ringkasan eksekutif - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak...

14
RINGKASAN EKSEKUTIF PERLINDUNGAN ANAK DI PANTI ASUHAN (Studi Kasus di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali dan Daerah Istimewa Yogyakarta 2018 Peneliti: Mohammad Teja PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Upload: nguyenhanh

Post on 18-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERLINDUNGAN ANAK DI PANTI ASUHAN

(Studi Kasus di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali dan

Daerah Istimewa Yogyakarta

2018 Peneliti:

Mohammad Teja

PUSAT PENELITIAN

BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA

Page 2: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

1

Pendahuluan

Keterbatasan negara dalam memenuhi dan memberikan perlindungan kepada

anak tentunya memberikan kesempatan kepada setiap orang, atau sekelompok

masyarakat untuk ikut bertanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan dan hak tumbuh

kembang setiap anak yang ada di negara ini. Sebenarnya, pengasuhan anak terbaik

adalah anak tersebut diasuh, dilindungi, dibina, dirawat dan dibimbing proses tumbuh

kembangnya terpenuhi dari kedua orang tuanya. Tetapi, ketidakberuntungan dan pola

pengasuhan yang salah, sering menjadi persoalan yang mendasar bagi anak sehingga

menempatkan anak dalam situasi tidak bisa memilih dimana dan pada siapa mereka

tinggal.

Penelitian yang dilakukan oleh Protection Specialist Save The Children1 pada

2007 tentang Kualitas Pengasuhan di Panti Asuhan Anak Indonesia, bahwa 90 persen

anak di panti asuhan yang diteliti masih memiliki paling tidak salah satu orang tua dan

56 persen diantaranya masih memiliki kedua 0rang tua. Dan 6 persennya lah anak yang

benar-benar yatim piatu, dan 4 persen lagi adalah mereka yang tidak mengetahui

keberadaan orang tuanya. ini berarti, panti asuhan hanya sebagai penyedia akses

pendidikan, tempatinggal dan pemenuhan kebuhutuhan hidup anak. Sementara, BPS

juga mengatakan bahwa 60 juta anak Indonesia yang berumur kurang dari 5 tahun, 2,15

juta diantaranya tidak hidup dengan orang tuanya. padahal 72,5 persen dari 2,15 juta

anak itu masih memiliki satu orang tua, dan hanya 10 persen yang yatim piatu.

Panti asuhan tentunya menjadi upaya terakhir dan favorit bagi orang tua yang

ingin “melepaskan” tanggung jawabnya dari hak-hak anaknya. Ketersediaan panti

asuhan yang cukup banyak di Indonesia seperti yang dicatat Ditjen Rehsos saat ini

terdapat sekitar 8000 panti sosial dan yayasan sosial milik pemerintah, daerah dan

swasta, 2000 diantaranya belum mengantongi ijin resmi.2 Banyak kasus yang terjadi di

tahun kebelakang tentang pelanggaran hak-hak anak yang dilakukan oleh panti asuhan

atau yayasan sosial, oleh karena itu salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh panti

adalah sumber daya manusia yang faham terhadap Standar Nasional Pengasuhan Anak

dalam Lembaga (Peraturan Menteri Sosial No. 30 Tahun 2011)

1 Republika, “Waduh mayoritas anak di panti asuhan punya orang tua”,

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/12/15/152513-waduh-mayoritas-anak-di-panti-asuhan-punya-orang-tua, diakses pada 10 April 2018. 2Kemsos verivikasi keberadaan panti dan yayasan sosial, http://www.beritasatu.com/pendidikan/168081-

kemsos-verifikasi-keberadaan-panti-dan-yayasan-sosial.html, diakses pada 10 April 2018.

