ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

43
RIPITABILITAS SIFAT KEMAMPUAN KUDA PACU INDONESIA MEMPERTAHANKAN KECEPATAN BERLARI VANIA DWI ASTUTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 SKRIPSI

Upload: duongkiet

Post on 12-Jan-2017

285 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

RIPITABILITAS SIFAT KEMAMPUAN KUDA PACU

INDONESIA MEMPERTAHANKAN

KECEPATAN BERLARI

VANIA DWI ASTUTI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

SKRIPSI

Page 2: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

RINGKASAN

Vania Dwi Astuti. D14070257. 2011. Ripitabilitas Sifat Kemampuan Kuda Pacu

Indonesia Mempertahankan Kecepatan Berlari. Skripsi. Departemen Ilmu

Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc.

Pembimbing Anggota: Ir. Ben J. Takaendengan, M.si

Kuda Pacu Indonesia merupakan ternak lokal yang dapat beradaptasi dengan

baik di lingkungan Indonesia. Kuda Pacu Indonesia (KPI) merupakan hasil

persilangan antara kuda Thoroughbred jantan dengan kuda lokal betina hingga G4

atau keturunan ke-empat. Keberhasilan pembentukan Kuda Pacu Indonesia ditandai

dengan adanya standar KPI dengan nomor SNI 01-4226-1996. Salah satu penilaian

performa kuda pacu yang baik adalah dengan melihat kecepatan berlari pada jarak

tempuh tertentu. Kuda yang unggul akan memiliki kecepatan yang baik serta mampu

mempertahankan kecepatan berlarinya. Nilai kemampuan mempertahankan

kecepatan berlari digunakan untuk mengestimasi nilai ripitabilitas sifat tersebut.

Nilai Ripitabilitas akan mengambarkan kemampuan untuk mempertahankan dan

mengulangi keunggulan yang berguna untuk menyeleksi pejantan yang unggul.

Penelitian mengenai evaluasi genetik terutama sifat kuantitatif kuda masih jarang

dilakukan di Indonesia sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mendukung

pengembangan potensi kuda pacu Indonesia.

Data pada penelitian ini diperoleh dari buku Panduan Buku Panduan Acara

Pacuan atau catatan kecepatan lomba yang dilaksanakan di Arena Pacuan Pulo Mas

Jakarta dan arena pacuan “Maesa” Tompaso Minahasa dimana kuda-kuda yang

mengikuti lomba berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Catatan hasil perlombaan

pacuan dari kejuaraan nasional PORDASI selama dua belas tahun (1997 s/d 2009)

dikumpulkan sebagai data yang akan diolah berdasarkan beberapa metode analisis

untuk mengestimasi nilai ripitabilitas sifat kemampuan mempertahankan kecepatan

berlari. Nilai kemampuan berlari diperoleh dari perbandingan antara selisih

kecepatan pada jarak (1200 m, 1400 m, dan 1600 m) dengan selisih dari jarak

tersebut. Nilai ini kemudian dihitung ripitabilitasnya dan dilanjutkan dengan

perhitungan MPPA (Most Probable Producing Ability).

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat kuda-kuda yang

mengalami peningkatan kecepatan seiring bertambahnya jarak dengan nilai

ripitabilitas sebesar 0,3421 ± 0,2789 dan kuda-kuda yang mengalami penurunan

kecepatan dengan nilai ripitabilitas 0,7714 ± 0,0988. Kuda-kuda yang mengalami

peningkatan kecepatan dapat direkomendasikan untuk tipe kuda pacuan jarak jauh

sedangkan kuda-kuda yang mengalami penurunan kecepatan dapat

direkomendasikan sebagai tipe kuda pacuan jarak pendek (sprint). Nilai ripitabilitas

yang tinggi pada kuda-kuda yang mengalami penurunan menunjukkan bahwa kuda

pacu di Indonesia lebih terarah pada pacuan jarak pendek.

Kata–kata kunci: Kuda Pacu Indonesia, mempertahankan kecepatan, ripitabilitas.

Page 3: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

ABSTRACT

The Ripitability of Ability Indonesia Racehorse To Maintain

Running Speed

Astuti, V. D., R. R. Noor, B. J. Takaendengan

Indonesia racehorse is a domestic animal results of grading up between local

mares with Thoroughbred stallion to get a better Indonesia racehorse. Selection of

running performance racehorse in Indonesia needs to be done in order to get a

racehorse that has good running ability. Performance of Indonesia Racehorse can be

estimated by the running speed and ability to maintain these properties. The value of

ability to maintain the running speed data used to estimate the ripitability value. The

data of running speed at different distances (1200 m, 1400 m, and 1600 m) in each

race which was obtained from racing record in PORDASI (Persatuan Olahraga

Berkuda Seluruh Indonesia) competition for twelve years, were used to calculated

the value of ability to maintain a running speed. Estimated ripitability value used to

calculate the value of MPPA (Most Probable Producing Ability). Estimated

ripitability of ability to maintain a running speed horse which ran at decreased speed

and increased speed are 0,7714 ± 0,0988 and 0,3421 ± 0,2789, respectively.

Indonesia Racehorse which has speed decreased could be recommended for sprint

type horse while the increased speed horses could be recommended as long distance

horse type.

Keywords : Indonesia racehorse, maintain a running speed, ripitability.

Page 4: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

RIPITABILITAS SIFAT KEMAMPUAN KUDA PACU

INDONESIA MEMPERTAHANKAN

KECEPATAN BERLARI

VANIA DWI ASTUTI

D14070257

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sajarana Peternakan pada

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN PRODUKSI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

iii

Judul : Ripitabilitas Sifat Kemampuan Kuda Pacu Indonesia

Mempertahankan Kecepatan Berlari

Nama : Vania Dwi Astuti

NIM : D14070257

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc.) (Ir. Ben J. Takaendengan, M.Si.)

NIP. 19610210 198603 1 003 NIP. 19670603 199303 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc)

NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian : 11 Mei 2011 Tanggal Lulus :

Page 6: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Juli 1989 di Jakarta. Penulis adalah anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Surya Garniwa dan Ibu Henny

Prihartini.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di SD Santa Lusia

Bekasi dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama

dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Santa Lusia

Bekasi. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah atas pada tahun 2004

dan diselesaikan pada tahun 2007 di SMAN 1 Bekasi.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB dan diterima

di Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan pada tahun 2008. Penulis

aktif dalam Himpunan Profesi Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(HIMAPROTER) sebagai ketua Club Animal Breeding Community periode

2008/2009 dan sebagai bendahara periode 2009/2010. Penulis juga aktif dalam UKM

PMK Komisi Kesenian IPB. Penulis pernah mengikuti magang di Nusantara Polo

Club pada tahun 2010. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar

Komunikasi tahun akademik 2009/2010, Pengolahan Daging tahun akademik

2010/2011, dan Rancangan Percobaan tahun akademik 2010/2011. Penulis

berkesempatan menjadi penerima beasiswa dari Yayasan Beasiswa Oikumene pada

tahun 2009 hingga saat ini.

Page 7: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan segala berkat dan anugrahNya kepada Penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Ripitabilitas Sifat Kemampuan Kuda Pacu

Indonesia Mempertahankan Kecepatan Berlari. Tujuan dari penelitian serta

penulisan skripsi ini adalah untuk memperoleh informasi genetik perihal sifat

kemampuan mempertahankan kecepatan berlari Kuda Pacu Indonesia (KPI) dan

diharapkan dapat digunakan untuk perkembangan KPI.

Penulis mengawali penelitian ini dengan pengumpulan dan tabulasi data

catatan kecepatan lari kuda pacu pada lomba pacuan yang diadakan oleh PORDASI

(Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia) menjadi kumpulan data yang lebih

mudah diolah. Hasil penelitian menjelaskan mengenai sifat kemampuan kuda

mempertahankan kecepatan berlari, estimasi nilai ripitabilitas, MPPA dan

rekomendasi kuda yang dapat berlari pada jarak jauh dan juga jarak pendek. Hasil ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan potensi Kuda Pacu Indonesia

ataupun penelitian lain yang mengarah pada tujuan yang sama.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini dari semua pihak

sehingga skripsi ini diharapkan menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi

ini dapat menjadi masukan dan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan dan dunia perkudaan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat

bagi penulis secara khusus.

