risalah rapat panja ruu tentang susunan dan...

90
RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDYUKAN MPR, DPR, DPD DAN DPRD RAPAT KE : 24 JENIS RAPAT : RAPAT PANJA KE: 4 DE NGAN TANGGAL : ESELON I DEPDAGRI : 28 JUNI 2003 SEKRERA TARIAT PANSUS

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

RISALAH RAPAT

PANJA RUU TENTANG

SUSUNAN DAN KEDUDYUKAN

MPR, DPR, DPD DAN DPRD

RAPAT KE : 24

JENIS RAPAT : RAPAT PANJA KE: 4

DE NGAN

TANGGAL

: ESELON I DEPDAGRI

: 28 JUNI 2003

SEKRERA TARIAT PANSUS

Page 2: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

RISALAH RAPAT PANSUSRUUTENTANGSUSUNANDANKEDUDUKAN

MPR, DPR, DPD, DAN DPRD

Tahun Sidang

Masa Persidangan

Rapat ke

Jenis Rapat

Deng an

Sifat Rapat

Hari, tanggal

Pukul

Tern pat

Ketua

Sekretaris

Acara

Hadir

FRAKSIPDIPERJUANGAN 1. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO 2. HOBBES SINAGA 3. HERIAKHMADI 4. STERRA PIETERSZ 5. DIDISUPRIYANTO 6. WI LLIAM H. TUTU HARi MA 7. RUT JI GUNUNG MULJONO 8. SADJARWO SUKARDIMAN 9. OETOYO

FRAKSIPARTAIGOLKAR 1. M. YAHYAZAINI, SH 2. DRS.T.M. NURLIF 3. DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG 4. DRA. HJ. ROSNANIAR

2002-2003

IV

Ke-25

Rapat Panja ke-4

Pejabat Eselon I Departemen Dalam Negeri

Tertutup

Sabtu, 28 Juni 2003

08.40 s/d 22.30 WIB

Ruang Rapat Betawi I

Hotel Santika-Jakarta

Sukowalujo Mintorahardjo

Drs. lskandar N. Basri

Membahas DIM Persandingan

25 dari 31 Anggota

Page 3: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

2

5. HJ. EVITAASMALDA, S.H 6. PROF. DR. H. RUSTAM E. TAMBURAKA, MA 7. ALEX HESEGEM

FRAKSIPPP 1. HM. THAHIR SAIMIMA, SH 2. HM. SJAIFUL RACHMAN, SH 3. NY. HJ. AISYAH AMINY, SH 4. DRS. HM. ABDUH PADDARE

FRAKSI KEBANGKIT AN BAN GSA 1. CHATIBUL UMAM WIRANU 2. DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si 3. ORA. IDA FAUZIAH 4. G. SETO HARIANTO

FRAKSI REFORMASI 1. ORA. Hj. NURDIATI AKMA 2. H. TB. SOENMANDJAJA, SD

FRAKSI TNl/POLRI 1. AMIRTOHAR, S.IP 2. KOHIRIN SUGANDA S. M.Sc

FRAKSI BULAN BINTANG 1. H.M. ZUBAIR SAKRY

FRAKSIKKI 1. DRS. S. MASSARDY KAPHAT

FRAKSIPDU 1 DRS. H. ASNAWI LATIEF

PEMERINTAH MENTERI DALAM NEGERI BESERTAJAJARANYA

Page 4: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

4

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Baik tadi sudah di skors dan sekarang skos dicabut rapat saya buka kembali.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 08.40 WIB)

lbu, Bapak saudara sekalian yang kami hormati wakil dari pemerintah da111 teman-teman dari DPR anggota panja yang kami hormati.

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat pagi, salam sejahtera buat kita semua. Kemarin kita sudah membahas sampai dengan DIM nomor 84, DIM 85 mungkin perlu

juga untuk kita kerjakan seberapa jauh ini akan bisa diakomodir dalam ~al menunjuk mengenai pengambilan putusan dengan suara terbanyak dimana ada persyaratan bahwa yang hadir dalam persidangan untuk pengambilan suara terbanyak ditetapkan tiga perempat dari jumlah anggota MPR mengingat kalau dengan ketentuan dua pertiga itu bisa diintropermasikan bahwa dua pertiga itu anggota MPR dari DPR saja sudah cukup tapi kalau kita angkat dengan jumlah melebihi dua pertiga secara otomatis tanpa ljTlenyebutkan mengenai kehadiran anggota DPD itu sudah mengharuskan anggota DPD nah ini satu hat yang, kalau F.KB menghendaki harus ada aturan yang menetapkan bahwa ~nggota yang hadir DPR dan DPD, kalau dua pertiga saja itu bisa hanya anggota DPR saja dapat sebanyak-banyaknya DPD itu hanya sepertiga tinggal dua. pertiganya itu anggota DPR, jadi ketentuan ini tanpa menyebutkan harus hadir dua unsur sudah otomatis kar~na jumlahnya tiga perempat mengharuskan kehadiran anggota DPR dan Anggota DPD inj pikiran yang melatar belakangi hat ini, nah ini mungkin bisa mengakomodasi pikiran yang ~da diusulkan oleh F.KB dan mempersyaratkan kehadiran kourum itu harus dua unsur anggota DPR dan anggota DPD, kami persilahkan mungkin dari lbu Aisyah, atau Pak Prof. ·

F.PPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, SH): Bagaimana kalau kita tidak membuat tiga perempat akan tetapi dalam p~njelasan dua

pertiga diberikan bahwa dalam jumlah dua pertiga itu sudah terwadahi adanta unsur DPR dan DPD itu dan unsurnya kan Cuma dua, jadi sudah terwakili unsur DPR ~an DPD-nya sudah masuk supaya kita tidak melebihi dari apa yang dikatakan UUD sebab UUD hanya mengatakan dua pertiga itu, terima aksih.

KETUA PANJA: F. TNI silahkan.

F.TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA S. M.Sc): Terima kasih pimpinan, kami menghormati masukan dari F.PDIP tapi ~xercise kami

tiga perempatpun itu tidak bisa konkrit dua unsur mari kita exercisenya kalaul 550 Anggota DPR katakan lah 31 provinsi empat kali tiga puluh satu anggota DPD jumlah enrm ratus tujuh puluh empat tiga perempat kali enam ratus tujuh puluh empat lima ratus enam b~rarti dibawah anggota DPR lima ratus lima puluh, jadi tiga perempatpun dari resening Pak pimpinan bisa menggiring unsur DPD-DPD juga waktu itu kami sependapat dengan Bu Aisyah I mari kita lihat azas pada konstitusi Pasal 37 untuk merubah UUD saja cukup dua pertiga ke~adiran, Pasal 7b ayat (7) untuk impeacmen saja cukup tiga perempat, jadi kalau impeachmen dan pasal­pasal UUD gradasinya harus lebih rendah dari pada itu untuk lebih amanjnya mungkin disamakan dengan duapertiga saya lebih sependapat dengan itu demikian pimpinan terima kasih.

KETUA PANJA: Saya kira dari F.PG

Page 5: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

5

F.PG (PROF. DR. RUSTAM E. TAMBURAKA): , Saya kira konkordan dengan apa yang dikemukakan oleh dari F.PPP m'an F.TNl/Polri

sebenarnya kami menghargai usul F.PDIP tetapi semalam kita sudah cuk p membahas tentang ini dan supaya bunyi Pasal 2 ayat (3) UUD itu yang terbanyak jug sependapat dengan hitung-hitungan ini, jadi kalau dua pertiga dari enam ratus tujuhpuluh lempat kurang lebih empat ratus tiga puluh lebih, ya saya kira itu sudah kuorum. •

KETUA PANJA: , Baik dengan demikian mengenai itu tidak perlu lagi, jadi di 77, 78, 79 dimasukan

penjelasan tolong dicatat barangkali timus dari pemerintah untuk diberi penjela~an mengenai kehadiran dari dua unsur anggota dari DPR dan DPD, oke begitu. ·

(RAPAT SETUJU)

F.PPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, SH): ; Dengan demikian tata tertibnya bisa memuat kalau sudah ada wal~upun dalam

penj1elasan dalan UUD tidak mengikat ditata tetib bisa dimemuatkan sehingga me~gikat. '

KETUA PANJA: !

Dengan demikian kita akan masuk ke DIM 86 tapi DIM 86 ada usul F.P IP mengenai judul juga kelihatannya F. Reformasi mengenai judul yaitu, kalau FPDIP tidak perlu dengan susunan, kalau usul F,Reformasi keduduikan susunan dan keanggotaan, saya k ra masuk saja kekonkordan dari undang-undang judul mengenai susunan kedudukan jika ba angkali kalau disini mengenai susunan keanggotaan tidak salah, tapi kalau misalnya kean gotaan tanpa mengatakan susunan juga berati itu susunan keanggotaan, tapi supaya konkprdan apakah bisa disetujui tetap saja judulnya susunan dan ~eanggotaan bisa disetujui. 1

(RAPAT SETUJU)

Jadi dengan demikian judulnya Dewan Perwakilan Rakyat bagian peliama susunan dan keanggotaan DPR atas anggota partai politik pserta pemilu yang terpili~ berdasarkan hasil pemilu ini usul F.PBB DPR adalah lembaga tinggi yang anggotanya terdir' atas anggota parpol perserta pemiliu berdasarkan pemilu, saya kira tentang lembaga i u nanti pada kedudukan, jadi bukan tempatnya disini sehingga kalau konkordan dengan pi iran itu isinya hanya menetapkan mengenai anggotanya yang terpilih berdasarkan hasil p milu dengan demikian bunyiannya menjadi DPR terdiri atas anggota parpol peseta pemil yang terpilih berdasarkan hasil pemuii itu disetujui, pemerintah? Kita nanti mintakan ahli bahasa kasih hump kecil atau besar itu sangat menentukan, jadi bisa diketok ya?

(RAPAT SETUJU)

Pasal 16,DIM 87 sudah disetujui dengan demikian tidak perlu digetok la i DIM 88 juga diserahkan kepada Timsin, kita lanjut ke DIM 90 substansi disetujui redaksio al diserahkan ketimus dengan memperhatikan F.PDIP bakti dan kerja, jabatan Bakti ke ·a, tug.as kita seralhkan ketimsin, ini DIM 91 pembatasan mengenai banyak-banyaknya tiga kali dan sebagainya, nah ini saya kira membatasi orang mau mengabdi boleh atau tidak karena F.PG sudah membatasi orang yang sudah lebih dari tiga kali tidak bol1eh dicalonka , nah ini mau carui1 cantolan hukumnya boleh apa tidak tapi saya kira itu kebijakan partai asing-masing saja, tapi terserah mari silahkan menanggapi yang punya usul silahkan.

F.PG (PROF. DR. RUSTAM E. TAMBURAKA): Terima kasih pak ketua, bapak dari pemerintah, rekan-rekan anggota pa ja yang saya

hormati, fraksi kami mengusulkan anggota DPR itu hanya boleh menjabat ke bali sebagai anggota DPR sebanyak-banyaknya tiga kali masa jabatan secara beturut-tu ut alasannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada kader yang lain supaya kita tidak ianggap ini

Page 6: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

6 I

hanya mempetahankan saja jabatan, pemerataan, saya kira itu alasan kahii kalau bisa didukung oleh fraksi lain saya beterima kasih. !

KETUA PANJA: Terima kasih, dari fraksi yang lain silahkan Bu Sterra.

F.PDIP (STERRA PIETERZS): . i

Terima kasih Pak, prinsifnya kami bisa menerirna kalau fraksi diberkepercayaai untuk memilih yang terbaik anggotanya untuk duduk di Dewan, tapi kalau kita memberikan ke ercayaan tidak usah dibatasi dia pasti lebih tahu yang mana pantas lebih tahu yang mana yan pantas untuk dicalonkan lagi yang mana yang tentunya sudah tidak layak kami tidak usah diatur secara tegas disini terima kasih. i

KETUA PANJA: Baik silahkan Pak Kohirin.

F.TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANIDA S. M.Sc): Terima kasih Pimpinan, yang terhormat pemerintah Kami menghargai semangatnya dari fraksi Golkar untuk membatasi ini y ng kami lihat

dari dua aspek regenerasi mebuka jalan selebar-lebarnya, yang kedu dari aspek kemungkinan kinerja, namun demikian dari aspek yang lain tentang ak ntabilitas dan kopentensi nampaknya belum tentu selaras dengan pembatf;lsan Uga kali ini bi a terjadi yang sudah tiga kali ada pribahasa mengatakan kelapa makin tua santannya ma in hebat, nah kaitan itu berkaitan dengan hak azasi juga kami masih berprinsif ini karena pa ol lebih tahu jadi domennya parpol untuk melakukan ini, tiga rekrumen di parpol berpariasi mungkin ada yang menerapkan tiga kali ada munkin yang menerapakannya tiga kali ada yang mungkin menerapkannya dua kali dan sebagainya ini sangat berpariasi itu untuk me jadi semacam promosi bagi konsituen parpol yang bersangkutan, demikian pimpinan terima kasih.

KETUA PANJA: Pak abduh paddare.

F.PPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE):\ T erima kasih, saya kira kalau ini memang ada bagusnya ta pi kal u istilah kita

barangkali yang namanya kita orang tua ada juga kejenuhan, kemudian juga s ya anggaplah ini angkatan darat mau ganti mau pakai silahkan sebab kalau terlalu kaku begini atinya berlaku tiga tahun ini undang-undang tapi kalau golkar angkatan daratlah kira kira begitu itu terserahlah mau setahun, mau dua tahun jadi flieksibel kalau itu tapi kalau di ini rigit sekali dan pada satu saat tidak ada lagi orang umpamanya karena amu ki mat terpaksi diperpanjang atau sebaliknya, jadi ini1 kalau menurut saya kalau pegawai nege i itu 60 tahun pensiun kalau DPR ini bisa tiga puluh tahun tapi angkatan darat itu 55 tahun t rlalu cepat itu padahal masih bisa perang. Oleh karena itu menurut saya kita ambil fleksi I pak jangan terlalu rigit tapi patai g1olkar ini bagus supaya berputar secara baik regenerasi kadang-kadang hanya kalau istilahnya ditempat saya itu kader penerus tapi nyatanya kader erus menerus, jadi menurut saya fleksibel saja kallau dibutuhkan tidak apa-apa lima tahun ua priodekan diutamakan dengan kebutuhan, j1adi fleksibel jadi tidak usah khawatir kalau ibatasi begini putus padahal masih dibutuhkan, ini menurut saya barangkali golkar memang besar jadikan jadi ganti-gantian bukan soal gantinya pak, terima kasih. '

KETUA PANJA: Silahkan Bu Aisyah.

F.PPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, SH): I

Pimpinan barangkali meletakan fleksibilkitasnya itu dimana apakah muMkin misalnya dalam pasalnya ada pembatasan kemudian dipenjelasannya dapat diperpanjang bila partai

I

Page 7: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

7

yang bersangkutan membutuhkan artinya walaupun saya kira bisa, jadinya atinya suatu pengecualiannya boleh-boleh saja diambil itu kalau pengecualian banyak jadi atinya kaderkader itu sudah tahu bahwa orang itu punya kwalitas dan dibutuhkan, terima kasih mungkin suatu wacana mungkinkah begitu.

KETUA PANJA: Fraksi KB silahkan.

F.KB (CHATIBUL UMAM WIRANU): Terima kasih, didalam keputusan patai bahakan kemarin kita bahkan lebih agak

akstrim dari golkar duakali kita PKB membatasi seseorang untuk dianggota legisliatif tapi itu kita tuangkan didalam peraturan patai bukan juga di ADART diperaturan patai lebih rendah dari ADART, nah apakah ini bisa diakomodir didalam Undang-undang Susuduk itu kelihatannya memang kurang pas didengar tapi perinsifnya kami sangat setuju bahkan kami dua kali dari ini PKB, mungkin ada jalan keluar memberikan ruang buat kalimat atau pembatasan ini kicari bersama-sama, terima kas,ih.

KETUA PANJA: lni wacana yang berkembang ada suatu keinginan sepeti itu tetapi apa domainnya ini

baik di domain patai apakah ini kita tuangkan di Undang-undang Susduk karena kaitannya kita mesti berikan secara konsepsi apakah mengenai ini tuangkan didomain Undang-undang Susdluk, domainnya sebenarnya internal parpol mau satukali, mau dua kali itu domainnya di parpol dengan demikian tidak selalu yang domainnya parpol itu dimasukan domainnya UU ini, jadi kita berpikir dalam krangka sepeti itu sehingga dengan demikian tidak selalu apa yang ada didalam parpol kita paksakan atau haruskan masuk pada domain UU Susduk, bag1aimana apakah kita berat titik beratnya pada parpol, sebab kalau misalnya dua, tig1a, empat dan sebagainya parpol bisa punya kebijakan FKB mengatakan dua kali misalnya F.PDIP mengatakan, kemudian golkar tiga kali, nah ini juga menjadikan sesuatu yang nanti apa bila itu kebijakan-kebijakan berbeda-beda orang bisa komplin di partainya masing-masing klenapa itu di UU yang lebih tinggi peraturan itu mengata1kan bisa tiga kali yang itu menjadi priksi dan menjadi konplik, bisa kurang, tapi karena ini undang-undang sebanyak-banyaknya tiga kali partainya mengatakan dua kali anggota partai yang berada didalam patai. itu kemudian berpegang pada UU-nya menimbulkan persoalan-persoalan internal patai yarng bisa antara aturan dengan UU itu tidak sama jadi apakah kita bijaksana yang menimbulkan sesuatu yang akibat dari aturan yang kita buat sementara di patai itu ada berbagai bagian, jadi itu saja pikirannya. silahkan.

F.PG (PROF. DR. RUSTAM E. TAMBURAKA): Penjelasan Pak Ketau, jadi mungkin bahan petimbangan untuk memasukan didomain

UU usul ini, itu untuk menghindari adanya semacam perselisihan pada saat PAW, jadi sebelum pemilu itu dikalangan calon-calon partai itu kemungkinan dua kalimat saja batal atau masuk ketiga itu materai itu banyak bagaimana kalau kita PAW sering pada saatnya datang masanya untuk PAW yang juga terlanjur itu tidak mau macam-macam saja jumlahnya masukan domain UU ini saya kira masing-masing kandidat itu sudah mengeti diri sehingga pada saat tidak akan banyak peUkaian karena sudah ambil porsinya sudah memang menggunakan kesempatan itu saya kira itu Pak Ketua kami mohon agar masukan didomain ini sekaligus memberikan sinyal kepada pada para calon untuk dimasing-masing patai untuk mengeti diri, beginilah kira-kira pengaturannya, terima kasih.

F.PPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, SH): Kami melihat bahwa perlu diucapkan bahwa ini perlu diendapkan supaya kita tidak

terpaku kita pikirkan lagi baik itu bagaimana kita pindah yang lain lagi.

Page 8: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

8

KETUA PANJA: Pemerintah atau pak Hobbes.

F.PDIP (HOBBES SINAGA): Terima kasih Pimpinan, jadi selain tadi sudah dikemukakan bahwa ada baiknya

menjadi domain dari patai yang bersangkutan diatur AD/ART itu kebijakan ini tidak secara umum berlaku selain dari keterangan itu sebenarnya kita lihat sistem Pemilu kita akan datang ini kan menunjukan kwalitas dari calon itu tinggi dengan misalnya sistem proporsional terbuka itu, jadi artinya rakyat nanti akan ikut menentuikan siapa wakil yang menurutnya lebih bagus, jadi atinya seseorang itu walaupun mungkin sudah dua tiga kali priode karena kemampuannya yang luar biasa barangkali dia masih tetap oleh patai yang bersangkutan, yang ketiga alasan saya sebenamya kalau misalnya kita lihat di lnggris orang untuk masuk dikabinet mereka sistem parlementer untuk bisa masuk dimenteri itu harus ada peng1alamannya berapa priode diparlemen, itu menunjukan atinya seseorang yang bisa betahan apalagi disana mempergunakan sistem distrik, jadi kalau seseorang itu bisa lolos sampai dua tiga kali priode bahkan empat kali priode itu menunjukan kemampuan luar biasa barangkali memang saya kira ini tidak menjadi masalah yang penting memang saya kira seleksi itu alami itu akan terjadi kemampuan seseorang di DPR itu kurang kalau dipetahankan atau tidak itu nanti pada priode berikutnya itu alasan-alasan setuju memang kalau masalah ini saya kira ini datang dari golkar kalau sudah memikiran mengajukan dengan apa petimbangan-pertimbangan yang sangat kuat saya setuju, oleh sebab itu saya ini setuju diendapkan dulu, terima kasih.

KETAU RAPAT: Pemerintah silahkan.

PEMERINTAH: Bapak pimpinan yang kami hormati dan anggota Panja yang kami hormati komen kami

kalau dari segi konsep pemikiran ini atinya setidak-tidaknya memberi peluang pada kaderkader patai-patai yang ikut didalam pemilu ada beberapa pariabel lain yang perlu dipetimbangkan diantaranya adalah sistem pemilu oleh Pak Hobbes yang terhormat telah mengetengahkan sistem pemilu karena sistem yang kita kembangkan adalah proporsional terbuka berarti ketokohan seorang kader atau pigur itu sangat menentukan.

Kemudian yang ketiga, adalah kalau kita membuat koperatif ada beberapa sistem anggota dari DPR atau parlemen dibeberapa negara memang sangat pariatif kalau secara internal depatemen atau pemerintahan Presiden diberikan batasan kebetulan pejabat-pejabat negara yang ada batasannya termasuk juga kepala daerah itu juga ada batasannya, kalau kita lihat dari sistem pengaturan ini sebenarnya substansi ini ada didalam kewenangan atau otoritasnya masing-masing patai tapi kalau kita masukan didalam sistemnya UU Susduk ini mungkin diberikan suatu untuk satu peserta pemilu itu bisa membatasi, nah solusinya pemikiran saya Pasal 17 itu bisa diberikan penjelasan atinya bahwa misalnya masa bakti anggota DPR adalah lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali sesuai dengan kebijaksanaan paorpol, jadi itu dimasukan didalam didalam penjelasan daripada pasal jadi ada peluang ada cantolannya sehingga itu memberikan motivasi kepada pimpinan partai atau partai bersangkutan untuk mengadop atau saling memperkuat apa yang1 dirumuskan dalam ADART ataupun intern patai itu pandangan kami, dilain itu selain kita melanjutkan mungkin karena ini kita sudah masuk kepartai-partai DPR mungkin kami berikan sedikit catatan untuk yang sebetulnya juga kita semua paham adahai yang sangat prinsif yang menyangkut pimpinan dan juga hal-hal yang menyangkut kemarin soal keuangan, jadi nantinya kalau ada satu ketentuan tersendiri pasal yang lain-lain pengaturan mengenai hakkeuangan administrasi atau keuangan anggota MPR atau pimpinan anggota MPR, DPR,DPD dan DPRD itu nanti menjadi satu tidak masing-masing ada pengaturan tersendiri,demikian pimpinan.

Page 9: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

9

KETUA PANJA: Jadi sesuai dengan usul diendapkan, kemudian pemerintah inii dimasukan didalam

keterangan atau penjelasan Pasal 17 berkenaan dengan itu atinya mewadahi otonomi dari masing-masing memberikan seseorang bisa diajukan kembali menjadi anggota DPR setelah masa jabatannya itu diserahkan kepada otonomi kemandirian parpol ini usul dari pemerintah, ya saya kira kita endapkan nanti itu kita masukan, tapi pemerintah tolong menyiapkan redaksi usulan tersebut supaya membantu kelancaran.

F.PPP (H.M. ABDUH PADDARE): Ketua, saya kok melihat tidak terlalu orgen yangn kita edapkan ini membuang waktu saja toh

kita-kita juga nanti berdebat lagi kalau bisa diputuskan saja, sebab begini kalau diendap­endapkan terus masih banyak yang berbeda diendap kalau pimpinan itu oke memang sudah diendapkan tapi ini saya kira kalau diliihat dari kondisi ternyata fleksibel sekali dan undang-ndang jangan terlalu mencampuri urusan intern angkatan darat biar saja parpol bermain untuk kepentingan bangsanya.

KETUA PANJA: Jadi dengan demikian pengusul setuju untuk masuk pada Penjelasan, ya baik saya kira bunyi­

bunyiannya silahkan pemerintah, bagaimana setuju?

(RAPAT SETUJU)

Kita masuk pada Pasal 18 rasa-rasanya itu setuju semua sehingga kita tidak perlu menambahkan, sekarang DIM 93 ini kayaknya konkordan dengan MPR memang perlu ada pasal apakah ayat yang mengatur mengenai untuk yang tidak bisa bersama-sama itu sumpahnya diambil oleh pimpinan DPR konkordan saja bisa disetujui.

(RAPAT SETUJU)

Kemudian tatacara pengucapan sumpah janji sebagaimana dimaksud diatur dalam tatatetib, sudah disetujui tetap dan kemudian.

F.PPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, SH): Sebentar dulu yang 93 itu diserahkan kepada Timus yang terakhir tadi yang usulan

tambahan DIM 93 kan rumusan akhirnya.

KETUA PANJA: Yang berhalangan konkordan dengan yang dengan MPR itukan sudah ada, kayaknya

kalau konkorda sebenarnyakan bunyi-bunyiannya anggota yang berhalangan mengucapkan sumpah atau janji bersama-sama sebagaimana maksud pada ayat satu mengucapkan sumpah atau janji yang dipandu oleh pimpinan DPR kalau biasanya pimpinan MPR, nah mengenai bagaimana yang sekretariat mengundang atau yang menyelenggarana itukan sudah kita hilangkan yang tatatetib itulah yang mengatur siapa yang sekjen dan yang mengundang dan sebagainya, nah dengan demikian bisa kita putuskan saja bunyi sesuai dengan usulan dari F.PPP itu yang berhalangan hadir dan seterusnya supah dan janji oleh pimpinan DPR ituusul FPG begitu usul F.KKI juga begitu, jadi dengan demikian tidak usah pada Timus kita selelsai.

(RAPAT SETUJU)

DIM 95 juga Pasal 19 disetujui dengan rumusan.

F.PBB (H.M. ZUBAIR SAKRY): Yang saya tanyakan inikan Cuma dua ayat yang sekarang bisa bilang empat menjadi ayat (3).

Page 10: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

10

KETUA PANJA: DIM 95 Pansus sudah memutuskan bunyi-bunyian sumpah sudahkan?

(RAPAT SETUJU) DIM 96 sudah disetujui pembahasan lebih lanjut diserahkan ke Panja dengan

mempertahankan usul F.PDIP, pimpinan DPR bersifat kolektif terdiri atas seorang ketua dan tiga orang wakil ketua, usul F. PG jug a mengatakan pimpinan DPR terdiri atas seorang ketua dan empat wakil ketua, jadi soal jumlah, kemudian F.KB pimpinan DPR bersifat kolektif terdiri atas seorang ketua dan tiga orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota DPR dalam sidang paripurna DPR, F.Reformasi pimpinan DPR terdiri seorang ketua dan sebanyakbanyaknya empat orang wakil ketuayang dipilih dari dan oleh anggota DPR dalam sidang paripurna MPR, jadi perkenaan dengan ini ada yang berkaitan dengan istilah kolektif ada jumlah wakil ketuanya tiga ada empat dan ada sebanyak-banyaknya empat orang ini sekarang, kami persilahkan masing-masing dari F.PPP.

FPPP (H.M. ABDUH PADDARE): Kali ini pemerintah cukup bagus atinya pimpinan itu konotasinya kolektif tapi kalau

ketua, artinya begini kita tidak usah pakai ketua sebab kalau pimpinan mesti tidak bisa satu orang pasti kolektif kalau ada yang nakal itu jalan sendiri itu menyimpang namanya, jadi kalau istilah pimpinan terdiri atas seorang ketua dan tiga orang wakil ketua dan oleh anggota DPR pada Sidang Paripurna ini sudah bagus menurut saya ini saja, oleh karena itu ini bisa diterjemahkan tapi kalau pimpinan otomastis kolektif hakekatnya begitu ada penyimpangan­penyimpangan, tapi kalau ketua itu bisa jalan sendiri bisa saja sendirian, wakil ketua juga bisa jalan sendiri karena dia sendiri wakil ketua, kalau pimpinan itu nanti tiga orang atau empat orang ketua dan wakil ketua fungsinya tidak boleh jalan sendiri, oleh karena itu tidak boleh ada istilah kolektif memang kelihatannya mantaf tapi redandenlah, terima kasih.

KETUA PANJA: Silahkan F.PBB.

FPBB (H.M. ZUBAIR SAKRY): Terima kasih pimpinan, empat fraksi yang mengusulkan yaitu F.PDIP, F,PG dan F.KB

ada yang sama ada yang berbeda tapi pada intinya mengusulkan tentang istilah kolektif, saya kira sudah lama kita bicarakan kemudian F. Reformasi memberi batas sebanyak-banyaknya, jadi untuk netralnya saya kira konsep pemerintah itulah, terima kasih.

KETUA PANJA: Dari F.TNl/Polri silahkan.

F.TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA S. M.Sc): Terima kasih pimpinan, kami menghormati usulan-usulan dari teman-teman yang

mengajukan perubahantapi saya kira konsep dari pemerintah konprehensif, petama kita berbicara pimpinan istilahnya tidak perlu ada lagi penjelasan kolektif disana pimpinan sudah jelas terurai ada ketua dan tiga wakil ketua sehingga dengan demikian sudah jelas bahwa pimpinan itu ketua dan tiga wakil ketua, alasan yang kedua bahwa tiga itu sudah cukup karena kita berdasarkan fungsi, tetapi yang per11u klarifikasi penjelasan pemerintah bahkan para anggota dewan sependapat karena kami 2004 tidak jadi anggota dewan yaitu dikatakan dalam penjelasan Pasal 20 pemerintah pimpinan sidang jurubicara dewan disini wakii ketua mengacu pada tugas ketua sebagai pimpinan sidang dan jurubicara atau house speaker apakah memang kesitu nantinya begitu, jadi ini yang mungkin mohon klarifikasi dari pemerintah tentang hal tersebut karena kalau ini kami lihat karena parli atau bahasa prancis saya kira semua orang bisa ngomong hanya harus berbicara dewan ini pimpinan siding atau ketua dalam hal ini, saya kira itu pimpinan jadi kami juga mohon klarifikasi dari pemerintah apakah house speaker itu sudah kita sepakati.

Page 11: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

11

KETUA PANJA: Dari F.PDIP pengusul saya kira bisa menanggapi.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Terima kasih pimpinan, kalau kemarin waktu pimpinan MPR itu F.PDIP tidak sendirian

mengusulkan bersifat kolektif sekarang sudah banyak, yang sekarang ini F .PG juga kemudian F.KB juga, jadi sebenarnya ini mau ngotot-ngototan saat-saatnya sekarang kan? Tapi saya kira kemarin bahwa ini bersifat kolektif inii masuk kepenjelasan, mengenai jumlah saya kira usul pemerintah dengan FPDIP juga nanti yang lain sudah saya lihat saya kira angka tiga itu cukup bagus menggambarkan konfigurasi yang nyata neneti di DPR itu memang itu daripada misalnya kayak kemarin itu, tapi kalau ketua satu tiga wakil, jadi ada tiga fungsinya DPR itu yaitu legislasi, anggaran dan pengawasan saya kira memang ini sangat baik sangat ideal kami mendukung, jadi akhirnya sekarang jadi kami mendukung usulnya dari pemerintah.

KETUA PANJA: Silahkan FPG.

FPG (PROF. DR. RUSTAM E. TAMBURAKA): Terima kasih, saya menyesal seperjuangan kok ini, sebenarnya kenapa kami bukan

bersifat kolektif ini untuk memperkuat news konstitoto kalau saya tidak salah pak, jadi memperkuat apa yang pernah dulu diwacanakan begitu pak, itu yang petama, kemudian kenapa empat orang disamping fungsi seperti tugas-tugas dari wakil-wakil ketua sekarang kan sudah ada tadi ada bidang politik, bidang sosial, bidang ekonomi dan seterusnya, saya kira kalau itu kita teruskan sangat baik kemudian pada saat mereka duduk itu ketua kan dihapit oleh wakil ketua dua disebelah kanan dan dua disebelah kiri jumlahnya lima menggambarkan pancasila saya kira itu yang baik, saya kira itu jadinya lima pimpinan DPR termasuk ketua dan wakil ketua yang kami usulkan, terima kasih pak.

KETUA PANJA: Silahkan dari FPDU.

FPDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Assalamu'alaikum Wr. Wb. Saudara pimpinan, fraksi kami lebih sederhana lagi tidak atas dasar pendapat situ

nyatanya begitu kolektif jug a kan, tidak mesti wakil ketua misalnya kontrol saja, bisanya buget saja urusannya legislasi bahwa sekarang itu ada empat wakil ketua itu petama memang pertimbangannya supaya dia ganjil, yang kedua pembagiannnya terhadap bukan fungsi bukan tugas yang ditangani dengan mitra kerjanya depatemen tapi kalau itu dipertahankan begitu banyak juga padahal fraksi kami mengusulkan tadinya kalau inikan tidak muncul hanya dua saja makin sederhana, jadi volvo itu makin berkurang kita membeykot volvo Swedia itu, jadi oleh karena itu karena sebagaian besar angka ini tiga perlu dipetimbangkan sebab kalau didalam pimpinan itu kan bukan mengambil keputusan petimbangkan juga jil itu biasanya diperlukantapi kalau memang disini tidak boleh ada poting pimpinan kan tidak kolektif dijelaskan dipenjelasan memang kolektif itu penjelasan itu perlu muncul walaupun FPDIP sudah menarik itu secara tidak langsung pimpinan itu sebagaimana pimpinan kolektif itukan baru tapi dalam praktek jalan sendiri-sendiri, kedua perlu ditekankan sebagai house speaker itu, tapi banyak negara ketua itu kan berfungsi ketika memimpin sidang, jadi keluar ditunjuk sebagai speaker juru bicara, jadi Indonesia ini sulit ketua yang bersangkutan menyatakan pribadi kayak Pak Amin sering mengatakan pribadi, tapi dikoran Amin Rais Ketua MPR susah dipisahkan memang itu budaya kita dalam pemerintahan masih sepeti itu terima kasih.

KETUA PANJA: Baik jadi F.KB silahkan.

Page 12: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

12

F.KB (CHATIBUL UMAM WIRANU): Terima kasih, sebenarnya menuangkan kalimat kolektif atas dasar petama pernyataan

pada DPR hari ini taktahu kepemimpinannya adalah kolektif tapi tidak bisa dihindari apa yang menjadi steatmen politik bisa dimonopoli oleh dan itu terjadi kita juga sulit untuk menyatakan bahwa itu tidak atas nama pribadi demikian juga wakil ketuasering juga membikin pernyataan tentu diikut oleh jadi yang masuk sebagai posisi wakil ketua yang itu pasti tidak atas persetujuan yang lain kita berpikiir memang untuk menghindari dari hal-hal yang hari ini terjadi kalau kemudian dirasa tidak begitu bagus dimunculkan UU tetap harus dikasih garis tegas dipenjelasan atau ditempatkan kalau F.KB sih masih menganggap tidak ada masalah didalam UU meskipun memang baik fekmen kita menyatakan sudah kolektif kalau kepemimpinan sebenarnya kami mempetegas penjelasan Pak Hobbes tiba-tiba memasukan kepenjeiasan, jadi apa baiknya saja menurut F.KB tapi kita tidak dinapikan begitu saja karena ada hal-hal yang setiap hari kita temukan didalam praktek per DPR hari ini.

FPG (PROF. DR. RUSTAM E. TAMBURAKA): Masih ada tambahan sedikit Pak Ketua, sedangkan sekarang Anggota DPR lima ratus

itu posisinya satu empat kan apalagi nanti pemilu 2004 nanti itu pada saat UU ini akan dilaksanakan sudah merubah jumlahnya menjadi lima ratus lima puluh, jadi alangkah anunya kalau kita mempertahankan seperti itu usul kami seperti itu satu ketua dan empat wakil ketua, saya kira begitu salah satu alasan kami, terima kasih.

KETUA PANJA: Baik dari percakapan ini yang pertama mengenai kolektif kalau kita pahami

konkordannya MPR, jadi atinya sifat koletif itu dimasukan didalam penjelasan, dengan demikian tanpa mengurangi makna dari sifat kolektif didalam penjelasan itu sudah memberikan keterangan mengenai kolektifitas kepemimpinan didalam sebagainya, kemudian terdiri dari satu orang ketua itu tentang wakil ketua kelihatannya ada yang berbeda ini ada yang mengatakan dua, tiga dan empat, jadi dengan demikian ada yang tiga dan empat yang tiga jumlahnya agak cukup banyak empat dengan argumentasi untuk yang sepeti yang sekarang, sekarang tergantung posisi yang sepeti ini apakah yang mengusulkan empat itu masih ingin tetap mengusulkan dalam petimbangannya atau melihat sudah keinginan inikan tidak terlalu prinsifil mengenai tiga atau empat dan ini kemudian bisa bergabung dengan yang lain-lain sehingga dengan demikian bisa menyelesaikan dengan rumusan seorang ketua dengan tiga orang wakil ketua yang seperti disampaikan oleh, dengan demikian pemerintah setuju ya oke dengan demikian kembali pada rumusan pemerintah.

FPDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Saudara pimpinan saya mau tanya saja tadi kurang begitu cermat 19 tadi itu teks janji

atau sumpah itu itu sama dengan MPR.

KETUA PANJA: ni kalau saya baca keputusan tanggal 29 Mei 2003 disetujui rumusan sebagai berikut,

jadi saya tidak berani merubah keputusan yang sudah diputuskan oleh Pansus, jadi dalam rangka kalau bisa kita dalam ~angkanya itu demi.

F.PDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Saudara pimpinan saya bacakan yang disetujui alinea terakhir ini demi kepentingan

bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia kalau disini dalam krangka negara kesatuan Republik Indonesia bangsanya tidak ada.

KETUA PANJA: Nah ini nanti saya kira laporkan saja jadi ada satu perbaikan didalam lapal supah di

MPR yang menekankan mengenai demi kepentingan bangsa dan negara, nah didalam supah DPR ini memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional dalam rangka negara kesatuan Republik Indonesia, nah dalam rangka, nah ini tujuan nasional

Page 13: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

13

kepentingan bangsa dan negara Republik Indonesia kalau tidak salah yang kemarin kata "demi" redaksi konkordan karena ini sudah disetujui Pansus kepada Pansus kita akan laporkan, begitu disetujui?

(RAPAT SETUJU)

Berikutnya yang sudah masuk Panja lagi ini usul F.PDIP selama pimpinan DPR belum terbentuk ya ini dipimpin oleh pimpinan sementara silahkan FPDIP ini karena diserahkan kepada panja silahkan.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Jadi sebenarnya menggabung.kan dua ayat menjadi satu ayat menyederhanakan, jadi

usul kami pimpinan DPR belum terbentuk sidang dipimpin oleh anggota yang tetua dan yang termuda usianya yang disebut pimpinan sementara, jadi saya kira memang ini gabungan dari dua dan tiga dari usul pemerintah, jadi dengan merumuskan sepeti ini akan lebih sederhana itu maksud kami, terima kasih.

KETUA PANJA: Saya kira mungkin tidak ikut waktu itu mungkin pemerintah menjelaskan konsep pikiran

dari dua parpol yang terbesar pertama dan kedua itu yang menadi pimpinan sementara, sementara yang terbiasa-terbiasa terdahulu itu yang tetua dan yang termuda kalau tetua petama berhalangan tertua kedua dan seterusnya, ini saya kira lebih baik kita dengarkan bagaimana reseningnya supaya kita bisa mencerna secara lebih enak silahkan pemerintah.

PEMERINTAH: Terima kasih substansi dari DIM 97 ini saya pikir tidak ada yang keberatan bahwa

pimpinan yang definitif itu rancipnya memang ada pimpinan sementara datanglah persoalan pimpinan sementara ini diambil dari mana pikiran kami dengan melihat pengailaman selama ini mohon maaf kepada mungkin rekan-rekan senior-senior kita itu kalau yang tetua agak sulit dalam memposisikan diri karena mungkin maaf mungkin pendengarannya sudah berkurang ada anggota-anggota yang terhormat ingin memberikan saran susah menangkapnya begitu pula untuk membuat catatan-catatan sudah terlalu sulit, yang termuda itu didalam forum begitu besar itu sering-sering kharismanya hilang kewibawaannya memang pengalaman untuk menghadapi forum yang begitu besar itu menjadi kesulitan. Oleh karena itu disisi lain tapi kepada suatu patai yang memberikan dukungan terbesar inilah dipersilahkan untuk menunjuk kadernya sebagai pimpinan sementaraini begronnya, jadi apakah nanti yang ditunjuk itu yang tetua atau yang termuda atau yang terhebat dari partai yang bersangkutan kader-kadernya yang terpilih itu diberikan otoritas masing-masing patai ini sifatnya bahannya hanya sementara, ini latar belakang formulasikan demikian itu terima kasih.

KETUA PANJA: Dari F.PDIP setelah ada penjelasan apa masih tetap.

F.PDIP (HOBBES SINAGA): Sebenarnya begini terus terang saja kadang-kadang berhadapan dengan kawan­

kawan kalau misalnya ada usulan-usulan baru itu berbeda dengan kebiasaan, kadang-kadang kita itu diserang pak, jadi karena disini ternyata yang mengusulkan yang model begini yang model lama ini hanya FPDIP dan ternyata kawan-kawan lain juga sudah melihat yang baik yang diusulkan oleh pemerintah ini kami kira konkordan saja, inikan kita sudah lihat contohnyalah misalnya di Pilpres ini yang mengusulkan pemerintah itu yang mengenai calon Presiden itukan yang memaki-maki orang PDIP juga ya padahal belum tentu kita kan dalam hal ini sekarang inikan selalu sama kalau presidennya dari apa itu jadi sama sama pandangannya ternyata kan kita sering berbeda juga dengan pemerintah tapi maksud saya

Page 14: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

14

disini ya memang ini merupakan penting merupakan catatanlah bahwa kita atinya tidak arogan karena kemarin itu betul-betul PDIP dengan Golkar itu dituduh macam-macam padahal kita tidak tahukan yang mengusulkan pemerintah 20% itu, jadi ini juga kira-kira begitu pak biasanya yang tetua dan yang termuda, nah. sekarang pemerintah melihat sesuatu yang bagus sekali saya kira karena hanya ini F,PDIP yang mengusulkan begini ya sudah konkorada saja.

KETUA PANJA: Silahkan pak.

