pemeriksaan presisi dan akurasi

34
Macam – macam Pemeriksaan Laboratorium

Upload: anisaaanr

Post on 05-Jan-2016

947 views

Category:

Documents


144 download

DESCRIPTION

uuu

TRANSCRIPT

Macam – macam Pemeriksaan Laboratorium

PEMANTAPAN MUTU KIMIA KLINIK

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan ini terdiri atas enam komponen penting, yaitu :

pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan mutu eksternal (PME), verifikasi, validasi, audit, dan pendidikan dan pelatihan.

1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan paska analitik.

Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal antara lain : persiapan penderita, pengambilan dan penanganan spesimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas air, uji kualitas reagen, uji kualitas media, uji kualitas antigen-antisera, pemeliharaan strain kuman, uji ketelitian dan ketepatan, pencatatan dan pelaporan hasil.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggaralan secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium di bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh semua laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta.

PME harus dilaksanakan sebagaimana kegiatan pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan dengan reagen/peralatan/metode yang biasa digunakan sehingga benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang sebenarnya. Setiap nilai yang diperoleh dari penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk mempertahankan mutu

pemeriksaan atau perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk peningkatan mutu pemeriksaan.

3. Verifikasi

Verifikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra-analitik, analitik sampai dengan pasca-analitik. Setiap tahapan tersebut harus dipastikan selalu berpedoman pada mutu sesuai dengan bakuan mutu yang ditetapkan.

4. Validasi hasil

Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan. Validasi dapat mencegah keragu-raguan atas hasil laboratorium yang dikeluarkan.

5. Audit

Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium. Audit ada dua macam, yaitu audit internal dan audit eksternal.

Audit internal dilakukan oleh tenaga laboratorium yang sudah senior. Penilaian yang dilakukan haruslah dapat mengukur berbagai indikator penampilan laboratorium, misalnya kecepatan pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan laboratorium dan mengidentifikasi titik lemah dalam kegiatan laboratorium yang menyebabkan kesalahan sering terjadi.

Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak lain di luar laboratorium atau pemakai jasa laboratorium terhadap pelayanan dan mutu laboratorium. Pertemuan antara kepala-kepala laboratorium untuk membahas dan membandingkan berbagai metode, prosedur kerja, biaya dan lain-lain merupakan salah satu bentuk dari audit eksternal.

6. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan bagi tanaga laboratorium sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan laboratorium melalui pendidikan formal, pelatihan teknis, seminar, workshop, simposium, dsb. Kegiatan ini harus dilaksanakan secara berkelanjutan dan dipantau pelaksanaannya.

Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan

Bidang Kimia Klinik

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang digunakan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. 

Laboratorium Kesehatan (Labkes) adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.

Sebagai bagian yang integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.

Mutu pelayanan di laboratorium berkaitan dengan data hasil uji analisa laboratorium. Laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil uji laboratorium tersebut dapat memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-aspek teknis seperti precision and accuracy atau ketepatan dan ketelitian yang tinggi dapat dicapai dan data tersebut harus terdokumentasi dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah.

Untuk mencapai mutu hasil laboratorium yang memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi maka seluruh metode dan prosedur operasional laboratorium harus terpadu mulai dari perencanaan, pengambilan contoh uji, penanganan, pengujian sampai pemberian laporan hasil uji

laboratorium ke pelanggan. Mutu suatu produk atau jasa bukan hanya penting bagi pemakai namun juga bagi pemasok.

Pada pelayanan jasa laboratorium kesehatan rendahnya mutu hasil pemeriksaan pada akhirnya akan menimbulkan penambahan biaya untuk kegiatan pengerjaan ulang dan klaim dari jasa pelanggan. Untuk menanggulangi biaya kompensasi yang berasal dari rendahnya mutu hasil pemeriksaan laboratorium tersebut diperlukan suatu usaha peningkatan mutu.

Pemantapan Mutu Internal (PMI)Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan

pengawasan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.

a.  Cakupan Objek PMI :1)  Tahap pra-analitik2)  Tahap analitik3)  Tahap pasca-analitik

b.  Tujuan1)Memantapkan dan menyempurnakan metode pemeriksaan dengan

mempertimbangkan aspek analitik dan klinis ;2)  Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga tidak terjadi mengeluarkan

hasil yang salah dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera ;3)  Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,

pengambilan spesimen, pengiriman spesimen, penyimpanan serta pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan hasil telah dilakukan dengan benar ;

4)  Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya :5)  Membantu perbaikan pelayanan pasien melalui peningkatan PMI.

