representasi citra wartawan dalam film all the...

100
REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE PRESIDENT’S MEN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh Lilis Suryaningsih NIM: 1113051000189 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2017 M

Upload: buikhue

Post on 04-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

REPRESENTASI CITRA WARTAWAN

DALAM FILM ALL THE PRESIDENT’S MEN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Lilis Suryaningsih

NIM: 1113051000189

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2017 M

Page 2: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,
Page 3: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,
Page 4: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,
Page 5: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

i

ABSTRAK

Lilis Suryaningsih

NIM: 1113051000189

Representasi Citra Wartawan Dalam Film All The President’s Men

Film All The President’s Men merupakan film yang diangkat dari kisah nyata

mengenai skandal Watergate. Skandal Watergate terkenal dengan praktik jurnalisme

investigasi karena dibongkar oleh dua wartawan Washington Post yakni Bob

Woodward dan Carl Bernstein yang berujung pada pengunduran diri Presiden

Amerika Serikat Richard Nixon dari jabatannya pada periode kedua. Perjuangan dan

kegigihannya dalam mengungkap skandal besar digambarkan secara jelas dan detail

dalam film ini.

Adapun masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah ingin

mengetahui bagaimana citra wartawan direpresentasikan dalam film All The

President’s Men? Dan bagaimana struktur wacana makro, mikro, dan superstruktur

yang terkandung dalam dialog film All The President’s Men?

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode penelitian analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk.

Pengumpulan data dilakukan melalui research document, kemudian melakukan

pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki kemudian

mencatat dan memilih adegan yang sesuai degan penelitian.

Tema besar dalam film adalah mengenai jurnalisme investigasi tentang

skandal Watergate. Citra wartawan dalam film ini direpresentasikan dengan memiliki

rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja, berani

mengungkap kebenaran, dan kegigihan menembus narasumber. Dan bagaimana

representasi tersebut dikaitkan dengan wacana model Teun A. van Dijk melalui level

teks yang terdiri dari struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro.

Film ini menunjukan bahwa menjadi wartawan sesungguhnya tidaklah

mudah, butuh tekad yang bulat serta mental yang kuat dalam mengahadapi segala

kemungkinan yang terjadi di lapangan. Dan dalam menjalankan tugasnya, wartawan

harus mematuhi kode etik yang berlaku seperti berpihak pada kebenaran, independen

yakni tidak berpihak pada siapapun, menjaga identitas narasumber, dan melaporkan

kejadian sesuai dengan fakta.

Kata kunci: Watergate, Wacana, Citra, Film, Wartawan

Page 6: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT

atas berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi dengan judul Representasi Citra

Wartawan Dalam Film All The President’s Men dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan parasahabat beliau.

Dengan selesainya skripsi ini merupakan suatu anugerah terindah yang

penulis rasakan. Maka untuk itulah, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Suparto, M.Ed, Ph.D.,

sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag.,

sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si,

sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

2. Kholis Ridho, M.Si sebagai Ketua Konsentrasi Jurnalistik serta Dra. Hj

Musfirah Nurlaily, M.A Sekretaris Jurusan yang telah banyak membantu

penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ade Rina Farida M,Si. selaku dosen pembimbing, yang selalu

membimbing penulis dengan sabar dan memberikan motivasi kepada

penulis agar bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Tidak

Page 7: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

iii

ada kata yang sangat pantas terucap selain terima kasih yang mendalam

atas kesediaannya untuk meluangkan waktu di tengah-tengah

kesibukannya guna memberikan arahan, dan bimbingan kepada penulis.

4. Terimakasih untuk Dosen Pembimbing Akademik, Tantan Hermansyah,

S.Ag., M.Si., yang telah memberi masukan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah

mengajar penulis, terimakasih atas ilmu yang diberikan. Semoga berkah

dan selalu bermanfaat.

6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah

membantu penulis dalam pencarian bahan untuk skripsi ini.

7. Ucapan terimakasih tiada henti penulis sampaikan kepada ayahanda Aman

dan ibu Sukaisih yang telah merawat dan membersarkan penulis dengan

penuh cinta dan kasih sayang serta selalu mendoakan penulis dengan

penuh ikhlas, juga memberikan motivasi kepada penulis.

8. Terimakasih banyak untuk kakakku Siti Amalia dan adikku M. Aji

Suryaman yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

9. Kepada Angga Satria Perkasa terimakasih atas perhatian dan kasih

sayangnya serta memberikan semangat, doa, dan dukungan kepada penulis

hingga akhirnya skripsi ini bisa selesai.

10. Terimakasih kepada sahabat-sahabat Amira, Muray, Emak (Putri),

Tiffany, Linda, Ana dan Mia atas saran, masukan, kritik, perhatian dan

Page 8: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

iv

pengertiannya. Terima kasih atas tawa, canda, marah, sedih yang telah

kalian berikan kepada penulis. Kalian luar biasa!

