rev - modul 05-al perencanaan pengolahan sistem setempat (on-site system) 2013 versi 2

Upload: skyliengt1

Post on 09-Oct-2015

194 views

Category:

Documents


61 download

DESCRIPTION

66

TRANSCRIPT

Slide 1

MODUL 05PERENCANAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (ON SITE)

Teknologi Pengelolaan Air Limbah Dengan Sistem Setempat (On-Site System)

Sistem IndividualTangki SeptikTangki Septik dengan Bidang ResapanTangki Septik dengan EvapotranspirasiTangki Septik dengan Filter

Tangki septik adalah salah satu cara pengolahan air limbah domestik yang menggunakan proses pengolahan secara anaerobik. Proses ini dapat memisahkan padatan dan cairan di dalam air limbah. Padatan dan cairan memerlukan dan harus diolah lebih lanjut karena banyak mengandung bibit penyakit atau bakteri patogen yang berasal dari kotoran (feces) manusia. Jika tidak diolah, maka dikhawatirkan air limbah dapat menularkan penyakit kepada manusia terutama melalui air (waterborne disease)TANGKI SEPTIK Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

ZONA-ZONA DALAM TANGKI SEPTIK

Tangki septik terbagi menjadi 2 (dua) berdasarkan jenis air limbah yang masuk ke dalamnya yaitu tangki septik dengan sistem tercampur dan sistem terpisah. Tangki septik dengan sistem tercampur adalah tangki septik yang menerima air limbah tidak hanya lumpur tinja dari kakus saja tetapi juga air limbah dari sisa mandi, mencuci ataupun kegiatan rumah tangga lainnya. Tangki septik dengan sistem terpisah adalah tangki septik yang hanya menerima lumpur tinja dari kakus saja. Jenis air limbah yang masuk akan menentukan dimensi tangki septik yang akan digunakan terkait dengan waktu detensi dan dimensi ruang-ruang (zona) yang berada di dalam tangki septikTANGKI SEPTIK Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Secara umum, tangki septik dengan bentuk persegi panjang mengikuti kriteria disain yang mengacu pada SNI 03-2398-2002 yaitu sebagai berikut:Perbandingan antara panjang dan lebar adalah (2-3): 1Lebar minimum tangki adalah 0,75mPanjang minimum tangki adalah 1,5mKedalaman air efektif di dalam tangki antara (1-2,1)mTinggi tangki septik adalah ketinggian air dalam tangki ditambah dengan tinggi ruang bebas (free board) yang berkisar antara (0,2-0,4)mPenutup tangki septik yang terbenam ke dalam tanah maksimum sedalam 0,4mTANGKI SEPTIK Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Perhitungan dimensi tangki septik:Q =q x p/1000Q = debit yang akan diolah septic tank (m3/hari)q = laju timbulan air limbah (l/or/hari), 5 40 l/or/hari (sistem terpisah), 45 300 l/or/hari (sistem tercampur)p = jumlah pemakai (org)Waktu detensi 5 hari (sistem terpisah), 2 tercampur

TANGKI SEPTIK Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

ZONA-ZONA DALAM TANGKI SEPTIK

Dimensi Tangki Septik

NoJumlah Pemakai (KK)Zona Basah (m3)Zona Lumpur (m3)Zona Ambang Bebas (m3)Panjang Tangki (m)Lebar Tangki (m)Tinggi Tangki (m)Volume Total (m3)111,20,450,41,60,81,62,1222,40,90,62,11,01,83,9333,61,350,92,51,31,85,8444,81,81,22,81,42,07,8556,02,251,43,21,52,09,661012,04,52,94,42,22,019,4DIMENSI TANGKI SEPTIK TERCAMPUR Perlu diingat bahwa tangki septik harus dibuat kedap agar cairan yang berasal dari lumpur tinja tidak merembes keluar dari tangki sehingga berpotensi mencemari tanah dan air tanah di sekitarnyaTeknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

