ringkasan eksekutif informasi kinerja...
TRANSCRIPT
Ringkasan Eksekutif 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUPDAERAH
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017
DIKPLHD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017
DIKPLHD Provinsi Kalimantan Timur disusun oleh Tim yang dibentuk oleh
Gubernur Kalimantan Timur dengan Surat Keputusan nomor: 660.2/K.167/2018
tentang Pembentukan Tim Penyusun Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Prov. Kaltim.
VISI DAN MISI PEMERINTAH PROV. KALTIM TAHUN 2005-2023
Kalimantan Timur telah menetapkan visi pembangunan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Tahun 2005-2023 adalah
"TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG ADIL DAN SEJAHTERA
DALAM PEMBANGUNANBERKELANJUTAN".
Visi tersebut diwujudkan melalui 5 misi, misi yang ke-5 adalah Mewujudkan
pembangunan yang terpadu dan serasi dengan pendekatan pengembangan
wilayah berbasis ekonomi danekologi.
VISI DAN MISI PEMERINTAH PROV. KALTIM TAHUN 2013-2018
Saat sekarang ini Pemerintah Prov. Kaltim telah memasuki Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang ke-3, yaitu tahun 2013-2018. Visi
Pembangunan Kalimantan Timur tahun 2013-2018 adalah “MEWUJUDKAN
KALTIM SEJAHTERA YANG MERATA DAN BERKEADILAN BERBASIS
AGROINDUSTRI DAN ENERGI RAMAH LINGKUNGAN”, yang
diwujudkanmelalui 5 misi, dimana misi ke-5 adalah Mewujudkan kualitas
lingkungan yang baik dan sehat serta berperspektif
perubahaniklim.Sedangkan tujuan pembangunan Kalimantan Timur dalam jangka
menengah (2013- 2018) ada 6 tujuan, dimana tujuan ke- 3 adalah : Meningkatkan
pertumbuhan ekonomi hijau; dan tujuan ke-6 adalah: Meningkatkan kualitas
lingkungan hidup.
Indikator yang digunakan dalam menilai keberhasilan arah pembangunan
Kalimantan Timur dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup terdisi
Ringkasan Eksekutif 2
atas 2 (dua) sasaran, yaitu: (1) Meningkatnya Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup (IKLH);dan (2) Menurunnya Tingkat Emisi Gas Rumah Kaca(GRK).
Program kegiatan dalam upaya pencapaian prioritas Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup Prov. Kaltim yang dilaksanakan melalui 10 program dan 41
kegiatan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp18,52 Milyar, dengan capaian sasaran
prioritas IKLH 83,19%, sedangkan untuk sasaran penurunan intensitas tingkat
emisi GRK adalah sebesar 1.368 ton CO2/PDRB US $juta.
INDEKS KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Prov. Kaltim meliputi: (1) Indeks
Kualitas Air; (2) Indeks Kualitas Udara; dan (3) Indeks Kualitas Tutupan Hutan.
Pada tahun 2013, kondisi awal IKLH Kaltim adalah 74,07. Pada tahun 2017
targetnya adalah 81,99, sedangkan realisasi yang dapat dicapai adalah 82,64,
termasuk dalam kategori sangat baik (82 < sangat baik< 90), dikarenakan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah menunjukan peningkatan kinerja
dalam pengelolaan lingkungan hidup terutama dalam aspek pengendalian
pencemaran air, udara ambient dan tutupan hutan.
PENURUNAN INTENSITAS EMISI KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
Strategi Pembangunan Kaltim yang berkelanjutan dan Ramah Lingkungan telah
disusun dan mewarnai kebijakan dan arah pembangunan daerah, demikian pula
strategi dan rencana aksi penurunan emisi GRK telah dihasilkan dan dilaksanakan,
dimana strategi pembangunan tersebut memastikan pembangunan ekonomi dan
pengurangan emisi dikuatkan dan dilaksanakan secara bersama. Bagi Provinsi
Kaltim yang sedang membangun, strategi yang dipilih adalah menciptakan dan
mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang memiliki nilai ekonomi dan nilai
tambah tinggi, namun disisi lain menghasilkan emisi yang rendah. Namun disisi
lain laju deforesterasi (41.817 ha/tahun) yang lebih tinggi dari kemampuan
Pemprov. Kaltim untuk melakukan rehabilitasi lahan menyebabkan
Kaltimmerupakan provinsi penyumbang emisi GRK ke-3 terbesar dari 34
Provinsi, yang sebagian besar berasal dari kegiatan konversi hutan dan
penggunaan lahan lainnya. Konversi hutan disebabkan karena kegiatan
perkebunan kelapa sawit, kehutanan, pertambangan, pertanian dengan emisi yang
berasal dari deforesterasi, degradasi hutan, kebakaran hutan dan lahan. Kontribusi
Ringkasan Eksekutif 3
sebesar: (1) 96,16 % berasal dari kegiatan berbasis lahan (alih fungsi kawasan
hutan dan lahan). Sedangkan emisi yang berasal dari (2) sektor energi, transportasi
dan industri berkontribusi 3,17 % dan diikuti dengan (3) emisi dari sektor limbah
sebesar 0,64 %.Untuk Penurunan intensitas emisi GRK, maka kondisi awal pada
tahun 2013 adalah 1.500, realisasi pada tahun 2015 adalah 1.738, target pada tahun
2016 adalah 2000, dengan realisai yang dapat dicapai adalah 1.368. Berarti telah
melebihi dan mencapai target yang ditetapkan.