FPG (PROF. DR. RUST AM E. TAMBURAKA): Karena tadi disebut tadi Golkar saya sebenarnya sangat menghargai FPDIP karena

masih mampu mewarisi, sebenarnya kami mau dukung ini tapi setelah mendengarkan penjelasan pemerintah tadinya ofsed down mau sungsang yang muda yang tua kebalikan FPDIP tapi sudah diberi penjelasan oleh pemerintah ya terpaksa konkordan juga pak.

KETUA PANJA: Ya saya tidak mengsugesti apa-apa tapi saya ingin kita menjelaskan saya kira konsep

yang dibelakang ini yang penting bukan pada rumusannya bahwa ada pengakuan, bahwa ada satu apresiasi terhadap prestasi Parpol didalan proses pemilu dan dalam menentukan pimpinan sementara oleh soal usia tetapi berdasarkan proses demokrasi sehingga diberikan apresiasi parpol pemenang petama dan kedua sebagai pimpinan sementara ini latar belakang prinsif ini saya kira yang perlu satu hal yang dalam rangka demokratisasi konsolidasi demokrasi yang sedang kita bangun proses yang berjalan mulai dari rakyat memberikan pengakuan dan dukungan kepada parpol itulah yang kemudian secara milierdari sesuatu menjadi sesuatu proses dilembaga itu juga ini satu hal yang saya kira sangat positif dalam kita memberikan persetujuan itu hinggga kita mempunyai satu resening kenapa yang diberikan pimpinan sementara itu adalah parpol yang mempunyai suara terbanyak petama dan kedua ini satu hal yang bisadisetujui?

(RAPAT SETUJU)

Ayat (3) pimpinan sementara DPR sebagaimana dimaksud ayat (2) terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil ketua yang berasal dari dua parpol yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua di DPR saya kira ini sudah oke ya?

(RAPAT SETUJU)

Dalam hal terdapat lebih dari satu parpol yang memperoleh suara terbanyak sama ketua dan wakil ketua DPR ditentukan oleh wakil parpol yang bersangkutan yang ada di DPR.

(RAPAT SETUJU)

kemudian ada usu I FPG DIM 100 saya kira perlu kita coba lihat, Pim pi nan DPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, kemudian tatacara penetapan pimpinan, jadi saya kira yang dikanan-kanan ini sudah lewat semuadari FPDIP maupun ini konkordan saja kan, jadi tidak perlu kita bahas sudah kita setujui, nah yang F,PG ini masa jabatan pimpinana DPR sama dengan dengan masa keanggotaan saya kira otomatios ya?, Pimpinan DPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung, ini soal anggota yang didepan itu masih anggota, lebih baik saya kira ini tanpa mempengaruhi ini secara logika memang usul dari F.PG mengenai sebelum memangku jabatan sebagai ketua atau wakiil ketua mengucapkan sumpah atau janji yang dipandu oleh Ketua MA.

Page 15: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

15

FPPP (DRS, H.M. ABDUH PADDARE): Jadi ketua prakteknya selama ini, itu seluruh anggota disumpah kan janji begitu dia dari

anggota seluruhnya ada terpilih pimpinan tidak perlu diambil sumpah sudah sama sumpahnya pak, sebab itu teknis saja masih bagus dipercaya jadi pimpinan tidak usah disumpah-supahin Iagi kan begitu, jadi selama ini prakteknya begitu pak, sebab sumpah itu berlaku semua anggota apa jadi pimpinan, jadi tidak khusus beda kalau Presiden , Presiden itu memang disumpah lain sumpah kita itu pada keanggotaan masalah nanti menjadi ia jadi pimpinan itu suatu kehormatan dan dia sudah terikat oleh sumpah dan jabatan kan begitu.

KETUA PANJA: Atau kita coba rifer ke proses dan tatacara yang ada, jadi memangku jabatan itu

sebagai anggota apakah tersendiri menjadi pimpinan ketua atau wakil ketuatersendiri atau tidak pemerintah bagaimana?

PEMERINTAH: Esensi dari usulan ini sangat simpatik sekali kalau saya melihat dokumen dari DPR

yang menyangkut mengenai tatatertib itu memang didalam Pasal 24 peraturan tatatetib itu duinyatakan bahwa ketua dan wakil ketua bersumpah, berjanji dalam rapat Paripurna sebelum memangku jabatan, nah ini sangat regulatif sekali tapi kalau ini diangkat menjadi salah satu item atau ayat dalam pasal sangat baik atinya tidak mengurangi juga pemikiran dari Bapak-bapak, lbu-ibu yang menyatakan bahwa sumpah ataupun janji itu pada dasarnya sama untuk seluruh anggota, tetapi karena memiliki tanggungjawab sebagai pimpinan lantas kemudian dia sibuk dengan berbagai macam tugas dia diperkuat lagi dengan mengucapkan sumpah janji sebagai ketua atau wakil ketua alangkah indahnya, jadi sebagai pemerintah tidak keberatan karena ini juga sebagai kita umat beriman saya pikir itu lebih memperkokoh tanggungjawabnya, terima kasih.

KETUA PANJA: Jadi karena itu ada ditatatertib yang baru apakah yang ada ditatatetib itu diangkat ke

Undang-undang Susduk ini sehingga mengakomodasi itu menjadi suatu Undang-undang, jadi baginya pada tatatertib dimasukan menjadi pada posisi di undang-undang.

FPG (PROF. DR. RUSTAM E. TAMBURAKA): Ketua terima kasih, penjelasan pemerintah baik sekali khusus untuk Pak Abduh dari

FPPP saya juga salut karena ingin mewarisi yang lama karena ini sudah ada di Tatib dan ini Tatib salah satu sumber hukum yang tidak boleh dia berlawanan dengan Undang-undang ini, Tatib DPR, Tatib MPR, Kode etik itu semua harus konkordan dengan undang-undang yang sedang kita bahas inibegitu, jadi kalau ini untuk memperkuat, memeperjelas supaya tidak ada di penjelasan lagi saya kira perlu dimuat di pasal ini sepeti yang diusulkan oleh pemerintah bahwa pimpinan DPR itu perlu mengucapkan sumpah atau janji, saya kira begitu Pak Ketua terima kasih.

KETUA PANJA: Silahkan.

FPPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE): Ketua, kalau sudah ada di Tatib tekniskan, saya tidak pernah mewakil Golkar kecuali

yang tidak baik dan itu pengalaman selama ini baik-baik saja dan saya melihat kalau FPDIP punya usul saya perhitungkan karena dia biasanya kritis juga ini Golkar saja tidak masalah itu, jadi kalau sudah ada ditatib itu sudah berlaku kan teknis itu tidak usah diundang-undang kan begitu tatib itu tatib DPR kan sudah ada itukan teknis dan selama ini tidak ada pak tidak pernah kalau nanti ditatib dikatakan sudah sudah disumpah tidak apa-apa tapi tidak usah

Page 16: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

16

dimasukan didalam undang-undang karena sudah ada ditatib biasanya kalau ada ditatib ya tidak perlu dijelaskan lagi itu sudah ketentuan satu paketkan.

KETUA PANJA: Silahkan Pak Asnawi.

F.PDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Saya ingatkan dalam praktek selama ini walaupun tatib ini baru DPR ada praktek

ketika Khopifah diganti Muhaimin itu dijanji pakai sumpah, jadi tidak benar bahwa tidak pernah terjadi di DPR pernah terjadi, kemudian di MPR juga begitu semua wakil ketua yang di1ganti itu terutama dari TNI pak ya itukan dilantik, dilantik itu artinya mengucapkan sumpah hanya diatur dalam tatatertib kalau itu akan lebih bagus diundang-undang sehingga seluruhnya baik pada pimpinan MPR, DPD dan lainnya itu seperti itu modelnya tidak perlu lagi masuk tatatertib jadi lebih kuat, jadi oleh karena itu tanpa mengurangi usul dari Golkar yang sudah tapi yang baik kita terima apakah FPDIP sebab usul ini baik, simpatik dan bagus dimasukan dalam pasal-pasal, terima kasih.

KETUA PANJA: Silahkan FPDIP.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Saya kira memang ini usul yang baik dan saya kira memang tidak salahnya masukan

didalam undang-undang hanya catatan saja, saya atinya memang supaya persidangan kita ini bisa berlan lancar dan keke1luargaan, nah inilah kemarin itu Golkar ngotot-ngotot perlu waktu sumpah di MPR itu kan ributnya setengah mati dengan saudara Seto itu tapi sekarang yang itu tidak ada cuman maksud saya, jadi artinya kalau kita main didepan juga harus melihat kebelakang, jadi waktu didepan mainnya total pootball menyerang kita sekarang usul itu muncul lagi, seperti kolektif yang tadi mengapa waktu FPDI mengusulkan itu kok semua menyerang hanya kubu pemerintah dan PDIP melawan semua kan tidak bagus, nah inilah atinya kita maju kedepan kita juga melihat kebelakang, jadi atinay kalau saya mengatakan usul seperti ini bagus dan simpatik dan layak dimasukan dalam undang-undang, nah tapi inilah jangan kita saling menyerang saling memprofo karena nanti yang dihajar itu nanti kemakan sendiri sama dia, jadi saya juga nilai-nilai luhurnya itu yang baik itu harus dipertimbangkan, saya kira demikian terima kasih.

KETUA PANJA: Baik saya kira ini dari pemerintah oh Pak Zubair dulu silahkan.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Saya hanya mau betanya, pada saat panyupahan anggota DPR itukan sudah ada

pimpinan sementara bukan berati semua anggota tanpa pimpinan disumpah sudah salah sudah ada pimpinan sementara yang tadi kita perkirakan setelah terpilih anggota tetap pimpinan terpilih itulah yang disumpah tetapi itu didalam tatatetib sesudah penyumpahan barulah pimpinan sementara menyerahkan pimpinan kepada Pimpinan DPR terpilih, nah yang ini kita tanyakan dimana tempatnya ini apakah 'ini diluar paripurna atau di Paripurna, nah ini sekarang tinggal maslahnya apakah cukup diatur dalam tatib kalau ditatib ini, tapi tatib ini masih menentukan ada yang tertua dan ada yang termuda tentu tatib itu akan mengikuti undang-undang sekarang masalahnya pilih saja apakah masuk pasal atukah tetap saja ditarik.

KETUA PANJA: Ya saya kira pikiran untuk memasukan didalam pasal satu ayat didalam pasal ini cukup

kuat atinya memberikan tempat apa yang ada juga didalam tatib tetapi untuk apa yang ini dimasukan didalam ayat, nah sehingga dari Pak Abduh Paddare dan Bu Aisyah Aminy maka saya bisa terima ini menjadi sesuatu yang usul dari F.PG ini kita akomodir jadi satu ayat

Page 17: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

17

sehingga menjadi ayat (5), Pimpinan DPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah atau janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 mengenai sumpah dipandu oleh ketua Mahkamah Agung, apakah bisa kita setujui, silahkan.

F.KB (DRA. Hj. IDA FAUZIAH): Saya setuju apa yang diusulkan oleh F.PG cuma saya usulkan penempatan ayat-nya

saya kira kalau ini berkaitan dengan pimpinan DPD yang mau diambil sumpah saya mengusulkan ayat ini ayat (2) baru menjelaskan selama pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk maka dipimpin oleh pimpinan sementara penempatan ayat saja biar kalau ayat-nya diayat kelima seolah-olah diambil sumpah itu pimpinan sementaranya, terima kasih.

KETUA PANJA: Silahkan.

FPPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE): Tadi ditawarkan F.PPP pak, FPPP ini sebenarnya bukan mengikuti usul siapa-siapa

FPPP sendiri punya usul itu nomor 6 itu, pimpinan DPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan supah sebagaimana dimaksud, jadi tidak mengikuti siapa-siapa bukan warisan kita bicara yang nyata jadi tidak ikut siapa-siapa tidak ikut FPDIP tidak ikut FPG ya kan kalau pemerintah ya pemerintahan kita tidak ada masalah ini kalau memang usul FPPP.

FPBB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Kalau ini pasal masuk ayat tentu ikut juga maslah sumpahnya teks sumpah juga harus

masuk.

KETUA PANJA: Jadi teks sumpahnya itu menunjuk ke Pasal 19 dimana Pasa 19 didalam kurung itu

anggota, ketua dalam kurungnya ketua garis miring wakil ketua, jadi itu kalau anggota merupakan sebagai anggota ketika menjadi ketua sumpah-nya sebagai ketua garismiring kalau yang wakil ketua mengatakan sebagai wakil ketua menyitek sumpahnya mengacukepada yang ada di Pasal 19 Pak Zubair, mengenai penempatannya kita serahkan Timsin apa kita putuskan sekarang.

F.PG (ALEX HESEGEM): Ketua, petama banyak beterima kasih kepada bapak, lbu sekalian atas dukungan

terhadap DIM ini soal sumpah dan janji sediri pak ketua sudah menjelaskan merujuk kepada Pasal 19sedangkan penempatan ayat seyogyanya sesuai dengan usul F.KB tadi seyogyanya mesti di ayat (2) setelah dia mengucap sumpah janji lalu yang lainnya menyangkut tugas pimpinan, ketua dan wakil ketua, jadi setuju kalau ini ditempatkan diayat (2).

FPBB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Pada waktu pengucapan sumpah itukan sudah ada pimpinan sementara, pimpinan

sementara juga sebagai ketua karena disumpah bersama-sama tidak ada klasifikasi bahwa memang dia ketua tetapi barangkali ketua sementara ya merangkap anggota bukanaketuaapermanen pada waktu pertama itu, sementara ditatib ini, ketua dan wakil ketua bersumpah berjanji dalam rapat Paripurna sebelum memangku jabatan ini anggota tidak adaadisini, anggota tidak ikut, jadi kalau begitu bagaimana tadi waktu penyumpahan bersama-samaaituaada pimpinan atau tidak.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Jadi ini harus disimulasikan ini, jadi pada waktu kita memulai sidang itu yang dipilih itu

yang petama adalah pimpinan sementara, pimpinan sementara ini akan betugas untuk membahas tata tetib persidangan dan semua hal-hal jadwal dan semua sampai pada mereka juga yang akan memimpin tatacara pemilihan ketua dan wakil-wakil ketua Anggota DPR, nah

Page 18: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

18

yang memimpin itu tetap pimpinan sementara pada waktu terpilih ketua dan wakil-wakil ketua maka diacarakan juga untuk dibuatlah acara mengenai pengambilan sumpah ketua dan wakilwakil ketua katakanlah pimpinan DPR ini, nah pada waktu itu setelah mereka diambil sumpah atau janji kemudian serah terima kepemimpinan dari yang sementara dengan yang difinitif begitu jadi simulasinya, jadi pada waktu yang petama seluruhnya diambil sumpah sebagai anggota DPR termasuk pimpinan sementara itu juga bergabung dengan kita jadi tidak dia memberi supah tersendiri untuk pimpinan sementara tapi nanti setelah terpilih ketua dan wakil-wakil ketua secara tersendiri dihadapan sidang Paripurna diambilah sumpah mereka, jadi diambil sempah secara keseluruhan, demikian terima kasih.

KETUA PANJA: Jelas Pak Zubair,

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Apa yang Pasal 19 ini termasuk ketua dan wakil ketua bahwa saya akan memanuhi

kewajiban saya sebagai anggota ada juga ketua atau anggota saja.

KETUA PANJA: Jadi yang itu pada pengucapan sumpah petama itukan anggota, diteksnya itu sudah

ada teks untuk ketua dan wakil ketuajadi ketika ketua dan wakil ketua itu disumpah dia tidak membaca kata anggota itu dia tidak baca, jadi yang akan dibacakan saya bersumpah sebagaimana memenuhi kewajiban saya sebagai ketua yang ketua mengatakan sebagai ketua, yang wakil ketua mengatakan sebagai wakil ketua, dengan demikian tempatnya kita serahkan pada Timsin dan nanti urut-urutannya setuju?

(RAPAT SETUJU)

Berikutnya dia menjadi ayat (6) tatacara pemilihan pimpinan DPR sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dalam peraturan tatatertib, nah ini ada FPDIP mengusulkan 103 diserahkan ke Panja dan FPDIP ini memberikan wewenang dan tugas pimpinan DPR, silahkan.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Terima kasih Pimpinan,

Bapak-bapak dab lbu-ibu yang saya hormati, termasuk juga pada Pemerintah, kami terus terang saja telah melakukan studi yang cukup panjang mengenai ini itu sebabnya ada usul untuk memasukan tugas dan wewenang Pimpinan DPR, ini sebenarnya karena selama ini sebenarnya ditatatertib kita pun masalah ini tidak diatur secara tepat sehingga sering pimpinan DPR itu ya barangkali juga tidak secara tegas tugas dan wewenangnya, oleh sebab itu kami memberanikan diri mengusulkan beberapa ayat dan butir mengenai tugas dan wewenang pimpinan DPR ini yaitu:

a. memimpin dan menyimpulkan pembicaraan dalam rapat atau sidang. b. menyampaikan hasil-hasil putusan DPR c. melaksanakan putusan rapat atau sidang sepanjang menjadi kewajibannya. d. menyusun rencana kerja dan menetapkan pembagian kerja antara ketua dan para

wakil ketua seta mengumumkannya dalam sidang Paripurna, jadi jelas disini apa yang menjadi tugas ketua dan apa yang menjadi tugas wakil-wakil ketua, jadi tidak saling mengklem.

e. mengadakan koordinasi pelaksanaan tugas alat kelengkapan DPR kita tahu beberapa alat kelengkapan DPR.

f. kemudian mengadakan konsultasi dengan Presiden dan pimpinan DPD serta lembaga negara lainnya setiap waktu yang diperlukan, ini antar lembaga negara.

Page 19: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

19

g. memeberikan petimbangan atas nama DPR terhadap satu masalah atau pencalonan orang untuk jabatan tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan setelah mengadakan rapat konsultasi dengan pimpinan komisi yang bersangkutan.

h. menentukan kebijaksanaan kerumahtanggaan dan anggaran belanja Dewan berdasarkan hasil rapat Badan Urusan Rumah Tangga dengan sekretaris jenderal dan kemudian laporkan kepada Bad an Musyawarah. Mewakili DPR dan atau alat kelengkapan DPR dipengadilan.

Ayat (2) Pimpinan tidak berwenang mengambil keputusan dan atau kebijakan diluar yang lebih yang telah diputuskan oleh Sidang Paripurna DPR, kami kira ini dari jumlahnya ini sebenarnya kita sudah lihat ini suatu studi yang cukup panjang untuk bisa menolong rumusan-rumusan seperti ini dan ini memang sangat penting untuk kedepan itu supaya ketua dan wakil-wakil ketua itu tidak jalan sendiri-sendiri sebenarnya ini konsekwensi dari sifat kolektif yang tadi, jadi konsekwensi dari sifat kolektif itu ada yang sepeti ini, nah iini kami tawarkan pada forum kita mohon mendapat tanggapan yang sebaik-baiknya, terima kasih.

KETUA PANJA: Silahkan.

FPPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, SH): Mau minta penjelasan lebih lanjut, tentang huruf g itu memberi petimbangan atas

nama DPR terhadap suatu masalah atau pencalonan orang untuk jabatan tetentu sesuai ketentuan perundang-undangan setelah mengadakan rapat konsultasi dengan pimpinan komisi yang bersangkutan, itu mungkin perlu elaborasi kira-kira begitu.

FPG (PROF. DR. RUSTAM E. TAMBURAKA): Sebelum diberi penjelasan sesuai usul dari FPPP, saya tambahkan kalau bisa Pak

Hobbes, pimpinan komisi seta pimpinan fraksi saya kira baru bapak persilahkan beri penjelasan.

FPBB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Pimpinan, saya mencoba mengamati usul yang sangat baik dari F.PDIP dan dijelaskan

dalam undang-undang ini tentnag wewenang dan tugas pimpinan DPR, jadi kita berbicara Pimpinan tentu Pimpinan dalam hal ini mewakili lembaga dan memang ada klousul yang akan hanyut karena Pimpinan DPR tidak wewenang mengambil keputusan diluar yang diputuskan Sidang Paripurna, nah sekarang pertanyaan sementara kalau kita perhatikan tadi memang ini tidak ada kata wewenang dalam tatib kalau bicara wewenang itukan wewenang DPR sebagai lembaga, kalau wewenang pimpinan DPR yang kita pertanyakan sampai dimana itu, kalau pimpinan DPR lain, kalau wewenang DPR sebagai lembaga itu terkait dengan perundangan, nah barangkali ini karena tatib memang hanya menyangkut masalah kedudukan, susunan dan tugas kalau wewenang mau dijabarkan, dirumuskan termasuk dalam undang-undang ini saya kira perlu menelaah karena wewenang pimpinan DPR saya tidak tahu saya tidak bisa membayangkan bagaimana bentuknya, kalau wewenang sebagai lembaga itu lain.

KETUA PANJA: Silahkan Pak Asnawi.

F.PDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Pimpinan, tatatertib lembaga mengatur internal kalau sudah masuk undang-undang itu

ada kaitannya juga keluar, didepan ketika kita baca penjelasan kita itu sudah dibatasi oleh penjelasannya sebagao house speaker kalau diberi wewenang sepeti ini bukan house speaker artinya sama dengan menteri, oleh karena itu operasional sedangkan pada waktu kita membicarakan pimpinan MPR walaupun belum tuntas strukturnya itu tidak sibukan dan wewenang ini terbalik wewenang dan tugas bukan tugas dan wewenang yang lazim tetapi

Page 20: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

20

untuk wewenang saya pikir karena itu mempunyai lebih bersifat internal itu diatur dalam tatatetib materinya ini bagus juga tidak disini tetapi ditatatetib, jadi mudah kita merubahnya ketimbang merubah undang-undang kalau merubah undang-undang, kalau merubah merubah tatatertib nanti berjalan dengan prakteknya itu menghambat kelancaran Dewan sepeti halnya memberikan pertimbangan pada Dutabesar itukan dulunya di fit in propertes oleh komisi I padahal Cuma pertimbangan, oleh karena itu dipersempit sekarangkan cukup dengan konsultasi dengan pimpinan fraksi dan pimpinan DPR itu tugas weweangnya itu ada ditata tertib pak, jadi oleh karena itu Pak Hobbes saya menghormati hasil riset penelitian sepeti ini tapi tidak dimasukan di Undang-undang ditatib sehingga lebih fleksibel kita merubahnya jangan sampai kita melimpahkan oleh Undang-undang ini kita tidak bisa melangkah cepat, jadi lebih baik mated ini ditarik ketatatetib sehingga konkordan dengan struktur pimpinan MPR punya tugas wewenang itu lembaganya bukan orangnya didepan tugas dan wewenang MPR bukan tugas wewenang anggota pimpinan tidak diatur dan disini diatur kenapa di MPR tidak kan tadi begitu ya mungkin petimbangannya karena MPR itu gabungan dari anggota DPR dan DPD tetapi kalau mau konsisten sebagai pimpinan walaupun bleum tuntas dirangkap atau tidak dirangkap yang ramainya kemarin itu dirangkap tidak dirangkap sehingga ketika disumpah itu ramai, oleh karena itu pendapat kami sebaiknya tidak masuk diundang-undang tugas dan wewenang pimpinan ini biar dialihkan saja sebagai catatan ditampung didalam tatatertib ketika dewan ini mempersiapkan tatatetib baru untuk dipersembahkan kepada DPR akhir pemilu 2004, terima kasih.

KETUA PANJA: Pak Kohirin silahkan.

F.TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA S. M.Sc): Terima kasih pimpinan, Yang terhormat pemerintah, petama kami menyampaikan apresias kepada rekan

PDIP yang telah mencoba mengangkat diskripsi tugas dan wewenang pimpinan DPR kami tidak menanggapi dulu substansi kami struktur sepeti Pak Asnawi Pasal 10 itu kepada MPR tidak ada diskripsi yang merinci tentang tugas dan wewenang Pimpinan MPR tapi hanya tugas dan wewenang MPR, kalau kita mau memasukan itu berati kita untuk sistematika jadi harus konsekwensi memberi juga porsi, diskripsi, tugas dan weweang Pimpinan DPR dan kebawah lagi atau kebelakang lagi tugas dan wewenang Pimpinan DPD, kemudian kami coba melangkah pada rumusan setelah melihat dari a sampai i nampaknya ini banyak yang mengatur internal didalam, jadi semuanya bersifat kedalam terkecuali mungkin yang dengan DPD kedalam tetapi baru dua lembaga yang kita lihat setelah MPR sehingga atas usulan PDIP kami berpendapat ini cukup baik tetapi bahan untuk melengkapi tatib tidak perlu dirumuskan pada undang-undang karena petama harus ada konsekwensi konsistensi dengan sistematik pada pimpinan MPR dan pimpinan DPD juga sudah mengikat, demikian pimpinan terima kasih.

KETUA PANJA: Ya kalau usul FPDIP mengenai MPR juga ada uraian mengenai tugas dan wewenang

ada usul itu jadi kalau konkordan usulnya itu konkordan dengan kaitan usulnya mengenai substansi dan sebagainya kita lihat, silahkan Pak Abduh.

FPPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE): Terima kasih, karena tadi dijelaskan dan ini sudah diadakan penelitian setahun kurang

lebih dan itu semua sangat serius saya anggap sangat baik sekali, cuma kalau saya lihat kalimat-kalimatnya tugas pemimpin, memimpin dan menyimpulkan pembicaraan dalam rapat atau sidang ini relatif ringan-ringan kemudian menyampaikan hasil-hasil putusan DPR itu sudah kewajiban atau sudah tugas, menyusun rencana, jadi itulah resiko pimpinan, jadi kalau saya materi ini tidak ada masalah Cuma penempatannya yang barangkali itu yang menjadi persoalan sebab kalau hanya didalam undang-undang hanya memimpin sidang mengatur diundang-undang dan saya yakin sudah tugas DPR dan tatatetibnya sudah ada itu tinggal itu

Page 21: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

21

dilengkapi disini sebab kalau undang-undang susah merubahnya, tapi kalau peraturan atau PP ini banyak menyangkut intern kecuali yang nomor 2 itu mengambil kieputusan dan kebijakan dan itupun sebenarnya kalau pimpinan DPR mengambil kebijakan diluar daripada keputusan itu sudah menyimpang pada dasarnya, jadi ini saya tidak keberatan materinya Cuma penempatannya barangkali ini perlu dicarikan tempat yang pas dan saya yakin ditatib yang dipegang Pak Zubair Bakry itu ada tugas dan wewenang DPR tugas saja sebab kalau wewenang itu lebih prinsipil kebijakan tapi kalau tugas memang tugas memimpin sidang, menyimpulkan sidang, menyampaikan keputusan, oleh karena itu saya beterimakasih kepada PDIP yang mengingatkan kita barangkali ditatatetib dilengkapi lagi kalau disitu kalau masih ada yang kurang dimasukan disini inii · bukan menolak pak, ini keyakinan kami tempatnya disitu sebab saya tidak mau mutar-mutar kalau memang baik tinggal sehingga pada tempatnya, F.PDIP juga maksudnya baik melengkapi, oleh karena itu jangan kecewa bukan PDIP ditolak sebenarnya kita ini mencarikan tempat yang pas kadang untuk kepentingan sebab kalau hanya tug.as memimpin sidang, menyimpulkan keputusan, membahas undang-undang itu sebenamya rutin, oleh karena itu didalam tatatertib itu sudah ada itu dan pemerintah sebenarnya biasanya saya standar pemerintah kalau pemerintah mengusulkan sesuatu ada sesuatun latar belakang prinsifil kali ini pemerintah tidak mengusulkan tapi tidak apa-apa usul tambahan untuk melengkapi lebih baik dari pada kita kelupaan, terima kasih pak.

KETUA PANJA: Masih ada yang menambah, pemerintah kami silahkan.

PEMERINTAH: Pimpinan dan bapak-bapak yang saya hormati, Terhadap masukan dari F.PDIP rasanya kami juga pasangannya sependapat dengan

Bapak-bapak terdahulu maksudnya adalah bahwa dari segi substansi itu memang ada hal-hal yang memang baik tapi mungkin kurang pas didalam penempatannya ada yang kurang tepat kalau masih wewenang ini kalau diformulasikan sebagai wewenang dan tugas, weweang itu ada pada satu anggota atau satu lembaga dan pimpinan itu ada formulas1i tugas dalam berbicara soal pimpinan MPR kemarin memang ada sedikit suatu mated yang memberikan isyarat alangkah baiknya kalau pimpinan MPR itu juga diberikan su1atu formulasi tugastugasnya, namun demikian yang pertama untuk penempatannya mungkin akan lebih akomodatif bila dimasukan dalam penjelasan Pasal 20 terus menyempurnakan itu apa yang dimaksud dengan house speaker dan lain sebagainya petugas untuk mel1akukan koordinasi ini mungkin ada didalam penjelasan Pasal 20 ayat (1).

Berikutnya khusus mengenai substansi yang menyangkut sepetihalnya yang tadi lbu dari F.PPP yaitu memberi petimbangan atasnama DPR terhadap satu masalah atau pencalonan orang untuk jabatan tetentu ini sangat sedikit terlalu jauh dari fungsi utama dari dewan, oleh karena itu jangan-jangan untuk mengangkat camat ataupun Bupati mesti harus ada petimbangan mengangkat komandan Korem atau komandan Batalyon juga atas petimbangan walaupun mungki tidak sampai kesana tetapi ini mungkin perlu ditinjau dari substansi ini, kemudian menyangkut mengenai wewenang justru wewenang tapi tidak berwenang sepeti ayat (2) kalau bilang topheding adalah wewenang dan tugas tetapi uraiannya wewenang yang tidak berwenang, jadi ini satu hal yang mungkin agak kurang bagus tetapi tidak bermaksud untuk tidak menghormati ini ada beberapa hal yang tepat tetapi bukan lagi formulasinya mungkin ada pada tatatetib juga ada pada penjelasan, saya pikir demikian terima kasih.

KETUA PANJA: Silahkan Pak Hobbes.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Terima kasih tanggapan yang sangat baik ternyata sangat baik tanggapan itu

walaupun menolak dari bapak-bapak dan lbu-ibu, jadi begini kami menginginkan ini

Page 22: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

22

diendapkan dulu ada sesuatu hal yang barangkali mungkin tidak tetangkap oleh kita sekarang karena kemarin itu waktu kita membicarakan pimpinan MPR-kan dipending sehingga usul kami DIM 40 itu tidak dibahas disana juga kami usulkan mengenai tugas dan wewenang pimpinan MPR, nanti waktu kita bicara mengenai DPD adalagi tugas dan wewenang pimpinan DPD, nah ini yang mau saya katakan supaya ini diedapkan dulu karena kalau tugas MPR dan DPR, pimpinan MPR dan Pimpinan DPR ini barangkali kita masih bisa tangkap atinya masih bisa kita katakan ditatatertib tapi nanti tapi kalau tugas pimpinan DPD kita terangkan kepada mereka dan itu dihapus ditatatetib DPD barangkali nanti akan tidak jelas lagi karena ini terus terang saja masih mugkin nanti sangat menarik adalah bagaimana hubungan DPD dengan DPR dalam proses tiga fungsi yang diberikan kepada DPD itu, nah ini makanya kami bilang supaya kita jangan buru-buru mengatakan ini maunya ditatib tapi tolong dulu kita endapkan nanti secara sinkron kita bahas pada waktu membahas tugas dan pimpinan MPR, DPR, dan DPD itu yang pertama.

Yang kedua, saya kira memang mungki11 kita belum membahas satu persatu apa yang kami usulkan itu, jadi oleh sebab itu kami mohonlah kita sama-sama mempelajari ini oleh sebab itu kami perlu minta waktu untuk diendapkan misalnya ada beberapa petanyaan tadi apakah memang mated yang sepeti ini tempatnya diatur ditatatetib karena kita katakan tatatetib itu nanti dia hanya memuat yang teknis-teknis ada sedikit kecewa juga kemarin sama FPPP itu usul mengenai perubahan Undang-undang Dasar itu terus ditarik dari itu dimasukan ditatib padahal itu sangat penting dalam undang-undang ini karena kita mengharapkan undang-undang yang sekarang ini berbeda dengan undang-undang yang dulu, kita mengaharapkan undang-undang yang sekarang ini lebih lengkap dari yang dulu, jadi kita kita melihat jangan buru-buru kita mengatakan ini tepatnya ditatatetib ini tetap ditatatertib karena satu saat kita akan melihat nanti TAP MPR tidak ada, jadi ada kekurangan­kekurangan yang selama ini kita kenal mungkin kedepan kita tidak kenal lagi, nah itu sebabnya mungkin pengaturannya lebih lengkap itu harus diundang-undang ini dan alasan ini mengapa kemarin kita mengusulkan supaya ini namanya adalah undang-undang MPR, DPR, DPD dan seterusnya, terima kasih.

KETUA PANJA: Silahkan Pak Prof.

FPG (PROF. DR. RUSTAM E. TAMBURAKA): Bapak-bapak dari pemerintah, bapak, lbu yang kami hormati setelah kita menyimak

baik pengusul maupun tanggapan dari fraksi dan pemerintah, saya sangat simpatik dari F PDIP karena saya mungkin masih ada yang kurang antara lain tugas pimpinan DPR ltu adalah menyelaraskan fungsi-fungsi DPR terutama yang tiga itu legislasi, budget, dan pengawasan melalui komisi-komisi secara seimbang karena yang lalu kan terlalu banyak dipengawasan kita membuat diundang-undang sangat kurang dan budget itu antara lain, tapi ada lagi yang terlupa Pak Hobbes itu peran Bamus karena Pimpina DPR tidak hak sebagai lembaga itu harus mendengarkan pendapat dari pimpinan komisi dan fraksi-fraksisnya saya kira itu yang perlu dibuat disini sehingga saya menghargai usul ini dan mungkin kita endapkan namun demikian perlu juga dipetimbangkan dengan usul dari fraksi yang lain itu harus ditatatetib dan penjelasan pemerintah dimasukan pada Penjelasan Pasal 20 ayat (1) saya kira ini Pak Hobbes dari FPDIP saya hargai usulnya terima kasih.

KETUA PANJA: Silahkan dari pemerintah.

PEMERINTAH: Saya mohon maaf kami mohon izin untuk menambahkan penjelasan ataupun komentar

kami, kita ingat beberapa waktu yang lalu atinya beberapa atinay kemarin bahwa kita membahas ada pasal pimpinan MPR ini bisa diberhentikan yang salah satunya apabila dia sudah tidak mampu melaksanakan tugas, sekarang petanyaan berikutnya tugasnya apa begitu pula didalam pimpinan DPR bahwa Pimpinan DPR itu itu dapat diberhentikan yang

Page 23: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

23

salah satunya apabila tidak dapat melaksanakan tugas, nah sekarang tugasnya apa inilah yang mungkin perlu secara pokok-pokoknya saja itu mungkin diakomodasikan hanya sekali lagi mana yang paling tepat apakah didalam pasal ataupun ayat atau ditambah didalam penjelasan yang mungkin rincinya nanti ditindak lanjuti didalam peraturan tatatertib secara um um kami bisa memahami bahwa memang tugas pimpinan itu dimasa . depan dengan konstruksi lebih mencerminkan pada fungsi daripada lembaga itu mungkin cukup beralasan kalau itu dimasukan tetapi juga tidak perlu terlalu rinci hanya pokok-pokolknya ada, nah kemudian dalam pokok-pokok itu dipetegas didalam penjelasan, nah untuk merinci lebih detail atau lebih rinci lagi itu mungkin ditampung didalam peraturan tatatetib, ini komentar kami terima kasih.

KETUA PANJA: Jadi dengan demikian memang terasa perlu ada sesuatu uraian ayat yang

mencantumkan mengenai tugas karena ada kaitan dengan bisa diberhentikan oleh karena dapat melaksanakan tugas dalam waktu tetentu dan sehingga ini kalau tidak ada d~n mengienai apa tugasnya itu juga mencari-cari tidak melaksanakan tugas juga ada keperluan tetapi kalau tugasnya itu rigit, detail sepeti itu menjadi sesuatu yang undang-undang ini kok sangat detail barangkali kaitanya apa yang fungsi tugas organisir, fungsi yang berkaitan dengan tugas perwakilan atau representasi dari lembaga ada tugas yang berkaitan dengan memimpin pelaksanaan tugas C!tari lembaga itu barangkali kaitanya sepeti itu tapi ini tidalk mungkin kita bicarakan sekarang, kita endapkan, tolong pemerintah atau pengusul mencoba untuk merumuskan itu sehingga akan lebih kena sebagai UU itu mungkin akan lebih umum sifatnya dan kemudian dalam penjelasan sedikit yang umum itu sedikit uraianya itu apa detail mengenai pelaksanaanya itu pada peraturan tatib.

Dengan demikian kita akan dapat melihat kelengkapan ini sebagai satu UU dilengkapi tetapi mel,engkapinya tidak terlalu rigit sepeti yang diusulkan oleh F.PDIP, jadi tolong pemerintah dan fraksi pengusul coba membuat rumusan yang lebih tepat untuk dimasukan didalam UU ayat kemudian penjelasan ayat, pak Asnawi ada.

FPDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Ya saya setuju usulan Saudara Ketua bahwa masalah ini kita pending karena memang

usul F.PDIP pada waktu bicara tentang Pimpinan DPR terhadap itu memang a.da usulnya dan kare111a itu dipending diendapkan ya ini juga otomatis begitu, bahwa ada satu resening kenapa itu umumnya seorang pimpinan itu salah satunya tidak melaksanakan tugas sepeti diutarakan oleh pemerintah itu bagus juga untuk dirumuskan yang global itu, kok ini rinci sekali karena itu saya usul di tatib, tentunya tugas utamanya apa itu iantara lainkan memimpin, menyimpulkan, sebab disini usulan FPDIP juga wewenang dan tugas tapi pada ayat (2) Pimpinan DPR tidak berwenang ini jadi bagaimana maksudnya wewenang tapi disini tidak. berwenang jadi antagonistis dengan judul dengan ayatnya ini supaya apakah memang punya wewenang padahal sudah dalam penjelasan ia hanya sebagai house speaker saja, tugasnya itu sebetulnya memimpin berfungsi ketika dia memimpin sidang ketua itu, selama inikan juga menerima tamu itu juga tugas apa tidak itu, yang utama saja pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira kita endapkan kita minta pemerintah dan fraksi pengusul coba untuk rmerewin usulanya

sehingga itu bisa menjadi sesuatu yang mengikat dan yang tidak, menjadi pegangan bagi Pimpinan apa tugasnya sebagai pimpinan dan itu tidak memberikan eek kosong.

F.PBB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Sedikit Pimpinan. Tadi pemerintah mengusulkan merever kembali kepada Pasal 20 seda11gkan Pasal 20

memang disitu bagian kedua menyangkut masalah Pimpinan tetapi seluruh ayatnya yang menyangkut masalah struktur jadi kalaupun mau dikaitkan tugas dan wew:enang ini sulit dimasukan didalam hal ini kecuali kalau penjelasan, kalau penjelasan daripada pemerintah bagaimana tadi F.TNl/Polri juga kemukakan Pasal 20 ayat (1) ini penjelasan ini sudah

Page 24: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

24

mencakup apa yang dimaksud oleh FPDIP hampir juga mengatakan sebagai suatu wewenangnya, sebab begini penetapan seorang ketua dan tiga orang wakil ketua mengacu kepada tugas ketua sebagai pimpinan sidang dan juru bicara dewan house speaker jadi sudah terbagi kepada fungsi DPR yaitu wakil ketua ada yanbg membidangi legislasi, pengawasan, dan membidangi masalah anggaran, ditambah disini didalam penjelasan untuk mengakomodir apa yang diusulkan oleh fraksi pengusul, terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira kita pending kita endapkan tetapi kalau dimasukan sebagai pasal uraian

mengenai tugas itu karena ada seakan dirujuk oleh satu ayat yang mengenai berhenti atau diberhentikan salah satu ayatnya adalah kalau tidak bisa melaksanakan tugas, jadi apa tugasnya kalau itu sudah ada dalam ayat atau pasal itu saya kira akan lebih jelas,apaisi uraian tugasnya itu bisa mengambil salah satu dari yang disebutkan tadi pada penjelasan Pasal 20 tugas pemimpin lembaga, tugas representasi house speaker, dengan demikian mungkin tidak perlu disebutkan mengenai wewenangnya, jadi saya kira bukan wewenang dan tugas cukup mengenai tugas Pimpinan DPR dengan demikian wewenangnya itu ya wewenang pimpinan saya kira wewenang itu lebih baik dalam kaitan dengankeseluruhan lembaga sebagai satu, baik bagaimana kita serahkan rumusanya nanti, oke.

(RAPAT SETUJU)

Berikutnya DIM 104 Pasal 21 ini apakah kita bisa konkordan saja dengan MPR jadi kita tidak membuat rumusan yang berbeda, kita konkordankan saja ke pasal MPR, ditetapkan oleh badan kehormatan DPR untuk diberhentikan karena ini, yang soal ditetapkan oleh badan itu saya kira kita coba rumusanya menjadi rumusan yang masih harus di jadi DIM 107 diseauikan lagi nanti kemudian yang 108 dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukumanserendah-rendahnya5(1ima)tahunpenjara. DIM 108 dalam hal ini usul dari semuanya usul, nah sekarang kita buka deh silahkan pengusul atau pemerintah sudah punya suatu estimasi kira-kira rumusan yang baru.

PEMERINTAH: lni sebetulnya bekisar kepada penggunaan terminologi-terminologi atau peristilahan

hukum jadi ada kalau kami merujuk kepada UU Nomor 14 Tahun 1970 yaitu tentang Kekuasaan Pokok Kehakiman disana ada terminologi memperoleh kekuatan hukum tetap sedangkan didalam UU Nomor 12 Tahun 2003 yanmg baru saja kita sahkan yaitu menggunakan terminologi mempunyai hukum tetap, apa bedanya pengetian memperoleh ataupun mempunyai kalau memperoleh yaitu satu upaya untuk mendapatkan tapi kalau mempunyai itu kita sudah punya, nah lebih tepat kalau menggunakan terminologi memperoleh tapi ini nanti kepada rekan-rekan yang memang mencermati didalam terminologi-terminologi hukum sebaiknya nanti kita minta petimbangan dari ahli bahasa mana yang tepat karena kedua UU itu keberadaanya sudah legal baik UU Nomor 12 maupun UU Nomor 14 Tahun 1970 ini karena penggunaan istilah saja tetapi kalau dari F.KB yang meminta untuk menghapus yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap hal itu sebetulnya lantas tidak sesuai dengan prinsip azas praduga tak bersalah sebagaimana diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 1970 yang kami sebutkan tadi, demikian pola pemikiran dari kami, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan lbu Aisyah.

F.PPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, SH): Terima kasih Pimpinan.

