resume audit internal

46
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TUGAS RESUME AUDIT INTERNAL Disusun Oleh: Kelompok 2 Kelas 9A Aga Bagoes A. (02) Aziz Ahmadi (12) Eko Suwarno (19) Fani Pramudita (20) Sidik Sasmito (33) Syarif N. Mochtarom (34) Mahasiswa Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus Tahun 2015

Upload: aga-bagoes-ardiansyah

Post on 17-Sep-2015

152 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Resume

TRANSCRIPT

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TUGAS RESUME AUDIT INTERNAL

    Disusun Oleh:

    Kelompok 2 Kelas 9A

    Aga Bagoes A. (02)

    Aziz Ahmadi (12)

    Eko Suwarno (19)

    Fani Pramudita (20)

    Sidik Sasmito (33)

    Syarif N. Mochtarom (34)

    Mahasiswa Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus Tahun 2015

  • atkan

    Chapter 9 MENGELOLA FUNGSI AUDIT INTERNAL

    Tujuan Pembelajaran:

    o Memahami pentingnya posisi yang tepat dari fungsi audit internal dalam organisasi

    o Mengidentifikasi manfaat dari berbagai struktur organisasi untuk fungsi audit internal

    o Mengidentifikasi peran dan tanggung jawab posisi penting dalam fungsi audit internal

    o Memahami kebijakan dan prosedur audit internal dan bagaimana mereka memandu fungsi

    audit internal

    o Memahami berbagai model manajemen risiko dan merefleksikan peran fungsi audit

    internal yang seharusnya terdapat dalam proses manajemen risiko organisasi

    o Memahami jaminan kualitas, cara beroperasi, dan seberapa penting fungsi audit internal

    o Memahami penggunaan teknologi dalam pengelolaan fungsi audit internal

    Memposisikan Fungsi Audit Internal Dalam Organisasi

    fungsi audit internal ditempatan pada tingkat manajemen senior, memberikan fungsi

    visibilitas, otoritas , dan tanggung jawab untuk:

    Secara bebas mengevaluasi penilaian manajemen atas sistem pengendalian internal

    organisasi secara independen, dan

    Menilai kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan bisnis dan mengelola,

    memantau, dan mengurangi risiko yang terkait dengan pencapaian tujuan tersebut.

    Definisi Audit Inernal menurut The IIAS

    Kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif yang dirancang untuk

    memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal

    membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis

    dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko pengendalian

    (Control) dan proses tata kelola (Governance)

    Standar IIA 2000 Mengelola Aktivitas Audit Internal

    Penafsiran standar 2000 menyatakan bahwa "audit internal (fungsi) dikelola secara efektif ketika:

  • Hasil kinerja audit internal mencapai tujuan dan tanggung jawab termasuk dalam

    charter audit internal

    Audit internal sesuai dengan definisi audit internal dan standar

    Para individu yang merupakan bagian dari audit internal menunjukkan kesesuaian

    dengan kode etik dan standar

    Dalam membuat suatu charter, visi dan misi, dan rencana audit, CAE bertanggungjawab dalam

    menetapkan dan menjaga independensi, objektifitas, kecakapan (proficiency), dan menjaga sikap

    profesionalitas dalam fungsi audit internal.

    Jika audit internal diposisikan pada level senior manajemen yang mempunyai akses langsung

    terhadapt board (dewan), maka akan memberikan independensi yang lebih besar begitu pula

    obyektivitasnya.

    Rekomendasi untuk menyusun sebuah piagam audit internal

    Pedoman praktek 1000-1 : Piagam Audit Internal

    Menyediakan suatu piagam audit internal yang formal dan tertulis sangat penting

    dalam manajemen aktivitas audit internal. Piagam audit internal mengandung

    pernyataan pengakuan untuk direview dan diaksep oleh manajemen serta untuk

    disetujui, sebagaimana didokumentasikan dalam risalah, oleh Dewan. Piagam ini juga

    memfasilitasi penilaian secara periodik kecukupan tujuan, wewenang, dan tanggung

    jawab aktivitas audit internal yang menetapkan peran aktivitas audit internal. Piagam

    audit internal menyediakan perjanjian formal dan tertulis dengan manajemen dan Dewan

    tentang kegiatan audit internal organisasi.

    Kepala eksekutif Audit (CAE) bertanggung jawab untuk secara periodik menilai apakah

    tujuan, wewenang, dan tanggung jawab aktivitas audit internal, sebagaimana

    didefinisikan dalam piagam audit internal, tetap memadai untuk memungkinkan

    aktivitas audit internal mencapai tujuannya. CAE juga bertanggung jawab untuk

    mengomunikasikan hasil penilaian ini kepada manajemen senior dan Dewan.

    Independensi dan Objektivitas

    Standar IIA 1110: Organisasi independensi, Kepala Eksekutif Audit harus melapor ke

    suatu tingkat di dalam organisasi yang memungkinkan Aktivitas Audit Internal untuk

    memenuhi tanggung jawabnya. Kepala Eksekutif Audit harus mengonfirmasi kepada

    Dewan akan independensi organisasi dari Aktivitas Audit Internal sekurang-kurangnya

    setiap tahun sekali.

  • 1110.A1 Aktivitas Audit Internal harus bebas dari campur tangan dalam

    menentukan lingkup audit internal, melakukan pekerjaan, dan mengomunikasikan hasil

    pekerjaan.

    Praktek Penasehat 1110-1 : Independence organisasi masuk ke lebih rinci ,

    menekankan pentingnya dukungan manajemen dan dewan senior dari fungsi audit

    internal untuk membantu memastikan kerjasama audit dan penghapusan penurunan

    nilai saat fungsi audit internal bekerja pada perlibatan.

    IIA standar 1120 : objektivitas individu menyatakan bahwa auditor internal harus

    memiliki , sikap objektif memihak dan menghindari konflik kepentingan.

    Persyaratan ini dalam praktek penasehat 1120-1:

    objektivitas individu:

    Dengan objektivitas individual dimaksudkan auditor internal melakukan penugasan

    dengan keyakinan yang jujur dan tidak membuat kompromi dalam hal kualitas yang

    signifikan. Auditor internal tidak boleh ditempatkan dalam situasi-situasi yang dapat

    mengganggu kemampuan mereka dalam membuat penilaian secara objektif dan

    profesional.

    Objektivitas Individual melibatkan kepala eksekutif audit (CAE) untuk memberikan

    penugasan staf sedemikian rupa sehingga mencegah konflik kepentingan dan bias

    informasi, baik yang bersifat potensial maupun aktual.

    Review terhadap hasil pekerjaan audit internal sebelum komunikasi/laporan

    penugasan diterbitkan, akan membantu memberikan keyakinan yang memadai

    bahwa pekerjaan auditor internal yang bersangkutan telah dilakukan secara objektif.

    Objektivitas auditor internal tidak terpengaruh secara negatif ketika auditor

    merekomendasikan standar pengendalian untuk sistem tertentu atau melakukan

    review terhadap prosedur tertentu sebelum dilaksanakan. Objektivitas auditor

    dianggap terganggu jika auditor membuat desain, menerapkan, men-draft-kan

    prosedur, atau mengoperasikan sistem tersebut.

    Pelaksanaan tugas sesekali di luar audit oleh auditor internal, bila dilakukan

    pengungkapan penuh dalam pelaporan tugas itu, tidak serta merta mengganggu

    objektivitas. Namun, hal tersebut membutuhkan pertimbangan cermat, baik oleh

    manajemen maupun auditor internal untuk menghindari dampak negatif terhadap

    objektivitas auditor internal.

  • Standar IIA 1130: Gangguan terhadap Independensi atau Objektivitas

    Jika independensi atau objektivitas terganggu baik secara kenyataan ataupun secara

    penampilan, rincian gangguan harus diungkapkan kepada pihak-pihak yang tepat. Sifat dari

    pengungkapan akan tergantung pada gangguan tersebut.

    Interpretasi:

    Gangguan terhadap independensi organisasi dan objektivitas individu dapat meliputi,

    tetapi tidak terbatas pada, konflik kepentingan pribadi, pembatasan lingkup,

    pembatasan akses terhadap catatan, personel, dan properti, serta pembatasan

    sumber daya, seperti pendanaan.

    Penentuan pihak-pihak yang tepat kepada siapa rincian gangguan independensi atau

    objektivitas serta sifat gangguan harus diungkapkan, tergantung pada harapan dari

    Aktivitas Audit Intern dan tanggung jawab Kepala Eksekutif Audit terhadap manajemen

    senior dan Dewan seperti yang dijelaskan dalam Piagam Audit Internal.

    Persyaratan IIA mengenai penurunan nilai untuk independensi dan obyektivitas

    Standar 1130.A1:

    Internal auditor harus menahan diri dari menilai kegiatan tertentu yang sebelumnya

    mereka menjadi penanggung jawab. Objektivitas dianggap terganggu jika auditor internal

    menyediakan layanan pemastian untuk kegiatan dimana auditor internal terlibat dan memiliki

    tanggung jawab, dalam tahun sebelumnya

    Standar 1130.A2:

    Penugasan pemastian untuk fungsi-fungsi dimana Kepala Eksekutif Audit memiliki

    tanggung jawab harus diawasi oleh pihak di luar Aktivitas Audit Internal.

    Standar 1130.c1:

    Internal auditor dapat memberikan layanan konsultasi yang berkaitan dengan kegiatan

    dimana mereka sebelumnya menjadi penanggung jawab.

    Standar 1130.c2

    Jika auditor internal memiliki potensi gangguan terhadap independensi atau objektivitas

    yang berhubungan dengan layanan konsultasi yang diusulkan, maka pengungkapan harus

    dilakukan kepada klien penugasan sebelum menerima penugasan tersebut.

  • Keahlian dan Kecermatan Profesional

    Dalam standar IIA 1200, penugasan harus dilakukan dengan keahlian dan kecermatan

    profesional. Lalu dalam standar IIA 1210, dinyatakan bahwa Auditor internal harus memiliki

    pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan

    tanggung jawabnya. Aktivitas Audit Internal secara kolektif harus memiliki atau mendapatkan

    pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan

    tanggungjawabnya. Berikutnya dalam standar IIA 1220, Kecermatan Profesional dinyatakan

    sebagai Auditor Internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang diharapkan dari

    seorang auditor yang cukup berhati-hati dan kompeten. Kecermatan profesional tidak berarti

    kesempurnaan.

    Perencanaan

    sebuah outline dari penugasan (konsultansi dan assurance) dalam periode tertentu

    berdasarkan penilaian resiko dari organisasi.

    untuk suatu periode berdasarkan penilaian dari risiko organisasi..

    1. Standar Perencanaan.

    Ada dua perbedaan, yaitu:

    1. Jasa jaminan. Rencana penugasan dari Aktivitas Audit Internal harus didasarkan pada

    penilaian risiko yang terdokumentasi, sekurang-kurangnya dilakukan setiap tahun.

    Masukan dari manajemen senior dan Dewan harus dipertimbangkan dalam proses ini.

    2. Jasa konsultasi. Kepala Eksekutif Audit harus mempertimbangkan untuk menerima

    penugasan konsultasi yang diusulkan berdasarkan potensi penugasan tersebut untuk

    meningkatkan proses manajemen risiko, menambah nilai, dan meningkatkan operasi

    organisasi. Penugasan yang diterima harus disertakan dalam rencana.