ISU PRIORITAS LINGKUNGANHIDUP
Isu prioritas lingkungan hidup adalah permasalah lingkungan hidup strategis yang
memenuhi kriteria antara lain, yaitu: (1) merupakan kerusakan sumber daya alam
dan kerusakan keanekaragaman hayati; (2) merupakan pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup yang berdampak signifikan terhadap kehidupan
sosial, ekonomi, budaya dan kualitas lingkungan hidup; dan (3) mendapatkan
perhatian publik yang luas, serta perlu ditanganisegera.
Untuk mendapatkan isu prioritas lingkungan hidup di wilayah Provinsi
Kalimantan Timur, dilakukan dalam 3 (tiga) tahap kegiatan yaitu: (1) Tahapan
identifikasi isu lingkungan hidup; (2) Tahapan evaluasi dan verifikasi isu
lingkungan hidup; dan (3) Tahapan penetapan 3 isu prioritas lingkungan hidup
beserta analisis PSR (Pressure, State, danResponse).
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) tanggal 13 Maret 2018,
maupun hasil diskusi-diskusi terkait lainnya sepanjang Juni 2017 s/d Mei 2018
yang diikuti/dihadiri Tim Penyusun DIKPLHD Prov. Kaltim Tahun 2017
ditetapkan 4 Isu Prioritas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Tahun 2017, yaitu: (1).
Isu Dampak yang Diakibatkan Perubahan Iklim; (2). Isu Ancaman terhadap
Kawasan Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat; (3). Isu Dampak yang
Diakibatkan Kegiatan Pertambangan Batubara; dan (4). Isu Ancaman Kawasan
Delta Mahakam.
UPAYA (RESPONSE) ATAS ISU DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
Isu Strategis dari Dampak Perubahan Iklim meliputi upaya: (1) Mitigasi GRK
terhadap (a) Emisi Sektor Berbasis Lahan; (2) Emisi Sektor Energi, Transportasi
dan Proses Industri; dan (3) Emisi Sektor Limbah, dan Adaptasi terhadap (a)
Sektor Sumber Daya Air; (b) Sektor Bencana; dan (c) Sektor Kesehatan.
Ringkasan Eksekutif 4
ARAHAN KEGIATAN PENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
BERBASIS LAHAN:
1. Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) disertai dengan penguatan
kelembagaan, dukungan kebijakan, peningkatan kapasitas pengelola,
percepatan penyusunan Rencana Pengelolaan KPH, serta dukungan pendanaan
bagi operasional KPH yangoptimal.
2. Penguatan kelembagaan kelompok muda dalam mendukung upaya pemulihan
kawasan, melalui pembentukan dan penguatan Kelompok Pelajar, Mahasiswa
dan Pemuda yang mendukung upaya perlindungan dan pemulihan kawasan
hutan, pengembangan kurikulum dan program sekolah hijau/Adiwiyata, serta
dukungan program dan kegiatan kelompokmuda.
3. Penguatan kelembagaan desa (Pemerintah Desa, Badan Perwakilan Desa,
Badan Usaha Milik Desa) di dalam mendukung perlindungan dan pemulihan
kawasan hutan dan gambut, melalui perencanaan pembangunan desa hijau dan
penataan ruang desa yang berperspektif perubahan iklim (Program Kampung
Iklim), peningkatan kapasitas, serta pengembangan peraturan dan kebijakan
yang mendukung haltersebut.
4. Identifikasi, Verifikasi dan Validasi, serta Penetapan Masyarakat Hukum Adat,
beserta Kawasan Kelola Adatnya, berdasarkan Perda Kaltim Nomor 1/2015
tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di
Provinsi Kalimantan Timur, dimana Pemerintah memiliki kewenangan
penetapan tanah ulayah, berdasarkan wilayah kewenangannya, serta melakukan
peningkatan kapasitas masyarakat hukum adat, kearifan lokal dan
pengetahuantradisional.
5. Percepatan Penetapan (pengukuhan) Kawasan Hutan. Hingga tahun 2014, telah
dilakukan penetapan kawasan hutan di Kaltim sebanyak 45 unit kawasanhutan.