NoJumlah Pemakai (KK)Zona Basah (m3)Zona Lumpur (m3)Zona Ambang Bebas (m3)Panjang Tangki (m)Lebar Tangki (m)Tinggi Tangki (m)Volume Total (m3)120,40,90,31,00,81,31,6230,61,350,51,81,01,42,45340,81,80,62,11,01,53,2451,02,60,92,41,21,64,55102,05,251,53,21,61,78,7DIMENSI TANGKI SEPTIK TERPISAH Kapasitas perkolasi tanah berkisar antara (0,5-24) menit/cm dan optimum 8 menit/cm.Ketinggian muka air tanah minimum 0,60 m di bawah dasar rencana saluran peresap atau (1-1,5) m di bawah muka tanah.Jarak horizontal dari sumber air (seperti sumur) tidak boleh kurang dari 10m Ukuran efektif butiran tanah maksimum 0,13 mmTeknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Bidang resapan merupakan unit yang disediakan untuk meresapkan air limbah yang telah terolah dari tangki septik ke dalam tanah. Air yang diresapkan ini merupakan air limbah yang telah dipisahkan padatannya (effluent dari tangki septik) namun masih mengandung bahan organik dan mikroba patogenTerdapat 2 (dua) jenis bidang resapan yang dapat diaplikasikan bersama dengan tangki septik yaitu :saluran peresapan sumur resapanTANGKI SEPTIK DENGAN BIDANG RESAPAN Teknologi Pengelolaan Air Limbah Dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Kapasitas perkolasi tanah berkisar antara (0,5-24) menit/cm dan optimum 8 menit/cmKetinggian muka air tanah minimum 0,60 m di bawah dasar rencana saluran peresap atau (1-1,5) m di bawah muka tanahJarak horizontal dari sumber air (seperti sumur) tidak boleh kurang dari 10mUkuran efektif butiran tanah maksimum 0,13mm

TANGKI SEPTIK DENGAN SALURAN PERESAPAN

Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

TANGKI SEPTIK DENGAN SALURAN PERESAPAN

Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Struktur TanahKapasitas Perkolasi [Men/Cm]Kapasitas Absorpsi [(L/M2.Hr)]Kelayakan Sebagai ResapanKerikil s.d pasir kasarPasir Kasar s.d Pasir MediumPasir Halus s.d Pasir BerlempungLempung Berpasir s.d LempungLempung s.d Lempung Berlumpur yang menyerapLempung Tanah Liat yang menyerap s.d Lempung Tanah Liat< 0.50.5 23 6

7 12 13 2425 48200100 20015 358 15 4 82 4 Perlu perbaikan tanahPerlu perbaikan tanahCUKUP BAIKSANGAT BAIKCUKUP BAIKPerlu perbaikan tanahTANGKI SEPTIK DENGAN SALURAN PERESAPAN Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Sumur peresapan dipakai untuk menerima efluen dari tangki septik. Sumur resapan memiliki fungsi yang sama dengan saluran peresap dan terkadang dipasang secara seri pada ujung saluran peresapKondisi tanah yang pada bagian permukaannya kedap air sedangkan pada bagian tengahnya tidak kedap air (porous) Kapasitas perkolasi tanah sebesar (3-12) menit/cm. Sumur peresapan juga tepat untuk lokasi dengan lahan yang terbatasJarak muka air tanah minimum 0,6 m namun disarankan 1,2 m di bawah dasar konstruksi sumur peresapanTANGKI SEPTIK DENGAN SUMUR PERESAPAN Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Pengolahan dilakukan dengan cara mengalirkan effluent air limbah dari tangki septik pada tanaman yang akan menyerap sebagian aliran air limbah melalui akar-akarnya. Selanjutnya, hasil penyerapan tersebut akan dilepas melalui proses penguapan alami tanaman tersebut dari daun-daunnya (evapotranspirasi)TANGKI SEPTIK DENGAN EVAPOTRANSPIRASIAplikasi pada kondisi :Tanah sangat kedap air (impermeable) dengan angka perkolasi lebih dari 24 menit/cmDaerah yang memiliki temperatur panas (tinggi)Semakin efektif bila kelembaban udara rendahTeknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Pengolahan lanjutan untuk efluen dari tangki septik dapat juga dilakukan dengan cara filtrasi (penyaringan)Jenis filter :Filter Bawah Permukaan TanahFilter AnaerobikTANGKI SEPTIK DENGAN FILTERTeknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

