rev 1 kepemimpinan kepala sma

118
Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Rev 1

Kepemimpinan Kepala SMA

yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas

Hasil Belajar Siswa

Page 2: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA
Page 3: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

KEPEMIMPINAN KEPALA SMA

yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas

Hasil Belajar

Page 4: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa ©2020 Direktorat SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pengarah:Purwadi Sutanto (Direktur Sekolah Menengah Atas)

Penanggungjawab:Winner Jihad Akbar (Koordinator Bidang Tata Kelola)

Kontributor:Hastuti MustikaningsihJuandanilsyahDanny Hamiddan KhoirEkawati

Tim Penulis:Dirjo ArdiansyahAwalia Khairun NisaAbdulah

Editor:Agus SalimWiwiet HeriyantoIrfan PrasetyaJim Bar PenNurul MahfudiUce VeriyantiVidi Binsar FerdiantoAkhmad Supriyatna

Diterbitkan oleh Direktorat Sekolah Menengah AtasJl. RS Fatmawati Cipete Jakarta Selatan Telp: 021-75911532www.sma.kemdikbud.go.id

Page 5: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

KEPEMIMPINAN KEPALA SMA

yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas

Hasil Belajar

DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH ATASDIREKTORAT JENDERAL PAUD, PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2020

Page 6: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA
Page 7: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

vii

Kata Pengantar

Dalam proses pendidikan, kualitas pembelaja­ran di sekolah sa ngatlah ditentukan oleh suasa­

na belajar yang terbangun di sekolah itu dan efektivitas pro ses pem­belajaran yang dilakukan. Bagaimana suasana belajar di sekolah dan proses pembelajaran akan bergantung pada kepemimpinan di se­kolah tersebut. Begitu besarnya peran kepemimpinan dalam menen­tukan kualitas proses dan hasil belajar menuntut adanya ber bagai upaya untuk mem ba ng un kepemimpinan sekolah yang efektif.

Kepemimpinan yang efektif, bukan hanya ditentukan oleh sosok pribadi kepala sekolah, melainkan juga kemampuan profesional da­lam meningkatkan kualitas belajar. Kebijakan Merdeka Belajar yang digulirkan pemerintah menjadi ruang yang luas bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang salah satunya ditentukan oleh kepemimpinan kepala SMA.

Buku ini tidak hanya membahas kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah, melainkan bagaimana perannya terhadap perbaikan pro­ses belajar siswa. Buku ini disusun dari berbagai sumber, terutama informasi dan data hasil kegiatan yang dilakukan direktorat sela­ma ini, dan berbagai referensi terkait. Diharapkan buku ini menja­di salah satu referensi dan inspirasi bagi setiap satuan pendidikan, khususnya SMA, dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar melalui pe nguatan kepemimpinan kepala SMA.

Selamat membaca.

PURWADI SUTANTODirektur SMA

Page 8: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................viiDAFTAR ISI ............................................................................................ viiiKEGUNAAN BUKU .................................................................................. x

BAGIAN 1: KEPEMIMPINAN SEKOLAH YANG BERUBAH ........ 1

¤ Kepala Sekolah Vs Kualitas Belajar Siswa ...................... 4

¤ Kepala Sekolah di Era Merdeka Belajar .......................... 5

¤ Tantangan Kepemimpinan di SMA ................................. 7

BAGIAN 2: KARAKTERISTIK SATUAN PENDIDIKAN SMA ...... 9

¤ Jembatan Menuju Kedewasaan ...................................... 12

¤ Tempat Menimba Pengalaman Belajar ......................... 14

¤ Sekolah Sebagai Komunitas Sosial ................................. 16

¤ Lokomotif Penguatan Karakter ...................................... 22

¤ Karakteristik Sekolah Efektif ........................................... 26

BAGIAN 3: KEMIMPINAN SMA SAAT INI DAN PROBLEMATIKANYA .................................................... 33

¤ Kepala Sekolah Hari Ini ................................................... 34

¤ Problematika Jabatan Kepala Sekolah ........................... 40

Page 9: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

ix

BAGIAN 4: PERSPEKTIF BARU KEPEMIMPINAN SMA .............. 45

¤ Menuju Teori Baru ............................................................ 46

¤ Nilai­nilai Kepemimpinan Baru ..................................... 52

¤ Menguatkan Budaya Sekolah ......................................... 56

¤ Konsepsi Ideal Kepala SMA ............................................ 62

¤ Peran Strategis Kepala Sekolah ...................................... 70

¤ Aktivitas Rutin Kepala Sekolah ...................................... 76

BAGIAN 5: PERUBAHAN MENUJU KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL ............................................................ 79

¤ Landasan Perubahan ........................................................ 80

¤ Langkah Perubahan .......................................................... 90

BAGIAN 6: PENUTUP ............................................................................ 99

REFERENSI ............................................................................................ 102

Page 10: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

x

Kegunaan Buku

Dalam setiap organisasi, peran leader menjadi faktor kunci. Pe­mimpin memiliki peran yang menentukan arah dan berjalan­

nya organisasi menuju tujuan yang ditetapkan. Demikian pula halnya dalam sebuah satuan pendidikan. Peran pemimpin satuan pendidikan ibarat nakhoda kapal. Ia harus mampu mengendalikan jalannya kapal di lautan, baik saat laut tenang maupun dalam ge­lombang.

SMA sebagai satuan pendidikan menengah membutuhkan pemim­pin yang kuat. Strong leadership menjadi salah satu prasyarat bagi optimalnya layanan pendidikan di sekolahnya. Karakteristik SMA tentu berbeda dengan jenjang pendidikan lainnya, oleh karena itu tipe pemimpin sekolah di SMA juga berbeda.

Buku ini mengupas tentang kepemimpinan sekolah SMA yang kuat. Namun, kekuatannya diarahkan bukan hanya untuk menjalankan sekolah semata, melainkan fokus pada peningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Di sinilah, kinerja kepala sekolah diukur dari pencapa­ian hasil belajar siswa, bukan dari yang lain.

Namun, kita juga harus ingat bahwa kualitas hasil akan sangat di­tentukan oleh kualitas proses belajar yang dilakukan. Harus dipasti­kan bahwa proses belajar di sekolah berjalan secara efektif mengarah pada hasil yang ingin dicapai. Di sinilah peran kepala sekolah sangat menentukan untuk memastikan proses belajar berjalan efektif.

Buku ini dapat menjadi referensi bagi pemangku kepentingan SMA untuk memastikan bahwa faktor kepemimpinan sekolah menjadi hal penting yang perlu menjadi perhatian, dan faktor yang menen­tukan hasil belajar siswa. n

Page 11: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

xi

BAGI PEMERINTAH • Sebagai salah satu referensi

dalam penyusunan kebijakan terkait hasil belajar siswa;

• Sebagai bahan kebijakan prog ram peningkatan mutu SMA.

BAGI PEMDA • Hasil belajar siswa sebagai

target kinerja kepala sekolah;

• Penentuan kepala sekolah berdasarkan kemampuan da­lam meningkatkan hasil bela­jar siswa;BAGI KEPALA SE-

KOLAH • Hasil belajar siswa sebagai

fokus kerja utama kepala sekolah;

• Konsisten melayani pen­didikan berfokus pada kualitas hasil belajar siswa.

BAGI STAKEHOLDER • Memberi dukungan dalam pe­

nguatan kepala sekolah agar fo­kus pada hasil belajar siswa;

• Memberi bantuan yang dibutuh­kan untuk mencapai kualitas ha­sil pendidikan.

BAGI GURU • Menambah wawasan mengenai

tantangan kerja kepala sekolah di masa yang akan datang;

• Memberi bekal untuk me­nyiapkan diri menjadi kepala sekolah.

Page 12: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

xii

Page 13: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

1

KepemimpinanSekolah yang Berubah

Bagian 1

Page 14: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

2

Ketika berurusan dengan sekolah, siapapun, akan selalu ber­hadapan dengan sosok sang pemimpin di sekolah, yakni kepala

sekolah. Dialah sosok tunggal yang dianggap sebagai representasi sekolah dan pemegang kunci kebijakan di sekolah. Bahkan segala hal terkait sekolah, identik dengan kewenangan kepala sekolah.

Begitulah kepala sekolah diposisikan saat ini. Tidak ada urusan se­kolah yang luput dari keterlibatan pemimpin sekolah tersebut. Pan­tas apabila kepala sekolah dianggap sebagai figur yang tahu banyak hal tentang sekolah, karena dia terlibat dalam berbagai persoalan sekolah.

Kariernya bermula dari guru, sosok yang memenuhi syarat kemu­dian menda pat promosi sebagai kepala sekolah. Oleh karena itu, seorang kepala sekolah, di Indonesia disebut sebagai “guru yang mendapat tugas tambahan”. Intinya, peran utama kepala sekolah tetaplah sebagai guru, namun ia memiliki tambahan tugas untuk menjadi leader dalam proses pendidikan di sekolahnya.

Namun kerapkali ada anggapan bahwa karena statusnya “tugas tambahan” maka posisi kepala sekolah tidak benar­benar diper­siapkan, baik secara kompetensi maupun mental memimpin. Sering kali syarat yang menjadi pertimbangan utama adalah kualifikasi. Se­mentara di sisi lain, dengan menjabat kepala sekolah, tugas utaman­ya sebagai guru menjadi kurang optimal.

Begitu penting dan strategisnya sosok kepala sekolah sebagai tenaga kependidikan, regulasi tentang kepala sekolah berada di bawah unit utama di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yakni Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan. Berbeda dengan unit utama yang mengelola satuan pendidikannya sendiri.

Namun, karena posisinya yang sangat berpengaruh terhadap ku­

Page 15: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

3

alitas pembelajaran dan hasil belajar, aspek kepemimpinan sekolah, menjadi perhatian semua pihak. Kepala sekolah juga memiliki posi­si yang sangat menentukan terhadap kualitas belajar siswa.

Dalam tatanan regulasi, kepala sekolah disebut sebagai salah satu organ sekolah dari dua organ yang ada. Satu organ lainnya adalah Komite Sekolah. Dua organ ini memiliki tugas yang berbeda dengan fungsi yang sama yakni meningkatkan kualitas belajar siswa.

Kepala sekolah memiliki tugas untuk menjalankan peningkatan mutu pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan sebagai pelaksana MBS atas nama Kepala Daerah. Sedangkan komite sekolah bertugas memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan baik berupa tenaga, sarana dan prasarana, serta penga­wasan, untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Secara lebih teknis, tugas dan fungsi kepala sekolah juga diuraikan dalam berbagai regulasi, khususnya regulasi di bidang pendidikan. Syarat kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah diatur oleh stan­dar pendidikan.

Namun perlu dipahami bahwa kepala sekolah di sekolah negeri berstatus pegawai negeri. Maka posisi kepala sekolah ­­khusunya yang berstatus PNS tadi­­ juga diatur oleh regulasi yang terkait de­ngan kepegawaian pemerintah, yakni Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara­Reformasi Birokra­si serta Kementerian/Lembaga terkait lainnya. Sementara itu, ke­wenangan pengelolaan kepala SMA, kini menjadi kewenangan pe­merintah provinsi.

Dapatlah dipahami bahwa posisi kepala sekolah yang strategis itu diatur oleh banyak regulasi. Sementara itu, tantangan yang diha dapi dalam mengelola sekolah sangatlah dinamis dan terus berubah se­

Page 16: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

4

jalan dengan perubahan zaman. Itulah mengapa kepemimpinan se­kolah, khususnya di SMA, perlu mendapat perhatian serius dari kita semua untuk memastikan penyelenggaraan pendidikan berjalan da­lam rel yang tepat.

Kepala Sekolah Vs Kualitas Belajar SiswaMelihat regulasi yang mengatur kepala sekolah begitu banyak dan tantangan yang begitu dinamis, sangat menarik untuk membedah lebih jauh lagi tentang bagaimana kepemimpinan SMA membawa pengaruh terhadap kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Aspek kepemimpinan ini dapat ditinjau bukan dari aspek kualifika­si dan kompetensi sosok kepala sekolah semata, melainkan dari ke­mampuan spesifik yang tertuang dalam syarat kompetensi, khusus­nya kompetensi manajerial, kewirausahaan, dan sosial.

Pendidikan sesuai definisinya adalah usaha sadar dan terencana un­tuk membangun suasana belajar dan melakukan proses pembelaja­ran agar setiap individu dapat mengembangkan potensi dirinya se­bagai fitrah Yang Maha Kuasa. Bagaimana sebuah usaha terencana dilakukan, untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, haruslah ada seorang dirijen yang mengomando.

Sebuah karya musik yang indah, pastilah berkat peran seorang di­rigen yang dapat menghidupkan suasana sehingga semua orang dapat mengikuti dengan irama yang indah. Begitu pula peran pimpinan di sekolah. Musik indah yang diperdengarkan adalah meningkatnya kualitas belajar siswa.

Buku ini akan mengurai aspek kepemimpinan kepala sekolah dari sudut pandang tata kelola satuan pendidikan. Pembahasan lebih da­lam difokuskan pada hal­hal berikut.

Page 17: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

5

a. Aspek kepemimpinan di sekolah sebagai sebuah komunitas so­sial yang menjunjung tinggi moralitas.

b. Aspek kepemimpinan instruksional dengan segala dimensinya;

c. Perubahan kepemimpinan kepala sekolah di tengah posisi se­kolah yang terus berubah.

Dengan sudut pandang semacam itu, maka cukup jelas kiranya bah­wa kepemimpinan sekolah di sini tidak hanya berbicara terkait so­sok kepala sekolah, melainkan lebih luas dari itu sebagai satu aspek penentu kualitas pembelajaran di setiap satuan pendidikan, khusus­nya SMA, terlebih posisi kepala sekolah di era Merdeka Belajar yang makin diperkuat.

Kepala Sekolah di Era Merdeka BelajarMerdeka Belajar, merupakan sebuah ikon kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di era Menteri Nadiem Anwar Maka­rim, yang diluncurkan pada tahun 2019. Ikon ini dicirikan dengan kebijakan yang lebih berpihak kepada kemerdekaan pada guru dan sekolah dalam menjalankan tugas profesionalnya, penguatan ke­mandirian satuan pendidikan dan memberikan hak yang sama pada warga negara dalam mengakses layanan pendidikan yang bermutu.

Kebijakan ini diambil melihat kondisi dunia pendidikan yang masih menghadapi berbagai persoalan, bukan hanya di tataran penyeleng­garaan, melainkan dalam kesesuaian antara prinsip dasar dan im­plementasinya.

Di era Merdeka Belajar, peran kepala sekolah dikembalikan kepada prinsip dasarnya sebagai pemimpin yang menjalankan manajemen berbasis sekolah. Beberapa hal penting kebijakan yang menuntut

Page 18: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

6

kinerja kepala sekolah antara lain:

• Dihilangkannya Ujian Nasional (UN) membawa konsekuensi tanggung jawab yang besar di pundak kepala sekolah. Penen­tuan kelulusan sepenuhnya berada di tangan sekolah. Di sinilah objektivitas hasil belajar akan sangat menentukan posisi sekolah;

• Dihilangkannya USBN juga menjadi tantangan yang tidak ri ngan bagi kepala sekolah. Kualitas belajar siswa, sepenuh nya akan bergantung pada kualitas proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Sekolah dituntut melakukan penilaian sesuai prin­sip penilaian pendidikan serta melakukan asesmen yang lebih holistik untuk mengukur kompetensi anak, tidak cukup hanya dengan penilaian dari aspek pengetahuan;

• Penyederhanaan tugas administratif guru yang dianggap mem­bebani seperti pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi hanya satu lembar, menantang kepala sekolah untuk mengembangkan strategi baru dalam perencanaan pem­belajaran yang optimal dan inovasi pembelajaran.

• Peningkatan kompetensi guru perlu dilakukan dengan ber­bagai upaya inovatif dan kreatif. Salah satunya melalui gerakan masya rakat yang dikemas dalam program organisasi pengge­rak. Hal ini menjadi tantangan kuat bagi kepala sekolah dalam memastikan para guru di sekolahnya makin profesional.

• Dalam penguatan kompetensi guru, kepala sekolah juga ditun­tut untuk lebih fokus pada bagaimana membangun suasana be­lajar dan mengefektifkan proses pembelajaran.

• Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kepala se­kolah memastikan bahwa sekolahnya memenuhi hak masya­rakat sekitar sekolah untuk mendapatkan layanan pendidikan

Page 19: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

7

bermutu. Hal ini terutama bagi sekolah pemerintah yang di­biayai oleh uang rakyat. Tidak selayaknya sekolah memilih sis­wa yang dilayaninya hanya dari kalangan yang dianggap pan­dai saja atau yang memiliki kemampuan finansial memadai. Sekolah pemerintah adalah alat pemerintah untuk menjamin hak pendidikan bagi rakyatnya.

Kebijakan pemerintah kini memberi kewenangan yang besar kepada kepala sekolah. Namun di sisi lain, mereka juga dituntut tanggung­jawab profesionalnya untuk memastikan bahwa proses pendidikan berjalan untuk mencapai hasil yang ditetapkan sesuai tujuan pen­didikan.

Tantangan Kepemimpinan di SMASelain tantangan dari sisi kebijakan, kepala SMA menghadapi kon­disi sekolah yang terus berubah sejalan dengan perubahan zaman. Era industri 4.0 membawa konsekuensi operasional sekolah banyak berubah. Pemanfaatan TIK dalam berbagai aktivitas sekolah menja­di sebuah keniscayaan.

Hal yang perlu dipertimbangkan adalah terjadinya pergeseran dan konten pembelajaran. Konten pembelajaran akan mengarah pada kompetensi yang dibutuhkan anak di masa datang. Selian itu, ke­giatan pembelajaran yang menghadirkan pengalaman belajar ber­makna akan sangat diperlukan untuk menyiapkan anak hidup di zamannya.

Semua perubahan ini menjadi tantangan yang tidak ringan bagi ke­pala sekolah. Inilah yang menjadi fokus bahasan pada bagian­bagian selanjutnya dari buku ini.

Page 20: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

8

Page 21: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

9

KarakteristikSatuan Pendidikan SMA

Bagian 2

Page 22: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

10

Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah satuan pendidikan mene­ngah umum yang melayani pendidikan jalur formal. SMA mem­

berikan layanan pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Se­kolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

SMA pada hakikatnya merupakan satuan pendidikan yang berfung­si untuk menyelenggarakan “pendidikan bersifat umum”. Yakni pendidikan yang menyediakan kurikulum dengan sejumlah bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelek­tual dan berpikir secara rasional. Melalui pendidikan umum, peser­ta didik diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menggali, mengolah, dan menggunakan informasi (well-informed person) yang dimuat dalam berbagai bahan kajian dan pelajaran melalui pe­mikiran dan diskusi rasional.