F.PPP memang mengusulkan untuk mengganti kata-kata mempunyai itu dengan memperoleh, memang benar apa yang dikemukakan oleh pemerintah tadi dalam UU Nomor

Page 25: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

25

14 Tahun 1970 itu dipakai acuanya itu adalah untuk memperoleh sedangkan di UU terakhir itu mempunyai, kalau kita bandingkan kedua UU ini Nomor 14 Tahun 1970 jelas itUJ keterkaitanya dengan masalah-masalah pengadilan lbukan UU tentang Kekuasaan Pokok 1Kahkiman, ya semua diatur disana mulai pengadilan negeri dan berbagai macam peradilan peradilan pidana, perdata, militer dan agama, sedangkan yang UU Nomor 12 Tahun 2003 itu mengenai masalah yang keterkaitan dengan keuangan, jadi tidak terlalu tepat untuk menjadi rujukan, kalau dibandingkan diantara kedua itu maka tentunya rujukan yang terbaik itu adalah UU Nomor 14 Tahun 1970 UU tentang Kehakiman, oleh karena itu kami mengusulkan kata-kata yang digunakan dalam UU Nomor 14 Tahun 1970 itu memperoleh, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Kalau tidak ada penjelasan ilebih lanjut yang saya tangkap ada persamaan adalah

petama berkaitan dengan berhenti atau diberhentikan jabatan sebagai Plimpinan DPR berkaitan dengan hukum itu adalah dia dinyatakan adalah berdasarkan putm~an pengadilan yang telah memperole~ atau mempunyai kekuatan hukum tetap atinya kepastian dalam kekuatah hukum yang 1tu sudah kekuatan hukum yang tetap, kekuatan huktlJm yang tetap bukan tindak pidana yang ancaman hukumanya serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara, kelihatanya ini semuanya sama dan ini kalau kaitanya dengan hukum kelihata~ya hanya soal kata memperoleh, mempunyai, kita saaya kira tidak terlalu berat untuk memilih kalau alasan argumentasi lbu Aisyah bisa kita approach-nya itu memproleh dalam kaitan itu diperolehnya dari lembaga yang mempunyai kewenangan untuk memberikan putusan final dari MA dan disini kata mempunyai itu pada aspek dewan itu telah hukuman itu atau putusan itu telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, jadi atinya ini memperoleh itu darl sudut proses hukumnya itu MA telah memberikan atau menyampaikan putusanya dan ini s~dah diperoleh keputusan itu sebagai satu keputusan hukum yang tetap, jadi rasanya mernpunyai atau memperoleh tidak terlalu menjadi satu yang sangat prinsip, jadi apakah kalau kita merubah mempunyai memproleh atinya kita menghormati usul FPPP, F .Reformasi, tapi kata mempunyai itu usul FPBB, FPDU, juga pemerintah, nah sekarang kita mau sepakatnya itu apa apa kita mau sepakat memperoleh atau kita mau sepakat menggunakan kata mempunyai, nah ini saya kira tidak terlalu prinsipiil, ya silahkan.

FPBB (HM. ZUBAIR SAKRY): Maaf saya sebagai pengusul yang lain daripada yang lain, hampirsemua fraksi

memakai kata serenhad-rendahnya 5 (lima) tahun, usul FPBB ini hanya serenQlah-rendahnya 1 (satu) tahun, mengapa saya berargumentasi demikian petama, seorang Anggota DPR yang terhormat itu sangat luar biasa suatu tindalkan apabila dia kalau kita pindlah-pindah tapi namanya sifat manusia ya memang biasa jadi secara logika berfikir bahwa Anlggota DPR itu bukan orang biasa tapi orang yang terhormat, bermoral dan lain-lain dan apabila dia diancam hukuman 5 (lima) tahun itukan sama dengan orang yang memang kriminal sehingga kami berargumentasi cukup ancaman hukuman serendah-rendahnya 1 (satl.J) tahun, itu pertimbangan kami, sementara kalau 5 (lima) tahun itukan ya begitu saya kira.

KETUA RAPAT: Silahkan.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Terima kasih. Yang petama mengenai serendah-rendahnya saya mau menyatakan bahwa fraksi

kami dalam hal ini mengatakan ini tetap, jadi atinya mendukung apa yang diusulkan pemerintah.

Yang kedua, kami menyatakan tetap terhadap usul pemerintah, usul yang disampaikan F.PPP ini memang rasionalnya itu lebih tepat sebenarnya, jadi begini kalau satu; peraturan UU dia mempunyai kekuatan hukum kita mengatakan mempunyai kekuatan hukum karena sifat pengaturan yang ada didalam UU itu, kemudian kalau yang mengedeparnkan putusan pengadiulan karena sumber hukum itu sebenarnya itu selain UU yang tetulis juga

Page 26: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

26

yurisprudensi itu adalah sumber hukum, nah untuk sumber hukum yang dari putusan pengadilan itu kita katakan memperoleh kekuatan hukum karena UU yang diterapkan oleh pengadilan dan hasil dari penerapan itu maka putusanya itu memperoleh kekuatan hukum, begitu biasanya cara berfikir hukum mengenai masalah ini, jadi dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, mungkin itu lebih tepat.

Yang ketiga mengenai 5 (lima) tahun ini sebenarnya akan berbeda nanti rumusan mengenai diberhentikan sementara, ini adalah pemberhentian tetap kalau sudah melakukan ini pimpinan itu yang diberhentikan itu pemberhentianya itu tetap tidak sementara oleh sebab itu sebenarnya kenapa 5 (lima) tahun karena kita harus membedakan jenis hukum yang dilanggar ada dua bentuk yaitu pelanggaran dan kejahatan, hanya yang kepada kejahatanlah yang biasanya ancaman hukumanya itu adalah serendah-rendahnya 5 (lima) tahun, jadi terhadap perbuatan yang melanggar saya kira memang ya tidak layak pimpinan itu harus dijatuhkan hanya untuk perbuatan yang melanggar karena ini sangat banyak pak, ukuranya nanti juga sangat sulit, jadi saya kira memang untuk serendah-rendahnya 5 (lima) tahun ini adalah tepat, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan.

F.KB (ORA. Hj. IDA FAUZIAH): Terima kasih Pimpinan. Usul F.KB memang berbeda dengan usul fraksi yang lain yang mempersoalkan kata

mempunyai dan memperoleh, F.KB dalam usulnya dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan tanpa menggunakan kata memperoleh atau mempunyai kekuatan hukum tetap dengan argumentasi ini berkaitan dengan Pimpinan tadi Pak Zubair sudah menjelaskan betapa DPR itu memiliki kalau saya mengatakan dialah yang harus mengawal moral bangsa ini, dia yang melakukan fungsi pengawasan, mengontrol bagaimana eksekuitf, maka memang seharusnyalah DPR apalagi kemudian Pimpinan, dia juga memberikan tauladan baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga yang diawasi, saya memahami bahwa asas praduga tak bersalah tapi lagi-lagi bahwa ini berkaitan dengan pimpinan, yang kita tahu bahwa proses memperoleh kekuatan hukum tetap itu bukan waktu yang pendek tapi waktu yang lama sekali sehingga waktu memperoleh kekuatan hukum yang tetap inilah kemudian masyarakat berharap bahwa DPR ini juga menjadi menonjol, ketauladanan yang diberikan oleh pimpinan, mungkin oke-lah kalau itu kaitanyan dengan anggota tapi ini berkaitan dengan pimpinan yang dia harus memberikan sekali lagi memberikan contoh dan tauladan sehingga kami berpandangan bahwa tanpa memperoleh atau mempunyai kekuatan hukum tetap itu tidak diberlakukan bagi pimpinan, jadi ancaman hukuman pidana itu bagi pimpinan ini cukup ketika diancam dengan hukuman 5 Oima) tahun itu cukup tanpa dia harus memperoleh atau mendapatkan kekuatan hukum tetap, terima kasih.

KETUA RAPAT: Berikutnya lbu Aisyah.

FPPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, SH): Terima kasih Pimpinan. Berhubungan dengan usul dari FPBB itukan hanya dengan ancaman hukuman

serendah-rendahnya 1 (satu) tahun penjara ini kita lihat sepeti Pak Hobbes katakan tadi pelanggaran-pelanggaran biasa juga hukumanya itu setahun, kalau misalnya pimpinan itu pada waktu tidak ada sopir lalu dia bawa mobil kiranya terjadi kecelakaan langsung dia harus diberhentikan karena ancaman hukumanya lebih dari setahun itu, nah ini kitakan tidak inginkan hal-hal yang begini langusng menjadikan orang kehilangan satu jabatan yang memang tidak gampang memperolehnya itu sangat sulit, jadi kami kurang sependapat kemudian apa yang diusulkan oleh F.KB ini sekali lagi berhenti atau diberhentikan secara tetap bukan sementara, tadi Pak Hobbes juga mengatakan beliau juga mengusulkan tapi

Page 27: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

27

dalam kondisi kalau toh nanti tiu dalam rangka diberhentikan sementara karena bagaimanapun juga putusan pengadilan itu memang selama ini terkesan sangat lama sedang dicari sekarang upaya bagaimana supaya semua proses itu prinsipnya peng~dilan itu harus memutuskan dengan dana yang murah, cepat, dan inilah belum terlaksana sampai hari ini termasuk di MA yang sampai hari ini belum dicarikan oleh MA walaupun sudah ada referensi sudah ada rekomendasi dari MPR supaya dicari:kan jalan jangan semua per~ara sampai ke MA tapi sampai hari ini belum melakukan, sat hari nanti kita harapkan benar-ijenar demikian sebab tidak akan mungkin lagi MA itu akan memutuskan perkara yang ma~in hari makin tahun itu makin menggunung jumlahnya jadi perlu ada upaya kearah itu, nah ~alau misalnya putusan itu ternyata pada tingkat terakhir orang itu bebas padahal dia sudah diberhentikan berarti dia sudah kehilangan dia tidak mungkin lagi dia peroleh, jadi kita sa~gat tidak adil artinya kita bersifat zolim-lah terhadap orang nah ini yang kita hindarkan; terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Asnawi.

FPDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Terima kasih Pimpinan. . FPDU punya usul, usulnya mirip dengan pemerintah hanya bedanya ~isitu usul kami

tidak menyebutkan serendah-rendahnya 5 (lima) tahun tapi langsung ancamftn hukuman 5 (lima) tahun penjara atau lebih ada kata-kata lebih dan yang berbeda pulan de~gan yang lain adallah mempunyai dengan memperoleh, oleh karena itu sebetulnya itu bisa didekatkankan dengan usulan naskah RUU dari pemerintah ini fraksi kami bisa menerima rumusan sepeti itu sedangkan satu tahun sama dengan penolakan lbu Aisyah yaitu meman KUHP tidak menentukan begitu satu tahun, sifatnya lalai nyetir mobil terbunuh itu orang ~api perbuatan yang dia tidak sengaja tetapi itu juga tetap pembunuhan hukumanya kan ringarjl, jadi kalau itu terus langsung diberhentikan tetap. ·

Adapun hal-ha:I yang menyangkut soal moral misalnya dalam proses kasasi dan sebagainya padahal diancam dengan hukuman 5 (lima) tahun itu bisa menggunakan klausul berikutnya yaitu pemberhentian sementara itu yang selama inikan belum diatur disini sudah ada menampung ini sebab agak aneh kalau selama ini baik DPR maupun MPR jadi sudah tidak nyebut orang dalam situasi dia sebagai pimpinan kita harus juga separa moral itu walaupun kita tetap menggunakan peraturan praduga tidak bersalah oleh karena itu dengan ada klausul diberhentikan sementara atinya non-aktif atau apa namanya n~nti dijelaskan dalam penjelasan itu perlu, jadi oleh karena itu. menurut saya saya pikir ti~ggal masalah memperoleh dan mempunyai itu saja mana yang bisa dipakai kedua-duanya menurut saya sama cuma masalahnya itu mana yang mau dipakai memperoleh atau mempunyai, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Kohirin.

F.TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA, M.Sc): Terima kasih Pimpinan. Yang terhormat pemerintah, kami memang tidak punya usul tapi ingin u;un rembug itu,

yang pertama sebenarnya kita membahas butir e DIM 108 ini juga tidak bol h terlepas dari DIM 110 itu karena sangat erat kaitanya, kami mencoba yang petama men imentari dulu tentang usul dari F.PBB maupun dari F.KB kami menghormati betul itu karena nampaknya ada ingin menaikan gradasi tentang hukum ini sehubungan dengan posisi fibur publik dari seorang pimpinan dewan yaitu kalau kami lihat pada saat masih calon saja diruu Nomor 12 Tahun 2003 itu sudah ditentukan tidak sedang menjalani pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukanl tindak pidana yang diancam dengan pidana 5 (lima) tahun penjara kami menghormati peningkatan gradasi ini karena kita ingin punya pemimpin yang ideal sempurna berintegritas dan sebagainya,

Page 28: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

28

namun demikian untuk keserasian keserasian sebuah UU Politik, antara UU Pemilu, dan UU Susduk ini kami lebih cenderung untuk menggunakan samakan saja dulu, sebab nanti diputuskan di DIM 110 itu akan mengangkat pemberhentian sementara dengan demikiankita tidak melanggar prinsip asas praduga tak bersalah disatu sisi tetapi disisi lain juga tidak mau ada perlakuan sehingga pemberhentian sementera tetap kita masukan kita bahas pada DIM 110.

Kemudian menginjak kata-kata mempunyai kepada lbu Aisyah kami hormat karena mengangkat UU tentang Peradilan tetapi kembali lagi keselarasan UU bidang politik yang satu paket dalam UU Pemilu memakai kata mempunyai, saya sependapat dengan Pak. Asnawi untuk mendukung pemerintah bagaimana kalau kita pakai kata mempunyai sebab dalam satu paket UU Politik tidak ada mempunyai, tidak ada memperoleh yang sebenarnya isinya sama tetapi hanya katanya dibedakan menjadi perdebatan yang katakanlah tidak ada ujung pangkalnya, demikian Pimpinan terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira Pak Kohirin ini membuat kesimpulan, atinya tolong dipetimbangkan Pak

Zubair mengenai soal 1 (satu) tahun karena yang satu tahun itu pelanggaran yang ancaman hukumanya satu tahun contohnya lalai, nabrak, orang meninggal dan sebagainya, apa bisa menerima i1tu.

F.PBB (HM. ZUBAIR BAKRY): Begini pimpinan, didalam benak saya sebagai Pimpinan MPR saya hilangkan tindak

kejahatan tapi pelanggaran yang lain itu bisa saja berakibat lantas kalau dia ditahan sekarang masalahnya apakah dia karena jabatanya bisa diringankan jadi memang memerlukan kehati-hatian tapi kalau sudah norma menetapkan 5 tahun itu ya saya tidak bisa lagi mengatakan karena dalam benak saya kalau pimpinan itu sebagai orang yang bermoral itu tapai kalau akhirnya dia dihukum dia bagaimana.

KETUA RAPAT: Silahkan.

FPG (ALEX HESEGEM): Terima kasih Pak Ketua. Pemerintah dan rekan-rekan yang saya hormati. Petama, dalam membahas DIM 108 itu saya setuju tidak bisa dipisahkan dengan DIM

110, kemarin waktu kita bahas soal Pimpinan MPR, kita melulu sekali kita membahas Pimpinan MPR, saya agak sedikit gemas juga tapi saya tidak mau ngomong karena juru bicara kami semangat cukup banyak. Kemarin pikiran saya itu begini kalau kita akan membahas Pimpinan DPR dan DPD secara otomatis apa-apa yang kita putuskan untuk DPR dan DPD itu otomatis diatasnya kepada MPR pasti sama tapi ketika kemarin kita bahas soalPimpinanMPRkebawahnyananti dia menjadi dua jalur karena nanti kita akan terpengaruh sekali dengan DIM-DIM itu mengapa, yang mengenai Pimpinan DPR dan DPD pasti secara otomatis akan kena kepada Pimpinan MPR itu soalnya karena itu kalau sekarang kita bahas juga sulit sekali kitapisahkan dari apa yang kemarin kita setujui menyangkut DIM 49 kalausaya tidak salah dan lain-lain itu kemarin kita endap karena ingin kita lihat dulu di DPR dan DPD, itu yang petama karena itu perlu sekali kita lihat disini sebelum pengadilan menyatakan bahwa pimpinan itu bersalah itu mana dulu itu dewan kehormatan itu dulu atau pengadilan dulu,kita ada dua lembaga-lembaga satu internal yang kita bentuk khusus untuk mengontrol Pimpinan dan Anggi0ta DPR, DPD dan MPR kemudian eksternal itu ada yudikatif yang akan mengontrol bahkan sampai menghukum sehiingga kalau sampai ke eksternal itu kita musti menganut yang namanya praduga tak bersalah lalu internal itu musti juga kita juga tidak bisa melepaskan tatacara hukuman, tata cara menegur, jadi barangkali mungkin dari lisan,tetulis, prinsip-prinsip itu juga perlu kita ingat tapi lebih dari itu saya ingin supaya konkordan dengan keputusan yang kemarin kita lakukan terhadap DIM 49 terhadap Pimpinan MPR juga ada usulan yang

Page 29: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

29

simpatik dari FPDIP tentang pemberhentian sementara sama persis dengan yang ada di DIM 10 ini, saya pikir ini kita endapkan dulu supaya dalam pembahasan soal pimpinan itu di DPR, MPR, dan DPD itu konkordan dalam pembahasanya, terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT: Baik, ada usul baru ini untuk diendapkan tapi rasa-rasanya kalau toh misalnya kita mau

merumuskan disini tidak terlalu sulit apabila kita bisa sepakati petama mengenai Pak Zubair tadi telah menyetujui untuk ancaman serendah-rendahnya lima tahun, nah persoalan yang ada itu adalah kaitannya FKB tidak mengatakan tidak usah berkekuatan hukum tetap ini ada berkaitan dengan yang tidak berkekuatan hukum tetap itu pada pemberhentian sementara, kalau kita bisa sepakati hal-hal ini FKB bisa memahami kontruksinya pemberhentian sementara dan berhenti, ya artinya berhenti itu setelah mempunyai kekuatan hukum tetap sebelum mempunyai kekuatan hukum tetap itu pemberhentiannya sementara, nah kalau konstruksi itu bisa diterima barangkali barangkali kita bisa memutuskan saat ini juga, bagaimana F.KB.

F.KB (ORA. Hj. IDA FAUZIAH): Ya saya kira memang kita ingin memenuhi asas praduga tak bersalah itu kemudian

yang kedua saya ingin memenuhi menjaga wibawa lembaga kepemimpinan DPR itu sendiri, oleh keduanya sudah terpenuhi di DIM No. 108 dan DIM 110 saya kira F.KB bisa memahami, terima kasih.

KETUA RAPAT: Nah sekarang soal memperoleh dan mempunyai petimbangan bahasa hukum yang

benar menurut Pak Hobbes dan lbu Aisyah Aminy dan yang lain itu kata memperoleh tapi rumusan yang didalam undang-undang bidang politik ini yaitu Undang-undang Pemilu itu bunyinya mempunyai apakah kita mau menggunakan ofrut bahasa yang ada dalam Undangundang tentang peradilan, apakah kita coba konkordan dengan istilah yang dibuat di undangundang tentang Pemilu, nah ini semuanya sebenarnya tidak prinsif tetapi kalau kita ini soal pilihan kalau pilihan kita mau okelah daripada kita membuat suatu rumusan dalam undangundang politik kok berbeda-beda yang disini kata memperoleh disini kata mempunyai kita samakan saja kalau sikap kita sepeti itu maka kita kembalki kepada rumusan pemerintah mana yang kita beri apakah rumusan pemerintah bisa kita setujui.

(RAPAT SETUJU)

FPBB (H.M ZUBAIR BAKRY): Pimpinan, barangkali ada ahli bahasa juga mengklarifikasi karena memperoleh dengan

mempunyai, ini saya kira perlu kita ya di undang-undang lain mempunyai karena mempunyai itu dengan sendirinya itu memang harus mempunyai tapi kalau memperoleh itu seolah-olah pemberian, jadi barangkali juru bahasa.

KETUA RAPAT: Jadi begini offrutnya saja kalau dari sisi bahasa hukum ini ada uraiannya pak Hobbes

ini ada suatu ketentuan hukum, kemudian ini ada keputusan pengandilan yang menjalankan ketentuan hukum itu baru setelah ini supaya diputuskan pengadilan yang melaksanakan ketentuan hukum itu setelah memperoleh kepastian hukum itu diperoleh kepastian hukum tapi karena ini sudah ini yang sudah dari undang-undang parpol kata mempunyai itu oke kita pilih bisa kita terima begitu saja.

F.PG (ALEX HESEGEM): Ketua begini, yang diputuskan itu dua kalimat itu ataukah DIM seluruhnya, ya tadi usul

saya akan terkait sekali dengan DIM soal pimpinan MPR yang kemarin kita pending karena itu supaya konkordan dengan pembahasan saya minta ini dipending karena sulit sekali kita pisahkan sebab begini yang kita setujui di pimpinan MPR, DPR otomatis akan kena jug a dan

Page 30: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

30

pimpinan MPR tidak bisa sekali terpisah karena dia sebagai anggota DPR, anggota DPD, kemarin juga kita setuju pimpinan DPR dan pimpinan MPR juga menjadi pimpinan MPR, disitu kita tidak sependapat dan akhirnya dipending, olehkarena itu yang menyangkut pimpinanpimpinan itu minta kita pending supaya dalam pembahasannya itu sekaligus mulai pimpinan MPR sampai dengan DPD, terima kasih.

KETUA RAPAT: Yang DIM 108-kan tidak ada masalah.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Memang kemarin ada yang kita pending tapi itu mengenai pemberhentian sementara,

jadi nenti mungkin untuk menghormati dan catatan kita mulai pimpinan MPR itu ya mengenai pemberhentian sementara itu barangkali nanti disitu pertimbangkan usul dari Golkar, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ya silahkan.

F.KB (ORA. Hj. IDA FAUZIAH): Sebentar ketua, saya tadi memberikan persetujuan itu antara DIM 108 dengan DIM

110 itu terkait karena kami meng1ang1gap bahwa kepentingan kami mengenai menjaga wibawa pimpinan itu sudah terakomodir DIM 110 maka saya memberikan persetujuan di DIM 108 artinya persetujuan saya tadi itu terkait dengan yang DIM 108 kalau begini kemudian DIM 110-nya kemudian masih dipending atau dimentahkan lagi saya tidak mementahkan usulan saya pertama tadi.

KETUA RAPAT: Baik saya kira itu toh nanti kita akan memutuskan per DIM-nya, jadi nenti bisa diangkat

pada waktu membahas DIM 110 krena DIM 110 ada pemberhentian sementara, jadi DIM itu yang akan kita bicarakan lebih lanjut.

Sekarang DIM 109 ini berkenaan dengan usul FPDIP ada 3 ayat, apakah 3 ayat itu kalau yang di MPR kemarin berhenti atau diberhentikan menjadi anggota D!PR dan DPD, berhenti atau diberhentikan itu jadi satu hal yang tergabung dan disini yang DPR ini yang B DIM 105 mengundurkan diri atas permintaan sendiri belum ada klaosul yang berkaitan dengan diberhentikan yang bukan atas permintaan sendiri sehingga ada berkaitannya kalau yang bersangkutan kehilangan keanggotaannya sebagai anggota DPR yang bukan karena berhenti karena mengundurkan diri apakah itu tidak perlu juga dicantumkan didalam hal berhenti atau diberhentikan dari pimpinan DPR disini, jadi kalau pimpinan MPR itu kan ada berhenti atau diberhentikan dari keanggotaan DPR atau DPD yang pada waktu itu usulannya bukan berhenti dan diberhentikan tapi kehilangan status keanggotaan dari DPR dan DPD,nah usulan yang ada 109 kelihatannya berkaitan dengan kondisi itu, jadi yang bersangkutan bisa berhenti atau diberhentikan dari pimpinan DPR apabila ditarik dari keanggotaannya oleh parpol atau kehilangan keanggotaannya sebagai anggota DPR klaosul inikaitannya dengan berhenti dan diberhentikan itu, jadi disini kelihatannya masih belum disebutkan kalau konkordan ke pimpinan MPR semestinya juga kalau yang bersangkutankehilangan keanggotaannya sebagai anggota DPR baik oleh karena ditarik keanggotaannyaatauoleh karena melanggar kode etik ditetapkan oleh badan atau dewan kehormatan maka dia menjadi kehilangan, jadi ini saya kira coba kita melengkapi yang ada disini bisa menjadi sel1engkap-lengkapnya mengenai kondisi berhenti dari keanggotaan pimpinan sebagai pimpinan kaitannya dengan statusnya sebagai anggota DPR, kan bukan hanya mengundurkan diri ada faktor ditarik oleh parpolnya atau ditarik kehilangan statusnya sebagai anggota DPR, silahkan pemerintah.

Page 31: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

31

PEMERINTAH: Terima kasih. Untuk DIM no.109 ini usulan dari F.PDIP untuk menambah huruf f ini sebetulnya

substansinya telah terakomodir dalam Pasal 21 ayat (1) huruf g atau pun DIM nomor 107 sedangkan penambahan huruf g kami berpendapat kita perlu merujuk pada ke Pasal 8 huruf f dang undang-undang nomor 31 tahun 2002, jadi ini ditambahkan disitu karena ada Pasal 8 huruf f dan g itu mengusulkan penggantian antar waktu anggotanya dilembaga perwakilan rakyat sesuai dengan peraturan perundangan dan butir g mengusulkan pemberhentian anggotanya dilembaga perwakilan rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan jadi karena ini ada otoritasnya parpol jadi pemerintah bisa menerima untuk penambahan usul huruf g itu, sedangkan mengenai usul tambahan huruf h ini sebetulnya juga telah terakomodir dalam DIM no. 107 jadi kalau DIM 107 itu diberhentikan karena melanggar kode etik DPR jadi diditetapkan oleh badan kehormatan DPR untuk walaupun kata-katanya ditetapkan ini mungkin disempurnakan diberhentikan karena melanggar kode etik dengan sendirinya anggota yang bersangkutan akan kehilangan kita telah diakomodir didalam DIM 107, terima kasih.

KETUA RAPAT: Dengan demikian kaitannya dengan usulan ini kehilangan keanggotaannya sebagai

anggota DPR itu bisa oleh karena faktor yang dikaitkan dengan butir g Dim no. 107 yang rumusannya nanti kita masih disuruhkan Timsin atau Timus dengan yang ada di MPR itu, nah yang berkaitan dengan usulan butir g itu karena ada didalam rumusan dari Undang-undang No. 31 Tahun 2002 kita adop, bisa disetujui.

(RAPAT SETUJU)

Dengan demikian mungkin ayat-nya pada f dan h hilang g menjadi f, nah sekarang berkaitan dengan 110 ada permintaan untuk kita endapkan, silahkan.

F.TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA, M.Sc): Mahon izin kami sependapat dengan usulan Golkar untuk diendapkan tapi dalam

rangka diendapkan kami mohon juga rumusan ini ada jumlah .. yaitu rehabilitasi sehingga kebetulan F.TNl/Polri kita sepakat ada berhenti sementara tapi ada juga .. rehabilitasinya. demikian pimpinan terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi saya kira kita konstruksi ada pemberhentian sementara itu kita endapkan dulu tapi

bahwa didalam pemberhentian sementara itu harus diberikan satu klaosulan mengenai rehabilitasi karena ini penting berkaitan dengan martabat seseorang berkaitan dengan martabat organisasi, jadi kalau seseorang siberhentikan sementara karena suatu putusan pengadilan yang sebelum memperoleh kekuatan hukum yang tetap ketika keputusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum itu berbeda maka undang-undang ini juga harus secara adil dan fair memberikan usulan untuk rehabilitasi, nah ini bagaimana bu?

F.KB (ORA. Hj. IDA FAUZIAH): Tadikan pimpinan menawarkan kontruksinya akan kita pending tapi substansi bahwa

adanya pasal yang menjelaskan tentang pimpinan sementara disetujui ya pak ketua? Kalau sisetujui tidak apa-apa dipending, tadikan pak ketua hanya menawarkan kontruksinya yang di pending tapi substansinya mending didrop dulu pak ketua substansi belum kita angkat memberikan ruang bagi perlunya ada pimpinan sementara itu.

Page 32: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

32

KETUA RAPAT: Oke saya kira karena ini berkaitan dengan DIM 110, 111, 112, kalau Dim 112 rasanya

sih tidak ada persolan ya? Tatacara pemberhentian dan penggantian pimpinan sebagaimana dimaksud pasal ini diatur dalam tatatetib, ya silahkan.

PEMERINTAH: Saya mohon izin pak khusus sikap kita terhadap DIM 110 kalau tadi coba kita

mengendapkan dulu sebelum diendapkan maksudnya begini kalau memang yang disana di MPR diendapkan dan disini bisa kita cairkan beratikan disana nanti sebagai satu bahan untuk kita membuka yang diendapkan itu tadi.

Petama, substansinya prinsif ada pemberhentian sementara yaitu telah sepakat dengan satu resening atinya terkena melaksanakan tindak pidana yang terkena ancaman serendah-rendahnya lima tahun,satu.

Yang kedua, dengan usulan dari yang terhormat bapak Kohirin dari F.TNl/Polri itu juga prinsif rehabilitasi perlu dipulihkan hak-haknya kami sangat mengeti dan dapat menyetujui dengan demikian kalau ini bisa diputuskan beratikan bisa mencairkan yang dianggap dipending sebelumnya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan.

FPPP (H.M SJAIFUL RACHMAN, SH): Hanya untuk menambah endap-mengendap sebelum lebih lanjut mungkin saya mohon

pendalaman lebih lanjut pak diforum ini mengenai istilah diberhentikan sementara dengan misalkan ada istilah dinonaktifkan yang petama mungkin apakah yang lebih tepat itu apakah diberhentikan sementara atau di nonaktifkan, nah seandainya memang istilah diberhentikan sementara, pakah hak-hak pada yang bersangkutan itu masih diberikan misalkan, ataukah kalau di nonaktifkan juga apakah memang juga sama jadi hanya istilah ini yang berbeda tapi apakah juga hak-hak yang diperoleh itu masih apakah sama juga tapi kalau itu misalkan sama ya untuk kita pahami bersama paling tidak untuk saya sendiri lah kan begitu,. sehingga didalam memberikan penjelasan itu akan lebih pede begitu ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Alex.

F.PG (ALEX HESEGEM): Terima kasih Pak Ketua, rekan-rekan yang saya hormati esensi dari permintaan tunda

di DIM 49 kemarin dan DIM disini kemarin kita mengatakan kalau seseorang apalagi seorang pimpinan Lembaga Perwakilan Rakyat melakukan bersalah dan dinyatakan oleh pengadilan, jang'ankan pengadilan dewan kehormatan saja menyatakan dia beralah kenapa tidak saja angsung berhenti esensinya kan begitu karena itu, itulah sebabnya kitakan kemarin mengatakan bahwa nanti di DPR maupun DPD pasti kita akan jumpai DIM yang sama itu yang saya tadi katakan kalau penyusunan ini dibalik kita bahas dulu DPR dan DPD lalu kemudian MPR pasti tidak sulit ketika kita tidak kemarin kita mulai membahas MPR lalu kita temukan hal-hal yang sama disini kemarin kita pending itu alasan karena itu kita minta supaya ini sebentar diurut dal1am pembahasan DIM-DIM yang kita pending, diurut mulai dari DPR, MPR secara otomatis secara otomatis apa-apa yang kita lakukan untuk DPR, DPD otomatis berkenaan dengan MPR tidak bisa yang hukumannya lima tahun yang kita putuskan DIM 108 di MPR, MPR kan tidak ada, dengan demikian sebenarnya otomatiskan yang menjadi pimpinan itu otomatisatau sama dengan yang di DPR maupun di DPD karena itu saya pikir DIM ini biar kita feling nanti kita bahaslah belakangan, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi pertanyaan mengenai nonaktif atau sementara biar sementara kita endapkan

juga, jadi kita akan masuk ke DIM kalau tata cara sudah oke tata caranya.

Page 33: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

33

(RAPAT SETUJU)

Usul F.PDIP dalam hal wakil ketua DPR diberhentikan kedalam hal pimpinan diberhentikan sementara juga biar kita bahas pada saat pending itu ya oke.

Sekarang bagian ketiga mengenai kedudukan dan fungsi, halaman 43 DIM 114 kalau konkordan saya kira DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara kalau konkordan dengan MPR kemarin, bisa disetujui ?

(RAPAT SETUJU)

Sekarang Pasal 23 DPR mempunyai fungsi, usul F.KB itu cuma tidak merinci a, b, c, tapi dalam satu tehnik satu kalimat sekarang tentu soal selera, mungkin kalau kita menggunakan a, b, c, itu nanti dijabarkannya dibawajuga fungsi itu, lama kalau kita misalnya mau menggunakan seperti itu tapi karena dibawah juga sebenarnya tidak ada rumusan fungsi a itu bagaimana, b bagaimana, c bagaimana ya begini saja, sekarang kita tawarkan apakah kita bisa menyepakati ada pada usulan pemerintah dengan tehnik penulisan, DPR mempunyai fungsi: a. legislasi b. anggaran c. pengawasan.

F.KB (ORA. Hj. IDA FAUZIAH): lni memang soal selera bahasa dan kita tidak menjabarkan lebih lanjut legislasi,

anggaran, dan pegawasan, sebenarnya ini usul kami yang model kami tapi kalau misalnya selera bahasa pada umumnya diruangan ini mau a, b, c, ya silahkan.

KETUA RAPAT: Jadi bisa disetujui ya, oh belum silahkan Pak Hobbes.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Saya sebenarnya mungkin rumusan yang dibuat oleh F.KB itu lebih tepat karena

mungkin itu UUD Pasal 20a ayat (1) DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan, sebenarnya hampir sama dengan dari F.KB itu.

KETUA RAPAT: Ya sama, jadi ini kalau mau mengutip persisyang ada didalam UUD sepeti yang

diusulkan F.KB tapi kalau kita mau membuat rumusan yang sedikit beda dengan rumusan yang ada dalam UUD karena ini undang-undang ya kita boleh yang sepeti ini, sebenarnya kalau kita mau yang lebih lanjut itu sebenarnya menjelaskan fungsi legislasi itu apa, fungsi anggaran itu apa, dan fungsi pengawasan itu apa, kalau di Penjelasan ada apakah itu bisa kita angkat ke Batang Tubuh supaya 1ini membedakan dari apa yang ada di UUD sedikit lebih maju dengan memberikan elaborasi tentang fungsi-fungsi itu, ini soal yang kemudian namun karena ini tugasnya adalah Panja, Panja itu mensinkronkan pikiran dan kalau mau menyempurnakan saya kira tidak terlalu salah kalau kita melakukan hal sepeti itu, ya kalau bunyi-bunyianya Pasal 23 mau disempurnakan mernjadi fungsi legislasi yaitu fungsi DPR untuk membentuk UU bersama dengan pemerintah itu boleh, fungsi anggaran apa, fungsi pengawasan apa, itu lebih maju dari sekedar merubah dari susunan UUD menjadi a, b, c, menjadi sesuatu yang lebih, kami buka wacananya silahkan pak.

FPPP (HM. SJAIFUL RACHMAN, SH): Terima kasih Pimpinan. ni hanya suatu wacana saja, di Bab tiga ini mengenai kedudukan dan fungsi Pasal 22

inikan hanya satu ayat, kemudian juga ada usul dari F.KB di Pasal 23 jadi ada tambahan pasal ini juga satu ayat, mengenai substansinya sebetulnya saya sangat setuju baik dari kedua pasal ini, ini usul singkatnya apakah ini tidak lebih baik kedua pasal ini jadi satu Pasal 22 ini menjadi dua ayat ayat (1 )-nya mengenai DPR merupakan lembaga perwakilan dan seterusnya kemudian ayat (2)-nya DPR mempunyai fungsi sebagaimana diuraikan secara apakah itu a, b, c sepeti itu ataukah sepeti memanjang sepeti diusulkan oleh F.KB tapi

Page 34: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

34

substansinya sama, cuma jelas bahwa disini didalam satu pasal ini karena ini merupakan satu-kesatuan, demikian Pimpinan terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan.

F.PPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE): Terima kasih Saudara Pimpinan. Saya kira sama, karena kalau dia dibikin pasal itu lebih keren/lebih mantap kayaknya

walaupun isinya sama, jadi ada pasal apa wah itu menyangkut fungsi legislasi, dana saya sependapat tadi itu penjelasan ditarik tapi dipadatkan, begini orang bisa bercerita legislasi, orang baca apa itu legislasi kemudian anggaran itu apa jadi lebih mantap, penjelasan itu kadang-kadang barang yang kira-kira diperdebatkan akhirnya dikasih solusi untuk ditarik ke penjelasan, kalau sudah jelas toh tidak mempengaruhi substansi disini, jadi saya lebih cocok kalau itu ditarik supaya kalau dibuka halaman kebelakang tidak tahu dimana tempatnya lagi nah ini masuk disini, jadi begitu mempunyai fungsi legislasi ini, kemudian anggaran tapi ada kejelasan ini saya lebih cocok dan tetap a, b, c, saja terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Silahkan PakZubair.

FPBB (H.M. ZUBAIR SAKRY):: Menanggapi usul daripada F.KB yang Pasal 23 ini dicakup dalam satu kalimat,

memang UUD demikian itupun juga tidak persis kalau UUD memakai kata memiliki dan dalam Pasal 23 F.KB memakai kata mempunyai saya kira itu tidak terlalu prinsip tapi dalam satu kalimat itu karena UUD tidak mungkin agak ganjil kalau sampai UUD mengatakan a, b, c, d, kemudian pasal ini menjadi Pasal 23 dalam satu bagian ketiga kedudukan dan fungsi, jadi fungsi disini mau dinyatakan oleh UU secara jelas sehingga demikianlah apa yang dikatakan oleh pemerintah DPR mempunyai fungsi a, b, dan c, supaya jelas, terkait daripada penjelasan pemerintah juga tepat karena tidak mungkin kalau diuraikan a, b, c, d, dalam satu penjelasan dan disini penjelasan pemerintah sudah jelas a yang dimaksud dengan fungsi legislasi adalah, b yang dimaksud dengan fungsi anggaran adalah, c yang dimaksud dengan fungsi pengawasan adalah, jadi sudah konkordan dengan penjelasan itu, saya bukan hanya karena masalah selera bahasa tapi secara struktur perundang-undangan apa yang diusulkan oleh pemerintah sudah tepat, terima kasih.

KETUA RAPAT: Pak Latief silahkan.

FPDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Saudara Pimpinan, pada Pasal 22 ini fraksi kami memang mempunyai usul berbeda

dengan naskah RUU yang diusullkan oleh pemerintah terutama yang menyangkut soal fungsi itu senapas dari Pasal 22 jadi tidak dirinci kenapa karena kita ingin mendudukan DPR ini sebagai lembaga perwakilan rakyat itu kembali kepada inti Pasal 20 pada amandemen pertama bahwa DPR ini adalah memegang kekuasaan membentuk UU sebetulnya ini sudah kita mulai menganut trias politika bahwa kita ini legislatif oleh karena itu ada disitu tugas-tugas legislasi dan oleh pemerintah dirinci lagi dengan penjelasanya, ini masalahnya cuma masalah struktur penyusunan saja antara pemerintah dengan fraksi kami itu fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan, jadi satu dalam satu pasal hal-hal yang lain saya kira tidak ada perbedaan yang prinsipil disitu, kalau struktur yang kami usulkan ini diterima ya selesai sebetulnya tapi yang usul ini cuma FPDU yang lain tidak ada, oh F.KB ada, F.KB hampir sama dengan pemerintah di pasal lain.

Page 35: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

35

KETUA RAPAT: Baik jadi berkenaan dengan kedudukan itu tadi sudah diputuskan konkordan dengan

yang ada didalam lembaga MPR, sekarang tinggal Pasal 23 yang berkenaan dengan fungsi, agaknya ada usul yang masuk apakah bagian penjelasan itu naik ke Batang Tubuh apa ke dalam pasal sehingga dlidalam penjelasan nanti cukup jelas atinya kita tidak membaca DPR mempunyai fungsi legislasi ini-ini tapi bagi yang membaca awam juga karena UU inikan harus diketahui seluruhnya oleh masyarakat dengan cara menyampaikan fungsi l~gislasi uraian kemudian fungsi anggaran diuraikan sedikit, fungsi pengawasan diuraikan sedikit itu akan memberikan kejelasan tentang apa fungsi-fungsi itu, nah kalau ini disetujui rumusanya kami serahkan pada pemerintah untuk kita nanti sehabis diskors ini kita buka lagi, silahkan Pak Hesegem,

FPG (ALEX HESEGEM): Terima kasih Pak Ketua. Bukan diserahkan kepada ketua, ini di Panja substansinya sudah kita setujui tapi ini

Panja menugaskan kepada Timus sudah ada disini, jadi bahasa mana yang dipakai sistem penyusunan mana itu tugas Timus, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan.

F.TNl/POLRI (AMIR TOHAR, S.IP): Berdasarkan pengamatan F.TNl/Polri bahwa dari UUD itu untuk menjadi suatu UUitu

mustinya ada urut-urutanya jadi bukan mejiplak persis sepeti UUD tetapi perlu ada rincian yang lebih menjelaskan lagi sehingga kami setuju apabila nantinya penjelasan itu masuk kepada Batang Tubuhnya sehinggia tidak rancu, orang hanya membaca masalah yang umum seperti UUD tetapi dia lebih jelas lagi tempat pelaksanaanya, tiu pendapat kami pak.

KETUA RAPAT: Jadi diingatkan Pak Alex bahwa itu nanti kepada Timus tapi kalau disini sudah bisa kita

selesaikan meringankan Timus nah itu tinggal kemauan kita saja karena Timus-nya terdiri dari kita­kita juga.

FPG (PROF. DR. RUSTAM E. TAMBURAKA): Pak Ketua, yang konstruksinya yang rumusan antara pemerintah dengan F.KB.

KETUA RAPAT: Ya jadi cuma a, b, c, tapi a-nya itu dijelaskan, bisa disetujui ?

(RAPAT SETUJU)

Dengan demikian kita tidak usah terlalu ngoyo ini kurang 10 menit kita istirahat, selanjutnya kita akan mulai pukul 14.00 WIB ya, kita skors sampai pukul 14.00 WIB.