TANGKI SEPTIK DENGAN FILTER BAWAH PERMUKAAN TANAHAplikasi pada kondisi :Tanah yang tersedia kedap air (impermeable) dengan angka perkolasi tanah sebesar (12-24) menit/cm yang tidak memungkinkan untuk dibangun dengan sistem resapanDi sekitar lokasi terdapat badan air penerima dengan debit pengenceran yang cukup atau saluran drainase tertutup yang akan dipakai sebagai tempat pembuangan akhirHead (tekanan) yang tersedia cukup memadai untuk mengalirkan efluen yang telah disaring keluar dari underdrain collector ke badan aie secara gravitasiTeknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

FILTER ANAEROBIKTANGKI SEPTIK DENGAN FILTERKapasitas absorpsi tanah sangat rendahMuka air tanah tinggi sehingga sulit meletakkan saluran peresapKeterbatasan lahanTeknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Individual

Teknologi pengolahan air limbah domestik komunal merupakan sistem pengolahan air limbah yang digunakan tidak hanya untuk 1 (satu) rumah tangga tetapi digunakan secara bersama

IPAL KomunalTeknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

Sistem komunal untuk pengolahan air limbah terpisah hanya dari lumpur tinja dapat menggunakan sistem pengolahan yang dikenal dengan MCK++.

Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

Small bore sewerage (SBR) adalah salah satu alternatif pengolahan lanjutan untuk effluent dari tangki septik yang didisain untuk menerima hanya limbah rumah tangga dalam wujud cair (liquid) yang selanjutnya dialirkan melalui jaringan pengumpur air limbah dengan sistem terpusat (Otis & Mara, 1985). TANGKI SEPTIK DENGAN SMALL BORE SEWER

Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

TANGKI SEPTIK BERSAMAPerencanaan tangki septik yang lebih detil dapat mengacu pada pembahasan Tangki septik dan SNI 03-2398-2002 Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan

Pada sistem ini, WC/kakus dibangun pada masing-masing rumah dan selanjutnya air limbah dialirkan melalui pipa ke tangki septik yang dibangun di bawah tanah. Tangki septik ini digunakan bersama untuk beberapa rumahTeknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

Tangki Septik Bersekat (Baffled Reactor)Tangki septik bersekat (Baffled reactor) adalah pengolahan air limbah dengan menggunakan beberapa bak/kompartemen yang fungsinya berbeda-beda. Air limbah yang masuk pada tangki akan diolah secara bertahan

Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

BIODIGESTERBio-digester adalah pengolahan air limbah dengan melalui proses biologis secara anaerobik atau tanpa kehadiran oksigen. Proses penguraian materi organik dari air limbah yang diolah akan menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai energi alternatif

Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL/ MENENGAH

Skema beberapa jenis reaktor biogas untuk kotoran hewan jenis fixed dome dan floating drum yang banyak digunakan untuk reaktor skala kecil.

Tipe Reaktor biogas yang banyak digunakan di China (China dome digester)

Skema reaktor biogas kantung polyethylene

BEBERAPA KENDALA PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS DI DAERAH PERKOTAANTeknologi biogas memerlukan Waktu Tinggal Di dalam reaktor cukup lama (10 30 hari).Memerlukan lahan yang cukup besar.Biaya konstruksi relatif lebih besar.Jika pengoperasiannya kurang baik terjadi kebocoran gas yang terjadi sehingga resiko bahaya lebih besar.Jika digunakan untuk mengolah kotoran manusia, terdapat kendala mengenai pengumpulan limbah (tinja), Kendala psikologis dan bau tidak sedap.Efluent hasil olahan masih mengandung organik dan amoniak yang cukup tinggi sehingga jika langsung dibuang masih belum memenuhi baku mutu lingkungan, memerlukan pengolahan lanjutan.

TANGKI SEPTIK BERSUSUN DENGAN FILTERTangki septik bersusun dengan filter merupakan modifikasi dari tangki septik yang menambahkan filter di dalam tangkinya. Air limbah yang telah melalui proses anaerobik akan masuk pada tahap filtrasi.

Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

TANGKI SEPTIK BERSEKAT DENGAN FILTER DAN TANAMANTangki septik bersekat dengan filter dan tanaman merupakan kombinasi tangki septik dengan bak yang diberi tanaman. Tanaman akan menyerap air limbah melalui akar tanaman Media penanaman terdiri dari tanah dan kerikil dengan kemiringan antara (0-0,5)%. Air limbah berasal dari tangki septik yang berada di bagian ujung bak dialirkan pada media filter. Permukaan air berada 5 (lima) cm di bawah permukaan filter. Kebutuhan lahan untuk 50 KK adalah seluas 120 m2

Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

Tangki Septik Bersekat dengan Filter dan Tanaman (WETLAND)

BEBERAPA VARIASI WETLAND

Kolam AerobikKolam aerobik ini pada prinsipnya sama dengan kolam aerobik pada Instalasi Pengolahan Air Lumpur Tinja (IPLT) namun dalam skala yang lebih kecil mengacu pada jumlah pengguna dari kolam ini. Biasanya diperlukan 2 (dua) atau 3 (tiga) kolam untuk menurunkan konsentrasi BOD

Teknologi Pengelolaan Air Limbah dengan Sistem Setempat (On-Site System) Sistem Komunal

TEKNOLOGI SANITASI BERBASIS MASYARAKAT

IPAL DOMESTIK KOMUNAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROB-AEROB

Email : [email protected] website : www.kelair.bppt.go.id

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT)Karakteristik dan Jenis Lumpur TinjaTahapan Pengolahan Lumpur TinjaKebutuhan Data PerencanaanTahapan Perencanaan IPLTJenis Teknologi Pengolahan Lumpur Tinja

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (iplt) Karakteristik lumpur tinjaLumpur tinja dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan tingkat dekomposisinya (Balai Pelatian Air Bersih & Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 2000, yaitu :Lumpur tinja segar yaitu lumpur tinja berumur kurang dari 8 (delapan) jamNight soil yaitu lumpur tinja yang telah mengalami proses dekomposisi antara 8 (delapan) sampai 7 (tujuh) hari.Lumpur tinja (septage) yaitu yang telah mengalami dekomposisi dalam jangka waktu 1-3 tahun.Sludge yaitu lumpur tinja yang telah mengalami dekomposisi pada IPLT yang khusus dibangun

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (iplt) Karakteristik lumpur tinja

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (iplt) Karakteristik lumpur tinja

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (iplt) TAHAP PERENCANAAN

KEBUTUHAN DAN PENGUMPULAN DATA DALAM PERENCANAAN IPLT

Untuk perencanaan IPLT diantaranya adalah sebagai berikut :

Peta wilayah yang dilengkapi dengan data topografiData sosial dan ekonomiData geologi, hidrologi dan hidrogeologi seperti:Jenis tanah (pasir, lempung, lanau) dan angka permeabilitas di lokasi IPLTSungai atau badan air yang di pakai sebagai pembuangan akhir air efluen IPLT yang dapat menunjukkan leyak, debit dan kualitas airJarak antara kegiatan lain dengan IPLT dan pemanfaatannya terkait dengan penyelenggaraan penyediaan air bersih/minumElevasi muka air tanah dan arah alirannyaPenggunaan air tanah bagi penduduk di sekitar lokasi IPLTData lainnya yang relevan dengan perencanaan IPLT

Persiapan Pelaksanaan SurveyKegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini diantaranya adalah penyiapan petugas survey dan petunjuk pelaksanaan survey.

Pelaksanaan SurveySurvey dilaksanakan terkait dengan pengumpulan data yang diperlukanLANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT

Pengumpulan data primerData primer yang dikumpulkan meliputi: Jumlah rumah dan klasifikasinyaJumlah sarana tangki septik yang ada Lokasi (lahan) yang dapat digunakan untuk pembangunan IPLTKondisi lingkungan disekitar lokasi (lahan) pembangunan IPLTSarana jalan lingkungan dan jalan menuju calon lokasi IPLTPENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data sekunderData sekunder yang dibutuhkan diantaranya adalah:Kondisi iklim daerah perencanaan (mencakup variasi temperatur, kelembaban, dan curah hujan).Kondisi fisik wilayah pelayanan yang diperlukan untuk menunjang proses perencanaan atau disain IPLT. Data tersebut meliputi kondisi topografi (kemiringan) wilayah, kondisi geologi (kestabilan dan sifat kedap air tanah), kondisi geohidrologi (fluktuasi tinggi muka air tanah), dan kondisi hidrologi (badan air sekitarnya, daerah genangan). PENGUMPULAN DATA

Data kependudukan yang meliputi jumlah penduduk (saat ini dan proyeksi di masa yang akan datang), kepadatan penduduk (termasuk pola pertumbuhannya), tipe rumah dan jumlah penghuninya , dan kondisi kesehatan masyarakat secara umum.

