ringkasan eksekutiffiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · arus...

10
Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Risiko pada perekonomian global semakin meningkat di tengah mewabahnya virus Corona (COVID-19) yang semakin menyebar luas ke 213 negara. Dampak yang ditimbulkan oleh COVID-19 pada perekonomian global mulai terlihat pada pertumbuhan ekonomi Tiongkok triwulan 1 2020 yang tumbuh negatif. Perekonomian global hampir dipastikan akan mengalami kontraksi di tahun 2020, IMF memproyeksikan ekonomi global tumbuh -3,0%, memperkuat estimasi JP Morgan -1,1%, EIU -2,2%, dan Fitch -1,9 %. Pada bulan Maret 2020, kinerja bursa saham Indonesia mengalami penurunan yang cukup dalam sejalan dengan kondisi bursa global, melanjutkan penurunan di bulan Februari. Yield pasar Surat Berharga Negara menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Credit Default Swap juga meningkat menunjukkan persepsi investor atas risiko di dalam negeri. Tekanan-tekanan tersebut senada dengan pergerakan arus modal yang mengalami Net Foreign Selling (NFS) sangat besar mencapai Rp126,8 triliun. Sejalan dengan hal tersebut, nilai tukar Rupiah pada bulan Maret 2020 mengalami depresiasi yang cukup dalam mencapai 17,74%, melanjutkan depresiasi bulan sebelumnya. Perkembangan likuiditas dalam perekonomian di awal tahun 2020, sedikit membaik dibanding akhir tahun 2019. Sementara hingga bulan Maret 2020, likuiditas di pasar keuangan tetap terjaga, antara lain ditunjukkan oleh masih terjadinya penurunan suku bunga PUAB dan JIBOR, serta peningkatan penempatan dana perbankan di Bank Indonesia. Sementara itu di sisi simpanan masyarakat di perbankan terdapat sedikit perbaikan, walaupun masih pada tingkat yang sangat terbatas. Laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 6,8% (yoy) di tengah masih melambatnya pertumbuhan kredit, telah menyebabkan penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 92,8%. Dari sisi rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio CAR) perbankan masih cukup baik mencapai 22,83% dan Non-Performing Loan (NPL) perbankan mulai meningkat menjadi 2,19% namun masih dalam kategori aman. Inflasi bulan Maret 2020 tercatat mencapai 0,10% (mtm) atau 0,76 (ytd) atau 2,96% (yoy). Penurunan inflasi dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan harga beberapa komoditas hortikultura dan tarif angkutan udara di tengah kenaikan harga emas perhiasan dan komoditas pangan. Laju inflasi komponen inti mengalami sedikit peningkatan didorong kenaikan harga emas dan komoditas inti pangan. Sementara itu, laju inflasi volatile food Maret dan inflasi administered price menunjukkan perlambatan. Indikator perkembangan sektor riil juga menunjukkan adanya perlambatan yang ditunjukkan oleh Indeks Penjualan Ritel yang menunjukkan kontraksi, selain itu penjualan mobil nasional dan mobil niaga juga menunjukkan adanya kontraksi. Namun demikian, optimisme konsumen masih terjaga pada level positif (diatas 100), yang tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen. Sementara itu aktivitas investasi mulai terpengaruh pandemi yang terlihat dari realisasi investasi yang mencatatkan kontraksi pada sisi PMA, walaupun pada sisi PMDN masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Kinerja Perdagangan bulan Maret 2020 mengalami surplus USD743,4 juta, melanjutkan surplus bulan sebelumnya walaupun sedikit mengalami penurunan. Surplus tersebut didorong surplus non migas sebesar USD1,67 miliar sementara sektor migas mengalami defisit mencapai USD932,6 juta. Secara kumulatif Januari-Maret 2020, neraca perdagangan masih mengalami surplus sebesar USD2,61 miliar, membaik jika dibandingkan tahun 2019 yang mencatatkan defisit USD62,8 juta. PEREKONOMIAN GLOBAL Penyebaran virus Corona (COVID-19) terus meningkat. Hingga 19 April 2020, kasus positif COVID-19 di dunia mencapai lebih dari 2,2 juta kasus, dengan jumlah kematian mencapai 160 ribu. Dalam jangka waktu 4 bulan sejak kasus pertama terjadi di Wuhan, Tiongkok, COVID-19 telah menyebar luas ke 213 negara. AS masih menjadi negara dengan total kejadian COVID- 19 tertinggi dengan jumlah 738 ribu. Jumlah kematian akibat COVID-19 di AS juga merupakan yang tertinggi di dunia yang mencapai 39 ribu orang, lebih banyak dibandingkan Italia. Meski terus meningkat, laju pertambahan kasus COVID-19 di AS dan beberapa negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Spanyol dan Italia sudah menunjukkan perlambatan. Sementara itu, tren yang terjadi di beberapa negara ASEAN termasuk April 2020

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Risiko pada perekonomian global semakin meningkat di tengah mewabahnya virus Corona (COVID-19) yang semakin menyebar luas ke 213 negara. Dampak yang ditimbulkan oleh COVID-19 pada perekonomian global mulai terlihat pada pertumbuhan ekonomi Tiongkok triwulan 1 2020 yang tumbuh negatif. Perekonomian global hampir dipastikan akan mengalami kontraksi di tahun 2020, IMF memproyeksikan ekonomi global tumbuh -3,0%, memperkuat estimasi JP Morgan -1,1%, EIU -2,2%, dan Fitch -1,9 %.

