analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012
TRANSCRIPT
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 1
ANALISA PENDATAAN KELUARGA
TAHUN 2012
PERWAKILAN BKKBN PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 2
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas
berkat dan KaruniaNya pembuatan Analisa Pendataan Keluarga Tahun
2012 telah dapat diselesaikan. Pelaksanaan Pendataan Keluarga tahun
2012 di dasarkan pada surat dari Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan
dan Informasi BKKBN Pusat Nomor: 1073/HK-010/G4/2012 tanggal 14
April 2012 tentang Pelaksanaan Pendataan Keluarga dan Pemutakhiran
Data Keluarga Tahun 2012. Proses pelaksanaan pengumpulan
kegiatan Pendataan Keluarga tahun 2012 dilakukan melalui kunjungan
rumah ke rumah oleh PLKB/PKB, para kader pendata selama 3 bulan, dari
Juli sampai dengan 30 September 2012, sebagai bagian kegiatan dari
Sistem Pencatan dan Pelaporan Program KKB Nasional yang telah
dibakukan.
Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa data dan informasi yang
diperoleh dari hasil pendataan keluarga selama ini mempunyai ciri yang
unik sebagai milik masyarakat, cukup rinci merupakan bagian dari
operasional program KB. Oleh karena itu , data hasil pendataan keluarga
ini selain di gunakan untuk operasional program KB itu sendiri, juga dapat
dimanfaatkan oleh sector pembangunan lainnya, khususnya untuk
menentukan sasaran program dukungan pemberian bantuan kepada
kelurga tertinggal, miskin dan tidak mampu.
Pada Analisa Pendataan keluarga ini dapat dilihta latar belakang, Tujuan ,
Ruang Lingkup, sasaran, jangakauan, hasil analisa dari 3 (tiga) aspek yaitu
aspek demografi, aspek Keluarga Berencana dan aspekTahapan Keluarga
Sejahtera.
Bahwa dalam penyusunan analisa pendataan keluarga ini masih belum
sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan masukan , baik
berupa kritik saran serta sumbangan pemikiran sebagai bahan
penyempurnaan untuk penulisan di masa yang akan datang.
Demikian kami ucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus kepada
semua pihak yang berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan analisa ini.
Batam, Januari 2013
Plh, Kepala bidang
adpin dan Latbang
Dra. Pita Rosmeri
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 49 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Pembangunan 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Keluarga menyatakan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan
informasi mengenai kependudukan dan keluarga yang dilaksanakan melalui sensus,
survei, dan pendataan keluarga.
Dalam kaitannya dengan pendataan keluarga, BKKBN secara rutin setiap
tahun melaksanakan pendataan keluarga di seluruh tanah air. Hasil dari pendataan
keluarga adalah tersedianya data dan informasi keluarga berbasis data mikro yang
dapat memberikan gambaran secara tepat dan menyeluruh tentang ciri maupun
keadaan umum yang berkaitan dengan kondisi serta potensi keluarga, serta hasil-hasil
pelaksanaan program keluarga berencana di lapangan. Pendataan keluarga pada
awalnya hanya ditujukan bagi kepentingan operasional program KB di tingkat lini
lapangan. Namun, pada perkembangan selanjutnya, data mikro hasil pendataan
keluarga juga dipakai untuk pengelolaan program pembangunan lainnya, khususnya
menyangkut upaya pemberdayaan keluarga miskin.
Pada awalnya , data dan informasi mengenai keluarga tersebut mulai banyak
dipakai oleh berbagai sektor dan instansi pemerintah, LSOM, organisasi profesi, dan
swasta. Pemanfaatan data diantaranya digunakan untuk kegiatan jaring pengaman
sosial bidang kesehatan, KB, dan pendidikan; program kompensasi pengurangan
subsidi bahan bakar minyak; pembagian beras murah atau raskin; program
peningkatan ketahanan keluarga; program pemasaran produk unggulan kelompok
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS); program isyarat dini
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 4
untuk krisis pangan; dan program sosial lainnya, hingga tahun 2009, setelah
dilakukan BLT, data yang digunakan kemudian dari PJRS.
Proses pelaksanaan kegiatan pendataan keluarga dilakukan melalui kunjungan
rumah ke rumah oleh PLKB/PKB, kader pendata, dan tokoh masyarakat selama 3
bulan, yaitu dari bulan Juli sampai September setiap tahunnya.
Pendataan keluarga merupakan bagian dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Program KKB Nasional yang telah dibakukan. Data basis keluarga dan individu
anggota keluarga yang dikumpulkan mencakup tiga aspek yakni, Demografi,
Keluarga Berencana, dan Keluarga Sejahtera.
Data Demografi memuat informasi tentang kepala keluarga dan individu
anggota keluarga yang berkaitan dengan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
status perkawinan dan pekerjaan. Informasi ini tentu sangat bermanfaat untuk dipakai
sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan
program-program pembangunan di daerah. Data individu anggota keluarga dapat juga
dirinci menurut berbagai aspek, misalnya dirinci menurut umur dan pendidikan, umur
dan status perkawianan, umur dan status pekerjaan, pendidikan dan status
perkawinan, pendidikan dan status pekerjaan, dan masih banyak lagi.
Sementara itu, data Keluarga Berencana berisikan informasi tentang peserta
KB yang dapat dikaitkan dan dikombinasikan dengan aspek-aspek lainnya seperti
umur, jenis kontrasepsi, sumber pelayanan KB, tahapan keluarga sejahtera,
pendidikan, dan status pekerjaan. Adapun data Keluarga Sejahtera berisikan hal-hal
mengenai kondisi keluarga berkaitan dengan tingkat kesejahteraannya, termasuk sisi
lainnya, yakni pendidikan suami/istri, pekerjaan dan status perkawinan.
Dengan telah dilaksanakannya pendataan keluarga tahunn 2012, maka perlu
dilakukan analisis dan evaluasi terhadap data dan informasi yang dihasilkan agar bisa
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 5
dilihat sejauh mana data dan informasi keluarga yang meliputi aspek demografi,
keluarga berencana, dan tahapan keluarga dapat bermanfaat untuk kepentingan
pengelolaan program KKB pada khususnya dan kepentingan program pembangunan
nasional pada umumnya.
B. Tujuan
1. Umum
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga secara umum bertujuan untuk
mendapatkan data dan informasi mengenai keluarga dan perkembangan
pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional ditinjau dari aspek
demografi, aspek keluarga berencana, dan aspek keluarga sejahtera tahun
2012, sebagai bahan masukan dan pertimbangan penentuan kebijakan dan
penyusunan program yang sedang dan akan dilaksanakan.
2. Khusus
a. Tersedianya data dan informasi tentang keluarga dan perkembangan
program KKB dari aspek demografi, antara lain mengenai status
kepala keluarga; jenis kelamin; tingkat pendidikan; rata-rata jiwa
dalam keluarga; pasangan usia subur; child woman ratio (CWR); anak
usia sekolah; dan keluarga lansia.
b. Tersedianya informasi mengenai keluarga dan perkembangan program
KKB dari aspek keluarga berencana, antara lain tentang PUS menurut
kelompok umur; peserta KB terhadap PUS; bukan peserta KB
terhadap PUS; Peserta KB melalui jalur pelayanan; dan unmetneed.
c. Tersedianya data dan informasi mengenai keluarga dan perkembangan
program KKB dari aspek keluarga sejahtera, antara lain tentang
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 6
perkembangan Keluarga Pra-Sejahtera; KS I; KS II; KS III; dan KS III
plus.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup analisis dan evaluasi pendataan keluarga meliputi :
1. Sasaran
Data dan informasi yang menyangkut demografi, keluarga berencana, dan
tahapan keluarga sejahtera.
