respon tanaman hanjuang (cordyline sp.) pada berbagai …repository.ub.ac.id/5911/1/priskara s.p, ni...

69
RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI TINGKAT Pb DI JALUR HIJAU JALAN KOTA MALANG Oleh : NI WAYAN PRISKARA S.P UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2017

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

1

RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI TINGKAT Pb

DI JALUR HIJAU JALAN KOTA MALANG

Oleh : NI WAYAN PRISKARA S.P

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

2017

Page 2: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

2

RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.)

PADA BERBAGAI TINGKAT Pb

DI JALUR HIJAU JALAN KOTA MALANG

Oleh:

NI WAYAN PRISKARA S.P

(135040201111402)

MINAT BUDIDAYA PERTANIAN

PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

MALANG

2017

Page 3: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.)

PADA BERBAGAI TINGKAT Pb DI JALUR

HIJAU JALAN KOTA MALANG

Nama Mahasiswa : NI WAYAN PRISKARA S.P

NIM : 135040201111402

Jurusan : Budidaya Pertanian

Prog Studi : Agroekoteknologi

Disetujui,

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS.

NIP. 19550504 198003 1 024

Diketahui,

Ketua Jurusan

Dr. Ir. Nurul Aini, MS.

NIP. 19601012 198601 2 001

Tanggal Persetujuan :

Page 4: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan,

MAJELIS PENGUJI

Penguji I Penguji II

Sisca Fajriani, SP., MP. Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS.

NIP. 19820314 200812 2 001 NIP. 19550504 198003 1 024

Penguji III

Prof. Ir. Syukur Makmur Sitompul, Ph.D.

NIP. 19500716 198003 1 003

Tanggal Lulus :

Page 5: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

xv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan

hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini

tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan

rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2017

(Ni Wayan Priskara S.P)

Page 6: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

xvi

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Kedua orang tua tercinta serta adikku tersayang

Page 7: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

i

RINGKASAN

Ni Wayan Priskara S.P 135040201111402. Respon Tanaman Hanjuang

(Cordyline sp.) pada Berbagai Tingkat Pb di Jalur Hijau Jalan Kota Malang.

Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS. sebagai pembimbing utama.

Kota Malang, yang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur dan

menjadi salah satu kota tujuan wisata, mengalami peningkatan volume kendaraan

pada setiap tahunnya. Hal ini dapat menyebabkan kualitas lingkungan semakin

menurun akibat polusi dari asap kendaraan yang ditimbulkan. Pemilihan tanaman

pada jalur hijau jalan penting untuk dilakukan, karena dapat berfungsi sebagai

pereduksi polutan serta meningkatkan kualitas lingkungan. Tanaman Hanjuang

(Cordyline sp.) adalah salah satu jenis tanaman yang memiliki kemampuan

menyerap logam Pb dengan hasil tertinggi di dalam tanah setelah dilakukan uji

coba dan dibandingkan dengan beberapa tanaman lain (Haryanti et al., 2013),

selain itu hanjuang juga merupakan salah satu ciri khas flora Kota Malang.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2017. Lokasi

pengamatan dan pengambilan sampel dibagi kedalam 3 lokasi di jalur hijau jalan

Kota Malang dengan tingkat kepadatan berbeda, yaitu di Jl. Ahmad Yani Utara

dengan kepadatan tinggi, Jl. Jakarta dengan kepadatan sedang, dan kawasan

perumahan Araya dengan kepadatan rendah. Pengujian sampel tanaman kontrol

berada di UPT Kebun Garbis milik Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman

Kota Malang. Analisis kandungan Pb dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik

FMIPA Universitas Brawijaya. Alat yang digunakan pada pelaksanaan penelitian

adalah AAS (Atomic Absorbtion Spectofotometer), Color Chart, timbangan

analitik, meteran, map coklat, kantong plastik, label, gunting, kertas kuarto (A4),

kamera, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman

hanjuang dengan jenis Hanjuang Merah (Cordyline terminalis „Rededge‟).

Metode pelaksanaan penelitian yang merupakan metode survei terdiri dari tiga

bagian yaitu observasi, monitoring, dan analisis logam berat Pb, yang selanjutnya

dilakukan uji statistik yaitu data analysis dan menggunakan skoring serta analisa

regresi.

Pengamatan morfologi tanaman dan pengujian kadar Pb pada tanaman

hanjuang di 3 lokasi, menunjukkan bahwa hanjuang memiliki kemampuan dalam

menyerap Pb. Nilai kandungan Pb terendah dengan skor 1 (0,58 mg/kg) di lokasi

tanam jalur hijau Jl. Jakarta dan nilai kandungan Pb tertinggi dengan skor 3 (6,49

mg/kg) di lokasi tanam jalur hijau Jl. Ahmad Yani Utara. Dari hasil pengamatan

morfologi tanaman, terkandungnya Pb dalam hanjuang tidak menghambat proses

pertumbuhan tanaman. Hubungan kandungan Pb dengan salah satu morfologi

hanjuang yang diamati yaitu luas daun menunjukkan tidak ada pengaruh luas daun

dengan kadar Pb dalam tanaman, sehingga tidak mempengaruhi pertambahan luas

daun tanaman. Hanjuang memiliki respon pertumbuhan yang baik terhadap bahan

pencemar Pb karena memiliki kemampuan dalam menyerap Pb tanpa

mempengaruhi pertumbuhannya.

Page 8: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

ii

SUMMARY

Ni Wayan Priskara S.P 135040201111402. Response of Hanjuang (Cordyline

sp.) in Different Levels of Lead on the Green Lane Road in Malang City.

Supervisor by Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS.

Malang City, the second largest city in East Java and became one of the

tourist destination, increasing vehicle volume every year. This can decrease

environmental quality due to pollution from vehicle fumes. Selection of plants on

the green path is important to do, because it can be a reducer of pollutants and

improve environment quality. Hanjuang (Cordyline sp.) is one of the most capable

plants to absorb lead with the highest yield in the soil after it has been tested and

compared to some other plants (Haryanti et al., 2013), besides that hanjuang is

also one characteristic flora of Malang.

The study was conducted from March to May 2017. The location of the

observation and sampling divided into 3 locations on the green lane road of

Malang City with different density, that is Ahmad Yani Utara Street with high

density, Jakarta Street with medium density, and low-density at Araya residence.

Testing of the control plant samples are in UPT Kebun Garbis owned by Dinas

Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Malang. Analysis of lead content was

done at Analytical Chemistry Laboratory of FMIPA University of Brawijaya.

Equipments used in this research are AAS (Atomic Absorbtion Spectofotometer),

Color Chart, Analytical Scale, Sewing Meter, Brown Evenlope, Plastic Bags,

Label, Scissor, Quarto Paper (A4), Camera and Stationary. The material used in

this research is Red Hanjuang type (Cordyline terminalis 'Rededge'). The research

method which is survey method consists of three parts, namely observation,

monitoring, and lead analysis, then data was analyzed by using statistic test with

data analysis, and then scoring and regression analysis.

Testing of plant morphology and lead level in hanjuang plants in 3

locations, it is known that hanjuang have ability to absorb lead. The lowest value

of lead content with a score of 1 (0.58 mg/kg) at the location of Jakarta Street and

the highest value of lead content with a score of 3 (6.49 mg / kg) at the location of

A. Yani Street. From the results of observation of plant morphology, lead content

in hanjuang does not inhibit the process of plant growth. The relationship of lead

content to one of hanjuang morphology observed that no effect of leaf area with

lead content in the plant, so it does not affect the increase of plant leaf area.

Hanjuang has a good growth response to lead contaminants because it has the

ability to absorb lead without affecting its growth.

Page 9: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat,

taufiq, dan hidayah-Nya telah menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Respon Tanaman Hanjuang (Cordyline sp.) pada Berbagai

Tingkat Polutan (Pb) di Jalur Hijau Jalan Kota Malang” dengan tepat waktu.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pertanian strata satu (S-1) dari Universitas Brawijaya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Kedua orang tua (Ayah I Ketut Sujana dan Bunda Siti Rahayu Putri), serta

Adik I Made Gustav Verol Pastika (alm.) dan I Komang Caesareno Ari Asa

Putra yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, dan do‟a yang tulus

tiada henti-hentinya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan,

2. Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

membimbing penulis dalam memberikan banyak masukan kepada penulis

untuk penyelesaian skripsi ini,

3. Sisca Fajriani, SP., MP. dan Dr. Ir. Sitawati, M.Si. selaku Dosen Pembahas,

Prof. Ir. Syukur Makmur Sitompul, Ph.D. selaku Ketua Majelis Penguji, dan

Dr. Ir. Nurul Aini, MS. selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan serta penyusunan

skripsi ini,

4. Keluarga besar dan sahabat-sahabat tercinta: Bude Sri Endang dan Pakde

Budi yang senantiasa menjaga penulis selama menyelesaikan masa studi di

Malang, Lutfiana (Pepeng) teman seperjuangan dan saudara sekamar selama

masa studi di Malang, Khoirul Rohim sebagai partner belajar dan

berpetualang yang sudah banyak memberikan motivasi dan membantu dalam

segala hal selama menjalankan studi, Dian Hendra R., sahabat terbaik dalam

10 tahun dan selamanya, Vashti, Lalita, Ocir, Titin, Rangga, dan Ayik,

sahabat tercinta dalam suka dan duka, Fitri, Novi, dan Nessya, sahabat yang

senantiasa membantu dan menghibur, teman-teman, karyawam dan staff

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya dan

semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

iv

Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi

banyak pihak dan memberikan sumbangan pemikiran dalam kemajuan ilmu

pengetahuan.

Malang, 29 Agustus 2017

Penulis

Page 11: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Srimenanti, Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 1

Juli 1995 sebagai putri pertama dari dua bersaudara dari Ayah I Ketut Sujana dan

Bunda Siti Rahayu Putri.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Xaverius

Srimenanti pada tahun 1999 sampai tahun 2001, kemudian masuk ke sekolah

dasar di SD Kristen No. 4 Bandar Sribhawono pada tahun 2001 sampai tahun

2007, kemudian penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMPN 1

Bandar Sribhawono pada tahun 2007 sampai tahun 2010. Penulis melanjutkan

sekolah menengah atas pada tahun 2010 sampai tahun 2013 di SMAN 1 Bandar

Sribhawono. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 (S1)

di Progam Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Malang, Jawa Timur melalui jalur Undangan (SNMPTN), dan pada tahun 2015

penulis masuk di Jurusan Budidaya Pertanian, Laboratorium Sumber Daya

Lingkungan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Selama menjadi mahasiwa, penulis pernah mengikuti organisasi Badan

Ekskutif Mahasiswa (BEM) dan menjabat sebagai Staff Muda di Kementerian

Hubungan Mahasiswa dan Masyarakat (HUMMAS) pada tahun 2013, lalu

dilanjutkan menjadi Staff Ahli di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada

tahun 2013-2014. Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan yaitu

LKM Awards dan BEM Rerfresh pada tahun 2013, Sharing Alumni (AFTA)

sebagai koordinator divisi PDD, Open House LKM, PEMILWA (Pemilihan

Mahasiswa) tingkat Fakultas Pertanian dan PEMIRA (Pemilihan Mahasiswa

Raya) tingkat Universitas Brawijaya, serta LKM Awards sebagai sekertaris

pelaksana pada tahun 2014. Pada tahun 2015 penulis mengikuti kegiatan

kepanitian penerimaan mahasiswa baru tingkat Universitas Brawijaya yaitu Raja

Brawijaya sebagai anggota divisi acara. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan di

bidang akademik sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Hortikultura Lanskap

pada tahun ajaran 2016/2017. Penulis menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja

Magang di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang (sekarang Dinas

Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Malang) pada tahun 2016.

Page 12: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

vi

DAFTAR ISI

RINGKASAN ................................................................................................. i

SUMMARY .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2

1.3. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1. Tanaman Hanjuang (Cordyline sp.) ................................................. 3

2.2. Kepadatan Lalu lintas ....................................................................... 5

2.3. Pencemaran Udara ........................................................................... 7

2.4. Tingkat Polusi Udara Kota Malang ................................................. 10

2.5. Ruang Terbuka Hijau ....................................................................... 12

2.6. Jalur Hijau Jalan ............................................................................... 13

2.7. Respon Tanaman terhadap Pb .......................................................... 14

3. BAHAN DAN METODE ........................................................................ 16

3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 16

3.2. Alat dan Bahan ................................................................................. 16

3.3. Metode Pelaksanaan ......................................................................... 16

3.4. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 17

3.5. Analisa Data ..................................................................................... 20

3.6. Rekomendasi .................................................................................... 21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 22

4.1. Hasil ................................................................................................. 22

4.2. Pembahasan ...................................................................................... 39

5. PENUTUP ............................................................................................... 50

5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 50

5.2. Saran ................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51

LAMPIRAN .................................................................................................... 55

Page 13: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Kota Malang ................... 11

2. Skoring Kategori Kandungan Pb ...................................................... 21

3. Hasil analisis kandungan Pb daun Hanjuang Merah di

Jl. Ahmad Yani Utara ........................................................................ 25

4. Hasil analisis kandungan Pb daun Hanjuang Merah di Jl. Jakarta .... 25

5. Hasil analisis kandungan Pb daun Hanjuang Merah di

Perumahan Araya .............................................................................. 26

6. Tinggi tanaman Hanjuang Merah (cm tan-1

) pada tiga lokasi

pengamatan ....................................................................................... 28

7. Luas daun tanaman Hanjuang Merah (cm2tan

-1) pada tiga lokasi

pengamatan ....................................................................................... 29

8. Jumlah daun tanaman Hanjuang Merah (tan-1

) pada tiga

lokasi pengamatan ............................................................................. 31

9. Kondisi fisik tanaman Hanjuang Merah di Jl. Ahamd Yani Utara . .. 35

10. Kondisi fisik tanaman Hanjuang Merah di Jl. Jakarta ...................... 37

11. Kondisi fisik tanaman Hanjuang Merah di Perumahan Araya........... 38

12. Kandungan Pb dalam daun Hanjuang Merah dan tanah di tiga

lokasi pengamatan berdasarkan waktu pengambilan sampel ............ 40

13. Hasil uji statistik tinggi tanaman hanjuang merah (cm tan-1

)

di Jl. Ahmad Yani Utara .................................................................... 59

14. Hasil uji statistik tinggi tanaman hanjuang merah (cm tan-1

)

di Jl. Jakarta ....................................................................................... 59

15. Hasil uji statistik tinggi tanaman hanjuang merah (cm tan-1

)

di Perumahan Araya. .......................................................................... 60

16. Hasil uji statistik luas daun hanjuang merah (cm2tan

-1)

di Jl. Ahmad Yani Utara .................................................................... 60

17. Hasil uji statistik luas daun hanjuang merah (cm2tan

-1)

di Jl. Jakarta ....................................................................................... 61

18. Hasil uji statistik luas daun hanjuang merah (cm2tan

-1)

di Perumahan Araya .......................................................................... 61

19. Hasil uji statistik jumlah daun hanjuang merah (tan-1

)

di Jl. Ahmad Yani Utara .................................................................... 62

20. Hasil uji statistik jumlah daun hanjuang merah (tan-1

)

di Jakarta ........................................................................................... 62

21. Hasil uji statistik jumlah daun hanjuang merah (tan-1

)

di Perumahan Araya .......................................................................... 63

22. Hasil Analisa Regresi di Jl. Ahmad Yani Utara ................................ 64

23. Hasil Analisa Regresi di Jl. Jakarta ................................................... 64

24. Hasil Analisa Regresi di Perumahan Araya ...................................... 65

Page 14: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Morfologi Tanaman Hanjuang Jenis Hanjuang Merah

(Cordyline terminalis ‟Rededge‟) .................................................... 3

2. Contoh Tata Letak Jalur Hijau Jalan ................................................ 14

3. Hanjuang Merah (Cordyline terminalis ‟Rededge‟)

di Jalur Hijau Jalan ........................................................................... 17

4. Penampilan Hanjuang Merah di Jl. Ahmad Yani Utara ................... 24

5. Penampilan Hanjuang Merah di Jl. Jakarta ...................................... 24

6. Penampilan Hanjuang Merah di Perumahan Araya ......................... 24

7. Kurva tinggi tanaman Hanjuang Merah (cm tan-1

) disertai

dengan standard error pada tiga lokasi pengamatan ....................... 28

8. Kurva luas daun tanaman Hanjuang Merah (cm2tan

-1) disertai

dengan standard error pada tiga lokasi pengamatan ....................... 30

9. Kurva jumlah daun Hanjuang Merah (tan-1

) disertai

dengan standard error pada tiga lokasi pengamatan ....................... 32

10. Warna daun tanaman Hanjuang Merah pada tiga lokasi

pengamatan ....................................................................................... 33

11. Gejala flecking/bintik hitam pada daun Hanjuang Merah di

Jl. Ahmad Yani Utara ........................................................................ 36

12. Pengukuran tinggi dan luas daun Hanjuang Merah di

Jl. Ahmad Yani Utara dan Perumahan Araya .................................. 68

13. Pengambilan sampel daun dan pengamatan kondisi fisik

Hanjuang Merah di Jl. Ahmad Yani Utara dan Jl. Jakarta ............... 68

Page 15: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Laporan Hasil Analisa Kadar Pb Pengamatan Pertama .................... 55

2. Laporan Hasil Analisa Kadar Pb Pengamatan Kedua ...................... 56

3. Laporan Hasil Analisa Kadar Pb Pengamatan Ketiga ..................... 57

4. Laporan Hasil Analisa Kadar Pb pada Tanah di Tiga Lokasi

Pengamatan ....................................................................................... 58

5. Hasil Uji Statistik Morfologi Hanjuang Merah di 3 Lokasi

Pengamatan ....................................................................................... 59

6. Hasil Analisa Regresi Hubungan Luas Daun Hanjuang Merah

dengan Kadar Pb di 3 Lokasi Pengamatan ........................................ 64

7. Alat AAS (Atomic Absorbtion Spectofotometer) .............................. 67

8. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ................................................ 68

Page 16: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pada saat ini sudah menjadi perhatian utama pemerintah di

setiap wilayah terutama di perkotaan. Berbanding lurus dengan peningkatan

pembangunan di suatu wilayah kota, maka penggunaan transportasi oleh

penduduk akan semakin tinggi, baik transportasi umum maupun pribadi.