11. Sahabat perjuangan Jurnalistik B 2013 yang selalu kompak dari awal

masuk semoga silaturahmi selalu terjaga.

12. Terimakasih kepada teman-teman KKN Ekadasa Arka yang telah hidup

bersama selama sebulan dan melewati canda, tawa, marah, dan sedih.

Penulis mendoakan semoga bantuan, dukungan, semangat, perhatian, dan

bimbingan dari semua pihak mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda, serta

rahmat dan berkah dari Allah SWT aamiin ya rabbal alamin.

Akhirnya penulis mengucapkan syukur, terimakasih, dan pemohonan maaf

apabila selama ini terdapat banyak kesalahan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pihak manapun tanpa terkecuali.

Jakarta, November 2017

Penulis

Page 9: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 6

D. Metodologi Penelitian ........................................................... 6

E. Tinjauan Pustaka .................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Representasi ......................................................... 12

B. Teori Citra ............................................................................. 13

1. Pengertian Citra ............................................................... 13

2. Jenis-jenis Citra ............................................................... 15

C. Wartawan .............................................................................. 17

D. Tinjauan Tentang Film .......................................................... 22

1. Pengertian Film ................................................................ 22

2. Jenis-jenis Film ............................................................... 24

3. Film Dokumenter ............................................................. 27

E. Analisis Wacana .................................................................... 33

1. Pengertian Wacana .......................................................... 33

2. Analisis Wacana Teun A. van Dijk ................................. 34

BAB III GAMBARAN UMUM FILM ALL THE PRESIDENT’S MEN

A. Sinopsis Film All The President’s Men ................................... 40

B. Tokoh dan Pemeran Film All The President’s Men ................ 43

C. Sekilas Tentang Watergate ..................................................... 45

D. Penghargaan Film All The President’s Men .......................... 47

Page 10: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

vi

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Representasi Citra Wartawan Dalam Film

All The President’s Men .......................................................... 49

B. Analisis Teks Film All The President’s Men .......................... 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 77

B. Saran ........................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Skema Struktur Wacana Van Dijk

2. Tabel 4.1 Opening Shot

3. Tabel 4.2 Conflict Scene

4. Tabel 4.3 Anti Klimaks (Solusi)

5. Tabel 4.4 Ending (Penutup)

6. Tabel 4.5 Latar

7. Tabel 4.6 Detail

8. Tabel 4.7 Maksud

9. Tabel 4.8 Koherensi

10. Tabel 4.9 Kata Ganti

11. Tabel 4.10 Bentuk Kalimat

12. Tabel 4.11 Grafis

13. Tabel 4.12 Metafora

14. Tabel 4.13 Ekspresi

Page 12: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 4.1 Potongan Adegan; Opening Shoot

2. Gambar 4.2 Potongan Adegan; Conflict Scene

3. Gambar 4.3 Potongan Adegan; Conflict Scene

4. Gambar 4.4 Potongan Adegan; Conflict Scene

5. Gambar 4.5 Potongan Adegan; Conflict Scene

6. Gambar 4.6 Potongan Adegan; Conflict Scene

7. Gambar 4.7 Potongan Adegan; Anti Klimaks (Solusi)

8. Gambar 4.8 Potongan Adegan; Anti Klimaks (Solusi)

9. Gambar 4.9 Potongan Adegan; Ending

10. Gambar 4.10 Potongan Adegan; Detail

11. Gambar 4.11 Potongan Adegan; Detail

12. Gambar 4.12 Potongan Adegan; Maksud

13. Gambar 4.13 Potongan Adegan; Maksud

14. Gambar 4.14 Potongan Adegan; Praanggapan

15. Gambar 4.15 Potongan Adegan; Koherensi

16. Gambar 4.16 Potongan Adegan; Koherensi

17. Gambar 4.17 Potongan Adegan; Koherensi

18. Gambar 4.18 Potongan Adegan; Bentuk Kalimat

19. Gambar 4.19 Potongan Adegan; Bentuk Kalimat

20. Gambar 4.20 Potongan Adegan; Kata Ganti

21. Gambar 4.21 Potongan Adegan; Grafis

22. Gambar 4.22 Potongan Adegan; Grafis

23. Gambar 4.23 Potongan Adegan; Grafis

24. Gambar 4.24 Potongan Adegan; Grafis

25. Gambar 4.25 Potongan Adegan; Metafora

26. Gambar 4.26 Potongan Adegan; Ekspresi

27. Gambar 4.27 Potongan Adegan; Ekspresi

28. Gambar 4.28 Potongan Adegan; Ekspresi

Page 13: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi telah mencapai suatu tingkat di mana orang mampu berbicara

dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak. Teknologi komunikasi

mutakhir telah menciptakan apa yang disebut “publik dunia”. Kejadian yang

berlangsung di belahan dunia dapat diketahui dengan cepat di belahan lainnya.