Pemantapan Mutu Internal (PMI) dilakukan sendiri olah laboratorium klinik yang bersangkutan untuk mengendalikan mutu analisisnya setiap hari.

PMI meliputi pemantapan presisi dan pemantapan akurasi:

a.  PresisiPresisi atau ketelitian adalah kesesuaian atau kemiripan hasil-hasil

pemeriksaan berulang pada satu bahan pemeriksaan. Presisi dinyatakan dalam koevisien variasi (CV) dalam bentuk persen, dimana semakin kecil nilai CV berarti semakin baik.

b.  AkurasiAkurasi atau ketepatan adalah kesesuaian antara hasil pemeriksaan

dengan “nilai benar/sebenarnya” (True Value). Penilaian akurasi tidak harus selalu tepat sama dengan (True Value) karena ada rentang nilai yang bisa digunakan sebagai standar. Rentang nilai (range) tersebut didapatkan dari hasil pemeriksaan berulang yang dihitung secara statistik berdasarkan standar deviasi (SD) dimana akurasi dianggap bagus jika hasil pemeriksaan berada pada ± 2 SD.

Untuk melakukan pemeriksaan akurasi biasanya digunakan bahan kontrol yang nilainya sudah diketahui dan didapatkan dari perusahaan reagen yang digunakan dalam pemeriksaan.

Pada pemeriksaan kimia klinik , bahan pemeriksaan yang digunakan adalah serum atau plasma. Perbedaan serum dengan plasma terletak pada pengolahan darah yang telah diambil. Untuk pembuatan serum, darah tidak perlu dicampur dengan antikoagulan, sedangkan untuk membuat  plasma terlebih dahulu darah harus dicampur dengan antikoagulan.

Interpretasi hasil pemantapan mutu biasanya dianalisis menggunakan aturan “Westgard Multirule System” yang merupakan cara untu mengambil keputusan/kesimpulan dari hasil pelaksanaan PMI. “Westgard Multirule System”dapat mendeteksi adanya kesalahan dengan ketentuan yang sangat sensitif untuk kesalah acak maupun kesalahan sistematik.

Aturan “Westgard Multirule System” meliputi 12S, 13S, 22S, R4S, 41S, dan 10x, dengan ketentuan sebagai berikut :

1)  12S

Ketentuan peringatan, dimana terdapat 1 kontrol berada lebih dari ± 2SD (masih terdapat di daerah ± 3SD), dikategorikan sebagi

warning/peringatan (tidak untuk menolak suatu proses pemeriksaan, perlu analisis lebih seksama).

2)  13S

Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x  ± 3SD. Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan adanya kesalahan acak.

3)  22S

Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x +2SD atau x –2SD. Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan adanya kesalahan sistematik.

4)  R4S

Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 SD (satu kontrol diatas +2SD, lainnya dibawah -2SD). Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan acak.

5)  41S

Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x +SD maupun x –SD. Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan acak dan sistematik.

6)  10 XSeluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,

apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah. Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan sistematik.

Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 13S, R4S atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 22S, 41S, 10 x, 13S.

Dalam proses analisis dikenal 3 jenis kesalahan :1) Inherent random error, merupakan kesalahan yang hanya disebabkan oleh

limitasi metodik pemeriksaan.

2)Systematik shift (kesalahan sistematik), yaitu kesalahan yang terus-menerus dengan pola yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh standar kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi.

3)  Random error (kesalahan acak), yaitu kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebab kesalahan ini adalah ketidak-stabilan, misalnya pada penangas air, reagen, pipet dan lain-lain.kesalahan ini berhubungan dengan presisi.

SumberDepartemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Praktek

Laboratorium Kesehatan. Jakarta : Direktorat Laboratorium Kesehatan.Muslim,Muhamad dan Kuntjoro, Tjahjono. 2001. Jurnal Manajemen Pelayanan

Kesehatan.

PEMERIKSAAN PRESISI DAN AKURASIPertemuan Ke :

Hari/Tanggal :

Sampel :

Dasar Teori :

Program pemantapan mutu merupakan suatu sistem di laboratorium klinik

untuk mengetahui dan meminimalkan kesalahan analitik dan merupakan

bagian dari sistem jaminan mutu, diperlukan untuk menjamin kepuasan

pemakai jasa laboratorium.

