review bab 8
DESCRIPTION
translate dari bab 8 handbook polymers drug deliveryTRANSCRIPT
BAB 8
POLIMER NANOPARTIKEL SEBAGAI PEMBAWA OBAT
Gambar 8.1 Nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat spesifik ke jaringan, sel, dan kompartemen subselular (lingkaran hitam). Sebagai perbandingan, obat bebas yang nonspesifik (difus abu-abu).
Gambar 8.2 Ukuran nanopartikel dibandingkan dengan entitas biologis lainnya.
Gambar 8.3 Morfologi nanospheres dan nanocapsules.
8.1 Rute Pemberian Intravena
A. Generasi Pertama Nanopartikel Untuk Penargetan di Hati
Pada injeksi intravena, nanopartikel dengan cepat dibersihkan dari aliran darah oleh
mekanisme pertahanan retikuloendotelial secara normal, tanpa tergantung dari komposisi mereka
(sifat dasar polimer yang digunakan dalam pembuatan) atau morfologi (nanospheres atau
nanocapsules). Pada distribusi di jaringan, konsentrasi nanopartikel terutama terdapat pada hati,
limpa, dan sumsum tulang. Dengan demikian,hati bertindak sebagai reservoir untuk
nanopartikel, berpengaruh pada kecepatan fase pertama mereka menghilang dari darah dan
diharapkan mereka pada fase kedua terlepas dalam tubuh (dalam bentuk terdegradasi dan
tersekresi). Di hati, sel-sel Kupffer menjadi tempat utama terjadinya akumulasi sel dari
nanopartikel. Sel endotel dan terutama sel-sel parenkim memiliki ikatan yang sangat lemah
dengan nanopartikel. Salah satu aplikasi adalah pengobatan metastasis hati menggunakan
nanopartikel biodegradable polyalkylcyanoacrylat yang diisi dengan doxorubicin. Penghantaran
spesifik dari senyawa ini akan meningkatkan kemampuan hati dalam mengurangi jumlah
metastasis secara drastis pada kanker histiosarcoma M5076, senyawa ini ditemukan pada sel-sel
Kupffer yang mampu berperan sebagai reservoir obat yang memungkinkan memperlambat difusi
doxorubicin terhadap sel-sel tumor sebagai hasil biodegradasi nanopartikel. Formulasi
nanopartikel mengakibatkan penurunan konsentrasi dari doxorubicin pada jantung ketika
dibandingkan dengan obat bebas, hal ini dapat mengurangi toksisitas obat pada jantung.
Endositosis berperan utama dalam proses pengambilan pada sel. Hal ini membuka
kemungkinan untuk pengobatan pada infeksi intraseluler. Pada infeksi ini sering terjadi
resistensi terutama pada penggunaan antibiotik karena rendahnya pengambilan (serapan)
intraseluler atau berkurangnya aktivitas karena adanya pH asam pada lisosom. Dengan adanya
strategi alternatif untuk pengembangan antibiotik baru akan digunakan polymer dengan dasar
nano teknologi, sehingga meningkatkan efisiensi obat yang ada. Kebutuhan pada antibiotik yang
berpedoman pada intraseluler menyebabkan pengembangan sistem koloid antibiotik yang dapat
mengendositosis pada sel-sel yang terinfeksi. Contohnya pada ikatan dari ampisilin pada
nanosphere polyisohexylcyanoacrylate (PIHCA) khasiatnya meningkat sebesar 120 pada
pengobatan infeksi Salmonella typhimurium. Hal ini disebabkan oleh penggabungan efek dari
dua tipe penargetan:
- Keterikatan ampisilin ke nanospheres menyebabkan konsentrasi obat meningkat dalam
hati dan limpa
- Penyerapan ampisilin oleh infeksi makrofag lebih tinggi ketika obat itu terikat pada
nanospheres dari pada ketika berda dalam bentuk bebas.
Contoh lainnya : Ampisilin berikatan dengan nanosphere PIHCA juga efektif pada
listeriosis di athymic nude, sebuah model yang melibatkan infeksi kronis dari makrofag hati
ataupun limpa.
B. Generasi Kedua Dari Nanopartikel Untuk Sirkulasi Darah Panjang ("Stealth ™"
Nanoparticles) Dan Penargetan Pasif
Pada nanopartikel "generasi pertama", kegunaannya masih terbatas oleh kecepatan dan
besarnya pengenalan oleh sistem fagosit mononuklear (hati, limpa, dan sumsum tulang).
