respon masyarakatterhadapkegiatan perbaikan …

8
J. MANUSIADAN LINGKUNGAN,Vol.13,No.1, Maret2006: 1-8 RESPON MASYARAKATTERHADAPKEGIATAN PERBAIKAN KAMPUNG: KASUSKAMPUNGKOTADIYOGYAKARTA (Community Respond to Kampung Improvement Activities: Case Urban Kampung in Yogyakarta) Atyanto Dharoko FakultasTeknikUniversitasGadjahMada,Yogyakarta Abstrak Kegiatan perbaikan kampung yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta merupakan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas lingkungan kampung kota dengan tujuan lebih lanjut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mayarakat penghuni. Pendekatan yang paling sepadan digunakan adalah metoda community empowerment approach. " Yogyakarta menjadi salah satu sasaran utama dari berbagai program perbaikan kampung karena memilikimasalahlingkunganyangcukup kompleksdengan adanya perkembangankampung-kampung kumuh dan illegal yang tersebardi dalam wilayah kota. Perkembangan berbagai kegiatan perbaikan kampung selama ini menunjukkan hasil yang bervariasi karena dipengaruhi oleh kondisi kampung yang beraneka ragam serta pemahaman masyarakat yang berbeda-beda dalam melihat persoalan fenomena kampung mereka. Penelitian menyimpulkan bahwa pemahaman masyarakat dalam satu wilayah kampung yang sarna sangat bervariasi sehingga keberlanjutan dari berbagai program perbaikan kampung belum dapat dicapai. Pada kondisi pemahaman masyarakat yang rendah disebabkan karena pra kondisi yang dilakukan sangat kurang untuk memperoleh tingkat keberlanjutan yang tinggi, oleh karena itu diperlukan upaya yang lebih baik oleh para inisiator pada masa pra kegiatan terutama dalam bentuk pemahaman masyarakat terhadap program dengan benar. Kata kunci: sepadan, pemahaman, keberlanjutan Abstract Kampllllg improvement activities developed by authority, community and sponsoring bodies are strategic efford to enchance environmental quality of the kampung and finally enhancing the" commllliity prosperity. The most compatible approach to develope is community empowerment basis. Yogyakarta becomes one of the target since the city faces a complicated problems in environ- mental aspect. The improvement of kampung shows a various achievement because the awareness and concept of inhabitants are also varies. It is concluded that different concept and interpretation among communities, authority and sponsoring bodies to understand the real problems of kampungs makes the participation of com- mllllities and sustainability become weaks. It is important for initiators understanding that pre conditioning becomes a key success for the programs. Key words: compatible, awereness, sustainability

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

J. MANUSIADANLINGKUNGAN,Vol.13,No.1, Maret2006: 1-8

RESPON MASYARAKATTERHADAPKEGIATAN PERBAIKAN KAMPUNG:KASUSKAMPUNGKOTADIYOGYAKARTA

(Community Respond to Kampung Improvement Activities:Case Urban Kampung in Yogyakarta)

Atyanto DharokoFakultasTeknikUniversitasGadjahMada,Yogyakarta

Abstrak

Kegiatan perbaikan kampung yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun sektor swastamerupakan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas lingkungan kampung kota dengan tujuanlebih lanjut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mayarakat penghuni. Pendekatan yang palingsepadan digunakan adalah metoda community empowerment approach. "

Yogyakartamenjadi salah satu sasaran utama dari berbagai program perbaikan kampung karenamemilikimasalahlingkunganyangcukup kompleksdengan adanyaperkembangankampung-kampungkumuh dan illegal yang tersebardi dalam wilayah kota. Perkembangan berbagai kegiatan perbaikankampung selama ini menunjukkan hasil yang bervariasi karena dipengaruhi oleh kondisi kampungyang beraneka ragam serta pemahaman masyarakat yang berbeda-beda dalam melihat persoalanfenomena kampungmereka.

