revisi psoriasis kukel 2014

14
SMF/Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin Tutorial Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman PSORIASIS Oleh : Muhammad Gufran 1310019001 Setya Girindra W 1310019003 Andi Epri Rangga A L 1310019008 Pembimbing : dr. M. Darwis Toena, Sp. KK, FINSDV, FAADV Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Upload: muhammad-gufran

Post on 02-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mklml

TRANSCRIPT

SMF/Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin

Tutorial KlinikFakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

PSORIASIS

Oleh :

Muhammad Gufran

1310019001 Setya Girindra W

1310019003

Andi Epri Rangga A L

1310019008Pembimbing :

dr. M. Darwis Toena, Sp. KK, FINSDV, FAADVDibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas MulawarmanRSUD. Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda

2014

PSORIASISABSTRAKPsoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.. Makalah berikut melaporkan pasien laki-laki berusia 64 tahun dengan keluhan utama gatal di kedua siku dan tungkai bawah. Pasien mengeluhkan keluhan tersebut lebih dari 5 tahun sebelum datang ke rumah sakit. Selain mengeluhkan gatal pasien mengeluhkan adanya kemerahan di kulit. Awalnya kecil tetapi sering digaruk untuk mengurangi gatal dan daerah kemerahan bertambah luas. Riwayat kencing manis disangkal dan adik kandung pasien mempunyai keluhan serupa. Pada pemeriksaan fisik didaerah siku dan tungkai bawah didapatkan . tampak plak eritematosa, multiple, anular, regular, sirkumskrip, disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis). Pengobatan yang diberikan ; cetirizin HCl 1 x 10 mg tablet per hari selama 7 hari, betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis tipis pada lesi yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari. Kata kunci : psoriasis, autoimun ABSTRACTPsoriasis is a disease that causes an autoimmune, it is chronic and recurrent, characterized by patches demarcated erythema with scaling rugged, multi-layered and transparent; accompanied by the phenomenon of wax droplets, Auspitz, and Kobner. The following paper reports a male patient aged 64 years with a chief complaint itching in both elbows and lower limbs. Patients complain of the itch more than 5 years before coming to the hospital. In addition to the patient complained of itching complained of redness in the skin. Initially small but often carded to reduce itching and redness expanding area. Denied a history of diabetes and patients younger brother had similar complaints. On physical examination the elbow and lower leg area is obtained. erythematous plaques appeared, multiple, annular, regular, circumskrip, accompanied by scaling multi - layered on top (psoriasiformis). Treatment given; cetirizine HCl 10 mg tablet once daily for a week. betamethason dipropionate 0,05% ointment give tolesion 2 times a day, especially in the morning and evening. Keywords: psoriasis, autoimunePENDAHULUAN

Kata psoriasis berasal dari bahasa Yunani psora yang berarti gatal. Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit yang bersifat kronik dan residif dengan gambaran klinik bervariasi. Kelainan ini dikelompokkan dalam penyakit eritroskuamosa dan ditandai bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat seperti mika disertai fenomena tetesan lilin, tanda Auspitz dan fenomena Kobner.1