2. Jangkauan Wilayah
Analisis dan evaluasi hasil pendataan keluarga ini adalah hasil pelaksanaan
pendataan keluarga tahun 2012 dari seluruh wilayah di Provinsi Kepulauan
Riau.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 7
BAB II
METODOLOGI
A. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam pemilihan indikator dan variabel dalam
analisis dan evaluasi pendataan keluarga ini adalah Rekapitulasi Hasil Pendataan
Keluarga (Rek.Prov.R/I/KS/07) yang meliputi data tingkat provinsi.
B. Jenis Indikator dan Variabel
Ada tiga aspek yang tercakup dalam pendataan keluarga, yaitu aspek demografi,
aspek keluarga berencana, dan aspek tahapan keluarga sejahtera.
1. Indikator Demografi
Variabel-variabel yang mencerminkan indikator demografi antara lain:
a. Persentase Kepala Keluarga Berstatus Janda/Duda/Belum Kawin
b. Persentase Kepala Keluarga Tidak Bekerja
c. Persentase Kepala Keluarga Tidak Tamat SD
d. Persentase Kepala Keluarga Tamat SD-SLTP
e. Persentase Kepala Keluarga Tamat SLTA
f. Persentase Kepala Keluarga Tamat Akademik/Perguruan Tinggi
g. Persentase Anak Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap Jumlah Anak
Usia 7-15 Tahun.
h. Persentase Anak Laki-laki Usia 7-15 tahun Tidak Sekolah Terhadap Jumlah
Anak Laki-laki Usia 7-15 Tahun.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 8
i. Persentase Anak Perempuan Usia 7-15 tahun Tidak Sekolah Terhadap
Jumlah Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun.
j. Persentase Anak Laki-laki Usia 7-15 tahun Tidak Sekolah Terhadap Jumlah
Anak Usia 7-15 Tahun.
k. Persentase Anak Perempuan Usia 7-15 tahun Tidak Sekolah Terhadap
Jumlah Anak Usia 7-15 Tahun.
l. Rata-rata Jiwa Dalam Keluarga
m. Rasio Jenis Kelamin Anggota Keluarga
n. Rasio Anggota Keluarga Usia 0-4 Tahun Terhadap Jumlah Wanita Usia
Subur (WUS).
o. Persentase Anggota Keluarga Usia 0-15 Tahun
p. Persentase Anggota Keluarga Usia 60 Tahun Ke Atas
q. Persentase Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Jumlah WUS
2. Indikator Keluarga Berencana
Variabel-variabel yang mencerminkan indikator keluarga berencana antara lain :
a. Persentase PUS yang Istrinya Berusia Di bawah 20 Tahun.
b. Persentase PUS yang Istrinya Berusia 20-29 Tahun
c. Persentase PUS yang Istrinya Berusia 30-49 Tahun
d. Persentase PUS Peserta KB
e. Persentase PUS Bukan Peserta KB
f. Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Hamil
g. Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Segera
h. Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Tapi Ditunda
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 9
i. Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Tidak Ingin Anak Lagi
j. Persentase Peserta KB Jalur Swasta
3. Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera
Variabel-variabel yang mencerminkan indikator tahapan keluarga sejahtera
antara lain :
a. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
b. Persentase Keluarga Sejahtera I (KS-I)
c. Persentase KPS dan KS-I
d. Persentase Keluarga Sejahtera II
e. Persentase Keluarga Sejahtera III
f. Persentase Keluarga Sejahtera III Plus
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 10
BAB III
HASIL ANALISIS
Analisis dan Evaluasi Pedataan Keluarga dilakukan menurut aspek yang tercakup
dalam pendataan, yakni aspek demografi, aspek keluarga berencana dan aspek
tahapan keluarga sejahtera.
Cakupan Laporan
Tabel 1
ADA LAPOR % ADA LAPOR % ADA LAPOR % ADA LAPOR %
-1 -2 -3 -4 (5=4/3) -6 -7 (8=7/6) -9 -10 (11=10/9) 12 13 14=13/12
1 BINTAN 10 10 100,00 51 51 100,00 194 192 98,97 592 586 98,99
2 BATAM 12 12 100,00 64 62 96,88 603 452 74,96 2485 1638 65,92
3 KARIMUN 9 9 100,00 54 54 100,00 351 351 100,00 1016 1016 100,00
4 NATUNA 12 12 100,00 73 73 100,00 267 267 100,00 684 684 100,00
5 LINGGA 5 5 100,00 57 57 100,00 267 267 100,00 745 745 100,00
6 TANJUNGPINANG 4 4 100,00 18 18 100,00 167 167 100,00 689 689 100,00
7 ANAMBAS 7 7 100,00 54 54 100,00 161 161 100,00 379 379 100,00
59 59 100,00 371 369 99,46 2010 1857 92,39 6590 5737 87,06 KEPRI
NO KABUPATEN Jml Kecamatan Jml Kelurahan/Desa Jml Dusun/RW
CAKUPAN WILAYAH
Jumlah Rukun Tetangga
A. Aspek Demografi
Data demografi yang dianalisis antara lain berkaitan berkaitan dengan jumlah kepala
keluarga menurut karakteristiknya (status perkawinan, status pekerjaan, dan tingkat
pendidikan), jumlah anak usia sekolah, jumlah jiwa dalam keluarga, rasio jenis
kelamin anggota keluarga, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), dan jumlah Wanita
Usia Subur (WUS).
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 11
TABEL 2
NO KABUPATEN
/ KOTA
JUMLAH
KEPALA
KELUARGA
STATUS
PERKAWINAN TINGKAT PENDIDIKAN STATUS
KK
KAWIN
KK JANDA
/ DUDA /
BELUM
KAWIN
TIDAK
TAMAT
SD
TAMAT
SD /
SLTP
TAMAT
SLTA
TAMAT
AK / PT BEKERJA
TIDAK
BEKARJA
1 Bintan 34,914 87.80 12.20 22.70 41.06 31.44 4.80
90.15 9.85
2 Batam 227,259 94.70 5.30 11.42 26.11 53.32 9.14
92.80 7.20
3 Karimun 78,331 93.18 6.82 55.13 22.76 9.75 12.37
66.02 33.98
4 Natuna 18,863 81.45 18.55 10.71 54.69 31.08 3.51
94.03 5.97
5 Lingga 25,821 79.53 20.47 16.33 54.77 24.39 4.50
89.37 10.63
6 Tanjungpinang 65,061 82.39 17.61 13.79 25.14 36.89 24.18
82.71 17.29
7 Anambas 10,547 82.31 17.69 18.14 57.50 19.53 4.84
91.89 8.11
KEPRI 460,796 90.51 9.49 20.44 30.03 38.63 10.90
86.46 13.54
Jumlah Kepala Keluarga (KK) hasil pendataan keluarga tahun 2012 tercatat sebanyak
460.796. Persentase KK berstatus kawin pada tahun 2012 sebesar 90,51%..
Sementara KK berstatus janda/duda/belum kawin 9.49%. Untuk status tingkat
pendidikan, KK tidak tamat SD 20,44%, KK tamat SD/SLTP 30.03%, KK tamat
SLTA 38,63% dan KK tamat Akademi/Perguruan Tinggi 10.90%. Untuk status
pekerjaan, KK dengan status bekerja 86,46% dan KK dengan status tidak bekerja,
13,54%.