Kondisi sanitasi lingkungan yang meliputi data sumber air bersih, tingkat pelayanan air bersih (termasuk harga air), cara pembuangan dan pengelolaan limbah tinja saat ini (existing), dan fasilitas pembuangan air limbah dan hujan. PENGUMPULAN DATA

Rencana induk sistem pembuangan air limbah (master plan) yang dapat memberikan informasi sistem pembuangan dan pengelolahan air limbah yang ada serta rencana pengembangan di masa yang akan datang.

Kondisi sosial-ekonomi dan budaya yang meliputi persepsi masyarakat terhadap kondisi sanitasi saat ini, tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang higiene, faktor agama dan budaya yang mempengaruhi, dan kondisi ekonomi masyarakat (mata pencaharian, penghasilan). Kelembagaan dan peraturanPENGUMPULAN DATA

Penentuan Daerah Pelayanan IPLT

Perencanaan IPLT sangat bergantung pada penentuan daerah pelayanan.

Rencana induk (master plan) air limbah dan target pelayanan IPLT digunakan sebagai data bagi perencana dalam membuat peta rencana daerah pelayanan sarana IPLT yang akan dibangun.

Peta daerah pelayanan merupakan gambaran kuantitatif dari daerah pelayanan IPLT yang direncanakan.LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT

Penentuan Lokasi IPLT Setelah daerah pelayanan ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan lokasi IPLT yang akan dibangun. Beberapa aspek penting dalam menentukan lokasi IPLT diantaranya:Efisiensi dan efektifitas sistem IPLT (investasi, operasi dan pemeliharaan)Kemudahan transportasi lumpur tinja dari daerah layanan ke lokasi IPLTAman terhadap lingkungan disekitarnya (banjir, gempa bumi, resiko polusi, gunung merapi)LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT

Dapat dikembangkan pada waktu yang akan datang seiring dengan berkembangnya kota atau daerah layananDalam proses penentuan lokasi lahan untuk sarana IPLT, sebaiknya diajukan atau dipilih beberapa alternatif lokasi yang layak. Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam penentuan alternatif lokasi diantaranya :LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT

Ketersediaan lahan dan aspek teknis yang meliputi beberapa persyaratan seperti:Daerah bebas banjir dan gempaDaerah bebas longsorRencana lokasi harus terletak relatif jauh dari kawasan permukiman minimal pada radius 2 kmRencana lokasi harus berada dekat dengan badan air penerimaLANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT

Rencana lokasi haruslah merupakan daerah yang terletak pada lahan terbuka dengan intensitas penyinaran matahari yang baik agar dapat membantu mempercepat proses pengeringan endapan lumpur Rencana lokasi harus berada pada lahan terbuka yang tidak produktif dengan nilai ekonomi tanah yang serendah mungkin LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT

Karakteristik lahanPertimbahan karakteristik lahan berkaitan dengan jenis fasilitas IPLT yang akan dibangun. Beberapa karakteristik lahan yang harus dipenuhi adalah:

Merupakan daerah yang memiliki struktur geologi yang baik sehingga mampu memikul beban konstruksi atas unit pengolah beserta bangunan pelengkapnyaLahan memiliki karakteristik relatif kedap air (permeabilitas rendah) sehingga dapat menghemat biaya investasi namun tetap aman dari resiko pencemaranLANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT

LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLTLingkunganKeamanan lingkungan haruslah menjadi perhatian terkait dengan resiko pencemaran lingkungan sekitar seperti pencemaran air, tanah dan udaraPertimbangan estetika terhadap keberadaan IPLT haruslah dipertimbangkan terutama resiko bau yang berasal dari unit pengolahan di dalam IPLTSanitasi dan kesehatan lingkungan bagi masyarakat yang bermukim atau beraktifitas di sekitar IPLT perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya peningkatan gangguan kesehatan

Penentuan Kapasitas (Debit) IPLTKapasitas IPLT ditentukan dengan menghitung jumlah sarana tangki septik yang berada di daerah pelayanan. Bila data jumlah tangki septik sulit didapat atau diinventarisasi, maka dapat digunakan pendekatan (50-60)% dari jumlah penduduk yang ada di dalam daerah layanan memiliki tangki septik.

