risalah zakat fitrah

10
RISALAH ZAKAT FITRAH Dirangkum dan disebarkan Oleh : Majelis Dzikir Wad Da’wah “ Riyadhus Sholihin “ Sekretariat : Jl. Wijaya Barat no.123 RT.03/RW.03 Singosari - Malang Telah ditashih oleh : KH. Ach. Farichin Muhsan ( Wakil Katib II Wilayah NU Propinsi Jatim ) A. Pengertian Zakat Fitrah dan Hukumnya Zakat Fitrah atau dikenal dengan zakat badan, zakat ru’us atau shodaqoh fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan bagi setiap muslim yang mampu, sebab menemui sebagian bulan Romadhon dan bulan Syawal. Zakat fitrah khusus disyari’atkan kepada umat Nabi Muhammad SAW, dan mulai diwajibkan pada dua hari menjelang hari idul fitri pada tahun kedua hijriyah. Mengeluarkan zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap orang yang telah menetapi syarat wajibnya. Dalam sebuah hadits riwayat imam Bukhori Muslim rochimahumalloh di riwayatkan : “Dari ibnu Umar RA beliau berkata, Rosululloh SAW mewajibkan zakat fitrah satu sho’ dari kurma atau satu sho’ dari gandum atas hamba/budak dan orang merdeka, laki - laki dan perempuan, yang kecil dan yang besar dari kaum muslimin, dan Rosul memerintahkan supaya diberikan sebelum orang-orang keluar untuk sholat (Idul Fitri). Diantara hikmah syari’ah yang bisa kita ambil adalah : 1. Membersihkan jiwa dan memyempurnakan pahalanya orang yang telah berpuasa Romadhon. Dengan berzakat fitrah, nilai ibadah puasa Romadhon yang barangkali berkurang karena hal-hal yang kurang baik yang dilakukan seseorang muslim, menjadi sempurna. Sebagaimana sujud sahwi yang mnyempurnakan kekurangan dalam sholat. Sebagaimana keterangan dalam hadits : “Rosululloh mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan bagi yang puasa daripada sia-sia dan kekotoran mulut dan sebagai makanan bagi orang miskin……….(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah). Dalam riwayat lain disebutkan : “Puasa Romadhon itu digantungkan diantara langit dan bumi, tidak diangkat puasa tersebut kecuali dengan zakat fitrah“.(HR. Abu Hafs bin Syahin). Dalam kitab I’aanatut Tholibin dijelaskan, maksud dari “tidak diangkat“ adalah sebagai kinayah dari sempurnanya puasa (Romadhon) itu tergantung dari orang yang berpuasa, apakah mengeluarkan zakat fitrah atau tidak, bukan berarti tanpa zakat fitrah berarti puasa tidak diterima. 2. Membahagiakan orang-orang fakir, Rosululloh SAW bersabda (yang artinya) : Kayakanlah mereka (orang-orang fakir) dari kehinaan meminta-minta di hari ini“ (HR. Daruqutni dan Baihaqi). B. Waktu Zakat Fitrah Waktu pembayaran zakat fitrah dibagi 5 : 1. Waktu Diperbolehkannya

Upload: agus-bs

Post on 08-Aug-2015

938 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Risalah Zakat Fitrah

RISALAH ZAKAT FITRAHDirangkum dan disebarkan Oleh :

Majelis Dzikir Wad Da’wah “ Riyadhus Sholihin “Sekretariat : Jl. Wijaya Barat no.123 RT.03/RW.03 Singosari - Malang

Telah ditashih oleh : KH. Ach. Farichin Muhsan ( Wakil Katib II Wilayah NU Propinsi Jatim )

A. Pengertian Zakat Fitrah dan HukumnyaZakat Fitrah atau dikenal dengan zakat badan, zakat ru’us atau shodaqoh fitrah

adalah zakat yang wajib dikeluarkan bagi setiap muslim yang mampu, sebab menemuisebagian bulan Romadhon dan bulan Syawal. Zakat fitrah khusus disyari’atkan kepada umatNabi Muhammad SAW, dan mulai diwajibkan pada dua hari menjelang hari idul fitri padatahun kedua hijriyah.

