representasi wanita sebagai sosok istri dan ibu dalam sebuah film
DESCRIPTION
REPRESENTASI WANITA SEBAGAI SOSOK ISTRI DAN IBU DALAM SEBUAH FILM (ANALISA SEMIOTIKA SOSOK HASRI AINUN DALAM FILM HABIBIE DAN AINUN)TRANSCRIPT
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
REPRESENTASI WANITA SEBAGAI SOSOK ISTRI DAN IBU DALAM SEBUAH FILM
(ANALISA SEMIOTIKA SOSOK HASRI AINUN DALAM FILM HABIBIE DAN
AINUN)
Johanna 1
Janette M. Pinariya 2
*1 Graduate Student of STIKOM LSPR-Jakarta
*2 Lecturer of STIKOM LSPR-Jakarta
ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan tentang representasi wanita Jawa sebagai sosok istri dan ibu
dalam film dibandingkan dengan realitas sosok istri dan ibu dalam masyarakat saat ini. Studi
ini bertujuan untuk menemukan makna dibalik wanita Jawa senbagai sosok istri dan ibu
yang direpresentasikan dalam film. Dalam penelitian ini, peneliti mengambarkan
representasi wanita Jawa sebagai sosok istri dan ibu dalam film Habibie dan Ainun dengan
mengambil figur ibu Hasri Ainun. Penelitian ini menggunakan analisa semiotik Roland
Barthes, teori analisa televisi/film John Fiske, teori unsur pembentuk film (unsur sinematik
dan unsur naratif). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa wanita Jawa saat ini
telah sibuk dengan karier di luar rumah dan melupakan tugas sebagai istri dan ibu dalam
keluarga sebagai hal yang utama. Sesungguhnya wanita sebagai istri dan ibu itu adalah
pusat keluarga. Wanita sebagai sosok istri dan ibu adalah pengambil putusan saat-saat kritis
dan penting dalam keluarga, seperti kesulitan ekonomi, bencana alam, dan sebagainya.
Kata Kunci: Film, representasi wanita, analisa semiotika
PENDAHULUAN
Wanita pada era sesudah kemerdekaan tampil pada sektor publik. Wanita
menjukkan kemampuannya dalam hal-hal publik. Mereka banyak yang mengejar karier di
perusahaan-perusahaan swasta maupun asing dan juga dalam sektor pemerintahan. Seiring
berjalannya waktu dengan bertambahnya kebutuhan hidup, para istri dan ibu dituntut
untuk menambah penghasilan keluarga dengan bekerja di luar rumah. Tanggung jawab
wanita sebagai istri dan ibu di rumah menjadi tergeser. Mereka merasa dipermudah dengan
adanya jasa pembantu rumah tangga, baby sitter dan juga day care.
Menurut penelitian di Ameria Serikat, seorang anak laki-laki malas belajar dan
prestasinya di sekolah menjadi kurang baik akibat ditinggal ibunya bekerja di luar
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
rumah.Perlu di ingat bahwa kepribadiaan anak mulai terbentuk dari usia 0-5 tahun. Masa itu
anak belajar semua hal yang dilihatnya dan didengarnya dari orang-orang disekitar. (Dokter
sehat.com, 2013) Para istri dan ibu menjadi fokus pada kariernya di luar rumah. Mereka
mengeser tanggung jawab mereka sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga, terutama
tanggung jawab dalam perkembangan kepribadian anak.
Sosok istri dan ibu yang sesungguhnya di keluarga dalam konteks budaya Jawa yang
tergeser tersebut menjadi masalah yang menjadi perhatian saat ini. Masalah-masalah sosial
mengerakan sineas perfilman untuk membuat film bernuansa kehidupan rumah tangga,
salah satu yaitu film Habibie dan Ainun. Film Habibie dan Ainun mewakili gambaran
kehidupan rumah tangga yang ada di masyarakat. Film yang diangkat dari kisah nyata
kehidupan rumah tangga presiden ketiga Republik Indonesia dan ibu, yaitu: Bapak B.J.
Habibie dan ibu Hasri Ainun Habibie. Film ini menyita perhatian publik, termasuk presiden
Susilo Bambang Yudhoyono yang telah menonton penayangan premier. (Apriyatno, 2012).