Psoriasis vulgaris makin sering dijumpai di Indonesia. Insidens terbesar didominasi oleh orang-orang kulit putih di Eropa dan Amerika, semakin ke Asia semakin menurun insidennya.2 Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-25, dan di Jepang 0,6%.1Penyakit ini secara klinis tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh manapun sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.1Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Beberapa faktor dapat memicu timbulnya psoriasis, yaitu stress, konsumsi alkohol, merokok, sinar matahari, adanya penyakit sistemik seperti infeksi streptococcus dan HIV serta faktor endokrin. Pada psoriasis vulgaris terjadi percepatan proliferasi sel-sel epidermis dibandingkan sel-sel pada kulit normal. Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over epidermis normalnya adalah 28-56 hari. Psoriasis juga sering dikatakan sebagai penyakit kelainan sel imun dimana sel T menjadi aktif, bermigrasi ke dermis dan memicu pelepasan sitokin (TNF-, pada umumnya) menyebabkan terjadinya inflamasi dan produksi sel kulit yang cepat.2Ada beberapa tipe psoriasis yaitu meliputi psoriasis plak, psoriasis pustular, psoriasis guttata, psoriasis eritroderma, dan pada lokasi tertentu seperti psoriasis scalp, psoriasis fleksular, psoriasis pada mukosa oral, psoriasis kuku, dan psoriasis arthritis. Psoriasis plak atau dikenal juga sebagai psoriasis vulgaris merupakan tipe yang paling sering dijumpai, ditemukan sekitar 80-90% dari penderita psoriasis.3Penatalaksaan secara umum perlu diberikan pengobatan sistemik seperti Kortikosteroid, obat sitostatik, levodopa, DDS, Etretinat dan Siklosporin. Pengobatan topikal biasa diberikan preparat tar, kortikosteroid topikal, ditranol, pengobatan dengan penyinaran, calcipotriol, tazaroten, dan emolien.1,2,3,4LAPORAN KASUSSeorang pasien laki-laki berusia 64 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD. A. Wahab Sjahranie Samarinda degan keluhan utama gatal di kedua siku dan tungkai bawah.Pasien mengeluhkan keluhan tersebut lebih dari 5 tahun sebelum datang ke rumah sakit. Selain mengeluhkan gatal pasien mengeluhkan adanya kemerahan di kulit. Awalnya kecil tetapi sering digaruk untuk mengurangi gatal dan daerah kemerahan bertambah luas. Awalnya timbul didaerah siku dan kemudian timbul lagi di tungkai bawah Pasien sebelumnya sudah berobat ke dokter tetapi tidak kunjung sembuh. Riwayat kencing manis disangkal dan adik kandung pasien mempunyai keluhan serupa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis dan keadaan umum sehat. Pemeriksaan tanda vital dan status generalis pasien dalam batas normal. Status dermatologis dengan lokasi daerah antebrakii dekstra dan sinistra, regio pedis dekstra dan sinistrac menunjukkan efloresensi berupa tampak plak eritematosa, multiple, annular, regular, sirkumskrip, disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis).

Foto Klinis Pasien

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis sebagai psoriasis. Diagnosis banding pada pasien ini adalah ptiriasis rosea dan neurodermatitis.Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini berupa terapi medikamentosa yang diberikan berupa cetirizin HCl 1 x 10 mg tablet per hari selama 7 hari, betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis tipis pada lesi yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.Prognosis pada pasien ini secara vitam adalah bonam, sedangkan secra sanasionam, dan kosmetikan adalah dubia ad bonam.PEMBAHASAN

Diagnosis psoriasis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan data pasien yang didapatkan dari anamnesis, pasien adalah laki-laki berusia 64 tahun. Hal tersebut sesuai dengan kepustakaan, yakni psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan gatal disertai adanya kemerahan di daerah kedua siku dan tungkai bawah lebih dari 5 tahun sebelum datang ke rumah sakit. Awalnya kecil tetapi sering digaruk untuk mengurangi gatal dan daerah kemerahan bertambah luas. Awalnya timbul didaerah siku dan kemudian timbul lagi di tungkai bawah. Pasien sebelumnya sudah berobat ke dokter tetapi tidak kunjung sembuh. Riwayat kencing manis disangkal dan adik kandung pasien mempunyai keluhan serupa. Hal ini sesuai dengan tinjauan kepustakaan psoriasis mempunyai peran faktor genetik bila orang tuanya tidak menderita psoriasis maka resikony mendapat 12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya atau keluarga menderita psoriasis resikonya mencapai 34-39%. Faktor imunologi juga berperan. Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya adalah trauma (fenomena Kobner). Tempat predileksi dari psoriasis adalah kepala, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, dan daerah lumbosacral.Dari pemeriksaan status dermatologis pada regio antebrachii dan cruris menunjukkan efloresensi tampak plak eritematosa, multiple, anular, regular, sirkumskrip, disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis). Hal ini pun sesuai dengan kepustakaan yang memaparkan bahwa lesi kulit berupa bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Psoriasis mempunyai fenomena tetsan lilin, Auspitz, dan Kobner. Pemeriksaan penunjang yang disebutkan dalam kepustakaan adalah pemeriksaan Histopatologi. Dimana akan didapati gambaran khas psoriasis yaitu parakeratosis dan akantosis, pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses munro. Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.5 Namun pada kasus ini pemeriksaan tersebut tidak dilakukan,, karena dari anamnesa dan pemeriksaan fisik diagnosa kerja sudah dapat ditegakkan.Diagnosis banding dari psoriasis adalah ptiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi insial berbentuk eritema dan skuama halus, kemudian disusul oleh lesi lesi yang lebih kecil dibadan, lengan dan paha atas dan dilipatan kulit biasanya sembuh dalam waktu 3 8 minggu. Tempat predileksi pada daerah yang tertutup seperti daerah dada, punggung, lengan atas dan paha. Penderita mengeluh kan gatal ringan dan lesi nya umumnya eritema yang berbentuk oval dan anular dengan skuama halus dipinggir, gambaran yang khas yang membedkan dengan psoriasis vulgaris adalah lesi yang tersusun sejajar dengan kosta, sehingga menyerupai pohon cemara terbalik. pada kasus ini ruam nya sama eritema dengan skuama yang halus dan bisa tebal jika sering terjadi gesekan atau tekanan, tempat predileksi nya hampir sama dengan psoriasis vulgaris, hanya yang mebedakan nya adalah pada psoriasis skuama yang berlapis lapis dan tedapat fenomena tetesan lilin dan auspitz dan kobner sedang kan pada ptriasis rosea ruam nya skuama nya halus dan biasanya menyerupai seperti pohon cemara terbalik dan terdapat papul papul milier.1,2

