resin akrilik (tutorial)

25
Efek Samping Resin Akrilik dan Mengapa Terjadi Monomer Sisa Beberapa pasien yang menggunakan resin akrilik basis mengalami reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoil acid, sedangkan yang tidak alergi dapat mengalami iritasi karena terdapat jumlah monomer sisa yang tinggi pada basis resin akrilik. Monomer sisa merupakan sejumlah monomer yang tidak dapat menjadi polimer pada basis resin akrilik dan dapat menimbulkan reaksi alergi pada pasien yang menggunakan gigi tiruan. Beberapa efek monomer sisa: 1. Pada Rongga mulut Reaksi terbakar dan eritma di bawah basis gigi tiruan sering diistilahkan dengan denture sore mouth. Penyebabnya bermacam-macam diantaranya trauma, kebersihan mulut yang jelek, infeksi bakteri serta reaksi alergi. Kebanyakan denture sore mouth disebabkan oleh trauma dari adaptasi basis gigi tiruan yang tidak baik. Sejak diperkenalkannya polimetil metakrilat atau yang sering disebut resin akrilik di bidang kedokteran gigi, telah ada dilaporkan tentang reaksi terhadap bahan pembuat basis gigi tiruan. Reaksi digambarkan sebagai alergi dan iritasi kimia lokal yang gambaran reaksi oralnya terlihat gejala-gejala seperti panasnya mulut dan lidah, eritema dan erosi mukosa rongga mulut. Gejala tersebut dapat dihubungkan dengan beberapa faktor penyebab oleh karena itu penting untuk memperhatikan semua kemungkinan yang ada termasuk trauma dari pemakaian gigi tiruan, iritasi kimia akibat resin akrilik, alergi hipersensitifitas terhadap resin akrilik atau penyakit sistemik yang tidak berhubungan dengan resin akrilik. Fisher melakukan pengujian terhadap sejumlah pasien yang memakai bahan basis gigi tiruan akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik

Upload: fenyariska

Post on 26-Dec-2015

271 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

resin akrilik

TRANSCRIPT

Page 1: Resin Akrilik (Tutorial)

Efek Samping Resin Akrilik dan Mengapa Terjadi Monomer Sisa

Beberapa pasien yang menggunakan resin akrilik basis

mengalami reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil

metakrilat atau benzoil acid, sedangkan yang tidak alergi dapat

mengalami iritasi karena terdapat jumlah monomer sisa yang tinggi

pada basis resin akrilik.

Monomer sisa merupakan sejumlah monomer yang tidak dapat

menjadi polimer pada basis resin akrilik dan dapat menimbulkan

reaksi alergi pada pasien yang menggunakan gigi tiruan.

Beberapa efek monomer sisa:

1. Pada Rongga mulut

Reaksi terbakar dan eritma di bawah basis gigi tiruan sering

diistilahkan dengan denture sore mouth. Penyebabnya bermacam-

macam diantaranya trauma, kebersihan mulut yang jelek, infeksi

bakteri serta reaksi alergi. Kebanyakan denture sore mouth disebabkan

oleh trauma dari adaptasi basis gigi tiruan yang tidak baik.

Sejak diperkenalkannya polimetil metakrilat atau yang sering disebut

resin akrilik di bidang kedokteran gigi, telah ada dilaporkan tentang

reaksi terhadap bahan pembuat basis gigi tiruan. Reaksi digambarkan

sebagai alergi dan iritasi kimia lokal yang gambaran reaksi oralnya

terlihat gejala-gejala seperti panasnya mulut dan lidah, eritema dan

erosi mukosa rongga mulut. Gejala tersebut dapat dihubungkan dengan

beberapa faktor penyebab oleh karena itu penting untuk

memperhatikan semua kemungkinan yang ada termasuk trauma dari

pemakaian gigi tiruan, iritasi kimia akibat resin akrilik, alergi

hipersensitifitas terhadap resin akrilik atau penyakit sistemik yang

tidak berhubungan dengan resin akrilik.

Fisher melakukan pengujian terhadap sejumlah pasien yang memakai

bahan basis gigi tiruan akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik

swapolimerisasi. Dari hasil uji disimpulkan bahwa monomer metil

metakrilat menyebabkan alergi terhadap kulit dan mukosa mulut tetapi

bila resin akrilik berpolimerisasi dengan sempurna, maka tidak ada

sensitizer atau reaksi alergi.

Banyak penelitian menduga bahwa monomer sisa yang tertinggal

akbat polimerisasi yang tidak sempurna dari bahan resin akrilik adalah

alergen pada kontak alergi. Alergi terhadap bahan resin akrilik

merupakan suatu kemungkinan tetapi tidak umum atau jarang terjadi.

Meskipun jarang, reaksi alergi lebih sering disebabkan oleh resin

akrilik swapolimerisasi dan ini disebabkan resin akrilik

swapolimerisasi mengandung monomer sisa lebih dari 5%.

2. Pada dokter gigi dan tekniker

Monomer sisa metil metakrilat dari resin akrilik merupakan

iritan primer yang mendatangkan respon inflamsi secara cepat dengan

aksi langsung pada jaringan bila berkontak dengan iritan secara

langsung. Akibat tertinggalnya monomer metil metakrilat di dalam

resin akrilik, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa monomer

sisa metil metakrilat dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas atau

alergi, juga iritasi lokal bila tidak mengalami reaksi polimerisasi secara

sempurna. Sedangkan bila metil metakrilat berpolimerisasi secara

sempurna maka tidak akan menyebabkan reaksi hipersensitifitas. Pada

Page 2: Resin Akrilik (Tutorial)

basis resin akrilik umumnya reaksi bersifat lambat dan biasanya

dikenal dengan kontak alergi atau stomatitis venetata.