Debit lumpur tinja = persentasi pelayanan x jumlah penduduk daerah layanan x laju timbulan lumpur tinjaLANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT

Keterangan : Debit lumpur tinja dalam liter/hari atau dibagi dengan 1.000 untuk konversi menjadi m3/hari adalah jumlah lumpur yang akan masuk dan diolah di IPLT setiap harinyaPersentasi pelayanan dapat menggunakan pendekatan (50-60)%Laju timbulan lumpur tinja dapat menggunakan pendekatan 0,5 liter/orang/hariLANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN IPLT

Di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem Tangki Imhoff-Kolam Stabilisasi atau hanya sistem Kolam Stabilisasi. Kolam Stabilisasi terdiri dari susunan seri Kolam Anaerobik, Kolam Fakultatif, dan Kolam Maturasi.Tipe IPLTDibawah ini adalah diagram alir unit-unit sistem Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).Sistem Kolam StabilisasiSistem Tangki Imhoff-kolam StabilisasiTEKNOLOGI PENGOLAHAN IPLT

ALTERNATIF TAHAPAN IPLT 50.000 PE

ALTERNATIF TAHAPAN IPLT 50.000- 100.000 PE

ALTERNATIF TAHAPAN IPLT > 100.000 PE

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (iplt)Opsi pengolahan

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT)TEKNOLOGI PENGOLAHANUnit PengumpulTanki ImhoffKolam Stabilisasi (Anaerobik Fakultatif Maturasi)Unit Pengering Lumpur

Prinsip pengolahan IPLT

Tahap pertama adalah proses pemisahan antara zat padat dan cairTahap kedua adalah pengurangan SS dan BOD, CODTahap ketiga pengurangan bakteri coli tinja

Fungsi Unit-unit IPLT

Unit Pengumpulan (Equalizing Unit)Biasanya langsung dengan kolam anaerobik atau biasa juga dengan tangki imhoff. Kolam ekualisasi berfungsi untuk menghomogenkan zat organik yang berasal dari mobil tinja yang diambil dari tangki septik, hal ini disebabkan karena karakteristik kualitas Lumpur tinja berbeda-beda

Fungsi Unit-unit IPLT

Tangki ImhoffTangki Imhoff merupakan Bangunan dari konstruksi dari beton bertulang kedap air

berfungsi untuk menurunkan kebutuhan oksigen bio kimia dan suspended solid, serta pembusukan lumpur yang terendapkan dari efluen lumpur tinja bak pengumpul. Unit pengolahan primer yang dipakai pada sistem kolam. Didalam tangki imhoff terjadi proses pengendapan dan pencemaran secara anaerobik, melalui zona sedimentasi, zona netral dan zona lumpur.

TANgKI IMHOFF

TANgKI IMHOFF

Dimensi TANgKI IMHOFF Jumlah Penduduk dilayaniKebutuhanZona SedimentasiZona LumpurLumpur terbuangPanjang (L)Lebar (B)Kedalaman (H1)KapasitasKedalaman (H2)x 1000 orgUnitmetermetermeterm3meterm3/hari10020030011 dan 227107105.353.552222180360540565661218

Kolam Anaerobik (Anaerobic Pond)Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksigen terlarut (DO) karena beban organik masih sangat tinggi, sehingga bakteri membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikan limbah organik. Kolam Anaerobik berfungsi untuk menguraikan kandungan zat organik (BOD & COD) dan SS dengan cara anaerobik, biasanya kandungan berkisar > 1500 mg/L.

Bentuk teknis dari unit ini berbentuk empat persegi panjang dan bulat dengan kedalaman (3-4) meter dengan harapan kondisi anaerob benar-benar terjadi karena dengan kedalaman kolam.

