representasi kode dalam rombu solo desa ......indonesia pada jurusan pascasarjana di universitas...
TRANSCRIPT
REPRESENTASI KODE DALAM ROMBU SOLO DESA RANGA
KABUPATEN ENREKANG (KAJIAN SEMIOTIKA)
CODE REPRESENTATION OF ROMBU SOLO AT RANGA VILAGE
IN ENREKANG REGENCY (THE STUDY OF SEMIOTICS)
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Magister Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
OLEH
MUHAMMAD NASRUL
NOMOR INDUK MAHASISWA. 105041201217
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Muhammad Nasrul
Nim : 105 04 12 012 17
Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat di buktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya
bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut.
Makassar, 21 Mei 2020
Muhammad Nasrul
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagib Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang
maha penggasih yang tiada pilih kasih, maha penyaang yang rasa sayangnya tak
terhenti dan berkah rahmatny, taufik dan inayah-nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis. Tesis ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Shalwat serta salam sehingga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya fi yaumil qiyamah, beserta
keluarganya, sahabanya dan kepada seluruh umat islam di seluruh alam.
Setiap orang dalam berkarya selalu memcari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin di kejar semakin
menghilang dari pandangan, bagai pelanggi yang terlihat indah dari kejauhan,
tetapi menghilang jika didekati.demikian juga tulisan in, kehendak hati ingin
memcapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala
daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini dengan baik dan
bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup ilmu
keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Karya tulis ini di ajukan untuk menemuhi salah satu persyaratan untuk
memeroleh gelar master pendidikan program studi pendidikan bahasa dan sastra
indonesia pada jurusan pascasarjana di universitas muhammadiyah makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terimah kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E, M.M. selaku rektor universitas
muhammdiyah makassar.
viii
2. Dr. H. Darwis Muhdina, M. A. Selaku direktur program pascasarjana
universitas muhammdiyah makassar.
3. Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. Selaku ketua jurusan program studi
magister pendidikan bahasa dan sastra indonesia universitas
muhammdiyah makassar.
4. Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. Selaku pembimbing I dan Dr.
Munirah, M. Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan masukan sejak awal penyusunan prospal hingga selesainya
tesis ini.
5. Kedua orang tua yakni Mansur dan Sumarni yang telah berjuang, berdoa
dan mendidik dalam proses pencarian ilmu.
6. Dan tentunya semua pihak yang banyak membatu penulis yang tidak
disebutkan satu persatu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hari, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan
kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-
mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri
pribadi penulis. Amin.
Enrekang, Januari 2020
Penulis
Muhammad Nasrul
ix
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ketegasan ditandai keberanian mengambil keputusan dan nyali
untuk melaksanakan”
Kupersembahkan karya ini buat orang tercinta atas keikhlasan dan
doanya dalam mendukung dan mewujubkan harapan penulis menjadi
kenyataan
v
ABSTRAK
Muhammad Nasrul (2017), representasi kode dalam rombu solo
Kabupaten Enrekang kajian semiotika dibimbing oleh Abd. Rahman Rahim, dan
Munirah.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan bentuk semiotika dalam
rombu solo: (2 )mendeskripsikan fungsi sosial yang terdapat dalam rombu solo.
Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan semiotika Roland Barthes. Adapun sumber data diperoleh dari
informan berupa data lisan. Data penelitian ini adalah kata, frasa dan kalimat yang
berupa kode dalam rombu solo. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik rekaman, teknik pengamatan serta pencatatan, dan teknik wawancara
mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kode yang terdapat dalam
rombu solo terdiri dari lima kode yakni 1) kode hermenutika, 2) kode kode
proairetik/aksi, 3) kode semik/konotatif 4) kode simbol, 5) kode budaya. Fungsi
sosial dalam rombu solo yakni 1) fungsi keagamaan, 2) fungsi kebudayaan, 3)
fungsi pendidikan, 4) fungsi kemasyarakatan. Oleh karena itu, berdasarkan
temuan yang telah diperoleh pada rombu solo harus dapat lebih banyak perhatian
untuk mencegah sastra daerah berada di ambang kepunahan dan sebagai upaya
dalam pelestarian tradisi daerah.
Kata kunci : semiotika dalam rombu solo
vi
ABSTRACT
Muhammad Nasrul 2017 Code Representation Rombu Solo in enrekang
(study of semiotics ) (supervised by Abd. Rahman Rahim, dan Munirah.)
The study aims at describing the forms of code and social function
contains in rombu solo. The type of this study was categorized as qualitative
research. The approach used was Roland Barthes semiotics approach. The data
sources were obtained from the informants in a form of verbal data. The data of
study were words, phrase, and sentence in form of code in enrekang. Data were
collected by employing recording technique, observation and note-taking
technique, and in dept interview.
The result of the study reveal that the forms of code contained in rombu
solo consisted of five codes, namely (1) hermeneutics code, (2) proairetik code,
(3) semic code, (4) symbol code, (5) culture code. The social function in rombu
solo were (1) religion fuction, (2) culture function, (3) educational function and
(4) community function. Suggestion based on the results of the study researchers
in rombu solo should be to get more attention to prevent region literarure on the
verge of extinction and as an effort in the prevesetion of regional tradition.
Keywords : rombu solo, code, social function.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Sastra 6
B. Folklor 7
C. Semiotika 10
D. Sastra dalam model semiotika 19
E. Representasi 24
F. Rambu Solo 27
G. Kerangka Konseptual 34
x
BAB III : METODE PENELITIAN 35
A. Jenis Penelitian 36
B. Tahapan Penelitian 37
C. Batasan Istilah 38
D. Rancangan Penelitian 39
E. Sumber Data dan Data 39
F. Instrumen Penelitian 40
G. Teknik Pengumpulan Data 40
H. Pemeriksaan Keabsahan Data 42
I. Teknik Analisis Data 43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45
A. Deskripsi Hasil Data 45
B. Pembahasan Hasil Penelitian 50
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 61
A. Kesimpulan 61
B. Saran 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
PROPOSAL
REPRESENTASI KODE DALAM ROMBU SOLO
KABUPATEN ENREKANG ( KAJIAN SEMIOTIKA )
xii
Muhammad Nasrul
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pola pikir manusia merupakan sebuah bentuk
perkembangan yang mendasari terbentuknya suatu pemahaman yang merujuk
pada terbentuknya sebuah makna. kehidupan kita saat ini tidak pernah terlepas
dari makna, persepsi atau pemahaman yang kita liat. Sekarang ini kita melihat
benda-benda di sekeliling kita. Sering sekali kita tanpa memikirkan bentuk dan
wujud benda tersebut kita bisa mengetahui apa nama benda itu. Dan mengapa
tanda ini di maknai begini, kajian keilmuan yang meneliti simbol atau tanda dan
konstruksi makna yang terkandung dalam tanda tersebut dinamakan semiotika.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan
di kehidupan ini, di tengah-tengah manusia dan bersama dengan manusia.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari tanda (Barthes,
1988:179) .
Semiotika menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri
atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda mempresentasikan benda,
2
ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu
sendiri.(littlejohn: 2009). Tujuan semiotika mengetahui makna-makna yang
terkandung dalam tanda sehingga diketahui bagaimana komunikator
mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak lepas dari nilai-nilai ideologis
tertentu serta konsep kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna
dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk mengetahui pesan dalam
tanda tersebut. Semiotika tentunya melihat bagaimana budaya menjadi landasan
pemikiran dalam pembentukan makna dalam suatu tanda.
Representasi merupakan salah satu praktek penting yang memproduksi
kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan
menyangkut pengalaman berbagi. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan
yang sama jika manusia-manusia yang ada di situ membagi pengalaman yang
sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam bahasa yang
sama dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Bahasa adalah medium yang
menjadi perantara dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan mengubah makna.
Bahasa mampu melakukan semua ini karena ia bereporasi sebagai sistem
representasi. Lewat bahasa (simbol-simbol, kode atau tanda tertulis, lisan atau
gambar) dapat mengungkap pikiran, konsep dan ide-ide tentang sesuatu.
Berbicara tentang budaya Indonesia sebagai negara yang terdiri atas berbagai
suku bangsa yang memiliki banyak ragam budaya tercermin dalam gaya dan pola
hidup masing-masing daerah. Kebudayaan merupakan ciri khas suatu bangsa yang
melambangkan jati diri Bangsa tersebut yang harus dijaga dan dilestarikan oleh
segenap warga Negara Indonesia. Budaya yang ada di Indonesia mempunyai
3
keunikan yang berbeda-beda di setiap daerah. Daerah yang memiliki pola
kehidupan yang unik. Yaitu pola kehidupan yang terdapat pada masyarakat
Enrekang yang dikenal dengan Rombu Solo.
Kekayaan budaya yang terkandung dalam adat atau tradisi Rombu Solo sudah
seharusnya dilestarikan dari turun temurung di era globalisasi dan modernitas
yang sedang melanda seluruh sendi kehidupan manusia mulai dari daerah
perkotaan hingga ke wilayah pelosok. Tradisi ini sangat penting dilestarikan karna
jika hal tersebut di biarkan maka lambat laun akan hilang kebudayaan itu.
Penelitian yang mengkaji tentang cerita rakyat pernah dilakukan kartini (2016)
dengan judul “symbol dalam Cerita Rakyat Muna (kajian Semiotika). Penelitian
ini menggunakan kajian semiotika model Charles Sander Pierce dan
menyimpulkan bahwa cerita rakyat Muna yang dianalisi mengandung beberapa
symbol. Symbol-simbol tersebut erat kaitanya dengan hakikat cerita yang hendak
disampaikan oleh penuturnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tipe relasi nilai
kemanusiaan dalam sastra sinrilik meliputi tipe relasi manusia dan tuhan, manusia
dan manusia, manusia dan diri sendiri dan manusia dan alam. Isi nilai
kemanusiaan dalam sinrilik meliputi isi yang berkaitan dengan sistem
kepercayaan atau religi, yang berkaitan dengan sistem tradisi dan adat istiadat, dan
isi yang berkaitan dengan sistem kaidah atau norma.
Kode secara umum dalam strukturalisme dan semiotika terkait dengan sistem
yang memungkinkan manusia untuk memandang identitas-identitas tertentu
sebagai tanda-tanda, sebagai suatu yang bermakna (Schooles,1982). Dengan kata
4
lain, segala sesuatu yang bermakna tergantung pada kode, kita bisa memberi
makna kepada sesuatu berkah adanya sesuatu pikiran, suatu kode, yang
memungkinkan kita untuk melakukanya. Pengkajian sastra lisan pada kode sangat
jarang dilakukan terutama pada objek penelitian. Minimnya serta kurangnya
perhatian mengenai kode pada sastra lisan itulah sebagai dasar pertimbangan bagi
calon peneliti untuk menjadikan sastra lisan, dalam hal ini tradisi Rombu Solo
sebagai objek kajian untuk memahami kode, tanda yang sulit di pahami dalam
sastra lisan dan erat kaitanya pada tradisi khususnya di daerah Enrekang.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan judul penelitian “representasi
kode dalam Rambu Solo pada kajian semiotika ” Hasil penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat dalam mengkaji semiotika, dan representasi kode pada
semiotika khususnya pada upacara Rombu Solo di Kabupaten Enrekang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana kajian semiotika yang terdapat dalam Rombu Solo?
2. Bagaimana fungsi sosial yang terdapat dalam Rombu Solo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kode semiotika dalam Rombu Solo
2. Mendeskripsikan fungsi sosial yang terdapat dalam rombu solo.
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua sisi yakni (1) manfaat dari sisi
teoritis, dan (2) manfaat dari sisi praktis.kedua hal tersebut diuraikan pada bagian
berikut ini.
1. Manfaat teoretis
a. Memberikan wawasan tambaan dalam pembelajaran sastra, khususnya
kode-kode yang terdapat pada tradisi rombu solo.
b. Memberikan sumbangan pengetahuan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan yang praktis untuk
menentukan rencana pembelajaran sastra khususnya kode-kode yang
terkandung dalam tradisi rombu solo.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustakan yang disajikan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memberi petunjuk bahwa suatu penelitian itu benar secara teoritis dan sebagai
literatur untuk mendukung penelitian ini. Adapun hal-hal yang diuraikan
sehubungan dengan teori yang relevan dengan penelitian ini akan diuraikan
sebagai berikut.
A. Sastra
Dalam bahasa Indonesia, kata sastra berasal dari bahasa sansekerta: akar
kata hs- dalam kata kerja turunan yang berarti „mengarahkan, memberi petunjuk
atau instruksi. Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka dari itu
sastra berarti „alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran
( teeuw, 1984). Ilmu sastra ini di kemukakan oleh Luxemburg, dkk (1984) ada
lima pengertian sastra dengan mengacu pada ciri yang terdapat dalam sastra
sesuai dengan perkembangan yaitu: 1. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah
kreasi, bukan semata-mata imitasi, 2. Sastra bersifat atonom, tidak mengaju
kepada sesuatu yang lain, sastra tidak bersifat komunikatif, 3. Karya sastra yang
otonom itu bercirikan suatu koherensi, 4. Sastra menghidangkan sebuah sintesa
antara hal- hal yang saling bertentangan, dan 5. Sastra mengungkapkan yang tak
terungkapkan.
Menurut Tang (2008) sastra institusi sosial yang memakai medium bahasa,
sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari
7
kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektifitas
manusia.
Karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai media alternatif yang dapat
menghubungkan kehidupan manusia masa lampau, masa kini, dan masa yang
datang tetapi juga berfungsi sebagai bahan informasi masa lalu yang berguna
dalam upaya merancang peradaban manuasia kearah yang lebih baik dan
bergairah di masa depan.(Tang, 2008).
Satra lisan adalah kesustraan warga suatu kebudayaan yang di sebarkan
dan di tuturkan secara turun temurun. Istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa inggris oral literaturs. Istilah dari bahasa belanda yaitu Oran
Letterkunde. Dalam bahasa Indonesia digunakan istilah sastra tradisional. Dalam
pembicaraan seni pertunjukkan digunakan pula istilah seni bertutur. Lord (dalam
Amir, 2013) menawarkan definisi sastra lisan merupakan sastra yang dipelajari,
disampaikan dan dinikmai secara lisan.