Neurodermatitis sirkumkripta merupakan suatu peradangan kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak menonjol (likenifisikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu sampai bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan seringkali bersifat paroxismal. Untuk membedakan dengan psoriasis vulgaris biasanya dari lesiny tunggal pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagan tengah berskuama dan menebal, terdapat likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.4,5Pada pasien ini penatalaksaaan yang diberikan berupa edukasi dan terapi medikamentosa secaraa oral dan topikal. Terapi oral; cetirizin HCl 1 x 10 mg tablet per hari selama 7. Terapi topikal betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis tipis pada lesi yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari. Cetirizin HCl 1 x 10 mg, diberikan karena antihistamin antagonis H1 generasi kedua, terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek mengantuk sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien, juga tidak menimbulkan jantung berdebar dan penggunaannya cukup satu kali sehari. Selain itu, obat ini aman diberikan dalam jangka panjang, mengingat obat ini hanya diberikan jika diperlukan saja. Efektifitas cetirizin HCl lebih baik jika dibandingkan dengan antihistamin generasi kedua lain yaitu loratadin dalam hal menurunkan kemerahan pada kulit. Salep Betametason dipropionat 0,05% yang dioleskan tipis-tipis pada lesi yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari. Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu: (1). Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema,(2). menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler,(3). Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi. Alasan pemilihan Betametason dipropionat 0,05% karena obat ini merupakan anti inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler.1,4,5Pada pasien ini, prognosisnya secara vitam adalah bonam, sedangkan pada sanasionam, dan kosmetikan adalah dubia ad bonam karena penyakit ini bersifat kronis dan residif. Dengan perawatan yang teliti seperti menghindari trauma atau gesekan terutama pada tempat predileksi dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang baik.4 PENUTUP

Seorang pasien laki-laki, berusia 64 tahun, datang dengan keluhan utama gatal disertai adanya kemerahan di daerah kedua siku dan tungkai bawah sejak lebih dari 5 tahun yang lalu. Awalnya kecil tetapi sering digaruk untuk mengurangi gatal dan daerah kemerahan bertambah luas. Awalnya timbul didaerah siku dan kemudian timbul lagi di tungkai bawah. Dari pemerikasaan status dermatologi tampak plak eritematosa, multiple, anular, regular, sirkumskrip, disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis). Dari anamnesis dan pemeriksaan status dermatologis ditegakkan diagnosa Psoriasis. Penatalaksaan pada pasien ini, diberikan terapi medikamentosa berupa , cetirizin HCl 1 x 10 mg tablet per hari selama 7 hari, betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis tipis pada lesi yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.. Prognosisnya secara vitam adalah bonam, sedangkan pada sanasionam, dan kosmetikan adalah dubia ad bonam. Secara umum penegakkan diagnosa serta penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini telah sesuai dengan kepustakaan yang ada.DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007.h.189-95.

2. Geng A., McBean J., Zeikus P.S., et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P., Taylor S.C., Editors. Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw Hill;2009.h.139-146.

3. Wolff K., Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A. dalam Fitzpatrick color atlas and synopsis of clinical dermatology. Edisi keenam. New York:Mc Graw Hill;2009.h.53-71.

4. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta:Hipokrates;2000.h.116,9.5. 5.Nafrialdi, Gan S. Antikanker. Dalam Gan S., Setiabudy R., Nafrialdi, Editors. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta:Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007.h.761,4.

7