3. Penanggulangan

Perbandingan monomer dan polimer yang tepat merupakan

ahal yang penting untuk dipertimbangkan, perbandingan polimer dan

monomer biasanya 3 – 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1 satuan berat.

Bila perbandingan terlalu tinggi, tidak semua bubk sanggup dibasahi

oleh cairan dan akibatnya akrilik yang telah mengalami proses kuring

akan bergranul. Kegagalan dalam menentukan perbandingan monomer

dan polimer seperti terlalau banyaknya monomer dapat menyebabkan

reaksi yang tidak diinginkan akibat kelebihan cairannya, sehingga

pada gigi tiruan yang telah selesai di proses akan banyak mengandung

monomer sisa.

Penanggulangan kontak alergi alergi tergantung pada berat

ringannya kasus yang terjadi, dimana kasus yang ringan cukup dengan

menghilangkan alerginya dengna mencegah kontak bahan terhadap

kulit atau mukosa mulut misalnya dengan pembuatan gigi tiruan

sementara dengan metode tidak langsung. Bagi kasus yang berat,

untuk membantu penyembuhan pasien diobati dengan aplikasi

kortikosteroid topikal.

Pemaparan terhadap bahan hampir setiap hari bagi dokter gigi dan

tekniker oleh karena ventilasi laboratorium yang tidak baik. Oleh

sebab itu penggunaan masker sewaktu memanipulasi bahan basis.

Kontak langsung bahan monomer dengan pekerja laboratorium gigi

dapat menyebabkan sakit kepala yang sedang sampai parah dan dapat

dihilangkan dengan meminum aspirin sedangkan penggunaan sarung

tangan latex untuk manipulasi sehingga menghindarkan kontak

langsung dengan bahan resin akrilik.

Proses kuring merupakan hal yang penting dalam pembuatan

basis gigi tiruan sebab bila suhu dan lamanya pemanasan tidak

terkontrol dengan benar maka bahan resin akrilik tidak akan

mengalami proses kuring yang baik dan kemungkinan basis gigi tiruan

akan mengandung monomer sisa yang tinggi. Bila proses kuring

dilakukan pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu yang terlalu

singkat, akan menghasilkan monomer sisa yang besar pada basis gigi

tiruan. Pengaturan suhu dan waktu dalam proses kuring juga harus

diperhatikan dimana bila suhu yang terlalu rendah dan waktu yang

terlalu singkat akan menghasilkan monomer sisa yang lebih besar.

Aplikasi dari Resin Akrilik

Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture

base, landasan pesawat orthodontik (orthodontik base), basis gigi

tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan (artificial teeth) dan sebagai bahan

restorasi untuk mengganti gigi yang rusak. Jenis resin denture base

yang terbuat sesuai dengan petunjuk pabrik yaitu bahan poly (metil

metakrilat), resin, yang populer disebut sebagai akrilik. Meskipun

secara umun dapat dibedakan sesuai proses pembentukaanya resin

denture base jenis poly (metil metakrilat) atau PMMA. Adapun jenis-

jenis resin denture base adalah:

1. Akrilik (dough-type)

Bahan ini merupakan bahan basis gigitiruan yang paling sering

digunakan karena diperoleh dari penyatuan dari liquid degan powder.

Dengan nama lain adalah poli (metil metakrilat).

Page 3: Resin Akrilik (Tutorial)

2. Akrilik (gel-type)

Bahan ini merupakan hasil uraian unsur bebentuk gel yang dihasilkan

dengan cara mencampur liquid dengan powder.

3. Akrilik (puor-type)

Bahan ini terbentuk dari liquid dengan powder saja.

4. Akrilik (high-impact strength)

Bahan ini memeliki kekuatan tekan pada bahan yang dihasilkan

dengan cara menguraikan cabang rubber-like polimer butadiena

styrene menjadi molekul akrilik.

5. Akrilik (rapid heat-polymerized)

Bahan ini hampir sama dengan tipe dough hanya berbeda pada proses

modifikasi saja. Terkhusus pada proses polimerisasi hibridnya yaitu

dengan panas dan kimia.

6. Polyurethane resins

Bahan ini memiliki polomerisasi dari resin dengan proses

memancarkan spektrum cahaya pada daerah biru dengan panjang

gelombang antara 450-490 nm (Anusavice, 2004).

Cara Reparasi Resin Akrilik

1. Resin Perbaikan

Di luar karakteristik fisik resin basis protesa yang disukai, basis

protesa kadang-kadang fraktur. Pada kebanyakan keadaan, fraktur

tersebut dapat diperbaiki dengan menggunakan resin yang sesuai.

Resin perbaikan dapat diaktivasi oleh sinar, panas, maupun kimia.

Untuk memperbaiki protesa yang patah secara akurat, komponen-

komponen haruslah diatur kembali dan direkatkan bersama

menggunakan malam perekat atau modeling plastik. Bila keadaan ini

sudah diperoleh, dibuat model perbaikan dengan menggunakan stone

gigi. Protesa dipindahkan dari model dan medium perekat dibuang.