Bogor, Mei 2011

Penulis

Page 8: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ........................................................................................... ii

ABSTRACT .............................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v

RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

PENDAHULUAN .................................................................................... 1

Latar Belakang ............................................................................ 1

Tujuan ......................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

Kuda ............................................................................................ 3

Kuda Lokal Indonesia ................................................................. 4

Kuda Pacu Indonesia .................................................................. 5

Kuda Thoroughbred ................................................................... 7

Sifat Kuantitatif .......................................................................... 8

Ripitabilitas ..................................................................... 8

MPPA .............................................................................. 9

METODE .................................................................................................. 10

Lokasi dan Waktu ....................................................................... 10

Materi .......................................................................................... 10

Prosedur dan Analisis Data ......................................................... 10

Prosedur .......................................................................... 10

Analisis Data ................................................................... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 14

Gambaran Umum Arena Pacuan ................................................ 14

Sifat Mempertahankan Kecepatan Berlari dan Ripitabilitasnya 15

Sifat Mempertahankan Kecepatan Berlari ...................... 15

Ripitabilitas ..................................................................... 18

Most Probable Producing Ability (MPPA) .................... 20

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 23

Kesimpulan ................................................................................. 23

Page 9: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

ix

Saran ........................................................................................... 23

UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25

LAMPIRAN .............................................................................................. 27

Page 10: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis dan Karakteristik Kuda Lokal Indonesia ............................. 4

2. Standar Fisik dan Kecepatan Kuda Pacu Indonesia ...................... 6

3. Jumlah Sampel Kuda yang Digunakan Berdasarkan Sifat Berlari 10

4. Analisis Ragam Sifat Mempertahankan Kecepatan Berlari .......... 12

5. Rataan Nilai Penurunan Kecepatan Berlari .................................. 16

6. Rataan Nilai Peningkatan Kecepatan Berlari ................................ 17

7. Nilai Ripitabilitas Kemampuan Kuda Pacu Mempertahankan

Sifat Kecepatan Berlari pada Selisih Jarak yang Berbeda ........... 18

8. Peringkat Berdasarkan Nilai MPPA Sifat Penurunan Kecepatan

Berlari............................................................................................ 20

9. Peringkat Berdasarkan Nilai MPPA Sifat Peningkatan

Kecepatan Berlari .......................................................................... 21

Page 11: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Persilangan Kuda Pacu Indonesia .................................. 5

2. Kuda Thoroughbred ...................................................................... 7

3. Lintasan Pacuan Kuda Pulo Mas Jakarta ...................................... 14

4. Lintasan Pacuan Kuda “Maesa” Tompaso .................................... 15

Page 12: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Kecepatan Kuda Pacu Indonesia .......................................... 28

2. Rekapitulasi Hasil Uji-t Nilai Penurunan Kecepatan dan

Pertambahan Kecepatan antara Jantan dan Betina ........................ 28

3. Data Peningkatan Nilai Kecepatan Lari Kuda dengan Selisih Dua

Jarak Tempuh ................................................................................ 29

4. Data Penurunan Nilai Kecepatan Lari Kuda dengan Selisih Dua

Jarak Tempuh ................................................................................ 29

5. Analisis Keragaman Sifat Peningkatan Kecepatan Berlari Kuda

Pacu Indonesia .............................................................................. 30

6. Analisis Keragaman Sifat Penurunan Kecepatan Berlari Kuda

Pacu Indonesia .............................................................................. 31

Page 13: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber

daging, alat transportasi dan kemudian berkembang menjadi hewan yang digunakan

sebagai hobi serta sarana olahraga. Salah satu pemanfaatan kuda sebagai sarana olah

raga yang berkembang di Indonesia adalah kuda pacu. Kuda Pacu Indonesia

merupakan ternak lokal yang dapat beradaptasi dengan baik. Berdasarkan hasil

keputusan lokakarya di dalam Munas III PORDASI tahun 1975, arah pembentukan

kuda pacu Indonesia dilakukan dengan menyilangkan kuda betina lokal dengan kuda

Thoroughbred yang bertujuan untuk melakukan grading up kuda lokal Indonesia.

Tahun 1996 merupakan puncak keberhasilan dari pembentukan Kuda Pacu Indonesia

dengan diterbitkannya Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Kuda Pacu

Indonesia dengan nomor registrasi SNI 01-4226-1996. Pemilihan kuda

Thoroughbred sebagai pejantan dilakukan karena bangsa Thoroughbred merupakan

bangsa kuda pacu yang mempunyai kemampuan tinggi dalam kecepatan berlari

(Blakely dan Bade, 1991). Kidd (1995) menambahkan bahwa kuda Thorougbred

merupakan kuda yang terkenal sebagai kuda pacu tercepat di dunia, sehingga hampir

di semua arena pacuan kuda, kuda Thorougbred menjadi juara. Adapun kuda lokal

yang paling banyak disilangkan dengan kuda Thorougbred adalah kuda Sandel yang

memiliki daya tahan terhadap iklim tropis, kaki yang cukup kuat, intelegensia yang

tinggi, dan kecepatan lari yang baik (Soehardjono, 1990).

Salah satu penilaian performa kuda pacu yang baik adalah dengan melihat

kecepatan kuda pada jarak lari yang ditempuh. Nilai kecepatan yang baik menjadi

lebih baik lagi saat kecepatan tersebut dapat dipertahankan. Sifat kemampuan

mempertahankan kecepatan berlari dapat terlihat dari nilai ripitabilitas sifat tersebut.

Kemampuan kuda mempertahankan kecepatan berlari akan menunjukkan

keunggulan dari individu kuda yang akan mempengaruhi nilai jual kuda yang

bersangkutan. Keunggulan kuda pacu dapat dilihat dari catatan juara yang pernah

diraih, tetapi perlu dilakukan pembuktian secara ilmiah. Berdasarkan hal ini, maka

penelitian mengenai faktor genetik penting untuk dilakukan. Metode seleksi

merupakan upaya pemuliaan untuk meningkatkan sifat kemampuan kuda pacu

mempertahankan kecepatan berlari, sehingga karakteristik Kuda Pacu Indonesia

Page 14: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

2

dapat dipertahankan. Nilai ripitabilitas dapat menggambarkan proporsi keunggulan

suatu sifat dari ternak Kuda Pacu Indonesia yang penting untuk diteliti sebagai upaya

untuk menyeleksi pejantan yang unggul. Keunggulan dari masing-masing individu

dapat tercermin dari nilai MPPA (Most Probable Producing Ability) yang diperoleh

dari nilai ripitabilitas. Penelitian mengenai nilai ripitabilitas kuda di Indonesia masih

sangat jarang dilakukan karena sangat sedikitnya informasi, untuk itu penelitian ini

penting untuk mendukung pengembangan potensi Kuda Pacu Indonesia.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pendugaan

nilai ripitabilitas serta prestasi individu berdasarkan nilai MPPA. Nilai ini akan

bermanfaat bagi peternak kuda dan PORDASI untuk mengetahui kuda yang baik

digunakan untuk lari jarak jauh ataupun kuda yang baik untuk lari jarak pendek.

Page 15: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

TINJAUAN PUSTAKA

Kuda

Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari

binatang kecil yang oleh beberapa ilmuwan disebut sebagai Eohippus atau Dawn

horse yang telah mengalami proses evolusi sekitar 60 juta tahun yang lalu (Edward,

1994). Menurut Ensminger (1962), klasifikasi zoologis ternak kuda adalah, kerajaan

Animalia (hewan), filum chordata (bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui),

ordo Perissodactyla (berteracak tidak memamahbiak), famili Equidae, genus Equus,

dan spesies Equus caballus. Populasi kuda di seluruh dunia mencapai 62 juta ekor,

yang terdiri dari lima ratus bangsa, tipe, dan varietas. Bangsa kuda pada awalnya

dianggap sebagai hewan yang berkaitan dengan lokasi geografis tempat

dikembangbiakan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara spesifik. Bangsa kuda

kini seringkali ditentukan oleh komunitas atau lembaga yang melakukan pencatatan

keturunan dan membuat buku silsilah kuda hasil seleksi berdasar pada daerah asal,

fungsi, dan ciri fenotipik (Bowling dan Ruvinsky, 2000).

