resitasi 2_karakteristik sda, rumah tangga dan perusahaan pertanian kab. ciamis_kel 2

46
KARAKTERISTIK SUMBERDAYA DAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI DAN PERUSAHAAN PERTANIAN KABUPATEN CIAMIS MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Dosen Mata Kuliah: Dr. Ir. Lies Sulistyowati, MS. Mahammad Arief Budiman, SE., ME. Disusun Oleh Ardelia Defani 1506101200 40 Novrian Rachmat 1506101200 46 Nur Annisa Rizkita Kartiwa 1506101200 53 Gianti Mega Lestari 1506101200 63 Anwar Mujadid 1506101200 77 Tika Rahmadhani 1506101200 78 Kelompok 5-Agribisnis B

Upload: dea-ardelia-defani

Post on 11-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

TRANSCRIPT

KARAKTERISTIK SUMBERDAYA DAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI DAN PERUSAHAAN PERTANIAN KABUPATEN CIAMISMAKALAHDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Dosen Mata Kuliah: Dr. Ir. Lies Sulistyowati, MS.

Mahammad Arief Budiman, SE., ME.

Disusun OlehArdelia Defani150610120040

Novrian Rachmat150610120046

Nur Annisa Rizkita Kartiwa150610120053

Gianti Mega Lestari150610120063

Anwar Mujadid150610120077

Tika Rahmadhani150610120078

Kelompok 5-Agribisnis B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKUTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga semua kegiatan hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen Mata Pembangunan Pertanian Berkelanjutan, serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga laporan akhir ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari sekali, bahwa didalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan laporan ini ialah, semoga apa yang telah kami susun ini bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.Jatinangor, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang11.2 Rumusan Masalah11.3 Tujuan Makalah2BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. Karakteristik Pertanian3

2.2. Sumber Daya Pertanian7BAB III PEMBAHASAN103.1.Karakteristik Sumberdaya Pertanian Kabupaten Ciamis103.2.Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Petani dan Perusahaan Pertanian22BAB IV Penutup284.1.Kesimpulan284.2.Saran28DAFTAR PUSTAKA29BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Negeri Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di negara kita. Sektor pertanian menyangkut masalah ketahanan pangan. Ketahanan pangan dan energi pada saat ini dikatakan akan menjadi syarat kedaulatan dari sebuah bangsa. Bangsa yang tidak dapat menciptakan ketahanan pangan dan energinya secara mandiri tidak akan bisa menjadi bangsa yang berdaulat dan mandiri. Oleh karena itu pertanian semakin penting untuk menjadi perhatian pemerintah dalam merencanakan pembangunan negeri (Paleztine, 2010).

Sektor pertanian tidak lepas dari pemanfaatan sumberdaya yang ada di alam sekitar. Sumberdaya alam adalah keadaan lingkungan alam (natural envinronment) yang mempunyai nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Disekitar kita terdapat braneka macam sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak dan beragam. Sumberdaya alam yang biasa dimanfaatkan dalam bidang pertanian adalah sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya lahan, sumber daya modal, sumber daya manusia, manajemen dan teknologi.

Permasalahan sumberdaya dalam pertanian terdiri beberapa poin berikut :

1. Semakin menurunnya kesuburan tanah akibat pemanfaatan yang intensif atau terus menerus.

2. Terjadi pencemaran lingkungan akibat kegiatan pemupukan dan pemberantasan hama dengan menggunakan pestisida anorganik secara tidak sehat.

3. Tingkat pendidikan sumber daya manusia nya yang rendah.

4. Keterampilan petani yang kurang.

5. Kelangkaan sumber daya modal.

6. Terbatasnya lembaga peminjaman kridit.

7. Terbatasnya lembaga asuransi di bidang pertanian

Dari permasalahan tersebut perlu adanya solusi baik dari pemerintah maupun dari petani itu sendiri. Sumber daya pertanian di setiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dalam makalah ini dibahas mengenai sumberdaya pertanian di Kabupaten Ciamis serta penjelasan mengenai rumah tangga usaha tani dan perusahaan pertanian yang terdapat di Kabupaten Ciamis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik sumberdaya pertanian yang ada di Kabupaten Ciamis

2. Bagaiman karakteristik dan penyebaran rumah tangga usaha tani serta perusahaan pertanian di Kabupaten Ciamis

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu :

1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

2. Untuk mengetahui karakteristik sumberdaya pertanian di Kabupaten Ciamis

3. Untuk mengetahui karakteristik rumah tangga usahatani dan perusahaan pertanian yang ada di Kabupaten Ciamis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Pertanian

Sebelum ada pertanian atau sebelum ada pengelolaan tanaman dan lingkungannya oleh manusia, faktor esensial dan faktor iklim sangat mempengaruhi tumbuh dan perkembangan bahan tumbuhan seperti apa adanya di alam atau secara alamiah. Tetapi dengan mulai adanya pertanian, faktor-faktor tersebut mulai diatur oleh manusia. Sehingga maju pertanian semakin banyak faktor yang ditangani oleh manusia dan makin intensif penanganannya. Jadi, pertanian dapat dikatakan mulai ada bersamaan dengan adanya faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang diatur atau ditangani oleh manusia. Pengaturan faktor-faktor tersebut disebut dengan teknologi. Makin banyak faktor yang ditangani serta intensif penanganannya, makin tinggi teknologinya. Dengan penangan manusia terhadap faktor-faktor tersebut diharapkan tanaman yang diusahakan memberikan hasil yang optimal.