Peneliti mengambil figur ibu Hasri Ainun dalam film Habibie dan Ainun sebagai representasi
sosok istri dan ibu dalam kerangka budaya Jawa. Peneliti akan membedah adegan-adegan
yang merepresentasikan ibu Hasri Ainun sebagai sosok istri dan ibu dilihat dalam kerangka
budaya Jawa.
Unsur-unsur pembentuk film
Ketika membedah sebuah film, kita perlu mengetahui unsur-unsur yang membentuk
sebuah film. Dalam sebuah film terdiri dari dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan
unsur sinematik. Unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita film, sementara sinematik
adalah aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi 4 elemen
pokok, yakni mise en-scene, sinematografi, editing dan suara.
1. Mise en-scene adalah segala aspek yang berada di depan kamera yang akan
diambil gambarnya, yakni: setting/latar, tata cahaya, kostum, dan tata rias
wajah, serta pergerakan pemain.
2. Sinematografi, dibagi 3 aspek kamera dan film (teknik-teknik yang dapat
dilakukan melalui kamera dan stok filmnya), framing (hubungan kamera dengan
objek yang akan diambil), serta durasi gambar (lamanya sebuah obyek diambil
gambarnya oleh kamera).
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
3. Editing, tahap pasca produksi: pemilihan dan penyambungan shot-shot yang
telah diambil; tahap setelahnya film selesai; teknik yang digunakan untuk
mengabungkan tiap shotnya.
4. Suara dalam film dapat dipahami sebagai seluruh suara yang keluar dari gambar
yakni: dialog, musik dan efek suara. (Pratista, 2008)
Unsur-unsur di atas di jadikan pedoman dalam membedah sebuah film. Unsur-unsur
pembetuk di atas akan membantu peneliti menemukan makna dibalik yang tergambar
dalam setiap adegan pada film yang akan di teliti. Beberapa elemen-elemen di atas akan
dijadikan unsur-unsur dalam membedah film Habibie dan Ainun, terutama dalam adegan-
adegan yang merepresentasikan ibu Ainun sebagai sosok istri dan ibu.
Analisa Semiotik Roland Barthes
Dalam mengungkapkan makna yang terdapat dibalik sebuah tanda atau figur yang
ditampilkan dalam sebuah film memerlukan analisa terhadap tanda atau figur tersebut.
Penelitian ini menggunakan analisa tanda atau figur dari Roland Barthes. Roland Barthes
merupakan pemikir Perancis yang meneruskan pemikiran Saussure. (Sobur, 2004). Roland
Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan istilah “order of signification”. (Kriyantono,
2006).
Two orders of signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan). First
order of signification, yaitu denotasi dan second order of signification yaitu konotasi.
(Birowo, 2004)
Roland Barthes menekankan pada dua hal, yaitu: denotasi dan konotasi. Denotasi
adalah makna tingkat pertama yang objektif mengaitkan secara langsung antara lambang
dengan realitas atau gejala yang ditunjuk. Konotasi adalah makna yang dapat diberikan pada
lambang-lambang mengacu pada nilai-nilai budaya (Pawito, 2007).
Semiotik Roland Barthes menggunakan istilah mitos (myth), yakni rujukan bersifat kultural
(bersumber dari budaya yang ada) yang digunakan untuk menjelaskan gejala atau realitas
yang ditunjuk dengan lambang-lambang-penjelasan mana yang notabene adalah makna
konotatif dari lambang-lambang yang ada dengan mengacu sejarah (disamping budaya).
(Pawito, 2007)
Analisa televisi/film John Fiske
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Representasi merupakan proses yang dengannya realitas disampaikan dalam
komunikasi via kata-kata, bunyi, atau kombinasinya. (Fiske, 2007). Penulis menyimpulkan
berdasarkan definisi representasi dari fiske bahwa representasi secara tidak langsung
merupakan suatu praktek yang meproduksi kebudayaan melalui kata-kata, bunyi atau
kombinasinya, seperti dialog, tulisan, film, fotografi dan sebagainya.