Menurut Edward (1994), kuda dibedakan menjadi kuda berdarah dingin

(coldbloods), berdarah panas (hotblood), dan berdarah hangat (warmblood). Kuda

hotblood identik dengan kuda tipe ringan yang agresif seperti kuda Arab, sedangkan

kuda coldblood indentik dengan kuda tipe berat yang sering digunakan untuk

menarik beban. Ensminger (1962) menyatakan bahwa kuda diklasifikasikan menjadi

kuda tipe ringan, tipe berat, dan kuda poni berdasarkan ukuran, bentuk tubuh dan

kegunaan. Kuda tipe ringan mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri, bobot badan

450-700 kg, dan sering digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu.

Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibanding kuda tipe berat.

Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri, dengan bobot badan

lebih dari 700 kg dan biasa digunakan untuk kuda pekerja. Kuda poni memiliki

tinggi kurang dari 1,45 m jika berdiri dan bobot badan 250-450 kg. Beberapa kuda

berukuran kecil biasanya terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan.

Page 16: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

4

Kuda Lokal Indonesia

Edward (1994) menyatakan bahwa kuda lokal Indonesia digolongkan ke

dalam kuda poni. Pemuliaan kuda yang terdapat di Indonesia dipengaruhi oleh iklim

tropis serta lingkungan. Tinggi badan kuda di Indonesia berkisar antara 1,15-1,35m,

sehingga digolongkan dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan

wajah rata, tegak, sinar mata hidup serta daun telinga kecil. Kegunaan kuda lokal

Indonesia sebagian besar adalah sebagai sarana transportasi, pengangkut barang,

sarana hiburan, dan sebagai bahan pangan masyarakat lokal (Prabowo, 2003).

Menurut Edward (1994), kuda lokal Indonesia tersebar di beberapa daerah dengan

jenis dan karakteristik yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan Karakteristik Kuda Lokal Indonesia

Jenis kuda Tinggi (m) Karakteristik

Kuda Sumba 1,27 - Bentuk kepala terlihat lebih besar dibandingkan ukuran

badannya dengan leher yang pendek

- Sifatnya jinak dan cerdas

- Konformasi badan kurang sempurna, tetapi bagian

punggungnya kuat.

Kuda Timor 1,22 - Bentuk badan lurus dan leher pendek

- Bagian punggung lurus dengan bahu dan ekor yang tinggi

- Bagian tengkuk dan ekor yang tinggi

Kuda Sandel 1,35 - Ukuran tubuh kecil

- Bentuk kepala kecil dan bagus serta mata yang besar

- Bulu lembut dan berkilauan

- Mempunyai kecepatan yang baik dan sangat aktif

- Mempunyai kuku kaki yang keras dan kuat.

Kuda Batak 1,32 - Ekor dan tengkuk mempunyai rambut yang bagus

dengan posisi ekor cukup tinggi sehingga baik dalam

pergerakan

- Kaki belakang ramping

- Mempunyai rump yang tinggi serta punggung yang

panjang dan sempit

- Kepalanya bagus dengan muka lurus

- Mempunyai leher yang lemah dan pendek serta kurang

berkembang.

Kuda Jawa 1,27 - Mempunyai stamina yang baik dan tahan terhadap panas

- Sifatnya jinak

- Kaki dan persendiannya tidak berkembang dengan baik

sehingga mempengaruhi kekuatannya.

Sumber : Edward (1994)

Page 17: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

5

Indonesia sampai saat ini memiliki 13 jenis kuda lokal, yaitu kuda Makassar,

kuda Gorontalo dan Minahasa, kuda Sumba, kuda Sumbawa, kuda Bima, kuda

Flores, kuda Savoe, kuda Roti, kuda Timor, kuda Sumatera (terdiri dari 4 jenis yaitu

kuda Padang, kuda Batak, kuda Agam, dan kuda Gayo), kuda Bali, dan kuda

Lombok serta kuda Kuningan. Beberapa diantaranya memilki keunggulan sebagai

kuda tunggang dan kuda pacu (Soehardjono, 1990).

Kuda Pacu Indonesia

Kuda pacu Indonesia (KPI) merupakan ternak yang dibentuk melalui program

grading up untuk memenuhi permintaan kuda pacu. Proses pembentukan KPI

dimulai dari G1 yang merupakan hasil persilangan betina lokal dengan pejantan

Thoroughbred dengan darah lokal 50% dan darah Thoroughbred 50%. G2

merupakan hasil silang betina G1 pada umur 3 atau 4 tahun dengan pejantan

Thoroughbred. Kuda betina G2 disilangkan dengan jantan Thoroughbred akan

menghasilkan G3 dengan komposisi darah lokal 12,5% dan darah Thoroughbred

87,5% yang dirasa sudah cukup baik untuk dijadikan bibit pejantan (parent-stock)

pembentukan Kuda Pacu Indonesia.

Lokal ♀ >< TB ♂ *100% 100%

G1 ♀ >< TB ♂ *50% 100%

G2 ♀ >< TB ♂

*25% 100%

G3 ♀ >< G3 ♂ G3 ♀ >< TB ♂ *12,5 *12,5% *12,5% 100%

G4 ♀ >< G4 ♂ G3♀ >< G4 *6,25% *6,25% *12,5% *6,25%

KPI KPI KPI *12,5% *6,25% *9,375%

Keterangan = tanda *menunjukkan persentase darah lokal yang terdapat pada kuda

Gambar 1. Diagram Persilangan Kuda Pacu Indonesia (Soehardjono, 1990)

Page 18: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

6

G4 selanjutnya dibentuk untuk dijadikan sebagai betina indukan KPI dengan

darah lokal 6,25% dan darah Thoroughbred 93,75%, yang merupakan hasil

persilangan antara betina G3 dan jantan Thoroughbred. Betina G4 selanjutnya

disilangkan dengan jantan G4 atau G3 dan menghasilkan kuda pacu Indonesia saat

ini (Soehardjono, 1990). Pembentukan kuda pacu harus memenuhi standar kuda pacu

Indonesia yang sesuai dengan SK Dirjenak no: 105/TN.220/Kpts/DJP/Deptan/95

tanggal 24/02/95 dengan syarat-syarat sebagai berikut: (1) standar komposisi darah,

(2) standar fisik atau performans seperti tinggi gumba, lebar dada, panjang badan,

dan kecepatan lari, (3) standar warna bulu, (4) standar mutu atau siklus mutu seperti

mutu istal, mutu pejantan atau induk, mutu pemeliharaan, mutu reproduksi, mutu

pemuliabiakan (seleksi), mutu hasil keturunan, dan evaluasi mutu hasil, (5) sebagai

bibit kuda pacu Indonesia harus mempunyai sertifikat lahir, sertifikat pacu dan

kecepatan lari, dan sertifikat pemacek (PORDASI, 2000).

Penggolongan kuda pacu Indonesia didasarkan pada sifat kualitatif dan sifat

kuantitatif. Persyaratan sifat kualitatif untuk kuda pacu Indonesia adalah hasil

persilangan kuda betina lokal dengan Thoroughbred, bentuk badan langsing, kaki

kuat dan ringan, bentuknya mengarah pada kuda Thoroughbred, dan tempramen

yang aktif. Persyaratan kuantitatif adalah tinggi gumba pada umur 6 tahun minimal

150 cm dan maksimal 170 cm, berat badan pada umur 6 tahun minimal 350 kg.

Warna bulu pada kuda pacu Indonesia menurut peraturan No.011/DPP/75

Pordasi Pusat adalah hitam (black), hitam cokelat (brown black), cokelat (brown)

jeragem (bay brown), cokelat muda keemasan, kelabu (grey), bopong (creamy), dan

putih (PORDASI, 2000).

Tabel 2. Standar Fisik dan Kecepatan Kuda Pacu Indonesia

Kelas Kuda Pacu Tinggi Badan (cm) Kecepatan Lari

(detik/1000m)

Pacu lokal 115-130 90

G1 130-140 60

G2 140-150 48

G3 150-160 42

G4 160-165 36

Thoroughbred > 170 30 Sumber : Komisi Peternakan dan Kesehatan Veteriner Pordasi (2000)

Page 19: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

7

Tabel 2 merupakan ukuran tubuh yang dijadikan tolak ukur dalam membentuk

standar kuda pacu Indonesia berdasarkan tinggi badan dan kecepatan lari menurut

Komisi Peternakan dan Kesehatan Veteriner Pordasi (2000).