Tingginya penggunaan transportasi seringkali menyebabkan kualitas lingkungan

kota menjadi semakin menurun akibat dari polusi udara yang ditimbulkan.

Kota Malang yang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur dan

menjadi salah satu kota tujuan wisata, setiap tahunnya mengalami peningkatan

volume kendaraan. Hal ini dapat menyebabkan kualitas lingkungan semakin

menurun apabila tidak diimbangi dengan tindakan preventif seperti penanaman

lebih banyak pohon atau tanaman lain di Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Pembangunan jalur hijau jalan sebagai salah satu bentuk RTH, dapat membantu

meningkatkan kualitas lingkungan yang mampu menyediakan udara bersih

khususnya disekitar jalan raya yang dilewati oleh kendaraan bermotor yang

mengeluarkan polutan melalui asapnya.

Pemilihan tanaman pada jalur hijau jalan penting untuk dilakukan, karena

selain berfungsi pada nilai estetika perkotaan, tanaman yang ditanam perlu

diperhatikan dari nilai fungsionalnya. Salah satu fungsi tanaman pada jalur hijau

jalan yaitu sebagai penyerap polutan, dimana kemampuan tanaman dalam

menyerap pencemar udara bervariasi, dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi

pencemar, sensitivitas tanaman terhadap pencemar, dan faktor pertumbuhan

tanaman (Wilmer 1986).

Tanaman hanjuang (Cordyline sp.) merupakan salah satu tanaman yang

mudah dijumpai di taman-taman Kota Malang, dengan ciri khas dari warna

daunnya yang hijau keunguan hingga kemerahan membuat tanaman ini menjadi

kontras jika ditanam dengan tanaman lain yang berdaun hijau dan menambah nilai

estetika. Selain menjadi kota tujuan wisata, Kota Malang yang dijuluki juga

sebagai kota bunga memiliki ciri khas flora tersendiri. Tanaman hanjuang menjadi

salah satu tanaman maskot Kota Malang berdasarkan SK Gubernur nomor

5225/16774/032/1996, dimana dalam SK tersebut telah ditetapkan hanjuang

Page 17: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

2

(Cordyline sp.) sebagai ciri khas flora Kota Malang, bersama dengan dua tanaman

lain yaitu puring (Codiaeum variegatum) dan kol banda (Pisonia alba).

Tanaman hanjuang memiliki banyak manfaat bagi lingkungan diantaranya

mampu mereduksi polutan dengan menyerap timbal (Pb). Hanjuang memiliki

kemampuan menyerap logam Pb dari dalam tanah dengan hasil serapan tertinggi

setelah dilakukan uji coba dan dibandingkan dengan beberapa tanaman lain

(Haryanti et al., 2013). Meskipun memiliki kemampuan dalam menyerap Pb

namun tanaman ini tidak dapat menjerap Pb dan debu sehingga tidak akan

mengurangi estetika bila ditanam di jalur hijau jalan karena ketika disiram atau

terkena air hujan daun tanaman akan kembali bersih (Fathia, 2014).

Dengan adanya potensi atau kelebihan yang dimiliki oleh tanaman hanjuang

tersebut, melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan hasil analisa lebih

lanjut tentang respon tanaman hanjuang terhadap ketahanannya jika ditanam pada

berbagai tingkat Pb di jalur hijau jalan Kota Malang dan manfaatnya dalam

mereduksi polutan, sehingga dapat memberi masukan dan rekomendasi terhadap

pengembangan dan pelestarian tanaman hanjuang sebagai salah satu jenis

komposisi tanaman di jalur hijau jalan Kota Malang.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tanggapan pertumbuhan tanaman

hanjuang terhadap berbagai tingkat Pb di jalur hijau jalan, dan menganalisa

tingkat logam berat Pb yang dapat diserap oleh tanaman hanjuang.

1.3. Hipotesis Penelitian

Tanaman hanjuang memiliki respon pertumbuhan yang baik untuk ditanam

pada jalur hijau jalan Kota Malang, dan tanaman hanjuang memiliki kemampuan

dalam menyerap logam berat Pb.

Page 18: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Hanjuang (Cordyline sp.)

Hanjuang termasuk kedalam tanaman perennial. Tanaman ini berbentuk

perdu bercabang dengan tinggi 2-4 m. Taksonomi dari hanjuang adalah:

Kingdom: Plantae (tumbuhan), Sub Kingdom: Tracheobionta (tumbuhan

berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji), Divisi:

Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), Kelas: Liliopsida (berkeping

satu/monokotil), Sub Kelas: Liliade, Ordo: Liliales, Famili: Agavaceae, Genus:

Cordyline, Spesies: Cordyline sp. (Plantamor, 2012). Terdapat 4 jenis tanaman

hanjuang yaitu: Hanjuang Merah (Cordyline terminalis „Rededge‟), Hanjuang

Instanbul (Cordyline terminalis „Compacta‟), Cordyline fruticosa „White‟, dan

Cordyline terminalis „Tricolor‟ (Lestari, 2015).

Morfologi tanaman hanjuang didukung oleh komponen utamanya, yaitu

akar, daun, batang, ranting, dan bunga sehingga dapat tumbuh secara optimal.

Gambar 1. Morfologi Tanaman Hanjuang Jenis Hanjuang Merah (Cordyline

terminalis ‟Rededge‟) (Direktorat Budidaya dan Pasca Panen

Florikultura. 2012)

Hanjuang mempunyai ranting dengan bekas daun rontok yang berbentuk

cincin. Akar hanjuang adalah jenis akar serabut dan berwarna putih kekuningan.

Batangnya bulat, keras, bekas dudukan daun nampak jelas, bercabang, dan

berwarna coklat keabu-abuan. Hanjuang berdaun tunggal, daunnya berbentuk

lanset dengan panjang sekitar 30-50 cm, sedangkan lebar daun 5-10 cm. Pada

ujung daun dan pangkalnya berbentuk runcing, tepi rata, letak daunnya terutama

diujung batang terlihat berjejal dengan susunan spiral. Memiliki pelepah dengan

lebar 5-10 cm dengan pertulangan menyirip. Bunga majemuk berbentuk malai, di

Page 19: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

4

ketiak daun dengan panjang sekitar 30 cm, warnanya dadu atau hijau ungu, namun

juga ada yang berwarna kuning muda bertangkai panjang, bercabang melebar,

dengan daun pelindung yang besar pada pangkal cabang dengan panjang ± 1,4

cm. Anak daun pelindung pada pangkal bunga kecil.

Syarat tumbuh hanjuang adalah dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

tempat: 50-1.500 mdpl. Tanaman ini memerlukan intensitas cahaya setengah

teduh yaitu (50-75%). Hanjuang dapat tumbuh dengan baik dengan temperatur:

18-35oC dan kelembaban udara: 80-100%. Pada dasarnya hanjuang menghendaki

kondisi tanah yang tidak terlalu basah dengan drainase dan aerasi yang baik.

Selain itu, tanaman ini menghendaki kondisi tanah yang subur, gembur, dan kaya

bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya

olah dan juga menjadi sumber makanan bagi jasad renik untuk membebaskan

unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Keasaman tanah (pH) yang cocok berkisar

antara 5,5-6,5 (Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura. 2012).

Hanjuang adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat selain digunakan

sebagai tanaman hias karena daunnya yang indah, yaitu hanjuang juga bermanfaat

dalam kesehatan dan pengendali polutan. Hanjuang memiliki fungsi kesehatan

yaitu daunnya dapat digunakan sebagai obat sakit kepala, diare, disentri, TBC

paru, asma, sakit kulit, inflamasi mata, sakit punggung, rematik, dan encok

(Bogoriani et al., 2007). Tanaman ini juga berkhasiat untuk menghentikan

perdarahan (hemostatis), menghancurkan darah beku pada memar, dan obat wasir.

Sedangkan dalam fungsi pengendali polutan, hanjuang dapat menyerap beberapa

bahan berbahaya seperti trikhloroetilen, benzena, NO2, dan logam berat Pb yang

dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor (Nasrullah et al., 2000).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti et al. (2013), setelah

dilakukan uji coba pemaparan Pb dalam tanah selama 60 hari dan dibandingkan

dengan tanaman lain yaitu Sambang Dara (Excoecaria cochinensis), Sri Rejeki

(Aglonema sp), Lipen (Aglonema commutatum), Aglonema Merah (Donna

carmen), Lidah Mertua (Sanseviera trifasciata Prain.), Pucuk Merah (Syzigiu

oleina), dan Puring (Codiaeum variegatum), hasil penelitian menunjukkan bahwa

Hanjuang (Cordyline sp.) memiliki kemampuan menyerap logam Pb dengan hasil

tertinggi di dalam tanah. Hanjuang juga dapat menyerap Pb langsung dari udara

Page 20: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

5

melalui daunnya dengan hasil 0,9 mg/kg. Meskipun memiliki kemampuan dalam

menyerap Pb namun hanjuang tidak dapat menjerap Pb dan debu karena pada

daunnya tidak memiliki bulu daun sehingga jika disiram atau terkena air hujan

akan bersih kembali (Fathia, 2014).

Tanaman dapat mengurangi polutan udara melalui proses oksigenasi, yaitu

proses pelepasan oksigen ke atmosfer, dan dilusi, yaitu pencampuran udara

tercemar dengan udara bersih. Ketika udara yang tercemar mengalir didalam dan

sekitar tanaman dan melewati udara bersih dan beroksigen, terjadi pencampuran

antara udara yang tercemar dengan udara bersih sehingga konsentrasi zat

pencemar udara berkurang (Grey dan Deneke, 1978). Polutan diserap oleh

jaringan tanaman yang aktif, terutama di daun dan dijerap pada permukaan

tanaman. Tanaman dapat menjadi penyaring yang efektif dan dapat menyerap dan

menjerap gas dan polutan padat sampai pada batas tertentu yang dapat ditoleransi

oleh tanaman.

2.2. Kepadatan Lalu lintas

Kepadatan lalu lintas yang menyebabkan kemacetan adalah kondisi dimana

arus lalu lintas yang melewati ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana

jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati

atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat

terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana

kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5

(MKJI, 1997). Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau

bergerak sangat lambat.

Pada dasarnya faktor utama penyebab kemacetan di Kota Malang adalah

kapasitas jalan raya yang tidak seimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan

bermotor. Jumlah penjualan sepeda motor untuk wilayah Malang Kota sebesar

1.700-1.800 unit/per bulan tahun 2013. Apabila jumlah penjualan per bulan

dikalikan satu tahun, maka diperkirakan terjual 20.400 unit/per tahun. Untuk

jumlah penjualan kendaraan roda empat bisa mencapai 7.000 unit/per bulan.

Dapat disumpulkan bahwa jumlah kendaraan yang keluar setiap harinya

mengalami peningkatan, namun tidak diimbangi dengan penambahan kapasitas

jalan raya sehingga dapat mengakibatkan kemacetan (Ekawati et al., 2014).

Page 21: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

6

Terdapat beberapa ruas jalan yang menjadi sumber kemacetan di wilayah

Kota Malang, yaitu tingkat kepadatan lalu lintas tinggi berada di Jl. Ahmad Yani

Utara, Jl. Raya Sawojajar, Jl. Simpang Janti Barat I, dan pertigaan Kacuk di Jl. S.

Supriyadi, tingkat kepadatan sedang berada di kawasan lingkar Universitas

Brawijaya di Jl. Soekarno-Hatta, dan Jl. Jakarta, dan untuk tingkat kepadatan

rendah berada di Jl Kartini, Jl. Dr. Sutomo, dan Jl. Tugu. Kepadatan lalu lintas

yang menyebabkan kemacetan dapat terjadi pada pagi dan sore hari dimana

masyarakat melakukan banyak aktivitas di jalan raya sehingga menyebabkan

kendaraan hanya dapat melaju hingga 5-10 km/jam di beberapa ruas jalan dengan

tingkat kepadatan lalu lintas tinggi (Ipda Purwantoro ”Interview”, 2017).

Kepadatan lalu lintas dapat dibagi kedalam kondisi ramai lancar dan tidak

bergerak sama sekali atau terjadi kemacetan. Kondisi lalu lintas dengan jumlah

kendaraan tinggi yang sampai menyebabkan kemacetan akan menimbulkan polusi

udara lebih banyak dibandingkan dengan lalu lintas dengan kondisi ramai lancar.

Hal ini dikarenakan pada kendaraan yang mengalami kemacetan walaupun

kendaraan tersebut berhenti bergerak namun mesinnya tetap beroperasi sehingga

akan terus mengeluarkan gas buang ke udara. Sedangkan untuk kondisi lalu lintas

ramai lancar, walaupun dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi namun tidak

sampai terjadi kemacetan, gas buang yang dikeluarkan oleh kendaraan akan lebih

tersebar dalam radius yang lebih jauh karena kendaraan tetap bergerak dan juga

akan terbawa oleh angin.

Menurut Ekawati et al. (2014), kemacetan lalu lintas yang terjadi dapat

memberi dampak terhadap masyarakat yang dapat dilihat dari segi waktu, biaya,

dan lingkungan. Berdasarkan waktu, kemacetan menyebabkan waktu tempuh

perjalanan menjadi lebih lama. Dampak kemacetan berdasarkan biaya,

menyebabkan penggunaan bahan bakar menjadi lebih banyak sehingga

mengeluarkan banyak biaya untuk membeli bahan bakar. Sedangkan dari segi

lingkungan, kemacetan menyebabkan meningkatnya polusi yang tercemar ke

udara dan berpengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan. Kondisi lingkungan

yang diantaranya dekat dengan jalan raya, terminal, pom bensin, dan tempat

pemberhentian lalu lintas akan berpotensi lebih tercemar oleh polusi udara, karena

Page 22: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

7

di tempat-tempat tersebut intensitas kendaraan lebih tinggi dan menghasilkan

emisi gas kendaraan yang lebih banyak.

2.3. Pencemaran Udara

Pencemaran udara merupakan situasi dimana terdapatnya bahan-bahan atau

zat-zat asing didalam udara sehingga menyebabkan terjadinya perubahan susunan

dalam udara tersebut dan mempengaruhi keadaan normalnya. Zat-zat pencemar

udara dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan apabila

terdapat dalam jumlah yang berlebihan, dan dapat menyebabkan gangguan lain

seperti jarak pandang yang semakin berkurang, dan mengakibatkan timbulnya bau

pada udara oleh zat pencemar (Manik, 2003).

Grey dan Deneke (1978) menyebutkan bahwa polutan udara dapat

berbentuk gas maupun partikel. Komponen pencemar udara yang banyak

berpengaruh pada pencemaran udara yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen

oksida (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikel (particulate),

dengan perkiraan persentasenya yaitu CO 70,50%, NOx 8,9%, SOx 0,9%, HC

18,34%, partikulat sebesar 1,33%, dan gas rumah kaca (CH4, CO2 dan N2O).

Jenis-jenis polutan ini termasuk dalam golongan pencemar udara primer (sumber

utama) yang jumlahnya mencakup 90% dari jumlah total polutan udara. Kelima

kelompok pencemar udara primer ini memiliki dampak negatif bagi kesehatan

manusia.

Menurut Rahadiyan et al. (2013) pencemaran udara menurut asalnya dapat

dibagi menjadi dua macam, yakni:

1. Pencemaran udara alami (natural sources), yaitu masuknya zat pencemar ke

dalam udara/ atmosfer, akibat proses-proses alam seperti asap kebakaran hutan,

debu gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu meteoroid, dan

sebagainya,

2. Pencemaran udara non alami, yaitu masuknya zat pencemar oleh aktivitas

manusia, yang pada umumnya tanpa disadari dan merupakan produk

sampingan, berupa gas-gas beracun, asap, partikel-partikel halus, senyawa

belerang, senyawa kimia, buangan panas dan buangan nuklir.