Melalui satelit komunikasi sekarang ini secara teoritis kita akan 1mampu

memperlihatkan satu gambar, memperdengarkan suara kepada tiga milyar

manusia di seluruh dunia secara simultan. Komunikator tinggal hanya

menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang tinggal menyetel dan

menerima. 1

Sebagai contoh, skandal Watergate yang menggeparkan dunia pada tahun

1972 – 1974. Skandal Watergate adalah skandal politik di Amerika Serikat

yang mengakibatkan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon

mengundurkan diri dari jabatannya. Watergate sendiri merupakan kompleks di

Washington D.C yang terdiri dari lima bangunan dan menjadi markas dari

Partai Demokrat yakni rival politik dari Partai Republik.

1 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta

Press, 2007), h.135.

Page 14: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

2

Terbongkarnya skandal tersebut tak lain berkat kerja keras dua wartawan

yang sangat berani dalam mengungkap kebenaran yaitu Bob Woodward dan

Carl Bernstein dari Washington Post. Tak mudah bagi Woodstein sebutan

untuk kedua wartawan tersebut untuk mengorek informasi dari narasumber.

Apalagi mereka harus berhadapan dengan pemerintahan. Banyak narasumber

yang tidak ingin memberikan informasi karena gerak geriknya diawasi dan

bahkan nyawanya diancam agar tidak membeberkan kasus tersebut.

Woodstein tidak kehabisan akal. Woodward mengenal orang dalam

dipemerintahan dan mencoba untuk meminta informasi mengenai kasus

Watergate. Narasumber misterius yang identitasnya dirahasiakan inilah yang

kemudian dikenal dengan sebutan “Deep Throat”2. Sang narasumber itulah

yang membeberkan informasi mengenai keterlibatan pemerintahan Nixon

dalam skandal Watergate. Penyelidikan Watergate selama bertahun-tahun

yang berujung pada pengunduran Nixon dan digantikan oleh wakilnya, Gerald

Ford.

Berkat kerjasama dua wartawan handal tersebut dalam melakukan aksi

jurnalistik yang sangat sulit yaitu investigasi dan dibantu oleh sumber anonim

yang terkenal di dunia jurnalisme investigasi, Deep Throat dalam

mendapatkan informasi, akhirnya mereka bisa membongkar kasus tersebut.

Walaupun sebelumnya nyawa mereka terancam namun itu tidak membuat

mereka mundur begitu saja dalam mengungkap kebenaran. Woodstein

2 Deep Throat berarti suara dalam atau dalam hal ini berarti informasi dari dalam. Deep

Throat terkenal sebagai narasumber anonim dalam dunia jurnalistik, ia merupakan mantan wakil CIA.

Page 15: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

3

kemudian menuliskan perjalanan investigasi mereka dalam sebuah buku yang

berjudul All The President’s Men yang kemudian pada tahun 1976 diangkat

ke layar lebar dengan judul yang sama.

Film hasil produksi Warner Bross yang dirilis pada 4 april 1976

diperankan oleh beberapa aktor terkenal seperti Dustin Hoffman, Robert

Redford dan Jason Robards yang berkat kepiawannya berakting dalam film

ini, ia dianugerahi sebagai pemeran aktor pembantu terbaik di penghargaan

Oscar3 tahun 1977. Film yang disutradarai oleh Alan J. Pakuala ini berhasil

membawa penonton merasakan perjuangan wartawan dalam melakukan

investigasi untuk mengungkap sebuah kasus dan mengetahui bagaimana

proses investigasi. Akting yang sangat natural dari para pemerannya seakan

kita melihat kejadian aslinya. Penonton juga banyak belajar dari film ini

mengenai dunia jurnalis, bagaimana teknik wawancara dan bagaimana

menghadapi narasumber yang sulit memberikan informasi. Investigasi yang

tak sebentar dilakukan Woodstein membuat penonton penasaran siapa saja

yang terlibat dalam skandal Watergate. Untuk itu, film All The President’s

Men berhasil menyabet empat penghargaan dalam ajang paling bergengsi

perfilman dunia yakni Academy Award atau Oscar pada tahun 1977 untuk

kategori art direction, sound, writing (screenplay based on materian from

another medium), actor in a supporting role.4

3 Oscar atau Academy Awards adalah ajang penghargaan tertinggi bagi perfilman dunia. 4 “Pemenang Oscar tahun 1977” diakses pada 20 Februari 2017 pukul 21.00 WIB di