Usaha meningkatkan produksi pertanian di suatu wilayah dapat dilakukkan dengan dua cara, yaitu meningkatkan hasil dan meningkatkan luas panen. Meningkatkan dasil dapat dilakukan dengan mengatur semua faktor sebaik mungkin. Misalnya dengan menekan faktor yang berkorelasi negatif dan meningkatkan faktor yang berkorelasi positif. Meningkatkan luas panen dapat dilakukan dengan meningkatkan luas tanaman dan menekan kegagalan panen. Salah satunya dengan jalan meningkatkan luas lahan pertanian yang biasa disebut dengan ekstensifikasi. Pertanian merupakan bentuk kegiatan interaksi antara manusia dengan lingkungan. Kegiatan ini mempunyai karakteristik yang berbeda dengan kegiatan yang lain, walaupun sama-sama interaksi manusia dengan lingkungannya. Berikut sifat dari pertanian atau karakteristik dari kegiatan pertanian:

a. pertanian memerlukan tempat yang luas.

b. jenis usaha, potensi, dan hasil pertanian berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.

c. kegiatan dan produksi pertanian bersifat musiman.

d. suatu perubahan dalam suatu tindakan memerlukan perubahan juga dalam hal lain.

e. pertanian modern selalu berubah.

Gambar 1. Skema Hubungan yang Mempengaruhi Tumbuhan Berproduksi Secara AlamiBila terdapat keterlibatan manusia untuk tujuan budidaya (pertanian) yang berorientasi produk hubungannya dengan ruang dan waktu, adalah sebagai berikut.

Gambar 2 Skema Tindakan Manusia Mempengaruhi Hasil Pertanian

Pada gambar di atas, tampak bahwa sasaran akhir pertanian seakan-akan adalah hasil tanaman yang maksimal. Hal ini tidak dibenarkan dalam pertanian modern sekarang ini karena kebutuhan manusia termasuk petani sangat banyak macamnya dan tidak dapat dipenuhi langsung dari tanaman yang diusahakannya. Pemenuhan kebutuhan manusia sekarang hanya dapat dipenuhi apabila mempunyai uang. Selain itu kedua upaya yang telah digambarkan di atas nampaknya belum mengarah pada manusia untuk menyelamatkan sumber daya genetika yang secara alami tersebar dan pernah hidup di kondisi fisik suatu tempat. Sumber daya genetika segera hilang berarti laboratorium alam dan pengetahuan manusia juga semakin miskin meskipun nampaknya banyak temuan teknologi yang mampu mengatasi permasalahn keterbatasan kualitas dan kuantitas produk pertanian (Banowati, 2010).

Berikut ini penjelasan karakeristik produk pertanian

a. Produksi yang diperoleh dari usaha secara kecil-kecilan (small scale production).

Produksi secara kecil-kecilan ini adalah akibat dari usaha yang dilakukan petani secara kecil-kecilan pula. Padi atau beras, misalnya, dihasilkan oleh berjuta-juta petani. Dengan demikian petani-petani tidak dapat mempengaruhi permintaan atas jenis barang yang dihasilkannya. Mereka sulit untuk saling berkomunikasi dalam hal penjualan, penyimpanan dan sebagainya, karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan akan hal tersebut. (Anonimous A, 2010)b. Produksi bersifat musiman.

Karena bersifat musiman, maka hasil produksi akan diperoleh pada waktu-waktu tertentu, sesuai dengan umur tanaman yang bersangkutan. Kita tidak bisa memaksakan tanaman padi berbuah pada umur satu bulan, karena kebetulan pada saat itu persediaan beras telah habis atau harga beras terlalu tinggi karena terlalu banyak permintaan. Sifat produksi yang demikian inilah sering menimbulkan kesulitan dalam proses pengimbangan. (Anonimous A, 2010)

c. Produksi terpencar.

Tempat produksi pertanian tidak terpusat, tetapi letaknya terpencar. Hal ini disebabkan petani itu selalu mencari tempat yang keadaan tanah dan iklimnya cocok untuk tanamannya, tanpa memperhitungkan apakah dekat atau jauh dari kota atau pasar. Karena keterpencaran ini maka dapat dibayangkan kesulitan dalam proses pengumpulan agar menjadi suatu jumlah yang besar. (Anonimous A, 2010)

d. Produk hasil-hasil pertanian bersifat berat, mengambil banyak tempat dan cepat atau musah rusak.

Kebanyakan hasil-hasil pertanian timbangannya adalah berat dan memerlukan banyak tempat. Hal ini berarti nilai per satuan berat dan per satuan volume adalah lebih kecil dibandingkan nilai barang-barang industri. Jelas dalam hal ini bahwa akan terjadi perbedaan dalam hal pengangkutan dan penyimpanan. Selain itu sifat hasil pertanian juga mudah rusak atau busuk, sehingga diperlukan perawatan dan penyimpanan yang baik dan pengangkutan yang cepat ke tempat konsumen. (Anonimous A, 2010)

e. Penawaran Produknya relative Kecil

Secara perorangan petani pada umumnya merupakan suplier kecil yang tidak memiliki posisi tawar dalam menentukan harga. Penetapan harga umumnya dikuasai oleh pelaku pasar lain, yang biasanya adalah pengepul dari petani. (Anonymous B. 2010.)