Sedangkan sumber-sumber pencemaran udara menurut EPA (Environmental

Protection Agency) (2017), dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

Page 23: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

8

1. Sumber tetap, sumber tetap adalah sumber emisi yang berada pada posisi tetap

dari waktu ke waktu, contohnya adalah pada cerobong asap industri, misalnya

emisi SO2 dari cerobong PLTU,

2. Sumber bergerak, sumber bergerak menghasilkan pencemar yang bergerak dari

waktu ke waktu, seperti pada alat-alat transportasi, contohnya gas-gas

pencemar yang keluar dari knalpot,

3. Sumber alamiah, sumber alamiah contohnya adalah letusan gunung berapi

yang meniup debu dari tanah.

Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber

utama pencemaran udara di daerah perkotaan yang termasuk kedalam sumber

bergerak. Transportasi darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

setengah dari total emisi SPM10, untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx

di daerah perkotaan, dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang

padat, dimana tingkat pencemaran udara sudah hampir melampaui standar kualitas

udara ambien (Soedomo et al., 1990).

Sekitar 25% logam berat timbal (Pb) tetap berada dalam mesin dan 75%

lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Setiap liter bensin dalam

angka oktan 87 dan 98 mengandung 0,70 g senyawa Pb Tetraetil dan 0,84 g

Tetrametil Pb. Setiap satu liter bensin yang dibakar jika dikonversi akan

mengemisikan 0,56 g Pb yang dibuang ke udara (Librawati, 2005). Emisi Pb dari

gas buangan tetap akan menimbulkan pencemaran udara dengan tahapannya

adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam radius

kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20 km, dan 35%

lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh (Surani, 2002).

Pada saat terjadinya kemacetan, kendaraan akan berhenti bergerak namun

dengan mesin yang masih beroperasi, sehingga tetap akan menghasilkan gas

buang ke udara dan menjadi sumber polusi tidak bergerak. Emisi Pb merupakan

hasil samping pembakaran yang kurang sempurna dalam mesin kendaraan

bermotor. Semakin kurang sempurna proses pembakaran dalam mesin kendaraan

bermotor yang salah satunya disebabkan oleh kemacetan, maka semakin banyak

jumlah Pb yang akan di emisikan ke udara. Logam Pb yang terkandung dalam

bahan bakar kendaraan terutama bensin sangatlah berbahaya, dengan hasil dari

Page 24: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

9

proses pembakaran bensin tersebut akan mengemisikan 0,09 g timbal tiap 1 km.

Komponen Pb tersebut terutama adalah PbBrCl dan PbBrCl.2PbO (Fardiaz,

1992).

Pb dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen dan bahan-bahan pengikat,

selanjutnya dikeluarkan melalui sistem pembuangan dalam bentuk partikel.

Partikel yang mengandung Pb akan diemisikan ke dalam lingkungan, sehingga

menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Masih digunakannya bahan aditif

tersebut di dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat

sensitivitas Pb tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 g Pb per liter

bensin, mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga Pb

relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa

lainnya (Santi, 2001), sehingga Pb masih digunakan sebagai bahan campuran

untuk bahan bakar kendaraan bermotor.

Pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan

manusia dan hewan. Pencemaran udara oleh bahan pencemar debu dapat

menyebabkan penyakit paru-paru (bronchitis), serta gangguan saluran pernapasan

lainnya juga dapat menjangkit hewan. Sedangkan dampak pencemar udara oleh

zat kimia seperti CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada hemoglobin.

Menurut Eckholm (1983), berkurangnya lapisan ozon di atmosfer akan

mengakibatkan peningkatan radiasi ultra violet yang meransang terjadinya

penyakit kanker kulit.

Menurut Budiyono (2001) pada tumbuhan, gejala yang tampak karena

pencemaran udara dapat dilihat klorosis (perusakan zat hijau daun/menguning),

flecking (bintik-bintik pada daun), dan penurunan hasil panen. Efek pencemaran

udara yang tak terlihat adalah adanya kemunduran kemampuan pertumbuhan,

berkurangnya kemampuan fotosintesis, dan reproduksi menurun. Tumbuh-

tumbuhan memiliki reaksi yang besar dalam menerima pengaruh akibat polusi

udara dan perubahan lingkungan. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang

berpengaruh, diantaranya spesies tanaman, umur, keseimbangan nutrisi, kondisi

tanaman, temperatur, kelembaban dan penyinaran. Mekanisme tanaman untuk

bertahan dari zat pencemar udara adalah melalui pergerakan membuka dan

menutup stomata dan proses detoksifikasi.

Page 25: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

10

2.4. Tingkat Polusi Udara Kota Malang

Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena

potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kondisi iklim Kota Malang selama tahun

2008 tercatat rata-rata suhu udara berkisar antara 22,7-25,1°C. Sedangkan suhu

maksimum mencapai 32,7°C dan suhu minimum 18,4°C. Rata-rata kelembaban

udara berkisar 79-86%. Dengan kelembaban maksimum 99% dan minimum

mencapai 40%. Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, Kota Malang

mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan, dan musim kemarau

(Pemerintah Kota Malang, 2016).

Kota Malang memiliki luasan ruang terbuka hijau yang tidak besar. Luasan

total RTH di Kota Malang adalah 130,3 ha yang terbagi atas jalur hijau 7,9 ha,

taman kota 36,7 ha, taman lingkungan 13,1 ha dan bentuk lain-lain adalah 72,7 ha

(Bappeko, 2007). Nilai ini relatif sangat kecil dan terhitung kurang memenuhi

untuk standar kota besar. Untuk dapat mengurangi pencemaran udara perlu

adanya penambahan RTH.

Setelah dilakukannya uji kualitas udara ambien oleh Badan Lingkungan

Hidup (BLH) Kota Malang, diketahui bahwa sumber dan jenis utama pencemaran

udara di Kota Malang terbagi menjadi sepuluh, yaitu nitrogen dioksida (NO2),

total suspended particulate (TSP) debu, timbal (Pb), sulfur dioksida (SO2),

oksidan (O3), hidrogen sulfida (H2S), karbon monoksida (CO), ammonia (NH3),

kebisingan, dan hidrokarbon. Kadar polutan udara Kota Malang tersebut dinilai

berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan pada skala provinsi Jawa Timur.

Pencemaran udara yang terjadi di Kota Malang pada umumnya disebabkan

oleh asap kendaraan bermotor dimana volume kendaraan tersebut sudah cukup

tinggi. Adanya peningkatan volume kendaraan dari tahun ke tahun akan

mempengaruhi kualitas udara di Kota Malang. Semakin tinggi volume kendaraan

di suatu wilayah atau perkotaan maka pencemaran udara yang terjadi juga juga

tinggi. Bila udara dimana makhluk hidup tinggal menjadi tercemar tentunya akan

menimbulkan kerugian khususnya dalam pemenuhan kebutuhan udara bersih

untuk keberlangsungan hidup. Udara yang tercemar akan menyebabkan gangguan

kesehatan bagi manusia dan menimbulkan penyakit seperti asma dan masalah

pada sistem pernapasan.

Page 26: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

11

Berikut adalah hasil analisis kualitas udara ambien Kota Malang:

Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Kota Malang (Badan

Lingkungan Hidup Kota Malang, 2015)

No. Parameter Hasil Baku Mutu** Satuan Metode

1 Nitrogen Dioksida

(NO2)*

54,173 93 μg/m3

SNI 19-7119-2-2005

2 TSP (Debu) 0,182 0,26 mg/Nm3 SNI 19-7119-3-2005

3 Timbal (Pb) 0 60 μg/m3

SNI 19-7119-4-2005

4 Sulfur Dioksida

(SO2)

44,110 262 μg/m3

SNI 19-7119-7-2005

5 Oksidan (O3) 8,691 200 μg/m3

SNI 19-7119-8-2005

6 Hidrogen Sulfida

(H2S)

1,480 42 ppm SNI 19-4844-1998

7 Karbon

Monoksida (CO)*

0 22.600 μg/Nm3

MU/5.4/01/04-

ENV25 (COM)

8 Amonia (NH3) 66,874 1360 ppm MU/5.4/01/04-

ENV49 (UV-VIS)

9 Kebisingan 69,0 70*** dB(A) SNI 7231 : 2009

10 Hidrokarbon* 2,071 160 μg/Nm3

SNI 7119.13.2009

KONDISI CUACA SAMPLING

1 Kecepatan Angin 1,2-2,7 - m/s

2 Suhu 29,7 - oC

3 Kelembaban 66,7 - %

4 Arah Angin T-B - -

5 Tekanan Udara - - mmHg

Keterangan :

*Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-522-IDN

**Nilai Baku Mutu mengacu pada Pergub Jatim No. 10/2009

***Nilai Baku Mutu mengacu kepada KEPMENLH No. 48 tahun 1996 – Tentang

Baku tingkat Kebisingan (Lampiran 1 Point 5)

Page 27: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

12

Uji kualitas udara ambien tersebut dilakukan di salah satu lokasi yang cukup

padat dengan kendaraan yaitu di Terminal Arjosari Jl. Raden Intan, Kelurahan

Arjosari, Kecamatan Blimbing Kota Malang, sehingga dapat ditemukan zat

polutan yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran udara. Berdasarkan hasil

uji tersebut, diketahui bahwa polusi suara atau kebisingan memiliki hasil tertinggi

diikuti dengan ammonia (NH3), dan nitrogen dioksida (NO2). Polutan tersebut

tentunya akan berbahaya jika terdapat di udara dalam jumlah yang tinggi.

2.5. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan bagian penting dari struktur

pembentuk kota dan memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota,

serta berperan sebagai penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan suatu

kota. RTH sendiri didefinisikan sebagai area memanjang, jalur, dan atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, dan merupakan tempat

tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun sengaja ditanam.

Proporsi luas RTH pada kota paling sedikit 30% luas wilayah kota. Proporsi RTH

30% tersebut merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan

ekosistem kota, meningkatkan ketersediaan udara bersih bagi masyarakat dan juga

meningkatkan nilai estetika kota.

RTH yang pada umumnya berupa taman kota adalah area yang ditujukan

untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani

penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman

minimal 144.000 m2. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau),

yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olahraga, dan kompleks olahraga

dengan minimal RTH 80-90%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum.

Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam

secara berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro

atau sebagai pembatas antar kegiatan (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2008).

Simonds dan Starke (2006) mengemukakan bahwa ruang terbuka memiliki

kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga kualitas lingkungannya.

Ruang terbuka dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, dan tepian

airan sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya, serta hamparan banjir),

greenways (jalan bebas hambatan, jalan-jalan di taman, koridor transportasi, jalan-

Page 28: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

13

jalan setapak, jalan sepeda, serta jogging track), taman-taman kota dan areal

rekreasi, serta ruang terbuka penunjang lainnya seperti hutan kota, reservoir,

lapangan golf, kolam renang, lapangan tenis, dan instalasi militer.

Secara umum, menurut Shirvani (1985), ruang terbuka publik di perkotaan

terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau, yang dapat memberi

manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakatnya, seperti antara lain:

1. Fungsi ekologis, RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah

banjir, dan pengatur iklim mikro,

2. Fungsi sosial budaya, keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai

ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota,

3. Fungsi arsitektural, RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan

kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota dan jalur hijau jalan

kota,

4. Fungsi ekonomi, RTH sebagai pengembangan sarana wisata hijau perkotaan

yang dapat mendatangkan wisatawan.

2.6. Jalur Hijau Jalan

Jalur hijau merupakan daerah hijau sekitar lingkungan perkotaan yang

bertujuan mengendalikan pertumbuhan pembangunan dan mempertahankan

daerah hijau (Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota DKI Jakarta, 2001). Jalur

hijau yang unsur utamanya berupa vegetasi yang secara alamiah berfungsi sebagai

pembersih atmosfer dengan menyerap polutan yang berupa gas dan partikel

melalui daunnya. Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup yang menurunkan

tingkat polusi dengan mengabsorbsi, detoksifikasi, akumulasi dan atau mengatur

metabolisme di udara sehingga kualitas udara dapat meningkat dengan pelepasan

oksigen di udara (Shannigrahi et al., 2003).

Jalur hijau diperuntukkan sebagai resirkulasi udara sehat bagi masyarakat

guna mendukung kenyamanan lingkungan dan sanitasi yang baik. Salah satu

bentuk jalur hijau adalah jalur hijau jalan. Terdapat beberapa struktur pada jalur

hijau jalan, yaitu daerah sisi jalan, median jalan, dan pulau lalu lintas (traffic

islands). Daerah sisi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan

kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan

Page 29: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

14

penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan, dan

perlindungan terhadap bentukan alam (Carpenter et al., 1975).

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008, untuk

jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20-

30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan. Pemilihan jenis

tanaman untuk jalur hijau jalan memperhatikan fungsi tanaman dan persyaratan

penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat,

yang disukai oleh burung-burung, serta dengan tingkat evapotranspirasi rendah.

Pada jalur hijau jalan, tanaman disediakan pada tepi jalan serta median dan pulau

jalan. Jalur tanaman tepi pada ruang terbuka hijau jalur hijau jalan memiliki fungsi

antara lain peneduh, penyerap polusi udara, peredam kebisingan, dan pemecah

angin. Median pada jalur hijau jalan berfungsi sebagai penahan silau lampu

kendaraan.

Gambar 2. Contoh Tata Letak Jalur Hijau Jalan (Direktorat Jenderal Penataan

Ruang, 2008)

2.7. Respon Tanaman terhadap Pb

Kondisi udara yang terpolusi akan mempengaruhi lingkungan, termasuk

vegetasi pada lanskap yang ditanam untuk menjerap polutan. Menurut Mansfield

(1976), sebagian besar bahan-bahan pencemar udara mempengaruhi tanaman

melalui daun. Jaringan daun terdiri dari epidermis, mesofil, dan berkas pembuluh.

Mekanisme tanaman untuk bertahan dari zat pencemar udara adalah melalui

pergerakan membuka dan menutup stomata dan proses detoksifikasi.

Salah satu partikel pencemar berbahaya yang dihasilkan dari kendaraan

bermotor dan tercemar ke udara adalah Pb. Selain memiliki dampak negatif

terhadap kesehatan manusia, Pb juga berbahaya bagi pertumbuhan tanaman.

Page 30: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

15

Masuknya partikel Pb ke dalam jaringan daun karena ukuran stomata daun yang

cukup besar dan ukuran partikel Pb yang lebih kecil daripada ukuran stomata. Pb

masuk ke dalam daun melalui proses penjerapan pasif. Akumulasi Pb di dalam

jaringan daun akan lebih besar daripada bagian lainnya. Jumlah kandungan Pb

dalam suatu jenis tanaman bervariasi menurut organ tanaman tersebut (Dahlan,

1989).

Partikel yang menempel pada permukaan daun berasal dari tiga proses yaitu

(1) sedimentasi akibat gaya gravitasi (2) tumbukan akibat turbulensi angin, dan

(3) pengendapan yang berhubungan dengan hujan. Celah stomata mempunyai

panjang sekitar 10 μm dan lebar antara 2-7 μm, dan dengan ukuran partikel Pb

yang demikian kecil, yaitu kurang dari 4 μm dan rerata 0,2 μm maka partikel akan

masuk ke dalam daun lewat celah stomata serta menetap dalam jaringan daun dan

menumpuk di antara celah sel jaringan pagar/palisade dan atau jaringan bunga

karang/spongi tissue (Smith, 1981). Partikel Pb yang tidak larut dalam air, akan

menyebabkan senyawa Pb dalam jaringan terperangkap dalam rongga antar sel di

sekitar stomata.

Mengel dan Kirby (1987) menyebutkan bahwa secara biokimia Pb berfungsi

menghambat sistem enzim dalam mengkonversi asam amino dan pencemaran

tumbuhan oleh Pb akan sangat membahayakan kesehatan dan mengurangi laju

pertumbuhan tanaman. Kadar Pb normal dalam tumbuhan berkisar antara 2-3

ppm. Vegetasi di sekitar jalan raya dapat menyerap Pb sampai 50 ppm dimana Pb

yang diserap diakumulasikan dalam dinding sel.

Menurut Smith (1981), kemampuan daun menangkap partikel sangat

dipengaruhi oleh keadaan permukaan daun, yaitu kebasahan, kelengketan, dan

bulu daun. Semakin tinggi kandungan partikel Pb di udara akan semakin tinggi

pula kandungan partikel Pb yang terserap oleh daun. Hal tersebut terjadi karena

semakin besar kandungan partikel Pb di udara akan semakin besar kemungkinan

bertumbukan dengan daun dan masuk ke dalam stomata sampai tersimpan dalam

lapisan epidermis dan mesofil akan lebih besar. Semakin besar kemampuan

tanaman menyerap Pb dari udara, maka semakin banyak Pb dapat dibersihkan dari

udara.