Selanjutnya dikembangkan nanopartikel yang "tidak terlihat" oleh makrofag ("Stealth™"
nanopartikel). Yaitu pelapisan nanopartikel dengan polietilenaglikol (PEG), yang juga dikenal
sebagai poli (oksietilena). Hal ini memberikan"lapisan" rantai hidrofilik pada permukaan
partikel, yang memisahkan dengan protein plasma.
Kelebihan nanopartikel "stabilisasi sterik" ini yaitu :
- Memiliki perputaran half- lives (t1/2) beberapa jam, berbanding terbalik dengan
nanopartikel konvensional yang hanya beberapa menit (Gambar 8.5).
- Berfungsi sebagai sistem reservoir dan dapat menembus ke berbagai tempat seperti
tumor padat.
Strategi untuk mempersiapkan nanopartikel stabilisasi sterik :
- Absorbsi kopolimer pada polioksipropilena-polioksietilena (pluronics) untuk
mempersiapkan nanopartikel
- Melakukan sintesis kimia yang tersusun dari kopolimer yang terdiri dari PEG
hidrofilik dan sebagian hidrofobik biodegradable (polyester, cyanoacrylate, dll)
sebelum menyiapkan nanopartikel (dengan metode biasa dengan nanoprecipitation
(pengendapan) atau penguapan pelarut)
.
Gambar 8.4 Tiga generasi pada nanopartikel untuk penghantaran.
Gambar 8.5. Biodistribusi pada generasi nanopartikel satu dan dua
Pembahasan Metode Pertama
Pelapisan nanopartikel dengan poloxamine 908 telah digunakan untuk mengurangi
penyerapan gabungan hati-limpa menjadi kurang lebih 8% (tanpa pelapisan berkurang 90%) dan
membiarkan sebagian besar (65%) dari nanopartikel agar tetap dalam sirkulasi untuk periode
yang diperpanjang. Studi fisikokimia yang dilakukan menunjukkan bahwa pelapisan pada
partikel koloid partikel dengan memblok induksi kopolimer sterik terhadap opsonins
(fibronektin, Fc fragmen dari immunoglobulin, protein dari cascade komplemen, dll). Oleh
karena itu, serapan relatif fagositik ditemukan menurun dengan meningkatnya ketebalan lapisan
teradsorpsi, yang sesuai, dengan keadaan efek stabilisasi sterik, dalam peningkatan hidrofilisitas
permukaan. Namun, ketika dilakukan melalui prosedur adsorpsi tunggal, permukaan yang
teradsorpsi dari polimer (Yaitu, Polaksamer-poloksamer, PEG,dll), akan tergantung pada
karakteristik fisikokimia mereka, kemungkinan dapat dipindahkan oleh protein-protein darah.
keadaan ini semakin buruk ketika menggunakan polimer biodegradable untuk mendesain matriks
nanopartikel karena nanopartikel sering terkikis dari permukaan sampai ke inti. Oleh karena itu,
prosedur adsorpsi tunggal dapat menyebabkan pelepasan premature berbagai tingkatan lapisan,
sehingga mengurangi perlindungan sterik dan membuat nanopartikel rentan terhadap fagositosis.
Pembahasan Metode Kedua
Metode ikatan kimia akan menjadi lebih baik untuk digunakan pada permukaan
nanopartikel. Dilakukan dengan sintesis kopolimer yang mengandung setidaknya satu blok PEG.
Caranya, PEG dilapisi nanopartikel dengan inti biodegradable yang terbuat dari poliester seperti
polylactide (PLA), poli (laktida co-glycolide) (PLGA), poli Є-caprolactone) (PCL),
polyanhydride, dan poli (alkylcyanoacrylate. Secara umum, ini penggunaan nano mampu
memperpanjang waktu sirkulasi darah bila dibandingkan dengan partikel yang dibuat dengan
polimer non-PEGylated dan sejenisnya. Ukuran merupakan parameter lain yang penting untuk
menjaga partikel berada lebih lama dalam sirkulasi darah. Semakin kecil suatu partikel, yang
lebih penting adalah jari-jari kelengkungan dalam menjaga partikel berada pada sirkulasi darah
dan dengan demikian kurang efisien pada proses opsonisasi.
