rinanda07
DESCRIPTION
meTRANSCRIPT
TUGAS AKHIR TERMODINAMIKA
Oleh :RINANDA DWI AGUSTIN
110321419509B/D
PENDIDIKAN FISIKA 2011
rinanda 07UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMJURUSAN FISIKA
12/13/2012
BAB IKONSEP – KONSEP TERMODINAMIKA
1. Memahami apa yang dikaji di dalam termodinamikaSebelum mempelajari lebih jauh tentang apa saja yang dikaji di dalam
termodinamika alangkah lebih baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu
termodinamika. Termodinamika merupakan ilmu yang mempelajari tentang energi panas
yang berpindah (kalor) disertai perilaku fisis nya. Kajian termodinamika meliputi
pengaruh kalor terhadap suatu benda disertai parameter – parameter yang mendukung
seperti tekanan, temperatur, dan volume. Dalam mengkaji termodinamika kita
menggunakan pendekatan makroskopik. Artinya dalam hal ini kuantitas yang akan kita
acu merupakan ciri umum atau sifat skala besar dari sistem. Sedangkan besaran –
besaran fisika yang menyatakan sistem tersebut dinamakan koordinat termodinamik.
Keadaan fisis sistem yang disajikan dalam koordinat termodinamik tersebut untuk
selanjutnya akan disebut sebagai sistem termodinamik. Tujuan termodinamika adalah
mencari hubungan umum antara koordinat termodinamik yang taat asas atau hukum
pokok termodinamika.
2. Memahami pengertian kesetimbangan termal dan hukum ke-nol termodinamikaKesetimbangan berkaitan dengan seimbang atau sama, sedangakan termal
berkaitan dengan suhu. Jadi dapat diartikan kalau kesetimbangan termal merupakan
suatu kondisi ketika dua sistem atau lebih memiliki suhu yang sama setelah kedua
sistem tersebut saling berinteraksi melalui dinding diaterm. Dalam hal ini perlu
ditekankan bahwa interaksi tersebut tidak harus saling kontak. Jika terdapat dua sistem
dalam keadaan kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam
kondisi saling setimbang termal satu dengan lainnya, pernyataan tersebut untuk
selanjutnya akan kita sebut sebagai hukum ke – nol termodinamika.
3. Memahami konsep suhu dan pengukurannyaSuhu merupakan derajat panas suatu benda. Cara yang paling sederhana untuk
mengukur suhu sejumlah sistem dapat dilakukan dengan memilih salah satu sistem
sebagai indikator kesetimbangan termal antara sistem tersebut dengan sistem yang
lainnya. Sistem yang dipilih tersebut untuk selanjutnya kita sebut termometer. Kualitas
dari sebuah termometer ditentukan oleh kepekaannya, keterulangannya, serta
kecepatannya mencapai kesetimbangan termal dengan sistem lainnya.
4. Memahami konsep tekanan
Tekanan secara fisis memiliki arti sebagai gaya tekan normal tiap satuan luas.
Satuan tekanan dalam SI adalah pascal (Pa). Tekanan yang diukur relatif terhadap
tekanan nol mutlak disebut tekanan absolut. Alat pengukur tekanan diatas atmosfir
adalah manometer, alat pengukur tekanan vakum disebut manometer vakum, sedang
alat pengukur tekanan atmosfir disebut barometer. Terdapat banyak jenis metode
pengukuran tekanan seperti pipa U, manometer pegas, atau transduser elektronik.
Tekanan pengukuran di atas tekanan atmosfer besarnya adalah selisih antara tekanan
mutlak (Pabs) dangan tekanan atmosfer (Pa). Secara matematis dirumuskan sebagai
berikut: Ppengukuran = Pabs – Patm. Sedangkan untuk tekanan pengukuran di bawah tekanan
atmosfer merupakan selisih antara tekanan atmosfer dengan tekanan absolut. Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut: Ppengukuran = Patm - Pabs.
