revisi tambahasxsn puskesmas

Upload: wilbent

Post on 02-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sxs

TRANSCRIPT

PUSKESMASPuskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan. Yang dimaksud dengan unit pelaksana adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disebut UPTD, yakni unit organisasi di lingkungan Dinas Kabupaten/ Kota yang melaksanakan tugas teknis operasional. Kriteria umum UPTD, terdiri dari:

Tidak melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan dan perizinan.

Mempunyai misi / tugas pokok yang jelas dan tidak berduplikasi atau tumpang tindih dengan unit organisasi lainnya.

Harus didukung oleh 3 (tiga) faktor yaitu : sumberdaya manusia, anggaran dan sarana / prasarana kerja.

Memiliki rencana, program dan kegiatan pengembangan yang Berkelanjutan

Yang dimaksud dengan pembangunan kesehatan adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengertian pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta pelayanan kesehatan.

Dari uraian singkat ketiga pengertian diatas jelas bahwa puskesmas adalah satu satuan organisasi yang diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan.

Adapun pengertian batasan puskesmas dengan kewenangan kemandirian yang dimaksud disini adalah puskesmas yang mempunyai kewenangan sebagai berikut :

Kewenangan menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan sesuai dengan situasi kondisi, kultur budaya dan potensi setempat.

Kewenangan mencari, menggali dan mengelola sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah, masyarakat, swasta dan lain dengan sepengetahuan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, yang kemudian dipertanggung jawabkan untuk pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

Kewenangan untuk mengangkat tenaga institusi / honorer, pemindahan tenaga, dan pendayagunaan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya dengan sepengetahuan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.

Kewenangan untuk melengkapi sarana dan prasaran termasuk peralatan medis dan non medis yang dibutuhkan.1,2Azas PuskesmasAda 4 azas yang harus diikuti oleh Puskesmas, yaitu :1. Azas pertanggung-jawaban wilayahPuskesmas harus bertanggung jawab atas pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Artinya bila terjadi masalah kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmaslah yang harus bertanggung jawab untuk mengatasinya. Sebagai contoh bila disalah satu desa di wilayah kerjanya ada kasus demam berdarah, Puskesmas harus segera melakukan berbagai tindakan agar kasus tersebut tidak menyebar ke tempat lain. Untuk dapat memantau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas harus proaktif ke lapangan mengadakan pemantauan, pembinaan binaan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.2. Azas peran serta masyarakatDalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas harus memadang masyarakat sebagai subyek pembangunan kesehatan, sehingga Puskesmas bukan hanya bekerja untuk mereka tetapi bekerja bersama masyarakat. Oleh karena itu Puskesmas harus bekerjasama dengan masyarakat mulai dari tahap identifikasi masalah, menggali sumberdaya setempat, merumuskan dan merencanakan kegiatan penanggulangannya, melaksanakan program kesehatan tersebut dan mengevaluasinya. Untuk ini perlu difasilitasi pembentukan wadah masyarakat yang peduli kesehatan seperti Badan Peduli Kesehatan Masyarakat (BPKM) atau Badan Penyantun Puskesmas (BPP). BPKM/BPP bisa merupakan mitra yang kerja yang kontruktif bagi Puskesmas dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Disamping itu berbagai elemen masyarakat juga diajak kerjasama, terutama dalam menumbuh-kembangkan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang sesuai dengan elemen masyarakat tersebut, misalnya :

Ibu-ibu anggota PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) atau organisasi wanita lainnya untuk menumbuh-kembangkan posyandu (pos pelayanan terpadu) dan polindes (pondok bersalin desa)

Organisasi remaja untuk mengembangkan SBH (Saka Bakti Husada) di lingkungan pramuka, Santri Husada dan poskestren (pos kesehatan pesantren) di lingkungan pondok pesantren.