Page 31: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

3. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2017. Lokasi

pengamatan dan pengambilan sampel dibagi kedalam 3 tempat di lokasi jalur

hijau jalan Kota Malang dengan tingkat kepadatan berbeda, yaitu di Jl. Ahmad

Yani Utara dengan kepadatan tinggi, Jl Jakarta dengan kepadatan sedang,

kawasan perumahan Araya dengan kepadatan rendah, serta penambahan lokasi

untuk pengambilan sampel daun kontrol berlokasi di UPT Kebun Garbis milik

Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Malang. Ketiga lokasi tersebut

dipilih karena memiliki tingkat kepadatan yang berhubungan dengan kualitas

udara yang berbeda sehingga dapat dibandingkan bagaimana respon pertumbuhan

tanaman jika ditanam di wilayah padat kendaraan, dan yang tidak dilewati oleh

banyak kendaraan per jamnya.

Analisis kadar polutan juga dilakukan pada tanaman dengan mengambil

salah satu zat polutan yaitu logam berat Pb, yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar tanaman mampu mereduksi polusi udara jika ditanam di jalur hijau

jalan yang terpapar langsung dengan asap kendaraan. Analisis logam berat Pb

dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah AAS (Atomic Absorbtion

Spectofotometer), Color Chart, timbangan analitik, meteran, map coklat, kantong

plastik, label, gunting, kertas kuarto (A4), kamera, dan alat tulis. Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman hanjuang dengan jenis Hanjuang

Merah (Cordyline terminalis ‟Rededge‟).

3.3. Metode Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan dengan metode survei yaitu dengan mengumpulkan

data aktual di lapang untuk menggambarkan atau menguraikan sifat dari suatu

keadaan yang ada pada waktu aktual. Kegiatan survei tersebut terdiri dari 3 bagian

yaitu (1) observasi, (2) monitoring, dan (3) analisis logam berat Pb.

Page 32: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

17

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Observasi

Tahap observasi berupa penetapan lokasi, inventarisasi, dan pengambilan

sampel. Pada tahap observasi juga dilakukan pengumpulan data primer dan

sekunder. Data primer berupa tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun, warna

daun, kondisi fisik tanaman, serta data analisis kandungan Pb, sedangkan data

sekunder berupa data tingkat kepadatan lalu lintas di Kota Malang, kualitas udara

ambien di Kota Malang, dan jenis tanaman hanjuang yang ditanam di jalur hijau

di jalan utama Kota Malang yang didapatkan dari hasil observasi di lapang serta

wawancara.

1. Penetapan Lokasi

Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan pada 3 lokasi, yaitu pada

jalur hijau jalan dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Perbedaan

lokasi pengamatan yang didasarkan pada tingkat kepadatan lalu lintas bertujuan

untuk mengetahui respon ketahanan tanaman terhadap polusi udara yang

dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor dengan intensitas jumlah kendaraan

yang berbeda di setiap lokasinya. Pembagian tersebut yaitu masing-masing

dengan tingkat kepadatan tinggi di Jl. Ahmad Yani Utara (50 - > 100 kendaraan

per jam), tingkat kepadatan sedang di Jl. Jakarta (50-60 kendaraan per jam), dan

tingkat kepadatan rendah di kawasan perumahan Araya (< 10 kendaraan per jam).

(a) (b) (c)

Gambar 3. Hanjuang Merah (Cordyline terminalis ‟Rededge‟) di Jalur Hijau Jl.

Ahmad Yani Utara (a), Jl. Jakarta (b), Perumahan Araya (c),

(Dokumentasi Pribadi, 2017)

2. Inventarisasi

Inventarisasi jenis tanaman hanjuang dilakukan di jalur hijau jalan utama

yang terdapat di Kota Malang. Inventarisasi bertujuan untuk mengetahui umur

Page 33: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

18

tanaman, lokasi jalur hijau mana saja yang ditanami tanaman hanjuang, jenis

tanaman hanjuang yang ditanam, dan kondisi aktual dari tanaman hanjuang.

3. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan untuk tujuan analisis kandungan Pb pada

tanaman. Sampel daun tanaman diambil dan dianalisis sebanyak 3 kali pada 0

(awal pengamatan), 1, dan 2 bulan pengamatan untuk mengetahui perbedaan

jumlah serapan Pb. Sampel pengamatan yang diambil untuk dianalisis kadar

logam berat Pb adalah daun yang terdapat pada kanopi terluar dengan tujuan agar

sampel yang diambil merupakan daun yang langsung terpapar polusi dari asap

kendaraan bermotor. Sampel daun Hanjuang dipilih secara acak dari setiap

tanaman yang berada pada lokasi pengamatan. Daun yang dipilih sejumlah 2 daun

per tanaman.

3.4.2 Monitoring

Melakukan kegiatan monitoring atau pengamatan pada tanaman bertujuan

untuk mengetahui respon tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman. Objek yang

diamati menggunakan tanaman pada kanopi terluar, yaitu dengan tanaman yang

digunakan adalah 10% dari total populasi yang ada pada setiap lokasi.

Pengamatan tersebut dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan, yaitu Maret sampai

dengan Mei 2017. Pengamatan pertumbuhan dilakukan setiap 1 minggu sekali.

Parameter yang diamati sebagai berikut:

a. Pertambahan tinggi tanaman diukur setiap satu minggu hingga akhir

pengamatan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan secara manual

menggunakan meteran.

b. Pertambahan luas daun diukur setiap satu minggu hingga akhir pengamatan.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode panjang kali lebar (p x

l). Untuk daun yang bentuknya terartur seperti daun hanjuang, luas daun

dapat diukur menggunakan metode p x l. Ini merupakan satu cara pengukuran

luas daun yang tersedia untuk pengamatan tanpa merusak tanaman.

Perhitungan luas daun didasarkan atas persamaan berikut:

LD = ( k * P * L )

Page 34: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

19

Keterangan :

k : Konstanta

P : Panjang daun

L : Lebar daun

Untuk mendapatkan harga konstanta, jumlah sampel daun ideal paling

sedikit 30 helai dengan ukuran panjang dan lebar yang bervariasi (Sitompul,

2016). Pengukuran selanjutnya dilakukan pada sampel daun yang sama

ditambah dengan daun yang baru terbentuk.

c. Jumlah daun, diukur setiap satu minggu. Parameter jumlah daun diamati pada

tiap sampel tanaman utuh pada setiap waktu pengamatan. Daun yang dihitung

adalah daun telah membuka sempurna.

d. Kualitas penampakan warna dinilai dari warna daun sesuai dengan warna-

warna pada Color Chart yang disesuaikan dengan penampakan secara visual.

Perbandingan dilakukan antara daun yang terpapar polusi dengan tingkatan

kepadatan lalu lintas berbeda.

e. Keadaan fisik tanaman diamati secara deskriptif, apakah terdapat perubahan

pada tanaman yaitu timbul flecking (bintik-bintik pada daun), dimana hal

tersebut merupakan salah satu indikasi adanya Pb yang terjerap pada tanaman

(Budiyono, 2001).

3.4.3 Analisis Kandungan Pb

Analisis Pb dilakukan dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorbtion

Spectofotometer) di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Metode ini sangat tepat untuk analisis

zat pada konsentrasi rendah. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh

atom, atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu,

misalnya Pb menyerap pada 217,0 nm, Fe menyerap pada 248,3 nm, dan Cd

menyerap pada 228,8 nm (Hendayana, 1994).

Sebelum dianalisis menggunakan AAS, daun terlebih dahulu diabukan

dengan tanur dengan langkah-langkah sebagai berikut; sampel (daun hanjuang)

diambil 3-4 g lalu ditaruh di cawan porselen. Selanjutnya sampel diabukan dengan

tanur dengan suhu 400oC selama 2 jam. Selanjutnya sampel

didinginkan. Setelah dingin, sampel ditambah larutan HNO3 dan aquaregia

Page 35: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

20

sebesar 10 ml. Sampel dipanaskan diatas kompor sampai volume ± 5 ml.

Kemudian didinginkan. Sampel disaring menggunakan kertas saring dan

dimasukkan dalam labu takar 25 ml. Sampel siap untuk dianalisis menggunakan

AAS (Manik et al., 2015).

Prinsip pengukuran adalah dengan adanya absorbsi sinar UV atau Vis oleh

atom-atom logam tersebut dalam keadaan dasar yang terdapat pada bagian

pembentuk sinar atom. Sinar UV atau Vis yang diabsorbsi berasal dari emisi

cahaya logam yang terdapat pada sumber energi hollow cathode. Sinar yang

berasal dari hollow cathode diserap oleh atom-atom logam yang terdapat dalam

nyala api, sehingga konfigurasi atom tersebut menjadi keadaan tereksitasi.

Apabila elektron kembali ke keadaan dasar ground state maka akan

mengemisikan cahayanya. Besarnya intensitas cahaya yang diemisikan sebanding

dengan konsentrasi sampel (berupa atom) yang terdapat pada nyala api dan data

akan terlihat pada komputer. Dari hasil kandungan logam berat Pb akan dibagi

menjadi beberapa kategori untuk mempermudah analisis. Kategori dibagi

berdasarkan literatur yang menyatakan bahwa kadar Pb normal dalam tumbuhan

adalah 2-3 ppm (Sukarsono, 1998). Tanaman dalam kandungan Pb rendah yaitu 0-

1,99 mg/kg, sedang 2,00-3,99 mg/kg, dan tinggi > 4 mg/kg.

3.5. Analisa Data

Hasil pengamatan terhadap morfologi tanaman yaitu tinggi tanaman, luas

daun, dan jumlah daun akan di uji statistik dengan menggunakan prog Ms. Excel

yaitu data analysis, sehingga selanjutnya akan diperoleh hasil grafik yang

menggambarkan perbedaan pertumbuhan tanaman pada setiap parameter di

seluruh perlakuan. Analisa data untuk mengetahui hubungan keeratan antara

variabel parameter yang diamati dengan respon pertumbuhan tanaman

menggunakan analisa regresi. Sedangkan untuk parameter warna daun dan kondisi

fisik tanaman akan di analisa secara visual deskriptif.

Selanjutnya skoring kandungan Pb tanaman dilakukan berdasarkan

penelitian oleh Sukarsono (1998) yaitu kandungan normal Pb dalam tanaman

adalah 2-3 ppm, dengan baku mutu di udara adalah 60 μg/m3

(Badan Lingkungan

Hidup Kota Malang, 2015).

Page 36: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

21

Kandungan Pb pada tanaman dapat dibagi menjadi 3 kategori (Tabel 2).

Tabel 2. Skoring Kategori Kandungan Pb (Sukarsono, 1998)

Kandungan Pb Kategori Skoring

0 – 1,99 mg/kg Rendah 1

2,00 – 3,99 mg/kg Sedang 2

>4 mg/kg Tinggi 3

3.6. Rekomendasi

Data dan informasi hasil analisis disusun berdasarkan tingkat dan aspek

respon tanaman, sehingga dihasilkan data tingkat respon tanaman pada

pencemaran udara serta dibuat rekomendasi penanaman hanjuang untuk jalur

hijau jalan Kota Malang.

Page 37: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Inventarisasi Tanaman Hanjuang di Jalur Hijau Jalan Kota Malang

Inventarisasi tanaman hanjuang dilakukan dalam kegiatan observasi lapang

untuk menghasilkan jenis hanjuang dan lokasi pengambilan sampel yang sesuai.

Dari hasil inventarisasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat 3 jenis

hanjuang yang ditanam di jalur hijau Kota Malang, yaitu hanjuang merah

(Cordyline terminalis ‟Rededge‟) dan hanjuang instanbul (Cordyline terminalis

„Compacta‟) yang termasuk kedalam genus Cordyline, serta sri gading (Draceana

fragrans) yang termasuk kedalam genus Draceana. Penanaman hanjuang di

taman maupun di jalur hijau Kota Malang sudah mulai dikembangkan mengingat

hanjuang sebagai ciri khas flora Kota Malang, bersama dengan dua tanaman lain

yaitu puring (Codiaeum variegatum) dan kol banda (Pisonia alba).

Jenis hanjuang ditanam di berbagai lokasi jalur hijau yaitu di Jl. R. Panji

Suroso sampai Jl. Tumenggung Suryo, Jl. Jakarta, Jl. Gajayana – Jl. Raya Langsep

tepatnya di median Jl. Raya Langsep, Jl Raya Dieng, dan Jl. Danau Toba, Jl.

Soekarno Hatta, Jl. Veteran, Jl. Jend. Basuki Rachmad sampai Jl. A. Yani Utara,

Jl. Besar Ijen, dan Jl. Raden Intan. Sedangkan pada 3 lokasi jalan lain yaitu Jl.

Raya Telaga Mas sampai Jl. Brigjend Slamet Riyadi, Jl. Panglima Sudirman

sampai Jl. Raya Gadang, dan Jl. Arief Margono sampai Jl. Sudanco Supriadi,

tidak ditanam jenis hanjuang. Berdasarkan ke-10 lokasi tersebut hanjuang paling

banyak jumlahnya terdapat di Jl. Soekarno Hatta yaitu berjumlah 62 plot dengan

luas 4,40 m2.

Selain didasarkan pada ketersediaan tanaman hanjuang di jalur hijau,

penetapan lokasi pengamatan dan pengambilan sampel juga didasarkan pada

tingkat kepadatan kendaraan bermotor. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ipda

Purwantoro, Endiex (2017) selaku petugas dari bagian Unit Dikyasa Satlantas

Polres Malang terkait dengan kepadatan lalu lintas di Kota Malang, dihasilkan 3

lokasi pengamatan dan pengambilan sampel yang sesuai yaitu di Jl. Ahmad Yani

Utara dengan tingkat kepadatan tinggi (50 - > 100 kendaraan per jam), Jl. Jakarta

dengan tingkat kepadatan sedang (50-60 kendaraan per jam), dan kawasan

perumahan Araya dengan tingkat kepadatan rendah (< 10 kendaraan per jam),

Page 38: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

23

dengan jenis hanjuang yang diamati yaitu Hanjuang Merah (Cordyline terminalis

‟Rededge‟).

Lokasi pengamatan pertama berada di Jl. Ahmad Yani Utara dengan tingkat

kepadatan kendaraan paling tinggi (50 - > 100 kendaraan per jam). Pada lokasi

tersebut hanjuang ditanam di jalur hijau yang memisahkan ruas jalur kanan dan

kiri jalan raya atau berada tepat di tengah jalan dan langsung terpapar asap dari

kendaraan. Tingginya jumlah kendaraan yang melintas per jamnya dapat menjadi

salah satu penyebab tingginya polusi yang dihasilkan dan yang terserap oleh

tanaman. Pada lokasi tersebut dikarenakan dengan areanya yang sempit, pohon

besar tidak dapat ditanam di jalur hijau yang berada di tengah jalan atau yang

dapat disebut dengan median jalan, melainkan ditanam di jalur hijau di sisi kanan

dan kiri jalan sehingga tidak dapat menaungi hanjuang yang langsung terpapar

sinar matahari.

Lokasi pengamatan kedua berada di Jl. Jakarta dengan tingkat kepadatan

sedang (50-60 kendaraan per jam). Pada lokasi tersebut tanaman hanjuang

ditanam di jalur hijau yang juga berfungsi sebagai hutan kota sehingga memiliki

area yang lebih luas. Berbeda dengan lokasi di jalur hijau Jl. Ahmad Yani,

tanaman yang ditanam pada lokasi ini cukup banyak dan terdapat banyak pohon

yang menaungi, sehingga hanjuang tidak langsung terkena sinar matahari dan

terpapar asap kendaraan. Dilihat dari banyaknya tanaman lain yang ditanam pada

lokasi tersebut, lebih memungkinkan bahan pencemar yang keluar dari asap

kendaraan bermotor terserap oleh tanaman lain.

Lokasi pengamatan ketiga berada di kawasan perumahan Araya dengan

tingkat kepadatan rendah (< 10 kendaraan per jam). Pemilihan kawasan

perumahan sebagai salah satu lokasi pengamatan ditujukan sebagai lokasi

pembanding antara lokasi dengan tingkat kepadatan tingi dan sedang dengan

tingkat kepadatan kendaraan yang rendah. Kawasan perumahan yang lalu

lintasnya tidak sepadat di jalan raya, akan memberikan gambaran pertumbuhan

tanaman hanjuang dan dapat digunakan sebagai sampel tanaman pembanding.

Pada lokasi perumahan, kondisi lingkungan lebih menguntungkan untuk

pertumbuhan hanjuang dengan lalu lintasnya yang hanya ramai pada waktu

tertentu, yaitu pada pagi dan sore hari.

Page 39: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

24

Gambar 4. Penampilan Hanjuang Merah di Jl. Ahmad Yani Utara

Gambar 5. Penampilan Hanjuang Merah di Jl. Jakarta

Gambar 6. Penampilan Hanjuang Merah di Perumahan Araya

4.1.2 Analisis Kandungan Logam Berat Pb

Analisis kandungan Pb pada daun tanaman yang telah dilakukan pada ketiga

lokasi menghasilkan 3 kategori (skoring) yang berbeda yaitu tanaman dengan

Page 40: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

25

kandungan Pb rendah (0-1,99 mg/kg), sedang (2,00-3,99 mg/kg), dan tinggi (> 4

mg/kg).