5. Memahami sistem termodinamika serta persamaan keadaannyaSuatu sistem dalam termodinamika dikatakan setimbang termodinamik jika
memenuhi persyaratan setimbang mekanis, setimbang kimia, setimbang fase dan
setimbang termal. Setimbang mekanis terjadi apabila dalam sistem dan lingkungan gaya
– gaya yang bekerja seimbang, sama besar dan berlawanan arah, sehingga tidak ada
gaya yang tidak berimbang. Setimbang kimia terjadi jika sistem dalam kesetimbangan
mekanis tidak cenderung mengalami perubahan spontan dari struktur internalnya.
Kesetimbangan fase terjadi ketika tidak ada perpindahan satu atau lebih unsur kimia
dari satu fase ke fase yang lainnya. Kesetimbangan termal terjadi ketika suhu pada
setiap titik pada seluruh sistem adalah sama, dan sama dengan suhu lingkungannya.
Apabila salah satu dari persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka sistem tersebut
dikatakan dalam keadaan tak setimbang. Persamaan keadaan merupakan suatu
persamaan yang menyatakan hubungan antara koordinat – koordinat termodinamik
pada saat setimbang termodinamik secara fungsional. Suatu fungsi keadaan merupakan
suatu fungsi yang jika dideferensialkan memenuhi persyaratan diferensial eksak. Salah
satu persamaan keadaan yang terkenal adalah persamaan keadaan Van Der Walls:
(P+(a/v2))(v-b)= RT, dengan a,b merupakan tetapan, T adalah suhu dan v adalah
volume molar. Persamaan keadaan tersebut berlaku dalam daeran cairan, gas, dan di
dekat atau di atas titik kritis. Persamaan tersebut mempunyai ketelitian yang kurang
baik, tetapi jika konstanta a dan b dihitung menurut perilaku gas sebenarnya pada
lingkup yang luas maka ketelitiannya dapat menjadi lebih baik.
6. Memahami perubahan keadaan kesetimbanganPerubahan keadaan kesetimbangan terjadi ketika koordinat makroskopik yang
telah ditentukan dalam termodinamika telah berubah, baik secara spontan ataupun
pengaruh dari luar. Jika perubahan yang terjadi dari keadaan steimbang ke kedaan
setimbang yang lain sangat kecil sekali maka itulah yang dinamakan perubahan infinit
pada keadaan kesetimbangan. Karena perubahan keadaannya sangat kecil maka
perubahan yang dihitung menggunakakan symbol ∂.
7. Memahami beberapa rumusan matematika yang digunakan dalamtermodinamika
Ada berbagai macam rumusan matematika. Karena suatu fungsi keadaan
merupakan suatu fungsi yang jika dideferensialkan memenuhi persyaratan diferensial
eksak, maka dalam termodinamika rumusan matematika yang merupakan penyelesaian
dari persamaan keadaan adalah operasi pendeferensial eksak. Selain itu teknik integrasi
juga diperlukan dalam menyelesaikan persamaan keadaan dalam termodinamika.
8. Dapat mengaplikasikan konsep – konsep dasar termodinamika untukmenyelesaikan soal – soal terkait
Dalam mengaplikasikan konsep – konsep dasar termodinamika untuk
menyelesaikan soal-soal terkait terlebih dahulu kita harus mengetahui pokok
permasalahannya. Setelah mengetahui permasalahannya kita harus memfokuskan
permasalahannya, mendata apa saja yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari
permasalahan tersebut. Agar mudah membayangakan permasalahannya kita bisa
menggambarakan keadaan fisisnya, membuat asumsi – asumsi terhadap permasalahan
tersebut. Setalah itu baru merencanakan penyelesaiannya dan menyelesaikannya.
Pengecekan hasil juga diperlukan agar kita mendapatkan hasil yang benar – benar
maksimal.
9. Terampil menyelesaikan masalah menggunakan penyelesaian berbasiseksplisit
Contoh soal dan penyelesaian berbasis eksplisit
Uraikan persamaan garis ideal bentuk virial dan tentukan koefisien – koefisien virialnya.