B. Folklor
Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan
diwariskan turun- temurun. Folklor juga tersebar di antara kolektif macam apa
saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan
maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat
(Danandjaja, 1994).
8
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah
(menyeluruh) dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan, karena
sesungguhnya syeitan adalah musuh besar bagi kalian.” (QS.Al-Baqarah:208)
Terjemahan :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah,” mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada
nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal,nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui apa pun dan tidak mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah:170)
1. Bentuk- bentuk folklor
Menurut Jan Harold Brunvand (1994 ) folklore dapat digolongkan ke dalam
tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu folkflor lisan, sebagian lisan,
dan bukan lisan.
a. Folklor lisan (verbal folklore)
Folkflor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentunya (genre)
folkflor yang termasuk kedalam kelompok besar ini antara lain 1. Bahasa
rakyat seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan title kebangsawanan,
2. Ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pameo,
3.pertanyaan tradisional, seperti teka-teki, 4. Puisi rakyat, seperti pantun
dan syair, 5. Cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda dan dongeng, 6.
Nyanyian rakyat.
b. Folkflor sebagian lisan (party verbal folkflor)
Folkflor yang sebagian bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan
bukan lisan. Bentuk-bentuk folkflor yang termasuk kelompok besar selain
9
kepercayaan rakyat adalah permainan rakyat, tarian rakyat adat istiadat,
upacara, pesta rakyat dan lain-lain.
c. Folklor Bukan Lisan (non verbal folkflor)
Folkflor yang bentunya bukan lisan walaupun cara pembuatannya di
sampaikan secar lisan. Kelompok ini di bagi menjadi yang material dan
yang bukan material. Bentuk material antara lain : arsitektur rakyat
(bentuk rumah asli daerah dan bentuk lumbung padi). Kerajinan tangan
rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat
obat-obatan tradisional, yang termasuk bukan material adalah: gerak
isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat, dan musik
rakyat. (Danangjaya, 1994).
2. Ciri-ciri Folklor
Danangjaya, 1994 mengemukakan cirri-ciri pengenal folklor sebagai berikut:
a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni
melalui tutur kata dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk realtif tetap,
dan juga diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama.
c. Folklor ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini
di akibatkan oleh cara penyebarannya secara lisan sehingga oleh proses
lupa diri manusia atau proeses interpolasi folklor dengan mudah dapat
mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak
pada bagian karyanya saja sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap
bertahan.
10
d. Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui
oleh orang lagi.
e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola.
f. Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif.
g. Folklor bersifat prologis yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sama
dengan logika umum.
h. Folklor menjadi milik bersama dari milik kolektif tertentu. Hal ini sudah
tentu diakibatkan karena penciptaan pertama sudah tidak diketahui lagi
sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
i. Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga seringkali
kelihatan kasar dan terlalu spontan.
3. Fungsi Folklor
a. Fungsi folklore sebagai system proyeks, sebagai alat pencermin angan-
angan suatu kolektif.
b. Funsi folklor sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-
lembaga kebudayaan.
c. Funsi folklor sebagai alat pendidik anak.
d. Fungsi folklor sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma
masyarakat akan selalu dipatuhi oleh anggota kolektifnya.
Artinya :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang
diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah bagi
11
kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).” Apakah
(mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (QS
Al-Maidah:104)
Artinya ;
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah tersesat, sesat
yang nyata.” (QS.Al-Ahzab:36)
Artinya :
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-
telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku
suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya“.
Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata”
C. Semiotika
Semiotika berasal dari kata yunani semeion, yang berarti tanda. Maka
semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan
dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda,
seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda (Zoest: 1993).
12
Teeuw (1982) memberikan batasan bahwa semiotika adalah tanda sebagai
tindak komunikasi. Teeuw beranggapan bahwa semiotika merupakan model
sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk
pemahaman hakiki untuk pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi yang
khas didalam masyarakat manapun juga.
Tang (2008) mengemukakan bahwa semiotika adalah ilmu tanda yang
menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan merupakan
sebuah tanda. Semiotika mempelajari sistem, aturan, dan konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda yang ada mempunyai arti.
1. Sastra sebagai fakta semiotik
Sebagai fakta semiotika, karya sastra mempunyai eksistensi ganda, yakni
berada dalam dunia inderawi yang keberadaanya dapat ditangkap oleh indera
sekaligus dunia kesadaran yang nonempirik yang keberadaanya tidak dapat
dipahami oleh indera (Faruk, 2015)
2. Tanda verbal dan non verbal
Makna sebuah teks dapat berkembang dari waktu kewaktu setiap kali
pembaca membacanya, baik karena pengaruh pengalaman individual maupun
karena pengaruh prinsip-prinsip yang berkembang dalam kehidupan kolektif
bermasyarakat (Hoed, 2011).
3. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes berperan besar memperkenalkan konsep semologi. Ketika
untuk pertama kalinya membaca buku Saussure, Barthes melihat kemungkinan-
kemungkinan untuk menerapkan semiologi atas bidang lain. Tetapi bertentangan
13
dengan Saussure, Barthes bahwa Semiologi termasuk bagian linguistik, bukan
sebaliknya. Secara umum, Barthes ingin menawarkan suatu metode untuk
memperdalam pemahaman terhadap bahasa, sastra dan masyarakat. Secara
khusus Barthes memfokuskan pada tanda-tanda non verbal (Barthes, 2012).
Roland Barthes (1915-1980) menggunakan teori siginifiant-signifié dan
muncul dengan teori mengenai konotasi. Perbedaan pokoknya adalah Barthes
menekankan teorinya pada mitos dan pada masyarakat budaya tertentu (bukan
individual). Barthes mengemukakan bahwa semua hal yang dianggap wajar di
dalam suatu masyarakat adalah hasil dari proses konotasi. Perbedaan lainnya
adalah pada penekanan konteks pada penandaan. Barthes menggunakan
istilah expression (bentuk, ekspresi, untuk signifiant) dan contenu (isi, untuk
signifiè). Secara teoritis bahasa sebagai sistem memang statis, misalnya meja
hijau memang berarti meja yang berwarna hijau. Ini disebutnya bahasa
sebagai first order. Namun bahasa sebagai second order mengijinkan kata meja
hijau mengemban makna “persidangan”. Lapis kedua ini yang disebut konotasi.
Unsur-unsur semiologi disajikan kedalam empat bagian pokok yang
dipinjam dari linguistik structural antara lain sebagai berikut:
a. Langue (language) dan Parole (speech)
b. Penanda (signifier) dan petanda (signified)
c. Sintagma (Syntagm) dan system (system)
d. Denotasi (denotation) dan konotasi (connotation)
Roland Barthes (2012) berpendapat bahwa dalam teks setidaknya
beroprasi lima kode pokok yang didalamnya terdapat penanda tekstual yang
14
dapat dikelompokkan. Setiap atau tiap-tiap leksia dapat dimasukkan kedalam
salah satu dari lima kode ini. Kode sebagai suatu sistem makna luar yang lengkap
sebagai acuan dari setiap tanda, menurut Barthes terdiri atas lima jenis kode,
yaitu: a. kode hermeneutik (kode teka-teki), b. kode semik (makna konotatif), c.
kode simbolik, d. kode proaretik.
Semiotika terdapat sembilan macam semiotik, yaitu:
a. Semiotik Analitik
Semiotik yang menganalisis sistem tanda. Contoh: seseorang yang
mempunyai suatu ide dalam pikirannya, lalu ide tersebut digambar
menggunakan alat tulis menjadi suatu benda atau simbol, dan benda tersebut
mempunyai makna dibaliknya.
b. Semiotika Deskriptif
Semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat dialami sekarang,
meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak
lama lagi akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu.
Demikian pula jika ombak memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa
laut berombak besar. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.
c. Semiotika Faunal(zoosemiotic)
15
Semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh
hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antara
sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh
manusia. Misalnya, seekor ayam betina yang berkotek-kotek menandakan
ayam itu telah berteluratau ada sesuatu yang ia takuti. Induk ayam yang
membunyikan “krek ... krek ... krek ...” memberikan tanda kepada anak-
anaknya untuk segera mendekat, sebab ada makanan yang ditemukan. Tanda-
tanda yang dihasilkan oleh hewan seperti ini, menjadi perhatian orang yang
bergerak dalam bidang semiotik faunal.
d. Semiotika Kultural
Semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam
kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai
makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun-temurun
dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyarakat juga
merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu yang
membedakannya dengan masyarakat yang lain. Contoh: budaya orang NU
adalah adanya tahlilan, sholawatan dan lain-lain.
e. Semiotika Naratif
Semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan
cerita lisan (folklore). Telah diketahui bahwa mitos dan cerita lisan, ada di
antaranya memiliki nilai kultural tinggi. Contoh: pohon beringin yang
rindang dan lebat di percayai orang-orang bahwa pohon itu keramat atau
angker.
16
f. Semiotika Natural
Semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Air
sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan daun pohon-
pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak bersahabat dengan
manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda
kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.
g. Semiotika Normatif
Semiotik yang khusus menelaah tanda yang dibuat manusia yang berwujud
norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas. Di ruang kereta api sering
dijumpai tanda yang bermakna dilarang merokok.
h. Semiotika Sosial
Semiotik yang khusus menelaah sistem yang tanda dihasilkan oleh manusia
yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang
berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Contoh: lagunya Nidji
yang berjudul “Laskar Pelangi” yang mempunyai makna kata yang baik dan
indah.
i. Semiotika Struktural
Semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui
struktur bahasa. Baik itu bahasa verbal maupun bahasa non verbal (logika
tindakan, e. kode gnomik (kode kultural).
Menurut Susanto (2013) modus transaksi amanat yang dikemukakan oleh
Roland Barthes, merupakan praktis untuk menemukan amanat secara tepat.
17
Tujuannya adalah agar pembaca tidak sia-sia dalam melakukan interpretasi
terhadap karya sastra. Kelima kode Roland Barthes sebagai berikut:
18
a. Kode teka-teki
Kode teka-teki adalah merupakan belitan tanda Tanya dalam batin
pembaca yang dapat membangkitkan hasrat pembaca dan kemauan untuk
menemukan jawaban dari sebuah pertanyaan inti yang dikandung dalam
karya sastra. Kode teka-teki dipakai bilamana pembaca berhadapan dengan
sesuatu yang tidak segera dapat dipahami, disitulah perlu usaha
interpretasi.
b. Kode konotatif
Kode konotatif merupakan dunia yang ditransformasikan kedalam
deretan tanda tulis yang bersifat lihatan. Penyebab konotatif itu sendiri
adalah fakta dalam kehidupan sehar-hari yang telah mengalami modifikasi,
artifisial, dan interpretasi sesuai dengan konteks aksion yang diinginkan
pengarang.
c. Kode simbolik
Kode simbolik merupakan dunia perlambangan, yakni dunia
personifikasi manusia dalam menghayati arti hidup dan kehidupan. Hal ini
dapat ditandai melalui kelompok-kelompok konvensi atau berbagai bentuk
yang teratur. Melalui pengulangan bermacam-macam mode dan
bermacam-macam maksuddalam sebuah teks sastra, yang akhirnya
menghasilkan sebuah makna kode tersebut.
d. Kode aksi
Kode ini mengacu pada organisasi aksi-aksi yang dilakukan atau
dialami oleh agen-agen yang ada dalam narasi. Kode aksi mencakup
19
segala yang ada dalam teks hadir secara khas dan secara lansung sebagai
yang bersifat naratif, yaitu mencakup relasi yang ada pada apa yang terjadi
yang disajikan secara ordinar menurut suatu logika yang sekaligus kausal
dan temporal (Barthes, 2007).
e. Kode budaya
Kode budaya merupakan peranan metalingual. Hal ini terlihat
fatalnya bila yang terjadi dalam susastra dihubungkan dengan realitas
budaya. Latar sosial budaya yang terdapat dalam sebuah cerita rekaan
memungkinkan adanya suatu kesinambungan dari budaya sebelumnya.
Selain itu dapat pula sebagai penyimpangan budaya dari budaya
sebelumnya, ntah sebgian atau keseluruhannya terhadap budaya yang telah
mapan. Misalnya upacara karya Korrie Layun Rampan yang banyak
menginformsikan budaya dayak (Kalimantan) dengan dimensi latar
belakang social budayanya.
Paliang (2003) mendefinisikan pemahaman kode Roland Barthes
akan memudahkan pembaca menilai tingkatan konotasi sebuah teks.
Barthes didalam bukunya mengembangkan teori kode dengan cara
mendekonstruksi atau membongkar teks Balzac Sarrsine, yaitu
memecahnya menjadi beberapa bagian untuk dikaji, memberinya nomor
dan kemudian merekonstruksinya kembali menjadi 48 tema. Dari ke-48
tema tersebut, Barthes menghasilkan konstruksi lima macam kode yang
berbeda yaitu kode hermeneutik, semantik, simbolik, proairetik, dan
kultural.
20
1. Kode Hermeneutik
Kode hermeneutic adalah kode yang mengandung unik-unik tanda
secara bersama-sama berfungsi untuk mengartikulasikan dengan
berbagai cara dialektika pertanyaan respon, yang didalamya proses
jawaban atau kesimpulan (cerita) ditangguhkan, sehingga
menimbulkan semacam enigma (teka-teki) atau dengan kata lain kode
hermeneutika berhubungan dengan teka-teki dalam wacana.
2. Kode Semantik
Kode semantik adalah kode yang berada pada kawasan penanda,
penanda khusus yang memiliki konotasi, atau penanda yang
materialitasnya sendiri tanpa rantai pertandaan pada tingkat idiologis.