    Komunikasi dan Persetujuan

    Setelah penetapan rencana audit, maka giliran Chief Audit Executive untuk mempresentasikan

    rencana tersebut kepada senior management dan dewan audit agar disetujui. Rekomendasi

    khusus untuk memenuhi persyaratan ini:

    1. Setiap tahun CAE akan melaporkan kepada manajemen senior dan dewan untuk

    mereview dan menyetujui ringkasan rencana audit internal, jadwal kerja, rencana

    kepegawaian, dan anggaran keuangan,

  • 2. .Menyetujui keterlibatan jadwal kerja, rencana kepegawaian, dan anggaran

    keuangan, bersama dengan semua perubahan interim yang signifikan, yang berisi

    informasi yang cukup untuk memungkinkan manajemen senior dan dewan direksi untuk

    memastikan apakah tujuan dan rencana kegiatan audit internal yang mereka dukung

    telah konsisten dengan charter audit internal

    Manajemen Sumber Daya

    CAE bertanggung jawab Mengembangkan, mengarahkan, mengorganisasi, mengawasi,

    merencanakan, dan mengelola rencana dan anggaran audit internal yang telah disetujui oleh

    komite audit dengan tujuan menentukan akurasi dari laporan keuangan, keefektifan bisnis,

    kesesuaian dengan kebijakan, prosedur, hukum, dan peraturan yang ada

    Struktur Organisasi dan Strategi susunan kepegawaian

    Fungsi audit internal harus dibentuk sesuai dengan budaya dan kebutuhan organisasi.

    CAE juga memilih struktur organisasi hierarki yang memiliki banyak macam posisi dengan masing-

    masing perannya dalam fungsi audit internal yaitu:

    1. Staff auditor

    2. Senior auditor

    3. Audit manager

    4. Audit director

    5. Chief audit executive

    Right Sizing (Ukuran yang tepat)

    Penting untuk menjaga keseimbangan staf yang mampu dan berpengetahuan dalam

    menyelesaikan rencana internal audit.

    Perencanaan Kepegawaian atau SDM

    CAE bertanggung jawab dalam menjaga SDM audit yang cukup dimana memastikan

    pemenuhan tanggung jawab internal audit, sebagaimana disebutkan dalam Internal Audit

    Charter.

    Kepala Eksekutif Audit harus memastikan bahwa sumber daya audit internal adalah

    tepat, cukup, dan secara efektif dikerahkan untuk mencapai rencana yang telah disetujui.

  • Praktek Perekrutan (hiring)

    CAE bertanggung jawab memperkerjakan pegawai demi memaksimalkan efektivitas

    dan efisiensi dari keterampilan dasar dan memanfaatkan anggaran keuangan dengan baik.

    Outsourcing juga dapat dilakukan untuk membantu fungsi audit internal dengan tujuan

    mengambil pokok dari suatu perjanjian atau mengisi kekosongan sumber daya yang dibutuhkan

    dalam menyelesaikan rencana audit internal.

    Pelatihan dan Pembinaan

    Wajib bagi staf audit internal untuk terus memperbarui dan mengembangkan

    kemampuan audit dan pengetahuannya, diantaranya dengan berbagai sertifikasi keahlian seperti

    CIA, CPA, CISA, dan CFE.

    Perencanaan karir dan pengembangan profesional

    Fungsi internal audit yang baik harus memiliki perencanaan karir dan pengembangan

    profesional

    Penjadwalan

    Setelah penentuan pegawai tetap dan outsourcing telah dilakukan dan dikelola dengan

    baik dalam fungsi audit internal, maka CAE dapat mulai menempatkan perjanjian dan proyek

    tertentu kepada pegawai yang tepat serta memaksimalkan penggunaan anggaran dengan

    menciptakan fungsi audit internal berdasarkan pengalaman dan kemampuannya, akan menjadi

    efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.

    Anggaran Keuangan

    Anggaran keuangan bermanfaat untuk mendorong rencana audit internal, struktur organisasi,

    dan strategi kepegawaian

    Kebijakan dan Prosedur

    Kepala Eksekutif Audit (CAE) harus menetapkan kebijakan dan prosedur (manual audit) untuk

    memandu Aktivitas Audit Internal yang bentuk dan isinya tergantung pada ukuran dan struktur

    serta kompleksitas pekerjaan Aktivitas Audit Internal yang bersangkutan

  • Koordinasi dengan auditor eksternal yang independen

    CAE harus mau membagikan informasi dan menggkoordinasikan aktivitas dengan penyedia jasa

    internal maupun eksernal audit yang lain untuk memastikan cakupan yang tepat dan mengurangi

    pelaksanaan aktivitas yang berulang.

    Pelaporan kepada Manajemen Senior dan Dewan

    Kepala Eksekutif Audit harus melaporkan secara berkala kepada manajemen senior dan Dewan

    atas realisasi tujuan, wewenang, tanggung jawab, serta kinerja dibandingkan dengan rencana.

    Pelaporan Aktivitas Audit Internal harus mencakup juga eksposur risiko yang signifikan dan

    masalah-masalah pengendalian, termasuk risiko kecurangan, tata kelola, serta hal-hal lain yang

    diperlukan atau diminta oleh manajemen senior dan Dewan. Sebagai tambahan, CAE dan

    manajemen berkoordinasi dalam pelaporan rutin akan banyak risiko dan aktivitas kontrol

    yang dilaksanakan baik sesuai dengan peran dan tanggung jawab yang ditentukan dewan

    maupun komite audit. CAE juga bertanggung jawab menjaga hubungan yang ada dalam

    organisasi yang berpotensi menimbulkan konflik, termasuk komite audit, manajemen senior,

    manajemen lini, dan pihak ketiga di luar perusahaan.

    Tata kelola (Governance)

    Tata kelola adalah kombinasi proses dan struktur yang diimplementasikan dewan untuk

    menginformasikan, mengarahkan, dan mengatur aktivitas dalam organisasi untuk mencapai

    tujuannya. Aktivitas Audit Internal harus mengevaluasi dan membuat rekomendasi yang tepat

    untuk memperbaiki proses tata kelola dalam pencapaian tujuan-tujuan sebagai berikut:

    1. Mempromosikan etika dan nilai-nilai yang pantas dalam organisasi;

    2. Memastikan manajemen dan akuntabilitas kinerja organisasi yang efektif;

    3. Mengomunikasikan informasi risiko dan pengendalian kepada bidang-bidang yang sesuai

    di dalam organisasi dan

    4. Mengoordinasikan kegiatan dan mengomunikasikan informasi di antara Dewan, auditor

    internal dan eksternal, serta manajemen.

    Tanggung jawab tata kelola fungsi audit internal termasuk:beberapa hal berikut:

    1. Mengevaluasi berbagai macam aktivitas manajemen resiko

    2. Menguji dan mengevaluasi berbagai aktivitas manajement resiko beroperasi sesuai

    dengan rancangan

    3. Menentukan pernyataan yang dibuat oleh para pemilik risiko

  • 4. Menentukan apakah pernyataan yang dibuat oleh manajemen senior

    5. Mengevaluasi informasi toleransi risiko dikomunikasikan tepat waktu dan efektif

    6. Menilai apakah ada daerah risiko lain yang saat ini tidak disertakan

    Manajemen risiko

    Merupakan Proses yang dilakukan oleh manajemen untuk memahami dan menangani

    ketidakpastian yang dapat mempengaruhi organisasi dalam mencapai tujuannya.tujuan

    manajemen resiko adalah menghindari bahaya potensial dan mencegah tindakan mengancam

    supaya tidak memberikan pengaruh negatif terhadap organisasi.

    Standar IIA 2120: Manajemen Risiko. Aktivitas Audit Internal harus mengevaluasi

    efektivitas dan berkontribusi bagi perbaikan proses manajemen risiko. Interpretasinya

    yaitu:

    1. Menentukan apakah proses manajemen risiko adalah efektif merupakan hasil keputusan

    dari penilaian auditor internal bahwa:

    2. Tujuan organisasi mendukung dan selaras dengan misi organisasi;

    3. Risiko signifikan telah diidentifikasi dan dinilai;

    4. Respons risiko yang tepat telah dipilih untuk menyelaraskan risiko dengan minat risiko

    organisasi;

    5. Informasi risiko yang relevan diterima dan dikomunikasikan secara tepat waktu di seluruh

    organisasi, sehingga memungkinkan staf, manajemen, dan Dewan untuk melaksanakan

    tanggung jawab mereka.Pengendalian

    Dalam Standar IIA 2130: Pengendalian Aktivitas Audit Internal harus membantu organisasi

    dalam memelihara pengendalian yang efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensinya

    serta dengan mempromosikan perbaikan terus-menerus.

    Jaminan Kualitas dan Pengembangan Program

    Standar IIA 1300 : Jaminan Kualitas dan Program Perbaikan menyatakan CAE harus

    mengembangkan dan mempertahankan jaminan kualitas dan program perbaikan yang mencakup

    semua aspek dari kegiatan audit internal

    Pengungkapan Ketidaksesuaian

    Standar IIA 1322 menyatakan CAE harus mengungkapkan ketidaksesuaian dan dampaknya untuk

    manajemen senior dan dewan. Ketidaksesuaian ini berarti fungsi audit internal tidak sesuai

    dengan standar internasional untuk Praktek Profesional Internal Audit

  • Pengukuran Kinerja Untuk Fungsi Audit Internal

    Beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh CAE dalam membuat kriteria pengukuran kinerja::

    1. Ukuran dari fungsi audit internal

    2. Layanan khusus yang ditawarkan

    3. Peraturan khusus industri

    4. Lingkungan operasi

    5. Budaya organisasi

    Program pemastian kualitas dan peningkatan merupakan suatu proses penilaian yang

    dilakukan secara terus-menerus dan juga secara berkala terhadap keseluruhan spektrum pekerjaan

    audit dan konsultasi yang dilakukan oleh Aktivitas Audit Internal. Jika hasil penilaian

    menunjukkan area-area tertentu memerlukan perbaikan, CAE harus segera menerapkan program

    perbaikan melalui QAIP.

    QAIP meliputi evaluasi-evaluasi atas:

    1. Kesesuaian dengan Definisi Audit Internal, Kode Etik, dan Standar, termasuk tindakan

    korektif secara tepat waktu bila terjadi ketidaksesuaian yang signifikan.

    2. Kecukupan piagam Aktivitas Audit Internal, tujuan, sasaran, kebijakan, serta prosedur.

    3. Kontribusi terhadap proses tata kelola, manajemen risiko, serta pengendalian internal

    organisasi.

    4. Kepatuhan terhadap hukum yang berlaku, peraturan, dan serta standar pemerintah

    ataupun industri.

    5. Efektivitas perbaikan kegiatan secara terus-menerus serta adopsi praktik-praktik terbaik.

    6. Sejauh mana Aktivitas Audit Internal menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.

    Penggunaan Teknologi untuk Mendukung Proses Audit Internal

    Risiko dan pengendalian Penilaian Diri, Alat penilaian risiko otomatis dapat menyediakan

    fungsi audit internal dengan identifikasi, dokumentasi, resiko yang prioritas, dan area mana

    dalam organisasi yang memiliki resiko tersebut.

  • Chapter 11 AUDIT SAMPLING

    Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam

    suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo

    akun atau kelompok transaksi tersebut. Sampling ini digunakan untuk pelaksanaan prosedur audit

    seperti tracing atau vouching yang digunakan untuk pemeriksaan dokumen audit trail atau

    digunakan untuk prosedur audit inquiry dan observation.