Penyelesaian :
Langkah awal kita harus Memfokuskan masalah. Dari soal diketahui persamaan gas
ideal, sehingga berlaku persamaan Pv = RT. Kita disuruh mencari persamaan bentuk
virial dan koefisien virial. Selanjutnya mengacu pada bentuk persamaan virial:
Pv= RT+B’P+C’P2+D’P3+……. Dan dari persamaan gas ideal Pv=RT ; P = kita
mensubtitusikan P = pada Pv= RT+B’P+C’P2+D’P3+…….. sehingga, Pv =
RT+B’ +C’( )2+D’( )3+……..; Pv = RT {1+ + + +D’ }. Jadi dari situ diperoleh
koefisien virial masing 0 masing: A= 1; B= B’; C= C’ RT; D= D’(RT)2 Dan seterusnya.
BAB IIKERJA
1. Memahami pengertian proses kuasistatisProses kuasistatis memiliki arti bahwa perubahan yang terjadi pada saat sistem
berinteraksi dengan lingkungannya terjadi sangat kecil (infinitesimal). Ada beberapa hal
penting yang ditekankan pada proses kuasistatis, yaitu proses dianggap selalu dalam
keadaan setimbang pada tiap titik di dalam lintasan, proses berjalan sangat lambat, dan
merupakan idealisasi dari suatu proses untuk memudahkan analisis yang diperlukan
hanya state awal dan state akhir.
2. Mendefinisikan konsep kerja dalam termodinamikaKerja menurut teori klasik didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya yang bekerja
dan pergeseran dalam arah gaya. Dalam termodinamika, bila sistem mengalami
pergeseran karena bereaksinya gaya, maka dikatakan kerja telah dilakukan. Bila gaya
eksternal yang bereaksi pada sistem termodinamik berarah sama dengan pergeseran
sistem, maka kerja yang dilakukan pada sistem dalam hal ini kerja positif. Namun, jika
gaya eksternal berlawanan dengan pergeseran maka dalam hal ini kerja negatif. Kerja
yang dilakukan oleh bagian sistem pada sistem yang lain disebut kerja internal,
sedangkan kerja yang dilakukan sistem ke lingkungan atau sebaliknya disebut kerja
eksternal. Konsep kerja yang berlaku di dalam termodinamika hanya konsep kerja
eksternal.
3. Memahami pengertian kerja – kuasistatisKerja kuastistatis memiliki arti bahwa pada saat proses kerja yang terjadi,
perubahannya sangat kecil. Kerja kuasistatis secara matematis dirumuskan sebagai:
dW=F.dx=Fdx=PAdx=PdV, Disini P dapat diperoleh dari persamaan keadaan sistem
yang berlaku (untuk gas ideal P=nRT/V). dW tidak diperoleh dengan mendeferensialkan
suatu fungsi W. dW dimaknai sebagai kerja luar dalam jumlah yang sangat kecil. Jika
sistem melakukan kerja, maka dW bertanda negatif, sedangkan jika sistem dikenai kerja
maka dW positif.
4. Dapat mengaplikasikan konsep kerja pada beberapa sistem termodinamikKonsep kerja dalam termodinamika dapat diaplikasikan pada beberapa sistem
termodinamik. Misalkan yang pertama pada sistem hidrostatis. Sistem hidrostatis
meliputi gas, cairan, padatan yang tidak diperhatikan sifat kelistrikannya,
kemagnetannya, elastisitasnya, dan sifat tegangan permukaannnya. Kerja pada sistem
hidrostatis dirumuskan sebagai negatif dari hasil integrasi tekanan terhadap volume
dengan faktor integrasi perubahan volume awal dan akhir. Kerja untuk mengubah
panjang seutas kawat dirumuskan sebagai hasil integrasi gaya tegang terhadap
perubahan panjang kawat dengan faktor integrasi perubahan panjang kawat pada
keadaan awal dan akhir. Kerja untuk mengubah luas bidang selaput permukaan
dirumuskan sebagai hasil integrasi tegangan permukaan terhadap perubahan luasan
dengan faktor integrasi perubahan luasan awal dan akhir. Kerja untuk mengubah
muatan sel terbalikkan dirumuskan sebagai hasil integrasi elektromotansi dengan faktor
integrasi pelucutan berhingga dari awal hingga akhir. Pada proses pelucutan, kerja
dilakukan oleh sistem, sedangkan pada proses pemuatan kerja dilakukan pada sistem.