(RAPAT DISKORS PUKUL 11.50 WIB)

Apakah kita bisa melanjutkan rapat kita baik, dengan demikian skors dicabut rapat dibuka kembali. '

(SKORS DICABUT PUKUL 14.10 WIB)

Tadi kita sudah menyelesaikan Pasal 23 dan selanjutnya kita akan membahas DIM 116 terkaitdengan DIM119, 121, 128, 130, dan DIM 131 yaitu bagian keempat yang sub hedingnya tugas dan wewenang Pasal 24 DIM 116 DPR mempunyai tugas dan wewenang : a. membentuk undang-undang bersama presiden, disetujui pembahasan lebih lanjut

Page 36: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

36

diserahkan ke Panja dimana disini ada beberapa usul dari FPG, FPPP, F.KB, F.KKI, usul­usul itu mengkaitkan dengan yang petama hanya menyebutkan membentuk undang-undang, usul yang kedua membentuk undang-undang yang dibahas dan ditambah dengan yang dibahas bersama presiden, jadi pilihanya kita ini ada tiga yaitu petama membentuk UU bersama presiden, membentuk UU yang dibahas bersama presiden dan cukup membentuk UU, jadi sebenarnya tanpa mengatakan membentuk UU bersama presiden dengan katakan membentuk UUjuga dalam prakteknya akan dilakukan bersama-sama dengan presiden, sekarang tinggal pilihanya apakah kita membuat simple dengan mengatakan membentuk UU sebagai tugas dan wewenang, bagaimana membentuknya itukita tidak masukan sebagai suatu keterangan, jadi kalau kita mau mengambil singkatnya dengan mengatakan DPR mempunyai tugas dan wewenang a. membentuk UU adalah prakteknya dalam membentuk UU dia akan bekerja sesuai dengan prosedur dan tata cara yang diatur lain, nah ini yang barangkali, kita sampaikan saja mungkin pemerintah mungkin sudah mempunyai suatu solusi terhadap ini, apakah dengan mau yang tetap sepeti itu atau dengan usul-usul yang ada untuk hal yang lain.

PEMERINTAH/DIRJEN OTDA: Terima kasih Pimpinan yang terhormat dan bapak-ibu anggota yang kami hormati. Acuan kami apa yang diketengahkan oleh Pimpinan, kalau hanya merujuk kepada

Pasal 20 ayat (1) memang begitulah adanya atinya DPR memegang kekuasaan membentuk UU tetapi kalau kita memperhatikan ayat-ayat berikutnya maka itu tidak bisa melepaskan peranan dari presiden oleh karena itu kami tidak bisa mengabaikan begitu saja ayat-ayat yang ada didalam satu pasal karena nafas dari Pasal 20 itu walaupun didalam praktek memang begitu tetapi alangkah eloknya kalau seluruhnya .. , adapun mekanisme yang terformulasikan didalam Pasal 20 ayat (1) sampai ayat (4) itu tercermin didalam UU ini, jadi begitu pola pemikiran kami, terima kasih.

KETUA RAPAT: Sekarang kita sudah mendengar posisi pemerintah dengan penjelasan yang tadi

disebutkan membaca Pasal 20 itu secara keseluruhan dan pasal-pasal lain maka bukan hanya mengutip begitu saja apa yang ada didalam Pasal 20 tetapi juga mengatur proses dan prosedur yang lebih lanjut dan juga memang pada kenyataanya dalam membentuk UU itu bersamaan dengan presiden, Pak Asnawi ada pertanyaan.

F.PDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Saudara Pimpinan, apa yang dijelaskan oleh pemerintah itu memang benar dalam

praktek bahkan dalam jiwa Pasal 2 ayat (2) juga disitu merangkaikan bahwa setiap RUU dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapat persetujuan, jadi ini rupanya mengadop ayat (1)

dan (2) dijadikan satu sehingga bahwa DPR tugas dan wewenangnya itu adalah membentuk UU tapi diambil lagii Pasal ayat (2) itu persetujuan itu atinya dibahas dalam praktek selama ini juga dari UUD ini bersama presiden, bahwa presiden menugaskan seorang menteri itu memang dalam prakteknya begitu, saya pikir ini saya berpandangan bahwa juga sudah bagus dan cukup, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan lbu Evita kemudian Pak Aritonang.

F.PG (HJ. EVITA ASMALDA, SH): T erima kasih Ketua. Asslamu'alaikum Wr. Wb. Pak Ketua, Bapak-ibu yang saya hormati dan juga dari pemerintah, usulan kami

memang seperti tadi yang dijawab oleh pemerintah memang berkaitan dengan Pasal 20 ayat (1) namun juga bapak tolong kita lihat Pasal 20 ayat (5) memang disitu disebutkan bahwa dalam hal RUU yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu 30 hari dan seterusnya sah, disampaing itu Pak Ketua kami juga ada mengusulkan tapi

Page 37: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

37

memang akan kita bahasa pada DIM selanjutnya, bahwa pembahasan dalam membentuk UU ini tidak juga hanya dengan presiden tapi juga usulan kami untuk melibatkan juga disini dalam pembahasan berkaitan. dengan RUU tertentu ini memang belum kesana, jadi karena hal tersebut kami melihat bahwa memang cukup dengan membentuk UU yang memang ini diamanatkan juga oleh konstitusi betul tadi yang dijawab pemerintah kami cukup fahami memang di Pasal 20 ayat (2) dan (3) menyebutkan setiap rancangan dibahas memang dibahasnya bersama-sama tetapi dalam hal kewenangan membentuk UU itu sekarang ini memang sudah beralih kepada fungsi legislasi DPR, yang dulu happynya adalah lebih banyak kita tahu bahwa kewenangan itu ada dipihak eks~kutif pada sebelum perubahan UUD, disini kami melihat dengan semangat perubahan ini apakah kita sepakat untuk perumusan demikian dengan tidak mengabaikan seperti tadi yang disampaikan Ketua bahwa pada pelaksanaanya ya memang kita melihat pasal-pasal selanjutnya yang juga diamanatkan .. begitu Pak Ketua, terima kasih. ·

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Aritonang.

FPG (DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG): Sebenarnya hampir sama cuma saya hanya cara berfikirnya, sebenarnya kalau mau

kita jadikan kalimat secara keseluruhan sepeti disampaikan tadi, karena di Pasal 22 tentang DPD ikut membahas atau berhak mengajukan rancangan, ada juga kan rancangan yang bersama DPD perananya dia juga hanya pemerintah sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) tadi, karena itu sebenarnya kalau mau dibuat lengkapnya, misalnya begini membentuk UU yang dibahas bersama presiden dan dalam menyusun UU tertentu mengikutsetakan DPD kan begitu kemudian, inikan sebenarnya untuk singkat katanya wewenang itu sesuai dengan Pasal 20 ayat (1) itu adalah memang menjadi membentuk UU, bagaimana nanti prosesnya UU yang umpanya yang menyangkut dengan daerah DPD ikut membahas atau berhak mengajukan rancangan, jadi sebenarnya makanya kami usulkan sepeti ini, namun demikian kalau teman-teman yang lain punya pendapat lain ya silahkan, terima kasih.

KETUA RAPAT: Pak Hobbes silahkan.

F.PDIP (HOBBES SINAGA): Saya kira memang rumusan yang disampaikan pemerintah ini sudah sangat tepat yaitu

bahwa DPR mempunyai tugas membentuk UU bersama presiden, saya kira ini memang bunyi UUD dan saya kira ini memang harus dipertegas karena biar bagaimanapun dalam hubungan dengan DPD, saya kira UUD sudah menetapkan bahwa yang membahas UU itu adalah DPR dengan pemerintah, kedudukan DPD masih harus, dicari, dirumuskan dia, selain dalam hal-hal tertentu apakah pemerintah juga bisa duduk be~sama dengan DPD dalam membahas UU saya kira tidak, karena sebenarnya ciri khas dari DPR sebagai badan legislatif itu sudah deng:an jelas dengan tegas ditentukan didalam Pasal 20 dan Pasal 20a ini, jadi saya kira rumusanya lebih tepat dan justru sebenarnya apa yang diusulkan oleh kawan-kawan dari F PG tadi barangkali memang harus ada aturan nanti yang kita buat sehingga posisi DPD didalam hal UU ini harus dengan tepat, jadi atinya disini menunjukan bahwa sebenarnya inikan perdebatan kita yang sangat keras dulu di PAH I inikan dalam rangka persoalan kita apakah kita menganut strong bikameral, atau sofbikameral atau unikameral nah ini, jadi atinya menghapa perdebatan itu begitu kencang saya kira berkaitan dengan ini karena memang disinilah masalahnya, jadi saya kira kita · harus lebih hati-hati untuk melihat masalah ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Ali silahkan.

Page 38: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

38

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Terima kasih Pimpinan. Bapak-ibu sekalian yang kami hormati. Dari pemerintah yang saya hormati, tadi pag1i 1saya tidak ikut dan sekarang baru ikut. Saya

pertama ingin menyampaikan posisi DPR dalam konteks pembagian kekuasaan, didalam pembagian atau pemberian cabang-cabang kekuasaan negara itu dimana, yang jelas menurut perubahan UUD arahnya itu memang harus digeser dari yang dulu, pemegang kekuasaan pembentuk UU itu adalah pemerintah waktu itu dibahas bersama dengan DPR, kalau sudah dibahaspun waktu itu pemerintah bisa saja tidak mengundangkan atau bisa saja tidak menerima, setelah perubahan kata kunci pemegang kekuasaan pembentuk UU itu adalah DPR, dan itu kalau membentuk UU bersama presiden berarti itu equivalen atau sama, menurut saya posisi seperti itu menurut saya tidak tepat karena dalam kenyataan tetentu memang DPR itu adalah pemeg1ang kekuasaan itu, jadi bunyinya kira-kira setelah kita tidak melihat masing-masing DIM ya, jadi membentuk UUuntu~ dibahas bersama dan disahkan bersama presiden, suatu saat kita bisa ada simulasi atau suatu kejadian ketika DPR mempersiapkan draft RUU kemudian kok pemeriotah tidak mau membahas bersama, maka saya membayangkan ada satu sidang paripuma 'yang DPR mengundang pada pemerintah, pemerintah tinggal satu kata menerima atau menolak, kalau menolak berati tidak menjadi UU dan tidak bisa dilanjutkan tapi kalau dia menerima atinya pemerintah menerima ya meskipun dia tidak ikut membahas bersama itu bisa menjc:tdi UU karena pemegang kekuasaanya itu adalah DPR, ini bunyianya dari ayat (1) dan (2) tlidalam Pasal 20 itu digabung kata kunci aktornya subjeknya itu adalah DPR, jadi membentuk UU untuk dibahas dan mendapat persetujuan bersama dengan presiden, kalau saya mengusulkan sepeti itu gabungan dari Pasal 1 ayat (2), kalau usulan dari peemrintah itu ,sama persis, jadi bersama itukan equivalen artinya seimbang, ini pendapat saya meskipun rianti hubunganya dengan DPD nanti kita bahas di DPD keterlibatan dia ikut membahas itu apakah segitiga pada pembahasan tingkat pertama kemudian tinggal pengambilan keputusanya itu tinggal DPR bersama presiden itu nanti ketika bicara tentang DPD, terima kasih.

KETUA RAPAT: FTNl/Polri silahkan.

F.TNl/POLRI (AMIR TOHAR, S.IP): Terima kasih Bapak Pimpinan. Yang terhormat Dirjen Otda berseta staf, rekan-rekan Anggota Panja sekalian yang

kami hormati. Setelah kita pelajari sesuai dengan UUD'45 yang tercantum dalam Pasal 20 ayat (1)

dan (2) maka disini mengandung makna bahwa kekuasaan untuk membentuk UU memang DPR tetapi disini didalam pembahasanya itu dilaksanakan bersama-sama antara pemerintah presiden dalam hal ini dengan DPR sehingga apabila didalam rumusan dari pemerintah ini mengandung unsur membentuk UU bersama presiden berati ini kekuasaan tugas dan wewenang DPR untuk membentuk UU bersama dengan presiden maka disini sudah termasuk didalamnya sesuai dengan Pasal 20 ayat (2), jadj dalam hal ini kami masih bisa menyetujui apa yang dirumuskan oleh pemerintah karena unsur dua-duanya ini ada didal1amnya walaupun didalam UUD ini atinya kalau seandainya didalam perumusan UU ini sudah diselesaikan tetapi tidak disahkan oleh presiden sudah ada batas waktu dalam waktu 30 hari itu nanti akan tetap berlaku UU ini yang sudah disahkan itu sehingga cukup dengan rumusan yang disampaikan oleh pemerintah ini saya kira : sudah mengandung ati yang ada didalam Pasal 20, demikian terima kasih.

KETUA RAPAT: Ada, lbu Aisyah.

Page 39: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

39

F.PPP (Hj. AISYAH AMINY, SH): Terima kasih Pimpinan. Saya tidak dapat bayangkan sekian tahun yang akan datang aktor-aktornya sudah

tidaka ada kayak apa perdebatanya, sekarang aktornya masih ada dan langsung membicarakan kok berbeda kedengaranya, Pak Hobbes katakan tadi ya benar yang diusulkan pemerintah ini, lalu Pak Ali Masykur mengatakan tidak, kalau begitu bunyinya bersama-sama, nah sekarang kita yang tidak ikut membahas itu kalau membaca kalimatnya jelas pada ayat (1) itu DPR memegang kekuasaan membentuk UU itu jelas membentuk UU itu adalah kewenangan dari DPR titik tapi proses berikutnya bagaimana, dalam setiap RUU dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapat persetujuan bersama, jadi saya kira yang benar ialah bahwa yang berwenang atau betugas membentuk UU ini adalah DPR, oleh karena itu apa yang kami usulkan disini bahwa untuk melaksanakan fungsi DPR sebagaimana dimaksud DPR mempunyai tigas dan wewenang membentuk UU titik, jadi untuk lebih mempetegas siapa sih yang berwenang DPR begitu, berbeda dengan ini adalah memperlihatkan suatu perbedaan yang sangat fundamental sebelum UUD ini berubah, kalau dahulu adalah presiden dan sekarang adalah DPR jadi saya kira yang tepat itu adalah yang membentuk UU itu adalah DPR, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan pak.

FPBB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Baiklah, mengenai UUD ini pada Pasal 20 ayat (1) dan (2) kemudian kalimat yang

ditawarkan oleh pemerintah ada legaliternya disini, memang kalau kita betanya membentuk UU bersama presiden itu masuk wewenang DPR apakah pengetianya wewenang itu dimiliki bersama oleh DPR dan presiden, kalau kalimat ini jelas, ini tidak tepat, jadi barangkali konsep pemerintah ini ada sedikit antara bahasa yang kurang diperj1elas membentuk UU dan membahasnya bersama, kalau ada disini membahas, membentuk UU itu memang tidak bisa dibantah lagi, cuma kita tidak mau UU ini sedikit melenceng daripada UUD supaya paslah begitu, jadi saya kira disitu saja masalahnya, adapaun keterkaitan DPD dan lain-lain saya melihat sudah, sebab kalau kita bahas satu-satu dan dikaitkan dengan UUD harus kita melihat secara keseluruhan sampai kepada tugas dan wewenang DPD juga ada karena ini memang ada apakah DPD itu ikut betanggungjawab untuk membentuk UUitu hanya mengusulkan, ikut membahas dalam bidang-bidang tetentu, jadi saya melihat, selain disini tugas dan wewenang DPR ini akan terkait lagi dibelakang nanti tugas dan wewenang DPD, jadi kalau tidak dikaitkan dengan ayat (1) malah bisa ditafsirkan kemana-mana, saya kira intinya karena masalah wewenang UU ini tinggal memperbaikinya saja dan tidak kita usulkan kepada pemerintah untuk memberikan penjelasan karena ini sebenarnya sulit dijelaskan kalau dibuat penjelasan lagi bisa meluas, jadi saya kira redaksi saja, saya tidak tahu apa pemerintah setuju atau apa yang kami usulkan untuk memperbaiki karena memang ini ada egaliter antara DPR dengan presiden hampir sama, kalau tidak ada koma tidak ada apa membentuk UU bersama presiden, ini masalah tugas dan wewenang, saya kira itu saja terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan.

F.PG (Hj. EVITA ASMALDA, SH): Terima kasih. Mencermati tadi ada penyampaian dari yang terhormat Pak Hobbes berkait dengan

DPD tolong diingat juga pak bahwa ini adalah amanat UUD kita Pasal 22d itu ayat (2)-nya menyebutkan DPD ini ikut membahas, kalau kita menafikan itu saya pikir kita tidak boleh begitu karena ini kita sama-sama bertanggungjawab dan mensahkan UU perubahan ini konsekuensi itu tetap ada oleh karena itu kami kembali kepada rumusan ini melihat supaya kita tidak istilahnya menyimpang dari apa yang sebetulnya juga sudah ada diamanatkan di

Page 40: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

40

UUD kita, memang ini yang perubahan petama, perubahan kedua itu dilakukan pada Pasal 20 ayat (1) sampai ayat (4) dan ayat (5)-nya diperubahan kedua, mohon maaf mungkin pada waktu perdebatan awal, jadi apa yang disampaikan .. itu memang sangat ironis kalau terjadi dikita yang istilahnya pelaku-pelaku sejarah yang masih hidup dan sekarang ini juga sedang membahas hal yang sama tapi mempunyai persepsi yang berbeda-beda itukan luar biasa bisa dibayangkan, bagaimana dengan yang tidak membahas sama sekali dan bagaimana menafsirkanya ini-ini hanya ...

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M. S.i): Saya tambahkan. Saya ingin menambah mengapa kami berpendapat sepeti itu satu, dulu itu bahkan

ada pembahasan di PAH I kalau ada istilah hak inisiatif, ini adalah UU hak inisiatif DPR itu siapa yang mengatakan itu salah karena yang mempunyai kewenangan itu sekarang pemegang kekuasaan itu kita jadi bergeser kalau dulu itu yang hak inisiatif dari adalah karena yang mempersiapkan pemerintah sekarang itu berbalik kalau RUU sepeti ini yang ngusulkan pemerintah itu inisiatif pemerintah hak inisiatif kemudian kita bahas bersama.

Saya ingin tunjukan yang kedua khusus mengenai APBN itu memang dipersiapkan oleh pemerintah, atinya selain APBN pemegang kekuasaan itu adalah DPR, ini saya masih ingat sehingga dengan demikian ada pergeseran yang sangat drastis ketika perubahan petama ini waktu itukan pergeseran pemegang kekuasaan dari pemerintah ke DPR, jadi saya tidak ingin mendikotomikan pendapat yang ada tapi dibedakan antara kewenangan dan proses, kewenanganya DPR prosesnya bersama dengan pemerintah, dalam hal tertentu APBN itu memang yang mempersiapkan coba lihat di Pasal 23 APBN itu yang mempersiapkan pemerintah tapi dibahas bersama DPR, sebaliknya diluar APBN pemegang kekuasaanya adalah DPR dibahas bersama dengan pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Saya tidak menyangka kalau jadi reaksinya sepeti itu atinya bahwa ada perbedaan

pendapat diantara PAH I, sebenarnya tidak ada perbedaan pendapat disini, mungkin karena rumusan ini dicantumkan sedemikian rupa, kalau demikian saya usulkan begini supaya ini tidak menjadi persoalan supaya tepat yang disampaikan Pak Ali Masykur tadi, jadi dimuat saja pak Pasal 20 ini jadi atinya mengenai kekuasaan sebenarnya bukan tugas ya, ini yang Pasal 20 ayat (1) itu sebenarnya bukan tapi untuk tidak menimbulkan persoalan saya usulkan supaya ini dimasukan Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) ini, jadi saya kira ini masuk dia adalah Pasal 20 ayat (1) dan (2) ini saya usulkan supaya tidak menimbulkan bahwa Pasal 20 saya kira bukan disini tempatnya karena nanti akan ada persoalan antara DPR dengan DPD disitu nanti kita masukan itu, jadi disini adalah kedudukan DPR tugas dan wewenangnya, jadi kita masukan saja Pasal 20 ini ayat (1) dan (2) mungkin ayat (3), (4) dan (5) ini barangkali bukan disini tempatnya nanti, terima kasih.

F.PPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE): Saudara Ketua dan bapak-bapak sekalian dari pemerintah. Sebenarnya ini tidak ada yang kontradiksi, saya bukan orang PAH tapi membaca

sepintas lalu ini sudah ngeti saya, Pasal 20 ayat (1) DPR memegang kekuasaan membentuk UU titik, jadi ada fungsi DPR ada, nah presiden dimana, ayat (2) setiap RUU dibahas oleh DPR dan presiden dalam proses pembahasan untuk mendapat persetujuan bersama, jadi tidak ditinggal presiden untuk dibahas bersama untuk mendapat persetujuan bersama tapi kalau dikatakan DPR membentuk UU bersama presiden menyimpang dari UUD dan membahas, inikan tadi DPR mempunyai tugas dan wewenang membentuk, jadi kalau bisa memang kontradiksi disini pak, karena memang fungsi utamanya DPR itu selanjutnya rancangan itu dibahas oleh DPR bersama dengan presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama kan begitu, kalau ini mau dipindah bisa juga supaya kita jangan sebab kalau ada

Page 41: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

41

bersama kan begitu, kalau ini mau dipindah bisa juga supaya kita jangan sebab kalau ada tidak membentuk UU bersama presiden menyimpang dari UUD'45, sebab ayat (1) itu DPR memegang kekuasaan membentuk UU titik dimana letak presiden, setiap RUU oleh DPR dan presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama, nah disini tidak ada yang ditinggal negara-ini negara bersama, fungsinya kewenanganya mewakili rakyat presiden itu eksekutif daripada rakyat ini, ya kalau mau diambil dua-duanya ya boleh saja dari sini supaya, sebab dianggap membentuk UU bersama presiden sudah menympang disini dan dia ditinggal, dia perlu tandatangan untuk sah untuk melegalisir semua keputusan UU, kalau dia bandel tidak mau tandatangani ada peraturan dibawahnya 30 hari otomatis berlaku, jadi tidak ada satu inilah negara kita saling bersama jangalah berfikir untuk sendiri-sendiri, sudah banyak pengalaman jaman Bung Karno., jaman Pak Hato, oleh karena itu saya mengharapkan masing-masing fungsinya apa.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Aritonang.

F.PG (DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG): Sebenarnya hampir sama tapi ya sebenamyaini tahapan berpikir, saya pikir logika

ilmiah logika hukumnya sebenarnya satu, jadi ketika berbicara wewenang yang membentuk UU titik baru kalimat berikutnya kemudian ketika membahas bersama presiden baru bersiaft umum, ini juga fakta jangan kemudian nah urusan nanti itu, disini juga tidak bisa kita abaikan bahwa dalam hal tetentu DPD itu ikut, itu memang nanti tapi dalam kalimat tahapan, kalimat berfikir membentuk UU titik itu sudah.

KETUA RAPAT: Dari ini ada petama berkaitan dengan usul yang ini adalah bahwa untuk

melaksanakan fungsi DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 itu ditunjuk jadi bukan hanya ada kaitanya apakah saran ini bisa diterima, sementara dalam konsep langsung mengatakan DPR mempunyai tugas dan wewenang, jadi tugas dan wewenang tidak terlalu dikaitkan dengan fungsi, yang satu usul dari F.PPP dikaitkan dengan pelaksanaan fungsi, jadi dalam rangka pelaksanaan fungsi yang pada Pasal 23 ada tugas dan wewenang.

Kemudian dalam substansi huruf a cukup membentuk UU itu dari FPPP dan juga dari F.KKI, FPG, kemudian dari F.KB mengusulkan seolah-olah menggabungkan antara Pasal 20 ayat (1) dan (2) mengenai tugas dan wewenang membentuk UU yang dibahas bersama presiden, jadi itu menegaskan mengenai juga ada proses dan prosedurnya itu dimasukan sekaligus, jadi ini ada beberapa rumusan konsep yang mencoba untuk memberikan pikiran, jadi memang secara jelas benar bahwa menurut Pasal 20 ayat (1) DPR mempunyai kekuasaan membentuk UU, kalau kekuasaan membentuk UU itu kita atikan sebagai tugas dan wewenang maka kalimat itu sesuai dengan Pasal 20 ayat (1) berati pada membentuk UU, dalam prosesnya ditegaskan setiap RUU itu dibahas bersama-sama dengan presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.

Jadi ini atinya didalam proses membentuk UU, rancangan UU itu dibahas bersama dengan presiden baru menjadi UU, jadi dalam pembentukan UUmemang ada proses yang mensyaratkan DPR bersama-sama dengan presiden, kalau kita mau mengangkat usulan dari F.KB kelihatanya ayat (1) dan (2) digabungkan dengan menegaskan yang dibahas bersama, nah kalau kita mau mengangkat masuk itu dikaitkan dengan Pasal 23 kita bisa mengambil usulan dari F.PPP untuk melaksanakan fungsi DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 DPR mempunyai tugas dan wewenang a. membentuk UU yang dibahas bersama presiden, itu kalau merangkumkan pikiran Pasal 20 ayat (1) dan (2) ini dalam soal apa yang kita maui, apakah kita mau singkat dengan mengatakan membentuk UU dalam kaitan tugas dan wewenang tanpa mengaitkan dalam prosesnya, kalau kita mau lengkap memasukan dalam prosesnya memang prosesnya dibahas bersama-sama dengan presiden, ini soal berkaitan dengan Pasal 20.

Page 42: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

42

FPG (DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG): Proses itupun yang berikan tadi itu UU bersjfat umum bersama presiden tapi ada nanti

UU bersifat tetentu ikut mambahasnya adalah DPD, jadi tidak kalau mau panjarng ya sekalian saja itu yang saya usulkan tadi, jadi membentuk UU bersama presiden dalam UU tetentu, tapi nantikan dibahas dibawakan prosesnya makanya itu eukup sederhana membentuk UU titik, kalau mau apa proses petama Pasal 20 ayat (2) itu ya boleh kita jabarkan atau di penjelasan atau nanti Pasal 22 yang dimana keterlibatan DPD boleh di penjelasan dan saya pikir juga tadi Pak Ali Masykur juga sebenarnya nuansanya tidak lagi bersandar kepada DIM inikan.

KETUA RAPAT: ni DIM-nya itu mengatakan begitu, jadi kalau misalnya yang bersangkutan meneabut

DIM-nya kita tegaskan supaya yang bersangkutan itu meneabut DIM-nya.

FPPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE): Ketua, tadi kalau saya tidak salah mendengar dari F.PDIP sendiri dan saya melihatnya

sebaiknya begitu supaya kita jangan berdebat sepeti F.KB mencampur aduk juga, menambah, membentuk UU yang dibahas bersama itu meneampur aduk itu, lebih baik kut langsung Pasal 20 DPR mempunyai kekuasaan membentuk UU, dua setiap .raneangan ini masuk, jadi tidak ada penafsiran lain, itu bisa masuk prosesnya, pasti tahu fungsinya, tugasnya sebab saya lihat kalau dikatakan sepeti usul F.KB ini sepeti UU yang dibahas bersama ini eampur aduk dan tidak pasti dimana punya kalau kasih masing-masing oleh karena itu ambil saja satu-dua kan pas, pemerinta,h juga saya kira tidak keberatan itu karena memang begitu bunyi UU-nya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Ali Masykur.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.S.i): Kata kuneinya itu happy-nya, siapa yang paling berkompeten membuat UUDPR ya kan

itu saya setuju tetapi sebagai ini sistem demokrasi bahkan dengan sistem presidensial itu mensayaratkan adanya eeks and ballanees antar lembaga negara, dalam konteks pembuatan UU eeks and ballaneesnya ini keseimbanganya ini dibahas bersama, jadi memang kita tidak bisa meninggalkan sama sekali pemerintah, eeks and ballanees itu kembali kepada siapa yang berwenang ketika bieara pada ayat (5) kan jadi setelah ini kewenangan kemudian proses dilibatkan, sudah dilibatkan bersama sudah setuju kok tidak mau mengundangkan kembali ke kekuasaan pemegang UU yaitu DPR sehingga otomatis menjadi UU, jadi menurut saya tidak keberatan kalau memang hanya titik membentuk UU saya tidak keberatan tapi saya hanya mengusulkan tadi memang ini tidak bisa dilepaskan sama sekali, atinya semua setuju titik UU saya tidak keberatan tapi kalau masih ada yang menggabungkan.

KETUA PANJA: Silahkan Pak Asnawi.

F.PDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): , Cuma memberikan kerana saya termasuk sebagai pelaku amandemen supaya tidak

ada kesan berbeda yang sebetulnya tidak ada perbedaan Cuma ini kita menggabungkan antara wewenang atinya kekuasaan DPR dengan proses didalam pembuatan UU sehingga memang ada sepeti dikemukakan Pak Ali Masykur tadi karena kita menganut pres,idensial yang dulu beliau tidak mau pakai istilah presidensial, oleh karena itu supaya tidak menimbulkan salah faham kita kembalikan saja apa bunyi pada UUD memang kekuasaan membentuk UU itu adalah DPR memang sehingga prosesnya disini UUD ada nanti kita kutip lagi didalam prosesnya, saya kira selesai itu, terima kasih.

Page 43: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

43

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Satu kalimat saja tentang tata cara pembuatan UU sudah dipersiapkan UU sendiri kan

sedang dipersiapkan, jadi bagaimana prosesnya, mekanismenya dan sebagainya nanti ada UU tentang tata cara pembuatan UU.

KETUA RAPAT: Silahkan pemerintah mungkin ada.

PEMERINTAH: Terima kasih. Pimpinan, lbu dan Bapak-bapak sekalian yang kami hormati, heding dari pasal ini

adalah tugas dan wewenang kalau formulasinya itu hanya sekedar wewenang atau kekuasaan berhenti kepada membentuk UU memang demikianlah seharusnya tapi karena formulasinya tugas dan wewenang yang1 kita juga tidak terlalu mudah untuk memisahkanya, teminologi hukum tugas itu yang bagaimana, wewenang itu yang bagaimana, jadi ini karena bernaung dibawah heding tugas dan wewenang maka saya rasa usul yang paling baik yang simpatik didalam ini bisa terakomodasikan adalah dari Pak Masykur itu, karena ini ada didalam format tugas dan wewenang kalau kita bicara hanya kekuasaan saja memang betulah Pasal 20 ayat (1) itu tetapi karena ini tugas dan wewenang maka formulasinya dalah sebagaimana yang diusulkan dari F.KB itu kami bisa mengeti tetapi sebelum itu kami juga ingin menanggapi bahwa sebelum diamandemen ini bunyinya UUD'45 itu presiden memegang kekuasaan membentuk UU dengan persetujuan DPR begitu pula didalam UU Susduk yang kita sempurnakan itu nuansanya juga demikian, jadi bahwa reasoning untuk bersamaan dengan pemerintah didalam proses baik itu persamaan dengan presiden ataupun persamaan dengan DPR itu titik beratnya ada pada pergeseran-pergeseran mengenai kedaulatan itu satu.

Yang kedua, belum pernah ada UU yang hanya diteken presiden saja tanpa ada persetujuan DPR baik jaman Bung Karno, Pak Harto, maupun Pak Habibie seta Gus Dur, jadi kecuali kalau kualitasnya itu jadi tidak bisa mendeskriditkan atau menolak belum pernah ada tidak pernah mengikutsetakan kedua aktor baik itu didalam sebagai eksekutif maupun legislatif dalam hal ini DPR oleh karena itu maka toh kalau ini masih tetap ada didalam heding tugas dan wewenang itu saya sangat beterima kasih atas usul dari Pak Ali Masykur rumusanya begini.

Kalau dikaitkan dengan DPD itu nanti didalam items-items berikutnya sebab kita belum mambahas bagaimana posisiDPD bersama dengan DPR itu didalam proses pembahasan untuk membentuk suatu UU sebab DPD disini tidak diberikan kuasa untuk membentuk UU tetapi petama hanya dapat ikut mengusulkan RUU, DPD mengusulkan atau tidak, DPR mempunyai kewajiban mempunyai hak untuk membentuk UU, dalam hal DPD itu dapat mengusulkan atau mengusulkan RUU nah bagaimana mekanismenya itu nanti didalam pasalpasal atau ayat-ayat berikutnya.

Disisi yang lain dalam Pasal 23 itu presiden itu khusus didalam APBN itu memang diberikan kuasa untuk mengusulkan RUU begitu pula Anggota DPR itupun juga diberikan hak untuk mengusulkan RUU tetapi inikan masalahnya adalah institusi hak DPR, tugas DPR, oelh karena itu kita mencarikan solusi menggabung 1kan tugas dan wewenang itu sebagaimana tadi saya katakan oke dalam hal ini yang terbaik pandangan kami adalah usul-usul yang satu diantaranya adalah disampaikan oleh F.KB, sekian.

KETUA RAPAT: lni saya kira kita sudah mendapat penjelasan memang kalau itu hedingnya wewenang

itu tepat kalau sepotong ayat (1) dari UUD Pasal 20 itu tapi kalau dihubungkan dengan tugas itu ada pelaksanaan prosesnya itu perlu dimasukan, pak Abduh tadi menyampaikan digabungkan ayat (1) dan (2) secara leter lux, nah kalau secara letter lux bagaimana itu dalam satu ayat dua kalimat mungkin atau tidak ini soal perumusan, jadi saya kira kalau kita bisa fahami apakah kita bisa terima kalau itu hanya soal wewenang maka memang tepat kalau

Page 44: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

44

dikatakan pada mengutip ayat (2) Pasal 20 ayat (1) tetapi kala kita gabungkan antara tugas dan wewenang maka lebih tepatnya memang menggabungkan antara ayat (1) dan (2), nah kalau kita cara menggabungkanya itu bagaimana apa kita serahkan kepada Timus atau kita mau selesaikan disini, silahkan.

Apabila disimpulkan kalimatnya membentuk UU dengan persetujuan bersama presiden, kenapa maksudnya prosesnyA itu tidak ada tapi ujungnya yang mau dimasukan ..

FPG (DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG): Ketua, saya usul begini setelah mendapat penjelasan dari pemerintah tadi barangkali

memang saya sepakat untuk dari fraksi kami untuk menerima usulan dari F.KB ini tapi dengan kalimatnya barangkali begini bunyinya membentuk UU setelah mendapat persetujuan bersama antara DPR dengan dan presiden, itu saja.

FPPP (Hj. AISYAH AMINY, SH): Membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.S.i): ltu yang saya sampaikan petama tadi pak, saya bilang tidak melihat DIM-DIM yang ada.

KETUA RAPAT: Baik saya kira ada usulan yang kita coba untuk kita renungkan dan rasa-rasanya

sudah makin dekat dengan, jadi unsur dibahasnya prosesnya juga masuk ujung persetujuanya itu bersama juga masuk, jadi DPR mempunyai tugas dan wewenang a. membentuk UU yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama, cukup persetujuan bersama, persetujuan bersama yang atinya antara DPR dan presiden, begitu setuju?

(RAPAT SETUJU)

Jadi saya kira ini bagus sekali, ini satu diskusi yang saya kira yang sangat bagus dan mengankat kita punya pemahaman dan ini saya kira bukan sesuatu yang atinya memakan waktu sekian menit untuk satu hal yang demikian penting dan besar.

Selanjutnya yang karena b, c, sudah selesai sekarang d, membahas usulan RUU dibidang tetentu yang dLoleh DPD, disini yang tetentu itu uraikan jadi ada yang mengatakan yang tetentunya itu diuraikan secara lengakp dan detail itu oleh F.TNl/Polri kemudian F.PDIP yang diuraikan itu disingkat dengan menurut UUD'45 jadi rujukan yang diuraikan secara lengkap oleh F.TNl/Polri disingkat dalam menunjuk kepada yang disebutkan didalam UUD, kemudian F.PG agak beda tapi menerima dan mengikutsertakan DPD membahas usulan RUU yang disampaikan DPD, jadi tugas DPR wewenang DPR adalah menerima dan mengikutsetakan DPD membahas usulan RUU yang disampaikan DPD, jadi ini yang coba kita diskusikan bersama, nah apakah dari pemerintah setelah sekian prosesdimaksud sudah ada hal yang direspons untuk dibawa kedalam Panja ini, ini menyingkat prosesnya, kalau sudah ada barangkali kita bisa mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh pemerintah.

PEMERINTAH: Tugas dan wewenang untuk membahas usulan RUU dibidang tetentu yang diajukan

DPD, jadi hal-hal tetentu itu kita mengacu kepada Pasal 22d UUD'45 yang diamandemen yaitu ayat (1) disini formulasinya, nah apa mau dilengkapkan disitu atau mau ditaruh di penjelasan bagi pemerintah tidak terlalu keberatan dan ini bisa saja menerima, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi pemerintah dengan yang bidang tetentunya ini apa dijelaskan didalam pasal-ayat

atau kita masukan didalam penjelasan, kalau itu diterima maka bunyi-bunyianya itu sesuai

Page 45: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

45

dengan rumusan RUU yang disampaikan pemerintah kemudian hal tetentu itu apa saja dirujuk kepada Pasal 22d ayat (1) itu yang dimasukan didalam penjelasan, nah kalau iini bisa diterima sementara kalau yang diusulkan F.PG barangkali itu lebih banyak kepada kewajiban menerima dan mengikutsetakan itu pada kewajiban dari DPR tapi kalau tugasnya adalah membahas usulan RUU dibidang tetentu yang diajukan oleh DPD, kalau bisa saya memberikan komentar terhadap usulan dari F.PG, jadi kalau kita bisa menyepakati ini maka kita menerima rumusan yang dibuat oleh pemerintah usulan RUU itu kemudian yang mengenai bidang tetentu itu uraianya lebih lanjut dimasukan didalam penjelasan, kalau ada pendapat lain kami persilahkan Pak Asnawi kemudian Pak Hobbes.

FPDU (DRS. H. ASNAWI LATIEF): Saudara Pimpinan. Usul dari F.TNl/Polri ini sebetulnya lengkap, betul-betul mengambil sepenuhnya Pasal 22d

ayat (1) itu sepeti itu tetapi konsep dari pemerintah itu memang masih menimbulkan tanda tanya yang mana, kalau memang disepakti ini masuk dipasal hanya redaksinya saya usulkan jangan dibidang tapi yang berkaitan sebab bunyii UUD begitu ada kaitan dan ini juga begitu dari F.TNl/Polri juga berkaitan dengan bidang tetentu saya kira dengan demikian jelas, sebab kalau bidang tetentu saja itu apa itu kan bisa ditafsirkan macam-macam padahal ini sudah ada pembatasan supaya tidak lagi membuka UUD masuk didalam penjelasan yang dimaksud bidang tetentu ini-ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Hobbes, baru Pak Kohirin, lalu Pak Ali Masykur.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Kami· juga setuju kalau misalnya apa yang diusulkan Pak Asnawi tadi itu sangat tepat

sekali artinya memang didalam sini memang yang berkaitan dengan bidang tetentu, bidang tetentu ini adalah otonomi daerah dan keuangan pusat daerah yang nanti masuk di penjelasan, sebenarnya yang menjadi sangat penting dibicarakan dan satupun tidak ada usul mengenai ini saya lihat adalah bagaimana membahas ini dengan DPD, saya kira inilah waktu yang tepat untuk memasukan satu ayat apakah disini nanti ataukah di penjelasan itu nanti ini perlu rumusan tapi saya kira nanti ikut membahas itu bukan dengan pemerintah, ikut membahas itu adalah DPD dengan DPR, dalam pembahasan UU jadi nanti memang ini kalau disimulasikan ini untuk kedepan memang laur biasa repot ini contoh misalnya dalam APBN artinya dalam APBN-pun DPD ini harus diikutkan, ikut membahas APBN tapi dengan sebelum dia sampai ke pembahasan dengan pemerintah dalam hal pemekaran juga DPD ini harus diikutsertakan membahas itujadi nanti harus kita pikirkan juga apakah di DPD ini juga ada komisi1-komisi, jadi ini coba disimulasikan ini menjadi, orang seringnya berfikir bahwa DPD itu fungsinya tidaka apa tapi kalau tidak dimasukan disini luar bisa juga peranan mereka misalnya ikut membahas APBN karena itu menyangkut kepentingan daerah, nah ini jadi saya kira adalah kita perlu ada waktu untuk membuat rumusanya ini apakah itu nanti ada Timcil membuat itu dulu baru nanti kita bahas karena itu betul-betul harus disimulasikan secara keseluruhan, saya mengeti ini yang diusulkan FPG itu memang dari dulu itu dan justru usul itu sangat baik Cuma disini sekarang ini F.PG sendiri juga belum mengajukan satu konsep yang jelas bagaimana ya kan prosesnya dan pada kedudukan mana DPD ini bersama-sama dengan DPR, jadi saya kira memang harus ada rumusan dulu, itu usul saya terima kasih.

KETUA RAPAT: Pak Kohirin.

F.TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA S, M,Sc,): Terima kasih Pimpinan. Terhadapa masalah ini memang latar belakangnya kita sering mengatakan UUD'45

tidak ada penjelasan maka penjelasanya kata Pak Ali Masykur adalah UU organik, atas dasar itulah maka DIM 119 kami melihat disitu ada UU dibidang tetentu, kami buka penjelasanya

Page 46: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

46

Pasal 24 sudah jelas, jadi akhirnya apakah harus membaca UU tapi penjelasanya ada di UUD atas dasar itulah kami mengikutsetakan atau melengkapi DIM 119 itu dengan ayat (1) Pasal 22d itu dan cukup menggembirakan sore ini bahwa ternyata usulan kami yang mengatakan filosofi DPD diadakan adalah untuk lebih mengkristalkan dalam rangka memperjuangkan aspirasi danm kepentingan daerah sehingga disambut pula oleh Pak Hobbes bahwa perlu juga mekanismenya karena kalau membaca Pasal 22d UUD itu jelas ikut membahas, jadi pada sore ini saya termasuk yang cukup berbahagia andaikata usulan pemerintah itu akan diisikan pada penjelasan saya terima dan saran Pak Hobbes untuk dimasukan cara atau proses membahasnya untuk pada berikutnya, demikian Pimpinan terima kasih.

KETUA RAPAT: Pak Ali Masykur silahkan.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.S.i): Terima kasih Pimpinan.