Representasi penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, satu kelompok, atau
gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana representasi itu
ditampilkan, dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan visualisasi apa dan bagaimana
seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan dalam media massa kepada
khalayak. Persoalan utama dalam representasi adalah bagaimana realitas atau objek
tersebut ditampilkan (Eriyanto, 2008).
Tahap-Tahap Representasi
PERTAMA REALITAS
(Dalam bahasa tulis seperti dokumen, wawancara,
transkrip dan sebagaianya. Sedangkan dalam televisi
seperti pakaian, make-up, perilaku, gerak-gerik, ucapan,
ekspresi, suara)
KEDUA REPRESENTASI
Elemen-elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam
bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption,
grafik dan sebagainya. Sedangkan seperti dalam televisi
seperti kamera, tata cahaya, editing, music, dan
sebagainya.
KETIGA IDEOLOGI
Semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan kode-
kode ideologi, seperti individualisme, liberalisme,
sosialisme, patriarki, ras, kelas, materialism, kapitalisme
dan sebagainya.
Sumber: Fiske, 2007
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Penelitian ini mengunakan analisa televis/film dalam representasi sosok ibu Hasri Ainun
dalam film Habibie dan Ainun. Unit analisisnya adalah sistem tanda/unsur-unsur pembetuk
film, yang sebelumnya sudah dibagi per scene/ babak dari film Habibie dan Ainun. Sistem
tanda tersebut, yakni latar/setting, kostum, dialog dan teknik pengambilan gambar yang
memperjelas perilaku/ekspresi pemain. Data primer diperoleh dengan menelaah tanda-
tanda yang diperoleh dalam film, serta mengambil beberapa cuplikan gambar di film yang
mengandung representasi wanita sebagai sosok istri dan ibu dalam film Habibie dan Ainun
ini. Data sekunder diperoleh dari kepustakaan. Data yang terkumpul akan dimaknai atau
interpretasikan dengan menggunakan teori analisa semiotik Roland Barthes dan unsur-
unsur pembentuk film, serta analisis Fiske.
Konsep Wanita sebagai istri dan ibu dalam kerangka budaya Jawa
Wanita dalam budaya Jawa memiliki konsep-konsep ideal dalam perannya sebagai
istri dan ibu juga dalam masyarakat. Dahulu wanita sudah memegang peranan penting
dalam politik, ekonomi seperti bekerja disawah, menumbuk padi dan sebagainya
disamping perannya sebagai seorang istri dan ibu di rumah. (Handayani & Novianto, 2004).
Wanita Jawa memiliki posisi strategis dalam budaya Jawa, karena konteks sosial dan
psikologis kultur Jawa yang feminim membentuk karakter wanita Jawa memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi. (Empatik, kesadaran diri tinggi dan peka). (Handayani & Novianto,
2004).
Dalam keluarga otoritas yang sebenarnya berada di tangan ibu, namun yang
menerima sikap hormat bapak. Keluarga bagi individu Jawa merupakan sarang keamanan
dan sumber perlindungan. Orang tua sebagai sumber pertama kesejahteraan jasmani dan
rohani anak, serta kedudukan dalam masyarakat. Berdasarkan hal itu bagi orang Jawa
kedudukan orang tua tidak ada gantinya. (Handayani & Novianto, 2004).
Menurut gambaran ideal masyarakat Jawa, dalam keluarga bapak adalah kepala
rumah tangga bijaksana dan pelindung kokoh bagi istri dan anak-anaknya. Bapak menjamin
penghidupan dan menjadi pelindung kuat bagi keluarga, kenyataannya peranan ibu lebih
kuat. Ibu adalah pusat keluarga pada umumnya memegang keuangan, dan cukup
menentukan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting. (Handayani & Novianto,
2004).
Bapak memainkan peranan yang relatif marginal atau terpingirkan dalam keluarga.
Kaum laki-lakil merasa terdesak untuk selalu membawa diri sesuai dengan tata krama yang
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
tepat, mungkin itu semua untuk menutupi kebimbangan emosional mereka. Kaum wanita
jauh lebih merasa spontan mereka. Kadang-kadang mereka bisa berbicara kasar,
mengumpat-umpat dengan suara keras dan mengungkapkan kemarahan di dalam keluarga.