f. Ketidakseragaman

Kualitas produk pertanian cenderung tidak seragam, ketidak seragaman ini bisa dalam bentuk ukuran, tingkat kematangan, dan lain-lain. (Anonymous B. 2010.)

g. Ketergantungan pada alam

Produk hasil pertanian bersifat spesifik dalam kaitannya dengan faktor klimatologi. Seluruh aspek alamiah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produk hasil pertanian. Produk tertentu hanya dapat ditanam pada kondisi alam tertentu dan dipanen hanya di musim-musim tertentu. (Anonymous B. 2010.)

h. Memiliki banyak produk substitusi

Produk hasil pertanian bersifat substitusi satu sama lain. Kebutuhan akan satu jenis produk hasil pertanian jika tidak tersedia maka dapat digantikan dengan jenis produk agronomi yang lain. Produk hasil pertanian baik sebagai produk yang langsung dikonsumsi maupun sebagai input produksi (Anonymous B. 2010.)

i. Harga produk relatif murah

Harga produk pertanian di petani relative rendah karena produsen sebagai price taker dan efek dari asimetri informasi, bargainning potition yang rendah di produsen (Anonymous B. 2010.)

j. Produk bersifat genericMemasuki pasar yang cenderung bersifat monopsoni atau oligopsoni, monopsoni adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas, sdangkan oligpsoni adalh pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. (Anonymous B. 2010.)

2.2 Sumber Daya Pertanian

A. Macam-macam sumberdaya pertanian berikut berdasarkan literatur yang berbeda

1. Ada 4 macam sumberdaya pertanian yang utama yaitu:

Sumber daya lahan

Sumber daya air dan perairan umum

Sumber daya kelautan

Sumber daya hayati

2. Ada 5 macam sumber daya pertanian, antara lain:

Sumber daya alam dan lingkungan

Tenaga kerja

Modal

Manajemen

Teknologi

3. Ada 5 macam sumber daya pertanian,yaitu:

Lahan dan air

Sumber daya genetik

Tenaga Kerja

Modal

Teknologi

4. Ada 5 macam sumber daya pertanian,yaitu:

Lahan

Modal

Pasar

Teknologi

Informasi

B. Peran Sumber Daya Pertanian Tanah, sebagai lahan pertanian untuk pangan

Tenaga Kerja, merupakan faktor produksi dimana sumber daya manusia yang dapat ditinjau dari feminim (tenaga kerja wanita dan pria),kualitas (terdidik, terampil,ahli,kasar), lapangan kerja (pertanian, perikanan, lain-lain)

Modal, merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan barang lain.

Teknologi,membantu dalam aktivitas pertanian seperti pengolahan, penyiangan dan lain-lain untuk meninggkatkan produktivitas dengan untuk menghematwaktu dan tenaga.

Manajemen, mengatur jalanya produksi pertanian secara baik untuk kesejahteran petani

C. Kendala Sumber Daya Pertanian Tanah, persediaan tanah dalam masyarakat jumlahnya terbatas akibat pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan tanah sehingga penngunaan lahan pertanian berkurang akibat pembangunan atau harganya sangat mahal walaupun harganya kadang-kadang naik-turun persediaan tanah tidak dapat ditambah,transformasi lahan pertanian produktif menjadi lahan kritis,lahan marginal, lahan tidur, fragmentasi lahan.

Tenaga Kerja,banyakanya petani yang masih bukan pekerja tetap akibat lahan yang minim serta pengetahuan yang rendah serta jumlah petani yang sedikit aibat upah yang kecil.

Modal, petani kecil relatif lebih memiliki akses terhadap lembaga perkreditan informal yang menawarkan modal riil karena mudah dijangkau.

Teknologi, minimnya teknologi dan belum tersosialisai secara sempurna dalam hal pengetahuan dan penggunaan teknologi tersebut.

Manajemen, kurangnya pengetahuan petani dalam memanajemen.

D. Solusi Tanah, memfungsikan kembali lahan tidur dan mengendalikan alih fungsi lahan pertanian dan serta status kepemilikan lahan yang jelas.

Tenaga Kerja, petani harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup agar dapat diperkerjakan secara tetap dan imbasnya gaji juga cukup karena kualitas yang dimiliki.

Modal, menyediakan akses terhadap perkreditan formal karena memberi patokan harga yang ditentukan lembaga formal pada pasar persaingan sempurna.

Teknologi, mensosilisasikan canggihnya teknologi dalam membantu meningkatkan produksi.

Manajemen, memberi pengarahan betapa pentingnya petani sebagai pelaku manajemen untuk meningkatkan keejahteraan.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Sumberdaya Pertanian Kabupaten Ciamis

Sektor Pertanian di Kabupaten Ciamis masih menjadi penggerak roda Perekonomian, sehingga pengaruhnya terhadap laju Pertumbuhan ekonomi sangat signifikan. Kondisi ini juga menggambarkan bahwa pemerintah Kabupaten Ciamis masih concern terhadap pengembangan potensi sektor Pertanian. Cakupan sektor Pertanian meliputi Pertanian tanaman pangan, Perikanan, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan.

