resensi ronggeng dukuh paruk fix

7
TUGAS BAHASA INDONESIA (RESENSI NOVEL NON FIKSI) Anggota : 1. Adhisti Eka Putri (XII IPA-6/09) 2. Briantama Yanuar Ridwan (XII IPA-6/15) 3. Diah Yunitasari (XII IPA-6/18) 4. Su’udi Khoirul Anam (XII IPA-6/32) Misteri Dukuh Paruk dalam Balutan Ronggeng Identitas Buku : Judul buku : Ronggeng Dukuh Paruk Nama pengarang : Ahmad Tohari Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Kota : Jakarta Tahun : 1981 Tebal : 174 halaman Kepengarangan Lahir di desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya mencapai SMTA di SMAN 11 Purwokerto. Namun demikian beberapa fakultas seperti ekonomi, sospol dan kedokteran pernah dijelajahinya. Semua tak ada yang ditekuninya. Novelnya yang pertama Di Kaki Bukit Cibalak ditulisnya pada tahun 1977. Kemudian Kubah (PT Dunia Pustaka Jaya) terbit 1980 1

Upload: marittha-novieyanti

Post on 13-Dec-2015

278 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

ssda

TRANSCRIPT

Page 1: Resensi Ronggeng Dukuh Paruk FIX

TUGAS BAHASA INDONESIA

(RESENSI NOVEL NON FIKSI)

Anggota :

1. Adhisti Eka Putri (XII IPA-6/09)2. Briantama Yanuar Ridwan (XII IPA-6/15)3. Diah Yunitasari (XII IPA-6/18)4. Su’udi Khoirul Anam (XII IPA-6/32)

Misteri Dukuh Paruk dalam Balutan Ronggeng

Identitas Buku :

Judul buku                    : Ronggeng Dukuh Paruk

Nama pengarang          : Ahmad Tohari

Penerbit                        : PT Gramedia Pustaka Utama

Kota                             : Jakarta

Tahun                           : 1981

Tebal                            : 174 halaman

Kepengarangan

Lahir di desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya mencapai SMTA di SMAN 11 Purwokerto. Namun demikian beberapa fakultas seperti ekonomi, sospol dan kedokteran pernah dijelajahinya. Semua tak ada yang ditekuninya.

Novelnya yang pertama Di Kaki Bukit Cibalak ditulisnya pada tahun 1977. Kemudian Kubah (PT Dunia Pustaka Jaya) terbit 1980 dan dinyatakan sebagai karya fiksi terbaik tahun tersebut oleh Yayasan Buku Utama. Gramedia menerbitkan novelnya yang ke tiga Ronggeng Dukuh Paruk (1981). Lintang Kemukus Dini Hari adalah buah karya yang ke empat, merupakan satu dari trilogi tentang ronggeng Dukuh Paruk.

Ahmad Tohari tidak pernah melepaskan diri dari pengalaman hidup kedesaannya. Maka warna hampir semua karyanya adalah lapisan bawah dengan latar alam. Dia memiliki kesadaran dan wawasan alam yang begitu jelas terlihat pada tulisan-tulisannya.

1

Page 2: Resensi Ronggeng Dukuh Paruk FIX

Boleh jadi karena rasa keterkaitannya dengan keaslian alam maka Ahmad Tohari merasa tidak betah hidup di kota. Jabatannya dalam staf redaksi Medeka, Jakarta, yang dipegangnya selama dua tahun ditinggalkannya. Kini dia kembali berada di tengah sawah di antara lumpur dan katak, di antara lumut dan batu cadas di desanya.

Sinopsis :

Ronggeng Dukuh Paruk adalah bagian dari trilogi novel Ahmad Tohari, yaitu Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala. Masing-masing novel diterbitkan secara berurutan, tahun 1982, 1984, 1985.

Ronggeng Dukuh Paruk membuka kisahnya dengan penggambaran pedukuhan Dukuh Paruk yang sedang mengalami kemarau panjang. Cerita ini menitikberatkan pada Srintil, seorang anak perempuan yang tinggal di Dukuh Paruk. Dia mempunyai teman bernama Rasus, yang juga menjadi tokoh sentral dalam cerita ini. Dukuh Paruk adalah sebuah pedukuhan miskin dan masih terbelakang, sehingga cara berpikir masyarakat pun  masih primitif. Mereka sangat mengagungkan sesepuh mereka yang sudah meninggal bernama Ki Secamenggala.