Berikut disajikan analisis per variable, per kabupaten / kota hasil pendataan keluarga
2012.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 12
GRAFIK 1
Persentase Kepala Keluarga Berstatus Janda/ Duda/ Belum Kawin
Terhadap Kepala Keluarga.
Dari jumlah KK sebanyak 460.796 di Provinsi Kepulaaun Riau dari hasil
pendataan keluarga tahun 2012, 9,49% diantaranya berstatus janda/duda/belum
kawin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kematian salah satu pasangan atau
perceraian atau meningkatnya proporsi KK yang belum kawin. Diharapkan
persentase KK berstatus janda/duda/belum kawin tidak terlalu besar dan
semakin kecil semakin baik. Hal ini berkaitan dengan kondisi ketahanan
keluarga, karena secara psikologis biasanya KK yang berstatus kawin kondisi
ketahanan keluarganya relatif lebih baik dibandingkan dengan kepala keluarga
yang berstatus janda/duda/belum kawin. Dilihat per Kabupaten Kota, persentase
tertinggi (20,47%) ada Kabupaten Lingga. Sementara itu, persentase terendah
(5,30%) terdapat di Kota Batam. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran/Tabel
A.1.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 13
GRAFIK2
Persentase Kepala Keluarga Tidak Bekerja Terhadap Kepala Keluarga.
Dari sudut pandang ekonomi, seorang kepala keluarga yang tidak bekerja akan
mempengaruhi kondisi ketahanan keluarga yang dipimpinnya, terutama untuk
kepala keluarga dimana kebutuhan hidup anggota keluarganya masih cukup
besar. Besarnya persentase kepala keluarga yang tidak bekerja bisa disebabkan
berbagai faktor antara lain tidak tersedianya atau sempitnya lapangan pekerjaan
atau kepala keluarga tersebut sudah memasuki usia pensiun. Dari Grafik diatas
terlihat jumlah kepala keluarga yang tidak bekerja menurut hasil pendataan
keluarga 2012. Dari jumlah KK sebesar 460.796, 62,388 diantaranya yang tidak
bekerja atau 13,54%.
Pada tingkat Kabupaten Kota, presentase tertinggi KK status tidak bekerja hasil
pendataan keluarga tahun 2012 ada di Kabupaten Karimun yaitu sebesar 33,98%
dari total KK sebanyak 51.712. Untuk provinsi dengan persentase KK tidak
bekerja terendah terdapat di Kabupaten Natuna, yaitu 5,97%. Untuk Kabupaten
Kota dengan persentase KK tidak bekerja tinggi, diharapkan pemerintah daerah
setempat mampu menurunkan angka pengangguran tersebut dengan menciptakan
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 14
dan menyiapkan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya sendiri. Untuk lebih
rincinya lihat Lampiran/Tabel A.2.
GRAFIK 3
Persentase Kepala Keluarga Tidak Tamat SD Terhadap Kepala Keluarga.
Masih banyaknya kepala keluarga yang tidak menamatkan pendidikan SD, bisa
dikarenakan keadaan geografis yang cukup sulit dan terbatasnya akses
mendapatkan pendidikan. Juga bisa disebabkan mahalnya biaya pendidikan,
sarana dan prasarana pendidikan terbatas, serta pendapatan keluarga yang tidak
mencukupi.
Dari hasil hasil pendataan keluarga 2012 terlihat proporsi KK tidak tamat SD
cukup besar, yaitu 20,44% dari jumlah KK sebanyak 460.796.
Jika melihat persebarannya per Kabupaten Kota, hasil pendataan keluarga 2012
menempatkan Kabupaten Natuna sebagai Kabupaten Kota dengan persentase
KK tidak tamat SD terendah sebesar 10,71%% dibandingkan Kabupaten Kota
lainnya.. Untuk Kabupaten Kota dengan persentase KK tidak tamat SD tertinggi
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 15
ada di Kabupaten Karimun yaitu 55,13%. Lebih rinci lihat Lampiran/Tabel
A.3.
GRAFIK 4
Persentase Kepala Keluarga Tamat SD-SLTP Terhadap Kepala Keluarga.
Jika diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
tinggi atau semakin baik pula tingkat penghasilannya, maka tingkat
kesejahteraan penduduk Provinsi Kepulauan Riau sudah cukup tinggi,
sebagaimana bisa dilihat dari hasil pendataan keluarga yang menunjukkan KK di
Provinsi Kepulauan Riau tamatan SD-SLTP. Grafik di atas menunjukkan
proporsi KK tamat SD-SLTP pada tahun 2012. Dibandingkan dengan jenjang
pendidikan lainnya, persentase KK tamat SD-SLTP cukup besar. Hasil
pendataan keluarga 2012 menunjukkan dari jumlah KK sebanyak 460.796 jiwa,
30,03% berpendidikan tamat SD-SLTP.
Jika melihat persebarannya per Kabupaten Kota, hasil pendataan keluarga 2012
menempatkan Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai Kabupaten dengan
persentase KK tamat SD-SLTP tertinggi sebesar 57.50% dibandingkan
kabupaten kota lainnya. Untuk Kabupaten Kota dengan persentase KK tamat
SD-SLTP terendah adalah Kabupaten Karimun yaitu 22.76%. Program
intervensi yang mungkin bisa dilakukan oleh BKKBN Provinsi dan SKPD-KB
50,73%
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 16
Kabupaten/Kota adalah melakukan kerjasama dengan kantor dinas pendidikan
serta LSM/LSOM setempat untuk melakukan program Kejar (bekerja sambil
belajar) Paket B dan C. Lebih lengkap sebaran per provinsi dapat dilihat
Lampiran/Tabel A.4.
GRAFIK 5
Persentase Kepala Keluarga Tamat SLTA Terhadap Kepala Keluarga
Secara umum dapat dikatakan bahwa dari jumlah KK sebanyak 460.796 jiwa,
yang berhasil menamatkan pendidikan sekolah menengah atas hanya sebesar
38.63%.
Pada tingkat Kabupaten Kota, hasil pendataan keluarga 2012 mencatat
persentase tertinggi KK tamat SLTA ada di Kota Batam yaitu 53,32%. Untuk
Kabupaten Kota dengan persentase KK tamat SLTA terendah adalah Kabupaten
Karimun sebesar 9.75%. Tidak banyaknya KK di Indonesia yang tamat SLTA
bisa mengindikasikan terbatasnya akses untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi yang disebabkan mahalnya biaya pendidikan, sarana dan
prasarana pendidikan terbatas, atau pendapatan keluarga yang tidak mencukupi.
Dengan tingkat pendidikan yang tidak begitu tinggi maka tingkat ketahanan dan
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 17
kesejahteraan keluarga juga mungkin kurang baik. Data selengkapnya mengenai
KK tamat SLTA bisa dilihat pada Lampiran/Tabel A.5.
GRAFIK 6
Persentase Kepala Keluarga Tamat Akademi/Perguruan Tinggi Terhadap
Kepala Keluarga.
Tidak banyak KK di Indonesia yang berhasil menamatkan pendidikan setingkat
akademi atau perguruan tinggi (AK/PT). Hasil pendataan keluarga 2012
menunjukkan dari 460.796 KK, hanya 10,90% yang berhasil menamatkan
pendidikan setingkat AK/PT.