Kode tersebut merupakan sebuah kode relasi penghubung, yang
merupakan konotasi dari orang, tempat, objek, yang petandanya adalah
sebuah karakter (sifat, atribut, predikat). Misalnya konotasi feminitas,
maskulinitas. Atau dengan kata lain, kode semnatik adalah tanda-tanda
yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminine,
kebangsaan, kesukuan, loyalitas.
3. Kode simbolik
Kode simbolik adalah kode yang mengatur antithesis dari tanda-
tanda, dimana satu ungkapan atau tanda meleburkan dirinya kedalam
subtitusi (pergantian), keanekaragaman penanda dan referensi,
21
sehingga menggiring dari suatu kemungkinan lainnya dalam
indeterminansi.
4. Kode proairetik
Kode proairetik adalah kode yang mengatur alur cerita atau narasi
atau disebut juga kode aksi. Setiap aksi dalam satu cerita menjadi sub-
bagian secara berurutan dan urutan-urutan ini hanya dapat dilihat
dalam proses membaca satu aksi dalam konteks totalitasnya. Aksi
tertentu berdasarkan logika tertentu memampukan seorang pembaca
memperkirakan aksi sebelum dan aksi berikutnya.
5. Kode Kultural
Kode kultural adalah yang mengatur dan membentuk suara-suara
kolektif dan anonym dari pertandaan, yang berasal dari pengalaman
manusia dan tradisi yang beraneka ragam.
D. Sastra dalam model semiotika
Sastra sebagai tanda termasuk dalam bidang semiotik Desassure, bahasa
adalah sistem tanda dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tak
terpisahkan satu sama lain; signifian ( penanda) dan signifie (petanda). Signifian
adalah aspek formal atau bunyi pada tanda itu, padahal signifie adalah aspek
pemaknaan atau konseptual tetapi signifian tidak identik dengan bunyi dan
singnifie bukanlah denotasi, jadi hal atau benda dalam kenyataan yang diacu oleh
tanda itu. Secara kongkrit tanda burung tidak sama dengan bunyi fisik dan tidak
pula dalam binatang dalam kenyataan. Dapat di katakana bahwa aspek tandanya
22
di laksakan lewat bentuk bunyi fisik, sedangkan sebagai tanda kata burung dpat di
pakai untuk mengacu dalam kenyataan.
De Saussure membicarakan beberapa aspek tanda yang khas, tanda adalah
arbitrer, konvesional dan sistematik. Arbitrer berarti bahwa dalam urutan bunyi b-
u-r-u-n-g itu sendiri tidak ada alasan atau motif untuk menghubunkannya dengan
binatang yang dapat terbang. Kombinasi tertentu antara aspek formal dan
konseptual sebenarnya berdasarkan konvensi yang berlaku antara anggota
masyarakat bahasa tertentu, yang disebut burung oleh orang Indonesia, di sebut
bird oleh orang bahasa inggris, dan vogel oleh orang belanda, dan seterusnya.
Setiap bahasa menpunyai sistem maknanya yang sedikit banyaknya berbeda
dengan sistem makna bahasa yang lain. De sassaure menjelaskan pula bahwa
bahasa bukanlah satu-satuanya tanda yang di pakai dalam masyarakat, ada
berbagai sisten tanda lain, misalnya dalam masyarakat modern kita memakai
sistem tanda lalu lintas yg prinsipnya sama dengan bahasa. Tanda lalu lintas juga
bersifat arbitrer merah sebagai larangan, hijau sebagai izin. Ada hubungan
intrinsic sistem tanda lalu lintas berdasarkan oposisi tertentu.
Semua sistem tanda, tarmasuk bahasa, yang merupakan sistem tanda yang
paling kompleks dan mendasar untuk momunikasi manusia, dari segi tertentu
dapat kita bandingkan dan di teliti, ilmu pengetahuan yang bertugas meniliti
sistem tanda oleh De Sasssure di sebut semiologi, atau ilmu tanda (semio) yang
berarti tanda. Gagasan yang sama telah lebih dahulu di kembangkan oleh Charles
Sander Pierce, seoarang filsuf America yang tulisanya diterbitkan berdasrarkan
kata yunani yang sama Pierce menciptakan istilah semiotik, semiotik untuk
23
cabang yang sama. Semiotik atau semiologi sebagai ilmu tanda semakin populer
dan semakin luas bidannya, karena tidak hanya melingkupi ilmu bahasa dan sastra
tetapi juga aspek atau pendekatan bahasa dan sastra tetapi juga aspek atau
pendekatan tertentu dalam ilmu seni (estetik), antropologi budaya, dan filsafat.
1. Model bahasa karl biihler
De Sassure dan Pierce bahwa tidak hanya bahasa tetapi juga sastra merupakakn
sistem tanda yang bertugas sebagai alat komunikasi anatar manusia makin meluas
dalam kalangan peneliti sastra. Apa yang di maksud bahwa sastra adalah tanda
dan tanda bahasa sebagai unsur semiotik untuk menjelaskan situasi dan fungsi
tanda bahasa dapat di jelaskan oleh Karl Biihler seorang ahli pisikologi, tetapi
banyak memberi kontribusi dalam masalah bahasa, pada tahun 1934 menulis buku
yang berjudul Spachtheorie dalam buku tersebut Biihler juga berpanjang lebar
membicarakan bahasa sebagai sisten tanda. Buhler juga menguraikan ciri khas
tanda bahasa sebagai gejala sosial. Buhler dalam temuannya yang di sebut
organon model der sparche model bahasa dengan memakai istilah yunani yang di
ambilnya uraian plato mengenai bahasa (organon bererti alat, sarana,istrumen).
Dalam model organon dengan bahasa sebagai alat komunikasi terungkap,
komunikasi di uraikan oleh buhler di sebut leistung, efek atau hasil rangkap tiga
yang diakibatkan oleh bahasa: ausdruck, apple,darsellung, fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi dapat di jelaskan sebagai :
a. Pemakai tanda bahasa lewat alat itu dapat menyampaikan sesuatu mengenai
hal-hal di luar bahasa dalam kenyataan kepada penerima tanda bahasa itu.
24
b. Tiga fungsi bahasa tidak selalu sama buhler tidak selalu sama pentingnya
dalam situasi komunikasi yang domain pemakainya bahasa bianya adalah
funsi dasterllung, tetapi sistuasi tetetntu eksperilah yang dominan.
2. Model sastra Abrams
Abrams sastra mau taka mau adalah salah satu bentuk pemakai bahasa model
buhler menpunyai arti untuk peneliti sastra, pada tahun 1993 terbitlah bukunya
yang berjudl the mirror in the lamp. Dalam buku tersebut M. H. abrams meneliti
teori mengenai sastra yang berlaku yang di utamakan di masa romatik khususnya
dalam puisi dan ilmu sastra inggis dalam abab 19. Abrams memperlihatkan
kekacauan dan keragaman teori tersebut lebih muda di pahami dan di teliti jika
berpangkal pada sistuasi karaya sastra menyeluruh (the total situation off work off
art). Dalam teori abram terkandung pendekatan kritis yang utama karya sastra
sebagai berikut.
i. Pendekatan yang menitip beratkan karya itu sendiri, pendekatan ini di
sebut obyektif.
ii. Pendekatan yang menitipberatkan penulis, yang di sebut ekspresif.
iii. Pendekatan yang menitipberatkan semesta, yang di sebut mimetic.
iv. Pendekatan yang menitipbearatkan pembaca, di sebut pragmatic.
Empat karya sastra di atas dalam sejarah kritik sastra masing-masing member
peratian khas dan utama. Abrams meperhaikan bahwa dalam kritik dunia barat
pada masa-masa tertentu salah satu di antara keempat pendekatan tersebut sering
menjadi dominan, pendekatan terhadap karya sastra yang domain adalah
25
pendekatan ekspresif penulis mendapat sorotan yang khas, sebagai pencipta yang
kreatif dan jiwa pencipta itu mendapat minat yang utama dalam penilaian dalam
karya sastra, tidak kebutlan pula pada masa itu puisi dan lirik dianggap sebagai
bentuk yang paling utama. Pada masa lain karya sastra itu sendiri mendapat minat
utama misalnya : dala aliran strukturalisme, bukan penulis atau pembaca yang
penting, bukan pula kenyataan di bayangkan oleh karya seni, tetapi karya sastra
sebagai sesuatu yang otonom. Sebaliknya dalam kritik sastra aliran marxis aspek
mimetic yaitu hubungan karya seni dengan kenyataan menjadi cirri utama dalam
penilaian-penilaianya. Aliran sosialis-realisme adalah contoh yang jelas menurut
marx , seni harus membayangkan atau mencerminkan kenyataan social ekonomi,
sebagai alat untuk merombak keadaan masyarakat itu. Dari contoh itu sudah
menjadi jelas pula bahwa keempat pendekatan itu biasanya tidak dapat dipisah-
pisahkan secara mutlak, sebab misalnya dalam pendekatan marxis selalu ada
aspek pragmatic seni bertugas untuk ikut serta dalam proses pembongkarn
masyarakat lewat efeknya pada pembaca.
3. Model Charles Morris
Model yang diciptakan oleh Charles Morris, seorang ahli semiotik awal
yang terkenal, model ini pada prinsipnya sama dengan organon Buhler, tetapi
berbeda dalam peristilahannya. Model Morris-Klaus membedakan tiga dimensi
dalam proses semiosis pada tanda yang dilambangkan segitiga. Dimensi pertama
adalah dimensi sintaktik, yaitu adalah hubungan antara satu tanda dengan tanda
lain dalam proses komunikasi. Dari segi tertentu dimensi sintaktik ini dapat
disamakan dengan Poetic Function Jakobson, atau aspek objektif Abrams, dalam
26
arti bahwa dimensi sintaksis menekankan struktur intrinsik karya sastra sebagai
sistem tanda. Dalam model Morris dimensi prakmatik melingkupi pengiriman
maupun penerimaan pesan. Penggabungan dua faktor komunikasi ini dalam satu
dimensi seringkali diuraikan mengenai semiotik, dalam ilmu sastra identifikasi
peranan penulis dan pembaca kurang menguntungkan oleh karena dalam sastra
biasanya peran seniman dan penikmat artis dan audiens tidak sejaja, malahan
seringkali berjauhan, bahkan pula bertentangan, sehingga aspek ekspresi dan
aspek pragmatik perlu dibeda-bedakan dalam ilmu sastra, juga dari segi istilah
Dimensi semantik dalam model Moris-Klaus bertepatan dangan funsi
mimetik atau referensial dalam model lain, fungsi mimetik atau referensial
dibedakan oleh Klaus antaranya semantik dan sigmatik, semenatik mengenai
apek arti secara konseptual ala De Sassure tanda sebagai dwi tunggal signifian dan
signifie yang artinya diketahui oleh pemakai bahasa lepas dari situasi komunikasi
yang kongkrit, sigmatik dalam peristilahan Klaus mengacu pada aspek referensial,
tanda dalam penerapanya merupakan sesuatu dalam kenyataan.
E. Representasi
Representasi adalah salah satu konsep penting dalam komunikasi visual
yang berkaitan erat dengan semiotika, fenomenologi, dan retorika. Terdapat
beberapa konsep representasi menurut para ahli yaitu konsep reprensentasi
Saussure, konsep representasi Pierce, dan konsep representasi Mitchell.
Konsep representasi Saussure
27
Mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas psikologis dua sisi yang
terdiri dari alat tanda dan makna tanda. Ia menggunakan kata signifier untuk alat
tanda dan signified untuk makna tanda. Yang termasuk alat tanda menurut
Saussure W.J.T Mitchell meliputi pengalaman antesenden, kata-kata, ekspresi,
atau suara saat berbicara. Sedangkan, yang termasuk makna tanda meliputi
konsekuensi pengalaman, benda, isi, atau tanggapan.
Konsep representasi Pierce
Mendefinisikan representasi sebagai hubungan diantara tanda, obyek, dan
interpretan atau penafsir. Bagi Pierce, semiotika terjadi ketika keberadaan tanda
terhubung dengan makna tanda obyek untuk menghasilkan makna dalam pikiran
penafsir atau interpretan.
Konsep representasi Mitchell
Melalui teori gambar menyatakan bahwa representasi tidak hanya
memediasi pengetahuan kita namun juga menghalangi, memotong, dan
meniadakan pengetahuan itu. Dengan kata lain, representasi tidak hanya
memediasi pengetahuan yang kita konsumsi, representasi juga mempengaruhi
pengetahuan melalui fragmentasi, peniadaan, dan lain-lain.
Menurut Marcel Danesi bahwa pengertian representasi bahwa definisi
representasi adalah sebagai proses merekam ide, pengetahuan atau pesan dalam
beberapa cara fisik yang disebut dengan representasi.
Menurut Cris Barker bahwa pengertian representasi adalah kajian utama
cultural studies, cultural studies yang mempusatkan pada diri kepada bagaimana
28
suatu proses pemaknaan representasi itu sendiri. Maksud dari representasi adalah
cultural studies, bahwa pengertian representasi tersebut adalah makna yang
mempunyai sifat material yang mereka tertanam dalam bunyi-bunyi, tulisan,
benda-benda, program-program televisi.
Menurut David Croteau dan William Hoynes bahwa pengertian
representasi adalah hasil dari suatu proses penyeleksian yang menggaris bawahi
suatu hal-hal tertentu dan hal lain yang diabaikan. Dalam representasi media,
tanda yang digunakan untuk melakukan representasi tentang suatu hal.
Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi.
Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang „sesuatu „ yang ada dikepala
kita masing-masing (peta konseptual), representasi mental masih merupakan
sesuatu yang abstrak.
Kedua, „bahasa‟ yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep
abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam „bahasa‟ yang
lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu
dengan tanda dari simbol-simbol tertentu. Media sebagai suatu teks banyak
menebarkan bentuk-bentuk representasi pada isinya. Representasi dalam media
menunjuk pada bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat
tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.