Ronggeng adalah suatu kebanggaan di Dukuh Paruk. Perempuan yang meronggeng tidak akan dianggap sebagai perempuan jalang. Justru mereka akan sangat bangga apabila ada salah satu dari keluarga mereka menjadi seorang ronggeng. Maka selama hampir belasan tahun tanpa ronggeng, Dukuh Paruk serasa mati.

Rasus dan Srintil sering bermain bersama. Dalam permainan itulah Srintil sering sekali menari Ronggeng diiringi dengan musik seadanya yang dimainkan oleh Rasus. Hal ini tak sengaja diketahui kakek Srintil yang bernama Sakarya. Sakarya sebagai sesepuh desa kemudian menemui Kartareja, dukun Ronggeng. Dengan kepercayaan bahwa Srintil telah dirasuki indang ronggeng, Srintil menjadi ronggeng dalam usianya yang baru sebelas tahun.

Srintil serta Rasus adalah yatim piatu, orang tua mereka meninggal dalam sebuah peristiwa keracunan tempe bongkrek. Ketika itu Srintil masih bayi dan Rasus berusia tiga tahun. Srintil tidak terlalu mempertanyakan orangtuanya, sementara Rasus bersikap kritis tentang hal itu, terlebih keberadaan ibunya. Ini karena kesenjangan informasi yang ia terima. Tak ada makam ibunya, nenek Rasus menyatakan bahwa ibunya dibawa oleh seorang mantri dan tidak kembali. Orang menyebut bahwa jasad ibunya dibedah untuk keperluan penelitian dan kuburnya tak diketahui, sementara anggapan lain menyatakan bahwa ibunya pergi bersama si mantri dan hidup bersama serta tak kembali. Hal inilah yang kemudian membuat dia terus mencari gambaran sosok ibu, yang dia pikir ada dalam diri Srintil. Rasus melihat refleksi ibunya dalam diri Srintil. Paradigma itulah yang membuatnya tidak rela ketika Srintil disahkan menjadi ronggeng dan dimiliki oleh semua warga Dukuh Paruk.

2

Page 3: Resensi Ronggeng Dukuh Paruk FIX

Rasus kehilangan sosok yang dihormati pada diri Srintil. Rasus memutuskan pergi dan menjadi seorang tentara. Pada saat ia kembali ke Dukuh Paruk setelah berusia dua puluh tahun, Rasus mencoba melihat kewajaran pada pemahaman yang dimiliki Dukuh Paruk terhadap ronggeng, termasuk kewajaran pada kebanggaan Srintil sebagai seorang ronggeng. Rasus memutuskan pergi kembali untuk bergabung bersama tentara lainnya dengan pemahaman yang dibawanya bahwa Dukuh Paruk dengan segala keasliannya tidak akan pernah bisa diubah sampai kapan pun. Maka Dukuh Paruk akan tetap dengan ronggeng dan kecabulannya.

Unsur-unsur Intrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk:

Tema

Tema yang terdapat dalam novel ini adalah kebudayaan. Sebuah budaya ronggeng yang dimiliki sebuah kampung bernama Dukuh Paruk.

Tokoh dan Penokohan

Tokoh-tokoh yang saya anggap menonjol dalam menggulirkan alur cerita dalam novel ini adalah sang ronggeng Srintil, sang tentara Rasus, Sakarya, Kartareja dan Istrinya.

Srintil adalah seorang anak yatim piatu yang bercita-cita menjadi ronggeng. Dia pandai memikat, pandai menari, senang dipuji, cantik.

Rasus adalah seorang anak laki-laki yatim piatu yang menyukai bahkan mengagumi Srintil karena sebuah alasan ia melihat sosok ibunya pada sosok Srintil. Rasus adalah anak yang rajin, terbukti semasa kecilnya ia kerap membantu neneknya menggembalakan kambing. Kemudian ketika dewasa ia tumbuh menjadi laki-laki yang patuh terhadap keharusan bahwa ia harus meninggalkan Dukuh Paruk untuk menjadi seorang tentara. Ketika menjadi seorang tentara, Rasus tidak lagi ragu-ragu untuk memilih jalan yang seharusnya ia tempuh.