Page 3: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

2

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

perlindungan anak melalui pola pengasuhan anak di beberapa panti asuhan/ lembaga

pengasuhan yang ada di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan berbagai pola

pengasuhan yang beragam. Disatu sisi, ada lembaga pengasuhan yang melakukan

pengasuhan dengan pola memperhatikan tumbuh kembang anak, sebaliknya ada juga

lembaga pengasuhan yang kurang memperhatikannya, walaupun banyak sebab yang

bisa melatarbelakanginya. Kedua pola pengasuhan tersebut menarik untuk diteliti.

Penelitian ini berupaya untuk memotret pola pengasuhan anak di panti asuhan. Adapun

permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana perlindungan

dan pola pengasuhan anak yang dilakukan oleh panti asuhan?, apakah pola pengasuhan

tersebut dapat memberikan perlindungan dan kesempatan kepada anak untuk tumbuh

kembang dengan baik?

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh

lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang anak, dan

mengetahui gambaran bentuk kegiatan pola pengasuhan anak yang memberikan

kesempatan kepada anak untuk tumbuh kembang.dengan baik oleh lembaga

pengasuhan.

Hasil penelitian diharapkan memiliki kegunaan atau signifikansi baik praktis

ataupun akademis. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi upaya anggota DPR RI, bagaimana bentuk pola pengasuhan

lembaga pengasuhan anak sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia,

penelitian ini pula dapat memberikan pemahaman kepada pemerintah, masyarakat dan

khususnya kepada institusi keagamaan dalam memberikan perlindungan terhadap

anak. Sedangkan dari segi akademis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

daya kritis dan daya nalar sekaligus menambah pengetahuan wawasan ilmiah penulis,

sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami teori-teori dan sekaligus

memahami fakta empirik mengenai perlindungan anak.

Kerangka Pemikiran

Untuk memberikan tempat bagi anak sebagai generasi yang siap menghadapi

dan mempersiapkan kehidupannya, masyarakat dan negara sudah mulai harus

memperhatikan hak dasar yang dimiliki anak sebagaimana tercantum dalam UUD 1945

Page 4: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

3

berdasarkan Pasal 28B (ayat 2) UUD 1945, yang menyatakan bahwa “setiap anak

berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”, maka dapat dipastikan bahwa anak

mempunyai hak konstitusional dan negara wajib menjamin serta melindungi

pemenuhan hak anak yang merupakan hak asasi manusia (HAM).

Setiap anak sebagai individu memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

Huttman dalam Huraerah merinci kebutuhan anak antara lain (i) kasih sayang orang

tua; (ii) stabilitas emosional; (iii) pengertian dan perhatian; (iv) pertumbuhan

kepribadian; (v) dorongan kreatif; (vi) pembinaan kemampuan intelektual dan

keterampilan dasar; (vii) pemeliharaan kesehatan; (viii) pemenuhan kebutuhan

makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan memadai; (ix) aktifitas reaksional

yang konstruktif dan positif; serta (x) Pemeliharaan, perawatan, dan perlindungan3.

Sebagai bagian dari warga negara, anak memiliki hak dasar sebagaimana

tercantum dalam UUD 1945 berdasarkan Pasal 28B (ayat 2) UUD 1945, yang

menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”, maka

dapat dipastikan bahwa anak mempunyai hak konstitusional dan negara wajib

menjamin serta melindungi pemenuhan hak anak yang merupakan hak asasi manusia

(HAM).

Kebutuhan dasar tersebut merupakan bagian dari hak anak yang harus dipenuhi

lembaga pengasuhan anak. harapannya adalah agar pertumbuhan fisik, mental, juga

perkembangan intelektualnya tidak terganggu. Selain itu, pola pengasuhan anak juga

harus mencukupi semua kebutuhan anak akan haknya. Secara jelas hak dan kebutuhan

anak dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Kebutuhan Anak

Setiap anak sebagai individu memiliki kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi. Huttman dalam Huraerah merinci kebutuhan anak antara lain (i) kasih

sayang orang tua; (ii) stabilitas emosional; (iii) pengertian dan perhatian; (iv)

pertumbuhan kepribadian; (v) dorongan kreatif; (vi) pembinaan kemampuan

intelektual dan keterampilan dasar; (vii) pemeliharaan kesehatan; (viii)

pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal yang sehat dan

3 Huraerah,., Abu, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung, Penerbit Nuansa 2006, hal. 26

Page 5: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

4

memadai; (ix) aktifitas reaksional yang konstruktif dan positif; serta (x)