Kelompok pekerja untuk menumbuh-kembangkan Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja)

Kelompok lanjut usia (lansia) untuk menumbuh-kembangkan posbindu lansia (pos pembinaan terpadu lansia)3. Azas keterpaduanPuskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya harus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, bermitra dengan BPKM/BPP dan organisasi masyarakat lainnya, berkoordinasi dengan lintas sektor, agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan, sehingga lebih berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu cara memadukan berbagai kegiatan adalah dengan memfokuskan berbagai kegiatan untuk menyehatkan masyarakat. Dari masalah kesehatan setempat akan diketahui intervensi apa saja yang perlu dan program apa yang lebih dulu masuk dan program apa yang belakangan dilaksanakan.4. Azas rujukanPuskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang bila tidak mampu mengatasi masalah kerena berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan baik secara vertikal ke tingkat yang lebih tinggi, atau secara horisontal ke Puskesmas lainnya. Sebaliknya Puskesmas juga bisa menerima rujukan dari kasus secara vertikal dari tingkat yang lebih tinggi (misalnya rumah sakit) terhadap kasus yang sudah ditangani dan perlu pemeriksaan berkala yang sederhana dan dapat dilakukan di Puskesmas.1Visi dan Misi PuskesmasVisiVisi Puskesmas adalah : mewujudkan kecamatan sehatRumusan visi Puskesmas setempat diserahkan sepenuhnya ke daerah asal, arahnya adalah kecamatan sehat. Dalam menentukan keberhasilan mewujudkan visi tersebut, perlu ditetapkan indikator

kecamatan sehat, antara lain sebagai berikut :

indikator lingkungan sehat

indikator perilaku sehat

indikator pelayanan kesehatan yang bermutu, serta

indikator derajat kesehatan yang optimal

Indikator yang ditetapkan hendaknya mempertimbangkan kaidah : sederhana, mudah diperoleh, mudah diolah, mudah diinterprestasikan, sensitif dan spesifik. Sayang sampai saat ini indikator Indonesia Sehat 2010, belum selesai dirumuskan secara terinci. Sambil menunggu rincian indikator tersebut, Proyek KKG akan mencoba membantu dengan mengemas indikator tersebut sesuai dengan fungsi Puskesmas seperti tertera dibawah ini.2Misi PuskesmasAda 4 misi Puskesmas yaitu :

Menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu agar pembangunan terebut mendorong lingkungan dan perilaku masyarakat agar semakin sehat.

Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat. Puskesmas selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat makin berdaya dibidang kesehatan, melalui peningkatan, pengetahuan dan kemampuan untuk hidup sehat.

Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Puskesmas selalu harus berupaya untuk menjaga agar cakupan dan kualitas layanannya tidak menurun, bahkan kalau bisa selalu ditingkatkan agar semakin besar cakupannya dan semakin bagus kualitas layanannya.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas selalu berupaya agar derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat tetap terpelihara bahkan semakin meningkat seiring dengan derap pembangunan kesehatan di wilayah kerja puskesmas.2Fungsi PuskesmasUntuk membuat panduan implementasi manajemen, lebih mudah bila uraiannya berdasarkan fungsi puskesmas. Puskesmas di era desentralisasi mempunyai 3 fungsi yaitu :

Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

Memberdayakan masyarakat dan memberdayakan keluarga

Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama

Uraian singkat 3 fungsi tersebut di atas beserta indikator masing-masing fungsi adalah sebagai berikut :a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatanMenggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan memiliki makna bahwa Puskesmas harus berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya pembangunan yang mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama. Pembangunan yang dilaksanakan di kecamatan, seyogyanya yang berdampak positip terhadap lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang muaranya adalah peningkatan kesehatan masyarakat.