Di Indonesia, terdapat tidak kurang dari 13.700 SMA yang tersebar di seluruh provinsi dengan kondisi yang sangat beragam. Ma sing­masing memiliki konteks lingkungan dan sosial budaya yang ber­beda­beda dan problematika yang juga sangat beragam. De ngan demikian, pengelolaan SMA memerlukan kepemimpinan yang tangguh untuk menjadikan sekolahnya sebagai satuan pendidikan menengah yang efektif dan bermakna.

Berdasarkan pengelolanya, SMA terbagi dua. Yakni SMA Negeri yang dikelola pemerintah, dan SMA Swasta yang dikelola masya­rakat, baik masyarakat di dalam negeri, maupun masyarakat yang menjalin kerja sama dengan pihak luar negeri. Masing­masing se­kolah, memiliki model kepemimpinanya sendiri.

Di sekolah negeri, sebagai institusi pemerintah, kepemimpinan sekolah sangat dipengaruhi oleh regulasi terkait kepegawaian pemerintah. Karena bersifat lembaga yang melayani masyarakat,

Page 23: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

11

maka di sekolah negeri wajib adanya Komite Sekolah sebagai repre­sentasi masyarakat. Sehingga di sekolah negeri terdapat dua organ yakni Kepala Sekolah dan Komite Sekolah. Sedangkan kepemim­ pinan sekolah swasta sangat dipengaruhi oleh lembaga pengelolanya.

Kepala sekolah memegang posisi kunci dalam kepemimpinan se­kolah. Ia bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan sekolah se­cara keseluruhan. Ruang lingkup kerja kepala sekolah, sangat diten­tukan oleh pengelolanya.

Sebelum menguraikan tentang kepemimpinan di SMA, berikut disa­jikan karakteristik satuan pendidikan SMA berdasarkan peran dan fungsinya bagi kehidupan, khususnya bagi perkembangan peserta didik. Di antaranya sebagai (1) Jembatan Menuju Kedewasaan; (2) Tempat Menimba Pengalaman belajar; (3) Sebagai Komunitas Sosial; dan (4) Lokomotif Penguatan Karakter. Selain itu juga perlu diketa­hui karakteristik sekolah yang efektif.

Gambar 2.1. Organ Sekolah

Page 24: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

12

Jembatan Menuju Kedewasaan

Sebagai satuan pendidikan menengah, SMA merupakan memi­liki peran stra tegis dalam perkembangan kehidupan manusia

menuju dewasa. SMA memberikan layanan pendidikan bagi peserta didik dengan kisaran usia 16 s.d. 18 tahun, di mana pada usia ini sedang berada pada fase remaja. Layanan pendidikan diberikan bagi mereka yang telah melalui pendidikan dasar atau telah melalui masa kanak­kanak menginjak remaja.

Masa remaja atau adolescence adalah periode peralihan dari fase kanak­kanak (childhood) menuju masa dewasa (adulthood). Masa re­maja ini merupakan fase penting dalam kehidupan manusia. Peserta didik SMA berada pada masa remaja yang sangat berdekatan de­ngan gejolak, stres, pubertas, dan tingkat kemampuan berpikir ab­strak dan memaknai suatu objek tanpa memerlukan fisiknya atau bahkan pengalaman sebelumnya.

Sesuai karakteristik usia yang dilayani, SMA menyiapkan remaja untuk melangkah ke pendidikan tinggi atau langsung memasuki ke­hidupan di masyarakat, baik bekerja maupun berwirausaha. Oleh karena itu, peserta didik SMA harus mendapatkan bekal kemandi­rian yang cukup dalam memasuki masa dewasa. Selain konten pem­belajaran yang berbeda, lingkungan belajar di SMA berbeda dengan lingkungan belajar di pendidikan dasar.

Peserta didik juga harus mendapatkan layanan pendidikan untuk mampu belajar secara mandiri atau hidup secara mandiri. Kom­petensi kemandirian menjadi sangat penting di satuan pendidikan SMA. Peserta didik SMA didorong memiliki beragam kompetensi kemandirian. Kompetensi ini menjadi kunci bagi peningkatan kua­

Page 25: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

13

childhood adolescence adulthood

PAUD-Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah/SMA

Pendidikan Tinggi

Melayani pendidikan anak usia 5 s.d. 15 tahun

Melayani pendidikan re-maja usia 16 s.d. 18 tahun

Melayani pendidi-kan > 19 tahun

litas sumber daya manusia sehingga mampu bersaing di tingkat re­gional bahkan internasional.

Dengan demikian, kepemimpinan di satuan pendidikan dengan kar­akteristik demikian harus dapat menyesuaikan diri dengan kebutu­han peserta didik. Keunikan usia anak yang dilayani ini memberi­kan tuntutan kepemimpinan yang berbeda. Kepemimpinan di SMA perlu menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik karena akan berkaitan langsung dengan kehidupan anak selanjutnya, apakah melangkah ke pendidikan tinggi atau hidup di masyarakat. Apapun yang menjadi pilihan anak, sekolah perlu menyiapkan dengan baik karena menyangkut masa depan kehidupan mereka.

Di sinilah peran kepemimpinan SMA akan memberi makna bagi ke­hidupan anak setelah lulus sekolah.

Gambar 2.2. Posisi Sekolah Menengah dalam perkembangan Siswa

Page 26: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

14

Tempat Menimba Pengalaman Belajar

Sebagaimana telah diurai di muka, bahwa peserta didik SMA be­rada pada masa remaja. Oleh karena itu, lingkungan belajar di

SMA harus sesuai dengan kondisi mereka. Lingkungan belajar harus memenuhi persyaratan terutama bagi pelaksanaan pembelajaran da­lam rangka pemberdayaan potensi peserta didik sesuai dengan ke­mampuan, bakat, dan minatnya yang disertai dengan pertumbuhan secara emosional, sosial, fisikal, dan akademikal.

Istilah “learning environment” perlu lebih diberdayakan lagi karena proses belajar lebih menekankan pada perkembangan dunia yang saling berhubungan dan didorong teknologi, lingkungan belajar bisa virtual, online, dan jarak jauh. Dengan kata lain, belajar dapat dilaku­kan tidak di dalam kelas semata. Inilah keunikan belajar pada abad ke­21 yang perkembangannya perlu diantisipasi sejak awal.

Hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah bagaimana anak dapat menimba pengelaman belajar secara nyata di sekolah. Bukan hanya belajar hafalan teori­teori ilmu yang belum tentu dihadapi anak di masa kehidupannya. Yang harus dikuatkan adalah bagaima­na anak dapat memecahkan persoalan di masa datang dengan prin­sip dasar ilmu yang dipelajari, bukan yang diketahui dan dihafal­kannya. Jangan sampai apa yang dipelajari anak di sekolah tidak relevan dengan kehidupan nyata yang dialami anak. Seolah jauh panggang dari api.

Disadari bahwa untuk menyiapkan diri hidup di zaman yang akan datang siswa harus dibekali dengan berbagai kompetensi yang dibutuhkan. Sedikitnya terdapat beberapa kompetensi kunci untuk

Page 27: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

15

hidup di abad ke­21 untuk bisa menyesuaikan diri dengan peruba­han za man yang oleh Wagner (2008) disebut sebagai Seven Survival Skills for the twenty-first century. Yakni (1) berikir kritis dan peme cahan masalah; (2) kolaborasi dengan berbagai kalangan dan memimpin dengan pengaruh; (3) lincah dan mampu beradaptasi dalam segala kondisi; (4) memiliki inisiatif tinggi dan mental wirausaha; (5) ko­munikasi lisan dan tulis secara efektif; (6) mampu mengakses dan menganalisa informasi dengan baik.

Sekolah juga harus menata kurikulum untuk mengembangkan po­tensi diri peserta didik pada abad ke­21 ini yang oleh Pink (2006) disebut sebagai era konseptual. Manusia yang ingin memimpin da­lam era ini menurut Pink perlu memilki “Six High-Concept And High-Tought Senses In The Conceptual Age”, yakni (1) Bukan hanya fungsi, desain harus menjadi pertimbangan; (2) Bukan hanya perlu argu­mentasi melainkan kisah atau cerita yang melatarbelakanginya; (3) Bukan hanya fokus pada satu hal, kita perlu simponi kebersamaan; (4) bukan hanya logis tetapi juga harus punya empati; (5) Bukan ha­nya perlu serius tetapi harus ada unsur bermain; dan (6) Bukan ha­nya mengakumulasi segala sesuatu, tetapi harus memiliki makna.

Dengan demikian, sekolah harus menjadi tempat anak menimba pengalaman belajar agar terbiasa hidup dengan keterampilan yang yang dimilikinya. Keterampilan tersebut bukan hanya untuk dike­tahui melainkan untuk dibiasakan terus dan terus sampai anak terbi­asa dengan pengalaman belajar yang memberi makna bagi kehidu­pan anak di zamannya.

Page 28: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

16

Sekolah Sebagai Komunitas Sosial

Sekolah adalah sebuah komunitas sosial. Dapat pula dikatakan sebagai miniatur masyarakat. Komunitas adalah kumpulan in­

dividu yang terikat bersama oleh kumpulan ide dan nilai­nilai yang sama. Ikatan ini cukup erat untuk mengubah individu dari kumpu­lan “aku” menjadi “kita”.

Mengapa komunitas itu penting? Karena komunitas menyedia­kan kesepakatan bersama dan kerangka kerja sekolah untuk mem­perkuat komitmen dan upaya meningkatkan kualitas belajar siswa. Kesepakatan dan kerangka kerja meliputi koneksi, koherensi, kapa­sitas, komitmen dan kolaborasi.

Dalam komunitas ini, guru, orang tua, dan lainnya menginvestasi­kan kemampuan dan energi mereka di sekolah dengan imbalan ter­tentu. Sedangkan anak­anak menjalani kehidupan dalam komunitas sekolah untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman belajar yang ber­makna. Para guru akan mencatat perkembangan kompetensi anak dan mengkomunikasikannya kepada orang tua. Catatan perkem­bangan itu menjadi bekal anak untuk melangkah pada kehidupan selanjutnya.

Dalam menjadi sebuah komunitas, sekolah harus dapat menjawab pertanyaan berikut:

• Bagaimana sekolah menjadi komunitas profesional di mana se­tiap orang saling peduli dan membantu satu sama lain untuk tumbuh bersama?

• Jenis hubungan apa yang perlu dibina dengan orang tua yang akan memungkinkan mereka untuk dimasukkan ke dalam ko­

Page 29: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

17

munitas yang baru muncul ini?

• Bagaimana jaringan relasi yang ada antarguru serta antara guru dan siswa sehingga mereka dapat tergabung dalam komunitas?

• Bagaimana sistem pengaturan pembelajaran diatur sedemikian rupa sehingga mereka lebih seperti keluarga?

• Apa nilai dan komitmen bersama yang memungkinkan sekolah menjadi komunitas?

• Apa yang dipelajari anggota komunitas dan bagaimana anggota komunitas memperlakukan satu sama lain?

• Bagaimana pola kewajiban dan tugas timbal balik yang muncul di sekolah saat komunitas tercapai?

Hubungan SosialDalam komunitas, hubungan sosial harus terjalin dalam bentuk per­janjian sosial yang saling mengikat. Oleh karena itu, sekolah memi­liki visi, misi dan tujuan yang diwujudkan dalam bentuk ikatan dalam komunitas. Untuk menjamin ikatan berjalan baik, di situlah kepemimpinan sekolah memiliki peran yang cukup strategis.

Hubungan yang terjadi dalam komunitas berbeda dengan organi­sasi formal. Hubungan sosial di sekolah lebih istimewa, bermakna, dan sangat personal. Mereka menghasilkan kualitas keterhubungan yang memiliki nuansa moral. Anggota komunitas merasakan ke­wajiban khusus untuk saling menjaga. Secara umum diakui bahwa

Page 30: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

18

kualitas hubungan merupakan unsur penting dalam pembentukan sekolah yang baik. Kualitas hubungan menentukan kualitas sekolah.

Di sekolah, kepala sekolah, guru, dan siswa harus membuat kepu­tusan tentang bagaimana mereka akan menjalankan peran mereka masing­masing dalam menjalin hubungan satu sama lain. Bagaima­na hubungan kepala sekolah­guru, guru­guru, guru­siswa, kepala sekolah­siswa, siswa­siswa.

Sebagai contoh: guru harus memutuskan apakah hubungan mere­ka dengan siswa akan serupa seperti seorang ahli memperlakukan klien? Apakah seperti hubungan orang tua dengan anak? Apakah siswa diberi perlakuan yang sama sesuai standar? Apakah siswa diperlakukan secara istimewa dan individual? Semua ini harus di­rumuskan bersama.

Masalah dalam Hubungan SosialPersoalan hubungan sosial ini menjadi penentu efektivitas sekolah. Interaksi sosial yang baik akan menciptakan suasana belajar yang optimal. Terdapat tujuh masalah utama yang sering terjadi yang mempengaruhi kualitas hubungan sosial di sekolah.

Hubungan yang Tidak nyaman Hubungan antara guru, staf dan siswa semestinya terjalin dengan harmonis. Guru, staf maupun siswa akan merasakan ketidaknya­manan di sekolah jika ada masalah dengan hubungan di antara mereka. Banyak siswa sering melaporkan guru jika mereka tidak menyukainya. Banyak guru juga sering melaporkan siswa yang tidak mau belajar. Ketika hubungan di sekolah terganggu akan me­munculkan rasa ketidaknyamanan dan keputusasaan.

Page 31: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

19

Ras, Budaya dan Strata SosialSama halnya dengan faktor hubungan. Ras, budaya dan strata sosial juga menjadi isu penting. Keberagaman menjadi salah satu konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang disadari sejak awal berdirin­ya negara ini. Keberagaman merupakan aset dan sumber daya yang harus menjadi pendukung terciptanya penyelenggaraan pendidikan yang berkeadilan. Sekolah semestinya menjadi tempat untuk belajar saling menghargai dan memahami keberagaman ras, budaya dan strata sosial.

Nilai yang Diyakini dalam KehidupanUntuk membangun iklim sekolah yang sehat perlu adanya pe­nguatan nilai­nilai yang diyakini dalam kehidupan. Nilai­nilai terse­but di antaranya jujur, tanggung jawab, peduli, disiplin, berani, adil dan nilai karakter lainnya sebagai penguat perilaku berintegritas. Nilai­nilai kehidupan ini harus dimiliki oleh setiap orang.

Sistem PembelajaranSiswa, khususnya mereka yang berada di tingkat akhir merasakan bosan dengan aktivitas pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Mereka pada umumnya melihat bahwa sedikit sekali relevansi an­tara proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah dengan kompe­tensi yang dibutuhkan di masa depan. Hal demikian dapat menim­bulkan hubungan yang kurang baik.

Sekolah semestinya melakukan proses pembelajaran yang relevan dengan capaian kompetensi yang diharapkan sebagai bekal ke­hidupan. Proses belajar juga dapat dilakukan melalui aktivitas se­laras dengan kehidupan nyata. Suasana belajar yang menyenangkan menjadi faktor yang sangat penting.

Page 32: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

20

KeamananTidak banyak siswa dan orang tua yang merasa bahwa sekolah ada­lah tempat yang aman. Di sekolah masih kerap diberitakan adanya kasus perundungan dan lainnya. Sekolah harus menciptakan sua­sana dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seluruh peserta didik.

Lingkungan FisikSiswa menginginkan sekolah yang yang tertib, gedung yang bagus, rapi, bersih, indah dan memiliki berbagai fasilitas yang dibutuhkan seperti fasilitas olah raga dan seni. Ketersediaan makanan yang se­hat di kantin sekolah juga menjadi hal utama.

Keputusan, Ekspektasi dan Proses PerubahanBanyak yang merasa tidak memiliki harapan bahwa sekolah men­jadi tempat yang tepat untuk menyiapkan anak agar bisa hidup di zamannya. Proses pembelajaran yang monoton dan hanya sedikit relevansinya dengan kehidupan nyata mendorong adanya ketidak­percayaan orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Perlu ada nya perubahan signifikan yang dilakukan oleh sekolah untuk mengem­balikan fungsi dari sekolah itu sendiri sebagai tempat untuk mem­persiapkan siswa dalam menjalani kehidupannya di masa yang akan datang.

Kerangka Kerja KomunitasKetika individu, baik siswa, guru, orang tua, kepala sekolah, atau warga lain terikat pada ide, nilai, kepercayaan, dan kerangka bersa­ma dalam komunitas, maka ikatan yang muncul akan menguatkan keanggotaan secara keseluruhan. Langkah untuk membangun ke­

Page 33: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

21

sepakatan dan kerangka kerja komunitas harus fokus pada bagaima­na membangun tingkat kepedulian yang tinggi pada pembelajaran yang kooperatif dan berbagai bentuk kegiatan kolaboratif.

Keterlibatan dan need for achievement siswa yang tinggi di sekolah, menjadi satu tanda hubungan dalam komunitas yang efektif. Proses pendidikan yang efektif akan mendahului dengan keterlibatan atau­partisipasi siswa yang tinggi. Tingkat partisipasi belajar siswa yang tinggi, merupakan keberhasilan awal komunitas sekolah. Tinggal bagaimana semangat dan keterlibatan yang tinggi itu benar­benar dapat menjadi kegiatan pembelajaran siswa yang efektif.

Untuk membangun hal tersebut maka harus didahului (anteseden) upaya di tingkat sekolah dan kelas. Upaya tersebut antara lain:

1. Anteseden tingkat sekolah

Menyediakan pilihan yang beragam serta aktivitas yang fokus pada tujuan yang jelas dan konsisten. Pilihan teknis yang ter­arah memungkinkan siswa untuk terlibat secara mendalam di sekolah. Di sinilah kesempatan bagi siswa dan guru untuk saling berkolaborasi, berbagi tanggung jawab dan komitmen, kesem­patan untuk saling memperhatikan.

2. Anteseden tingkat kelas

Menindaklanjuti anteseden tingkat sekolah dengan aktivitas yang lebih teknis mencakup dukungan akademik dan interpersonal tingkat tinggi.

Untuk memastikan kesepakatan dan kerangka kerja sekolah agar komunitas berjalan optimal, dibutuhkan peran kepala sekolah se­bagai pemimpin komunitas. Peran kepala sekolah sangat strategis untuk memastikan kesepakatan, kerangka kerja dan hubungan yang terjalin dalam komunitas dapat berjalan dengan baik dan sehat.