http://oscar.org

Page 16: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

4

Film dengan kemampuan daya visualnya yang didukung audio yang khas,

sangat efektif sebagai media hiburan dan juga sebagai media pendidikan dan

penyuluhan. Film bisa diputar berulang kali pada tempat dan khalayak yang

berbeda.5

Walaupun kejadian Watergate dan produksi film All The President’s Men

sudah lebih 40 tahun yang lalu, namun film yang diangkat dari kisah nyata ini

sarat akan pelajaran mengenai dunia jurnalis. Watergate menjadi simbol

kekuatan jurnalisme invetigasi. Kisah dua wartawan Washington Post, Bob

Woodward dan Carl Berstein, yang berhasil membongkar skandal politik yang

tidak ringan dan melibatkan orang-orang tinggi dipemerintahan Amerika

Serikat. Kisah Watergate menjadi legenda mengenai jurnalisme investigasi

dan tentang hancurnya kekuatan presiden Negara Adidaya.

Hal itu mengimbas kemudian kepada pemahaman peran kebebasan pers

dan pertanggungjawaban wartawan ketika berhadapan dengan masyarakat

dibanyak Negara. Khususnya, disebuah Negara yang pemerintahannya diliputi

penyalahgunaan kekuasaan. Dan tertuju kepada peran wartawan yang tidak

pasif melaporkan institusi demokrasi yang rapuh dan korup.6

Seringkali kebebasan pers dinikmati oleh pemilik modal atau owner media

massa. Akibatnya para jurnalis, dan penulisnya harus tunduk pada

kepentingan pemilik, atau setidaknya pada visi, misi, dan rubrikasi media

5 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),h.137. 6 Septiawan Santana, Jurnalime Investigasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003),h. 99.

Page 17: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

5

tersebut.7 Namun dalam film All The President’s Men menceritakan

bagaimana seharusnya wartawan bekerja, kegigihannya mengungkap

kebenaran bukan karena tuntutan dari pihak manapun.

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk itu peneliti tertarik melakukan

penelitian pada film All The President’s Men melalui teks atau naskah apa

saja yang mengandung citra wartawan dalam film All The President’s Men.

Bedasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan

judul “REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL

THE PRESIDENT’S MEN.”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang teks mengenai

citra wartawan dalam melakukan liputan investigasi dan dibatasi dengan

model analisis wacana Teun A. Van Djik.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana citra wartawan direpresentasikan dalam film All The

President’s Men?

2. Bagaimana struktur wacana makro, mikro, dan superstruktur yang

terkandung dalam dialog film All The President’s Men?

7 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 87.

Page 18: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan khusus dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui wacana mengenai citra wartawan

yang direpresentasikan dalam film All The President’s Men. Sedangkan

manfaat dari penelitian ini adalah:

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis:

Penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak informasi mengenai

analisis studi komunikasi khususnya analisis wacana kritis pada film.

Serta menjadi tambahan referensi untuk daftar pustaka.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan para

mahasiswa jurnalistik yang tertarik melakukan penelitian mengenai

film. Serta memberikan pelajaran mengenai bagaimana menjadi

wartawan yang baik dan benar.

D. Metodologi penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan menggunakan penelitian

kualitatif dengan metode penelitian analisis wacana (Discourse Analisis) yaitu

studi tentang struktur pesan atau telah mengenai aneka fungsi bahasa

(Pragmatik).8

8 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001) h.48

Page 19: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

7

Model analisis wacana yang digunakan oleh penulis adalah analisis

wacana model Teun A. van Dijk. Menurutnya penelitian wacana tidak cukup

hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari

suatu praktek produksi yang harus juga diamati.9

Analisis Van Dijk di sini menghubungkan analisis tekstual yang

memusatkan perhatian kepada teks kearah analisis yang komperhensif

bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan

individu pembuat film maupun dari masyarakat.10

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah film All The President’s

Men yang disutradarai oleh Alan J. Pakula. Sedangkan objek

penelitian ini adalah potongan gambar visual (scene) yang terdapar

dalam film All The President’s Men, juga dari teks dalam film All The

President’s Men yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi

dua, pertama adalah data primer diperoleh dari video film All The

President’s Men yang kemudian dipilih beberapa scene yang

dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Kedua adalah data

sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur yang

9 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta : LKIS, 2006), h.221. 10 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta : LKIS, 2006), h.225.

Page 20: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

8

pendukung data primer seperti internet, buku-buku yang berhubungan

dengan penelitian, dan artikel.

3. Teknik Penelitian

Teknik penelitian dalam penelitian ini terbagi menjadi dua.