    Dua Pendekatan Umum Audit Sampling

    Dua pendekatan tersebut adalah statistical dan non statistical. Untuk memilih, auditor internal

    harus mempertimbangkan cost and benefit. Statistical sampling merupakan alat bantu auditor

    internal untuk mengukur kecukupan bukti yang yang diperoleh dan mengevaluasi hasil sampling

    secara quantitative. Lebih dari itu audit sampling memungkinkan auditor untuk menghitung,

    mengukur dan mengontrol sampling risk. Namun, statistical sampling juga lebih costly.

    Audit Risk and Sampling Risk

    Audit risk diartikan sebagai risiko kesalahan pengambilan kesimpulan dan/atau menyediakan saran

    yang keliru berdasarkan pekerjaan audit yang dilakukan. Dalam konteks tersebut maka audit risk

    dibagi menjadi 2 yaitu sampling risk dan nonsampling risk.

    1. Sampling risk adalah risiko bahwa kesimpulan internal audit berdasarkan sample yang diuji

    berbeda dengan kesimpulan yang diperoleh apabila prosedur audit dilakukan terhadap

    seluruh item pada populasi.

    Dalam melakukan Test of control, internal audit concerned terhadap dua aspek sampling risk

    yaitu:

    a. The risk of assessing control risk too low (type II risk, beta risk). Dikenal juga dengan risk

    of overreliance (risiko ketergantungan lebih) yaitu risiko bahwa internal auditor salah

    dalam menyimpulkan bahwa control tertentu lebih efektif dari yang seharusnya.

    b. The risk of assessing control si too High (The I risk, alpa risk). Dikenal juga Dean risk of

    under-reliance (risiko ketergantungan kurang) yaitu risiko bahwa internal audit salah

    dalam menyimpulkan bahwa control kurang efektif dari yang seharusnya.

    2. Non sampling risk adalah risiko yang terjadi kerik internal auditor gagal dalam menjalankan

    pekerjaannya secara benar. Misalnya melakukan prosedur audit yang tidak tepat atau sah

    dalam melakukan interpretasi hasil sampling. Nonsampling risk dikontrol menggunakan

    audit planning, supervisi, dan quality assurance.

    STATISTICAL AUDIT SAMPLING IN TESTS OF CONTROL

    Atribute Sampling Approaches

    Attribute Sampling merupakan pendekatan sampling statistikal berdasarkan teori binomial

    distrbution yang memungkinkan pengguna memperoleh kesimpulan tentang populasi dengan

    menggunakan tingkat keterjadiannya.

  • Binomial distribution adalah distribusi semua kemungkinan sample yang mana tiap item dalam

    populasi mempunyai satu atau dua kemungkinan states.

    Stratified attribute sampling adalah variasi dari attribute sampling dari populasi yang dapat dibagi-

    bagi. Ketika control yang berbeda diterapkan dalam level transaksi yang berbeda maka perbedaan

    level transaksi terebut dapat dipertimbangkan sebagai populasi yang berbeda.

    Stop-or-go sampling merupakan variasi dari attribute sampling yang digunakan ketika tingkat

    penyimpangan diperkirakan rendah. Stop-or-go sampling berguna dalam situasi tersebut karena

    dapat meminimalkan ukuran sample untuk level sampling risk tertentu.

    Discovery sample merupakan variasi attribute sampling yang didesain dengan cukup luas untuk

    mendeteksi paling tidak satu penyimpangan apabila tingkat deviasi pada populasi setara atau

    melebihi tingkat spesifik. Pendekatan ini biasa digunakan untuk menguji adanya fraud.

    Designing an Attribute Sampling Plan, Executing The Plan, and Evaluating The Sample Result

    Attribute sampling dilakukan melalui 9 langkah berikut:

    1. Identify a specific internal control objective dan prescribed control(s) aimed at achieving that

    objective

    Tujuan audit yang spesifik merupakan faktor kunci yang menentukan apa yang akan di

    sample. Sebagai contoh adalah auditor internal akan menguji dengan menggunakan sample,

    apakah order pembelian selama 12 bulan telah didukung oleh daftar permintaan pembelian

    yang sesuai.

    2. Define what is meant by control Aviation

    Yang dimaksud dengan penyimpangan dari control yang telah ditentukan sama pentingnya

    dengan mendefinisikan tujuan control dan prosedur control. Jika internal auditor gagal

    melakukan ini, ada risiko tidak dikenalinya penyimpangan yang hal ini merupakan non

    sampling risk. Sebagai contoh adalah internal auditor ingin meyakini bahwa order pembelian

    dukung oleh permintaan pembelian yang tepat. Penyimpangan dari control yang ditetapkan

    akan termasuk hal berikut: tidak adanya daftar permintaan pembelian, tidak adanya bukti

    dari persetujuan daftar permintaan pembelian, disetujui oleh orang yang tidak berwenang,

    adanya perbedaan antara barang yang dipesan dengan barang yang diterima gudang.

    3. Define population and sampling unit

    Sesuai contoh sebelumnya maka, populasi yang ditentukan adalah order pembelian

    prenumber selama 12 bulan. Sampling unitnya adalah setiap order pembelian yang diuji

    untuk memastikan apakah order pembelian telah didukung oleh daftar permintaan

    pembelian yang sesuai. Untuk mengujinya, internal auditor akan melakukan vouching

    terhadap order pembelian dan menghubungkannya dengan daftar permintaan pembelian.

    4. Determine the appropriate values of parameter affecting sample size

  • Dalam attribute sampling, internal auditor harus menetapkan, menggunakan audit

    judgment, nilai yang tepat dari 3 faktor yang mempengaruhi ukuran sample.

    a. Risiko yang dapat diterima dari penilaian kontrol yang terlalu rendah

    Ingat bahwa risiko penilaian control risk terlalu rendah maka internal auditor akan salah

    menyimpulkan bahwa kontrol tertentu lebih efektif dari pada seharusnya. Risiko

    penilaian control risk yang terlalu rendah akan berkebalikan dengan ukuran sample,

    dengan kata lain semakin rendah tingkat acceptable risk, semakin besar ukuran sample.

    b. Tingkat penyimpangan yang dapat ditolerir

    Tingkat maksimum atas penyimpangan yang masih dapat diterima auditor dan masih

    dapat menyimpulkan bahwa pengendalian sudah efektif. Penyimpangan yang masih

    dapat diterima berkebalikan dengan jumlah sample audit

    c. Tingkat penyimpangan populasi yang diperkirakan

    Perkiraan auditor pada penyimpangan aktual dari populasi yang diperiksa. Auditor harus

    membedakan antara tingkat tolerable deviation dan tingkat perkiraan penyimpangan

    populasi sebagai planned allowance for sampling risk atau planned precision.

    5. Determine the appropriate sample size

    Setelah auditor menetapkan nilai dari faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran sample,

    cara paling mudah untuk menentukan ukuran sample yang tepat dapat mengacu pada tabel

    berikut.

    6. Memilih sample secara acak

    Dua pendekatan yang sering digunakan adalah:

    a. Simple Random Sampling

    Pendekatan yang paling mudah ketika sampling dokumen prenumbered. Menggunakan

    tabel nomor random adalah salah satu jalan internal auditor mendapatkan random

    sample.

    b. Systematic Sampling

    Internal auditor memilih secara random untuk menentukan titik awal data dan memlih

    sampai urutan tertentu setetahnya.

    7. Audit sample item yang dipilih dan menghitung jumlah deviasi dari control yang ditentukan.

    8. Menentukan batas deviasi yang dapat diterima

    9. Mengevaluasi hasil sample

    Mengevaluasi hasil dari atribut sampling, meliputi:

    - Kesimpulan perhitungan statistik

    - Membuat keputusan audit berdasarkan hasil sample quantitative

    - Mempertimbangkan aspek kualitatif dari hasil sample

  • Memformulasikan keputusan statistikal

    Kelebihan utama dari statistical sampling dibandingkan nonstatistical sampling adalah statistical

    sampling memungkinkan internal auditor untuk mengkuantifikasi , mengukur, dan mengendalikan

    risiko sampling .

    Menyusun keputusan audit berdasarkan hasil sampel kuantitatif.

    Aplikasi atribut sampling didesain agar internal auditor akan menyimpulkan bahwa pengendalian

    efektif, berdasarkan hasil sampling jika 90 persen tingkat keyakinan bisa dicapai bahwa population

    rate nya adalah kurang atau sama dengan 5%.

    Adalah penting untuk diingat, bahwa interpretasi auditor terhadip hasil sampling kuantitatif hanya

    menunjukkan efektifitas pengendalian bagi 12 bulan terakhir saja.

    Mempertimbangkan aspek kualitatif dari hasil sampel.

    Sebagai tambahan dalam mengevaluasi hasil dari attribute sampling, internal auditor harus

    mempertimbangkan aspek-aspek kualitatif dari penyimpangan dari pengendalian yang ditemukan.

    SAMPLING AUDIT NON STATISTIKAL DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN

    Statistical sampling membutuhan dua hal fundamental :

    a. sampelnya harus dipilih secara random

    b. hasil sampling tersebut harus dievaluasi secara matematis dengan pendekatan teori

    probabiilitas

    Sampling nonstatistikal membrikan auditor keleluasaan lebih dalam memilih dan mengevaluasi

    sampel. Meskipun begitu, auditor harus tetap memilih sampel yang dipercaya yang merupakan

    representasi dari populasi, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi ukuran

    sampel. Haphazard sampling adalah teknik pemilihan non random yang digunakan auditor untuk

    memilih sampel yang diharapkan dapat merepresentasikan populasi.

    Ketidakmampuan untuk mengkuantifikasi risiko sampling secara statistik merupakan fitur utama dari

    sampling non statistik yang membedakannya dengan statistical sampling. Kesimpulan auditor

    mengenai populasi (yang direpresentasikan sampel) sangatlah judgemental ketimbang berdasarkan

    teori probablitas.

    Salah satu pendekatan sampling nonstatistik yang paling awam adalah memilih sampel yang relatif

    kecil secara haphazard, misalnya 25 item untuk seluruh aplikasi sampling berdasarkan presumsi

    bahwa tidak terdapat penyimpangan pengendalian dalam populasi, dan untuk menyimpulkan bahwa

    pengendalian tidak cukup efektif jika satu atau lebih deviasi pengendalian ditemukan.

    STATISTICAL SAMPLING DALAM PENGUJIAN NILAI-NILAI MONETER

    Sebagai tambahan untuk penggunaan sampling dalam konteks pengujian pengendalian, internal

    auditor juga menerapkan sampling ketikan melakukan pengujian yang didesain untuk mendapatkan

    bukti langsung mengenai kebenaran nilai-nilai monetaris-misalnya, nilai dari inventory yang

    disajikan.

    Ketika melakukan pengujian atas nilai moneter, internal auditor harus memperhatikan dua aspek

    risiko sampling ;

    a. Risiko penerimaan yang tidak benar (Type II Risk, Beta Risk)

  • Risiko dimana sampel menunjukkan tidak ada misstatement material, padahal sebenarnya

    ada.

    b. Risiko penolakan yang tidak benar (Type 1 Risk, Alpha Risk)

    Kebalikan dari yang atas.

    Probability-proportional-to size sampling

    Disebut juga sebagai monetary-unit sampling atau dollar-unit sampling adalah bentuk modifikasi dari

    sampling atribut yang digunakan untuk mencapai kesimpulan terkait jumlah moneter ketimbang

    tingkat keterjadian.