Menurut Goldin (2002) bahwa pengertian representasi adalah sebuah
konfigurasi (bentuk atau susunan) yang mampu menggambarkan, mewakili, atau
melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Representasi merupakan yang mampu
29
mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan berupa objek dan juga suatu
proses.
Adapun proses dari terjadinya representasi adalah sebagai berikut..
4. Realitas. Pengertian realitas secara bahasa tulis dapat berarti dokumen
wawancara transkrip dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi mislanya
perilaku, make up, gerak-gerik, pakaian dan juga ucapan.
5. Representasi. Representasi merupakan sebagai elemen tadi yang
ditandakan secara teknis. Dalam hal ini secara bahasa tulisan contoh-
contohnya adalah berupa kata, proposisi, grafik, kalimat, foto dan caption.
Dalam TV misalnya kamera, musik, tata cahaya, dan lain-lannya. Elemen
tersebut berupa transmisikan ke dalam kode representasional yang
dimasukkan diantaranya bagaimana objek. Digambarkan berupa karakter,
narasi, dialog dan setting serta lain-lainnya.
6. Ideologi. Semua elemen yang diorganisasikan dalam koheransi dan kode
ideologi, misalnya individualisme, sosialisme, kelas, materialisme,
liberalisme, patriarki, ras dan sebagianya.
F. Rambu Solo
Kabupaten enrekang adalah salah satu daerah tingkat 11 provensi Sulawesi
Selatan. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Enrekang. Kabupaten ini memiliki
luas wilayah 1.786,01 km² dan berpenduduk sebanyak ± 190.579 jiwa.
Nenek moyang kita ( ras Melayu sub etnik dari ras Mongoloid ) konon
berasal dari daerah Yunan, Cina Selatan dan wilayah Indocina yang kemudian
30
menyebar ke seluruh kepulauan di Nusantara. Salah satu kelompok lalu singgah
dan menetap di Pulau Sulawesi. Mereka kemudian masuk ke wilayah sekitar
aliran Sungai Saddang lalu terus ke Gunung Bambapuang. Dari sekitar Gunung
Bambapuang ini mereka terus menyebar ke Timur ke daerah Pegunungan
Latimojong hingga ke sebelahnya (Luwu'), ke Selatan daerah Maiwa, Wajo, ke
Barat daerah Pinrang dan Polewali Mamasa serta Tana Toraja di utara.
Kemudian penduduk asli di Bambapuang ini membangun Kampung Rura‟
di sebelah timur Gunung Bambapuang dan Kampung Tinggallung di sebelah
baratnya. Dan penduduk kampung Rura‟ dan Tinggallung membangun Kampung
Papi, Kotu, Kaluppini, Bisang, Leoran, Tanete Carruk (Enrekang). Kampung-
kampung di daerah Maiwa seperti Paladang, Tapong, Limbuang, Matajang,
Pasang, dll. Kampung-kampung di daerah Duri atau Tallu Batu Papan seperti
Tontonan, Baroko, Buntu Batu, Malua, Alla. Kampung-kampung di daerah
Pinrang seperti Letta', Kassa', Batu Lappa'. Kemudian dibelakang hari kampung-
kampung yang disebut tadi tergabung dalam Federasi Massenreng Bulu' atau
penyebutannya menjadi Massenrempulu' (Jejeran gunung). Selain perkampungan
tersebut penduduk asli asal Pegunungan Bambapuang membangun juga
perkampungan di Binuang, perkampungan di daerah Sa'dan Tanah Toraja (hulu
Sungai Saddang), perkampungan di timur kaki Gunung Latimojong (Luwu') .
Beberapa ratus tahun kemudian datanglah beberapa Tomanurun ke daerah
Enrekang, Maiwa, Duri (Persekutuan Masserempulu') dan persekutuan Kerajaan
Malepon Bulan (Toraja), antara lain :
31
1. Tomanurun Puang Tamboro Langi‟ dari Toraja, merupakan kakek dari
Lakipadada yang menjadi raja di Malepon Bulan dan kakek Lolo Bayo‟ atau
Karaeng Bayo‟ suami dari To Manurung ri Tamalate yang menjadi Ratu
pemimpin pertama Kerajaan Gowa yang menurunkan Raja-Raja Gowa.
2. To Matasak Malepon Bulan di Kandora Mengkendek Tallulembangna Tana
Toraja dengan istrinya Tomanurun Puang Sandabilik di Kairo Sangalla
Tallulembangna Tana Toraja.
3. Tomanurun We Illang ri Langi‟ di Gunung Bambapuang Kampung Kotu,
Enrekang.
4. Tomanurun Guru Sellang Puang Palipada di Buli Palli Posi Tanah, Kampung
Kaluppini Enrekang bersama istrinya Embong Bulan dari Malepon Bulan
(Toraja). Tomanurun Guru Sellang Puang Palipada adalah keluarga dari
Batara Guru di Luwu‟. Dan sebagian besar pendapat menyatakan
bahwa Tomanurun Guru Sellang Puang Palipada adalah nama lain dari
Lakipadada (dua nama dengan satu orang saja) Karena cara berfikir
Tomanurun (g) lebih maju daripada penduduk asli maka Tomanurun (g)
mengajar kepada penduduk asli adat istiadat dan membibing cara hidup yang
lebih teratur sampai kepada kelompok penduduk asli dengan nama Pake‟.
Pake‟ mengangkat Tomanurun (g) menjadi pimpinannya. Tomanurun (g)
menjalankan kepemimpinannya berdasarkan kerakyatan, kemanusiaan dan
keadilan. Akan tetapi setelah keturunannya menjadi pemimpin, istilah To
Manurun (g) digantikan dengan istilah Puang/Arung/Datu'/Karaeng/Petta/Raj
a, dll.
32
Dari beberapa Tomanurun di daerah Masserempulu', yang akan
disampaikan sejarahnya ialah Tomanurun Guru Lasellang Puang Palipada
keluarga Tomanurun Batara Guru dari Luwu. Tomanurun Guru Lasellang Puang
Palipada menjadi pemimpin di Palli, Possi Tanah, Kampung Kaluppini, Enrekang.
Ia tinggal pada sebuah rumah di atas bukit Palli, Posi Tanah, Kampung Kaluppini,
Enrekang.
Selama Tomanurun Puang Palipada tinggal dikampung Kaluppini
Enrekang melahirkan lima orang anak-anak masing-masing :
a. Empakka Madea Batu Puang Cemba Karueng Endekan
Wali pertama di daerah Masserempulu yang pertama-tama
menyebar Agama Islam didaerah Masserempulu antara abad XIII
M. Makamnya terletak di Buttu Tangnga Kota Enrekang.
b. La Kamummu
Dia diberinama La Kamummu karena badannya berwarna
Kamummu‟ (Ungu), karena itu bendera kerajaan Massenrempulu‟
berwarna ungu. Tidak memiliki kuburan, karena belum masuk
Islam dan ia menghilang seperti ayahnya Tomanurun Guru
Lasellang Puang Palipada.
La Kamummu‟ menurunkan :
• Takkebuku Taulan, yang kemudian menurunkan :
a) Arung Maiwa
b) - Sinapati, dan
33
c) We‟ Cudai Dg. Risompa Datu' Cina Punnae Tanete Lampe
Pammana Wajo, yang merupakan isteri Sawerigading.
Puang Palindungan Paladang Maiwa, yang menurunkan :
Tomaraju Arung Buttu Enrekang. Suami Puang Tianglangi‟
Lando Rundun (Manggawari nama Islamnya) Arung Makale Tallu
Lembangna keturunanan Tomanurun Puang Tamboro' Langi'
Tomatasak Malepon Bulan Tana Toraja.
c. We‟ Monno atau We‟ Sangngan, di Luwu digelar Datu‟
Sengngeng, merupakan Ibu Kandung Sawerigading dan We‟
Tanriabeng, ibu Simpurusiang Datu Luwu ke III.
d. Marudindin La Bolong Puang Timban Ranga, kawin dengan
Tomanurun dari Malepon Bulan, menurunkan keturunan : Madika
Ranga Enrekang.
e. Dajeng Wanna Pute, kawin dengan lelaki dari pegunungan
Latimojong. Tulang belulang dan tengkorak kepala Dajeng Wanna
Pute masih tersimpan dalam gua di Kampung Kaluppini, Enrekang.
Ditinjau dari tradisi dan pemaknaan, berbagai pandangan berkaitan dengan
tradisi, seperti dikemukakan oleh Piotr Sztompka (2007) bahwa tradisi adalah
keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-
benar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak, dibuang, atau dilupakan.
Fungsi tradisi dapat berupa kebijakan turun-temurun, tempatnya didalam
kesadaran, keyakinan, norma, dan nilai yang kita anut kini serta di dalam benda
yang diciptakan di masa lalu, memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup,
34
keyakinan, pranata dan aturan yang sudah ada, menyediakan syibol identitas
kolektif yang meyakinkan, memperkuat, loyalitas, primordial terhadap bangsa,
komunitas dan kelompok, dan membantu menyediakan tempat pelarian dari
keluhan, ketidakpuasan, dan kekecewaan kehidupan modern (Sztompka, 2007).
Suatu tradisi terdapat ritual yang dilakukan turun-temurun, prinsipnya
adalah suatu transformasi sikap dari yang nyata kepada sesuatu yang sakral.
Terdapat smbol-simbol dalam ritual seperti tradisi “rambu solo ” tradisi ini adalah
upacara kematian yang berarti asab yang arahnya kebawah. Asab yang arahnya
kebawah artinya ritus-ritus persembahasan untuk orang yang mati atau meninggal
dan ritual kematian untuk menperingati dan mendoaakan orang yang telah
meninggal yang di adakan secara turun temurung.Tradisi ini sebuah proses
interaksi sosial dalam budaya masyarakat lokal yang mengandung makna dan
simbol-simbol, karena setiap aktivitas budaya masyarakat tentunya mengandung
pemaknaan melalui simbol-simbol.
Pada hakikatnya, ada beberapa fungsi social di dalam masyarakat, seperti
fungsi keagamaan, fungsi kebudayaan, fungsi pendidikan, fungsi kemasyarakatan
yang kesemuanya ini akan senantiasa saling mengisi.
a. Fungsi keagamaan
Ketika manusia memiliki kesadaran akan adanya Dzat yang Maha Agung,
maka sebuah nilai akan teraktual di dalam kehidupan social. Dalam terminology
Muthari (2008) bahwa manusia harus menyerap kasih Tuhan lebih banyak.
Sehingga, Anshari (2011) mengatakan agar refleksi penyerapan sifat-sifat
35
ketuhanan dalam diri setiap manusia akan menumbuhkan kesadaran kemanusiaan
yang semakin kuat.
b. Fungsi kebudayaan
Salah satu makna dari kata “budaya “ adalah “nilai-nilai” atau “adat
kebiasaan “ fungsi kebudayaan yang dimaksud di sini adalah ekspresi budaya
yang teraktual dalam bentuk fungsi social yang saling mengisi di masyarakat.
Pengejawantahan berbagai bentuk nilai, seperti nilai kemanusiaan, nilai religious,
nilai pendidikan, nilai filosofis dan sebagainya.
c. Fungsi Pendidikan
Manusia adalah subjek dan objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan,
manusia berpotensi untuk mengajar dan mendidik dirinya dan orang lain. Sebagai
objek pendidikan, manusi berkesempatan diajar dan di didik oleh diriny dan orang
lain. Dalam nilai kemanusiaan terdapat nilai pendidikan, keduanya saling mengisi,
(anshari 2001) dengan kata lain bahwa menjadikan manusia menjadi manusia
yang terdidik melalui cara-cara sederhana, misalnya memberikan contoh yang
baik merupakan aktualisasi dari kedua fungsi tersebut.
d. Fungsi kemasyarakatan
Secara sederhana, fungsi kemsyarakatan adalah inti sari dari semua fungsi
di atas agar dijadikan penuntun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut anshari
(2001) bahwa fungsi kemasyarakatan, manusia dapat mengarahkan sikap, perilaku
atau perbuatan kearah yang lebih baik dalam kehidupan bersosialisasi dengan
masyarakat.
36
G. Bagan Kerangka Konseptual
Folklor
Semiotika Roland Barthes
Kode hermeneutik Kode semantik Kode simbolik Kode proairetik
konota
Kode kultural
Analisis
Temuan
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara yang teratur untuk mencapai tujuan.
Metode yang merumuskan ide dan pikiran didasarkan pada pendekatan ilmiah. Ini
berarti bahwa metode penelitian diperlukan dalam mencapai sasaran penelitian.
Sudaryanto (1993) berpendapat bahwa metode penelitian sangat dibutuhkan untuk
menuntun seorang peneliti menuju kebenaran dan juga menuntun pada kajian
penelitian.
Metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal yang berkaitan
dengan cara kerja, guna mendapatkan data hingga menarik kesimpulan. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif kualitatif. Masalah
yang akan dianalisis adalah sastra lisan dalam Rombu Solo dianalisis dengan
pendekatan lima kode Rolland Bartes. Dalam metode penelitian ini akan
dijelaskan beberapa aspek yang meliputi desain penelitian, data dan sumber data,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Proses penelitian ini mulai
pengumpulan, pengolahan sampai pengambilan kesimpulan, menggunakan
beberapa tahapan yang prosesnya seperti tertera di dalam metode penelitian
sebagai berikut:
36
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada hakikatnya merupakan strata yang mengatur ruang
atau teknik penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan penelitian.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Deskriptif kualitatif merupakan suatu rancangan penelitian yang memaparkan
fenomena secara alamiah atau menggambarkan objek penelitian berdasarkan pada
fakta yang ada. Alamiah adalah pendeskripsian suatu fenomena yang sebenarnya
tanpa disertai perlakuan, pengukuran, dan perhitungan statistik.
Ada beberapa definisi dari pengertian penelitian kualitatif menurut ahli.
Semi (dalam Endaswara, 2011) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan angka, tetapi
mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang
sedang dikaji secara empiris. Pendapat ini kemudian dilengkapi oleh Nawawi
(Siswantoro, 2011) yang menjelaskan bahwa metode deskriptif dapat diartkan
sebagai prosedur pemechan masalah yang diselidiki dengan memaparkan kedaan
subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak.