Kemudian, permukaan patah diasah untuk memberikan ruangan yang

cukup bagi bahan perbaikan. Model dilapisi dengan medium pemisah

untuk mencegah pelekatan resin perbaikan, dan bagian basis protesa

dikembalikan serta dicekatkan pada model. Persyaratan pengujian

untuk resin yang diaktivasi secara kimia untuk perbaikan basis protesa

dinyatakan pada Spesifikasi ADA No. 13 (Anusavice, 2004).

2. Resin Relining (Pelapik) Basis Protesa

Karena kontur jaringan lunak berubah selama protesa berfungsi,

seringkali permukaan protesa intraoral yang menghadap jaringan perlu

diubah, untuk menjamin kecekatan dan fungsi. Pada beberapa

keadaan, perubahan ini dapat dilakukan dengan prosdur pengasahan

selektif. Sementara pada keadaan lain, permukaan yang menghadap ke

jaringan harus digantikan dengan melapik (relining) atau mengganti

(rebasing) protesa yang lama (Anusavice, 2004).

Bila protesa akan direlining, bahan cetak dikeluarkan dari protesa.

Permukaan yang menghadap pada jaringan dibersihkan untuk

meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining.

Setelah tahap ini, resin yang tepat kemudian dimasukkan dan dibentuk

menggunakan teknik milding-tekanan. Untuk relining, temperatur

polimerisasi yang rendah lebih disukai guna meminimalkan distorsi

dari basis protesa yang ada. Kemudian, dipilih resin yang diaktivasi

secara kimia. Bahan yang dipilih diaduk menurut anjuran pabrik dan

ditempatkan dalam mold, ditekan dan dibiarkan mengalami

Page 4: Resin Akrilik (Tutorial)

polimerisasi. Protesa dikeluarkan dari kuvet, dirapikan, dan dipoles

(Anusavice, 2004).

3. Rebasing Basis Protesa

Tahap-tahap yang diperlukan dalam rebasing serupa dengan relining.

Cetakan jaringan lunak yang akurat diperoleh dengan menggunaan

protesa yang ada sebagai sendok cetak perseorangan. Kemudian,

model stone dibuat dari cetakan. Model dan cetakan disusun dalam

reline jig, yang dirancang untuk mempertahankan relasi vertikal dan

horizontal yang benar antara model stone dan permukaan gigi tiruan.

Hasil susunan tersebut memberikan petunjuk tentang permukaan

oklusal gigi tiruan. Setelah petunjuk tersebut diperoleh, protesa dilepas

dan elemen gigi tiruan dipisahkan dari basis yang lama. Elemen gigi

tiruan disusun kembali sesuai petnjuk yang ada dan ditahan pada

hubungan sebenarnya pada model sementara direkatkan dengan malam

pada pelat basis yang baru (Anusavice, 2004).

Porositas

Penyebab porositas

a. Menaikkan suhu terlalu cepat hingga 100 C.

Umumnya resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi

dengan menempatkan kuvet dalam water bath dengan suhu konstan

pada 70 ºC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan akhir

pada suhu 100 ºC selama 30 menit.12 (Combe, 1992; Craig dkk.,

2004).

b. Pencampuran komposisi akrilik yang terlalu encer.

Perbandingan polimer dan monomer yang umumnya digunakan

adalah 3:1 satuan volume atau 2,5:1 satuan berat. Bila monomer terlalu

sedikit maka tidak semua polimer sanggup dibasahi oleh monomer

akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranula

tetapi monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat

menyebabkan terjadinya kontraksi yang lebih besar (21% satuan

volume) dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada adonan

resin akrilik yang seharusnya (7% volume), sehingga membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk mencapai fase dough (konsistensi) dan

akhirnya menyebabkan timbulnya porositas pada resin akrilik (Combe,

1992; Craig dkk., 2004).

c. Kurang homogen pada waktu mencampur (pengadukan yang tidak

tepat antara komponen polimer dan monomer) (Combe, 1992;

Craig dkk., 2004).

d. Pendinginan secara tiba – tiba mengakibatkan perbedaan kontraksi

antara akrilik dengan gips tanam dan model.

e. Penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul

polimer yang rendah disertai temperatur resin mencapai atau

melebihi titik didih bahan tersebut (Combe, 1992; Craig dkk.,

2004).

f. Pengisian

Sewaktu melakukan pengisian ke dalam mold perlu diperhatikan agar

mold terisi penuh dan sewaktu di-press terdapat tekanan yang cukup

pada mold, ini dapat dicapai dengan cara mengisikan adonan akrilik

sedikit lebih banyak ke dalam mold. Jika jumlah adonan yang

Page 5: Resin Akrilik (Tutorial)

dimasukkan ke dalam mold kurang, maka dapat menyebabkan

terjadinya shrinkage porosity (Combe, 1992; Craig dkk., 2004).

Pencegahan

a. Digunakan akrilik pada fase dough

b. Setelah kuvet diisi akrilik, biarkan terlebih dahulu sampai 30 menit

sebelum direbus agar akrilik dapat meneruskan polimerisasinya

c. Adonan resin akrilik yang homogen,

d. Penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat

e. Prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik.

f. Serta waktu pengisian bahan ke dalam mould yang tepat (Combe,

1992; Craig dkk., 2004).

Sifat Fisik Dan Mekanik Resin Akrilik

Sifat Fisik

Warna dan Persepsi Warna

Resin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya

warnanya sama dengan jaringan sekitar. Warna disini berkaitan

dengan estetika, dimana harus menunjukka transulensi atau

transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan

mulut yang digantikannya.Selain itu harus dapat diwarnai atau

dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah

pembentukkan (Annusavice. 2003).