Page 34: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

22

Lokomotif Penguatan Karakter

Satu hal yang membedakan sekolah dengan institusi lainnya ada­lah posisi sekolah sebagai institusi bermoral. Sekolah adalah

lokomotif terbentuknya budaya masyarakat baru yang lebih baik dan produktif.

Selama ini disadari bahwa sebagai bangsa, kita memiliki kelema­han perilaku. Koentjaraning rat (2015) dan Mochtar Lubis (2017) telah mengangkat berbagai hal yang menjadi kelemahan bangsa ini. Koentjaraningrat menyebut lima sikap mental bermuatan pola pi kir koruptif yang merupakan warisan kolonial yang “hidup” da­lam pola pikir manusia bangsa Indonesia, yakni (1) mentalitas yang meremehkan mutu, (2) mentalitas yang suka menerabas (instan), (3) tidak percaya pada diri sendiri, (4) tidak berdisiplin murni, dan (5) mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab.

Mochtar Lubis juga menyampaikan ciri manusia Indonesia yang berkonotasi negatif sebagai warisan zaman penindasan. Ciri manu­sia Indonesia itu yakni: (1) mempunyai penampilan yang berbeda di depan dan di belakang, (2) segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, pu tusannya, kelakuannya, pikirannya, dan se­bagainya, dan (3) jiwa feodalistik.

Masih banyak lagi kelemahan perilaku masyarakat yang terpotret dalam kese harian. Semua itu menjangkiti semua sendi kehidupan. Kita me nyaksikan betapa sulitnya mendapat motor budaya baru.

Sementara di sisi lain, dunia pendidikan yang diharapkan menja­di penguat budaya hidup berintegritas makin dirasakan tidak kon­sisten dalam menjalankan fungsinya. Proses pendidikan seperti

Page 35: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

23

(1) mempunyai penampilan yang berbeda di depan dan di belakang,

(2) segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, pu tusannya, kelakuann-

ya, pikirannya, dan sebagainya, dan (3) jiwa feodalistik.

Ciri Manusia Indonesia Konotasi Negatif

(Mochtar Lubis)

MASYARAKAT

SEKOLAH

(1) mentalitas yang meremehkan mutu, (2) mentalitas yang suka menerabas

(instan), (3) tidak percaya pada diri sendiri,

(4) tidak berdisiplin murni, dan (5) mentalitas yang suka mengabaikan

tanggung jawab.

Kelemahan Perilaku Bangsa Indonesia

(Koentjaraningrat)

PERILAKU BARU

Gambar 2.3. Peran Sekolah dalam Lokomotif Penguatan Karakter

Page 36: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

24

mementingkan penguasaan pengetahuan semata ketimbang mem­biasakan perilaku baik. Sekalipun sekolah mengimplementasikan berbagai kegiatan penguatan karakter, pembiasaan perilaku baik, dan sejenisnya, akan tetapi hal tersebut dilaksanakan seolah terpisah dari proses pembelajaran yang utuh.

Lebih dari itu, praktik pengelolaan sekolah belum menunjukkan kekuatan sebagai lokomotif perbaikan moralitas bangsa. Padahal sekolah diharapkan menjadi “lokomotif” dalam penguatan budaya berinte gritas. Oleh karena itu, inilah saatnya untuk mengembalikan sekolah sebagai lokomotif penguatan budaya bermoral untuk jangka panjang.

Di tengah segala persoalan yang mendera moral bangsa, perlu proses pendidik an yang berbeda, dimulai dari cara pandang yang berbeda. Perlu sebuah terobosan besar. Menurut Yudi Latif (2015), untuk menghadapi hal tersebut harus dilakukan semacam revolusi mental­kultural (suprastruktur) yang diarahkan untuk menciptakan masyarakat religius yang berperikemanusiaan, egaliter, mandiri, amanah, dan terbebas dari berhala materialisme­hedonisme, ser­ta sanggup menjalin persatuan (gotong royong) dengan semangat pelayanan (pengorbanan). Diperlukan upaya “tidak biasa” dengan cara pandang yang juga tidak biasa. Termasuk cara pendidikan dan cara pandang terhadap pendidikan.

Pentingnya KarakterSekolah adalah replika masyarakat masa depan. Semua hal yang terjadi pada masa­masa sekolah akan menjadi cerminan masyarakat di masa depan. Maka, sekolah harus ditempatkan sebagai lokomotif yang akan membawa perubahan pada bangsa ini. Di sinilah men­gapa pendidikan karakter di sekolah memiliki peran strategis yang

Page 37: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

25

sangat penting bagi perbaikan kualitas sumberdaya manusia Indo­nesia. Pendidikan karakter oleh sekolah harus diawali dengan pen­guatan karakter dan budaya integritas sekolah

Dari berbagai penelitian, diperoleh fakta adanya hubungan antara karakter sekolah dengan keefektifan sekolah. Sekolah yang sukses akan memiliki karakter yang unik, jelas, tujuan yang berpusat pada kebutuhan siswa, dan sikap yang saling mengasihi, dan memberi perhatian. Kondisi demikian biasa disebut dengan istilah, “sekolah yang fokus”, maknanya kehadiran sekolah fokus orientasinya yakni penguatan karakter peserta didik.

Sekolah yang fokus berbeda dari sekolah biasa. Perbedaan dapat di lihat dalam dua hal. Yang pertama, sekolah memiliki cara untuk mempengaruhi sikap dan kebiasaan siswanya, dan kedua, sekolah memiliki sistem manajemen dan organisasi yang kuat me lakukan cara­cara tersebut dan menjadikanya sebuah hal yang tertanam da­lam diri siswa, sehingga terbentuk menjadi karakter sekolah.

Karakter sekolah dibangun oleh nilai­nilai yang dibangun secara fundamental oleh sekolah yang kemudian menjadi landasan ber­perilaku seluruh warga sekolah. Dengan kata lain, karakter sekolah telah menjadi budaya yang melekat kuat dalam diri seluruh warga sekolah.

Budaya sekolah yang berkarakter atau berintegritas terlihat bukan saja dari budaya secara fisik, melainkan budaya yang tampak dalam keseharian perilaku seluruh warga sekolah. Ini menjadi landasan untuk menjadi sekolah yang efektif. Ketika sekolah efektif menja­di lokomotif penguatan karakter, maka kelemahan perilaku seper­ti yang disampaikan Koentjaraningkat dan Mochtar Lubis, lambat laun dapat dikikis melalui proses pendidikan di sekolah. Inilah me­ngapa pendidikan karakter di sekolah sangatlah penting.

Page 38: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

26

Karakteristik Sekolah Efektif

Seperti apa sekolah yang sukses? Sepenggal pertanyaan ini mem­butuhkan jawaban yang panjang dan kompleks. Perlu tinjauan

yang komprehensif dan luas dalam melihat apakah sebuah sekolah dapat dikatakan sukses. Oleh karena itu, membicarakan sekolah yang sukses menjadi perbincangan yang sangat menarik.

Selama ini ada banyak kriteria standar dalam mengukur sekolah yang sukses. Kriteria ini diterapkan pada semua sekolah. Di antaran­ya kepemimpinan instruksional sekolah yang kuat, fokus pada ca­paian akademik kompetensi dasar, lingkungan yang aman, harapan siswa yang tinggi, dan pemantauan ketat dari pembelajaran dengan pengawasan dan pengujian.

Namun dari berbagai penelitian, menunjukkan bahwa kesuksesan sekolah diukur dari efektivitasnya dalam penyelenggaraan pendidi­kan. Karena setiap sekolah unik, maka efektivitas juga mempertim­bangkan konteks sekolah yang unik tadi.

Sekolah yang EfektifDari berbagai kriteria sekolah yang sukses, berikut karakteristik se­kolah sukses yang mengacu pada sekolah yang efektif (Dutt Weiler, 1990). Dikatakan sekolah efektif adalah:

Berpusat Pada SiswaOrientasi semua aktivitas sekolah ditujukan untuk kepentingan siswa. Siswa didorong untuk mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya, mengembangkan dirinya, dan mendapatkan dukungan untuk menguatkan kemandirian.

Page 39: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

27

Menawarkan Pilihan Program Pengayaan AkademikSekolah yang efektif menawarkan program yang kaya secara aka­demis. Sekolah yang efektif memberikan instruksi yang mendorong pembelajaran siswa.

Iklim Sekolah yang PositifSekolah yang efektif memiliki iklim sekolah yang positif. Iklim ini menjadi suasana sekolah yang menjadi prasyarat semangat belajar siswa. Suasana sekolah ini meliputi suasana fisik dan non fisik. Sua­sana fisik sekolah harus aman dan nyaman. Suasana nonfisik meru­pakan suasana psikologis dan interaksi antarorang.

Kolaborasi yang KuatTerjadi kolaborasi yang kuat di antara warga sekolah, terutama guru, untuk membangun suasana dan terselenggaranya proses be­lajar yang optimal.

Pengembangan Guru dan Staf yang Ekstensif Sekolah yang efektif memiliki pengembangan profesional guru dan staf yang ekstensif, bervariasi dan sesuai dengan konteks dimana sekolah berada.

Menerapkan Kepemimpinan KolaboratifSekolah yang efektif mempraktikkan kepemimpinan kolaboratif dengan mengutamakan pendekatan kolegial. Sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama dan menjadi milik bersama.

Page 40: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

28

Mendorong Pemecahan Masalah Secara KreatifSekolah yang efektif mendorong pemecahan masalah secara krea­tif tidak hanya berpegang pada petunjuk, pedoman, atau regulasi teknis yang sulit diterapkan oleh sekolah. Kreativitas pemecahan masalah dapat memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki sekolah dan menyesuaikan dengan kesesuaian dengan situasi dan kondisi yang ada.

Efektif dalam Melibatkan Orang Tua dan MasyarakatSekolah yang efektif melibatkan orang tua dan masyarakat secara efektif dalam memberikan dukungan untuk menunjang peningkat­an kualitas belajar siswa.

Pers Akademis dan KomunitasSegala hal yang terjadi di sekolah, terutama hal­hal yang menunjuk­kan karakteristik sekolah yang efektif, haruslah dikomunikasikan se­cara luas, baik di level komunitas, maupun publik. Di sinilah peran pers akademik dan pers ilmiah perlu menjadi dasar dalam meluas­kan informasi sekolah. Informasi yang disebarluaskan adalah aktiv­itas ilmiah dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan.

Pers akademik mengacu pada sejauh mana ekspektasi dikomu­nikasikan dengan kuat bahwa siswa akan mengerjakan tugas secara intelektual, datang ke kelas dengan persiapan, dan menyelesaikan semua tugas. Hal ini dicapai dengan perhatian yang luas dan intens di satu sisi dan dukungan dari pihak guru di sisi lain. Bantuan ekstra diberikan saat dibutuhkan dan siswa dipuji ketika mereka mencoba dan melakukannya dengan baik.

Page 41: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

29

KARAKTERISTIK SEKOLAH EFEKTIF

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Berpusat pada siswa.

Menawarkan pilihan program pe-ngayaan akademik

Efektif mendorong kualitas belajar siswa

Iklim sekolah yang positif

Kolaborasi yang kuat

Pengembangan guru dan staf yang ekstensif

Menerapkan kepemimpinan kolaboratif

Mendorong pemecahan masalah secara kreatif

Efektif dalam melibatkan orang tua dan masyarakat

Gambar 2.4. Karakteristik Sekolah yang efektif

Page 42: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

30

Di sekolah yang prestasi siswanya tinggi, aman, tertib, dan penuh hormat, mereka menuntut siswa melakukan pekerjaan akademis yang signifikan dan guru serta staf bekerja keras untuk memberikan dukungan moral dan pribadi kepada siswa. Segala jenis pekerjaan akademik dalam proses pembelajaran dapat dipublikasikan sebagai bahan rujukan akademik.

Publikasi tentang kegiatan akademik sekolah sangat diperlukan se­bagai salah satu wujud akuntabilitas sekolah, dan sebagai salah satu langkah kontrol dari pihak stakeholder dalam melihat aktivitas se­kolah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, publikasi harus ditam­pilkan sebaik mungkin mengikuti karakteristik audiens.

Refleksi DiriSemua aktivitas di sekolah, dapat diulang sebagai bagian dari proses pembiasaan. Akan tetapi efektivitasnya tidak bisa dipastikan akan sama antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Berdasarkan hal tersebut evaluasi terhadap aktivitas sekolah harus terus dilaku­kan secara periodik.

Studi tentang efektivitas sekolah menunjukkan pentingnya kepem­impinan instruksional yang kuat oleh kepala sekolah. Tugas kepala sekolah adalah menetapkan prosedur dan kriteria untuk mengeval­uasi guru, mengamati ruang kelas secara teratur dan bertemu den­gan guru untuk membahas dan meningkatkan praktik kelas dan memberi penghargaan kepada guru atas keunggulan dalam menga­jar. Di sinilah proses refleksi terhadap kegiatan pembelajaran harus terus dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan secara kontinu.

Refleksi juga diperlukan agar setiap upaya perlu dilakukan untuk

Page 43: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

31

memastikan bahwa apa yang guru ajarkan selaras dengan tujuan yang digambarkan, dan baik tujuan maupun isinya selaras dengan ujian.

Beberapa pertanyaan untuk mengukur sekolah yang efektif antara lain sebagai berikut:

• Apakah orang tua dan siswa merasa puas dengan proses pembe­lajaran terhadap putra­putrinya? Apakah guru dan staf merasa puas dengan apa yang mereka lakukan dan terjadi di sekolah?

• Apakah sekolah mencapai tujuan yang secara eksplisit telah ditetapkan sebelumnya?

• Apakah nilai­nilai dan sikap perilaku berkarakter terlihat pada siswa yang lulus dari sekolah?

Berdasarkan tiga kelompok pertanyaan dasar ini dapat diperoleh gambaran apa yang terjadi di sekolah dan sejauh mana sekolah efek­tif menyelenggarakan pendidikan.

Setiap sekolah dapat menjawab sendiri secara objektif pertanyaan tersebut dan menjadi bahan refleksi mengenai sejauh mana efek­tivitas proses pembelajaran yang mereka lakukan dan kebermak­naan proses pendidikan yang dilakukan. n

Page 44: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

32

Page 45: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

33

Bagian 3

Kepemimpinan SMA Saat ini dan Problematikanya

Page 46: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

34

Kepala Sekolah Hari Ini

Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Ia bertang­gung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di satuan

pendidikan yang dipimpinnya. Untuk menempati jabatan kepala se­kolah, seseorang harus mengikuti regulasi yang berlaku. Baik regu­lasi berupa norma, standar, prosedur, dan kriteria yang disusun oleh pemerintah pusat, maupun regulasi teknis di level provinsi sebagai pengelola pendidikan menengah.

Menjadi kepala sekolah juga berbeda untuk sekolah pemerintah dan sekolah swasta. Namun terdapat standar umum yang berlaku untuk menjadi kepala sekolah. Terdapat dua kriteria besar. Yakni kualifika­si dan kompetensi.

Kualifikasi merupakan syarat umum semisal tingkat pendidikan, usia, adalah prasyarat yang berlaku lainnya. Sedangkan kompeten­si merupakan syarat kemampuan yang biasanya harus ditunjukkan dengan sertifikat kompetensi.

Syarat kualifikasi relatif mudah diketahui kesesuaiannya. Namun kompetensi, ini menjadi tantangan tersendiri. Mengacu pada standar kepala sekolah, kompetensi yang harus dimiliki antara lain kompe­tensi manajerial dan kewirausahaan. Bagaimana mengukur hal ini? Sementara itu manajerial dalam pengelolaan satuan pendidikan, tentu memiliki dimensi berbeda dengan manajerial di perusahaan, organisasi profesi, organisasi masyarakat, atau di dunia birokrasi.

Demikian pula yang dimaksud kompetensi kewirausahaan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah bahasan yang lebih spesifik tentang kepemimpinan sekolah.

Page 47: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

35

Kualifikasi dan Kompetensi Kepala SekolahSecara umum, syarat kualifikasi untuk menjadi kepala sekolah, rela­tif sama untuk setiap jenjang pendidikan. Kepala sekolah itu harus berpendidikan minimal sarjana atau Diploma­4. Kualifikasi lainnya adalah usia maksimal 56 tahun ketika diangkat. Yang tak kalah pen­ting adalah memiliki pengalaman menjadi guru paling kurang lima tahun.

Seorang kepala sekolah yang sarjana, mestinya memiliki kematang­an akademik yang memadai, sehingga mampu mengelola satuan pendidikan secara baik sesuai tujuannya. Demikian pula halnya dengan pengalaman menjadi guru lima tahun yang cukup mema­dai untuk dapat menyelami pekerjaan kepala sekolah. Syarat usia juga menjadi faktor penting agar pemimpin sekolah masih memiliki stamina yang memadai.

Selain kualifikasi, seorang kepala sekolah juga harus memiliki kom­petensi yang memadai untuk menjadi pemimpin sekolah. Kompe­tensi yang dibutuhkan yakni, kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Kompetensi ini dibutuhkan sebagai prasyarat kemampuan untuk bekal menjadi pemimpin se­kolah.

Tentu karakteristik sekolah berbeda satu dengan lainnya, oleh kare­na itu, sosok kepala sekolah memerlukan seperangkat kompetensi tersebut agar mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Se­cara teknis untuk menjadi kepala SMA juga terdapat syarat khusus. Secara rinci dapat dilihat dari boks terlampir.

Page 48: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

36

Kualifikasi Umum

Kualifikasi Kepala SMA

KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

Berstatus sebagai guru SMA;

Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA; dan

Memiliki sertifikat kepala SMA yang diterbitkan oleh lem-baga yang ditetapkan Pemerintah.

S1 atau D-IV kependidikan atau nonkependidikan dari perguru-an tinggi terakreditasi;

Maksimal berusia 56 tahun;

Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun;

Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

Gambar 3.1. Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi Kepala SMA

Page 49: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

37

Jabatan Kepala SekolahKepala sekolah saat ini adalah sebuah jabatan tertinggi dalam struk­tur hierarkis di sekolah. Dalam klasifikasi, kepala sekolah masuk da­lam kategori “Tenaga Kependidikan” bukan dalam kategori “Pen­didik”. Meskipun demikian, jabatan ini umumnya menyaratkan diisi oleh pendidik alias guru, sebagai sebuah tugas tambahan.