Pemeliharaan, perawatan, dan perlindungan.4

Layaknya kebutuhan pokok, apabila kebutuhan dasar tidak terpenuhi

maka tentunya akan berdampak negatif pada kegagalan dalam proses

pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, mental, dan sosial. Kondisi

tersebut menyebabkan anak akan mengalami kerentanan fisik akibat gizi dan

kualitas kesehatan yang buruk, melainkan pula mengalami hambatan mental,

lemah daya nalar dan bahkan perilaku maladaptif seperti autisme, nakal, sukar

diatur, yang kelak mendorong mereka menjadi manusia tidak normal dan

perilaku kriminal.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Soetarso dalam Huraerah

mengungkapkan bahwa kesejahteraan fisik intelektual, emosional, dan sosial

anak akan mengalami hambatan apabila anak mengalami (i) kekurangan gizi dan

tanpa perumahan yang layak; (ii) tidak mendapat bimbingan dan asuhan; (iii)

sakit dan tidak mendapatkan perawatan medis yang tepat; (iv) diperlakukan

salah secara fisik; (v) diperlakukan salah dan dieksploitasi secara seksual; (vi)

tidak memperoleh pengalaman normal yang menumbuhkan perasaan dicintai,

diinginkan, aman, dan bermartabat (vii) terganggu secara emosional karena

pertengkaran keluarga yang terus menerus, perceraian yang emmepunyai orang

tua yang menderita gangguan sakit jiwa; dan (ix) dieksploitasi, bekerja

berlebihan, terpengaruh oleh kondisi yang tidak sehat dan demoralisasi. Oleh

karenanya kebutuhan dasar tentunya harus diberikan dan dipastikan diperoleh

oleh anak.5

b. Pemenuhan Hak Anak

Sesuai dengan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam piagam PBB, hak

anak merupakan hak asasi untuk anak, yaitu pengakuan atas martabat yang

melekat dan tidak dapat dicabut oleh siapa pun. Anak-anak berhak untuk hidup,

memperoleh pendidikan, kesehatan, perlindungan, dan hak untuk menyatakan

pandangannya secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi

4 Abu Huraerah. Kekerasan terhadap Anak. Bandung: Penerbit Nuansa. 2006, hal. 26.

5 Ibid, hal 28.

Page 6: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

5

kehidupannya.6 Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) PBB pada tahun 1989

dinyatakan bahwa setiap anak yang berada di dalam yurisdiksi mereka, tanpa

diskriminasi apa pun, tanpa menghiraukan ras, warna kulit, jenis kelamin,

bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lain, kewarganegaraan, etnis,

atau asal-usul sosial, harta kekayaan, cacat, kelahiran atau status yang lain dari

anak atau orang tua anak atau wali hukum anak. KHA kemudian diratifikasi oleh

pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990.

KHA menyebutkan bahwa setiap negara harus mengambil semua langkah

yang tepat untuk menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk

diskriminasi atau hukuman atas dasar status, aktivitas, pendapat yang

diutarakan atau kepercayaan orang tua anak, wali hukum anak atau anggota

keluarga anak.

Sementara Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam

pasal 4 yang kemudian diturunkan ke dalam pasal-pasal berikutnya

menghimpun hak anak ke dalam empat hak pokok yakni hak hidup (right to life),

hak tumbuh kembang (rights to development), hak atas perlindungan (protection

rights), dan hak berpartisipasi (participation rights).