Stabilitas Dimensional

Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik,

sehingga dalam kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah.

Stabilitas dimensional dapat dipengaruhi oleh proses, molding,

cooling, polimerisasi, absobsi air dan temperatur tinngi (Annusavice.

2003).

Abrasi dan ketahanan abrasi

Kekerasan merupakan suatu sifat yang sering kali digunakan untuk

memperkirakan ketahanan aus suatu bahan dan kemampuan untuk

mengikis struktur gigi lawannya. Proses abrasi yang terjadi saat

mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat.

Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatakan

kerusakan dan terbentuknya pecahan / fraktur. Namun resin akrilik

keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi (Combe,

1992).

Crazing ( Retak )

Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin disebabkan karena

adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan berat molekul atau

terpisahnya molekul – molekul polimer (Combe, 1992).

Creep ( Tekanan )

Creep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu

dari suatu bahan di bawah muatan statis atau tekanan konstan. Akrilik

mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau

tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah

bentuk secara permanen (Combe, 1992).

Termal

Page 6: Resin Akrilik (Tutorial)

Thermal conduktivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan

logam, pengahntar panasnya sebesar 5,7 x 10-4 / detik / cm / 0C / cm2

(Combe, 1992).

Porositas

Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa

akrilik yang telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas

menyebabkan efek negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik.

Dimana resin akrilik ini mudah porus (Combe, 1992).

Sifat Mekanis

Strength ( Kekuatan)

Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik

prosesing, dan lingkungan gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik

mempunyai modolus elastisitas yang relatif rendah yaitu 2400 Mpa,

oleh karena itu basis tidak boleh kurang dari 1 mm (Combe, 1992).

Fraktur

Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat

menyebabkan daya fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi

fatigue dan ahkirnya memyebabkan gigi tiruan fraktur (Combe, 1992).

Fleksibilitas.

Fleksibilitas maksimal didefinisikan sebagai regangan yang terjadi

ketika bahan ditekan sampai batas kesetimbangannya. Resin akrilik

mempunyai sifat yang lunak dan fleksibel (Annusavice. 2003 ).

Sifat Kimia

Resin akrilik merupakan turunan etilen yang mengandung

gugus vinil. Dalam rumus strukturnya ada 2 kelompok resin akrilik

yaitu : asam akrilik dan asam metakrilat. Meskipun asam poli ini keras

dan transparan, polaritasnya, berkaitan dengan kelompok karboksil,

menyebabkan asam tersebut menyerap air. Air cenderung memisahkan

rantai-rantai serta menyebabkan pelunakan umum dan mengurangi

kekuatan. Metil metakrilat. Poli metil metakrilat sendiri tidak banyak

digunakan dalam kedokteran gigi untuk prosedur molding. Metil

metakrilat adalah suatu cairan bening transparan pada suhu ruang

dengan sifat fisik :

Titik leleh - 48

Titik didih

Kepadatan g/ml pada 20

Panas polimerisasi kcal/mol

Bahan tersebut menunjukan tekanan uap yang tinggi dan merupakan

pelarut organik yang baik meskipun polimerisasi metil metakrilat

dapat diawali oleh sinar ultraviolet, sinar tampak, atau panas, bahan

tersebut biasanya dipolimerisasi dalam kedokteran gigi dengan

menggunakan inisiator kimia.

Seperti semua resin akrilik , polimetil metakrilat menunjukan

kecenderungan menyerap air melalui proses imbibisi. Struktur non-

kristalnya mempunyai energi internal yang tinggi jadi difusi molekuler

Page 7: Resin Akrilik (Tutorial)

dapat terjadi kedalam resin, karena diperlukan sedikit energi aktivasi

tambahan lagi, gugus karboksil kutub, meskipun teresterifikasi dapat

membentuk jembatan hidrogen dengan air yang terbatas.

Sifat Biologi

Secara biologi resin tidak meiliki harus tidak meiliki rasa, tidak

berbau, tidak tosik dan tidak mengiritasi jaringan mulut. Untuk

memenuhi syarat inibahan tersebut sama sekali tidak boleh larut dalam

saliva atau cairan lain yang dimasukan ke dalam mulut, serta tidak

tembus cairan mulut,dalam arti tidak tidak boleh menjadi tidak sehat

atau memiliki rasa dan bau yang dapat diterima. Bila resin digunakan

sebagai bahan tambal atau semen, bahan tersebut harus dengan

struktur gigi untuk mencegah pertumbuhan mikroba sepanjang

pertemuan restorasi permukaan gigi.

Macam-macam Resin Akrilik

1. Macam-macam resin akrilik berdasarkan aktivasinya

a) Resin akrilik kuring panas ( Heat Curing Acrilic Resin )

Resin akrilik yang dalam polimerisasinya membutuhkan pemanasan

dan perendaman dalam air.