Bapak-ibu sekalian dan pemerintah yang saya hormati, saya langsung merespons terhadap ajakan dari Pak Hobbes, sepintas kalau kita memahami huruf d di DIM 119 ada hirarkis antara DPR dan DPD, ya DPD menerima dan dibahas sehingga dengan demikian maka DPD tidak berlaku atau tidak melaksanakan fungsi yang ikut membahas, jadi dia hanya mengusulkan tapi tidak ikut membahas yang membahas adalah DPR, menurut pandangan saya ini tidak sejalan dengan semangat dari Pasal 22d ayat (2), apakah forum ini sekaligus kita akan simulasikan antara DPR dan DPD dalam kont~ks legislasi baik itu mengajukan maupun membahas atau nanti itu saya terserah pada forum ini tapi sebagai pancingan saja saya mengusulkan bahwa kalau fungsi DPD itu hanya institusi diluar DPR dan dia dapat mengajukan saja maka DPD itu tidak ada bedanya dengan lembaga-lembaga perguruan tinggi, LSM yang akan mengajukan draft akademik tapi tidak ikut membahas, ayat (2)-nya kan ikut membahas, pertanyaanya dalam tahap dan gradasi seberapa bahwa DPD itu ikut membahas, sebetulnya rumusan sementara dari FPG bisa mengilhami jawaban hubungan antara DPR dan DPD, nanti di DIM F.KB didalam Pasal 39 ayat (3) nanti kami akan sebutkan sejauh mana itu keterlibatan DPD dalam membahas, menurut saya DPD itu membahasnya itu segitiga pada tahap awal jadi segitiga jadi bukan DPR dan DPD, kalau DPR dan DPD itu nanti apakah itu sesuai dengan MPR atau tidak ya itu kita bahas nanti tapi menurut pandangan saya memang DPR dan DPD itu selain ada insidentail corporation kaitanya dengan membahas UUD, impecment, dan menetapkan UUD itu yang tiga kewenangan MPR itu maka sebetulnya juga ada yang disebut day to day corporation, hubunganya dengan pengawasan, hubunganya dengan petimbangan APBN, hubunganya dengan mengajukan UU itu keseharian dia bisa kerjasama itu yang saya menyebut day to day corporation kerjasama sehari-hari, untuk itu karena itu kalau berkaitan dengan ikut membahas maka ada segitiga pada tahap awal ada DPR, ada DPD, ada pemerintah pada tahap atau tingkat petama tapi begitu pengambilan keputusan maka kembali kepada Pasal 20 bahwa yang namanya UU produk UU itu adalah menjadi kewenangan DPR yang dibahas dengan .. untuk mendapat persetujuan bersama, nah simulasi ini sangat diterima ya itu menj:adi bahan diskusi kita, kalau simulasi sederhana itu kita adopsi dan kita ambil pada huruf d maka bunyinya: Membahas bersama DPR, DPD atas RUU yang berkaitan dengan bidang tetentu yang diajukan DPD. Tapi itu semua kan masih kita diskusikan apakah kita pending dulu suatu saat kita simulasikan, terserah forum ini. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Begini, supaya tidak terlalu panjang, ini kan substansi yang berkaitan dengan ini kan

sudah dikaitkan bahwa ada usulan RUU yang di,ajukan oleh DPD berkaitan dengan otonomi daerah dan sebagainya. Tadi pengusul Fraksi TNl/POLRI tidak keberatan apabila itu dimasukkan di dalam Penjelasan. Tapi Pak Asnawi mengatakan supaya itu sesuai dengan bunyi-bunyian berkaitan dengan. Jadi bunyi-bunyiannya menjadi: Membahas usulan RUU yang diajukan DPD berkaitan dengan bidang tetentu. Nah, bidang tetentunya itu dimasukkan di dalam Penjelasan. Jadi ini atinya kalau kita baca dari depan: DPR mempunyai tugas dan

Page 47: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

47

wewenang membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tetentu. Bidang tetentunya apa ? Dibaca di dalam Penjelasan. Kalau itu bisa disetujui, kita selesaikan. Silahkan.

FPG (HJ. EVITA ASMALDA, SH): Terima kasih Ketua. Karena sebetulnya ini kan ada usulan kami dan kami belum diberi

kesempatan untuk berbicara. Terima kasih Pak Ketua. Sebetulnya DIM ini Pak Ketua kalau kita cermati dengan baik ini berkaitan dengan tadi yang ketua sampaikan mengenai Hak dan Kewajiban. Nah, kalau kita lihat Hak dan Kewajiban di DIM 149 ini juga memang panjang Ketua. Substansi yang kami masukkan di dalam usulan kami ini di DIM 119 itu memang berkait dengan apa yang dirumuskan oleh Pemerintah di DIM 149 dan di sini juga keterangannya panjang. Kemudian tadi yang Pak Hobbes sampaikan, sepeti apa sih gambarannya nanti ? Apakah di DPD itu ada alat kelengkapan lainnya selain Pimpinan dan Dewan Kehormatan atau Badan Kehormatan ? Kan hanya begitu usulan dari Pemerintah. Nah, DIM kami Pak Ketua, itu di DIM 486 itu mengusulkan ada komisi-komisi di DPD itu sendiri, kemudian juga ada Badan Musyawarah. lni memang akan kita perdalam kembali. Jadi mengapa usulan kami itu menuangkan alat kelengkapan yang tidak persis sama tapi dia ada ? Karena dia dari fungsi tugasnya itu. Kemudian juga keberadaan dari DPD kalau kita sudah pelajari bersama di pasal 22D ayat (1), (2), (3). Kemudian juga mengenai DPD itu sendiri, kita tahu memang DPD itu sama sebetulnya dengan DPR. Dia berdasarkan hasil Pemilu. Jadi dia duduk itu sama dengan kita juga dipilih. Nah hanya bedanya sepeti yang lalu kita sudah jelaskan bahwa DPR itu membedakan adalah wakil rakyat, walaupun DPD juga wakil rakyat, tapi dia adalah dari daerah propinsi. Oleh karena itu disebutnya wakil daerah. Nah, saya melihat bahwa ada garis benang merah antara DPD dan DPR ini yang konsisten dalam satu garis. Kalau saya melihat bahwa fungsi dalam legislasinya itu walaupun tadi dalam bidang tertentu dan di situ disebutkan keikutsetaan. Memang kita akui lah bahwa rumusan Undang­Undang Dasar ini tidak secara tegas menyebutkan fungsi perannya sama memang karena bikin beda kewenangan membentuk seperti pasal 20 ayat (1) terhadap DPR. Tapi di situ juga diberi peluang bahwa keikutsetaannya itu dalam membahas kemudian juga dapat mengajukannya itu. Nah saya melihat kalau kita melihat berangkatnya DPD ini dengan keberadaan DPR itu sama, juga saya setuju sepeti Pak Ali Masykur tadi sampaikan. lni kan kita juga perlu betul-betul memikirkan ini jangan sampai terkesan, mohon maaf, sehingga mereka nanti duduk ini pun boleh dikatakan selain marah besar juga Kalau begitu apa sih kerja kami ini. Nah ini juga tentunya saya rasa sejarah akan mecatat itu dan secara tidak langsung kita semua di sini ikut berdosa. Tapi tentunya kita berharap juga rumusan itu tidak melanggar, saya sepakat dengan Pak Hobbes, tidak melewati apa yang sudah digariskan oleh konstitusi. Nah sekarang bagaimana mencoba memberikan peluang itu ? Nah kami mengusulkan memang di sini dalam kata menerima mengikutsetakan di situ sepeti tadi gambaran dari FKB memang kami melihat itu bisa forum itu jadi 3. ltu dimungkinkan. Nah, memang untuk lebih lagi uraian itu sepeti apa karena sepeti kemarin keluhan dari pemerintah memang sepeti misalnya untuk pengawasan. Bisa dibayangkan udah ada Raker DPR kemudian apakah perlu ada Raker DPD. ltu kan fungsi pengawasan sedangkan dia masalah produk aturan Undang-Undang yang berkaitan dengan hal-hal tetentu otonomi daerah kan ikut mengajukan walaupun saya sepakat memang putusan itu bukan DPD, adalah DPR. Tapi usulan masukan ini dan ikut juga dia membahas dengan Pemerintah karena tahu proses perjalanan itu saya rasa kita perlu memberikan peluang itu kepada DPD. Walaupun kalau disebut istilahnya dia punya hak untuk mengajukan, berbicara, tapi memang untuk hak suara dalam pemutusan itu adalah di DPR dan Pemerintah. Jadi saya melihat kalau ini akan dibahas, ini harus berangkai dengan DIM 149 itu karena kami khawatir kalau itu di Hak dan Kewajiban tidak ada perlu ada kewenangan DPR yang merekrut itu karena kewenangan itu diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar kita pasal 22D ayat (2) khususnya. Jadi saya melihat itu di manapun penempatannya kami setuju dan Pemerintah mengajukan pada Hak dan Kewajiban tetapi ini kan masih juga di Panjakan, kami ingin ada korelasinya nanti Pak Ketua sehingga kami berharap bahwa dalam hal usulan kami menerima dan mengikutsertakan ini memang terwujud ada dan sepakat Pak Hobbes tadi implementasinya

Page 48: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

48

itu seperti apa dalam proses pembahasan itu ya kita cari yang terbaik lah. Terima kasih Ketua.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Jadi saya kira tidak ada masalah kaitan dengan rumusan yang ada sekarang ini. Kita

bisa sepakati ya rumusannya yang berkaitan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tetentu. Kemudian penjelasannya bidang tetentu itu apa yang diusulkan oleh Fraksi TNl/POLRI dimasukkan di dalam Penjelasan. Tidak ada masalah ya ?

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Saya belum bisa nerima. lj1inkan dan saya memohon dengan hormat dan ini dipending

karena kalau bunyinya membahas usul berati DPD itu orang luar. Padahal dia harus ikut membahas juga. Kalau ini rumusannya, DPD di luar diterima kita DPR, DPR membahas, padahal di pasal 220 ayat (2) itu ada ikut membahas. Jadi rumusan ini tolong dipending dulu sampai simulasinya mantap. Saya pernah usulkan tadi. Jadi membahas bersama DPD dan Pemerintah atas usulan RUU yang berkaitan dengan bidang tetentu yang diajukan oleh DPD .. Kalau itu yang diambil saya setuju sehingga dengan demikian ada korelasi. Kalau membahas itu orang luar sama dengan KRHN mengusulkan RUU Mahkamah Konstitusi ya kita yang membahas, dia tidak membahas. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO) Ya. Saya kira kaitannya dengan Tugas dan Wewenang DPR di sini di dalam

merumuskan ini jangan kita mencampur adukkan sesuatu yang nantinya akan menjadi confusion dan complicated. Jadi berkaitan dengan Tugas dan Wewenang DPR memang menurut hemat saya adalah dia membahas usulan RUU yang diajukan oleh DPD dalam bidang tertentu. Jadi ini Tugas dan Wewenang DPR, bukan DPD, bukan kaitannya dengan itu sehingga kalau itu kita kait-kaitkan menjadi rancu. Nah, oleh karena itu menurut hemat saya kaitan dengan bunyi yang di depan "DPR mempunyai tugas dan wewenang : a. membentuk Undang-Undang bersama presiden, b. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama presiden dengan memperhatikan petimbangan DPD, c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara beseta kebijakan pemerintah, d. membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tetentu, e. membahas hasil pemeriksaan atas petanggung jawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan". Nah, saya kira kita akan melihat ini sebagai sesuatu yang runtut dan kalau ini bisa diterima kita sahkan sekarang. Setuju ? Yang ini loh yang d. membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tetentu. Ya, silahkan.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si) Yang mana Ketua ? Saya satu kalimat saja Ketua. Kalau itu disahkan ada dua

penjelasan. Penjelasan petama, apa itu kaitan bidang tetentu ? Dan yang kedua itu, apa itu membahas? Kalau itu boleh, membahasnya itu ada segitiga antara. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO) Silahkan Pak Hobbes.

F.PDIP (HOBBES SINAGA) Begini, kami setuju ini disahkan sekarang tapi dengan catatan. Kita waktu itu ada usul

supaya ada aturan mengenai hubungan antar lembaga. Nah, di hubungan antar lembaga itu nanti betul-betul harus terlihat ini bagaimana hubungan DPD dengan DPR dalam hal membahas. Begitu nanti. Ada beberapa hal yang harus kita atur di dalam pasal yang meng1enai hubungan antar lembaga ini khususnya menyangkut yang ada di situ.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO) Silahkan Bu Aisyah.

Page 49: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

49

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H) : Pimpinan, kelihatannya jangan kita buru-buru mengetok dulu karena memang harus

benar-benar kalimatnya itu mantap agar kita tidak berulang-ulang lagi dan juga simulasinya harus jelas juga sebab DPD itu tidak hanya ikut membahas Rancangan Undang-Undang yang diajukan tapi juga membahasnya itu sejauh mana. Dikatakan tadi kewenangan DPR lah untuk membentuk Undang-Undang tapi sampai proses mana. Datam petama kalau kita bayangkan itu semacam Pansus dimana hadir DPR, DPD dan pemerintah itu kan pada tahap petama adalah pada rapat Pansus. Kemudian dia ikut sampai Panja. Apakah kalau di Panja lalu tidak ikut di Perumus ? Nah kalau sudah sampai Perumus terakhir berati sudah selesai. Nah diputus di mana kewenangan dia itu ? ltu kan harus jelas batasnya, kalau tidak nanti ini menjadi confuse pada waktu pelaksanaan. Saya usulkan ini dipending dan dibuat simulasinya yang jelas terutama para aktor yang pada waktu itu nyusun harus ikut dalam membuat simulasinya. Dan tidak hanya itu, nanti ada lagi yang memberikan pertimbangan karena dalam masalah Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama DPD itu hanya memberikan petimbangan. Kapan diberikan petimbangan itu ? Atau hanya berbicara pada waktu RDPU atau bagaimana ? Apa sama saja dengan orang luar yang hanya didengar pendapatnya tapi boleh tidak diperhatikan ? Nah mungkin itu harus jelas. Demikian Pimpinan, terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan.

KETUA PANSUS (M. YAHYA ZAINI, S.H): Saya kira memang didalam membahas hubungan antara DPR dengan DPD kita harus

ada simulasi dalam pengetian supaya jelas posisinya. Ada keinginan untuk sedikit memberikan peran tetapi tidak boleh keluar dari koridor konstitusi. Sejauh mana itu ? Nanti harus ada. Nah, konstruksi pemerintah dengan rumusan di ini adalah konstruksi hanya dua pihak yang membahas Undang-Undang, DPR dengan Presiden. ltu konstruksi pemerintah, termasuk di dalam butir D ini. Nah sementara ada pikiran kemungkinan simulasinya itu kan tiga sumber. Undang-Undang yang terkait dengan daerah katakanlah pemekaran, kemungkinan usulan itu kan dari tiga sumber, bisa dari pemerintah, bisa dari DPR, bisa dari DPD. Bagaimana posisi DPD ketika usulan pemekaran berasal dari pemerintah ? Apakah misalnya DPD dengan DPR dulu membahas usulan itu baru hasilnya dibahas dengan pemerintah bersama-sama ? lni kan juga satu hal yang perlu kita pikirkan. Konstruksi pemerintah kelihatannya menurut pemahaman saya sumbernya itu berasal dari DPD, DPD dengan DPR dulu baru dengan pemerintah. Kan kita selalu demikian sumber asalnya itu. Kalau dari DPR gimana misalnya ? Apakah dengan DPD dulu baru dengan pemerintah ? lni juga perlu ada simulasi Pak. Oleh karena itu memang saya lebih setuju termasuk usul Bu Aisyah tadi, kalau misalnya kita sepakat dilibatkan di dalam proses penyusunan atau pembahasan bersama sampai tingkat mana ? Mungkin tingkat Pansus saja barangkali, tahap pertama fase petama misalnya, tidak perlu sampai tingkat Panja. Jadi itu juga satu pemikiran. Jadi simulasi ini penting memang supaya kita nanti bisa kembali kepada hakekat kehadiran DPD itu apa. Pak Ali Masykur waktu menyusun dengan Pak Asnawi, keberadaan DPD ini kan dalam rangka check and balances system terhadap DPR kan begitu. Kalau posisinya istilahnya menyampaikan sama dengan yang lain berati tidak ada check and balances system di sini. ltu mungkin pemikiran yang dapat saya tafsirkan kira-kira begitu. Oleh karena itu memang karena ini terkait juga dengan Tugas dan Wewenang DPD memang tidak ada salahnya kalau simulasinya sekaligus. Saya kira itu Pak Ketua.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan.

Page 50: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

50

.PG (DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG): Bagi kami sebenarnya sudah jelas, simulasinya juga sudah kami lakukan cuma

memang tentang lengkap usulannya Pak Ali Masykur tadi itu kami masukkan di Tugas dan Wewenang DPD nanti di sana yang segitiga pembahasan misalnya. Cuma saya bisa memahami juga kemudian karena ini menyang'kut fungsi dan wewenang DPR. Karena itu memang yang kami usulkan itu di sini adalah menerima dan mengikutsetakan DPD membahas usulan Rancangan Undang-Undang yang disampaikan oleh DPD. Jadi ini konteksnya juga tetap mengikutsetakan DPD dalam membahasnya tetapi nanti tentang bagaimana upaya Bapak itu kami tuangkan nanti kalau itu datangnya dari DPD di Fungsi dan Wewenang DPD. Tapi memang kalau dianggap kemudian juga satu paket sepeti yang diusulkan oleh Ketua itu mungkin barangkali kami juga lebih sepakat ini kita pending aja dulu bagian ini nanti kita masukkan sekalian kita, bu at simulasi tetentu khusus tentang i mekanisme pembahasan Undang-Undang yang melibatkan DPD baik dari pemerintah datangnya maupun dari DPR maupun dari DPD sendiri. Barangkali juga tidak hanya itu. Fungsi Anggaran dan Pengawasan nanti kita buat aja sekalian untuk kemudian baru kita rumuskan. Barangkali itu usulan dari kami IKetua. Sekian, terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): lni kan kalau kita membaca pasal 22D Undang-Undang Dasar itu ada yang ayat (1)

dan ayat (2) itu yang ayat (1) itu yang ditulis di butir D ini. Kalau kita memperhatikan ayat (1 ), ayat (1) itu lah yang ditulis di butir D. Bunyi-bunyiannya ayat (1) pasal 22D : Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya a lam dan sumber daya ekonomi lainnya seta yang benkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Jadi ini yang pada ayat (1) pasal 22D ini yang dimasukkan di dalam butir D ini. Kalau itu sebagai sesuatu yang bisa ~ita sepai~ati, kita masukkan, kita terima. Soal yang berikutnya yang ayat (2), apa tugas dari DPR, apakah itu merupakan kewajiban, apakah itu merupakan tugas, kita coba kaji berikutnya. Ayat (2)nya berkata : Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah dst ... , kalau ini dimasukkan sebagai satu tug as dari Dewan Perwakilan Daerah itu memang ini akan memberikan uraian mengenai tugas dari Dewan Perwakilan Daerah. Bagaimana hubungan antara Dewan Perwakilan Daerah dan dengan DPR dalam kaitannya ikut membahas ? Saya kira tidak bisa dimasukkan di dalam heading ini. ltu harus dicari tentang mekanisme hubungan kerja antara DPD dengan DPR kaitannya dengan pembahasan Undang-Undang, Rancangan Undang-Undang dan seterusnya. Jadi kalau kita mengambil konstruksi yang sepeti itu maka yang ayat (1) ini memang berkaitandengan Dewan Perwakilan Rakyat yang mempunyai tugas untuk membahas setiapRancangan Undang-Undang yang diajukan oleh DPD dalam bidang tetentu. Nanti yang ayat (2) itu berkaitan dengan tugas DPD untuk ikut membahas rancangan bidang tertentu itu bersama DPR. Nantinya harus ada satu pasal yang membahas hubungan mekanisme kerja sama antara DPR dengan DPD dalam soal pembahasan RUU yang diajukan oleh DPDjuga mungkin membahas RUU yang diajukan oleh pemerintah berkaitan dengan bidang tertentu itu. Jadi kalau konstruksinya sepeti itu saya kira yang berkaitan dengan tugas DPR ini memang sepeti itu.

F.PG (DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG): Baik Ketua. Saya bisa memahami itu cuma barangkali kita perlu juga memiliki

konsistensi berpikir dan bertindak. lni analogi atau konkordan dengan tadi yang di atas, persoalan yang secara tegas kami katakan kalau wewenang itu ini tapi kemudian karena pihak pemerintah menjelaskan yang dimaksud di sini adalah headingnya Fungsi dan Wewenang, tugas dia Tugas dan Wewenang sehingga proses tidak bisa dikesampingkan. Nah kalau yang tadi itu kami mengailah kemudian di sini ini kan hanya wewenangnya aja ya juga ngga konsisten dong. Padahal dalam proses itu kan masuk tadi. lya kan? Kira-kira nangkap Pak kan analoginya? Yang tadi prosesnya kok yang ini ngga. Nah makanya

Page 51: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

51

kemudian lebih bagus lah kita simulasikan dulu. Kalau memang wewenang itu sekaligus nanti juga dengan tugasnya supaya nanti sebagaimana juga yang kami usulkan ini, bukan hanya sekedar menerima tapi juga mengikutsetakan. ltu kan sudah menjadi kemudian proses, gitu loh. Tapi karena teman-teman itu juga belum melihat sepeti itu bahkan Ali Masykur minta supaya secara keseluruhan kita lakukan simulasi maka itu kami usulkan saja kalau begitu kita pending aja. Kalau kita cara berpikirnya memang runtut ya ini kan hanya tugasnya DPR saja · tapi kan seringkali kan dalam tugas dan wewenang ini ada juga prosesnya. Makanya itu kemudian kami usulkan sepeti ini dulu Ketua. lni mohon maaf loh bukan saya meng-counter Ketua terus. Nanti setiap kesempatan saya bicara ngga dikasih sama Ketua. ltu aja.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): lya. Saya kira yang saya uraikan tadi jelas. Memang kita nanti ketika membahas

memang harus ada, tadi Pak Hobbes menegaskan mekanisme dan prosedur proses mengenai kerja sama, pembahasan dan sebagainya antar dua lembaga atau tiga lembaga ini harus ada diatur. Tapi berkaitan dengan hal yang ini kalau bisa disetujui itu khusus mengenai tugas DPR membahas usulan RUU yang diajukan DPD ini berkaitan dengan pasal 220 ayat (1 ). Nah kalau itu bisa kita sepakati maka ini bisa selesai. Tapi kalau toh itu masih harus ditunda di kesepakatan kita bersama kita tunda, toh tunda tidak akan lewat satu bulan. Begitu kira-kira. Bagaimana Bu Aisyah ?

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): ni kan membahas RUU yang masuk dari luar. Saya setuju kalau memang mau

dipisahkan tentang pembahasan RUU yang masuk dari DPD dimasukkan di sini. Apa ngga sekaligus juga membahas yang berasal dari pemerintah ? Kan yang dari pemerintah itu juga dibahas oleh DPR. Jadi misalnya tadi kalimat yang Saudara Pimpinan ajukan ditambah lagi dengan seta membahas usulan RUU yang diajukan oleh pemerintah. Jadi senafas. Ada RUU yang datang dari DPR sendiri itu namanya adalah kewenangan dia, tapi ada RUU yang berasal dari luar itu dari dua lembaga yaitu DPD dan juga pemerintah. Nah itu usulan saya. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan Pak Abduh.

FPP (DRS.HM. ABDUH PADDARE) Jadi begini, kalau saya lihat di D ini membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang

berkaitan dengan hal-hal tetentu, jadi khusus. Tidak seluruh Undang-Undang harus dilibatkan. Kalau begitu lebih dari ... DPR seka:lian. Jadi hal-hal yang spesifik tetentu itu yang dibahas dilibatkan karena dia mungkin lebih ngeti atau dia ditanya. Jadi di sini kekhususan Pak menyangkut ... Tidak semua dilibatkan. Kalau semua dilibatkan kacau ini sebab dia juga tidak ngeti, jadi tidak makro dia. Dia hanya usul tertentu yang meng ... barangkali menyangkut daerah. Kalau APBD dibahas juga ngga bisa. Untuk daerah barangkali minta pertimbangan bisa. Jadi kalau kita sepeti begitu selesai, selesainya atinya diberi wewenang menyetujui membahas dalam hal-hal tetentu yang memang bidang dia, kita libatkan membahas atau dikutsetakan. Tapi kalau seluruh persoalan ngga bisa Pak, ngga ada. Nah itu saya kira tadi kan istilah di sini melibatkan, mengikutsetakan dari Golkar dan Ali Masykur membahas, kalau bidangnya dia itu memang haknya, kita membantu. Dan DPR memang makro sifatnya termasuk yang kecil masuk di dalam situ Pak. lni harapan saya.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Jadi kalau bidang tetentu ini justru yang di ayat ini itu usulan datang dari DPD diajukan

kepada DPR. Apa DPR dalam tugasnya yang berkenaan dengan ini ? Dia membahas usulan RUU bidang tetentu yang diajukan oleh DPD, ya toh ? Jadi dia membahas RUU yang diajukan oleh DPD itu. Nah, bagaimana membahasnya ? Tentu RUU ini kan diajukan DPD, DPD membahas bersama DPR karena DPR itu yang mengajukan ini adalah DPD, DPD dengan DPR melakukan pembahasan.

Page 52: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

52

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Apakah sepeti itu simulasinya ? Kan belum tentu Pak. Bisa jadi ketika membahas ada

segitiga dengan pemerintah. Maka sebaiknya kita tidak usah paksakan dulu, ini dipending. Sebenarnya kalau boleh saya berdiskusi ayat (1) dari pasal 20D itu adalah yang menunjukkan hak inisiatifnya. Karena kan hak inisiatif DPR itu menerima dulu bukan membahas dulu. Pimpinan mengatakan membahas, padahal itu diterima dulu baru masuk ayat (2)nya dari inisiatif itulah akan dibahas. Dibahasnya seberapa simulasinya ? Ya mari kita diskusikan. Jadi menurut saya ini dipending dulu.

FPP (DRS.HM. ABDUH PADDARE): Saudara Ketua, kalau mau membahas berati diterima dulu dong. Bagaimana mau

dibahas tanpa diterima. ltu otomatis kan begitu.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Kalau saya mau diskusi mari sekarang kita diskusi. Kalau iya diskusi sekarang sekalian

lah kita simulasikan. Karena begitu membahas dan itu usul, DPD itu orang luar. Jadi menurut saya ayat (1) itu hanya menunjukkan itu hak inisiatif DPD. Sepeti pemerintah sesuai dengan di pasal insya allah 4, nah itu juga sama posisinya dengan DPD dalam hal perundang­undangan, hanya DPD lima hal itu, pemerintah bisa macam-macam. Kalau pemerintah kemudian dibahas kalau DPD kan tidak langsung dibahas tapi diterima dulu, nah membahasnya itu ada simulasinya.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Kalau pikiran saya sih sebenarnya begini, di bagian Kewajiban DPR itu menerima

usulan RUU yang diajukan oleh DPD. ltu ada kewajiban untuk menerima usulan. Tapi tugas setelah menerima itu adalah membahas. Membahas usulan RUU dari DPD belum menjadi RUU usulan DPR. Dari proses dibahas usulan DPD dengan DPR baru nanti menjadi RUU yang diajukan oleh DPR. lya kan ? lya makanya ini anunya lain kan gitu. Lainnya begini, karena Pak Ali Masykur menganggap rancangan 'RUU itu yang diaj1Ukan oleh DPD langsung diterima sebagai usulan DPR. Nah usulan DPD itu kan mesti dibahas bersama DPR.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Ya itu yang ditanyakan Pak Yahya juga. Sejauh mana ikut membahas. Termasuk lbu

Aisyah. Apakah pada tingkat Pansus atau tingkat Panja ? Kalau kami dari FKB mengusulkan sebelum diambil keputusan. lni nanti ada di DIM 194.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Oke saya kira ini kita memerlukan satu diskusi yang: panjang karena kita kan

berpegang bahwa pada pasal 20 ayat (1) jelas DPR yang mempunyai kekuasaan membentuk Undang-Undang mendapat persetujuan pemerintah. Dalam hal ayat (2) pasal 22 butir D ayat (1) DPD mempunyai hak inisiatif untuk mengajukan usulan RUU dan usulan RUU itu kan dimajukannya melalui Dewan Perwakilan Rakyat. Nah, Dewan Perwakilan Rakyat yang menerima usulan RUU dari DPD ini tentu kan ,tugasnya adalah membahas ini bersama dengan DPD untuk nanti dijadikan sebagai: Rancangan Undang-Undang sebagai kewenangannya DPR, kan begitu. ltu kalau kita berpegang secara runtut mengenai pasal 20 itu.

F.BB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Begini Pimpinan, saya interupsi. Meman~ ini berdebat ya, tapi gambarannya tidak.

Saya mencoba maju ke depan dulu ... ada 3 ayat. Saya bacakan kali ini karena tadi DPD, pemerintah Begini : DPD dapat mengajukan kepada DPR Rancangan Undang­Undang yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, pengembangan daerah, itu semua ada. Nah ayat (2):DPD mengusulkan Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada DPR, kan ada

Page 53: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

53

jaring, dan DPR mengundang DPD untuk membahas sesuai dengan Tata Tetib DPR. Jadi ada, kembali kepada Tata Tetib DPR itu tadi. Kemudian ada lagi : Pembahasan Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sebelum DPR membahas Rancangan Undang-Undang dimaksud pada ayat (1) dengan pemerintah.

F.KS (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): ltu versi pemerintah.

F.SS (H.M. ZUSAIR SAKRY): lni kan nanti akan ke sana.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Ya tapi jangan itu jadi acuan dulu, seakan-akan itu sudah benar.

F.SS (H.M. ZUSAIR SAKRY): Selum memang, tapi ada gambaran ke depan.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Ya, ini memang harus kita dalami betul untuk kita putuskan. Dan yang paling banyak

menjadi perhatian di luar itu justru ini, seberapa jauh sih DPD itu punya kewenangan ? Apa hanya sekedar sepeti LSM memasukkan RUU kemudian kita bahas bersama kemudian terserah kita mau menerima atau tidak ? Nah, itu kan yang perlu benar-benar kita dalami, jangan sampai nanti setelah kita selesai itu genderang berbunyi di luar. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan Pak Hobbes dulu baru Pak Asnawi.

FPDU (DRS.H. ASNAWI LATIEF): Pimpinan, inilah resiko kita itu mengambil satu sistem yang bukan-bukan. Bukan

bikameral, bukan unikameral, jadinya trikameral. Sejak kita bahas Pimpinan itu begitu. Komprominya itu kan lalu Anggota. Kalau tadinya lembaga itu jelas sudah bikameral. Demikian pula juga tugas DPD nya bikameral. lni juga akan berakibat begitu. Oleh karena ini spesifik kita jadi memang harus dicari modus kita. Tidak bisa hitam putih di sini sebab saya kira di dunia baru ada di Indonesia ini. Kalau mau bikameral murni ya mungkin DPD itu senat itu, punya fungsi yang beda itu. Jadi oleh karena itu karena ini sistem baru supaya kita tidak salah merumus itu baik lah diendapkan dulu kita pindah pada hal yang lain. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Saya sebenarnya tadi sudah mau minta supaya ini kita pending tapi masih

berkembang keinginan untuk membahas sekarang. Pak Hobbes apa masih mau bicara? Saya kira sudah cukup ya ? Jadi saya kira kita endapkan, kita bahas nanti bersama mekanisme dan sebagainya, simulasinya bagaimana yang kita pahami secara bersama. Mungkin pemahaman yang saya buat dengan membaca semua Undang-Undang Dasar dan sebagainya ternyata berbeda dengan yang ikut membuat amandemen, kan ya? Ya boleh saja. Jadi saya kira kita lanjut ya ? Masih ada satu jam kita lanjut. 121 yaitu F : membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.. Usul FPPmembahas dan memberikan persetujuan atau menolak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Usul Fraksi Reformasi : membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Usul FKKI : membahas dan memberikan dan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan. Usul FPDU: membahas dan memberikan persetujuan atau menolak. Jadi ini hampir sama dengan kalimat yang beda-beda dan kelihatannya denganmengatakan membahas dan memberikan persetujuan itu setiap kali membahas itu harus memberikan persetujuan. Tapi bahwa sebenarnya dengan perkataan memberikan persetujuan itu atinya bisa saja tidak memberikan persetujuan. Jadi kalau kita

Page 54: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

54

bisa memahami rumusan bahwa membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang itu di dalamnya terkandung juga sesuatu yang bisa menolak tidak harus melakukan persetujuan. Tapi ada tugas dan wewenangnya untuk memberikan persetujuan dan juga tidak memberikan persetujuan dalam rumusan kalimat ini. Jadi ini tergantung dari pemahaman dan pengetian kita dalam kaitan rumusan yang diajukan pemerintah ini bahwa di dalamnya terkandung juga kewenangan dari Dewan Perwakilan Rakyat untuk tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang yang dibuat oleh presiden. Nah kalau pengetiannya sepeti itu maka bisa rumusan pemerintah itu sepeti itu adanya. Nah ini soal pengetian. Tapi kalau kita buat rumusan membahas dan memberikan persetujuan atau menolak atau tidak memberikan persetujuan kelihatannya itu menjadi sesuatu yang tidak elok di dalam suatu rumusan Undang-Undang sepeti ini. Nah ini tentang comment sense dan tentang kebiasaan di dalam rumusan itu. Mungkin Pak Abduh Paddare ?

FPP (DRS.HM. ABDUH PADDARE): Kalimat persetujuan ini diberi penjelasan menyetujui atau menolak, selesai.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Jalan keluarnya begitu, disetujui ? Oke. lni di dalam Penjelasan huruf F pasal 24 di

pengetian memberikan persetujuan di dalam hal ini bisa diterima atau ditolak atau disetujui atau tidak disetujui. Oke, jadi penjelasannya kira-kira begitu. Silahkan,

FPDIP (HOBBES SINAGA): Usul untuk Penjelasan, saya kira memang di dalam Penjelasan itu nanti harus lebih

dilengkapi karena selama ini memang pengalaman kita mengenai Perpu ini kan masih macam-macam. Jadi ini saatnya di Penjelasan itu lebih tegas. Misalnya membahas itu, apakah PP secara keseluruhan itu yang dibahas atau Perpunya aja ? Jadi ini mungkin di Penjelasan itu nanti harus lebih dilengkapi masalah ini supaya ada ukuran untuk ke depan. Terima kasih.

KETUA PANJA: Pak Amir?

F.TNl/POLRI (AMIR TOHAR, S. IP): Terima kasih Pimpinan. Dalam masalah Penjelasan ini saya kira kita menganut aja

pada Undang-Undang Dasar pasal 22 ayat (2) dan ayat (3). Di situ yang ayat (2) ini sudah jelas akan disetujui, kemudian yang ayat (3)nya itu bila tidak mendapat persetujuan. lni sudah jelas di sini bagaimana kalau tidak disetujui dan bagaimana kalau disetujui sehingga di dalam penjelasannya tidak menyimpang dari Undang-Undang Dasar. Demikian, terima kasih.

KETUA PANJA: Ya, saya kira di dalam hal kalimat memberikan persetujuan itu mengacu kepada pasal

22 ayat (2) itu. Jadi Dewan Perwakilan Rakyat bisa memberikan peretujuan dan juga bisa tidak memberikan persetujuan. Apabila Perpu tersebut tidak mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat maka harus dicabut. Sudah gitu aja Penjelasan itu sudah memberikan. Baik saya kira? Oke. Saya tidak mempengaruhi, atau Pemerintah mau berpendapat lain ?

PEMERINTAH: Sudah, kami sepakat untuk disetujui hanya ingin sebelum DIM berikutnya barangkali

apa yang dipikirkan oleh Pak Ali Masykur ataupun lbu dan Bapak yang lain juga disinggung oleh Ketua itu di dalam pasal 27 RUU huruf E dan F itu dimasukkan menjadi tugas dan wewenang. Jadi sepeti halnya di sini menerima dan mengikutsetakan DPD membahas usulan Rancangan Undang-Undang yang disampaikan DPD, sepeti yang dari FPG tadi juga begitu. ltu memperhatikan petimbangan DPD atas RUU APBN dan Rancangan Undang-

Page 55: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

55

Undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama seta dalam hal penetapan anggota BPK. lni masih ada kaitannya dengan tugas dan wewenang DPR. Hanya ini salah tempat saja. Yang tadi dipending ditambahi butir-butir itu, dalam kaitannya untuk mated yang nanti dibahas lebih lanjut. ltu yang petama. Yang kedua, pada waktu rapat Pansus kami pemerintah itu antara lain mendapatkan penugasan di dalam forum Pansus itu untuk menyiapkan satu bahan di dalam rangka kita memperkaya Rancangan Undang-Undang ini dengan konsep tata hubungan antara lembaga yang ada di dalam RUU ini, termasuk di dalamnya kemungkinan-kemungkinan apa yang tadi dibahas bersama tadi sepeti simulasi bagaimana hubungan antara DPD dengan DPR, DPD dengan pemerintah, DPD dengan BPK dan lain sebagainya itu kami sudah siapkan pada saatnya kami bisa sajikan. Terima kasih.

FPG (DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG): Boleh betanya Ketua ? Kira-kira ada apanya dengan yang pernah kita miliki TAP dulu

Pak? Seta hubungan? Lain?

PEMERINTAH: Tapi tidak sepenuhnya kita adop tapi kami cermati, kami pelajari.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY,, S.H): Pimpinan, saya mohon maaf. Saya masih kembali kepada DIM yang huruf F itu

membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, tadi sudah diinikan akan dilanjutkan dengan bagian Penjelasan. Barangkali perlu juga dibahas. Kalau penjelasan nanti yang menyiapkan siapa, masih di sini atau tidak ? Soalnya begini, ini kan dalam pasal 22 ayat (3) : jika tidak mendapat persetujuan maka maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabut. Selama belum dicabut oleh pemerintah, bagaimana posisi dari Perpu itu ? lni kan sangat krusial. Dan kalau dia cabut, pakai apa dia harus mencabut ? ltu yang oleh Menteri Kehakiman du~u "lalu kami mencabutnya dengan apa? Apa dengan Perpu lagi ?" Nah, kemudian pengalaman kita PP 110 oleh pemerintah sudah di judicial review oleh Mahkamah Agung. Pemerintah tidak mencabutnya. Oleh pemerintah selama belum dicabut itu berlaku, maka beredarlah surat dari menteri ( lnstruksi Menteri ) kepada seluruh aparat di bawah ( gubernur, walikota dan bupati ) bahwa itu tetap berlaku, maka lalu berfungsilah di situ Kejaksaan dan inilah yang ngga selesai-selesai sekarang. Saya mohon ini kita selesaikan sampai tuntas. Dicabutnya gimana, apa dinyatakan sudah tidak berlaku kalau sudah ditolak atau dicabutnya itu dalam arti ditarik atau bagaimana ? lni barangkali perlu lagi suatu simulasi yang tuntas. Kalau tidak, ini menjadi masalah hukum yang berkepanjangan. Terima kasih.

KETUA PANJA: Persoalannya apakah tempatnya itu di sini ? Apakah yang didiskusikan oleh lbu Aisyah

Aminy apakah di Undang-Undang Susduk ini ataukah itu mestinya di Undang-Undang tentang tata cara pembuatan Undang-Undang yang sepeti tadi Pak Ali Masykur sampaikan ? ltu soal tempatnya, tapi substansinya saya kira penting sekali.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H) Pimpinan, saya setuju kalau toh nanti regulasinya secara tuntas di tempat lain, tapi

pembahasannya di sini perlu ada sehingga setidak-tidaknya setelah Undang-Undang ini ada kalau orang betanya kita juga dapat menjawab kira-kira ke arah mana mau dibawa. Terima kasih.

KETUA PANJA: Ada yang lain? Silahkan.

Page 56: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

56

KETUA PANSUS (M. YAHYA ZAINI, S.H) Petanyaan aja kepada Bu Aisyah yang pengalaman. Pernah ada tidak Perpu yang

dicabut oleh pemerintah atau presiden setelah dinyatakan tidak setuju oleh DPR ? Pengalaman saya selama menjadi anggota DPR ini yang ada adalah dibuatkan UndangUndang, misalnya tentang pengadilan HAM, Perpu, terus ada Undang-Undangnya kemudian disahkan. Saya belum pernah pengalaman apa adakah Perpu yang tidak disetujui oleh DPR kemudian dicabut oleh pemerintah atau presiden. lni perlu juga sebagai gambaran.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H) Ya, memang tidak pernah dicabut pemerintah tapi sudah pernah ada Perpu yang

ditolak tapi tidak dicabut tapi lalu pemerintah diam. Tapi pengalaman dimana PP 110 sudah dibatalkan oleh Mahkamah Agung, pemerintah justru membuat edaran kepada seluruh aparatnya di bawah itu tetap berlaku. Kan bingung masyarakat, dan kita-kita ini juga mestinya menentang itu kan. Ngga boleh itu. Tapi ini akan menimbulkan konflik yang besar di tengahtengah masyarakat. Nah, saya hanya mohon mari kita bahas itu sehingga kita-kita juga mengeti, mumpung juga pemerintah ada. Terima kasih.

F.PG (DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG): Ketua, saya mau tanya sama Bu Aisyah juga ini sebenarnya. Kalau P.P. 110 itu

bayangan saya kebetul1an pikirannya sama apa yang dilaksanakan pemerintah dengan saya. Saya malah cenderung untuk dikukuhkan itu, maka di Undang-Undang ini nanti yang menyangkut DPRD saya ingin itu dimasukkan satu bagian tersendiri ada klausul tentang itu. Kebetulan kalau itu jalan pikirannya. Cuma persoalannya sepeti kalau menurut lbu sekiranya tidak sama pikiran itu katakanlah dalam konteks ini misalnya, di bagian mana ? Saya malah beranggapan di Susduk ini yang kita tuangkan, sementara yang tentang M ini nanti di Penjelasan. Nah, tentang tindak lanjut itu di mana lagi ? Kalau di Penjelasan rasanya kok ngga cocok. Kalau di Tata Urutan bayangan saya juga tidak akan klop karena itu menyangkut Perpu. Barangkali itu.

FPP (NY. HJ. AISYAH AMINY, SH): Yang panting ini ada dua masalah, bahwa itu perlu diatur saya setuju sekali. Tetapi ini

dari sistem hukum kita baca. Dari sistem hukum itu tidak mungkin lagi karena hirarki hukum itu kan ada Peraturan Pemerintah, Undang-Undang dan sampai pada Undang-Undang Dasar. Kalau sudah dalam putusan-putusan, putusan Pengadilan Negeri, Mahkamah Agung dan judicial review itu ada di Mahkamah Agung berati sudah putusan di tingkat peraturan perundang-undangan sudah memutuskan. Berati dia secara hukum tidak ada lagi. Tapi karena belum dicabut, ini kan istilah dicabut yang menjadi masalah, karena belum dicabut berarti masih berlaku, itu yang saya ngga setuju. Bahwa materinya diatur, sangat saya setuju. Bahwa lalu supaya DPR, DPRD termasuk. Kita kan juga mengusulkan DPR ini mengenai administrasi dan keuangan diatur dalam Undang-Undang. Terima kasih.

KETUA PANJA: Silahkan.

F.PG (DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG) Pertanyaan saya kemudian di sini mekanisme pencabutannya di mana kita masukkan?