Apabila dilihat per Kabupaten Kota, persentase tertinggi (24,18%) ada di Kota
tanjungpinang. Lebih detil lihat Lampiran/Tabel A.6.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 18
GRAFIK 7
Persentase Anak Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap Anak Usia 7-15
Tahun.
Dari 233.536 jiwa jumlah anak usia 7-15 hasil pendataan keluarga 2012, hanya
6,09% atau 14.211 jiwa diantaranya tidak sekolah. Rendahnya persentase ini
mengindikasikan bahwa program wajib belajar 9 tahun relatif berhasil dan
diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang persentase tersebut akan terus
menurun.
Walaupun begitu, apabila dilihat persebarannya per Kabupaten Kota, masih ada
beberapa Kabupaten Kota yang persentase anak usia 7-15 tahun tidak sekolah
cukup tinggi, seperti terdapat di Kabupaten Lingga 18.60 %. Untuk lebih jelasnya
lihat Lampiran/Tabel A.7.
Diharapkan ke depan akses untuk mendapatkan pendidikan bagi anak usia 7-15
tahun di Kabupaten Kota yang persentasenya rendah dapat lebih ditingkatkan,
sehingga seluruh anak usia 7-15 tahun dapat bersekolah.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 19
GRAFIK 8
Persentase Anak Laki-Laki Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap Anak
Laki-laki Usia 7-15 Tahun.
Dari 123.431 jiwa anak laki-laki usia 7-15 tahun hasil pendataan keluarga 2012,
terdapat 6,24% yang tidak sekolah. Walaupun relatif kecil, program wajib belajar
9 tahun masih belum berhasil menjangkau seluruh anak laki-laki usia 7-15 tahun.
Melihat persebarannya pada tingkat Kabupaten Kota, angkanya sangat bervariasi.
Persentase tertinggi ada di Kabupaten Lingga sebesar 18,86%. Diharapkan pada
masa yang akan datang akses untuk mendapatkan pendidikan bagi anak laki-laki
usia 7-15 tahun di Kabupaten Lingga dapat lebih ditingkatkan, sehingga seluruh
anak laki-laki usia 7-15 tahun di kabupaten tersebut, minimal dapat
menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun. Untuk melihat lebih rinci persebarannya
di seluruh provinsi lihat Lampiran/Tabel A.8.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 20
GRAFIK 9
Persentase Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap
Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun.
Dari 110.105 anak perempuan usia 7-15 tahun hasil pendataan keluarga 2012,
terdapat 5.91% yang tidak sekolah. Walaupun relatif kecil, program wajib belajar
9 tahun masih belum berhasil menjangkau seluruh anak perempuan usia 7-15
tahun. Diharapkan program wajib belajar 9 tahun untuk anak perempuan lebih
intensif pelaksanaannya.
Melihat persebarannya pada tingkat Kabupaten Kota, angkanya sangat bervariasi.
Mulai dari persentase tertinggi di Kabupaten Lingga (18.33%) sampai terendah
(1,91%) di Kabupaten Natuna. Diharapkan pada masa yang akan datang akses
untuk mendapatkan pendidikan bagi anak perempuan usia 7-15 tahun di
Kabupaten Lingga dapat lebih ditingkatkan, sehingga seluruh anak perempuan
usia 7-15 tahun di Kabupaten tersebut, minimal, dapat menyelesaikan pendidikan
dasar 9 tahun. Untuk melihat lebih rinci persebarannya di seluruh Kabupaten Kota
lihat Lampiran/Tabel A.9.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 21
GRAFIK 10
Persentase Anak Laki-Laki Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap Anak
Usia 7-15 Tahun.
Dari 233.536 jiwa jumlah anak usia 7-15 tahun hasil pendataan keluarga 2012,
terdapat sekitar 3,30% anak laki-laki yang tidak sekolah.
Rendahnya persentase ini mengindikasikan bahwa program wajib belajar 9 tahun
untuk anak laki-laki usia 7-15 tahun relatif berhasil dan diharapkan pada tahun-
tahun yang akan datang persentase tersebut akan terus menurun. Walaupun
begitu, apabila dilihat persebarannya per Kabupaten Kota, masih ada beberapa
Kabupaten Kota yang persentase anak usia 7-15 tahun tidak sekolah cukup tinggi,
seperti terdapat di Kabupaten Lingga sebesar 9,75%. Untuk lebih jelasnya lihat
Lampiran/Tabel A.10. Diharapkan ke depan akses untuk mendapatkan
pendidikan bagi anak laki-laki usia 7-15 tahun di Kabupaten Kota yang
persentasenya rendah dapat lebih ditingkatkan, sehingga seluruh anak usia 7-15
tahun dapat bersekolah.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 22
GRAFIK 11
Persentase Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap
Anak Usia 7-15 Tahun.
Dibandingkan dengan anak laki-laki usia 7-15 tahun dari kelompok anak usia 7-
15 tahun, persentase anak perempuan usia 7-15 tahun yang tidak sekolah sedikit
lebih rendah, yaitu 2.79% Jika dilihat per Kabupaten Kota, presentase tertinggi
ada di Kabupaten Lingga sebesar 8,86%.
Diharapkan ke depan akses untuk mendapatkan pendidikan bagi anak perempuan
usia 7-15 tahun di setiap provinsi dapat lebih ditingkatkan, sehingga seluruh anak
perempuan usia 7-15 tahun dapat bersekolah. Lihat juga Lampiran/Tabel A.11.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 23
GRAFIK 12
Rata-Rata Jiwa Dalam Keluarga
Dengan jumlah keluarga sebanyak 460.796 KK dan jumlah jiwa sebanyak
1.489.220 jiwa, maka dapat dicari angka rata-rata jiwa per keluarga, yaitu 3,23
jiwa.
Dilihat per Kabupaten Kota, rata-rata jiwa dalam keluarga terbanyak ada di
Kabupaten Bintan (3,94 jiwa). Terendah di Kota Batam (2.91 jiwa). Indikator
rata-rata jiwa dalam keluarga dapat memberikan gambaran tentang beban hidup
yang harus ditanggung sebuah keluarga. Semakin besar rata-rata jiwa dalam
keluarga, semakin berat beban hidup yang harus ditanggung, misal untuk biaya
makan, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Sebaliknya, semakin kecil
rata-rata jiwa dalam keluarga semakin ringan beban hidup yang harus
ditanggung. Lebih rinci untuk melihat sebaran per provinsi lihat
Lampiran/Tabel A.12.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 24
GRAFIK 13
Rasio Jenis Kelamin Anggota Keluarga
Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan banyaknya penduduk laki-laki
dengan penduduk perempuan pada suatu wilayah dan periode tertentu yang
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan.
Dari hasil pendataan keluarga 2010 terlihat jumlah penduduk laki-laki sedikit
lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan dimana rasionya
adalah 104,57
Semua Kabupaten Kota di Provinsi Kepulauan Riau jumlah penduduk laki-
lakinya lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Lihat
Lampiran/Tabel A.13.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 25
GRAFIK 14
Rasio Anggota Keluarga Usia 0-4 Tahun (Balita) Dengan Wanita Usia
Subur (WUS).
Salah satu cara yang cukup sederhana dalam melihat perkembangan tingkat
fertilitas pada satu wilayah dalam kurun waktu tertentu adalah dengan melihat
rasio antara jumlah anak usia 0-4 tahun dengan jumlah WUS (15-49 tahun).