1. Pertanian Tanaman Pangan

Produksi padi sawah merupakan komoditas utama sektor Pertanian di Kabupaten Ciamis. Pada Tahun 2012 produksi padi sawah di Kabupaten Ciamis mengalami penurunan dibanding dengan keadaan Tahun 2011 dengan luas panen sebesar 104.178 Ha, untuk Padi Sawah yang menghasilkan rata rata 65,35 kwintal/Ha. Pada Tahun 2012 luas panen padi sawah tercatat sebesar 104.178 Ha, sedangkan pada Tahun 2011 luas panen sebesar 120.212 ha, sehingga mengalami penurunan 13,30 %. Lain halnya dengan kondisi padi ladang mengalami kenaikan. Begitu juga Palawija seperti, ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau selama Tahun 2012 mengalami kenaikan produksi. Sedangkan palawija seperti, jagung dan kacang kedele selama Tahun 2012 mengalami penurunan produksi. Produksi sayuran umumnya mengalami penurunan dibanding Tahun 2011. Beberapa tanaman pada tahun 2012 mengalami penurunan diantaranya lobak, buncis, bayam, ketimun, tomat, terong dan kangkung. Sementara komoditas yang mengalami kenaikan produksi di tahun 2012 adalah bawang daun, kacang-kacangan, sawi, labu siam, cabe dan kubis. Begitu juga dengan buahbuahan, pada Tahun 2012 pada umumnya mengalami penurunan.

2. Perikanan

Luas areal tempat pemeliharan ikan pada Tahun 2012 tidak mengalami perubahan dibanding Tahun 2011 yaitu untuk tambak sebesar 75,50 Ha, kolam 2.636,78 Ha, sawah 115.64 Ha dan kolam air deras sebesar 131 Ha. Begitu pula dengan penggunaan sarana penangkapan ikan, tidak terjadi perbedaan dengan keadaan Tahun 2011 yaitu menggunakan motor tempel hanya 1.863. Ditinjau dari jumlah produksi ikan pada Tahun 2012 untuk produksi ikan dari tempat pemeliharaan kolam air deras, dan kolam mengalami kenaikan masing-masing 192 % dan 15,72 % sedangkan produksi ikan dari tambak dan sawah mengalami penurunan sebesar 3,87 % dan 28,22 %. Produksi dari hasil penangkapan para nelayan di laut yang masuk ke tempat pelelangan ikan mengalami kenaikan sebesar 192 %. Nilai Produksi ikan laut yang masuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) pada Tahun 2012 mencapai 43,03 milyar, berarti ada kenaikan sebesar 262 Persen dari nilai produksi Tahun 2011. Rata-rata konsumsi ikan Per kapita Per Tahun di Kabupaten Ciamis mencapai 16,92 kg, atau mengalami kenaikan sebesar 5,88 % dibanding Tahun 2011. Masyarakat yang mengkonsumsi ikan tertinggi berada di Kecamatan Cijulang mencapai 45,06 kg/kapita/Tahun. Selanjutnya masyarakat Kecamatan Cidolog mengkonsumsi ikan ratarata mencapai 41,90 kg/kapita/Tahun. Namun di sebagian besar kecamatan konsumsi ikan masih di bawah rata rata angka kabupaten. Konsumsi ikan terendah berada di Kecamatan Padaherang dan Mangunjaya masing-masing 2,65 kg/kapita/Tahun dan 4,28 kg/kapita/Tahun.

3. Peternakan

Populasi ternak sapi sepanjang Tahun 2012 terjadi kenaikan sebesar 5,52 %. Umumnya masyarakat memelihara ternak sapi sebagai penyediaan daging bagi konsumsi masyarakat dan Hari Raya Idul Adha. Kenaikan populasi ternak sapi seirama dengan peningkatan produksi daging sapi. Tahun 2012 produksi daging sapi mengalami peningkatan sebesar 4.50 % dibanding Tahun 2011. Diindikasikan ternak sapi banyak yang dipotong karena permintaan masyarakat yang naik. Sementara produksi daging ternak lainnya mengalami peningkatan. Selama Tahun 2012 populasi ayam ras pedaging naik sedikit dibawah 1 %. Tahun 2012 populasi ayam buras mengalami peningkatan sebesar 1.427 ekor atau naik dibawah 1 % dibanding Tahun 2011.

4. Kehutanan

Luas hutan Kabupaten Ciamis tersebar di beberapa BKPH/RPH meliputi Ciamis (Madati, Cikoneng, Panjalu, Kawali); Banjar Utara (Gadung, Bunter, Rancah); Banjar Selatan (Pamarican, Cicapar, Banjarsari); Pangandaran(Kalipucang, Pangandaran, Cisaladah) dan Cijulang (Parigi, cigugur, Langkap). Luas kawasan hutan baik yang sudah dikukuhkan maupun yang belum seluas 28.327.92 Ha. PKPH/RPH wilayah Cijulang memiliki luas hutan terluas yaitu sebesar 9.299,28 Ha yang tersebar di kecamatan Cijulang, Parigi, Cigugur dan Langkaplancar. Hutan terluas berada di Gn, Gadung, Cigugur yang mencapai 3.168,9 Ha. Selain hutan yang dikelola oleh BKPH/RPH, terdapat pula hutan rakyat sebesar 31.707,44 Ha yang tersebar di 36 Kecamatan. Hutan rakyat terluas berada di kecamatan Kalipucang yaitu sebesar 3.599 Ha. Produksi kehutanan, kayu albasia mengalami peningkatan panen hampir 2 kali lipat. Sementara kayu Jati mengalami peningkatan sebesar 1,7 persen.5. Perkebunan

Produksi Perkebunan rakyat pada Tahun 2012 mengalami fluktuasi yang bervariasi untuk semua komoditi. Beberapa komoditi mengalami kenaikan namun demikian ada juga komoditi yang turun. Produksi paling banyak ada pada komoditi kelapa sebesar 37 890.22 ton, sedangkan kopi menduduki urutan kedua dengan total produksi sebesar 951,93 ton.