Pola Pengasuhan Anak

Pengasuhan anak adalah sistem pemeliharaan, pendidikan, perlindungan anak

dan/atau harta bendanya hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri demi kepentingan

terbaik bagi anak sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan kasih saying, kelekatan,

keselamatan, kesejahteraan, dan permanensi.

Pada dasarnya, pola pengasuhan anak merupakan bentuk yang diterapkan oleh

orangtua dalam mengasuh anak, biasanya gaya pengasuhan dapat diturunkan dari

orang tua ke orang tua yang melekat pada sang pengasuh. Menurut Jhon W. Santrock isu

bawaan-pengasuhan adalah perdebatan yang menyangkut sejauh mana perkembangan

dipengaruhi oleh bawaan atau pengasuhan. Bawaan (nature) merujuk pada warisan

biologis organism: pengasuhan (nurture) merujuk kepada pengalaman lingkungan.

Dalam penelitian ini faktor terpenting dalam perkembangan anak adalah lingkungan.7

6 Ibid, hal 21. 7 John W. Santrock, Remaja Edisi 11 jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 2007), hal 25.

Page 7: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

6

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Denzin dan Lincoln, menyebutkan bahwa penelitian kualitatif ditujukan untuk

mendapatkan pemahaman yang mendalam melalui first-hand dari peneliti yang

langsung berproses dan melebur menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dengan

subjek dan latar yang akan diteliti berupa laporan yang sebenar-benarnya, apa adanya,

dan catatan-catatan lapangan yang aktual. Pendekatan penelitian kualitatif

menekankan pada teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, sehingga peneliti

harus terlibat langsung dalam melakukan dialog (wawancara mendalam) dengan

informan di lapangan

Dalam penelitian ini diperlukan informan-informan yang dianggap mampu dan

mempunyai kompetensi untuk memberikan informasi tentang masalah penelitian ini.

Sumber data lainnya yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau

sumber pertama di lapangan sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari

sumber kedua atau sumber sekunder.

Adapun teknik pemilihan informan ditentukan secara purposive sampling, teknik

ini digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian

dari pada sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian.8 Jadi yang akan diambil

sebagai anggota sampel berdasarkan pada pertimbangan yang sesuai dengan maksud

dan tujuan penelitian.

Pengumpulan data dilakukan mengutamakan pandangan informan (perspectif

emic), dan peneliti sendiri memerankan diri sebagai instrumen utama (key instrument)

yang terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengumpulan data dengan cara

wawancara mendalam. Selain teknik wawancara, pengumpulan data dilakukan juga

dengan cara Focus Group Discussion/FGD, yaitu teknik pengumpulan data dimana

sekelompok orang yang terkait dengan topik penelitian berdiskusi memperoleh

informasi yang mendalam tentang sesuatu topik yang sedang dipelajari atau diteliti.

Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Secara operasional analisis data

kualitatif adalah proses menyusun data (menggolongkannya dalam tema atau kategori)

agar dapat ditafsirkan atau diinterpretasikan. Pada prinsipnya analisis ini dilakukan

8 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press. 2001,

hal. 118.

Page 8: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

7

setiap saat selama penelitian berlangsung.9 Kegiatan pengumpulan data dan analisis

data dalam penelitian ini tidak terpisah satu sama lain. Keduanya berlangsung secara

simultan dan prosesnya berbentuk siklus. Pengumpulan data merupakan bagian

integral dari kegiatan analisis data. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan analisis

data model interaktif melalui tiga alur kegiatan sebagaimana dikemukakan Miles dan

