analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

50
Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 1 ANALISA PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2012 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Upload: aizawa-kakeru

Post on 25-Jun-2015

665 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 1

ANALISA PENDATAAN KELUARGA

TAHUN 2012

PERWAKILAN BKKBN PROVINSI

KEPULAUAN RIAU

Page 2: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 2

PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas

berkat dan KaruniaNya pembuatan Analisa Pendataan Keluarga Tahun

2012 telah dapat diselesaikan. Pelaksanaan Pendataan Keluarga tahun

2012 di dasarkan pada surat dari Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan

dan Informasi BKKBN Pusat Nomor: 1073/HK-010/G4/2012 tanggal 14

April 2012 tentang Pelaksanaan Pendataan Keluarga dan Pemutakhiran

Data Keluarga Tahun 2012. Proses pelaksanaan pengumpulan

kegiatan Pendataan Keluarga tahun 2012 dilakukan melalui kunjungan

rumah ke rumah oleh PLKB/PKB, para kader pendata selama 3 bulan, dari

Juli sampai dengan 30 September 2012, sebagai bagian kegiatan dari

Sistem Pencatan dan Pelaporan Program KKB Nasional yang telah

dibakukan.

Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa data dan informasi yang

diperoleh dari hasil pendataan keluarga selama ini mempunyai ciri yang

unik sebagai milik masyarakat, cukup rinci merupakan bagian dari

operasional program KB. Oleh karena itu , data hasil pendataan keluarga

ini selain di gunakan untuk operasional program KB itu sendiri, juga dapat

dimanfaatkan oleh sector pembangunan lainnya, khususnya untuk

menentukan sasaran program dukungan pemberian bantuan kepada

kelurga tertinggal, miskin dan tidak mampu.

Pada Analisa Pendataan keluarga ini dapat dilihta latar belakang, Tujuan ,

Ruang Lingkup, sasaran, jangakauan, hasil analisa dari 3 (tiga) aspek yaitu

aspek demografi, aspek Keluarga Berencana dan aspekTahapan Keluarga

Sejahtera.

Bahwa dalam penyusunan analisa pendataan keluarga ini masih belum

sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan masukan , baik

berupa kritik saran serta sumbangan pemikiran sebagai bahan

penyempurnaan untuk penulisan di masa yang akan datang.

Demikian kami ucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus kepada

semua pihak yang berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam pembuatan analisa ini.

Batam, Januari 2013

Plh, Kepala bidang

adpin dan Latbang

Dra. Pita Rosmeri

Page 3: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 49 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Pembangunan 52 tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Keluarga menyatakan bahwa pemerintah dan

pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan

informasi mengenai kependudukan dan keluarga yang dilaksanakan melalui sensus,

survei, dan pendataan keluarga.

Dalam kaitannya dengan pendataan keluarga, BKKBN secara rutin setiap

tahun melaksanakan pendataan keluarga di seluruh tanah air. Hasil dari pendataan

keluarga adalah tersedianya data dan informasi keluarga berbasis data mikro yang

dapat memberikan gambaran secara tepat dan menyeluruh tentang ciri maupun

keadaan umum yang berkaitan dengan kondisi serta potensi keluarga, serta hasil-hasil

pelaksanaan program keluarga berencana di lapangan. Pendataan keluarga pada

awalnya hanya ditujukan bagi kepentingan operasional program KB di tingkat lini

lapangan. Namun, pada perkembangan selanjutnya, data mikro hasil pendataan

keluarga juga dipakai untuk pengelolaan program pembangunan lainnya, khususnya

menyangkut upaya pemberdayaan keluarga miskin.

Pada awalnya , data dan informasi mengenai keluarga tersebut mulai banyak

dipakai oleh berbagai sektor dan instansi pemerintah, LSOM, organisasi profesi, dan

swasta. Pemanfaatan data diantaranya digunakan untuk kegiatan jaring pengaman

sosial bidang kesehatan, KB, dan pendidikan; program kompensasi pengurangan

subsidi bahan bakar minyak; pembagian beras murah atau raskin; program

peningkatan ketahanan keluarga; program pemasaran produk unggulan kelompok

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS); program isyarat dini

Page 4: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 4

untuk krisis pangan; dan program sosial lainnya, hingga tahun 2009, setelah

dilakukan BLT, data yang digunakan kemudian dari PJRS.

Proses pelaksanaan kegiatan pendataan keluarga dilakukan melalui kunjungan

rumah ke rumah oleh PLKB/PKB, kader pendata, dan tokoh masyarakat selama 3

bulan, yaitu dari bulan Juli sampai September setiap tahunnya.

Pendataan keluarga merupakan bagian dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Program KKB Nasional yang telah dibakukan. Data basis keluarga dan individu

anggota keluarga yang dikumpulkan mencakup tiga aspek yakni, Demografi,

Keluarga Berencana, dan Keluarga Sejahtera.

Data Demografi memuat informasi tentang kepala keluarga dan individu

anggota keluarga yang berkaitan dengan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

status perkawinan dan pekerjaan. Informasi ini tentu sangat bermanfaat untuk dipakai

sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan

program-program pembangunan di daerah. Data individu anggota keluarga dapat juga

dirinci menurut berbagai aspek, misalnya dirinci menurut umur dan pendidikan, umur

dan status perkawianan, umur dan status pekerjaan, pendidikan dan status

perkawinan, pendidikan dan status pekerjaan, dan masih banyak lagi.

Sementara itu, data Keluarga Berencana berisikan informasi tentang peserta

KB yang dapat dikaitkan dan dikombinasikan dengan aspek-aspek lainnya seperti

umur, jenis kontrasepsi, sumber pelayanan KB, tahapan keluarga sejahtera,

pendidikan, dan status pekerjaan. Adapun data Keluarga Sejahtera berisikan hal-hal

mengenai kondisi keluarga berkaitan dengan tingkat kesejahteraannya, termasuk sisi

lainnya, yakni pendidikan suami/istri, pekerjaan dan status perkawinan.

Dengan telah dilaksanakannya pendataan keluarga tahunn 2012, maka perlu

dilakukan analisis dan evaluasi terhadap data dan informasi yang dihasilkan agar bisa

Page 5: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 5

dilihat sejauh mana data dan informasi keluarga yang meliputi aspek demografi,

keluarga berencana, dan tahapan keluarga dapat bermanfaat untuk kepentingan

pengelolaan program KKB pada khususnya dan kepentingan program pembangunan

nasional pada umumnya.

B. Tujuan

1. Umum

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga secara umum bertujuan untuk

mendapatkan data dan informasi mengenai keluarga dan perkembangan

pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional ditinjau dari aspek

demografi, aspek keluarga berencana, dan aspek keluarga sejahtera tahun

2012, sebagai bahan masukan dan pertimbangan penentuan kebijakan dan

penyusunan program yang sedang dan akan dilaksanakan.

2. Khusus

a. Tersedianya data dan informasi tentang keluarga dan perkembangan

program KKB dari aspek demografi, antara lain mengenai status

kepala keluarga; jenis kelamin; tingkat pendidikan; rata-rata jiwa

dalam keluarga; pasangan usia subur; child woman ratio (CWR); anak

usia sekolah; dan keluarga lansia.

b. Tersedianya informasi mengenai keluarga dan perkembangan program

KKB dari aspek keluarga berencana, antara lain tentang PUS menurut

kelompok umur; peserta KB terhadap PUS; bukan peserta KB

terhadap PUS; Peserta KB melalui jalur pelayanan; dan unmetneed.

c. Tersedianya data dan informasi mengenai keluarga dan perkembangan

program KKB dari aspek keluarga sejahtera, antara lain tentang

Page 6: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 6

perkembangan Keluarga Pra-Sejahtera; KS I; KS II; KS III; dan KS III

plus.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup analisis dan evaluasi pendataan keluarga meliputi :

1. Sasaran

Data dan informasi yang menyangkut demografi, keluarga berencana, dan

tahapan keluarga sejahtera.