Pihak yang berwenang mengangkat kepala sekolah adalah penye­lenggara sekolah. Pihak penyelenggara terdiri atas dua kelompok, yakni pemerintah (untuk sekolah negeri) dan masyarakat (untuk se­kolah swasta).

Pengangkatan kepala sekolah negeri ditentukan melalui regulasi da­lam sistem kepegawaian yang berlaku dalam birokrasi. Kepala SMA ditentukan oleh Pemerintah Provinsi sebagai penyelenggara sekolah negeri. Sedangkan kepala SMA swasta ditentukan oleh yayasan atau lembaga penyelenggaranya.

Di SMA negeri, jabatan kepala sekolah me rupakan pelaksana mana­jemen berbasis sekolah atas nama gubernur. Masa jabatan kepala sekolah negeri diatur melalui regulasi kepegawaian dalam pemerin­tahan. Termasuk pengaturan periodisasi kepala sekolah yang diten­tukan untuk menjaga regenerasi berjalan baik di sekolah.

Kepala sekolah negeri juga didampingi Komite Sekolah sebagai keter wakilan masyarakat untuk memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan serta pengawasan pendidikan. Setelah tidak men­jabat kepala sekolah, seseorang akan kembali menjadi guru sesuai profe sinya.

Sedangkan di sekolah swasta, posisi kepala sekolah bergantung pada regulasi yang berlaku di lembaga atau yayasan yang menaunginya. Termasuk dalam masa jabatan, periodisasi dan hal­teknis lain nya.

Page 50: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

38

Peran Kepala SekolahSesuai karakteristik sekolah sebagai tempat penyelenggaraan pen­didikan, kepala sekolah memiliki peran yang cukup kompleks. Bu­kan hanya semata sebagai leader, tapi juga sebagai sosok pendidik dengan sejumlah peran.

Pendidik (Educator) Kepala sekolah berkomitmen tinggi pada optimalisasi pembelajar­an guna pencapaian karakter dan kompetensi siswa. Fokus utama kepala sekolah adalah pada kualitas belajar siswa. Segala kebijakan dan program yang dilakukan selalu difokuskan pada upaya untuk memberikan pengalaman belajar terbaik pada siswa.

ManajerKepala sekolah berperan melakukan pengelolaan proses pendidikan yang dimotori oleh pendidik. Pengelolaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan fokus pada penguatan kompetensi siswa.

AdministratorMelakukan pengadministrasian seluruh aktivitas penyelenggaraan pendidikan baik terkait dengan pembelajaran maupun tata kelola.

SupervisorMelakukan supervisi terhadap penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai hasil optimal. Supervisi dilakukan terhadap proses pem­belajaran dan suasana yang mendukung proses belajar.

Pemimpin (Leader)Menjadi pemimpin dengan orientasi pada upaya mewujudkan sua­

Page 51: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

39

PERAN KEPALA SEKOLAH

sana belajar dan proses pembelajaran yang dapat mencapai hasil pendidikan yang optimal.

InovatorMendorong dan mengembangkan gagasan baru dalam proses pem­belajaran dan tata kelola sekolah. Inovasi layanan diperlukan untuk menguatkan daya adaptabilitas manajemen sekolah terhadap pe­rubahan yang terjadi.

Motivator Memotivasi warga sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsin­ya serta mendorong para guru untuk membangun kolaborasi efektif untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

01

02

03

04

Educator

Manajer

Administrator

Supervisor

05

06

07

Leader

Inovator

Motivator

Gambar 3.2. Peran Kepala Sekolah

Page 52: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

40

Problematika Jabatan Kepala Sekolah

Terpilihnya kepala sekolah melalui mekanisme rekrutmen ketat, seharusnya menghasilkan sosok andal dan memiliki leadership

yang kuat dan mampu menghadapi ragam persoalan yang dihadapi dalam memimpin sekolah.

Sosok andal kepala sekolah juga dituntut menjadi pemimpin yang mampu membaca kesempatan untuk melakukan inovasi, mening­katkan kreativitas, menjalankan kepemimpinan transparan, efektif dan efisien. Di era globalisasi, leadership kepala sekolah juga harus dilengkapi dengan beragam kompetensi kekinian, seperti melek te­knologi infromasi dan komunikasi serta digitaliasi.

Namun, pada kenyataannya, jabatan strategis kepala sekolah me­munculkan ragam problematika. Mulai dari pola rekrutmen hingga intervensi pihak luar yang cukup kuat.

Pola Rekrutmen Meski sudah diatur dengan regulasi berbentuk standar, norma, prosedur dan kriteria, pola rekrutmen kepala sekolah masih meng­hadapi banyak problematika di lapangan, baik di sekolah negeri maupun swasta. Di sekolah negeri, pengangkatan kepala sekolah kerap menunjukkan nuansa politik dan birokrasi yang kental ketim­bang ketaatan pada asas yang berlaku. Sementara di sekolah swas­ta, peng angkatan kepala sekolah kerapkali terkendala keterbatasan SDM yang memadai atau daya dukung lembaga penyelenggara.

Kompetensi KekinianLima kompetensi yang disyaratkan sebenarnya cukup memadai se­bagai bekal kepala sekolah. Akan tetapi penampilan kinerja dengan

Page 53: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

41

lima kompetensi tersebut masih menjadi masalah. Akibatnya, kinerja kepala sekolah belum sesuai yang diharapkan. Terlebih perubahan teknologi komunikasi menuntut kompetensi lebih kepala sekolah.

Kolaborasi Internal Penyelenggaraan pendidikan merupakan satu kesatuan langkah dari dua organ sekolah, yakni kepala sekolah dan komite sekolah. Di lingkup manajemen juga merupakan satu kesatuan fokus pada peningkatkan kualitas belajar siswa. Sehingga kolaborasi di internal sekolah menjadi hal mutlak yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Faktanya hal ini masih menjadi problematika pada sebagian besar kepala sekolah, manakala tidak terjadi kesatuan langkah an­tara kepala sekolah dengan komite dan antara kepala sekolah de­ngan seluruh pendidik.

Fokus pada Kualitas Belajar SiswaTujuan akhir kinerja kepala sekolah adalah peningkatan kualitas be­lajar siswa, bukan pada fokus yang lain. Hal ini kerap kali masih terabaikan. Kepala sekolah lebih fokus pada menambah siswa den­gan tujuan meningkatkan bantuan pemerintah, penambahan daya tampung, pemenuhan sarana prasarana, dan meningkatkan citra se­kolah dengan parameter yang tidak secara langsung terkait dengan kualitas belajar siswa.

Intervensi Kewenangan kepala sekolah sebagai pelaksana MBS di sekolah, kerap kali mengalami intervensi dari pihak luar yang mempenga­ruhi independensinya dalam melaksanakan tugasnya. Selain karena

Page 54: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

42

faktor politis, biorkrasi, atau tekanan dari pihak luar yang memiliki kepentingan tertentu terhadap sekolah. Akibatnya manajemen se­kolah tidak berjalan dengan optimal.

Konsistensi Regulasi Problematika yang tak kalah pentingnya adalah penguatan kepala sekolah terkait sinkronisasi regulasi antarkementerian di tingkat pe­merintah pusat dan pemerintah daerah. Sekolah SMA yang berada di bawah pemerintah provinsi tentu mengikuti regulasi kementerian terkait.

Peran yang BerubahNational Association of Elementary School Principal (NAESP) di tahun 1998 mengemukakan bahwa ada peran kepala sekolah yang berubah secara drastis dalam dekade terakhir. Kepala sekolah lebih banyak berfokus pada tanggung jawab terkait tentang otonomi di sekolah, kebutuhan untuk memasarkan sekolah secara efektif, dan beruru­san dengan hal­hal yang terkait politik. Sementara pengembangan kurikulum dan bidang praktik pembelajaran justru membebani masing­masing sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang terstandarisasi oleh negara. Hal ini bertentangan dengan prin­sip dasar pendidikan yang berangkat dari kenyataan bahwa kondisi anak berbeda dan mereka membutuhkan variasi layanan yang be­ragam.

Dengan berbagai perubahan yang terjadi baik dalam kaitan industri maupun tatanan masyarakat, peran kepala sekolah tidak luput dari perubahan yang terjadi.

Perubahan zaman, telah membawa dampak terjadinya disrupsi da­lam dunia kerja. Polarisasi sosial ekonomi terjadi sangat luas. Hal ini

Page 55: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

43

membutuhkan orang­orang yang memiliki keterampilan baru sesuai zamannya. Semua itu menuntut perubahan pada sistem sekolah.

Pemanfaatan teknologi informasi (TI) secara dominan, berdampak pada pola manajemen sekolah. TI digunakan dalam dua komponen utama yakni TI sebagai alat bantu organisasi misalnya untuk admin­istrasi, pembelajaran dan penilaian, serta TI sebagai konten pembe­lajaran yang dipelajari oleh siswa. Konten terkait teknologi informa­si seperti coding, animasi, hardware komputer, aplikasi, dan lainnya sangat dibutuhkan untuk bekal hidup ke depan.

Dengan perkembangan zaman, konten pembelajaran pun berubah. World Economic Forum mencatat, selain konten di bidang teknologi, terdapat tiga kompetensi lain yang harus dikuasi peserta didik, yak­ni keterampilan sebagai warga dunia, keterampilan untuk berkreasi dan berinovasi, serta keterampilan interpersonal. Hal ini menun­tut perubahan pengelolaan pendidikan. Manajemen sekolah ha rus mengubah orientasi pengaturan dalam bentuk kotak­kotak mata pe­lajaran ke arah yang lebih relevan dengan kehidupan di abad ke­21.

Cara belajar siswa sangat bergantung pada perubahan teknologi yang kini terjadi. Sumber belajar tersedia sa ngat luas di dunia maya dan dapat diakses dari mana saja, kapan saja. Hal tersebut membuat layanan pendidikan berubah. Kepala sekolah harus mengubah pen­dekatan layanan pendidikan agar sesuai dengan zaman.

Belum lagi perubahan pola manajemen dalam segala aspeknya aki­bat perubahan tatanan masyarakat di era Society 5.0 sebagai anti­sipasi perubahan industri era industri 4.0. Sekolah membutuhkan peran kepala sekolah yang berubah dan sesuai dengan zamannya. Untuk dapat berperan secara optimal, kepala sekolah harus memili­ki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.n

Page 56: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

44

Page 57: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

45

Perspektif BaruKepemimpinan SMA

Bagian 4

Page 58: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

46

Menuju Teori Baru

Kepemimpinan kepala sekolah berubah. Selain karena lingkung­an yang berubah, kebutuhan yang berubah, juga karena teori

tentang kepemimpinan sekolah juga mengalami pergeseran. Pe­rubahan adalah sebuah keniscayaan. Berdasarkan hal itulah, semua pihak stakeholder pendidikan harus mencermati berbagai pergeser­an yang terjadi tersebut. Jangan selalu berkaca pada masa lalu, te­ngoklah bagaimana masa depan.

Dalam bahasan tentang bagaimana sekolah terbentuk, secara tra­disional terungkap bahwa sekolah memiliki karakteristik ketat se­cara manajerial, namun longgar secara budaya. Hal ini menimbulkan masalah bahwa sekolah dianggap tidak bisa membangun hubungan yang dekat antara guru dan siswa. Bahkan terkesan hubungan guru dan siswa seperti atasan bawahan dalam sebuah birokrasi. Sehingga, sebagai alternatif sekolah sebaiknya lebih longgar secara manajerial namun ketat secara budaya. Ini prinsip yang melandasi teori baru manajemen sekolah.

Untuk melakukan kontrol terhadap sekolah, selama ini ada angga­pan bahwa sistem manajemen yang efektif diperoleh dari perenca­naan yang detail. Padahal secara tradisional, sistem perencanaan sangat longgar. Oleh karena itu peren canaan di sekolah harus meng­arah pada perencanaan yang strategis sesuai dengan tujuan, nilai, dan sistem operasi sekolah.

Agar manajemen sekolah mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, menurut teori tradisional kita hanya perlu menjelas­kan tujuan dan memberikan pelatihan dan supervisi. Hal ini tidaklah cukup. Teori alternative memberi kesempatan warga sekolah untuk

Page 59: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

47

meningkatkan kompetensi mereka terebih dahulu, untuk nantinya menentukan tujuan dan membiarkan mereka menentukan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam membangun komunitas, sebuah teori klasik menyebutkan bahwa strategi manajemen sekolah yang dapat digunakan kepala se­kolah dikategorikan dalam tiga kelompok yakni paksaan (coercive), renumeraif, dan normatif. Teori normatif menjadi landasan dari te­ori kepemimpinan sekolah saat ini.

Paksaan (Coercive)Orang­orang dipaksa untuk melakukan sesuatu yang telah ditentu­kan. Apabila tidak melakukan, maka akan diberi hukuman. Inilah yang disebut Ki Hajar Dewantara sebagai sistem pendidikan Barat. Ketertiban yang dihasilkan melalui paksaan dan hukuman (regering-tucht-en orde). Paksa dan hukum merupakan pola pendidikan Barat.

RemuneratifJika pada strategi coercive mengandalkan aturan memaksa dan hu­kuman, pada renumeratif orang­orang dijanjikan imbalan seperti uang, peningkatan karier, nilai yang bagus, dan lain sebagainya agar mau melakukan sesuatu yang ditentukan. Dalam pola ini, orang cenderung berkamuflase dalam melakukan sesuatu sepanjang bisa mendapat imbalan yang diinginkan.

NormatifDalam strategis normatif, orang­orang dituntut melakukan sesuatu karena meyakini apa yang mereka lakukan adalah benar dan baik.

Page 60: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

48

Hal ini sangat cocok untuk manajemen di satuan pendidikan, karena tujuan utama pendidikan adalah untuk menjalani kehidupan secara baik. Hal ini sejalan dengan sistem pendidikan, yang oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai pendidikan Indonesia. Kehidupan yang tata tentrem yang bersumber dari ketertiban dan kedamaian (orde en vrede). Oleh karena itu pendidikan di Indonesia lebih pada Among Methode. Pendidik an tidak atas dasar paksaan.

Mengontrol atau Menggalang PeluangSemua teori kepemimpinan berkaitan dengan kontrol terhadap manajemen agar organisasi berjalan sesuai yang ditentukan. Tujuan kontrol manajemen dilakukan untuk meningkatkan keandalan or­ganisasi (relialiability) dan kemampuan memprediksi sesuatu yang akan terjadi (predictability). Teori kepemimpian tradisional mencari keandalan dan prediktabilitas dengan meningkatkan kontrol atas manusia, yang disebut pendekatan kekuasaan atas kepemimpinan dan manajemen.

Selama ini, untuk memastikan sekolah berjalan sesuai tujuannya, manajemen sekolah melakukan kontrol dengan pilihan antara lain:

• Melakukan pengawasan langsung bahkan dengan mengguna­kan pendekatan satu per satu;

• Standarisasi proses kerja, mengharuskan guru menggunakan buku dan materi yang sama dan jadwal yang sama untuk meng­ajarkan kurikulum yang dibutuhkan;

• Menekankan proses sosialisasi dengan memberikan banyak in­formasi dan regulasi kepada guru dan sekolah;

• Struktur berjenjang dan kontrol yang bertahap;

Page 61: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

49

Dengan langkah tersebut kontrol manajemen berjalan kaku dan lam­bat dalam mengambil langkah adaptasi terhadap perubahan.

Sementara itu, teori baru mencari keandalan organisasi dan kemam­puan memprediksi masa depan bukan dengan melakukan kontrol terhadap manusia, melainkan dengan mencari peluang­peluang baru untuk mencapai tujuan. Kemampuan menyesuaikan diri men­jadi kekuatan baru manajemen yang lebih longgar dalam menemu­kan gagasan baru.

Kontrol manajemen dilakukan secara otomatis melalui big data dari sis­tem digital. Seluruh sumber daya didorong untuk mencari peluang­pe­luang baru secara kreatif untuk memprediksi kondisi yang bakal terja­di, dan melakukan adaptasi untuk mengikuti perubahan yang terjadi.

Proses menggalang peluang menjadi sebuah kompetensi organisasi baru, terutama di sekolah untuk dapat memberikan layanan pen­didikan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Teori Baru dan Organisasi SekolahSejalan dengan perubahan karakteristik sekolah, pola kepemim­pinan sekolah pun mengalami perubahan yang tak terelakkan. Teori baru dalam kepemimpinan satuan pendidikan mencerminkan prin­sip­prinsip dasar sebagai berikut:

KolaborasiKolaborasi internal sekolah merupakan prasyarat penting dalam optimalnya manajemen sekolah. Pengaturan proses pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dalam setiap tahapannya. Baik dalam perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, maupun dalam penilaian pendidikan. Yang tak kalah pentingnya, peningkatan kompetensi

Page 62: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

50

guru juga akan lebih optimal ketika dilakukan dalam bentuk kola­borasi di dalam internal sekolah.

PemberdayaanRasa saling menguatkan di antara guru berkontribusi pada pening­katan komitmen dan motivasi untuk bekerja. Sistem penguatan kompetensi diatur secara internal di sekolah dengan cara saling men­guatkan satu dengan lainnya baik ketika menyusun perencanaan, pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian pendidikan. Pember­dayaan ini dilakukan dalam kerangka yang sama dengan kolaborasi internal sekolah. Keberhasilan sekolah dalam meningkatkan kualitas belajar siswa ditentukan melalui kerja kolektif para guru, bukan has­il kerja individu.

Tanggung JawabSebagai wujud profesionalisme guru, maka tanggung jawab penuh diberikan kepada guru dalam merancang dan melaksanakan pro­ses pembelajaran sesuai tujuan yang ditetapkan. Hal demikian, da­pat meningkatkan pentingnya dan signifikansi pekerjaan guru dan memberikan dasar untuk pengakuan keberhasilan mereka.

Namun para guru dapat saling bertukar pikiran, melakukan obser­vasi kelas, atau melakukan praktik pembelajaran kolaboratif dalam rangka terus berupaya memperbaiki kualitas belajar siswa.

AkuntabilitasDi sekolah yang berhasil, struktur organisasi memungkinkan guru untuk berpartisipasi dalam menetapkan standar dan norma lokal dan kemudian bertanggung jawab atas keputusan dan pencapaian mereka. Dengan demikian yang dilakukan oleh guru lebih terukur dan akuntabel.

Page 63: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

51

Penuh Makna dan BerkesanSecara pribadi semua warga sekolah merasa puas dan memiliki ke­san yang baik, serta memberi makna (meaningfulness) dalam mela-kukan pekerjaan. Setiap aktivitas yang dilakukan senantiasa mem­beri makna pada kehidupan siswa. Kebanggaan mereka dalam bekerja menjadi ukuran dari efektivitas kerja yang berorientasi pada kualitas belajar siswa.