Tabel 3. Hasil analisis kandungan Pb daun Hanjuang Merah di Jl. Ahmad Yani

Utara

Kode Tanaman Parameter Hasil Analisis

Skoring

Kadar Satuan

Sampel Bulan 1 Pb 0,97 ± 0,06 mg/kg 1

Sampel Bulan 2 Pb 6,49 ± 0,10 mg/kg 3

Sampel Bulan 3 Pb 1,70 ± 0,03 mg/kg 1

Hasil skoring kandungan Pb (Tabel 3) pada hanjuang di lokasi pengamatan

jalur hijau Jl. Ahmad Yani menunjukkan angka yang berbeda-beda yaitu dengan

skor rendah pada pengamatan 1 (0,97 mg/kg), skor tinggi pada pengamatan 2

(6,49 mg/kg), dan skor rendah pada pengamatan 3 (1,70 mg/kg). Salah satu skor

yang menghasilkan nilai tinggi sesuai dengan lokasi pengamatan yang berada di

daerah dengan tingkat kepadatan tinggi yaitu lebih dari 50 kendaraan melintas per

jamnya. Jenis kendaraan yang melintas di jalan ini terdiri dari kendaraan roda dua,

kendaraan roda empat atau kendaraan pribadi, dan kendaraan berat seperti truk

dan bus. Padatnya kendaraan yang melintas membuat kondisi lingkungan di lokasi

Jl. Ahmad Yani Utara banyak terpapar asap kendaraan yang berakibat pada

tingginya Pb yang terserap oleh tanaman.

Tabel 4. Hasil analisis kandungan Pb daun Hanjuang Merah di Jl. Jakarta

Kode Tanaman Parameter Hasil Analisis

Skoring

Kadar Satuan

Sampel Bulan 1 Pb 0,58 ± 0,03 mg/kg 1

Sampel Bulan 2 Pb 3,44 ± 0,00 mg/kg 2

Sampel Bulan 3 Pb 0,93 ± 0,03 mg/kg 1

Page 41: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

26

Hasil skoring Pb pada daun hanjuang di lokasi pengamatan Jl. Jakarta

menunjukkan hasil dengan nilai skor rendah hingga sedang, yaitu pada

pengamatan pertama dengan skor rendah (0,58 mg/kg), pengamatan kedua dengan

skor sedang (3,44 mg/kg), dan pengamatan ketiga dengan skor rendah (0,93

mg/kg). Skor pada lokasi tersebut tidak mencapai nilai tinggi karena memang

tingkat kepadatan kendaraannya yang sedang. Banyaknya tanaman yang ditanam

pada jalur hijau di Jl. Jakarta ini pun membuat polusi udara yang dihasilkan oleh

kendaraan tidak terlalu mencemari lingkungan karena banyak diserap oleh

tanaman tersebut. Hal ini berbeda dengan kondisi lingkungan di lokasi dengan

tingkat kepadatan tinggi dimana banyak debu dan asap kendaraan yang

mencemari udara dan banyak dihirup oleh pengguna jalan.

Kadar Pb yang diserap oleh hanjuang di lokasi Jl. Jakarta tidak mencapai 1

mg/kg pada 2 kali pengamatan, hal ini sesuai dengan pernyataan Sukarsono

(1998) bahwa kadar Pb normal dalam tumbuhan adalah 2-3 ppm (mg/kg). Namun

jika kadar Pb melebihi 3 ppm pada waktu tertentu dapat dikarenakan oleh

meningkatnya intensitas kendaraan yang melintas dan tidak terjadi hujan atau

tidak dilakukan penyiraman sehingga banyak Pb yang terakumulasi didalam daun

dan meningkatkan nilai skoring.

Tabel 5. Hasil analisis kandungan Pb daun Hanjuang Merah di Perumahan Araya

Kode Tanaman Parameter Hasil Analisis

Skoring

Kadar Satuan

Sampel Bulan 1 Pb 1,10 ± 0,12 mg/kg 1

Sampel Bulan 2 Pb 2,45 ± 0,13 mg/kg 2

Sampel Bulan 3 Pb 1,65 ± 0,04 mg/kg 1

Hasil skoring Pb pada daun hanjuang di lokasi pengamatan perumahan

Araya menunjukkan hasil dengan nilai skor rendah hingga sedang, yaitu pada

pengamatan pertama dengan skor rendah (1,10 mg/kg), pengamatan kedua dengan

skor sedang (2,45 mg/kg), dan pengamatan ketiga dengan skor rendah (1,65

mg/kg). Hasil skor tersebut menunjukkan angka yang sesuai jika dilihat dari

lokasi pengamatan yang berada di daerah perumahan dengan tingkat kepadatan

Page 42: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

27

rendah. Namun jika dilihat dari kadar hasil analisis Pb pada hanjuang, nilai

tersebut menunjukkan angka yang lebih besar dari lokasi sebelumnya di Jl. Jakarta

dengan tingkat kepadatan sedang, yaitu ketiga nilai tersebut lebih dari 1 mg/kg.

Selain dipengaruhi oleh intensitas kendaraan yang jumlahnya sudah

semakin meningkat walaupun berada di kawasan perumahan, lokasi tanam

hanjuang yang tidak terlalu jauh dengan gerbang masuk perumahan yang dekat

dengan jalan raya dan terminal pengisian bahan bakar kendaraan/pom bensin, bisa

menjadi penyebab lain masih terdapatnya kandungan Pb pada tanaman.

Kandungan Pb juga ditemukan dalam tanaman hanjuang yang ditanam di lokasi

kontrol atau jauh dari kendaraan yang melintas. Kadar Pb yang ditemukan dalam

tanaman hanjuang di lokasi kontrol UPT Kebun Garbis milik Dinas Perumahan

dan Kawasan Pemukiman Kota Malang adalah 0,76 mg/kg dan termasuk dalam

kategori skor 1 atau rendah.

4.1.3 Analisis Morfologi Tanaman

Pertumbuhan tanaman dapat menjadi indikator kecukupan sumber daya dan

interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan. Sumber daya meliputi berbagai

macam unsur hara dan air. Faktor-faktor lingkungan diantaranya adalah cahaya,

angin, suhu, kelembaban udara, dan beberapa bahan pencemar udara. Berdasarkan

hasil penelitian Salama et al. (2011), polusi udara dapat memberikan dampak

yang signifikan pada parameter morfologi jenis tanaman. Beberapa parameter

pengamatan terkait dengan morfologi tanaman memberikan hasil mengenai

respon pertumbuhan tanaman terhadap lingkungannya yang dekat dengan polusi

udara. Parameter yang telah diamati yaitu tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun,

warna daun, dan kondisi fisik tanaman.

1. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman hanjuang dilakukan di ketiga lokasi pengamatan

selama 3 bulan dengan selang waktu 1 minggu pengamatan. Jika terjadi

pertambahan ukuran maka dapat dinyatakan bahwa tanaman hanjuang mengalami

proses pertumbuhan, namun bila terjadi reduksi tinggi tanaman atau tidak adanya

pertambahan ukuran maka dapat dinyatakan pertumbuhan tanaman hanjuang

terhambat.

Page 43: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

28

Tabel 6. Tinggi tanaman Hanjuang Merah (cm tan-1

) pada tiga lokasi pengamatan

Lokasi Waktu Pengamatan (MST)

0 1 2

Jl. A. Yani Utara 72,60 76,60 78,38

Jl. Jakarta 74,50 77,75 78,88

P. Araya 75,25 78,25 79,50

66

68

70

72

74

76

78

80

82

0 1 2

Tin

ggi

Tan

am

an

(cm

)

Waktu Pengamatan (MST)

Jl. A. Yani Utara

Jl. Jakarta

P. Araya

Gambar 7. Kurva tinggi tanaman Hanjuang Merah (cm tan-1

) disertai dengan

standard error pada tiga lokasi pengamatan

Data yang terdapat didalam tabel 6 dan ditunjukan dalam kurva (Gambar 7)

memperlihatkan adanya peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman setiap

minggunya. Pada ketiga lokasi tersebut, lokasi perumahan Araya menunjukkan

hasil tinggi tanaman yang paling tinggi dengan tinggi awal tanaman sebesar 75,25

cm sampai dengan 79,50 cm di akhir pengamatan. Sedangkan untuk lokasi jalur

hijau di Jl. Ahmad Yani Utara menunjukkan hasil yang lebih pendek dengan

kedua lokasi lainnya yaitu dengan tinggi awal tanaman sebesar 72,60 cm sampai

dengan 78,38 cm di akhir pengamatan. Pertambahan ukuran tinggi tanaman yang

tidak begitu besar setiap minggunya dapat disebabkan salah satunya oleh jenis

tanaman hanjuang yang bersifat tahunan atau perennial, sehingga pengukuran

tinggi tanaman yang dilakukan satu minggu sekali tidak menunjukkan hasil

pertambahan ukuran yang besar.

Page 44: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

29

Setelah dilakukan uji statistik menggunakan data analysis pada Ms. Excel di

ketiga lokasi pengamatan, menghasilkan nilai P yaitu 0,93 pada lokasi Jl. Ahmad

Yani Utara, 0,95 pada lokasi Jl. Jakarta, dan 0,98 pada lokasi Perumahan Araya

(Lampiran 5, Tabel 13, 14, dan 15). Dilihat dari nilai P pada ketiga lokasi tersebut

dapat disimpulkan bahwa tinggi tanaman tidak berbeda nyata dengan taraf 5 %,

dengan hasil uji hipotesis H0 diterima, yaitu rata-rata tinggi hanjuang di ketiga

lokasi adalah sama.

Hanjuang yang ditanam di jalur hijau Jl. Ahmad Yani Utara langsung

terpapar oleh asap kendaraan dan tidak dinaungi oleh pohon atau tanaman lain,

tingkat kepadatan kendaraan yang tinggi pun juga semakin memperbanyak polusi

udara di sekitar tanaman. Hanjuang tersebut berada tepat di tengah jalan dengan

area tanam yang sempit, sedangkan jalur hijau di Jl. Jakarta dan perumahan Araya

memiliki area yang lebih luas sehingga masih dapat ditanami oleh pohon atau

tanaman lain dan tanaman tidak langsung terpapar oleh asap kendaraan yang

melintas. Namun dengan adanya perbedaan ukuran tersebut pada tinggi tanaman

dan kondisi lingkungan yang berbeda, tanaman hanjuang masih dapat tumbuh

dengan baik dan tidak mengalami reduksi tinggi tanaman. Sehingga dapat

dikatakan dengan kondisi lingkungan yang beragam tidak menghambat

pertumbuhan tanaman hanjuang.

2. Luas Daun

Pengamatan luas daun tanaman dilakukan di ketiga lokasi pengamatan

selama 3 bulan dengan selang waktu selama 1 minggu pengamatan.

Tabel 7. Luas daun tanaman Hanjuang Merah (cm2tan

-1) pada tiga lokasi

pengamatan

Lokasi Waktu Pengamatan (MST)

0 1 2

Jl. A. Yani Utara 107,03 112,58 129,85

Jl. Jakarta 81,83 90,03 101,93

P. Araya 94,83 100,64 112,69

Page 45: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

30

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0 1 2

Lu

as

Da

un

(c

m2)

Waktu Pengamatan (MST)

Jl. A.Yani Utara

Jl. Jakarta

P. Araya

Gambar 8. Kurva luas daun tanaman Hanjuang Merah (cm2tan

-1) disertai dengan

standard error pada tiga lokasi pengamatan

Pengamatan pada daun tanaman yang salah satunya adalah pengukuran

pertambahan luas daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan

juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi

seperti pada pembentukan biomassa tanaman. Pada data yang terlihat dalam tabel

7 dan ditunjukan dalam kurva (Gambar 8) dari rataan 5 sampel tanaman di tiap

lokasi, terdapat adanya peningkatan luas daun tanaman setiap minggunya. Nilai

luas daun hanjuang terbesar terdapat di lokasi jalur hijau Jl. Ahmad Yani Utara

dengan nilai awal luas daun yaitu 107,03 cm2 sampai dengan 129,85 cm

2 di akhir

pengamatan, sedangkan nilai luas daun terkecil terdapat pada sampel hanjuang di

lokasi jalur hijau Jl. Jakarta dengan nilai awal luas daun yaitu 81,83 cm2 dan nilai

akhir pengamatan 101, 93 cm2.

Setelah dilakukan uji statistik menggunakan data analysis pada Ms. Excel di

ketiga lokasi pengamatan, menghasilkan nilai P yaitu 0,14 pada lokasi Jl. Ahmad

Yani Utara, 0,35 pada lokasi Jl. Jakarta, dan 0,21 pada lokasi Perumahan Araya

(Lampiran 5, Tabel 16, 17, dan 18). Dilihat dari nilai P pada ketiga lokasi tersebut

dapat disimpulkan bahwa luas daun tanaman tidak berbeda nyata dengan taraf

5 %, dengan hasil uji hipotesis H0 diterima, yaitu rata-rata luas daun hanjuang di

ketiga lokasi adalah sama.

Page 46: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

31

Adanya peningkatan ukuran luas daun dapat membuktikan bahwa hanjuang

tidak mengalami hambatan pertumbuhan walaupun ditanam pada lokasi dengan

tingkat kepadatan tinggi sekalipun, yang daunnya terpapar polusi dari kendaraan

lebih banyak dibanding dengan kawasan perumahan. Kemampuan suatu tanaman

dalam menyerap polutan tentunya dipengerahui oleh karakteristik morfologi daun,

seperti ukuran dan bentuk daun. Kelebihan yang dimiliki oleh hanjuang adalah

daunnya yang termasuk dalam kategori daun berukuran besar, sehingga

diasumsikan jika hanjuang dapat menyerap lebih banyak bahan pencemar. Namun

kekurangan dari hanjuang adalah tekstur daunnya yang licin dan tidak memiliki

rambut sehingga bahan tercemar yang menempel dipermukaan jika tersiram atau

terkena air hujan akan jatuh ke tanah dan daun kembali tercuci bersih.

3. Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan di ketiga lokasi pengamatan

selama 3 bulan dengan selang waktu selama 1 minggu pengamatan. Pengukuran

jumlah daun tanaman dihitung berdasarkan daun yang telah membuka sempurna.

Jika terjadi kenaikan jumlah daun pada tanaman maka dapat diasumsikan jika

pertumbuhan tanaman tersebut baik, namun jika banyak terjadi penurunan maka

dapat diasumsikan bahwa kondisi lingkungan dengan contoh salah satunya yaitu

bahan pencemar turut berpengaruh terhadap proses gugur daun. Berikut ini adalah

tabel beserta kurva rataan dari 8 sampel tanaman yang diamati jumlah daunnya di

setiap lokasi pengamatan.

Tabel 8. Jumlah daun tanaman Hanjuang Merah (tan-1

) pada tiga lokasi

pengamatan

Lokasi Waktu Pengamatan (MST)

0 1 2

Jl. Ahmad Yani Utara 16,13 16,25 16,13

Jl. Jakarta 12,63 13,13 12,50

Perumahan Araya 10,88 11 10,38

Page 47: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

32

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 1 2

Ju

mla

h D

au

n (

hel

ai)

Waktu Pengamatan (MST)

Jl. A. Yani Utara

Jl. Jakarta

P. Araya

Gambar 9. Kurva jumlah daun Hanjuang Merah (tan-1

) disertai dengan standard

error pada tiga lokasi pengamatan

Pada data yang tersedia didalam tabel 8 dan ditunjukan dalam kurva

(Gambar 9), dapat dilihat bahwa jumlah daun hanjuang mengalami kenaikan dan

penurunan setiap minggunya. Data awal mengalami kenaikan pada pengamatan

kedua di setiap lokasi namun di akhir pengamatan mengalami penurunan. Jumlah

daun paling banyak terdapat di lokasi jalur hijau Jl. Ahmad Yani Utara dengan

nilai awal rataan yaitu 16,13 dan mengalami kenaikan di pengamatan kedua

dengan nilai rataan yaitu 16,25, sedangkan pada akhir pengamatan mengalami

penurunan dengan nilai rataan yaitu 16,13. Sama halnya dengan lokasi lain, nilai

untuk jumlah daun tanaman tidak mengalami kenaikan dan penurunan yang

signifikan.

Setelah dilakukan uji statistik menggunakan data analysis pada Ms. Excel di

ketiga lokasi pengamatan, menghasilkan nilai P yaitu 1 pada lokasi Jl. Ahmad

Yani Utara, 0,93 pada lokasi Jl. Jakarta, dan 0,49 pada lokasi Perumahan Araya

(Lampiran 5, Tabel 19, 20, dan 21). Dilihat dari nilai P pada ketiga lokasi tersebut

dapat disimpulkan bahwa jumlah daun tanaman tidak berbeda nyata dengan taraf

5 %, dengan hasil uji hipotesis H0 diterima, yaitu rata-rata jumlah daun di ketiga

lokasi adalah sama.