Kerja untuk mengubah polarisasi padatan dielektrik dirumuskan sebagai hasil integrasi
medan listrik dengan faktor integrasi polarisasi awal dan akhir. Sedangkan kerja untuk
mengubah magnetisasi padatan magnetik dirumuskan sebagai hasil integrasi intensitas
magnetik dengan faktor integrasi magnetisasi yang diubah sejumlah tertentu dari awal
hingga akhir dan dikalikan dengan konstanta μ0.
5. Terampil menyelesaikan soal menggunakan penyelesaian berbasis eksplisitContoh soal dan penyelesaian berbasis eksplisit
Zat dielektrik memiliki persamaan keadaan = kE, dengan V adalah volume dan k
tetapan yang bergantung pada T saja. Tunjukkan bahwa kerja untuk mengubah muatan
dielektrik secara isothermal kuasistatik adalah W= kV(Pf2 – Pi
2) .
Penyelesaian :
Langkah awal kita memfokuskan masalah. Dari soal diketahui persamaan keadaan
sistem dielektrik = kE. Kita diminta untuk membuktikan bahwa kerja W= (Pf2 – Pi
2) =
(Ef2 – Ei
2). Selanjutnya kita gambarkan keadaan fisisnya kalau sistem dielektrik
memiliki koordinat (P,E,T). Mengacu pada persamaan , dan W12 = .
dan = kE maka E = . Sehingga jika E = disubtitusikan pada dW= EdP
akan menjadi: dW= P dP. Sehingga Wif = ; Wif = (Pf2 – Pi
2). Jawaban
terbukti.
BAB IIIKALOR DAN HUKUM I TERMODINAMIKA
1. Memahami konsep kalorKalor merupakan energi panas yang berpindah. Perpindahan energi panas
tersebut merupakan hasil dari interaksi antara dua sistem dengan temperatur yang
berbeda, dimana perpindahannya dari sistem yang bertemperatur lebih tinggi ke yang
lebih rendah. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa interaksi yang terjadi
pada saat itu tidak harus saling kontak. Perpindahan kalor tersebut berlangsung hingga
tercapai kesetimbangan termal. Jika kalor masuk ke sistem maka kalor diberi tanda
positif, begitu juga sebaliknya jika kalor keluar dari sistem maka kalor diberi tanda
negatif. Laju kalor yang ketika sistem menjalani proses perubahan dari keadaan satu ke
keadaan dua dirumuskan dengan integrasi dari kalor dalam jumlah infinit dengan faktor
integrasi perubahan waktu pada keadaan awal dan akhir. Kalor jenis merupakan
banyaknya kalor (Q) yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu (T) satu satuan massa (m)
benda sebesar satu derajat.
2. Memahami proses perpindahan kalor secara kuasistatisInteraksi termal suatu sistem dengan lingkungan dapat disertai kenaikan suhu,
namun dapat juga berlangsung pada suhu tetap (Isotermal). Perpindahan kalor secara
kuasistatis memiliki arti bahwa perubahan yang terjadi sangatlah kecil. Agar dapat
terjadi maka diperlukan suatu lingkungan yang sangat besar agar pada saat sistem
mengalami penerimaan kalor ataupun pelepasan kalor koordinat keadaannya tidak
berubah. Lingkungan tersebut disebut sebagai tandon kalor atau reservoar kalor.
Contoh dari tandon kalor yaitu samudra, atmosfer, lingkungan dan benda – benda lain
yang berukuran besar dibandingkan ukuran sistem. Jika interaksi termal berlangsung
pada temperature tetap, proses perpindahan kalor secara kuasistatis dapat berlangsung
antara sistem dan 1 reservoar kalor saja. Disini setiap perubahan sistem discover oleh
reservoar kalor sehingga perubahannya tidak terasa. Untuk interaksi termal yang
disertai perubahan temperature agar terjadi perpindahan kalor secara kuasistatis
diperlukan beberapa reservoar kalor yang masing-masing temperaturnya berbeda
sedikit. Dalam hal ini sistem harus dikontakkan dengan beberapa reservoar kalor secara
berturut – turut.