Komposisi resin Akrilik kuring panas :

Bubuk : - Poli metil metakrilat

- Benzoil peroksida

- Dibuthil phtalat

Cairan :- Metil metakrilat

- Hidrokinon

- Dibuthil phtalat

- Etilen glikol dimetakrilat

Sifat resin akrilik kuring panas

- Larut dalam ester dan alkohol

- Tidak larut dalam cairan mulut

- Estetika baik

- Konsentrasi monomer sisa tinggi

- Mengalami pengkerutan (polimerisasi dalam pemakaian)

b) Resin akrilik kuring dingin ( cold cured resin akrilik )

Resin akrilik yang dalam polimerisasinya diaktivasi secara

kimia dan bisa diproses pada suhu kamar

Komposisi resin akrilik kuring dingin :

Bubuk : - Polimetil metakrilat

- Benzoil peroksida

Cairan : - Metil metakrilat

- Hidrokinon

- Etilen glikol dimetakrilat

- Tertier amine

Sifat resin akrilik kuring dingin

- Aktivasi pada suhu kamar melalui bahan kimia

- Larut dalam ester dan alkohol

- Tidak larut dalam cairan mulut

- Cara manipulkasi lebih mudah dan lebih cepat

Page 8: Resin Akrilik (Tutorial)

- Berat molekul lebih rendah

- Konsentrasi monomer sisa lebih tinggi

- Mengalami pengkerutan

- Porusitas lebih banyak

- Penyerapan air lebih besar

- Agak lunak

c) Resin akrilik gelombang mikro ( mikrowaved activated resin )

Komposisinya sama dengan resinj akrilik kuring panas dengan

komposisi dalam monomer trietilen atau tetraetilen glokol

dimetakrilat.

Sifat resin akrilik gelombang mikro

- Proses lebih cepat, lebih bersih tetapi sangat mahal

- Estetika sangat bagus

- Minimal porositas karena tidak banyak menyerap cairan

- Biokompatibilitas tinggi

d) Resin Akrilik Cahay tampak ( Visible light cured )

Sifat resin akrilik cahay tampak

- Dapat berikatan secara fisiko mekanik

- Mempunyai kekuatan yang baik

- Dapat dikerjakan dengan mudah dan murah

- Tidak menyebabkan poerubahan dimensi

Aplikasi resin akrilik

1. Basis Protesa

a. Gigi Tiruan Lepasan dan Sebagian Lepasan

Resin Basis Protesa Teraktivasi dengan Panas (Heat Cured)

Bahan bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam pembuatan

hampir semua basis protesa. Energi termal yang diperlukan untuk

polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan

menggunakan perendaman air atau oven gelombang mikro

(microwave). Karena prevalensi dari resin ini, sistem teraktivasinya

dengan panas lebih di tekankan.

Waktu yang diperlukan bagi adukan resin mencapai tahap menyerupai

adonan disebut waktu pembentukan adonan. Spesifikasi ADA No.12

untuk resin basis protesa menyebutkan bahwa konsistensi ini diperoleh

kurang dari 40 menit sejak mulai proses pengadukan. Secara klinis,

kebanyakan resin mencapai konsistensi menyerupai adonan dalam

waktu kurang dari 10 menit.

Resin Basis Protesa Teraktivasi Secara Kimia (Self Cured)

Aktivator kimia mungkin juga digunakan untuk melangsungkan

polimerisasi basis protesa. Aktivasi kimia tidak memerlukan

penggunaan energi termal dan karena dpat dilakukan pada temperatur

ruang. Sebagai hasilnya, resin yang teraktivasi secara kimia sering

disebut sebagai resin cold curing, self curing atau otopolimerisasi.

Resin Basis Protesa Teraktivasi dengan Sinar (Light Cured)

Sinar yang dilihat oleh mata adalah aktivator, sementara

camphoroquinone bertindak sebagai pemulai polimerisasi. Resin basis

protesa komponen tunggal dipasok dalam bentuk lembaran dan benang

serta dibungkus dalam kantung kedap cahaya untuk mencegah

Page 9: Resin Akrilik (Tutorial)

polimerisasi yang tidak diinginkan. Resin yang diaktifkan dengan sinar

tidak dapat dimasukkan dalam kuvet seperti cara konvensional

(Anusavice, 2003).

b. Basis untuk Pesawat Lepas Orthodontik (Space Maintainer)

Heat Cure Akrilik Resin

Heat cure resin memberi produk akhir yang keras, padat dan memiliki

warna yang stabil, bebas porous dan bila digunakan polimer yang tidak

berwarna, akan terbentuk bahan yan transparan dan bening. Pesawat

harus dibuat dalam bentuk malam dan ditanam serta resin diproses

dalam flask dibawah tekanan dan panas.

Self Cure Akrilik Resin

Penggunaan bahan akrilik yang dapat mengeras sendiri membuat

pesawat ortodonti dan dapat diperbaiki dan dirubah tanpa perlu

mengikuti prosedur normal dari waxing.

Kekurangan yang berhubungan dengan penggunaan self cure akrilik

adalah bahwa bahan sulit untuk dipoles sampai mengkilap, adanya

kecenderungan terbentuknya porous dan ketidakstabilan warna. Juga

kadang kadang ditemukan bahwa jaringan mulut sensitif terhadap

bahan ini. Penggunaan self cure akrilik akan sangat bermanfaat untuk

merawat pasien jika kecepatan merupakan faktor yang penting

(Adams, 1991).

2. Sendok Cetak Perorangan .

Selama ini dikenal beberapa macam sendok cetak antara lain: Sendok

cetak sipa pakai (Stock tray), Sendok cetak perorangan (Custom Tray)

dan sendok cetak siap pakai dengan modifikasi (Modified Stock Tray).

Kasus yang seluruh tepi jaringan mulutnya harus tercetak dengan tepat

atau ukurannya tidak biasa, memerlukan sendokcetak khusus, berupa

sendok cetak perorangan. Dengan penggunaan sendok cetak jenis ini,

ketebalan bahan dapat dikontol, dukungan pada bahan cetak lebih baik

karena bentuknya sesuai dengn rahang yang akan dicetak.

