekurangan modal kerja menurut Wijaya (1995: 93-

96) dapat disebabkan oleh :

1. Karena kerugian usaha.

2. Adanya kerugian luar biasa (Extraordinary Losses).

3. Kebijakan dividen yang kurang baik.

4. Penggunaan modal kerja untuk memperoleh aktiva tak lancar.

5. Kenaikan tingkat harga umum

Page 18: RISET KEUANGAN

18

Indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal

kerja yang dilihat dari perputaran modal kerja (Husnan, 1997:98) yang dimulai

dari aset kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali

menjadi kas. Makin pendek periode perputarannya, makin cepat perputarannya

sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisiens

yang pada akhirnya rentabilitas semakin tinggi.

Pengukuran Efisiensi Modal Kerja

Untuk mengukur efisiensi modal kerja dapat diukur dari kebutuhan modal

kerja perusahaan. Besarnya modal kerja suatu perusahaan ditentukan dengan 2

metode, yaitu: (Sutrisno 2012:45)

1. Metode Keterikatan Dana

Pada metode ini terdapat dua faktor, yakni periode terikatnya modal kerja dan

proyeksi kebutuhan kas rata-rata per hari. Periode terikatnya modal kerja adalah

jangka waktu yang diperlukan mulai kas ditanamkan ke dalam elemen-elemen

modal kerja sampai menjadi kas lagi. Semakin lama periode terikatnya modal

kerja akan semakin memperbesar jumlah kebutuhan modal kerja, demikian

sebaliknya bila periode terikatnya modal kerja semakin kecil kebutuhan modal

kerja juga semakin kecil.

Sedangkan pengeluaran kas per hari, merupakan pengeluaran kas rata-rata

setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan baku, bahan penolong,

pembayaran upah dan pembayaran biaya pemasaran.

Page 19: RISET KEUANGAN

19

2. Metode Perputaran Modal Kerja

Dengan metode ini besarnya modal kerja ditentukan dengan cara menghitung

perputaran elemen pembentuk modal kerja seperti perputaran kas, perputaran

piutang, dan perputaran persediaan.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir untuk penelitian mengenai perbandingan efisiensi

pengelolaan modal kerja pada go public company dan private company terkait

dengan profitabilitas, dapat digambarkan sebagai berikut.

Efisiensi Modal Kerja

Perputaran kas

Perputaran persediaan Perputaran piutang

Perputaran utang

Perputaran Modal Kerja

Profitabilitas

Page 20: RISET KEUANGAN

20

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya adalah untuk

menyajikan gambaran lengkap mengenai hubungan antara fenomena yang diuji, di

mana dalam hal ini penelitian akan menggambarkan efisiensi pengelolaan modal

pada perusahaan food and beverages yang tertutup maupun terbuka, serta

mengetahui besarnya keterkaitan antara efisiensi pengelolaan modal kerja

perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang dapat dihasilkan.

3.2 Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan enam variabel, yang meliputi: (1) perputaran

kas, (2) perputaran persediaan, (3) perputaran piutang, (4) perputaran utang

dagang, (5) perputaran modal kerja, (6) marjin laba kotor (gross profit margin).

3.3 Definisi Operasional

Bagian ini menjelaskan tentang definisi operasional dari variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Perputaran Kas

Perputaran kas (cash turnover) adalah berapa kali perusahaan telah memutar

kas selama periode pelaporan, yang dihitung dari omset tunai berdasarkan

Page 21: RISET KEUANGAN

21

pendapatan perusahaan dibagi saldo kas rata-rata selama periode tersebut.

Perputaran kas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki siklus kas

yang cepat (Kamus bisnis, 2013).

Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi

tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang rebih

kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti

behwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang

sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang

menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya. sebaliknya kalau

perusahaan ingin meningkatkan profitabilitasnya akan berusaha agar semua

persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja.

2. Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar

selama satu periode tertentu, tingkat perputaran persediaan ini dihitung dengan

membagi penjualan dengan persediaan rata-rata. Besarnya tingkat perputaran

persediaan tergantung pada sifat barang, letak perusahaan dan jenis perusahaan.

Tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat disebabkan over investment

dalam persediaan. Sebaliknya tingkat perputaran persediaan yang tinggi

menunjukkan dana yang diinvestasikan pada persediaan efektif menghasilkan

laba. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang lebih tinggi

menunjukkan suatu keadaan yang baik (Ilmu-ekonomi, 2013).