Pertama adalah observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Peneliti

menggunakan metode pengamatan secara menyeluruh dari semua

adegan dalam film All The President’s Men kemudian mencatat dan

memilih adegan yang sesuai degan penelitian. Yang kedua adalah

dokumentasi, yaitu dengan membaca, dan mempelajari berbagai

bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang terdapat di

perpustakaan, internet, atau instansi lain yang dapat dijadikan analisis

dalam penelitian ini.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa tinjauan pustaka

yang pembahasannya mendekati apa yang diteliti oleh penulis. Beberapa

diantaranya yaitu skripsi dengan judul “Jurnalisme Invetigasi Dalam Film

(Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi Dalam Film “State Of Play”)” oleh

Barlian Anung Prabandono mahasiswa jurusan ilmu komunikasi Universitas

Sebelas Maret. Sama-sama meneliti film bertemakan jurnlaisme investigasi

dan menggunakan analisis wacana model Teun A. Van Djik. Walaupun sama-

Page 21: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

9

sama melakukan penelitian menegnai film jurnalistik menggunakan analisis

wacana Teun A. Van Djik namun, isi penelitian berbeda.

Selanjutnya skirpsi dengan judul “Analisis Wacana Perlawanan

Korupsi Dalam Film Selamat Siang, Risa! Karya: Ine Febriyanti” oleh

Muhammad Imam Saputra mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi oleh

Muhammad Imam Saputra juga menggunakan analisis wcana Teun A. Van

Djik.

Skripsi oleh Siti Qoriatun Solihah mahasiswa jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

berjudul “Analisis Wacana Pesan Dakwah Film Dalam Mihrab Cinta” yang

menggunakan analisis wacana Teun A. Van dijk.

Skripsi berjudul “Representasi Toleransi Beragama Dalam Film Sang

Martir” oleh Meta Yunita Kusuma mahasiswa jurusan Komunikasi Dan

Penyiaran Islam Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

skripsinya, Meta Yunita Kusuma menganalisis menggunakan semiotika model

Charles Sander Pierce.

Dengan itu, penelitian yang ingin dilakukan peneliti tidak ada

kesamaan signifikan dengan ketiga skripsi di atas. Maka peneliti mengambil

kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang

Page 22: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

10

“REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE

PRESIDENT’S MEN”

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian

skripsi ini, penulisan skripsi ini akan disusun secara sistematis sesuai

ketentuan dan aturan yang berlaku. Adapun bentuk penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian,

tinjauan pustakan, dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori meliputi pengertian representasi, teori citra, wartawan,

tinjauan tentang film, analisis wacana, dan analisis wacana model

Teun A. van Dijk.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM ALL THE PRESIDENT’S MEN

Pada bab III menguraikan tentang gambaran umum film All The

President’s Men yang terdiri dari sinopsis film, sekilas tentang skandal

Watergate, dan pengahargaan film All The President’s Men.

Page 23: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

11

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini membahas tentang temuan data mengenai representasi citra

wartawan dalam film All The President’s Men yang diperoleh penulis

dari hasil penelitiannya.

BAB V PENUTUP

Pada bab terakhir merupakan kesimpulan dan saran dari penelitian .

Page 24: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Representasi

Aktivitas membentuk ilmu pengetahuan yang dimungkinkan kapasitas

otak untuk dilakukan oleh semua manusia disebut representasi.

Representasi dapat didefinisikan lebih jelasnya sebagai penggunaan tanda

(gambar, bunyi, dan lain-lain) untuk menghubungkan, menggambarkan,

memotret, atau mereproduksi sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan,

atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu.1

Representasi merupakan bentuk konkret (penanda) yang berasal dari

konsep abstrak. Sebagai contoh, bagaimana hujan direpresentasikan dalam

film, karena hujan yang sebenarnya sulit ditangkap oleh mata kamera dan

susah diproduksi. Akan tetapi beberapa representasi merupakan hal yang

sangat penting dalam kehidupan budaya dan politik, sebagai contoh:

gender, bangsa, usia, kelas, dst. Karena representasi tidak terhindarkan

untuk terlibat dalam proses seleksi sehingga beberapa tanda tertentu lebih

istimewa daripada yang lain, ini terkait dengan bagaimana konsep tersebut

direpresentasikan dalam media berita, film, bahkan dalam percakapan

sehari-hari. Hal itu seharusnya hadir bukan sebagai hal yang mengejutkan,

kemudian mengenai bagaimana cara representasi diatur melalui pelbagai

1 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori

Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012) h.20

Page 25: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

13

macam media, genre, dan dalam pelbagai macam wacana memelukan

perhatian yang menyeluruh.2

B. Teori Citra

1. Pengertian Citra

Citra merupakan sebuah persepsi tentang suatu realitas dan

tidak harus selalu sesuai dengan realitas yang ada. Citra terbentuk

berdasarkan informasi yang diterima. Media massa bekerja untuk

menyampaikan informasi untuk khalayak di mana informasi tersebut

memebentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. 3

Menurut Keller, “citra adalah seperangkat keyakinan, ide dan

kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek”. Dan

Menurut Soemirat dan Ardianto, “citra adalah kesan, perasaan,

gambaran diri publik terhadap perusahaan. Kesan ini diciptakan

secara sengaja dari suatu obyek, orang atau organisasi”. 4

Landasan citra berakar dari nilai-nilai kepercayaan yang

diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persepsi.