Kuda Thoroughbred

Bangsa Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga kerajaan Inggris

sebelum diimpor ke Amerika di Inggris. Bangsawan Inggris menggunakan kuda ini

sebagai hewan pacu dalam olah raga, dan dibiakkan untuk kuda pacu.

Menurut Edwards (1994), sejak 200 tahun yang lalu kuda Thoroughbred sudah

dikembangkan sebagai industri pacuan karena mampu memberikan pengaruh besar

dalam meningkatkan gerakan misalnya kecepatan, keberanian, dan daya tahan

stamina serta secara bersamaan berpotensi untuk menghasilkan keberagaman genetik

(meningkatkan ukuran tubuh) dengan sistem seleksi dan pencatatan breeding yang

baik. Kuda Thorougbred adalah kuda yang digunakan sejak 1700an yang berasal dari

kuda jantan impor dari daerah timur (Arab dan Turki) dengan kuda betina Inggris

yang menghasilkan keturunan untuk balapan (Bowling dan Ruvinsky,2000).

Kuda Thoroughbred mempunyai keunggulan yaitu kecepatan lari dan daya

tahan yang baik (Blakely dan Bade, 1991). Kuda Thoroughbred memiliki kondisi

fisik yang memenuhi syarat untuk berpacu, seperti bentuk kepala yang kecil dan

terlihat pintar, leher panjang, badan panjang, kaki langsing dan panjang, tulang yang

ramping dengan panjang yang seimbang, serta warna bulu yang halus dan terang

(Kidd, 1995).

Gambar 2. Kuda Thoroughbred (www.twilfire.net/theme_8.html)

Edwards (1994) meyatakan bahwa ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh kuda

Thoroughbred adalah tinggi 176-178 cm, bentuk kepala dan rahang bagus,

perpaduan antara kepala dan leher terlihat bagus dan simetris dengan pundaknya,

Page 20: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

8

proporsi badan panjang, kaki bagian belakang panjang dan anggun dengan

persendian yang baik sehingga memberikan daya dorong yang maksimum. Kaki

bagian depan bagus dan panjang dengan otot yang besar serta persendian yang rata

serta tulang di bawah lutut berukuran 20 cm, mempunyai bahu yang panjang dan

membentuk slope yang tidak terlalu menonjol sehingga menghasilkan langkah yang

panjang dan rendah.

Sifat Kuantitatif

Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur pada seekor ternak baik untuk

sifat produksi seperti ukuran morfologi tubuh, kecepatan lari, daya tahan, dan tenaga

tarik juga untuk sifat reproduksi seperti lama kebuntingan, lama berahi, dan produksi

susu (Martojo, 1992). Noor (2008) menyatakan bahwa sifat kuantitatif dikontrol oleh

banyak pasangan gen yang bersifat aditif.

Ripitabilitas

Ripitabilias (r) merupakan suatu pengukuran kesamaan antara pengukuran

suatu sifat yang diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut

hidup (Noor, 2008). Ripitabilitas juga diartikan sebagai sebuah ukuran kekuatan

hubungan antara ukuran yang berulang-ulang pada suatu sifat dalam populasi

(Pallawaruka, 1999). Nilai ripitabilitas suatu sifat akan ditentukan oleh keragaman

komponen-komponen penyusunnya, yaitu komponen genetik yang terdiri atas gen

aditif, dominan, dan epistasis serta komponen lingkungan, yang bersifat permanen

maupun yang bersifat sementara (Warwick et al., 1987). Besar nilai ripitabilitas

suatu sifat dipengaruhi oleh besar nilai heritabilitas sifat yang sama. Semakin besar

nilai ripitabilitas, semakin besar pula nilai heritabilitas untuk sifat yang sama. Nilai

ripitabilitas merupakan batas maksimal dari nilai heritabilitas. Nilai ripitabilitas

berkisar antara 0-1 (Noor, 2008). Ripitabilitas dapat juga dihitung dari regresi data

pengukuran yang lebih akhir terhadap pengukuran sebelumnya. Nilai inilah yang

akan digunakan sebagai pendekatan terhadap nilai ripitabilitas

(Warwick et al., 1987). Noor (2008) membagi nilai ripitabilitas ke dalam tiga

kategori, rendah (0,0-0,2), sedang (0,2-0,4), dan tinggi (di atas 0,4).

Warwick et al, (1987) menyatakan bahwa ripitabilitas suatu sifat berguna

dalam memperkirakan produktivitas ternak pada masa yang akan datang berdasarkan

satu atau lebih catatan produksi. Ripitabilitas menduga nilai maksimum heritabilitas

Page 21: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

9

yang dihitung dalam rata-rata beberapa kali pengukuran (Warwick et al., 1987).

Hal yang sama juga dinyatakan Martojo dan Mansjoer (1995) bahwa ripitabilitas

digunakan untuk menduga kemampuan produksi dalam masa produksi seekor ternak

MPPA (Most Probable Producing Ability), dan untuk meningkatkan ketepatan

seleksi.

MPPA (Most Probable Producing Ability)

Lasley (1978) menyatakan bahwa MPPA merupakan regresi dan pencatatan

masa akan datang terhadap pencatatan saat ini, atau derajat ketika suatu catatan

berulang dilakukan untuk menghasilkan seleksi yang lebih efektif. MPPA juga

digunakan untuk mengestimasi kemampuan produksi pada masa produksi

berikutnya.

Page 22: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

METODE

Lokasi dan Waktu

Pengumpulan dan pengolahan data serta penulisan skripsi dilaksanakan pada

bulan September 2010 sampai dengan April 2011 di Laboratorium Genetika

Kuantitatif Bagian Pemuliaan dan Genetika, Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Data perlombaan Kuda Pacu Indonesia diperoleh dari data kecepatan lari

pada beberapa perlombaaan di Buku Panduan Acara Pacuan atau catatan kecepatan

lomba yang dilaksanakan di arena pacuan Pulo Mas Jakarta dan arena pacuan

“Maesa” Tompaso Minahasa. Kuda-kuda yang mengikuti lomba berasal dari

berbagai dareah di Indonesia. Catatan hasil perlombaan pacuan dari kejuaraan

nasional PORDASI selama dua belas tahun (1997 s/d 2009) dikumpulkan sebagai

data mentah yang diolah berdasarkan beberapa metode analisis untuk mendapatkan

estimasi nilai ripitabilitas sifat kemampuan mempertahankan kecepatan berlari. Data

kuda yang tersedia adalah 1200 tetapi sampel kuda yang memiliki catatan lengkap

dan memenuhi syarat untuk diolah nilai ripitabilitas disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Sampel Kuda yang Digunakan Berdasarkan Sifat Berlari

Sifat Berlari Kuda (Ekor)

Jumlah (ekor) Jantan Betina

Penurunan kecepatan 6 4 10

Pertambahan kecepatan 5 3 8

Prosedur dan Rancangan

Prosedur

Informasi yang diperoleh merupakan data performa kuda pacu yang

dilombakan dari berbagai daerah di Indonesia. Data pada buku panduan meliputi

nama kuda, jenis kelamin, warna, umur, tinggi pundak, keturunan, peternak pada

kolom pertama; joki dan pelatih pada kolom kedua; daerah asal kuda untuk kolom

ketiga; beban untuk kolom keempat; nama pemilik untuk kolom kelima; dan kolom

yang keenam berisi data kecepatan berlari. Informasi ini dibuat ke dalam tabel yang

Page 23: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

11

lebih lengkap agar mudah dipelajari. yang meliputi nama kuda, nama induk

pejantan, warna rambut, umur, tinggi pundak, nama pemilik, nama event, waktu

tempuh lomba, selisih jarak finish dengan kuda peserta sebelumnya, dan waktu

pelaksanaan lomba. Hintz (1980) menyatakan bahwa waktu tempuh mengindikasikan

jumlah detik yang dibutuhkan seekor kuda untuk menyelesaikan lomba dan

merupakan parameter yang paling sering digunakan.

Berdasarkan data yang tersedia, dilakukan pengelompokan berdasarkan nama

kuda, dan jarak tempuh lomba. Catatan waktu pada setiap lomba merupakan

pengukuran yang dapat digunakan untuk menentukan sifat kuantitatif yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi kemampuan berlari kuda secara genetik

(Moritsu et al., 1994; Oki et al., 1994) di mana catatan waktu tersebut digunakan

untuk menghitung kecepatan berlari. Beberapa nama kuda yang pernah berlari pada

tiga jarak yang sama diamati kecepatan larinya.