Pada bulan Maret 2020, kinerja bursa saham Indonesia mengalami penurunan yang cukup dalam sejalan dengan kondisi bursa global, melanjutkan penurunan di bulan Februari. Yield pasar Surat Berharga Negara menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Credit Default Swap juga meningkat menunjukkan persepsi investor atas risiko di dalam negeri. Tekanan-tekanan tersebut senada dengan pergerakan arus modal yang mengalami Net Foreign Selling (NFS) sangat besar mencapai Rp126,8 triliun. Sejalan dengan hal tersebut, nilai tukar Rupiah pada bulan Maret 2020 mengalami depresiasi yang cukup dalam mencapai 17,74%, melanjutkan depresiasi bulan sebelumnya.

Perkembangan likuiditas dalam perekonomian di awal tahun 2020, sedikit membaik dibanding akhir tahun 2019. Sementara hingga bulan Maret 2020, likuiditas di pasar keuangan tetap terjaga, antara lain ditunjukkan oleh masih terjadinya penurunan suku bunga PUAB dan JIBOR, serta peningkatan penempatan dana perbankan di Bank Indonesia. Sementara itu di sisi simpanan masyarakat di perbankan terdapat sedikit perbaikan, walaupun masih pada tingkat yang sangat terbatas. Laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 6,8% (yoy) di tengah masih melambatnya pertumbuhan kredit, telah menyebabkan penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 92,8%. Dari sisi rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) perbankan masih cukup baik mencapai 22,83% dan Non-Performing Loan (NPL) perbankan mulai meningkat menjadi 2,19% namun masih dalam kategori aman.

Inflasi bulan Maret 2020 tercatat mencapai 0,10% (mtm) atau 0,76 (ytd) atau 2,96% (yoy). Penurunan inflasi dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan harga beberapa komoditas hortikultura dan tarif angkutan udara di tengah kenaikan harga emas perhiasan dan komoditas pangan. Laju inflasi komponen inti mengalami sedikit peningkatan didorong kenaikan harga emas dan komoditas inti pangan. Sementara itu, laju inflasi volatile food Maret dan inflasi administered price menunjukkan perlambatan. Indikator perkembangan sektor riil juga menunjukkan adanya perlambatan yang ditunjukkan oleh Indeks Penjualan Ritel yang menunjukkan kontraksi, selain itu penjualan mobil nasional dan mobil niaga juga menunjukkan adanya kontraksi. Namun demikian, optimisme konsumen masih terjaga pada level positif (diatas 100), yang tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen. Sementara itu aktivitas investasi mulai terpengaruh pandemi yang terlihat dari realisasi investasi yang mencatatkan kontraksi pada sisi PMA, walaupun pada sisi PMDN masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi.

Kinerja Perdagangan bulan Maret 2020 mengalami surplus USD743,4 juta, melanjutkan surplus bulan sebelumnya walaupun sedikit mengalami penurunan. Surplus tersebut didorong surplus non migas sebesar USD1,67 miliar sementara sektor migas mengalami defisit mencapai USD932,6 juta. Secara kumulatif Januari-Maret 2020, neraca perdagangan masih mengalami surplus sebesar USD2,61 miliar, membaik jika dibandingkan tahun 2019 yang

mencatatkan defisit USD62,8 juta.

PEREKONOMIAN GLOBAL

Penyebaran virus Corona (COVID-19) terus meningkat. Hingga

19 April 2020, kasus positif COVID-19 di dunia mencapai lebih

dari 2,2 juta kasus, dengan jumlah kematian mencapai 160

ribu. Dalam jangka waktu 4 bulan sejak kasus pertama terjadi di

Wuhan, Tiongkok, COVID-19 telah menyebar luas ke 213

negara. AS masih menjadi negara dengan total kejadian COVID-

19 tertinggi dengan jumlah 738 ribu. Jumlah kematian akibat

COVID-19 di AS juga merupakan yang tertinggi di dunia yang

mencapai 39 ribu orang, lebih banyak dibandingkan Italia.

Meski terus meningkat, laju pertambahan kasus COVID-19 di AS

dan beberapa negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Spanyol

dan Italia sudah menunjukkan perlambatan. Sementara itu,

tren yang terjadi di beberapa negara ASEAN termasuk

April 2020

Page 2: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 2

Indonesia, kasus COVID-19 masih tereskalasi meskipun secara

total kasus masih jauh di bawah negara Eropa atau AS. HIngga

19 April 2020, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia mencapai

6.575, dengan total pasien sembuh 686 orang, dan pasien

meninggal 582.