Penelitian menyimpulkan bahwa pemahaman masyarakat dalam satu wilayah kampung yangsarna sangat bervariasi sehingga keberlanjutan dari berbagai program perbaikan kampung belumdapat dicapai. Pada kondisi pemahaman masyarakat yang rendah disebabkan karena pra kondisiyang dilakukan sangat kurang untuk memperoleh tingkat keberlanjutan yang tinggi, oleh karena itudiperlukan upaya yang lebih baik oleh para inisiator pada masa pra kegiatan terutama dalam bentukpemahaman masyarakat terhadap program dengan benar.

Kata kunci: sepadan, pemahaman, keberlanjutan

Abstract

Kampllllg improvement activities developed by authority, community and sponsoring bodiesare strategic efford to enchance environmental quality of the kampung and finally enhancing the"commllliity prosperity. The most compatible approach to develope is community empowermentbasis.

Yogyakartabecomes one of the target since the cityfaces a complicated problems in environ-mental aspect. The improvement of kampung shows a various achievement because the awarenessand concept of inhabitants are also varies.

It is concluded that different concept and interpretation among communities, authority andsponsoring bodies to understand the real problems of kampungs makes the participation of com-mllllities and sustainability become weaks. It is important for initiators understanding that preconditioning becomes a key success for the programs.

Key words: compatible, awereness, sustainability

2 J. MANUSIADAN LINGKUNGAN Vol. 13, No.1

I. PENDAHULUAN

Salah satu faktorpendorongmeningkatnyajumlah penduduk perkotaan dari sisi eksternaladalah berbagaikesempatanuntukmemperolehmasa depan yang lebih baik dibandingkandi perdesaan. Salah satu wujud nyata dalamkehidupan masyarakat urban adalah tumbuhserta berkembangnya perkampungan slum,squatter dan informal di perkotaan.Perkampungan kota tumbuh secara organisberdasarkan pada potensi dan permasalahankhas yang ada di dalam wilayah kampung.

Program perbaikan perkampungan kotamempunyai tujuan atau konsep untukmeningkatkan kualitas prasarana lingkungandengan tujuan lanjut adalah akan memberidampak pada peningkatan prasarana ekonomidan kesehatan masyarakat. Disinilah artistrategisnya, namun tingkat keberhasilannyaakan sangat tergantung pada pemahamanmasyarakat dan cara implementasinya.

Konsep perbaikan kampung kota adalahcommunity based empowerment, oleh sebabitu keberhasilannya sangat tergantung daritingkat keterlibatan dan pemahamanmasyarakat (Altman, 1993).Dengan demikianperiode pasca huni yaitu pengembangan olehmasyarakatsendirimenjadisangatpentingagarterjadisustainabilitypembangunanlingkungankampung selanjutnya oleh masyarakat sendiri.

Kota Yogyakarta berkembang denganpesat selama dekade terakhir ini. Per-kampungan di pusat kota mengalami prosespemadatan baik fisik maupun kegiatannya,sedangkan dari perluasan kotaditandai denganpertumbuhan perkampungan di pinggir kota(Pemda, 1998). Salah satu penggerakpermbangunan perkampungan kota adalahprogram perbaikan kampung di Yogyakartayang membangunberbagaikomponenterutamainfrastruktur.

Salah satu aspek penting untuk dilakukanpenelitian adalah mengetahui seperti apapemahaman penghuni kampung terhadapberbagai upaya perbaikan kampung selama inidan seperti apa partisipasi penghuni dalam

kegiatan perbaikan kampung. Menurut Lucy(1986)" keberlajutan perbaikan permukimansangat ditentukan oleh faktor pemahaman danseberapa partisipasi penghuni dalam kegiatanpengembangan permukiman.

II. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pola pemahamanmasyarakat terhadap program perbaikankampung yang dilakukan selama periode1995-2005.

2. Untuk mengetahui bentuk partisipasimasyarakat terhadap program perbaikankampung yang dilakukan selama periode1995-2005

3. Untuk mengetahui tingkat keberlanjutanyang dilakukan oleh masyarakat

III. TINJAUAN PUSTAKA

Payne (1984) menyebutkan bahwahubungan desa dengan kota dapat dijelaskandalam konstelasi hubungan struktur core(perkotaan) dengan periphery (perdesaan)dalam bentukmobilitasraw materials,produksimanufaktur, migrasi/commuting saving danwages serta tenaga kerja. Dengan mobilitastersebut maka terbentuklah hubungan salingtergantung dan salingmengisiantara perdesaandan perkotaan.