Sendok cetak ini dirasakan kurang praktis karena pasien harus dicetak

dua kali, pertama untuk membuat model malam yang jadi basis

pembuatan sendok cetak perorangan dan kedua untuk pencetakan yang

sebenarnya. Sendok cetak perorangan dapat dibuat dari resin akrilik,

guttapercha atau shellac base plate (Gunadi, 1991).

3. Restorasi Gigi Tiruan

a. Temporary crown

Mahkota penuh terbuat dari aluminium, resin, baja tahan karat atau

resin akrilik untuk melindungi gigi yang telah dipreparasi dan jringan

lunak disekelilingnya. Mudah dibuka, menjaga oklusi dan dipasang

pada gigi sambil menunggu penyelesaian restorasi permanennya

(Harty, 1995)

b. Temporary brigde

Gigi tiruan jembatan dibuat dari bahan bahan sementara (resin akrilik)

yang dipasang pada gigi yang telah dipreparasi selama menunggu gigi

tiruan jembatan permanen selesai dibuat (Harty, 1995)

c. Jacket crown

Page 10: Resin Akrilik (Tutorial)

Mahkota penuh yang seluruhnya menutupi gigi yang telah dipreparasi

dan mempunyai bahu servikal. Dibuat dari porcelen atau resin akrilik

dan disemenkan pada gigi (Harty, 1995)

Syarat Resin Akrilik

Menurut Anusavice tahun 2003 syarat-syarat yang dibutuhkan untuk

resin akrilik yaitu :

a. Tidak toxic dan tidak mengiritasi.

b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.

c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada

bagian yang tipis.

d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena

stress tidaak mudah mengalami perubahan bentuk yang permanent.

e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah

atau pecah jika terbentur atau jatuh.

f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehinnga acrylic dapat dipakai

sebagai bahan restorai yang cukup lama.

g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.

h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah

dipigmen. Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.

i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengann sinar

x jika tertelan.

j. Mudah direparasi jika patah.

k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya didalam

mulut.

l. Mudah dibersihkan.

Teknik manipulasi

1. Teknik Molding-Tekanan

Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.

Master model ditanam didalam dental stone yang dibentuk dengan

tepat.

Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit

terbuka untuk memudahkan prosedur pembukaan kuvet.

Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap

ini, dental stone diaduk dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet

perlahan-lahan diletakkan pada tempatnya dan stone dibiarkan

mengeras. Setelah proses pengerasan sempurna, malam dikeluarkan

dari mould. Untuk melakukannya, kuvet dapat direndam dalam air

mendidih selama 4 menit. Kuvet kemudian dikeluarkan atau

diangkat dari air dan kedua bagian kuvet dibuka. Kemudian malam

luar dikeluarkan.Penempatan medium pemisah berbasis alginat

untuk melindungi bahan protesa (O’Brien, dkk., 1985).

2. Teknik Molding-Penyuntikan

Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master

diletakkan ke dalam stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan

mengeras.

Sprue diletakkan dalam basis malam.

Permukaan oklusal dan insisal gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka

untuk memudahkan pengeluaran protesa.

Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua kuvet

disatukan kembali.

Page 11: Resin Akrilik (Tutorial)

Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.

Resin dibiarkan dingin dan memadat.

Kuvet dimasukkan kedalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu

bahan terpolimerisasi, resin bahan dimasukkan ke dalam rongga mold.

Setelah selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan, diprose akhir,

dipoles (O’Brien, dkk., 1985)

Aspek – aspek yang mempengaruhi manipulasi

1. Perbandingan bubuk dan cairan

Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume

atau 2,5 : 1 satuan berat. Bila cairan terlalu sedikit maka tidak semua

bubuk sanggup dibasahi oleh cairan akibatnya akrilik yang telah

selesai berpolimerisasi akan bergranul dan adonan tidak akan mengalir

saat dipress ke dalam mold . Sebaliknya, cairan juga tidak boleh terlalu

banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan

akrilik , maka pengerutan selama polimerisasi akan lebih besar (dari

7% menjadi 21 % satuan volume ) dan membutuhkan waktu yang

lama untuk mencapai konsistensi dough dan dapat menimbulkan

porositas pada bahan gingiva tiruan (Anusavice ,2003).

2. Pencampuran

Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur

dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga

mencapai fase dough .

Adonan atau campuran akrilik ini akan mengalami empat fase,

yaitu :

a. Sandy stage

Mula – mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir basah.

b. Sticky stage

Bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan.

c. Dough stage

Terbentuknya adonan yang halus, homogen dan konsistensinya

tidak melekat lagi dan mudah diangkat, dimana tahap ini merupakan

saat yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mold dalam

waktu 10 menit.

d. Rubbery stage

Bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk adonan

menyerupai karet dan menjadi kaku (rubbery – hard ) sehingga tidak

dapat dimasukkan ke dalam mould (Anusavice ,2003).

3. Pengisian

Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk

mencegah merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi

sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekatnya dengan

bahan tanam gips dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin

akrilik.

Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar terisi

penuh dan saat dipress terdapat tekanan yang cukup pada mould.

Setelah pengisian adonan ke dalam mould penuh kemudian dilakukan

press pertama sebesar 1000 psi ditunggu selama 5 menit agar mould

terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian dilakukan press

terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit .

Selanjutnya kuvet dipasang mur dan dilakukan proses kuring

Page 12: Resin Akrilik (Tutorial)

4. Kuring

Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan

tiruan dalam water bath bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8

jam atau dengan cara dipanaskan pada suhu 70 C selama 1 jam 30

menit kemudian meningkatkan temperatur smapai 100 C

dipertahankan selama 1 jam (Anusavice, 2003).

Pemanasan pada suhu 100 C penting dilakukan untuk

mendapatkan kekuatan dan derajat polimerisasi resin akrilik yang

tinggi dan juga akan mengurangi sisa monomeryang tertinggal

Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang telah diisi resin

akrilik kemudian dipanaskan di dalam water bath . Suhu dan lamanya

pemanasan harus dikontrol .

Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring , yaitu :

a. Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna ,

memungkinkan mengandung monomer sisa tinggi.

b. Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer

mendidih pada suhu 100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai

suhu ini sewaktu masih terdapat sejumlah bagian monomer yang

belum bereaksi . Reaksi polimerisasi adalah bersifat eksotermis.

Maka apabila sejumlah besar massa akrilik yang belum dikuring

tiba – tiba dimasukkan ke dalam air mendidih , suhu resin bisa naik

di atas 100,3 C sehingga menyebabkan monomer menguap . Hal ini

menyebabkan gaseous porosity.

Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan .

Pendinginan dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar . Selama

proses ini, harus dihindari pendinginan secara tiba-tiba karena

semalaman pendinginan terdapat perbedaan kontrasksi antara gips dan

akrilik yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Bila

pendinginan dilakukan secara perlahan, maka stress diberi kesempatan

keluar akrilik oleh karena plastic deformation. Selanjutnya resin

dikeluarkan dari cetakan dengan hati – hati untuk mencegah patahnya

gingiva tiruan, kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik.

Ada Dua Jenis Polimerisasi Resin Akrilik

1. Reaksi KondensasiReaksi yang menghasilkan polimerisasi pertumbuhan bertahap atau

kondensasi berlangsung dalam mekanisme yang sama seperti reaksi

kimia antara 2 atau lebih molekul-molekul sederhana. Senyawa

untama bereaksi, seringkali dengan pembentukan produk sampingan

seperti air, asam halogen, dan ammonia. Pembentukan produk

sampingan ini adalah alasan mengapa polimerisasi pertumbuhan

bertahap, seringkali disebut polimerisasi kondensasi.

2. Reaksi Adisi

Tidak seperti polimerisasi kondensasi, tidak ada perubahan

komposisi selama polimerisasi tambahan/adisi. Makromolekul

dibentuk dari unit-unit yang kecil, atau monomer, tanpa perubahan

dalam komposisi, karena monomer dan polimer memiliki rumus

empiris yang sama. Dengan kata lain struktur monomer diulangi

berkali-kali dalam polimer (Anusavice, 2004)

Pada proses polimerisasi polimetil metakrilat terjadi reaksi

kimia berupa reaksi adisi. Reaksi yang terjadi sewaktu polimerisasi

Page 13: Resin Akrilik (Tutorial)

polimetil metakrilat berlangsung dengan tahap sebagai berikut

(Umriati, 2000):

a) Aktivasi dan Initiasi

Untuk berlangsungnya polimerisasi dibutuhkan radikal bebas,

yaitu senyawa kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki

electron ganjil (tidak mempunyai pasangan). Radikal bebas tersebut

dibentuk misalnya, dalam penguraian peroksida, dimana satu molekul

benzoil peroksida dapat membentuk dua radikal bebas. Radikal bebas

inilah yang menggerakkan terjadinya polimerisasi dan disebut

inisiator. Sebelum terjadi inisiasi, inisiatornya perlu diaktifkan dengan

penguraian peroksida baik dengan sinar, ultraviolet, panas atau dengan

bahan kimia lain seperti tertian amina.

Proses yang terjadi pada tahap inisiasi adalah:

- Benzoil peroksida menghasilkan dua radikal bebas

- Radikal bebas dapat terurai dan menghasilkan radikal bebas lain.

b) Propagasi

Stadium terjadinya reaksi antara radikal bebas dengan monomer

dan mendorong terbentuknaya rantai polimer. Proses yang terjadi pada

tahap ini adalah:

- Radikal bebas bereaksi dengan monomer menjadi radikal bebas

sehingga monomer teraktifkan.

- Monomer teraktifkan dapat bereaksi dengan molekul monomer lain

dan seterusnya menjadi pertumbuhan rantai.

c) Terminasi

Tahap ini terjadi apabila dua radikal bebas bereaksi membentuk

suatu molekul yang stabil.Pertumbuhan rantai polimer merupakan

suatu proses random yaitu sebagian rantai tumbuh lebih cepat dan

sebagian terminasi sebelum yang lainnya sehingga tidak semua rantai

mempunyai panjang yang sama. Terjadi pergerakan rantai polimer dari

rantai yang satu ke rantai lainnya sewaktu menerima beban stress,

sehingga semakin panjang rantai polimer semakin sedikit monomer

sisa pada basis gigi tiruan dan proses polimerisadi lebih sempurna

(Umriati, 2000).