ARAHAN MITIGASI SEKTOR LIMBAH
1. Kebijakan dan pengembangan insentif yang mendorong penurunan sampah
rumah tangga, melalui kampanye reduksi sampah, penggunaan tas belanja tidak
sekali pakai, pengembangan kegiatan daur ulang dan guna ulang barang.
2. Pengembangan usaha-usaha daur ulang sampah di Balikpapan, Samarinda,
Botang, Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara, melalui dukungan
kebijakan dan insentifusaha.
Ringkasan Eksekutif 5
3. Peningkatan kualitas pengelolaan Tempat Pengolahan Akhir Sampah yang ada
di kawasan perkotaan, termasuk peningkatan cakupan wilayah layanan dan
flaring gasmethane.
4. Pengurangan limbah padat industri sebesar 20%, dengan memanfaat-kannya
sebagai bahan bakar pembangkit listrik atau untuk proses produksi, serta
menerapkan perlakukan aerobic treatment dan kolam anaerobik dangkal
(anaerobic shallowlagoon).
5. Implementasi pemanfaatan limbah cair, diantaranya pemanfaatan limbah cair
kelapa sawit (POME) sebagai sumber energilistrik
ARAHAN MITIGASI SEKTOR INDUSTRI, ENERGI, TRANSPORTASI
1. Pengembangan pembangkit listrik dengan energi terbaharukanmenggunakan
tenaga matahari, air, biogas dankayu: a). Pembangunan PLTA Tabang sebesar
205MW; b). Pembangunan PLTA Kelay sebesar 150MW; c). Pembangunan
PLTS terpusat off grid 2 x 7 MWp; d). Pembangunan PLTS terpusat on grid 2
x 10MWp; e). Pembangunan digester biogas skala besar 108unit; dan f).
Pembangunan Pembangkit Listrik berbahan bakar kayu (woodpellet).
2. Pengembangan pembangkit listrik skalakecil: a). Pembangunan 20 unit PLTMH
masing-masing 1MW; b). Pembangunan digester Biogas skala kecil sebanyak
1.115unit; c). Pengembangan pembangkit listrik berbahan wood-pelet dipedesaan.
3. Penghematan energy industri: a). Penghematan industri PT BadakNGL; b).
Penghematan industri PT Pupuk Kaltim; c). Penghematan industri PT. Pertamina.
4. Perbaikan pola angkutan massal: a). Smart driving; b). Peremajaan angkutan
umum; c). Pembangunan integrated transportation system (ITS); dan
Pengembangan Bus Rapid Transit (BRT).
UPAYA (RESPONSE) ATAS ISU DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA
1. Pemprov. Kaltim telah menerbitkan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang
Prov. Kaltim tahun 2016-2036, yang telah menetapkan luas kawasan
pertambangan kurang lebih 5.227.136 hektar, dengan mengatur dan membatasi
kegiatan pertambangan ssesuai arahan zonasi, termasuk jarak minimal kegiatan
pertambangan batubara denganpermukiman.
2. Berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah Prov. Kaltim dengan menggunakan
analisis status lahan kegiatan pertambangan harus memenuhi aspek CnC (Clear
Ringkasan Eksekutif 6
and Clean) berupa sertifikat CnC yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat
dengan rekomendasi CnC dari pemerintah provinsi, maka Jumlah IUP yang
berpotensi dicabut sebanyak 826 IUP (atau 58,83% dari 1.404 IUP) dengan
total luas lahan kurang lebih 2.488.052,12 ha yang akan dicabut.
3. Pemerintah Prov. Kaltim dalam rangka mengatur peningkatan produksi
batubara dalam kaitannya dengan kewajiban reklamasi dan revegetasi serta
penutupan lubang tambang, maka diterbitkanlah Perda Kaltim Nomor 01/2014
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana pada pasal
30-31 diatur bahwa setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
penambangan batubara yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup, maka dalam hal melakukan peningkatan produksi,
diwajibkan telah melaksanakan reklamasi dan revegetasi minimal 40 % (empat
puluh persen) dari luasan lahan yang telah dibuka, dan telah melaksanakan
penutupan lubang tambang minimal 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah
lubang yang telah dibuka (baik lubang aktif dan tidakaktif).
4. Pemerintah Prov. Kaltim dalam rangka mengatur penyelenggaran reklamasi
dan pasca tambang telah menerbitkan Perda Kaltim Nomor 08/2013 tentang
Penyelenggaraan Reklamasi dan Pasca Tambang, yang pada pasal 9telahdiatur
secara lebih ketat daripada aturan Pemerintah Pusat, dimana indikator
keberhasilan reklamasi wajib memenuhi syarat minimal dalam tahapan
kegiatan penataan lahan, revegetasi dan pemantauan, yaitu rencana sisa lubang
tambang akhir (void) harus memiliki luasan maksimal 10% dari luasan areal
terganggu, sedangkan pusat mengatur maksimal 20% dari luas IUP apabila
lubangnya terkonsentrasi atau tidak lebih dari 30% dari luas IUP apabila
lubangnya terfragmentasi.