Saya tidak yakin itu kalau di Tata Cara Penyusunan Perundang-Undangan. Saya lebih cenderung melihat itu di sini. Tadi kan kita sepakat di Penjelasan kan kita masukkan point Undang-Undang Dasar itu, tapi kan ada kemudian petanyaan lbu tentang bagaimana kemudian tata cara mencabutnya. Nah ini yang petanyaan saya di bagian mana. Atau barangkali saya tidak tahu mungkin nanti di hubungan antar lembaga ini nanti kita masukkan tentang ini, jadi tidak di Penjelasan, kemudian kita tambahi kalau usul sendiri lagi klausul tersendiri bahwa mekanisme pencabutannya sepeti ini. Begitu bayangan saya Bu. Jadi tidak di Penjelasan kan. Masa mated Undang-Undang Dasar kemudian kita jadikan sebagai

Page 57: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

57

Penjelasan dari walaupun mungkin substansinya kan. Barangkali itu usul saya. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan Pak Hobbes.

FPDIP (HOBBES SINAGA): Terima kasih. Jadi memang menarik ini, dan saya kira saya juga setuju masalah ini

dituntaskan. Jadi mengenai tempatnya saya kira memang nanti di hubungan antar f,embaga itu harus ada aturan yang mengenai ini. Kemudian mengenai bagaimana cara mencabutnya, ini memang teori perundang-undangan ini. Kita sering kurang jelas kedudukan Perpu ini kaya apa. Dia namanya kan Peraturan Pemerintah. Jadi dasarnya adalah Peraturan Pemerintah. Dalam keadaan tetentu presiden bisa mengeluarkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-Undang. Kekuatannya sepeti Undang-Undang. Oleh sebab itu Peraturan Pemerintah ini harus disetujui oleh DPR pada persidangan berikutnya supaya dia sejajar dengan Undang-Undang. ltu filosofinya. Nah lantas kalau misalnya ini tidak disetujui oleh DPR bagaimana mencabutnya ? lni betul-betul tidak pernah dibahas. Nah, di kalangan teori perundang-undangan sebenarnya yang bisa mencabut ini adalah PP juga karena memang awalnya dia adalah Peraturan Pemerintah. Jadi atinya nanti di Undang-Undang ini kita katakan kalau tidak misalnya dia disetujui oleh DPR maka dia dicabut dengan Peraturan Pemerintah. Jadi harus ada aturan yang jelas, dasar hukum untuk mencabut itu apa. Kalau dengan Undang-Undang berat sekali. Dengan PP karena memang dia sejajar. Awalnya dia masuk dengan PP, dia bisa dicabut dengan PP. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ada lagi ? Silahkan Pak Asnawi.

FPDU (DRS.H. ASNAWI LATIEF): Saudara Pimpinan, saya kira pembahasan tentang bagaimana mekanismenya bukan

di sini sebab ini kita cuma mengatur tugas dan wewenang DPR. Undang-Undang yang kita buat iini kan tentang itu, bukan. tentang tata cara pembuatan Undang-Undang. Padahal pasal 22 ini sepenuhnya tidak diamandemen hanya ditambah dengan pasal 22A karena selama ini janggal sebuah Undang-Undang tata caranya itu diatur oleh Keppres. Oleh karena itu pemerintah kan di sini ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan Undang-Undang diatur dengan Undang-Undang. Kemudian yang kedua, TAP MPR mengenai tata urutan Perpu itu di bawah Undang-Undang sebelum dia jadi Undang-Undang. Kalau dia sudah jadi Undang-Undang dengan sendirinya itu setaraf dengan Undang-Undang. Persoalan yang ditanyakan Bu Aisyah kalau itu pada persidangan berikutnya tidak diajukan sepeti Undang­Undang tentang terorisme. ltu suatu hal yang janggal lagi. Kedua, kalau ditolak itu gimana statusnya ? Menurut saya diatur dalam Ketentuan pasal 22A ini yang nantinya dilahirkan oleh DPR dengan persetujuan pemerintah atau dengan presiden. ltu buat Undang-Undang tentang tata cara. lni sangat dibutuhkan Pak tata cara sebab ini berdasarkan Keppres sekarang ini. Arieh sekali Keppres melahirkan Undang-Undang, nah Keppres itu sekarang statusnya sudah berbeda, tidak lagi kaya dulu Oleh karena itu menurut saya kita tidak usah lagi membahas ini tentang kalau ditolak gimana. Yang jelas bahwa kita itu bisa menerima bisa menolak. ltu tugas dan wewenangnya DPR terhadap Perpu. Saya kira itu saja dan ini merupakan suatu mated yang bagus untuk bahan kita ke depan supaya mempersiapkan tata aturan. Apakah nanti dimasukkan dalam bab tata hubungan dengan lembaga-lembaga itu urusan nanti tapi mated ini tidak di sini. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ada tambahan ? Silahkan.

Page 58: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

58

FPDIP (HOBBES SINAGA): Saya kebetulan juga ikut ke Panja tata cara. Perasaan saya itu ngga ada isinya ini.

Maksud saya tadi yang lupa saya sampaikan mungkin ini ngga masuk di tata cara itu. Nah ini sudah mau hampir selesai ini Panja itu. Nah ini Pak Oka Mahendra ada di sini tolong di catatan juga ini. lni kan soal teknisnya. Terima kasih.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO):

Ya silahkan.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Saya sama dengan Pak Asnawi. Jadi ini tidak dibahas di sini meskipun petanyaan dari

Bu Aisyah itu sangat bagus dan menjadi bahan renungan kita. Sebagai urun rembuk saja bagi anggota Panja tata cara perundang-undangan, sebetulnya status dari Perpu itu kan setingkat Undang-Undang kan akhirnya. Nah, siapa yang membuat Undang-Undang ? DPR dengan persetujuan presiden. Jadi kalau memang itu sudah tidak disetujui kan harus dicabut maka tata cara pasal 20 di ayat (5) itu berlaku cuma substasinya berbalik, kalau dulu itu kalau tidak diundangkan pasti menjadi Undang-Undang kalau di sini kalau tidak dicabut pasti harus batal deng1an sendirinya. Logikanya sepeti itu.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Oulu pernah pada waktu membuat TAP mengenai tata urutan itu kita usulkan begitu

tapi ditolak oleh para pakar. Ng1ga mungkin itu dinyatakan batal demi hukum. Saya setuju sekali kalau sudah ditolak dinyatakan batal demi hukum, tapi kan dalam Undang-Undang Dasar ini pasal 22 jika tidak mendapat persetujuan harus dicabut. Mestinya batal demi hukum, bukan lalu dicabut.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Kalau ngga mau nyabut, selama tiga bulan lni bahan renungan saja, bukan untuk

didiskusikan. Begitu juga terhadap pasal 16 Undang-Undang Dasar yang berkaitan dengan DPA dihapus. Cara menghapusnya itu apa ? Apakah pakai Undang-Undang serupa atau otomatis dia tidak berlaku ? Karena memang Undang-Undang Dasar lebih tinggi, jadi otomatis DPA itu tidak ada lagi. Nah sekarang kok masih exist, kan gitu.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Ngga, sekaligus, ini kan sekarang dalam menyusun acara untuk bulan Agustus kawan­

kawan ini kan sedang membuat acara. Apakah DPA itu masih diminta ngga? Nah itu harus diputuskan.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ya, saya kira diskusi yang di luar dari Rancangan Susduk sudah selesai, soalnya

sekarang kita mau kembali mendiskusikan tentang Susduk. Bisa kita akhiri diskusi di luar agenda Susduk ? Bagus, tapi sayangnya menyita waktunya Susduk. Ngga apa-apa lah, itu kan kontribusi Susduk mengkontribusikan ke Undang-Undang Tata Cara. Jadi secara resmi Panja Susduk menitipkan kepada Pak Oka Mahendra berkaitan dengan rancangan tata cara pembuatan Undang-Undang supaya persoalan yang didiskusikan di Susduk ini juga bisa disampaikan ke sana, juga kepada anggota-anggota Panja yang terkait di sini supaya itu bisa menyelesaikan sehingga diskusi yang ada di sini tidak sia-sia.

Berikutnya pada DIM 128. Usul F.PDIP dan sebagainya itu masuk Timus ya ? Diserahkan kepada Panja usul F.PDIP M: memilih dan mengajukan usul tiga orang hakim konstitusi sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Usul Fraksi Reformasi : Mengajukan tiga orang calon hakim Mahkamah Konstitusi kepada presiden untuk ditetapkan. Nah ini DIM 128. Jadi ada dua dari Fraksi PDI Perjuangan dan Fraksi Reformasi berkenaan dengan soal tiga hakim konstitusi itu. Golkar juga ? Oh iya. Golkar itu yang masuk di sini. lni F.PP juga masukkan ini hakim Mahkamah Konstitusi. Jadi mengajukan tiga orang calon hakim Mahkamah Konstitusi kepada presiden untuk ditetapkan. Nah ini

Page 59: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

59

kayanya memang sesuatu yang terkait dengan tugas dan wewenang DPR yang ada di dalam konstitusi (Undang-Undang Dasar) yang lupu~ untuk dimasukkan oleh usulan RUU pemerintah. Apakah pemerintah terhadap point ini bisa menerima untuk dimasukkannya tugas dan wewenang DPR mengenai pengajuan calon anggota hakim Mahkamah Konstitusi?

F.PG (DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG): Ketua, sebenarnya kalau diinventarisir banyak loh. Cuma persoalannya memang kalau

dituangkan di sini apa realistis ? Apa tidak cukup ayat sapu jagat sepeti ini usul kami ini melaksanakan hal-hal lain yang ditetapkan ? : Karena begini, hakim konstitusi kemudian Undang-Undang Dasar juga bunyinya kan begitu, iya kan ? Kemudian kalau gubernur bank sentral memang tidak masuk Undang-Undang Dasar tapi kemudian panglima sepeti usul kami kemudian TAP kalau pang Ii ma ya, kalau perlo kita cabut. Jadi kalau itu bunyinya TAP kita fokuskan berati hanya Hakim Mahkamah Konstitusi saja yang banyak, kalau duta besar sudah, kemudian komisi yud!isial, kemudian BPK ya ? b. mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan memutus pendapat DPR yang berkaitan dengan keberadaan, bukan keberc;1daan sebenarnya ini berkaitan dengan impeachment, nanti kita cari di Undang-Undang Dasar kalimat resminya. Kemudian ini berati TNI dan POLRI itu TAP barangkali tidak perlu kita masukkan di sini.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Menurut pendapat saya TAP itu juga dimasukkan di sini toh kalau nanti dicabut TAPTAP

MPR nya tidak ada masalah. '

FPG (DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG): Kalau kira-kira Agustus ini tentang petahanan keamanan, Panglima TNI dan ... apa

dicabut? ·

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Nah ini sedang ada usulan mencabut, ada yang mempetahankan. Belum selesai tapi

kalau sudah ditampung setidak-tidaknya itu sudah ada Undang-Undang yang menindak lanjuti. Terima kasih.

FPG (DRS.H. BAHARUDDIN ARffONANG): Baik, kalau begitu ya oke.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan Pak Asnawi.

F.PDU (DRS.H. ASNAWI LATIEF): Saya sependapat karena ini memang diat1,.1r dalam Undang-Undang Dasar tugas dan

wewenang DPR ini juga mengajukan tiga calon anggota hakim konstitusi dalam Mahkamah Konstitusi. Saya kira itu perlu, termasuk barangkali komisi yudisial. Apa yang dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar, kemudian ada sapu jagat, hal-hal lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sepeti misalnya Komnas HAM, KPKPN, kemudian ada Sadan Pengatur Migas, semua itu diusulkan oleh DPR. Jadi banyak sekali dalam Undang­Undang itu produk Undang-Undang, termasuk KPU anggotanya disetujui oleh DPR. Jadi hal­hal yang secara leter~ek dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar munculkan di sini, sedangkan yang lain sapu jagat istilahnya Pak Bambang Aritonang tadi. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Baik. Pemerintah saya kira, silahkan. ·

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si); • Sebelum pemerintah, menanggapi dari D:IM 128 ini petanyaannya satu, apakah DPR

itu secara otomatis mempuyai kavling tiga yang harus dikirim kepada presiden untuk

Page 60: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

60

ditetapkan ? Karena ini juga sedang dibahas salah satu mated di Undang-Undang Mahkamah Konstitusi karena ada DIM yang mengatakan memang benar DPR mempuyai kavling tiga, MA tiga, presiden tiga, tetapi rekrutmennya tidak harus melalui kavling itu. lni tolong dipikirkan. Substansinya perlu karena bunyi dari pasal 24C ayat (3) : MK mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh presiden yang diajukan masing-masing tiga orang oleh MA, DPR dan presiden. Nah, kata-kata diajukan itu otomatis hanya tiga dan harus dipenuhi oleh presiden atau DPR mengajukan enam dipilih tiga atau tiga kavling itu boleh menyerahkan enam dipilih oleh badan independen masing-masing akhirnya dipilih tiga dikirim ke presiden untuk ditetapkan. lni yang sedang dibahas juga di dalam RUU MK.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan, Pemerintah barangkali?

PEMERINTAH Terima kasih. Ada dua hall. Yang petama, mated sepanjang yang belum diakomodasi

dt dalam RUU dan termuat di dalam Undang-Undang Dasar sebagaimana pasal 24C ayat (3) pemerintah sependapat, atinya senang sekali kalau itu dilengkapi untuk menyempumakan RUU itu. Yang kedua, mengenai tata cara bagaimana nanti jumlah tiganya itu berasal dari mana dan lain sebagainya di dalam pasal 24C ayat (6) itu kan pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan Undang-Undang. Jadi nanti Undang-Undang tentang hal-hal itulah nanti di sana.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO); Terima kasih. Coba kita sisir ya. Sebelum huruf m itu menampung dan menindak lanjuti

aspirasi masyarakat itu usul FKB dan sebagainya, memperjuangkan, menyerap, menampung, menindak lanjuti, memperjuangkan aspirasi dan kepentingan ini kan dimasukkan ke Timus, tapi mungkin sebelum huruf m itu usul yang berkaitan dengan DIM 128 dan 130 itu kita coba lihat bersama-sama mana-mana yang mungkin bisa dimasukkan, mana-mana yang tidak perlu dimasukkan dan rumusannya kita serahkan kepada Timus. Tapi di sini kita menempatkan saja kemudian rumusannya kita serahkan kepada Timus.

Sekarang yang pertama adalah berkenaan dengan mengajukan usul tiga calon. ltu masuk ya? Masuk. Rumusannya nanti kita serahkan pada Timus. Yang penting masuk dulu. Kemudian yang kedua semua yang berkaitan dengan persetujuan ... persetujuan dalam hal pengangkatan dan pemberhentian panglima TNI dan Kapolri, masuk? Ngga usah ? Oke, jadi karena ini ada sesuatu yang masih abu-abu berkaitan dengan ini ada usul dari pihak TNl/POLRI sendiri untuk menyatakan tidak perlu. Tapi di kavling nanti pada sapu jagat. Silahkan Bu.

FPG (HJ. EVITA ASMALDA, S.H.): Terima kasih Pak Ketua. Jadi ini memang ada TAP kan Pak yang operasionalnya nanti

adalah Undang-Undang. Nah TAP ini nantinya semua itu ada rujukannya ke Undang-Undang. Memang Undang-Undang itu dari mana ? Saya rasa ini tidak di danden nantinya kalau ini dimasukkan karena memang sudah kewenangan dari DPR itu sendiri. Ya nanti diadop memang dari kewenangan-kewenangan yang ada ini di masing-masing Undang-Undang. Yang jelas tidak betentangan. Jadi saya rasa tidak ada mudaratnya, banyak manfaatnya kalau kita masukkan ini justru. Terima kasih.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Setuju Pimpinan, sebab yang sapu jagat itu ialah yang ditetapkan dengan

UndangUndang. TAP MPR itu di atas Undang-Undang. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan.

Page 61: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

61

F.PDIP (HOBBES SINAGA): Saya kira kita sedang membuat Undang-Undang yang untuk melaksanakan Undang­

Undang Dasar. Jadi bukan untuk melaksanakan TAP MPR. Jadi ini dulu kita sepakati, karena kalau sudah begitu nanti perdebatan kita menjadi sangat panjang. Terus terang saja, dengan TAP MPR itu di kalangan sebenarnya itu nyelonong saja, kok ada TAP MPR yang mengatur untuk mengangkat Kapolri dan ini harus persetujuan DPR. Dan kita tahu akibatnya itu. Saya terus terang saja ingatkan. Jadi untuk tidak memperluas perdebatan kita mengenai itu saya kira lebih baik kita sekarang sedang membuat Undang-Undang sebagai pelaksanaan Undang-Undang Dasar. Terima kasih.

FPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H) : Kami tambahkan, kita juga sedang mempersiapkan TAP-TAP itu mau diapakan. Kan itu tugas

Undang-Undang Dasar juga, iya kan? Di antaranya ialah TAP tentang TNl/POLRI, TAP VII dan TAP VI ini sedang dipersiapkan. Arahnya ialah bahwa substansinya ini akan dipetahankan, cuma apakah masih bentuk TAP ataukah nanti juga menjadi sapu jagat harus dituangkan dalam Undang-Undang. Kalau dituangkan dalam Undang-Undang kan ini kita sedang membuat Undang-Undang. Terima kasih.

FPG (HJ. EVITA ASMALDA, S.H.): Sedikit tambahan Pak Ketua. Terlepas dari suka tidak suka itu TAP-TAP kita buat dan

kita sahkan dalam setiap sidang tahunan dan sidang-sidang umum sebelumnya. Dan amanat itu termuat dalam aturan tambahan pasal I untuk mengkaji. Kajian itu yang sedang dilakukan.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si) Saya satu kata saja. Saya setuju dengan Pak Hobbes. Jadi ini ngga usah,

penjelasannya panjang nanti. Pokoknya ini Undang-Undang Dasar untuk diterapkan dalam Undang­Undang, bukan yang lain. Soalnya kalau itu masuk yang lainnya nanti banyak, tentang memberi petimbangan KPU, tentang ... , macam-macam.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan Pak Kohirin.

F.TNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA S, M.Sc): Saya kira memang di samping setuju Pak Ali dan Pak Hobbes juga kami sudah

menyampaikan tadi karena ada pasal sapu jagat melaksanakan hal-hal , tapi saya mendapatkan informasi tadi bahwa sebenarnya Undang-Undang nomor 3 tahun 2002 tentang petahanan negara, Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Polri sudah memasukkan ini. Sekarang Undang­Undang RUU TNl/POLRi pun ada bahasan masalah itu, cuma masalahnya sekarang kalau ini akan diadop tidak ada dari Undang-Undang Dasar kan menjadi ... Sementara di satu pihak kita ... dan sebaiknya tidak memasukkan TAP MPR lagi. Jadi mungkin menurut saya pasal sapu jagat itu saja.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO):

Silahkan.

FPG (DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG): Ketua, saya melihat petentangan ini Bu Aisyah dan Bu Evita tampaknya takut tidak

masuk di Undang-Undang itu Pak. Makanya memang saya juga siapkan di sapu jagat. Sebenarnya ada juga yang lebih penting, kadang-kadang kecil barangkali tapi nilainya besar seperti

Page 62: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

62

Gubernur Bank Indonesia. ltu juga kan DPR itu yang memberikan persetujuan mengajiukan ke presiden, walaupun memang tidak berhasil kita kerrarin masukkan bank sentral itu adalah Bank Indonesia. Tapi faktanya sekarang DPR itu. Tapi sud~hlah karena itu Undang-Undang 23 ya dijegal sama mereka. Padahal itu penjelasan Undang-Undang Dasar loh Bu yang mau kita naikkan di pasal­pasal Undang-Undang Dasar. Tapi ya sudahlah. Tapi Undang-Undang 23 memuat mekanisme itu peran persetujuan DPR. Tapi kami bayangkan cukuplah di sapu jagat ini maka kemudian tidak saya masukkan.

KETUA PANJA {dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDilO): Jadi kita masukkan beberapa yang lain-lain itu pada pasal sapu jagat, tetapi seal menindak

lanjuti hasil pemeriksaan BPK itu dimasukkan di dalam itu.

FPP {NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Pimpinan, mohon supaya dibedakan antara Undang-Undang dengan TAP MPR itu berbeda.

Memang ada pendapat yang memang ngga setuju ada TAP itu, katanya itu adalah haram. Tapi kan selama ini diakui oleh MPR itu termasuk anda-and~ yang hadir ini kan mengakuinya. Kenapa kok sekarang ngga setuju ? Yang akan datang tidak akan sepeti itu lagi, tapi yag sudah ada kan tidak boleh dipungkiri begitu saja. Terima kasih.

KETUA PANJA {dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Baik. Atinya sekarang yang seal persetujuan TNl/POLRI itu belum ada persetujuan tetapi yang

menindak lanjuti hasil pemeriksaan BPK itu masuk, kemudian juga melaksanakan hal-hal yang lain yang ditetapkan dalam Undang-Undang itu masuk. Jadi yang soal TNl/POLRI kita ... Mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, memutus pendapat DPR yang berkaitan dengan ... ,sebagainya itu rumusannya masih dicari biar nanti kita endapkan.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si):

Yang mana yang diendapkan?

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO) ni yang soal P nya usulan FPG, sama G nya.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Kalau P masuk Pak. P masuk karena itu sudah diatur di pasal 7, jelas.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ngga, itu masih seal usulannya itu keberadaan. Jadi soal istilah yang itu masih akan

direnungkan dulu, masih dicari rumusannya, maka itu kita pending dulu, kita endapkan supaya dicari rumusannya.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Ngga, kalau memang substansinya masuk, diterima, rumusan nanti. Pasal 7B.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO):

Bagaimana pemerintah ?

PEMERINTAH: Terima kasih. Jadi sepanjang memang ada di dalam konstitusi sepeti kami katakan tadi kami

sependapat Pak. ltu yang utama.

Page 63: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

63

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Bunyi yang di konstitusi di situ istilahnya kebetadaan atau apa ?

PEMERINTAH: Ngga ada. Di dalam pasal 78 ayat (1) : Usul pemberhentian presiden dan atau wakil

presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada MPR hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi. ltu dalam kaitannya dengan kewenangan DPR. ·

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Jadi pemerintah akan membantu untuk menyusun rumusannya ?

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si) . Coba respek sedikit untuk merumuskan ya; siapa tahu bisa. Kalau saya mengusulkan

huruf P dari FPG itu sudah bagus, jadi mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi melalui MPR untuk memeriksa, mengadili dan s~terusnya. Kalau di sini rumusan yang ini diajukan oleh DPR kepada MPR, itu yang baha~akan melalui MPR itu, hanya terlebih dulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi. Tapi rumusan nanti lah.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ya, jadi ini justru impeachment yang diajukan kepada MPR itu harus didahului dengan

mengajukan kepada Mahkamah Konstitusi. Jadi ini baru soal mengajukan kepada Mahkamah Konstitusi hal-hal yang berkaitan dengan itu. Jadi ~aya kira kita serahkan kepada tim perumus untuk mencari rumusannya yang paling tepat dan pemerintah membantu untuk mengerjakan persiapan draft rumusannya. Oke ? ·

lni ada usul dari FPG, tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih Ian jut dalam "Jiata Tetib. lni ada usulan untuk itu, aturan di dalam Tata Tertib. Apakah perlu hal ini dimasukkan supaya memerintahkan kepada DPR sendiri untuk mempersiapkan Tata Tetib me1rigenai tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang itu ? Rasa-rasanya sih memang diperlukan perintah dalam undang-undang. lni supaya dalam Tata Tetib nya nanti diatur mengehai pelaksanaan tugas dan wewenang dari DPR itu. Kalau itu disetujui maka usu 11 FPG ini bisa diterima, disetujui ? Setuju. Setuju pemerintah ? Jadi ada usulan yang pada DIM 131 halaman 50 yang harus di Panjakan ini mengenai tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana diatur pada ayat (1) maka tata cara pelaksanaan tugas tersebut diatur lebih lanjut dalam Tata Tetib DPR. Jadi ini ada perintah undang-undang untuk mengatur le~ih lanjut tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang itu di dalam Tata Tetib DPR. Jadi tidak liar sesuatu pelaksanaan tapi diatur. Bisa disetujui itu pemerintah ?

F.PG (HJ. EVITA ASMALDA, SH): 24 itu kan A, B, C. Nah itu kita jadikan ayat (1), penutupnya ayat (2).

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Jadi dalam ayat (1 ): DPR mempunyai t,ugas dan wewenang A, B, C, D dan

seterusnya. Kemudian sampai kapan saya ngga tau lah pokoknya ini nanti dilihat, disinkronisasi.

F.BB (H.M. ZUBAIR BAKRY): Usul PBB dan KKI itu ada, menindak lanjuti hasil keputusan.

Page 64: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

64

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): PBB usulannya bagus sehingga sudah disetujui Pak. Tanpa dibahas langsung disetujui

Pak. Jadi ayat (2) nya : Tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Tata Tetib DPR. Bisa disetujui ya ? Oke. Dengan demikian sudah jam lima kurang sepuluh menit, apakah kita masih mau melanjutkan ? Barangkali ada yang shalat sebelum masuk pada shalat maghrib ada kesempatan beberapa menit untuk itu, maka diskors untuk masuk kembali jam delapan tepat, dan ada usul nanti cuma sampai jam sepuluh aja. Nah ini dua jam yang· nanti itu harus produktif sekali, paling tidak akan merampungkan seluruh Dewan Perwakilan Rakyat. Kalau Dewan Perwakilan Rakyat selesai rasa-rasanya DPRD itu akan lebih lancar karena konkordan, nah DPD ini mungkin nanti diskusinya yang agak dalam. Mungkin kalau perlu apakah Selasa nya, Senin nya kita ambil untuk Timus untuk bekerja, Selasa nya sore kita bisa mulai dengan simulasi diskusi yang agak dalam dan ini bagaimana masing-masing mempersepsikan mengenai DPD itu bagaimana dan bagaimana mekanisme antara DPR dengan DPD dengan pemerintah kita diskusi, belum sampai membahas butir-butir ayat-ayat dulu tapi kita coba menyamakan pikiran dan persepsi, pemerintah itu bagaimana yang ada di dalam undang-undang ini dan yang lain bagaimana mempersepsikan. Jadi barangkali satu jam petama pada hari Selasa dan usul lbu Aisyah Aminy kalau boleh mulai jam satu sampai jam lima hari Selasa, tetap di DPR. Nah mungkin kalau hari Rabu kita bisa masuk di sini, tapi masih ada usul yang Kamis aja, saya kepingin kita kan hari Senin tanggal 7 itu harus melapor kepada Pansus dan tidak ada waktu untuk menulis lain lagi untuk pendapat akhir di Paripurna, sesudah Pansus langsung paginya masuk Paripurna.

KETUA PANSUS (M. YAHYA ZAINI, S.H): Tanggal 9 Paripurna penutupan itu bisa kan ? Kalau bisa Pak Ketua, mungkin Tim

Perumus itu juga tidak sedikit tugasnya. Saya kira mungkin jangan satu hari, ngga cukup itu. Mungkin Senin Selasa tugas Timus merumuskan, Rabu baru kita bahas, Kamis nya di sini. Jadi Rabu nya di DPR. Tapi kerja betul. Timus Senin Selasa selesai juga. Di DPR boleh, di sini boleh.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Di sini aja lah kita. Pemerintah tidak keberatan toh, wong ada Timus yang bekerja di

sini. Sekarang Timusnya siapa-siapa, berapa orang. Timus dan tim kecil itu jadi satu aja lah. Dari Golkar berapa orang, dari POI berapa orang, dari PKB, dari FPB. Tapi mekanismenya Bamus. Oke, jadi dengan demikian diskors selama periode, sampai jam delapan malam.

( Rapat diskors pukul 16.55 WIB.)

(Skors dicabut pukul 20.10 WIB)

KETUA PANJA (dr.SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Saya lihat ada beberapa DIM nomor 136 ini kelihatannya dari FPP begitu panjang tapi

tadi dlikatakan bahwa ini cuma diambil pokok-pokoknya saja. Jadi ada 19 pasal atau ayat yang ingin dimasukkan. Nah tadi Bu Aisyah Aminy mengatakan diambil pokok-pokoknya saja kemudian rumuskan. Tapi sampai sekarang ini belum ada yang dirumuskan sebagai pokok­pokok. lni panjang-panjang sekali memang, tapi oke lah kita coba bahas setapak demi setapak mengendap-endap barangkali kita bisa selesaikan. Petama, bagian kelima Hak dan Kewajiban. Apakah judulnya ini bisa kita sepakati mengenai Hak dan Kewajiban ini ? Setuju ya. Kemudian disebutkan : DPR mempunyai hak ; A. lnterpelasi, B. Angket, C. Menyatakan pendapat. Dari DIM nomor 132 mengenai hak interpelasi pasal 25 DIM menyebutkan hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat itu dalam satu baris. Kalau konkordan dengan tadi yang berkenaan dengan fungsi itu, walaupun di Undang-undang Dasarnya begini, kita sepakati dengan merumuskan A, B, C. Jadi dengan konkordan dengan itu saya kira Pak

Page 65: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

65

Ali Masykur tidak keberatan kalau kita konkordah penulisan yang itu tadi. Sekarang kalau berkenaan usul PDIP ini agak berbeda perumusa11nya. Barangkali kami mintakan dari Fraksi PDIP untuk memberikan penjelasan dari usulannya,: DIM nomor 132.

FPDl-P (DIDI SUPRIYANTO): Terima kasih ketua. Jadi memang Fraksi PD'I Perjuangan mengajukan DIM yang agak

berbeda. Kita mengadop petama dari konstitusi kita Undang-undang Dasar '45 sehingga kita cantumkan di ayat (1) tersebut bahwa DPR mempunyai hak-hak sebagaimana diatur dalam Undang-undang Dasar '45. Jadi apa yang ada di dalam Undang-undang Dasar itu sendiri kita adop di dalam pasal 26 ayat (1 ). Dan kemudian di ayat ke (2) nya selain hak yang tadi juga meminta keterangan yang berkaitan dengan bidang tugas. lni sepeti yang lalu tentunya hak meminta keterangan tersebut juga ada. Kemudian · yang ayat (3) termasuk kami mengusulkan untuk DPR juga mempunyai hak atau diberikan hak untuk memberikan persetujuan terhadap satu perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak, atinya apa yang dilakukan oleh pemerintah yang berhubungan dengan masalah perjanjian internasional dan menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak maka perlu adanya persetujuan dari DPR dan itu jelas tercantum atau. ada di pasal 26 ayat (3). Hal tersebut juga dimasukkan baik di bidang politik, keamanan, sosial, budaya, ekonomi maupun keuangan yang dilakukan oleh pemerintah. Saya kira ayat-ayat yang kami ajukan cukup jelas. Terima kasih.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARQJO): Ya. lni untuk bagian ini mohon pendapat barangkali dari fraksi-fraksi menanggapi. Jadi

yang saya baca, petama yang masuk ke Panja itu DPR mempunyai hak : A. lnterpelasi atau mengajukan petanyaan. Kemudian yang dari F~aksi Persatuan Pembangunan yang agak banyak juga tentang interpelasi ada tetapi keml.ldian interpelasi itu di teknis, tata caranya diuraikan di dalam undang-undang ini. BarangkaU petanyaannya apakah cuma 3 jenis hak yang ada pada DPR ini yaitu hak interpelasi atau mengajukan petanyaan, hak angket atau mencari dan meminta keterangan, menyatakan pendapat. Yang dari usul pemerintah itu, yang B dan C masuk kepada Timus dan tetap, kemudian yang A ini oleh karena ada usuian dari FKG dan Fraksi POI Perjuangan. Yang POI Perjuangan itu kelihatannya agak sifatnya umum jadi sistematikanya umum. Silahkan.

F.PG (DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG): . I •

Kalau menurut perubahan Undang-undang Dasar pasal 20A ayat (2) itu adalah hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat. Kemudian ayat (3) nya disebut hak meng1ajukan petanyaan, menyampaikan usul d,an pendapat seta hak imunitas. lni yang kemarin juga Bu Aisyah mengingatkan mestinya ~onkordan nanti di DPR, sesudah MPR kan di DPR dan kemudian DPD. ltu yang diusulkan. Kemudian kami menambahkan dan ini juga sebenarnya di pasal 20 ini juga ada adalah mengajukan Rancangan Undang-undang, itu juga sebuah hak, kemudian mengadakan perubahan terhadap Rancangan Undang-1mdang, dan F. Menentukan anggaran DPR dan pengelolaannya. Kalau berdasarkan ini maka perlu kita uraikan ini semua. Apalagi kemarin waktu mernbahas hak-hak MPR juga hak imunitas misalnya diingatkan oleh beberapa orang anggot~. Berati kalau kembali kami ulang l1agi hak interpelasi nanti mungkin perlu kita berikan jabarannya, hak angket, kemudian hak menyatakan pendapat, hak mengajukan petanyaan, hak menyampaikan usul dan pendapat, kemudian hak imunitas, kemudian mengajukan ,Rancangan Undang-undang, meng1adakan perubahan terhadap Rancangan Undang-undang, dan menentukan anggaran DPR dan pengelolaannya. lni ketua yang ingin kami berikan c~tatan. Terima kasih.

I

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan.

Page 66: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

66

FPG (HJ. EVITA ASMALDA, SH): Terima kasih ketua. Kalau kita melihat dari bagian kelima ini memang ada 2 hal yang

menjadi substansi, hak dan kewajiban yang kaitannya dengan lembaga atau institusinya dan anggota. Nah kami yang usulan tadi disampaikan oleh Pak Aritonang cuma mengajukan Rancangan Undang-undang, kemudian mengadakan perubahan, menentukan anggaran. Nah kami berasumsi bahwa ini bukan anggota tapi institusinya, DPR nya. Sedangkan kalau usulan pemerintah itu kan hanya 3 saja memang sesuai dengan apa yang tercantum dalam pasal 20A ayat (2) itu. Tapi kami melihat bahwa selain fungsi institusinya itu yang 3 itu ada hal lain yang kami usulkan tambahkan. Boleh menanggapi sedikit juga yang diajukan oleh FPDI ngga ketua ? Kami melihat mungkin untuk usu Ian dari FPDI yang ayat (1) sebenarnya sama itu ketua. Jadi pada dasarnya apa yang diajukan oleh Rancangan Undang-undang ini oleh pemerintah yaitu 3 hak itu interpelasi, angket dan menyatakan pendapat, pada prinsipnya kan ini ayat (1) kan gambarannya itu. Jadi sebetulnya saya rasa sama. Jadi substansinya sama ketua. Kemudian yang diuraikan lebih lanjut di ayat 2 ini dengan hak meminta keterangan yang berkaitan dengan dan seterusnya. Nah ini meminta keterangan itu bisa dimasukkan ke dalam institusinya atau anggota. Nah ini saya pikir bisa diurai tidak dalam bentuk sepeti yang dirumuskan ini. Jadi sebetulnya sangat substansi, kami dapat memahami hanya mungkin perumusannya juga ketua dari ayat yang dua ini. Jadi bisa jadi butir-butir kembali. Begitu juga dengan ayat (3) nya, saya rasa itu bisa jadi satu butir juga misalnya untuk memberikan itu hak DPR juga. Tapi kami dapat menerima itu kalau dilihat dari substansi. Dan usulan kami tadi itu supaya dipetimbangkan karena bukan hanya hak anggota tapi itu institusi. Terima kasih ketua.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Kalau saya coba menyisir sebagian besar yang ada di usulan FPP itu inti kunci­

kuncinya adalah pada hak interpelasi, hak angket, menyatakan pendapat, kemudian juga hak imunitas, yang di sana menyampaikan pendapat itu ditambah usul yang oleh PPP itu hak menyampaikan usul dan pendapat. Jadi menyampaikan pendapat itu ada tambahan namanya usul dan pendapat. Jadi itu yang dari PPP. Tapi itu ada juga hak menyatakan pendapatnya tersendiri. Kemudian hak mengajukan Rancangan Undang-undang sama dengan yang disampaikan oleh rekan Fraksi Patai Golkar, hak menentukan anggaran DPR dan pengelolaannya juga sama Fraksi Persatuan Pembangunan. Ya udah, hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat, hak mengajukan Rancangan Undang-undang, hak menentukan anggaran DPR dan pengelolaannya, itu judul-judul yang disampaikan oleh PPP. Kemudian yang diusulkan FKKI adalah hak amandemen. Kalau hak amandemen itu sama dengan mengadakan perubahan terhadap Rancangan Undang-undang itu dikatakan sebagai hak amandemen barangkali hak amandemen (mengadakan perubahan terhadap Rancangan Undang-undang). Jadi kalau itu maksudnya. Usulan-usulan ini melengkapi rumusan tentang hak-hak yang melekat pada DPR diluar dari apa yang disampaikan oleh pemerintah hanya menyangkut 3 hak lembaga DPR. Kalau pemerintah itu pertama mengenai interpelasi, kedua angket ( mencari dan meminta keterangan ), menyatakan pendapat. Kemudian ditambah oleh mengajukan petanyaan, mengajukan usul dan pendapat, mengajukan Rancangan Undang­undang, mengadakan perubahan terhadap Rancangan Undang-undang (amandemen), menentukan anggaran DPR dan pengelolaannya, kemudian yang satu lagi yaitu hak imunitas.

FPDIP {WILLIAM H. TUTUHARIMA): lnterupsi pimpinan. Yang ingin saya tanyakan apakah imunitas itu melekat pada

institusi atau pada anggota ?

FPDIP {DIDI SUPRIYANTO): Ketua, saya melanjutkan. Bahwa sebetulnya tadi ketika Pak Aritonang menyatakan itu,

kita ingin ingatkan tadi bahwa memang kalau kita mengacu pada pasal 20A itu memang ada 2 kategori di situ, hak terhadap institusi yaitu DPR dan hak terhadap anggota DPR sebagai individu. Jadi kalau tadi dibacakan termasuk mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul,

Page 67: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

67

pendapat, dan hak imunitas itu memang hak individu yang nanti akan diatur lebih lanjut di pasal berikutnya, pasal 26. Hanya untuk mengingatkan aja. Terima kasih.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): lni memang pada kaitannya tadi kita mengatakan bahwa hak mengajukan rancangan, hak

menyampaikan usul dan pendapat dan pertanyaan itu masuk sebagai hak institusi. Apakah kita akan membedakan hak institusi itu 3 ini kemudian hak yang lain-lain itu sebagai hak anggota. Memang hak anggota juga mengajukan Ra11cangan Undang-undang itu kan sekian orang anggota berhak untuk menyampaikan Rancangan Undang-undang. Nah ini saya kira mari kita coba untuk mengklasifikasikan agar nanti kita bisa masukkan mana yang hak institusi secara kelembagaan kemudian mana yang lebih baik kita masukkan sebagai hak anggota secara perorangan yang kemudian kita sisir sudah masuk belum kepada yang ada di pemerintah kemudian kita coba kalau memang sudah dimasukkan kita uji apakah itu hak lembaga atau hak perorangan. Hak imunitas kelihatannya itu cocok pada hak anggota. Baik, jadi saya kira pemerintah kami persilahkan.

PEMERINTAH: Terima kasih pimpinan yang kami hormati dan Bapak-bapak yang terhormat Di sini

memang sudah khususnya untuk DIM 132 itu merupakan formulasi dari hak lembaga yang di sana kami angkat dari pasal 20A ayat (2). Kemudian pada pasal 26 itu antara lain dari pasal 20A ayat (3), dan jug a ada pasal 21 D itu yang mengajukan usu I RUU itu adalah mengambil dari pasal 21 Undang-undang Dasar. Jadi memang sudah ada pengelompokkan dimana merupakan hak lembaga dan dimana menjadi hak anggota. Ada beberapa yang tadi dinyatakan sebagai hak sebetulnya ada yang kami formulasikan sebagai kewenangan apalagi yang betalian dengan lembaga-lembaga negara yang lain. Demikian Bapak pimpinan kami sampaikan penjelasan, hanya khusus mengenai anggaran saya pikir kemarin sudah kami berikan penjelasan berkenaan dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2003 yang memberi hak kepada pimpinan lembaga untuk mengajukan Rancangan Anggaran Belanjanya. Terima kasih.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Baik. Saya kira kalau kita bisa mencoba memilah mana menjadi hak lembaga mana

menjadi hak anggota, saya kira mengenai hak interpelasi atau mengajukan petanyaan ini bisa di ...

F.PDU (DRS.H. ASNAWI LATIEF): lnterupsi. Yang benar informasi itu sebetulnya keterangan.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Meminta keterangan ya. Hak interpelasi meminta keterangan. Kemudian hak angket itu

melakukan penyelidikan. Kemudian C : menyatakan pendapat. Dengan demikian ada 3. Bisa disetujui itu semuanya ?

FPDIP (DIDI SUPRIYANTO): Sebentar ketua. Tadi fraksi kami memang untuk 3 hak interpelasi, angket dan pernyataan

pendapat itu yang mengenai tadi di dalam pasal 20A ayat (2) itu kita tempatkan di ayat (1) pasal ini. Sedangkan kita memasang dua ayat lagi yang berkaitan dengan hak DPR juga yang untuk meminta keterangan kepada pemerintah dan warga masyarakat. lni berkaitan dengan kalau Komisi mengundang. Yang telah terjadi ini kan memang kadang kita terbentur khususnya dari warga masyarakat. Kalau pemerintah saya kira ngga pernah menolak kalau diundang oleh DPR. Kemudian yang penting juga yang ayat (3) : Memberikan persetujuan terhadap perjanjian internasional. lni perjajian internasional ini banyak menyangkut hal-hal terutama di bidang ekonomi ataupun nanti di bidang petahanan yang menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. lni tiga hal yang sangat substansial dari pasal 20 ayat

Page 68: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

68

(2) itu kita tempatkan di ayat (1). Ayat (2) dan ayat (3) sebagai tambahan. lni yang tadi kami ajukan.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ya. Jadi kalau yang ayat (1) itu dimasukkan secara eksplisit, DPR mempunyai hak

interpelasi dalam meminta keterangan, hak angket atau melakukan penyelidikan, hak C : menyatakan pendapat itu bisa diiterima sebagai kaitannya dengan usu I yang pada ayat (1) dari POI Perjuangan. Untuk ini bisa disetujui ? Oke.

F.PDU (DRS.H. ASNAWI LATIEF): Sebentar Pak. Khususnya yang menyangkut mengenai persetujuan itu sebetulnya

kami ...

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Sebentar, ini yang A, B, C dulu ya. Kemudian ada yang dua ini, jadi selain hak yang A, B, C

tadi berhak meminta keterangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya kepada pejabat negara, pejabat pemerintah dan warga masyarakat demi kehidupan berbangsa dan bemegara. lni tadi dijelaskan itu mengundang dalam rapat badan atau apa, untuk meminta Pansus atau apa dan sebagainya untuk meminta keterangan kepada pejabat negara, pejabat pemerintahan dan juga warga masyarakat untuk kepentingan yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Silahkan.