(Handayani & Novianto, 2004).
Anak laki-laki lebih banyak tergantung pada ibu dibandingkan anak wanita.
Pengaruh ibu terhadap jiwa anak laki-laki sangat besar. Muatan simbolis anak laki-laki dan
anak perempuan dalam budaya Jawa juga memiliki perbedaan. Anak laki-laki menjadi simbol
dunia luar yang harus ditaklukan dan hal ini tidak selalu berkaitan dengan moral. Wanita
dalam peran ibu sebagai pusat rumah yang selalu dapat dipercaya maupun simbol
moralitas. Wanita didik untuk mengatasi persoalan-persoalan praktis di rumah tangga
sehingga tampak lebih bisa diandalkan. (Handayani & Novianto, 2004).
PEMBAHASAN
Di dalam film Habibie dan Ainun terdapat beberapa adegan yang mengambarkan sosok ibu
Hasri Ainun sebagai seorang istri dan ibu bagi keluarganya. Berdasarkan adegan-adegan
yang ada, penulis mengambil beberapa adegan dari babak/scene yang ada.
Penggambaran ibu Hasri Ainun dalam Film Habibie dan Ainun
1. Babak/Scene : Awal Pernikahan di Jerman
Realitas
1. Latar/setting
Adegan ini diambil pada pagi hari di flat kecil tempat Ainun dan Habibie tinggal di awal
pernikahan mereka. Flat yang sempit dan kecil yang hanya cocok untuk tinggal 1 orang saja.
2. Kostum
Ainun menggunakan terusan berwarna hijau dengan motif kembang putih. Ainun
menggunakan baju terusan biasa yang sederhana.
3. Teknik pengambilan gambar
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Gambar diambil dengan teknik medium close-up dengan mengambil setengah badan
dari objek. Teknik ini untuk menangkap emosi dengan jelas dari pemain dan juga latar
belakang tempatnya.
Denotasi
Flat yang sempit untuk kehidupan rumah tangga ditambah lagi sebentar lagi akan
memiliki anak menggambarkan keaadaan ekonomi yang sangat minim di awal pernikahan
mereka. Kondisi Ainun yang sudah hamil tua dan kandungan Ainun yang sedikit bermasalah
membuat Habibie tidak mengizinkan Ainun untuk bekerja.
Habibie sebagai kepala keluarga memutuskan untuk bekerja extra demi memenuhi
kebutuhan rumah tangganya bersama Ainun. Ainun tetap berada di rumah sebagai ibu
rumah tangga.
Representasi
Dialog
Di sebuah flat yang sempit, keduanya tinggal. Ainun menyiapkan sarapan untuk Habibie. Habibie: Mah, Kamu liat ballpoint merahku?
(Sambil mencari-cari) Ainun: Mungkin di dalam kopermu, itu. Lalu Habibie menghampiri kopernya dan membukanya, sambil terus mencari.
Habibie: Kamu lagi mikir apa? Ainun: Aku lagi mikir aja, nanti kalau anak kita lahir ranjangnya mau di taruh di mana ya? Karna aku tidak ingin memindahkan meja kerjamu ini, tapi.. ee Saat Ainun berbalik badan tubuhnya tertabrak tubuh Habibie yang masih mencari ballpoint merahnya. Keduanya tertawa ringan.
Habibie: Kamu gendutan, sih, makanya sempit. Habibie tertawa sambil masuk ke dalam kamar sambil masih mencari-cari ballpoint merahnya
Ainun : Terus, apalagi? Item, jelek, ya sudah kalau gitu besok kamu tidur saja di perpustakaan kampus luas toh… Habibie tertawa.
Habibie: Ya (sambil menarik nafas), penghasilan saya memang belum cukup untuk menyewa flat yang lebih besar.
Ainun: Aku bisa cari kerja untuk bantu kamu.
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Habibie: Nai, biar saya yang mencari pekerjaan tambahan. Okay.. sambil mengusap-usap pipi Ainun
Konotasi
Wanita pada dasarnya memang adalah sosok yang mandiri. Wanita merasa siap
bekerja untuk membantu kehidupan ekonomi walaupun di tengah kondisi hamil sekalipun.