Mengeluarkan zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap orang yang telah menetapisyarat wajibnya. Dalam sebuah hadits riwayat imam Bukhori Muslim rochimahumalloh diriwayatkan : “Dari ibnu Umar RA beliau berkata, Rosululloh SAW mewajibkan zakat fitrahsatu sho’ dari kurma atau satu sho’ dari gandum atas hamba/budak dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan, yang kecil dan yang besar dari kaum muslimin, dan Rosulmemerintahkan supaya diberikan sebelum orang-orang keluar untuk sholat (Idul Fitri)“.Diantara hikmah syari’ah yang bisa kita ambil adalah :1. Membersihkan jiwa dan memyempurnakan pahalanya orang yang telah berpuasa

Romadhon. Dengan berzakat fitrah, nilai ibadah puasa Romadhon yang barangkaliberkurang karena hal-hal yang kurang baik yang dilakukan seseorang muslim, menjadisempurna. Sebagaimana sujud sahwi yang mnyempurnakan kekurangan dalam sholat.Sebagaimana keterangan dalam hadits : “Rosululloh mewajibkan zakat fitrah untukmembersihkan bagi yang puasa daripada sia-sia dan kekotoran mulut dan sebagaimakanan bagi orang miskin……….“ (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).Dalam riwayat lain disebutkan : “Puasa Romadhon itu digantungkan diantara langit danbumi, tidak diangkat puasa tersebut kecuali dengan zakat fitrah“.(HR. Abu Hafs binSyahin).Dalam kitab I’aanatut Tholibin dijelaskan, maksud dari “tidak diangkat“ adalah sebagaikinayah dari sempurnanya puasa (Romadhon) itu tergantung dari orang yang berpuasa,apakah mengeluarkan zakat fitrah atau tidak, bukan berarti tanpa zakat fitrah berartipuasa tidak diterima.

2. Membahagiakan orang-orang fakir, Rosululloh SAW bersabda (yang artinya) :“Kayakanlah mereka (orang-orang fakir) dari kehinaan meminta-minta di hari ini“ (HR.Daruqutni dan Baihaqi).

B. Waktu Zakat FitrahWaktu pembayaran zakat fitrah dibagi 5 :1. Waktu Diperbolehkannya

Page 2: Risalah Zakat Fitrah

Yaitu sejak awal Romadhon sampai awal bulan Syawal (waktu wajib), artinya zakatfitrah boleh diberikan sejak memasuki bulan Romadhon, bukan waktu sebelumRomadhon.

2. Waktu WajibnyaYaitu sejak setelah matahari terbenam akhir Romadhon/malam idul fitri (denganmendapati akhir Romadhon dan awal Syawal). Oleh sebab itu orang yang meninggalsetelah maghrib akhir Romadhon wajib dizakati (sebab dia mendapati Romadhon danawal Syawal), sedangkan bayi yang lahir setelah maghrib akhir Romadhon tidak wajibdizakati (sebab dia tidak mendapati bulan Romadhon hanya mendapati awal Syawalsaja).

3. Waktu UtamanyaYaitu pada pagi hari raya idul fitri setelah terbit fajar (subuh) dan sebelum sholat idulfitri.

4. Waktu MakruhnyaYaitu mengakhirkannya setelah sholat idul fitri hingga mendekati terbenamnyamatahari, kecuali karena ada mashlahat seperti menanti kerabatnya atau tetangganyayang lebih membutuhkan, jika demikian maka tidak makruh asal tidak sampai matahariterbenam.