Secara garis besar kampung kota dapatdigolongkanatasdasar lokasidan perkembang-annya, sebagai berikut (Dharoko. A, 1998).1. Urbanized kampung, yaitu kampung kota

yang berada di pusat kota dan biasanyamemiliki ciri kepadatan penduduk yangtinggi, kualitas infrastruktur lingkunganyang rendahdan kadang-kadang statusnyaillegal.

2. Semi urbanized kampung, yaitu kampungyang berada di pinggir kota.Ciri-ciri kampung seperti itu juga

ditekankan oleh Herlianto (1981) yang lebihmenekankan fokus pada'rendahnya kualitasfasilitas infrastruktur dan fasilitas umumlainnya.

Maret2006 DHAROKO,A. :RESPONMASYARAKAT 3

Masyarakat kampung kota menggambar-kan masyarakat transisi dari rural ke urban,dari pertanian ke spesialis, dari tradisional kemodern dan dari gotong-royong ke hubunganformal(Choguill. 1997)).Namun secaraumumdapat dikatakan bahwa tingkat kerjasamamasyarakat kampung kota masih sangat tinggidan kondisi ini menjadi modal yang sangatpotensialuntukupayapengembangankampungkota.

Dengan demikian community basedempowerment pada hakekatnya adalahpembangunan yang berpihak pada masyarakattermasuk dalam decision making sehinggasangat cocok dengan ciri-ciri masyarakat

- ""'"

+

- -.-

kampung kota. Mair.L(1994) lebih menekan-kan empowennent pada pengertianketerlibatanlangsung masyarakat (participation) dalammenangani masalah-masalah lokal sehinggapemahaman dan share merupakan dua halyang sang at penting untuk menciptakansustainability dan kemandirian.

Disisi lain, Brookfied (1994) menyatakandalam bukunya berjudul InterdependentDevelopment, bahwa respon memiliki unsurpokok understanding, awareness, share danparticipation. Oleh karena itu dapat diambilpengertian bahwa respon masyarakat terhadappembangunan lingkungan hunian dapat dilihatdari dinamika pemahaman (awareness) dan

--

~t

J

,, I

j/j

J(,{\.

IJ

,"

" ,

Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian

'..

4 1.MANUSIADANLINGKUNGAN VoI.13.No.1

partisipasi (participation) mereka. dankesemua itu berpengaruh pada keberlanjutanpembangunan oleh mereka sendiri.

IV. METODOLOGI

A. Wilayah PeneIitianAtas dasar asumsi bahwa karakter fisik

dan sosial-ekonomi suatu kampung sangatberperandalam menunjangkeberhasilanupaya-upaya perbaikan kampung, maka wilayahpenelitiandikelompokkankedalam 2 kelompokkelurahan atas dasar lokasinya terhadap pusatkota (gambar 1)yaitu:1. Kelurahan yang berada di pusat kota,

terdiri atas:a. Purwokinanti

b. Ngupasanc. Demangan

2. Kelurahan yang berada di pinggir kota,terdiri atas:a. Kricakb. Bener

c. GiwanganKelurahan terse but telah memperoleh

berbagai bentuk program perbaikan kampungcukup intensifantara tahun 1995-2002,dengandemikiandampaknyasudahdapatdi identifikasisaat ini.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini ingin mengetahui beberapasifat khas penghuni kampung kota yang dilihatdari beberapa aspek, namun ingin mengetahuikeutuhan (wholeness) dari obyek, artinya datayang dikumpulkan dipelajari sebagai suatu ke-seluruhanyang terintegrasi.Melihatkonsepter-sebutmaka penelitianinimenggunakanmetodeStudi Kasus (Vredenbregt 1980).Lebih lanjutdikatakan salah satu ciri metde Studi Kasus

adalah menggunakan tabulasi silang (crosstabulation) untuk meng-hubungkan sejurnlahvariabel untuk mencari keutuhan.

c. Pengumpulan DataPengumpulan data berbasis data sekunder

diperoleh dari survei instansi kecamatan dao

kelurahan, sedangkan data primer diperolehdari penyebaran angket kepada masyarakatsecara purposive dan pengamatan langsung diwilayah penelitian. Angket terdiri ataspertanyaan tertutup maupun terbuka, sebanyak20 orang setiap kelurahan yang diwakili olehaparat kelurahan, tokoh masyarakat danmasyarakat.