Page 48: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

33

Adanya penurunan nilai jumlah daun tanaman disebabkan oleh gugurnya

daun hanjuang yang tumbuh di batang bagian bawah tanaman. Bagian daun

tanaman terdiri dari daun muda yang belum berkembang penuh, dan daun yang

sudah berkembang penuh. Daun tanaman yang sudah berkembang penuh

kemudian dibagi lagi menjadi daun yang masih aktif berfotosintesis dan daun tua

(mati) (Sitompul, 2016). Daun hanjuang yang gugur inilah yang sudah termasuk

daun tua atau mati, yang menyebabkan adanya penurunan pada nilai jumlah daun

tanaman. Daun pada bagian bawah umumnya tidak dapat tersinari sinar matahari

secara langsung karena ternaungi oleh daun bagian atas dan daun tanaman lain.

Data pada lokasi Jl. Ahmad Yani menunjukkan pertumbuhan jumlah daun yang

baik karena walaupun lebih banyak terpapar oleh polusi udara jumlah daun yang

gugur masih dapat diimbangi dengan jumlah daun yang tumbuh, dan kondisi

lingkungan yang ekstrim tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan daun

tanaman.

4. Warna Daun

Pengamatan pada daun hanjuang yang juga diamati adalah warna daun

tanaman. Tidak seperti warna daun pada umumnya, warna daun pada jenis

Hanjuang Merah (Cordyline terminalis „Rededge‟) tidak berwarna hijau

keseluruhan melainkan hijau kemerahan, hijau keunguan, dan merah muda. Hal

ini dikarenakan selain klorofil yang memberi warna hijau pada daun juga terdapat

karotenoid yang memberi warna oranye atau kuning, dan antosianin yang berada

di sitoplasma dan memberikan warna merah muda, merah tua, dan biru pada

penampilan warna daun. Warna daunnya yang mempunyai nilai keindahan

tersendiri membuat hanjuang termasuk kedalam jenis tanaman hias.

(a) (b) (c)

Gambar 10. Warna daun tanaman Hanjuang Merah di Jl. Ahmad Yani Utara (a),

Jl. Jakarta (b), Perumahan Araya (c)

Page 49: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

34

Pengamatan warna daun yang dilakukan di 3 lokasi menghasilkan hasil

yang berbeda dikarenakan oleh perbedaan kondisi lingkungan di ketiga tempat

tersebut. Kondisi warna daun tanaman di jalur hijau Jl. Ahmad Yani Utara terlihat

gelap dengan warna hijau keunguan dan tidak berwarna „pink‟ cerah. Hasil

pengukuran pada Colour Chart yaitu PANTONE 19-1518 TPX (Puce). Hanjuang

yang ditanam di lokasi tersebut memiliki kondisi lingkungan yang paling banyak

terpapar polusi dari kendaraan dan sinar matahari langsung. Cahaya matahari yang

selain berperan dalam proses fotosintesis tanaman juga berperan dalam

menentukan pigmen warna pada daun. Intensitas cahaya matahari di lokasi

tersebut merupakan yang paling tinggi diterima oleh hanjuang dibandingkan ke

dua lokasi lainnya yaitu sebesar 1322 lux. Warna daun yang hijau keunguan dan

berwarna gelap didukung oleh pernyataan Fergusson dalam Hendrasarie (2007)

tentang kajian efektifitas tanaman dalam menyerap kandungan Pb di udara bahwa

pengaruh logam timbal dengan konsentrasi yang berlebih dalam tumbuhan yaitu

warna hijau gelap dan layu pada daun.

Warna daun tanaman di 2 lokasi lain yaitu di jalur hijau Jl. Jakarta dan

Perumahan Araya memiliki warna yang hampir sama namun jauh berbeda dengan

lokasi Jl. Ahmad Yani, yaitu hijau kemerahan hingga „pink‟ cerah. Hasil

pengukuran pada Colour Chart di Jl. Jakarta yaitu PANTONE 19-1860 TPX

(Persian Red), dan di perumahan Araya yaitu PANTONE 18-1945 TPX (Bright

Rose). Pada ke dua lokasi tersebut intensitas cahaya matahari tidak terlalu tinggi

dan masih dibawah 1000 lux yaitu untuk Jl. Jakarta dengan nilai 338 lux dan

Perumahan Araya dengan nilai 945 lux. Kondisi lingkungan yang cukup teduh

dan tidak dilewati banyak kendaraan per jamnya membuat daun hanjuang di ke

dua lokasi tersebut menunjukkan warna yang lebih cerah.

5. Kondisi Fisik Tanaman

Pengamatan kondisi fisik tanaman perlu dilaksanakan untuk mengetahui

kondisi aktual dari tanaman hanjuang di setiap lokasinya. Kondisi aktual yang

diamati dapat memberikan gambaran secara langsung tentang bagaimana

pertumbuhan dari tanaman tersebut, sehingga dapat menjadi salah satu indikator

apakah tanaman mengalami pertumbuhan dengan baik atau terhambat

pertumbuhannya.

Page 50: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

35

Tabel 9. Kondisi fisik tanaman Hanjuang Merah di Jl. Ahmad Yani Utara

Sampel Tanaman ke- Kondisi Fisik

1

- Daun kering pada bagian bawah tanaman

- Terdapat bintik-bintik hitam pada

permukaan daun

- Terdapat banyak debu yang menempel

pada daun

2 - Daun kering pada bagian tepi dan ujung

daun

3 - Terdapat gejala klorosis pada daun

- Terdapat banyak debu yang menempel

4

- Daun kering pada bagian bawah tanaman

- Terdapat bintik-bintik hitam pada

permukaan daun

- Terdapat banyak debu yang menempel

pada daun

5

- Daun kering pada bagian bawah tanaman

- Daun kering pada bagian tepi dan tulang

daun

6

- Daun kering pada bagian bawah tanaman

- Terdapat banyak debu yang menempel

pada daun

7

- Daun kering pada bagian bawah tanaman

- Terdapat bintik-bintik hitam pada

permukaan daun

- Daun kering pada bagian tulang daun

- Terdapat banyak debu yang menempel

pada daun

8

- Daun kering pada bagian bawah tanaman

- Terdapat bintik-bintik hitam pada

permukaan daun

- Terdapat banyak debu yang menempel

pada daun

Pemantauan secara biologis terkait polusi udara dengan menggunakan

bioindikator atau tanaman sebagai indikator menurut Mulgrew et al. (2000) dapat

dilakukan dengan dua metode yaitu :

Page 51: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

36

1. Metode pasif dilakukan dengan mengamati tanaman yang tumbuh secara

alami di dalam area yang dipantau,

2. Metode aktif dilakukan dengan mendeteksi adanya polusi udara dengan

menempatkan tanaman uji yang respon dan genotipenya telah diketahui, ke

daerah penelitian.

Pada lokasi pengamatan pertama yaitu di jalur hijau Jl. Ahmad Yani Utara,

kondisi fisik yang dapat diamati secara visual adalah batang dan daun tanaman,

karena tidak terdapat bunga yang tumbuh pada tanaman hanjuang dan akar

tanaman berada dibawah permukaan tanah. Secara umum kondisi batang yang

meliputi ranting dan cabang tidak menunjukkan adanya gejala atau visible

symptom. Gejala yang tampak terdapat pada daun hanjuang dimana ke 8 sampel

tersebut menunjukkan ciri-ciri gejala masing-masing namun yang mendominasi

adalah daun yang mengalami gejala kering terutama yang terdapat pada bagian

bawah tanaman. Daun kering pada bagian bawah tanaman dikarenakan daun

bagian bawah tidak lagi langsung terkena sinar matahari karena digantikan oleh

tunas baru dan ternaungi oleh daun bagian atas sehingga menghambat proses

fotosintesis. Daun bagian bawah yang sudah tidak melakukan proses fotosintesis

tersebut kemudian akan mengalami gejala kering dan mati.

Selain adanya gejala kering pada daun bagian bawah, pada tanaman juga

terdapat gejala klorosis, flecking atau bintik-bintik hitam pada permukaan daun,

dan terdapat banyak debu dan kotoran yang menempel. Tanaman yang tumbuh

didaerah dengan tingkat pencemaran tinggi dapat mengalami berbagai gangguan

pertumbuhan serta rawan akan berbagai penyakit, antara lain klorosis, nekrosis,

dan bintik hitam (Fatoba dan Emem, 2008).

Gambar 11. Gejala flecking/bintik hitam pada daun Hanjuang Merah di Jl. Ahmad

Yani Utara

Flecking/bintik hitam

Page 52: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

37

Tabel 10. Kondisi fisik tanaman Hanjuang di Jl. Jakarta

Sampel Tanaman ke- Kondisi Fisik

1 - Sedikit kering pada ujung daun

2 - Daun kering pada bagian tepi dan ujung

daun

3 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

4 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

5 - Daun kering pada bagian bawah tanaman

6 - Terdapat banyak debu yang menempel

pada daun

7 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

8 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

Pada lokasi pengamatan ke dua yaitu di jalur hijau Jl. Jakarta, kondisi fisik

yang dapat diamati secara visual sama dengan di lokasi sebelumnya yaitu batang

dan daun tanaman, karena tidak terdapat bunga yang tumbuh pada tanaman

hanjuang dan akar tanaman berada dibawah permukaan tanah. Secara umum

kondisi batang yang meliputi ranting dan cabang tidak menunjukkan adanya

gejala atau visible symptom. Daun pada ke 8 tanaman hanjuang secara

keseluruhan tidak menunjukkan gejala kerusakan, namun pada beberapa tanaman

hanya terdapat gejala kering pada bagian bawah tanaman maupun kering pada

ujung dan tepi daun. Hanjuang pada lokasi tersebut mendapatkan intensitas sinar

matahari yang cukup namun tidak terlalu terik karena masih ternaungi oleh pohon,

sehingga proses fotosintesis tanaman tidak mengalami hambatan. Lokasi tanam

hanjuang yang tidak terlalu dekat dengan jalan raya membuat daunnya tidak kotor

Page 53: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

38

terkena debu atau bahan pencemar lainnya, hanya ada satu sampel hanjuang yang

pada daunnya masih terdapat debu dan kotoran yang menempel.

Tabel 11. Kondisi fisik tanaman Hanjuang Merah di Perumahan Araya

Sampel Tanaman ke- Kondisi Fisik

1 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

2 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

3 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

4 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

5 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

6 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

7 - Daun kering pada bagian bawah tanaman

8 - Kondisi tanaman baik

- Tidak ada gejala yang tampak

Pada lokasi pengamatan ke tiga yaitu di jalur hijau kawasan perumahan

Araya, kondisi fisik yang dapat diamati secara visual sama dengan kedua lokasi

lainnya yaitu batang dan daun tanaman, karena tidak terdapat bunga yang tumbuh

pada tanaman hanjuang dan akar tanaman berada dibawah permukaan tanah.

Secara umum kondisi batang yang meliputi ranting dan cabang tidak

menunjukkan adanya gejala atau visible symptom. Dari hasil pengamatan yang

telah dilakukan, kondisi tanaman secara keseluruhan baik dan tidak menunjukkan

gejala berarti. Hanya terdapat satu tanaman yang mengalami gejala umum yaitu

daun kering pada bagian bawah tanaman. Tidak ditemukan gejala flecking/bintik-

bintik hitam pada permukaan daun, debu dan kotoran yang menempel, serta

Page 54: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

39

penyakit daun seperti klorosis dan nekrosis. Dilihat secara umum dimana kondisi

tanaman baik dan tidak adanya kerusakan pada kondisi fisik tanaman, dapat

dikatakan bahwa kondisi lingkungan pada lokasi tersebut mendukung

pertumbuhan dan perkembangan tanaman hanjuang.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Kemampuan Tanaman Hanjuang Merah (Cordyline terminalis

‘Rededge’) dalam Menyerap Logam Berat Pb

Pb atau timbal adalah salah satu logam berat yang berbahaya jika

terkandung dalam jumlah besar di udara dan melebihi ambang batas atau baku

mutu yang telah ditetapkan. Udara tercemar yang mengandung logam berat Pb

dapat ditimbulkan dari asap kendaraan bermotor, dimana bahan bakar minyak

(BBM) yang digunakan oleh kendaraan bermotor di Indonesia belum sepenuhnya

terbebas dari kandungan Pb. Nilai oktan paling rendah terdapat pada bahan bakar

jenih premium dengan RON (Research Octane Number) sebesar 88, dan pada

jenis premium inilah masih terkandung Pb sebesar 0,013 g/l yang termasuk

kedalam kategori rendah.

Campuran aditif Pb pada bensin yang berupa alkil timbal yaitu TEL (Tetra

Etil Lead) dan TML (Tetra Metil Lead), berfungsi sebagai zat anti ketuk (anti

knock) dalam meningkatkan nilai oktan agar getaran mesin kendaraan berkurang.

Pada daerah dengan tingkat kepadatan tinggi pasti akan mempengaruhi kadar Pb

di udara. Penggunaan Pb yang masih ditemukan dalam kehidupan sehari-hari ini

pun walaupun dengan intensitas yang terus dikurangi setiap tahunnya berakibat

pada masih ditemukannya Pb pada tanaman. Kemampuan tanaman dalam

menyerap Pb dapat diartikan yaitu tanaman yang memiliki kandungan Pb pada

daun namun tidak memiliki efek yang besar pada daun dan organ lain pada

tanaman tersebut (Fathia, 2014).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan (Tabel 12), pada 3

lokasi berbeda dengan tingkat kepadatan tinggi di Jl. Ahmad Yani Utara, tingkat

kepadatan sedang di Jl. Jakarta, dan tingkat kepadatan rendah di kawasan

perumahan Araya, ditemukan kandungan Pb dengan kadar berbeda dalam kurun

waktu selama 3 bulan pengamatan.

Page 55: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

40

Tabel 12. Kandungan Pb dalam daun Hanjuang Merah dan tanah di tiga lokasi

pengamatan berdasarkan waktu pengambilan sampel

Lokasi Pengamatan

Kadar Pb Daun (mg/kg)

Kadar Pb Tanah

(mg/kg) 1 Bulan

Pengamatan

2 Bulan

Pengamatan

3 Bulan

Pengamatan

Jl. A. Yani 0,97 6,49 1,70 39,33

Jl. Jakarta 0,58 3,44 0,93 13,47

P. Araya 1,10 2,45 1,65 8,94

UPT Kebun Garbis - - 0,76 -

Pada lokasi tanam hanjuang di jalur hijau Jl. Ahmad Yani Utara, di tiga kali

pelaksanaan pengujian sampel dihasilkan nilai kadar Pb yaitu pada pengujian

pertama 0,97 mg/kg dengan skor 1 (rendah), pengujian kedua 6,49 mg/kg dengan

skor 3 (tinggi), dan pengujian ketiga 1,70 mg/kg dengan skor 1 (rendah). Hasil

pengujian kedua pada lokasi tanam hanjuang di jalur hijau Jl. Jakarta, di tiga kali

pelaksanaan pengujian sampel dihasilkan nilai kadar Pb yaitu pada pengujian

pertama 0,58 mg/kg dengan skor 1 (rendah), pengujian kedua 3,44 mg/kg dengan

skor 2 (sedang), dan pengujian ketiga 0,93 mg/kg dengan skor 1 (rendah).

Hasil pengujian ketiga pada lokasi tanam hanjuang di jalur hijau perumahan

Araya, di tiga kali pelaksanaan pengujian sampel dihasilkan nilai kadar Pb yaitu

pada pengujian pertama 1,1 mg/kg dengan skor 1 (rendah), pengujian kedua 2,45

mg/kg dengan skor 2 (sedang), dan pengujian ketiga 1,65 mg/kg dengan skor 1

(rendah). Selain pada ketiga lokasi tersebut, dilakukan juga pengujian kadar Pb

dalam tanaman hanjuang di lokasi kontrol atau bebas kendaraan di UPT Kebun

Garbis milik Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Malang dengan

hasil 0,76 mg/kg yang masuk kedalam kategori 1 (rendah).

Pada pengamatan tersebut juga dilakukan pengujian sampel tanah dengan

hasil tertinggi berada di Jl. Ahmad Yani dengan nilai 39,33 mg/kg dan hasil

terendah berada di perumahan Araya dengan nilai 8,94 mg/kg. Kadar Pb dengan

nilai tinggi pada tanah di lokasi jalur hijau Jl. Ahmad Yani sudah melebihi

setengah dari baku mutu Pb di lingkungan yang ditetapkan yaitu dengan nilai

60 μg/m3

. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab didapatkannya nilai Pb paling

Page 56: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

41

tinggi pada hanjuang yaitu 6,49 mg/kg karena selain melalui stomata Pb juga

dapat diserap melalui akar tanaman. Pb adalah jenis bahan pencemar yang dapat

terakumulasi. Sesuai dengan pernyataan Dahlan (1989), akumulasi Pb di atas

vegetasi atau dalam tanah meningkat dengan meningkatnya kepadatan lalu lintas,

dan akumulasinya akan menurun dengan bertambahnya jarak dari tepi jalan raya.