5. Pemerintah Prov. Kaltim telah menetapkan Perda Nomor 02/2011 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana pada
Lampiran I.27 mengatur Baku Mutu Air Limbah untuk Kegiatan Pertambangan
Batubara, meliputi parameter TSS, Besi Total (Fe), mangan Total (Mn) dan pH.
Parameter TSS perusahaan batubara wajib melakukan
pemantauan/pengambilan sampling minimum 2x/ minggu, parameter pH wajib
diukur setiap hari, sedangkan parameter Fe dan mewajib diukur minimal setiap
bulan. Juga ditetapkan baku mutu air limbah untuk kegiatan pertambangan
batubara yang melakukan proses pencucianbatubara.
Ringkasan Eksekutif 7
6. Pemerintah Prov. Kaltim telah menerbitkan Perda Kaltim Nomor 10/2012
tentang Penyelenggaraan Jalan Umum dan Jalan Khusus untuk Kegiatan
Pengangkutan Batubara dan Kelapa Sawit dan diperkuat dengan Peraturan
Gubernur Kaltim Nomor 43/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Jalan umum dan Jalan Khusus untuk Kegiatan
Pengangkutan Batubara dan Kelapa Sawit. Dalam peraturan ini diatur bahwa
setiap kegiatan pengangkutan batubara dilarang melalui jalan umum, kecuali
batubara yang sudah dalam kemasan dan ditujukan untuk keperluan rumah
tangga dapat diangkut melalui jalan umum dengan pembatasan tonase sesuai
dengan kelas jalan yang berlaku.
7. Gubernur Kaltim melalui Peraturan Gubernur Nomor 53/2015 tentang Komisi
Pengawas Reklamasi dan Pasca Tambang Daerah. menetapkan Komisi
Pengawas Reklamasi dan Pasca Tambang Daerah yang merupakan lembaga
independen yang membantu penyelenggaraan reklamasi dan pasca tambang di
KalimantanTimur.
8. Gubernur Kaltim menetapkan Peraturan Gubernur Nomor 5/2014 tentang
Program Penilaian Peringkat Kinerja Kegiatan Pertambangan Batubara
dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peserta proper
pertambangan batubara diberlakukan bagi perusahaan pertambangan batubara
yang beroperasi di wilayah Kaltim. Perusahaan batubara yang tidak bersedia
mengikuti program proper tanpa alasan yang jelas, akan dianggap tidak
melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan termasuk dalam kategori
peringkathitam.
9. Gubernur Kaltim dalam rangka menata pemberian izin dan non perizinan
usaha/kegiatan pertambangan batubara di wilayah Kaltim, menerbitkan
Peraturan Gubernur Nomor 17 tahun 2015 tentang Penataan Pemberian Izin
dan Non Perizinan serta Penyempurnaan Tata Kelola Perizinan di Sektor
Pertambangan, Kehutanan dan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi
KalimantanTimur.
10. Membuat arahan mitigasi perubahan iklim pada kawasan pertambangan sebagai
sebuah kebijakan di dalam Master Plan Perubahan Iklim Prov. Kaltim 2015-
2035, yang sedang dalam proses diperdakan pada tahun 2017 ini, dengan
arahan mitigasi: (a) Peningkatan rasio lahan rehabilitasi dan reklamasi di areal
perizinan pertambangan, termasuk di dalamnya: pembatasan produksi batubara,
Ringkasan Eksekutif 8
pengetatan perizinan baru, pengawasan dan penegakan hukum, pembinaan dan
pengendalian terhadap penerapan sistem pertambangan yang baik dan benar
(good mining practices), percepatan revegetasi pasca tambang baik di dalam
dan di luar kawasan hutan, serta pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban
sesuai dengan kontrak karya pemegangperizinan pertambangan; dan (b)
Pengelolaan kawasan ijin pinjam pakai kawasan hutan untuk pertambangan,
melalui reklamasi yang disertai dengan restorasi dan rehabilitasi kawasan
selambatnya 30 hari setelah tidak ada kegiatan, untuk mengembalikan fungsi
hutan pasca tambang.
11. Melakukan pendampingan dalam penyelesaian kasus lingkungan khususnya
korban jiwa di lubang tambang yang saat ini sudah dilimpahkan ke aparat
kepolisian.