Kuda-kuda yang pernah lari dengan tiga jarak yang sama (1200, 1400, dan

1600 m) dikelompokkan menjadi satu. Nilai hasil perbandingan antara selisih

kecepatan lari pada dua jarak yang berbeda dengan selisih kedua jarak tempuh

tersebut dijadikan sebagai nilai pertambahan kecepatan lari kuda. Data juga kembali

dikelompokkan menjadi kuda yang mengalami penurunan nilai kecepatan tiap detik

(perlambatan) terhadap jarak yang semakin meningkat, ataupun kuda yang

mengalami peningkatan nilai kecepatan (percepatan). Uji-t dilakukan pada kuda

jantan dan betina untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin untuk setiap kelompok.

Nilai percepatan dan perlambatan lari tersebut digunakan untuk mengestimasi nilai

ripitabilitas. Nilai MPPA dicari setelah diperoleh nilai ripitabilitasnya, kemudian

dicari untuk mengestimasi kemampuan individu yang dapat dijadikan sebagai

seleksi. Nilai MPPA tersebut kemudian diurutkan untuk mendapatkan individu yang

baik untuk pacuan jarak jauh (kuda-kuda yang mengalami percepatan) dan baik

untuk pacuan jarak pendek (kuda-kuda yang mengalami perlambatan).

Analisis Data

Data kemampuan kuda mempertahankan kecepatan berlari yang telah disusun

ke dalam tabel diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA) General Linear Model

(GLM) pada software MINITAB 14 yang sebelumnya telah dikelompokkan

berdasarkan sifat perlambatan atau percepatan. Data diolah lebih lanjut sehingga

Page 24: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

12

diperoleh nilai ripitabilitas dan MPPA. Model rancangan percobaan berdasarkan

Becker (1968) yaitu:

Yij = µ +αi + eij

Keterangan :

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh individu ke-i

eij = pengaruh lingkungan tak terkontrol dan atribut deviasi genetik individu dalam

kelompok pejantan

Tabel 4. Analisis Ragam Sifat Mempertahankan Kecepatan Berlari

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas JK KT

KT yang

diharapkan

Antara Individu n-1 JKw KTw

Antara

pengamatan

dalam Individu

m-n JKe KTe

Total m-1 JKt

Keterangan : n = jumlah individu, m = jumlah pengamatan, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat

Tengah, = KTw,

= KTe, koefisien

, ∑

= kuadrat jumlah

bilangan.

Nilai Ripitabilitas

Pendugaan nilai ripitabilitas dihitung dengan menggunakan rumus (Becker, 1968):

dan

Keterangan:

R = ripitabilitas

σ2

W = ragam ketahanan antar individu-individu yang diamati

σ2e = ragam ketahanan dalam individu yang diamati

MSw = kuadrat tengah ketahanan

MSe = kuadrat tengah individu yang diamati

= jumlah pencatatan atau pengulangan

Page 25: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

13

Perhitungan Most Probable Producing Ability

Hasil data ripitabilias yang diperoleh digunakan untuk perhitungan

Most Probable Producing Ability (MPPA) yaitu dengan menghitung rataan populasi

dan rataan individu terlebih dahulu. Rumus MPPA menurut Warwick et al. (1987)

ialah:

Keterangan :

= rataan produksi kelompok

= produksi rataan individu

n = jumlah catatan produksi

r = ripitabilitas

Page 26: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan
Page 27: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan
Page 28: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

16

sifat penurunan kecepatan dan peningkatan kecepatan berlari. Hasil ini kemungkinan

disebabkan karena kuda-kuda tersebut dipacu pada jarak tempuh sedang sehingga

perbedaan jenis kelamin menjadi tidak nyata. Jarak tempuh yang diambil sebagai

data adalah 1200, 1400, dan 1600 m, yang dikategorikan sebagai jarak tempuh

sedang (Moritsu et al., 1994). Hal yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian

Polak (2008) dan Ricard dan Touvais (2006) yang menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh yang nyata dari jenis kelamin pada penelitian yang dilakukan.

Moritsu et al., (1994) juga menemukan tidak adanya pengaruh yang nyata (P<0,05)

untuk jenis kelamin pada kuda-kuda Thoroughbred yang berada di Jepang yang lari

pada jarak tempuh 1200 m, tetapi pada jarak 1800 m ditemukan pengaruh yang

nyata. Banyak pendapat mengatakan bahwa hal ini menjadi kontroversi akibat kuda

jantan diketahui sering bermasalah yang disebabkan oleh tempramen yang sulit

untuk diatur, sehingga pengaruh perbedaan jenis kelamin tidak terbukti pada hasil

penelitian ini. Kuda jantan dan betina tidak dipisahkan dan berlari secara bersamaan

pada saat berada di lintasan pacuan.

Tabel 5. Rataan Nilai Penurunan Kecepatan Berlari

No Individu Nama Kuda Rata-rata (per 100 detik)

1 Blue Storm -0,4501

2 Bunga Bangsa -0,3247

3 Garuda King -0,1211

4 Maesa King -0,1083

5 Meraldo -0,1536

6 North Lady -0,2197

7 Sakti MM -0,2320

8 Satria Madura -0,0655

9 Srikandi Wenang -0,1261

10 Xena -0,3480

Rataan -0,2149 ± 0,001304

Nilai kemampuan mempertahankan kecepatan berlari disajikan pada Tabel 5

dan Tabel 6. Tabel 5 menyajikan data kuda yang mengalami penurunan kecepatan

berlari. Nilai negatif menunjukkan bahwa kuda pacu mengalami penurunan

kecepatan pada jarak tempuh yang semakin jauh. Nilai rataan penurunan kecepatan

lari terkecil (-0,0655 per 100 detik) dimiliki oleh kuda no. 8 (Satria Madura). Nilai

Page 29: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

17

ini menunjukkan bahwa kuda no. 8 (Satria Madura) memiliki nilai penurunan

kecepatan berlari sebesar 0,0655 per 100 detik untuk setiap peningkatan jarak

sebesar 300 m. Kuda no. 1 (Blue Storm) memiliki nilai penurunan kecepatan yang

terbesar yaitu (-0,4501 per 100 detik).

Penurunan nilai kecepatan berlari seiring bertambahnya jarak tempuh sudah

lazim terjadi pada kuda pacu. Hal ini berkaitan dengan keadaan fisiologi dari masing-

masing kuda. Richard et al., (2000) dalam Bowling dan Ruvinsky (2000)

menyatakan bahwa faktor pembatas dari performa berlari kuda tergantung dari

panjang lintasan yang ditempuh kuda. Energi yang dibutuhkan untuk kontraksi otot

pada saat berlari berasal dari perombakan glukosa dimana perombakan tersebut

terbagi menjadi dua tahap anaerobik dan aerobik. Kemampuan berlari pada kuda

juga dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah lingkungan. Menurut

Buttram et al., (1988a) pengaruh lingkungan permanen pada performa berlari adalah

faktor nutrisi, cidera, pemilik, dan pelatih.

Tabel 6. Rataan Nilai Peningkatan Kecepatan Berlari

No Nama Kuda Rata-rata (per 100 detik)

1 Better Boy 0,2127

2 Camry 0,2714

3 Duta Tonsea 0,1519

4 Jubah Putih 0,2100

5 Lady Antik 0,0634

6 Raskhy Ranger 0,1587

7 Super Model 0,1653

8 Wali Nagari 0,7935

Rataan 0,2534 ± 0,002727

Nilai peningkatan kecepatan berlari disajikan pada Tabel 6. Peningkatan nilai

kecepatan berlari menunjukkan bahwa jarak yang ditempuh kuda pacu hingga

1600 m belum menggambarkan kemampuan optimal untuk 8 ekor kuda pada

penelitian ini. Nilai ini ditunjukkan pada kuda no 1-8 dan nilai peningkatan

kecepatan berlari dilambangkan dengan tanda positif. Kuda no. 8 (Wali Nagari)

memiliki peningkatan nilai kecepatan paling besar (0,7935 per 100 detik). Nilai

tersebut mengambarkan bahwa kuda no. 8 mengalami peningkatan kecepatan sebesar

0,7935 per 100 detik untuk peningkatan jarak per 300 m. Kuda no. 5 (Lady Antik)

Page 30: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

18

merupakan kuda dengan nilai peningkatan kecepatan berlari terendah (0,0634 per

100 detik). Semakin besar nilai peningkatan kecepatan berlari, menunjukkan bahwa

kemampuan kuda tersebut semakin baik untuk pacuan jarak jauh. Peningkatan nilai

kecepatan yang terjadi disebabkan karena kuda-kuda tersebut diduga masih mampu

meningkatkan kecepatan berlarinya dengan jarak tempuh yang lebih jauh lagi.