D. Aspek Respon MasyarakatUntuk meneliti fenomena masyarakat

dalam menjawab tujuan penelitian maka,digunakan indikatorsebagai berikut:1. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap

kegiatan perbaikan kampung mereka.2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam

proses perbaikan kampung.3. Tingkat relevansi komponen program

dengan kebutuhan riil versi masyarakat.4. Tingkat kemampuan masyarakat untuk

mengelola fasilitas infrastruktur yang ada.

V. HASIL PEMBAHASAN DANPEMBAHASAN

1. KependudukanJumlah penduduk di kelurahan wilayah

penelitianbervariasiantara4000 sid 14.000jiwadengankepadatanpendudukberkisarantara 36-319jiwa/ha. Variasiyang ada menggambarkanbahwa penduduk pusat kota lebih banyak danlebihpadatdibandingkanperkampunganpinggirkota. Mata pencaharian penduduk semuawilayah penelitian juga bervariasi terdiri atasPNS, ABRI, swasta,pedagang, petani, jasa danpensiunan.

Kondisi penduduk tersebut menggafT!bar-kan keadaan sosial, ekonomi dan fisik wilayahpenelitian bervariasi. Hal tersebut sangatpotensial membentuk pola pikir masyarakatyang berbeda-beda terhadap pemahaman artirumah dan lingkungan perumahan mereka.Latar belakang dan pengalaman selalu menen-tukan konsep dan pola berpikir masyarakatyang berbeda-beda terahadap pemahaman artirumah dan lingkungan perumahan mereka.Latarbelakangdan pengalamanpada umumnya

Maret 2006 DHAROKO,A. :RESPONMASYARAKAT 5

selalu menentukan konsep dan pola berpikirmasyarakat untuk merespon sesuatu yangterjadi di sekitar mereka (Carter 1981).

Dengan demikian menjadi jelas bahwaperbedaan lingkungan fisik, latar belakang danpengalaman suatu masyarakat dapat mem-pengaruhi pola berpikir dan akhimya responyang berbeda-beda masyarakat satu denganlainnya. Untuk itu bahasan berikutnya akanmerumuskan perbedaan-perbedaan tersebut.

2. Pemahaman MasyarakatDari hasil angket diketahui bahwa

pemahaman masyarakat terhadap program-program perbaikan kampung masih terbataspada perbaikan fisik infrastruktur lingkungandan belumpada tujuan lebih lanjut yaitu untukmeningkatkan kesejahteraan yaitu sebesar61,2 % (Tabel 1). Pemahaman seperti itudipengaruhi oleh berbagai bentuk penyuluhan

yang lebih dipahami oleh masyarakat (sebesar59%) menekankanpadasubstansikegiatanfisik(Tabel2). .

Masyarakat kampung pinggir kota sebesar54,6% lebih memahami bahwa perbaikankampung lebih memiliki tujuan kesejahteraandibandingkan dengan masyarakat kampungkota. Hal ini dibuktikan bahwa masyarakatkampung pinggir kota (51,6%) berpartisipasilebih ke aspek non materi sehingga rasaketerlibatannya lebih besar (TabeI3).

