respirasi...2 laporan ini dibuat untuk mengetahui volume dari o2 dan co2 serta membuktikan bahwa...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
RESPIRASI
Oleh :
Golongan C/Kelompok 3
1. Moch. Rizqillah Mubarok (161510501101)
2. Shafira Ezza Ervina (161510501116)
3. Afifa Mayrefi Widyastuti (161510501118)
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses metabolisme berlangsung pada semua makhluk hidup dengan energi
yang dibutuhkan berupa ATP yang dihasilkan dalam proses respirasi. Selama
proses respirasi semua bentuk karbohidrat seperti lemak dan tepung berubah
menjadi energi untuk metabolisme dalam bentuk ATP dimana energi ATP
digunakan oleh tanaman untuk mengeluarkan panas akibat pelepasan energi,
sintesis senyawa baru, dan pengambilan ion-ion dalam tanah. Respirasi pada
tanaman yaitu proses pengubahan energi kimia dengan bentuk karbohidrat yang
digunakan dalam proses metabolisme dalam tanaman salah satunya proses
fotosintesis. Salah satu bahan penting yang dibutuhkan selama reaksi respirasi
adalah oksigen. Reaksi tersebut terjadi di daun tepatnya pada sitoplasma dan
mitokondria.
Terdapat dua macam respirasi berdasarkan kebutuhannya akan oksigen
yaitu reaksi respirasi aerobik, dimana reaksi tersebut membutuhkan oksigen dan
anaerobik yang tidak membutuhkan oksigen serta biasa disebut dengan
fermentasi. Tahapan penting pelepasan energi kimia dalam respirasi terdiri oleh
beberapa tahapan yang terjadi secara bertahap yaitu oksidasi, perombakan
molekul, transfer energi. Pengertian lain dari reaksi respirasi yaitu respirasi adalah
proses pemindahan energi dari suatu ikatan kimia menjadi suatu ikatan ATP yang
memiliki energi yang tinggi dan dipakai dengan segera dalam proses yang hidup.
Proses tersebut terdiri atas sintesis, gerak transpor dan juga absorpsi unsur hara.
Reaksi kimia dari proses respirasi memiliki banyak sumber bahan bakar
salah satunya adalah bahan bakar pati. Reaksi kimia dengan bahan utama pati
memiliki tiga tahapan penting selama terjadinya reaksi yaitu perombakan gula
dengan bentuk C6 menjadi Asam piruvat dalam bentuk C3 dan biasa disebut
glikolisis. Perombakan asam piruvat menjadi karbondioksida yang terjadi pada
siklus kreb. Tahap transfer energi yang biasa disebut fosforilasi oksidatif. Oksigen
serta karbondioksida yang dihasilkan selama proses respirasi maka dari itu
2
laporan ini dibuat untuk mengetahui volume dari O2 dan CO2 serta membuktikan
bahwa suhu dapat berpengaruh terhadap proses respirasi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui volume O2 dan CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi.
2. Membuktikan bahwa suhu berpengaruh pada proses respirasi.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi merupakan salah satu cara tumbuhan untuk tetap tumbuh dan
bertahan hidup dengan cara membebaskan energi yang tersimpan dalam suatu zat
melalui proses kimia menggunakan oksigen. Dengan kata lain respirasi
merupakan pengambilan O2 di alam untuk memecah senyawa organik dan
menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Respirasi juga termasuk katabolisme
yaitu metabolisme tumbuhan yang memecah molekul molekul organik menjadi
molekul anorganik CO2 dan H2O (Slot and Kitajima, 2014).
Respirasi secara umum merupakan suatu proses metabolisme tumbuhan
untuk menghasilkan energi yang nantinya energi tersebut dapat digunakan untuk
proses atau reaksi lainnya. Respirasi memecah molekul gula menjadi glukosa,
lemak menjadi asam lemak dan gliserol, dan protein menjadi asam amino. Proses
respirasi sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama suhu (Fagundes et al,
2013).
Suhu dapat mempengaruhi laju respirasi karena dalam prosesnya
menyertakan banyak sekali peran enzim, sedangkan kinerja enzim sangat
dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan enzim mengalami
denaturasi sehingga laju respirasi menjadi menurun. Suhu respirasi optimal yaitu
antara 20˚C – 30˚C dimana kinerja enzim juga optimal (Yamori and Hikosaka,
2013).
Terdapat dua jenis respirasi yaitu aerob dan anaerob. Respirasi aerob
merupakan reaksi katabolisme yang membutuhkan oksigen dalam prosesnya,
menghasilkan CO2 dan H2O, dan menghasilkan energi sejumlah 36 ATP.Respirasi
anaerob merupakan reaksi katabolisme yang tidak membutuhkan oksigen dalam
prosesnya karena mengurai senyawa organik, menghasilkan CO2 dan alkohol, dan
menghasilkan energi sejumlah 2 ATP (Karmana, 2006).