FPG (HJ. EVITA ASMALDA, SH): Saya cuma belum ketemu nih ketua, lupa. Pernah kita bahas juga yang kaitannya

bahwa di luar lembaga negara ( masyarakat) itu wajib hadir bila diundang oleh DPR. Nah itu saya pikir rasanya substansinya agak sama dengan ini tapi dimasukkan Pak. Cuma saya lupa ini dari pemerintah. Kemarin ini kita sudah sisir sebetulnya. Ada beberapa yang masuk substansi itu. Jangan dibahas lebih lanjut di Panja. Jadi saya pikir memang ada substansi itu Pak Didi, hanya memang tidak di bab mengenai hak dan kewajiban ini. Terima kasih. Tapi ada di situ.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan Pak.

PEMERINTAH: Terima kasih. Sebetulnya ini sudah kami akomodasi di dalam pasal 28 RUU dimana di

sana dikatakan DPR dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, ini sama saja dengan rumusan di dalam 20A, berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang satu hal yang perlu ditangani demi kepentingan negara dan bangsa. Karena ini menyangkut hak lain sesuai dengan formulasi di dalam pasal 20A ayat (2) dalam melaksanakan fungsinya selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-undang Dasar ini, DPR mempunyai hak ... .ltu sudah diformulasikan sudah disetujui. Nah selain itu di mana? Di dalam pasal 28 RUU.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Apakah bisa soal ditampungnya di tempat...

FPDIP (DIDI SUPRIYANTO): Terima kasih ketua. Terima kasih pemerintah telah mengingatkan. Jadi kita cabut lah

DIM itu. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Kemudian yang persetujuan itu juga sudah ditempuh ?

Page 69: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

69

FPDIP (DIDI SUPRIYANTO): Belum, karena belum diberi1kan lagi sama pemerintah. Barangkali ada di belakang yang

terlewat. Tapi kalau belum, kita bahas. •

PEMERINTAH:

ltu kami formulasikan di dalam tugas dan. wewenang yaitu pasal 24 butir H : Memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain seta membuat perjanjian internasional ! lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi ke~idupan rakyat.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Jadi itu tidak dirumuskan sebagai hak tetapi dirumuskan sebagai tugas dan wewenang.

Dengan demikian substansinya sudah masuk sehingga dengan demikian karena sudah masuk itu ya sudah.

F.PDIP (DIDI SUPRIYANTO): Saya kira kalau sudah masuk itu sudah final. Jadi kalau belum masuk kita usahakan

masuk. Karena sudah masuk, saya tarik sekarang. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Oke,. Dengan demikian seluruh mengenai rumusan hak DPR sudah bi~a diselesaikan

dengan tidak usah masuk Timus lagi,. iya kan ? Jadi diselesaikan mengena. i DPiR mempunyai hak interpelasi dikoreksi itu ya mengajukan pertanyaan. lnterpelasi bukam mengajukan pertanyaan tapi meminta keterangan. Oke. Kemuqian hak angket itu melakukah penyelidikan. Kemudian C : menyatakan pendapat. Jadi tidak usaH lagi Timus ya. Oke.

FPG (HJ. EVITA ASMALDA, SH): Ketua, kami setuj1ui itu. Tap1i yang usulan dari fraksi kami di DIM 135 mengenai

menentukan anggaran DPR itu bagaimana ? ·

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Menentukan anggaran itu tadi dijawab ke dalam undang-undang nomor i 17 : Pimpinan

lembaga mempunyai hak untuk mengajukan ianggaran dan mengelola anggarannya. Pimpinan · lembaga sepeti DPR dan llembaga-lembaga itu mengajukan 1 Rangcangan Anggaran Pendapatan Belanja Negaranya dan mengelolanya.

FPG (HJ. EVITAASMALDA, SH): . Pimpinan, substansi itu masuk ke dalam ? Pertanyaannya, itu diakomodasikannya di

pimpinan ( bukan lembaganya ) ? Kalau ini kami kan menginikan lembaganya.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Mohon penjelasan dari pemerintah.

PEMERINTAH: Sekali lagi mengenai posisi hak keuangan anggota ini kemarin kita forrriulasikan diatur

lebih lanjut dalam undang-undang. Di antara undang-undang itu adalah uhdang-undang mengenai APBN dan undang-undang keuangqn negara. Nah di dalam u~dang-undang keuangan negara itu menteri pimpinan lembaga sebagai pengguna angga~an, pengguna barang kementerian negara lembaga yang dipinjlpinnya mempunyai tugas s~bagai berikut yaitu di dalam pasal 9 undang-undang nomor 17 lahun 2003. Tapi menarik juga lbu Vita tadi yang berkenaan dengan sanksi. Tadi pernah menyinggung mengenai sanksi at~u yang sering kita kenal dengan ... Sebetulnya itu sudah terakomodasi di dalam undang-unttang nomor 6 tahun '54 yaitu tentang penetapan hak angket Dewan Perwakilan Rakyat. JJadi di dalam undang-undang itu yang belum juga dicabut ini ada ketentuan-ketentuan antara lain, mohon

Page 70: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

70

ijin saya bacakan pasal 3: Semenjak saat pengumuman tersebut pada ayat (1) pasal 2, ayat (1) itu mengenai soal pembentukan panitia angket,. semua warga negara Republik Indonesia dan semua penduduk seta orang-orang lain yang berada dalam wilayah Republik Indonesia diwajibkan memenuhi panggilan-panggilan panitia angket dan wajib pula menjawab semua petanyaan-petanyaannya dan memberikan keterangan-keterangan selengkapnya. Yang pasal-pasal ayat berikutnya ada juga yang dilakukan dengan panggilan secara paksa bahkan juga dengan sanksi. Dengan demikian ~pa yang sangat baik diketengahkan oleh lbu Vita itu ada pengaturannya di dalam undang-undang yang lain. Memang sebaiknya nantinya undang­undang nomor 6 tahun '54 itu kalau sudah ada waktu disempurnakan. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ya. Barangkali yang berkaitan dengan "'sulan dari FPG itu adalah di dalam hak

sebagai lembaga, DPR itu diusulkan mempunyai hak menentukan anggaran DPR dan pengelolaannya. Apakah ini wajar dan bisa diterima atau ada undang-undang yang mengatur itu sesuai dengan ketentuan undang-undang yang lain ?

PEMERINTAH: Mohon ijin. Kalau sebagai institusi, DPR itu sudah memiliki hak anggaran. Yang kita

ketahui bersama bahwa lembaga ini memiliki fungsi budget yang tergambar di dalam haknya untuk ikut membahas Rancangan Undang-undang APBN termasuk perubahannya. Sedangkan law mengenai individunya itu adalah . diformulasikan sebagai hak keuangan atau hak administrasi dan keuangan yang nantinya kalau kami sarankan itu hak keuangan khususnya hak keuangan anggota itu nanti dalam · satu pasal tersendiri baik untuk MPR, DPR, DPD maupun juga DPRD. ltu nanU di dalam pengaturan tersendiri karena mengacu pula dengan undang-undang yang lain, antara lain adalah undang-undang nomor 17 tahun 2003 mengenai keuangan negara. Jadi apa yang diingatkan oleh lbu dan juga oleh Bapak-bapak yang lain itu kita antisipasi di dalam pasal-pasal yang lain yang tempo hari sudah kita bahas. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Saudara Didi barangkali ?

FPDIP (DIDI SUPRIYANTO): Mau tanya ketua. Bahwa tadi sudah kita sepakati hak DPR yang tiga tadi, cuma

berkaitan dengan hak angket atau mengadakan penyelidikan memang khusus tentang hak ini ada undang-undang yang tadi sudah disebut nomor 6 tahun '54 yang mengatur masalah pembentukan panitia angket. Nah yang terjadi adalah bahwa, ini pengalaman kemarin ketika kita melakukan hak angket DPR, hak ang~et yang ada di DPR itu tata caranya pelaksanaannya itu tidak sama tidak konkordan dengan undang-undang nomor 6 tahun '54. Nah yang menjadi petanyaan apakah hak angket yang dimasukkan di dalam undang-undang ini adalah pengaturannya sesuai dengan undang-undang yang sampai sekarang belum dicabut ? Karena kalau ini tidak kita perbaiki kita khawatirkan pengalaman yang lalu membuat kita waktu itu sangat pusing karena memang akhirnya ada dua pendapat yang bersilang dan tidak akan ketemu karena dari aspek hukum memang berbeda ditinjaunya. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan.

PEMERINTAH: Kita menyadari memang tadi maka saya katakan bahwa undang-undang nomor 6

tahun '54 ini adalah merupakan suatu kompositif karena mereka masih diberlakukan, belum dicabut. Perkara tidak sempurnanya memang kita akui bersama. lini merupakan pekerjaan kita bersama. Nah untuk mengatasi itu maka melalui undang-undang ini dikuasakan kepada lembaga untuk mengatur lebih lanjut di dalam Tata Tertib mengenai pelaksanaan hak-haknya

Page 71: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

71

itu. Nah saran baik dari PPP dari Bu Aisyah Aminy,. beliau menyarankan pokok-pokoknya. Supaya nanti peraturan Tata Tetib itu tidak lari1 kemana-mana maka bisa diformulasikan pokok-pokok apa yang harus diatur di dalam peraturan Tata Tetib, ·baik di dalam pasal ataupun ayat maupun di dalam penjelasan didalam melaksanakan hak-haknya itu. Kira-kira demikian. Terima kasih.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARD~O}: Baik. Saya kira sudah cukup ya penjelasan. Silahkan.

F.PG (DRS. T. M. NURLIF}: Tadi ada pertanyaan lbu Evita soal hak 1 budget atau hak anggaran sekaligus hak

pengelolaan. Karena tadi oleh Pak Oentarto dikaitkan dengan undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang hal keuangan negara, yang dijelaskan di sana itu adalah hak budget

bukan hanya untuk DPR tapi hak budget untuk1

keseluruhan yang dibahas dalam undang­undang APBN. Jadi menurut saya kalau memang . di sini kita ingin cantumkan secara eksplisit bahwa yang menyangkut dana anggaran ada h:ak menentukan dan pengelolaan anggaran tidak salah dan tidak betentangan dengan undang-undang nomor 17 tahun 2003 sehingga posisi DPR itu tidak disamakan dengan ke111enterian, kementerian sebagai pengguna anggaran di lingkungan pemerintah. Barangkali ini patut menjadi petimbangan kita sehingga posisi DPR tidak sama dengan kementerian at~u lembaga atau departemen di lingkungan pemerintah. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHAR!DJO}: Baik. Ada tanggapan mengenai ini atau kita .. sem~ntara pemerintah ?

PEMERINTAH: Siapa yang keliru kita tidak mencari siapa yang salah. Tapi formulasi di dalam pasal 6

undang-undang nomor 17 itu menyatakan lembaga negara. Apakah DPR ini bukan lembaga negara ? Memang kami pun sebagai institusi di salah satu lembaga pemerintah ini sebetulnya juga kurang sreg di dalam formulasi undang-und,ang nomor 17 tetapi ini sudah keluar dan sudah disetujui sudah ditandatangani oleh presiden juga. lni persoalannya kaya begitu dan ini memang beliau mengingatkan ini bagus sekali jatii memberikan satu peringatan kepada kita. Nah apakah ini nanti kita formulasikan di dalam pasc;il sepeti saran kami tadi ? Jadi hak keuangan anggota itu nanti diatur dalam satu pasal yaitu baik; MPR, DPR, DPD maupun DPRD. ltu nanti kita formulasikan. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO}: Sementara pemerintah belum bisa, kita ... aja dulu mengenai hak anggaran DPR dan

pengelolaannya itu kita ... Nanti kalau pemerintah coba dengan undang-undang lain dan sebagainya itu sebenarnya sudah tetampung dah sebagainya, argumentasi pemerintah kita dengarkan tapi kalau memang bisa diakomodasi untuk dimasukkan di sini biarlah itu juga nanti tinggal nya bagaimana. Jadi kita ... aja dulu ya. Setuju? Silah.kan.

F.PP (DRS.H.M. ABDUH PADDARE}: ! •

Jadi begini, kalau menyangkut keuangan, lembaga negara itu memang harus satu undang-undang. Tapi kalau kita terasa memang di DPR, karena DPR disamakan BPK, Mahkamah Agung segala macam kerjanya relatif lebih kecil, jadi terasa bahwa kita tidak mandiri mengatur ini. Kita dikasih hanya belas kasihan. lni saya di BURT tahu persis itu. Jadi ini masalahnya di sini. Jadi dari awal kita minta i anggaran kita kelola sendiri. Nah memang terbentur undang-undang kalau ngga salah nomor 12 1itu tentang keuangan negara keseluruhan. Nah kemarin ada rencana dari pemerintah itun anti undang-undang tentangl embaga negara sepeti DPR, DPD dan segala macam itu dikeluarkan dari situ supaya lebih mandiri. Oleh karena itu sementara ini kalau kita' pakai aturan makronya agak sulit memang kecuali kalau kita memberanikan memberikan sendiri dan itu perjuangannya berat kecuali dibantu oleh pemerintah. lni kan sudah ada lembaga negara. Nah DPR termasuk lembaga

Page 72: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

72

negara. Kan selalu alasannya begitu. Padahal pelaksanaannya itu sangat kecil Pak. Nah ini sulitnya di sini. Oleh karena itu saya sependapat supaya mencari jalan. Cuma barangkali kalau ditentukan dalam hal ini DPR mempunyai hak kecuali ayat (3) itu, jadi disisihkan dulu atau ditersendirikan atau dL.lah istilahnya.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Tapi kita .. dulu aja. Jadi setuju ya di... dulu ya? Oke. Silahkan Pak.

F.REFORMASI (H. TB. SOENMANDJAJA, S.D): Petanyaan ketua. Terima kasih. lni terkait dengan undang-undang nomor 6 tahun '54 tadi ya

Pak Oentato. Tadi Pak Didi mengatakan sempat dibikin pusing katanya kan. lni kan undang-undang dihasilkan dalam suasana parlementer, sementara sekarang kan presidensil. Jadi mungkin sangat menarik untuk catatan bagi kita Pak ketua. Berkenaan dari sisipan dari pemerintah tadi mengingatkan kita untuk mencermati undang-undang ini ke arah penyempurnaan. ltu saja ketua. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Nah, berikutnya DIM nomor 138 sampai dengan 143. Di sini tidak ada huruf tebal

berati kelihatannya sudah disetujui semuanya. Apakah demikian ? lya ya. Nah, kemudian disetujui tetap sesuai dengan naskah RUU dengan rumusan sebagai berikut, sudah semua begitu ? Cuma nanti ini ada catatan apabila usul FKB DIM 137 sudah disetujui untuk di drop dihapus, keputusan tanggal 12 Juni, gimana ? DIM 137 disetujui usul FKB untuk di drop dihapus tapi di catatan 139 ini kok apabila usul FKB di DIM nomor 137 diterima tata urut huruf disesuaikan. Sudah di drop ya ? Jadi dengan demikian anggota DPR mempunyai hak mengajukan Rancangan Undang-undang, mengajukan petanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, hak imunitas, hak protokoler dan hak keuangan dan administratif. Nah, usul dari PDIP itu keuangan, protokoler itu di A B. ltu soal urutan saya kira. Jadi protokoler, keuangan itu A 8, yang lain itu hak-hak berikutnya.

F.PDIP (DIDI SUPRIYANTO): Ketua, mungkin bukan itu maksudnya. Saya ngga ikut di pembahasan Pansus tapi waktu itu

PDI Perjuangan mengajukan dua hak lagi yaitu hak yang terkait dengan memilih dan dipilih kemudian hak membela diri sehingga ada tambahan dua itu akhirnya dua ini turun gitu loh. Tapi di catatan Panja ini ngga ada ini, makanya saya harus melihat tim awal. Ngga ngeti ini, pembahasan di Pansus saya ngga ngikutin waktu itu.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Hak membela diri dan hak memilih dan dipilih. MPR dan DPR dua-duanya. Silahkan. Jadi tadi

kita mengambil substansinya yang kita baca itu tadi adalah ada hak angket, ada hak interpelasi, kemudian ada hak menyatakan pendapat. Jadi judul-judulnya itu. Nah, mengenai isi substansinya ini, kalau dari pemerintah mengatakan itu nanti dimasukkan di dalam Penjelasan dan di daiam tata tetib. Jadi bagaimana caranya kita memasukkan ini yang mana itu dimasukkan di dalam Penjelasannya itu bagaimana dan menjadi substansi pokok-pokok yang untuk bisa dimasukkan di dalam Tata Tetib atau dalam Undang-undang hak angket nanti, tadi pemerintah menyampaikan sepeti itu.

F.PPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Pimpinan, itu dalam disepakati hal-hal yang penting pada usulan dari FPP ini akan diambil,

dimasukkan dalam pasal dan selebihnya bisa saja masuk dalam Tata Tertib. Begitu putusan dulu. ltu yang perlu dipilah. Atinya, bukan hanya judul. lni ada sedikit uraiannya. Kalau dikatakan nanti diatur lagi undang-undang angket itu kapan itu ? Dari tahun '54 sampai sekarang masih itu-itu saja.

Page 73: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

73

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Nah jadi ini tadi rumusannya seperti ini. Kalau kiranya mau ada di rumusan ulang, kita

coba untuk melihat satu persatu.

F.PPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Nah usulnya tadi kan begini, meminta bantuan pada pemerintah untuk dapat kiranya

mengambil hal-hal yang kira-kira penting itu untuk nanti kita bicarakan lebih lanjut. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ya silahkan.

F.PDIP (DIDI SUPRIYANTO): Ketua, tadi menyimak jawaban pemerintah tadi memang masalah tata caranya yang

kami tanyakan tadi karena tidak sama dengan undang-undang, misalnya tentang angket tadi, sehingga diadopsi di Tata Tetib. Tadi dikatakan begitu sehingga mungkin yang dimaksud Bu Aisyah ini dimasukkan di dalam batang tubuh pasal ini. Nah sementara pemerintah mengatikan itu di Penjelasan dan mekanismenya ada di Tata Tetib.

F.PPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Barangkali yang kita perlukan lebih dahulu nanti rumusan apa yang diambil itu, apakah

tepatnya di naskah Undang-undang nya atau di Penjelasan. Kalau Tata Tetib itu kan bukan urusan kita, itu urusan lain lagi. Demikian, terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Baik. Saya kira begini, untuk waktu yang singkat ini kita tidak mungkin mengerjakan yang

diharapkan sepeti itu karena banyak sekali memang dan itu tentu melalui perenungan dan pekerjaan yang cukup besar. Apa tidak baik kita serahkan kepada pemerintah untuk menyari-patikan, kalau bisa dimasukkan di dalam pasal mungkin usulannya besok bagaimana kalau dimasukkan di dalam pasal, kalau di dalam Penjelasan bagaimana itu di dalam Penjelasan. Bisa diterima begitu Bu Aisyah ? Baik. Silahkan.

KETUA PANSUS (M. YAHYA ZAINI, S.H): Ada usul tambahan Pak ketua. Mumpung masih ingat ini, supaya kita mempunyai

kesamaan persepsi saja. Sekarang DPR kan mempunyai hak atau kewenangan untuk melakukan impeachment Nah, pintunya itu kalau dikaitkan dengan hak-hak dewan atau hakhak anggota itu di mana ? Pelaksanaannya tugas dan wewenang itu kan dilaksanakan melalui hak. Kalau memorandum itu pintu masuknya menyatakan pendapat. Apakah kita juga harus sama begitu? Kalau sama, nanti terjemahan di dalam Tata Tetib lebih mudah. lni mumpung kita masih ingat sebab kalau tidak nanti susah, di mana pintunya.

F.PPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Saya kira memang harus di sini. Cuma barangkali perlu ada rumusan kalimatnya

sepeti apa, sehingga kewenangan itu terasakan dan dapat dilanjutkan. lni kan kewenangan itu nanti untuk diajukan kepada Mahkamah Konstitusi pada MPR. Saya kira perlu ada itu di sini. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ya. Tadi kita mengenai tugas wewenang itu mengajukan pada Mahkamah Konstitusi tapi

perumusannya masih akan diperbaiki. Jadi itu coba mungkin dikaitkan ke sana bagaimana.

Page 74: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

74

F.PG (DRS.H. BAHARUDDIN ARITONANG): Ketua, karena memang juga tadi pemerintah masih menyimpan rumusan tentang

hubungan antar lembaga yang kita bicarakan dan diskusikan barangkali memang di situ mated itu masuknya. Cuma persoalannya memang saya tidak tahu apakah pemerintah masuk mated sepeti itu dalam tata hubungan itu. Kalau memang ada dalam tata hubungan antar lembaga itu barangkali tidak ada persoalan. Tapi kalau memang belum, bagaimana bisa dirumuskan. Memang tadi ada beberapa hal yang memang kita sepakati termasuk persoalan tentang posisi. Mau kita apakan itu Perpu. ltu juga kan tadi kita bicarakan. Mungkin supaya sekretaris jangan lupa besok soalnya kadang-kadang memang terlalu banyak persoalan, tau­tau hanya pembicaraan, kita lihat di sana malah besok ngga ada. ltu yang saya takutkan. Mohon maaf pemerintah mungkin memberi jawaban terhadap itu Pak ketua.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan Pak Ali.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Saya merespon apa yang disampaikan oleh Pak Yahya tadi. Pintu masuk kalau DPR

itu bisa meminta impeachment itu apa ? Menurut saya berbeda dengan mekanisme impeachment TAP Ill tahun 78. TAP Ill tahun 78 kan ada memorandum I, II, Ill dan sebagainya ya. Tapi kalau ini tidak ada karena ini berkaitan dengan tuduhan DPR yang klasifikasinya sudah jelas di pasal 6 yang berkaitan presiden bisa diberhentikan apabila high crime, mengkhianati negara dan sebagainya. Jadi pintu masuknya hanya itu. Tapi terlebih dahulu dia minta Mahkamah Konstitusi apakah benar. Setelah Mahkamah Konstitusi, MPR. Setelah itu Mahkamah Konstitusi mengatakan salah, kita rapat DPR. Setelah rapat DPR minta SI, kan gitu. lni di pasal 7 nya sudah jelas mekanisme impeachment nya itu, tidak usah diatur. Tapi sebagai hubungan antar lembaga negara itu nanti bisa masuk juga seperti itu.

KETUA PANSUS (M. YAHYA ZAINI, S.H): Begini, mau tanya Pak Ali Pak ketua. ltu jelas saya kira memang ketika sudah menjadi

fakta itu kan jelas mekanismenya. Tapi bagaimana DPR mengetahui misalnya melalui pintu apa dia tahu bahwa ada dugaan pengkhianatan terhadap negara ? Apakah misalnya DPR rame-rame ? Kan tidak mungkin. Pasti diset melalui anggota atau alat kelengkapan. Kan itu saja pintunya. Secara internal ya. Misalnya mungkin FKB tidak menemukan tapi TNl/POLRI menemukan pengkhianatan terhadap negara dengan bukti-bukti misalnya. ltu bagaimana caranya memunculkan menjadi milik DPR, kira-kira begitu. lya kan ? Harus ada cara-caranya itu. Kalau undang-undang kan 10 orang minimal, kalau menyatakan pendapat minimal 10 orang dengan sekian fraksi misalnya. Nah, kalau ini gimana cara memunculkan sehingga menjadi milik DPR ? Apa tiba-tiba langsung Paripurna misalnya ? ltu juga belum punya bayangan kita. Nah apa tidak mungkin hal-hal semacam itu mumpung kita masih ingat kita gambarkan untuk internal DPR sehingga menjadi milik DPR secara lembaga itu bagaimana caranya. ltu kan sulit. Saya kira itu yang saya maksudkan.

KETUA PANJA (SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ya, saya kira barangkali pemerintah mau menanggapi mengenai wacana yang terakhir

PEMERINTAH Terima kasih. Tadi sore sudah kami nyatakan bahwa kita perlu waktu khusus untuk

menyampaikan mengenai gambaran tata hubungan antar lembaga khususnya yang dibahas di dalam RUU ini. ltu yang petama, dan kami sudah siap sebetulnya untuk menyampaikan bagaimana hubungan itu. Yang kedua, kalau kita menyimak di dalam Undang-undang Dasar pasal 78 ayat (2) itu dinyatakan bahwa : Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa presiden

Page 75: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

75

dan atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi mematuhi syarat sebagai presiden dan atau wakil presiden adalah dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. Jadi melalui pintu haknya yang dinamakan hak pengawasan juga hak untuk menyatakan pendapat. Nah di situlah pointnya masuknya. Nah, bagaimana tata caranya? Nanti prosesnya kami siapkan mengenai alternatif-alternatif berkenaan dengan hubungan antar lembaga itu. ltulah yang nanti akan kita bahas dalam waktu yang khusus kita adakan untuk itu.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Baik. Jadi ini yang dari pemerintah pasal 26 mengenai anggota DPR mempunyai hak

itu sudah kita terima, sekarang tinggal yang dari PDIP mengenai hak memilih dan dipilih dan hak membela diri. Kaitannya dengan Dewan Kehormatan barangkali, kaitannya dengan hal­hal yang lain mungkin, apakah ini bisa dimasukkan sebagai juga hak anggota. Jadi anggota itu bisa dipilih dan juga memilih dalam kaitannya dengan institusi lembaga itu. Nah ini saya kira, apakah itu perlu juga dimasukkan menurut petimbangan kita semua ? Kami persilahkan untuk menanggapi dua hal ini mengenai hak memilih dan dipilih dan hak membela diri. Silahkan kalau ada ? Di Panja hilang, di aslinya itu ya di DIM Pansus saya kira. Silahkan. lni kan hak kita semua yang kita perlukan atau tidak kita perlukan berkaitan dengan hak memilih dan dipilih dan hak membela diri karena kalau kita misalnya dipojokkan sampai kepada dipanggil oleh Dewan Kehormatan atau dituduh dan sesuatu, kita mempunyai hak untuk membela diri. Silahkan.

F.PPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): Pimpinan, ini kan munculnya pada waktu kita membicaraikan hak MPR. Ada itu hak

memilih dan dipilih. Kita melihat di DPR kok ngga ada. ltulah sebabnya waktu itu kita katakan mari kita lihat lagi di DPR. Barangkali memang sebetulnya itu sudah dengan sendirinya tapi

· itupun kalau kita muat di sini juga cukup baik, atinya memang dia mempunyai hak untuk memilih dan dipilih misalnya untuk jabatan-jabatan di lingkungan DPR tentunya, apakah menjadi pimpinan atau di komisi atau di badan-badan dan lain-lain itu adalah hak dari setiap anggota. Nah kemudian juga mengenai hak membela diri, selama ini karena memang belum dilaksanakan tentang hak Dewan Kehormatan dengan aturan-aturan mana yang dilanggar segala macam sehingga belum terasa keperluannya. Tapi kalau itu sudah ada dan Dewan Kehormatan mengatakan si A bersalah dan oleh karena itu dia berhak dan karena kita juga akan ada hak recall nanti tentunya juga perlu ada hak untuk bela diri itu. Dari kami dapat menerima usulan itu dan itu nanti akan kita lengkapi dengan adanya hak recall tapi harus dengan jelas rinciannya. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr.SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Silahkan Pak Kohirin.

FTNl/POLRI (KOHIRIN SUGANDA S, M.Sc) Terima kasih pimpinan. Meskipun di DIM kami hilang menguap tapi kami percaya sama

Pak Didi memang di DIM Pansus ada itu. Kami punya waktu yang petama tentang hak bela diri. Saya kira kita masih ingat, yang petama di Undang-undang Dasar impeachment pun presiden diberikan sebuah media untuk menyampaikan penjelasan di depan Sidang Paripurna. Analog dengan Undang-undang Dasar kami itu juga Ker:nudian dengan Undang-undang nomor 31 tahun 2002 tentang Parpol, kami masih ingat bahwa apabilia akan ada pemecatan "anggota" juga diberikan kesempatan untuk menjelaskan apa kesalahannya akan dipecat. ldentik dengan dua hal tersebut maka kami sependapat hak bela diri tapi mungkin istilahnya jangan bela diri, disesuaikan aja. Bahwa itu memang perlu karena kita juga akan bertekad untuk membuat sebuah kode etik DPR dan MPR. Demikian pimpinan, terima kasih.

Page 76: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

76

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ya. Membela diri itu secara hukum juga ada toh ? Ada kan ?

F.PPP (NY.HJ. AISYAH AMINY, S.H): lni barangkali TNI ingatnya bela diri di Jepang, ngga boleh perang tapi boleh bela diri

tapi tindakannya sama.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Kalau tidak ada pendapat yang berbeda .... Silahkan.

F.PG (PROF.DR.H. RUSTAM E. TAMBURAKA, MA): Di kode etik DPR itu diatur. Jadi kalau ada pengaduan terhadap anggota DPR yang

melakukan tindak yang kurang itu dibentuklah Dewan Kehormatan dan Dewan Kehormatan pada saat memproses bagi yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela diri. Dengan bukti-bukti yang ada, di situlah. Dan apabila terbukti dik.embalikan kepada Pimpinan BAMUS nanti BAMUS yang akan mengadakan keputusan setelah konsultasi dengan Pimpinan fraksinya dari anggota yang bersangkutan. Kalau misalnya tidak terbukti itu harus direhabilitasi nama orang yang bersangkutan. Saya kira begitu Pak ketua. ltu harus diatur di kode etik. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Ya, itu di kode etik sudah diatur tapi pertanyaannya menjadi apakah perlu juga itu

dimasukkan sebagai hak dalam undang-undang? Silahkan Pak Ali Masykur.

F.KB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si): Perlu, dengan keterangannya. Setiap jabatan yang dipilih langsung oleh rakyat itu kan

bisa diberhentikan, tapi sebelum diberhentikan ada pembelaan. Presiden sendiri ketika dia harus diberhentikan itu masih diberi kesempatan membela diri, cuma bahasanya menyampaikan penjelasan. Setelah menyampaikan penjelasan, misalkan MK mengatakan salah tapi dia menjelaskan mengapa mengambiil keputusan sepeti itu dan itu bisa dipahami oleh MPR, dia tidak jadi diberhentikan. Jadi intinya perlu ya.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Baik silahkan pemerintah.

PEMERINTAH: Sebetulnya itu memang satu usul yang wajar-wajar karena substansinya juga baik.

Tetapi kalau saya tidak salah catat dan juga kita semua tidak keliru, di dalam rapat Pansus yang ke-10 itu yang ditandatangani oleh yang terhormat Bapak Yahya Zaini yaitu di dalam DIM 142 dan DIM 143 itu memang ada usulan hak itu tetapi Pansus menyetujui tetap sesuai dengan naskah RUU dengan rumusan sebagai berikut yaitu protokoler saja. Di dalam hal itu usulan dari PDIP memang ada usulan untuk menyampaikan mengenai hak memilih dan dipilih, juga berikutnya ada hak membela diri dan di dalam DIM 143 pasal 26 huruf F itu disetujui Pansus tetap sesuai dengan naskah RUU dengan rumusan sebagai berikut yaitu F : Keuangan dan administratif. Dengan demikian usulan itu hapus, hilang. lni kalau kita mau melihat catatan yang Bapak Ketua Panitia Pansus membubuhkan tanda tangannya di sini. Nah, ini dokumennya ini. Nah, persoalannya kalau memang toh ini satu kekhilafan tetapi posisi ini nanti sebaiknya dilaporkan kepada Pansus lagi. Kami sebetulnya tidak keberatan untuk mencantumkan itu, hanya nanti saya pikir dari Fraksi Patai Golkar tadi sudah memberikan juga solusi yaitu masuk di dalam kode etik dan juga tata tetib. Nah di sana itu bisa diformulasikan bagaimana tata caranya kalau anggota yang terhormat itu diproses oleh Badan ataupun Dewan ataupun Majelis Kehormatan ataupun apalah namanya. Tapi bagi pemerintah tidak keberatan. Terima kasih.

Page 77: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

77

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Baik. Jadi saya kira ini ada hal yang juga raneu. Pada DIM 144 disetujui pembahasan

lebih lanjut diserahkan ke Panja, usul PDIP : A . Protokoler; B . Keuangan dan Administratif. Jadi ini sesuatu yang barangkali yang dimaksud di situ adalah bukan protokoler dan keuangan dan administratif tapi soal yang berkaitan dengan memilih dan dipilih dan hak bela diri. Jadi ini ada beberapa yang ada di sana dan di sini mungkin kesalahan juga. Disetujui pembahasan lebih lanjut diserahkan ke Panja, usul F.PDIP : A. Protokoler; B. Keuangan dan Administratif, ini mohon sekretariat, apa betul usul PDIP mengenai A. Protokoler; B. keuangan dan Administratif itu yang masuk untuk di Panjakan atau yang berkaitan dengan dua hak yang tadi itu sebagai hal yang muneul.

F.PDIP (DIDI SUPRIYANTO): Ketua, kalau protokoler dan keuangan dan administrasi ini kita DIM nya tetap sesuai

sama pemerintah. Tapi kita mengajukan memang dua hal tadi dan kemarin di dalam pembahasan ketika kita bieara masalah MPR toh memilih dipilih kan akhirnya muneul sebagai hak kita. Saya kira dua hak tadi hak yang hakiki yang perlu diletakkan. Sedangkan dari Fraksi Golkar tadi menyinggung masalah kode etik memang nanti mungkin diatur atau bisa juga tidak karena memang nanti kode etik dan tata tetib tentu kita buat sendiri, begitu juga Dewan Kehormatan yang tadinya insidensil kemudian nanti kita buat permanen sehingga tadi juga dari Fraksi Golkar menyatakan setuju untuk dimasukkan di Raneangan Undang-undang ini. Saya kira eatatan yang sebaiknya nanti kita eek di Sekretariat, kalau memang ini kesalahan dari Sekretariat maka ini minta persetujuan di Panja. Tapi kalau ternyata waktu di Pansus sudah dicabut kita minta laporkan ke Pansus bahwa ini memang setelah dibahas kita perlukan hak ini. Terima kasih.

KETUA PANJA (dr. SUKOWALUJO MINTORAHARDJO): Bagaimana bisa disetujui demikian ? Jadi kita laporkan, kita eek dalam soal kaitan ini

karena ini kalau protokoler dibahas lag1i wong sudah disetujui kok minta dibahas di dalam Panja. Aneh juga. lni soalnya hak kita gitu loh. Jangan kita itu mengabaikan hak diri sendiri. Jadi ini saya kira kita laporkan saja kepada Pansus berkaitan dengan itu atau kita eek kepada rekaman itu bagaimana mengenai hak usul PDIP ini. Nah kemudian ini yang dari FPP usulannya itu mengenai semuanya judul-judulnya ( heading-headingnya ) sudah ada sepeti ini. Kemudian di sini juga ada penjelasan yang setingkat misalnya hak menyampaikan usul dan pendapat. Setiap anggota DPR berhak menyampaikan usul dan pendapat seeara lisan maupun tetulis. Nah apakah itu akan masuk di dalam penjelasan rumusan-rumusan penyempurnaan dari yang sudah singkat-singkat ini atau dimasukan didalam penjelasan kami minta bantuan dari Pemerintah untuk eoba menyusun mana baiknya kalau itu tidak berubah hal yang disini dimasukan didalam penjelasan, usulannya bagaimana dimasukan didalam bunyi ayat ayatnya itu bagaimana bunyi bunyiannya kita buka saja peluang maupun itu makna nanti membutuhkan waktu kira kira mungkin sepuluh menit atau lima belas menit untuk melihat rumusan yang disampaikan Pemerintah mengakomodasi yang apa yang sudah dikerjakan seeara, konkordan tadi bisa disetujui setuju rapat.

PEMERINTAH: Mohon ijin kalautoh itu nanti ada poin poin yang memang pantas dan layak masuk

didalam pasal ataupun ayat ini sebatas pada poko pokonya kemudian uraian lebih rinci itu didalam penjelasan, dan memang perlu masuk didalam ruangnya kamarnya tata tetib tiap tiap tata tetib, jadi ini ini kesepakatannya begitu.

KETUA RAPAT PANJA: Jangan anu kumpul masuk susah susah dimasuk masukin itu tidak anu.

Page 78: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

78

KETUA PANSUS ( M YAHYA ZAINI): Sebelum berlanjut Sapak Ketua sebelum kepada kewajiban ini juga kasus ini, DPR ini

diera Repormasi ini berulang ulang digugat oleh kelompok lain atau Masyarakat Pa Saiful pernah mewakili DPR ini ketika digugat oleh Pemerintah Kabupaten Kota Pesaman barang kali saya tida tahu bagaimana mengaturnya didalam apakah layak misalnya diatur didalam Undang undang atau cukup di tata tertib, dikasus sekarang sering kita digugat keputusan keputusan DPR ini, wancana saja yah.

F.PPP (H.M. SJAIFUL RACHMAN, SH): Sebagai tambahan saja jadi selama ini sudah lima kali DPR itu digugat oleh yang

dengan oleh mengatasnamakan LSM, jadi ini baik gugatan itu melalui yang namanya Pengadilan atau Legelstending yah, itu petama itu mengenai pemekaran di Pengadilan Pasaaman kemudian yang kedua mengenai penyelesaian Undang undang Advokat di Pengadilan Negeri Medan, kemudian yang ketiga di Jakata Selatan berkaitan dengan Anggota yang diduga tidak menyelesaikan menyerahkan KPKN, dan di Jakarta Pusat itu berkaitan dengan tugas tugas yang seolah olah DPR tidak melakukan Sosialisasi masalah penyelesaian Undang undang jadi setidak tidaknya hat itulah yang sekalipuil memang Mahkamah Agung telah membuat peraturan Mahkamah Agung, mengenai tata cara pengajuan gugatan sesai acara tersebut oleh karena itu tepat sekali apa yang ditanyakan oleh Ketua Pansus ini bagaimana hat hat tersebut kemudian hari tidak terulang kembali terimakasih Pimpinan.

KETUA RAPAT PANJA: Mempersilahkan kepada FPDIP.

F.PDIP (DIDI SUPRIYANTO): ni juga belajar dari pengaalaman ketika satu Sadan di DPR digugat itu Pansus digugat di

Pengadilan nah yang jadi problem adalah kalau Sadan atau lnstitusi DPR itu digugat, siapa yang berhak mewakili mereka begitu nah ini memang secara tegas ini kalau memang ada tolong disebutkankan karena memang waktu itu sempat terjadi hat yang agak sulit juga sehingga memang kalau memang bisa itu ada diatur itu lebih bagus kalau tidak ada yah itu yang mungkin jadi topik pembicaraan kita terima kasiha.

KETUA RAPAT PANJA: Mempersilahkan kepada F PKS:

F.PKB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si.): Kalau kasus ini lnsya Allah, nanti dengan Undang undang Mahkamah Konsitusi akan

lebih terperinci yah kalau itu berkaitan dengan subtansi Perundang undangan yudi terpiu, pertanyaannya siapa yang bisa menggugat apakah lndipidu apakah Organisasi apakah Komisi umbusmen yang sekarang lagi diterapkan, jadi menurut saya sudah ada jalan keluar yaitu di RUU Mahkamah Konsitusi terimakasih.

F.PG (M YAHYA ZAINI SH): ltu kalau kalau selisih antar Lembaga saya kira Mahkamah Konsitusi tapi kalau yang

menggugat Masyarakat itukan siapa yang mewakili kira kira begitu pengaturannya bagaimana Undang undang atau Tata tertib begitu yang terkait dengan gugatan erhadap Lembaga DPR, padahal misalnya yang digugat adalah alat kelengkapan Pansus misalnya berbagai macam kelengkapan yang digugat bisa DPR secara Lembaganya itu juga ada beberapa kasus yang kita alamai darui Pemerintah ada barabangkali atau Pa Kohirin.

F.POLRl/TNI (KOHIRIN SUGANDA S, M.Si.): Terima kasih Pimpinan saya kira mungkin perlu beterima kasih dengan adanya

Repormasi karena Masyarakat menuntutnya dengan DPRD meskipun beberapa Daerah masih ada pengeprukan begitu, jadi kita bersukur itu satu namun demikian kitapun bukan

Page 79: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

79

berarti akan kosisten terhadap hukum justru kita bergembirakan Demokrasi adalah penegak hukum, justru itu perlu kita ada sebuah ketentuan siapa yang akan menangani kalau insitusi DPR dalam rangka Kelembagaannya ada tuntutan kalau dari tadi masalah Undang undang melaui MK, jelas tetapi dimaksud juga selain masalah Undang-undang masalah kinerja yang paling mendesak sekarang katakanlah kehadiran yang tidak porum mungkin suatu saat ini akan ada klexexsen ini buat kita dan ini siapa apakah di Sekjen DPR yang hukum atau kita sendiri membentuk sepeti yang sudah dilaksanakan selama ini, nah ini memang perlu ada pengaturannya saya kira Pimpinan tereima kasih.

KETUA RAPAT PANJA: Mempersilahkan.

FPDIP (DIDI SUPRIYANTO): Tambahan saja Bapak Ketua, tadi menyangkut masdalah hasil Perundang undangan

memang nanti Mahkamah Konsitusi jalan keluarnya tapi kalau tadi disinggung masalah kinerja atau hasil dari Badan Perlengkapan dari DPR, apakah Pengadilan ini mempunyai kewenangan begitu sehingga kalau yang kemarinkan ternyata Pengadilan tidak mempunyai kewenangan iyakan begitu tapi kalau tidak diatur apakah perlu juga diatur begitu terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT PANJA: Mempersilahkan.

F.PPP (DRS. H.M. ABDUH PADARE): Saudara Ketua ini saya mengalami dengan ke Sekjenan, terutama standing di Jakata

Selatan kalau saya ditunjuk karena terlambat mengajukan padahal saya bukan Ang1gota ini kerjanya selain tidak beres saya bukan Anggota sudah dituntut, dan oleh Sekjen oleh DPR juga juga oleh Biro Humas dari Sekjen, jadi cuma istilahnya disini perlu apa diberikan satu ada istilah pembelaan pintu itu tapi sudah berjalan ini ternyata pengadilan Jakara Selatan menolak semua tuntutan dari pada apa itu namanya penggugat ini jadi tidak ada gunanya bagi mereka sebab memang tidak benar ini hanya pencari pepuleritas istilahnya Hakim itu dan cari tujuan itu tidak bisa, saya bilang tidak bisa peras peras kita ini pertama kita benar ternyata diputuskan cuma habis waktu ada delapan kali kita kesana Pak Pimpinan, jadi termasuk diwakili Pa Saiful menugaskan dari ke Sekjwenan, Biro Humas jadi perlu diberikan satu cantolan atau istilah pembelaan DPR juga sepeti Anggota kan apakah istilahnya begitu intinya begitu.