6. Ketahanan Pangan

Guna mendukung ketahanan pangan pada musim paceklik di Kabupaten Ciamis telah dibentuk kelompok lumbung pangan sebanyak 330 lumbung dengan jumlah anggota sebanyak 12.578 orang. Lumbung pangan terbanyak berada di Kecamatan Sidamulih mencapai 37 lumbung dengan jumlah anggota 1.314 orang. Urutan kedua Kecamatan Purwadadi dengan jumlah mencapai 32 lumbung.

Karakteristik sumber daya pertanian Kabupaten Ciamis diantaranya sebagai berikut :1) Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan

Potensi Sumber daya alam dalam bidang pertanian di Kabupaten Ciamis dapat di bilang sangat pesat pertumbuhannya, ini ditandai dengan beberapa tempat di daerah di Kabupaten Ciamis yang merupakan produsen hasil tanaman pangan dan holtikultura. Adapun Contoh sumber daya alam dalam bidang pertanian yaitu tanah atau lahan. Kabupaten Ciamis terletak pada lahan dengan keadaan morfologi datar - bergelombang sampai pegunungan. Kemiringan lereng berkisar antara 0 - > 40% dengan sebaran 0 - 2% terdapat di bagian tengah timur laut ke selatan dan 2 - > 40% tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan. Jenis tanahnya didominasi oleh jenis latosol, podsolik, alluvial dan grumusol.Untuk penggunaan lahan di Kabupaten Ciamis pada Tahun 2013 adalah sebagai berikut

Sawah

: 51.688 Ha(21,14%) Pekarangan

: 29.926 Ha(12,24%) Tegal/Kebun/ladang: 76.676 Ha(31,36%) PadangRumput

: 1.777 Ha (0,73%) Perkebunan Negara/Swasta : 16.188 Ha(6,62%) Tambak

: 43 Ha(0,02%) Kolam: 2.716Ha(1,11%) Lain-Lain: 9.324Ha(3,81%)Sedangkan untuk penggunaan lahan berdasarkan komoditas di Kabupaten Ciamis pada Tahun 2013, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Luas panen Padi dan Palawija di Kabupaten Ciamis Tahun 2009 - 2013

Tabel 2. Rata-rata Per Hektar Padi dan Palawija di Kabupaten Ciamis Tahun 2007 - 2013

Tabel 3. Luas Panen dan produksi Sayur-Sayuran Tahun 2012-2013

Tabel 4. Luas Panen Buah-Buahan Menurut Jenisnya Tahun 2013

2) Modal PertanianDalam kegiatan pertanian terdiri dari tiga sektor yang saling tergantung secara ekonomis yaitu sektor masukan (input), produksi (farm) dan keluaran (output). Modal merupakan salah satu faktor produksi yang termasuk dalam sektor masukan.

Dalam produksi pertanian, modal adalah peringkat ke 2 sumberdaya pertanian terpenting setelah sumber daya alam (tanah atau lahan). Bahkan kadang-kadang orang menyebut modal adalah satu-satunya milik petani yaitu tanah disamping tenaga kerja yang dinilai murah. Dalam ekonomi pertanian disebutkan pula modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru atau komoditi pertanian (Mubyarto, 1993). . Modal petani yang berupa barang di luar tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain, bibit, pupuk dan hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih di sawah dan lainnya.

Petani di Kabupaten Ciamis memperoleh modal dapat berasal dari modal pribadi maupun modal pinjaman. Modal pinjaman dapat diperoleh dari lembaga pengkreditan (bank) yang ada di Kabupaten ciamis. Tetapi pada umumnya petani di Kabupaten Ciamis masih kesulitan dalam meminjam modal usaha bertani dari perbankan. Selain itu juga adanya program Kredit Usaha rakyat (KUR) di Kabupaten Ciamis ini kurang sosialisasi sehingga sebagian besar petani tidak tahu adanya KUR.Sementara petani yang ingin menyerap dana KUR pun justru terkesan dipersulit bahkan pernah diminta jaminan pinjaman apabila KUR ingin dikucurkan kepada para petani. Karena tidak memiliki jaminan yang diminta pihak perbankan, akhirnya petani tidak dapat menikmati program KUR tersebut untuk pengembangan usaha bertani. Oleh sebab itu banyak petani yang memperoleh pinjaman kepada tengkulak ,hal ini berimbas pada harga jual menjadi tinggi. Berikut di bawah ini tabel yang menunjukan jumlah nasabah pertanian :

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah nasabah yang bermata pencaharian pertanian lebih sedikit dibandingkan jumlah nasabah yang bermata pencaharian di sektor perdangangan, karyawan dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa petani sulit untuk memperoleh pinjaman modal dari perbankan.