UPAYA (RESPONSE) ATAS ISU ANCAMAN KARST SANGKULIRANG -
MANGKALIHAT
1. Pemprov. Kaltim menetapkan Pergub Kaltim Nomor 67 tahun 2012, meskipun
kewenangan menetapkan Kawasan Lindung Karst merupakan kewenangn
pemerintah pusat berdasarkan permen ESDM Nomor 17 tahun 2012, Pemprov.
Kaltim telah berinisiatif menerbitkan Pergub No 67 tahun 2012 tentang
Kawasan Lindung Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat di Kab. Kutim
dan Kab. Berau dalam rangka perlindungan dan pelestarian Kawasan Karst
Sangkulirang-Mangkalihat, karena sampai dengan saat ini pemerintah pusat
belum juga menetapkan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat sebagai
Kawasan Karst yang wajib dilindungi. Kawasan Ekosistem Karst
Sangkulirang-Mangkalihat berada di wilayah administrasi Kab. Berau dan
Kab. Kutim seluas 1.867.676 ha. Kawasan Ekosistem karst Sangkulirang-
mangkalihat tersebar di Hutan Lindung dan kawasanbudidaya.
2. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sesuai dengan amanah pasal 10
Pergub No 67 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan
Ekositem Karst Sangkulirang-Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur dan
Kabupaten Berau juga telah membentuk forum Karst Kaltim dengan
melibatkan berbagai pihak pemerintah dan non pemerintah didalam
merumuskan kebijakan tentang Karst di Prov. Kaltim.
3. Pemerintah Prov. Kaltim telah bersurat secara resmi kepada Kementerian
Ringkasan Eksekutif 9
Kebudayaan dan Pariwisata terkait usulan agar Kawasan Karst Sangkulirang-
Mangkalihat menjadi salah satu cagar budaya nasional dan warisan dunia
(World heritage), apalagi mengingat di dalam Kawasan karst Sangkulirang-
Mangkalihat terdapat Gua Bloyot yang di dindingnya menyimpan peninggalan
sejarah purbakala berupa gambar telapak tangan berusia sekitar 2000 tahun,
beserta lukisan atau gambar beberapa hewan.
4. Gubernur Kaltim melalui Surat Keputusan Gubernur No. 660/K.883/2011,
tanggal 22 Desember 2011, tentang Forum Pengelolaan Karst Berau – Kutai
Timur telah membentuk Forum Pengelolaan Karst.
5. Berdasarkan pasal 7 huruf e dari Pergub Kaltim Nomor 67 tahun 2012, diambil
kebijakan bahwa untuk setiap pemanfaatan kawasan Batu Gamping guna
kegiatan yang bersifat ekonomis, hasrus memenuhi kriteria sebagai berikut: (1)
berada di luar kawasan bentang alam karst; (2) tidak memenuhi kriteria
bentang alam karst sebagaimana diatur dalam pasal 4 Permen ESDM Nomor
17 tahun 2012; (3) Calon pemanfaat kawasan batu gamping mengajukan
permohonan kepada pemerintah daerah untuk dilakukan penyelidikan kawasan
yang dimohonkan; (4) Penyelidikan kawasan dilakukan oleh tim yang dibentuk
oleh pemerintah daerah yang terdiri dari para ahli dan tim teknis karst; dan (5)
hasil penyelidikan akan diusulkan oleh Kepala Daerah kepada Menteri ESDM
cq. Kepala Badan Geologi untuk penetapan kawasan batu gamping yang
dapatdimanfaatkan.
6. Pemprov. Kaltim telah memasukkan seluas 307.337 ha kedalam Perda
RTRWP Kaltim Nomor 1 Tahun 2016, sebagai Kawasan Lindung Geologi
Karst Sangkulirang-Mangkalihat yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi
(KSP) dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup,
sehingga pengelolaan kawasan karst harus masuk didalam, rencana
pembangunan jangka menengah propinsi. Kawasan lindung geologi Karst
Sangkulirang-Mangkalihat meliputi kawasan bentang alam karst di Kabupaten
Kutai Timur dan Kabupaten Berauseluas307.337 Ha tersebar di Hutan Lindung
dan kawasan budidaya.
7. Dengan ditetapkannya Kawasan Lindung Geologi Karst Sangkulirang-
Mangkalihat pada Perda RTRWP Kaltim 2016-2036 Nomor 1 tahun 2016,
maka setiap perizinan baru yang berencanamelakukanaktivitas/kegiatan di
dalam bentang alam karst wajib melakukan pengajuan penyelidikan kawasan
Ringkasan Eksekutif 10
terlebih dahulu kepada pemerintah daerah, kemudian Pemerintah Prov. Kaltim
melalui Kepala Dinas LH Prov. Kaltim akan membentuk Tim Penyelidikan
Kawasan Batu Gamping yang terdiri dari instansi teknis terkait dibantu dengan
tenaga ahli dari ITB, UGM dan TNC. Sampai dengan saat ini, sudah terdapat
16 (enam belas) perusahaan yang telah dilakukan penyelidikan kawasan
terhadap rencana pemanfaatan areal di sekitar bentang alam karst
Sangkulirang-Mangkalihat.