5. Waktu HaramnyaYaitu mengakhirkannya setelah terbenamnya matahari idul fitri, kecuali karena adaudzur, misalnya menunggu hartanya yang tidak ada ditempat atau tidak ditemukannyamustahiq (walaupun untuk saat ini hal itu masih mustahil), hanya saja zakat fitrah yangdikeluarkan setelah 1 Syawal statusnya menjadi qodho’. Akan tetapi apabila tidak adaudzur yang demikian maka mengakhirkannya sampai setelah terbenamnya matahari idulfitri maka hukumnya adalah haram.

C. Orang Yang Wajib Membayar Zakat FitrahZakat fitrah diwajibkan atas tiap-tiap muslim yang menemui sebagian bulan

Romadhon dan bulan Syawal, yang merdeka, baik lelaki atau perempuan, besar maupunkecil yang mempunyai kelebihan dari makanan pokok/materi untuk dirinya dan juga orangyang menjadi tanggungan nafkahnya untuk sehari semalam besok hari raya idul fitri, jugamerupakan kelebihan dari hutangnya yang jatuh tempo dan juga pakaian serta tempattinggal yang layak. Dalam kitab As-Syarqowi diterangkan, apabila pada hari idul fitri tidakmempunyai kelebihan, maka tidak wajib zakat walaupun (yakin) keesokan harinya punyakelebihan, namun sunnah untuk berhutang guna untuk fitrah.

Setiap orang yang nafkahnya secara syar’i wajib ia tanggung maka ia wajib pulamenanggung zakat fitrahnya, seperti istri, anak yang masih kecil, dan ayah/ibu sampai keatas yang sudah tidak mampu mencukupi kebutuhannya dan didalam mengeluarkan zakatfitrah mereka tidak disyaratkan untuk minta ijin kepada mereka, dan dikecualikan dari halini adalah masalah seseorang yang secara syar’i wajib ia tanggung nafkahnya tetapi tidakwajib ditanggung fitrahnya seperti anak terhadap istri bapaknya begitu juga kerabat kafiryang melarat. Akan tetapi orang yang secara syar’i tidak wajib ia tanggung nafkahnya makatidak wajib pula menanggung zakat fitrahnya seperti anak yang sudah baligh yang mampuuntuk bekerja, kecuali setelah minta ijin kepadanya.

D. Kadar/Ukuran Zakat FitrahSalah satu dari hikmah syari'ah zakat fitrah adalah berbagi kebahagiaan dengan

orang-orang yang kurang mampu pada hari yang berbahagia (hari raya), denganmemberikan barang yang paling diperlukan dalam hidup, yaitu makanan.

Page 3: Risalah Zakat Fitrah

Oleh sebab itu, makanan yang digunakan sebagai zakat fitrah distandarkan dengan makananyang paling dominan dalam masyarakat pada masa itu. Diantara syarat-syarat benda yangdigunakan sebagai zakat fitrah adalah :a. Berupa bahan makanan

Menurut madzhab Syafi’i, benda yang digunakan sebagai zakat fitrah harus berupamakanan (bukan uang) yang pada masa (tahun/hari raya) itu dijadikan sebagaimakanan pokok oleh mayoritas orang dalam daerah tersebut. Oleh karenanya zakatfitrah dengan menggunakan uang menurut madzhab syafi’i hukumnya tidakmencukupi/tidak sah. Apabila terdapat beberapa makanan pokok yang berlaku, makaboleh menggunakan salah satu dari jenis makanan tersebut, dan diperbolehkanmenggunakan jenis makanan yang paling banyak mengandung kadar kekuatan (palingmengenyangkan).

b. Sejenis (tidak campuran)Bahan makanan yang digunakan zakat fitrah harus sejenis, tidak campuran. Misalnyajenis beras, jenis gandum, jenis jagung, dan lain-lain. Oleh sebab itu, tidak bolehmenggunakan makanan pokok campuran, seperti beras campur jagung, beras campurgandum dan lain-lain.