Ripitabilitas

Pengukuran sifat kuantitaf berupa nilai dan rataan ukuran sifat tertentu

seringkali belum memberikan gambaran sesungguhnya tentang potensi setiap kuda,

sifat tersebut memiliki kecenderungan untuk berulang pada pengukuran berikutnya

dimasa mendatang. Perhitungan tersebut berguna untuk mengetahui apakah sifat

yang diamati merupakan sebuah ekspresi genetis atau hanya merupakan hasil dari

pengaruh lingkungan sementara pada seekor atau sekelompok ternak.

Kecenderungan pengulangan suatu sifat disebut dengan nilai ripitabilitas.

Ripitabilitas (r) merupakan suatu pengukuran kesamaan antara pengukuran suatu

sifat yang diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut hidup

(Noor, 2008).

Warwick et al., (1987) menyatakan bahwa nilai ripitabilitas suatu sifat akan

ditentukan oleh keragaman komponen-komponen penyusunnya, yaitu komponen

genetik yang terdiri atas gen aditif, dominan dan epistasis serta komponen

lingkungan, baik yang bersifat permanen maupun yang bersifat sementara.

Keragaman nilai suatu sifat mempengaruhi nilai dugaan ripitabilitas, semakin

beragam data, maka semakin rendah nilai ripitabilitas akan dan sebaliknya. Tabel 7

menyajikan estimasi nilai ripitabilitas kemampuan kuda pacu mempertahankan

kecepatan.

Tabel 7. Nilai Ripitabilitas Kemampuan Kuda Pacu Mempertahankan Sifat

Kecepatan Berlari pada Selisih Jarak yang Berbeda

Sifat Berlari R ± SE

Penurunan Kecepatan 0,7714 ± 0,0988

Peningkatan Kecepatan 0,3421 ± 0,2789

Keterangan : R=nilai ripitabilitas, S.E= standard error

Page 31: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

19

Menurut Noor (2008), nilai ripitabilitas berkisar antara 0-1 dan digolongkan

ke dalam tiga ketegori, yaitu rendah (0,0-0,2), sedang (0,2-0,4), dan tinggi (>0,4).

Nilai ripitabilitas untuk sifat kemampuan mempertahankan kecepatan berlari

tergolong dalam ketegori sedang hingga tinggi. Kuda-kuda yang mengalami

penurunan kecepatan, estimasi nilai ripitabilitasnya adalah sebesar 0,7714 ± 0,0988.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa faktor genetis lebih banyak memberikan

pengaruh dibandingkan dengan faktor lingkungan, walaupun nilai dari kemampuan

mempertahankan berlari bernilai negatif (kuda mengalami perlambatan).

Nilai ripitabilitas peningkatan kecepatan kuda termasuk dalam ripitabilitas

sedang yaitu 0,3421 ± 0,2789. Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh dari

lingkungan masih cukup tinggi dibandingkan dengan pengaruh genetisnya pada sifat

peningkatan kecepatan berlari. Buttram et al., (1988b) melalui hasil penelitiannya

menyatakan bahwa pengaruh dari lingkungan permanen sangat nyata terjadi pada

jarak tempuh yang semakin jauh. Standar eror untuk estimasi ripitabilitas kuda yang

mengalami penurunan kecepatan memiliki nilai lebih kecil dibandingkan dengan

standar eror kuda yang mengalami peningkatan kecepatan. Nilai standar eror yang

cukup tinggi untuk kuda yang mengalami peningkatan kecepatan menunjukkan

estimasi ripitabilitas yang kurang akurat. Hal ini diduga terjadi akibat jumlah sampel

kuda hanya sedikit sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah

sampel yang lebih banyak agar dapat mewakili sebuah populasi.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi sifat mempertahankan kecepatan

berlari antara lain lingkungan dari dalam tubuh ternak. Lingkungan dalam tubuh

ternak meliputi kemampuan kuda dalam mempergunakan cadangan energi pada saat

berlari dan mental dari masing-masing individu kuda. Cadangan energi berkaitan

dengan pakan yang diberikan sebelum kuda pacu berlomba. Menurut

Mc Bane (1993) kuda pacu membutuhkan kurang lebih 14% kandungan protein

untuk memenuhi kecukupan energi. Pemilik kuda pacu juga dapat memberikan

supplement seperti minyak jagung yang kaya akan sumber energi untuk mensuplai

kebutuhan kuda pacu saat berada di arena pacuan (Vogel, 1995).

Faktor lingkungan eksternal meliputi manejemen pemeliharaan, iklim, pola

latihan serta joki dan pelatih. Menurut hasil penelitian Wilson (1991), berat badan

joki juga berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan kuda untuk mencapai garis

Page 32: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

20

finish. Islami (2007) menyatakan bahwa pelatih memiliki peranan penting dalam

menghasilkan kuda pacu yang berprestasi. Pelatih yang baik dan berpengalaman

akan sangat mengenali kuda yang akan dilatih dan menetapkan pola latihan yang

tepat bagi kuda tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kondisi kuda pada saat di arena

pacuan. Nilai ripitabilitas dapat ditingkatkan, menurut Pallawaruka (1999) untuk

meningkatkan nilai ripitabilitas dapat dilakukan dengan mengupayakan lingkungan

(manajemen pemeliharaan, kandang, pemberian pakan) yang seseragam mungkin

antar individu.

MPPA (Most Probable Producing Ability)

MPPA merupakan nilai yang dapat digunakan untuk mengestimasi

kemampuan produksi pada masa yang akan datang (Lasley, 1978). Nilai MPPA

dibuat menjadi sebuah peringkat untuk mengetahui individu yang baik di dalam

sebuah populasi. Tabel 8 menyajikan peringkat kuda berdasarkan nilai MPPA sifat

penurunan kecepatan berlari. Kuda Blue Strom berada pada peringkat pertama

dengan nilai MPPA sebesar 0,004198. Hal ini menunjukkan bahwa kuda Blue Storm

dengan pejantan Putra Soputan memiliki penurunan kecepatan yang terbesar dan

dapat dinyatakan juga bahwa kuda Blue Strom kurang baik.

Tabel 8. Peringkat Berdasarkan Nilai MPPA Sifat Penurunan Kecepatan Berlari

Peringkat Nama Kuda Nilai MPPA Pejantan

1 Satria Madura 0,000848 Lord Lichen

2 Maesa King 0,001221 Blanford jr

3 Garuda King 0,001333 Manguni

4 Srikandi Wenang 0,001376 Putra Soputan

5 Meraldo 0,001615 Putra Pinabetengan

6 North Lady 0,00219 Century

7 Sakti MM 0,002298 Century

8 Bunga Bangsa 0,003106 Manguni

9 Xena 0,003308 Manguni

10 Blue Storm 0,004198 Putra Soputan

Kuda Satria Madura dengan pejantan Lord Lichen memiliki nilai MPPA

terendah sebesar 0,000848, yang menandakan bahwa kuda ini mengalami penurunan

nilai kecepatan yang terkecil. Jarak 1400 dan 1600 m diduga sudah melewati batas

kemampuan optimal dari seluruh kuda pada Tabel 8 karena sudah terjadi penurunan

Page 33: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

21

kecepatan. Kuda yang mengalami penurunan nilai kecepatan menunjukkan bahwa

kuda tersebut baik digunakan untuk pacuan kuda dengan jarak pendek atau sprint.

Nilai MPPA untuk sifat peningkatan nilai kecepatan berlari memiliki makna

berbeda dengan nilai MPPA pada penurunan nilai kecepatan seperti yang disajikan

pada Tabel 9. Kuda Wali Nagari dengan pejantan Katipunan menempati posisi

pertama untuk nilai MPPA peningkatan kecepatan berlari dengan nilai 0,005287.