8. Selain itu Pemprov. Kaltim juga bekerjasama/bermitra dengan TFCA (Tropical
Forest Conservation Act) Kalimantan sedang melakukan kajian secara
komprehensif terhadap Kawasan Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat,
yang pada tanggal 29 Maret 2017 bertempat di Ruang Rapat Tepian, Kantor
Gubernur Kaltim telah dilakukan ekspos bersama-sama dengan para pemangku
kepentingan dan stakeholder, direncanakan pada pertengahan tahun 2017 ini
dapat diperoleh hasil lengkapnya, yang kemudian dapat dijadikan dasar/acuan
untuk pengusulan kembali kepada Kementerian ESDM, agar segera
menetapkan Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat sebagai Kawasan
Lindung, sekaligus dapat dijadikan referensi untuk melengkapi/memperbaiki
luasan Kawasan Lindung Geologi Karst yang sudah dilindungi seluas 307.337
ha, sebagaimana yang ditetapkan dalam perda RTRWP Kaltim2016-2036.
9. Pemerintah Prov. Kaltim pada tahun 2018s edang menyusun Raperda
Master Plan Perubahan Iklim Kalimantan Timur s/d Tahun 2030,
didalamnya juga memberi arahan mitigasi pada Kawasan Karst
Sangkulirang-Mangkalihat, yaitu: (a) Pengelolaan ekosistem karst yang
terpadu antar sektor dan antar wilayah administratif; termasuk di dalamnya (b)
inventarisasi bentang alam karst (termasuk inventarisasi dan pemetaan bentuk
eksokarst dan endokarst); (c) penyusunan rencana strategis perlindungandan
pengelolaan ekosistem karst; (d) pelibatan aktif para pihak terkait (baik
pemerintah dan non pemerintah); (e) rehabilitasi dan konservasi hutan dan
lahan di kawasan karst; serta (f) perlindungan terhadap kawasan secara
keseluruhan dengan tidak memberikan perijinan ekstraktif dan eksploitatif
pada kawasan lindung geologi.
Ringkasan Eksekutif 11
UPAYA (RESPONSE) ATAS ISU ANCAMAN KAWASAN DELTA MAHAKAM
1. Berdasarkan usulan Gubernur Kaltim melalui surat No: 521/7482/Ek tanggal 15
Agts 2011, dibentuklah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Delta
Mahakam dengan SK Penetapan No : 674/Menhut-II/2011 tanggal 1 Desember
2011, dengan luas = 110.153 Ha, diperkuat Perda Kaltim no. 9 tahun 2016
tanggal 22 November 2016 tentang Pembentukan dan susunan perangkat
daerah Prop Kaltim.
2. Pembentukan Tim Pengelola Kawasan Delta Mahakam yang terpadu
(pengelolaan berbasis pendekatan DAS) dengan keanggotaan multi stakeholders
melalui SK Gub. Kaltim No:660.1/K.693/2011 tentang Pembentukan Tim
Pengelola Kawasan Delta Mahakam Tgl, 28 Okt 2011.
3. Menetapkan Kawasan Delta Mahakam sebagai salah satu Kawasan Strategis
Provinsi (KSP) dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup melalui Perda RTRW Prov. Kaltim Nomor 01 Trahun 2016 tentang
RTRW Prov. Kaltim Thn.2016-2036
4. Melaksanakan sosialisasi secara intensif ke aparat dan anggota masyarakat desa
yang berada di dalam Delta Mahakam agar sama persepsi dan komitmen
terhadap pengelolaan Kawasan Delta Mahakam.
5. Melaksanakan Program dan Kegiatan KPHP Delta Mahakam yang Berbasiskan
Masyarakat.
6. Pelibatan Masyarakat Setempat (petambak dan petani sawah) untuk bermitra
dengan KPHP melakukan Penanaman baik swakelola maupun pihak ketiga dan
dialokasikan untuk blok pemberdayaan +65.000 Ha, sekaligus menyelaraskan
dengan program Perhutanan Sosial (Hutan Kemasyarakatan atau Hutan Desa),
melalui fasilitasi dana APBN dan donatur, serta dilakukan pendampingan
intensif bersama NGO, Perhutanan Sosial dan kemitraan Lingkungan (PSKL)
secara harmonis dan integratif.
7. Melakukan kegiatan penanaman di Kawasan Delta Mahakam baik oleh
pemerintah maupun pihak swasta dari tahun 2011 s/d 2017 .