3) Sumber Daya Manusia PertanianSumber daya manusia/tenaga kerja dalam bidang pertanian merupakan sumber daya yang terpenting dalam pertanian. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pertanian apalagi sektor pertanian merupakan penggerak roda perekonomian di Kabupaten ciamis. Tenaga kerja di Kabupaten Ciamis masih didominasi oleh tenaga kerja dari sektor pertanian. Berikut dapat dilihat komposisi tenaga kerja Di Kabupaten Ciamis :

Dari tabel diatas dapat dilihat tenaga kerja di sektor pertanian merupakan tenaga kerja dengan supply terbanyak dibandingkan dengan tenaga kerja pada sektor industri, perdangangan, jasa, dan lainnya.

Jika dilihat dari kualitas SDM pertanian di Kabupaten Ciamis masih tergolong rendah. Rendahnya kualitas SDM ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Rata-rata petani di Kabupaten Ciamis adalah petani yang hanya lulusan SD atau lulusan SMP.

Kondisi ini semakin diperparah dengan rendahnya minat generasi muda yang notabene memiliki pendidikan yang relatif lebih tinggi untuk berprofesi sebagai petani. Mereka banyak berbondong-bondong untuk bekerja di sektor lain sebagai buruh. Agaknya memang pendidikan yang bersifat link and match banyak diarahkan ke arah dunia industry sehingga support dan motivasi lulusan ke sektor pertanian relatif rendah.

Sementara itu dalam tingkat penyuluh di Kabupaten Ciamis ditemui bahwa jumlah penyuluh yang ada sangat terbatas jumlah dan kualitasnya. Rata-rata usia penyuluh juga sudah lebih dari 45 tahun. Sistem dan kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan belum baik sehingga belum mampu memberikan jaminan kesejahteraan bagi profesi seorang penyuluh.

4) Teknologi

Teknologi dalam pertanian saat ini menjadi hal yang penting, karena dari teknologi tersebut akan menghasilkan metode metode baru baik dalam teknik pembibitan, budidaya, panen, pasca panen. Selain itu, teknologi dapat menghasilkan nilai tanmbah untuk hasil petanian. Contohnya penggunaan teknologi SRI (System of Rice Intensification) adalah matan cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses management sistem perakaran dengan berbasis pada pengelolaan: Tanah, Tanaman dan Air.

Cara tanam ini pertama di kaji di Jaringan IPPHTI yaitu di Kelompok Studi Petani (KSP) Tirtabumi Desa Budiasih Kecamatan Cikoneng Kab Ciamis Provinsi Jawa Barat, mulai bulan Pebruari 2000 oleh : Enceng Asikin, Euis Holisoh, Iik Mudrikah, Kuswara, Acep Koswara, Dede, Lili, dan Khoer. dengan memadukan praktek pemahaman Pembelajaran Ekologi Tanah (PET).

Informasi tentang SRI diterima dari penggagas SRI di Madagascar melalui FAO-IPM, sebagai bahan kajian dalam rangka meningkatkan kualitas sains petani. Saat ini SRI berkembang cukup baik. Pengkajian dan sosialisasi dilanjutkan oleh KSP: Tirtabumi, Cinta Alam, Turangga, Bunirasa, Alam Sejati, Tirtamukti dan Bumisejati.

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa petani Kabupaten Ciamis sudah mulai menggunakan teknologi dalam pertanian (kelompok tani di desa budiasih, kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis). Diharapkan teknologi yang dipakai di dalam sektor pertanian terus berkembang dan menghasilkan dampak yang diharapkan, yakni dampak positif.

5) Manajemen

Manajemen (pengelolaan) usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu menghasilkan output (produksi) seperti yang diharapkan. Manajemen usahatani yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan pertanian di Kabupaten Ciamis.

Kemampuan manajerial dan style manajerial oleh petani akan diwarnai oleh beberapa hal. Salah satunya adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan ini akan berafilasi dengan pola pikir dan kualitas SDM. Pendidikan yang tinggi tentunya akan membentuk pola pikir dengan wawasan yang luas dan memiliki tingkat kualitas SDM yang baik. Sedangkan tingkat pendidikan yang rendah akan mencetak petani-petani yang sulit menerima inovasi baru bahkan cenderung laggard (menolak dan menghalangi) serta rendah dalam penguasaan teknologi yang berujung pada rendahnya kualitas SDM-nya. Rata-rata pendidikan petani di Kabupaten Ciamis yaitu lulusan SD atau SMP. Oleh karena itu petani di Kabupaten Ciamis masih kurang dalam penyerapan informasi dan teknologi.

Petani di Kabupaten Ciamis memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengelola usahataninya tergantung pada faktor-faktor produksi yang mereka kuasai. Petani yang memiliki lahan yang luas membutuhkan sarana produksi pertanian yang lebih banyak dibandingkan petani dengan lahan sempit. Petani berlahan luas akan menggunakan alat dan mesin pertanian yang dapat memudahkan mereka dalam pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman, pemanenan serta pengolahan hasil. Mereka membutuhkan tenaga kerja dan modal yang lebih besar untuk menjalankan kegiatan usahatani yang mereka usahakan.

Selayaknya sebuah usaha, usahatani juga sangat membutuhkan perencanaan yang matang. Mulai dari jenis tanaman yang akan ditanam, pola budidaya yang akan dijalankan, tenaga kerja yang dibutuhkan, sampai kepada kegiatan-kigiatan panen dan pasca panen. Semua rencana seharusnya tersusun rapi tercatat.

Di Kabupaten Ciamis, petani yang telah tergabung dalam kelompok tani menuangkan perencanaan mereka dalam wujud RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Namun sayangnya RDKK yang dibuat, oleh petani belum diartikan sebagai sebuah perencanaan dalam usaha tani. RDKK hanya digunakan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah saja.