Faktor-faktor jaminan mutu dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan,

meliputi :

I. Faktor Pra-analitik meliputi antara lain :

Persiapan penderita

Pengumpulan sampel

Penanganan sampel

Penyimpanan sampel

Faktor ini sangat sulit dipantau dan dikendalikan karena terjadi di luar

laboratorium. Dokter dan perawat harus menyadari hal ini.

II Faktor Analitik, meliputi antara lain :

Alat

Reagen

Petugas/pelaksana laboraorium

Faktor ini lebih mudah dikendalikan dengan kesiapan dan kesedian dari

pengelola laboratorium sendiri.

III. Faktor Pasca-analitik, meliputi antara lain :

Penulisan hasil pemeriksaan

Pengiriman hasil pemeriksaan

Otomatisasi dan komputerisasi dapat mengurangi kesalahan ini

Program pemantapan mutu merupakan suatu proses yang meliputi :

1. Penentuan batas variasi secara statistik yang diperkenan kan untuk

setiap metode analisis

2. Memakai kriteria untuk mengevaluasi data pemantapan mutu untuk

setiap pemeriksaan

3. Mengambil tindakan bila ada penyimpangan, antara lain:

a. Mencari penyebab kesalahan

b. Memperbaikinya

c. Mengulang pemeriksaan

Untuk mengetahui mutu hasil laboratorium dapat dikendalikan melalui

suatu pemeriksaan laboratorium yang pelaksanaannya dilakukan

berulang-ulang. Adapun criteria yang harus dipahami antara lain :

1. Simpang Baku

Simpang Baku (SB) atau Standard Deviation (SD) adalah akar

varian, merupakan ukuran bagaimana nilai-nliai hasil pemeriksaan

secara seri pada sampel yang terdistribusi.

Simpang Baku dihitung berdasarkan rumus :

SD = (Xi-X)2

N – 1

2. Batas Kepercayaan

Batas Kepercayaan (Confidence Interval) merupakan batas yang kita

harapkan dari nilai-nilai satu seri pemeriksaan pada sampel yang

sama. Mengikuti distribusi Gaussian, batas kepercayaan merupakan

prosentase data yang terdapat dalam suatu rentang yang dinyatakan

dengan nilai rata-rata dan SD.

Batas Kepercayaan yang lazim digunakan di laboratorium klinik

adalah :

Batas Kepercayaan 68,2

%

Nilai rata-rata 1 SD

Batas Kepercayaan 95,5 %

Nilai rata-rata 2 SD

Batas Kepercayaan 99,7 %

Nilai rata-rata 3 SD

3. Koefisien Variasi (KV) (CV)CV adalah SD yang dinyatakan dalam prosen terhadap nilai rata-rata.

CV dihitung berdasarkan rumus :

CV = SD x 100 %

X

Karena CV merupakan prosentase penyimpangan, maka umumnya

kriteria yang dapat diterima untuk parameter pemeriksaan tertentu

dinyatakan dengan CV.

Misalnya CV untuk bilirubin harus < 5 %

4. Presisi (ketelitian)

Presisi adalah kesesuai antara hasil-hasil pada pemeriksaan

berulang dari suatu sampel pemeriksaan.

Secara kuantitatif disebut impresisi yaitu penyimpangan dari hasil

pemeriksaan terhadap nilai rata-rata.

Semakin kecil penyimpangan yang diukur dengan SD dan CV berarti

semakin dekat hasil pemeriksaan satu sama lainnya dari satu seri

pemeriksaan ulang. Dengan kata lain reproduksinya baik.

Pengulangan bisa dilakukan dalam satu seri (within run) atau

pengulangan bisa dilakukan dari hari ke hari (between run)

Presisi tergantung pada setiap langkah pemeriksaan yang dapat

membedakan hasil dari pemeriksaan :

a. Metode pemeriksaan

b. Teknik pelaksanaan

c. Mutu reagen

d. Alat yang dipakai

e. Analis yang mengerjakan

5. Akurasi (Ketepatan)

Akurasi menyatakan kesesuai antara hasil pemeriksaan berulang

dengan nilai yang benar.

Secara kuantitatif disebut inakurasi yang dihitung sebagai

perbedaan nilai rata-rata pemeriksaan replikat (berulang-ulang)

dengan nilai benar.

Akurasi = Nilai rata-rata replikat – nilai benar X 100 % Nilai benar

Pemeriksaan : Presisi dan Akurasi

Metoda : Within Run

Prinsip : Pengulangan pemeriksaan yang dilakukan

pada satu sampel dalam satu seri (within run)

dan ditentukan ukuran bagaimana nilai-nliai

hasil pemeriksaan secara seri dan distribusi dari

hasil (SD), juga kesesuaian antara hasil-hasil

pemeriksaan (impresisi) atau penyimpangan

hasil pemeriksaan terhadap nilai rata-rata.