KOLAM ANAEROBIK

KOLAM ANAEROBIKVARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU DETENSITemperatur Dalam Kolam (oC)Waktu Detensi(hari)Efisiensi Penyisihan BOD(%)< 10>50-1010-154-530-4015-202-340-5020-251-240-6025-301-260-80

AcuanWaktu Detensi (Hari)Laju Beban BOD(Loading Rate)(gr/m2.hari)Konversi Laju Beban BOD(kg/m3-day)Kedalaman Kolam(m)AplikasiBarnes, Bliss, et al (1981)8 - 4025 to 40 gr/m2.hari(kedalaman kolam 3.75m)0.007 - 0.0112.5 - 5.0Terutama untuk limbah dengan konsentrasi sedang (medium-strength waste)Metcalf and Eddy (1979)5 - 50200 to 500 kg/ha-hari(kedalaman kolam 3.75m)0.005 - 0.0152.5 - 5.0Terutama untuk limbah dengan konsentrasi sedang (medium-strength waste)Eckenfelder(1980)5 - 50250 to 4000 lbs BOD/acre-hari (11.5 ft)0.008 - 0.1302.4 - 4.6Untuk semua jenis limbahCorbitt (1989)1 - 500.05 to 0.25kg/m3-hari0.05 - 0.252.4 - 6.1Untuk limbah dengan beban yang bervariasi sesuai dengan karakteristik limbahKOLAM ANAEROBIKACUAN LAJU BEBAN BOD

Bila kolam anaerobik didisain dengan waktu detensi 3 hari dan beban BOD sebesar 500 gr/m3.hari. Debit lumpur tinja yang akan diolah sebesar 25 m3/hari. Konsentrasi BOD lumpur tinja yang akan diolah adalah sebesar 2.000 mg/L.

Volume kolam =Debit x waktu detensi ...............................(3)Volume kolam (1)= 25 m3/hari x 3 hari = 75 m3Volume kolam = Beban BOD masuk / Laju beban BOD .......(4)Beban BOD Masuk = Debit lumpur tinja x konsentrasi BOD yang masuk .............(5)=25 m3/hari x 2.000 mg/l = 50 kgVolume kolam (2)=50 kg / 500 gr/m3.hari) = 100 m3KOLAM ANAEROBIKCONTOH PERHITUNGAN

Kolam FakultatifKolam fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan meminimalkan kandungan zat organik (BOD & COD) 250-400 mg/l. yang berasal dari kolam anaerobik dengan cara anaerobik dan aerobik. Proses aerobik dan anaerobik yang terjadi didalam bak fakultatif dapat dilihat pada efluen dari pengolahan ini

Bentuk teknis kolam fakultatif ini biasanya berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman (1-2) meter. Kolam fakultatif yang menerima efluen dari kolam anaerobik pada umumnya tidak membutuhkan pengurasan. Dari unit kolam ini selanjutnya Lumpur tinja mengalir secara gravitasi ke dalam kolam maturasi.

KOLAM FAKULTATIF

KOLAM FAKULTATIF

Kolam Maturasi (Maturation Pond)Kolam maturasi berfungsi menguraikan zat organik (BOD & COD) dengan lebih sempurna (pematangan) dari sisa kandungan zat organik dari unit kolam fakultatif.Prinsip pengolahan ini adalah bahan organik dioksidasi oleh bakteri aerobik dan fakultatif dengan menggunakan oksigen yang dihasilkan oleh alga yang tumbuh disekitar permukaan air. Pada kolam anaerobik terjadi proses sebagai berikut :

bakteriBahan organik + O2 ------ CO2 + H2O

Sumber: Marsono, 1999

Proses reaksi fotosintesis yang dilakukan alga dapat ditulis sebagai berikut :

CO2 + H2O + cahaya matahari -------- CH2O + O2 + H2O

Sumber: Marsono, 1999

Bentuk teknis kolam ini adalah berupa kolam penampung (1-2) meter, dimana panjang (p) berbanding lebar (L) adalah (2/3:1), dan kolam ini memiliki kedalaman antara (1-2) meter. Kolam maturasi ini di desain berdasarkan pada prinsip pemisahan kandungan fecal coliform. Waktu detensi dalam kolam maturasi, umumnya dalam rentang (5-10) hari dan jumlah kolam maturasi yang dibutuhkan tergantung pada jumlah fecal coliform. Biasanya untuk 2 kolam maturasi dengan waktu detensi 5-10 hari, secara normal nilai BOD5 nya berkisar dibawah 30 mg/L. Dalam perencanaannya dasar kolam maturasi harus bersifat tidak menyerap atau lapisan kedap air.