Huberman, yaitu: 1) reduksi data, 2) display data, dan 3) penarikan

kesimpulan/verifikasi, seperti digambarkan sebagai berikut:10

Keabsahan hasil penelitian ini diupayakan memenuhi kriteria atau standar

validitas dan reliabilitas sebagaimana dikemukakan Lincoln dan Guba (1985:12) yaitu:

credibility, dependability, confirmability, dan transferability

Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasikan. Transferability

penelitian ini tergantung pada pembaca dan pemakai hasil penelitian, yakni hingga

mana hasil penelitian ini dapat digunakan dalam konteks dan situasi lain. Hasil

penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana para

pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang

konteks dan fokus penelitian. Pencapaian kriteria ini dilakukan dengan cara

mendeskripsikan temuan penelitian seutuh dan serinci mungkin sehingga pembaca dan

pemakai memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus

penelitian. Dengan memahami substansi penelitian ini, maka terbuka bagi pembaca dan

pemakai untuk menggunakannya pada konteks dan waktu lain yang mempunyai

permasalahan serupa dengan penelitian ini.

Simpulan Saran

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Pemerintah Pusat dan Daerah telah

memberikan kemudahan ijin dengan seleksi ketat terhadap pendirian lembaga atau

yayasan yang bergerak dalam bidang pengasuhan anak. Dalam penelitian ini panti

asuhan yang diteliti memiliki program di dalam dan diluar panti yang melibatkan pihak

yayasan/lembaga juga masyarakat di lingkungan sekitar panti asuhan.

Karakteristik setiap panti memiliki kekhususan dalam memilih pola

pengasuhannya, seperti panti asuhan Yayasan Gayatri Widya Mandala adalah panti

asuhan Hindu Tabanan, pertama dan satu-satunya di Tabanan yang khusus mengasuh

9 Bogdan, R.C & Biklen, S.K. 1992. Qualitative Research for Education: An Introduction to

Theory and Methods. Boston: Allyn & Bacon. 1992, hal. 29. 10 Miles, M.B., & Huberman, A.M. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of new Methods.

2nd ed. California: Sage. 1994, hal. 23

Page 9: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

8

dan membina anak - anak Hindu Bali, yatim, piatu, yatim piatu, terlantar (kurang

beruntung), mengutamakan pembentukan karakter, melestarikan kearifan budaya lokal

(Ajeg Bali), keterampilan, dan pendidikan, wirausaha. yang semuanya didasari atas

Dharma Yadnya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Untuk Yayasan SOS Desa Taruna, karena berada di beberapa wilayah di

Indonesia, khusus untuk di Bali anak yang diasuh dalam panti merupakan anak yang

beragama Hindu.

Kedua Lembaga Pengasuhan Sosial Anak ini dalam melakukan proses seleksi

penerimaan anak yang didahului oleh pengamatan terhadap latar belakang anak dan

keluarganya. Dan memastikan dengan benar bahwa anak perlu dan membutuhkan

pengasuhan alternatif, atau memang dapat memberikan bantuan dalam mendampingi

tumbuh kembang anak dalam keluarga inti mereka.

Dari kedua LPSA yang diteliti, diketahui bahwa pendiri lembaga-lembaga

tersebut adalah mereka yang tergerak hatinya, berkomitmen memberikan pengasuhan

terhadap anak yang kehilangan pengasuhan orang tuanya. Karena pengasuhan orang

tua adalah kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak (keluarga dan

rumah juga kasih sayang).

Program pengasuhan utama yang dilakukan oleh SOS Desa Taruna sebagai

lembaga/yayasan nirlaba non-pemerintah adalah Family-Base Care dan Family

Strenghtening.

Pengasuhan berbasis keluarga ( Family Based Care ) adalah sebuah bentuk

pengasuhan alternatif untuk anak, yang kurang lebih bentuknya sama dengan keluarga

pada umumnya. Dalam hal ini, termasuk juga bentuk lain pengasuhan, seperti keluarga

asuh (foster care) yang dilakukan oleh SOS Children's Villages. SOS Children's Villages

meyakini bahwa Keluarga SOS (SOS Families) sebagai bentuk pengasuhan berbasis

keluarga bertujuan menciptakan lingkungan keluarga pengganti yang mampu

memberikan pengasuhan yang layak dan aman sehingga anak-anak bisa mendapatkan

kembali kehangatan keluarga yang penuh perhatian dan masa kanak-kanakan yang

membahagiakan.