Dampak dari COVID-19 sudah sangat nampak pada

perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi di Tiongkok pada

triwulan pertama 2020 turun sangat dalam -6,8% dan

merupakan kontraksi pertama yang dialami Tiongkok sejak

1992. Meski demikian, PMI manufaktur dan jasa Tiongkok

sudah mengalami rebound, setelah pada Februari terkontraksi

dalam akibat penanganan COVID-19 yang signifikan termasuk

melakukan lockdown. Berbeda dengan Tiongkok, aktivitas

ekonomi di negara-negara lain yang tercermin dari PMI berada

dalam teritori kontraksi (indeks di bawah 50). Harga minyak

mentah dunia juga masih melanjutkan tren penurunan, saat ini

di kisaran $20 dolar per barel, meskipun Rusia dan Arab Saudi

telah menyepakati untuk memangkas produksi. Hal ini

menunjukkan bahwa kekhawatiran akan syok permintaan

akibat COVID-19 cukup tinggi.

Dengan tekanan pandemi yang sangat kuat, perekonomian

global hampir dipastikan akan mengalami kontraksi di tahun

2020. Proyeksi terkini yang dikeluarkan oleh IMF menunjukkan

pertumbuhan global tahun 2020 akan turun -3,0%, atau

terkoreksi drastis dibanding proyeksi sebelumnya di bulan

Januari yang masih memprediksi ekonomi global mengalami

perbaikan di tingkat 3,3%. Sementara tingkat perdagangan

global juga diperkirakan terkoreksi cukup dalam mencapai -11%

di tahun 2020. Proyeksi IMF tersebut memperkuat estimasi dari

beberapa lembaga lain seperti JP Morgan, EIU, dan Fitch yang

memperkirakan pertumbuhan global 2020 masing-masing -1,1

%, -2,2 %, dan -1,9 %. Namun, divergensi angka proyeksi

menunjukkan adanya ketidakpastian yang tinggi pada arah

ekonomi global ke depan. Ditinjau dari kelompok negara,

ekonomi negara maju diperkirakan akan menjadi kelompok

yang terdampak paling parah. Sementara di negara

berkembang, beberapa negara seperti Tiongkok, India, dan

Indonesia diperkirakan masih dapat mencatatkan pertumbuhan

positif di 2020.

NILAI TUKAR, ARUS MODAL KE PASAR KEUANGAN, DAN

CADANGAN DEVISA

Pada bulan Maret 2020 kinerja pasar keuangan Indonesia

mengalami tekanan yang cukup besar, baik pada pasar saham

maupun pasar Surat Berharga Negara. Sejalan dengan hal

tersebut arus keluar modal asing juga tercatat cukup besar

sehingga pada akhirnya memberi tekanan kepada nilai tukar

Rupiah.

Kinerja bursa saham Indonesia selama bulan Maret 2020

menunjukkan penurunan yang cukup dalam sejalan dengan

kondisi bursa global, melanjutkan penurunan di bulan Februari .

Tekanan pada pasar saham yang cukup dalam di bulan Maret

terjadi pada tanggal 9 Maret 2020, dimana IHSG turun 6,58%.

Perkembangan ini mendorong OJK untuk merespon guna

meredam penurunan yang lebih dalam dengan menerbitkan

peraturan nomor S-274/PM.21/2020 tentang auto trading halt

pada tanggal 10 Maret, dengan ketentuan sebagai berikut :

- IHSG turun s.d 5% -> trading halt 30 menit

- IHSG penurunan lanjutan s.d 10% -> trading halt 30 menit.

IHSG penurunan lanjutan s.d 15% -> suspend (dengan

ketentuan: sampai akhir sesi perdagangan, atau lebih dari 1

(satu) sesi perdagangan setelah mendapat persetujuan atau

perintah OJK).

Peraturan tersebut cukup efektif menahan tekanan penurunan

IHSG lebih lanjut. Namun demikian, IHSG masih terkena auto

trading halt tersebut sebanyak 5 kali pada periode berikutnya

hingga akhir Maret. Pada tanggal 24 Maret 2020, IHSG

mengalami penurunan hingga di bawah tingkat 4000 yaitu di

level 3937,6. Level IHSG tersebut merupakan tingkat IHSG yang

Page 3: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 3

terendah sejak Agustus 2012. Penurunan IHSG di bulan Maret

juga sejalan dengan pergerakan bursa-bursa global yang

bergerak di zona negatif. Namun demikian di minggu terakhir

Maret, IHSG mengalami rebound dan pada 31 Maret IHSG

ditutup pada level 4538,93. Rebound tersebut juga terjadi di

bursa saham banyak negara yang didorong oleh membaiknya

keyakinan investor setelah berbagai negara meluncurkan

stimulusnya guna penanggulangan COVID-19, termasuk di

Indonesia.

Pada tanggal 31 Maret, Pemerintah Indonesia meluncurkan

stimulus senilai Rp405,1 triliun dalam rangka penanganan

pandemi COVID-19 melalui tambahan belanja dan pembiayaan

pada APBN 2020. Stimulus tersebut meliputi belanja kesehatan,

jaminan sosial, dukungan industri dan pembiayaan program

pemulihan ekonomi nasional. Secara umum indeks di ahkir

Maret telah turun 16,76% atau lebih dari 900 poin

dibandingkan dengan posisi akhir bulan Februari 2020,

sementara jika dibandingkan dengan kondisi akhir tahun 2019

yang mencapai 6.299,5, IHSG pada 31 Maret telah turun 27,94%

atau lebih dari 1750 poin.

