resume 4 analisis evaluasi

6
ANALISIS IMPLEMENTASI EVALUASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan kebijakan pendidikan yang amat popular. Para pejabat sering menyampaikan dalam berbagai kesempatan pidato di depan para guru dan kepala sekolah. Bahkan orang tua siswa pun telah banyak mengenalnya dari Pengurus Komite Sekolah atau memperolehnya dari kesempatan pelatihan. Tetapi, apakah semua pemangku kepentingan (stakeholder) itu memang benar-benar memahami apa dan bagaimana MBS dilaksanakan di sekolah? Istilahnya memang cukup singkat dan padat. MBS terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata kelola berbasis sekolah (school-based governance), manajemen mandiri sekolah (school self-manajement), dan bahkan juga dikenal dengan schoolsite manajement, atau manajemen yang bermarkas di sekolah. Istilah manajemen berbasis sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah suatu proses penataan dengan melibatkan sumber-sumber potensial baik yang bersifat manusia maupun yang bersifat non manusia dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Beberapa unsure yang terdapat dalam pengertian ini adalah:

Upload: urangtalagasari

Post on 21-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ANALISIS

TRANSCRIPT

ANALISIS IMPLEMENTASI EVALUASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAHManajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan kebijakan pendidikan yang amat popular. Para pejabat sering menyampaikan dalam berbagai kesempatan pidato di depan para guru dan kepala sekolah. Bahkan orang tua siswa pun telah banyak mengenalnya dari Pengurus Komite Sekolah atau memperolehnya dari kesempatan pelatihan. Tetapi, apakah semua pemangku kepentingan (stakeholder) itu memang benar-benar memahami apa dan bagaimana MBS dilaksanakan di sekolah? Istilahnya memang cukup singkat dan padat. MBS terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata kelola berbasis sekolah (school-based governance), manajemen mandiri sekolah (school self-manajement), dan bahkan juga dikenal dengan schoolsite manajement, atau manajemen yang bermarkas di sekolah.Istilah manajemen berbasis sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah suatu proses penataan dengan melibatkan sumber-sumber potensial baik yang bersifat manusia maupun yang bersifat non manusia dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Beberapa unsure yang terdapat dalam pengertian ini adalah:1. Adanya suatu proses, yang menunjukkan bahwa ada tahapan-tahapan tertentu yang harus dilakukan jika seseorang melakukan kegiatan manajemen.2. Adanya penataan, yang berarti bahwa makna dari manajemen sesungguhnya adalah penataan, pengaturan atau pengelolaan.3. Terdapatnya sumber-sumber potensial yang harus dilibatkan, baik sumber potensial yang bersifat manusiawi maupun yang bersifat non manusiawi. Tetapi, titik tekan pelibatan tersebut lebih banyak ke sumber potensial yang bersifat manusiawinya. Sebab,terlibat dan tertatanya sumber-sumber potensial yang bersifat manusiawi, akan dengan sendirinya menjadi tertatanya sumber potensial yang bersifat non manusiawi.4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, karena pelibatan sumber potensial yang bersifat manusiawi dan non manusiawi tersebut bukan merupakan tujuan, melainkan sebagai instrument untuk mencapai tujuan atau misi tertentu.5. Pencapai tujuan tersebut diupayakan agar secara efektif (sankill) dan efesien (mangkus).Manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk memperdayakan, terutama sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh kepala sekolah yang bersangkutan. Ciri-ciri sekolah yang berdaya pada umumnya: tingkat kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah; bersifat adaftif dan antifasif/proaktif sekaligus, memiliki jiwa kewirausahaaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dsb.), bertanggung jawab terhadap hasil sekolah, memiliki control yang kuat terhadap input manajemen dan sumberdayanya, kontrol terhadap kondisi kerja, komitmen yang tinggi pada dirinya, dan dinilai oleh pencapaian prestasinya.Lunenburg C Fred and Ornstein C Allan menemukan empat model MBS dan hasil penelitiannya, yaitu: (1) Kontrol administratif, kepala sekolah dominan sebagai representasi dari administrasi pendidikan. (2) Kontrol professional, pendidikan penerima otoritas, (3) Kontrol Masyarakat, kelompok masyarakat dan orangtua peserta didik, melalui Komite Sekolah, terlibat dalam kegiatan sekolah.Para ahli sepakat, bahwa MBS harus dapat menjadi dasar pijakan bagi pengelolaan pendidikan dan hendaklah dengan strategi berikut: (a) Sekolah harus mempunyai otonomi emapat hal; 1) dimilinya kekuasaan dan kewenangan; 2) pengembangan pengetahuan yang berkesinambungan; 3) akses informasi ke segala bagian, dan 4) pemberian penghargaan kepada setiap yang berhasil. (b) adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, dalam proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan instruksionalserta non instruksional. (c) Adanya kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif. (d) Adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif. (e) Semua pihak harus memahami peran dan tanggungjawabnya secara sungguh-sungguh. (f) Adanya guidelines (garis pedoman) dan departemen terkait sehingga mamapu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efektif dan efesien. (g) Sekolah harus memiliki trasparansi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggung jawaban setiap tahunnya. (h) Penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa. (i) Implementasi diawali dengan sosialisasi dan konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan di lapangan dan dilakukan perbaikan-perbaikan. Di samping potensi untuk berhasil yang dimiliki MBS, juga dikemukakan empat macam kegagalan implementasi, yaitu; (1) Sekolah mengadopsi model apa adanya tanpa upaya kreatiif. (2) Kepala Sekolah bekerja berdasarkan agendanya sendiri tanpa memperhatikan aspirasi seluruh anggota dewan sekolah. (3) Kekuasaan pengambilan kepurusan terpusat pada satu pihak dan cenderung semena-mena. (4) Menganggap bahwa MBS adalah hal biasa dengan tanpa usaha yang serius akan berhasil dengan sendirinya.Pelaksanaan MBS adalah sebagai berikut:a. Mensosialisasikan konsep manajemen berbasis sekolah ke seluruh warga sekolahb. Melakukan analisis situasi sekolah dan diluar sekolah yang hasilnya berupa tantangan nyata yang harus dihadapi oleh sekolah.c. Merumuskan tujuan situsional yang akan dicapai dari pelaksanaan manajemen berbasis sekolah.d. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situsional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.e. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan factor-faktor melalui analisis SWOT.f. Memilih langkah-langkah pemecahan masalah yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.