Proses akumulasi dan amanah kepercayaan yang telah diberikan oleh

individu-individu tersebut akan mengalami proses cepat atau lambat

untuk membentuk opini publik yang lebih luas, yaitu sering

dinamakan citra.

2 John Hartley, Communication, Culturalm & Media Studies: Konsep Kunci, (Yogyakarta :

Jalasutra, 2010), h. 265-266. 3 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 224. 4 Nur Kholisah, Strategi Komunikasi Public Relations dan Citra Positif Organisasi, Jurnal

Ilmu Komunikasi, Vol 13, No. 3, September - Desember 2015, h. 200.

Page 26: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

14

Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi

dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat

(kehumasan) atau public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak

(intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya

bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. 5

Biasanya landasan citra itu berakar dari “nilai-nilai

kepercayaan” yang kongkretnya diberikan secara individual, dan

merupakan pandangan atau persepsi. Proses akumulasi dari amanah

kepercayaan telah diberikan oleh individu-individiu tersebut akan

mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu

opini publik yang lebih luas, yaitu sering dinamakan citra (image). 6

Dari pengertian di atas, dapat diartikan citra adalah sebuah

gambaran, kesan yang melekat pada seseorang ataupun kelompok.

Begitu juga dengan citra wartawan yang berarti adalah kesan terhadap

wartawan tersebut. Apakah citra yang buruk atau justru citra yang

baik.

5 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Rajagrifindo,

2010), h. 75. 6 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Rajagrifindo,

2010), h. 75.

Page 27: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

15

2. Jenis-jenis Citra

Ada beberapa jenis citra yang dikenal dalam dunia kehumasan

atau public relations yaitu:7

1. Citra bayangan (mirror image)

Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam

mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini

seringkali tidaklah tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai

akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun

pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu

mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar.

2. Citra yang berlaku (current image)

Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku (current

image) ini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh

pihak-pihak luar mengenai sesuatu organisasasi. Citra ini

sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang

dimiliki oleh mereka yang memepercayainya. Biasanya pula citra

ini cenderung negatif. Citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan

jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari

pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang biasanya

serba terbatas.

7 Frank Jefkins, Public Relations, Terj. Haris Munandar, (Erlangga, 2002), h. 21-23.

Page 28: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

16

3. Citra yang diharapkan (wish image)

Citra yang diharapkan adalah suatu citra yang diinginan oleh

pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang

sebenarnya. Namun secara umum, yang disebut sebagai citra

harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi baik.

4. Citra perusahaan

Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi

bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Citra

perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau

riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan dan

stabilitas di bidang keuangan, kualitas produk, keberhasilan

ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta

lapangan pekerjaan, kesediaan memikul tanggung jawab sosial,

dan komitmen mengadakan riset.

5. Citra majemuk

Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan

sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk

menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi citra yang

ditekan harus seminimal mungkin dan citra perusahaan secara

keseluruhan harus ditegakan.

Page 29: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

17

6. Citra yang baik dan yang buruk

Sebelumnya sudah disebutkan bahwa citra public relations

yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan

pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang

sesungguhnya. Itu berarti citra tidak dapat “dipoles agar lebih

indah dari warna aslinya” (karena hal itu justru dapat

mengacaukannya). Suatu citra yang lebih baik sebenarnya bisa

dimunculkan kapan saja, termasuk di tengah terjadinya musibah

atau sesuatu yang buruk.

C. Wartawan

Wartawan adalah profesi mencari, mengumpulkan dan menulis berita

yang kemudian diserahkan kepada redaktur media untuk dipublikasikan

kepada masyarakat.

Wartawan sebagai profesi memiliki kebebasan yang disebut kebebasan

pers, yakni kebebasan mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan berita

yang berisi gagasan dan informasi. Kebebasan pers tidak berarti bahwa

wartawan dalam menjalankan tugasnya dapat berbuat semaunya. Di dalam

Page 30: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

18

menjalankan profesinya tersebut, wartawan terikat dengan peraturan

perundang-undangan yang menyangkut delik pers. 8

Upaya-upaya untuk memperbaiki pendidikan kewartawanan

menunjukan bahwa “profesionalisasi” dapat diharapkan semakin

meningkat dalam lapangan pekerjaan jurnalistik, yang kemungkinan besar

mengarah pada otonomi yang lebih mantap dan kekuatan yang lebih besar

untuk menahan tekanan-tekanan dan pengaruh dari kelompok-kelompok

kepentingan dalam masyarakat.9

Bill Kovach dan Tom Rosentiel melakukan riset terhadap apa yang

seharusnya menjadi prinsip para wartawan. Kovach dan Rosentiel

menuliskan risetnya dalam buku 9 elemen jurnalistik antara lain: 10

1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.