Nilai ini menunjukkan bahwa kuda Wali Nagari memiliki penambahan kecepatan

yang terbesar. Kuda yang mengalami penambahan nilai kecepatan berlari dengan

seiringnya bertambahnya jarak tempuh menunjukkan bahwa kuda tersebut baik untuk

lari pada jarak tempuh jauh. Hal ini dikarenakan pertambahan jarak tempuh hingga

1600m belum merupakan jarak yang optimal bagi kuda tersebut untuk mengeluarkan

kemampuan berlari. Lady Antik dengan pejantan Lord Lichen dan nilai MPPA

sebesar 0,001565 berada pada urutan terakhir. Tabel 9 memberikan gambaran bahwa

kuda yang baik untuk berlari pada jarak yang jauh berasal dari pejantan yang

berbeda-beda.

Tabel 9. Peringkat Berdasarkan Nilai MPPA Sifat Peningkatan Kecepatan Berlari

Peringkat Nama Kuda Nilai MPPA Pejantan

1 Wali Nagari 0,005287 Katipunan

2 Camry 0,003918 Adinegoro

3 Better Boy 0,002327 Symphony

4 Jubah Putih 0,002313 Scioto Lord

5 Super Model 0,002085 Swift John

6 Rashky Ranger 0,002051 Decibel II

7 Duta Tonsea 0,002017 Century

8 Lady Antik 0,001565 Lord Lichen

Pejantan-pejantan pada Tabel 8 secara keseluruhan hampir berbeda dengan

pejantan-pejantan pada Tabel 9. Hal ini diduga bahwa setiap pejantan memiliki tipe

yang berbeda (lari jarak pendek dan lari jarak jauh) yang kemudian sifat tersebut

diwariskan kepada keturunannya. Pejantan Manguni pada Tabel 8 memiliki paling

banyak keturunan untuk tipe kuda pacu sprint, sedangkan pada Tabel 9 masing-

masing pejatan memiliki satu keturunan yang baik untuk tipe kuda pacu jarak jauh.

Urutan nama pejantan juga dapat menggambarkan bahwa keberhasilan faktor genetik

Page 34: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

22

tidak hanya ditentukan oleh genetik pejantan saja, melainkan juga oleh genetik dari

kuda betina sehingga hasil persilangannya akan lebih baik.

Nilai MPPA yang tersedia dapat digunakan untuk pemilihan kuda pejantan

sesuai kebutuhan sebagai upaya untuk evaluasi genetik dari kuda pacu Indonesia.

Kuda jantan yang dinilai unggul akan berhenti untuk dilombakan pada usia di atas 6

tahun. Kuda jantan yang telah dikastrasi memiliki kesempatan lari di pacuan yang

lebih lama dibandingkan dengan kuda betina dan kuda jantan yang tidak dikastrasi.

Hal ini terjadi karena kuda betina dan kuda jantan yang tidak dikastrasi tidak

dilarikan kembali di arena pacuan tetapi digunakan sebagai indukan

(Buttram et al., 1988).

Page 35: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sifat kemampuan kuda mempertahankan kecepatan berlari dikategorikan

menjadi kuda yang mengalami penurunan kecepatan berlari dan kuda yang

mengalami peningkatan kecepatan berlari. Ripitabilitas sifat mempertahankan

kecepatan untuk kelompok kuda pacu Indonesia yang mengalami penurunan

kecepatan berlari lebih besar daripada ripitabilitas kuda pacu Indonesia yang

mengalami peningkatan kecepatan berlari dengan kisaran angka sedang hingga tinggi

(0,7714 dan 0,3421). Kuda Satria adalah kuda yang unggul untuk sifat penurunan

kecepatan dan kuda Wali Nagari unggul untuk sifat peningkatan kecepatan berlari.

Kuda Pacu Indonesia lebih terarah pada pacuan jarak pendek. Hasil ini belum dapat

merepresentasikan kondisi KPI secara keseluruhan akibat minimnya sampel yang

digunakan untuk mewakili sebuah populasi.

Saran

Penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak perlu dilakukan.

Kuda-kuda yang mengalami penurunan kecepatan dapat direkomendasikan sebagai

tipe kuda yang baik untuk lari dengan jarak tempuh yang pendek (sprint) dan

sebaliknya untuk kuda-kuda yang mengalami peningkatan kecepatan berlari dapat

direkomendasikan untuk tipe kuda yang baik berlari di jarak jauh. Saran untuk

PORDASI selaku wadah olahraga berkuda khususnya pacuan kuda adalah pencatatan

pemenang dan waktu mencapai garis finish sebaiknya tidak dilakukan secara manual

dan mulai menggunakan alat yang lebih moderen sehingga waktu catatan yang

ditempuh kuda lebih akurat. Data kuda yang dicatat tidak hanya sebatas juara 1, 2,

dan 3 sebaiknya hingga urutan ke-10 atau lebih sehingga dapat lebih mudah

memperoleh data untuk melakukan evaluasi genetik demi kemajuan Kuda Pacu

Indonesia.

Page 36: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan kasih yang tidak pernah berubah dalam hidup penulis. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc. dan Ir.Ben

J.Takaendengan, M.Si selaku pembimbing skripsi atas kesabaran dan tanggungjawab

yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si. selaku pembimbing

akademik serta kepada Ir. Rini H Mulyono, M.Si. selaku dosen pembahas seminar

untuk setiap masukan dan motivasi yang terus diberikan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Jakaria S.Pt., M.Si. dan Ir. Moh

Agus Setiyana M.S. selaku dosen penguji sidang atas setiap kritik dan saran untuk

penulisan ini. Rasa terimakasih juga juga Penulis ucapkan untuk papa dan mama

terkasih yang senantiasa menyertai Penulis dengan dukungan doa dan kasih tiada

henti hingga Penulis boleh berhasil menyelesaikan skripsi ini, juga kepada Eka, Olin

dan keluarga besar Asaria Sapin yang boleh terus memberikan semangatnya.

Terimakasih untuk Priskila dan Cintya sudah menjadi sahabat yang baik dan terus

menjadi motivasi dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih juga untuk Justian, Ferdy,

Fuad, Omi, Betari, Rischa, Widi, Fasta,Arief, Riri, dan Sidiq sebagai teman

seperjuangan dalam penelitian. Terimakasih kepada Van Basten T, Mettha C,

Ribkha.S, Verawati, Desi.S, Christa, Joe.H, Bang Mediwan, Bang Icho dan rekan-

rekan Komisi Kesenian PMK IPB atas setiap dukungan doa dan perhatian yang telah

diberikan. Terimakasih Penulis sampaikan untuk Meiada, Ayu, Diara, Bertha, Uphi,

Riri dan teman-teman Kost Tri Dara. Terimakasih untuk asistensi Korintus dan EL-

Elyon, rekan-rekan PMK IPB, Kak Vidya, Nikita, Meldha, Silvia, Lasma, Liska dan

Ester sebagai komponen kelompok kecil penulis. Tidak lupa juga penulis

mengucapkan terimakasih untuk IPTP 44 atas kebersamaan selama 3 tahun. Akhir

kata Penulis mengucapkan termakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung

yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu dan kepada civitas akademika

Fakultas Peternakan IPB atas kerjasama dan dedikasi yang telah diberikan. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Mei 2011

Penulis

Page 37: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Kuda Thoroughbred. http://www.twilfire.net/theme_8.html.

[24 Maret 2011].

Arnason T & L. D. Van Vleck. 2000. Genetic improvement of the horse. In: A. T.

Bowling, A. Ruvinsky. editor. The Genetic of Horse. New York: Cabi

Publishing. hlm 473-498.

Badan Pusat Statistik. 2008. Minahasa Dalam Angka. Minahasa.

Becker, W. A. 1968. Manual of Procedures in Quantitative Genetics. 2nd

Ed.

Washington State University Press, Washington.

Blakely, J. & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Terjemahan : Bambang

Srigandono. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Bowling, A.T & A. Ruvinsky. 2000. The Genetics of the Horse. CABI Publishing.

London.

Buttram, S.T, R. L. Willham., D. E. Wilson & J. C. Heird. 1988a. Genetics of racing

performance in the American Quarter Horse: I. Description of the Data.

J. Anim. Sci, 66: 2791-2799.

Buttram, S.T, D.E. Wilson, & R.L. Willham. 1988b. Genetics of racing performance

in the American Quarter horse: III. Estimation of variance components.

J. Anim. Sci., 66: 2808–2816.

Dinas Komunikasi. 2009. Jakarta Timur. http://prov.jakarta.go.id. [08 April 2011].