3. Memahami perumusan hukum I termodinamikaHukum 1 termodinamika menjelaskan bahwa ”Kenaikan energi internal dari suatu
sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi panas yang ditambahkan ke
dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap
lingkungannya”. Pernyataan tersebut dirumuskan secara matematis dirumuskan sebagai
. Dalam artian lain, hukum pertama termodinamika merupakan suatu
pernyataan mengenai hukum universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan
perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan energi. Energi dalam sistem
merupakan jumlah energi yang dimiliki pertikel – pertikel sitem. Kalau E adalah energi
yang dimiliki partikel sistem, maka energi dalam seluruh sistem adalah : U = ,
dengan N adalah jumlah partikel dalam sistem. Perubahan energi dalam dari keadaan
awal i ke keadaan akhir f tak bergantung pada jenis lintasan yang ditempuh antara i dan
f dan hanya bergantung pada keadaan awal (i) dan akhirnya (f) saja.
4. Memahami konsep kapasitas kalorKapasitas kalor merupakan kalor yang dibutuhkan atau diserap untuk menaikkan
temperatur sistem. Secara matematis dapat dirumuskan C= Q/dT. Sedangkan kapsitas
kalor sesaat dirumuskan C= Setiap kapasitas kalor merupakan fungsi dari dua
peubah. Namun dalam selang kecil variasi koordinat, kapasitas kalor dapat dianggap
praktis tetap.
5. Dapat mengaplikasikan konsep kalor dan hukum I termodinamikaAplikasi Konsep kalor dan hukum I termodinamika dapat diterapkan pada mesin –
mesin – mesin pembangkit energi. Pada pembangkit energi semuanya hanya
mentransfer energi. Tidak ada yang menciptakan dan menghilangkan energi
.
6. Terampil menyelesaikan soal menggunakan penyelesaian berbasis eksplisitContoh soal berbasis eksplisit:
Untuk gas ideal tunjukkan bahwa ( )T = 0
Penyelesaian:
Langkah awal kita haru memfokuskan masalah. Karena dalam soal diketahui bahwa gas
ideal, maka berlaku persamaan Pv=RT. Kita diminta untuk menunjukkan bahwa ( )T =
0. Disini kita dapat membuat asumsi bahwa gas ideal menjalankan perubahan keadaan
secara kuasistatis, sehingga Menggunakan rumus: ( )y = ( )y + ( )y , sehingga
( )T = ( )T + ( )T. Karena energi internal gas ideal hanya fungsi T maka ( )T = 0;
( )T = - . Maka ( )T = ( )T ( )T; ( )T = 0. – ; ( )T = 0 . Terbukti.
BAB IVKONSEKUENSI HUKUM I TERMODINAMIKA
1. Memahami prinsip persamaan energiPersamaan energi merupakan suatu persamaan yang menggambarkan energy
internal suatu bahan sebagai fungsi keadaan suatu sistem. Persamaan energy berbeda
dengan persamaan keadaan. Oleh karena itu persamaan energy tidak dapat diturunkan
dari persamaan keadaan. Persamaan energy internal dapat dinyatakan sebagai fungsi
dari dua variabel bebas.
2. Dapat menurunkan persamaan energi dengan T dan v sebagai variabel bebasTelah dijelaskan di atas bahwa persamaan energy internal dapat dinyatakan
sebagai fungsi dari dua variabel bebas. Untuk sistem meiliki variabel keadaan P,V,T,
kita dapat memilih 2 diantaranya sebagai variabel bebas. Yang pertama yaitu,
menurunkan persamaan energi dengan T dan v sebagai variabel bebas. Saat T dan V
menjadi variable bebas, maka diperoleh fungsi . Sehingga perbedaan energi
internal antara dua keadaan kesetimbangan dinyatakan .
Turunan parsial menyatakan kemiringan garis isokhorik dan turunan sebagai
kemiringan garis isothermal dan sebagai kemiringan garis isokhorik pada U.
3. Dapat menurunkan persamaan energi dengan T dan P sebagai variabel bebasPada saat T dan P sebagai varabel bebas didapatkan fungsi h=f(T,P). Entalpi
untuk dua keadaan kesetimbangannya dinyatakan . Turunan
dapat dihitung dari persamaan keadaan, sedangkan ditentukan melalui
.