    Faktor yang memengaruhi ukuran sampling PPS :

    a. Nilai buku moneter dari population

    b. Risiko ketidakbenaraan penerimaan

    c. Tolerable misstatement

    d. Anticipated misstatement

    Classical Variables Sampling

    Adalah pendekatan sampling statistikal yang berdasarkan pada teori distribusi normal yang

    digunakan untuk memeroleh kesimpulan terkait jumal monetary. Metode ini dianggap lebih sulit

    dari PPS, karena melibatkan metode perhitungan yang lebih kompleks dalam menentukan jumlah

    sampel yang teapt dan mengevaluasi hasil sampling

    Dua pendekatan pemilihan sampelyang umum digunakan dalam metode ini adalah simple random

    sampling dan systematic sampling with random sttart

    Faktor yang memengaruhi ukuran sampel pada metode ini :

    a. Ukuran populasi

    b. Standar deviasi populasi yang diestimasi

    c. Risiko penerimaan yang tidak benar

    d. Risiko penolakan yang tidak benar

    e. Tolerable misstatement.

  • Chapter 12 INTRODUCTION TO THE ENGAGEMENT PROCESS (PENGANTAR PROSES PENUGASAN)

    A. Tujuan Pembelajaran

    1) Memahami jenis penugasan auditor internal.

    2) Memahami kegiatan kunci yang terkait dalam perencanaan dan pelaksanaan penugasan

    assurance dan pelaporan hasil penugasan.

    3) Menjelaskan bagaimana proses penugasan consulting berbeda dari proses penugasan

    assurance.

    B. JENIS PENUGASAN AUDIT INTERNAL

    Internal Standards for The Profesiaonal Practice of Internal Audit dalam Internal Profesional

    Practice Framework (IPPF) mendefinisikan bahwa internal auditor secara umum menyediakan

    dua jenis layanan yaitu :

    1. Jasa assurance yaitu Pemeriksaan obyektif atas bukti dengan tujuan memberikan

    penilaian independen atas tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian proses untuk

    organisasi. Contohnya mungkin termasuk penugasan keuangan, kinerja, kepatuhan,

    sistem keamanan dan uji kelayakan.

    2. Jasa consulting, konsultasi dan Kegiatan terkait pelayanan klien, sifat dan ruang lingkup

    yang disepakati dengan klien, dimaksudkan untuk menambah nilai dan meningkatkan

    tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian proses organisasi tanpa auditor internal

    dengan asumsi tanggung jawab manajemen. Contohnya termasuk nasihat, saran, fasilitasi

    dan pelatihan.

    baik yang berbentuk control-focused (secara langsung fokus pada operasional, pelaporan,

    dan atau kepatuhan kinerja) maupun yang sifatnya performance-focused (fokus pada

    desain kecukupan dan efektivitas pelaksanaan dari implementasi kontrol untuk

    menyediakan keyakinan yang memadai atas tujuan kinerja yang ingin dicapai)

    C. GAMBARAN UMUM PROSES ASSURANCE ENGAGEMENTS

    Proses penugasan (engagements) baik control-focused maupun performance-focused terdiri dari 3

    tahap utama yaitu (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3) Komunikasi (pelaporan).

    Proses Penugasan Assurance

    PLAN PERFORM COMMUNICATE

    - Menentukan tujuan dan

    lingkup penugasan

    - Melakukan pengujian untuk

    mengumpulkan bukti

    - Melakukan proses evaluasi

    observasi dan eskalasi

  • - Memahami auditee,

    termasuk tujuan dan asersi

    auditee

    - Mengidentifikasi dan menilai

    risiko

    - Mengidentifikasi

    pengendalian kunci (key

    control)

    - Mengevaluasi kecukupan

    desain pengendalian

    - Menyusun rencana

    pengujian

    - Mengembangkan Program

    Kerja

    - Mengalokasikan sumber

    daya pada engagement

    - Mengevaluasi bukti yang

    diperoleh dan

    menyimpulkan

    - Mengembangkan observasi

    dan menyusun rekomendasi

    - Melakukan penugasan

    preliminary dan interim

    - Mengembangkan

    komunikasi engagement

    final

    - Mendistribusikan

    komunikasi final formal dan

    informal

    - Melakukan prosedur

    monitoring dan tindak lanjut

    Meskipun gambaran di atas menunjukkan tiga tahap dari engagement sebagai langkah yang

    terpisah dan menunjukkan urutan, sebenarnya praktik yang dilakukan tidak sepenuhnya seperti

    gambaran di atas. Tidak terdapat batasan yang pasti antara perencanaan, pelaksanaan dan

    pelaporan.

    1. Aktivitas Perencanaan Assurance Engagements

    Perencanaan yang efektif adalah kunci kesuksesan. Terdapat sebuah ungkapan 7P : Proper

    Prior Planning Prevents Poor Performance dan ungkapan lain Failing to plan means

    planning to fail. Hal ini menunjukan betapa pentingnya sebuah perencanaan. Dalam

    perencanaan assurance engagement,terdapat beberapa tahapan yang dilalui yaitu:

    a. Menentukan tujuan dan lingkup engagement

    Ini adalah satu tahap penting dalam penugasan. Pertimbangan penting yang perlu

    diperhatikan adalah:

    1) Kategori tujuan bisnis (strategis, operasional, pelaporan dan kepatuhan)

    Misalnya apakah fokus penugasan pada efektivitas operasi dan efisiensi auditee,

    aspek pelaporan keuangan auditee, atau keduanya.

  • 2) Hasil yang diharapkan dari penugasan Audit Internal

    Tim diharapkan dapat membatasi fokusnya untuk mengkomunikasikan

    observasi atas pengendalian selama proses engagements, atau diharapkan

    untuk menyampaikan opini keseluruhan atas area khusus yang ditanyakan

    3) Batasan engagements

    Dari Proses bisnis/subproses bisnis mana dimulai/diakhiri, unit mana yg

    dikunjungi seperti kantor cabang Service atau fasilitas produksi, dsb.

    b. Memahami auditee, termasuk tujuan dan asersi auditee

    Suksesnya penugasan ditentukan oleh seberapa besar auditor mengetahui atau

    mendalami auditee dan langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memahami tujuan

    dan asersi auditee :

    Tujuan Bisnis Auditee apakah yang ingin dicapai auditee

    Asersi Auditee pernyataan tentang apa yang telah dicapai

    Dalam perspektif auditee tujuan yang jelas dan terukur bermanfaat bagi target kinerja

    dan asersi menrefleksikan level kinerja yang dicapai. Bagi auditor tujuan dan asersi

    auditee menjadi kerangka yang mendefinisikan tujuan penugasan.

    c. Mengidentifikasi dan menilai risiko

    Tim audit internal harus mengidentifikasi dan menilai yang dapat mengancam tujuan

    auditee dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Resiko dinilai dalam beberapa level

    risiko yang diukur dibandingkan dengan batas toleransi risiko manajemen yang dapat

    diterima. Atas resiko yang diatas batas toleransi manajemen harus dilakukan irigasi resik,

    terdapat 3 pilihan irigasi resiko risiko :

    Avoiding risks : Menghindari resik dengan meninggalkan atau membubarkan

    aktivitas terkait

    Sharing risks : mentransfer sebagian resik ke pihak ketiga

    Reducing risks : dengan mengimplementasikan desain kontrol

    d. Mengidentifikasi pengendalian kunci (key control)

    Tim audit internal juga harus mengidentifikasi pengendalian mana yang paling kritis

    untuk mengurangi risiko bisnis ke level yang dapat diterima serta menyediakan jaminan

    bahwa tujuan yang ditetapkan akan tercapai.

  • Dibahas lengkap di Ch. 6 Internal Control dan Ch. 13 Conducting Assurance

    Engagement

    e. Mengevaluasi kecukupan desain pengendalian

    Tim audit internal harus memutuskan apakah pengendalian kunci yang teridentifikasi

    dapat secara memadai untuk mengurangi risiko, baik secara individual maupun kolektif

    ke level yang dapat diterima diasumsikan bahwa pengendalian telah dijalankan sesuai

    rencana.

    f. Membuat pengujian perencanaan

    Tim auditor harus mendesain penugasan agar dapat mendapatkan bukti yang cukup.

    Membuat pengujian perencanaan terdiri dari menentukan sifat, waktu, dan perluasan

    prosedur yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti audit. Pengujian perencanaan

    berupa pengujian langsung atas pengendalian dan atau test kinerja untuk menghasilkan

    bukti tak langsung berkaitan dengan efektivitas pengendalian.

    g. Mengembangkan program kerja

    Selama proses penugasan, internal auditor menandai prosedur dalam audit program

    yang menandakan pekerjaan telah selesai dilaksanakan. Supervisor harus mereviu

    pekerjaan tim audit atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dan pekerjaan yang belum

    selesai atau yang masih harus dikerjakan, yang bisa saja diluar dari program kerja.

    h. Alokasi sumber daya untuk penugasan

    Tahap terakhir dalam perencanaan penugasan, antara lain menentukan keahlian audit

    yang diperlukan, estimasi waktu, menugaskan internal auditor, dan membuat skedul

    pekerjaan supaya dapat dikontrol realisasi tepat waktu.

    2. Aktivitas Pelaksanaan Penugasan Assurance

    Tahapan pekerjaan lapangan kegiatan assurance adalah sebagai berikut:

    a. Melakukan test untuk mengumpulkan bukti

    Tahap awal adalah melakukan prosedur untuk mengumpulkan bukti, misalnya membuat

    pertanyaan, observing operations, inspecting document, dan analyzing reasonableness

    of information. Tahap kedua yang juga penting adalah mendokumentasikan prosedur

    yang telah dikerjakan dan hasilnya.

  • b. Evaluasi bukti audit yang dikumpulkan dan membuat kesimpulan.

    Evaluasi bukti yang telah dikumpulkan untuk menentukan misalnya apakah kegiatan

    pengendalian telah didesain memadai dan efektivitas operasi telah tercapai. Internal

    auditor harus membuat kesimpulan logis berdasarkan bukti.

    c. Mengembangkan observasi and merumuskan rekomendasi.

    Observasi di sini juga berhubungan dengan menemukan bukti. Temuan yang baik

    memuat empat elemen :

    kriteria = standar, ukuran atau ekspektasi yang digunakan dalam evaluasi (what

    should be),

    kondisi bukti aktual yang ditemukan (what is),

    konsekuensi/akibat efek negatif yang nyata atau potensial terjadi (effect),

    dan

    sebab underliying alasan untuk gap antara kriteria dan fakta (reason the

    gap).

    Rekomendasi berdasarkan temuan dan kesimpulan internal auditor, untuk menutup

    gap antara kriteria dan kondisi, kontennya perbaikan atas masalah utama (root

    cause not sympton) berupa solusi yang jangka panjang dan secara ekonomi dapat

    dikerjakan.

    3. Aktivitas Komunikasi Penugasan Assurance

    Proses komunikasi hasil adalah komponen kritis dalam semua kegiatan internal audit,

    komunikasi hasil internal audit harus accurate, objective, clear, concise, constructive,

    complete, and timely (IIA Standard 2420 : Quality of Communications). Tahapan komunikasi

    kegiatan assurance sebagai berikut:

    a. Melakukan proses evaluasi dan eskalasi (escalation process) atas temuan. Temuan harus

    di assess melalui proses evaluasi dan eskalasi, selanjutnya menentukan implikasi

    temuan dalam komunikasi hasil pada area yang direviu.

    b. Melakukan komunikasi interim dan preliminary penugasan.

