retinopati diabetik

11
Gejala dan Tanda Retinopati Diabetik Sebagian besar penderita retinopati diabetik, pada tahap awal tidak mengalami gejala penurunan tajam penglihatan. 6 Apabila telah terjadi kerusakan sawar darah retina, dapat ditemukan mikroaneurisma, eksudat lipid dan protein, edema, serta perdarahan intraretina. 6,11,13 Selanjutnya, terjadi oklusi kapiler retina yang mengakibatkan kegagalan perfusi di lapisan serabut saraf retina sehingga terjadi hambatan transportasi aksonal. Hambatan transportasi tersebut menimbulkan akumulasi debris akson yang tampak sebagai gambaran soft exudates pada pemeriksaan oftalmoskopi. 12 Kelainan tersebut merupakan tanda retinopati diabetik nonproliferatif, seperti pada Gambar 1.(A). 6,11,13 Hipoksia akibat oklusi akan merangsang pembentukan pembuluh darah baru dan ini merupakan tanda patognomonik retinopati diabetik proliferatif, seperti pada Gambar 1.(B). 6,11,13 Kebutaan pada diabetik dapat terjadi akibat edema hebat pada makula, perdarahan masif intravitreous, atau ablasio retina traksional. 8,9,11

Upload: riri-agsari

Post on 21-Dec-2015

233 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

retinopati diabetik terdiri dari retinopati dm non proliferatif dan proliferatif

TRANSCRIPT

Page 1: Retinopati Diabetik

Gejala dan Tanda Retinopati Diabetik

Sebagian besar penderita retinopati diabetik, pada tahap awal tidak mengalami

gejala penurunan tajam penglihatan.6 Apabila telah terjadi kerusakan sawar darah

retina, dapat ditemukan mikroaneurisma, eksudat lipid dan protein, edema, serta

perdarahan intraretina.6,11,13 Selanjutnya, terjadi oklusi kapiler retina yang

mengakibatkan kegagalan perfusi di lapisan serabut saraf retina sehingga terjadi

hambatan transportasi aksonal. Hambatan transportasi tersebut menimbulkan

akumulasi debris akson yang tampak sebagai gambaran soft exudates pada

pemeriksaan oftalmoskopi.12 Kelainan tersebut merupakan tanda retinopati

diabetik nonproliferatif, seperti pada Gambar 1.(A). 6,11,13 Hipoksia akibat oklusi

akan merangsang pembentukan pembuluh darah baru dan ini merupakan tanda

patognomonik retinopati diabetik proliferatif, seperti pada Gambar 1.(B).6,11,13

Kebutaan pada diabetik dapat terjadi akibat edema hebat pada makula, perdarahan

masif intravitreous, atau ablasio retina traksional.8,9,11

Gambar 1. Retinopati DM Nonproliferatif Derajat sedang dengan Edema Makula (A) dan Retinopati DM Proliferatif dengan Edema Makula dan Perdarahan Pre-retina (B)

Page 2: Retinopati Diabetik

Diagnosis Retinopati Diabetik

Deteksi dini retinopati diabetik di pelayanan kesehatan primer dilakukan melalui

pemeriksaan funduskopi direk dan indirek. Pemeriksaan funduskopi direk

bermanfaat untuk menilai saraf optik, retina, makula dan pembuluh darah di kutub

posterior mata. Pemeriksaan funduskopi direk dilakukan di ruangan yang cukup

gelap. Pasien duduk berhadapan sama tinggi dengan pemeriksa dan diminta untuk

memakukan (fiksasi) pandangannya pada satu titik jauh. Mata kanan pasien

diperiksa dengan mata kanan pemeriksa dan oftalmoskop dipegang di tangan

kanan. Mula-mula pemeriksaan dilakukan pada jarak 50 cm untuk menilai refleks

retina yang berwarna merah jingga dan koroid. Selanjutnya, pemeriksaan

dilakukan pada jarak 2-3 cm dengan mengikuti pembuluh darah ke arah medial

untuk menilai tampilan tepi dan warna diskus optik, dan melihat cup-disc ratio.

Mikroaneurisma, eksudat, perdarahan, dan neovaskularisasi merupakan tanda

utama retinopati diabetik. Terakhir, pasien diminta melihat langsung ke cahaya

oftalmoskop agar pemeriksa dapat menilai makula. Edema makula dan eksudat

adalah tanda khas makulopati diabetikum.17,18

Dengan fundus photography dapat dilakukan dokumentasi kelainan retina.9

Metode diagnostik terkini yang disetujui oleh American Academy of

Ophthalmology (AAO) adalah fundus photography. Keunggulan pemeriksaan

tertersebut adalah mudah dilaksanakan, interpretasi dapat dilakukan oleh dokter

umum terlatih sehingga mampu terlaksana di pelayanan kesehatan primer.