2. Jangkauan Wilayah

Analisis dan evaluasi hasil pendataan keluarga ini adalah hasil pelaksanaan

pendataan keluarga tahun 2012 dari seluruh wilayah di Provinsi Kepulauan

Riau.

Page 7: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 7

BAB II

METODOLOGI

A. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam pemilihan indikator dan variabel dalam

analisis dan evaluasi pendataan keluarga ini adalah Rekapitulasi Hasil Pendataan

Keluarga (Rek.Prov.R/I/KS/07) yang meliputi data tingkat provinsi.

B. Jenis Indikator dan Variabel

Ada tiga aspek yang tercakup dalam pendataan keluarga, yaitu aspek demografi,

aspek keluarga berencana, dan aspek tahapan keluarga sejahtera.

1. Indikator Demografi

Variabel-variabel yang mencerminkan indikator demografi antara lain:

a. Persentase Kepala Keluarga Berstatus Janda/Duda/Belum Kawin

b. Persentase Kepala Keluarga Tidak Bekerja

c. Persentase Kepala Keluarga Tidak Tamat SD

d. Persentase Kepala Keluarga Tamat SD-SLTP

e. Persentase Kepala Keluarga Tamat SLTA

f. Persentase Kepala Keluarga Tamat Akademik/Perguruan Tinggi

g. Persentase Anak Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap Jumlah Anak

Usia 7-15 Tahun.

h. Persentase Anak Laki-laki Usia 7-15 tahun Tidak Sekolah Terhadap Jumlah

Anak Laki-laki Usia 7-15 Tahun.

Page 8: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 8

i. Persentase Anak Perempuan Usia 7-15 tahun Tidak Sekolah Terhadap

Jumlah Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun.

j. Persentase Anak Laki-laki Usia 7-15 tahun Tidak Sekolah Terhadap Jumlah

Anak Usia 7-15 Tahun.

k. Persentase Anak Perempuan Usia 7-15 tahun Tidak Sekolah Terhadap

Jumlah Anak Usia 7-15 Tahun.

l. Rata-rata Jiwa Dalam Keluarga

m. Rasio Jenis Kelamin Anggota Keluarga

n. Rasio Anggota Keluarga Usia 0-4 Tahun Terhadap Jumlah Wanita Usia

Subur (WUS).

o. Persentase Anggota Keluarga Usia 0-15 Tahun

p. Persentase Anggota Keluarga Usia 60 Tahun Ke Atas

q. Persentase Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Jumlah WUS

2. Indikator Keluarga Berencana

Variabel-variabel yang mencerminkan indikator keluarga berencana antara lain :

a. Persentase PUS yang Istrinya Berusia Di bawah 20 Tahun.

b. Persentase PUS yang Istrinya Berusia 20-29 Tahun

c. Persentase PUS yang Istrinya Berusia 30-49 Tahun

d. Persentase PUS Peserta KB

e. Persentase PUS Bukan Peserta KB

f. Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Hamil

g. Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Segera

h. Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Tapi Ditunda

Page 9: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 9

i. Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Tidak Ingin Anak Lagi

j. Persentase Peserta KB Jalur Swasta

3. Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera

Variabel-variabel yang mencerminkan indikator tahapan keluarga sejahtera

antara lain :

a. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

b. Persentase Keluarga Sejahtera I (KS-I)

c. Persentase KPS dan KS-I

d. Persentase Keluarga Sejahtera II

e. Persentase Keluarga Sejahtera III

f. Persentase Keluarga Sejahtera III Plus

Page 10: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 10

BAB III

HASIL ANALISIS

Analisis dan Evaluasi Pedataan Keluarga dilakukan menurut aspek yang tercakup

dalam pendataan, yakni aspek demografi, aspek keluarga berencana dan aspek

tahapan keluarga sejahtera.

Cakupan Laporan

Tabel 1

ADA LAPOR % ADA LAPOR % ADA LAPOR % ADA LAPOR %

-1 -2 -3 -4 (5=4/3) -6 -7 (8=7/6) -9 -10 (11=10/9) 12 13 14=13/12

1 BINTAN 10 10 100,00 51 51 100,00 194 192 98,97 592 586 98,99

2 BATAM 12 12 100,00 64 62 96,88 603 452 74,96 2485 1638 65,92

3 KARIMUN 9 9 100,00 54 54 100,00 351 351 100,00 1016 1016 100,00

4 NATUNA 12 12 100,00 73 73 100,00 267 267 100,00 684 684 100,00

5 LINGGA 5 5 100,00 57 57 100,00 267 267 100,00 745 745 100,00

6 TANJUNGPINANG 4 4 100,00 18 18 100,00 167 167 100,00 689 689 100,00

7 ANAMBAS 7 7 100,00 54 54 100,00 161 161 100,00 379 379 100,00

59 59 100,00 371 369 99,46 2010 1857 92,39 6590 5737 87,06 KEPRI

NO KABUPATEN Jml Kecamatan Jml Kelurahan/Desa Jml Dusun/RW

CAKUPAN WILAYAH

Jumlah Rukun Tetangga

A. Aspek Demografi

Data demografi yang dianalisis antara lain berkaitan berkaitan dengan jumlah kepala

keluarga menurut karakteristiknya (status perkawinan, status pekerjaan, dan tingkat

pendidikan), jumlah anak usia sekolah, jumlah jiwa dalam keluarga, rasio jenis

kelamin anggota keluarga, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), dan jumlah Wanita

Usia Subur (WUS).

Page 11: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 11

TABEL 2

NO KABUPATEN

/ KOTA

JUMLAH

KEPALA

KELUARGA

STATUS

PERKAWINAN TINGKAT PENDIDIKAN STATUS

KK

KAWIN

KK JANDA

/ DUDA /

BELUM

KAWIN

TIDAK

TAMAT

SD

TAMAT

SD /

SLTP

TAMAT

SLTA

TAMAT

AK / PT BEKERJA

TIDAK

BEKARJA

1 Bintan 34,914 87.80 12.20 22.70 41.06 31.44 4.80

90.15 9.85

2 Batam 227,259 94.70 5.30 11.42 26.11 53.32 9.14

92.80 7.20

3 Karimun 78,331 93.18 6.82 55.13 22.76 9.75 12.37

66.02 33.98

4 Natuna 18,863 81.45 18.55 10.71 54.69 31.08 3.51

94.03 5.97

5 Lingga 25,821 79.53 20.47 16.33 54.77 24.39 4.50

89.37 10.63

6 Tanjungpinang 65,061 82.39 17.61 13.79 25.14 36.89 24.18

82.71 17.29

7 Anambas 10,547 82.31 17.69 18.14 57.50 19.53 4.84

91.89 8.11

KEPRI 460,796 90.51 9.49 20.44 30.03 38.63 10.90

86.46 13.54

Jumlah Kepala Keluarga (KK) hasil pendataan keluarga tahun 2012 tercatat sebanyak

460.796. Persentase KK berstatus kawin pada tahun 2012 sebesar 90,51%..

Sementara KK berstatus janda/duda/belum kawin 9.49%. Untuk status tingkat

pendidikan, KK tidak tamat SD 20,44%, KK tamat SD/SLTP 30.03%, KK tamat

SLTA 38,63% dan KK tamat Akademi/Perguruan Tinggi 10.90%. Untuk status

pekerjaan, KK dengan status bekerja 86,46% dan KK dengan status tidak bekerja,

13,54%.