Edwards, E. H. 1994. The Encyclopedia of Horse. First Published in Great Britan,

London.

Ensminger, M, E. 1962. Animal Science. Animal Agriculture Series. 5th

Ed. Printers

& Publisher, Inc. Danville, Illinois.

Hintz, R. L. 1980. Genetics of performance in the horse. J. Anim. Sci. 51: 582-594.

Islami, R.Z. 2007. Evaluasi performa kuda pacu Indonesia dan variasi sekuen DNA

mitokondria kuda (Equus caballus). Tesis. Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Kidd, J. 1995. Horses and Ponies of the World. Ward Lock Publishing, London.

Komisi Peternakan & Kesehatan Veteriner. 2000. Kumpulan Dokumen Pordasi.

Jakarta : PP PORDASI.

Lasley, J.E. 1978. Genetic of Livestock Improvement. 3rd

Ed. Prentice-Hall, Inc.,

Englewood Cliffs, New Jersey.

Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan

& Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar

Universitas Bioteknologi, IPB, Bogor.

Martojo, H & S. S. Manjoer. 1995. Ilmu Pemuliaan Ternak. Sisdiknas, Intim. Bogor.

Mc Bane, S. 1993. Keeping Horse. 2nd

Ed. Blackwell Scientific Publication,

Inc. USA.

Page 38: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

26

Moritsu Y., H. Funakoshi, & S. Ichikawa. 1994. Genetic evaluation of sires and

environmental factors influencing best racing times of Thoroughbred horses

in Japan. J. Equine Sci., 5,(2): 53–58.

Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya, Jakarta.

Oki H., Y. Sasaki., & R.L. Willham. 1994. Genetics of racing performance in the

Japanese Thoroughbred horse: II. Environmental variation of racing time on

turf and dirt tracks and the influence of sex, age, and weight carried on racing

time. J. Anim. Breed. Genet., (111): 128–137.

Pallawaruka, 1999. Ilmu Pemuliaan Ternak Perah. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

PORDASI. 2003. Peraturan Pacuan & Petunjuk Pelaksanaan Kejuaraan Nasional

Pacuan Kuda. Jakarta: PP. PORDASI.

Polak, G. M. 2008. Characteristics of the polish population of horses competing in

long-distance rides. J. Ann. Anim. Sci., 8, (2):103 – 111.

Prabowo, P.P. 2003. Produksi & Konsumen Daging Kuda di Yogyakarta. Makalah

Semiloka. Perkudaan Indonesia, Jakarta.

Richard A, E. Burns, & E.P. Cunningham. 2000. Genetics of performance traits.

In: A. T. Bowling, A. Ruvinsky Eds. The Genetic of Horse. New York: Cabi

Publishing.

Ricard A & M. Touvais. 2006. Genetic parameters of endurance races. Station the

genetic quantitative, INRA.

Soehardjono, O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang, Jakarta.

Vogel, C. 1995. Complete Horse Care Manual. Dorling Kindersley Limited, London.

Warwick, E. J., J. Maria Astuti & W. Harjosubroto. 1987. Pemuliaan Ternak.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wilson. D. E. 1991. Genetics of racing performance in the American quarter horse :

Adjustments for jockey weight. In: Proc. 4th World Congr. on Genetics Appl.

to Anim. Prod. XVI. p 198. Edinburgh, Scotland.

Page 39: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

LAMPIRAN

Page 40: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

Lampiran 1. Data Kecepatan Kuda Pacu Indonesia

Jarak

Tempuh

(Meter)

Kecepatan (meter/detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1200 16,4179 15,7804 15,3857 15,2876 15,3617 15,6638 15,1898 15,5690 15,1582 16,1080

1400 15,3846 14,9735 15,1981 15,1187 15,0093 15,2215 14,5639 15,5434 14,8936 15,3929

1600 14,8837 14,7959 14,7915 14,7587 14,8373 14,7912 14,5855 15,0957 14,6789 14,7540

Rataan 15,5620 15,18333 15,1251 15,0550 15,0694 15,2255 14,7798 15,4027 14,9102 15,4183

Jarak

Tempuh

(Meter)

Kecepatan (meter/detik)

1 2 3 4 5 6 7 8

1200 14,9843 14,7765 15,2155 15,3222 15,5339 14,8513 15,2462 13,4139

1400 15,7127 15,5348 15,7427 16,0919 15,6739 15,0537 15,7303 15,6716

1600 15,2293 15,4313 15,3772 15,4634 15,7614 15,7164 15,6006 15,2462

Rataan 15,3088 15,2476 15,4451 15,6258 15,6564 15,2071 15,5257 14,7772

Lampiran 2. Rekapitulasi Hasil Uji-t Nilai Penurunan Kecepatan dan Peningkatan Kecepatan antara Jantan dan Betina

Sifat Berlari Nilai t Nilai P (P-value) Hasil Uji-t

Penurunan Kecepatan 0,50 0,626 tn

Peningkatan Kecepatan 1,20 0,253 tn

Keterangan : tn= tidak nyata

Page 41: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

29

Lampiran 3. Data Peningkatan Nilai Kecepatan Lari Kuda dengan Selisih Dua Jarak Tempuh

Jarak

Tempuh

(Meter)

Peningkatan Kecepatan Berlari (Per 100 detik)

1 2 3 4 5 6 7 8

1200-1400 0,3642 0,3791 0,2635 0,3848 0,0700 0,1012 0,2420 1,1288

1200-1600 0,0613 0,1637 0,0404 0,0352 0,0569 0,2163 0,0886 0,4581

Rataan 0,2127 0,2714 0,1519 0,2100 0,0634 0,1587 0,1653 0,7935 Keterangan: 1= Better Boy (J), 2= Camry (B), 3= Duta Tonsea (J), 4= Jubah Putih (J), 5= Lady Antik (B), 6= Raskhy Ranger (J), 7= Super Model (B), 8= Wali

Nagari (J).

Lampiran 4. Data Penurunan Nilai Kecepatan Lari Kuda dengan Selisih Dua Jarak Tempuh

Jarak

Tempuh

(Meter)

Penurunan Kecepatan Berlari (Per 100 detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1200-1400 -0,5166 -0,4034 -0,0938 -0,0844 -0,1762 -0,2212 -0,3129 -0,0128 -0,1323 -0,3575

1200-1600 -0,3835 -0,2461 -0,1485 -0,1322 -0,1311 -0,2181 -0,1511 -0,1183 -0,1198 -0,3385

Rataan -0,4501 -0,3247 -0,1211 -0,1083 -0,1536 -0,2197 -0,232 -0,0655 -0,1261 -0,3480

Keterangan: 1= Blue Storm (J), 2= Bunga Bangsa (J), 3= Garuda King (J), 4= Maesa King (J), 5= Meraldo(J), 6= North Lady (B), 7= Sakti MM (B),8= Satria

Madura (J), 9= Srikandi Wenang (B),10= Xena (B).

Page 42: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

Lampiran 5. Analisis Keragaman Sifat Peningkatan Kecepatan Berlari Kuda Pacu

Indonesia

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas JK KT

KT yang

diharapkan

Antara Individu 7 0,0000717 0,0000102 2

Antara

pengamatan

dalam Individu

8 0,0000399 0,000005

Total 15 0,0001116

= 0,0000102 - 0,000005 = 0,0000026

2 0,0000026 + 0,000005

= 0,0000026 = 0,342105

SE (R) = √

= √2 (16-1)(1-0,342105)2[1+(2-1) 0,342105]

2

(2)2 (16-8) (8-1)

= 0,278924

R ± S.E = 0,342105 ± 0,278924

Page 43: ripitabilitas sifat kemampuan kuda pacu indonesia mempertahankan

31

Lampiran 6. Analisis Keragaman Sifat Penurunan Kecepatan Berlari Kuda Pacu

Indonesia

Sumber

Keragaman

Derajat

Bebas JK KT

KT yang

diharapkan

Antara Individu 9 0,0000279 0,0000031 2

Antara

pengamatan

dalam Individu

10 0,0000044 0,0000004

Total 19 0,0000323

=0,0000031- 0,0000004 = 0,00000135

2 0,00000135 + 0,0000004

=0,00000135 = 0,771428

SE (R) = √

= √2 (20-1)(1-0,771428)2[1+(2-1) 0,771428]

2

(2)2 (20-10) (10-1)

= 0,098838

R ± S.E = 0,771428 ± 0,098838