Selanjutnya, retinopati diabetik dikelompokkan sesuai dengan standar Early

Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS) yang tampak pada Tabel 1. 17,18,14

Page 3: Retinopati Diabetik

Tabel 1. Sistem Klasifikasi Retinopati Diabetik menurut ETDRS

Di pelayanan primer pemeriksaan fundus photography berperanan sebagai

pemeriksaan penapis. Apabila pada pemeriksaan ditemukan edema makula,

retinopati diabetik nonproliferatif derajat berat dan retinopati diabetik proliferatif

maka harus dilanjutkan dengan pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis

mata.7,15 Pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata terdiri dari

pemeriksaan visus, tekanan bola mata, slit-lamp biomicroscopy, gonioskop,

funduskopi dan stereoscopic fundus photography dengan pemberian midriatikum

sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan optical coherence

tomography (OCT) dan ocular ultrasonography bila perlu.6,16 OCT memberikan

gambaran penampang aksial untuk menemukan kelainan yang sulit terdeteksi oleh

pemeriksaan lain dan menilai edema makula serta responsnya terhadap terapi.

Ocular ultrasonography bermanfaat untuk evaluasi retina bila visualisasinya

terhalang oleh perdarahan vitreous atau kekeruhan media refraksi.6

Page 4: Retinopati Diabetik

Deteksi Dini Retinopati Dabetik

Deteksi Dini Retinopati diabetik Pada tahun 2010, The American Diabetes

Association7 menetapkan beberapa rekomendasi pemeriksaan untuk deteksi dini

retinopati diabetik. Pertama, orang dewasa dan anak berusia lebih dari 10 tahun

yang menderita DM tipe I harus menjalani pemeriksaan mata lengkap oleh dokter

spesialis mata dalam waktu lima tahun setelah diagnosis DM ditegakkan. Kedua,

penderita DM tipe II harus menjalani pemeriksaan mata lengkap oleh dokter

spesialis mata segera setelah didiagnosis DM. Ketiga, pemeriksaan mata penderita

DM tipe I dan II harus dilakukan secara rutin setiap tahun oleh dokter spesialis

mata. Keempat, frekuensi pemeriksaan mata dapat dikurangi apabila satu atau

lebih hasil pemeriksaan menunjukkan hasil normal dan dapat ditingkatkan apabila

ditemukan tanda retinopati progresif. Kelima, perempuan hamil dengan DM harus

menjalani pemeriksaan mata rutin sejak trimester pertama sampai dengan satu

tahun setelah persalinan karena risiko terjadinya dan/atau perburukan retinopati

diabetik meningkat, dan ia harus menerima penjelasan menyeluruh tentang risiko

tersebut.7,9

Tatalaksana Retinopati Diabetik

Tata laksana retinopati diabetik dilakukan berdasarkan tingkat keparahan

penyakit. Retinopati diabetik nonproliferatif derajat ringan hanya perlu dievaluasi

setahun sekali. Penderita retinopati diabetik nonproliferatif derajat ringan-sedang

tanpa edema makula yang nyata harus menjalani pemeriksaan rutin setiap 6-12

bulan. Fokus pengobatan bagi pasien retinopati diabetik nonproliferatif tanpa

Page 5: Retinopati Diabetik

edema makula adalah pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemik

lainnya. 10,16

Retinopati diabetik nonproliferatif derajat ringan-sedang dengan edema makula

signifikan merupakan indikasi laser photocoagulation terhadap titik-titik

kebocoran retina untuk mencegah perburukan penglihatan. Setelah dilakukan

laser photocoagulation, penderita perlu dievaluasi setiap 2-4 bulan. Penderita

retinopati diabetik nonproliferatif derajat berat dianjurkan untuk menjalani

panretinal laser photocoagulation, terutama apabila kelainan berisiko tinggi

untuk berkembang menjadi retinopati diabetik proliferatif. Penderita harus

dievaluasi setiap 3-4 bulan pascatindakan.16

Panretinal laser photocoagulation harus segera dilakukan pada penderita

retinopati diabetik proliferatif untuk menurunkan kemungkinan pendarahan masif

korpus vitreum dan pelepasan retina dengan cara menimbulkan regresi dan

mengurangi stimulus angiogenik dari retina yang mengalami iskemik. Teknik

berupa pembentukan luka-luka bakar laser dalam jumlah sampai ribuan yang

tersebar berjarak teratus diseluruh retina, tidak mengenai bagian sentral yang

dibatasi oleh diskus dan pembuluh vascular temporal utama. Apabila terjadi

retinopati diabetik proliferatif disertai edema makula signifikan, maka kombinasi