Berikut disajikan analisis per variable, per kabupaten / kota hasil pendataan keluarga

2012.

Page 12: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 12

GRAFIK 1

Persentase Kepala Keluarga Berstatus Janda/ Duda/ Belum Kawin

Terhadap Kepala Keluarga.

Dari jumlah KK sebanyak 460.796 di Provinsi Kepulaaun Riau dari hasil

pendataan keluarga tahun 2012, 9,49% diantaranya berstatus janda/duda/belum

kawin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kematian salah satu pasangan atau

perceraian atau meningkatnya proporsi KK yang belum kawin. Diharapkan

persentase KK berstatus janda/duda/belum kawin tidak terlalu besar dan

semakin kecil semakin baik. Hal ini berkaitan dengan kondisi ketahanan

keluarga, karena secara psikologis biasanya KK yang berstatus kawin kondisi

ketahanan keluarganya relatif lebih baik dibandingkan dengan kepala keluarga

yang berstatus janda/duda/belum kawin. Dilihat per Kabupaten Kota, persentase

tertinggi (20,47%) ada Kabupaten Lingga. Sementara itu, persentase terendah

(5,30%) terdapat di Kota Batam. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran/Tabel

A.1.

Page 13: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 13

GRAFIK2

Persentase Kepala Keluarga Tidak Bekerja Terhadap Kepala Keluarga.

Dari sudut pandang ekonomi, seorang kepala keluarga yang tidak bekerja akan

mempengaruhi kondisi ketahanan keluarga yang dipimpinnya, terutama untuk

kepala keluarga dimana kebutuhan hidup anggota keluarganya masih cukup

besar. Besarnya persentase kepala keluarga yang tidak bekerja bisa disebabkan

berbagai faktor antara lain tidak tersedianya atau sempitnya lapangan pekerjaan

atau kepala keluarga tersebut sudah memasuki usia pensiun. Dari Grafik diatas

terlihat jumlah kepala keluarga yang tidak bekerja menurut hasil pendataan

keluarga 2012. Dari jumlah KK sebesar 460.796, 62,388 diantaranya yang tidak

bekerja atau 13,54%.

Pada tingkat Kabupaten Kota, presentase tertinggi KK status tidak bekerja hasil

pendataan keluarga tahun 2012 ada di Kabupaten Karimun yaitu sebesar 33,98%

dari total KK sebanyak 51.712. Untuk provinsi dengan persentase KK tidak

bekerja terendah terdapat di Kabupaten Natuna, yaitu 5,97%. Untuk Kabupaten

Kota dengan persentase KK tidak bekerja tinggi, diharapkan pemerintah daerah

setempat mampu menurunkan angka pengangguran tersebut dengan menciptakan

Page 14: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 14

dan menyiapkan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya sendiri. Untuk lebih

rincinya lihat Lampiran/Tabel A.2.

GRAFIK 3

Persentase Kepala Keluarga Tidak Tamat SD Terhadap Kepala Keluarga.

Masih banyaknya kepala keluarga yang tidak menamatkan pendidikan SD, bisa

dikarenakan keadaan geografis yang cukup sulit dan terbatasnya akses

mendapatkan pendidikan. Juga bisa disebabkan mahalnya biaya pendidikan,

sarana dan prasarana pendidikan terbatas, serta pendapatan keluarga yang tidak

mencukupi.

Dari hasil hasil pendataan keluarga 2012 terlihat proporsi KK tidak tamat SD

cukup besar, yaitu 20,44% dari jumlah KK sebanyak 460.796.

Jika melihat persebarannya per Kabupaten Kota, hasil pendataan keluarga 2012

menempatkan Kabupaten Natuna sebagai Kabupaten Kota dengan persentase

KK tidak tamat SD terendah sebesar 10,71%% dibandingkan Kabupaten Kota

lainnya.. Untuk Kabupaten Kota dengan persentase KK tidak tamat SD tertinggi

Page 15: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 15

ada di Kabupaten Karimun yaitu 55,13%. Lebih rinci lihat Lampiran/Tabel

A.3.

GRAFIK 4

Persentase Kepala Keluarga Tamat SD-SLTP Terhadap Kepala Keluarga.

Jika diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

tinggi atau semakin baik pula tingkat penghasilannya, maka tingkat

kesejahteraan penduduk Provinsi Kepulauan Riau sudah cukup tinggi,

sebagaimana bisa dilihat dari hasil pendataan keluarga yang menunjukkan KK di

Provinsi Kepulauan Riau tamatan SD-SLTP. Grafik di atas menunjukkan

proporsi KK tamat SD-SLTP pada tahun 2012. Dibandingkan dengan jenjang

pendidikan lainnya, persentase KK tamat SD-SLTP cukup besar. Hasil

pendataan keluarga 2012 menunjukkan dari jumlah KK sebanyak 460.796 jiwa,

30,03% berpendidikan tamat SD-SLTP.

Jika melihat persebarannya per Kabupaten Kota, hasil pendataan keluarga 2012

menempatkan Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai Kabupaten dengan

persentase KK tamat SD-SLTP tertinggi sebesar 57.50% dibandingkan

kabupaten kota lainnya. Untuk Kabupaten Kota dengan persentase KK tamat

SD-SLTP terendah adalah Kabupaten Karimun yaitu 22.76%. Program

intervensi yang mungkin bisa dilakukan oleh BKKBN Provinsi dan SKPD-KB

50,73%

Page 16: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 16

Kabupaten/Kota adalah melakukan kerjasama dengan kantor dinas pendidikan

serta LSM/LSOM setempat untuk melakukan program Kejar (bekerja sambil

belajar) Paket B dan C. Lebih lengkap sebaran per provinsi dapat dilihat

Lampiran/Tabel A.4.

GRAFIK 5

Persentase Kepala Keluarga Tamat SLTA Terhadap Kepala Keluarga

Secara umum dapat dikatakan bahwa dari jumlah KK sebanyak 460.796 jiwa,

yang berhasil menamatkan pendidikan sekolah menengah atas hanya sebesar

38.63%.

Pada tingkat Kabupaten Kota, hasil pendataan keluarga 2012 mencatat

persentase tertinggi KK tamat SLTA ada di Kota Batam yaitu 53,32%. Untuk

Kabupaten Kota dengan persentase KK tamat SLTA terendah adalah Kabupaten

Karimun sebesar 9.75%. Tidak banyaknya KK di Indonesia yang tamat SLTA

bisa mengindikasikan terbatasnya akses untuk memasuki jenjang pendidikan

yang lebih tinggi yang disebabkan mahalnya biaya pendidikan, sarana dan

prasarana pendidikan terbatas, atau pendapatan keluarga yang tidak mencukupi.

Dengan tingkat pendidikan yang tidak begitu tinggi maka tingkat ketahanan dan

Page 17: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 17

kesejahteraan keluarga juga mungkin kurang baik. Data selengkapnya mengenai

KK tamat SLTA bisa dilihat pada Lampiran/Tabel A.5.

GRAFIK 6

Persentase Kepala Keluarga Tamat Akademi/Perguruan Tinggi Terhadap

Kepala Keluarga.

Tidak banyak KK di Indonesia yang berhasil menamatkan pendidikan setingkat

akademi atau perguruan tinggi (AK/PT). Hasil pendataan keluarga 2012

menunjukkan dari 460.796 KK, hanya 10,90% yang berhasil menamatkan

pendidikan setingkat AK/PT.

Apabila dilihat per Kabupaten Kota, persentase tertinggi (24,18%) ada di Kota

tanjungpinang. Lebih detil lihat Lampiran/Tabel A.6.