Sistem fagosit mononuklear (MPS) menghindari nanopartikel untuk penargetan dan
penghantaran obat dikarenakan untuk memberikan sirkulasi lama pada obat reservoir untuk
senyawa yang memiliki eliminasi t1/2 pendek, disebabkan misalnya, untuk ketidakstabilan atau
degradasi metabolik cepat dari zat aktif (peptida atau protein, seperti sitokin atau faktor-faktor
pertumbuhan, dan asam nukleat). Alasan lain yaitu adanya berbagai gangguan psikopatologi
yang berhubungan dengan perubahan struktural pada pembuluh darah, sehingga memberikan
kesempatan khusus selama sirkulasi nanopartikel untuk keluar dari sirkulasi darah selektif ke
dalam jaringan yang sakit. Keadaan seperti ini umumnya terjadi ketika barrier endotel yang
terganggu oleh proses peradangan karena infeksi, tumor, atau penyakit autoimun. Diharapkan
bahwa ketika memiliki sirkulasi darah dalam waktu lama, nanopartikel akan memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk mencapai jaringan yang sakit, sehingga meningkatkan
pengobatan. Hal ini bisa terlihat jelas dengan nanospheres yang dibuat dari poli (etilenaglikol-co-
hexadecylcyanoacrylate), yang telah diamati untuk pengeluaran darah selektif melintasi sawar
darah-otak pada penelitian gliosarcoma 9L. Rasio tumor-ke-otak maksimal, diukur 4 jam setelah
injeksi intravena, ditemukan menjadi 11. Hasil yang sama diperoleh dengan penelitian model
encephalomyelitis alergi yang mana konsentrasi dari nanopartikel PEGylated di sistem saraf
pusat (SSP), terutama dalam white matter (Ganglia dasar), terjadi peningkatan dibandingkan
dengan nanopartikel non- PEGylated [17]. Selain itu, kenaikan ini jauh lebih tinggi dalam
keadaan patologis dimana permiabilitas sawar darah otak (BBB) telah terganggu dan / atau
dimana makrofag telah berinfiltrasi (masuk). Difusi pasif dan penangkapan oleh makrofag pada
luka peradangan tampaknya menjadi mekanisme yang mendasari seperti penetrasi pada otak oleh
partikel-partikel.
Terlepas dari modifikasi permukaan dari nanopartikel menggunakan poli (etilenglikol)
polimer atau kopolimer, yang menarik dan diluar dugaan dari adalah pelapisan polisorbat 80
pada nanopartikel akan masuk ke otak. Obat yang telah berhasil diangkut menggunakan jenis
pembawa ini termasuk dalargin hexapeptide, dipeptida kytorphin, loperamide, tubocurarine, dan
doxorubicin. Mekanisme oleh polisorbate 80 yang menginduksi nanopartikel-mediasi
transportasi tidak dijelaskan seluruhnya. Mekanisme yang paling mungkin adalah endositosis
oleh sel-sel endotel yang melapisi darah kapiler otak. Polisorbat 80 mampu memodifikasi profil
adsorbs protein darah pada permukaan partikel dalam mendukung adsorpsi apolipoprotein E
dengan jumlah yang signifikan, dimana memiliki reseptor spesifik pada permukaan sel-sel
endotel otak.
C. Generasi Ketiga Dari Nanopartikel Dengan Pengenalan Molekul (Active Targeting)
Pendekatan yang telah dibuat untuk mencapai tingkat molekuler dari nanopartikel, yang
telah dilakukan antara lain dengan memanipulsi permukaan nanopartikel dengan bantuan
molekul-molekul yang dapat mengenali target biologi (reseptor, antigen, dll) (Gambar 8.4).
Molekul-molekul yang digunakan untuk tujuan penargetan bervariasi dari alam: mereka
mungkin makromolekul (seperti antibodi, peptida, atau poli / oligosakarida) atau molekul kecil
(seperti hormon atau vitamin).
Contohnya, Vitamin asam folat (berat molekul = 441 Da) kemumgkinan dapat
dimanfaatkan secara aktif dengan penargetan sel-sel kanker. Memang, reseptor asam folat (folat-
binding protein, FBP) sering diekspresikan pada permukaan sel-sel kanker manusia, meskipun
reseptor asam folat ini sangat dibatasi pada kebanyakan jaringan normal, selanjutnya reseptor ini
telah diidentifikasi sebagai penanda tumor, terutama di ovarium karsinoma. Selain itu, reseptor
folat menjadi internalisasi sel yang efisien setelah pengikatan dengan ligan (asam folat) dengan
afinitas yang sangat tinggi (Kd ~ 1 nM), dan kemudian berpindah ke dalam sel sitoplasma, yang
menjadi kelebihan pada banyak pengiriman intraseluler yang efisien pada agen antikanker
daripada menggunakan sebuah penanda membran sel yang tidak diinternalisasi. Dengan
demikian, asam folat telah digabungkan ke PEG-dilapisi nanopartikel biodegradable. Permukaan
resonansi plasmon mengungkapkan bahwa folat dicangkokkan untuk nanopartikel PEGylated
cyanoacrylate memiliki afinitas yang nyata sepuluh kali lipat lebih tinggi untuk FBP daripada
yang dilakukan pada folat. Memang, partikel merupakan bentuk multivalent dari ligan asam
folat, dan reseptor folat sering bergabung menjadi kelompok. Sebagai hasilnya, nanopartikel
terkonjugasi menampilkan suatu multivalent dan karenanya memiliki interaksi yang kuat dengan
permukaan dari sel-sel malignant. Selain itu, mikroskop confocal menunjukkan bahwa
nanopartikel folat, ketika dibandingkan dengan nanopartikel nonkonjugasi, pengambilan secara
selektif dilakukan oleh sel-sel yang berhubungan dengan reseptor folat tetapi tidak oleh sel-sel
tanpa reseptor folat.