Kedua pendapat tersebut kemudian disempurnakan oleh Moleong (2012)
yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara holistik, pendeskripsian dengan kata-kata dan bahasa, konteks alamiah, dan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian kualitatif memiliki beberapa
karakteristik, antara lain: (1) mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual
melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai
37
instrumen kunci, (2) bersifat deskriptif dengan analisis induktif, (3) proses dan
makna lebih ditampakkan, dan (4) laporannya berbentuk narasi-kreatif mendalam
dan menunjukkan ciri-ciri naturalistik dan autentik. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini objek kajian akan dideskripsikan beberapa fakta yang terdapat
dalam objek kajian tersebut kemudian dilakukan sebuah analisis atau dengan kata
lain menguraikan objek kajian yang diteliti.
B. Tahapan Peneliatian
Tahapan penelitian ini lebih menekankan pada proses perekaman. Berikut
tahapan atau langkah-langkah penelitian:
1. Menentukan lokasi penelitian, mengamati daerah yang akan dijadikan
sebagai objek penelitian.
2. Menentukan narasumber penelitian, seperti tokoh agama, tokoh
masyarakat dan pemuka adat.
3. Melakukan wawancara untuk mengumpulkan data mengenai tradisi rombu
solo yang ada pada Desa Ranga Kabupaten Enrekang dengan
menggunakan teknik perekaman dan pencatatan
4. Melakukan pengalihan wacana dari lisan ke tulis kemudian melakukan
penerjemahan
5. Meneliti semiotika yang terdapat dalam Rombu Solo dengan
menggunakan pendekatan lima kode Rolland Bartes.
6. Meneliti representasi kode dalam Rombu Solo dengan menggunakan
pendekatan lima kode Rolland Bartes.
38
7. Menarik kesimpulan dari hasil analisis lima kode Rolland Bartes mengenai
Rombu Solo.
C. Batasan Istilah
Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran yang sesui
dengan penelitian. Berikut dikemukakan batasan istilah peneliatian untuk
memahami istilah yang di gunakan dalam penelitian, maka diuraikan sebagai
berikut.:
1. Sastra adalah alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau
pengajaran
2. Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan
diwariskan turun- temurun.
3. Representasi adalah sebagai proses merekam ide, pengetahuan atau pesan
dalam beberapa cara fisik yang disebut dengan representasi.
4. Rombu solo adalah adalah upacara kematian yang berarti asab yang arahnya
kebawah. Asab yang arahnya kebawah artinya ritus-ritus persembahan untuk
orang yang mati atau meninggal.
5. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda
dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda.
6. Kode adalah sistem yang memungkinkan manusia untuk memendang
entitas-entitas tertentu sebagai tanda, sebagai sesuatu yang bermakna.
39
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Rancangan ini dipilih
karena rancangan atau penelitian deskriptif mempunyai tujuan untuk memperoleh
jawaban yang terkait dengan pendapat, tanggapan atau persepsi seseorang
sehingga pembahasannya harus secara kualitatif atau menggunakan uraian kata.
Menurut Hasan (2002:33) bahwa rancangan deskriptif bertujuan menguraikan
sifat atau karakteristik suatu fenomena. Rancangan ini hanya mengumpulkan fakta
dan menguraikan secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan yang terdapat dalam
rumusan masalah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif mencoba
mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan
manusia.
E. Sumber Data dan Data
1. Sumber data
Data merupakan informasi yang didapatkan oleh penulis melalui sebuah
penelitian. Data yang diperoleh nantinya akan diolah sehingga menjadi
infromasi baru yang dapat dimanfaatkan oleh pembacanya. Dalam penelitian
ini, suber data terdiri dari narasumber seperti tokoh agama, tokoh masyarakat
dan pemuka adat yang menuturkan Rombu Solo secara lisan Desa Ranga
Kabupaten Enrekang.
2. Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa kata, frasa, klausa, kalimat berupa
kode yang terdapat dalam Rombu Solo di Desa Ranga Kabupaten Enrekang.
40
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen penelitian adalah lima
kode Rolland Barts yaitu Kode Hermeneutik, Kode Semantik, Kode Simbolik,
Kode Proairetik dan Kode Kultural. Dalam hal ini, peneliti terlibat langsung
dalam pemerolehan data yang dilengkapi dengan alat rekam dan catatan lapangan.
Alat perekam digunakan untuk merekam wawancara peneliti. Sementara catatan
lapangan digunakan untuk mencatat data terkait dengan fenomena ataupun factor
yang mendukung informasi terkait Rombu Solo. Menurut Maleong (2014) bahwa
peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih narasumber sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai data dan hasil analisis, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuan data yang di dapatkan melalui penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian karena tujuan utama penelitian adalah untuk mendapatkan data.
Sugiyono (2008:309) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif,
pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), sumber
data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada proses dokumentasi
dokumen/referensi, observasi di lapangan untuk memperkuat data, dan melakukan
proses pencatatan.
41
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam panelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2005:62). Teknik pengumpulan data sangat diperlukan dalam suatu
penelitian karena hal tersebut digunakan penulis untuk mendapatkan data yang
akan diolah sehingga bisa menarik kesimpulan. Terdapat bermacam teknik dalam
mengumpulkan data yaitu perekaman, pemotretan, pengamatan secara cermat dan
wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perekaman
Hutomo ( dalam sudikan 2015) teknik rekam dipakai karena penelitian ini
bermaksud mengumpulkan data, cerita Rombu Solo dalam masyarakat Enrekang
yang berupa lisan. Hasil rekaman di transkripsikan sehingga menjadi bahan
tertulis. Selama perekaman dilakukan pencatatan mengenai suasana berecerita,
reaksi pendengar, peralatan yang digunakan sewaktu bercerita, serta pencatatan
istilah-istilah yang digunakan pencerita yang perlu ditanyakan kepada pencerita
setelah yang bersangkutan selesai bercerita.
2. Pengamatan dan pencatatan
Pengamatan dan pencatatan dilakukan dengan mengumpulkan berbagai data yang
diperlukan. Hutomo (dalam sudikan 2015) mengemukakan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pengamatan, pengamatan perlu dilakukan secara cermat
terhadap masyarakat sekitar. Namun pengamatan saja tidak cukup sebab
42
kemampuan memori indera penglihatan manusia sangat terbatas maka sangat
perlu bantuan dengan pencatatan.
3. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data primer
dari informan mengenai rombu solo di kecamatan lembong kabupaten enrekang.
H. Pemeriksaan Kabsahan Data
Sugiyono (2016) dalam teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Teori triangulasi dilakukan dengan mengkorfirmasi hasil
analisis dengan teori yang telah diuraikan pada bab dua untuk memperoleh satu
temuan penelitian kredibel. Triangulasi yang dilakukan antara lain;
1) Triangulasi sumber data dengan cara mencari sumber data dari berbagai
sumber, yaitu;
a. Orang yang terlibat langsung dengan objek kajian,
b. Triangulasi pengumpulan data di lakukan dengan cara mencari data dari
sumber informan.
c. Triangulasi metode pengumpulan data (obervasi, interview, studi
dokumentasi ),
d. Triangulasi teori dilakukan dengan cara mengkaji berbagai teori yang
relevan.
Peneliti juga mengkonsultasikan kepada para tokoh masyarakat, Tokoh
Agama dan pemuka-pemuka adat di Desa Ranga Kanupaten Enrekang. Hal ini di
43
lakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan akurasi hasil analisis data dan
temuan lima kode Rolland Barts dalam Rombu Solo di Desa Ranga Kabupaten
Enrekang.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
Roland Barthes (lantowa, 2017 ). Presedur penelitian semiotika Roland Barthes
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
Tahapan analisis langkah pertama yang dilakukan melakukan
pengelompokkan leksia. Pada tahap tersebut akan terlihan alasan penggalan teks
ditentukan sebagai leksia berikut kode yang menyertai, sebagaimana kode dapat
diketahui setelah menentukan leksia-leksia kedalam masing-masing kode yaitu
kode hermeneutika, kode proairetik (aksi), kode simbolik, kode semik (konotatif),
kode cultural (budaya).
Teknik analisis data dilakukan dengan pengelompokkan leksia dengan
membagi teks kedalam satuan pembacaan atau leksia. Tahap tersebut akan terlihat
alasan penggalan teks ditentukan sebagai leksia berikut kode yang menyertai,
sebagaimana kode dapat diketahui setelah menentukan leksia-leksia ke dalam
masing-masing kode yaitu kode hermeneutika, kode proairetik (aksi), kode
simbolik, kode semik (konotatif) ,kode cultural (budaya).
Tahap selanjutnya proses analisis leksia dengan menggunakan lima kode
Barthes. Pada tiap kode ditentukan keterkaitanya dengan kode lainnya bahkan
sampe melintas pada urutan berikutnya yang juga didalamnya terdapat kode-kode.
44
Kemudian keterkaitan antarkode dan antar leksia (secara tidak langsung)
ditafsirkan untuk menemukan makna.
Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan dari penemuan makna-makna
secara menyeluruh dari dalam teks dan kesimpulan dari penelitian diverivikasi
ulang untuk divalidasi.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Data
Berikut deskripsi hasil peneltian yang akan di bahas : (1) Bagaimana
kajian semiotika dalam rombu solo: (2) Bagaimana fungsi sosial yang terdapat
dalam rombu solo. Dengan hasil penelitian yang di lakukan di Kabupaten
Enrekang terdapat beberapa kode yang terdapat dalam rombu solo belum
memiliki kelengkapan struktur cerita baik dari segi pembuka, isi dan penutup.
Berdasarkan data yang di peroleh dalam rombu solo sebagai berikut :
1. Kajian semiotika dalam rombu solo
Bentuk kode yang terdapat dalam rombu solo terdiri dari lima kode, kelima
kode merupakan hal yang mesti di cermati secara berurutan, sehingga tergambar
bagaimana sistem tanda itu di kodekan dalam sebuah teks. Kode-kode itu
merupakan sistem tanda luar, yang di sebutanya ekstra-linguistik yang
subtansinya adalah objek atau imaji. Kelima kode tersebut adalah kode
hermenutik, kode proaretik, kode semik, kode simbolik dan kode budaya.
a. Kode hermeneutik
(1) “ mennolopole mosi te wai sola alannota alan letean petada damban di kita”
(menghadap lagi air sama alannota untuk meminta doa kepada orang
meninggal)
“saba petada dambanna ra sola bassean boring na passuroan to
katumbangan nasaga makkalesoan mosi lasulei la nunnunggi arolanna
yatopa leteanna yatopa to nanei kede puama ngena mai”
46
(sebab kehadiran dan doa yang di minta keluarga orang meninggal, dengan itu
kami persilakan kepada iman dan adat untuk memulai acara).
(2) “Tabe di kita napa na deen pole mosi tee silalona joo pa na marekko na deen
pole mosi deen raga wai na . . . ?”
(Tabe untuk kita keluarga orang meninggal, kenapa lagi ada air di hadapan
kami sedangkan baru-baru ada tadi . . . ?)
b. Kode proaretik / aksi
(4)”Yaka tee ku ratu ma’golo di kita, sa ratuki tee di rambenan kua jolo mi
lako tekken bassinna la Baco”
(untuk ini kami menghadap di kita, untuk datang menyampaikan bahwa hari
ini telah meninggal La Baco)
(5)“ yake deen olona na makkulena lainjaki lako bolana ke na dape mi
wattuna”
( kalau ada waktu dan kesempatanya untuk datang ke rumah duka)
(6 )”mane tosiki di rambenan deen pole mosi sara mane ladi oloi mapamula
tee kapoloanna bonggi sampe ratu te masiang”
(kembali lagi di sampaikan bahwa ada acara mulai malam ini sampai besok
siang.)
c. Kode semik / konotasi
(7) “Yaka ke dikua kalena na iti maki mati, yara ke yato di sanga saleanan
kalena jo diissen di sangai”
47
(kalau di bilang dirinya, kita sudah ada. Kalau yang di bilang di luar dirinya
kami tidak tau namanya)
(8) “na saga taka rompoan olona taka rombosan bokona”
( perilakunya selama hidupnya baik maka di akhirat akan baik juga )
d. Kode simbolik
(9) ” deen aka tee alannota lako di panganan kede pole katumbangan lan
nota-nota ki”
(air dan alannota di cicipi dari keluarga orang meninggal)
(10) “nasaga deen lakotu palaka lakana nasaga kore mesa nasaga to
maketandai ke dikua baine , maketandai ke dikua muane”
(maksudnya ada barang bernyawa seperti sapi. Bertanda satu betina satu
jantan)
e. Kode budaya
(11) “lamate magapaki to tana la si bombong kalebuki, lasipendojakki, la si
collongankki”
( kita bersasal dari tanah dan kembali lagi ke tanah, datang mengenang dan
saling mendoakan)
(12) “deen lako tu wai sola alannota di panganan ladi akkattami na di ota ota
mi na di pajolomo to la jolo”
(ada lagi air sama alannota, kita mulai acaranya)
48
2. Fungsi sosial yang terdapat dalam rambu solo
Fungsi sosial rombu solo di Kabupaten Enrekang diperoleh dari hasil
pengkajian terhadap rombu solo. Secara sederhana rombu solo berfungsi
sebagai sarana pertemuan bagi masyarakat yang belum memiliki teknologi
yang maju seperti saat ini. Namun, dibalik adat rombu solo banyak pesan
serta fungsi untuk membangun sikap dan perilaku ke arah lebih baik dalam
kehidupan masyarakat.
a. Fungsi keagamaan
(13) “na saga na la dape i bonggi tallunna na saga ladi perundunni i petada
damban na lalan nia pole indo pole ambe”
(tiba saatnya malam ke tiga kita doakan orang meninggal baik keluarga dari ibu
dan bapaknya)
(14) “mennolotomi peputu na to jolo deen olona sola makkulena disaga la
wattumi ladi akkataimi na di pamula to parallu”
( menghadap lagi kain kafan untuk mayat, kepadanya kami persilakan untuk
membukusnya.)