Page 18: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 18

GRAFIK 7

Persentase Anak Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap Anak Usia 7-15

Tahun.

Dari 233.536 jiwa jumlah anak usia 7-15 hasil pendataan keluarga 2012, hanya

6,09% atau 14.211 jiwa diantaranya tidak sekolah. Rendahnya persentase ini

mengindikasikan bahwa program wajib belajar 9 tahun relatif berhasil dan

diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang persentase tersebut akan terus

menurun.

Walaupun begitu, apabila dilihat persebarannya per Kabupaten Kota, masih ada

beberapa Kabupaten Kota yang persentase anak usia 7-15 tahun tidak sekolah

cukup tinggi, seperti terdapat di Kabupaten Lingga 18.60 %. Untuk lebih jelasnya

lihat Lampiran/Tabel A.7.

Diharapkan ke depan akses untuk mendapatkan pendidikan bagi anak usia 7-15

tahun di Kabupaten Kota yang persentasenya rendah dapat lebih ditingkatkan,

sehingga seluruh anak usia 7-15 tahun dapat bersekolah.

Page 19: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 19

GRAFIK 8

Persentase Anak Laki-Laki Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap Anak

Laki-laki Usia 7-15 Tahun.

Dari 123.431 jiwa anak laki-laki usia 7-15 tahun hasil pendataan keluarga 2012,

terdapat 6,24% yang tidak sekolah. Walaupun relatif kecil, program wajib belajar

9 tahun masih belum berhasil menjangkau seluruh anak laki-laki usia 7-15 tahun.

Melihat persebarannya pada tingkat Kabupaten Kota, angkanya sangat bervariasi.

Persentase tertinggi ada di Kabupaten Lingga sebesar 18,86%. Diharapkan pada

masa yang akan datang akses untuk mendapatkan pendidikan bagi anak laki-laki

usia 7-15 tahun di Kabupaten Lingga dapat lebih ditingkatkan, sehingga seluruh

anak laki-laki usia 7-15 tahun di kabupaten tersebut, minimal dapat

menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun. Untuk melihat lebih rinci persebarannya

di seluruh provinsi lihat Lampiran/Tabel A.8.

Page 20: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 20

GRAFIK 9

Persentase Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap

Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun.

Dari 110.105 anak perempuan usia 7-15 tahun hasil pendataan keluarga 2012,

terdapat 5.91% yang tidak sekolah. Walaupun relatif kecil, program wajib belajar

9 tahun masih belum berhasil menjangkau seluruh anak perempuan usia 7-15

tahun. Diharapkan program wajib belajar 9 tahun untuk anak perempuan lebih

intensif pelaksanaannya.

Melihat persebarannya pada tingkat Kabupaten Kota, angkanya sangat bervariasi.

Mulai dari persentase tertinggi di Kabupaten Lingga (18.33%) sampai terendah

(1,91%) di Kabupaten Natuna. Diharapkan pada masa yang akan datang akses

untuk mendapatkan pendidikan bagi anak perempuan usia 7-15 tahun di

Kabupaten Lingga dapat lebih ditingkatkan, sehingga seluruh anak perempuan

usia 7-15 tahun di Kabupaten tersebut, minimal, dapat menyelesaikan pendidikan

dasar 9 tahun. Untuk melihat lebih rinci persebarannya di seluruh Kabupaten Kota

lihat Lampiran/Tabel A.9.

Page 21: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 21

GRAFIK 10

Persentase Anak Laki-Laki Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap Anak

Usia 7-15 Tahun.

Dari 233.536 jiwa jumlah anak usia 7-15 tahun hasil pendataan keluarga 2012,

terdapat sekitar 3,30% anak laki-laki yang tidak sekolah.

Rendahnya persentase ini mengindikasikan bahwa program wajib belajar 9 tahun

untuk anak laki-laki usia 7-15 tahun relatif berhasil dan diharapkan pada tahun-

tahun yang akan datang persentase tersebut akan terus menurun. Walaupun

begitu, apabila dilihat persebarannya per Kabupaten Kota, masih ada beberapa

Kabupaten Kota yang persentase anak usia 7-15 tahun tidak sekolah cukup tinggi,

seperti terdapat di Kabupaten Lingga sebesar 9,75%. Untuk lebih jelasnya lihat

Lampiran/Tabel A.10. Diharapkan ke depan akses untuk mendapatkan

pendidikan bagi anak laki-laki usia 7-15 tahun di Kabupaten Kota yang

persentasenya rendah dapat lebih ditingkatkan, sehingga seluruh anak usia 7-15

tahun dapat bersekolah.

Page 22: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 22

GRAFIK 11

Persentase Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah Terhadap

Anak Usia 7-15 Tahun.

Dibandingkan dengan anak laki-laki usia 7-15 tahun dari kelompok anak usia 7-

15 tahun, persentase anak perempuan usia 7-15 tahun yang tidak sekolah sedikit

lebih rendah, yaitu 2.79% Jika dilihat per Kabupaten Kota, presentase tertinggi

ada di Kabupaten Lingga sebesar 8,86%.

Diharapkan ke depan akses untuk mendapatkan pendidikan bagi anak perempuan

usia 7-15 tahun di setiap provinsi dapat lebih ditingkatkan, sehingga seluruh anak

perempuan usia 7-15 tahun dapat bersekolah. Lihat juga Lampiran/Tabel A.11.

Page 23: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 23

GRAFIK 12

Rata-Rata Jiwa Dalam Keluarga

Dengan jumlah keluarga sebanyak 460.796 KK dan jumlah jiwa sebanyak

1.489.220 jiwa, maka dapat dicari angka rata-rata jiwa per keluarga, yaitu 3,23

jiwa.

Dilihat per Kabupaten Kota, rata-rata jiwa dalam keluarga terbanyak ada di

Kabupaten Bintan (3,94 jiwa). Terendah di Kota Batam (2.91 jiwa). Indikator

rata-rata jiwa dalam keluarga dapat memberikan gambaran tentang beban hidup

yang harus ditanggung sebuah keluarga. Semakin besar rata-rata jiwa dalam

keluarga, semakin berat beban hidup yang harus ditanggung, misal untuk biaya

makan, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Sebaliknya, semakin kecil

rata-rata jiwa dalam keluarga semakin ringan beban hidup yang harus

ditanggung. Lebih rinci untuk melihat sebaran per provinsi lihat

Lampiran/Tabel A.12.

Page 24: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 24

GRAFIK 13

Rasio Jenis Kelamin Anggota Keluarga

Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan banyaknya penduduk laki-laki

dengan penduduk perempuan pada suatu wilayah dan periode tertentu yang

dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan.

Dari hasil pendataan keluarga 2010 terlihat jumlah penduduk laki-laki sedikit

lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan dimana rasionya

adalah 104,57

Semua Kabupaten Kota di Provinsi Kepulauan Riau jumlah penduduk laki-

lakinya lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Lihat

Lampiran/Tabel A.13.

Page 25: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 25

GRAFIK 14

Rasio Anggota Keluarga Usia 0-4 Tahun (Balita) Dengan Wanita Usia

Subur (WUS).

Salah satu cara yang cukup sederhana dalam melihat perkembangan tingkat

fertilitas pada satu wilayah dalam kurun waktu tertentu adalah dengan melihat

rasio antara jumlah anak usia 0-4 tahun dengan jumlah WUS (15-49 tahun).