c. Dikeluarkan ditempat orang yang dizakati.Apabila tempat dan standart makanan pokok dari orang yang dizakati dan orang yangmenzakati berbeda, maka jenis makanan pokok yang digunakan zakat dan tempatmemberikannya disesuaikan dengan daerahnya orang yang dizakati.Misalnya seorang ayah yang hidupnya di Malang dengan makanan pokok beras,menzakati anaknya yang berada di Kalimantan dengan makanan pokok gandum, makamakanan pokok yang digunakan zakat adalah gandum untuk diberikan pada golonganpenerima zakat di Kalimantan.

d. Satu sho’ untuk setiap orang.Makanan pokok yang dikeluarkan sebagai zakat fitrah kadarnya adalah satu sho’.,sebagaimana telah disebutkan dalam hadits Rosululloh SAW. Satu sho; tersebutkurang lebih 2,5 kg, namun ada pula yang mengatakan bahwa satu sho’ sama dengan2,75 kg (lihat : Kitab Taqriirot, sy. Hasan alkaf, hal. 419). Walhasil jumlah 2,5 kgsudah mencukupi tetapi apabila dilebihi maka lebih baik

E. Niat ZakatZakat fitrah merupakan sebuah ibadah yang sudah barang tentu membutuhkan niat

dan sudah maklum diketahui bahwa niat itu adalah didalam hati tidak cukup hanya denganucapan atau lisan saja. Contoh niat zakat fitrah : “ Ini zakat fitrahku fardhu karena Allohta’ala “ atau “ Saya niat menunaikan zakat fitrah untuk diriku fardhu karena Alloh ta’ala“atau “ saya niat zakat fitrah untuk istriku fardhu karena Alloh “.

Melihat bahwasannya zakat fitrah itu memungkinkan dilakukan oleh orang lain(yang menanggung nafkahnya atau yang mendapat ijin dari orang yang dizakati) makapelaku niat zakat dalam zakat fitrah ada 3 macam :1. Zakat untuk dirinya sendiri

Apabila zakat fitrah itu atas nama dirinya sendiri ( pelaku zakat ), maka yang niatadalah pelaku zakat itu sendiri.

2. Zakat untuk orang yang kewajiban ia tanggung zakat fitrahnya

Page 4: Risalah Zakat Fitrah

Apabila zakat atas nama orang lain, yang fitrahnya secra syar’i wajib ia tanggung,maka yang melakukan niat adalah pelaku zakat tanpa harus mendapat ijin dari orangyang dizakati, seperti, seorang suami/kepala ruamh tangga mengeluarkan zakat atasnama istrinya, anaknya yang masih kecil, orang tua yang tidak mampu dan lain-lain.Dan diperbolehkan, pelaku zakat memberikan makanan pokok yang akan digunakanzakat kepada orang yang akan dizakati, agar melakukan niat sendiri.

3. Zakat untuk orang yang tidak kewajiban ia tanggung zakat fitrahnyaApabila zakat atas nama orang lain, yang fitrahnya secara syar’i tidak wajib iatanggung, maka zakat dan niat dari pelaku zakat dihukumi sah apabila sudahmendapat ijin dari orang yang dizakati, seperti seorang pelaku zakat mengeluarkanzakat atas nama anaknya yang sudah dewasa yang sudah kuasa untuk bekerja (tidakcacat/lumpuh), saudara, buruh, pembantu rumah tangga, atau orang lain yangfitrahnya secara syar’i tidak wajib ditanggung oleh pelaku zakat, jika tidak mendapatijin dari orang yang dizakati, maka zakat dan niat dari pelaku zakat hukumnya tidaksah, alias tidak bisa menggugurkan kewajiban zakat fitrahnya orang yang dizakati,oleh sebab itu, orang yang dizakati wajib mengeluarkan zakat fitrahnya sendiri.

Waktunya niat zakat fitrah boleh dilakukan pada saat memisahkan makanan pokokyang digunakan zakat, atau saat memberikan zakat pada orang yang berhakmenerimanya, atau dilakukan dikala menyerahkannya kepada wakil atau waktu antaramemisahkan zakat dan memberikan zakat pada fakir miskin.