3.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Petani dan Perusahaan Pertanian

Rumah tangga usaha pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Sedangkan perusahaan pertanian adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda.

Adapun karakteristik rumah tangga petani diantaranya :

Umur petaniUmur Petani Rata-rata umur kepala keluarga petani di desa Simpang Jaya dan Karya Makmur sebesar 44,95 tahun. Umur termuda 17 tahun dan umur responden tertua berumur 70 tahun. Jika dilihat dari rata-rata umur seluruh kepala rumah tangga petani berada dalam usia produktif. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik rumah tangga petani relatif mendukung terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani.

Tingkat Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan formal petani sangat penting, karena berkaitan dengan kapasitas petani dalam menghitung, menilai dan menganalisis suatu usaha. Tingkat pendidikan yang lebih baik, kemampuan untuk menganalisis suatu usaha akan lebih baik pula. Tingkat pendidikan formal petani di Kabupaten Ciamis relatif masih rendah, dimana petani di Kabupaten Ciamis ini hanya lulusan SD dan lulusan SMP bahkan terdapat petani yang tidak tamat SD.

Jumlah anggota keluarga

Sebagaimana diketahui bahwa jumlah anggota keluarga seperti dua sisi mata uang yang berbeda. Salah satu sisinya sebagai salah satu sumber pendapatan jika berada dalam usia produktif dan bekerja, sehingga dapat membantu keuangan keluarga dan akan berdampak terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani. Sementara pada sisi yang lain sebagai beban bagi keluarga petani jika dalam usia yang tidak produktif. Jumlah tanggungan keluarga petani di Kabupaten Ciamis yaitu antara 3-5 orang per rumah tangga petani.

Kepemilikan Lahan

Rata-rata kepemilikan lahan usahatani mencapai 0,3 ha per rumah tangga petani, dengan skala terluas mencapai 1,00 ha per rumah tangga petani. Bagi petani yang tanahnya relatif kecil, agar kebutuhan pangan keluarganya dapat dipenuhi, melalui penyewaan lahan-lahan yang pemiliknya berada di luar daerah dengan cara bagi hasil, proporsi bagi hasil yang berlaku bertahun-tahun di kabupaten tersebut sebesar 1: 3, pemilik mendapat satu bagian, sementara penyewa mendapatkan 3 bagian dengan catatan seluruh biaya produksi ditanggung oleh pihak penyewa.

Pemasaran produk pertanian

Hasil yang mereka panen biasanya digunakan untuk konsumsi keluarga,jika hasil panen mereka lebih banyak dari jumlah yang mereka konsumsi mereka akan menjualnya ke pasar tradisional.

Tidak adanya spesifikasi dan spesialisasi.

Mereka biasa menanam berbagai macam komoditi. Dalam satu tahun musim tanam petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan pangan atau tanaman perdagangan. Keputusan petani untuk menanam bahan pangan terutama didasarkan atas kebutuhan pangan keluarga,sedangkan bila mereka memutuskan untuk menanam tanaman perdagangan faktor-faktor determinan yang mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut antara lain adalah iklim,ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan ekspektasi harga.

Sedangkan karakteristik perusahaan pertanian di Kabupaten Ciamis diantaranya :

Jika perusahaan pertanian wawasan usahanya adalah komersial

Target pemasaran yang dituju selain lokal yaitu dengan melakukan ekspor

Dari segi bidang, perusahaan pertanian lebih luas daripada usahatani keluarga, karena mencakup subsistem pertanian di samping subsistem yang lain.

Penggunaan alat/teknik/hasil pengt yg maju, Profesional & jelas struktur organisasi, bentuk badan usahanya formal (PT, CV, Firma, UD, Koperasi).

Mekanisasi dan otomatisasi produksi yang baik.

Penggunaan seluas-luasnya ilmu kimia dalam produksi

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di kabupaten Ciamis sebanyak 275.212 dikelola oleh rumah tangga, sebanyak 34 dikelola oleh perusahaan pertanian berbadan hukum dan sebanyak 48 dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan berbadan hukum. Kecamatan Banjarsari, Pamarican, dan Langkaplancar merupakan tiga kecamatan dengan urutan teratas yang mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu masing-masing 19.412 rumah tangga, 13.101 rumah tangga, dan 12.990 rumah tangga. Sedangkan kecamatan Cimaragas merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah rumah tangga usaha pertaniannya, yaitu sebanyak 2.941 rumah tangga.Sementara itu jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum dan usaha pertanian selain perusahaan dan rumah tangga di Ciamis sebanyak 62 unit untuk perusahaan sebanyak 21 unit dan lainnya 41 unit. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum terbanyak berlokasi di kecamatan Panumbangan yaitu sebanyak 5 perusahaan kemudian disusul Kecamatan Banjarsari 4 perusahaan dan lainnya menyebar di 9 kecamatan. Sedangkan jumlah perusahaan tidak berbadan hukum atau bukan usaha rumah tangga usaha pertanian terbanyak terdapat di Kecamatan Baregbeg, yaitu sebanyak 16 unit; urutan kedua adalah Kecamatan Cijeunjing sebanyak 6 unit; Kecamatan Banjarsari 5 unit dan lainnya sebanyak 1 atau 2 unit menyebar di 10 kecamatan.