Hasil dari pengukuran ini dapat dipakai sebagai rujukan dalam melihat

perkembangan angka kelahiran selama 5 tahun terakhir. Semakin kecil rasionya

maka diasumsikan semakin kecil angka kelahirannya. Grafik di atas

memperlihatkan rasio Balita terhadap WUS hasil pendataan keluarga tahun

2012. Dari 1000 WUS, jumlah balita yang ada sebanyak 354. Pada tingkat

Kabupaten Kota, angka rasionya tertinggi di Kota Batam 459 per 1.000 WUS

dan terendah di Kota Tanjungpinang 167 per 1.000 WUS. Lihat juga

Lampiran/Tabel A.14.

Page 26: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 26

GRAFIK 15

Persentase Anggota Keluarga Usia 0-15 Tahun

Pendataan Keluarga 2012 mencatat jumlah anak usia 0-15 tahun sebanyak

417.620 jiwa atau 31.67% dari total jumlah jiwa yang tercatat sebanyak

1.489.220 jiwa.

Dilihat dari persentasenya, terlihat struktur umur anggota keluarga (penduduk)

cenderung semakin muda. Hal ini potensial untuk menimbulkan masalah-

masalah yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang, seperti angka

kelahiran yang tinggi, penyediaan sarana dan prasarana kesehatan dan

pendidikan yang lebih banyak, masalah angkatan kerja, dan lain sebagainya.

Untuk melihat sebaran per provinsi selengkapnya lihat Lampiran/Tabel A.15.

Page 27: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 27

GRAFIK 16

Persentase Anggota Keluarga Usia 60 Tahun Ke Atas

Hasil pendataan keluarga tahun 2012 mencatat jumlah anggota keluarga usia 60

tahun ke atas sebanyak 70.501 jiwa atau 5.27% dari total jumlah jiwa sebesar

1.489.220.

Menurut Kabupaten Kota, persentase tertinggi ada di Kabupaten Karimun

(12,72%). Sebaliknya persentase terendah ada di Kota Batam (1,58%).

Persentase yang besar bisa mengindikasikan telah terjadinya penurunan angka

kelahiran, pertumbuhan penduduk yang rendah, dan meningkatnya harapan

hidup. Pada sisi lain, proporsi yang besar bisa juga menimbulkan isu-isu yang

harus ditangani dengan baik, seperti perasaan kesepian, merasa tidak

dibutuhkan lagi, kesehatan yang menurun, dan lain sebagainya. Perkembangan

jumlah dan persentase lansia 60+ per Kabupaten Kota lihat Lampiran/Tabel

A.16.

Page 28: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 28

Persentase Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap WUS

Proporsi atau persentase PUS terhadap WUS dapat dijadikan salah satu

indikator keberhasilan upaya peningkatan usia kawin perempuan serta indikator

besar kecilnya sasaran yang harus digarap oleh program KB. Persentase yang

kecil dapat diindikasikan sebagai semakin meningkatnya rata-rata usia kawin

pertama wanita, sebaliknya persentase yang besar mengindikasikan semakin

menurunnya rata-rata usia kawin pertama wanita. Sementara itu, apabila

persentase PUS yang besar terjadi pada kelompok umur paling muda (15-19

tahun) dapat dikatakan program pendewasaan usia perkawinan tidak berjalan

dengan baik.

GRAFIK 17

Persentase Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap WUS

Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012 persentase PUS terhadap WUS berada

pada kisaran 56,35%. Berarti lebih dari separuh WUS di Indonesia berstatus

kawin dan ini sangat potensial dalam meningkatkan angka kelahiran.

Page 29: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 29

Pada tingkat Kabupaten Kota, Kabupaten Bintan dengan persentase PUS

terhadap WUS paling tinggi. Program KB perlu lebih diberdayakan di wilayah-

wilayah yang proporsi PUS terhadap WUS sangat tinggi. Data lebih lengkap

lihat Lampiran/Tabel A.17.

B. ASPEK KELUARGA BERENCANA

Aspek keluarga berencana menganalisis beberapa indikator yang berkaitan

dengan keluarga berencana, antara lain jumlah PUS dengan usia istri 20 tahun ke

bawah, 20-29 tahun dan 30-49 tahun; jumlah PUS yang menjadi peserta KB; jumlah

PUS bukan peserta KB karena alasan hamil, ingin anak segera, ingin anak tapi

ditunda, dan tidak ingin anak lagi. Selain itu akan dianalisis jalur pelayanan peserta

KB utamanya dari jalur swasta.

Dari hasil pendataan keluarga 2012, tercatat jumlah PUS di seluruh Provinsi

Kepulauan Riau sebesar 271.268 pasangan dengan peserta KB 198.955 pada

tahun 2012.

TABEL 3

NO KABUPATEN

KOTA

JUMLAH PASANGAN USIA

SUBUR (PUS)

JUMLAH PESERTA

KB %

(1) (2) (3) (4) (5)=4/3

1 Bintan

24,884

18,756 75.37

2 Batam 131,775 103,924 78.86

3 Karimun

40,991

26,007 63.45

4 Natuna 11,770 9,510 80.80

5 Lingga 15,841 10,674 67.38

6 Tanjungpinang 38,931 24,958 64.11

7 Anambas 7,076 5,126 72.44

KEPRI 271,268 198,955 73.34

Page 30: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 30

Tabel di bawah ini memperlihatkan perkembangan jumlah PUS menurut

kelompok umur istri tahun 2012. Dari tabel terlihat jumlah PUS paling banyak

berada pada kelompok PUS yang umur istrinya 30-49 tahun.

TABEL 3

NO KABUPATEN

KOTA

JUMLAH PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

% PUS ISTERI USIA <20

TAHUN

% PUS ISTERI

USIA 20-29

TAHUN

% PUS ISTERI USIA

30-49 TAHUN

(1) (2) (3) (5)=4/3 (5)=4/3 (5)=4/3

1 Bintan

24,884 1.48 27.14 71.38

2 Batam 131,775 1.39 32.87 65.74

3 Karimun

40,991 7.88 27.59 64.52

4 Natuna 11,770 12.62 33.11 54.27

5 Lingga 15,841 0.59 24.86 74.55

6 Tanjungpinang 38,931 1.61 26.49 71.90

7 Anambas 7,076 1.30 28.58 70.12

KEPRI 271,268 2.85 30.06 67.09

Berikut uraian dan analisis PUS menurut usia istri, kesertaan ber-KB, PUS tidak

ber-KB, dan PUS peserta KB jalur swasta.

Page 31: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 31

GRAFIK 18

Persentase PUS yang istrinya Berusia di bawah 20 tahun

Salah satu strategi dalam program KB yang bertujuan untuk mengendalikan

angka kelahiran adalah program pendewasaan usia perkawinan. Salah satu

Indikator berhasil atau tidaknya program ini dapat dilihat dari tinggi rendahnya

persentase PUS yang istrinya berusia dibawah 20 tahun terhadap PUS yang ada.

Semakin kecil persentasenya menandakan semakin sedikit wanita yang kawin

pada usia muda yang berarti program pendewasaan usia perkawinan berjalan

dengan baik. Disamping itu, persentase yang kecil mengindikasikan

meningkatnya kesadaran akan resiko yang mungkin terjadi jika kawin, hamil,

ataupun melahirkan pada usia yang sangat muda yaitu di bawah usia 20.

Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012, terlihat persentase PUS yang usia

istrinya dibawah 20 tahun secara nasional sangat kecil yaitu sebesar 2,85%.

Pada tingkat Kabupaten Kota, angkanya bervariasi mulai dari 0,59% (terendah)

di Kabupaten Lingga sampai 12.62% (tertinggi) di Kabupaten Natuna.

Diperlukan upaya penanganan yang lebih serius dalam program pendewasaan

usia perkawinan di Kabupaten Kota dengan angka persentase yang relatif tinggi.