Di sisi lain, tingkat imbal hasil (yield) pasar Surat Berharga

Negara pada bulan Maret 2020 menunjukkan tren

peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan composite

bloomberg per Maret 2020, untuk seri benchmark 5 tahun dan

10 tahun masing-masing berada pada level 7,31% dan 7,91%,

meningkat signifikan dibandingkan posisi di akhir Februari 2020

yang berada pada 6,16% dan 6,95. Kenaikan Yield SBN tersebut

juga diiringi dengan meningkatnya Credit Default Swap (CDS),

khususnya terlihat pada CDS Indo 5Y yang juga menunjukkan

peningkatan yang cukup tajam. Hal ini sejalan dengan perilaku

investor yg mulai shifting aset-aset berisikonya ke aset-aset

safe haven. Namun demikian SBN masih cukup menarik bagi

investor dalam negeri, dikarenakan obligasi pemerintah

dipandang memiliki risiko lebih rendah dibanding instrumen

lain seperti saham dan obligasi korporasi. Kondisi tersebut

tercermin pada bid to cover ratio lelang-lelang SBN yang masih

cukup tinggi.

Tekanan-tekanan yang terjadi di pasar keuangan juga senada

dengan pergerakan arus modal di bulan Maret 2020 yang

mengalami Net Foreign Selling (NFS) atau arus keluar yang

sangat besar, mencapai Rp126,8 triliun. Arus modal keluar

tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang

mencapai Rp121,3 triliun maupun di pasar saham sebesar Rp5,6

triliun. NFS tersebut merupakan NFS bulanan yang terbesar

sejak 2007 dan merupakan kelanjutan dari NFS di bulan

Februari yang mencapai Rp33,7 triliun. Secara kumulatif, arus

keluar modal asing pada periode Januari – Maret 2020 telah

mencapai Rp147,6 Triliun. Arus keluar tersebut terdiri dari NFS

di pasar SBN sebesar Rp135 triliun, arus keluar di pasar saham

sebesar Rp10,3 triliun dan arus keluar SBI sebesar Rp2,3 triliun.

Page 4: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 4

Sejalan dengan kondisi NFS tersebut, nilai tukar Rupiah pada

bulan Maret 2020 mengalami depresiasi yang cukup dalam,

juga melanjutkan depresiasi bulan sebelumnya (Februari 2020).

Per 31 Maret 2020, nilai tukar Rupiah ditutup pada tingkat

Rp16.367/USD, terdepresiasi 17,74% dibandingkan akhir tahun

2019 yang mencapai Rp13.901/USD. Selama bulan Maret,

depresiasi terdalam Rupiah terjadi pada minggu ketiga, dan

menjadi mata uang yang mengalami tekanan terbesar

dibandingkan mata uang regional lainnya. Adapun rata rata

kumulatif (YTD) nilai tukar Rupiah sampai dengan 31 Maret

2020 mencapai Rp14.234/USD, jauh melemah dibandingkan

rata-rata Rupiah pada 28 Februari 2020 mencapai Rp

13.753/USD.

Perkembangan depresiasi nilai tukar rupiah dan capital

outflow yang terjadi telah menyebabkan penurunan cadangan

devisa Indonesia. Posisi cadangan devisa pada bulan Maret

2020 tercatat USD120,97 miliar, turun cukup signifikan

dibandingkan Februari 2020 yang mencapai USD130,4 miliar.

Nilai cadangan devisa tersebut masih cukup untuk membiayai

impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama

7,0 bulan (masih berada pada tingkat yang aman, di atas

standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor).

Penurunan cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi

oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan

stabilisasi nilai tukar Rupiah. Berdasarkan strukturnya,

prosentase komponen cadangan devisa tidak banyak berubah

dan masih didominasi surat berharga (85,62%), diikuti oleh

Uang Kertas Asing dan Simpanan (8,32%) dan Emas Moneter

(3,38%). Namun demikian, secara nominal surat berharga turun

cukup signifikan, mencapai USD9,9 miliar sementara Uang

Kertas Asing dan Simpanan meningkat USD492 juta. Hal ini

menjelaskan bahwa untuk kegiatan stabilisasi nilai tukar, Bank

Indonesia terutama mempergunakan dua komponen cadangan

devisa tersebut.

PERKEMBANGAN MONETER DAN PERBANKAN

Perkembangan likuiditas dalam perekonomian di awal tahun

2020, sedikit membaik dibanding akhir tahun 2019. Sementara

hingga bulan Maret 2020, likuiditas di pasar keuangan tetap

terjaga, antara lain ditunjukan oleh masih terjadinya

penurunan suku bunga PUAB dan JIBOR, serta peningkatan

penempatan dana perbankan di Bank Indonesia.