(15) “aka te nasabai tu lako to jolo nasaga la dibukkaram bacaan kuraan, kee na
deepe mi wattuna la di akkattaimi”
(membacakan al-quran untuk orang meninggal, kalau sudah tiba waktunya kita
mulai)
(16) “Yamosi na sabai tu lako to jolo mane memboko na saga na la dape i
bonggi tallunna na saga ladi perundunni i petada damban na lalan nia pole indo
49
pole ambe na saga puamanna ladi perundunni sada sikkiri ke na dape wattunna
la di akkattai i na di pamulamo to sada sikkiri”
(sebab orang meninggal sampai lagi malam ketiganya dan seluruh yang hadir
untuk mendoakannya dan membacakan zikir, dan di niatkan juga baik keluraga
dari bapak dan ibunya yang telah meninggal)
b. Fungsi kebudayaan
(17) “deen to mosi tu mati tanda tandanna palekkananna to kasiturutan la di
pennolo di Indogurutta na adata iyaka nasaga metada damban indogurutta
mabasse boring mi adata merundun mana maki”
( ada lagi tanda-tanda dari keluarga orang meninggal menghadap ke bagian imam
dan adat. Jika imam sudah meminta doa maka kita semua juga ikut mendoakan )
(18) “yapasi nadi palambe lambean cidokko ke makkatonan mi bissan boring ka
yarasi nasabai si tattong tattonggi di bolana to katumbangan ke na dape
wattunna.”
( kita datang kembali ke rumah duka untuk bertemu dan mengenang arwah orang
yang wafat. )
c. Fungsi pendidikan
(19) “nasanga yatee sa la sipemboko-bokotan maki deen arai wattunna na
makkulena na salama to torro na salama to ponjo yana sanga wattumi la di
akkattai mi”
( karna kita saling meninggalkan, semoga selamat yang meninggalkan maupun
yang di tinggalkan)
50
(20) “yamosi nasabai siginna nasaga to pura di alaan alaan marinning mabassa
, makkennyawa ta makkenyawa polei jumai di tapan pole jammai di pabarrasan
na sule lako pawwa di pabarrasan barakkana”
( segala sesuatu yang sudah di gunakan baik besar maupun kecil, bernyawa
maupun tidak bernyawa, dari sumber kehidupan kembali lagi berkahnya kesana.
d. Fungsi kemasyarakatan
(21) “yannapa te mai batina pagangka na kullei pi nasaga patotonggi di
kasiturutan ke na dape wattunna na sanga lamatappa aka di sanga palambenan
adata iyatopa indogurutta nasaga na toganni nasaga masara na tajanni
padamban ke na dape wattunna.”
( kami sekeluarga dari orang meninggal percaya doanya kepada bagian imam dan
kepala adat dan kami bekerja keras)
B. Pembahasan hasil penelitian
penelitian berfokus pada kajian semiotika yang terdapat pada rombu solo dan
bagaimana fungsi sosial yang terdapat dalam rombu solo.
Hasil penelitian yang di temukan dalam penelitian ini berikut pembahasan
hasil representasi kode dalam rombu solo di Kabupaten Enrekang. Kajian
semiotika berkaitan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi
pengguna tanda (zoest 1993). Dalam pengkajian semiotika dengan menggunakan
teori Roaland Barthes akan memudahkan pembaca menilai tingkatan sebuah teks.
Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dan
tanda-tanda melalui analisi semiotika. Roland Barthes dalam analisisnya
51
menegaskan bahwa pembaca memiliki peran besar dan pusat perhatiaan tidak lagi
pada pengarang. Tetapi, teks sendiri menjadi terbuka terhadap berbagai
kemungkinan interpretasi. Sistem tanda selalu di kaitkan dengan kode budaya
yang di miliki oleh masyarakat setempat. Kode yang di tunjukkan pada rombu
solo adalah kode hermeneutik, kode proretik, kode semik, kode simbolik dan kode
budaya.
1. Bentuk kode yang terdapat dalam rombu solo
a. Kode hermenutik
Kode yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kode hermeneutik dimana
kode yang mengandung teka-teki untuk mengartikulasikan dengan berbagai
pertanyaan respon, yang di dalamnya proses jawaban dan kumpulan pertanyaan
yang ditangguhkan, sehingga menimbulkan semacam enigma ( teka-teki). Dengan
kata lain hermeneutik berhubungan dengan teka-teki yang terdapat pada rombu
solo. Menurut peneliti tentang rombu solo menandakan niat dalam keluarga untuk
mendoakan orang yang meninggal dengan makna tanda air dan alannota dari adat
yang di lakukan di rombu solo sebagai bentuk upacara atau tradisi yang dilakukan
secara turun temurun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hermeneutik berfungsi untuk
mengartikulasikan sebuah pertanyaan dalam suatu persoalan, serta aneka peristiwa
yang dapat mempertajam permasalahan, menciptakan misteri sebelum
memberikan pemecahan atau jawaban.
52
b. Kode prorerik
Representasi kode dalam rombu solo yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kode prorerik yang merupakan kode yang mengatur alur cerita atau narasi
yang di sebut juga kode aksi. Setiap aksi dalam suatu cerita menjadi sub bagian
secara berurutan dan urutan-urutan ini hanya dapat di lihat melalui proses
membaca satu aksi dalam konteks totalitasnya. Aksi tertentu berdasarkan logika
tertentu memampukan pembaca memperkirakan aksi sebelum dan aksi
berikutnya.dari penelitian yang di dapatkan seperti ”Yaka tee ku ratu ma’golo di
kita, sa ratuki tee di rambenan kua jolo mi lako tekken bassinna la Baco”kami
menemui imam, untuk menyampaikan bahwa hari ini telah meninggal La Baco.“
yake deen olona na makkulena lainjaki lako bolana ke na dape mi wattuna”( jika
ada waktu dan kesempatan kami harap untuk datang ke rumah duka).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kode proreatik
merupakan suatu penjamin bahwa dalam rombu solo merupakan serangkaian aksi-
aksi yang berkaitan antar satu dengan yang lainya.
c. Kode semik atau konotasi
Kode yang temukan pada penelitian ini adalah Kode semik atau konotasi
yakni penanda khusus yang memiliki konotasi, atau penanda yang materialitasnya
sendiri tanpa rantai pertandaan pada tingkat ideologis.Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada kode semik memanfaatkan petunjuk atau kilasan
makna yang di timbulkan oleh penanda-penanda tertentu yang mengaju pada
gambaran kondisi cerita dan atmosfer objek tersebut.kode semik merupakan dunia
53
konotasi yang di dalamnya terdapat sebuah kesan atau nilai tertentu seperti “na
saga taka rompoan olona taka rombosan bokona”( perilakunya selama hidupnya
baik maka di akhirat akan baik juga ). merupakan kode semik yang menjelaskan
bahwa jika kita baik, dalam perilaku, selama hidup di dunia maka kelak di akhirat
mendapat balasan.
d. Kode simbolik
Berdasarkan yang ditemukan pada rombu solo pada kode simbolik Yaitu
deen aka tee alannota lako di panganan kede pole katumbangan lan nota-nota
ki”(air dan alannota di cicipi dari keluarga yang meninggal). Merupakan simbolik
karna setiap prosesi kematian atau acara kematian, keluarga yang meninggal
menyediakan makanan dan minuman kepada orang yang datang
mendoakan.selain itu peneliti menunjukkan bahwa nasaga deen lakotu palaka
lakana nasaga kore mesa nasaga to maketandai ke dikua baine , maketandai ke
dikua muane”( dua ekor sapi yaitu satu jantan dan satu betina ) merupakan kode
simbolik atau tanda bahwa dalam acara besar keluarga orang meninggal
memotong atau menyembelih hewan seperti sapi untuk dihidangkan makanan
kepada tamu yang hadir mendoakannya sebagai ucapan terima kasih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kode simbol sebagai penanda teks
mampu membawa pembaca memasuki dunia lambang atau simbol tanda beserta
maknanya. Keanekaragaman penanda mampu membawa pembaca dari satu
kemungkinan makna ke mungkinan makna lainnya.teeuw 1982 mengatakan
54
bahwa tanda sebagai tindak komunikasi, dan merupakan alat komunikasi yang
khas di dalam masyarakat manapun juga.
e. Kode budaya
Data yang ditunjukkan kode dalam rombu solo adalah kode budaya “lamate
magapaki to tana la si bombong kalebuki, lasipendojakki, la si collongankki”(
kita bersasal dari tanah dan kembali lagi ke tanah, jika berduka kita saling
datang mengenang dan saling mendoakan)kode budaya sejatinya manusia
berasal dari tanah dan jika meninggal akan kembali ke asalnya yaitu tanah,
dan jika ada orang meninggal sebagai orang islam kita saling mendoakan dan
mendatanggi rumah duka untuk berbelasungkawa.
a. Fungsi keagamaan.
Anshari (2011:319) berkaitan dengan penerapan berbagai prinsip dan konsep
ajaran agama dalam kehidupan. Fungsi keagamaan dapat berupa sikap, perilaku
dan cara pandang masyarakat. Data dari penelitian menunjukkan “na saga na la
dape i bonggi tallunna na saga ladi perundunni i petada damban na lalan nia
pole indo pole ambe” fungsi agama di rombo solo mengadakan doa bersama
seperi malam ke tiga, ke tujuh, sampai malam terakhir yaitu malam ke seratus
tujuh puluh. Malam-malam itu bertanda bahwa akan di adakan doa bersama. .
b. Fungsi kebudayaan
Fungsi kebudayaan merupakan sikap pola pikir dan pandangan hidup
sebagai bentuk ekspresi nilai budaya Anshari (2011 : 338) berdasarkan penelitian
yang ditemukan pada rombu solo
55
(15) “yapasi nadi palambe lambean cidokko ke makkatonan mi bissan boring ka
yarasi nasabai si tattong tattonggi di bolana to katumbangan ke na dape
wattunna.” di atas menjelaskan fungsi kebudayaan bahwa jika tiba malam seperti
malam ketiga, ketujuh dan seterusnya kita semua datang mendoakan orang yg
meninggal, ini mengambarkan bahwa kita saling bersatu dalam hal kebaikan.
c. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan mengenai aspek dan nilai pendidikan yang di jadikan
sebagai piranti moralitas dalam melakukan kehidupan masyarakat Anshari (2011:
358) berdasarkan penelitian yang di temukan oleh peneliti dalam rombu solo
yaitu“nasaga yate sa la sipemboko bokotam maki deen arai wattunna na
makkulena na salama to torro na salama to ponjo menjelaskan bahwa fungsi
pendidikan ibarat pepatah jika ada pertemuan di pasti ada perpisahan, dalam
kegiatan rombu solo semua keluarga yang hadir di acara kita semua berdoa
semoga kita dalam lindungan yang maha kuasa, baik yang keluarga yang di
tinggalkan maupun yang meninggalkan. “yamosi nasabai siginna nasaga to pura
di alaan alaan marinning mabassa , makkennyawa ta makkenyawa polei jumai di
tapan pole jammai di pabarrasan na sule lako pawwa di pabarrasan barakkana
menjelaskan bahwa dalam kegiatan rombu solo dalam mendoakan orang
meninggal biasanya keluarga menyiapan sesuatu seperti makan dan minuman
untuk orang yang datang mendoakan baik barang kecil sampai barang-barang
besar,adapun yang barang yang hidup maupun yang mati, dengan hati yang ikhlas
semoga bermanfaat kepada kita semua.
56
d. Fungsi kemasyarakatan
Fungsi kemasyarakatan merupakan sikap, pola pikir, cara pandang dan
pikiran mengenai pandangan hidup yang di jadikan sebagai aspek dasar berpijak
untuk melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan dalam kehidupan masyarakat.
Ansahari (2011 : 359). Hasil penelitian yang di temukan dalam rombu solo pada
fungsi masyarakat adalah yannapa te mai batina pagangka na kullei pi nasaga
patotonggi di kasiturutan ke na dape wattunna na sanga lamatappa aka di sanga
palambenan adata iyatopa indogurutta nasaga na toganni nasaga masara na
tajanni padamban ke na dape wattunna.”menjelakan bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat dalam acara rombu solo keluarga orang meninggal perlu kita
bekerja keras.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Bentuk kode yang terdapat di rombu solo di Kabupaten Enrekang adalah
1) kode hermeneutik/teka-teki berupa enigma pertemanan, enigma pengusulan,
enigma jawaban sebagian, enigma penundaan. 2) kode proretik/ kode aksi sebagai
sebuah rangkain aksi yang saling berkaitan antar satu dengan yang lainnya. 3)
kode simbolik mampu membawa pembaca memasuki dunia lambang, simbol atau
tanda-tanda makna yang ada di dalamnya. 4) kode budaya mencoba
merekontruksi sebuah yang berlangsung kurung waktu tertentu. 5) kode
semik/konotasi sebagai penanda konotasi yang mengaju pada gambaran-gambaran
kondisi psikologi, tokoh, suasana tempat atau objek tertentu.
Fungsi sosial dalam rombu solo: 1) fungsi keagamaan pada rombu solo
mengadakan doa bersama, 2) fungsi pendidikan memberi dedikasi pada generasi
muda agar memahami keahrifan lokal 3) fungsi kemasyarakatan, bergotong
royong ketika terkena musibah seperti orang meninggal dan saling membantu
dalam kegiatan rombo solo. 4) fungsi budaya pada rombu solo sangat memengang
teguh adat dan tradisi dan melestarikan tradisi rombo solo kepada generasi agar
tidak hilang dan tetap menjalankan tradisi secara turung temurung
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan yang berkenan dengan
bentuk kode dan fungsi kode yang terdapat pada rombu solo harus dapat lebih
banyak perhatian untuk mencegah sastra daerah berada di ambang kepunahan.