Informasi lebih lengkap per Kabupaten Kota ada di Lampiran/Tabel B.1.

Page 32: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 32

GRAFIK 19

Persentase PUS yang istrinya Berusia 20-29 Tahun

Indikator keberhasilan lainnya dari program pendewasaan usia perkawinan juga

bias dilihat dari besar-kecil nya jumlah PUS yang istrinya berusia 20-29 tahun.

Semakin besar jumlahnya mengindikasikan semakin banyak wanita yang kawin

setelah usia 20 tahun, yang berarti program penundaan usia perkawinan pertama

berjalan dengan baik. Dari segi pelayangan kontrasepsi yang diberikan adalah

yang lebih banyak bersifat menjarangkan kehamilan sehingga alat dan obat

kontrasepsi (alokon) lebih diprioritaskan pada alokon jangka pendek seperti Pil,

Suntik dan Kondom.

Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012, terlihat dari jumlah PUS sebesar

271.268 pasangan, 30.06% diantaranya adalah PUS yang istrinya berusia 20-29

tahun. Untuk persebaran di tingkat Kabupaten Kota, angkanya berjarak sebaran

antara 33,11% (tertinggi) di Kabupaten Natuna dan 24,86% (terendah) di

Kabupaten Lingga. Lebih lengkap lihat Lampiran/Tabel B.2.

Page 33: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 33

GRAFIK 20

Persentase PUS yang istrinya Berusia 30-49 Tahun

Diantara kebijakan program KB yang berhubungan dengan PUS adalah bagi

PUS yang usia istrinya diatas 30 tahun dan mempunyai 3 anak atau lebih adalah

mengarahkan PUS tersebut untuk ber-KB dengan menggunakan alokon jangka

panjang atau yang bersifat mengakhiri kesuburan, seperti medis operatif baik

untuk wanita maupun pria, serta Implant dan IUD.

Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012, terlihat persentase PUS yang usia

istrinya 30-49 tahun terhadap PUS cukup besar, yaitu 67.09%. Pada tingkat

provinsi, angkanya bervariasi mulai dari 71.90% (tertinggi) di Kota

Tanjungpinang hingga 54.,27% (terendah) di Kabupaten Natuna. Lebih lengkap

lihat Lampiran/Tabel B.3.

61,61% 61,10%

Page 34: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 34

GRAFIK 21

Persentase PUS Peserta KB

Tingkat kesertaan ber-KB diukur dari persentase PUS yang sedang ber-KB.

Dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2012, tingkat kesertaan ber-KB dari PUS

yang ada sebesar 73,34%, mengindikasikan bahwa program KB berjalan cukup

baik. Baik secara persentase maupun absolut.

Secara Kabupaten angkanya cukup tinggi, apabila dilihat per Kabupaten Kota

masih ada Kabupaten Kota yang tingkat kesertaan ber-KBnya masih rendah dari

target Nasional yaitu 65 % seperti terjadi di Kabupaten Karimun 63,45%.

Informasi lebih lengkap dapat dilihat Lampiran/Tabel B.4.

Persentase Bukan Peserta KB

Tabel/Grafik di bawah menunjukkan proporsi PUS Bukan peserta KB. Semakin

kecil persentasenya semakin baik, karena mengindikasikan hampir semua PUS

merupakan peserta KB. Sebaliknya, semakin besar persentase PUS bukan

peserta KB, semakin besar kemungkinan terjadinya kelahiran. Ada beberapa

faktor yang menyebabkan PUS tidak ber-KB, yaitu sedang hamil, masih ingin

punya anak dan alasan-alasan lainnya, seperti alokon yang tidak cocok, tidak

Page 35: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 35

mampu membeli alokon, atau dilarang ber-KB oleh suami. Dari hasil pendataan

keluarga tahun 2012, dari sekitar 271.268 PUS terlihat 26,66% diantaranya

bukan peserta KB.

GRAFIK 22

Pada tingkat Kabupaten Kota, angka ini bervariasi mulai 19,20% (terendah) di

Kabupaten natuna sampai 36.55% (tertinggi) di Kabupaten Karimun. Lebih

rinci lihat Lampiran/Tabel B.5.

Page 36: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 36

GRAFIK 23

Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Hamil

Informasi mengenai PUS yang tidak ber KB karena sedang hamil merupakan

suatu hal yang sangat penting, karena dari sana bisa digali informasi penting

lainnya seperti: Apakah kehamilan tersebut memang diinginkan? Apakah ibu

yang hamil tersebut memeriksakan kehamilannya secara rutin? Apakah setelah

melahirkan ibu tersebut masih ingin punya anak lagi? dan lain sebagainya.

Gambar di atas menunjukkan bahwa dari sekitar 271.268 PUS hasil pendataan

keluarga 2012, 5,75% yang tidak ber-KB karena sedang hamil.

Pada tingkat Kabupaten Kota, angkanya berjarak sebar dari 1,88% (terendah) di

Kota Tanjungpinang sampai tertinggi (8,76%) di Kabupaten Karimun. Lihat

Lampiran/Tabel B.6.

Page 37: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 37

GRAFIK 24

Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Segera

Grafik di samping menunjukkan proporsi PUS yang tidak ber-KB karena ingin

anak segera (kurang dari 2 tahun sejak kelahiran terakhir). Semakin kecil

persentasenya semakin baik, karena mengindikasikan keinginan PUS untuk

menunda atau tidak ingin hamil lagi dalam waktu dekat. Ada beberapa faktor

yg menyebabkan PUS tidak ber-KB karena ingin anak segera, seperti jumlah

anak yang ada (hidup) sedikit, belum mencapai jumlah anak ideal yang

diinginkan, atau PUS masih muda.

Hasil pendataan keluarga 2012, menunjukkan dari 271.268 PUS yang terdata

sekitar 8,60% diantaranya tidak ber-KB dengan alasan ingin mempunyai anak

lagi dalam waktu yang tidak terlalu lama dari kehamilan terakhir.

Walaupun secara Provinsi angkanya di bawah 10%, tapi di tingkat Kabupaten

Kota ada 3 Kabupaten Kota yang angkanya di atas 10% yaitu Kabupaten

Kepulauan Anambas 12,18%, Kabupaten LIngga 11,43% dan Kota

tanjungpinang 10,21%. Lihat juga Lampiran/Tabel B.7.

Page 38: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 38

Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Tapi Ditunda

Informasi yang ingin diperoleh dari variabel ini adalah seberapa banyak PUS

yang tidak ber-KB dengan alasan masih ingin punya anak lagi tapi ditunda (2

tahun setelah kelahiran terakhir). Semakin kecil persentasenya semakin baik,

karena semakin kecil terjadi kehamilan yang belum atau tidak diinginkan

(sebelum waktunya).

GRAFIK 25

Persentase PUS Bukan Peserta KB Karena Ingin Anak Tapi Ditunda

Dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2012 terlihat bahwa persentase PUS yang

tidak ber-KB karena masih ingin mempunyai anak tapi ditunda relatif besar,

yaitu 5,80% dari jumlah PUS yang ada. Jika tidak ditangani dengan baik akan

terjadi potensi kehamilan yang tidak diinginkan (sebelum waktunya) dan

kelahiran bayi sebanyak 16.000 jiwa.

Apabila dilihat per Kabupaten Kota,yang terendah adalah Kabupaten Kepulauan

Anambas sebesar 3% dan yang tertinggi adalah Kabupaten Karimun 9,39%.

Lihat selengkapnya di Lampiran/Tabel B.8.