10. Sinergisitas Program dan Komitmen Stakeholders dalam Pengelolaan Delta
Mahakam (silvofishery, dll)
11. Pembangunan Pusat Informasi Mangrove (PIM) di kawasan Delta Mahakam
yang berlokasi Desa Saliki Kec.Muara Badak. Lokasi tersebut berada dalam
Ringkasan Eksekutif 12
wilayah kawasan hutan pendidikan dan penelitian Muara Kaeli, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
INOVASI MENGATASI ISU ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN
IKLIM, DAMPAK PERTAMBANGAN, ANCAMAN KAWASAN KARST
DAN ANCAMAN KAWASAN DELTA MAHAKAM
1. Pembentukan Dewan Daerah Perubahan Iklim, melalui Peraturan Gubernur
Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Dewan Daerah
PerubahanIklim(DDPI), Gubernur Kaltim pada tanggal 12 Januari 2011
menetapkan DDPI Kaltim yang beranggotakan 18 (delapan belas).
2. Menetapkan Pedoman Pelaksanaan Kaltim Hijau, melalui Peraturan
Gubernur Kalimantan Timur Nomor 22 tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kaltim Hijau, Gubernur Kaltim menindaklanjuti dari Deklarasi
Kalimantan Timur Hijau (Kaltim Green) yang dilakukan pada Kaltim Summit
2010. Pasal-pasal didalam Pergub ini menjabarkan dan menjelaskan program
yang harus dijalankan oleh organisasi perangkat daerah di Kaltim dalam
mewujudkan Kaltim Hijau. Kaltim Hijau adalah dimulainya suatu proses
pelaksanaan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan (green
development) dengan basis tata kelola pemerintahan yang berwawasan
lingkungan (green governance).
3. Menetapkan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Gubernur Kaltim melalui Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 39
tahun 2014 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Provinsi Kalimantan Timur menetapkan Rencana Aksi Daerah Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Kaltim melalui perencanaan Prov. Kaltim
tahun 2012-2020 untuk penurunan emisi dari sektor berbasis lahan, energi,
transportasi dan industri, serta limbah. RAD GRK berisikan sumber dan potensi
penurunan emisi, baseline Business as Usual (BAU), usulan rencana aksi
mitigasi penurunan emisi GRK, usulan prioritas, serta lembaga pelaksana dan
pendanaan.
4. Menyusun Master Plan Perubahan Iklim Kaltim s/d Tahun 2030. Maksud
dari penyusunan Master Plan Perubahan Iklim Prov. Kaltim s/d Tahun 2030
adalah: (a) Memberikan arahan jangka panjang dan periodik bagi
daerah/region,kabupaten/kota, sektor, dan pihak-pihak lain dalam rangka
Ringkasan Eksekutif 13
menyusun perencanaan dalam rangka mendukung transformasi ekonomi dan
pembangunan rendah emisi di Kaltim; dan (b) Memberikan arahan jangka
panjang dalam mendukung upaya-upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
Kaltim, yang dihubungkan dengan target dan capaian transformasi ekonomi.
Master Plan Perubahan Iklim Prov. Kaltim s/d Tahun 2030 merupakan uraian
strategi, program dan usulan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan para
pihak lainnya dalam rangka mendukung upaya Kaltim dalam
mencapaitargetpenurunan emisi berbasis kewilayahan (yurisdiksi) sub-nasional
tahun 2035. Master Plan Perubahan Iklim Prov. Kaltim s/d Tahun 2030
memberikan panduan dan arahan strategi jangka panjang dalam upaya mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim di Kaltim, serta merupakan rujukan bagi
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), baik
provinsi maupun kabupaten/kota, penyusunan Rencana Strategis (Renstra)
Organisasi Perangkat Daerah (OPD), baik di lingkungan prov. maupun
kab./kota, serta menjadi rujukan bagi mitra pembangunan lokal, nasional dan
internasional. Tahun 2018 sedang dilaksanakan kajian naskah akademis dalam
rangka meningkatkan status dokumen Master Plan Perubahan Iklim Kaltim s/d
Tahun 2030 menjadi Perda Kaltim, sehingga memiliki ikatan dan kekuatan
hukum dalam implementasinya kedepan. Secara khusus, Master Plan
Perubahan Iklim Prov. Kaltim s/d Tahun 2030 harus diadopsi sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RPPLH) prov/kab./kota.
5. Menandatangani beberapa Kesepakatan Pembangunan Hijau, antara lain:
a). Kesepakatan Pembangunan Hijau Prov. Kaltim tanggal 27 September 2017
(Balikpapan Statement) yang ditandatangani oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota se-Kaltim, Perusahaan Swasta, Mitra Pembangunan,
LSM/NGO, Asosiasi dan perwakilan masyarakat, dan b). Kesepakatan
Pembangunan Hijau Dalam Upaya Mendorong Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca di Seluruh Kab./Kota Prov. Kaltim Tanggal 17 April 2018 (Sendawar
Commitment) yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi dan Kab./Kota se-Kaltim, Mitra Pembangunan, dan LSM/NGO.