Respirasi anaerob atau dapat disebut fermentasi merupakan salah satu
proses perubahan bahan kimia menjadi energi yang terjadi dalam sitoplasma
dimana proses tersebut tanpa menggunakan oksigen. Sama seperti respirasi aerob,
bahan yang digunakan dalam proses respirasi anaerob adalah gula. Faktor yang
4
mempengaruhi respirasi anaerob antara lain nutrisi, tingkat keasaman (pH), dan
suhu. Hasil dari respirasi anaerob antara lain etanol, asam laktat dan hidrogen
(Anggorowati dkk, 2015).
Laju respirasi sangat bermanfaat dalam penanganan pasca panen karena laju
respirasi menentukan laju metabolisme pada komoditas pertanian. Produk
pertanian yang laju respirasinya lebih cepatmemiliki daya simpan yang lebih
pendek karena tingginya laju respirasi mengakibatkan tingginya aktivitas
metabolisme sehingga produk akan cepat matang. Semakin lama masa
penyimpanannya mengakibatkan rusaknya jaringan produk pertanian akibat
proses respirasi.Perbedaan laju respirasi setiap produk pertanian disebabkan
adanya perbedaan antara fungsi botanis dari jaringan masing masing produk
pertanian tersebut. Proses respirasi menggunakan bahan oksigen pada prosesnya
memiliki hasil yang berbeda-beda, semakin banyak oksigen yang digunakan,
maka proses respirasi semakin aktif (Nur’aini dan Apriyani, 2015)
Laju respirasi bersifat tidak menentu (fluktuatif) penyebabnya yaitu laju
repirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kadar oksigen, suhu, kadar
CO2, intensitas cahaya dan zat kimia lainnya. Reaksi respirasi merupakan reaksi
kimia. Semakin tinggi suhu semakin tinggi pula laju reaksinya. Maka laju reaksi
dapat menjadi indikator daya simpan produk pertanian pada umumnya (Imamah
dkk, 2016).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Agrobiosains acara 2 tentang “Respirasi” dilaksanakan pada hari
Sabtu, 14 Oktober 2017 pukul 10.30-12.00 WIB di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Botol Semprot
2. Beaker Glass
3. Biuret
4. Respirometer
5. Kertas Saring
6. Neraca
7. Erlenmeyer 250 cc
3.2.2 Bahan
1. Kecambah kacang hijau
2. Larutan CaCl2 0,2 N
3. Indikator pp
4. Larutan NaOH 0,2 N
5. Larutan HCl 0,05 N
6. Aquadest
7. Vaseline
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Memasukkan sedikit NaOH (1 atau 2 gram) ke dalam dasar respitrometer dan
masukkan pula kassa logam ke dala tabung objek. Menutup tabung objek
dengan tabung pengumpul.
2. Memasukkan kecambah kacang hijau ke dalam tabung objek.
6
3. Mengisi alat suntik dengan sedikit air dengan menyedotnya.
4. Menyuntik air satu tetes kecil ke ujung atas pipa ukur dan tabung pengumpul
(sebaiknya tetes air terseut berada pada angka yang mudah dibaca).
5. Mengetahui volume oksigen yang terpakai oleh kecambah dalam waktu
beberapa lama akang terlihat perubahan tetes air (menurun ) dalam pipa.
6. Menghitung volume oksigen yang terpakai dengan menggunakan rumus
v=3,14 × 0,75 × 0,75 × (perubahan posisi tetes air)mm3
3.4 Variabel Pengamatan
1. Volume O2
2. Volume CO2
3. Pengaruh suhu terhadap respirasi
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan analisis statistika deskriptif.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Volume O2dan Volume CO2
No Perlakuan Indikator Perlakuan
Volume O2 Volume CO2
1 Imbibisi 0,587875 1,21
2 24 Jam 0,66 2,31
3 48 Jam 0,379 2,91
Grafik 1. Volume O2 dan CO2
Kecambah dengan perlakuan tanam 24 jam memiliki volume O2 0,66 mm3/s dan
Volume CO2 2,31 yang didapat dari proses menggunakan alar respirometer dan
titrasi dari CaCO3 yang diikat oleh NaOH. Hasil kecambah imbibisi dengan
proses yang sama didapat volume O20,587875mm3/s dan Volume CO2 1,21mm
3/s
serta pada kecambah 48 jam didapatkan volume O2 0,379mm3/s dan Volume CO2
2,91mm3/s.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Imbibisi 24 Jam 48 Jam
Volume O2
Volume CO2
8
4.1.2 Kuosien Respirasi
Menggunakan hasil dari volume CdanVolume CO2yang didapat pada
kecambah imbibisi KR sebesar 2, kecambah 24 jam didapatkan KR sebesar 3,5
dan kecambah 48 jam didapatkan KR sebesar 7,7.
