review 1_berger_puzzles of the first globalization

Upload: wira-arif-budiman

Post on 10-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kekurangan dan kelebihan sistem ekonomi liberalisme

TRANSCRIPT

Sejarah Terjadinya Globaliasi Pertama Menurut BergerTahun 1870-1914 merupakan era globalisasi pertama dimana terjadinya arus barang, imigrasi dan investasi yang tidak mengenal batas wilayah atau yang biasa disebut dengan liberalisme (perdagangan bebas). Seperti yang terjadi dewasa ini, banyak yang percaya bahwa krisis ekonomi diakibatkan oleh diberlakukannya liberalisme antar negara yang mengakibatkan resiko yang tidak dapat dikontrol. Dilain pihak, pemerintah lokal yang berwenang tidak membuat kebijakan untuk membuat proteksi ekonomi domestik dan melakukan kontrol sehingga dampak dari liberalisme hanya menguntungkan satu pihak saja yaitu para investor.Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reinhart dan Rogoff (2009), jika capital flow dibuka semakin lebar, maka kemungkinan terjadinya kirisis finansial akan semakin meningkat. Dan seperti yang mereka jelaskan dalam bukunya, jika krisis finansial terjadi, maka akan berdampak pada kehancuran krisis ekonomi yang akan terasa dalam waktu yang cukup lama.1 Inilah salah satu faktor yang membuat liberalisme ditentang oleh banyak pihak.Untuk mengatasi hal ini, pada Januari 2012, Nicholas Sarkozy mengajukan proposal perundang-undangan yang disebut dengan pajak Tobing. Tujuan dari penerapan pajak ini adalah untuk menahan investasi keluar negeri. Selanjutnya, lawan politik Sarkozy dari partai sosialis yang pada awalnya mendukung liberalisme sebagai prinsip dasar Uni Eropa, secara megejutkan mendukung gagasan Sarkozy tersebut. Bahkan mereka mengeluarkan gagasan yang lebih hebat lagi yaitu dengan menyerukan agar diberlakukannya kontrol yang ketat terhadap perdagangan yang melintasi batas teritorial dalam negeri.2Ada beberapa kelompok yang memiliki gagasan yang mirip seperti Sarkozy yaitu dengan memprotes kebijakan liberalisme yang merugikan ekonomi domestik, tetapi sekarang kelompok yang kontra pasar bebas tersebut memiliki kepentingan yang berbeda. Seperti yang dikatakan Helen Milner bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh para aktor mungkin dapat bermacam-macam bentuknya, tetapi kepentingan mereka tetap sama yaitu mencari laba.3Bahaya Pasar BebasPertentangan terhadap konsep liberalisme dibagi menjadi empat kategori:1. Beberapa orang berpendapat bahwa dengan membiarkan investasi dalam negeri (atau terlau banyak investasi dalam negeri) yang di investasikan keluar negeri akan membuat sumber pendanaan investasi domestik menjadi berkurang seperti modal untuk membuat infrastruktur, industri dan menciptakan lapangan kerja baru. Seperti yang di kemukakan oleh J.A. Hobson bahwa meskipun imprealisme baru telah menjadi bisnis yang buruk bagi negara, tetapi hal tersebut dapat menjadi bisnis yang baik bagi beberapa orang dan jenis perdagangan tertentu.4 Di Prancis, hal tersebut telah menjadi perdebatan yang hebat diantara Lysis dan Testis. Lysis mengklaim bahwa Bank sebagai institusi yang memberikan modal ke luar negeri sebagai penyebab utama stagnansi ekonomi Prancis. 2. Beberapa partai dan kelompok berpendapat bahwa liberalisme akan menghambat reformasi sosial, karena para investor dapat menghindari kewajiban mereka itu dengan memindahkan investasi mereka ke luar negeri kapan saja, sehingga negara yang harus menanggung reformasi sosial tersebut.3. Pihak ketiga yang menentang konsep liberalisme adalah kaum nasionalis. Sebagai contoh, para nasionalis Prancis melihat Jerman sebagai negara yang tidak pantas untuk dijadikan negara tujuan investasi karena mereka memiliki sejarah yang buruk dimasa lalu seperti pada saat perang dunia pertama terjadi. Investasi besar-besaran yang dilakukan Prancis di Jerman justru memicu terjadinya perang karena Jerman melihat Prancis sebagai penyebab krisis ekonomi domestik Jerman. 