Keluarga SOS tinggal dalam satu rumah yang berisi 8 sampai 10 anak dengan

seorang Ibu Asuh (Foster Mother). Saudara kandung tetap dipertahankan bersama

dalam satu rumah keluarga atas dasar prinsip yang terbaik untuk anak. Keluarga SOS

terdiri dari anak-anak yang berbeda usia dan jenis kelamin yang secara alami berlaku

Page 10: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

9

sebagai adik-kakak seiring dengan tumbuhnya pertalian keluarga. Selain itu,

pengasuhan anak di dalam SOS Children's Village dilaksanakan atas dasar persamaan

agamanya, agar mereka sedini mungkin dapat memperoleh pendidikan agamanya di

bawah pimpinan seorang pengasuh yang seagama, yang menjadi pengganti ibunya.

Keluarga-keluarga SOS tinggal bersama, membentuk lingkungan desa yang

mendukung anak-anak menikmati kegembiraan masa kanak-kanak mereka. Mereka

juga hidup sebagai anggota yang berintegrasi dan memberikan kontribusi bagi

masyarakat setempat. Melalui keluarga, desa dan masyarakat, setiap anak belajar ambil

bagian secara aktif di dalam masyarakat. Disamping itu, akar budaya yang kuat dari

masyarakat sekeliling akan diintegrasikan dan dipertahankan dalam lingkungan SOS

Children's Villages, agar anak-anak tetap tumbuh dalam lingkungan dan akar budaya

yang sama.

Family Strengthening Programme, Tempat terbaik untuk tumbuh kembang

seorang anak adalah di dalam pengasuhan dan perlindungan keluarganya. Supaya

keluarga-keluarga mampu menyediakan lingkungan yang asah-asih-asuh, stabil, dan

aman, SOS Children's Villages memberikan pelayanan dasar langsung kepada anak dan

juga meningkatkan kapasitas orang tuanya. SOS Children's Villages juga memperkuat

dukungan sistem sosial di komunitas untuk memberdayakan & memperkuat kapasitas

keluarga agar mampu memberikan pengasuhan berkualitas untuk anak-anaknya yang

bertujuan pada kemandirian keluarga tersebut.

Kestabilan keluarga diciptakan dan hubungan orang tua dan dan anak diperkuat

melalui pelatihan parenting, hak-hak anak, resolusi konflik dan lain-lain. Berbagai

keterampilan seperti perencanaan keluarga, perencanaan keuangan keluarga dan

mencari pekerjaan juga diberikan. SOS Children's Villages Indonesia bekerja sama

dengan berbagai mitra dan lembaga masyarakat, memperkuat masyarakat atau

komunitas agar mampu membantu keluarga-keluarga dan memperkuat jaring

pengaman untuk anak-anak yang terlantar serta keluarganya di dalam sebuah

komunitas.

Penguatan keluarga bisa juga termasuk pelayanan lain untuk komunitas yang

lebih luas, seperti taman kanak-kanak, mobile play groups, day care untuk anak yang

ibunya bekerja, dukungan untuk remaja yang orang tuanya meninggal atau sakit,

penasehat hukum (misalnya, hak-hak berdasarkan hukum dan hak-hak memperoleh

pelayanan dari pemerintah).

Page 11: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

10

Berbagai dukungan tersebut akan diberikan hingga mandiri dan mampu

memberikan pengasuhan yang layak kepada anak-anaknya. Ini berarti bahwa keluarga

tersebut telah mempunyai pengetahuan, keahlian, dan sumber daya yang cukup untuk

memberikan perlindungan kepada anak-anaknya serta telah mampu memenuhi

kebutuhan dasar anak-anaknya, termasuk kelangsungan hidup dan perkembangannya

saat ini dan seterusnya.