Ability-authorityPrinsip ini berusaha untuk menunjukkan mereka yang memiliki kemampuan untuk bertindak dalam pengambilan keputusan. Di sekolah yang sukses, struktur organisasi mempromosikan otoritas berdasarkan kemampuan. Mereka yang memiliki kemampuan se­lalu mendapat prioritas untuk mendapat kepercayaan dalam men­jalankan tugas yang dibebankan.

Dengan kondisi demikian, teori manajemen tradisional tidak beker ja dengan baik. Karena situasi yang terjadi tidak linier dan tidak ter­struktur secara longgar. Dalam kondisi demikian, membutuhkan komitmen dan kinerja yang luar biasa, banyak yang dipertaruhkan dalam mengembangkan teori yang baru dan lebih pas.

Agar perubahan dapat terjadi, manajemen dan kepemimpinan se­kolah harus diubah ke arah sistem kepemimpinan instruksional, dengan menjadikan sekolah sebagai komunitas sosial yang menjadi­kan proses belajar sebagai fokus utama dalam orientasi manajemen yang dijalankannya.

Prinsip baru manajemen sekolah ini, dapat mengimbangi berbagai perubahan yang terjadi di sekolah yang berubah. n

Page 64: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

52

Nilai-nilai Kepemimpinan Baru

Dalam situasi yang sangat berubah, selain membutuhkan teori baru dalam kepemimpinan, menjadi pemimpin perlu meng­

adopsi nilai­nilai penting dalam kepemimpinan itu sendiri. Tak terkecuali dalam kepemimpinan di sekolah

Nilai­nilai kepemimpinan baru yang dibutuhkan untuk mengim­bangi perubahan adalah sebagai berikut.

Menguatkan Tujuan (purposing) Sebagian besar sekolah yang sukses, mereka memiliki tujuan yang jelas dan informasi yang cukup tentang siswa yang mereka ajar. Tujuan yang jelas menciptakan budaya sekolah yang kuat. Tujuan sekolah kemudian dirinci menjadi tujuan bagian­bagian dan tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik secara individual. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mengakomodasi ke­butuhan peserta didik.

Hadirkan Pengikut (Followership)Struktur kerja di sekolah, tidak lagi mengacu pada struktur birokra­tis yang menempatkan atasan dan bawahan. Seluruh warga sekolah ditempatkan sebagai pengikut, bukan sebagai bawahan. Bawahan hanya merespon otoritas (aturan, regulasi), pengikut berlandaskan kesesuaian ide dan gagasan.

Pemberdayaan (Empowerment)Pemberdayaan adalah membuat setiap orang bebas melakukan hal­hal yang masuk akal bagi mereka, dan mengambil keputusan yang dianggap benar. Strategi pemberdayaan terbaik bukanlah berfokus

Page 65: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

53

pada guru atau berfokus pada kelompok peran tertentu lain nya, tetapi memikirkan tentang memberdayakan sekolah secara utuh.

Ada tiga dimensi pemberdayaan: (1) memberdayakan kepala se­kolah, guru, orang tua dengan memberi mereka keleluasaan yang mereka butuhkan untuk berfungsi secara mandiri sesuai dengan tujuan sekolah, (2) memberi mereka dukungan dan pelatihan yang mereka butuhkan (3) menghilangkan hambatan birokrasi.

Pencapaian (accomplishment): ada hubungan antara kepemimpinan dan kekuasaan, dan memang kepemimpinan adalah bentuk khusus dari kekuasaan untuk mempengaruhi. Namun ada dua konsep kekuasaan, yakni kekuasaan atas (power over) dan kekuasaan untuk (power to). Kekuasaan atas (power over) berkaitan dengan dominasi, kontrol, dan hierarki. Konsep ini menimbulkan pertanyaan tertentu yang berkaitan dengan dominasi dan manipulasi. Kekuasaan untuk

Menguat-kan Tujuan

Hadirkan Pengikut

Pember-dayaan

Kolegial-itas

Motivasi Intrinsik

Kontrol Kualitas

Keseder-hanaan

Refleksi Ketega-san

Gambar 4.1. Nilai Kepemimpinan Baru

Page 66: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

54

(power to) tidak instrumental tetapi fasilitatif. Ini adalah kekuatan un­tuk melakukan sesuatu, untuk mencapai sesuatu, dan untuk mem­bantu orang lain mencapai sesuatu yang mereka anggap penting.

Kolegialitas (Collegiality)Kolegialitas mengacu pada adanya kolaborasi tingkat tinggi antar guru dan antara guru dan kepala sekolah dan dicirikan oleh saling menghormati, bekerja bersama dalam proses pembelajaran. Ketika nilai kolegialitas tinggi, budaya profesional yang kuat akan muncul di sekolah dan berkontribusi secara konsisten untuk meningkatkan komitmen dan kinerja yang luar biasa.

Motivasi Intrinsic (Intrinsic motivation)Motivasi intrinsik adalah motif­motif yang muncul dan berfungsi, tanpa rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, seorang pemimpin harus memiliki dorongan dari internal atau diri sendiri untuk melakukan peran sebagai pemimpin tanpa perlu adanya stim­ulan dari luar dirinya sendiri. Ia akan termotivasi secara langsung karena memiliki dorongan dari diri sendiri yang kuat. Motivasi in­trinsik ini sejatinya sudah melekat pada diri kepala sekolah sebagai leader di satuan pendidikan.

Kontrol Kualitas (Quality control)Kepemimpinan yang baik identik dengan pengendalian kualitas yang baik pula. Dan, substansi dari peningkatan kualitas adalah ketika seorang pemimpin mampu menghadirkan perubahan. Pun ketika perubahan itu sendiri gagal, tetap akan berdampak pada penumbuhan kualitas dari organisasi. Di sinilah pemimpin ditun­tut menunjukkan kemampuan leadership­nya menumbuhkan kes­

Page 67: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

55

adaran dan keyakinan kepada semua komponen organisasi untuk mengedepankan kualitas.

Dalam konteks ini, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin juga merupakan salah satu prinsip dari tumbuhnya kualitas dalam sebuah organisasi. Tupoksi sebagai pemimpin membuatnya leluasa memberikan semua yang dibutuhkan untuk menumbuhkan kuali­tas dalam organisasi (sekolah). Ia dapat membangun gagasan, me­numbuhkan kesadaran, mengedukasi seluruh guru sebagai kompo­nen organisasi, melakukan perubahan sesuai koridor, memfasilitasi penggunaan sumber daya, sekaligus mengontrol laju dan arah pe­rubahan.

Kesederhanaan (Simplicity)Kesederhanaan atau pembentukan kelompok kecil, memiliki keun­tungan dalam mendorong hubungan intens antara guru dan siswa, dan memberi perasaan memiliki antara satu sama lain. Termasuk dukungan teman sebaya, dan diakhiri dengan catatan keberhasilan dalam membuat siswa asyik belajar dan terhubung ke sekolah.

Refleksi (Reflection)Secara simultan, refleksi dapat dilakukan secara terus dilakukan un­tuk melakukan adaptasi baru terhadap situasi yang terus berubah.

Ketegasan (Outrage)Ketegasan dalam kepemimpinan adalah tindakan simbolis yang dapat digunakan untuk menyampaikan maksud kepada orang lain secara jelas, ketika pemimpin justru kurang dipandang. Ketegasan harus ditunjukkan sebagai konsistensi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. n

Page 68: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

56

Menguatkan Budaya Sekolah

Kepemimpinan sekolah yang kuat sangat berperan dalam mem­bangun budaya sekolah. Budaya di sini merupakan nilai dan

tata aturan yang diyakini bersama dan diterapkan secara konsisten untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan sekolah yang kuat memi­liki karakteristik yang berbeda dengan kepemimpinan organisasi umumnya.

Kepemimpinan SekolahKepemimpinan sekolah menjadi kunci yang akan menentukan ke­beradaan dan makna sekolah. Berikut beberapa bahasan penting terkait dengan kepemimpinan sekolah dalam konteks membangun budaya sekolah yang efektif.

Kekuatan Kepemimpinan SekolahTerdapat lima kekuatan dalam kepemimpinan sekolah yang dapat memberi warga pada sekolah yang efektif. Kelima kekuatan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Metafora Peran Kepemimpinan

Aspek Metafora Peran Kepemimpinan Teori Contoh

Teknis Perancang manajemen

• Perencanaan waktu dan strategi manajemen

• Teori kepemimpinan kontingensi

• Struktur organisasi

Perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan penjadwalan sekolah dan terampil dalam menentukan strategi dan situasi untuk memastikan efektivitas sistem pembelajaran yang optimal.

Page 69: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

57

Aspek Metafora Peran Kepemimpinan Teori Contoh

Manusia Membangun Hubungan Sosial

• Pengawasan hubungan manusia

• Teori motivasi psikologis• Kompetensi interper-

sonal• Manajemen konflik• Kekompakan kelompok

• Berikan dukungan yang dibutuhkan

• Mendorong pertumbuhan dan kreativitas

• Membangun dan pertahan-kan moral

• Menerapkan pengambilan keputusan partisipatif

Pendidikan Guru kepala sekolah

• Pengetahuan profe-sional

• Efektivitas mengajar• Program pendidikan • Pengawasan klinis

• Mendiagnosis masalah pendidikan

• Menjadi guru penasihat• Memberikan supervisi dan

evaluasi supervisor • Memberikan layanan • Mengembangkan kurikulum

Simbolis Pimpinan • Perhatian yang selektif• Tujuan• Pemodelan

• Monitoring sekolah• Mengobservasi ruang kelas• Mengenali siswa

Kultural Guru Besar • Iklim, suku, budaya• Nilai yang sangat

terstruktur - sistem yang terstruktur secara longgar

• Ideologi• Teori motivasi “ikatan”

• Memperjelas tujuan dan misi sekolah

• Mensosialisasikan anggota baru

• Menjelaskan SOP• Menentukan keunikan

sekolah

Page 70: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

58

Kepemimpinan Mengikat HasilSebelum kepala sekolah memilih teori untuk dipraktikkan, mereka perlu melihat rasionalitas yang ada di dunia nyata dan kemudian menemukan teori yang sesuai dengan rasionalitas tersebut. Jadi ada ikatan (bonding) dan jembatan (bridging) dengan dunia nyata.

Kepemimpinan Bonding dan Bridging berhasil karena:

• Mereka selaras dengan realita tentang bagaimana sekolah be­nar­benar bekerja, praktik mereka praktis.

• Mereka paling sesuai dengan teori rasionalitas manusia yang meningkatkan kecerdasan dan kinerja individu dan organisasi

• Mereka menanggapi kebutuhan psikologis dan spiritual tingkat tinggi yang mengarah pada kinerja dan kepuasan yang luar bi­asa.

• Kekuatan kepemimpinan dengan mengikat dan menjembatani adalah kemampuan untuk fokus pada membangkitkan kesa­daran akan tujuan sekolah.

Pentingnya Gaya KepemimpinanGaya kepemimpinan sangatlah penting dalam kepemimpinan se­kolah. Terdapat tiga jenis gaya kepemimpinan yang kerap ditemui (Pitcher, 1997).

• Pemimpin sebagai artist yang visioner, berorientasi pada orang, berpikiran terbuka, dan intuitif;

• Pemimpin sebagai craftsmen yang berempati dan pengembang efektif, yang memberdayakan orang lain dan terampil dalam menghasilkan yang terbaik dalam diri orang lain;

• Pemimpin sebagai technocraft yang meskipun sering kali cerdas

Page 71: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

59

namun cenderung menempatkan hiperasionalitas di atas emosi meskipun sangat teliti dan hebat dalam mengelola masalah.

Jika dicocokkan dengan benar ditambah peran dan tanggung jawab yang tepat, masing­masing dari ketiga jenis gaya kepemimpinan tersebut membawa kekuatan bagi organisasi mana pun. Penem­patan yang tidak cocok dapat membawa bencana.

Kepemimpian Berbasis IdeKetika perubahan komando telah berubah dari otoritas hierarkis menjadi otoritas moral, kepala sekolah menjadi administrator yang bekerja keras untuk membantu orang lain dengan komitmennya ter­hadap sekolah. Pengikut dan pemimpin bersama karena didorong oleh hal yang sama, nilai, ide dan komitmen. Kepala sekolah bukan­lah bos tetapi administrator.

Kepala sekolah bertanggung jawab untuk melayani kebutuhan se­kolah, sebagaimana ditentukan oleh nilai dan tujuan bersama dari perjanjian sekolah. Mereka melayani dengan memberikan kepem­impinan dengan cara mendorong satu sama lain untuk menjadi pemimpin dengan kemampuan mereka sendiri.

Budaya SekolahSemua sekolah memiliki budaya, tetapi sekolah yang sukses memili­ki budaya yang kuat dan fungsional yang selaras dengan visi sekolah berkualitas. Begitu terbentuk di sekolah, budaya yang kuat berperan sebagai hal yang mempengaruhi pemikiran dan perilaku yang kuat. Budaya yang terbentuk dibangun dan dijaga bersama dan menjadi milik bersama.

Namun, pembentukan budaya seperti itu tidak terjadi begitu saja,

Page 72: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

60

produk hasil negosiasi bersama anggota sekolah. Kepala sekolah ber ada dalam posisi yang menguntungkan untuk mempenga ruhi hasil perjuangan ini. Kepala sekolah dapat mendo rong semua ele­men warga sekolah dan stakeholder untuk membangun budaya baru di sekolah. Budaya ini harus diyakini dan dikembangkan oleh seluruh warga sekolah.

Sebuah Dasar tentang Budaya Sekolah

• Adopsi eksternal dan integrasi internalAdopsi eksternal terkait dengan visi misi, strategi, tujuan, dan bagaimana menerapkan kriteria dan strandar. Sementara integ­rasi internal berkaitan dengan upaya membangun komunikasi antar rekan kerja.

• Tingkat budayaHal yang dapat menjadi tolak ukur budaya sekolah yang baik adalah terlihat dari bagaimana anggota sekolah bersikap, bertu­tur kata dan menerapkan standar perilaku yang sama.

• Mengidentifikasi budaya sekolahMempelajari sejarah sekolah, termasuk masalah­masalah di masa lampau, dan bagaimana mereka mengalami transisi, dapat membantu merekonstruksi manajemen yang sesuai dengan per­masalahan sekolah.

Sisi Gelap Budaya SekolahSatuan pendidikan kita tak jarang terjebak pada kultur sekolah. Bu­daya sekolah cenderung merujuk pada aktivitas harian warga se­kolah, seperti pergi ke sekolah setiap pagi dan pulang setelah pada sore. Karena itu, banyak sekolah tidak memiliki budaya unggul.

Page 73: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

61

Budaya sekolah unggul akan menyentuh proses pembelajaran di se­kolah. Karena itu, yang harus hadir di sekolah bukan saja budaya sekolah tetapi juga budaya belajar. Budaya yang meliputi hal sub­stantif tidak hanya rutinitas harian tetapi juga kualitas pembelajaran.

Budaya sekolah juga harus kondusif yang menjamin keseluruhan kondisi fisik lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim sekolah se­cara produktif memberikan pengalaman baik bagi tumbuh kem­bangnya karakter peserta didik.

Pentingnya Oposisi yang SetiaDalam sistem demokrasi, peran oposisi sangat penting. Fungsinya bukan untuk menjatuhkan kekuasaan, tapi melalukan fungsi kontrol terhadap kebijakan penguasa. Oposisi juga berperan mencegah po­tensi penyalahgunaan kekuasaan.

Pun demikian dengan kepemimpinan di sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin membutuhkan hadirnya oposisi. Yakni warga sekolah (guru atau komite) yang menjalankan fungsi sebagai peng­awas untuk menjaga agar kepemimpinan kepala sekolah tidak otoriter dan berorientasi pada kualitas pembelajaran.

Oposisi setia di sekolah harus tetap berperan sebagai oposan yang bermoral, yang mengedepankan etika dan tata aturan yang berlaku. Bukan untuk saling menjatuhkan. Oposisi setia juga harus berada di garis paling depan untuk menjaga kepemimpinan kepala sekolah agar tidak keluar jalur dari visi dan misi yang disepakati bersama.

Oleh karena itu, oposisi di sekolah haruslah sosok yang berwibawa, berperan netral dan senantiasa menjaga agar kepemimpinan kepala sekolah berada dalam rel yang disepakati dan tidak masuk ke area yang tidak dikehendaki. n

Page 74: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

62

Konsepsi Ideal Kepala SMA

Definisi tradisional kepala sekolah pada awalnya berfokus pada proses dan fungsi administrasi yang harus ditekankan agar

sekolah dapat berjalan dengan baik. Kepala sekolah yang efektif bertanggung jawab atas perencanaan, pengorganisasian, kepemim­pinan, dan pengendalian sekolah. Namun dalam perkembanganya, fokus utama kepala sekolah adalah kualitas belajar siswa.

Kepemimpinan Langsung dan Tidak LangsungDalam meningkatkan kualitas belajar siswa, kepala sekolah memili­ki peran secara langsung dan tidak langsung. Peran langsung, kare­na keputusannya dapat langsung mempengaruhi program dan ak­tivitas di sekolah yang mengarah pada peningkatan kualitas belajar.

Akan tetapi, keputusan yang diambil kepala sekolah tersebut tidak dapat diukur secara langsung korelasinya dari prestasi siswa. Kare­na sangat ditentukan oleh kualitas pembelajaran yang dimotori para guru sebagai pelaksana program yang ditetapkan. Inilah mengapa peran kepala sekolah memberikan pengaruh tidak langsung.

Oleh karena itulah kepemimpinan instruksional kepala sekolah merupakan gabungan antara kepemimpinan langsung dan tidak langsung. Kepala sekolah harus benar­benar fokus pada hal­hal penting yang mengarah pada peningkatan kualitas belajar siswa, dan mengurangi berfokus pada hal­hal yang sifat nya kurang mendesak.

Ke depan hal­hal yang bersifat administratif terkait kepemimpinan kepala sekolah akan didukung oleh perkembangan teknologi keki­nian. Berbagai aplikasi komputer membantu tugas­tugas kepala se­

Page 75: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

63

kolah dalam melakukan pengelolaan administrasi dan pengukuran kinerja sekolah.

Dalam posisinya yang memiliki peran langsung dan tidak langsung, kepala sekolah membutuhkan kompetensi sosial yang kuat, teru­tama dalam hal mempengaruhi, menggerakkan, mengembangkan dan memberdayakan warga sekolah untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, yang berujung pada peningkatan prestasi siswa. Selain itu kepala sekolah juga harus memiliki keahlian khusus yang dapat dijabarkan dalam beberapa kategori.