    Komunikasi oleh internal audit terjadi selama proses penugasan dan tidak hanya terjadi

    di akhir. Komunikasi di awal atas permasalahan yang muncul memperkenankan

    manajemen untuk menyelesaikan masalah secepatnya sebelum penugasan selesai, yang

    akan mempengaruhi ruang lingkup dan progress. Komunikasi memberikan manajemen

    kesempatan untuk melakukan klarifikasi dan menyampaikan pemikiran dari sudut

    pandangnya atas kesimpulan dan rekomendasi tim audit. Komunikasi juga untuk

  • menghindari multi tafsir karena kata yang tertulis kadang berbeda dengan yang

    diucapkan.

    c. Mengembangkan komunikasi penugasan akhir

    Dalam tahap ini internal auditor telah siap untuk mengkonsolidasi dan Mensintesis

    semua bukti yang dikumpulkan selama penugasan. Pengembangan komunikasi akhir

    termasuk:

    Membuat list dan prioritas pengendalian atas temuan dengan

    mempertimbangkan efektivitas pengendalian auditee

    Membuat kesimpulan negative assurance/limited assurance. auditor internal

    mengungkapkan keyakinan negatif ketika mereka menyimpulkan bahwa tidak

    ada kontrol -yang menjadi perhatian mereka- yang menunjukkan bahwa kontrol

    auditee yang dirancang tidak memadai atau tidak efektif beroperasi

    Membuat kesimpulan positive assurance/reasonable assurance. Internal

    auditor mengungkapkan keyakinan positif ketika mereka menyimpulkan dalam

    opininya bahwa pengendalian auditee dirancang memadai dan beroperasi

    efektif

    d. Distribusi komunikasi akhir formal dan informal

    Menurut Standard 2410-Criteria for Comunicating komunikasi harus mengandung

    tujuan dan lingkup penugasan dan juga kesimpulan, rekomendasi dan rencana kerja

    yang dapat diaplikasikan. Komunikasi penugasan final mengandung tanggapan auditee

    terhadap kesimpulan, pendapat, dan rekomendasi tim audit internal. Temuan yang

    harus dimasukkan dalam formal, komunikasi penugasan akhir adalah apa-apa yang

    harus dilaporkan untuk mendukung, atau mencegah kesalahpahaman, atas kesimpulan

    tim audit internal dan rekomendasi. Temuan kurang signifikan dapat disampaikan

    secara informal. Rekomendasi, yang didasarkan pada temuan dan kesimpulan, adalah

    tindakan yang diajukan untuk memperbaiki kondisi yang ada atau meningkatkan operasi

    yang diusulkan.

    e. Melakukan monitoring dan prosedur tindak lanjut (follow up).

    Penugasan Assurances tidak berhenti pada laporan.

    IIA Standard 2500: Monioring Progress menyatakan bahwa "Kepala eksekutif

    Audit harus membangun dan memelihara sistem untuk memonitor disposisi dari

    hasil audit yang dikomunikasikan kepada manajemen."

  • Standar 2500.A1 melanjutkan dengan mengatakan bahwa "Kepala eksekutif

    Audit harus menetapkan proses tindak lanjut untuk memantau dan memastikan

    bahwa tindakan manajemen telah dilaksanakan secara efektif atau manajemen

    senior telah menerima risiko dengan tidak mengambil tindakan."

    Audit internal charter harus mendefinisikan tanggung jawab fungsi audit internal

    untuk tindak lanjut, dan CAE harus menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur

    tindak lanjut yang tepat untuk penugasan tertentu.

    D. THE CONSULTING ENGAGEMENT PROCESS

    Penugasan consulting internal audit berbeda dengan penugasan assurance yaitu:

    Jika sifat dan ruang lingkup penugasan assurance ditentukan berdasaran fungsi dari internal

    audit, maka sifat dan ruang lingkup penugasan consulting berdasarkan persetujuan dengan

    pengguna layanan (customer)

    Penugasan consulting dalam sifatnya lebih bersifat discretionary (bebas dalam memilih jenis

    jasa) dibandingkan penugasan assurance. Jasa consulting termasuk consul, advise,

    facilitation, and training

    Proses dan tahapan penugasan consulting sama dengan assurance, yang membedakan adalah

    tidak semua tahapan assurance diperlukan, dan tahapan dalam consulting dilakukan secara

    berbeda dikarenakan tergantung dari sifat penugasannya (consul, advise, facilitation, and

    training) . Tiga fase utama penugasan yang diatur dalam Standar (Internal Audit) sebagai berikut:

    1. Perencanaan Penugasan

    Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap

    penugasan konsulting termasuk tujuan, lingkup, waktu dan alokasi sumber daya penugasan

    IIA Standard 2200 Engagement Planning : Auditor internal harus mengembangkan

    dan mendokumentasikan rencana untuk setiap (konsultasi) keterlibatan, termasuk

    tujuan keterlibatan ini, ruang lingkup, waktu, dan alokasi sumber daya"

    IIA Standard 2201.C1 : "Auditor internal harus membangun pemahaman dengan

    pelanggan tentang tujuan, ruang lingkup, bersangkutan, tanggung jawab, dan

    harapan lainnya (customer)"

    IIA Standard 2220.C1 : "Auditor internal harus memastikan bahwa lingkup

    keterlibatan yang cukup memadai untuk mengatasi disepakati tujuan"

    IIA Standard 2240.C1 : "Program Kerja untuk penugasan konsultasi dapat bervariasi

    dalam bentuk dan isi tergantung pada sifat penugasan"

  • 2. Pelaksanaan Penugasan

    "Auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan

    mendokumentasikan informasi yang cukup untuk mencapai Tujuan penugasan ini" IIA

    Standard 2300 Performing The Engagement

    3. Mengkomunikasikan Hasil Audit/Penugasan

    "Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil dari penugasan(konsultasi)" IIA Standard

    2400 Communicating Result. "Komunikasi harus mencakup tujuan dan ruang lingkup

    penugasan serta kesimpulan, rekomendasi, dan rencana aksi yang dapat diterapkan" IIA

    Standard 2410 Criteria for Communicating. "Komunikasi tentang perkembangan dan hasil

    penugasan konsultasi akan bervariasi dalam bentuk dan isi tergantung pada sifat dari

    penugasan dan kebutuhan (pelanggan)" IIA Standard 2410.C1

    E. Ringkasan

    1. Internal auditor menyediakan dua jenis layanan yaitu layanan Assurances dan layanan

    consulting yang dalam penugasannya dapat fokus pada Control dan/atau fokus pada kinerja.

    2. Proses penugasan dari kedua jenis layanan pada dasarnya terdiri dari 3 tahap yaitu

    perencanaan, pelaksanaan dan mengkomunikasikan

    3. Sifat dan lingkup penugasan Assurances ditentukan secara sepihak oleh fungsi internal audit,

    dan proses cenderung relatif seragam dari penugasan satu dan penugasan lain

    4. Sifat dan lingkup penugasan consulting ditentukan oleh dua pihak yaitu auditor dan

    Customs, dan tahapan spesifik proses biasanya bervariasi tergantung penugasan.

  • Chapter 13 CONDUCTING THE ASSURANCE ENGAGEMENT

    Kerangka Proses Conducting the Assurance Engagement

    PLAN PERFORM COMMUNICATE

    - Menentukan tujuan dan lingkup engagement

    - Memahami auditi, termasuk tujuan dan asersi auditi

    - Identifikasi dan ases risiko

    - Identifikasi key kontrol - Mengevaluasi

    kecukupan desain kontrol

    - Menyusun rencana pengujian

    - Mengalokasikan sumberdaya

    - Melakukan pengujian untuk mengumpulkan bukti

    - Mengevaluasi bukti yang dikumpulkan dan membuat kesimpulan

    - Membangun observasi dan menyusun rekomendasi

    - Melakukan evaluasi observasi dan proses ekskalasi

    - Melakukan engagement communication sementara dan pendahuluan

    - Membangun engagement communication final

    - Mendistribusikan laporan final formal dan informal

    - Melakukan monitoring dan prosedur tindak lanjut

    PLANING

    I. MENENTUKAN TUJUAN DAN LINGKUP ENGAGEMENT

    Alasan Melakukan Engagement

    Tipe dan alasan-alasan melakukan engagement mungkin akan secara signifikan mempengaruhi

    bagaimana engagement tersebut dilakukan. Oleh karena itu, penting untuk memahami alasan-

    alasan melakukan engagement sebelum memulai perencanaan.

    Alasan melakukan assurance engagement adalah, tetapi tidak terbatas pada hal-hal sbb:

    - Bagian dari rencana

    Enggagment terdapat dalam internal audit plan karena risiko inheren ditemukan saat proses

    business risk assessment , dideteksinya risiko pada area yang diaudit terakhir kali, dan faktor

    lain yang relevan.

    - Permintaan / compliance requirement

    Untuk mengevaluasi sistem internal kontrol organisasi untuk tujuan pelaporan eksternal.

    Internal auditor harus memastikan bahnwa engagement didesain untuk menguji area yang

    tercakup dalam underlying regulations

    - Post mortem / pasca kejadian

    Menentukan apakah suatu proses efektif atau tidak. Internal auditor harus menyesuaikan

    pengujian dan evaluasi pada suatu event spesifik yang terjadi.

    - Perubahan yang signifikan

    Perubahan bisnis atau industri memerlukan modifikasi proses yang cepat dan manajemen

    menginginkan validasi yang cepat bahwa modifikasi tersebut didesain secara tepat

    menyesuaikan perubahan. Fungsi Internal auditor dapat melakukan audit controls-focused

    secara penuh atau fokus hanya pada kontrol yang berubah.

  • Menyusun Tujuan Engagement

    Segera setelah suatu alasan engagment disepakati, tujuan engagment formal harus disusun.

    Tujuan Engagement :

    - Biasanya diinyatakan dalam laporan final assurance engagement

    - Apabila dinyatakan dalam cara lain, harus jelas menyebutkan assurance apa yang disediakan

    dalam engagement

    Sebagai contoh, tujuan dapat dimulai dengan susunan sbb :

    - Evaluasi kecukupan desain

    - Menentukan efektivitas operasi

    - Assess compliance

    - Menentukan efektivitas dan efisiensi dari...

    - Assess pencapian dari...

    - Menentukan kinerja dari...

    Lingkup Engagement

    Segera setelah tujuan engagment disusun, lingkup engagment harus ditentukan. Lingkup

    engagement merupakan apa yang termasuk atau yang tidak termasuk dalam engagment.

    Pernyataan lingkup tersebut dapat mencakup :

    - Batasan proses

    - In-scope VS out-scope lokasi

    - Subproses

    - Komponen

    - Jangka waktu

    Lingkup engagment

    - Memerlukan judgment profesional

    - IA harus menjamin bahwa pernytaan lingkup harus untuk memenuhi tujuan engagement

    - Pernyataan lingkup yang spesifik akan memungkinkan fokus tim audit internal yang lebih baik

    akan pengujian tertentu

    - Penerima laporan akan mengenterpretasikan dengan lebih baik temuan yang ada [ada konteks

    tujuan engagement

    Outcomes dan Hasil yang Diharapkan

    Outcome potensial dari pengujian-pengujian yang dilakukan selama engagement

    Tipikal ekspektasi mencakup :

    - Kesalahan laporan keuangan atau ketidaktepatan klasifikasi dalam akun keuangan, saldo,

    atau pengungkapan

    - Defisiensi kontrol

    - Kekurangan pencapaian tujuan, yang disebabkan oleh defisiensi kontrol atau

    ketidakcukupan kinerja

    - Inefisiensi, yang disebabkan sumber daya tidak dipergunakan dengan cara yg optimal

    - Keadaan out-of compliance, ketika undang-undang, peraturan, atau kebijakan tidak

    diterapkan secara konsisten

    Ekspektasi auditi sesuai engagement communications

    Memahami bentuk dan isi final communication membantu IA menjamin bahwa semua informasi

    yang dibutuhkan telah dikumupulkan selama engagement.