Elemen pertama yaitu jurnalisme diwajibkan patuh terhadap

etik pemberitaan, berita yang diberitakan tidak bias artinya tidak

menimbulkan pertanyaan yang membuat masyarakat ragu akan

kebenaran berita tersebut, menjalankan akurasi kebenaran atau

penyelidikan terhadap berita.

8 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 86. 9 Hikmat Kusumaningrat,dkk, Jurnalistik Teori Dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006),h. 116. 10 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-Elemen Jurnalisme, Terj. Yusi A. Pareanom,

(Institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, 2003, h. 6.

Page 31: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

19

2. Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga.

Jurnalisme juga sebagai sosial kontrol, tidak boleh berpihak

pada pemerintah atau pada pihak manapun bahkan pada media di

tempat ia bekerja.

3. Intisari jurnalisme adalah disiplin dalam verifikasi.

Hal yang membedakan anatara mana produk jurnalisme, mana

prodak propaganda, mana prodak seni, mana prodak fiksi.

4. Para praktisnya harus menjaga independensi terhadap sumber

berita.

Elemen ini mengenai hal yang prinsipil. Wartawan mungkin

membayangkan bahwa dirinya bisa melaporkan dan menjadi

bagian dari peserta saat peristiwa berlangsung. Berita yang

disampaikan harus objektif dan tidak memihak pihak manapun.

5. Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan.

Peran jurnalisme sebagai penjaga (watchdog) harus

dilaksanakan untuk memantau kekuasaan dan peran ini tidak boleh

disalah gunakan. 11

11 Luwi Ishwara, Jurnalisme Dasar, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2005),h. 11.

Page 32: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

20

6. Jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun

dukungan warga.

Diskusi publik ini bisa melayani masyarakat dengan baik jika

mereka mendapatkan informasi berdasarkan fakta bukan atas dasar

prasangka atau dugaan-dugaan.

7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting menarik dan

relevan.

Apa yang menurut masyarakat inginkan dengan apa yang

masyarakat butuhkan walaupun tidak diinginkan haruslah

seimbang.

8. Jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan

proporsional.

Dari sebuha berita, hal-hal yang penting tidak boleh

dihilangkan dan berita harus sesuai fakta dan tidak menimbulkan

opini.

9. Para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.

Setiap wartawan harus memiliki rasa etik dan tanggung jawab.

Wartawan harus mau, bila rasa keadilan dan akurasi mewajibkan,

untuk menyuarakan perbedaan dengan rekan-rekan kita, entah itu

di ruang redaksi ataupun di kantor eksekutif. 12

12 Luwi Ishwara, Jurnalisme Dasar, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2005),h. 13.

Page 33: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

21

Dewasa ini, masyarakat menganggap pers dikuasai oleh para

pemilik media yang kebanyakan adalah penguasa suatu partai. Lebih

lanjut, prinsip anjing penjaga (watchdog) tengah terancam dalam

jurnalisme karena penggunaannya yang berlebihan, dan oleh peran

anjing penjaga palsu yang lebih ditunjukan untuk menyajikan sensasi

ketimbang pelayanan publik. Barangkali yang bahkan lebih serius lagi,

peran anjing penjaga terancam oleh jenis baru konglomerasi

perusahaan, yang secara efektif bisa merusak independensi yang

dibutuhkan pers untuk menjalankan peran pemantauan mereka. 13

Pada dasarnya wartawan harus independen terhadap apapun yang

mereka liput. Prinsip idenpendensi ini harus dijunjung tinggi di atas

identitas lain seorang wartawan. Misalnya, seorang wartawan

beragama Islam sedang meliput pereseteruan antara umat Kristen dan

umat Islam yang terbukti bersalah adalah umat Islam, sang wartawan

harus bersikap independen dengan memberitakan apa yang sebenarnya

terjadi dan tidak menutup-nutupi kebenaran tersebut.

Dua wartawan Washington Post yakni Bob Woodward dan Carl

Bernstein mendapat penghargaan Putlizer karena berupaya

mengungkap skandal politik besar Amerika, Watergate yang saat itu

ditutup-tutupi oleh para petinggi pemerintahan. Reportase

13 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-Elemen Jurnalisme, Terj. Yusi A. Pareanom,

(Institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, 2003), h. 141.