Pada tahun 1997, National Association of Elementary School Principal (NAESP) menerbitkan dokumen Keahlian Sekolah Dasar dan Me­nengah untuk Kepala Sekolah, yang berisi daftar keahlian yang men­definisikan kepala sekolah dan daftar keahlian tersebut dikelompok­kan dalam delapan kategori. Kalau dicermati ke delapan kategori tersebut sangat relevan dengan kondisi yang berubah saat ini.

Kategori KeahlianDari delapan kategori keahlian kepala sekolah, terdapat tiga kate­gori. Yang sangat fundamental yakni perilaku kepemim pinan, ket­erampilan komunikasi, dan proses kelompok. Kategori ini bersifat mendasar bagi pimpinan sekolah.

Perilaku KepemimpinanKeterampilan memimpin seorang kepala sekolah ditandai dengan rasa memiliki kolegialitas tujuan bersama. Ini yang khas dibanding­kan dengan memimpin organisasi atau lembaga lain. Kepala sekolah

Page 76: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

64

tidak bertindak one man show dalam memimpin sekolah, karena yang berhimpun di sekolah adalah pekerja profesional. Rasa kebersamaan sebagai kolega ini diperlukan untuk membangun kolaborasi inter­nal sekolah, se suai prinsip dasar pendidikan. Kolaborasi inilah yang membawa pengaruh nyata terhadap satu kesatuan langkah sekolah dalam menguatkan kualitas belajar siswa.

Latihan kepemimpinan oleh kepala sekolah dilakukan dengan menunjukkan visi, moral, kreativitas dan pemikiran inovatif, serta memberikan kepemimpinan yang sesuai dalam komunitas sekolah berdasarkan kepercayaan dan nilai yang diyakini bersama.

Keterampilan KomunikasiKepala sekolah yang terampil dalam berkomunikasi dapat mengemukakan keyakinan secara persuasif, menjelaskan ide­ide kreativitasnya, keputusan yang diambilnya secara efektif, dan ber­perilaku dengan cara yang mencerminkan keyakinan dan keputus­an. Menulis dan berbicara dengan jelas dan ringkas, serta menyam­paikan opini secara ringkas dan membedakan antara fakta dan opini pada saat menyampaikannya. Kemampuan komunikasi ini akan sangat menentukan efektivitas pembelajaran.

Proses KelompokKepala sekolah yang terampil dalam mengelola kelompok atau ko­lega dapat mengarahkan orang lain untuk bekerja sama dalam me­mecahkan masalah dan mencapai tujuan sekolah. Untuk memfasi­litasi proses kelompok, kepala sekolah harus memahami dinamika kelompok dan menerapkan keterampilan proses kelompok yang efektif. Menetapkan kerangka kerja untuk tindakan kolaboratif dan menggunakan keterampilan membangun tim yang sesuai.

Page 77: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

65

DELAPAN KATEGORI KEAHLIAN KEPALA SEKOLAH

Keterampilan Kepemimpinan

Keterampilan Komunikasi

Proses Kelompok

Kurikulum dan Pembelajaran

Penilaian Manajemen Organisasi

Manajemen Fiskal

Manajemen Politik

Selain tiga jenis keterampilan yang harus dikuasai oleh kepala se­kolah, terdapat lima kategori keahlian lainnya yang juga menjadi syarat efektifnya manajemen sekolah.

Kurikulum dan PembelajaranKemampuan kepala sekolah dalam mengembangkan dan menerap­kan kurikulum dan pembelajaran harus lebih luas dari guru. Selain memahami kurikulum dan pembelajaran secara teknis, ia juga harus memahami kurikulum sebagai kebijakan pemerintah dan penguatan

Gambar 4.2. Kategori Keahlian Kepala Sekolah

Page 78: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

66

terhadap teman sejawat. Lagi pula, kurikulum dan pembelajaran merupakan aspek penting dalam peningkatkan kualitas belajar sis­wa yang menjadi fokus utama tugas kepala sekolah.

PenilaianPenilaian pendidikan merupakan faktor yang menjadi tolok ukur capaian hasil belajar. Kepala sekolah harus memahami prinsip dan teknis penilaian sesuai acuan penilaian yang berlaku, serta kesesuai­annya dengan target sekolah dan pemerintah.

Manajemen OrganisasiKeahlian kepala sekolah dalam manajemen organisasi sekolah yang meliputi aspek sumber daya manusia dan sarana prasarana sa ngat diperlukan untuk memastikan pengelolaan berjalan efektif dan efisien. Kepala sekolah harus mampu mengoptimalkan keterbatasan sumber daya yang ada agar proses pembelajaran berjalan efektif.

Manajemen FiskalPengelolaan keuangan merupakan darah bagi operasional sekolah. Kepala sekolah menjadi sentral dalam mengelola sumber dana dan pemanfaatannya. Dana sekolah bersumber dari pemerintah dan mas­yarakat dengan berbagai jenis dana yang dapat diakses. Kepala se­kolah harus memahami secara kreatif sumber dana dan teknis men­gakses dana tersebut. Sehingga sekolah memiliki banyak pe luang mendapatkan bantuan dana. Kepala sekolah juga harus memahami tata laksana keuangan secara optimal. Fokus pemanfaatan dana ada­lah untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Manajemen PolitikSekolah memiliki posisi dua sisi. Di satu sisi, sekolah negeri meru­

Page 79: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

67

pakan lembaga yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dan sekolah swasta lembaga yang diselenggarakan lembaga masyarakat. Di sisi lain, sekolah memiliki hak otonomi terkait dengan pengelo­laan proses pendidikan. Di era otonomi ini, pemerintah merupakan hasil proses politik. Oleh karena itu, sekolah, terutama ne geri mutlak untuk memahami konteks politik di daerah dan politik pendidikan. Kedua hal ini menjadi faktor penting dalam manajemen sekolah yang harus dikuasai kepala sekolah.

Paket Kompetensi Kepala SekolahSelain memiliki delapan keahlian kepala sekolah yang dibutuhkan di masa depan, terdapat empat paket kompetensi sosial yang dibu­tuhkan dari diri pribadi sosok kepala sekolah.

MemengaruhiSosok kepala sekolah harus mampu menunjukkan kemampuan untuk memengaruhi warga sekolah untuk bersama­sama me­ningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah harus meyakinkan waga sekolah dengan ide­ide kreatif, inovatif, realistis, dan berorientasi pada kualitas. Warga sekolah harus dapat menjadi pengikut dan pendukung terhadap ide inovatif dan berbagai tero­bosan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Terobosan­terobosan inovatif yang mampu menyelesaikan masalah di sekolah merupakan langkah untuk bisa memengaruhi seluruh warga sekolah berkontribusi positif dalam peningkatan kualitas belajar. Dengan cara ini, upaya peningkatan kualitas belajar dapat didorong oleh energi yang ada di dalam diri semua elemen sekolah, bukan karena tekanan atau iming­iming reward and punishment dari luar.

Page 80: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

68

MenggerakkanSebagai manajer, kepala sekolah harus mampu berpikir strategis, menganalisis masalah, cepat mengambil keputusan pada kon­disi­kondisi situasional sekaligus membangkitkan semangat dan menggerakkan para guru, staf, dan warga sekolah lainnya. Gagasan dan rencana yang sudah disusun harus bisa diaktualisasikan dengan aksi nyata oleh seluruh warga sekolah. Kepala sekolah harus mam­pu memastikan semua bergerak ke tujuan yang sama sesuai rencana yang dibuat.

Semua rencana dimulai dan terus digerakkan menuju tujuan yang ditetapkan. Dibutuhkan konsistensi langkah dan upaya, bahkan hingga ke tataran teknis dan detail harus konsisten menuju arah yang ingin dituju.

Mengembangkan Kepala sekolah hendaknya mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif, penuh kebersamaan, dan semangat gotong­royong. Ia ha­rus mampu memberikan kesempatan seluas­luasnya kepada staf/bawahan untuk menyampaikan ide/gagasan, kritik, saran, mem­fasilitasi dan bahkan memberikan ruang untuk mengembangkan kompetensinya.

Segala langkah yang dilakukan harus dipastikan terus berkembang ke tataran lebih luas dan meliputi seluruh elemen sekolah. Teknik pengembangan dilakukan seperti membuat adonan, yang dimulai dari kecil yang kemudian makin besar, atau menggelinding bak bola salju.

MemberdayakanKepala sekolah harus mampu mengoptimalkan pemanfaatan dan

Page 81: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

69

PAKET KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH

Memengaruhi

Menggerakkan

Memberdayakan

Mengembangkan

Gambar 4.3. Paket Kompetensi Kepala Sekolah

pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan or­ganisasi. Optimalisasi disertai dengan memberi kesempatan kepada guru, tenaga kependidikan dan warga sekolah untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan kreativitasnya.

Pada prinsipnya setiap orang memiliki kemampuan untuk menye­lesaikan persoalan yang berbeda­beda. Kepala sekolah harus dapat melihat peluang tersebut. Cara dan langkah masing­masing boleh berbeda akan tetapi arah yang dituju tetap sama. Dengan cara de­mikian setiap persoalan dapat tertangani dengan cepat oleh banyak orang dengan mengandalkan kreativitasnya sendiri.

Page 82: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

70

Peran Strategis Kepala Sekolah

Peran kepemimpinan di sekolah, merupakan kepemimpinan in­struksional. Hal ini berarti, kepemimpinan kepala sekolah fokus

untuk membangun kualitas belajar yang makin baik. Peran kepem­impinan instruksional ini ke depan akan semakin pen ting sebagai prasyarat peningkatan kualitas belajar siswa.

Kepala sekolah yang kuat berfungsi sebagai pemimpin yang dina­mis yang membawa suasana untuk membangun inisiatif, toleran terhadap ambiguitas, memiliki selera humor, serta dapat mening­katkan kemampuan analitis dan sikap praktis terhadap kehidupan. Di sinilah peran strategis kepala sekolah ke depan akan menyentuh hal­hal yang bersifat harkat kemanusiaan sejalan dengan “conceptual era” yang kemukakan Pink (2002).

Peran Strategis Kepala Sekolah ke DepanPeran strategis kepala sekolah ke depan bukan bermakna meng­hilangkah peran tradisional. Namun di masa depan, peran baru le­bih pada penekanan yang lebih besar pada hal­hal yang selama ini belum menjadi perhatian. Peran baru ini lebih fokus pada bagaima­na kepala sekolah memengaruhi cara interaksi dengan guru dalam melakukan proses pembelajaran. Keempat peran tersebut adalah:

Menyediakan ResourceKepala sekolah perlu berperan lebih aktif dalam mengadakan pro­gram­program pengembangan guru. Tidak menunggu program se­jenis dari pemerintah atau dari luar lainnya.

Peran untuk menyediakan berbagai jenis sumber daya menjadi tu­

Page 83: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

71

gas kepala sekolah karena dia yang paling tahu resource apa yang dibutuhkan gurunya.

Sumber Daya InstruksionalMelakukan evaluasi terhadap teknik­teknik pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta membantu para guru untuk menginter­pretasi capaian kompetensi peserta didik. Dengan demikian setiap kegiatan pembelajaran dapat dievaluasi efektivitasnya.

Kepala sekolah senantiasa memastikan proses pembelajaran meng­arah pada capaian kompetensi yang ditentukan. Bersama guru, ia terus meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah membu­ka akses yang memadai bagi guru dalam penguatan konten pembe­lajaran, metode pembelajaran, teknik penilaian, dan berbagai sum­ber dan bahan belajar yang dibutuhkan.

Penghubung (Communicator)Kepala sekolah memiliki peran sebagai penghubung dalam pe­nguatan proses pembelajaran. Memimpin jalannya diskusi, men­jelaskan kriteria penilaian performa guru dan staf dengan jelas, serta memberi feedback tentang proses pembelajaran. Setiap persoalan yang dihadapi segera dicari jalan keluarnya. Kepala sekolah mengambil peran penting dalam mencari solusi dalam berbagai persoalan.

Dengan demikian upgrading terhadap kualitas belajar siswa terus dilakukan setiap saat, tanpa menunggu persoalan makin terakumu­lasi menjadi kompleks. Sebagai komunikator, peran kepala sekolah menjadi sangat strategis dan menentukan.

Page 84: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

72

Menyediakan Resources

Sumberdaya Instruksional

PenghubungHadir dalam Proses

KehadiranKepala sekolah memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran se­cara langsung dengan cara selalu hadir dalam membangun suasa­na belajar dan melakukan proses belajar melalui aktivitas observasi kelas yang secara periodik dilakukan.

Di sini peran kepala sekolah sebagai pihak netral dalam melihat efek tivitas pembelajaran. Dia menerima informasi dari guru dan sis­wa tertang kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Kepala sekolah dapat melihat efektivitas pembelajaran secara lebih objektif.

Keempat peran kepala sekolah ini terkait langsung dengan proses pembelajaran yang diharapkan memberi dampak pada hasil pem­belajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki peran kepemim­pinan langsung terhadap peningkatan kualitas pembelajaran.

Gambar 4.4. Peran Baru Kepala Sekolah

Page 85: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

73

Kepemimpinan InstruksionalDari keempat peran tersebut, ke depan, kepala sekolah harus men­jadi pemimpin instruksional yang fokus pada peningkatan kualitas belajar siswa. Terdapat enam hal penting terkait kepemimpinan in­struksional yang perlu menjadi perhatian:

1. Praktik pembelajaran yang efektif dan iklim sekolah kolaboratif mengarah pada peningkatan pembelajaran siswa;

2. Meningkatkan aktivitas siswa dan mendorong pengembangan profesional;

3. Investasi dalam pengembangan tenaga profesional dan kualitas sumber daya manusia untuk me ningkatkan kualitas pembelaja­ran;

4. Kepemimpinan kolegial yang kompak dan padu mendukung peningkatan kualitas pembelajaran;

5. Penggunaan sumber daya yang tersedia sesuai konteks untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran dengan lebih baik;

6. Sekolah bermitra dengan keluarga untuk mendukung pembela­jaran siswa.

Keenam hal inilah yang menjadi ciri kepemimpinan instruksion­al. Namun, untuk menjadi pemimpin instruksional yang sukses tidak dapat ditempuh begitu saja. Perlu hadirnya pengawas untuk memastikan kepemimpinan berada pada relnya. Pengawas di sini memiliki fokus pada kepemimpinan instruksional, bukan melaku­kan administratif melainkan fokus pada kualitas belajar.

Page 86: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

74

Pengawas Kepemimpinan InstruksionalPosisi pengawas mengambil bagian langsung dalam membangun kapasitas guru dan kepala sekolah dengan mengembangkan sistem monitoring untuk memastikan bahwa kepala sekolah benar­benar berkomitmen pada kepemimpinan instruksional. Di sinilah peran pengawas bukan lagi pada hal­hal yang bersifat teknis administra­tif, melainkan pada upaya untuk menguatkan komitmen kepala se­kolah dan guru terhadap peningkatan kualitas belajar.

Pengawas di sini tidak dalam pengertian struktur dalam organisasi semata, melainkan lebih sebagai fungsi kepengawasan. Justru ke­pengawasan yang bersifat struktural kerap kali terjebak dalam for­malistik yang hanya fokus pada administratif semata.

Peran kepengawasan dapat dilakukan oleh siapa saja yang sesuai dengan kapasitasnya dan disepakati oleh unsur sekolah. Dapat be­rasal dari pengawas dalam posisi struktural ­­tapi dengan orientasi baru­­ atau pengawas dari unsur profesional yang diminta oleh se­kolah.

Peran baru pengawas ini menambah ukuran tekanan bagi kepala sekolah untuk menunjukkan kemajuan, meningkatkan penekanan mereka pada kepemimpinan instruksional. Apabila pengawas ha­nya fokus pada hal­hal teknis administratif, maka hal itu mengham­bat peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas belajar.

Pengawas dapat mendorong sepuluh ciri kepemimpinan efektif un­tuk melihat sampai sejauh mana peran kepemimpinan instruksional dalam diri kepala sekolah. Kesepuluh ciri ini lebih fokus pada pe­ningkatan kualitas belajar. Secara lebih rinci dapat dilihat pada boks berikut.

Page 87: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

75

CIRI KEPEMIMPINAN EFEKTIF

1. Menunjukkan komitmen dalam mengambil tanggung jawab atas keefektifan sistem manajemen mutu.

2. Memastikan sistem manajemen mutu telah memiliki kebi-jakan dan sasaran yang selaras dengan konteks organisa-si dan arah strategis organisasi.

3. Memastikan persyaratan sistem manajemen mutu ke dalam proses bisnis yang ada dalam organisasi.

4. Mempromosikan kepedulian terhadap pendekatan pros-es dan pemikiran berbasis risiko.

5. Memastikan ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sistem manajemen mutu yang diren-canakan.

6. Mengkomunikasikan pentingnya manajemen mutu yang efektif dan kesesuaiannya terhadap persyaratan sistem manajemen mutu.

7. Memastikan sistem manajemen mutu mencapai hasil yang direncanakan.

8. Melibatkan, mengarahkan dan mendukung organ or-ganisasi (para guru) untuk berkontribusi pada keefektifan sistem manajemen mutu.

9. Mempromosikan peningkatan sebagai ujung dari pe—ningkatan kualitas.

10. Mendukung pemimpin-pemimpin lain untuk memperli-hatkan peran dan unjuk kerja yang berkualitas.

Page 88: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

76

Aktivitas Rutin Kepala Sekolah

Sebagai pemimpin instruksional, aktivitas rutin kepala sekolah cukup padat. Meski dibantu oleh tim manajemen sekolah lain­

nya, ia tetap harus terjun secara langsung untuk memastikan proses belajar berjalan sesuai rencana.

Bagaimanapun juga, kualitas hasil belajar akan sangat bergantung pada apakah prosesnya berjalan mengarah pada hasil yang diten­tukan atau tidak. Penyimpangan dalam proses belajar tidak me­ningkatkan kompetensi siswa sesuai yang diharapkan bahkan justru akan menyebabkan hasil belajar tidak tercapai.

Penyimpangan dalam proses belajar kerap terjadi manakala para guru hanya berorientasi pada “pelaksana tugas” semata. Ketika me­laksanakan tugas, mereka menganggap tugasnya selesai. Padahal, tugas guru yang utama adalah meningkatkan kompetensi siswa, bukan hanya melaksanakan tugas dalam waktu tertentu. Di sinilah aktivitas rutin kepala sekolah mutlak dilakukan secara terstruktur untuk mendapatkan informasi langsung terkait efektivitas proses belajar.