4. Dapat menurunkan persamaan energi dengan P dan v sebagai variabel bebasPada saat P dan v sebagai variabel bebas diperoleh fungsi . Kemudian
akan diperoleh . Sehingga penyelesaian turunan parsial dari
persamaan tersebut jika u sebgaai fungsi P dan v adalah sebagai berikut:
dan .
5. Dapat memanfaatkan dua bentuk umum turunan parsial untuk menyelesaikanmasalah terkait
Bentuk umum hubungan antara turunan parsial adalah atau
. Jika W identik dengan u dan h, x,y,z identik dengan P,v,T
maka: ata .
6. Memahami proses reversible gas idealProses reversible diartikan bahwa perubahan keadaan dari keadaan satu ke
keadaan lainnya yang berlangsung pada suatu sistem dapat kembali ke keadaan
semula tanpa terjadi perubahan pada keadaan sistem – sistem disekitarnya. Pada gas
ideal berlaku persamaan Pv=RT. Pada proses reversible gas ideal , , dan
bernilai konstan. Untuk gas ideal monoatomik nilai adalah 1,67 sedangkan
pada gas ideal diatomik adalah 1,40. Untuk menentukan kerja Pada proses reversible
gas ideal digunakan hubungan .
7. Memahami proses siklus carnotProses siklus carnot merupakan aplikasi dari konsep reversible. Siklus carnot
terdiri dari dua proses isothermal dan dua proses adiabatik reversibel. Alur proses Siklus
carnot meliputi Proses ekspansi isothermal pada yang temperaturnya lebih tinggi,
proses ekspansi adiabatik, proses kompresi isothermal pada yang temperaturnya
lebih rendah, kemudian dilanjutkan dengan kompresi adiabatik menuju ke keadaan
awal.
8. Memahami prinsip kerja mesin kalor dan mesin pendinginPrinsip kerja mesin kalor dan mesin pendingin adalah berkebalikan atau
berlawanan. Prinsip kerja Mesin kalor yaitu mengambil kalor Q2 dari reservoir kalor
bertemperatur lebih tinggi T2 kemudian melakukan kerja W pada lingkungan kemudian
membuang kalor Q1 pada reservoir kalor bersuhu lebih rendah T1. Sedangkan untuk
mesin pendingin prinsip kerjanya sistem menerima masukan kalor dari reservoir kalor
bertemperatur rendah kemudian melakukan kerja W pada sistem (mesin) kemudian
membuang kalor pada tandon kalor yang bertemperatur lebih tinggi. Efisiensi termal
mesin kalor didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja keluaran W dengan kalor
masukan Q2. Sedangakn efisiensi mesin pendingin didefinisikan sebagai perbandingan
antara kalor yang dipindahkan Q1 dengan kerja masuk W.
9. Terampil menyelesaikan soal –soal terkait menggunakan penyelesaian berbasiseksplisitContoh soal berbasis eksplisit:
Pompa kalor carnot digunakan untuk mempertahankan ruangan dengan
mensuplai kalor 90.000 kJ/jam pada temperature 25ºC. Kalor disuplai dari udara luar
pada temperatur -5ºC. Tentukanlah daya masukan yang diperlukan.
Penyelesaian:
Langkah pertama kita memfokuskan masalah. Dari soal diketahui : T2 = 25 + 273= 298,
T1 = -5 + 273 =268 K, Q2 = 90.000 kJ/jam = 90.000/3600= 25 kW. Ditanyakan nilai daya
masukan yang diperlukan W. Pompa kalor bekerja reversibel, dan berlaku hubungan =
. Sehingga Q1 = . Maka Q1 = ; Q1 = 17, 49 kW. Sehingga daya
masukannya W= Q2 - Q1 ; W= 25 - 17,49 = 7,51 kW.