.F. Menta’jil Zakat Fitrah

Ta’jil zakat fitrah artinya membayarkan zakat fitrah sebelum memasuki waktuwajibnya. Boleh menta’jil zakat fitrah ini sejak awal Romadhon, tapi dengan syarat sampaimasuk maghrib akhir Romadhon/malam hari raya (waktu wajibnya zakat fitrah) si penerimazakat fitrah adalah masih orang yang berhak menerima zakat, maka apabila si penerimazakat tadi menjadi kaya atau meninggal dunia di akhir Romadhon sebelum maghrib, makazakat fitrahnya batal/tidak jadi dan hukumnya menjadi shodaqoh biasa, akan tetapi kalau sipenerima zakat menjadi kaya atau meninggal dunianya setelah maghrib maka zakat tetapsah sehingga tidak wajib zakat lagi.

G. Golongan Yang Berhak Menerima ZakatDasarnya adalah firman Alloh SWT di dalam Surat At-Taubah ayat 60 :

Yang artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang faqir dan orang-orang miskin dan amil dan para muallaf dan para budak dan orang-orang yang berhutangdan sabillah dan ibnu sabil sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Alloh dan Allohmaha mengetahui lagi maha bijaksana (Q.S. At-Taubah : 60)

Berdasarkan ayat tersebut diatas, golongan yang berhak menerima zakat adalah ada8 golongan/kelompok :

Page 5: Risalah Zakat Fitrah

1. Fuqoro’ (orang-orang fakir) yaitu orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaanyang layak yang hasilnya bisa mencukupi kebutuhan pokoknya sendiri dan kebutuhanpokok orang yang menjadi tanggungan nafkahnya dengan penghasilan yang hanya bisamencukupi kurang dari separuh kebutuhannya, misalnya : kebutuhannya 10 tapi diahanya bisa mencukupi kurang dari 5.

2. Masakin (orang-orang miskin) yaitu orang yang memiliki harta atau pekerjaan tapihasilnya hanya bisa mencukupi lebih dari separuh kebutuhan pokoknya, tidak penuh,misalnya : kebutuhannya 10 tapi dia hanya bisa mencukupi 8.

3. Amilin (para amil) yaitu orang yang diutus atau diangkat oleh kholifah/imam (kepalanegara) untuk mengambil zakat, pembagi dan pengumpul zakat.Dari pengertian ini jelaslah bahwa panitia zakat yang ada dikampung-kampung/desamaupun di perkotaan yang sering kita lihat tidak bisa disebut amil karena kurangnyapersyaratan secara syar’i sehingga tidak berhak mendapat bagian zakat denganmengatasnamakan dirinya sebagai amil, ia hanyalah sebatas wakil dari pelaku zakatuntuk menyalurkan zakatnya oleh karenanya maka apabila wakil keliru dalammenyalurkan zakat maka ia berkewajiban menanggung/menggantinya dan zakatnyaorang yang mewakilkan kepadanya menjadi tidak sah (lihat : Kitab Roudhoh karanganImam Nawawi dalam bab zakat, lihat juga keputusan muktamar NU tahun 1960 diJakarta).

4. Muallafah Qulubuhum (para muallaf) yaitu orang masuk islam yang masih lemahmental keislamannya atau pula tokoh atau kepala suku yang telah masuk islam yangmempunyai wibawa dikaumnya yang dengan diberi zakat maka diharapkan bisamenarik para pengikutnya untuk turut masuk islam.