Dalam budaya Jawa wanita dapat mengambil alih keputusan disaat diperlukan oleh
keluarga. Wanita adalah pusat atau sentral dalam keluarga dan memliki kemampuan
mengambil alih tanggung jawab suami untuk mencari nafkah bila diperlukan.
Wanita di representasikan mandiri dan kuat, disaat dirinya diperlukan oleh keluarganya.
Wanita di gambarkan siap sedia membantu suaminya sebagai partner dalam rumah tangga
bukan sebagai pengikut. Unsur kemandirian tergambar dalam sosok Ainun.
Mitos/Ideologi
Menurut Handayani dan Novianto (2004), Kenyataannya dahulu wanita sudah
memegang peranan penting dalam politik, ekonomi seperti bekerja disawah, menumbuk
padi dan sebagainya disamping perannya sebagai seorang istri dan ibu di rumah. Budaya
Jawa pada saat zaman kerajaan-kerajaan masih ada, wanita memang sudah memegang
peranan penting dalam sektor publik, namun karena masuknya faham-faham lain yang
membuat peran wanita dalam menjadi kabur hakikat dan falsafahnya. Setelah pergerakan
emansipasi di zaman modern, wanita kembali mendapat tempat pada sektor publik dan juga
sektor domestik. Wanita diperkenankan tampil ke sektor publik melakukan hal yang
berguna bagi banyak orang di era itu dan Ainun berada pada era dimana wanita sudah dapat
tampil ke sektor publik.
Babak/Scene : Habibie di Indonesia dan Ainun serta anak-anak di Jerman
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Realitas
1. Latar/setting
Dalam adegan ini Ainun berada di ruangan prakteknya di rumah sakit dr. Boneke di
Hamburg pada pagi hari. Ruangan praktek dokter anak dengan latar gambar mainan anak-
anak dan boneka anak-anak.
2. Kostum
Ainun mengenakan kemeja kerja dan jubah dokter berwarna putih. Kostum seorang
dokter yang akan praktek untuk memeriksa pasien. Kostum jubah dokter yang merupakan
bentuk / gambaran pengabdian Ainun untuk orang lain di samping perannya sebagai ibu
rumah tangga di rumah.
3. Teknik pengambilan gambar
Adegan ini menggunakan teknik medium close-up dan juga close-up untuk menangkap
latar ruangan kerja Ainun sebagai dokter anak dan juga ekspresi wajah Ainun yang sedang
mengalami kebimbangan untuk memutuskan. Pada posisi berfikir untuk memutuskan
wajah Ainun yang sedang menutup matanya di close-up untuk menekankan kebimbangan
perasaan Ainun tersebut.
Denotasi
Ainun masih berada di Jerman bekerja sebagai dokter, sementara Habibie berada di
Indonesia mengabdikan diri untuk mengembangkan kedirgantaraan Indonesia. Ainun di
Jerman bersama anak-anak tanpa Habibie. Anak-anak diasuh oleh pengasuh. Ainun
mengalami kebimbangan apakah dia terus menjadi dokter atau kembali fokus menjadi ibu
rumah tangga lagi. Saat Thareq anak kedua Ainun dan Habibie sakit menjadi titik balik Ainun
yang membuatnya berfikir terhadap perannya di dalam keluarga sebagai istri dan ibu
ataukah perannya dalam masyarakat sebagai dokter yang sebaiknya dipilihnya. Akhirnya
Ainun memutuskan meninggalkan perannya sebagai dokter.
Representasi
Dialog
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Ainun di rumah sakit bekerja rumah sakit dan menelepon Habibie, Ainun menceritakan bahwa kemarin saat dia pulang dari tempat kerjanya mendapatkan anaknya sakit kemudian dia masuk ke dalam kamar Thareq. Ainun memegang dahi Thareq. Ainun: Kenapa sayang? Coba lihat matanya. Kembali ke percakapan Ainun dan Habibie di telepon. Ainun: Tapi papa ngga usah panik. Thareq sudah baikan. Pa, aku ini seorang dokter anak, setiap hari mengurus dan mengobati anak, tapi anakku sendiri malah tidak terurus. Habibie: Maaf, saya tidak bisa di sana.