Hasil dari pengukuran ini dapat dipakai sebagai rujukan dalam melihat
perkembangan angka kelahiran selama 5 tahun terakhir. Semakin kecil rasionya
maka diasumsikan semakin kecil angka kelahirannya. Grafik di atas
memperlihatkan rasio Balita terhadap WUS hasil pendataan keluarga tahun
2012. Dari 1000 WUS, jumlah balita yang ada sebanyak 354. Pada tingkat
Kabupaten Kota, angka rasionya tertinggi di Kota Batam 459 per 1.000 WUS
dan terendah di Kota Tanjungpinang 167 per 1.000 WUS. Lihat juga
Lampiran/Tabel A.14.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 26
GRAFIK 15
Persentase Anggota Keluarga Usia 0-15 Tahun
Pendataan Keluarga 2012 mencatat jumlah anak usia 0-15 tahun sebanyak
417.620 jiwa atau 31.67% dari total jumlah jiwa yang tercatat sebanyak
1.489.220 jiwa.
Dilihat dari persentasenya, terlihat struktur umur anggota keluarga (penduduk)
cenderung semakin muda. Hal ini potensial untuk menimbulkan masalah-
masalah yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang, seperti angka
kelahiran yang tinggi, penyediaan sarana dan prasarana kesehatan dan
pendidikan yang lebih banyak, masalah angkatan kerja, dan lain sebagainya.
Untuk melihat sebaran per provinsi selengkapnya lihat Lampiran/Tabel A.15.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 27
GRAFIK 16
Persentase Anggota Keluarga Usia 60 Tahun Ke Atas
Hasil pendataan keluarga tahun 2012 mencatat jumlah anggota keluarga usia 60
tahun ke atas sebanyak 70.501 jiwa atau 5.27% dari total jumlah jiwa sebesar
1.489.220.
Menurut Kabupaten Kota, persentase tertinggi ada di Kabupaten Karimun
(12,72%). Sebaliknya persentase terendah ada di Kota Batam (1,58%).
Persentase yang besar bisa mengindikasikan telah terjadinya penurunan angka
kelahiran, pertumbuhan penduduk yang rendah, dan meningkatnya harapan
hidup. Pada sisi lain, proporsi yang besar bisa juga menimbulkan isu-isu yang
harus ditangani dengan baik, seperti perasaan kesepian, merasa tidak
dibutuhkan lagi, kesehatan yang menurun, dan lain sebagainya. Perkembangan
jumlah dan persentase lansia 60+ per Kabupaten Kota lihat Lampiran/Tabel
A.16.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 28
Persentase Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap WUS
Proporsi atau persentase PUS terhadap WUS dapat dijadikan salah satu
indikator keberhasilan upaya peningkatan usia kawin perempuan serta indikator
besar kecilnya sasaran yang harus digarap oleh program KB. Persentase yang
kecil dapat diindikasikan sebagai semakin meningkatnya rata-rata usia kawin
pertama wanita, sebaliknya persentase yang besar mengindikasikan semakin
menurunnya rata-rata usia kawin pertama wanita. Sementara itu, apabila
persentase PUS yang besar terjadi pada kelompok umur paling muda (15-19
tahun) dapat dikatakan program pendewasaan usia perkawinan tidak berjalan
dengan baik.
GRAFIK 17
Persentase Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap WUS
Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012 persentase PUS terhadap WUS berada
pada kisaran 56,35%. Berarti lebih dari separuh WUS di Indonesia berstatus
kawin dan ini sangat potensial dalam meningkatkan angka kelahiran.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 29
Pada tingkat Kabupaten Kota, Kabupaten Bintan dengan persentase PUS
terhadap WUS paling tinggi. Program KB perlu lebih diberdayakan di wilayah-
wilayah yang proporsi PUS terhadap WUS sangat tinggi. Data lebih lengkap
lihat Lampiran/Tabel A.17.
B. ASPEK KELUARGA BERENCANA
Aspek keluarga berencana menganalisis beberapa indikator yang berkaitan
dengan keluarga berencana, antara lain jumlah PUS dengan usia istri 20 tahun ke
bawah, 20-29 tahun dan 30-49 tahun; jumlah PUS yang menjadi peserta KB; jumlah
PUS bukan peserta KB karena alasan hamil, ingin anak segera, ingin anak tapi
ditunda, dan tidak ingin anak lagi. Selain itu akan dianalisis jalur pelayanan peserta
KB utamanya dari jalur swasta.
Dari hasil pendataan keluarga 2012, tercatat jumlah PUS di seluruh Provinsi
Kepulauan Riau sebesar 271.268 pasangan dengan peserta KB 198.955 pada
tahun 2012.
TABEL 3
NO KABUPATEN
KOTA
JUMLAH PASANGAN USIA
SUBUR (PUS)
JUMLAH PESERTA
KB %
(1) (2) (3) (4) (5)=4/3
1 Bintan
24,884
18,756 75.37
2 Batam 131,775 103,924 78.86
3 Karimun
40,991
26,007 63.45
4 Natuna 11,770 9,510 80.80
5 Lingga 15,841 10,674 67.38
6 Tanjungpinang 38,931 24,958 64.11
7 Anambas 7,076 5,126 72.44
KEPRI 271,268 198,955 73.34
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 30
Tabel di bawah ini memperlihatkan perkembangan jumlah PUS menurut
kelompok umur istri tahun 2012. Dari tabel terlihat jumlah PUS paling banyak
berada pada kelompok PUS yang umur istrinya 30-49 tahun.
TABEL 3
NO KABUPATEN
KOTA
JUMLAH PASANGAN USIA SUBUR (PUS)
% PUS ISTERI USIA <20
TAHUN
% PUS ISTERI
USIA 20-29
TAHUN
% PUS ISTERI USIA
30-49 TAHUN
(1) (2) (3) (5)=4/3 (5)=4/3 (5)=4/3
1 Bintan
24,884 1.48 27.14 71.38
2 Batam 131,775 1.39 32.87 65.74
3 Karimun
40,991 7.88 27.59 64.52
4 Natuna 11,770 12.62 33.11 54.27
5 Lingga 15,841 0.59 24.86 74.55
6 Tanjungpinang 38,931 1.61 26.49 71.90
7 Anambas 7,076 1.30 28.58 70.12
KEPRI 271,268 2.85 30.06 67.09
Berikut uraian dan analisis PUS menurut usia istri, kesertaan ber-KB, PUS tidak
ber-KB, dan PUS peserta KB jalur swasta.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 31
GRAFIK 18
Persentase PUS yang istrinya Berusia di bawah 20 tahun
Salah satu strategi dalam program KB yang bertujuan untuk mengendalikan
angka kelahiran adalah program pendewasaan usia perkawinan. Salah satu
Indikator berhasil atau tidaknya program ini dapat dilihat dari tinggi rendahnya
persentase PUS yang istrinya berusia dibawah 20 tahun terhadap PUS yang ada.
Semakin kecil persentasenya menandakan semakin sedikit wanita yang kawin
pada usia muda yang berarti program pendewasaan usia perkawinan berjalan
dengan baik. Disamping itu, persentase yang kecil mengindikasikan
meningkatnya kesadaran akan resiko yang mungkin terjadi jika kawin, hamil,
ataupun melahirkan pada usia yang sangat muda yaitu di bawah usia 20.
Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012, terlihat persentase PUS yang usia
istrinya dibawah 20 tahun secara nasional sangat kecil yaitu sebesar 2,85%.
Pada tingkat Kabupaten Kota, angkanya bervariasi mulai dari 0,59% (terendah)
di Kabupaten Lingga sampai 12.62% (tertinggi) di Kabupaten Natuna.