D. Polimer Nanopartikel Dan Internalisasi Trafiking Sel
Pada kenyataannya, nanospheres dapat berinteraksi dengan sel-sel dengan cara yang
berbeda, yang paling umum melalui jalur internalisasi sel melalui endositosis dengan garis sel
yang menggambarkan beberapa aktivitas endocytotic atau phagocytotic. Setelah invaginasi
membran sel, partikel-partikel diinternalisasikan sel ke endosomes lebih awal, yang kemudian
akan menjadi lebih asam sebelum bergabung pada sel lisosom. Kemudian, nanospheres akan
berada dalam pada lingkungan yang kaya enzim, yang memungkinkan polimer menjadi rusak
atau termetabolisme dan obat yang akan terlepas (Gambar 8.6a). Tergantung pada karakteristik
fisikokimia, molekul biologis aktif akan atau tidak akan berdifusi melalui membran lisosomal,
dengan demikian menyebabkan efek di dalam ataupun diluar dari lisosom. Perlu diperhatikan
dalam beberapa kasus polimer dapat menginduksi gangguan pada membran lisosomal dengan
mekanisme yang berbeda dan ini dapat menyebabkan untuk efek extralysosomal, bahkan jika
obat encapsulated tidak alami diffusible melalui lisosomal membran (Gambar 8.6b).
Penangkapan sel melalui endositosis, bagaimanapun, bukan satu-satunya mekanisme
untuk nanospheres untuk berinteraksi dengan sel-sel kanker, terutama jika sel-sel tidak memiliki
ataupun kapasitas endositosisnya rendah. sebenarnya, telah ditunjukkan bahwa daya tahan sel
tumor secara in vitro untuk doxorubicin dapat sepenuhnya dielakkan menggunakan nanopartikel
biodegradable polyisohexylcyanoacrylate. Mekanisme di balik ini merupakan pengamatan
penting yang tidak sepenuhnya dipahami, meskipun telah ditemukan bahwa nanopartikel
polyisobutylcyanoacrylate menghasilkan konsentrasi intraseluler yang tinggi dari doxorubicin,
yang berkorelasi dengan perbandingan sitotoksisitas yang tinggi dengan obat bebas. Faktanya
menunjukkan bahwa pemasukan obat oleh sel-sel itu tidak dipengaruhi oleh cytochalasin B
(blocker dari proses endositosis) hal ini menunjukkan bahwa endositosis jelas bukan mekanisme
utama dari “nanopartikel-penggabungan sel” dalam peristiwa ini.
Gambar 8.6 internalisasi sel pada nanopartikel dapat menyebabkan (a) endosomal atau (b) penghantaran obat cytosolic
Telah diduga bahwa kecepatan pelepasan obat doxorubicin dari nanopartikel yang
menempel pada membran sel dapat menyebabkan limpahan dan kejenuhan pompa aliran P-
glikoprotein (P-gp), hasil dari pengamatan terjadi peningkatan difusi obat dalam kompartemen
intraselular.
Yang telah diamati antara lain mekanisme pada kejenuhan P-gp berkaitkan dengan
pembentukan ion berpasangan antara doxorubicin bermuatan positif dan asam polycyanoacrylic
yang bermuatan negatif (merupakan metabolit dari polimer cyanoacrylate) [24]. Seperti
kompleks antara (terdegradasi) polimer dan peningkatkan yang pesat pada difusi obat
doxorubicin ke dalam sel. Akhirnya, nanopartikel doxorubicin telah diujikan pada doxorubicin-
pertahanan tikus C6 line glioblastoma yang dibedakan berdasarkan tingkatan dan mekanisme
pertahanan mereka [26]. Temuan penting dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembalikan
pada resistensi doxorubicin oleh nanopartikel sangat tergantung pada sifat dasar dari pertahanan:
nanopartikel hanya efisien dalam resitensi multidrug murni (MDR / multi drug resistance)
fenotipe sel dan tidak pada saat ada mekanisme tambahan yang mendasari resistensi terhadap
doxorubicin. Pengamatan ini sejalan dengan mekanisme yang tersebut di atas pada interaksi
antara sel kanker, nanospheres polyalkylcyanoacrylate dan nanosphere acryl.