4. Menurut pendapat mayoritas masyarakat, liberalisme akan mengakibatkan bencana bagi ekonomi dalam negeri yang dipicu oleh kondisi ekonomi dunia yang tidak stabil. Hal ini dapat dibuktikan bahwa jika para investor menarik uangnya secara tiba-tiba pada saat krisis, maka negara yang menjadi tujuan investasi tersebut akan mengalami collapse dan krisis ekonomi yang semakin parah.Pada saat perang dunia pertama, bisa dilihat dari sejarah bahwa investasi yang dilakukan Prancis di luar negeri menjadi berkurang sangat signifikan ketika perang berakhir. Hampir semua investasi tersebut hilang karena banyak yang hancur atau bangkrut akibat perang. Begitupun negara-negara yang menginvestasikan modalnya di Prancis, mereka pun megalami hal yang sama. Sebagai contoh, pada saat sebelum perang Jerman menginvestasikan emasnya ke negara-negara Eropa, tetapi semua emas itu lenyap setelah jerman kalah perang. Sedangkan modal yang mereka butuhkan untuk membangun kembali negara mereka yang telah hancur, sudah tidak tersedia lagi. Oleh karena itu, sama dengan Prancis, parlemen dan pemerintahan Jerman melarang invesatsi emas besar-besaran ke luar negeri. Hal ini bertujuan untuk melindungi kepentingan ekonomi domestik. Anehnya, walaupun sejarah telah membuktikan bahwa liberalisme merupakan penyebab utama dari terjadinya krisis finansial dan krisis ekonomi, tetapi hal tersebut masih bertahan secara politik sampai saat ini. Para aktor seperti para bankers dan investor yang hanya memikirkan keuntungan individu mungkin berada dibalik semua ini karena kepentingan mereka hanyalah untuk mencari pasar yang luas untuk menjual barang dagangannya dan mendapatkan laba yang sebesar-besarnya.Apakah Liberalisme Masih Relevan Untuk Di Terapkan Saat Ini?Menurut beberapa pendapat ahli, liberalisme merupakan sistem ekonomi yang baik bagi masyarakat. Negara tidak perlu untuk melakukan intervensi pasar yang akan mengakibatkan sulitnya barang masuk dari luar. Karena sesungguhnya tujuan liberalisme adalah untuk mengutamakan kepentingan konsumen. Dalam argumennya, Brink menyatakan bahwa liberalisme bertujuan untuk menghormati masyarakat, dalam hal ini masyarakat dijadikan sebagai publik yang memiliki banyak pilihan dalam mengkonsumsi barang yang di inginkannya untuk mencapai kesenangan hidup.5Selanjutnya, Brink menyatakan bahwa salah satu pencapaian hebat dari liberalisme modern, yaitu ketika pada abad ke 16 dan 17 perang agama dapat dihindari dengan mengembangkan sikap toleransi yang memungkinkan seluruh masyarakat hidup damai meskipun mereka memiliki moral dan budaya yang berbeda. Sehingga dapat dikatakan bahwa pluralisme bukan faktor yang mengakibatkan perpecahan, tetapi sesungguhnya itu merupakan salah satu faktor persatuan antara seluruh masyarakat dunia. Menurut Brink, rekonsiliasi yang menjadi tujuan liberalisme tidak dicapai melalui homogenisasi. Liberalisme dapat terjadi karena kepercayaan pada kekuatan hubungan sosial masyarakat. Masyarakat itu sendiri yang secara kolektif memiliki kepentingan yang sama, walaupun mereka berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, berusaha untuk menciptakan keadilan dan kebebasan bersama.Brink dan para pendukung konsep liberalisme percaya bahwa liberalisme merupakan salah satu ideologi yang bertujuan untuk mengatur dan menyatukan masyarakat. Liberalisme mengatasnamakan hak asasi manusia seperti hak untuk hidup, hak memperoleh pekerjaan termasuk hak untuk berdagang. Brink berkeyakinan bahwa krisis tidak disebabkan oleh liberalisme, tetapi pemerintah yang mengintervensi pasar sehingga harga menjadi tidak stabil. Liberalisme membuat masyarakat menjadi produktif dan kompetitif dalam memproduksi barang dan membiarkan konsumen memilih barang yang terbaik untuk dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kelebihan dan Kekurangan Konsep Ekonomi LiberalismePada dasarnya liberalisme tidak bertujuan untuk membuat ekonomi suatu negara menjadi krisis. Ada beberapa hal dalam liberalisme yang memiliki dampak positif bagi masyarakat diantaranya yaitu dengan menumbuhkan kreatifitas, inovatif dan insiatif dalam memanfaatkan peluang. Setiap anggota masyarakat bebas untuk memiliki sumber daya produksi masing-masing. Selain itu, persaingan yang kompetitif menjadikan barang yang di jual ke pasar memiliki kualitas yang tinggi, sehingga para konsumen memiliki banyak pilihan untuk mengkonsumsi barang yang diinginkannya. Selanjutnya, sistem ekonomi liberalisme memungkinkan setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam perdagangan. Siapapun berhak untuk melakukan aktivitas ekonomi tanpa ada hambatan dari pihak manapun, termasuk pemerintah. Hal ini memudahkan masyarakat untuk bereksloprasi menjajakan barang produksinya keluar negeri dengan pasar yang lebih luas dan laba yang lebih besar.Jika ditinjau lebih jauh lagi, tidak ada satupun ayat dalam Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad saw. yang melarang tentang konsep perdagangan bebas. Dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 275, Allah swt. berfirman bahwa sesungguhnya Allah swt. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.6 Hal ini dapat dibuktikan dari sejarah bahwa Baginda Muhammad saw. (sebelum diangkat menjadi nabi) ketika berusia sekitar 20-25 tahun membawa barang dagangan Siti Khadijah untuk dijual ke Syam yang dengan waktu singkat mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Perdagangan yang melewati batas wilayah teritorial sudah dipraktekkan sejak dulu seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Jadi hal yang dilarang disini bukanlah tentang perdagangan bebasnya, tetapi sistem ribanya. Namun, sistem ekonomi liberalisme saat ini sudah jauh berbeda dengan tujuan asalnya. Sejak 100 tahun terakhir, liberalisme telah menyengsarakan mayarakat karena yang menjadi tujuan utama investor adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan segala cara tanpa memikirkan dampak sosial dan lingkungan. Para investor yang berinvestasi diluar negeri membayar tenaga kerja dengan murah dan sistem kerja kontrak. Sehingga para buruh tidak bisa meraih kesejahteraan dan kapanpun mereka dapat diberhentikan tanpa diberi tunjangan. Selain itu, para investor dapat menarik investasinya secara tiba-tiba jika perekonomian dunia sedang tidak stabil. Sebagai contoh, para investor akan menarik investasinya dari suatu negara ke negara lain jika pemerintah setempat menaikkan pajak dan suku bunga. Para invenstor ini akan mengalihkan investasinya ke tempat yang lebih aman. Di sisi lain, liberalisme juga dapat mematikan pengusaha lokal karena persaingan harga yang semakin kompetitif. Dalam contoh kasus di Indonesia, harga beras lokal lebih mahal daripada beras yang di impor dari Thailand, sehingga beras dari Thailand lebih laku dipasaran. Hal ini membuat para petani kita tidak memiliki pasar untuk menjual produksinya. Begitupun dengan harga daging sapi yang sedang menjadi topik hangat pada pertengahan tahun 2015 ini, sapi impor dari Australia memiliki harga jual yang lebih murah daripada sapi lokal, sehingga hal ini menyulitkan para peternak.Kemudian dalam bidang energi dan sumber daya alam di Indonesia, hampir seluruhnya dikuasai oleh pihak asing seperti minyak, batu bara, panas bumi dan pertambangan. Para liberalis dengan bebas mengeksplorasi sumber energi untuk dijual ke luar negeri dengan harga yang tinggi. Sedangkan pajak yang mereka bayarkan ke negara nilainya sangat kecil jika dibandingkan dengan dengan laba yang mereka peroleh. Dilain pihak, pemerintah tidak melakukan upaya proteksi yang maksimal untuk melindungi para investor lokal, justru pemerintah ikut melegalkan sistem perdagangan bebas. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ini sesungguhnya bertentangan dengan undang-undang dasar yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.7 Inilah salah satu alasan kenapa liberalisme banyak ditentang oleh masyarakat.KesimpulanLiberalisme merupakan salah satu faktor utama penyebab dari krisis ekonomi yang terjadi diseluruh di dunia. Sejarah telah membuktikan bahwa salah satu penyebab terjadinya perang dunia adalah karena persaingan ekonomi. Liberalisme hanya menguntungkan segilintir pihak saja yaitu para invenstor, sedangkan masyarakat yang seharusnya menjadi objek pembangunan tidak diprioritaskan. Konsep ekonomi liberalisme juga memicu rasa ketidakadilan masyarakat, karena biasanya para invenstor asing dengan modal yang besar bisa dengan mudah memonopoli pasar, sehingga para pengusaha lokal seperti tidak memiliki lahan untuk menjual barang produksinya. Pada akhirnya, inilah yang menyebabkan jurang pemisah yang semakin lebar antara orang kaya dan orang miskin. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah negara-negara di seluruh dunia seperti Prancis dan Indonesia yang menganggap bahwa liberalisme merupakan bentuk suatu ancaman krisis ekonomi, harus tegas dan berani mengeluarkan kebijakan yang bisa mengontrol perdagangan bebas dan memprioritaskan kepentingan masyarakat, pekerja dan pengusaha lokal dalam negeri. Catatan Belakang:1Reinhart, Carmen M. and Kenneth S. Rogoff (2009). This Time is Different. Princeton, Princeton University Press. hlm. 155.2Montebourg, Arnaud (2011). Votez pour la dmondialisation. Paris, Flammarion. Parti, Socialiste (2011). Projet 2012. Abdelal, Rawi (2007). Capital Rules: The Construction of Global Finance. Cambridge, Harvard University Press

3Milner, Helen V. (1997). Interests, Institutions and Information. Princeton, Princeton University Press. hlm. 154Hobson, J. A. (1965 [1902,1905]). Imperialism. Ann Arbor, The University of Michigan Press. 5Brink, Bert Van Den. 2000. The Tragedy of Liberalism: An Alternative Defense of a Political Tradition. New York: State University of New York. Hlm. 15-176Al-Quran, Surat Al-Baqoroh ayat 275.7Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Pasal 33 Ayat 2.