Oleh sebab itu penelitian yang berkaitan dengan sastra lisan rombu solo
sebagai warisan milik bersama dengan upaya untuk melestarikan tradisi-tradisi
yang ada di daerah kabupaten enrekang dan harus lebih tingkatkan sebagai wadah
membantu pemerintah dalam melestarikan budaya.
62
Rombu solo sangat cocok di jadikan bahan mengajar khususnya mata
pelajaran indonesia karna di dalamnya banyak sastra lisan yang jarang di temui
di masa sekarang agar generasi muda atau generasi penerus bangsa menjadi
manusia berbudaya.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M. H. 1979. The mirror and The Lamp. London – New York : Oxford
University Press.
Barthes, Roland. 2012. Elemen-Elemen Semilogi terjemahan dari Element of
semiology (M. Ardiansyah )Yogyakarta: IRCiSoD.
Barthes, Roland. 2007. Petualanga Semilogi terjemahan dari L’aventure
semiology (Stephanus Aswar Herwinarko). Yogkayakarta: Pustaka Pelajar.
Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain.
Jakarta: Grafik Press.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra (Cetakan Pertama).
Yogyakarta : CAPS.
Paliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika (Tafsir Cultural Studies atas Matinya
Makna) Bandung: jalasutra.
Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post-
modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hasan, Iqbal M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hoed, Benny H. 2008. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya UI.
Jufri. 2007. Metode penelitian Bahasa, Sastra, dan Budaya. Makassar. Badan
Penerbit UNM.
Siswantoro. 2011. Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.
Tang, Muhammad Rapi. 2008. Mosaik dasar Teori Sastra. Makassar. Badan
Penerbit UNM.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra.Jakarta: Pustaka
Jaya.
Wibowo, Wahyu Seto Indiawan. 2013. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mintra
Wacana Media.
Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika Tentang Tanda, cara kerjanya dan Apa yang
Kita Lakukan Denganya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
https://sosiologibudaya.wordpress.com/2012/03/17/another-representasi-budaya/
http://koleksihalim.blogspot.com/2012/01/representasi-budaya.html.
http://mashimoroo.blogspot.com/2012/03/representasi.html
https://pakarkomunikasi.com/teori-representasi-dalam-komunikasi-v
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Nasrul, dilahirkan di Enrekang,
Sulawesi Selatan, pada tanggal 21 September 1990,
buah hati dari pasangan Laning dan Sumarni.
Lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada SD Negeri 70 Lembong pada tahun
1997 dan selesai tahun 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6
Enrekang dan selesai pada tahun 2006, melanjutkan pendidikannya ke SMA
Muhammadiyah Enrekang dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Muhammadiya Makassar
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, hingga akhirnya selesai pada tahun 2014
dengan memperoleh gelar sarjana pendidkan. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan tingkat S-2 di Universitas Muhammadiyah Makassar Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia pada tahun 2017 hingga tahun 2019.
LAMPIRAN
KORPUS DATA
1. Kode semiotika Roland Barthers
a. Kode Hermeneutika
(1) “ mennolopole mosi te wai sola alannota alan letean petada damban di kita”
(menghadap lagi air sama alannota untuk meminta doa kepada orang meninggal)
(2) saba petada dambanna ra sola bassean boring na passuroan to katumbangan nasaga
makkalesoan mosi lasulei la nunnunggi arolanna yatopa leteanna yatopa to nanei
kede puama ngena mai”
(sebab kehadiran dan doa yang di minta keluarga orang meninggal, dengan itu kami
persialakan kepada iman dan adat untuk memulai acara)
(3) Tabe di kita napa na deen pole mosi tee silalona joo pa na marekko na deen pole
mosi deen raga wai na . . . ?”
(Tabe untuk kita keluarga orang meninggal, kenapa lagi ada air di hadapan kami
sedangkan baru-baru ada tadi . . . ?)
b. Kode proaretik / aksi
(4)”Yaka tee ku ratu ma’golo di kita, sa ratuki tee di rambenan kua jolo mi lako tekken
bassinna la Baco”
(ini sebabnya menghadap di kita, untuk datang menyampaikan bahwa hari ini telah
meninggal La Baco)
c. Kode semik / konotasi
(5) “Yaka ke dikua kalena na iti maki mati, yara ke yato di sanga saleanan kalena jo
diissen di sangai”
(kalau di bilang dirinya, kita sudah ada. Kalau yang di bilang di luar dirinya kami
tidak tau namanya)
d. Kode simbolik.
(6)” deen aka tee alannota lako di panganan kede pole katumbangan lan nota-nota ki”
(air dan alannota di cicipi dari keluarga orang meninggal).
(7) “nasaga deen lakotu palaka lakana nasaga kore mesa nasaga to maketandai ke dikua
baine , maketandai ke dikua muane”
(maksudnya ada barang bernyawa seperti sapi. Bertanda satu betina satu jantan)
e. Kode budaya
(8) “lamate magapaki to tana la si bombong kalebuki, lasipendojakki, la si collongankki”
( kita bersasal dari tanah dan kembali lagi ke tanah, datang mengenang dan saling
mendoakan)
Konstituen “lamate magapaki to tana la si bombong kalebuki, lasipendojakki, la si
collongankki”
2. Fungsi sosial dalam rombu solo
a. Fungsi keagamaan
(9) “na saga na la dape i bonggi tallunna na saga ladi perundunni i petada damban na
lalan nia pole indo pole ambe”
(tiba saatnya malam ke tiga kita doakan orang meninggal baik keluarga dari ibu dan
bapaknya).
(10) “mennolotomi peputu na to jolo deen olona sola makkulena disaga la wattumi ladi
akkataimi na di pamula to parallu”
( menghadap lagi kain kafan untuk mayat, kepadanya kami persilakan untuk
membukusnya.)
(11) “aka te nasabai tu lako to jolo nasaga la dibukkaram bacaan kuraan, kee na deepe
mi wattuna la di akkattaimi”
(membacakan al-quran untuk orang meninggal, kalau sudah tiba waktunya kita mulai)
(12) “Yamosi na sabai tu lako to jolo mane memboko na saga na la dape i bonggi
tallunna na saga ladi perundunni i petada damban na lalan nia pole indo pole ambe
na saga puamanna ladi perundunni sada sikkiri ke na dape wattunna la di akkattai i
na di pamulamo to sada sikkiri”
(sebab orang meninggal sampai lagi malam ketiganya dan seluruh yang hadir untuk
mendoakannya dan membacakan zikir, dan di niatkan juga baik keluraga dari bapak
dan ibunya yang telah meninggal)
b. Fungsi kebudayaan
(13) “deen to mosi tu mati tanda tandanna palekkananna to kasiturutan la di pennolo di
Indogurutta na adata iyaka nasaga metada damban indogurutta mabasse boring mi
adata merundun mana maki”
( ada lagi tanda-tanda dari keluarga orang meninggal menghadap ke bagian imam
dan adat. Jika imam sudah meminta doa maka kita semua juga ikut mendoakan )
(14) “yapasi nadi palambe lambean cidokko ke makkatonan mi bissan boring ka yarasi
nasabai si tattong tattonggi di bolana to katumbangan ke na dape wattunna.”
( kita datang kembali ke rumah duka untuk bertemu dan mengenang arwah orang
yang wafat. )
c. Fungsi pendidikan
(15) “nasaga yate sa la sipemboko bokotam maki deen arai wattunna na makkulena na
salama to torro na salama to ponjo yana sanga wattumi la di akkattai mi”
( karna kita saling meninggalkan, semoga selamat yang meninggalkan maupun yang
di tinggalkan)
(16) “yamosi nasabai siginna nasaga to pura di alaan alaan marinning mabassa ,
makkennyawa ta makkenyawa polei jumai di tapan pole jammai di pabarrasan na
sule lako pawwa di pabarrasan barakkana”
( segala sesuatu yang sudah di gunakan baik besar maupun kecil, bernyawa maupun
tidak bernyawa, dari sumber kehidupan kembali lagi berkahnya kesana.
d. Fungsi kemasyarakatan
(17) “yannapa te mai batina pagangka na kullei pi nasaga patotonggi di kasiturutan ke na
dape wattunna na sanga lamatappa aka di sanga palambenan adata iyatopa
indogurutta nasaga na toganni nasaga masara na tajanni padamban ke na dape
wattunna.”
( kami sekeluarga dari orang meninggal percaya doanya kepada bagian imam dan
kepala adat dan kami bekerja keras).
KLASIFIKASI DATA
Rumusan Masalah Kode Data
Bentuk Kode
1. Kode Hermeneutika
(1), (2), (3)
2. Kode proaretik (4)
3. Kode semik (5)
4. Kode simbolik (6), (7)
5. Kode Budaya (8)
Fungsi social dalam rombu solo
1. Fungsi keagamaan (9), (10), (11), (12)
2. Fungsi kebudayaan (13), (14)
3. Fungsi pendidikan (15), (16)
4. Fungsi kemasyarakatan (17)
Informan 1
Nama : Munsir Spd
Umur : 62 tahun
Pekerjaan : imam desa ranga
Informan 2
Nama : sudirman T,S.Ag, Ma
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : pengawas MAN kab.enrekang
Dokumentasi
( Rombu solo desa ranga kab.enrekang)
(Rombu solo desa ranga kab.enrekang ).
LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN
Rumusan
masalah
Indikator Teknik
pengumpulan
data
Sumber
data
Manakah bentuk
semiotika yang
terdapat pada rombu
solo?
Data dianalisis berdasarkan
teori semiotika berdasarkan
Roland Barthes yaitu :
a. Kode hermeneutik
(teka-teki)
Kode hermeneutik adalah kode
yang juga mengindikasi apa
yang akan terjadi selanjutnya
dalam cerita rakyat. Akan
tetapi kode ini hanya berfokus
pada dialog yang menimbulkan
keingintahuan dan misteri oleh
pembaca sehingga pembaca
ingin terus melanjutkan untuk
membaca cerita rakyat
tersebut.
b. Kode semik (konotatif)
Kode semik adalah
kode yang
memanfaatkan isyarat,
petunjuk atau kilasan
makna atau dengan
1. Teknik
perekaman
2. Pengamatan
dan pencacatan
3. wawancara
Mendalam
informan
kata lain kode semik
berhubungan dengan
makna yang tersirat di
dalam nama karakter,
tempat atau benda di
dalam sebuah cerita
rakyat..
c. Kode simbolik
Kode simbolik
merupakan dunia
perlambangan yang
merupakan sebuah
konvensi yang
menuntun subjek yang
dihadapi. Contoh:
mawar putih yang
melambangkan
kesucian cinta.
d. Kode Aksi (proairetik)
Kode proiretik adalah
kode yang
mengindikasikan suatu
aksi yang akan
dilakukan selanjutnya
oleh tokoh dalam cerita
rakyat.
e. Kode budaya
Kode budaya adalah
kode yang menyangkut
dengan hal-hal yang
diketahui masyarakat.
Kode ini berhubungan
dengan streotip serta
paradigm yang
berkembang di
masyarakat.
Bagaimanakah fungsi
sosial dalam rombu
solo?
fungsi social dalam rombu solo
antara lain :
a. Fungsi keagamaan
Anshari (2011)
mengemukakan fungsi
keagamaan merupakan
refleksi penyerapan
sifat-sifat ketuhanan
dalam diri setiap
manusia akan
menumbuhkan
kesadaran kemanusiaan
yang semakin kuat.
1. Teknik
perekaman
2. Pengamatan
dan pencatatan
3. Wawancara
mendala
informan
b. Fungsi kebudayaan
Fungsi kebudayaan
yang dimaksud adalah
ekspresi budaya yang
teraktual dalam bentuk
fungsi social yang
saling mengisi di
masyarakat.
c. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan
berpotensi untuk
mengajar dan mendidik
dirinya dan orang
kepada orang lain.
d. Fungsi kemasyarakatan
Fungsi kemasyarakatan
adalah inti sari dari
semua fungsi di atas
agar dijadikan
penuntun dalam
kehidupan sehari-hari.
1011
Tabe te di Pondoguru, yaka tee ku ratu ma’golo di kita, sa ratuki tee di rambenan kua jolo mi
lako tekken bassinna la Baco yake deen olona na makkulena lainjaki lako bolana ke na dape
mi wattuna.
Tabe di bagian Imam kami datang menghadap dengan anda, untuk menyampaikan bahwa
telah meninggal la Baco, kalau ada kesempatannya kami berharap untuk datang kerumahnya.
1012
Tabe tee di Pondoguru, aka tee ku ratu magolo di kita, ratu masiki tee di rambenan kua di
sangai mosi la na dape mosi bonginna tu lako to jolo.
Tabe di bagian Imam kami datang menghadap dengan anda, untuk menyampaikan bahwa
sebentar malam akan di doakan orang yang meninggal.
1014
Tabe di Pondoguru, deen aka tee alannota lako di panganan kede pole katumbangan lan nota-
nota ki.
Tabe di bagian Imam, karna ada lagi alannota di tempatnya kami dari keluaga orang
meninggal mempersilakan untuk mencicipi.
1014
Tabe te di Pondoguru di Puada deen mosi tee pole katumbangan, nasaga mosi mennolomi tu
mati wai sola alannota petada damban dan mennolotomi peputu na to jolo deen olona sola
makkulena disaga la wattumi ladi akkataimi na di pamula to parallu.
Tabe di bagian Iman dan bagian adat, kami dari kelurga orang meniggal, ada lagi menghadap
di kita air sama allannota untuk meminta doa dan ada juga kain kafan untuk orang meninggal
kalau suda tiba waktunya kita mulai yang sebenarnya akan kita mulai.
1015
Tabe aka pale taman di Pondoguru dan di Puada deen mosi tee pole katumbangan nasaga
mennolopole mosi te wai sola alannota alan letean petada damban di kita, aka te nasabai tu
lako to jolo nasaga la dibukkaram bacaan kuraan, kee na deepe mi wattuna la di akkattaimi.