Diperlukan upaya penanganan yang lebih serius dalam program pendewasaan
usia perkawinan di Kabupaten Kota dengan angka persentase yang relatif tinggi.
Informasi lebih lengkap per Kabupaten Kota ada di Lampiran/Tabel B.1.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 32
GRAFIK 19
Persentase PUS yang istrinya Berusia 20-29 Tahun
Indikator keberhasilan lainnya dari program pendewasaan usia perkawinan juga
bias dilihat dari besar-kecil nya jumlah PUS yang istrinya berusia 20-29 tahun.
Semakin besar jumlahnya mengindikasikan semakin banyak wanita yang kawin
setelah usia 20 tahun, yang berarti program penundaan usia perkawinan pertama
berjalan dengan baik. Dari segi pelayangan kontrasepsi yang diberikan adalah
yang lebih banyak bersifat menjarangkan kehamilan sehingga alat dan obat
kontrasepsi (alokon) lebih diprioritaskan pada alokon jangka pendek seperti Pil,
Suntik dan Kondom.
Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012, terlihat dari jumlah PUS sebesar
271.268 pasangan, 30.06% diantaranya adalah PUS yang istrinya berusia 20-29
tahun. Untuk persebaran di tingkat Kabupaten Kota, angkanya berjarak sebaran
antara 33,11% (tertinggi) di Kabupaten Natuna dan 24,86% (terendah) di
Kabupaten Lingga. Lebih lengkap lihat Lampiran/Tabel B.2.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 33
GRAFIK 20
Persentase PUS yang istrinya Berusia 30-49 Tahun
Diantara kebijakan program KB yang berhubungan dengan PUS adalah bagi
PUS yang usia istrinya diatas 30 tahun dan mempunyai 3 anak atau lebih adalah
mengarahkan PUS tersebut untuk ber-KB dengan menggunakan alokon jangka
panjang atau yang bersifat mengakhiri kesuburan, seperti medis operatif baik
untuk wanita maupun pria, serta Implant dan IUD.
Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012, terlihat persentase PUS yang usia
istrinya 30-49 tahun terhadap PUS cukup besar, yaitu 67.09%. Pada tingkat
provinsi, angkanya bervariasi mulai dari 71.90% (tertinggi) di Kota
Tanjungpinang hingga 54.,27% (terendah) di Kabupaten Natuna. Lebih lengkap
lihat Lampiran/Tabel B.3.
61,61% 61,10%
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 34
GRAFIK 21
Persentase PUS Peserta KB
Tingkat kesertaan ber-KB diukur dari persentase PUS yang sedang ber-KB.
Dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2012, tingkat kesertaan ber-KB dari PUS
yang ada sebesar 73,34%, mengindikasikan bahwa program KB berjalan cukup
baik. Baik secara persentase maupun absolut.
Secara Kabupaten angkanya cukup tinggi, apabila dilihat per Kabupaten Kota
masih ada Kabupaten Kota yang tingkat kesertaan ber-KBnya masih rendah dari
target Nasional yaitu 65 % seperti terjadi di Kabupaten Karimun 63,45%.
Informasi lebih lengkap dapat dilihat Lampiran/Tabel B.4.
Persentase Bukan Peserta KB
Tabel/Grafik di bawah menunjukkan proporsi PUS Bukan peserta KB. Semakin
kecil persentasenya semakin baik, karena mengindikasikan hampir semua PUS
merupakan peserta KB. Sebaliknya, semakin besar persentase PUS bukan
peserta KB, semakin besar kemungkinan terjadinya kelahiran. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan PUS tidak ber-KB, yaitu sedang hamil, masih ingin
punya anak dan alasan-alasan lainnya, seperti alokon yang tidak cocok, tidak
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 35
mampu membeli alokon, atau dilarang ber-KB oleh suami. Dari hasil pendataan
keluarga tahun 2012, dari sekitar 271.268 PUS terlihat 26,66% diantaranya
bukan peserta KB.
GRAFIK 22
Pada tingkat Kabupaten Kota, angka ini bervariasi mulai 19,20% (terendah) di
Kabupaten natuna sampai 36.55% (tertinggi) di Kabupaten Karimun. Lebih
rinci lihat Lampiran/Tabel B.5.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 36
GRAFIK 23
Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Hamil
Informasi mengenai PUS yang tidak ber KB karena sedang hamil merupakan
suatu hal yang sangat penting, karena dari sana bisa digali informasi penting
lainnya seperti: Apakah kehamilan tersebut memang diinginkan? Apakah ibu
yang hamil tersebut memeriksakan kehamilannya secara rutin? Apakah setelah
melahirkan ibu tersebut masih ingin punya anak lagi? dan lain sebagainya.
Gambar di atas menunjukkan bahwa dari sekitar 271.268 PUS hasil pendataan
keluarga 2012, 5,75% yang tidak ber-KB karena sedang hamil.
Pada tingkat Kabupaten Kota, angkanya berjarak sebar dari 1,88% (terendah) di
Kota Tanjungpinang sampai tertinggi (8,76%) di Kabupaten Karimun. Lihat
Lampiran/Tabel B.6.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 37
GRAFIK 24
Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Segera
Grafik di samping menunjukkan proporsi PUS yang tidak ber-KB karena ingin
anak segera (kurang dari 2 tahun sejak kelahiran terakhir). Semakin kecil
persentasenya semakin baik, karena mengindikasikan keinginan PUS untuk
menunda atau tidak ingin hamil lagi dalam waktu dekat. Ada beberapa faktor
yg menyebabkan PUS tidak ber-KB karena ingin anak segera, seperti jumlah
anak yang ada (hidup) sedikit, belum mencapai jumlah anak ideal yang
diinginkan, atau PUS masih muda.
Hasil pendataan keluarga 2012, menunjukkan dari 271.268 PUS yang terdata
sekitar 8,60% diantaranya tidak ber-KB dengan alasan ingin mempunyai anak
lagi dalam waktu yang tidak terlalu lama dari kehamilan terakhir.
Walaupun secara Provinsi angkanya di bawah 10%, tapi di tingkat Kabupaten
Kota ada 3 Kabupaten Kota yang angkanya di atas 10% yaitu Kabupaten
Kepulauan Anambas 12,18%, Kabupaten LIngga 11,43% dan Kota
tanjungpinang 10,21%. Lihat juga Lampiran/Tabel B.7.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 38
Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Tapi Ditunda
Informasi yang ingin diperoleh dari variabel ini adalah seberapa banyak PUS
yang tidak ber-KB dengan alasan masih ingin punya anak lagi tapi ditunda (2
tahun setelah kelahiran terakhir). Semakin kecil persentasenya semakin baik,
karena semakin kecil terjadi kehamilan yang belum atau tidak diinginkan
(sebelum waktunya).
GRAFIK 25
Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Tapi Ditunda
Dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2012 terlihat bahwa persentase PUS yang
tidak ber-KB karena masih ingin mempunyai anak tapi ditunda relatif besar,
yaitu 5,80% dari jumlah PUS yang ada. Jika tidak ditangani dengan baik akan
terjadi potensi kehamilan yang tidak diinginkan (sebelum waktunya) dan
kelahiran bayi sebanyak 16.000 jiwa.
Apabila dilihat per Kabupaten Kota,yang terendah adalah Kabupaten Kepulauan
Anambas sebesar 3% dan yang tertinggi adalah Kabupaten Karimun 9,39%.