BAB VHUKUM II TERMODINAMIKA DAN ENTROPI
1. Memahami proses perubahan kerja menjadi kalor dan sebaliknyaKerja dapat dirubah menjadi kalor seluruhnya. Salah satu contohnya adalah pada
saat kita menggosokkan dua benda maka lama – kelamaan benda tersebut akan terasa
panas. Dalam hal ini kerja yang hilang pada proses tersebut seluruhnya telah berubah
menjadi kalor. Tapi pernahkah kita berpikir apakah kita dapat merubah kalor menjadi
kerja seluruhnya? Ternyata, secara teori hal ini berlaku, akan tetapi dalam praktiknya
sulit sekali hal ini dilakukan. Misalnya pada suatu mesin bakar. Bahan bakar dari mesin
bakar mampu menghasilkan kalor, kalor tersebut untuk selanjutnya dikonversikan
menjadi kerja mekanis. Akan tetapi tidak seluruh kalor yang dihasilkan diubah menjadi
kerja mekanis secara terus menerus. Karena harus disediakan volume yang tak hingga
agar proses ini terjadi secara terus – menerus. Selain itu, diperlukan suatu siklus juga
yang menjaga agar kondisi sistem pada akir proses sama dengan keadaan awalnya.
Jika siklus yang dijalani searah dengan arah putaran jarum jam mesin, maka kerja yang
dihasilkan adalah: W= - . Contohnya yaitu mesin kalor. Jika siklus yang dijalani
berlawanan arah jarum jam, maka memerlukan kerja luar. Contohnya yaitu mesin
pendingin.
2. Memahami perumusan hukum IIPada hukum pertama termodinamika belum menjelaskan kearah mana suatu
perubahan keadaan itu berjalan dan apakah perubahan itu reversibel atau irreversibel.
Oleh karena itu diperlukan perumusan baru yang mampu menjelaskan hal tersebut.
Perumusan baru tersebut yaitu hukum kedua termodinamika. Hukum kedua
termodinamika memberikan batasan-batasan tentang arah yang dijalani suatu proses,
dan memberikan kriteria apakah proses itu reversible atau irreversible. Terdapat dua
pernyataan mengenai hukum kedua termodinamika, yang pertama dari Clausius yang
menyatakan: “tidak mungkin memindahkan kalor dari benda yang bertemperatus rendah
ke benda yang bertemperatur tinggi, tanpa memerlukan kerja luar”. Pernytaan kedua
datang dari kelvin – planck yang berbunyi : “tidak mungkin seluruh kalor yang diserap
oleh suatu sistem, seluruhnya diubah menjadi usaha kerja”.
3. Dapat menyelesaikan proses reversibelSeperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa Proses reversible diartikan
bahwa perubahan keadaan dari keadaan satu ke keadaan lainnya yang berlangsung
pada suatu sistem dapat kembali ke keadaan semula tanpa terjadi perubahan pada
keadaan sistem – sistem disekitarnya. Kebalikan dari proses reversibel yaitu proses
irreversibel. Di alam ini semua peristiwa terjadi secara irreversibel. Salah contoh
sederhana yaitu pada saat kita menyentuh benda yang bersuhu tinggi dengan b enda
yang bersuhu rendah. Kalor dapat dengan sendirinya mengalir dari benda bersuhu tinggi
tersebut ke benda bersuhu rendah. Kita tidak pernah melihat proses sebaliknya, dimana
kalor dengan sendirinya berpindah dari benda bersuhu rendah ke tinggi. Jika hal ini bisa
terjadi, maka benda yang dingin akan semakin dingin dan benda panas akan semakin
panas.
4. Dapat menjelaskan bukti adanya fungsi keadaan entropi : teorema ClausiusAkibat dari hukum kedua termodinamika ialah perkembangan dari suatu sifat
phisik alam yang disebut entropi. Entropi itu sendiri merupakan derajat ketidakteraturan
dari suatu sistem. Perubahan entropi menentukan arah yang dijalani suatu proses.
Bukti adanya entropi oleh clausius dirumuskan sebagai berikut: .
5. Dapat menurunkan fungsi entropi gas idealDalam menurunkan fungsi entropi gas ideal prinsip nya sama seperti saat kita
menurunkan persamaan energi. Kita dapat menurunkannya dari dua variabel bebas.