Comment [i-[1]: Kode proreatik/aksi
Comment [i-[2]: Kode proreatik/aksi
Comment [i-[3]: Kode budaya
Comment [i-[4]: Kode proreatik/aksi
Tabe di bagian Iman dan adat, kami dari keluarga orang meninggal , kembali lagi menghadap
di kita air sama allannota untuk kita berdoa bersama, sebab orang yang meninggal akan di
bukakan al-Quran, kalau sudah tiba waktunya kita mulai.
1016
Tabe aka pale di Pondoguru di puada deen mosi tee kasiturutan lamennelo di kita kede pole
di katumbangan, nasaba mennolo mosi tu mati wai sola alannota petada damban dikita, ya
mosi tee na sabai tu lako to jolo di sanga mosi ladi alaan ka kederan la maguju di ahira deen
arai olo na makkulena iya na saga na ola messunan iya pole na ola sule to na wattunana di
pajaji na saga taka rompoan olona taka rombosan bokona deen olo na makkulena ladi akkattai
mi na pamulamo tomati alannota petada damban.
Tabe di bagian Imam dan adat, ada lagi niat dari keluarga orang meninggal menhadap di
kita,dengan ini menghadap lagi air sama alannota untuk memintakan doa kepada orang yang
meninggal, karna orang yang meninggal akan meninggalkan rumah duka menuju tempat
peristrahatan terakhir, sebab tempat manusia berasal dari tanah dan kembali lagi keasalnya
yaitu tanah. Semoga apa yang lakukan selama hidupnya bermanfaat, bernilai ibadah dan di
dan di akhirat di terimah semua amalanya. Kalau sudah tiba waktunya mari kita mulai untuk
mendoakannya.
1021
Tabe aka pale di Pondoguru di puada deen mosi kasiturutan mennolo di kita kede jumai di
katumbangan, mennolo mosi te wai sola alannota , alannota petada damban di kita. Yamosi
na sabai tu lako to jolo mane memboko na saga na la dape i bonggi tallunna na saga ladi
perundunni i petada damban na lalan nia pole indo pole ambe na saga puamanna ladi
perundunni sada sikkiri ke na dape wattunna la di akkattai i na di pamulamo to sada sikkiri.
Tabe di bagian Imam dan adat, ada lagi niat dari keluarga orang meninggal dengan ini
menghadap lagi air sama alannota untuk meminta doa kepada orang meninggal, sebab orang
yang meninggalakan kita, tiba saatnya malam ke tiga, untuk itu kami meminta untuk di
doakanya baik keluaraga dari orang tuanya perempuan dan laki-laki yang telah mendahului
kita semua di doakan yaitu berzikir bersama. Kalau sudah tiba waktunya kita mulai zikirnya.
Comment [i-[5]: Fungsi keagamaan
Comment [i-[6]: Fungsi pendidikan
Comment [i-[7]: Fungsi keagamaan
1022
Tabena mo di kita deen kana na saga puamanna kua ratu mi to di kua tamben buku tamben
darana to jolo di saga lolonnggi i patindoanna la sapui tondon salimana na saga puamanna
lamate magapaki to tana la si bombong kalebuki,lasipendojakki,la si collongankki ya di saga
puamnna sama-sama kalena ladi tandanni kua rannu la merundun ke napade wattunna.
Tabe untuk kita semua yang hadir di sini, kami keluarga orang meninggal atau berduka
mengucapkan, karna kita semua hadir di sini bukan keluarga dari orang lain kita semua
bersaudara,untuk itu kami meminta untuk mengenang arwahnya selama hidup di dunia ini
karna kita semua manusia akan meninggal dan saling berbela sungkawa,saling mendoakan
dan mengunjunggi saat meninggal. makanya kembali lagi kami ucapakan dan berharap untuk
hadirin yang datang untuk mendoakan almarhum.
1023
Tabena mo tee di Pondoguru tee kana na sanga tee pama kasiturutan na te mai katimbungan
kua yaka tee nasaga sebo-sebo mai narapa kalena pada iya iyannapa apa totto moki matande
gajami rannuna nasaga puamanna indo keambe maki nasaga tottomaki indogurutta yatopa
adata deen mo nasaga la tajan pangujungan ke na dape wattunna, na saga puamanna yaka ke
di kua mate magapana to tana lasibombong kalebuakki, si pendojakki, si collongankki di
rupai maki sa tottong maki di sanga sama samanna kale yaka kela na issenni melajan to
katumbangan jomo joloanna jomo la indeanna na saga puamanna deen to mosi tu mati tanda
tandanna palekkananna to kasiturutan la di pennolo di Indogurutta na adata iyaka nasaga
metada damban indogurutta mabasse boring mi adata merundun mana maki ke dikua tamben
buku tamben daranna te lako to jolo jomomoki lasalean yake nasaga puamanna yapasi nadi
palembe lambean cidokko ke makkatonan mi bissan boring ka yarasi nasabai si tattong
tattonggi di bolana to katumbangan ke na dape wattunna.
Tabe bagian Imam, kami dari keluaraga orang meninggal dengan rendah hati sebab dari
kemarin-kemarin kami keluarga terus berharap kepada kita baik dari kami keluaraga
perempuan dan laki-laki ( imam dan adat ) karna kita sudah hadir di rumah ini untuk
meminta doa. Sebab kalau kita meninggal kita saling mendoakan, menggunjunggi dan
mengenang orang yang sudah meninggal. Seandainya orang yang meninggal akan kembali
hidup dan hadir di tengah-tengah kita dia akan mengucapkan atau berpesan bahwa keluarga
ini berharap kepada kita (iman dan adat) untuk mendoakannya agar selamat di akhirat, karna
Comment [i-[8]: Fungsi kemasyarakatan
ada lagi tanda-tanda untuk memulai acara seperti air sama alannota dari keluarga orang
meninggal menghadap di kita bagian iman dan adat, kalau bagian iman sudah membaca doa
dan adat sudah hadir juga maka kita semua keluarga yang hadir di sini mengikut dan sama –
sama membacakan doa kepada orang yang meninggal, kalau sudah tiba waktunya kita mulai.
1027
Tebe te Indogurutta di puada nasaga puamanna kede jumai katumbangan mane nasaga la
poota tumati to di riwa mananna di pu baju bajunna di jujung bunganna di kasiwanni
kasiwanna mane tosiki di rambenan deen pole mosi sara mane ladi oloi mapamula tee
kapoloanna bonggi sampe ratu te masiang
Tabe bagian Imam dan adat kami dari keluaraga orang meninggal mengucapkan ,untuk
mengunakan atau membacakan apa yang kita tahu karna kami keluarga orang meninggal
sangat percaya kepada kita untuk memimpin doa kepada keluarga kami yang meninggal dan
kembali kami menyampaikan bahwa ada acara mulai dari malam ini sampai besok siang.
1028
Tabe taman di Pondoguru di puada deen pole mosi te kamasituruta mennolo di kita kede
jumai katumbangan nasaga deen pole mosi alanotata sola wai kede jumai katumbangan lan
nota notaki
Tabe di bagian Iman dan adat ada lagi niat dari keluarga orang meninggal menghadap di kita
karna ada lagi air dan alannota dan air kami persilakan mencicipi.
10281
Tabe di kita napa na deen pole mosi tee silalona joo pa na marekko na deen pole mosi deen
raga wai na . . . ?
Tabe untuk kita keluarga orang meninggal, kenapa lagi ada air di hadapan kami sedangkan
baru-baru ada tadi . . . ?
10282
Tabe di taman di Pondoguru di puada nasaga puamanna tee pole katumbangan mane nasaga
na panggolo kalena ya topa ka kedikua saleanan kalena ladi pasirongdong jo tu di bassean
boringgan ke na dape wattunna.
Comment [i-[9]: Kode hermeneutik
Comment [i-[10]: Kode proreati/aksi
Comment [i-[11]: Fungsi budaya
Comment [i-[12]: Kode hermeneuti/teka-teki
Tabe di bagian Imam dan adat, kami keluarga orang meninggal mengucapkan dan
menghadapkan niat kami ke kita baik dari orang meninggal dan keluarga yang di tinggalkan
dan semua orang yang datang mendoakan hari ini, kalau sudah tiba waktunya kita mulai.
1029
Yaka ke dikua kalena na iti maki mati, yara ke yato di sanga saleanan kalena jo diissen di
sangai
kalau bilang dirinya kita itu sudah ada di situ, tapi kalau yang di bilang di luar dirinya kami
tidak tau namanya
10291
Tabe taman di pondoguru di puada nasagai to katumbangan yana sanga na puadallei to
kasiturutan nasaga deen lakotu palaka lakana nasaga kore mesa nasaga to maketandai ke
dikua baine , maketandai ke dikua muane.
Tabe di bagian iman dan adat , kami keluarga orang meninggal mengucapkan kalau ada
rezeki dari keluarga ini, ada dua sapi satu betina satu jantan untuk di potong pada acara
mendoakan orang yang meninggal.
1030
Tabe apara nasaga di tamben tambenni nawa nawa na pabawai akkatta na deen unnapa sesa
sesa kollongga tu lako to jona na kullei patottonggi indogurutta watopa adata
Tabe apakah yang di maksud dan di niat-niatkan kenapa ada lagi sisa-sisa hartanya orang
yang meninggal di hadapkan di kami (iman dan adat)
1031
Tabe taman di pondoguru di puada tee kana nasanga puamanna te mai katumbangan kua
yannapa te mai batina pagangka na kullei pi nasaga patotonggi di kasiturutan ke na dape
wattunna na sanga lamatappa aka di sanga palambenan adata iyatopa indogurutta nasaga na
toganni nasaga masara na tajanni padamban ke na dape wattunna.
Tabe di bagian iman dan adat kami dari keluarga orang meninggal mengucapkan bahwa
kami keluarga yang di tinggalkan masih mampu peradakan dan percaya kepada doa iman
Comment [i-[13]: Fungsi keagamaan
Comment [i-[14]: Kode semik
Comment [i-[15]: Kode simbolik
Comment [i-[16]: Fungsi pendidikan
dan adat. Dan semua keluarga yang di tinggalakn bekerja keras dan menungguh doa kita
semua di kabulkan
10321
Tabe taman di pondoguru di puada deen mosi tee kasiturutan mennolo dikita kede jumai
katumbangan nasaga mennolo mosi tumati alannota sola wai alan letean petada damban di
kita nasa puamanna mane aka te nasaga la makapalli palli, lama kambaro baro la mapidean
api pendoja ke na dape wattuna saga tupaki na mabasse borring ke na dape wattunna yana
deen olo na makkulena la di akkattai mi na di pagoloakki puama
1033
Tebe pai suun di bilala sulei to puama kede jumai di indogurutta nasaga ya saba petada
dambanna ra sola bassean boring na passuroan to katumbangan nasaga makkalesoan mosi
lasulei la nunnunggi arolanna yatopa leteanna yatopa to nanei kede puama ngena mai
Tabe di bagian bilal kembali lagi niat mulai dari bagian iman mengucapkan bahwa keluarga
orang meninggal berpesan hanya doa dari semua keluarga yang hadir di sini telah selesai,
dengan ini saya kembali lagi kami atau serahkan ke yang punya niat yaitu keluarga orang
meninggal.
1034
Tabe taman di pondoguru di puada yasaba kasiturutan nasaga passuruanni kasiturutan pole
aka passuruanni yaka nasaba deen lako tu alannota di panganan ladi akkattami na di ota ota
mi na di pajolomo to la jolo
Tabe di bagian iman dan adat, kami dari keluarga orang meninggal mengucapkan kami
sekeluarga mempersilakan bahwa ada alannota di tempatnya maka kita mulai dari yang
khusus ke umum.
1036
Tabe taman di pondoguru deen pole mosi tee kasiturutan mennolo di kita pole jumai
katumbangan nasagai mennolo mosi tu mati wai sola alannota, alannota petada damban di
kita yamosi nasabai siginna nasaga to pura di alaan alaan marinning mabassa , makkennyawa
Comment [i-[17]: Kode simbolik
Comment [i-[18]: Kode hermeneutik
Comment [i-[19]: Kode budaya
ta makkenyawa polei jumai di tapan pole jammai di pabarrasan na sule lako pawwa di
pabarrasan barakkana pole jumai di sepu na sule lako pole barakkana pole jumai padang na
sule lako pole barakkana tapasi akan na sangan di pekkambe kambean jumai ke inekan
kabakkaran ke nadapei wattunna.
1037
Tabe taman di pondoguru di puada deen pole mosi tee kasiturutan mennolo di kita kede jumai
katumbangan nasaga yate sa la sipemboko bokotam maki deen arai wattunna na makkulena
na salama to torro na salama to ponjo yana sanga wattumi la di akkattai mi na di pake mo tu
mai wai ma di pamulamo to petada dambanan.
Tabe di bagian iman dan adat, ada lagi niat kami dari keluarga orang meninggal sebab acara
ini sudah selesai kami ucapkan semoga semua keluarga yang pergi meninggalkan kami sehat
dan selamat sampai tujuan dan kami yang tinggal juga selamat. Kalau sudah waktunya kami
sekeluarga mempersilakan untuk membacakan doa.
1052
Tabe taman di pondoguru di puada teen kana mosi te mai nasaga te ma kasiturutan pole jumai
katumbangan padamban ramosi na tajai sa iyamosi nasaga si palamba lamba indogutta sola
adata ke iya nasaga taen raka tala makarana lako katumbangan sa indogurutta la sigonanni ke
dikua papitada dambanan adatara ke di kua pabissan boring.
Tabe di bagian iman dan adat, begitu lagi yang kami ucapkan dari keluarga orang meninggal ,
tinggal semoga doa kita bersamana di terimah atau di kabulkan sebab iman dan adat yang
selalu memimpim doa, karna sejatinya iman lah yang sangat hormati dan selalu memimpi doa
dan bagian adat lah yang selalu menemani keluarga untuk penyambung lidah ke iman.
Comment [i-[20]: Fungsi pendidikan
Comment [i-[21]: Fungsi kemasyarakatan