Setelah dilakukan skoring untuk mengategorikan hasil kadar Pb dalam

tanaman hanjuang, diketahui bahwa nilai skor menunjukkan angka 1 sampai 3

yang berarti kandungan Pb didalam tanaman bervariasi antara rendah, sedang,

hingga tinggi. Skor yang berbeda-beda dapat dipengaruhi oleh umur tanaman atau

lama masa tanam dari hanjuang yang juga berbeda di masing-masing lokasi

pengamatan dan waktu pengambilan sampel yang berjarak 1 bulan pengamatan.

Lama paparan Pb pada tanaman dapat mempengaruhi banyaknya Pb yang diserap

oleh tanaman, semakin lama lingkungan tanam dari hanjuang terpapar bahan

pencemar Pb dapat meningkatkan kandungan Pb dalam tanaman. Hanjuang di Jl.

Ahmad Yani Utara dan Jl. Jakarta memiliki 2 tahun masa setelah tanam, dan

hanjuang di perumahan Araya memiliki 5 tahun masa setelah tanam.

Nilai kadar Pb yang menunjukkan adanya penurunan dari bulan kedua pada

bulan ketiga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan. Hanjuang yang memiliki

daun licin tidak menjerap Pb dengan baik, karena permukaan daun akan bersih

kembali ketika terkena air. Waktu pengambilan sampel yang dilakukan setelah

kegiatan penyiraman menjadi salah satu penyebab menurunnya kadar Pb pada

tanaman. Faktor angin dan tidak padatnya jumlah kendaraan yang melintas juga

dapat menyebabkan Pb yang terkandung dalam tanaman menurun. Namun masih

ditemukannya kandungan Pb didalam tanaman berbanding terbalik dengan hasil

pengukuran Pb di udara yang menghasilkan nilai 0 μg/m3

pada pengujian kualitas

udara di salah satu lokasi dengan tingkat kepadatan cukup tinggi yaitu di Terminal

Arjosari Jl. Raden Intan, Kelurahan Arjosari, Kecamatan Blimbing Kota Malang

oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Malang pada tahun 2015 (Tabel 1).

Kondisi tersebut membuktikan bahwa Pb masih digunakan oleh manusia

dalam kegiatan sehari-hari dan sebagai contoh Pb masih digunakan sebagai zat

aditif pada bensin walaupun sudah terdapat upaya penghapusan bensin bertimbal

seperti yang tertuang dalam UU No. 23/1997 dan instruksi Menteri Lingkungan

Page 57: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

42

Hidup RI tahun 2000 tentang penghapusan bensin bertimbal secara bertahap di

seluruh Indonesia dan ditargetkan pada tahun 2005 bahan bakar kendaraan

sudah bebas dari kandungan Pb (Gusnita, 2012). Namun hingga saat ini upaya

tersebut belum tuntas untuk dilaksanakan dan peningkatan jumlah kendaraan

setiap tahunnya akan memberikan dampak pencemaran udara yang buruk jika

tidak diimbangi dengan penggunaan bahan bakar yang benar-benar ramah

lingkungan.

4.2.2 Pengaruh Kandungan Pb dengan Pertumbuhan Tanaman Hanjuang

Merah (Cordyline terminalis ‘Rededge’)

Bahan pencemar berbentuk zat maupun partikel yang terkandung dalam

polusi udara yang dihasilkan oleh aktivitas manusia maupun gejala alam, akan

menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan makhluk hidup disekitarnya. Jika

pada manusia dan hewan dapat terhirup masuk kedalam paru-paru ketika bernafas,

beberapa tumbuhan juga dapat menyerap partikel tersebut melalui stomata.

Menurut Dahlan (1989), masuknya partikel Pb ke dalam jaringan daun karena

ukuran stomata daun yang cukup besar dan ukuran partikel Pb yang lebih kecil

daripada ukuran stomata. Pb masuk ke dalam daun melalui proses penjerapan

pasif. Akumulasi Pb di dalam jaringan daun akan lebih besar daripada bagian

lainnya. Jumlah kandungan Pb dalam suatu jenis tanaman bervariasi menurut

organ tanaman tersebut.

Sama halnya dengan gejala kesehatan yang ditimbulkan jika terlalu banyak

bahan pencemar yang dihirup oleh manusia, adanya bahan pencemar yang

terakumulasi didalam tumbuhan dapat menimbulkan gejala tertentu. Hubungan

antara kandungan logam berat Pb terhadap pertumbuhan tanaman hanjuang dapat

diamati melalui morfologi tanaman tersebut. Pertambahan jumlah daun menjadi

salah satu indikator respon tanaman terhadap bahan pencemar udara, selain itu

juga terdapat pengamatan tinggi tanaman, warna daun, dan kondisi fisik tanaman.

Namun pertumbuhan tanaman berdasarkan pertambahan luas daun merupakan

indikator yang lebih baik sebagai respon terhadap pencemar udara. Jika pada

kondisi terpolusi tanaman mempunyai pertambahan luas daun yang tinggi, maka

kemampuan untuk menyerap pencemar udara diharapkan juga lebih besar

(Sulistijorini 2008).

Page 58: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

43

Berdasarkan hasil analisa regresi linier di lokasi pengamatan Jl. Ahmad

Yani antara kadar Pb dengan luas daun, menghasilkan nilai persamaan regresi

yaitu y = 7,915 – 0,042x, yang berarti setiap penambahan 1% tingkat luas daun

(x), maka kadar Pb (y) akan meningkat sebesar -0,042. Selanjutnya setelah

dilakukan uji hipotesis/uji pengaruh dengan membandingkan nilai signifikan

(Sig.) dengan probabilitas 0,05 dihasilkan nilai (Sig.) = 0,894 > 0,05 yang berarti

H0 diterima H1 ditolak, dengan pengertian tidak ada pengaruh luas daun terhadap

kadar Pb atau tidak terjadi signifikan antara variabel independen dan dependen.

Kadar Pb yang mengalami kenaikan dan penurunan tidak berbanding lurus

dengan nilai luas daun yang tetap mengalami peningkatan dalam 3 minggu masa

pengamatan. Sehingga hubungan antara kadar Pb dengan luas daun pada lokasi Jl.

Ahmad Yani Utara dinyatakan negatif atau tidak memiliki keterkaitan diantara

keduanya. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa kandungan Pb pada

tanaman tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman terutama untuk pertambahan

luas daun tanaman, dimana daun berperan besar terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis.

Hal ini didukung oleh pengujian kadar Pb pada tanaman yang dilakukan

menggunakan sampel daun, dimana Pb akan lebih banyak terkandung dalam daun

tanaman dibandingkan dengan organ lainnya. Celah stomata yang mempunyai

panjang sekitar 10 μm dan lebar antara 2-7 μm, dan dengan ukuran partikel Pb

yang demikian kecil, yaitu kurang dari 4 μm dan rerata 0,2 μm maka partikel akan

masuk ke dalam daun lewat celah stomata tersebut serta menetap dalam jaringan

daun dan menumpuk di antara celah sel jaringan pagar/polisade dan atau jaringan

bunga karang/spongi tissue (Smith, 1981). Partikel Pb yang tidak larut dalam air,

akan menyebabkan senyawa Pb dalam jaringan terperangkap dalam rongga antar

sel di sekitar stomata sehingga kandungan Pb lebih banyak terdapat pada daun

tanaman.

Berdasarkan hasil analisa regresi linier selanjutnya yaitu di lokasi

pengamatan Jl. Jakarta, menghasilkan nilai persamaan regresi yaitu y = 1,555 +

0,001x, yang berarti setiap penambahan 1% tingkat luas daun (x), maka kadar Pb

(y) akan meningkat sebesar 0,001. Selanjutnya setelah dilakukan uji hipotesis/uji

pengaruh dengan membandingkan nilai signifikan (Sig.) dengan probabilitas 0,05

Page 59: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

44

dihasilkan nilai (Sig.) = 0,996 > 0,05 yang berarti H0 diterima H1 ditolak, dengan

pengertian tidak ada pengaruh luas daun terhadap kadar Pb atau tidak terjadi

signifikan antara variabel independen dan dependen.

Sama halnya dengan lokasi sebelumnya di Jl. Ahmad Yani Utara, nilai luas

daun menunjukkan hasil yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kadar Pb

pada tanaman. Tanaman hanjuang memiliki kemampuan dalam menyerap Pb

namun Pb tidak menghambat pertumbuhannya. Luas daun mengalami

peningkatan yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh kandungan Pb dalam tanaman

yang mengalami peningkatan dari pengujian pertama ke pengujian kedua, dan

penurunan kandungan Pb pada pengujian ketiga. Hal tersebut juga dapat

dipengaruhi oleh kadar Pb yang termasuk kedalam kategori rendah hingga sedang

dengan nilai kadar Pb berkisar pada 0,58-3,44 mg/kg yang ditemukan dalam

sampel daun tanaman, dan belum mencapai nilai tinggi sehingga tidak

menghambat pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil analisa regresi linier pada lokasi pengamatan terakhir di

Perumahan Araya, menghasilkan nilai persamaan regresi yaitu y = 0,079 +

0,016x, yang berarti setiap penambahan 1% tingkat luas daun (x), maka kadar Pb

(y) akan meningkat sebesar 0,016. Selanjutnya setelah dilakukan uji hipotesis/uji

pengaruh dengan membandingkan nilai signifikan (Sig.) dengan probabilitas 0,05

dihasilkan nilai (Sig.) = 0,861 > 0,05 yang berarti H0 diterima H1 ditolak, dengan

pengertian tidak ada pengaruh luas daun terhadap kadar Pb atau tidak terjadi

signifikan antara variabel independen dan dependen.

Nilai kadar Pb pada tanaman mengalami kenaikan dan penurunan sama

dengan kedua lokasi sebelumnya pada tingkat kepadatan berbeda. Kandungan Pb

dalam tanaman termasuk kedalam kategori rendah hingga sedang dengan skor 1

pada pengujian sampel pertama, skor 2 pada pengujian sampel kedua, dan skor 1

pada pengujian sampel ketiga. Luas daun tanaman tidak mengalami penurunan

ketika kandungan Pb dalam tanaman meningkat, dan tidak menunjukkan adanya

pengaruh diantara luas daun dan kandungan Pb pada pengukuran data yang telah

dilakukan.

Lokasi tanam hanjuang yang berada di kawasan perumahan dengan tingkat

kepadatan rendah memberikan kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan

Page 60: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

45

hanjuang. Menurut Harahap dalam Rangkuti (2005), semakin jauh jarak tanaman

dari sumber pencemar maka kandungan timbal pada tanaman semakin menurun.

Meskipun setelah dilakukan pengujian masih terdapat kadar Pb pada hanjuang,

namun Pb yang masih dalam konsentrasi rendah hingga sedang tersebut tidak

menghambat pertumbuhan tanaman dibuktikan dengan morfologi tanaman dengan

kondisi baik.

Hasil uji hipotesis menunjukan tidak adanya pengaruh pertambahan luas

daun pada kandungan Pb dalam tanaman. Hubungan kadar Pb dengan luas daun

tanaman di 3 lokasi pengamatan dengan tingkat kepadatan kendaraan berbeda

menunjukkan hasil yang sama yaitu H0 diterima atau tidak adanya pengaruh luas

daun terhadap kadar Pb pada hanjuang. Kandungan Pb paling tinggi dalam

tanaman hanjuang yang dihasilkan pada lokasi pengamatan Jl. Ahmad Yani Utara

tidak mempengaruhi pertambahan luas daun tanaman yang mengalami

peningkatan yang stabil setiap minggunya. Selain itu, pengamatan lain pada

morfologi hanjuang seperti tinggi tanaman, jumlah daun, warna daun, dan kondisi

fisik tanaman tidak menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan yang

disebabkan oleh bahan pencemar Pb.

Kandungan Pb dalam hanjuang tidak mempengaruhi pertumbuhannya

dikarenakan masih terkandung dalam kadar normal Pb dalam tanaman. Bahan

pencemar Pb akan mengganggu pertumbuhan tanaman bila melebihi ambang

batas normal atau dalam jumlah yang sangat tinggi. Kovacs (1992) menyatakan

bahwa pencemaran udara akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan

tanaman disebabkan oleh terhambatnya asupan hasil fotosintesis kepada sel-sel

apikal dan akan menyebabkan terhambatnya pembelahan dan pemanjangan sel

sehingga mempengaruhi pertumbuhan luas permukaan daun. Hal ini juga

dinyatakan dalam penelitian Pandey dan Agrawal (1994) yang menunjukkan

terjadinya reduksi tinggi tanaman, diameter batang, biomassa tanaman, dan

jumlah daun dari tanaman-tanaman di lingkungan urban. Namun dari hasil

pengamatan morologi tanaman tidak terjadi reduksi pada pertumbuhan tinggi

tanaman dan pertambahan luas daun tanaman, hanya pada jumlah daun tanaman

yang mengalami kenaikan dan penurunan setiap minggunya.

Page 61: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

46

Meningkatnya jumlah dan luas daun tanaman tentu akan mempengaruhi

seberapa besar Pb yang dapat diserap oleh tanaman, karena daun adalah organ

yang paling penting dalam menyerap bahan pencemar yang ada di lingkungan

tumbuh tanaman tersebut dengan peran dari proses membuka dan menutupnya

stomata pada daun. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Juni et al. (2002)

yaitu, masuknya partikel timah hitam (Pb) dipengaruhi oleh ukuran daun.

Semakin besar ukuran daun dan semakin banyak jumlah stomatanya maka

semakin besar pula Pb yang diserap masuk ke dalam daun. Meskipun

terkandungnya Pb didalam tanaman tidak mempengaruhi pertambahan luas daun

tanaman, jika pertambahan luas daun semakin meningkat maka potensi jumlah Pb

yang diserap kedalam tanaman akan semakin meningkat.

Pb yang tercemar di udara tentunya akan memberikan pengaruh yang besar

jika sudah melewati baku mutu kualitas udara yang sudah ditetapkan karena akan

lebih banyak terserap oleh tanaman dan terhirup oleh makhluk hidup lainnya.

Namun nilai kadar Pb yang ditemukan dalam hanjuang belum mencapai ambang

batas dan masih didalam batas normal yaitu kurang dari 1 hingga 3 ppm, dan

kandungan normal pada tanaman berkisar antara 2-3 ppm (Sukarsono, 1998).

Hanya pada waktu tertentu pengujian yang dilakukan menghasilkan kadar Pb

dengan skor 3 (tinggi) dengan nilai 6,49 mg/kg. Hanjuang dengan kategori

kandungan Pb tinggi tersebut ditanam di jalur hijau pada lokasi yang memang

memiliki tingkat kepadatan tinggi yaitu di Jl. Ahmad Yani Utara.

4.2.3 Respon Tanaman Hanjuang Merah (Cordyline terminalis ‘Rededge’)

terhadap Logam Berat Pb

Pengamatan pertumbuhan tanaman hanjuang dan pengujian kadar Pb telah

dilaksanakan untuk mengetahui respon tanaman hanjuang tersebut terhadap bahan

pencemar Pb. Pengukuran kualitas udara yang telah dilakukan di Kota Malang

(Tabel 1), menunjukkan bahwa tidak terdapatnya logam berat Pb di udara dengan

hasil 0 μg/m3. Namun setelah dilakukan pengujian kadar Pb dalam tanaman

hanjuang di 3 lokasi pengamatan dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang, dan

rendah, masih terdapat logam berat Pb dalam hanjuang di ketiga lokasi tersebut.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai rataan

dari tinggi tanaman, dan luas daun tanaman mengalami peningkatan, namun untuk

jumlah daun hanjuang mengalami kenaikan dan penurunan. Rataan tinggi

Page 62: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

47

tanaman di 3 lokasi pengamatan mengalami peningkatan dengan tinggi tanaman

tertinggi berada di lokasi pengamatan dengan tingkat kepadatan rendah yaitu di

perumahan Araya dengan nilai 75,25-79,5 cm, sedangkan untuk nilai rataan

terendah berada di lokasi pengamatan dengan tingkat kepadatan tinggi yaitu di Jl.

Ahmad Yani Utara dengan nilai 72,63-78,38 cm.

Selain tinggi tanaman, luas daun tanaman juga mengalami peningkatan di 3

lokasi tersebut. Namun berbeda dengan tinggi tanaman, luas daun tanaman

tertinggi berada pada lokasi dengan tingkat kepadatan tinggi di Jl. Ahmad Yani

dengan nilai 107,03-129,85 cm2, dan nilai terendah berada di lokasi Jl. Jakarta

dengan nilai 81,83-101,93 cm2. Nilai rataan jumlah daun tanaman bervariasi di 3

lokasi pengamatan, namun jumlah daun dengan nilai rataan yang konstan berada

di lokasi Jl. Ahmad Yani Utara. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan

yang padat kendaraan hingga dapat menyebabkan kemacetan pada waktu tertentu

tidak menghambat pertumbuhan tanaman.