Ainun: Ah, it’s okay. Ainun: Papa gimana kabarnya? Habibie: Oo, Baik. Semua rencana pekerjaan saya di dukung semua oleh presiden.
Ainun: Alhamdulilah. Habibie: Semua ini bisa terjadi, karena kamu dan anak anak kita. Terima kasih. Maaf, apa kita lagi berfikir hal yang sama? Ainun: Sepertinya begitu. Habibie: Aku rindu kamu, ma. Ainun: Aku juga rindu kamu, pa. Aku akan menyusul. Lalu keduanya menutup telepon. Akhirnya Ainun memutuskan untuk tidak menjadi dokter anak lagi dan fokus merawat dan mengasuh kedua anaknya. Konotasi
Kedua buah hati Habibie dan Ainun adalah laki-laki. Dalam budaya Jawa anak laki-laki
lebih banyak tergantung pada ibu dibandingkan anak wanita. Kedua anak Ainun yang
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak bergantung pada Ainun sebagai ibunya daripada
bapaknya. Anak laki-laki lebih membutuhkan peran ibu, apalagi dikala sakit. Sebagai ibu
Ainun dihadapkan pada pilihan untuk tetap menjadi dokter atau kembali fokus menjadi istri
dan ibu bagi keluarganya. Ainun sebagai sosok wanita Jawa yang sudah menjadi istri dan ibu
dihadapkan pada posisi kritis dimana masa depan anaknya berada di tangannya sebagai
seorang ibu. Akhirnya keputusan kembali fokus dalam perannya sebagai istri dan ibu
dianggap sebagai keputusan yang bijak. Wanita yang saat ini sudah menjadi seorang istri
sekaligus ibu dan bekarier di luar rumah harus berfikir kembali pentingnya keluarga.
Keluarga inti adalah hal yang utama dan tidak bisa digantikan oleh apapun.
Mitos/Ideologi
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Menurut Handayani dan Novianto (2004), Anak laki-laki lebih banyak tergantung
pada ibu dibandingkan anak wanita. Pengaruh ibu terhadap jiwa anak laki-laki sangat
besar. Secara ideologi Jawa anak laki-laki lebih banyak tergantung dan membutuhkan ibu
dibandingkan anak wanita. Hal ini secara alami berlangsung bahwa jiwa anak laki-laki sangat
berpengaruh pada pembentukan karakter yang ditanamkan oleh sang ibu. Dapat
disimpulkan bahwa pada umumnya anak laki-laki lebih condong ke ibu. Ibu adalah pusat
keluarga.
Menurut Handayani dan Novianto (2004), wanita sebagai seorang istri dan ibu mampu
mengambil keputusan penting disaat kritis, apalagi kaitannya dengan kebaikan untuk masa
depan dan perkembangan anak.
Babak/Scene : Ainun menjadi Ibu Negara (Isteri Presiden)
.
Realitas
1. Latar/setting
Malam hari di kediaman Habibie dan Ainun. Adegan ini diambil tepatnya di ruang
tengah/keluarga dan depan kamar tidur Habibie dan Ainun. Latar mengambarkan suasana
malam yang gelap.
2. Kostum
Habibie menggunakan piyama dan Ainun menggunakan kimono untuk tidur. Kostum
mereka berdua menunjukkan bahwa mereka berdua sudah bersiap untuk tidur.
3. Teknik pengambilan gambar
Gambar yang diambil dalam adegan ini menggunakan teknik medium close-up untuk
menangkap ekspresi dan latar suasana ruangan di belakangnya dan close-up untuk
menangkap ekspresi wajah Ainun yang marah dan kesal pada Habibie suaminya.
Denotasi
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Ainun mengajak Habibie untuk tidur, karena sudah selama sebulan Habibie tidur
hanya 1 jam saja. Ainun khawatir pada kondisi Habibie, selain itu Ainun juga ingin
membicarakan tentang kanker ovarium yang kambuh lagi. Ainun 2 kali menegur Habibie
untuk mengajaknya tidur, namun Habibie tetap ingin menyelesaikan keputusan penting
yang tidak bisa ditunda.