Laju pertumbuhan uang beredar (M1 dan M2) pada bulan

Januari 2020 mencapai 7,9% dan 7,1% (yoy), sedikit lebih tinggi

dibanding Desember 2019 yang masing-masing tumbuh 7,1%

dan 6,5%. Perbaikan tersebut di antaranya dipengaruhi dampak

kebijakan BI untuk menurunkan suku bunga acuan 100 bps

selama tahun 2019 hingga Januari 2020. Penurunan suku bunga

acuan juga telah mendorong penurunan suku bunga Pasar Uang

Antar Bank dan JIBOR yang juga mengindikasikan perbaikan

Page 5: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 5

likuiditas di pasar keuangan. Penurunan suku bunga acuan juga

telah diikuti oleh penurunan suku bunga kredit dan deposito.

Namun demikian, penurunan suku bunga kredit relatif lebih

lambat dibandingkan penurunan suku bunga deposito,

khususnya deposito jangka pendek (<12 bulan).

Namun di sisi lain, pertumbuhan kredit konsumsi terus

mencatat perlambatan yang mengisyaratkan tingkat konsumsi

masyarakat yang masih lemah, sejalan dengan perkembangan

indikator konsumsi dalam PDB.

Pada bulan Februari dan Maret 2020, Bank Indonesia telah

kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps,

sehingga tingkat suku bunga acuan mencapai 4,5%. Langkah

tersebut dimaksudkan untuk memberikan stimulus bagi

perekonomian dan keringanan bagi perbankan yang

menghadapi risiko dampak negatif dari merebaknya wabah

pandemi COVID-19.

Perkembangan kredit perbankan di awal tahun 2020 masih

menjadi tantangan bagi kinerja perekonomian dalam negeri,

khususnya terkait pertumbuhan kredit yang masih cukup

lambat. Pertumbuhan kredit perbankan yang pada bulan

Desember 2019 mencatat tingkat yang rendah sebesar 5,9%

(yoy), kembali menurun di bulan Januari 2020 ke tingkat 5,7%

(yoy). Berdasarkan komponennya, pertumbuhan kredit modal

kerja dan kredit konsumsi sedikit meningkat dibanding

pertumbuhan pada bulan sebelumnya. Di sisi lain, terjadi

penurunan yang lebih besar pada komponen pertumbuhan

kredit investasi.

Sementara itu di sisi simpanan masyarakat di perbankan

terdapat sedikit perbaikan, walaupun masih pada tingkat yang

sangat terbatas. Laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di

perbankan per Januari 2020 tumbuh 6,8% (yoy), sedikit lebih

tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 6,5% (yoy).

Peningkatan DPK tersebut, di tengah masih melambatnya

pertumbuhan kredit, telah menyebabkan penurunan Loan to

Deposit Ratio (LDR) dari 93,9% (Desember 2019) menjadi 92.8%

(Januari 2020). Penurunan LDR tersebut diharapkan dapat

memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi perbankan

untuk mendorong peningkatan kreditnya.

Beberapa permasalahan yang masih perlu mendapat perhatian

dalam hal rendahnya akselerasi kredit perbankan, di antaranya

adalah (1) rendahnya permintaan kredit dari sektor riil, seiring

dampak ketidakpastian global dan lemahnya aktivitas ekonomi

domestik, (2) masih lambatnya sumber pendanaan kredit

perbankan, terutama yang berasal dari DPK, (3) langkah

perbankan untuk menjaga likuiditasnya dengan menjaga

penyaluran kredit pada debitur yang kredibel dan terbatas,

serta (4) masih lambatnya penurunan suku bunga kredit yang

terjadi.

Secara umum perkembangan kredit perbankan pada Januari

2020 masih didominasi oleh sektor perdagangan dan

manufaktur. Sementara itu, untuk pertumbuhan kredit

tertinggi terjadi pada sektor konstruksi, diikuti sektor

transportasi dan telekomunikasi, serta sektor utilitas (Listrik,

Air, Gas). Pertumbuhan kredit pada sektor-sektor tersebut

dipengaruhi oleh akselerasi pembangunan infrastruktur.

Dengan memperhatikan alokasi porsi kredit dan

pertumbuhannya, maka pertumbuhan kredit perbankan secara

total terutama ditopang oleh kredit pada sektor konstruksi,

diikuti sektor perdagangan dan sektor transportasi dan

telekomunikasi. Perlu diwaspadai pertumbuhan kredit sektor

Page 6: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 6

manufaktur yang cukup rendah dan berisiko berdampak pada

keterbatasan kemampuan pertumbuhan ekonomi ke depan.

Sementara itu kinerja perbankan secara umum per Januari

2020 berhasil membukukan Net Interest Margin (NIM) sebesar

4.96%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Januari 2019

sebesar 4.92%. Sedangkan dari sisi rasio kecukupan moda

(Capital Adequacy Ratio – CAR) perbankan mencapai 22,83%,

masih jauh berada di atas batas minimal yang dipersyarakatkan

oleh BIS sebesar 8%. Namun demikian, dampak dari COVID-19

mulai terlihat kepada kualitas kredit perbankan. Secara umum,

Non-Performing Loan (NPL) perbankan mulai meningkat dari

2,04% pada Desember 2019 menjadi 2,19% pada Januari 2020.