5. Riqob yaitu budak - budak mukatab yang perjanjian kitabahnya sah.6. Ghorimin (para ghorim) yaitu orang-orang yang punya tanggungan hutang, dan ghorim

ini dibagi 4 macam :a. Orang yang berhutang untuk dirinya sendiri atau untuk orang yang kewajiban ia

tanggung nafkahnya, untuk kepentingan yang bukan maksiat, maka boleh diberibagian zakat bila tidak mampu melunasi hutangnya, sekalipun rajin bekerja, sebabpekerjaan itu tidak bisa menutup kebutuhannya untuk melunasi hutang bila telah tibajatuh tempo.

b. Orang yang berhutang untuk keperluaan mendamaikan percekcokan, maka orang inidiberi bagian sejumlah hutangnya yang untuk keperluan tersebut, sekalipun ia kaya.Adapun jika tidak berhutang, tapi membiayai perdamaian itu dengan hartanyasendiri maka tidak diberi bagian zakat.

c. Orang yang berhutang untuk kemashlahatan umum seperti menghormat tamu,membebaskan tawanan, membangun masjid, maka boleh diberi bagian sekalipunkaya. Akan tetapi apabila yang berhutang tersebut bukan orang tapi atas namalembaga/organisasi maka tidak bisa disebut ghorim yang berhak mengambil bagianzakat, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan ta’mir atau panitia pembangunanmasjid pada saat ini.

d. Orang yang berhutang untuk menanggung hutang orang lain, bila penanggung danyang ditanggung sama-sama melarat, maka penanggung boleh diberi sejumlahpelunasan hutangnya.

Page 6: Risalah Zakat Fitrah

7. Sabilillah yaitu orang-orang yang berperang membela agama Alloh yang sukarela(tanpa bayaran) sekalipun kaya, maka diberi bagian sebagai nafkahnya, pakaiannya danjuga untuk keluarganya selama pergi berperang, demikian pula diberi biaya alatpeperangan.

8. Ibnu Sabil yaitu musafir dengan bepergian yang mubah (bukan maksiat), ia bolehdiberi bagian secukup kebutuhannya dan kebutuhan pesertanya yang menjaditanggungannya jika ia tidak mempunyai harta atau kehabisan harta ditengah perjalananatau di tempat tujuannya.Catatan penting : Harta zakat itu sama sekali tidak boleh digunakan untuk membangun masjid, pondok

pesantren, membangun sekolah/madrasah, dll., dan apabila dilakukan makahukumnya haram dan zakatnya juga menjadi tidak sah karenanya ia wajibmengeluarkan zakatnya kembali dan jika tidak maka ia tergolong mani’uz zakat(orang yang enggan membayar zakat).

Ketika masjid atau pondok pesantren itu roboh atau rusak yang berkewajibanmembangun atau memperbaikinya adalah orang kaya, kalau harta zakat itu diberikankepada pembangunan masjid maka berarti orang fakir miskin yang mestinyahidupnya bisa lebih baik karena terbantu dengan diberi zakat akhirnya hidupnyatetap kekurangan, dan karena zakat yang seharusnya menjadi hak mereka tersebutdiberikan kepada masjid maka sama halnya yang membangun masjid adalah orangfakir/miskin sedangkan yang kaya tinggal menempati tentunya ini adalah suatukedzoliman.

Sedangkan pendapat yang menyatakan zakat boleh diberikan kepada pembangunanmasjid atas nama sabilillah adalah pendapat yang sangat lemah dan bertentangandengan hadits rosul serta aimmatul mujtahidin (para imam mujtahid) oleh karenanyatidak boleh diikuti.

H. Beberapa Hukum didalam Madzhab Syafi’i Terkait Pembagian Zakat1. Hukum Pemerataan Zakat :

Jika mustahiqqin (para penerima zakat) itu terbatas jumlahnya (bisa dihitung) sedangkanharta zakat cukup untuk meratai mereka semua maka wajib dibagi meratai semua, tapikalau zakat itu sedikit (tidak cukup), maka tidak wajib membagi rata, tapi wajibmembagikan kepada minimal 3 orang untuk setiap golongan/kelompok yang 8.

2. Hukum Penyamarataan Bagian Antar Golongan :Wajib menyamaratakan bagian antar golongan/kelompok yang 8, tapi tidak wajibmenyamaratakan bagian masing – masing individu dalam satu golongan tersebut.