Page 39: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 39

GRAFIK 26

Persentase PUS Bukan Peserta KB karena Tidak Ingin Anak Lagi

Informasi mengenai PUS yang tidak ber-KB tapi tidak ingin mempunyai anak

lagi sangatlah penting, karena PUS dalam kelompok ini memerlukan pelayanan

kontrasepsi yang bersifat segera, mendesak, dan harus menjadi prioritas utama,

demi untuk menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.

Berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2012, persentase PUS tidak ber-KB

tapi tidak ingin anak lagi secara Provinsi Kepulauan Riau angkanya relatif

tinggi yaitu 6.50% atau sekitar 17.644 PUS. Jika tidak segera diajak untuk ber-

KB maka akan terjadi potensi kehamilan yang tidak dinginkan dan potensi

kelahiran bayi yang cukup besar di tahun berikutnya.

Pada tingkat Kabupaten Kota , masih ada dengan persentase di atas 10% yaitu:

Kota Tanjungpinang 14,80% dan Kabupaten Lingga 11,92% . Lihat persebaran

menurut provinsi pada Lampiran/Tabel B.9.

%

Page 40: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 40

GRAFIK 27

Persentase Peserta KB Jalur Swasta

Dalam situasi dimana program KB telah diterima sebagai salah satu kebutuhan

hidup masyarakat yang dalam pelaksanaannya bukan lagi semata-mata menjadi

tanggung jawab pemerintah saja tetapi juga telah menjadi tanggung jawab

masyarakat, maka Informasi mengenai sumber perolehan alat dan obat

kontrasepsi bagi peserta KB sangatlah penting. Program KB saat ini telah

diarahkan kepada kemandirian masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kontrasepsi serta peningkatan fungsi sektor swasta dalam penyediaan dan

pelayanan kontrasepsi.

Persentase peserta KB Swasta hasil pendataan keluarga tahun 2012

menunjukkan tingkat kemandirian masyarakat dalam ber-KB yang cukup tinggi,

dimana dari 198.955 peserta KB lebih separuhnya 56,53%% (112.476 peserta)

mendapatkan pelayanan kontrasepsi dari jalur swasta.

Dilihat per Kabupaten Kota , hasil pendataan keluarga tahun 2012 menunjukkan

ada 6 Kabupaten Kota dengan tingkat kemandirian ber-KB masih dibawah

50%, yang tertinggi adalah Kota Batam 78,45% dan yang terendah adalah

48,82% 48,07%

Page 41: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 41

Kabupaten Karimun 24,67%. Lihat data persebaran per Kabupaten Kota di

Lampiran/Tabel B.10.

C. ASPEK TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA

Perkembangan jumlah dan persentase keluarga menurut tahapan keluarga

sejahtera selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel di bawah.

Berdasarkan tabel tersebut terlihat jumlah keluarga di seluruh klasifikasi

tahapan keluarga angkanya meningkat, akan tetapi komposisi angka

persentasenya berbeda-beda, ada yang konsisten turun, yaitu Keluarga Pra

Sejahtera (KPS); ada yang konsisten naik, yaitu Keluarga Sejahtera II (KS-II)

dan Keluarga Sejahtera III (KS-III); dan ada pula yang turun-naik, yaitu

Keluarga Sejahtera I (KS-I) dan Keluarga Sejahtera III+ (KS-III+).

TABEL 4

NO. KABUPATEN KOTA

JUMLAH KEPALA

KELUARGA

KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA

PRA SEJAHTER

A SEJAHTERA I SEJAHTERA II SEJAHTERA III

SEJAHTERA III Plus

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

(1) (2) (3) (4) (4) (4) (4) (4)

1 Bintan

34,914 1,529 3,404 7,007 15,762 7,212

2 Batam

227,259 4,547 43,177 61,355 90,909 27,271

3 Karimun

78,331 6,149 11,276 24,975 20,330 15,601

4 Natuna

18,863 717 1,081 6,651 8,091 2,323

5 Lingga

25,821 4,432 9,279 8,987 3,107 16

6 Tanjungpinang

65,061 3,757 10,188 18,318 18,300 14,498

7 Anambas

10,547 1,980 1,521 5,527 1,468 51

KEPRI

460,796 23,111 79,926 132,820 157,967 66,972

Page 42: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 42

Berikut adalah analisis ketahanan keluarga menurut tahapan sejahtera hasil pendataan

keluarga 2012.

GRAFIK 28

Persentase Keluarga Pra Sejahtera (KPS)

Keluarga Pra Sejahtera (KPS) adalah tingkatan terendah dalam tahapan

keluarga sejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal. Hasil pendataan keluarga pada tahun

5,02% dari jumlah keluarga sebanyak 23.111 Keluarga. Persentase ini

menunjukkan jumlah keluarga di Indonesia dengan tingkat kesejahteraan rendah

masih cukup tinggi. Oleh karena itu, penanganan program peningkatan

kesejahteraan keluarga perlu ditingkatkan.

Pada tingkat Kabupaten Kota persentase tertinggi ada di Kabupaten Lingga

(17.16%) dan terendah di Kota Batam (2%). Untuk Kabupaten yang persentase

KPS masih tinggi diharapkan melakukan evaluasi kembali program-program

pengentasan kemiskinan di wilayahnya masing-masing agar status

kesejahteraan penduduknya bisa meningkat. Data lebih rinci lihat

Lampiran/Tabel C.1.

22,94% 22,29% 21,78%

Page 43: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 43

GRAFIK 29

Persentase Keluarga Sejahtera I (KS-I)

Secara Provinsi jumlah KS-I pada tahun 2012 sebanyak 79.926 keluarga atau

17.35% dari jumlah keluarga. Ini merupakan proporsi yang cukup besar dan

mengindikasikan kurang begitu tingginya tingkat kesejahteraan keluarga di

Indonesia.

Hasil pendataan keluarga tahun 2012 pada tingkat Kabupaten Kota, persentase

tertinggi ada di Kabupaten Lingga (35,94%) dan persentase terendah di

Kabupaten Natuna (5,73%). Lebih rinci lihat Lampiran/Tabel C.2.

23,64% 23,05%

Page 44: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 44

GRAFIK 30

Persentase KPS dan KS-I

Tinggi rendahnya persentase keluarga Pra S dan KS I bisa dijadikan tolak ukur

tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Semakin

besar proporsinya semakin rendah tingkat kesejahteraan penduduknya. Hasil

Pendataan Keluarga tahun 2012 menunjukkan dari 460.796 keluarga di Provinsi

Kepulauan Riau, 22,36% merupakan KPS dan KS-I. Ini merupakan suatu

proporsi yg besar, sehingga perlu ditingkatkan kesejahteraannya. Perlu

dilakukan suatu intervensi dengan membuat program/kegiatan yang dapat

dipakai untuk meningkatkan status kesejahteraan para keluarga ke tingkat yang

lebih tinggi

Pada tingkat Kabupaten Kota yang tertinggi ada di Kabupaten Lingga dengan

53,10% dan yang terendah di Kabupaten Natuna dengan presentase 9,53%. Data

lengkap ada di Lampiran/Tabel C.3.

45,93% 44,83%

Page 45: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 45

Persentase Keluarga Sejahtera II

Perkembangan Keluarga Sejahtera II (KS.II) dari hasil pendataan keluarga

tahun 2012 dari 460.796 keluarga yang ada, sebanyak 132.820 keluarga atau

28,82% merupakan Keluarga Sejahtera II. Proporsi yang relatif cukup besar dan

mengindikasikan adanya keluarga yang telah mempunyai tingkat kesejahteraan

yang cukup baik.