6. Kegiatan Penanaman Pohon: One Man Five Trees. Pemprov. Kaltim juga
telah melakukan kegiatan Penanaman pohon: One Man Five Trees sejak 2011
sampai tahun 2015 sejumlah 315.981.926 batang pohon.
Ringkasan Eksekutif 14
7. Kegiatan Penanaman Mangrove di Kawasan Delta Mahakam, Pemprov.
Kaltim bersama-sama dengan BUMN, BUMD, pihak swasta NGO/LSM sejak
tahun 2011 s/d 2017 telah melakukan penanaman mangrove sekitar ± 9.800.038
mangrove (5x lipat menyerap karbon).
8. Menerbitkan Peraturan di bidang lingkungan hidup dan moratorium
perizinan, serta peraturan dan kebijakan yang mengatur kegiatan berbasis
lahan (pertambangan), melindungi kawasan-kawasan lindung (seperti Karst)
beserta kelembagaan yang mendukung;
9. Pemprov. Kaltim mendukung pemanfaatan lubang pasca tambang yang
tidak dapat direklamasi dan direvegetasi untuk peruntukan lain (tetap
harus sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku tentunya),
seperti: pemanfaatan lubang pasca tambang untuk TPA sebagai kebijakan yang
inovatif dan dapat menjawab dua permasalahan, yaitu: permasalahan
keberadaan lahan-lahan pasca tambang dan permasalahan pengelolaan sampah
yang disinergiskan menjadi satu kebijakan inovatif, dan berpotensi memberikan
banyak manfaat bagi masyarakat.
TINDAK LANJUT KEDEPAN
1. Dampak peningkatan emisi dari sektor yang berbasis lahan di Kalimantan
Timur, tidak bisa terlepas dari tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah dalam mengelola sistem perijinan. Oleh karena itu kedepan diperlukan
sinergisitas antara pemerintah pusat dan daerah dalam memperbaiki tata kelola
perizinan dan non perizinan, yang dilakukan secara transparan dan akuntabel,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang dan lahan, yang akan
berdampak negatif terhadap lingkungan dansosial.
2. Perlu terus diupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya
Manusia Aparat Sipil Negara yang memiliki tugas fungsi pengawasan di sektor
berbasis lahan, khususnya terhadap sektor pertambangan dan
kehutanan(inspektur tambang, polisi hutan) dan bidang lingkungan hidup,
(PPLHD, PPNS), sehingga fungsi pengawasan dan penegakan hukum dapat
berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang telah diterbitkan baik olejh
pemerintah pusat maupun daerah.
3. Perlu dioptimalkan fungsi dan peranan kelembagaan yang telah dibentuk di
Kaltim, seperti: Komisi Pasca Tambang, Forum Pengelolaan Karst, Dewan
Ringkasan Eksekutif 15
Daerah Perubahan Iklim, dan kemitraan dengan stakeholder lain (LSM,
Organisasi Lingkungan Hidup, dll) dalam mengatasi persoalan lingkungan
hidup, yang merupakan permasalahan kita bersama.
4. Menggunakan secara efesien dan efktif pembiayaan negara (baik APBN dan
APBD) untuk sektor perbaikan lingkungan hidup dan mencari peluang untuk
memperoleh pembiayaan lain dengan bermitra dan berkerjasama dengan
stakeholder baik dari dalam dan luar negeri, yang kredibel dan
bertanggungjawab.
5. Menyusun dokumen-dokumen lingkungan yang diwajibkan didalam UU No.
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU
No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, seperti: Dokumen Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) dan diperdakan,
sehingga menjadi acuan bagi dokumen lain perncanaan pembangunan seperti:
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengan Daerah (RPJMD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), dan Dokumen Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RPJMD, RPJP, RTRW, RZWP3K,
dan Kebijakan Rencana Program (KRP) pemerintah daerah yang berdampak
terhadap lingkungan.
6. Melaksanakan semua Kesepakatan Pembangunan Hijau Prov. Kaltim
(Balikpapan Statement dan Sendawar Commitment) baik berupa perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan, disesuaikan dengan kondisi Kabupaten/Kota
masing-masing.
7. Menyusun Master Plan Perubahan Iklim Kalimantan Timur s/d Tahun 2030
dan melakukan kajian naskah akademis untuk persiapan penyusunan Perda
Master Plan Perubahan Iklim, sehingga kebijakan akan lebih mengikat kepada
seluruh pemangku kepentingan dan stakeholder terkait.