Adapun ke depan, kondisi moneter dan perbankan akan

kembali mendapat tekanan akibat terganggunya akselerasi

pertumbuhan ekonomi. Perkembangan kredit perbankan yang

masih terdapat permasalahan dari sisi akselerasi akan semakin

tertekan akibat dampak penurunan aktivitas ekonomi domestik

seiring pembatasan sosial dan kegiatan usaha untuk

pencegahan menyebarnya virus COVID-19. Dalam hal ini, perlu

untuk terus diwaspadai tingkat kesehatan dan likuiditas

perbankan.

PERKEMBANGAN HARGA

Maret 2020, laju inflasi mencapai 0,10% (mtm) atau 0,76 (ytd) atau 2,96% (yoy). Laju inflasi Maret 2020 menurun dibandingkan bulan Februari, dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan harga beberapa komoditas hortikultura dan tarif angkutan udara di tengah kenaikan harga emas perhiasan dan komoditas pangan, seperti telur ayam ras, bawang bombay, dan gula pasir. 47 kota sampel IHK mengalami deflasi secara bulanan, sementara 43 lainnya mengalami inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Timika (Papua) mencapai 1,91% (mtm) dipengaruhi oleh penurunan harga aneka cabai dan tarif angkutan udara. Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Kota Lhokseumawe (Aceh) yang mencapai 0,64% (mtm), didorong oleh peningkatan harga ikan segar dan emas perhiasan.

Laju inflasi komponen inti mengalami sedikit peningkatan mencapai 2,87% (yoy) pada Maret dari 2,76% (yoy) di Februari 2020. Peningkatan dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas seperti emas perhiasan akibat kondisi ketidakpastian ekonomi

global. Selain itu, komoditas inti pangan juga mengalami peningkatan seiring dengan kelangkaan pasokan dan kendala impor, seperti bawang bombay dan gula pasir. Namun di sisi lain, inflasi inti untuk komponen non pangan selain emas serta kelompok jasa menunjukkan tren penurunan. Hal tersebut dipengaruhi oleh terbatasnya permintaan domestik akibat terdampak oleh penerapan pembatasan sosial (social distancing) untuk antisipasi penyebaran COVID-19. Dampak pandemi ini juga masih mendorong laju inflasi kelompok kesehatan meningkat, terutama untuk subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan.

Sementara itu, laju inflasi komponen volatile food Maret

mencapai 6,48%(yoy) mengalami sedikit perlambatan dari

Februari yang mencapai 6,68% (yoy), didorong oleh penurunan

harga aneka cabai seiring dengan melimpahnya pasokan panen

dari beberapa daerah sentra cabai, seperti Jawa Barat dan Jawa

Timur. Produksi cabai diperkirakan surplus sampai bulan Juni

sehingga dapat memenuhi kebutuhan pada masa Ramadan dan

Idul Fitri. Mulai masuknya pasokan impor bawang putih dari

Tiongkok juga mendorong penururnan harga. Di sisi lain,

tekanan harga terjadi pada telur ayam ras dan beberapa jenis

sayuran dan buah-buahan yang dipengaruhi oleh peningkatan

permintaan menjelang Bulan Ramadan.

Sementara itu produktivitas komoditas pertanian terpengaruh

oleh intensitas hujan yang tinggi, terutama bawang merah

yang berada dalam musim tanam. Sedangkan, komoditas beras

menunjukkan pergerakan harga yang relatif stabil. Beras sudah

memasuki masa panen, sementara permintaan beras

meningkat di tengah kondisi pandemi COVID-19. Meskipun

Page 7: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 7

harga beras internasional mulai meningkat akibat pembatasan

ekspor beberapa negara produsen utama dunia, seperti

Vietnam dan India, namun kebutuhan domestik diperkirakan

tetap dapat dipenuhi mengingat perkiraan puncak panen raya

pada bulan April. Terkendalinya harga beras juga didukung oleh

stok beras Bulog yang masih aman (1-1,5 juta ton) dan

kebijakan Ketersediaan Pangan dan Stabilisasi Harga (KPSH)

dalam rangka stabilisasi harga.

Sementara itu, inflasi administered price terus menunjukkan

perlambatan, mencapai 0,16% (yoy) pada Maret menurun dari

Februari yang mencapai 0,54% (yoy). Rendahnya laju inflasi

administered price terutama didorong oleh deflasi angkutan

udara yang terjadi dalam 3 bulan terakhir berturut-turut.

Dampak wabah dan penerapan kebijakan social distancing

berdampak pada terbatasnya aktivitas masyarakat, terutama

kegiatan bisnis luar kota dan pariwisata, mendorong turunnya

permintaan sehingga berdampak pada deflasi tarif angkutan

udara. Di sisi lain, harga rokok eceran masih mengalami sedikit

kenaikan sebagai dampak kebijakan kenaikan cukai dan Harga

Jual Eceran (HJE) 2020.

PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL: KINERJA PERDAGANGAN

Neraca perdagangan bulan Maret 2020 mengalami surplus

USD743,4 juta, melanjutkan surplus bulan sebelumnya

walaupun sedikit mengalami penurunan. Surplus tersebut

didorong surplus non migas sebesar USD1,67 miliar sementara

sektor migas mengalami defisit mencapai USD932,6 juta.