GRAFIK 33

Persentase Keluarga Sejahtera II

Untuk tingkat Kabupaten Kota dengan persentase tertinggi yaitu Kepulauan

Anambas dengan presentase 52,40% sedangkan presentase terendah adalah

Kabupaten Bintan dengan presentase 20,07%. Data lebih rinci dapat dilihat pada

Lampiran/Tabel C.4.

Page 46: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 46

GRAFIK 34

Persentase Keluarga Sejahtera III

Tahapan ketiga adalah KS-III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi

seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan

pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan dalam bentuk

material dan keuangan secara teratur untuk kepentingan sosial kemasyarakatan.

Pendataan keluarga tahun 2012 secara provinsi mencatat jumlah keluarga KS-

III sebanyak 157.967 keluarga atau sebesar 34,28 % dari seluruh jumlah

keluarga.

Pada tingkat Kabupaten Kota, dari hasil pendataan keluarga tahun 2012

persentase tertinggi adalah Kabupaten Bintan 45,15%, sedangkan angka

terendah ada di Kabupaten Lingga sebesar 12,03%). Lihat Lampiran/Tabel

C.5.

Page 47: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 47

GRAFIK 35

Persentase Keluarga Sejahtera III Plus

Tahapan terakhir adalah KS-III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis,

maupun yang bersifat pengembangan, serta telah dapat memberikan sumbangan

yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Keluarga dengan ciri-ciri

demikian pada umumnya merupakan keluarga menengah ke atas. Dari 460.796

keluarga yang tercata dari hasil pendataan keluarga 2012, hanya 66.972

keluarga atau 14,53% merupakan keluarga sejahtera III plus.

Bila dilihat per Kabupaten Kota, kabupaten Kota persentase tertinggi yakni

Kota Tanjungpinang 22,28% dan yang terendah adalah Kabupaten Lingga

0,06%. Lihat Lampiran/Tabel C.6.

Page 48: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 48

BAB IV

KESIMPULAN

Pendataan keluarga yang dilakukan satu tahun sekali di seluruh wilayah

Indonesia merupakan upaya penyediaan data basis keluarga dan anggota keluarga

yang dapat dimanfaatkan untuk penentuan segmentasi sasaran operasional berbagai

kegiatan sektor pembangunan. Selain itu, hasil pendataan keluarga juga dapat

menggambarkan ciri maupun keadaan umum yang berkaitan dengan kondisi serta

potensi keluarga, serta kondisi perkembangan program di lapangan, sehingga dapat

digunakan dalam melakukan intervensi ataupun perbaikan kegiatan-kegiatan yang

sedang atau akan dilaksanakan.

Pada sisi lain, hasil analisis dan evaluasi pendataan keluarga merupakan informasi

yang sangat penting bagi pemimpin sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan dan strategi dalam rangka peningkatan pelaksanaan

operasional program keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

Secara umum, dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2012 dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dalam Tahun 2012 jumlah keluarga adalah 460.796 keluarga

2. Untuk KK berstatus kawin, secara absolut jumlahnya 417.049 Kepala Keluarga

atau 90,51 %. Pada sisi lain, jumlah dan persentase KK berstatus janda/duda atau

belum kawin sebanyak 9,49% atau 43.747 kepala Keluarga. Baik secara angka

absolut ataupun persentase, KK berstatus tidak bekerja berjumlah 9,85% atau

3.438 KK dan yang bekerja sebanyak 86,46% atau 398.408 KK. Berdasar

pendidikan terakhir KK, persentase yang tidak tamat SD pada tahun 2012 sebesar

20,44%; tamat SD-SLTP 30,03%; tamat SLTA 38,63%; dan yang lulusan

akademi/perguruan tinggi 10,90% . Hal ini menunjukkan kualitas kepala

keluarga yang masih rendah, sehingga perlu adanya penanggulangan yang serius

Page 49: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 49

untuk meningkatkan kualitas kepala keluarga sebagai tulang punggung/pencari

nafkah keluarga.

3. Data demografi juga memperlihatkan tingkat kesertaan bersekolah anak usia 7-15

tahun. Persentase anak usia 7-15 tahun yang tidak sekolah dari tahun 2012

sebesar 6,09%atau 14.211 Jiwa. Persentase anak laki-laki usia 7-15 tahun yang

tidak sekolah terhadap jumlah anak laki-laki pada kelompok umur yang sama dari

hasil pendataan keluarga tahun 2012 menjadi 6,24% atau 7.706 jiwa. Tidak

berbeda jauh untuk persentase anak perempuan usia 7-15 tahun yang tidak

sekolah dibandingkan dengan jumlah anak perempuan pada kelompok umur yang

sama dimana pada tahun 2012 angkanya sebesar 5,91% atau 6.505 jiwa. Apabila

dibandingkan dengan jumlah anak usia 7-15 tahun secara keseluruhan, persentase

anak laki-laki usia 7-15 tahun yang tidak sekolah angkanya sebesar 3,30%

sedangkan persentase anak perempuan usia 7-15 tahun yang tidak sekolah

angkanya 2,79%.

4. Rata-rata jiwa dalam keluarga hasil pendataan keluarga tahun 2012 menunjukkan

angka 3.23 jiwa. Sedangkan ratio jenis kelamin anggota keluarga/penduduk

menunjukkan 105 laki-laki per 100 penduduk perempuan.

5. Rasio anggota keluarga usia 0-4 tahun terhadap jumlah WUS hasil pendataan

keluarga tahun 2012 menunjukkan angka 0,354 atau dari setiap 1000 wanita usia

subur (15-49 Tahun) terdapat 354 anak usia 0-4 tahun.

6. Persentase peserta KB terhadap PUS dari hasil pendataan tahun 2012 73,34%

menunjukkan bahwa hasil program KB selama cukup berhasil. Sebaliknya PUS

bukan peserta KB angkanya 26,66%. PUS bukan peserta KB terdiri terdiri dari

5,75% yang sedang hamil; 8,60% yang ingin anak segera; 5,80% yang ingin anak

tapi ditunda, dan 6,50% yang tidak ingin anak lagi.

Page 50: Analisis dan evaluasi pendataan keluarga 2012

Analisis dan Evaluasi Pendataan Keluarga 2012 Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 50

7. Persentase peserta KB jalur swasta hasil menunjukkan trend yang baik yaitu

56,53% dari hasil pendataan 2012.

8. Dari hasil pendataan keluarga 2012 terlihat bahwa untuk KPS diangka 5,02%

atau 23.111 dari total 460.796 Kepala Keluarga.

9. Hasil pendataan keluarga tahun 2012 mencatat sebesar 79.926 KK masuk dalam

tahap KS-I atau sebesar 17,35% dari seluruh jumlah keluarga.

10. Gabungan keluarga dengan kategori KPS dan KS-I dapat dikatakan sebagai

keluarga miskin. Hasil pendataan keluarga tahun 2012 secara Provinsi

kepulauan Riau mencatat sebesar 103.037 keluarga masuk dalam keluarga

miskin atau sebesar 22,36% dari seluruh jumlah keluarga.

11. Secara Provinsi Kepulauan Riau jumlah keluarga dengan tahapan KS-II dari

hasil pendataan keluarga tahun 2012 tercatat sebesar 132.820 keluarga atau

sebesar 28,82% dari seluruh jumlah keluarga.

12. Pendataan keluarga tahun 2012 mencatat jumlah keluarga KS-III sebanyak

157.967 keluarga atau sebesar 34,28 % dari seluruh jumlah keluarga.

13. Dari hasil pendataan keluarga tahun 2012 tercatat jumlah KS.III Plus sebanyak

66.972 keluarga atau sebesar 14,53% dari seluruh jumlah keluarga.