Tidah hanya SOS Desa Taruna, Yayasan Gayatri Widya Mandala juga melakukan

program pengasuh anak di dalam dan di luar lembaganya. Kedua lembaga ini

memberikan pelayanan pengasuhan anak dengan memberikan bantuan pengetahuan,

dan bantuan sekolah bagi anak yang benar-benar membutuhkannya dengan

pendampingan yang dilakuikan oleh pengurus masing-masing lembaga tersebut.

Dalam pengasuhan anak telah juga ada Standar Nasional Pengasuhan Anak

(SNPA) dalam PEMENSOS No. 30/HUK/2011. Lembaga Kerjahteraan Sosial Anal

memerlukan SNPA agar tercapainya pemenuhan hak anak, pengasuhan anak untuk

melindungi anak itu sendiri terpenuhi. Dimana perlakuan salah kepada anak atau

kejahatan terhadap anak dapat dihindari sedini mungkin, misalnya perlakuan salah

kepada anak, keterlantaran, kekerasan terhadap anak, ekploitasi anak, dan diskriminasi

kepada anak.

Tujuan standar itu sendiri antara lain, memperkuat pemenuhan hak anak untuk

mendapatkan pengasuhan dalam keluarganya, memberikan pedoman bagi LKSA dalam

melaksanakan perannya sebagai alternatif terakhir dalam pengasuhan anak,

mengembangkan pelayanan langsung untuk mendukung keluarga yang menghadapi

tantangan-tantangan dalam pengasuhan anak, mendukung pengasuhan alternatif

berbasis keluarga melalui orang tua asuh, perwalian, dan adopsi, dan memfasilitasi

instansi yang berwenang untuk mengembangkan Sistem pengelolaan LKSA yang sesuai

dengan kebutuhan anak dan keluarganya, termasuk dalam pengambilan keputusan

tentang pengasuhan, perijinan pendirian LKSA, monitoring dan evaluasi kinerja LKSA.

Beberapa prinsip Standar Nasional Pengasuhan anak di Indonesia adalah:

1. Hak anak memiliki keluarga

2. Pencegahan keterpisahahan keluarga

3. Tanggung jawab dan peran keluarga (orang tua)

4. Tanggung jawab negara

5. Dukungan keluarga (family support) untuk pengasuhan

Page 12: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

11

6. Pengasuhan alternatif

7. Kepentingan terbaik anak

8. Keberlangsungan hidup dan perkembangan anak

9. Partisipasi anak dalam memutuskan pengasuhan

10. Non-diskriminasi

Dalam pengasuhan anak di alternatif pengasuhan selain keluarga inti, tentunya

ada kreterianya, seperti keluarga tidak memberikan pengasuhan, mengabaikan atau

melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya., anak yang tidak memiliki keluarga atau

keberadaan keluarga atau kerabatnya tidak diketahui, anak yang menjadi korban

kekerasan, perlakuan salah, penelantaran atau eksploitasi, sehingga demi keselamatan

dan kesejahteraan diri mereka, pengasuhan dalam keluarga justru bertentangan dengan

kepentingan terbaik anak, dan Anak yang terpisah dari keluarga karena bencana baik

konflik sosial maupun bencana alam.

Pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan alternatif

terakhir dari pelayanan pengasuhan alternatif untuk anak-anak yang tidak bisa diasuh

di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat, atau keluarga pengganti. Alasan anak

masuk atau dimasukkan dalam pengasuhan alternatif dikarenakan beberapa alasan,

antara lain Keluarga tidak memberi pengasuhan yang memadai, mengabaikan, lepas

tanggung jawab anak tidak memiliki keluarga, anak menjadi korban kekerasan,

perlakuan salah, eksploitasi, anak terpisah keluarga karena bencana.