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di kabupaten Ciamis mengalami penurunan sebanyak 58.141 rumah tangga dari 249.602 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 191.461 rumah tangga pada tahun 2013, yang berarti menurun sebesar 23,29 persen per tahun. Penurunan terbesar terjadi di Kecamatan Ciamis dan penurunan terendah terjadi di Kecamatan Jatinegara, yaitu masingmasing sebesar 57,53 persen dan 7,78 persen selama sepuluh tahun. Komposisi jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kecamatan Ciamis dan di luar Kecamatan Ciamis selama sepuluh tahun terakhir juga tidak banyak berubah. Berdasarkan hasil ST2003, 0,04 persen rumah tangga usaha pertanian berada di Kecamatan Ciamis dan sisanya menyebar relative merata di seluruh Kabupaten Ciamis. Sementara menurut hasil ST2013, Rumah tangga tani di Kecamatan Ciamis turun menjadi 0.02 persen. Berikut diagram perbandingan jumlah rumah tangga usaha pertanian dan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum pada tahun 2003 dan tahun 2013.

Diagram 1. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Dan Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum Pada Tahun 2003 dan Tahun 2013.

Tabel 05. Jumlah Usaha Pertanian Berdasarkan Hasil Sensus Pertanian 2003 dan 2013

Penyebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian di Ciamis Tahun 2013

Penyebaran Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum

Di Ciamis Tahun 2013

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sektor Pertanian di Kabupaten Ciamis masih menjadi penggerak roda Perekonomian, sehingga pengaruhnya terhadap laju Pertumbuhan ekonomi sangat signifikan. Cakupan sektor Pertanian meliputi Pertanian tanaman pangan, Perikanan, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan.

Petani di Kabupaten Ciamis memperoleh modal dapat berasal dari modal pribadi maupun modal pinjaman. Modal pinjaman dapat diperoleh dari lembaga pengkreditan (bank) yang ada di Kabupaten ciamis. Selain itu, jika dilihat dari kualitas SDM pertanian di Kabupaten Ciamis masih tergolong rendah. Rendahnya kualitas SDM ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Rata-rata petani di Kabupaten Ciamis adalah petani yang hanya lulusan SD atau lulusan SMP.

Petani di Kabupaten Ciamis memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengelola usahataninya tergantung pada faktor-faktor produksi yang mereka kuasai. Petani yang memiliki lahan yang luas membutuhkan sarana produksi pertanian yang lebih banyak dibandingkan petani dengan lahan sempit.

Petani di Kabupaten Ciamis memiliki rata-rata umur kepala keluarga petani sebesar 44,95 tahun. Umur termuda 17 tahun dan umur responden tertua berumur 70 tahun. Tingkat pendidikan formal petani di Kabupaten Ciamis relatif masih rendah, dimana petani di Kabupaten Ciamis ini hanya lulusan SD dan lulusan SMP bahkan terdapat petani yang tidak tamat SD. Jumlah tanggungan keluarga petani di Kabupaten Ciamis yaitu antara 3-5 orang per rumah tangga petani. Rata-rata kepemilikan lahan usahatani mencapai 0,3 ha per rumah tangga petani, dengan skala terluas mencapai 1,00 ha per rumah tangga petani.

4.2 SaranPemerintah sebaiknya memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas SDM dikarenakan Kabupaten Ciamis merupakan pusat perekonomian yang cukup tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pertanian Kabupaten Ciamis. Available online at. http://st2013.bps.go.id/st2013esya/booklet/st3207.pdf (Diakses tanggal 4 Februari 2015 pkl 08.30)Anonim. 2013. Perusahaan pertanian. available online at. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30758/4/Chapter%20II.pdf (Diakses tanggal 4 Februari 2015 pkl 08.40)

Anonim A. 2010.http://berusahatani.blogspot.com/2010/01/sifat-dan-ciri-produk-pertanian.html. diakses pada tanngal 4 februari 2015 pukul 20.00

Anonim B. 2010.http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:HQ2u7gZzXIQJ:masud.lecture.ub.ac.id/files/2010/03/02-Karakteristik-Produk-Hasil-Pertanian.pdf. diakses pada 4 februari 2015 pukul 20.00

Badan Agribisnis. 1997. Rencana Strategis Badan Agribisnis Repelita VII. BadanAgribisnis Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.

Baharsyah, S. 1993. Pendayagunaan Sumberdaya Manusia, IPTEK dan FaktorPenunjang lainnya dalam Pengembangan Agroindustri.

Iskandar, 2011. Peran manajemen dalam mempengaruhi usahatani. Available online at. http://iskandarpenyuluh.blogspot.com/2011/01/peran-manajemen-dalam-mempengaruhi.html (Diakses tanggal 4 Februari 2015 pkl 08.45)Kelompok Faktor Iklim

(hujan, suhu udara, kelembaban udara, angin, cahaya, dan panjang hari)

Kelompok Faktor Gangguan(hama, penyakit, gulma)

Kelompok Faktor Bahan Tumbuhan

(sifat keturunan, kemurnian daya)

Kelompok Faktor Esensial(cahaya, air, unsur hara)

Produksi Tumbuhan

Tindakan manusia (teknologi)

Kelompok Faktor Iklim

Kelompok Faktor Gangguan

Kelompok Faktor Esensiil

Kelompok Faktor Bahan Tambah

Hasil tanaman atau pertanian