resume biografi jendral soedirman
DESCRIPTION
pangbes jendral soedirmanTRANSCRIPT
RESUME BIOGRAFI JENDRAL SOEDIRMAN
I. PENDAHULUAN
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan pastinya mencatat nama
Panglima Besar Jendral Soedirman. Jenderal Soedirman dikenal sebagai salah satu tokoh besar di
antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi dan merupakan salah satu
tokoh paling populer dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia adalah panglima TNI yang
pertama, tokoh agama, pendidik, tokoh Muhammadiyah sekaligus pelopor perang gerilya di
Indonesia. Jenderal Soedirman juga salah satu jenderal bintang lima di Indonesia selain Jenderal
AH Nasution, dan Jenderal Soeharto. Perjuangannya yang tak kenal lelah menghadapi para
penjajah bahkan ketika sakit menderanya, membuat namanya tak akan pernah oleh waktu.
II. ISI
Jenderal Soedirman lahir pada tanggal 24 Januari 1916 di Bodas Karangjati, Purbalingga,
Jawa Tengah, dan dibesarkan dalam keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid Kartowirodji, adalah
seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan ibunya, Siyem, adalan keturunan
Wedana Rembang. Soedirman sejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R.
Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih merupakan saudara dari Siyem.
Kisah pendidikan Soedirman bermula dari pendidikan formal di Sekolah Taman Siswa, sebuah
sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru)
Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di
organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah
di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga
bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang. Sementara pendidikan militer diawalinya
dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai
pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki
sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan
bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja
dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa
Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan
melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar
TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember
1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden dan akhirnya terpilih
menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR). Soedirman dikenal
memiliki pribadi yang teguh pada prinsip dan keyakinan, Ia selalu mengutamakan kepentingan
orang banyak banyak dan bangsanya di atas kepentingan pribadinya, bahkan kepentingan
kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo,
pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen
dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Pada masa pendudukan Jepang ini,
Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk
menolong rakyat dari bahaya kelaparanSetelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran
dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa
pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal
tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena
prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang,
ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan
tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman
terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember
tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris.
Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris
mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan
Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta
sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit.
Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.
Kemudian sewaktu berada di desa Karangnongko, setelah sebelumnya menetap di desa
Sukarame, Panglima Besar Soedirman yang memiliki naluri seorang pejuang, menganggap desa
tersebut tidak aman bagi keselamatan pasukannya. Maka beliau pun mengambil keputusan untuk
meninggalkan desa dengan taktik penyamaran, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah besarta
para sahabatnya saat akan berhijrah. Setelah shalat subuh, Pak Dirman yang memiliki nama
samaran Pak De dengan beberapa pengawal pergi menuju hutan. Mantel yang biasa dipakai
olehnya ditinggal dalam rumah di desa itu, termasuk beberapa anggota rombongan yang terdiri
dari Suparjo Rustam dan Heru Kesser. Pagi harinya Heru Kesser segera mengenakan mantel
tersebut dan bersama Suparjo Rustam berjalan menuju arah selatan, sampai pada sebuah rumah
barulah mantel tersebut dilepas dan mereka berdua bersama beberapa orang secara hati-hati pergi
menyusul Soedirman. Dan sore harinya pasukan Belanda dengan pesawat pemburunya
memborbardir rumah yang sempat disinggahi Heru Kesser dan Suparjo Rustam, dan ini
membuktikan betapa seorang Panglima sekaligus dai ini begitu menguasai taktik dan sejarah.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda.
Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat
keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap
tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya
karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan
tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara. Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin
pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah
dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah
sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Jenderal Sudirman dan pasukannya
melewati daerah membentang antara Yogyakarta, Panggang, Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri,
Purwantoro, Ponorogo, Sambit, Trenggalek, Bendorejo, Tulungagung, Kediri, Bajulan,
Girimarto, Warungbung, Gunungtukul, Trenggalek (lagi), Panggul, Wonokarto dan Sobo
(memimpin gerilya selama 3 bulan, 28 hari). Baru kemudian dari Sobo menuju Yogyakarta
melewati Baturetno, Gajahmungkur, Pulo, Ponjong, Piyungan, Prambanan dan baru pada tanggal
10 Juli 1949 kembali lagi ke Yogyakarta. Dalam keadaan yang serba kekurangan dan kondisi
fisik yang lemah Jenderal Sudirman terus dan terus berjuang tanpa kenal menyerah. Perang
gerilya yg dipimpin Jenderal Soedirman telah menjadi inspirasi sejarah Indonesia serta sumber
pelajaran bagi perjalanan generasi sesudahnya, sekaligus gambaran nilai & semangat luhur
perjuangan kemerdekaan Indonesia.Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan
petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari
medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya
selalu dibutuhkan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus
meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan
di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela
Kemerdekaan.
III. KESIMPULAN
Secara garis besar dapat kita rinci :
Nama: Jenderal Sudirman
Lahir: Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916
Meninggal: Magelang, 29 Januari 1950
Agama: Islam
Pendidikan Fomal:
- Sekolah Taman Siswa
- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)
Pendidikan Tentara: Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Pengalaman Pekerjaan: Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi: Kepanduan Hizbul Wathan
Jabatan di Militer:
- Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
- Komandan Batalyon di Kroya
Tanda Penghormatan: Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Meninggal: Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta
Selain itu yang perlu menjadi catatan adalah bahwa sang Panglima Besar Jendral Soedirman
telah mewariskan bagaimana langkah nyata semangat pantang menyerah demi mencapai tujuan.
IV. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonima. 2011.Biografi Jendral Soedirman. http://pinguinbarbiespallazio.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 8 September 2011 pukul 19.32 WIB.
2. Anonimb. 2011. Soedirman. www.wikipedia.com . Diakses pada tanggal 8 September
2011 pukul 19.45 WIB.
3. Anonimc. 2011. Jenderal Soedirman. http://chillinaris.blogspot.com. Diakses pada tanggal
8 September 2011 pukul 20.30 WIB.
4. Anonimd. 2011, Biografi Jendral Soedirman. http://www.biografitokohdunia.com.
Diakses pada tanggal 8 September 2011 pukul 20.45 WIB.
5. Anonime. 2011. Jenderal Soedirman, Hal Yang Tidak Terungkap Dari Seorang Panglima
. http://jainal13.wordpress.com .Diakses pada tanggal 8 September 2011 pukul 21.00 WIB.