Jadi harus ada pembelaan dan Departeman Sosial juga digugat Depatemen Keuangan juga digugat karena dia dianggap lalai tidak menutup Uang uang itu, dari KPKN juga musti masuk tapi dibiarkan begitu akhirnja Depatemen Keuangan datang juga dari DPR juga datang, dan ternyata semua ditolak itu karena memang tidak rasional itu terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT PANJA: Mempersilahkan.

F.PG (DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG): Ketua saya selohan saja apa tidak masalah septi ini urusan nanti ditatib kita atur

bukan di Undang undang ini kami cuma masalah internal saja siapa yang mewakili atau membuat Pembelaan terhadap DPR karena itu saya bayangkan bayangan saya itu Internal DPR, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT PANJA: Silahkan Pak Sumanjaya.

Page 80: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

80

F.REPORMASI (H. T.B. SOEMANDJAJA SD): Bapak Ketua saya melihat masalah perbedaan pendapat misalnya saran dari Bapak

Aritonang tadi memang memadai untuk dimasukan ditatib, tapi bobotnya itu instusitusi tidak memungkinkan karena tekait dengan masyarakat begitu oleh karena itu patut kiranya kita pertimbangkan untuk adanya satu landasan atau satu katakanlah pitu dari istilah Pa Abduh tadi, yang memungkinkan instusitusi itu bisa melakukan tindakan dengan pihak pihak lain kalau tatibkan cendrung kepada pengaturan kedalam tapi ini kita sekalilagi harus ada tindakan Hukum keluar, demikian Bapak Pimpinan.

KETUA RAPAT PANJA: Sebelum kita coba kontruksinya inikan digugat oleh Masyarakat oleh karena sesuatu

keputusan Komisi atau DPR secara lnstusi Sekretariat Jenderal dan alat alat kelengkapan DPR lainnya, kalau di Pemerintah itu Masyarakat menggugat keputusan yang dibuat oleh Pejabat Negara itu melalui Peradilan Tun, apakah utusan DPR sebagai suatu Lembaga Legislatif yang mempunyai fungsi Pengawasan funsi Anggran dan sebagainya itukan keputusan keputusan misalnya bisa digugat Masyarkat itu yang sepeti sudah pernah terjadi dan g1ugatannya itu melalui apa apakah melalui itu sebagai putusan Tata Usaha Negara, apakah keputusan melalui Pengadilan Umum nah ini saya kira dan selama ini pengalamannya kalau itu digugat sebagai ini bagaimana Hakim menyikapi apakah itu tidabisa kita jadikan memacam jurispodensi berkaitan dengan jenis gugatan gugatan sepeti itu.

Nah secara politis menurut Undang undang ini apakah bisa dalam satu kausulah itu yang menyatakan bahwa putusan putusan DPR dalam kaitan dengan fungsi fungsinya ini tidak bisa di gugat begitu atinya ada satu yang memberikan ruang lingkup atau memberikan imunitah dari gugatan dan tuntutan semacam itu apakah bisa sepeti itu nah ini saya kira tidak dijawab untuk malam ini tapi mungkin kita renungkan dan pikiran pikiran itu kita catat Sekretariat tolong catat kalau itu mungkin hak dasar penolakan Hakim itu hanya bisa kita jadikan sebagai satu rumusan bahwa memang tidak relepan gugatan itu menjadi utusan DPR, dalam kaitannya dengan fungsi Anggaran fungsi ini fungsi itu tidak bisa digugat melalui Lembaga Peradilan jadi ini ini pikiran berkaitan dengan pengalaman itu.

Nah kalau itu misalnya memang ada Hakim pernah memberikan melayani itu dan proses sebagai satu gugatan yang berproses didalam Pengadilan dan keputusannya bagaimana mungkin itu kita jadikan sesuatu bahwa didalam Intern DPR mutinya ada Lembaga yang Khusus membantu dan yang khusus membantu kalau ada hal hal yang berkaitan dengan gugatan gugatan itu menjadi fungsi dari Lembaga ini menghadapi gugatan gugatan Masyarakat itu sendiri.

F.PPP (DRS. H.M.ABDUH PADARE): Begini Pa, menurut Peradilan adanya penggugat apakah itu merupakan Leglistending

atau itu mutlak wajib diladeni wajib diladeni tidak bisa tidak bukan rolok membikin gugatan itu wajib dan harus dihadiri harus diproses, proses bukan sekali dua kali habis waktu kalau saya sendiri lakukan itu mengikuti kalau tidak akan ada lagi keputusan apa itu bukan tidak hadir diputusankan tetap dianggap keliru dan salah dia, nah tinggal keputusannya Hakim itu kalau boleh subtansinya tidak benar prosedurnya tidak benar ditolak sepeti terjadi sekarang ini, di KPKN saya dengan DPR Menteri Keuangan juga begitu, tidak bisa dihadiri terpaksa harus dihadiri itu tuntutan Masyarakat walaupun istilah Ligalestending itu, nah disini dan disini ada perlunya satu cantolannya barangkali itu maksudnya terpaksa lbu Sekjen itu menunjuk Biro Hukum.

KETUA RAPAT PANJA: Silahkan.

Page 81: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

81

F.PPP (H. SJAIFUL RACHMAN, SH): Jadi mungkin begini Pa, selama ini sesuai dengan tatib Dewan juga jadi karena dari

institusi tetap ini harusd punya Legalitas bahwa yang mewakili DPR ini adalah harus memenuhi ketentuan ketentuan Tatib itu, makanya barang kali rekan rekan atau kita semua pernah mendengan pada setiap ada gugatan paxesen itu dibacakan dalam rapat Paripurna bahwa DPR telah mendapat gugatan dan pada waktu itu dimintakan kepada sidang untuk memberikan kuasa pada kuasa kepada Team, yaitu berdasarkan keputusan Rapat Paripurna itulah jadi Team Legalitas berdasarkan Rapat Paripurna maka dibentuklah Team, dan kebetulan team itu ditugaskan kepada Komisi II, dan kebetulan juga saya selaku Ketua dari team itu, nah itu Legalitas yang selama ini yang berhubungan berhadapan dengan Pihak pihak penggugat itu jadi itu petama Legalitas dari pada DPR ini berdasarkan Rapat Paripurna Kewenangannya oleh karena itu setelah gugatan diproses oleh Pengadilan maka team itu melaporkan juga kepada Paripurna, maka demikiannlah yang berulangkali team ini mendapat kuasa yang terus menerus dari Dewan.

Kemudian mengenai pelaksanaan mengenai kepengadilan team inilah memberikan subtitusi kepada Biro Hukum, karena kalau kami harus berulangkali kepengadilan sepeti dikemukakan tadi itu pada subtansinya hanya menghadiri saja tapi semua mated itu yang membuat kami dari team itu tadi, kami digodok di team kemudian diserahkan hanya untuk mengantarkan pendapat itu atau jawaban itu yaitu memberikan kuasa kepada Biro Hukum, yaitu mengenai pihak dari DPR kemudian adapun mengenai tadi mated gugatan tata cara atau siapa yang hak hak apa saja yang memang itu dapat diajukan gugatan itu Mahkamah Agung, telah membuat Peraturan Mahkamah Agung perma yah yaitu mengenai tata cara pengajuan gugatan atau Legelistending itu semua sudah dirinci.

Dan dijelaskan lebih lanjut semua gugatan yang diajukan oleh para pihak itu yang antara lainmembuat DPR ini, dan semuanya ditolak oleh Pengadilan penolakan itu petama ada yang sepeti Pariaman Padang Pariaman itu adalah Syarat syarat pengjuan gugatan itu adalah tidak sesuai dengan perma itu, kemudian kalau yang lain lain itu adalah subtansi dari pada gugatan itu adalah betentangan dengan seharusnya karena Dewan ini adalah mengenai Hukum Butik sedangkan digugatnya di Peradilan Umum barangkali sebagai tambahan penjelasan teima kasih Ketua.

KETUA RAPAT PANJA: Jadi apakah kalau ini diskusi ini akan buruknya

F.PG ( DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG): Sebetulnya adanya petanyaan saya ini apakah dibubarkan atau Aparat DPR bukan

tidak mau digugat kalau memang lmunitas DPR tidak boleh digugat menuru saya itu memang bagus tapi itu.

KETUA RAPAT PANJA: Mempersilahkan.

F.PG (HJ. EVITA ASMALDA, SH): Masalah lmunitas tadi Bapak Ketua sampaikan kita melihat mungkin dari Pa Dirjen tadi

dipikirkan juga memang untuk ada satu pasal yang kita muat mengenai Antar Lembaga, memang tadi disebut Ketua bukan disebutkan Masyarakat dan sebetulnyakan kewenangan wewenang yang dimiliki oleh DPR dalam salah satu adalah membentuk Undang undang itukan dia tidak serirus pembahasan dari mulai proses dan sebagainya itu bersama sama dan unsur yang dimasukanpun itu melibatkan unsur Masyarkat dan instusitusi ini Lembaga Negara ini sudah tetuang dengan fungsi tugas wewenang itu yang dijabarkan dalam Undang undang Dasar.

Nah apakah sebetulnya dan memang ini satu hal yang aneh disebut era Repormasi ini apakah ini karena memang Repormasi yang merasa bebas sebebas bebasnya dan sebagainya semua demikian padahal saya bahwa banyak yang salah alamat sebetulnya kepada DPR karena kewenangan kita dalam membuat membentuk itukan bukan individu

Page 82: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

82

individu tapi sudah atas nama Lemabaga institusinya lain kalau tuntutan itu yang diajukan kepada orang perorang, itu sama semua dihadapan hukum karena untuk membedakan ini dengan instusi Bapak Ketua, saya sama sependapat itu apakah kita tidak memuat bahwa yang justru tadi memang kita perkembang didiskusikan ini mengenai imunitas itu adalah Anggota,

Dan mengapa tidak imunitas ini imunitas Lembaga berkaitan dengan dikembangkan sependapat saya kita dallam wancana ini mungkin juga dipetimbangkan hal hal yang baru mungkin dari Pemerintah dan tadi Pa Saeful sudah uraikan yang sebetulnya diletakan Pengadilan juga tidak bisa selain karena itu juga karena yaitu tadikan semua prodak yang dihasilkan oleh Dewan itu adalah berdasarkan Lembaga jadi tida orang perorang tapi itupun dibahas bersama sama apalagi nanti kedepan inikan juga sangat lebih luas lagi kita melibatkan jadi sebetulnya ini juga untuk sebagai pembelajaran dan juga untuk supaya halayak namun masyarakat luas tahu mengnai ini karena berkaitan dengan fungsi dan peran dari wewenang dari Lembaga ini terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT PANJA : Mempersilahkan.

F.PKB ( DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si.): Petanyaannya hanya satu apakah DPR itu sebagai subyek Hukum atau tidak menurut

saya subyek Hukum, kalau subyek Hukum dia bisa digugat menurut saya itu jadi ada berbeda pendapat yang mengatakan lmunitas itu menyebabkan DPR nanti bisa disentuh Hukum, jadi menurut saya kalau kenyataannya Subyek Hukum dan memang praktek lapangannya digugat maka ada perlu ada payung payungnya itu hak pembelaan itu tidak sebagai hak lndipidu sebagai Anggota juga tetap Lembaga, silahkan menggugat tetapi kita punya hak membelakan ini cantelannya menurut saya, i1ya atinya tadikan dipetanyakan cantolannya apa begituloh menurut saya kalau indipidu bisa membela diri di Lembaga juga bisa membela diri satu itu, kemudian yang saya sampaikan kalau hubungannya dengan ketidak puasannya itu produk Undang undang maka lewatnya yudisial review, tapi kalau kinerja atau perilaku insitusi kalau itu nanti klass exsen begitu.

KETUA RAPAT PANJA : Oke saya kira kita inikan bukan bagian yang masuk didalam penugasan Pansus untuk

jadi sebagai diskusi baik baiksaja tapi waktu ini setengah jam habis untuk ini begituloh jadi saya merasa terima kasih karena boleh mendeng~r kan diskusi yang begitu bagus tapi waktu tinggal sepuluh menit sementara ada beberapa hal yang perlu khusus yang berkaitan dengan hak hak dengan Anggota ini sesuai dengan kewajiban kewajiban Anggota ini banyak sekali yang mesti harus dibahas waktu tinggal sepuluh · menit kalau menurut saya masih bisa kita satu dua poin yang bisa kita selesaikan juga cukup bagus pertama yang berkenaan pasal 27, butir b, disetujui pembahasan lebih lanjut diserahkan ke Panja penulisan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia agar disesuaikan korkordan dan sebagainya.

Jadi disini ada kewajiban untuk melaksanakan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dan menaati atau mentaati segala peraturan Perundang undangan jadi ini sebenarnya ada juga sikap sebenarnya menjungjung tinggi supermasi hukum dan sesuai dengan sumpah jabatan atau Anggota DPR apakah bisa disetujui setuju oke.

Jadi menerima dan mengikutsetakan DPD ikut membahas susulan rancang Undang. undang yang disampaikan DPD, saya pikir ini poin yang ini sebenarnya pantasnya itu dimasukan kedepan melaksanakan tugas dan kewenangan bukan kewajibar:i Anggota DPR ini justru hubungan DPR dengan institusi dengan DPD jadi bisa kewajiban Lembaga kalau itu bisa menjadi satu kewajiban Lembaga atinya apa DPR sebagai lembaga wajib menerima da.n wajib mengikutsertakan DPD membahas usulan Rancangan Undang undang yang disampaikan DPD itu sebagai kewajiban Lembaga jadi menerima dan itu adalah bentuk kewajiban Jadi kalau tugas menerima tetapi kewajiban.

Page 83: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

83

PEMERINTAH: Mohon izin Bapak Ketua, tadi kami sudah melaporkan berkenaan dengan usul usul

yang bagus dari lbu dan bapak bapak khususnya dari F.PDIP, dan juga fraksi Patai Golkar, itu usul yang terpormasikan dalam butir e,f,dan g, itu :merupakan satu tugas intitusi jadi itu masuk kedepan jadi begitu Bapak Pimpinan terima kasih.

KETUA RAPAT PANJA: Baik kedepan tapi rumusannya supaya menjadi rumusan tugas kita serahkan

rumusannya Pemerintah untuk merumuskan bersama tim perumus atau apa menjadi rumusan tugas bisa begitu setuju oke.

Nah DIM 152, itukan sama yang kaitanrwa dengan sudah adakan FPKB menindak lanjuti hasil pemeriksaannya yang disampaikan oleh i BPK MKB menindaklanjuti hasil pemerikaan yang disampaikan oleh BPK kan tadi sudah ada itu yang di depan justru, meningkatkan kesejahteraan rakyat nah ini anggota wajib : meningkatkan kesejahteraan rakyat itu anggota datang sendiri sendiri anu itu honorer yang honornya yang anu itu ya, nah MKB itu bukan langsung meningkatkan tapi :memperhatikan kesejahteraan rakyat dalam pembentukan undang-undang dalam kebijakan ar;iggaran dalam ide dan sebagainya dalam pelaksanan untuk melaksanakan tugas selalu wajib memperhatikan kepentingan kesejahteraan rakyat, ya tapi ini sudah ke Timmus oh ya Timmus, rumusan anu maaf, maaf, maaf itu, ya, sudah-sudah.

FKB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si.): yang 152 dari usul FKB itu jadi menindak lanjuti hasil pemeriksaaan yang dihasilkan

oleh BPK itu, ya itu institusi , saya, kami mengusulkan itu bisa enggak untuk menjadi anggota juga, institusi .oke,

KETUA PANJA: yang 156 sekarang, 153 kan sudah itu ini hanya Timmus yang tadi itu e f g, ya ini h k

memberikan petanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihan, ini melalui dialog pertemuan tenbuka yang dilakukan FPG itu.

FPG (Hj. EVITA ASMALDA, SH): usulan kami itu dari FPG kami mengangg~p ini perlu begini Pak Ketua sepeti kemaren

ada penjelasan Pak Menteri wah kalau begitu apa bedanya dengan kampanye, tolong jangan berpikiran sepeRti kita berkampanye istilah petertiuan terbuka itu kan dalam ruangan tetutup dan kapasitas orang tetentu tidak banyak tapi rriemang terbuk.a siapapun oleh hadir pada saat itu, kemudian dilakukan dialog kan tidak semua juga, namanya dia walau bagaimana harus menyerap aspirasi juga kita harus bisa mienyampaikan informasi-informasi yang ada, saya fikir ada satu tanggung jawab kita secara moral dan politis itu wujud konkritnya seperti apa, dan bukan apa kita mencoba untuk pembe1lajaran juga, ini ketua, karena selama ini kan kita memang kita tahu sulit sekali untuk mendapatkan sanksi moral sebetulnya, karena walupun bagaimana tuntutannya kepada kita masing-masing, tapi saya fikir tidak terlampau berlebihan kalau kita mencoba untuk wujud konkritnya itu seperti apa dan itu juga tidak terlampau sulit untuk dilakukan gitu, jadi tentunya istilahnya semoga untuk nanti tidak demikian sekarang ini ada istilah begini, pada saatnya sidang tidak ada di ruang sidang pada mengatakan ini kan konstituen atau betemu dan sebagainya, tapi pada waktunya reses yang memangnya yang harus kembali kedaerahnya justru juga tidak ada, lho kan DPR itu perlu sidang-sidang misalnya, ini memang ada hal-hal semacam itu yang kita kan berharap bahwa untuk kedepan ini proses itu kita lebih transparanlah dan juga betul-betul mengemban amanat wakil rakyat itu juga ya istilahnya minimal kepada konstituen nya masing-masing sehingga apa yang dia kerjakan juga bisa di sampaikan, saya fikir ini bukan hal yang sangat menakutkan, dan itu suatu kewajiban dan memang mungkin ini selama ini juga kita sudah lakukan itu, apa salahnya kalau ini kita coba dalam rumusan ini terima kasih.

Page 84: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

84

KETUA PANJA: Silahkan, Bu Aisyah Amini.

FPPP (Hj.AISYAH AMINY, SH): Ya, usulnya adalah bagus sekali, cuma implementasinya apakah tidak akan mengalami

kesulitan, misalnya dalam Pemilu yang akan datang itu kan daerah pemlihan bukan nanti akan gede dari bagian dari propinsi jadi atinya konstituennya adalah di propinsi itu, mungkin kalau pertemuan di satu Kabupaten tidak cukup apakah mungkin bisa dilakukan itu, sebab kita juga belum tahu konstituen perorangan kita itu siapa saja, sebab yang dipilihnya itu ada beberapa patai, tidak hanya satu partai jadi prinsipnya setuju, tapi pelaksanaannya kalau bunyinya sepeti ini akan mengalami kesulitan dan tidak terlaksana, maka akan ada gugatangugatan dari masyarakat ini ada tetulis kenapa anda tidak mengadakan petemuan dialog terbuka, nah mungkin kita cari lagi bagaimana caranya petanggungjawaban secara moral dan politis ini realisasinya bagaimana mungkin itu yang lebih divisualisasikan tapi cukup dapat dilaksanakan dengan baik, demikian terimakasih.

KETUA PANJA: Silakan Pak.

FPDIP (DIDI SUPRIYANTO): Terimakasih Ketua, sebetulnya semangatnya sudah masuk di dalam DIM Pemerintah

itu yah, bahwa petanggungjawaban moral itu sudah diatur, tapi kalau lebih dirinci sepeti Bu Aisyah Amini tadi dikatakan implementasinya kita kuatir gitu nanti, j,adi sekarang gini lho kita ini kan setiap anggota itu penugasannya sangat berlainan ada yang anggota itu sampai over loaded penugasannya karena dia ada OPP misalnya, sebagai pengurus DPP, atau dia sebagai Pimpinan Komisi, atau sebagai Pimpinan Badan, yang sehingga karena kesulitan waktunya sampai tidak sempat, walaupun sekali-kali masih ada, nah kalau diatur secara eksplisit sepeti ini nantinya akhirnya jadi perangkap buat kita, bukan kita engak setuju, kita sangat setuju, memang idealnya memang begitu, semua memang harus begitu tapi apakah harus secara eksplisit di atur sepeti ini, bagi PDIP menganggap bahwa yang dianjurkan Pemerintah sudah sangat cukup, sesuai dan sebagai tanggung jawab kita sebagai anggota Dewan.

KETUA PANJA: Silahkan Pak Ali Masykur.

FKB (DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si.): Terimakasih, yang petama kami menyampaikan posisi FKB ini rumusannya kan sama

dengan Pemerintah, setelah kami lihat dalam DIM Asli SKB memang bunyinya tetap sama, hanya diberi penjelasan apa maksud dengan petanggung jawaban itu, sebetulnya mirip juga penjelasan yang kami buat didalam DIM Asli FKB mirip dengan yang disampaikan oleh FPG, hanya tidak dialg terbuka dan sebagainya, jadi seorang anggota DPR selain menjalankan fungsi 3 itu di parlemen, tetapi dia kan juga mempunyai fungsi perwakilan, ya people repretation kan, jadi wakil rakyat, rakyat yang mana, rakyat di daerah pemilihan, Iha ini menurut saya harus ada ukuran, memang kami tidak seketat yang diusulkan oleh FPG, tapi itu megusulkan ada progres jadi didalam melaporkan petanggungjawaban moral dan politis tersebut setiap anggota DPR , memberi!kan progres kepada konstituennya, progres itu nanti bisa lewat pemerintahannya bisa lewat DPRD, bahwa dalam kontek APBN apa yang kita suarakan didalam Panitia Anggaran yang berkaitan dengan daerah pemlihan itu, tapi posisinya di penjelasan tidak didalam Batang tubuh atau pasal, di poin k itu posisi kami terimakasih.

KETUA PANJA : Silakan Pak Abduh Paddare.

Page 85: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

85

FPPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE): Saya kira usul dari FKB, kalau FPKB sama dengan pemerintah, Reformasi itu tetulis

lagi waduh heboh banget, makanya .... itu teknis,, teknis itu, berdialog juga itu teknis, dengan petemuan terbuka itu juga, sepeti dae~ah itu, kalau kita datang aja ketemu-ketemubiasa di warung-warung sudah seneng, sudah seneng itu dateng aja, sek.edar menjelaskan tidak perlu secara serius banget begitu sepanjang anggota tidak dateng, ada, jadi ketemu aja datang kerumahnya jalan-jalan itu malah dia keluarkar;-i duit jamu kita, sudah senang, jadi itulah petemuan kita. Kedatangan itu sendiri mau dialog, mau dilapangan terserah itu jadi fleksibel menurut saya, saya kira begitu aja ndak usah terlalu tinggi, apalagi kalau tadi dari F­Reformasi.

KETUA PANJA: Silakan Pak Soenmandjaja.

F.REFORMASI (H. TB.SOENMANDJAJA SD): Ya, terimakasih Ketua Panja, Pimpinan dan angggta Panja yang saya hormati juga

pemerintah, Berangkat dari dimensi imperis, kemudian ius konstituendum, memang pada akhir;.akhir ini ius konstitutum dasarnya itu yah, tetapi ini petama-tama kami dimensi ipmperius kedua, kita saya berusaha untuk bahwa selama menjadi anggota DPR itu hampir­hampir tidak pernah melakukan penyampaian petanggungjawaban kepada konstituen, kecuali melalui partai politik, melalui DPW, OPP, dan DPD saya memuat laporan tetulis itu bulanan, kalau memperhatikan dipemerintah sungguhpun dianggap cukup tapi ini aswereble, sama sekali tidak terukur dan tidak jelas kriterianya, sekarang moral ukurannya apa, politis ukurannya apa, moral kriterianya apa, poitis juga kriterianya apa, oleh karena itu kalau Pak Ali Masykur Yth, mengatakan dalam penjelasannya kami setuju itu, kedepan sepeti Pa Isa katakan tadi, anggota-anggota DPR itu akan dipiliih patai dan namanya ini, mungkin kedepan bahkan wajahnya yang di coblos, apakah dengan penuh kemesraan atau kebencian yang penting dia di coblos, nah berangkat untuk berkµnjung ke hari esok itulah kemudian Fraksi Reformasi berusaha ingin memberikan satu jalinan komunikasi dengan para konstituen, cuma dalam masalah teknis yang kami sampaikan tadi bahwa laporan kerja secara tetulis ini kepada konstituen tentu tidak kepada pemilih masing-masing karena pemilihan kan tetutup tidak diketahui maka duilakkanlah melalui patai politiknya, nah oleh karena itu kami bahwa usul pemerintah ini seadainya pun akan tetap sepeti ini, saya ingin ada sesuai yang terukur, sebab ini kalimat pidato kalimat ceramah yang semua orang salah subyektif nanti mengukurnya, menterjemahkannya, oleh karena itu silakan saja bunyinya sepeti ini tapi kami tidak menarik usulan, melainkan memasukan kepada saran begitu, formulanya kepada penjelasan kalaupun mau begitu, jadi tetap menghormati Pak Abdullah tadi, bahwa sikap Fraksi Reformasi, karena kecintaan kepada Pemilihnya, jangan merasa mereka dibodohi oleh kerja-kerja yang saya tahu kebanyakan kita tidak bekerja, terimakasih.

KETUA PANJA: Baik, saya kira ini sudah mendekati satu fikiran, kalau kita tawarkan kepada forum ini,

apa yang disampaikan oleh Pak Ali Masykur, pak Sun dan juga Pak Abduh Paddarei. Rumusan Pemerintah itu dan kemudian apa yang menjadi usul penhyempurnaan itu menjadi penjelasan apa yang dimaksud petanggungan jawaban moral, petanggungjawaban politis, bagaimanna teknis mempetanggungjawabkannyFI itu tidak dimuat di dalam bunyi ayatnya tetapi itu di rinci secara lebih terukur, dipenjelasan , ini kira-kira solusi yang mungkin bisa di jadikan solusi dalam rangka kita memang kalau :moral politis itu kan sesuatu yang diawang­awang, bahasa dewa bahasa tadi bahasa seminar bahasa ceramah, bahasa lemhanas atau bahasa apalah dewa-dewa itu, coba itu dipenjelasannya walaupun itu mungkin sekedar contoh sekedar ini masyarakat ini bisa juga merujuk, jadi rujukan bagi masyarakat konstituen you ngerjakan apa berkaitan dengan tanggung jawab moral itu, pemerintah setuju, oh baik, ternyata selesai.

(RAPAT SETUJU).

Page 86: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

86

Nah sekarang pasal 28, walaupun sudah l1ebih jam sepuluh, yang memberi penjelasan Timmus saja, Timmus saja tapi kan bersama pamerintah, Pemerintah kita tugaskan untuk membuat draftnya, apa gunanya ketua bisa perintah, nah ini pasal 28 tadi itu sudah dibacakan, nah dalam kaitan ini kelihatannya dari, usul PPP, FKB, KKI itu sama kelihatannya bunyinya dengan ini, kemudian Fraksi Reforma~i tambahannya atau Sadan Hukum atau Perseorangan, kemudian F-PDU berkaitan dengan kepentingan rakyat bangsa dan negara dan ada kata rakyat, nah berkaitan dengan ini; apakah telah sekian lama direnung dan sebagainya kita melihat apa yang dirumuskan oleh Pemerintah sudah cukup memadai untuk cukup fleksibel memadai tidak terlalu detail dan s:ebagainya tetapi sudah mencakup sesuatu yang diusulkan semua itu, masyarakat, bangsa, negara, rakyat sebagainya itu dicakup dengan kepentingan negara dan bangsa itu sudah cukup menjadi satu mewadahi semuanya. ~m~b~. I

F.REFORMASI {H. TB. SOENMANDJAJA SD): !

Sedikit Ketua, kami hanya terinfirasi oleh : asas null um deliktum itu jadi memang ini orang sunda se-Jabar kami ingin, jadi kami mohon maaf Pak ketua setelah pejabat pemerintah kami memang menginseu ada badan hukum dan perseorangan, kalau memang ini dianggap pemahaman kita adalah sama misalnya tidak putus sepeti ini kami tidak keberatan tapi kami lebih senang bahwa terminologi ini kita sepakati dan ditegaskan karena punya landasandemikian jadi hanya contoh, ya, sepeti yayasan itu kan badan hukum, perusahaan, institusinya, kalau pengurusnya perseorangan kanlebih bisa, misalnya institusilah lembaga-lembaga badan hukum tadi itu, demikian kami kan tidak bisa memaksa, seperti TNI Polri dulu bisa memaksa, jadi ya alam reformasi kami serahkan kepangkuan lbu pertiwi, terimakasih. 1

FKB {DRS. ALI MASYKUR MUSA. M.Si.): Saya mendukung badan hukum, itu belurn tercover di draft pemerintah dan kalau

warga masyarakat atau perseorangan itu sama substansinya, jadi nambah saja koma badan hukum. ·

KETUA PANJA: Silahkan pak Didi.

FPDIP {DIDI SUPRIYANTO): Ya, Fraksi POI Perjuangan juga mendukung ~epenuhnya tentang badan Hukum.

KETUA PANJA: Ya bagaimana Pemerintah ditambah badan hukum.

PEMERINTAH: Karena orang juga merupakan subjek hukum badan hukum juga silahkan tidak ada

persoalan.

KETUA PANJA: Warga masyarakat, badan hukum dan warga masyarakat, bisa disetujui usulan ini.

(RAPAT S!=TUJU).

ni pejabat negara pemerintah atau warga masyarakat menolak permintaan ini kaitannya dengan yang usulan di Bu Evita (nengingatkan jadi ada usulan dari POI Perjuangan Fraksi PP Fraksi FKP, FKKI berkaitan dengan kewajiban untuk memenuhi undangan permintaan keterangan . itu jadi kalau itu misalnya ini jadi ayat satu bisa menjadi ayat duanya, ayat duanya mengatakan bahwa pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, warga masyarakat misalnya wajib menghadiri undangan dalam rangka rapat DPR yang berkaitan dengan permintaan keterangan, Jc;ingan langsung yang menolak itu langsung

Page 87: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

87

di anu gitu yah, jadi saya kira wajib saya kira lebih baik duluan mengatakan wajib untuk memberikan keterangan sebagaimanan dimaksud pada ayat satu, nah baru ayattiganya yang menolak kalau apakah perlu ada ancaman sanksi hukuman itu, jadi yang petama kewajiban diberikan, jadi ayat duanya pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum atau masyarakat wajib memberikan keterangan sebagaimana dimaksud didalam ayat satu. Nah sekarang Ayat tiganya yang menolak untuk memberikan keterangan dalam rangka pelaksanaan ayat satu tersebut dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 1 tahun, ini semua mengutip Undang-undang yang lama, jadi jangan sampai kita tiba-tiba mengatakan nolak itu kan ada kewajiban untuk meberikan keterangan sebagaimana dimaksud ayat 1, pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum atau warga masyarakat yang menolak permintaan keterangan sebagaimana dimaksud tanpa ada alasan yang dapat dipetanggungjawabkan kebenarannya secara hukum diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun, nah setuju.

FPDIP (DIDI SUPRIYANTO}: Setuju Ketua, karena memang ini yang dihilangkan oleh Pemerintah untuk

Rancangan Undang-undang ini dulu ada diatur, hanya saja mungkin apakah perlu disini ada penjelasan tentang kata tanpa ada alasan yang dapat dipetanggungjawabkan, sehingga ada satu kepastian, jadi, disini memang kata-katanya dia tidak hadir tanpa ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Apakah kalimat ini cukup disini atau perlu ada penjelasan tentang makna dari tanpa ada alasan yang dapat dipetanggungjawabkan kebenarannya itu, terimakasih.

KETUA: Silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH: terimakasih untuk tambahan ayat 2 kami setuju kemudian yang dikenakan sanksi

untuk dipetimbangkan ulang, ini kan pengaturan-pengaturan tugas-tugas terus terang aja soal tugas politik, tugas politik sebaiknya jangan dikriminalkan, ini nanti ada satu hal-hal yang, tapi kalau memang hal ayat 3 mau diformulasikan adalah pemanggilan paksa, itu pemanggilan secara paksa, jadi ini karena ini suatu perilaku atau satu kinerja politik jangan sampai kinerja politik ini dikriminalkan, ini saran kami dilakukan pemanggilan secara paksa, artinya minta bantuan polisi untuk diambil.

FPDIP (DIDI SUPRIYANTO}: Pak ketua, saya setuju itu pemanggilan secara paksa, tapi masalah nya begini, kita

bukan cuma memang lembaga ini lembaga politik tapi ketika kita masuk pada masalah substansi-substansi yang lebih detil misalnya masalah yang sekarang ini indosat misalnya, masalah shukoi misalnya disitu ada yang akhirnya nggak datang karena biarin aja DPR panggil mau dianggil mau di paksa masa bodo nggak ada sanksinya ini, orang untuk menghindar bisa aja akhirnya dia nggak datang karena anggak ada sanksi gito Iha, nah apakah hal ini ini masih diperlukan kalau akhirnya kita masih mendapatkan kendala sepeti itu, terimakasih.

F.REFORMASI (H. TB. SOENMANDJAJA SD): Saya ketua, Terimakasih, saya bisa memahami pernyataan dari pihak perwakilan

pemerintah juga dari flot Pak didi tadi, memang kalau kita lihat di undang-undang dipatai politik pun ada permsalahan hukum disitu, ada tindak pidana, saya kira ini bukan soal kriminalisasi dalam masalah ini, dan juga yang kedua kita tidak tahu yuridufikasinya kemana nanti itu kalau terjadi pelanggaran terhadap undangan DPR itu Ketua, kecuali kalau ada undang-undang khusus barangkali mengatur tentang lembaga negara sehingga ada pernyataan Contemp of parlemennya itu di sana, saya sampai hari ini belum mendapatkan jaminan kemungkinan adanya peraturan perundang-undangan itu, oleh karena alasan itulah walaupun dari Fraksi Reformasi tidak mengajukan secara khsusus, Ketua, tapi konvensi atau

Page 88: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

88

katakanlah belajar dari Undang-undang No. 4 tahun 1999 disana ada penegasan itu, oleh karena itu memang perlu kita petimbangkan kemaslahatannya apa dicantumkan secara eksplisit dengan tegas atau tadi itu mempetimbangakan saran dari pemerintah, saya melihat disini karena sekarang ini adalah era reformasi dan kita sepakat menjunjung tinggi supermasi. hukum maka tidak aib kiranya apabila pasal itu ditetapkan disini demikian ketua terimakasih.

KETUA: Baik Pak Syaiful.

FPPP (HM. SJAIFUL RACHMAN, SH): Tambahan terimaksih ketua, sepetinya yang barusan disampaikan oleh Yth. Fraksi

Reformasi butir-butimya salah satu itulah yang ingin saya sampaikan, mohon maaf ini Pak, hanya bapak lebih dulu, jadi bukan mengutip, kemudian yang kedua apa yang disampaikan oleh pemerintah kalau tadi ada dikemukakan panggilan paksa barangkali ini perlu dicermati,apakah katakanlah aparat pemerintah kita dalam hal ini kepolisian, itu juga dapat menjangkau misalkan dalam tanda kutip misalkan memang yang sulit dijangkau ini juga satu permasalahan kalau memang itu misalkan dilakukan panggilan paksa karena itu barangkali apa yang dikhawatirkan oleh Pak Didi menjadi cukup alasan juga bagi kami juga menjadi perlu dipertimbangkan apakah kalau dengan panggilan paksa itu memang telah sesuai dengan apa yang kita harapkan bila yang berangkutan ini tidak hadir di DPR, demikian Ketua. Terimakasih.

FPPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE): Saya bukanlah ahli hukum tetapi mengeti sedikit-sedikit, tapi kalau yang namanya

hukum identik dengan ada sanksi, ada akibat jera itu intinya, membikin jerah atau kapok, jadi kalau istiah tadi itu tidak segera hukum kriminal tidak otomatis itu pak ini hanya memikin jerah dia supaya taat dan menjadi kapok dan tidak mebikin berulang dan jadi jangan meremehkan oleh karena itu kalau Polisi atau Kapolri memanggil seorang Menteri nggak bakalan datang dan itu pasti, dan disini bermain moral kalau toh sudah diberikan sanksi tak dilakukan berati moralnya bejat, kan begitu kira-kira, oleh karena saya sependapat tanpa megurangi usul dari pemerintah itu dan pemerintah itu barangkali agak sedikit halus, sebenarnya sama intinya juga untuk membikin supaya dipaksakan lebih kasar lagi sebenarnya, apalagi kondisi di seret-seret gitu, oleh karena itu hukuman itu terbaik kalau tidak dilakukan malu itu oleh karena itu diharapkan supaya tetap saja ada hukuman sesuai kelasnya kira-kira tingkatannya, 1 tahun atau 2 tahun tetrserah saya kkira begitu.

FPG (DRS. H. BAHARUDDIN ARITONANG): Saya memandangnya dari sisi yang lain mohon maaf teman-teman, dan realistis saja

saya ini, selama ini sesungguhnya mated substansi ini ada, tapi yah bolak-balik, sering nggak mau datang juga tidak apa-apa, faktanya tida ada sanksi hukumnya uga enggak ada, ini walaupun fraksi kami mengusulkan sepeti itu, dan kemudian mungkin petanyaan saya juga rasanya juga tidak per kalau misalnya untuk memanggil orang kemudian kita berikan sanksi sementara anggota DPR tidak pernah hadir tidak ada sanksinya. Ya kan, kalau begitu buat saja seimbang, kalau yang enggak pernah hadir diancam hukuman 1 tahun, mungkin lebih per lagi, jadi dua sisi, jadi jangan hanya keluar saja melihat, tapi juga kedalam mungkin ada, kalau tidak barangkali yang lebih tadi aja sanksi hukumannya mungkin lupa pemaksaan pemanggilan paksaan, realisitis saja lah dan itupun sebenarnya yang paling serendahrendahnya iman, manggil paksa kan paling tidak kita doakan tidak selamat, untuk sanksi moral saja. Dan saya fikir juga dari mana jalannya nanti, mungin kita perlu petimbangkan walaupun fraksi kami juga megusulkan hal sepeti itu.

KE TUA: Jadi ini, sudah jam setengan sebelas kurang lima menit, apakah masih kita putar dulu

atau kita endapkan, untuk kita lihat mana paling tepat, tapi yang jelas saya memahaminya

Page 89: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

89

bahwa ini bukan hal yang biasa-biasa saja, tapi didalam hal yang sangat penting untuk kepentingan negara dan bangsa ini dipetaruhkan maka pejabat ini-itu, dimintai keterangan, yang tidak mau memberikan keterangan dalam rangka ini sebagaimana untuk mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang dewan itu memang, yah karena yang dipetaruhkan ini bukan rapat kerja tapi ini ada satyu kepentingan bangsa dan negara yang luar biasa pentingnya tapi itu diabaikan diremehkan. Saya kira itu konteknya, menurut pikiran saya jadi bukan hal yang biasa-biasa saja. Jadi dalam kaitan itu tapi ini sudah jam sebelas.

FKB (DRS. ALI MASYKUR MUSA. M.Si.): Saya menarik diri untuk mendaftar dan minta dipending. Pak Kohirin ... Pending gitu ?

FPDU (DRS. H.ASNAWI LATIF): Saya juga begitu cuma dengan catatan ini para ahli hukum cobalah melakukan

perbandingan diluar negeri itu paling tidak literatur, memang contempt of parlemen tpunya sanksi apa enggak, karena Contempt of cout ada sanksinya, oleh karena itu sanksi ini apa sanksi pidana atau sanksi administrasi atau moral. Saya setuju memang karena ini hal baru. Terima kasih.

KETUA: Jadi kita pending dulu ?

FPPP (H.M. SJAIFUL RACHMAN, SH): Di panja supaya study banding dulu.

F. REFORMASI (H. TB. SOENMANDJAJA SD): Sebelum pending Ketua, saya tadi melihat ada sesuatu realitas dari pihak pemerintah

soal konsistensinya antara pernyataan dari Pasal 29 RUU ayat 2 ini sebab di RUU ini pasal 28 ayat 2 tegas itu kan ada, saya bacakan sebelum pending, jadi RUU pasal 28 ayat 1 DPR dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta pejabat dan selanjutnya, tadi itu sudah ditambah dengan Badan Hukum, ayat 2 Pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum atau masyarakat yang menolak permintaan sebagaimana dimaksud dimaksud ayat 1 tanpa ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, diancam dengan pidana kurungan paling lambat 1 tahun, demikian, ini adalah dari pemerintah.

KETUA: Jadi lebih baik sebelum kata langsung menolak wajib itu perlu dikemukakan baru

setelah wajib ada sanksinya kalau tidak hadir atau menolak untuk memberikan keterangan saya kira kontruksi itu akan jauh lebih sehat, tapi walaupun demikian kita skors dulu sampai besok pagi jam 09.00.

FPPP (DRS. H.M. ABDUH PADDARE): Saran saya himbauah tadi ketua mengeluh karena pembicaraan masalah hukum

yang mengambil waktu hampir satu jam, jadi saya harapkan setiap pembicaraan tidak mengarah kepada Susduk ini, itu sangat tergantung Pimpinan, Kalau pimpinan meladeni itu akan berpanjang.

PEMERINTAH/DIRJEN OTDA: Begini Pak, Perlu kita klarifikasikan soal itu, bahwa di dalam buku ini, Pansus ini

sumbernya dari bahan dari permerintah, disini tidak di Formulasikan, dokumen kami juga tidak ada, barangkali itu pada proses mungkin ada sebelum secara resmi dikirim itu sudah ada barangkali ada yang coba mempelajari ataupun bagaimana.

Page 90: RISALAH RAPAT PANJA RUU TENTANG SUSUNAN DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200812-015109-5441.pdfacara hadir fraksipdiperjuangan 1. sukowalujo mintorahardjo 2. hobbes

90

F.REFORMASI (H. TB. SOENMANDJAJA SD): Klarifikasi ketua, pernyataan pemerintah tadi saya ini pengganti, jadi semula

angggota pansus itu Mashadi semula, karena ada RUU tentang Terorisme, maka ditukarlah kami saya masuk kesini beliau ke RUU Teroris, kemudian oleh Set Pansus dikasihlah saya ini segepokan, jadi ini dikasih semua termasuk Pemerintah, jadi kalau dikatakan liar tidak selamanya jelek, oleh karena itu perlu ada kejelasan darimana ini bisa nyelonong, demikian.

KE TUA: Baik, saya kira kita akan mullai Jam 08.30 WIB.

(RAPAT DISKORS JAM 22.30 WIB)

Jakarta, 28 Juni 2003. a.n PIMPINAN PANSUS,

SEKRETARIS RAPAT,

DRS. ISKANDAR N. BASRI NIP.210001160