Namun demikian penurunan surplus dibandingkan Februari

2020 disebabkan kenaikan nilai impor yang cukup signifikan

mencapai 19,83% (mtm) sementara ekspor relatif stabil. Secara

kumulatif Januari-Maret 2020, neraca perdagangan masih

mengalami surplus sebesar USD2,61 miliar, membaik jika

dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang

mencatatkan defisit USD62,8 juta.

Nilai ekspor Indonesia Maret 2020 mencapai USD14,09 miliar,

meningkat tipis sebesar 0,23% (mtm) dibandingkan Februari

2020 dan terkontraksi -0,20% (yoy) dibandingkan Maret 2019.

Kinerja ekspor Maret 2020 masih ditopang oleh ekspor non

migas yang mengalami peningkatan sebesar 1,24% (mtm) dan

3,38% (yoy). Komoditas yang menopang ekspor non migas

diantaranya besi dan baja (HS72), bijih, terak dan abu logam

(HS28), kertas, karton dan barang dari kertas (HS48). Di sisi lain,

ekspor sektor migas, turun signifikan baik secara bulanan

maupun tahunan yaitu masing-masing sebesar 16,29% mtm

dan 40,9% (yoy). Penurunan tersebut terutama didorong oleh

turunnya harga minyak dunia.

Untuk ekspor sektoral non migas, ekspor sektor pertanian

masih tumbuh positif sebesar 6,1% (mtm) atau 17,28% (yoy),

didorong oleh peningkatan ekspor rempah-rempah, tanaman

obat, aromatik, buah-buahan dan hasil hutan bukan kayu

lainnya. Ekspor industri pengolahan mengalami kontraksi tipis

sebesar -0,2% (mtm) walaupun secara tahunan masih

mengalami kenaikan sebesar 7,41% (yoy). Sementara itu,

ekspor sektor pertambangan mengalami kenaikan sebesar

9,23% (mtm), namun secara year on year, sektor ini mengalami

penurunan sebesar 16% (yoy).

Nilai impor pada bulan Maret 2020 sebesar USD13,35 miliar,

meningkat 15,60% (mtm) dibandingkan bulan Febuari 2020 dan

terkontraksi sebesar -0,75% (yoy) dibandingkan bulan Maret

2019. Peningkatan impor didominasi oleh impor sektor non

migas yang meningkat signifikan 19,83% (mtm), terutama

didorong meningkatnya impor senjata dan amunisi serta

bagiannya (HS93), logam mulia, perhiasan dan permata (HS71),

dan mesin dan perlengkapan elektronik (HS84). Sementara itu,

sektor migas mengalami penurunan sebesar 8,07% (mtm),

namun mengalami kenaikan sebesar 5,44% (yoy). Sama dengan

ekspor migas yang terkontraksi, impor migas juga terkontraksi

akibat penurunan harga minyak dunia.

Berdasarkan kelompok penggunaan, impor barang konsumsi

meningkat tajam 43,8% (mtm) didorong oleh peningkatan

impor senjata dan amunisi, buah-buahan dan bawang putih.

Impor barang baku/penolong juga mengalami peningkatan

sebesar 16,34% (mtm). Di sisi lain, impor barang modal

terkontraksi baik secara bulanan maupun tahunan sebesar -

1.5% (mtm) dan 18,07% (yoy). Penurunan impor barang modal

Page 8: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 8

tersebut mengindikasikan moderasi aktivitas investasi. Sebagai

catatan, impor yang terbesar masih datang dari negara

Tiongkok dan tumbuh positif pada bulan ini, setelah bulan

sebelumnya mencatatkan pertumbuhan impor negatif yang

cukup dalam. Setidaknya, hal ini mengindikasikan negara

Tiongkok telah berada dalam masa recovery path yang cukup

cepat.

PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL: INDIKATOR PERTUMBUHAN

EKONOMI

Konsumsi masyarakat pada Maret 2020 terus menunjukkan

indikasi perlambatan. Penjualan eceran mengalami kontraksi

semakin dalam, terindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR)

Maret 2020 sebesar 217,8 atau terkontraksi -5,4% (yoy) lebih

dalam dari penurunan bulan sebelumnya yang sebesar -0,8%

(yoy). Penurunan penjualan terjadi pada seluruh kelompok

komoditas, dimana penurunan terdalam terjadi pada sub

kelompok Sandang, akibat penurunan permintaan sebagai

dampak wabah COVID-19. Selain itu, kelompok komoditas

Peralatan Informasi dan Komunikasi serta Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor juga mengalami penurunan permintaan

yang cukup dalam. Sementara itu, pertumbuhan penjualan

eceran pada triwulan I 2020 terkontraksi dari triwulan

sebelumnya, dimana rata-rata pertumbuhan IPR triwulan I 2020

berada pada level -2,2% (yoy), terkontraksi cukup dalam

dibanding triwulan IV 2019 yang sebesar 1,5% (yoy) maupun

triwulan I 2019 yang sebesar 8,8% (yoy). Secara spasial,

kontraksi pertumbuhan penjualan di bulan Maret 2020 tidak

hanya terjadi di kota Medan, Surabaya, Denpasar, dan

Bandung, melainkan juga di Jakarta, Semarang, dan

Banjarmasin.