Sakarya, kakek Srintil yang amat patuh pada adat. Sakarya sangat memercayai keberadaan Ki Secamenggala. Sakarya bahkan membuat Srintil menjadi seorang ronggeng di usia muda.

Kartareja, seorang dukun ronggeng yang licik. Ketika malam buka kelambu, ia melakukan kelicikan pada dua orang pemuda yang mampu memenuhi persyaratan untuk bisa mewisuda keperawanan seorang ronggeng, Srintil.

Istri Kartareja juga sama halnya dengan suaminya, licik. Nyai Kartareja juga pandai memikat dan menaklukkan orang yang sedang emosi. Terbukti ketika Nyai Kartareja menaklukkan emosi dua orang pemuda yang hendak mewisuda keperawanan Srintil.

3

Page 4: Resensi Ronggeng Dukuh Paruk FIX

Ada pun tokoh-tokoh lainnya seperti Darsun, Warta, Sakum, Santayib, Istri Santayib, Nenek Rasus, Nyai Sakarya, Siti, Ibu Siti, dan warga Dukuh Paruk lainnya, juga sang leluhur yang sosoknya selalu disebut-sebut warga Dukuh Paruk; Ki Secamenggala.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Kelebihan

Kisah novel ini sarat akan nilai kemanusiaan, nilai-nilai budaya, dan penghormatan pada perempuan. Srintil merupakan simbol tokoh yang dijadikan sebagai semangat keperempuanan yang berjuang untuk keluar dari hitamnya zaman, dimana perempuan pada saat itu harus diperbudak oleh lelaki sebagai hawa nafsu dan selalu dikekang dalam memilih hidupnya sendiri. Cerita ini pun menekankan pada Hak Asasi Manusia (HAM) terutama hak pribadi yang juga harus dimiliki seseorang. Novel ini mengisahkan sejarah apa adanya, dan mengajarkan kita untuk selalu sadar dan ingat akan sejarah. Sejarah di sini bukan harus ditutupi, namun dikaji dan direnungkan sebagai suatu ‘pedoman arah’ agar sejarah yang buruk tak terulang di masa depan.

Kekurangan Penceritaan yang bertele-tele dengan sisipan suasana desa yang begitu detail namun

keluar dari alur cerita, sehingga cerita seolah menjadi tak konsisten dan terlalu jenuh untuk dibaca. Banyak kata-kata kasar yang sangat tak seronok. Ada beberapa istilah-istilah dan juga penggunaan bahasa daerah yang saat ini sudah sangat jarang terdengar namun tidak diberi keterangan tambahan.

KESIMPULAN

Dengan kajian sosiologi sastra, maka kita akan lebih mudah menemukan esensi ataupun intisari yang sangat menarik di dalamnya. Mengingat pengertian sosiologi sastra yang mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya, maka sesuai jika mengkaji isi dari cerita ini yang konon sangat memiliki esensi budaya dan adat istiadat yang melekat erat di masyarakatnya.

Dengan demikian, sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra.

Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk banyak sekali terdapat konteks kehidupan masyarakat Jawa dan kental akan berbagai fungsi, seperti fungsi sosial, Fungsi Religiusitas. Fungsi Moralitas, Fungsi Didaktif, Fungsi Estetis, Fungsi Rekreatif dan fungsi kontrol sosial. Selain fungsi sastra, berbagai nilai kehidupan seperti nilai sosial, nilai budaya, nilai bermasyarakat, dan nilai religius juga terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk.

4

Page 5: Resensi Ronggeng Dukuh Paruk FIX

SARANPembaca, sebagai peminat karya sastra hendaknya juga dapat melakukan pengkajian

karya sastra supaya dapat lebih memahami unsur-unsur karya sastra secara lebih mendalam rangkaian hikmah yang ada dan untuk mengetahui lebih dekat macam-macam teori pengkajian sastra agar dapat menambah wawasan pembaca.

5