Kemudian ditentukan kesesuai antara hasil

pemeriksaan dengan nilai yang benar

(inakurasi)

Alat dan Bahan : Alat

1. Tabung reaksi kecil

2. Rak tabung reaksi

3. Mikropipet

4. Tip kuning dan biru

5. Fotometer

Bahan

1. Serum kontrol

2. Standar Protein 5 g/dL

3. Pereaksi Biuret :

NaOH 600 mmol/L

Cu (SO4)2 12 mmol/L

Na-K-tartrat 31,9 mmol/L

KI 30,1 mmol/L

Cara Kerja :1. Siapkan 12 tabung reaksi kecil dan deretkan

pada

rak dan beri label, BL, ST, X1,2,3,4,5,6,7,8,9

dan

X10.

2. Pipet standar protein sebanyak 20 L dan

masukkan pada tabung ST.

3. Pipet serum kontrol masing-masing 20 L

dan

masukkan pada tabung X1,2,3,4,5,6,7,8,9

dan X10.

4.Tambahkan pada masing-masing tabung

1000 L

pereaksi Biuret.

5. Masing-masing isi tabung dikocok sampai

homogen dan inkubasi pada suhu kamar

selama

10 menit.

6. Ukur kadar protein dari tabung

X1,2,3,4,5,6,7,8,9

dan X10 terhadap standar pada fotometer

pada

lamda 546 nm.

7.Masukkan kadar tersebut dalam tabel dan

tentukan

nilai rata-rata (X), 1SD, 2SD, 3SD dan CV

(presisi)

dan d% (akurasi) serta buat grafik Levey

Jenings

distribusi kadar masing-masing protein pada

batasan

nilai 1SD, 2SD, 3SD terhadap nilai True

Value.

8.Amati dari grafik tersebut adakah yang

terdapat

pada batas peringatan ( 2SD) atau daerah

kontrol

( 3SD).

Pengamatan :

No Tb

Absorban Kadar Protein (g/dL)

(Xi – X) (Xi – X)2

BLST 5X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

X9

X10

X = …../ 10 (Xi – X)2

= ………..

X = ………

1. SD = (Xi-X)2

N – 1 + 1 SD = 0.50+ 2 SD = + 3 SD = - 1 SD = - 2 SD = - 3 SD =

2. CV = SD x 100 % X

3. Akurasi = Nilai rata-rata replikat – nilai benar X 100 % Nilai benar

4. Grafik Levey Jenings :

Kesimpulan :: SD : SD :

CV :CV :

Akurasi :Akurasi :

Levey Jenings :

Diskusi ::

Pembimbing

Praktikum

Nilai

PEMERIKSAAN KADAR PROTEIN TOTAL

Pertemuan Ke :

Hari/Tanggal :

Dasar Teori :

Protein merupakan sekelompok senyawa yang terpenting dalam makhluk

hidup. Protein berasal dari kata Proteios yang berarti pertama.

Fungsi dari protein antara lain :

Untuk pertumbuhan dan pembentukan.

Mekanisme pengangkutan zat-zat metabolit.

Menjaga keseimbangan cairan tubuh.

Mekanisme pertahanan tubuh dalam merangsang

kekebalan.

Faktor genetik.

Mengatur metabolisme tubuh.

Faktor yang diperlukan dalam koagulasi darah.

Dua kelompok besar dari pada serum protein yang umumnya diminta

untuk diperiksa di bidang laboratorium Kimia Klinik adalah Albumin dan

Globulin. Fraksi albumin merupakan fraksi yang homogen, sedangkan

fraksi globulin adalah fraksi yang heterogen yang terdiri dari berbagai jenis

fraksi yang berbeda. Karena kedua perbedaan tersebut, maka

pemeriksaan yang secara rutin dilakukan adalah Protein Total dan

Albumin, dimana selisihnya merupakan Globulin.

Protein Total dan Albumin secara khusus dapat dievaluasi

menggunakan bermacam-macam teknik, seperti : Teknik Radio Imuno

Diffusion, Spektrofotometri, Nephelometri, Turbidimetri, Elektroforesis,

Imunofixation dan lain-lain.

Untuk protein total yang rutin digunakan adalah Metoda Biuret,

sedangkan untuk Albumin yang digunakan adalah metoda Warna

(BCG/BCP).