3. Perputaran Piutang

Page 22: RISET KEUANGAN

22

Perputaran piutang (accounts receivable turnover) adalah rasio penjualan

kredit bersih dengan piutang usaha rata-rata. Ini adalah ukuran seberapa cepat

pelanggan membayar tagihan mereka. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang

berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih

menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang

rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang

tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar.

4. Perputaran Utang Dagang

Utang dagang merupakan utang yang timbul karena kegiatan biasa bisnis, saat

perusahaan membeli dari pemasoknya, yang mengijinkan perusahaan untuk

membayar setelah pengantaran barang atau jasa tersebut (Keown, 2000:651).

Utang dagang merupakan salah satu sumber pendanaan perusahaan jangka

pendek. Perputaran utang dagang dapat diukur dengan membagi harga pokok

penjualan dengan rata-rata utang dagang. Semakin kecil perputaran utang dagang

perusahaan, semakin baik.

5. Perputaran Modal Kerja

Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan rasio antara total

penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut (working capital

turnover). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan

dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah

rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir 2007:80).

6. Marjin Laba Kotor (gross profit margin)

Page 23: RISET KEUANGAN

23

Marjin laba kotor adalah perbedaan antara biaya marjinal dan pendapatan

penjualan, dihitung dengan laba kotor dibagi dengan penjualan bersih, dan

dinyatakan dalam persentase (Kamus bisnis, 2013). Rasio gross profit margin

mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah

penjualan, atau bila rasio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan

menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih.

Data gross profit margin ratio dari beberapa periode akan dapat memberikan

informasi tentang kecenderungan gross profit margin ratio yang diperoleh dan

bila dibandingkan standar rasio akan diketahui apakah marjin yang diperoleh

perusahaan sudah tinggi atau sebaliknya (Munawir, 2001:99).

3.4 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer, maupun data sekunder. Data

primer meliputi data mengenai gambaran umum perusahaan tertutup serta laporan

keuangan, yang didapatkan melalui survei perusahaan dan wawancara dengan

pihak manajemen perusahaan terkait. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi

data mengenai gambarau umum perusahaan terbuka beserta laporan keuangannya,

yang didapatkan dari Bursa Efek Indonesia melalui situs resminya, yaitu

www.idx.co.id dan dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian berupa survei

perusahaan dan wawancara dari pihak manajemen perusahaan tertutup, guna

Page 24: RISET KEUANGAN

24

mendapatkan informasi berupa gambaran umum perusahaan beserta laporan

keuangannya, serta menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan cara

mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan

keuangan perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan ICMD serta

dari berbagai buku pendukung, dan literatur lainnya.

3.6 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2008:115). Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages tertutup dan terbuka

yang terdaftar di BEI.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono 2008:116). Sampel dalam penelitian ini adalah lima

perusahaan food and beverages yang terbuka, dan lima perusahaan food and

beverages yang tertutup. Adapun daftar perusahaan food and beverages yang

terbuka dan tertutup, ialah sebagai berikut.

No.

Perusahaan Tertutup Perusahaan Terbuka

1 PT. Tirta Bahagia PT. Akhasa Wira International Tbk.

2 PT. Sinar Sosro PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk.

3 PT. Manohara Asri PT. Mayora Indah Tbk.

4 PT. Garudafood PT. Siantar Top Tbk.

Page 25: RISET KEUANGAN

25

5 PT. Wings Food PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang digunakan adalah

probability sampling dengan cara simple random sampling. Menurut Sugiyono

(2008:118), probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Simple Random Sampling merupakan pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu.

3.7 Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan menganalisis efisiensi pengelolaan modal kerja, yang

diukur melalui perputaran kas, piutang, persediaan, utang dagang, dan perputaran

modal kerja. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis rasio profitabilitas, yang

diukur melalui Marjin laba kotor (gross profit margin). Guna mengetahui

besarnya pengaruh efisiensi pengelolaan modal kerja terhadap profitabilitas

perusahaan, hasil dari efisiensi pengelolaan modal kerja diregresikan dengan rasio

profitabilitas (marjin laba kotor).