Misalnya dari variabel T dan V, T dan P, dan P dan V. Fungsi entropi untuk gas ideal
sebagai fungsi T dan V dirumuskan sebagai berikut: ln T + nR lnV + k, untuk
gas ideal sebagai fungsi T dan P dirumuskan sebagai berikut: ln T - nR lnP+k,
untuk gas ideal sebagai fungsi P dan V dirumuskan sebagai ln P + ln V+k.
6. Dapat memberi makna kurva pada diagram T-SDiagram T-S merupakan diagram kalor. Dalam menentukan kalor yang terlibat
pada proses reversibel kita dapat menentukannya dari luas dibawah kurva proses, oleh
karena itu kerja dari proses tersebut sama dengan luas siklus pada diagram T-S. Untuk
proses isoentropik dapat digambarkan pada diagram T-S sebagai garis lurus.
7. Dapat menentukan besarnya perubahan entropi pada proses reversibelEntropi semesta merupakan hasil penjumlahan perubahan entropi sistem dan
lingkungan. Pada proses reversibel besar entropi semestanya tidak berubah. Pada
proses adiabatik reversibel besar perubahan entropi dari kesetimbangan awal I ke
kestimbangan akhir f adalah nol. Untuk proses isotermal reversibel perubahan
entropinya dapat dirumuskan sebagai berikut: . Untuk proses iskhorik
reversibel dapat dirumuskan sebaagai berikut: ln . Untuk proses isobarik
reversibel : ln . Perubahan entropi pada reservoir kalor perubahan
entropinya: . Untuk perubahan entropi sistem pada perubahan fase besarnya
dapat dihitung dengan membagi kalor yang terlihat dengan suhu transisi.
8. Dapat menentukan besarnya perubahan entropi pada proses irreversibelPada proses irreversibel entropi semestanya bertambah. Pada proses irreversibel
jika i dan f merupakan keadaan keseimbangan, maka besar perubahan entropi
semestanya ditentukan oleh keadaan awal dan akhirnya saja. Tidak tergantung oleh
jalannya.
9. Memahami azaz entropi dan penerapannyaAzas entropi menyatakan bahwa jumlah perubahan entropi sistem ditambah
perubahan entropi lingkungan atau perubahan entropi semestanya tidak lebih dari sama
dengan nol. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
. Disini tanda sama dengan mewakili
proses reversibel dan tanda lebih besar mewakili proses irreversibel.
10. Menjelaskan hubungan entropi dan ketidakteraturanTelah dijelaskan sebelumnnya bahwa tidak ada peristiwa di alam ini yang bersifat
reversibel. Oleh karena proses di alam ini irreversibel, maka besar entropi semestanya
bertambah. Dalam artian lain alam cenderung untuk melakukan proses menuju
ketidakteraturan yang nilai nya lebih besar. Hubungan antara entropi dan ketidakterturan
secara matematis dirumuskan sebagai berikut: . Dengan k merupakan tetapan.
11. Terampil menyelesaikan soal menggunakan penyelesaian soal berbasiseksplisit
Contoh soal dan penyelesaian berbasis eksplisit
Tentukan perubahan entropi suatu gas yang memiliki persamaan keadaan
P(V-b)= nRT
Penyelesaian:
Langkah awal kita harus memfokuskan masalah. Dari soal diketahui persamaan keadaan
P(V-b)= nRT. Kita diminta untuk menghitung perubahan entropigas tersebut .
Selanjutnya kita gambarkan keadaan fisisnya yaitu, sistem gas sebagai sistem P,V,T,
dalam menjalani proses maka timbul perubahan entropi di dalam sistem, karena S
merupakan fungsi keadaan. Selanjutnya kita menyiapkan asumsi bahwa keadaan awal
dan akhir merupakan keadaan kesetimbangan. Untuk proses volume tetap berlaku kaitan
dQ = CvdT + PdV; dQ = CvdT + dV; = ; = dT + . Untuk
Cv kontan, maka = Cv ln + nR ln ( ). Untuk proses tekanan tetap berlaku
kaitan: dQ = CpdT + VdP; dQ = Cp dT – ( dP; = ; = dT + nR
- ; = Cp ln v – nR ln - (Pf-Pi). Terbukti.