4.2 Pembahasan
Volume O2dapat dihitung menggunakan rumus :
a. Volume CO2 =
×V HCl × N HCl ×Mr HCl
b. Volume CO2 perlakuan 24 jam
V CO2=
×2,1 × 0,05 × 44
= 2,31mm3/s
Volume CO2dapat dihitung menggunakan rumus :
a. Volume O2 =3,14 × (0,75)2
× (perubahan tetes air) mm3
= 3,14 × (0,75)2×
b. Volume O2 perlakuan 24 jam
V O2= 3,14 × (0,75)
2×
= 1,76625 × 0,375
= 0,66 mm3/s
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Imbibisi 24 Jam 48 Jam
Nila
i Ko
efi
sie
n
Kuosien Respirasi
KR
9
Kuosien respirasi dapat dihitung menggunakan rumus:
a. Kuosien respirasi =
b. KR 24 jam =
= 3,5
Perlakuan kecambah kacang hijau 48 jam memiliki jumlah volume CO2
terbanyak karena jaringan pada kecambah kacang hijau 48 jam lebih tua sehingga
laju respirasi tinggidan menghasilkan CO2 lebih besar. Kecambah kacang hijau 24
jam memiliki jaringan lebih muda sehingga menghasilkan jumlah volume CO2
yang lebih rendah daripada kecambah 48 jam. Perlakuan benih imbibisi
menunjukkan jumlah terendah karena proses respiasinya belum maksimal.
Penentuan kadar volume CO2 dalam kecambah dilakukan dengan menambahkan
NaOH padat pada kecambah, NaOH berfungsi menangkap CO2. Reaksinya dapat
dituliskan :
NaOH + CO2 → NaCO3- + H
+
Setelah diketahui volume CO2 selanjutnya NaOH yang telah menangkap
CO2di larutkan dalam aquades lalu ditambahkan CaCl2. Fungsi CaCl2yaitu
mengendapkan CaCO3 dan reaksinya dapat dituliskan :
NaCO3 + CaCl2→ CaCO3 + NaCl
Selanjutnya CaCO3 dititrasi dengan HCl untuk mendapatkan volume O2.
Berdasarkan data hasil pengamatan diperoleh volume O2 dan CO2 kecambah
kacang hijau perlakuan imbibisi, 24 jam dan 48 jam. Perlakuan kecambah kacang
hijau imbibisi menunjukkan volume O2 terendah. Perlakuan kecambah kacang
hijau 24 jam menunjukkan volume O2 tertinggi. Kecambah kacang hijau yang
berimbibisi proses metabolismenya juga tinggi karena banyak mengandung pati
sehingga enzim yang terdapat pada kecambah aktif bekerja dalam proses
perkecambahannya. Enzim enzim yang terdapat dalam kecambah kacang hijau
memecah pati untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam proses
perkecambahan. Kecambah 24 jam lebih banyak membutuhkan O2 dalam proses
perkecambahannya dibandingkan dengan kecambah imbibisi karena mengalami
proses fotosintesis.Volume O2dapat dihitung menggunakan rumus :
10
Kuosien respirasi merupakan perbandingan dari jumlah volume CO2 yang
terlepas dengan O2 yang dibutuhkan dalam proses respirasi. Kuosien Respirasi
bertujuan untuk menentukan apakah proses respirasi tersebut bersifat aerobik
ataupun anaerobik. Rumusan untuk Kuosien Respirasi untuk mendapatkan nilai
variasinya adalah KR = CO2 yang dihasilkan dibanding O2 yang dibutuhkan. KR
pada kecambah imbibisi paling kecil dibanding dengan kecambah 24 jam dan 48
jam.
Imamah dkk (2016) menyatakan respirasi tergolong dalam reaksi enzimatik
dimana pada setiap reaksi melibatkan enzim didalamnya. Respirasi pada tanaman
dalam prosesnya dibantu oleh enzim untuk mempercepat laju respirasi. bahwa
penurunan suhu dapat menyebakan penurunan reaksi kimia akibat dari reaksi
enzim yang menurun. Enzim memiliki suhu optimal tehadap suhu disekitarnya.
Temperatur lingkungan yang tidak memenuhi ambang batas optimal dapat
menyebabkan kerja enzim menjadi terganggu. Suhu yang sangat rendah ataupun
terlampau tinggi dapat menyebakan kerusakan enzim hingga denaturasi yang
menyebabkan proses respirasi menjadi terganggu pula. Kecepatan reaksi akan
meningkat apabila suhu ditingkatkan dalam batas tertentu dan reaksi berlangsung
semakin lambat apabila suhu diturunkan.