Ainun pergi kembali ke kamar tidur dan meletakkan bantal dan selimut Habibie di luar
kamar. Setelah Habibie selesai dan melihat bantal dan selimutnya di luar, Habibie tau bahwa
Ainun marah sekali padanya. Habibie mengetuk pintu sampai Ainun keluar dengan wajah
melotot dan marah. Ainun marah, karena Habibie lebih mementingkan urusan Negara
daripada dirinya sendiri.
Representasi
Dialog
Di suatu malam, Habibie sibuk dengan pekerjaannya sebagai kepala Negara. Ibu Ainun sudah memperingatkan pak Habibie untuk tidur, namun beliau tidak mau dan masih ingin menyelesaikan tugasnya. Sampai akhirnya ibu Ainun meninggalkan pak Habibie dan masuk ke kamar. Tidak lama kemudian pak Habibie mengetuk pintu namun tidak dibukakan hingga dia mengetuk pintu untuk yang 3xnya dan akhirnya dibukakan oleh Ainun. Ainun keluar dengan wajah marah dan kesal. Ainun: Kamu itu pemimpin Negara, kalau kamu tidak bisa pimpin tubuhmu sendiri, bagaimana kamu mau pimpin tubuh 200 juta orang? Habibie: Ya, tapi saya. Ainun: Istirahatlah, kalau kamu sakit. Kamu tidak bisa pimpin bangsa ini. Habibie memandang Ainun. Habibie: Ya… Lalu mencium kening Ainun. Ainun: Kamu itu, orang paling keras kepala dan paling sulit yang aku kenal. Tapi kalau aku harus mengulang hidupku lagi. Aku akan tetap milih kamu. Konotasi
Dibalik kemarahan yang ditunjukkan Ainun. Ainun merasa suaminya berada pada posisi kritis
dimana sumainya tidak bisa menempatkan skala prioritas dengan baik. Ainun merasa
Habibie suaminya tidak mampu menempatkan skala prioritas dengan baik, yang justru
merugikan pribadi suaminya. Ainun sebagai seorang wanita merasa perlu menentukan hal
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
yang terbaik untuk suaminya yang sudah tidak perhatian untuk dirinya sendiri, apalagi
terhadap keluarganya.
Kemarahan Ainun menunjukkan bahwa keadaan kritis yang menyangkut keluarga sebagai
seorang istri Ainun dapat mengungkapkan persaaanya secara spontan yang bertujuan untuk
kebaikan keluarganya.
Dalam budaya Jawa, peran istri dan ibu adalah pusat dari keluarga. Peran wanita sebagai
istri dan ibu akan mempertahankan keluarganya mati-matian demi kebaikan semuanya,
maka wanita mampu mengungkapkan emosinya dengan lebih spontan dibandingkan
dengan laki-laki.
Mitos/Ideologi
Menurut Handayani dan Novianto (2004), kata wanita berasal dari kata wani=
berani dan nata= menata. Artinya wanita juga memiliki peran untuk menata. Dalam budaya
Jawa, suami digambarkan sebagai kepala keluarga yang bijaksana dan pelindung kokoh
dalam keluarga. Dalam kenyataanya wanita yang memiliki peran lebih kuat sebagai pusat
keluarga. Wanita dapat menentukan atau memutuskan sesuatu di saat keadaan kritis yang
menyangkut keluaga yang dibinanya.
SIMPULAN
Simpulan dari temuan dan hasil analisis data pada film Habibie dan Ainun, adalah
keluarga adalah nomor satu dalam hidup. Seorang istri dan ibu memiliki peran yang sentral
dalam rumah tangga. Istri dan ibu mengatur, melahirkan anak, merawat, dan memelihara.
Peran hakiki seorang ibu dalam mendidik anak dan juga merawat keluarga oleh seorang istri
sekaligus ibu perlahan mulai bergeser. Peran mereka dalam merawat anak digantikan oleh
baby sitter atau pembantu. Kesibukan membuat mereka lupa dengan tanggung jawab
utama mereka untuk merawat, menjaga dan melindungi keluarga yang sudah dibentuk
bersama sang suami.