Fungsi menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya. Oleh karena itu, keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui indeks potensi tatanan sehat (IPTS). Ada 3 tatanan yang bisa diukur yaitu :2 Tatanan sekolah (SD, SMP, SMU/SMK, Madrasah, Universitas)

Tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, industri rumah tangga, tempat kerja di perternakan, tempat kerja di perkebunan/pertanian, dll)

Tatanan tempat-tempat umum (pasar, tempat badah, rumah makan, tempat hiburan, dll)

Dengan demikian indikatornya adalah sebagai berikut :

Berapa % sekolah yang dinyatakan berpotensi sehat

Berapa % tempat kerja yang dinyatakan berpotensi sehat

Berapa & tempat-tempat umum yang dinyatakan berpotensi sehat

Indikator Potensi Tatanan Sehat untuk masing-masing tatanan telah dikembangkan oleh Dit Promosi Kesehatan dan beberapa pihak terkait. Untuk penyederhanaan dari serangkaian indikator tersebut bisa dibuat indeks yang hanya membuat indikator dasar saja. Misalnya untuk tatanan sekolah cukup 4 indikator saja yaitu :

Tersedianya air bersih

Tersedianya jamban yang saniter

Adanya larangan merokok

Adanya dokter kecil untuk SD atau Palang Merah Remaja (PMR) untuk SLTP.b. Memberdayakan masyrakat dan memberdayakan keluarga2Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruksi guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengindentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.

Fungsi memberdayakan masyarakat dapat diukur dengan beberapa indikator antara lain :

Tumbuh-kembang UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat), yang rincian indikator dan manajemen pembinaannya telah dituliskan pada buku ARRIF, Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat, yang telah diterbitkan oleh Depkes.

Tumbuh dan berkembangnya LSM yang bergerak dibidang kesehatan

Tumbuh dan berfungsinya BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun Puskesmas).1Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengindentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak lain.

Fungsi memberdayakan keluarga dapat diukur dengan makin

banyaknya keluarga sehat di wilayah kerjanya. Khusus untuk lokasi proyek KKG, indikator yang dipakai adalah indeks potensi keluarga sehat (IPKS). Makin banyak keluarga yang berpotensi sehat, berarti makin berhasil upaya pemberdayaan keluarga di Puskesmas tersebut. c. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama3Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat mutlak perlu, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Indikator keberhasilan misi pelayanan kesehatan masyarakat adalah IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat) terdiri dari cakupan dan kualitas program tersebut di atas. IPMS minimal mencakup seluruh indikator cakupan program pokok dan kualitas layanan kesehatan, yang antara lain adalah sebagai berikut :Program pokokKegiatanIndikator

Promosi KesehatanPromosi hidup bersih dan sehatPerbaikan kesehatan

Kesehatan lingkunganPenyehatan pemukimanPerbaikan lingkungan

KIAANC

MTBS

KB

ImunisasiK4

Cakupan MTBS

Cakupan KB

Cakupan imunisasi

Pemberantasan Penyakit MenularDiare, ISPA, Malaria, TBKesembuhan

PengobatanMedik dasar

Lab sederhana

UGDJumlah kasus

cakupan pelayanan

jumlah pemeriksaan

GiziDistribusi Vit. A/Fe/Yod

PSG

Promosi giziCakupan pemberian Vit.A, Fe, dan Yodium

% kurang gizi/gizi buruk

Kualitas pelayanan kesehatanJaga mutu, provider, konsumenTingkat kepatuhan

kepuasan pasien

Tabel 3. Indikator Potensi Masyarakat Sehat.

Upaya pelayanan kesehatan tingkat yang diselenggarakan Puskesmas bersifat holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan. Misi ini berkaitan erat dengan program yang dilaksanakan Puskesmas. Pada era desentralisasi ini, program Puskesmas dibedakan menjadi program kesehatan dasar dan program kesehatan pengembangan.2,3Program kesehatan dasar adalah program minimal yang harus dilaksanakan oleh tiap Puskesmas oleh tiap Puskemas, yang dikemas dalam basic six, yaitu : Promosi Kesehatan (Promkes) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Sosialisasi Program Kesehatan

Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) Kesehatan Lingkungan (Kesling)

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB)

Perbaikan Gizi

Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

PengobatanPenanganan Gizi Buruk Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Menggerakkan dan memperdayakan masyarakat untuk hidup sehat

Meningkatkan pembiayaan kesehatan

Meningkatkan system survey, monitoring dan informasi kesehatan.2,3

UPAYA PROMOSI KESEHATANPromosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).4Upaya promosi kesehatan dalam pelayanan kebidanan meliputi :

a) Upaya Promotif.

Adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu meningkatkan kesehatannya, kelompok orang sehat meningkat dan kelompok orang sakit menurun. Bentuk kegiatannya adalah pendidikan kesehatan tentang cara memelihara kesehatan.

b) Upaya Preventif

Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit. Sasarannya adalah kelompok orang resiko tinggi. Tujuannya untuk mencegah kelompok resiko tinggi agar tidak jatuh/ menjadi sakit (primary prevention). Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, postnatal care, perinatal dan neonatal.4c) Upaya Kuratif

Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah pengobatan.4d) Upaya Rehabilitatif

Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention).5Program ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain meliputi:

a. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).

b. Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari masyarakat (seperti pos pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah).

c. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

d. Peningkatan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JKPM) secara kapitasi dan pra upaya terutama bagi keluarga miskin.

e. Peningkatan pendanaan operasional Puskesmas dan revitalisasi Puskesmas sebagai Pusat Promotive dan Preventive bidang kesehatan.5UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGOBATANUPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT Mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Langkahlangkah didasarkan kepada data/ keterangan bersumber hasil analisis/ pengamatan/ penelitian epidemiologi.4Upaya pencegahan penyakit dibagi menjadi:

Primer, Sekunder & Tertier

5 (Five Level Of Prevention) : Health promotion (Upaya promosi Kesehatan) Specific protection (Upaya proteksi Kesehatan ) Early diagnosis and promt treatment (Upaya diagnosis dini & tindakan segera) Disability limitation (Upaya pemberantasan akibat buruk) Rehabilitation (Upaya pemulihan Kesehatan)Tingkat-Tingkat Pencegahan Penyakit

Dikenal ada 4 tingkat pencegahan penyakit, yaitu :

1. Pencegahan tingkat awal (Premordial prevention)

Upaya awal terhadap tingkat pencegahan premordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatannya yang sudah baik. Tujuannya menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit, terutama ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung menunjukkan peningkatannya.52. Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)

Sasaran pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan (Health Promotion) yang disebut juga pencegahan umum . Didasarkan pada hubungan interaksi antar pejamu (host), penyebab (agent) dan lingkungan serta proses kejadian penyakit. Sasaran pencegahan tingkat pertama, yaitu mengurangi penyebab, mengatasi/modifikasi lingkungan, meningkatkan daya tahan host. Dan pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu (Spesific Protection) terutama ditujukan pada pejamu dan atau penyebab untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi resiko terhadap penyakit tertentu.43. Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)

Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit serta pengobatan yang tepat. Dilakukan pada fase patologis dengan cara mengetahui perubahan klinik atau fisiologis yang terjadi dalam awal penyakit (early symptom) atau semasa masih dalam presymptomatic, masa sangat awal kelainan klinik. Tujuan pencegahan tingkat kedua ini antara lain mencegah meluasnya penyakit/terjadinya wabah pada penyakit menular, menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi. (Disability limitation).4. Pencegahan tingkat ketiga (Rehabilitasi)Upaya ini dilakukan pasca sakit untuk membatasi kecatatan sehingga tidak menjadi tambah cacat, dan melakukan rehabilitasi dari mereka yang punya cacat atau kelainan akibat penyakit. Pada keadaan ini kerusakan patologis sudah bersifat irreversible.5Daftar Pustaka1. Departemen Kesehatan RI. Arrime pedoman manajemen puskesmas upaya kesehatan keluarga dan gizi. Jakarta: DEPKES RI; 2002. Hal. 52-4, 88-9.2. Entjang I. Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti; 1997. Hal 154-5.3. Widyastuti P, Hardiyanti EA. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 2005. Hal.120-5.4. Departemen Kesehatan RI, 2005, Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga, Bhakti Husada, Jakarta.5. Dunn, A., Carter, J., Carter, H., 2003. Anemia at the end of life: prevalence, significance, and causes in patients receiving palliative care. Medlineplus. 26:1132-1139.