Lihat selengkapnya di Lampiran/Tabel B.8.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 39
GRAFIK 26
Persentase PUS Bukan Peserta KB karena Tidak Ingin Anak Lagi
Informasi mengenai PUS yang tidak ber-KB tapi tidak ingin mempunyai anak
lagi sangatlah penting, karena PUS dalam kelompok ini memerlukan pelayanan
kontrasepsi yang bersifat segera, mendesak, dan harus menjadi prioritas utama,
demi untuk menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2012, persentase PUS tidak ber-KB
tapi tidak ingin anak lagi secara Provinsi Kepulauan Riau angkanya relatif
tinggi yaitu 6.50% atau sekitar 17.644 PUS. Jika tidak segera diajak untuk ber-
KB maka akan terjadi potensi kehamilan yang tidak dinginkan dan potensi
kelahiran bayi yang cukup besar di tahun berikutnya.
Pada tingkat Kabupaten Kota , masih ada dengan persentase di atas 10% yaitu:
Kota Tanjungpinang 14,80% dan Kabupaten Lingga 11,92% . Lihat persebaran
menurut provinsi pada Lampiran/Tabel B.9.
%
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 40
GRAFIK 27
Persentase Peserta KB Jalur Swasta
Dalam situasi dimana program KB telah diterima sebagai salah satu kebutuhan
hidup masyarakat yang dalam pelaksanaannya bukan lagi semata-mata menjadi
tanggung jawab pemerintah saja tetapi juga telah menjadi tanggung jawab
masyarakat, maka Informasi mengenai sumber perolehan alat dan obat
kontrasepsi bagi peserta KB sangatlah penting. Program KB saat ini telah
diarahkan kepada kemandirian masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kontrasepsi serta peningkatan fungsi sektor swasta dalam penyediaan dan
pelayanan kontrasepsi.
Persentase peserta KB Swasta hasil pendataan keluarga tahun 2012
menunjukkan tingkat kemandirian masyarakat dalam ber-KB yang cukup tinggi,
dimana dari 198.955 peserta KB lebih separuhnya 56,53%% (112.476 peserta)
mendapatkan pelayanan kontrasepsi dari jalur swasta.
Dilihat per Kabupaten Kota , hasil pendataan keluarga tahun 2012 menunjukkan
ada 6 Kabupaten Kota dengan tingkat kemandirian ber-KB masih dibawah
50%, yang tertinggi adalah Kota Batam 78,45% dan yang terendah adalah
48,82% 48,07%
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 41
Kabupaten Karimun 24,67%. Lihat data persebaran per Kabupaten Kota di
Lampiran/Tabel B.10.
C. ASPEK TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA
Perkembangan jumlah dan persentase keluarga menurut tahapan keluarga
sejahtera selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel di bawah.
Berdasarkan tabel tersebut terlihat jumlah keluarga di seluruh klasifikasi
tahapan keluarga angkanya meningkat, akan tetapi komposisi angka
persentasenya berbeda-beda, ada yang konsisten turun, yaitu Keluarga Pra
Sejahtera (KPS); ada yang konsisten naik, yaitu Keluarga Sejahtera II (KS-II)
dan Keluarga Sejahtera III (KS-III); dan ada pula yang turun-naik, yaitu
Keluarga Sejahtera I (KS-I) dan Keluarga Sejahtera III+ (KS-III+).
TABEL 4
NO. KABUPATEN KOTA
JUMLAH KEPALA
KELUARGA
KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA
PRA SEJAHTER
A SEJAHTERA I SEJAHTERA II SEJAHTERA III
SEJAHTERA III Plus
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
(1) (2) (3) (4) (4) (4) (4) (4)
1 Bintan
34,914 1,529 3,404 7,007 15,762 7,212
2 Batam
227,259 4,547 43,177 61,355 90,909 27,271
3 Karimun
78,331 6,149 11,276 24,975 20,330 15,601
4 Natuna
18,863 717 1,081 6,651 8,091 2,323
5 Lingga
25,821 4,432 9,279 8,987 3,107 16
6 Tanjungpinang
65,061 3,757 10,188 18,318 18,300 14,498
7 Anambas
10,547 1,980 1,521 5,527 1,468 51
KEPRI
460,796 23,111 79,926 132,820 157,967 66,972
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 42
Berikut adalah analisis ketahanan keluarga menurut tahapan sejahtera hasil pendataan
keluarga 2012.
GRAFIK 28
Persentase Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Keluarga Pra Sejahtera (KPS) adalah tingkatan terendah dalam tahapan
keluarga sejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal. Hasil pendataan keluarga pada tahun
5,02% dari jumlah keluarga sebanyak 23.111 Keluarga. Persentase ini
menunjukkan jumlah keluarga di Indonesia dengan tingkat kesejahteraan rendah
masih cukup tinggi. Oleh karena itu, penanganan program peningkatan
kesejahteraan keluarga perlu ditingkatkan.
Pada tingkat Kabupaten Kota persentase tertinggi ada di Kabupaten Lingga
(17.16%) dan terendah di Kota Batam (2%). Untuk Kabupaten yang persentase
KPS masih tinggi diharapkan melakukan evaluasi kembali program-program
pengentasan kemiskinan di wilayahnya masing-masing agar status
kesejahteraan penduduknya bisa meningkat. Data lebih rinci lihat
Lampiran/Tabel C.1.
22,94% 22,29% 21,78%
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 43
GRAFIK 29
Persentase Keluarga Sejahtera I (KS-I)
Secara Provinsi jumlah KS-I pada tahun 2012 sebanyak 79.926 keluarga atau
17.35% dari jumlah keluarga. Ini merupakan proporsi yang cukup besar dan
mengindikasikan kurang begitu tingginya tingkat kesejahteraan keluarga di
Indonesia.
Hasil pendataan keluarga tahun 2012 pada tingkat Kabupaten Kota, persentase
tertinggi ada di Kabupaten Lingga (35,94%) dan persentase terendah di
Kabupaten Natuna (5,73%). Lebih rinci lihat Lampiran/Tabel C.2.
23,64% 23,05%
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 44
GRAFIK 30
Persentase KPS dan KS-I
Tinggi rendahnya persentase keluarga Pra S dan KS I bisa dijadikan tolak ukur
tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Semakin
besar proporsinya semakin rendah tingkat kesejahteraan penduduknya. Hasil
Pendataan Keluarga tahun 2012 menunjukkan dari 460.796 keluarga di Provinsi
Kepulauan Riau, 22,36% merupakan KPS dan KS-I. Ini merupakan suatu
proporsi yg besar, sehingga perlu ditingkatkan kesejahteraannya. Perlu
dilakukan suatu intervensi dengan membuat program/kegiatan yang dapat
dipakai untuk meningkatkan status kesejahteraan para keluarga ke tingkat yang
lebih tinggi
Pada tingkat Kabupaten Kota yang tertinggi ada di Kabupaten Lingga dengan
53,10% dan yang terendah di Kabupaten Natuna dengan presentase 9,53%. Data
lengkap ada di Lampiran/Tabel C.3.
45,93% 44,83%
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 45
Persentase Keluarga Sejahtera II
Perkembangan Keluarga Sejahtera II (KS.II) dari hasil pendataan keluarga
tahun 2012 dari 460.796 keluarga yang ada, sebanyak 132.820 keluarga atau
28,82% merupakan Keluarga Sejahtera II. Proporsi yang relatif cukup besar dan
mengindikasikan adanya keluarga yang telah mempunyai tingkat kesejahteraan
yang cukup baik.