Dalam film Habibie dan Ainun, para istri sekaligus ibu disadarkan untuk kembali pada
tanggung jawab utama seorang istri dan ibu dalam keluarga disamping mengerjakan
pekerjaan di kantor maupun usaha dirumah. Keluarga adalah hal yang utama bagi seorang
ibu. Ibu yang berperan membentuk karakter seorang anak. Wanita di era modern yang
mandiri, cerdas tetap dapat mampu melakukan hal lain, namun tugas dan tanggung jawab
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
utama sebagai seorang istri dan ibu tetap harus menjadi prioritas utama dibandingkan
dengan yang lain.
Seorang istri dan ibu adalah pusat keluarga. Ia harus dapat menentukan keputusan
disaat keadaan kritis dan penting dalam keluarga. Wanita harus menentukan keputusan
yang bijak untuk keluarga yang dibinanya. Pertimbangan masa depan keluarga ada di
tangan wanita sebagai istri sekaligus ibu. Anak akan tetap memerlukan ibunya terutama di
masa-masa pembentukan karakter dasar mereka.
Saran
Berikut adalah beberapa saran baik secara praktis maupun akademis guna penelitian
selanjutnya. Saran-saran tersebut diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan
dunia komunikasi, khususnya.
Saran Akademis
Saran dari segi akademis agar penelitian semiotika terhadap film yang mengagkat cerita-
cerita nyata lebih diperbanyak. Studi diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian
lanjutan yang serupa.
Saran Praktis
Saran-saran yang dapat diberikan penliti yang dapat menjadi masukkan dan evaluasi
terhadap film Habibie dan Ainun. Saran-saran tersebut ditujukan kepada:
1. Sutradara
Inti cerita memang sudah memiliki makna yang kuat, namun perlu ditambahkan lagi
penekanan efek dramatis di beberapa adegan, sehingga penonton semakin tersentuh dan
seluruh makna yang ingin disampaikan melalui film Habibie dan Ainun dapat ditangkap dan
dirasakan oleh penonton dengan benar dan tepat.
2. Penonton
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Para penonton khususnya perempuan dapat menjadikan ibu Ainun sebagai contoh figur
atau panutan dalam membina rumah tangga sebagai sosok seorang istri sekaligus ibu.
Pemahaman tentang karakter-karakter ibu Ainun dapat dirasakan, dicermati sebagai contoh
melalui film ini yang telah mereprentasikan beliau sebagai seorang istri sekaligus ibu bagi
suami dan kedua anaknnya.
Para penonton lainnya harus cermat dalam memilih suatu karya film, cermat dalam
menangkap makna pesan yang ingin disampaikan, karena banyak sekali pelajaran yang
dapat diperoleh dari sebuah film.
DAFTAR PUSTAKA Buku Birowo, M. Antonius. (2004). Metode Penelitian Komunikasi: Teori Dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gitanyali. Eriyanto, Analisis Wacana. (2008). Pengantar Analisis Teks Media, PT. LKiS Printing
Cemerlang, Yogyakarta 2008 Fiske, John. (2007). Cultural and Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif, Yogyakarta: Jalan Sutra. Handayani, Christina S. & Novianto, Ardhian.(2004). Kuasa Wanita Jawa. PT. Lkis
Pelangi Aksara Yogyakarta. Kriyantono, Rahmat.(2006) Teknik Praktis Riset Komunikasi . Prenada Media Group,
Jakarta. Pawito, Ph.D. (2007).Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiSPelangi Aksara Yogyakarta,. Pratista, Himawan.(2008). Memahami Film. Homerian Pustaka, Yogyakarta. Sobur, Alex. (2004). AnalisisSemiotika komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Berita online
Penelitian Komunikasi, 2013
Representasi Wanita Sebagai Sosok Istri dan Ibu dalam sebuah Film
Dokter sehat.com. (April, 2013). Dampak Ibu Bekerja di Luar Rumah). Retrieved Mei
2013 from http://doktersehat.com/dampak-ibu-bekerja-di-luar-rumah/