  • Tipe umum communcation meliputi :

    - Full scope. Tipikal Pelaporan Internal adalah disistribusikan secara luas, oleh karena itu

    memerlukan cukup bukti yang tepat untuk mendukung kesimpulan dan rekomendasi untuk

    peningkatan.

    - Internal memoranda dapat digunakan untuk pendistribusian yang terbatas

    - Laporan untuk keperluan pihak ke tiga harus diasumsikan bahwa pihak tersebut kurang

    familiar dengan kebijakan dan prosedur yang khas untuk organisasi, dan oleh karena itu

    memerlukan tingkat detail yang lebih untuk menjamin pembaca mengerti sifat dan konteks

    observasi dan rekomendasi

    - Terkadang, tingkat confidentiality yang lebih tinggi dibutuhkan untuk engagement tertentu.

    Hal seperti itu harus didiskusikan terlebih dahulu dengan manajemen proses untuk

    menjamin bahwa hasil akhir akan mendukung kebutuhan tingkat confidientality tersebut.

    II. MEMAHAMI AUDITI

    Menentukan Tujuan-tujuan dari Auditi

    Memahami suatu proses dimulai dengan menentukan tujuan dari proses utama. Tujuan pada level

    proses (prosses level) dapat dijelaskan sbb :

    Tujuan operasi :

    - Tipe tujuan yang paling umum tujuan pada proses level

    - Bisanya menentukan latar belakang mengapa proses itu ada

    - Biasanya merupakan tata kelola atau task-oriented

    - Sebagai hasil, kebanyakan fokus pada keakuratan, ketepatan waktu, kelengkapan, ataau

    atribut kontrol

    - Tambahan, biasanya fokus pada menjamin efektifitas dan efisiensi operasi dan pengamanan

    aset

    Tujuan pelaporan pada level proses

    - Didesain untuk memenuhi kebutuhan pelaporan organisasi, baik internal maupun eksternal

    Tujuan kepatuhan (Compliance objectives) pada level proses

    - Berhubungan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan eksternal,

    kebijakan internal, atau kontrak

    Tujuan strategis pada level proses

    - Disusun secara khusus agar sesuai dengan tujuan strategis perusahaan

    Other objectives

    - Untuk proses spesifik yang berhubungan dengan inisiatif departemen masing-masing

    Pertanyaan2 yang dapat digunakan untuk menentukan/mengetahui tujuan dari proses utama (key

    process objectives) :

    - Mengapa proses tersebut ada? (apa tujuan utamanya?)

    - Tujuan strategis organisasi mana yang akan terpengaruh dan bagaimana?

    - Inisatif apa yang dilakukan/harus dilakukan proses tersebut untuk membantu organisasi

    mencapai tujuan strategisnya?

  • - Apa proses ini memberikan sesuatu pada organisasi, tanpa organisasi akan memiliki waktu

    yang sulit untuk menjadi sukses?

    - Pada akhir hari/minggu/bulan/tahun, apa yang mendorong karyawan untuk menyelesaikan

    dengan pekerjaan mereka ?

    - Apa prestasi yang cenderung didapatkan karyawan diakui oleh manajemen atau pelanggan

    internal?

    Mengumpulkan Informasi

    Jenis dan sumber informasi yang relevan

    Titik awal untuk memahami suatu proses adalah mereview dokumentasi yang ada. Contoh :

    - Kebijakan yang berhubungan dengan proses

    - Manual prosedur

    - Organizational charts atau informasi serupa yang menunjuka hubungan/aliran jumlah

    karyawan dan pelaporan utama

    - Job description pihak yang terlibat dalam proses

    - Process map atau flowcharts yang menggambarkan aliran keseluruhan proses

    - Penjelasan naratif pekerjaan kunci/utama atau bagian dari suatu proses

    - Informasi yang relevan berhubungan dengan undang-undang dan peraturan yang

    mempengaruhi proses

    - Dokumen lain yang dibuat untuk mendukung pelaporan yang diperlukan untuk efektifitas

    dari sistem pengendlian internal

    Prosedur Analitis

    - Suatu cara IA menerapkan high-level assessment yang dapat mengungkapkan aktivitas

    proses yang menuntun perhatian yang lebih, dan oleh karena itu memerlukan pengujian

    yang lebih detail.

    - Termasuk didalamya mereview dan mengevaluasi informasi yang ada baik finansial maupun

    non finansial untuk menentukan apakah konsisten dengan ekpektasi yang telah ditetapkan

    Data Analysis Using

    Computer-assisted Audit Techniques (CAATs)

    - Penggunaan teknologi seperti software audit, system audit yang expert, test data, software

    tracing dan mapping yang membantu auditor dalam melakukan pengujian pada system data

    dan informasi yang terkomputerisasi.

    - Disamping sebagian besar analisis data dilakukan untuk menguji efektifitas suatu proses,

    beberapa pengujian data analisis dapat menyediakan informasi yang berguna selama proses

    perencanaan

    - Analisis data dapat menyediakan informasi tentang populasi transaksi yang dapat

    dimanfaatkan ketika menentukan pendekatan internal audit.

    Analisis kontrol level entitas

    Kontrol level entitas biasanya dievaluasi berdasarkan luasnya organisasi pada periodic interval (ex:

    tahunan). Oleh karena itu, bisanya tidak diperlukan untuk melakukan assessment efektivitas dari

  • kontrol level entitas untuk setiap engagement. Akan tetapi auditor internal harus

    mempertimbangkan hasil assessment kontrol level entitas ketika merencanakan individual

    engagement untuk menjamin pendekatan penguianya relevan dan efisien

    Mendokumentasikan alur proeses

    Dokumentasi alur proses akan memudahkan review kertas kerja oleh supervisor internal auditor

    atau yang lainya. Bentuk yang paling umum: Flowchart (High-level atau detail) dan narrative

    memoranda.

    Process map : Menggambarkan luasnya input, aktivitas, workflow, dan hubungannya dengan

    proses dan output lain. Framework untuk memahami aktivitas dan subproses

    Flowchart : mencakup tambahan informasi, biasanya menggambarkan sistem komputer dan

    aplikasi, alur dokumen, detail risiko dan pengendalian, langkah manual atau

    otomatis, waktu yang dibutuhkan daalam proses, pelaksana langkah kunci, dan

    informasi tambahan lain yang dibutuhkan untuk membantu pereviu memahami

    proses dan alurnya.

    Narrative memoranda : Memberikan informasi tentang alur proses hanya menggunakan kata tulis.

    Biasanya digabungkan dengan flowchart untuk membuat dokumentasi bentuk

    hybrid.

    Proses map berguna pada level bisnis, sedangkan flowchart dan hybrid documentation pada detail

    proses.

    High-level flowchart

    - Menggambarkan luasnya input, tugas, alur kerja, dan output.

    - Membantu pereviu memahami keseluruhan proses, sistem, laporan, dan hubunganya

    dengan proses dan subproses lain

    - Biasanya digambarkan seperti process map, dengan informasi yang ditambahkan

    Detailed Flowchart

    - Mendokumentasikan secara lebih spesifik input, tugas, actions, sistem, keputusan, dan

    output.

    - Contoh, dapat memasukan semua atau beberapa informasi berikut : Key risk, key control,

    indiviudal/position performing, timing, elapsed time

    Narrative Memoranda

    Situasi yang tepat untuk menggunakan narrative memoranda :

    - Prosesnya simpel, gambaran visual tidak bernilai penting

    - Langkahnya rumit, sulit untuk mendeskripsikan secara efektif dalam ruang yang terbatas yang

    ada pada simbol2 flowchart

    - Process owner request

    - Lebih efisien dalam mendokumentasikan proses

  • Mengidentifikasi indikator kinerja kunci (KPI)

    KPI: Metrik atau bentuk lain pengukuran apakah proses atau kerja individu dioperasikan dengan

    toleransi yang telah ditentukan sebelumya.

    Karakteristik KPI yang baik :

    - Relevant

    - Measurable

    - Available

    - Sesuai degan key objective proses (ex: informasi pembayaran ganda diketahu karena

    terdapat tujuan untuk tidak terdapat pembayaran ganda)

    - Articulated, dapat dilafakan/disampaikan kepada orang yang terlibat dalam proses

    Mengevaluasi risiko fraud pada level proses

    Sebelum memulai proses risk assessment formal, penting untuk mengevaluasi potensi skenario

    fraud dalam proses, yang meliputi 3 langkah :

    1. Mengidentifikasi potensi skenario fraud. Ex: brainstorming

    2. Memahami potensi dampak fraud

    3. Menentukan apakah akan dilaukan pengujian untuk risiko fraud spesifik

    Tidak dimaksudakn untuk mengidentifikasi terjadinya fraud, tapi mengevaluasi kemungkinan

    terjadinya skenario fraud

    III. IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO

    Mengidentifikasi skenario risiko pada level proses

    Tujuan: menjawab pertanyaan Apa yang bisa terjadi yang akan mencegah pencapaian tujuan pada

    masing-masing tingkat proses?

    Langkahnya:

    1. Memilih satu tujuan pada level proses

    2. Brainstorm hambatan-hambatan

    3. Lanjutkan langkah an tindakan untuk tujuan level-proses yang tersisa.

    4. Mengkategorikan dan mnegkombinasikan skenario risiko yang ang serupa

    Menentukan risiko pada level proses

    Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang memiliki efek merugikan dalam rangka

    pencapaian tujuan.

    Pendekatan optimal dalam menentukan risiko tergantung pada budaya dan risk language

    organisasi.Suatu pendekatan yang umum dan efektif untuk menentukan risiko adalah menggunakan

    cause and effect protocol. Dengan pendekatan ini, risiko dimulai dengan cause dan dilanjutkan

    ke efffect

    Setelah risiko ditentukan, risiko terssebut harus dihubungkan dengan tujuan pada level proses untuk

    menjamin terdapat hubungan antara tiap risiko dan tujuan tersebut.

  • Tugas terakhir adalah memvalidasi definisi speak the leanguge pegawai pada level proses. Internal

    auditor harus mensharing dan mendiskusikan definisi risiko dengan managemen pada level proses

    dan pegawai untuk memvalidasi bahwa daftar risiko tersebut telah lengkap dan definisinya sesuai.

    Evalusai Dampak dan Keterjadian Risiko

    Ketika risiko telah diidentifikasi dan ditetapkan, auditor kemudian siap untuk melakukan risk

    assessment.Tujuan melakukan evaluasi ini adalah untuk membantu mengidentifikasi risiko yang

    mempunyai efek paling besar pada pencapaian tujuan.