Namun demikian, optimisme konsumen masih terjaga pada

level positif (diatas 100), tercermin pada Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) Maret 2020 sebesar 113,9, meskipun tidak

sekuat optimisme di bulan sebelumnya dengan IKK sebesar

117,7. Pelemahan optimisme konsumen ini disebabkan

menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi ke depan. Penurunan Indeks Ekonomi

Saat Ini (IKE) terutama dipengaruhi oleh menurunnya keyakinan

terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini yang lebih

terbatas dibandingkan kondisi 6 bulan yang lalu serta keyakinan

konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama.

Sedangkan penurunan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK)

dipengaruhi melemahnya persepsi konsumen terhadap kondisi

kegiatan usaha, penghasilan, dan ketersediaan tenaga kerja

pada 6 bulan mendatang. Penurunan IKK pada Maret 2020

terjadi pada hampir seluruh kategori pengeluaran, di mana

penurunan terdalam terjadi pada responden dengan

pengeluaran Rp 3,1 juta sampai dengan Rp 4 juta per bulan.

Sementara secara triwulanan, rata-rata IKK triwulan I 2020

sebesar 117,7, lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2019 yang

sebesar 123,0. Berdasarkan wilayah, penurunan IKK terdalam

terjadi di kota Denpasar, Palembang, dan Manado.

Penjualan mobil nasional terus mengalami penurunan, di

mana penjualan pada Maret 2020 tumbuh negatif sebesar -

15% (yoy), jauh lebih dalam dibandingkan kontraksi bulan

Februari 2020 yang sebesar -2,5% (yoy). Penjualan mobil turut

terpukul seiring pandemi COVID-19 yang berdampak pada

berkurangnya mobilitas masyarakat, lesunya sektor pariwisata

dan berkurangnya kebutuhan kendaraan untuk mengangkut

wisatawan, serta penurunan aktivitas ekspor komoditas.

Sementara itu, penjualan mobil niaga di awal tahun 2020,

masih melanjutkan tren penurunan seperti tahun sebelumnya.

Pada Maret 2020, penjualan mobil penumpang tercatat

terkontraksi cukup dalam -20,7% melanjutkan tren penurunan

dari bulan Februari yang terkontraksi -1,6%, sedangkan

penjualan mobil niaga tercatat kontraksi -14,7% (yoy), menurun

dibandingkan bulan Februari yang kontraksi -2,1% (yoy), namun

masih lebih baik dibandingkan bulan Januari yg mencatatkan

kontraksi hingga -23,4% (yoy). Di sisi lain konsumsi semen

nasional juga mengalami tren yang hampir sama dengan

penjualan mobil niaga. Konsumsi semen pada bulan maret 2020

tercatat mengalami kontraksi -7% (yoy), menurun dibandingkan

Februari yang mencatatkan kontraksi -0,1% dan Januari yang

kontraksi -7,4%. Pertumbuhan konsumsi semen tersebut

sejalan dengan progres pembangunan infrastruktur yang

Page 9: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 9

dilakukan oleh Pemerintah dan Swasta yang sementara banyak dihentikan akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB) sebagai antisipsi penyebaran COVID-19.

Adapun Realisasi investasi langsung melalui penanaman modal pada Triwulan I 2020 mencapai Rp210,7 T, meningkat 8,0%

(yoy) dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar Rp195,1 T. Peningkatan bersumber dari pertumbuhan PMDN sebesar 29,3%

(yoy), semenatara PMA kontraksi 9,2% (yoy). PMDN mengalami pertumbuhan cukup tinggi dan menjadi penopang utama

investasi ditengah PMA yang mengalami kontraksi akibat ketidakpastian global.

Sementara itu, hingga akhir Maret tahun 2020, realisasi belanja modal pemerintah pusat telah mencapai 5,7% dari anggaran

belanja modal pada APBN 2020. Realisasi ini tumbuh 32,1% dibandingkan realisasi pada periode yang sama di tahun 2019.

Diharapkan pemerintah daerah juga dapat meningkatkan realisasi belanja modal mereka sekaligus juga untuk upaya

peningkatan efisiensi.

Page 10: RINGKASAN EKSEKUTIFfiskal.kemenkeu.go.id/data/document/monthly-news... · 2020. 5. 3. · Arus modal keluar tersebut didorong aliran modal asing keluar dari pasar SBN yang mencapai

Laporan Ekonomi & Keuangan Bulanan / Monthly Report 10

Pengarah : Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab : Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro

Penyusun : Thomas NPD Keraf, Roni Parasian, Lilik Surya, Immanuel Bekti Hartanto, Raditiyo Harya Pamungkas, Dwi Anggi Novianti, Dedy Sunaryo, Aktiva Primananda H., Nurul Putri R. Layout : Patria Yoga Asmara Sumber Data : CEIC, BPS, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut

akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal,

Kementerian Keuangan.

Tabel Neraca Perdagangan (dalam miliar USD)