Rasio kadar Albumin dengan Globulin (A/G ratio) digunakan sebagai petunjuk adanya

perubahan protein serum selama terjadinya penyakit dalam tubuh. Ratio Albumin dan Globulin

pad orang normal adalah 1,5 – 2,5..

Metoda : Biuret

Prinsip : Ikatan Peptida dalam suasana Basa akan

membentuk senyawa kompleks yang berwarna

ungu dengan adanya pereaksi Biuret,

intensitas warna yang terjadi setara dengan

kadar protein Total dalam sampel dan diukur

dengan menggunakan Fotometer pada

panjang gelombang 546 nm.

Alat & Bahan :

Alat yang digunakan :

1. Fotometer 4010

2. Mikropipet 20 µL dan 1.000 µL

3. Cuvette

4. Tip kuning dan biru

5. Parafilm.

6. Tissue

Bahan yang digunakan :

1. Sampel (serum) atau Plasma (EDTA/Heparin)

2. Pereaksi Biuret.

CARA KERJA :

Blanko Standar Sampel

Standar - 20 µL -

Serum 20 µL

Larutan Kerja 1.000 µL 1.000 µL 1.000 µL

Campur sampai homogen

Inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25oC

Ukur Absorban Standar dan Sampel terhadap

blanko pada panjang gelombang 546 nm.

Warna stabil sampai 1 jam.

Hasil Pengamatan

:

Perhitungan :

Kesimpulan :

Diskusi :

PEMERIKSAAN KADAR ALBUMIN SERUM

Pertemuan Ke :

Hari/Tanggal :

Dasar Teori :

Protein diperlukan sekali selama kehamilan untuk perkembangan

tubuh ibu, alat kandungan, mamae dan perkembangan janin. Selain itu

protein harus disimpan juga untuk pembentukan air susu yang akan

dikeluarkan pada laktasi. Oleh karena itu wanita hamil harus cukup

memperoleh protein selama kehamilan dan menyusui. Kira-kira satu gram

protein setiap kilogram berat badan dapat memenuhi kebutuhan sehari-

hari.

Protein plasma terdiri dari albumin dan globulin dan pada

pemeriksaan protein plasma pada wanita hamil ditemukan adanya

Pembimbing

Praktikum

Nilai

penurunan fraksi albumin dan sedikit penurunan gamma globulin,

sedangkan alpha dan betha globulin serta fraksi fibrinogen meningkat.

Albumin dalam tubuh ibu sangat berguna untuk menyeimbangkan cairan

dalam tubuh dan kebutuhan kadar albumin dalam tubuh ibu akan

meningkat. Bila terjadi kekurangan albumin darah (hipoalbuminemia) yang

seringkali terjadi pada ibu hamil yang kekurangan nutrisi, maka akan terjadi

oedema yang secara fisiologis normal. Akan tetapi bila terjadi secara

berlebihan disertai hipertensi dan proteinuria, maka dapat berakibat fatal,

bisa terjadi pre-eklamsia berat bahkan eklamsia. Perubahan plasma protein ini

terjadi dalam satu masa kehamilan dan akan kembali normal pada keadaan sebelum adanya

kehamilan.

Metoda : BCG (Brom Cresol Green)

Prinsip : Albumin dengan BCG (Brom Cresol Green)

pada suasana pH 4,2 dan buffer sitrat akan

membentuk kompleks warna Hijau-Biru.

Intensitas warna yang terjadi sebanding

dengan konsentrasi Albumin dalam sampel,

yang diukur pada fotometer dengan panjang

gelombang 578 nm.

Alat – alat : Alat yang digunakan :

1. Fotometer 4010

2. Clinipette 10 µL dan 1.000 µL

3. Cuvette

4. Tip kuning dan biru

5. Parafilm.

6. Tissue

Bahan yang digunakan :

1. Sampel (serum) atau Plasma

(EDTA/Heparin)

2. Pereaksi BCG.

CARA KERJA :

Blanko Standar Sampel

Standar - 10 µL -

Serum 10 µL

Larutan Kerja 1.000 µL 1.000 µL 1.000 µL

Campur sampai homogen

Inkubasi selama 3 menit pada suhu 20-25oC

Ukur Absorban Standar dan Sampel terhadap

blanko dengan menggunakan Program

Absorban, atau ukur kadar albumin dengan

program C/ST pada fotometer dengan panjang

gelombang 578 nm.

Hasil Pengamatan

:

Perhitungan :

Kesimpulan :

Diskusi :