    Langkah yang dilakukan dalam melakukan risk assessment

    1) Menetapkan impact dari berbagai outcome yang terkait dengan masing-masing risiko

    2) Memperkirakan keterjadian bahwa setiap dampak risiko akan terjadi

    3) Menggabungkan penilaian dari impactdan tingkat keterjadian menjadi penilaian risiko

    tunggal

    Nomer 9 dan 8 menunjukkan risiko tinggi, nomor 5,6,7, menunjukkan risiko sedang, nomor

    1,2,3,4 menunjukkan risiko rendah

    Memahami Risk Tolerance Management

    Risk tolerance : Tingkatan atas ukuran dan jenis risiko yang dapat diterima manajemen dalam usaha

    pencapaian tujuan, yang harus sejalan dengan risk apetite organisasi.

    Langkah-langkah untuk memahami tingkatan risk tolerance suatu manajemen :

    1. Identifikasi kemungkinan risiko hasil

    Risikomenggambarkan jarak atas kemungkinan hasil.Sedangkan hasil biasanya diukur secara

    financial, mungkin ada juga risiko lainnya yang tidak terungkap dengan pengukuran

    keuangan.

  • 2. Memahami tingkat toleransi yang ditetapkan

    Setiap tingkatan toleransi terlihat dari pengukuran pada dokumentasi KPI, capaian kinerja

    individu, dan komunikasi lainnya.

    3. Menilai level toleransi atas hasil yang belum ditetapkan

    IV. IDENTIFIKASI KEY CONTROL

    Key control adalah sebuah aktifitas yang dirancang untuk mengurangi risiko terkait dengan tujuan

    bisnis yang penting.

    Untuk melakukan hal ini, sangat penting untuk memahami berbagai macam tipe control yang

    mungkin saja merupakan key control pada tingkatan proses yang dijalankan. Beberapa contoh

    control yang telah dijalankan :

    1. Approving _ memerlukan otorisasi saat melakukan transaksi

    2. Calculating _ menghitung atau melakukan penghitungan kembali atas hasil dari suatu data

    3. Documenting_ terkait dengan menjaga sumber informasi atau mendokumentasikan

    pertimbangan keputusan

    4. Examining_ melakukan verifikasi

    5. Matching_melakukan perbandingan dari dua atribut yang berbeda

    6. Monitoring_melakukan pemeriksaan untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan

    7. Restricting_ tidak mengijinkan melakukan tindakan terlarang

    8. Segregating_memisahkan pelaksana pekerjaan untuk menghindari tindakan yang tidak

    diinginkan

    9. Supervising_melakukan pengawasan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai

    dengan rencana

    Hal-hal penting dalam menetapkan key control :

    1. Internal auditor harus memiliki pemahama yang jelas mengenai proses pencapaian tujuan

    2. Konsekuensi dari kurangnya control harus dievaluasi

    3. Control tambahan harus dilakukan apabila ada indikasi kegiatan tidak dijalankan sesuai key

    control

    4. Efek dari suatu control terhadap control lainnya harus dipertimbangkan

    5. Dampak dari control entitas juga harus dipertimbangkan

    6. Control yang berlebihan,atau sesuatu yang tidak efektif harus diubah atau dihilangkan

    V. EVALUASI KECUKUPAN DESAIN KONTROL

    Menetapkan apakah key control dirancang dengan cukup untuk mengurangi risiko individual dari

    sebuah proses menjadi risiko yang diterima

    Gap yang teridentifikasi harus didiskusikan dengan manajemen

    Evaluasi kecukupan rencana pengendalian :

    a. Rencana dinyatakan cukup, tidak ada perbedaan yang signifikan

    b. Rencana dinyatakan cukup, terdapat perbedaan

    c. Rencana tidak cukup, terdapat perbedaan yang signifikan

  • VI. MEMBUAT RENCANA PENGUJIAN

    Digunakan untuk mengumpulkan kecukupan bukti yang sesuai untuk mendukung evaluasi dari

    seberapa efektif key control dilaksanakan.

    Langkah yang dilakukan:

    a. Menetapkan control mana yang cukup penting untuk pengujian

    Fokus utama melakukan pengujian adalah mengetahui apakah key control dilaksanakan

    cukup efektif untuk memastikan proses risiko setiap tingkatan diatur dengan cukup. Dalam

    pengujian tersebut ditetapkan control yang dipilih untuk diuji

    b. Mengembangkan pendekatan untuk menguji control-control tersebut

    Pendekatan pengujian digunakan untuk menetapkan sifat-beda sifat pengujian berbeda

    tingkat keyakinan yang diberikan, luasan-control dapat diuji secara parsial atau keseluruhan,

    dan waktu yang tepat untuk melakukan pengujian-pengujian dapatdilakukan pada waktu

    yang berbeda.

    c. Dokumentasi pertimbangan mendukung pemilihan audit tes

    Salah satu contoh rencana pengujian

    VII. MENGEMBANGKAN PROGRAM KERJA

    Program Kerja adalah sebuah dokumen yang berisi rincian prosedur yang arus diikuti selama

    pemeriksaan, didesain untuk mencapai tujuan pemeriksaan.

  • Program Kerja ini dapat memiliki bentuk yang berbeda, antara lain :

    a. Standar template atau checklist yang menuntun internal auditor mempersiapkan untuk

    mendokumentasikan pelaksanaan langkah yang sesuai rencana.

    b. Sebuah memorandum yang berisi ringkasan penyelesaian tugas

    c. Kolom tambahan pada matriks risiko dan control bila auditor ingin semua hal yang

    ditemukan dalam dokumen akan disajikan

    d. Kombinasi dari ketiganya

    Format tersebut akan bervariasi dari fungsi internal audit yang satu dengan fungsi internal audit

    lainnya. Hal ini berarti ada beberapa cara untuk :

    a. Memastikan seluruh tim pemeriksa memahami apa yang telah dilakukan dan apa yang masih

    harus dilakukan

    b. Melakukan komunikasi mengenai siaoa yang bertanggungjawab melaksanakan setiap tugas

    pemeriksaan

    c. Mendapatkan catatan dari tugas yang telah diselesaikan

    d. Memfasilitasi reviu oleh manajer pemeriksaan atau direktur yang melakukan pengawasan

    datau direktur selama proses rencana pemeriksaan

    VIII. MENGALOKASIKAN SUMBER DAYA UNTUK MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN

    Sumber daya pemeriksaan antara lain : auditor internal, orang lain (internal/eksternal), alat

    transportasi, teknologi, dan lain lain

    Langkah terakhir dalam merencanakan pemeriksaan adalah menetapkan sumber daya yang

    dibutuhkan dengan benar untuk melaksanakan tugas yang direncanakan. Langkah tersebut adalah :

    a. Mengestimasi, atau menganggarkan sumber daya yang dibutuhkan

    Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan engagement

    Biaya lainnya (Biaya perjalanan and biaya-biaya yang berhubungan, Biaya teknologi,

    perlengkapan)

    b. Mengalokasikan sumber daya manusia yang tepat untuk melaksanakan pemeriksaan

    Skill apa yang dibutuhkan

    Pengalaman yang dibutuhkan

    Profesionalisme

    c. Menjadwalkan sumber daya untuk memastikan penugasan selesai tepat pada waktunya

    Ketersediaan personel proses kunci

    Ketersediaan sumber engagement

    Ketersediaan sumber daya eksternal

    Ketersediaan pengulas (reviewer) kunci

    PERFORMING

    1. Melakukan tes untuk mengumpulkan bukti

    Pada bagian ini adalah transisi dari tahap perencanaa kepada tahap pelaksanaan.

  • Langkah yang dilakukan auditor : menerapkan prosedur audit khusus untuk mendapatkan

    bukti; dan mendokumentasikan prosedur yang dilaksanakan dan hasilnya dari pelaksanaan

    prosedur tersebut

    2. Mengevaluasi bukti yang didapatkan dan mendapatkan kesimpulan

    Pertanyaan yang harus dijawab dlam evaluasi :

    - Apakah key control telah didesain secara memadahi?

    - Apakah key control dijalankan dengan efektif sesuai dengan desain?

    - Apakah risiko yang melekat telah dimitigasi pada tingkatan yang diterima?

    - Apakag desain dan pelaksanaan key control mendukung pencapaian tujuan pelaksaan

    tugas?

    3. Mengembangkan observasi dan menyusun rekomendasi

    Elemen kunci dari observasi :

    - Kriteri, Apa yang seharusnya ada?

    - Kondisi, Apa yang terjadi?

    - Sebab, Kenapa terdapat perbedaan antara yang terjadi dengan yang seharusnya?

    - Akibat, Konsekuensi dari perbedaan antara yang seharusnya terjadi denfan kenyataan

  • Chapter 14 COMMUNICATING ASSURANCE ENGAGEMENT OUTCOMES

    AND PERFORMING FOLLOW-UP PROCEDURES

    Komunikasi merupakan bagian dari assurance engagement baik melalui komunikasi interim maupun

    komunikasi final. Kewajiban engagement communication antara lain :

    1. Audit Report

    a) Hasil akhir dari suatu engagement process yang akan dikomunikasikan pada

    pihak-pihak terkait

    b) Cara formal sebuah fungsi internal audit mengkomunikasikan hasil dari

    engagementnya kepada manajemen dan pihak lain yang tepat (appropriate)

    yang mengandalkan hasil dari engagement tersebut.

    2. Individual assurance engagements didesain untuk memenuhi tujuan audit yang spesifik

    yang terikat dengan annual risk assessment dan internal audit plan.

    a. Uji control untuk memastikan bahwa annual risk assessment dan internal audit plan

    telah didesain dengan memadai dan dioperasikan dengan efektif. b. Contoh control assertions

    Criteria for Assessing Managements Control Assertions

    Authorization Apa pihak yang disetujui mengotorisasi

    transaksi?

    Validity Apa transaksi benar2 terjadi?

    Accuracy Apa jumlah barang, harga, waktu, dll sudah

    benar?

    Timeliness Apa semua sudah dicatat di periode yang

    wajar dan tepat?

    Confidentiality Apa informasi dirahasiakan?

    Integrity Apa informasi masih asli, tidak diubah dan

    tidak dikorupsi?

    Availability Apa informasi sudah disimpan dan siap

    tersedia jika sewaktu-waktu dibutuhkan?

    LANGKAH-LANGKAH UNTUK MEMBUAT ASSURANCE ENGAGEMENT YANG EFEKTIF

    Perencanaan

    1. Tentukan tujuan dan ruang lingkup engagement 2. Pahami auditee, termasuk tujuan2 dan pernyataan2 (assertions) auditee

    3. Identifikasi dan nilai risiko

    4. Identifikasi key control activity

    5. Evaluasi kecukupan control design

    6. Buat uji perencanaan

    7. Kembangkan program kerja

    8. Alokasikan sumberdaya pada engagement

    Pelaksanaan

    1. Lakukan test untuk mengumpulkan bukti

    2. Evaluasi bukti yang terkumpul dan peroleh simpulan2

  • Komunikasi

    1. Lakukan evaluasi observasi dan proses eskalasi

    2. Lakukan interim dan preliminary engagement communication

    3. Kembangkan final engagement communication

    4. Distribusikan formal dan informal final communications

    5. Lakukan prosedur monitoring dan tindak lanjut

    Aktivitas assurance engagement communication

    a) Segera setelah satu atau lebih observasi2 diidentifikasi, internal audit harus menilai

    setiap

    observasi tsb menggunakan sebuah proses evaluasi dan eskalasi dan menentukan implikasi

    dari pengamatan2 (observasi) tersebut pada komunikasi yang dihasilkan untuk daerah

    yang sedang dikaji/direviu.

    b) Observasi Sebuah temuan, ketetapan, atau judgement yang dihasilkan dari hasil pengujian yang

    dilakukan oleh internal auditor dari sebuah assurance atau consulting engagement.