Aktivitas rutin tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

• Kepala sekolah dapat menganalisis data antar kelas, yang dike­lompokkan berdasarkan status sosial ekonomi, ras, etnis, dan kelompok bahasa. Langkah ini penting untuk mengetahui ka­rakteristik siswa dan hasil belajarnya.

• Membantu guru dalam menganalisis hasil pekerjaan siswa de­ngan mengacu pada kriteria sebagai indikator ketercapaian kompetensi yang menjadi dasar.

Page 89: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

77

• Bersama komite sekolah menentukan konten pembelajaran dan pemanfaatan sumber belajar kontekstual yang dibutuhkan un­tuk peningkatan kualitas belajar siswa;

• Mengunjungi kelas setiap hari untuk mengamati pembelajaran sebagai dukungan kuat kepala sekolah terhadap proses pem­belajaran yang dilakukan. Juga menguatkan rasa percaya diri guru, juga untuk meyakinkan siswa tentang kesungguhan se­kolah dalam membuat siswa mencapai kompetensi. Di samping itu, juga untuk menunjukkan keha diran pihak netral dalam me­lihat efektivitas pembelajaran.

• Mengadakan program pengembangan profesional guru ber­dasarkan kebutuhan para guru. Datanya diambil dari hasil observasi kelas yang dilakukan, data hasil belajar siswa, dan karakteristik program pembelajaran yang digunakan. Proses pengembangan profesional dilakukan melalui kegiatan kola­borasi internal sekolah dengan mengoptimalkan peran “Pusat Kolaborasi” sebagai unit pengendali kolaborasi di sekolah.

• Mengadakan kegiatan pengembangan profesional dengan exter-nal support/mentor untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah perlu menyesuaikan peningkatan kompetensi apa yang dibutuhkan guru.

Aktivitas rutin kepala sekolah ini dapat memberi warna baru bagi kepemimpinan instruksional yang sangat dibutuhkan untuk pe­ningkatan kualitas belajar siswa. Kehadiran sosok pemimpin yang juga guru, dapat menguatkan semangat belajar dan peningkatkan kualitas pembelajaran.

Page 90: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

78

Page 91: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

79

Bagian 5

Perubahan MenujuKepemimpinan Instruksional

Page 92: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

80

Landasan Perubahan

Kepemimpinan instruksional akan senantiasa berfokus pada pe­ningkatan kualitas belajar siswa. Hal ini memberi harapan ke­

terlaksanaan proses pembelajaran yang relevan dengan tujuan, dan selalu melakukan perbaikan secara kontinu. Oleh karena itu, kepala sekolah, selalu melakukan pengembangan kompetensi para guru melalui pelatihan terfokus, pengembangan profesional dan pemba­haruan­pembaharuan untuk mencapai hasil optimal.

Keikutsertaan guru dalam sebuah kegiatan pelatihan belum tentu bermakna, manakala program pelatihan tidak relevan dan tidak se­suai dengan konteks sekolah. Oleh karena itu, pelatihan saja tida­klah cukup. Yang terpenting adalah pengembangan profesional dan pembaruan­pembaruan yang sesuai. Inilah langkah awal dari sebuah perubahan menuju kepemimpinan instruksional.

Pelatihan dan Pengembangan ProfesionalPelatihan selama ini telah banyak dilakukan, bahkan secara berjen­jang di tingkat kabupaten/kota, provinsi, bahkan nasional. Belum lagi inhouse training di masing­masing sekolah. Akan tetapi seusai pelatihan, peserta hanya mendapat tanda bukti mengikuti pelatihan dan sedikit pengetahuan. Adapun mengenai penerapan hasil pela­tihan dalam kegiatan pembelajaran di kelas masing­masing belum diketahui secara pasti.

Kenyataan inilah yang mendorong, inovasi dalam berbagai upaya penguatan kompetensi guru untuk meningkatkan kualitas belajar. Pelatihan­pelatihan tradisional yang dilakukan dan menghabiskan banyak dana, perlu menjadi perhatian dengan melahirkan inova­

Page 93: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

81

si­inovasi baru yang dapat memberi harapan baru yang lebih nya­ta. Inovasi dalam penguatan kompetensi guru menjadi bagian yang menyatu dengan proses pendidikan di berbagai belahan dunia lain.

Sebelum melakukan inovasi dalam penguatan guru, perlu dipahami perbedaan antara pelatihan, pengembangan profesional dan pemba­haruannya. Tabel berikut menyajikan perbedaannya:

Tabel 5.1. Model Latihan, Profesional dan Pembaruannya

Model Latihan Profesional Pembaruan

Asumsi • Pengetahuan berdiri di atas guru

• Pengetahuan sangat penting, ia memberi tahu guru apa yang harus dilakukan

• Mengajar adalah pekerjaan, guru adalah teknisi

• Penguasaan keterampilan itu penting

• Guru berdiri di atas pengetahuan

• Pengetahuan bersifat konseptual, ia mengin-formasikan keputusan

• Mengajar adalah sebuah profesi dan guru adalah ahli

• Pengembangan keahl-ian itu penting

• Pengetahuan adalah gurunya

• Pengetahuan bersifat priba-di, menghubungkan guru dengan diri mereka sendiri dan orang lain

• Mengajar adalah panggilan, guru adalah pelayan

• Pengembangan diri pribadi dan profesional penting

Peran • Guru adalah konsu-men pengetahuan

• Kepala sekolah adalah ahli

• Guru adalah pemban-gun pengetahuan

• Kepala sekolah adalah rekan kerja

• Guru adalah penginternalis-asi pengetahuan

• Kepala sekolah adalah seorang teman

Praktik • Penekanan kompe-tensi teknis

• Bangun keterampi-lan individu guru: melalui pelatihan.

• Penekanan kompeten-si klinis

• Bangun komunitas profesional: melalui pemecahan masalah, penyelidikan, dan penelitian.

• Penekanan kompetensi pribadi dan kritis

• Bangun komunitas yang peduli: melalui refleksi, evaluasi ulang.

Page 94: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

82

Keahlian profesional dalam mengajar, mengharuskan guru melaku­kan lebih dari sekadar menguasai dan menerapkan serangkaian hal yang dinyatakan sebagai daftar keterampilan. Melainkan juga harus memahami filosofi pendidikan secara mendasar dan berbagai teori untuk men­delivery konten pembelajaran.

Pendekatan pengembangan profesional menekankan pada penye­diaan lingkungan bagi guru yang sarat dengan bahan ajar, media, buku, dan perangkat. Dengan dorongan dan dukungan, guru berin­teraksi dengan lingkungan ini dan satu sama lain melalui eksplorasi dan penemuan.

Enam prinsip yang dapat menjadi pedoman bagi desain pengemban­gan profesional menurut Judith Warren Little (1993) sebagai berikut:

1. Pengembangan profesional bermakna intelektual, sosial, dan keterlibatan emosional dengan ide, dengan materi, dan dengan perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar pengajaran.

2. Pengembangan profesional memperhitungkan secara eksplisit konteks pengajaran dan pengalaman guru. Kelompok belajar terfokus, kolaboratif guru, kemitraan jangka panjang, dan model serupa dari pengembangan profesional untuk guru sebagai sara­na untuk menemukan ide­ide baru.

3. Pengembangan profesional menoleransi dan mendukung perbe­daan pendapat.

4. Pengembangan profesional menilai praktik pembelajaran dike­las dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya sebuah sekolah untuk menunjang siswa untuk bekerja di masa depan.

5. Pengembangan profesional mempersiapkan guru (serta siswa

Page 95: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

83

dan orang tua mereka) untuk menggunakan berbagai teknik dan perspektif dalam meneliti sesuatu.

6. Tata kelola pengembangan profesional memastikan pengenda­lian birokrasi dan keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan institusi.

Pelatihan dan pengembangan profesional bukanlah dua kutub pe­nguatan kompetensi guru yang dipertentangkan. Keduanya meru­pakan alternatif cara yang bisa saling mengisi. Untuk implementasi di sekolah, perlu upaya pembaruan model yang lebih sesuai dan rele van untuk tiap sekolah yang berangkat dari model yang ada.

Pembaruan ModelPola pelatihan ataupun pola pengembangan professional, keduanya memberi jalan untuk pembaruan. Pembaruan tidak didorong oleh masalah­masalah profesional melainkan oleh komitmen seorang guru untuk mengajar sebagai sebuah panggilan jiwanya. Pembaruan perlu dilakukan berulang­ulang, direvisi, dilaksanakan, dipertahan­kan dan dievaluasi secara rutin.

Tantangan yang dihadapi dalam pembaruan model adalah bagaima­na membuat penyadaran dalam diri guru bahwa menjadi seorang guru ini adalah sebuah panggilan. Ini yang harus dikuatkan. Tan­pa kesadaran yang tinggi sebagai guru, maka langkah pembaruan apapun yang dilakukan tidak akan dapat berjalan optimal karena pembaruan membutuhkan aktivitas yang terus menerus secara kon­sisten.

Pembaruan model perlu dilakukan dengan penekanan yang berbe­da dengan pelatihan dan pengembangan profesional. Perbedaan penekanan antara pola pelatihan, pengembangan profesional dan

Page 96: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

84

pola pembaruannya dapat dilihat pada gambar berikut.

Dalam pola pengemban-

gan profesional, penekanannya

adalah pada mem-bangun komunitas profesional dengan

membantu para guru menjadi pe-

mecah masalah dan peneliti dari praktik

mereka sendiri

Dalam pola pem-baruan, peneka-nannya adalah

pada membangun komunitas yang peduli dengan

mendorong para guru untuk beref-leksi dan terlibat

dalam komunitas.

Pola PelatihanPola Pengem-bangan Profe-

sional

Pola Pembaruan

Dalam pola pela-tihan, penekanan-nya adalah pada pengembangan

keterampilan mengajar setiap individu dengan merencanakan

dan menyampai-kan instruksi

Gambar 5.1. Pola Pembaruan dibandingkan dengan pelatihan dan pengembangan profesional

Perkembangan dan Jenis Kompetensi GuruTerkait dengan peningkatan kualitas belajar siswa terdapat empat jenis kompetensi guru, yakni kompetensi teknis, klinis, pribadi, dan kritis. Masing­masing memiliki fokus yang berbeda khususnya da­lam dua hal penting, yakni konsep guru dan fokus pengawasan. Kompetensi teknis yang dimiliki seorang guru adalah pisau yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan di kelas. Kemampuan

Page 97: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

85

untuk menyelesaikan persoalan unik di kelas inilah sebagai kom­petensi klinis. Secara utuh guru harus memiliki kompetensi pribadi yang kuat dan mampu meluaskan kemampuannya ke pihak lain.

Tabel 5.2. jenis kompetensi guru dalam peningkatan kualitas belajar

Jenis kompetensi guru

Kompetensi teknis Kompetensi klinis Kompetensi pribadi

Kompetensi kritis

Konsep guru

Menentukan apa yang harus dipela-jari dan diberikan kepada siswa, dan membuat kriteria yang sesuai dan terukur

Menyelesaikan masalah secara instruksional; mengambil Tindakan reflektif; kritis

Dapat menga-ktualisasi diri secara efektif

Rasional; mandiri; agen perubahan

Fokus peng-awasan

Menguasai metode pengajaran: skill khusus (bagaima-na membuat pertanyaan yang berkualitas, men-erapkan strategi pengajaran, memi-lih dan menyusun kurikulum)

Mengambil keputusan yang reflektif dan menyelesaikan masalah praktis (Contoh: bagaima-na mengambil sikap terhadap anak yang memi-liki kebiasaan buruk)

Meningkatkan kesadaran diri, dan kemampuan berkomunitas, mengembang-kan gaya penga-jaran personal.

Pengambilan keputusan yang reflektif agar lebih rasional, mengkri-tik stereotip dan kurikulum yang tidak jelas.

Merefleksikan Hasil PengawasanKepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengawasi pro­ses pembelajaran. Kegiatan pengawasan bukan untuk menghakimi baik buruk dan memberi konsekuensi. Pengawasan bertujuan untuk membantu guru meningkatkan praktik mereka dan meminta per­tanggungjawaban mereka untuk memenuhi komitmen mereka pada pengajaran dan pembelajaran.

Langkah pertama dalam membangun program pengawasan yang efektif dan bermakna adalah kemauan kepala sekolah dan guru un­

Page 98: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

86

tuk menghadapi dan menerima beberapa komentar evaluasi. Lang­kah selanjutnya adalah menangani setiap hal yang dianggap negatif yang diketahui dari hasil pengawasan. Kerap kali hasil pengawasan didominasi oleh pemahaman dan kontrol kepala sekolah. Hal ini ha­rus disadari bahwa pengawasan harus didiskusikan terlebih dahulu dengan guru dan siswa untuk memahami efektivitas pembelajaran sesuai dengan strategi yang ditetapkan guru.

Supervisi dan EvaluasiSupervisi dan Evaluasi sering didefi nisikan secara sempit sebagai proses untuk menghitung sejauh mana guru mengukur hingga stan­dar yang sudah ada sebelumnya. Padahal dalam penyelenggaraan pendidikan, supervisi dan evaluasi memiliki tujuan yang sangat fokus pada peningkatan kualitas belajar siswa. Terdapat tiga aspek yang menjadi tujuan supervisi dan evaluasi yang dilakukan di se­kolah, di antaranya:

1. Kontrol kualitas

Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memantau proses pembelajaran di sekolahnya sendiri dan secara teratur mengun­jungi ruang kelas, berkeliling sekolah, dan mengunjungi siswa untuk mendapat data primer terhadap proses pembelajaran di sekolah. langkah kecil ini sangat efektif untuk memastikan bah­wa proses pembelajaran berjalan sesuai tujuan dan terkontrol sampai hal yang sangat detail.

2. Pengembangan profesional

Kepala sekolah bertanggung jawab untuk membantu guru, tumbuh, dan berkembang dalam pemahaman mereka tentang pengajaran dan kehidupan kelas. Setiap guru, harus secara peri­

Page 99: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

87

odik melakukan peningkatan kualitas diri. Kepala sekolah perlu menyediakan resource yang cukup serta wahana pengembangan wawasan guru dalam mengembangkan dirinya.

3. Motivasi guru

Kepala sekolah bertanggung jawab untuk membangun dan me­melihara motivasi dan komitmen guru untuk melakukan pros­es pembelajaran. Motivasi harus dijaga untuk memastikan spirit pendidikan di sekolah tetap berjalan secara konsisten.

Tujuan yang berbeda memiliki standar yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 5.3. Perbedaan Kontrol Kualitas dan Peningkatan Profesional

Komponen Kontrol kualitas Peningkatan profesional

Tujuan • Memastikan bahwa guru memenuhi tingkat kinerja yang dapat diterima

• Meningkatkan pemahaman tentang mengajar dan meningkatkan praktik

Standar • Prosesnya formal dan terdokumen-tasi

• Kriteria eksplisit, standar, dan seragam untuk semua guru

• Kriteria secara hukum dapat diperta-hankan sebagai inti dari kompetensi mengajar dasar

• Penekanannya adalah pada pemenuhan persyaratan minimum yang dapat diterima

• Evaluasi oleh administrator dan pejabat lain yang ditunjuk.

• Prosesnya informal• Kriteria disesuaikan dengan kebu-

tuhan dan kapasitas masing-masing guru

• Kriteria dianggap sesuai dan berguna bagi guru

• Penekanannya adalah membantu para pembuat solusi mencapai tujuan pengembangan profesional yang disepakati

• Evaluasi diri, evaluasi kolegial, dan informasi evaluasi untuk siswa, paling banyak dihitung.

Hasil • Melindungi siswa dari pengajaran yang tidak kompeten

• Menumbuhkan pengajaran dan sekolah yang berkualitas bagi siswa dan masyarakat

Page 100: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

88

Sistem pengawasan dan evaluasi yang komprehensif berkaitan de­ngan keempat bidang kompetensi pengembangan profesional: (1) pengetahuan tentang pengajaran, (2) kemampuan untuk menun­jukkan pengetahuan ini dengan pengajaran aktual di bawah penga­matan, (3) kemauan untuk mempertahankan kemampuan secara terus menerus, dan (4) menunjukkan komitmen untuk pertumbuhan profesional yang berkelanjutan.

Perkembangan Guru Vs Kekuatan SekolahUntuk pembelajaran yang efektif, pengembangan guru harus menjadi prioritas utama. Misalnya, guru dengan kualifikasi tinggi (berdasarkan pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman) da pat me nangani berbagai variasi siswa. Sementara guru yang belum memiliki jam terbang yang cukup dapat menangani siswa dengan lingkup yang kecil terlebih dahulu. Secara periode semua guru duduk bersama membincangkan tentang perkembangan siswa yang mereka tangani masing­masing.

Dalam membuat lingkungan kerja yang kondusif untuk proses pem­belajaran, guru harus tampil sebagai sosok yang memiliki karakter­istik berikut:

• Membangun keterlibatan yang erat dengan siswa dan pekerjaan mereka;

• Menunjukkan tanggung jawab bersama dalam mendorong ke­majuan belajar siswa;

• Mengorganisasi waktu dengan baik;

• Menjalin komunikasi dengan rekan kerja lain di dalam dan di luar sekolah;

Page 101: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

89

• Memberikan feedback yang terfokus dan tepat waktu, dan

• Saling menghargai guru sebagai bagian dari komunitas profe­sional.

Dengan demikian, hal pertama yang dilakukan oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran adalah memastikan lingkungan kerja mereka kondusif dan nyaman bagi semua warga sekolah. Hal inilah yang menjadi kekuatan sekolah yang sesungguhnya.

Membantu Guru Mencapai TujuanSemua perubahan yang dilakukan terfokus pada upaya peningkatan kualitas beajar siswa. Oleh karena itu, semua prinsip pembelajaran harus menjadi landasan dalam melakukan proses perubahan, dan proses perubahan harus disupervisi secara efektif. Tujuan akhir su­pervisi adakah membantu guru mencapai tujuan pembelajaran.

Kunci dari supervisi yang efektif adalah para kepala sekolah ber­tanggung jawab untuk memastikan proses perubahan berjalan baik. Di antaranya dengan cara:

• memberi imbalan saat guru mencapai pencapain tertentu,

• memperjelas jalan guru untuk mencapai pencapaian tertentu,

• membantu mengurangi hambatan, dan

• meningkatkan kesempatan untuk terus belajar.