3. Hukum Apabila Salah Satu Golongan dari 8 Golongan Tidak Ada :Jika salah satu golongan dari 8 golongan tersebut tidak ditemukan maka bagiannya bisadiberikan/dikembalikan kepada golongan yang ada.(Tambahan : Ada qoul dho’if (pendapat lemah) didalam madzhab Syafi’i yangmemperbolehkan memberikan zakat fitrah itu kepada 3 orang miskin saja atau 3 orangmustahiqin lainnya, bahkan menurut qoul Abu Ishaq zakat itu boleh diberikan hanyakepada 1 orang saja dan itu sesuai dengan pendapat Aimmatus Tsalatsah (3 imammujtahid selain imam Syafi’i - Rodhiyalloohu ‘Anhum ).

Page 7: Risalah Zakat Fitrah

Kesimpulan : Dari penjabaran ketiga hukum diatas jika dituangkan dalam contoh, misalkan pada

zakat fitrah, katakanlah kita zakat fitrah sebanyak 2,5 kg, maka 2,5 kg tsb harusdibagi kepada 8 golongan (jika kesemuanya ada) dan tiap-tiap golongan denganbagian yang sama dan masing-masing golongan tersebut minimal 3 orang.

Apabila hanya terdapat 2 golongan saja misalkan fuqoro’ dan masakin maka bagiangolongan yang lain dikembalikan kepada golongan yang ada, dengan kata lain 2,5kg dibagikan hanya kepada fuqoro’ dan masakin dengan bagian yang sama danmasing – masing golongan minimal 3 orang, jadi 11/4 kg diberikan kepada fuqoro’minimal 3 orang dan yang 11/4 kg lagi diberikan kepada masakin minimal 3 orang.

Jika kita mengikuti qoul dho’if (pendapat lemah), maka 2,5 kg bisa langsungdibagikan kepada 3 orang saja, baik 3 orang tersebut fakir semua atau miskin semua,atau kita berikan kepada satu orang saja mengikuti pendapatnya Abu IshaqRochimahulloh.

Akan tetapi bagi panitia zakat, tidak diperkenankan memakai qoul dho’if ini,karena hal tersebut menyalahi maksud dari para pezakat yang menginginkan agarpanitia menyalurkan zakatnya kepada para fuqoro’ dan masakin (berarti kepadabanyak orang), sehingga dengan panitia memberikannya kepada hanya satu orangsaja dari masing - masing zakat yang 2,5 kg tersebut, berarti ia telah mengkhianatikepercayaan yang diberikan kepadanya.

SOLUSI :Untuk mensiasati agar masing-masing individu penerima zakat tidak menerima

zakat dengan jumlah yang sedikit akibat pembagian tersebut diatas, maka zakatbeberapa orang dicampur dijadikan satu selanjutnya dibagi sesuai aturan tersebut diatas.

Contoh : zakat fitrahnya 10 orang, berarti 2,5 kg dikalikan 10 jumlahnya menjadi 25kg, misalkan hanya terdapat 2 golongan saja yaitu fuqoro’ dan masakin maka 25 kgdibagi 2, yaitu 12,5 kg untuk fuqoro’ dan 12,5 kg untuk masakin dimana masing-masingminimal 3 orang, sehingga per orang akan mendapat ± 4 kg. Selain itu denganpencampuran ini sama artinya masing-masing dari 10 orang yang berzakat tersebut telahmemberikan zakatnya kepada 3 orang faqir dan 3 orang miskin.

4. Hukum Memindah Zakat :Tidak boleh memindah zakat dari balad (daerah) setempat harta itu ke daerah lainsekalipun berdekatan, juga zakatnya menjadi tidak sah menurut qoul (pendapat) yangmasyhur didalam madzhab syafi’i. Sedangkan menurut qoul dho’if (pendapat lemah)boleh memindahkan zakat dari balad (daerah) setempat harta itu berada.