focal dan panretinal laser photocoagulation menjadi terapi pilihan.16

Untuk penatalaksanaan konservatif penglihatan monokular yang disebabkan oleh

pendarahan korpus vitreum diabetes pada pasien binokular adalah dengan

membiarkan terjadinya resolusi spontan dalam beberapa bulan. Disamping itu

peran bedah vitreoretina untuk retinopati diabetik proliferatif masih tetap

Page 6: Retinopati Diabetik

berkembang, sebagai cara untuk mempertahankan atau memulihkan penglihatan

yang baik.11

Peranan Dokter Umum dalam Tata Laksana Retinopati Diabetik

Peranan dokter umum dalam tata laksana retinopati diabetik adalah

mengendalikan faktor risiko, yaitu kadar gula, kadar lipid, dan tekanan darah yang

abnormal. Pengendalian atas ketiga faktor ini terbukti mampu menurunkan risiko

dan memperlambat progresivitas retinopati diabetik.9 Target optimal yang harus

dicapai adalah kadar HbA1c 50 mg/dL, kadar trigliserida <150 mg/dL dan

tekanan darah <130/80 mmHg.7

Edukasi oleh dokter umum mengenai DM dan komplikasi retinopati akan

meningkatkan kesadaran dan kepatuhan penderita DM menjalani pemeriksaan

mata rutin. Dengan demikian rujukan ke dokter spesialis mata dapat dilakukan

pada saat yang tepat. Hal tersebut akan menurunkan angka kebutaan akibat

retinopati diabetik.9

Prognosa

Pada mata yang mengalami edema makular dan iskemik yang bermakna akan

memiliki prognosa yang lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser daripada mata

dengan edema dan perfusi yang relatif baik.

Page 7: Retinopati Diabetik

Daftar Pustaka

6. Paulus YM, Gariano RF. Diabetic retinopathy: A growing concern in an aging population. Geriatrics. 2009;64(2):16-26.

11. Bloomgarden ZT. Screening for and managing diabetic retinopathy: Current approaches. Am J Health-Syst Pharm.2007;64 (Suppl12):S8-14.

13. Kern TS, Huang S. Vascular damage in diabetic retinopathy. In: Levin LA, Albert DM, editor. Ocular disease: mechanisms and management. USA: Saunders; 2010. p. 506-12.

12. Chui TYP, Thibos LN, Bradley A, Burns SA. The mechanism of vision loss associated with a cotton wool spot. Vision Res. 2009;49:2826-34.

8. Fong DS, Aiello L, King GL, Blankenship G, Cavallerano JD, Ferris FL. Retinopathy in diabetes. Diabetes Care. 2004;27 (Suppl1):S84-7.

9. Garg S, Davis RM. Diabetic retinopathy screening update. Clinical Diabetes. 2009;27(4):140-5.

17. Chu C, Salmon J. Examination of the fundus. The Journal of Clinical Examination. 2007;2:7-14.

18. Benjamin L, James B. Examination of the retina and optic disc. In: Benjamin L, James B, editor. Ophthalmology investigation examination techniques. China: Elsevier; 2007. p. 45

14. Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS) Research Group. Fundus photographic risk factors for progression of diabetic retinopathy: report number 12. Ophthalmology.1991; 98:823-33.

15. Williams GA, Scott IU, Haller JA, Maguire AM, Marcus D, McDonald HR. Single-field fundus photography for diabetic retinopathy screening: a report by American Academy of Ophthalmology. Ophthalmology. 2004;111:1055-62.

16. American Academy of Ophthalmology. Preferred Practice Patern for Diabetic Retinopathy; 2008.

7. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes - 2010. Diabetes Care. 2010;33(Suppl1):S11-61.

10. Westerfeld CB, Miller JW. Neovascularization in diabetic retinopathy. In: Levin LA, Albert DM, editor. Ocular disease: mechanisms and management. USA: Saunders; 2010. p. 514-7.