Memperjelas jalan dimaksudkan bahwa menetapkan tujuan/inti yang jelas, serta dapat dipahami guru. Situasi yang ambigu, tidak terstruktur, tidak konsisten, dan ekspektasi yang tidak jelas dapat menjadi sumber frustrasi dan ketidakpuasan bagi guru. Hal demiki­an pada gilirannya menyebabkan pembelajaran tidak efektif.n

Page 102: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

90

Langkah Perubahan

Kepemimpinan kepala sekolah harus berubah. Perubahan tidak bisa ditunda. Selain karena zaman yang berubah, arah kebija­

kan pemerintah juga mendorong perubahan yang harus dilakukan.Apabila perubahan ditunda akan semakin jauh gap­nya antara hara­pan dan kenyataan.

Namun, perubahan adalah hal yang tidak mudah dilakukan. De­mikian pula dalam kepemimpinan di sekolah. Bahasan berikut mengupas hal terkait upaya bagaimana mengubah pandangan dan langkah untuk menghadirkan kepemimpinan instruksional sekolah yang kuat.

Lebih dari Adopsi dan ImplementasiSekolah sering mengadopsi inovasi yang tidak diimplementasikan atau, jika diimplementasikan, inovasi dibentuk sedemikian rupa sehingga perubahan hampir tidak terlihat. Kadang­kadang, peruba­han memiliki konsekuensi tak terduga yang, jika dipaksakan pada sistem, membuat segalanya lebih buruk daripada sebelumnya. Ser­ing lagi, perubahan yang diperkenalkan saling bertentangan. Bahkan implementasi yang berhasil dari perubahan di sekolah tidak cukup.

Pembaruan sekolah menuntut pelaksanaan perubahan terjadi se­cara berkelanjutan dari waktu ke waktu, sehingga haruslah menjadi sebuah hal yang perlu ‘terlembagakan’. Melembagakan artinya pe­rubahan itu “tertanam” dalam kehidupan sekolah, menjadikannya perubahan rutinitas, menjadi bagian dari kehidupan sehari­hari se­kolah. Perubahan yang membutuhkan pengaturan struktural baru menjadi dilembagakan ketika sistem disesuaikan untuk mencermin­

Page 103: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

91

Gambar 5.2. Unit yang saling berkaitan dalam perubahan

BUDAYA

SEKOLAH

IKLI

M

INDIVIDUAL

Supervisi dan

Pengembangan

stafSistem Politik

Peneri­maan

komunitas

Langkah adminis­

tratif

Sistem re-ward yang kongruen

Keter­sediaan

anggaran

Peruba­

han Target

Peneri­maan oleh pimpinan sekolah

komitmen secara ad­ministratif

Peneri­maan oleh para guru

Kurikulum

dan bahan ajar

Peruba­han

protokol

Alur

Ker

ja

Perubahan target pem­

belajaranInteraksi antar unit dalam perubahan:• Individu• Sekolah• Alur Kerja • Sistem politik

Page 104: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

92

kan pola ini. Dengan demikian, perubahan sekolah membutuhkan adopsi, implementasi, dan pelembagaan.

Pandangan Umum terhadap PerubahanSecara umum orang menganggap perubahan adalah dampak ke­gagalan. Jika berhasil mengapa harus diubah. Hal demikian tidak berlaku dalam proses pendidikan, karena perubahan merupakan penyesuaian yang mutlak dilakukan.

Kegagalan dalam proses pendidikan terutama karena kurang opti­malnya manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. Upaya per­baikan sekolah juga cenderung tidak berhasil karena menempatkan “semua telur mereka dalam satu keranjang” dengan menggunakan hanya satu cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu proses perubahan harus dilakukan dari semua lini.

Banyak ahli menjelaskan hal­hal yang harus diperhatikan dalam proses perubahan, seperti memberikan dukungan yang diperlukan, memenuhi kebutuhan individu, memberikan perhatian utama pada program dan struktur perilaku guru. Tidak hanya fokus pada satu aspek, ketika seseorang menyatukan masing­masing perhatian ini, akan terbentuk sistem yang memberikan pandangan yang dinamis, integratif, dan kuat tentang perubahan sekolah, alur kerja pengaja­ran, atau konteks administratif yang lebih luas.

Keempat tingkatan yang memengaruhi perubahan, yakni individu, sekolah, alur kerja dan konteks administratif, serta kebijakan (sis­tem politik) merupakan unit yang saling berkaitan dalam peruba­han, dan membutuhkan perhatian kepala sekolah demi perbaikan sekolah. Perubahan yang efektif tidak bisa hanya top down atau bot-tom up. Namun yang paling kunci untuk membawa gelora dalam

Page 105: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

93

perubahan adalah individu dan alur kerja yang membawa sekolah berubah.

Mengatasi Keberatan untuk BerubahSetiap perubahan selalu menimbulkan resistensi. Bahkan perubahan yang jelas­jelas menuju perbaikan. Resisten pada perubahan terjadi karena banyak hal. Di antaranya karena kenyamanan di zona yang ada atau karena kebutuhan kerja dasar seseorang terancam.

Meskipun setiap individu berbeda, tetapi terdapat empat kebutuhan dasar universal, yakni:

• Kebutuhan akan ekspektasi yang jelas.

Apa yang menajdi ekspektasi seseorang menjadi guru dan be­kerja di sekolah. Setiap orang memiliki ekspektasi masing­mas­ing yang harus diketahui dan dipenuhi atau diselaraskan.

• Kebutuhan akan kepastian masa depan.

Setiap orang perlu untuk memastikan ketika bekerja bagaima­na masa depan mereka di sekolah tersebeut. Bagaimana karier mereka dan peningkatan kelayakan hidup mereka.

• Kebutuhan interaksi sosial.

Sebagai makhluk sosial, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar setiap orang. Hal ini harus menjadi pertimbangan karena kerapkali menjadi faktor yang menjadi keberatan seseorang un­tuk berubah.

• Kebutuhan untuk mengontrol lingkungan kerja dan cara kerja.

Setiap orang memiliki kebutuhan untuk mengatur dirinya sendi­ri, termasuk dalam bekerja.

Page 106: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

94

Kepala sekolah dapat meminta bantuan guru untuk kembali ke pola yang lebih nyaman dan stabil dengan memberikan informasi yang relevan sebanyak mungkin tentang perubahan dan bagaimana hal itu memengaruhi pekerjaan mengajar. Guru perlu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka saat perubahan diterapkan.

Teori dan Langkah Perbaikan SekolahSolusi terbaik untuk meningkatkan kualitas belajar siswa, baik da­lam jangka pendek maupun jangka panjang, adalah dengan bersa­ma­sama memfokuskan sumber daya dan upaya mengembangkan teori yang kuat, praktik perbaikan sekolah, yang akan mencakup sejumlah parameter termasuk lima asumsi berikut:

• Akuntabilitas internal mendahului akuntabilitas eksternal. Be­nahi dulu secara internal, melihat jauh ke dalam. Hal ini dapat dilakukan secara lebih baik oleh orang yang berada di dalam.

• Perbaikan adalah proses pengembangan yang berlangsung se­cara bertahap. Mulailah dari langkah untuk memperbaiki, bu­kan melihat besarnya persoalan yang dihadapi. Melangkahlah untuk lebih baik.

• Kepemimpinan merupakan praktik budaya. Pemimpin bertugas untuk melakukan kebiasaan­kebiasaan yang kemudian menjadi budaya.

• Kepemimpinan yang kuat diakibatkan karena perbaikan in­struksional. Fokus saja pada peningkatan kualitas belajar.

• Pengetahuan selalu harus ditingkatkan, tidak hanya terbatas pada apa yang kita kuasai. Mulailah berpikir bahwa yang kita kuasai adalah sedikit sekali.

Page 107: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

95

Dahulukan Akuntabilitas Internal

Benahi dulu internal jauh ke dalam. Hal ini dapat dilakukan secara lebih baik oleh orang yang berada di dalam.

Lakukan Bertahap

Mulai dari hal yang dapat dan mudah dilaku-kan. Jangan melihat besarnya persoalan.

Bangun Budaya

Mulai kebiasaan-kebiasaan baru oleh pemimpin, lama-lama akan menjadi budaya

Fokus pada Belajar

Fokuskan semua hal pada pening-katan kualitas belajar siswa. Jangan yang lain.

Haus Tambah Ilmu

Terus tingkatkan dan kuasai ilmu, yang kita miliki sedikit sekali. Jangan merasa puas diri.

6 Investasi Pengetahuan

Kinerja sekolah tidak akan tercapai tanpa meningkatkan investasi pada pengetahuan guru, keterampilan pedagogis, dan pemahaman siswa.

PRINSIP DALAM LANGKAH PERUBAHAN SEKOLAH

Gambar 5.3. Prinsip dalam perubahan sekolah

Page 108: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

96

• Kita tidak dapat meningkatkan kinerja sekolah tanpa mening­katkan investasi pada pengetahuan guru, keterampilan pedago­gis, dan pemahaman siswa.

Setiap perubahan di sekolah harus berpegang ada hal prinsip ini un­tuk menjaga agar perubahan yang dilakukan tidak keluar dari rel arah sekolah. Juga agar tetap fokus pada peningkatan kualitas bela­jar siswa.

Tim Penggerak Perubahan Kepala sekolah bukanlah kunci perbaikan sekolah, meskipun pen­ting (Hergert, 1985). Mungkin akan lebih baik untuk melihat kepala sekolah sebagai pemimpin dari tim fasilitator perubahan. Empat lev­el fasilitator tim penggerak perubahan adalah:

1. Kepala sekolah sebagai fasilitator perubahan utama.

2. Asisten kepala sekolah, ketua departemen, dan guru narasum­ber sebagai fasilitator perubahan kedua.

3. Fasilitator perubahan tingkat ketiga adalah guru yang perannya kurang formal tetapi banyak membantu.

4. Fasilitator perubahan tingkat keempat adalah fasilitator luar (seperti mentor/coach). Seringkali, peran ini diisi oleh seseorang dari kantor pusat.

Mempertahankan PeningkatanPerubahan ke arah lebih baik harus terus dijaga agar tetap mengarah pada tujuan pendidikan. Keberlanjutan perubahan harus tetap dija­ga. Hargreaves dan Fink (2003) menyarankan keberlanjutan dalam

Page 109: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

97

perubahan pendidikan terdiri dari lima karakteristik yang saling ter­kait:

• Perbaikan yang menopang pembelajaran, tidak hanya mengu­bah sekolah;

• Perbaikan harus bertahan dari waktu ke waktu;

• Peningkatan yang dapat didukung oleh sumber daya yang ter­sedia dan dapat dicapai;

• Perbaikan yang tidak berdampak negatif pada lingkungan seki­tar sekolah dan sistem lain;

• Peningkatan yang mempromosikan keanekaragaman dan kapa­sitas ekologi di seluruh lingkungan pendidikan dan masyarakat.

Arti Perubahan PendidikanPeningkatan sekolah mungkin tidak mudah, tetapi itu sangat bisa dilakukan oleh sekolah melalui perubahan yang dilakukan. Upaya yang berhasil bergantung pada kepala sekolah yang dapat mengam­bil pandangan yang komprehensif dari setiap masalah di sekolah.

Sebagian besar perubahan tidak terlalu diperhitungkan. Beberapa perubahan juga ada yang sebenarnya memperburuk keadaan. Ini­lah sebabnya mengapa perbedaan Perubahan Sekolah untuk Pen-ingkatan Sekolah sangat penting. Peningkatan Sekolah didasarkan pada perbaikan yang diperoleh sekolah dari waktu ke waktu dalam mencapai tujuannya.

Beberapa tujuan berkaitan dengan pembelajaran siswa. Tujuan lain berkaitan dengan pembelajaran guru, dan ada tujuan lainnya. Pe-rubahan Sekolah sering terjadi secara acak. Peningkatan Sekolah membutuhkan pendekatan yang lebih terarah. n

Page 110: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

98

Page 111: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

99

Penutup

Bagian 6

Page 112: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

100

Peran kepala sekolah menjadi faktor penentu kualitas pembelaja­ran dan hasil belajar. Kepemimpinannya bukan hanya ditentu­

kan oleh aspek lima kompetensi yang disyaratkan yakni Kepribadi­an, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial, lebih luas dari itu kepemimpinan kepala sekolah perlu beragam kompetensi keki­nian dan mampu untuk beradaptasi secara optimal dalam meng­hadapi segala perubahan yang terjadi dengan fokus pada hal yang sama: penguatan kompetensi peserta didik.

Lembaga yang dipimpin kepala sekolah, merupakan organisasi yang nirlaba, akuntabel, mengutamakan mutu, transparan dan ak­ses berkeadilan. Karakteristik ini membutuhkan kepemipinan yang berbeda dengan kepemimpinan dalam organisasi biasa. Kepemim­pinan kepala sekolah adalah kepemimpinan instruksional, di mana aspek pembelajaran yang menjadi prioritas utama ketimbang yang lain.

Kepemimpinan kepala sekolah berperan secara langsung dan tidak langsung terhadap kualitas belajar siswa. Kendati demikian, peran tidak langsung kepala sekolah sangat menentukan efektivitas pem­belajaran, karena upaya yang dilakukan kepala sekolah akan me­nentukan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru atau tenaga kependidikan di sekolah yang dipimpinnya.

Kepemimpinan sekolah menjadi sebuah cabang dari kepemimpinan yang lebih spesifik karena keunikan dari entitas yang dipimpinnya. Atas dasar itulah, kepemimpinan sekolah perlu menjadi fokus per­hatian semua stakeholder pendidikan karena menjadi penentu efek­tivitas sekolah. Peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar akan sangat bergantung pada kepemimpinan instruksional dari ke­pala sekolahnya.

Energi diri sosok kepala sekolah menjadi penguat penting bagi tum­

Page 113: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

101

buh kembangnya kepemimpinan sekolah yang efektif. Di tangan kepala sekolah yang kuat, energi potensial setiap sekolah mampu menjadi sekolah yang efektif. Di sinilah perlunya kepemimpinan se­kolah yang menjaga kualitas secara berkelanjutan.

Kepala sekolah memiliki kewajiban untuk menjalankan kepemim­pinan kepada sekolah, dan ini melibatkan suatu tindakan yang meng arah pada perbaikan sekolah. Berikut tujuh prinsip kepemim­pinan berkelanjutan:

• Kepemimpinan yang meningkatkan pencapaian dan memberi kesan pada proses pembelajaran.

• Secara konsep bertahan dalam waktu yang panjang.

• Semangatnya menyebar dalam komunitas sekolah dan mem­buat komunitas tersebut mandiri, meski tanpa kepala sekolah.

• Kepemimpinan berkelanjutan adalah adil secara sosial

• Kepemimpinan yang berkelanjutan menyediakan waktu dan ke­sempatan untuk belajar dari satu sama lain.

• Kepemimpinan yang berkelanjutan mendorong keberagaman.

• Kepemimpinan yang berkelanjutan adalah aktivis.

Sekolah yang efektif adalah potret dari kriteria sekolah yang sukses. Efektivitas sekolah ini sangat ditentukan oleh peran kepala sekolah. Peran kepala sekolah merupakan aspek yang dinamis karena mengi­kuti perkembangan zaman, terutama karena perubahan zaman yang berdampak pada perubahan teori kepemimpinan sekolah.

Dengan demikian, sudah saatnya penguatan peran kepala sekolah lebih difokuskan pada kepemimpinan instruksional yang ditujukan pada peningkatan kualitas belajar siswa. n

Page 114: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

102

Referensi

Adler, M. J. (2009). Program Paedia Silabus Pendidikan Humanistik. PT. Indonesia Publishing.

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2015). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cartledge, G., & Milburn, J. A. (1981). Teaching Social Skill To Children. New York: Pergamon Press.

DePorter, B., & Learning. (2009). Quantum Learning. Bandung: Mizan Media Utama.

Dewantara, K. H. (1977). Pendidikan. Yogyakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Dewantara, K.H., (1977). Kebudayaan. Yogyakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Dewey, J. (2009). Pendidikan Dasar Barbasis Pengalaman. PT. Indonesia Publishing.

Goleman, D. (2009). Emotional Intellegence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Guthrie, E., & Matthews, K. (2003). Anak Sempurna Atau Anak Baha-gia. Bandung: Mizan Media Utama.

Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepan-jang Rentang Kehidupan (Terj.). Erlangga. Jakarta

Jensen, E. 2008. Brain­Based Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Page 115: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

103

Joyce, A., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Model of Teaching: Model-Model Pengajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kennedy, M. M. (2005). Inside Teaching. London: Harvard University.

Killon, J & Roy, P., (2009) Becoming a Learning School. New Jersey: Na­tional Staff Development Council. Kohn, A. (2009). Memilih Sekolah Terbaik Untuk Anak. Tangerang: Penerbit Buah Hati.

Koentjaraningrat. 2015. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Latif, Yudi. 2015. Revolusi Pancasila. Mizan: Jakarta.

Lickona, A. 2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Se-kolah Dapat Memberikan Pendidikaan Tentang Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Bumi Aksara. Jakarta.

Lubis, Mochtar. 2017. Manusia Indonesia. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.

Naden, Clare. 2018. Education sector to benefit from a new internation-al management system standard. https://www.iso.org/news/ref2284.html

Pink, D. H. (2009). Otak Kanan Manusia. Yogyakarta: Diva Press.

Sahlberg, P. (2011). Finish Lessons. Bandung: Mizan Media Utama.

Sandra Aamodt dan Sam Wang. Welcome to Your Child’s Brain; Cara Pikiran Berkembang dari Masa Pembuahan Hingga Kuliah. Gra­media Pustaka Utama. Jakarta.

Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Schunk, D. H. (2012). Learning Theories. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 116: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

104

Sergiovanni, T.J. 2009. The Principalship. A Reflective Practice Perspec-tive. Sixth Edition. Texas: Pearson.

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR­Ruzz Media.

Siberman, M. L. (2014). Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.

Sjafei, M. 2010. Arah Aktif: Sebuah Seni Mendidik Berkreativitas dan Be-rakhlak Mulia. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo.

World Economic Forum. (2020). School of the Future, Defining New Models of Education for the Fourth Industrial Revolution. Gene­va: World Economic Forum.

Yuksel, H., & Coskun, A. (2013). Strategy Focused Schools: An Imple-mentation of the Balanced Scorecard in Provision of Educational Services. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 106, 2450–2459. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.282

Page 117: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA

Kepemimpinan Kepala SMA yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas Hasil Belajar Siswa

105

Page 118: Rev 1 Kepemimpinan Kepala SMA