GRAFIK 33
Persentase Keluarga Sejahtera II
Untuk tingkat Kabupaten Kota dengan persentase tertinggi yaitu Kepulauan
Anambas dengan presentase 52,40% sedangkan presentase terendah adalah
Kabupaten Bintan dengan presentase 20,07%. Data lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran/Tabel C.4.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 46
GRAFIK 34
Persentase Keluarga Sejahtera III
Tahapan ketiga adalah KS-III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan
pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan dalam bentuk
material dan keuangan secara teratur untuk kepentingan sosial kemasyarakatan.
Pendataan keluarga tahun 2012 secara provinsi mencatat jumlah keluarga KS-
III sebanyak 157.967 keluarga atau sebesar 34,28 % dari seluruh jumlah
keluarga.
Pada tingkat Kabupaten Kota, dari hasil pendataan keluarga tahun 2012
persentase tertinggi adalah Kabupaten Bintan 45,15%, sedangkan angka
terendah ada di Kabupaten Lingga sebesar 12,03%). Lihat Lampiran/Tabel
C.5.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 47
GRAFIK 35
Persentase Keluarga Sejahtera III Plus
Tahapan terakhir adalah KS-III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis,
maupun yang bersifat pengembangan, serta telah dapat memberikan sumbangan
yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Keluarga dengan ciri-ciri
demikian pada umumnya merupakan keluarga menengah ke atas. Dari 460.796
keluarga yang tercata dari hasil pendataan keluarga 2012, hanya 66.972
keluarga atau 14,53% merupakan keluarga sejahtera III plus.
Bila dilihat per Kabupaten Kota, kabupaten Kota persentase tertinggi yakni
Kota Tanjungpinang 22,28% dan yang terendah adalah Kabupaten Lingga
0,06%. Lihat Lampiran/Tabel C.6.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 48
BAB IV
KESIMPULAN
Pendataan keluarga yang dilakukan satu tahun sekali di seluruh wilayah
Indonesia merupakan upaya penyediaan data basis keluarga dan anggota keluarga
yang dapat dimanfaatkan untuk penentuan segmentasi sasaran operasional berbagai
kegiatan sektor pembangunan. Selain itu, hasil pendataan keluarga juga dapat
menggambarkan ciri maupun keadaan umum yang berkaitan dengan kondisi serta
potensi keluarga, serta kondisi perkembangan program di lapangan, sehingga dapat
digunakan dalam melakukan intervensi ataupun perbaikan kegiatan-kegiatan yang
sedang atau akan dilaksanakan.
Pada sisi lain, hasil analisis dan evaluasi pendataan keluarga merupakan informasi
yang sangat penting bagi pemimpin sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan dan strategi dalam rangka peningkatan pelaksanaan
operasional program keluarga berencana dan keluarga sejahtera.
Secara umum, dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2012 dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dalam Tahun 2012 jumlah keluarga adalah 460.796 keluarga
2. Untuk KK berstatus kawin, secara absolut jumlahnya 417.049 Kepala Keluarga
atau 90,51 %. Pada sisi lain, jumlah dan persentase KK berstatus janda/duda atau
belum kawin sebanyak 9,49% atau 43.747 kepala Keluarga. Baik secara angka
absolut ataupun persentase, KK berstatus tidak bekerja berjumlah 9,85% atau
3.438 KK dan yang bekerja sebanyak 86,46% atau 398.408 KK. Berdasar
pendidikan terakhir KK, persentase yang tidak tamat SD pada tahun 2012 sebesar
20,44%; tamat SD-SLTP 30,03%; tamat SLTA 38,63%; dan yang lulusan
akademi/perguruan tinggi 10,90% . Hal ini menunjukkan kualitas kepala
keluarga yang masih rendah, sehingga perlu adanya penanggulangan yang serius
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 49
untuk meningkatkan kualitas kepala keluarga sebagai tulang punggung/pencari
nafkah keluarga.
3. Data demografi juga memperlihatkan tingkat kesertaan bersekolah anak usia 7-15
tahun. Persentase anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah dari tahun 2012
sebesar 6,09%atau 14.211 Jiwa. Persentase anak laki-laki usia 7-15 tahun yang
tidak sekolah terhadap jumlah anak laki-laki pada kelompok umur yang sama dari
hasil pendataan keluarga tahun 2012 menjadi 6,24% atau 7.706 jiwa. Tidak
berbeda jauh untuk persentase anak perempuan usia 7-15 tahun yang tidak
sekolah dibandingkan dengan jumlah anak perempuan pada kelompok umur yang
sama dimana pada tahun 2012 angkanya sebesar 5,91% atau 6.505 jiwa. Apabila
dibandingkan dengan jumlah anak usia 7-15 tahun secara keseluruhan, persentase
anak laki-laki usia 7-15 tahun yang tidak sekolah angkanya sebesar 3,30%
sedangkan persentase anak perempuan usia 7-15 tahun yang tidak sekolah
angkanya 2,79%.
4. Rata-rata jiwa dalam keluarga hasil pendataan keluarga tahun 2012 menunjukkan
angka 3.23 jiwa. Sedangkan ratio jenis kelamin anggota keluarga/penduduk
menunjukkan 105 laki-laki per 100 penduduk perempuan.
5. Rasio anggota keluarga usia 0-4 tahun terhadap jumlah WUS hasil pendataan
keluarga tahun 2012 menunjukkan angka 0,354 atau dari setiap 1000 wanita usia
subur (15-49 Tahun) terdapat 354 anak usia 0-4 tahun.
6. Persentase peserta KB terhadap PUS dari hasil pendataan tahun 2012 73,34%
menunjukkan bahwa hasil program KB selama cukup berhasil. Sebaliknya PUS
bukan peserta KB angkanya 26,66%. PUS bukan peserta KB terdiri terdiri dari
5,75% yang sedang hamil; 8,60% yang ingin anak segera; 5,80% yang ingin anak
tapi ditunda, dan 6,50% yang tidak ingin anak lagi.
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 50
7. Persentase peserta KB jalur swasta hasil menunjukkan trend yang baik yaitu
56,53% dari hasil pendataan 2012.
8. Dari hasil pendataan keluarga 2012 terlihat bahwa untuk KPS diangka 5,02%
atau 23.111 dari total 460.796 Kepala Keluarga.
9. Hasil pendataan keluarga tahun 2012 mencatat sebesar 79.926 KK masuk dalam
tahap KS-I atau sebesar 17,35% dari seluruh jumlah keluarga.
10. Gabungan keluarga dengan kategori KPS dan KS-I dapat dikatakan sebagai
keluarga miskin. Hasil pendataan keluarga tahun 2012 secara Provinsi
kepulauan Riau mencatat sebesar 103.037 keluarga masuk dalam keluarga
miskin atau sebesar 22,36% dari seluruh jumlah keluarga.
11. Secara Provinsi Kepulauan Riau jumlah keluarga dengan tahapan KS-II dari
hasil pendataan keluarga tahun 2012 tercatat sebesar 132.820 keluarga atau
sebesar 28,82% dari seluruh jumlah keluarga.
12. Pendataan keluarga tahun 2012 mencatat jumlah keluarga KS-III sebanyak
157.967 keluarga atau sebesar 34,28 % dari seluruh jumlah keluarga.
13. Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012 tercatat jumlah KS.III Plus sebanyak
66.972 keluarga atau sebesar 14,53% dari seluruh jumlah keluarga.