    Observasi dan Rekomendasi berdasarkan pada atribut-atribut berikut ini:

    Criteria (Kriteria)

    Berisi tentang what should exist (apa yang seharusnya) yakni terdiri atas standar-standar, ukuran

    atau ekpektasi yang digunakan dalam melaksanakan evaluasi/verifikasi (the correct state)

    Condition (Kondisi)

    Berisi tentang what does exist (seperti apa yang sedang terjadi) yakni merupakan fakta-fakta aktual

    yang ditemukan oleh auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaan (the current state)

    Cause (Sebab)

    Berisi tentang alasan adanya perbedaan antara what should exist dengan what does exist.

    Maksudnya adalah penyebab/alasan yang mendasari adanya perbedaan antara kondisi yang

    ideal/diharapkan dengan kondisi yang sedang terjadi.

    Effect (Pengaruh)

    Merupakan konsekuensi yang timbul atas perbedaan antara what should exist dengan what does

    exist. Jadi merupakan risiko yang dijumpai organisasi maupun pihak lain yang disebabkan karena

    kondisi yang terjadi tidak konsisten dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menentukan tingkat

    risiko ini, auditor internal menyadari akan dampak dari engagement observation dan rekomendasi

    yang diberikan kepada operasional organisasi dan laporan keuangan.

    Recommendation (Rekomendasi)

    Berisikan usulan tindakan korektif untuk memperbaiki kondisi yang ada. Dalam detailed

    recommendation ini dijelaskan rangkaian aksi dan tindakan manajemen yang harus disadari dalam

    memperbaiki kondisi yang ada dan mengeliminasi dampak negative yang ada.

    PELAKSANAAN INTERIM DAN PRELIMINARY ENGAGEMENT COMMUNICATIONS

    Fungsi Internal Audit akan menggunakan informasi yang dikumpulkan selama proses komunikasi

    interim untuk memfinalisasi pengamatan/observasi dan pada akhirnya akan menuju ke komunikasi

    final serta untuk memformalkan action plan dari manajemen ke dalam simpulan komunikasi final.

  • Fungsi Internal Audit juga harus memberikan penegasan pada preliminary fact dan

    konklusi/simpulan dengan perwakilan manajemen yang tepat pada area yang telah dicakup

    dalam engagement sebelum didistribusikan ke dalam bentuk finalnya. Hal ini dapat dilakukan

    dengan berbagai cara, tetapi secara umum dilakukan melalui formal meeting dengan manajemen

    yang selanjutnya disebut dengan exit interview atau closing conference, diikuti dengan penyusunan

    draft final communication seperti apapun bentuknya.

    Final Communication

    Merupakan sarana dengan mana fungsi internal audit menginformasikan interested parties atau

    hasil engagements. Assurance Engagement Consulting Engagement

    Melibatkan 3 pihak: 1. Orang/kelompok yang terlibat langsung

    dengan proses, sistem, atau subjek penting lain (auditee)

    2. Orang/kelompok yang membuat independent assessment (fungsi Internal Audit)

    3. Orang/kelompok yang bergantung pada independent assessment (user)

    Melibatkan 2 pihak:

    1. Orang/kelompok yang mencari dan menerima advice (customer)

    2. Orang/kelompok yang menawarkan jasa advice/saran (fungsi Internal Audit)

    Final assurance engagement communication memastikan fungsi Internal Audit memenuhi

    kewajiban

    berikut ini: 1. Berkomunikasi tepat pada waktunya berkaitan dengan informasi kepada manajemen mengenai

    defisiensi dalam pengendalian (lack of design adequacy atau efektifitas operasi), kekuatan dalam

    pengendalian, kesempatan untuk maximize penggunaan sumber daya atau mengurangi costs

    dan area dalam peningkatan produktivitas atau efisiensi.

    2. Mendokumentasikan ruang lingkup, kesimpulan, observasi, rekomendasi, dan menghasilkan

    action plan manajemen ke dalam sebuah engagement.

    3. Menyimpan permanent record dari pekerjaan yang dilakukan selama engagement dan hasil

    dari engagement yang disusun.

    Jenis laporan dari tim audit:

    1. Laporan dengan kritikan yang tinggi, banyak tindakan remedial dan signifikan

    yang direkomendasikan oleh tim

    2. Laporan yang menyebutkan defisiensi yang perlu dikoreksi, akan tetapi perubahannya tidak

    terlalu signifikan

    3. Laporan yang secara efektif yang mengidentifikasikan beberapa kesempatan untuk

    upaya improvement.

    Formal dan Informal Final Communication

    Penerima formal assurance engagement communication adalah senior management, komite audit,

    auditor eksternal independen dan atau auditee management. Formal communications ini

    mengindikasikan bahwa pengendalian yang dievaluasi selama assurance engagement di-assess to

    be insignificantly compromised tapi key controls affected, significantly compromised, dan materially

  • compromised. Informal communications merupakan komunikasi mengenai insignificant

    observations berhubungan dengan secondary control yang mungkin dikompromisasikan.

    KUALITAS KOMUNIKASI

    Kualitas komunikasi (Quality of Communications)

    harus:

    Accurate (bebas dari error dan distorsi)

    Objective (fair, imparsial dan tidak bias)

    Clear (mudah dimengerti dan logis) Concise (to the point dan menghindari perluasan yang tak perlu) Constructive (membantu engagement client dan organisasi menuju improvement) Complete (include all significant and relevan informasi dan observasi untuk

    mendukung rekomendasi dan simpulan) Timely (layak dan bijak dalam penggunaan waktu bergantung pada signifikansi

    permasalahan)

    ERRORS AND OMISSIONS

    Jika final communications mengandung error atau omission, chief audit executive

    harus mengkomunikasikan informasi yang telah dikoreksi kepada seluruh pihak terkait yang

    menerima informasi tersebut. Error merupakan pernyataan salah yang tidak disengaja

    (unintentionally misstatement) atau kelalaian atas informasi signifikan dalam final engagement

    communication.

    MONITORING AND FOLLOW-UP Monitoring dan follow-up prosedur didesain untuk memastikan observasi telah ditujukan dan

    diputuskan dalam cara yang konsisten dengan respon manajemen yang telah dimuat dalam

    final engagement communication. Proses Follow-up dibangun untuk memonitor dan

    memastikan bahwa aksi manajemen telah secara efektif diimplementasikan atau senior manajemen

    telah menerima risiko untuk tidak melakukan aksi. Timing dalam follow-up tergantung pada

    pentingnya observasi (Insignificant, significant, atau material) yang ditentukan selama evaluasi

    dan eskalasi observasi.

  • Chapter 15 CONSULTING ENGAGEMENT

    A. Pendahuluan

    Munculnya kepemimpinan yang kuat mengindikasikan bahwa masalah nilai audit internal

    dapat diselesaikan dengan baik melalui jasa consulting audit internal. Walaupun fungsi audit internal

    menghabiskan banyak anggaran tahunan pada jasa consulting, banyak organisasi memerlukan suatu

    baseline dari pekerjaan assurance untuk dilaksanakan. Dalam lingkungan yang dinamis dan berubah-

    ubah fungsi audit internal diperlukan untuk menyediakan jasa consulting yang modern untuk

    menyediakan pelatihan dan memfasilitasi kepemerintahan, manajemen risiko dan proses

    pengendalian yang kuat ketimbang pengendalian auditing yang akan berubah sejalan dengan sistem,

    proses, atau restrukturisasi organisasi yang baru.

    B. Fungsi Audit Internal Dalam Menyediakan pengetahuan yang dalam Bagi Stakeholder Melalui

    Consulting

    Pengetahuan yang dalam merupakan produk atau hasil akhir dari assurance atas fungsi audit

    internal dan juga pekerjaan consulting yang dirancang untuk menyediakan masukan atau informasi

    yang berharga bagi auditee (klien). Pengetahuan yang mendalam merupakan komponen utama dari

    masalah nilai audit internal. Auditor internal berada pada posisi yang strategis pada organisasi

    melalui input pada teknik manajemen risiko dan membantu organisasi memperbaiki dan

    meningkatkan proses dan pengendalian.

    Walaupun assurance juga menyediakan pengetahuan yang mendalam, peluang terbesar

    dalam menyediakan wawasan bagi organisasi adalah pada saat terlibatnya consulting. Selain itu,

    gabungan antara jasa yang mencakup assurance dan consulting menawarkan peluang terhadap

    wawasan yang signifikan untuk dicapai.

    Fungsi audit internal secara unik diposisikan untuk menambah nilai dan membuat perubahan

    terhadap perusahaan ketika menjalankan consulting. Karena auditor internal sering dipandang

    sebagai ahli risiko dan pengendalian dalam suatu organisasi, keahlian ini dapat berguna untuk

    membantu organisasi untuk menelusuri munculnya risiko. Misalnya, fungsi internal audit dapat

    bertindak sebagai kapasitas consulting dengan mengawali pembahasan eksplorasi risiko yang

    meningkat di lingkungan yang khususnya dipengaruhi oleh kemunduran ekonomi. Selain itu, karena

    auditor internal sangat familiar dengan kebanyakan lingkungan di organisasi dikarenakan jasa

    assurance yang mereka jalankan, mereka sadar betul akan perubahan yang terjadi di lingkungan

    tersebut. Mereka dalam posisi strategis menasihati manajemen tentang bagaimana mengatasi

    perubahan tersebut secara efektif. Lingkungan bisnis sekarang ini, terlebih dari sebelumnya,

    menghadirkan banyak peluang bagi auditor internal untuk menyediakan jasa consulting tang

    meningkatkan nilai pada critical point dalam evolusi organisasi.

    Dengan demikian, karena alasan di atas, jasa consulting yang disediakan oleh fungsi audit

    internal bisa menjadi sangat berharga bagi organisasi. Selain itu, jasa consulting disediakan oleh

    auditor internal dengan peluang untuk mendiversifikasi keahlian dan karyanya dalam lingkungan

    kerja yang dinamis. Meningkatkan fokus terhadap jasa consulting, terutama dalam lingkungan yang

    menentu, adalah jelas-jelas merupakan win-win solution.

    C. Perbedaan antara Jasa Assurance dengan Consulting

    Ada beberapa perbedaan pokok antara jasa assurance dengan consulting, antara lain sebagai

    berikut.

  • Pihak-pihak yang terlibat

    Jasa consulting melibatkan dua pihak, yaitu:

    1. Orang atau sekelompok yang memerlukan dan menerima nasihat keterlibatan klien.

    2. Orang atau sekelompok yang menawarkan nasihat fungsi audit internal

    Sedangkan jasa assurance umumnya melibatkan tiga pihak, yaitu:

    1. Orang atau sekelompok yang secara langsung terlibat dalam proses, sistem atau persoalan

    yang lain auditee

    2. Orang atau sekelompok yang membuat penilaian (assessment) independen fungsi audit

    internal

    3. Orang atau sekelompok yang bergantung pada penilaian (assessment) independen

    pengguna (user)

    Penerapan standar

    Ketika standar kinerja dan atribut diterapkan sama terhadap baik jasa assurance maupun

    consulting, ada serangkaian implementasi standar yang berbeda diantara kedua jasa tersebut.

    Perbedaan tersebut tercermin dalam perbedaan pihak-pihak yang terlibat. Karena consulting

    melibatkan dua pihak, strukturnya tidak lebih kompleks daripada jasa assurance yang melibat