11
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Volume O2 yang dihasilkan pada tiga perlakuan yang berbeda memiliki
volume yang berbeda-beda. Perlakuan biji kacang hijau yang diimbibisi
memiliki volume O2 0,6 dan kacang hijau 24 jam serta 48 jam memiliki
volume O2 0,7 dan 0,4. Volume CO2 yang dihasilkan dari perlakuan biji di
imbibisi, ditumbuhkan selama 24 jam dan 48 jam yaitu 2,31 dan 2,91.
2. Suhu biji berpengaruh terhadap laju respirasi dikarenakan reaksi respirasi
merupakan reaksi enzimatik yang membutuhkan enzim pada setiap proses
perubahan kimianya.
5.2 Saran
Perhatikan cara kerja atau urutan pengerjaan dengan benar sehingga tidak
terjadi kesalahan dan pengulangan dalam percobaan. Kelengkapan alat di
laboratorium yang tidak lengkap sehingga menyebabkan tidak efisien waktu.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anggorowati, D. A., Purwati dan S, Dwi. D. P.2015. Pengarh Suhu dan
Penambahan Nutrisi pada Proses Fermentasi untuk Pembuatan Bioethanol
dari Sabut Kelapa. MITSU, 3(1) : 13-20.
Fagundes, C., B. A. M. Carciofi, and A. R. Monteiro. 2013.Estimate of
Respiration Rate and Physicochemical Changes of Fresh-Cut Apples Stored
Under Different Temperatures. Food Science and Technology, 33(1) : 60-
68.
Imamah, N., R. Hasbullah dan L. P. E. Nugroho. 2016. Model Arrhenius untuk
Pendugaan Laju Respirasi Brokoli Terolah Minimal. Jurnal Keteknikan
Pertanian, 4(1) : 25-30.
Karmana, O. 2006. Biologi. Jakarta : Grafindo
Nur’aini H., dan S. Apriyani. 2015. Penggunaan Kitosan untuk Memperpanjang
Umur Simpan Buah Duku ((Lansium Domesticum Corr). Agritepa, 1(2) : 1-
16.
Slot, M and K. Kitajima. 2014. General Patterns of Acclimation of Leaf
Respiration to Elevated Temperatures Across Biomes and Plant Types.
Oecologia , 177(3) : 885-900.
Yamori, W and K. Hikosaka. 2013. Temperature Response of Photosynthesis in
C3, C4, and CAM Plants: Temperature Acclimation And Temperature
Adaptation. Photosynthesis Research, 119(2) : 101-117.
13
LAMPIRAN
Data (Flowchart dan Tabel ACC)
Gambar 1. Flowchart Afifa Mayrefi w
14
Gambar 2. Flowchart M Rizqillah M
15
Gambar 3. Flowchart Shafira Erza Ervina
16
Gambar 4. Tabel ACC Moch. Rizqillah Mubarok
17
Gambar 5. Tabel ACC Shafira Ezza Ervina
18
Gambar 6. Tabel ACC Afifa Mayrefi W
19
DOKUMENTASI
Gambar 7. Indikator PP
Gambar 8. Kecambah
20
Gambar 9. Memasukan NaOH
Gambar 10. Memasukan kecambah
21
Gambar 11. Memberi vaselin pada pipa ukur
Gambar 12. Menutup tabung objek dengan pipa ukur
22
Gambar 13. Memberi tinta pada pipa ukur
Gambar 14. Beaker glass
23
Gambar 15. Memberikan CaCL2
Gambar 16. Saring endapan
24
Gambar 17. Titrasi
25
LAMPIRAN
Anggorowati, D. A., Purwati dan S, Dwi. D. P. 2015. Pengaruh Suhu dan
Penambahan Nutrisi pada Proses Fermentasi untuk Pembuatan Bioethanol
dari Sabut Kelapa. MITSU, 3(1) : 13-20.
26
Fagundes, C., B. A. M. Carciofi, and A. R. Monteiro. 2013.Estimate of
Respiration Rate and Physicochemical Changes of Fresh-Cut Apples Stored
Under Different Temperatures. Food Science and Technology, 33(1) : 60-
68.
27
Imamah, N., R. Hasbullah dan L. P. E. Nugroho. 2016. Model Arrhenius untuk
Pendugaan Laju Respirasi Brokoli Terolah Minimal. Jurnal Keteknikan
Pertanian, 4(1) : 25-30.
28
Karmana, O. 2006. Biologi. Jakarta : Grafindo
29
Slot, M and K. Kitajima. 2014. General Patterns of Acclimation of Leaf
Respiration to Elevated Temperatures Across Biomes and Plant Types.
Oecologia , 177(3) : 885-900.
30
Yamori, W and K. Hikosaka. 2013. Temperature Response of Photosynthesis in
C3, C4, and CAM Plants: Temperature Acclimation And Temperature
Adaptation. Photosynthesis Research, 119(2) : 101-117.