3. Partisipasi MasyarakatPartisipasi masyarakat pada tahap awal

yaitu pada tahap penyuluhan dan perencanaancukup besar, demikian pula pada tahappelaksanaan. Ada perbedaan berarti padapartisipasipenduduk kelurahanpusat kota yangcenderung berpartisipasi dalam bentukmenyediakan konsumsi sementara penduduk

Tabel 1. Pemahaman Masyarakat terhadap Program Perbaikan Kampung

No KelurahanPemahaman (% responden)

Meningkatkan Perbaikan Membangunkesejahteraan lingkungan fasilitas baru

20 70 10

6 63 31

18 82

63 37

34 63

36 54

1 Purwokinanti

2 Ngupasan

3 Demangan4 Kricak

5 Sener

6 Giwangan

Sumber: Hasil angket 2003

Tabel 2. Kegiatan Penyuluhan

No KelurahanSubstansi Penyuluhan(% responden)

Penjelasan Penjelasan Kurangfisik Kegiatan ekonomi memahami

46 27 27

73 9 18

50 26 24

36 18 46

56 11 33

82 - 18

1 Purwokinanti

2 Ngupasan

3 Demangan4 Kricak

5 Sener

6 Giwangan

Sumber: Hasil angket 2003

6 J. MANUSIADAN LINGKUNGAN Vol. 13.No.1

kampung pinggir kota lebih cenderungdiwujudkan dalam bentuk non material yaitutenaga (Tabel 3).

Fakta tersebut sesuai dengan karakteristikmasyarakatkampungkotayang lebihbercirikanmasyarakat urban yang telah dipengaruhikehidupan patembayan. Sementara itumasyarakat kampung pinggir kota lebihbercirikan kehidupan paguyuban perdesaan(Keller 1984). Dengan demikian partisipasimasyarakat kampung kota dalam bentuk ma-terial bangunandan konsumsitampaklebihfor-maldibaningkan masyarakatpinggir kota yangcenderung berpartisipasi dalam bentuk tenagaatau menurut istilah mereka sebagai partisipasilangsllng.

Selain partisipasi menonjol dalam bentuktenagadan konsumsi,sumbangandalam bentukmaterial bangunan juga cukup besar seperti dikelurahan Demangan dan Giwangan. Haltersebut menggambarkan komitmen masya-rakat yang besar walaupunpemahaman tentangperbaikan kampung sangat bervariasi.

4. Relevansi terhadap Kebutuhan RiiIMasyarakatRelevansi yang dimaksud adalah

kesesuaian antara komponen yang dibangunoleh program-program perbaikan kampungdengan kebutuhannyata masyarakat. Program-program pada umumnya membangunkomponenjalan lingkungan,sanitasi,kemudian

Tabel 3. Bentuk Partisipasi Masyarakat

No KelurahanBentuk Partisipasi (% responden)

Tenaga Material Konsumsi Pengawasn Lain-lain

1 Purwokinanti 26 9 42 9 14

2 Ngupasan 25 - 50 - 24

3 Demangan 37 27 17 - 20

4 Kricak 48 14 38

5 Bener 56 8 26 10

6 Giwangan 41 22 19 - 18

Sumber: Hasil angket 2003

Tabel 4. Perbandingan Komponen yang Dibangun dengan Harapan Masyarakat

Jenis Komponen (% responden)

No Kelurahan Jalan Sanitasi Sampah Air Bersih Drainase

A B A B A B A B A B

1 Purwokinanti 50 - 22 20 11 - 11 20 5 60.

2 Ngupasan 47 - 20 - 33

3 Demangan 78 - 11 . 11 25 - 75

4 Kricak 54 4 46 - - - - 96

5 Bener 46 33 23 - 8 67 8 - 15

6 Giwangan 47 - 21 - 16 - 11 - 5

Sumber: Hasil angket 2003

Keterangan: A = informasi responden tentang komponen dibangunB =ekspresi responden tentang kebutuhan riil

Maret 2006 DHAROKO,A. :RESPONMASYARAKAT 7

Tabel 5. luran Wajib untuk Pengelolaan Infrastruktur

No Kelurahan

1 Purwokinanti

2 Ngupasan

3 Demangan4 Kricak

5 Bener

6 Giwangan

Sumber: Hasil angket 2003

fasilitas persampahan. Namun pernyataanresponden tentang komponen program yangdiharapkan atau dianggap lebih sesuaimenghasilkan informasi yang berbedasebagaimana terbaca pada Tabel 4.