3.7.1 Analisis Efisiensi Pengelolaan Modal Kerja

Untuk menganalisis efisiensi modal kerja menggunakan metode

perputaran modal kerja. Dengan metode ini besarnya modal kerja ditentukan

dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja

seperti perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran

Page 26: RISET KEUANGAN

26

utang (Sutrisno 2012:47). Langkah-langkah dalam menentukan efisiensi

pengelolaan modal kerja, ialah sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata aktiva lancar dan utang lancar yang digunakan sebagai

unsur modal kerja.

2. Menghitung perputaran unsur-unsur modal kerja

Perputaran unsur-unsur modal kerja di atas, dihitung dengan menggunakan

metode perputaran (turnover), sebagai berikut:

Rata-rata kas = Kas awal tahun+kas akhir tahun periode

2

Rata-rata piutang = Piutang awal tahun+ piutang akhir tahun periode

2

Rata-rata persediaan = Persediaan awal tahun+ persediaan akhir tahun

2

Rata-rata utang dagang = utangawal tahun+utang akhir tahun periode

2

Perputaran Kas = Penjualan

Rata−rata kas = .... kali

Perputaran Piutang = Penjualan

Rata−rata piutang = .... kali

Perputaran Persediaan = HPP

Rata−rata persediaan = .... kali

Perputaran Utang = HPP

Rata−rata utang = .... kali

Page 27: RISET KEUANGAN

27

3. Menghitung periode keterikatan dana pada masing-masing unsur modal kerja

Periode keterikatan dana pada masing-masing unsur modal kerja, dihitung

dengan tujuan untuk mengetahui periode keterikatan dana pada modal kerja

perusahaan.

4. Menghitung periode keterikatan dana pada modal kerja

Periode keterikatan dana pada modal kerja, dihitung untuk mengetahui

perputaran modal kerja perusahaan.

5. Menghitung perputaran modal kerja

Perputaran modal kerja merupakan tolok ukur dari penilaian efisiensi

pengelolaan modal kerja suatu perusahaan. Adapun formula perputaran modal

kerja, ialah sebagai berikut.

Periode terikatnya kas = 360

Perputaran kas x 1 hari = .... kali (p)

Periode terikatnya piutang = 360

Perputaran piutang x 1 hari = .... kali (q)

Periode terikatnya persediaan = 360

Perputaran persediaan x 1 hari = .... kali (r)

Periode terikatnya utang = 360

Perputaran utang x 1 hari = .... kali (s)

Periode keterikatan dana pada modal kerja = p + q + r + s

Perputaran modal kerja= 360

Periode terikatnya dana pada modal kerja = .... kali

Page 28: RISET KEUANGAN

28

3.7.2 Analisis Profitabilitas Perusahaan

Rasio profitabilitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah marjin laba

kotor (gross profit margin). Adapun formulanya, ialah sebagai berikut.

3.7.3 Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja terhadap Profitabilitas

Penelitian ini tidak hanya menghitung besarnya efisiensi pengelolaan

modal kerja perusahaan, dan tingkat profitabilitasnya, namun juga mengukur

besarnya pengaruh efisiensi pengelolaan modal kerja terhadap tingkat

profitabilitas yang dapat dihasilkan perusahaan. oleh sebab itu, peneliti akan

melakukan uji regresi berganda, yang meliputi uji-F dan uji-t. Data yang sudah

dihitung sebelumnya, akan dianalisis dengan menggunakan e-views 7.

Marjin Laba Kotor (GPM) = Laba kotorPenjualan

x 100%

Page 29: RISET KEUANGAN

29

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Charitou, M.S., Maria, E., Lois, P., 2010, The Effect of Working Capital Management On Firm’s Profitability: Empirical Evidence From An Emerging Market, Journal of Business & Economics Research, Volume 18 No. 12:63-68.

Horne, J. C. V., dan Wachowicz, J. M., 2009, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.

Houston, J. F., dan Brigham, E. F., 2010, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.

Munawir, S., 2007, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty.

Napompech, K., 2012, Effects of Working Capital Management on the Profitability of Thai Listed Firm, International Journal of Trade, Economics and Finance, Volume 3 No. 3:227-232.

Riyanto, B., 2010, Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE.

Ruwindas, K. D., 2011, Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada CV Dandy Handycraft Tasikmalaya).

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, 2012, Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Ekonosia.

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: Ekonosia.