Manipulasi resin akrilik

Manipulasi Heat Cured Acrylic Perbandingan monomer dan polymer

akan menentukan sturktur resin. Perbandingan monomer dan polymer,

biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume atau 2,5/1 satuan berat. Bila

ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer sanggup dibasahi oleh

monomer akibatnya acrylic yang digodok akan bergranula. Selain itu

juga tidak boleh terlalu rendah karena sewaktu polmerisasi monomer

murni terjadi pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada adonan

acrylic yang berasal dari perbandingan monomer dan polymer yang

benar, kontraksi sekitar 7%. Bila terlalu banyak monomer, maka

kontraksi yang terjadi akan lebih besar.Pencampuran polymer dan

monomer harus dilakukan dalam tempat yang terbuat dari keramik

atau gelas yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini dimaksudkan

supaya tidak terjadi polymerisasi awal.

Bila polymer dan monomer dicampuur, akan terjadi reaksi dengan

tahap-tahap sebagai berikut:

Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).

Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).

Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat,

Page 14: Resin Akrilik (Tutorial)

apabila ditarik akan membentuk serat (stringy stage). Butir-butir

polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer.

Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat

lekat hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita

inginkan.

Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih

banyak monomer yang menguap, terutama pada permukaannya

sehingga terjadi permukaan yang kasar.

Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah

menjadi keras dan getas pada permukaannya, sedang keadaan bagian

dalam adukan masih kenyal.Waktu dough (waktu sampai tercapainya

konsistensi liat) tergantung pada:

1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat

dan lebih cepat mencapai dough.

2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat

terbentuk konsistensi liat.

3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.

4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan

adonan dalam tempat yang dingin.

5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu

dough lebih singkat.

Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Acrylic

Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi

dengan acrylic. Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam

kuvet (pelat logam yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga

tersebut diisi dengan acrylic, lebih dulu diulasi dengan bahan

separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could mould seal

(CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai

tahap plastis (dough stage). Pemberian separator tersebut dimaksudkan

untuk:

a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan ber-

polimerisasi di dalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang

kasar dan merekat dengan bahan cetakan/gips.

b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin acrylic.

Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :

- Cetakan terisi penuh.

- Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat

dicapai dengan cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam

cetakan. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan

berkurangnya tekanan di dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat

menyebabkan terjadi shrinkage porosity. Ruang cetak diisi dengan

acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis (dough). Agar merat

dan padat, maka dipelukan pengepresan dengan menggunakan alat

hydraulic bench press. Sebaiknya pengepresan dilakukan dilakukan

berulang-ulang agar rongga cetak terisi penuh dan padat. Cara

pengepresan yang benar adalah:

1. Adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan ke dalam

rongga cetak, kemudian kedua bagian kuvet ditutup dan diselipi kertas

selofan.

Pengepresan awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan acrylic

dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan,

Page 15: Resin Akrilik (Tutorial)

diselipi kertas selofan.

2. Pengepresan dilakukan lagi seperti di atas, tetapi tekanan

ditingkatkan menjadi 1200 psi. Kelebihan acrylic dipotong dengan

pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan tanpa diselipi kertas

selofan.

3. Pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi, kemudian

kuvet diambil dan dipindahkan pada begel.

Pemasakan (Curing)

Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah

pengisian (packing) dan pengepresan perlu dilakukan pemasakan

(curing) di dalam oven atau boiling water (air panas). Di dalam

pemasakan harus diperhati-kan, lamanya dan kecepatan peningkatan

suhu/temperature.

Metode pemasakan dapat dilakukan dengan tiga metode pemasakan

resin acrylic, yaitu:

1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi

air setinggi 5 cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas

nyala api hingga mencapai temperature 700C (dipertahankan selama

10 menit). Kemudian temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C

(dipertahankan selama 20 menit). Selanjutnya api dimatikan dan

dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.

2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian

kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali

(dipertahankan selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan

mendingin sampai temperature ruang.

3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian

kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali.

Setelah mendidih api segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.

Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin

secara perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan

kontraksi antara gips dan acrylic yang menyebabkan timbulnya stress

di dalam polimer. Pendinginan secara perlahan-lahan akan memberi

kesempatan terlepasnya stress oleh karena perubahan plastis. Selama

pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol

perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah

menguap, maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan

kurang sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas pada

permukaan acrylic.

Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:

1. Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.

2. Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.

3. Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer

(100,30C).

Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%.

Pemasakan pada temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu

singkat akan menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus

dicegah, karena:

a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan

mulut.

b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin

Page 16: Resin Akrilik (Tutorial)

menjadi lunak dan lebih flexible.

Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada

kekuatan dan sifat-sfat optic acrylic. Porositas yang terjadi dapat

berupa shrinkage porosity (tampak geleembung yang tidak beraturan

pada permukaan acrylic) dan gaseous porosity (berupa gelembung

uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada bagian acrylic yang

tebal dan jauh dari sumber panas).

Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras

adalah terjadinya crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini

disebabkan adanya tensile stress ysng menyebabkan terpisahnya

moleku-molekul primer. Retak juga dapat terjadi oleh karena pengaruh

monomer yang berkontak pada permukaan resin acrylic, terutama pada

proses reparasi.

Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :

1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan

dan pembasahan denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi

secara berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil

untuk lapisan cetakan maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu

pemasakan; selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka dapat

menyebabkan keretakan.

2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi

termis antara denture porselen atau bahan lain seperti klamer dengan

landasan denture acrylic;retak-retak dapat terjadi di sekeliling bahan

tersebut.

3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi,

sejumlah monomer berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan

keretakan.

Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:

1. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.

2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang

selama

pemakaian.