Proses LKSA dalam menempatkan anak harus berdasarkan assasment secara

berkala dan teraturhal ini dimaksudkan agar anak cepat dikembalikan kepada keluarga

intinya, jika keberadaan keluarga tidak diketahui keberadaannya, lembaga perlu

mencarikan solusi pengasuhan alternatif berbasis keluarga pengganti, penempatan

anak di LKSA berdasarkan rujukan dari pihak lain. Pengasuhan yang diberikan oleh

LKSA melalui Dukungan langsung ke keluarga atau keluarga pengganti (family support),

pengasuhan sementara berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dengan tujuan

menjamin keselamatan, kesejahteran diri, dan terpenuhinya kebutuhan permanensi

anak, fasilitasi dan dukungan pengasuhan alternatif berbasis keluarga pengganti.

Dalam pelayanannya terhadap anak, lembaga harus memiliki SOP yang meliputi,

penerimaan dalam panti, penerimaan anak dalam situasi darurat, anak tetap dalam

Page 13: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

12

asuhan keluarga, penempatan anak dalam keluarga pengganti, rujukan, pelayanan anak

dalam panti, reunifikasi, dan terminasi layanan pengasuhan.

Selain itu pengasuhan memiliki indicator untuk mendorong pertumbuhan dan

perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik, mental maupun sosial.

Pengasuhan adalah sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orang tua dan

anak. Pengasuhan adalah proses sosialisasi, interaksi yang tidak bisa dilepaskan dari

sosial budaya dimana anak itu dibesarkan.

Page 14: RINGKASAN EKSEKUTIF - berkas.dpr.go.id fileuntuk mengetahui gambaran bentuk pola pengasuhan anak yang diberikan oleh lembaga/yayasan panti asuhan dalam memperhatikan tumbuh kembang

13

DAFTAR PUSTAKA

“Lembaga keagamaan.” http://www.kamusbesar.com/53945/lembaga-keagamaan. diakses tanggal 10 April 2018.

“Peran Lembaga Keagamaan dalam Meningkatkan Kualitas keberagamaan Siswa di Kota Padang.” http://tarbiyahiainib.ac.id/dekan/artikel/444-peran-lembaga-keagamaan-dalam-meningkatkan-kualitas-keberagamaan-siswa-di-kota-padang. Diakses Tanggal 10 April 2018

“Peran lembaga keagamaan terhadap Penanggulangan KDRT terhadap Perempuan di Yograkarta.” http://aamwibowo.wordpress.com/2011/11/19/peran-lembaga-keagamaan-terhadap-penanggulangan-kdrt-terhadap-perempuan-di-kota-yogyakarta/ diakses tanggal 10 April 2018

Beritasatu. “Kemsos verivikasi keberadaan panti dan yayasan sosial,” http://www.beritasatu.com/pendidikan/168081-kemsos-verifikasi-keberadaan-panti-dan-yayasan-sosial.html, diakses pada 10 April 2018.

Bogdan, R.C & Biklen, S.K. 1992. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn & Bacon. 1992.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press. 2001.

Hawari, Dadang. AlQuran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. 1996.

Huraerah, Abu. Kekerasan terhadap Anak. Bandung: Penerbit Nuansa. 2006.

Joni, Muhammad. Menelaah Undang-Undang Perlindungan Anak. Jakarta Komnas Perlindungan Anak. 2004.

Jus’at, Idrus dan Abas Basuni Jahari. (2000). Review Antropometri Secara Nasional dan Internasional. Bogor.

Miles, M.B., & Huberman, A.M. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of new Methods. 2nd ed. California: Sage. 1994.

Mulheir, G., Deinstitutionalisation – A Human Rights Priority for Children with Disabilities, Equal Rights Review, Volume 9, 2012.

Republika, “Waduh mayoritas anak di panti asuhan punya orang tua”, http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/12/15/152513-waduh-mayoritas-anak-di-panti-asuhan-punya-orang-tua, diakses pada 10 April 2018.

Santrock, John W. Remaja Edisi 11 jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2007.

Slavin, Rorbert E. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks. 2008.