resume jurnalistik presisi

4
RESUME JURNALISME PRESISI Anggota Kelompok : 1. Arif Priyo Hutomo (201410040311199) 2. Ika Retno Wulandari (201410040311221) 3. Rahmania Santoso (201410040311230) 4. Ravi Eka Faatih Yunanto (201410040311234) 5. Shobirin Adharani (201410040311188)

Upload: ravi-eka-faatih-yunanto

Post on 30-Sep-2015

18 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Resume Jurnalisme Presisi

TRANSCRIPT

RESUME

JURNALISME PRESISI

Anggota Kelompok :

1. Arif Priyo Hutomo (201410040311199)2. Ika Retno Wulandari (201410040311221)3. Rahmania Santoso (201410040311230)4. Ravi Eka Faatih Yunanto (201410040311234)5. Shobirin Adharani (201410040311188)JURNALISME PRESISIJurnalisme presisi adalah kegiatan jurnalistik yang menekankan ketepatan (presisi) informasi dengan memakai pendekatan ilmu sosial dalam proses kerjanya (Nurudin, 2009: 226).

Jurnalisme presisi pertama kali dikemukakan oleh Philip Meyer pada tahun 1969 - 1970. Meyer mengaplikasikan konsep tersebut untuk mengulas huru-hara Detroit dengan membuat manuskrip berjudul The Application of Social and Behavioral Science Research Methods to the Practice of Journalism. Pada musim dingin tahun 1971, Everertte E. Dennis dari Kansas State University mengajar The New Journalism di University of Oregon. Dia mengatakan tentang apa yang telah dikerjakannya di Detroit. Dennis menyebutnya sebagai salah satu embrio jurnalisme baru yang selanjutnya dikenal dengan sebutan jurnalisme presisi.Salah satu contoh dari jurnalisme presisi adalah ketika sebuah media massa menampilkan poling dari suatu pemilihan presiden, dan semacamnya. Ketika pemilihan presiden 2014 ada beberapa media yang melakukan penghitungan cepat yang dilakukan beberapa media TV. Hasilnya antara satu media dengan media lain berbeda, dan tentu memenangkan masing - masing jagoannya. Tentu ini sudah masuk ke arah penggiringan opini masyarakat. Hasil hitung cepat tersebut tentu tidak mewakili pilihan rakyat Indonesia secara keseluruhan, namun hanya sebagai gambaran hasil resmi pemilu dari KPU.Nicholas Von Hoffman dalam tulisannya berjudul Public Opinion Polls: Newspapers Making Their Own News? mengatakan, seharusnya jurnalis menunggu sampai orang mengerjakan sesuatu, kemudian baru melaporkannya. Dari pernyataan ini bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa poling yang dilakukan oleh media dianggap telah melanggar pakem dunia jurnalistik selama ini. Harusnya pewarta menunggu fakta itu terjadi dan bukan membuat fakta itu sendiri.Memang tidak salah membuat poling karena memberikan informasi begitu cepat kepada masyarakat karena masing-masing media tentunya menggunakan standar tinggi dalam mengitung data-data tersebut, termasuk menggandeng lembaga riset terpercaya. Namun, ditelisik lebih dalam dan bila dikiritisi, apa yang dilakukan media-media tersebut dikhawatirkan adanya tunggangan dari kepentingan politik.Namun, dewan pers, praktisi, dan ahli di bidang jurnalistik tidak mengkiritisi secara signifikan lahirnya jurnalisme presisi ini, utamanya ketika poling itu terjadi dan terus dipergunakan sampai saat ini. Padahal, poling tersebut hanya contoh kecil dari adanya kegiatan jurnalistik yang menggunakan konsep tersebut. Ada beberapa media, yang konsep kegiatan jurnalistiknya menggunakan konsep jurnalisme presisi. Mereka membuat fakta berdasarkan data yang ditemukan, bahkan tidak jarang data tersebut digunakan untuk mendukung biro riset masing-masing untuk membuat fakta tersendiri.Sementara itu, penggunaan jurnalisme presisi di Indonesia masih menuai pro dan kontra. Biar bagaimanapun seorang pewarta harus memberitakan sebuah fakta di lapangan ketika fakta itu sudah terjadi. Tentu tidak diperkenankan pewarta membuat fakta itu terjadi dan menggiring masyarakat dengan kepentingan tersendiri, apalagi kepentingan politik. Hal yang ditakutkan dari jurnalisme presisi adalah adanya ketidaksengajaan ataupun kesengajaan dari pewarta atau perusahaan media massa menggiring opini dari fakta yang dibuat, bukan ditemukan di lapangan.https://www.academia.edu/6364292/DAMPAK_DAN_JENIS_JURNALISME

http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2015/03/13/mengenal-jurnalisme-presisi-di-indonesia-711843.htmlILMU KOMUNIKASI D - JURNALISME PRESISI