Asap kendaraan pada lokasi dengan tingkat kepadatan tinggi akan lebih

banyak mencemari lingkungan dan bahan pencemar akan lebih banyak terserap

oleh tanaman disekitarnya, namun jika tanaman tersebut masih dapat tumbuh

dengan baik dapat dinyatakan bahwa tanaman tersebut memiliki respon positif

terhadap bahan pencemar dan bersifat toleransi atau memiliki kemampuan dalam

menyerap bahan pencemar tersebut tanpa membuat pertumbuhan tanaman

terhambat atau mati.

Pb yang juga masih ditemukan dalam hanjuang yang ditanam di lokasi

kontrol dengan kadar nilai Pb yang rendah, membuktikan bahwa lingkungan Kota

Malang belum sepenuhnya terbebas dari logam berat Pb. Pb yang berbentuk zat

dan partikel dapat melayang di udara sebagai komponen dari polusi udara.

Kandungan Pb dalam tanaman hanjuang juga dapat disebabkan oleh tanaman

tersebut yang menyerap langsung bahan pencemar Pb melalui stomata di daun,

dan menyerapnya melalui akar dimana logam berat Pb sudah terakumulasi di

dalam tanah pada lokasi tanam tanaman tersebut.

Gejala flecking/bintik hitam serta klorosis yang tampak pada daun tanaman

menjadi beberapa ciri terdapatnya Pb dalam hanjuang, namun untuk morfologi

tanaman lainnya secara keseluruhan menghasilkan respon yang baik atau

Page 63: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

48

pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Bahan pencemar yang diserap tanaman

dapat menyebabkan perubahan kondisi fisiologi tanaman yang melibatkan

berbagai reaksi biokimia. Jika tanaman terpapar pencemar udara dalam jangka

panjang maka respon yang dapat timbul adalah terjadinya kerusakan yang

dapat diamati (visible symptom) atau terjadi perubahan laju pertumbuhan vegetatif

tanpa disertai visible symptom (Malhotra dan Khan 1984).

Selain disebabkan oleh nilai kadar Pb yang masih dalam kategori normal,

tanaman hanjuang juga termasuk kedalam tanaman yang mampu bertahan hidup

dalam kondisi ekstrim sekalipun yang tahan dengan kondisi suhu lingkungan

cukup tinggi yaitu 18-35oC dan kelembaban udara: 80-100%. (Direktorat

Budidaya dan Pasca Panen Florikultura. 2012). Tanaman hanjuang juga tidak

termasuk kedalam tanaman yang sensitif/peka terhadap bahan pencemar. Kondisi

tersebut menguntungkan untuk pengembangan tanaman hanjuang sebagai salah

satu ciri khas flora Kota Malang. Hanjuang yang mampu tumbuh baik ditanam di

lokasi dengan tingkat kepadatan kendaraan tinggi seperti di jalur hijau Jl. Ahmad

Yani Utara dan dapat dikembangkan untuk ditanam di lokasi-lokasi jalur hijau

lainnya untuk lebih mempercantik Kota Malang.

4.2.4 Rekomendasi

Pemilihan tanaman pada RTH Kota Malang tentunya selain didasarkan pada

nilai estetika juga didasarkan pada nilai fungsional yang dapat diberikan oleh

tanaman tersebut. Hanjuang adalah tanaman yang mempunyai nilai estetika

dengan daunnya yang menarik berwarna hijau kemerehan hingga keunguan, dan

dengan nilai estetika yang dimilikinya tersebut, membuat hanjuang ditetapkan

sebagai salah satu ciri khas flora Kota Malang, bersama dengan dua tanaman lain

yaitu puring (Codiaeum variegatum) dan kol banda (Pisonia alba). Selain itu

hanjuang juga memiliki nilai fungsional yang bermanfaat dalam kesehatan dan

pengendali polutan.

Hanjuang memiliki fungsi kesehatan yaitu daunnya dapat digunakan sebagai

obat sakit kepala, diare, disentri, TBC paru, asma, sakit kulit, inflamasi mata, sakit

punggung, rematik, dan encok (Bogoriani et al., 2007). Tanaman ini juga

berkhasiat untuk menghentikan perdarahan (hemostatis), menghancurkan darah

beku pada memar, dan obat wasir. Sedangkan dalam fungsi pengendali polutan,

Page 64: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

49

hanjuang dapat menyerap beberapa bahan berbahaya seperti trikhloroetilen,

benzena, NO2, dan logam berat Pb yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor

(Nasrullah et al., 2000).

Namun penanaman hanjuang di RTH terutama di jalur hijau jalan yang

banyak dilintasi oleh kendaraan masih kurang dikembangkan. Hanjuang pada

lokasi jalur hijau jalan tertentu hanya ditanam dalam beberapa plot saja dan

kurang menambah estetika dari jalur hijau tersebut. Hanjuang pada beberapa jalur

hijau di jalan utama Kota Malang juga terlihat dikurangi dan digantikan oleh

tanaman lain. Hal ini cukup disayangkan mengingat hanjuang merupakan salah

satu maskot flora Kota Malang yang seharusnya penanamannya lebih

dikembangkan agar lebih dikenal oleh masyarakat di Kota Malang sendiri maupun

masyarakat dari daerah lain yang sedang berkunjung/berwisata. Selain itu,

hanjuang juga baik dikembangkan untuk ditanam pada jalur hijau setelah diteliti

mampu mengurangi pencemaran udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor

dengan dapat menyerap logam berat Pb namun tetap memiliki respon

pertumbuhan yang baik.

Page 65: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

50

5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanjuang memiliki kemampuan dalam

menyerap Pb. Nilai kandungan Pb terendah dengan skor 1 (0,58 mg/kg) terdapat

di lokasi tanam jalur hijau Jl. Jakarta dan nilai kandungan Pb tertinggi dengan

skor 3 (6,49 mg/kg) terdapat di lokasi tanam jalur hijau Jl. Ahmad Yani Utara.

Hasil pengamatan morfologi tanaman menunjukkan bahwa Pb yang diserap oleh

tanaman tidak menghambat proses pertumbuhan tanaman. Hanjuang di lokasi

dengan tingkat kepadatan tinggi yaitu di Jl. Ahmad Yani Utara memiliki kondisi

morfologi yang baik sama dengan kondisi morfologi pada lokasi dengan tingkat

kepadatan sedang yaitu di Jl. Jakarta dan rendah yaitu di Perumahan Araya, serta

pada kondisi lingkungan bebas kendaraan di UPT Kebun Garbis.

Kandungan Pb masih didalam batas normal Pb dalam tanaman yaitu 2-3

ppm sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hubungan kandungan

Pb dengan luas daun hanjuang menunjukkan tidak adanya pengaruh pertambahan

luas daun dengan kadar Pb dalam tanaman, namun semakin meningkatnya

pertambahan luas daun tanaman akan berpotensi pada penyerapan Pb yang lebih

tinggi kedalam tanaman. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

hanjuang memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat Pb tanpa

menghambat proses pertumbuhannya, sehingga dapat dinyatakan hanjuang

memiliki respon pertumbuhan yang baik dan memiliki sifat ketahanan terhadap

Pb.

5.2. Saran

Penelitian selanjutnya disarankan menambah jumlah sampel jenis tanaman

untuk mengetahui respon tanaman lainnya yang biasa ditanam pada jalur hijau

jalan khususnya dengan tingkat kepadatan kendaraan tinggi agar dapat lebih

menambah komposisi tanaman. Pemilihan tanaman di jalur hijau terutama dengan

tingkat kepadatan sedang sampai tinggi, disarankan tanaman yang efektif

mengurangi (menyerap dan menjerap) polutan dan toleran terhadap paparan polusi

udara dan menghindari tanaman sensitif pada area terpolusi tinggi.

Page 66: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

51

DAFTAR PUSTAKA

Badan Lingkungan Hidup Kota Malang. 2015. Report of Analysis: Kualitas Udara

Ambien (Outdoor). Jakarta: PT. PETROLAB Services.

Bappeko (Badan Perencanaan Pembangunan Kota). Wasbangdaling. Kota

Malang. 2007.

Bogoriani, N. W., Sri R. S., dan I. A. R. Astiti Asih. 2007. Isolasi Senyawa

Sitotoksik dari Daun Andong (Cordyline terminalis Kunth). Jurnal Kimia.

1(1):40-44.

Budiyono, Afif. 2001. Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara Pada

Lingkungan. Jurnal Penelitian Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara.

2(1):21-27.

Carpenter, P.L., T.D. Walker, and F.O. Lanphear. 1975. Plant in The Landscape.

W.H. Freemann And Company. San Fransisco. p. 468.

Dahlan, E.N. 1989. Dampak Pencemaran Udara terhadap Manusia dan beberapa

Komponen Sumber Daya Alam. Media Konservasi. 2(2):39-44.

Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota DKI Jakarta. 2001. Daftar Istilah. Jakarta:

Tidak dipublikasikan. p. 11.

Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura. 2012. Informasi Teknis

Budidaya Tanaman Pot dan Lansekap: Seri Tanaman Hias Potensial

Penyerap Polutan. Direktorat Jenderal Hortikultura. p.23-25.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).

Jakarta: Bina Karya.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2008. Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang

Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Direktorat Jenderal

Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum.

Eckholm, P.E. 1983. Masalah Kesehatan: Lingkungan sebagai Sumber Penyakit.

Jakarta: PT. Gramedia. p.107-126.

Ekawati, Natalia. N., M. Saleh Soeaidy., dan H. Ribawonto. 2014. Kajian

Dampak Pengembangan Pembangunan Kota Malang Terhadap Kemacetan

Lalu Lintas (Studi pada Dinas Perhubungan Kota Malang). Jurnal

Administrasi Publik (JAP). 2(1):129-133.

EPA (Environmental Protection Agency). 2017. Sumber Pencemaran Udara

[online]. https://www.epa.gov/stationary-sources-air-pollution. Diakses

pada 31 Januari 2017.

Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. p. 61.

Fathia, Luki. A.N. 2014. Analisis Kemampuan Tanaman Semak di Median Jalan

dalam Menyerap Logam Berat Pb. Skripsi. Malang: Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya.

Fatoba, P.O. and G.U. Emem. 2008. Effects of Some Heavy Metals on

Chlorophyll Accumulation in Barbula lambaranesis. Journal of

Ethanobotanical Leaflets. 11(2):776-783.

Page 67: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

52

Grey, GW dan FJ Deneke. 1978. Urban forestry. New York: John Wiley and

Sons, Inc.

Gusnita, D. 2012. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Di Udara Dan Upaya

Penghapusan Bensin Bertimbal. Bandung: Berita Dirgantara

13(3):100.

Haryanti, D., D. Budianta dan Salni. 2013. Potensi Beberapa Jenis Tanaman Hias

sebagai Fitoremediasi Logam Timbal (Pb) dalam Tanah. Jurnal Penelitian

Sains. 16(2 D):16211-52 -16211-58.

Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Edisi Kesatu. Semarang: IKIP

Semarang Press.

Hendrasarie, N. 2007. Kajian Efektifitas Tanaman Dalam Menjerap Kandungan

Pb di Udara. Jurnal Teknik Lingkungan. 3(2):1-15.

Ipda Purwantoro, Endiex “Interview”. 2017. Interview of Traffic Density in

Malang. Unit Dikyasa Satlantas Polres Malang. Jl. Jaksa Agung Suprapto,

Rampal Celaket, Klojen, Kota Malang.

Juni, A dan Ketut, I. 2002. Kandungan Timah Hitam (Plumbum) Pada Tanaman

Peneduh Jalan Di Kota Denpasar. Jurusan Biologi F. MIPA-UNUD.

Kovacs. 1992. Trees as biological indicators. In: Biological Indicators in

Environmental Protection. New York: Kovacs, M. (ed), Ellis Horwood.

Lestari, G. dan I.P.Kencana. 2015. Tanaman Hias Lanskap. Edisi Revisi. Jakarta:

Penebar Swadaya. p.196.

Librawati, T.P, 2005. Analisis Cemaran Pb pada Bawang Daun (Allium fistulosum

L) di daerah Dieng Wonosobo. Skripsi. Fakultas Biologi Unsoed

Purwokerto.

Malhotra, S.S. and A.A. Khan. 1984. Biochemical and Physiological Impacts of

Major Pollutants. In Treshow M. 1989 eds. Air Pollution and Plant Live.

John Wiley & Sons Ltd. New York. pp. 113 – 157.

Manik, K.E.S. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.

Manik, S. Tunjung, W. Prihanta, dan E. Purwanti. 2015. Analisis Kandungan

Timbal (Pb) pada Daun Tamarindus indica dan Samanea saman di

Kecamatan Garum Kabupaten Blitar. Seminar Nasional XII Pendidikan

Biologi FKIP UNS 2015. Malang: PS Penddk Biologi-FKIP-UMM.

p. 817.

Mansfield, T.A. 1976. Effect of Air Pollution on Plants. Cambridge, London:

Cambridge University.

Mengel K. dan E.A. Kirby. 1987. Principles of Plant Nutrition. New York:

International Potash Institute.

Mulgrew, Angela and Peter Williams. 2000. Biomonitoring of Air Quality Using

Plants. WHO Collaborating Centre for Air Quality Management and Air

Pollution Control [Online]. http://umweltbundesamt.de/whocc/AHR10/I-

Introd. htm>. Diakses pada 1 Agustus 2017.

Page 68: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

53

Nasrullah, N., S. Gandanegara, H. Suharsono, M. Wungkar, dan A. Gunawan,

2000. Pengukuran Serapan Polutan Gas NO2 pada Tanaman Tipe Pohon,

Semak, dan Penutup Tanah dengan Menggunakan Gas NO2 bertanda 15

N.

Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop

dan Radiasi. Bandung: Institut Pertanian Bogor.

Pandey J, Agrawal M. 1994. Evaluation of Air Pollution Phytotoxicity in

Seasonally Dry Tropical Urban Environment Using Three Woody

Perennials. New Phytol. 126: 53-64.

Pemerintah Kota Malang. 2016. Keadaan Geografi [online].

http://malangkota.go.id/sekilas-malang/geografis/. Diakses pada 22

Desember 2016.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Plantamor. 2012. Informasi spesies: Hanjuang Cordyline terminalis (L.) Kunth

[online]. http://www.plantamor.com/index.php?plant=1738/. Diakses pada

2 Mei 2016.

Rahadiyan, Bovi A.C dan Naniek Ratni J.A.R. 2013. Tingkat Kemampuan

Penyerapan Tanaman Hias Dalam Menurunkan Polutan Karbon

Monoksida. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 4(1):58.

Rangkuti, Marlinda N.S. et al., 2005. Kemampuan Menjerap Timbel (Pb)

Beberapa Jenis Tanaman Penghijauan Di Jalan Tol Jagorawi: Analisis

Struktur Anatomi Dan Histokimia. Jurnal Analisis Lingkungan. 2(1):117-

127.

Salama HMH, Al-Rumaih MM, Al-Dosary MA. 2011. Effect of Riyadh Cement

Industry Pollutions on some Physiological and Morphological Factors of

Daturainnoxia mill, Plant. Saudi Journal Biology Science. 18(1):227-237.

Santi, D. 2001. Pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Serta Penanggulangannya.

Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. p. 1.

Shannigrahi, A.S., T. Fukushima, and R.C. Sharma. 2003. Air Pollution Control

by Optimal Green Belt Development Around the Victoria Memorial

Monument, Kolkata (India). Journal Environmental Studies. 60(3):241-

249.

Shirvani, Hamid. 1985. Urban Design Process. New York: Van Nostrand

Reinhold.

Simonds, J.O. dan B.W. Starke. 2006. Landscape Architecture. New York:

McGraw-Hill Book Co. p. 396.

Sitompul, S.M. 2016. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Malang: Universitas

Brawijaya Presss (UB Press). p. 74, p. 86.

Smith WH. 1981. Air Pollution and Forest: Interaction Between Air

Contaminants and Forest Ecosystems. New York: Springer-Verlag.

Smith, J. 1981. Air Pollution and Plant Life. Chichester, New York: John Willey

& Sons Ltd.

Page 69: RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI …repository.ub.ac.id/5911/1/Priskara S.P, Ni Wayan.pdf · 2020. 6. 28. · 2 RESPON TANAMAN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA BERBAGAI

54

Soedomo M., Usman K, dan Djajadiningrat S T., Darwin. 1990. Model

Pendekatan dalam Analisis Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara,

Studi Kasus di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Penelitian KLH. Bandung:

Jurusan Teknik Lingkungan ITB.

Sukarsono. 1998. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan di Kebun

Raya Bogor. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sulistijorini, Mas‟ud ZA, Nasrullah N, Bey A, Tjitrosemito S. 2008. Tolerance

Level of Roadside Trees to Air Pollutants Based on Relative Growth Rate

and Air Pollution Tolerance Index. Hayati Journal Biology Science.

15(3):123-129.

Surani, R., 2002. Pencemaran dan Toksi-kologi Logam Berat. Kesehatan

Lingkungan. Jakarta: Gadjah Mada University Press.

Wilmer, C.M. 1986. Stomata. London: Longman. p. 166.