8.2 Rute Pemberian Oral
Masalah utama yang dihadapi dalam pemberian obat per oral adalah:
- Obat harus dilarutkan sebelum terjadi penyerapan
- Beberapa obat hanya diserap melalui bagian-bagian tertentu dari saluran pencernaan
("jendela penyerapan")
- Sebagian besar senyawa, terutama yang yang dibuat dengan bioteknologi, akan
terdegradasi pada saluran pencernaan.
Nanoteknologi kemungkinan berguna sebagai transporter untuk meningkatkan
bioavailabilitas dari obat-obat oral. Sebagai contoh, hal ini jelas bahwa untuk senyawa yang
memiliki kelarutan yang rendah dalam air, kinetika disolusi dalam saluran pencernaan sebanding
dengan luas permukaan spesifik, sehingga perumusan dari senyawa ini sebagai sistem koloid
submicroscopic dapat membantu untuk mempercepat proses pelarutan, dengan demikian dapat
meningkatkan bioavailabilitasnya. Di sisi lain, setelah pemberian oral, khasiat penyerapan secara
langsung tergantung pada waktu tinggal obat di depan jendela penyerapan. Namun, Hasil transit
usus dalam mengurangi waktu tinggal obat, yang juga membatasi bioavailabilitas obat. Ini
adalah alasan konsep dari bioadhesion yang telah muncul untuk memungkinkan imobilisasi obat
di permukaan epitel usus [27]. Hal ini telah ditunjukkan bahwa, disebabkan sangat kecilnya
ukuran mereka, maka nanopartikel dapat berdifusi ke lapisan mukosa, yang memungkinkan
imobilisasi mereka untuk menutup kontak dengan absorbsi membran epitel. Sebagai contoh,
ketersediaan hayati dari hambatan reverse-transcriptase dapat diperbaiki setelah pemberian
mereka sebagai nanopartikel [28]. Proses bioadhesion dari nanopartikel dapat ditingkatkan
dengan pengendalian permukaan partikel (misalnya, beban dan hidrofilik atau hidrofobik).
Pendekatan lain melibatkan pengembangan strategi biomimetik seperti mendekorasi nanopartikel
dengan protein adhesi yang biasanya memungkinkan bakteri untuk menginfeksi mukosa usus.
Pemberian oral dari peptida merupakan tantangan penting lain untuk nanoteknologi.
Nanocapsules diperlihatan 15 tahun yang lalu telah dibuat enkapsulasi dari suatu peptida seperti
insulin dan untuk peningkatan aktivitasnya dinilai dari induksi hipoglikemia. Hal ini telah
disarankan bahwa nanocapsules bisa melindungi insulin dari degradasi proteolitik dalam cairan
usus. Kapasitas pada nanocapsules insulin untuk mengurangi glikemia dijelaskan oleh
translokasi mereka melalui barrier usus oleh jalur paracellular atau melalui sel M di patch
Peyer. Penggabungan pada peptida lainnya seperti octreotide, suatu analog somatostatin, dalam
nanocapsules juga meningkat dan memperpanjang efek terapi dari peptide ini setelah pemberian
melalui rute oral. Namun, penangkapan nanopartikel oleh sel-sel M di patch Peyer dan
translokasi lebih lanjut dari partikel merupakan suatu penilaian dan keterbatasan jumlahnya,
membuat strategi ini kurang menarik untuk penghantaran oral dari peptida.
Pengembangan vaksin baru adalah aplikasi lain dari nanoteknologi melalui rute oral;
memang, pengolahan dengan patch Peyer pada sejumlah kecil antigen dapat meningkatkan
kekebalan mukosa dengan produksi IgA. Enkapsulasi antigen ke mikropartikel dan nanopartikel
memungkinkan perlindungan pada antigen setelah pemberian oral bisa dikatakan pengiriman ke
sel M pada patch Peyer. Pendekatan ini telah terbukti layak dengan perbedaan model antigen
untuk kekebalan mukosa dengan perlindungan terhadap setidaknya dua jenis infeksi yang sudah
diderita. Hal ini membuka perspektif baru untuk pengembangan vaksin oral.