5. Zakat Juga Dihukumi Tidak Sah Apabila :a. Diberikan kepada orang kafirb. Diberikan kepada Bani Hasyim dan Bani Mutholibc. Diberikan kepada orang kaya, yaitu orang yang punya pekerjaan dan dengan

pekerjaannya tersebut kebutuhan tiap harinya bisa tercukupi dengan baik (layak).Atau juga termasuk dihukumi kaya yaitu orang yang tidak bekerja tapi telahmempunyai biaya secukup hidup selama umur wajarnya, ada yang mengatakansecukup hidup satu tahun.

Page 8: Risalah Zakat Fitrah

d. Diberikan kepada orang yang telah tercukupi dengan nafkah wajib untuknya, baikdari suami atau kerabat. Adapun orang yang belum tercukupi dengan nafkahwajibnya, maka ia diperbolehkan menerima zakat baik dari si penanggungnafkahnya sendiri atau dari orang lain sehingga atas nama fakir.

6. Memberikan zakat kepada orang yang meninggalkan sholat :Imam Nawawi r.a memberikan fatwa bahwa orang yang sejak baligh sampai seterusnyasama sekali tidak pernah mengerjakan sholat karena malas mengerjakannya (bukankarena menetangnya sebagai kewajiban) maka ia tetap boleh diberi zakat, hanya saja iatidak diperbolehkan menerima sendiri zakatnya tetapi yang menerimakan zakatuntuknya adalah walinya, artinya ia dihukumi seperti anak kecil atau orang gila (tidakbisa menerima pemberian secara langsung). Lain halnya jika ia masih baru mengabaikansholatnya, maka ia diperbolehkan menerima sendiri pemberian zakatnya.

7. Memberikan zakat kepada yatim piatu :Yatim piatu tidak termasuk kelompok yang 8 sehingga tidak boleh zakat diberikankepada mereka, kecuali kalau dia fakir atau miskin maka boleh diberi zakat atas namafakir atau miskin dan yang menerimakan untuknya adalah walinya atau orang yangmengurusinya. Oleh karenanya zakat – zakat yang diberikan atas nama yayasan pantiasuhan hukumnya tidak mencukupi/tidak sah karena tidak termasuk ashnaf/golonganyang 8.

8. Tambahan :Zakat itu didalam penyalurannya dilakukan oleh si pezakat sendiri atau boleh jugamewakilkannya kepada orang lain, yang tentu saja ketika mewakilkannya kepada oranglain harus ada ijab atau ucapan yang menunjukkan perwakilan/penyerahan urusannyakepada orang lain tersebut, sebagaimana dijelaskan didalam bab wakalah (perwakilan)didalam kitab-kitab Fiqh, sebagai contoh si A mewakilkan urusan penyaluran zakatnyakepada si B, maka sudah seharusnya si A mengatakan kepada si B : “ Saya mewakilkankepada Saudara untuk membagikan zakat saya ini kepada para fakir miskin “ atau “Tolong zakat saya ini Saudara bagikan kepada para fakir miskin “ lantas si Bmengatakan “ ya “ atau tidak menolak, maka sudah cukup, dan umpama didalamprakteknya nanti si B menyuruh orang lain lagi untuk membagikan zakatnya makasudah seharusnya si B meminta ijin dulu kepada si A, sebab wakil itu tidak bolehmewakilkan lagi kepada orang lain tanpa seijin orang yang mewakilkan (lihat : KitabFathul Mu’in dalam bab Wakalah). Panitia/orang yang diserahi untuk menyalurkanzakat maka posisinya adalah sebagai wakil karenanya wajib mengetahui dan memahamiakan hal-hal tersebut diatas beserta hukum-hukum seputar zakat yang lain.Walloohu A’lam.

I. Do’a Menerima Zakat Fitrah

Page 9: Risalah Zakat Fitrah

Referensi : Al-Qur’an, Sohih Bukhori, Sohih Muslim, Sunan Abi Dawud, I’anatutTholibin, Roudhotut Tholibin, Al Bajuri, As Syarqowi, Kifayatul Akhyar, NihayatuzZain, Fathul Mu’in, At-taqriirotus Sadiidah.

Page 10: Risalah Zakat Fitrah