Dari hasil angket pada Tabel 4 tergambarbahwa relevansi yang paling rendah justruberada pada kelurahan-kelurahan pusat kota.Hal terse but terkait dengan pemahamanmasyarakat terhadap konsep perbaikankampungmasihterbatas sehinggamerumuskankebutuhan punjuga belum komprehensif.

5. Tingkat Kemampuan untuk Menge-lola Lebih LanjutAspek sustainability dalam program

perbaikan kampung mengandung pengertianbahwa masyarakat mempunyai kemampuandan kesadaran untuk memelihara infrastruktur

lingkungan kampung. Tanpaditunjang dengankesadaran dan kemampuan ekonomi, sulitdiharapkan masyarakat mampu memeliharainfrastruktur dengan baik.

Hasil jejak pendapat tergambar bahwasebagian responden mengelola dengan sistemiuran wajib secara rutin, namun sebagiankeberatandengan iuran wajib dan sebagian lagiberpendapat bahwa iuran wajib tidak dikeloladengan baik oleh pengelola (Tabel 5). Tampakbahwa penduduk kampung pusat kota lebihmemilihbentukpartisipasiformaldalam bentukiuran wajib (sebesar 81 %) untuk biayapemeliharaanlingkungandibandingkandenganbentuk lainnya. Penduduk perkampungan

luran Wajib untuk Pengelolaan (% responden)

Ada Tidak Ada

94 6

86 14

64 36

34 66

27 63

64 36

pinggir kota tidak melakukan iuran wajib(sebesar 55%) dan lebih memilihmengerjakannya secara bersama-sama ataubergiliran.Dengansistemyang berbedatersebuttampak bahwa proses berkelanjutan untukmemeliharafasilitaslingkungansetelahprogramperbaikankampungdapat terjadinamundengancara yang berbeda.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KesimpulanDari hasil pembahasan dapat ditarik

kesimpulan bahwa pemahaman masyarakatkampung kota yang diteliti terhadap maksuddan tujuan perbaikan kampung berbeda antarapusat kota dan pinggir kota.Fenomena tersebutdipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomiyang berbeda. Perbedaan pemahaman tersebutmembentuk ekspresi prioritas dan kebutuhanriil yang berbeda antar kampung yang ditelitidan antara penduduk dengan penyandang pro-gram (Pemerintah dan Lembaga NonPemerintah).

Partisipasi penduduk kampung pusat kotacenderung berbeda dengan pinggir kota.Penduduk pusat kota cenderung berpartisipasidalam bentuk konsumsi (material) sementarapendudukpinggirkotacenderungdalam bentuktenaga (non-materian).

Tingkat keberlanjutan yang dilihat daTisistem iuran wajib yang dikelola masyarakatkampung yang diteliti tergambar moderat yaitu62%. Oleh karenaitu,dapatdisimpulkantingkat

8 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 13,No.1

keberlanjutan (sustainability) dapat terjadinamun masih diperlukan dorongan terusmenerus dari pemerintah maupun sponsor.

2. SaranPotensi masyarakat kampung yang diteliti

untuk memelihara infrastruktur cukup tinggi,oleh karena itu yang diperlukan lebih lanjutadalah memberikanknowledge kepada merekaten tang pentingnya memiliki lingkunganpermukiman yang sehat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan diterbitkannya artikel ini, dengantulus diucapkan terima kasih sebesar-besamyakepada Kepala Pusat Studi Lingkungan HidupUGM, redaktur Jurnal Manusia dan Ling-kungan, dan semua pihak atas kesediaannyauntuk memberikan masukan dan mengkoreksinaskahini.

DAFTAR PUSTAKA

Dharoko. A (1998). Kampung Kota: SuatuFreed yang Dinamis. SeminarPerkotaan. Universitas Diponegoro.

Herlianto (1981). Program PerbaikanKampung. Direktorat Perumahan.Bandung.

Mair. L (1994). Anthropology and Development. Mac Millan Education Ltd.London.

Payne. G (1984). Low-Income Housing inthe Developing World: The Roleof Site and Services and SettlemelztUp Grading. Jon Willey & Sons Ltd.

ChoguilI. C (1997). New Communities forUrban Squatters. Plenum Press. NewYork.