KOLAM MATURASI

DIMENSI KOLAM MATURASI

Unit Pengeringan Lumpur (Sludge Drying Bed)Unit pengering Lumpur berfungsi untuk menampung endapan lumpur yang berada pada unit proses anaerob, fakultatif dan maturasi, sehingga dapat dikeringkan secara alami dengan bantuan sinar matahari dan angin selain Lumpur yang sudah kering dapat juga dimanfaatkan sebagai pupuk.

UNIT PENGERING LUMPUR

UNIT PENGERING LUMPUR

Jumlah Penduduk DilayaniKapasistas Tinja TerolahBerat Solid mengendap di Imhoff Volum Lumpur MengendapSisa Lumpur InertKebutuhan Dying bed OperasiKebutuhan Dying bed Stand-byKebutuhan Lahan untuk Perluasan(1.000 org)(m3/hari)(gr/hari)(m3/hari)(m3/hari)(unit)(unit)(unit)5025225000631101005045000011721015075675000171021120010090000023143212501251125000281742130015013500003420531350175157500039245314002001800000452764145022520250005130741500250225000056348525502752250000623785260030024750006841962

Jumlah Penduduk DilayaniKapasistas Tinja TerolahBerat Solid mengendap di Imhoff Volum Lumpur MengendapSisa Lumpur InertKebutuhan Dying bed OperasiKebutuhan Dying bed Stand-byKebutuhan Lahan untuk Perluasan65032527000007344106270035029250007947116375037531500008451116380040036000009054126385042538250009657137390045040500001016114749504754275000107641474100050045000001136815841050525472500011871168411005504950000124741784115057551750001297817851200600540000013581188512506255625000141841985

UNIT PENGERING LUMPURLay out

ELEVASI (m)Sistem & Macam Unit BangunanKonstruksi Atas Unit Bangunan (Puncak)Muka AirKonstruksi Dasar Unit Bangunan (Invert)Pilihan IPlatform+ 0.30-- 0.10Kolam Stabilisasi Anaerobik I+ 0.00- 0.20- 2.70Kolam Stabilisasi Anaerobik II+ 0.00- 0.30- 2.80Kolam Stabilisasi Fakultatif+ 0.00- 0.40- 2.00Kolam Maturasi+ 0.00- 0.50- 1.70Pengering Lumpur+ 1.30- 0.8 (muka pasir)- 0.10Badan Air-- 1.00/lebih dalam-Pilihan IISumur Pompa+ 0.30- 0.10- 2.00Ram (Tanjakan)+ 1.70/lebih tinggi--Tangki Imhoff+ 3.20/lebih tinggi+ 2.90/lebih tinggi+ 5.80/lebih tinggiKolam Stabilisasi Anaerobik I+ 0.00- 0.20- 2.70Kolam Stabilisasi Anaerobik II+ 0.00- 0.30- 2.80

ELEVASI (m)Sistem & Macam Unit BangunanKonstruksi Atas Unit Bangunan (Puncak)Muka AirKonstruksi Dasar Unit Bangunan (Invert)Kolam Stabilisasi Fakultatif+ 0.00- 0.40- 2.00Kolam Maturasi+ 0.00- 0.50- 1.70Pengering Lumpur+ 1.30- 0.8 (muka pasir)- 0.10Badan Air-- 1.00/lebih dalam-Pilihan IISumur Pompa+ 0.30- 0.10- 2.00Ram (Tanjakan)+ 1.70/lebih tinggi--Tangki Imhoff+ 3.20/lebih tinggi+ 2.90/lebih tinggi+ 5.80/lebih tinggiKolam Aerasi Anaerobik + 0.00- 0.20- 2.70Kolam Aerasi Fakultatif+ 0.00- 0.30- 2.80Kolam Stabilisasi Fakultatif+ 0.00- 0.40- 2.00Kolam Maturasi+ 0.00- 0.50- 1.70Pengering Lumpur+ 1.30- 0.8 (muka pasir)- 0.10Badan Air-- 1.00/lebih dalam-

TERIMA KASIH