Page 34: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

22

investigative pun mendadak beroleh popularitas dan daya tarik dan

mendefinisi ulang citra profesi ini.14

Kewajiban yang diemban wartawan melahirkan tanggung jawab

yang harus mereka pikul. Akar dari tanggung jawab ini terutama

berasal dari kenyataan bahwa kita ini selain sebagai individu juga

menjadi anggota masyarakat, yang dengan keputusan, dan tindakan,

dapat mempengaruhi orang lain, semakin berat pula kewajiban

moralnya.15

D. Tinjauan Tentang Film

1. Pengertian Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput

tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang

akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan

di bioskop). 16 Film adalah potongan gambar berupa adegan yang

mempunyai jalan cerita maju, mundur atau campuran dan di dalamnya

memiliki pesan kepada penonton.

Lumiere bersaudara membuat penemuan yang dapat

menampilkan orang yang duduk dalam ruang gelap menonton gambar

bergerak yang diproyeksikan ke layar. Pada tahun 1985 melalui alat

14 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-Elemen Jurnalisme, Terj. Yusi A. Pareanom,

(Institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, 2003), h. 140. 15 Luwi Iswara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas Media Nusantara,

2005), h. 15. 16 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2002),h. 316.

Page 35: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

23

cinematographe sebuah alat berfungsi fotografi sekaligus alat

proyeksi. Thomas Edison (1896) kemudian menemukan Vitascope

yang diputar perdana di New York, sehingga dimulailah industri

film.17

Film seperti pabrik mimpi, yang membuat orang menonton

agar dapat merasakan dan mencari-cari apakah ada kesusuaian antara

pengalaman pribadi dengan cerita film, dengan itu banyak pelajaran

penting di dalamnya. Sehingga film dapat membentuk budaya

khalayak dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat meniru cara

berbicara, gaya, mode, dari para aktris di dalamnya, bahkan penonton

dapat memperoleh pengetahuan baru di dalamnya yang tidak pernah

terintas di benak sebelumnya. Ada tiga komponen penting dalam

industri fim di Amerika Serikat yakni: (1) produksi film, (2) distribusi

film, (3) pemutaran film.18

Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media

pembujuk, namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan

atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor

juga menunjukan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh. 19

17 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: CERDAS BERMEDIA KHLAYAK MEDIA MASSA,

(Depok: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 60-61. 18 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: CERDAS BERMEDIA KHLAYAK MEDIA MASSA,

(Depok: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 63-64. 19 William L. Rivers, Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Prenada Media Group,

2003), ed.2, h. 252.

Page 36: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

24

Dilihat dari sejarahnya, penemuan film sebenarnya berlangsung

cukup panjang. Ini disebabkan karena film melibatkan masalah-

masalah teknik yang cukup rumit, seperti masalah optik, lensa, kimia,

proyektor, kamera, roll film, bahkan sampai pada masalah psikologi.

Usaha untuk memepelajari bagaimana gambar dipantulklan lewat

cahaya, konon telah dilakukan sekitar 600 tahun sebelum masehi.

Ketika itu Archimedes berusaha memantulkan cahaya matahari kearah

kapal-kapal perang romawi untuk mempertahankan Syracuse. Benar

tidaknya cerita ini, yang jelas bahwa usaha memproyeksikan bayangan

gambar telah dilakukan pada tahun 1645 oleh seorang pendeta Jerman

bernama Athanasius Kinscher dengan memakai lentera untuk pelajaran

agama College Romano. Namun bayangan yang dibuat itu belum

pernah ada yang melihat sebelumnya, sehingga para murid-muridnya

menyebut sebagai permainan setan. 20

2. Jenis-jenis Film

Dalam perkembangannya, baik karena kemajuan teknik-teknik

yang semakin canggih maupun tuntutan masa penonton, pembuat film

semakin bervariasi. Untuk sekedar memperlihatkan variasi film yang

diproduksi, maka jenis-jenis film dapat digolongkan sebagai berikut:21

20 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.

137. 21 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika Dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1,

April 2011, h. 133.

Page 37: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

25

1. Teatrical Film (Film teaterikal)

Film teatrikal disebut juga film cerita, merupakan film yang

didalamnya terdapat unsur drama yang memainkan emosi

penonton. Film teatrikal ini digolongkan mejadi empat, yakni:

a. Film Aksi (Action film), film yang adegannya sebagian besar

menonjolkan kekutan fisik serta ketangkasan dalam bertarung

seperti peperangan, tembak-tembakan, perkelahian dan

adegan yang mendebarkan lainnya. Misalnya film Fast And

Furious, The Mechanic, dan film tentang superhero.

b. Film Spikodrama, semacam film horror yang bertemakan

mengenai kekuatan supernatural, maupun hal-hal yang gaib.

Misalnya film the conjuring, insidious, jelangkung.

c. Film komedi, film yang isi ceritanya tentang kelucuan para

aktor/aktris. Alur ceritanya penuh lelucon sehingga tidak kaku

dan membuat penonton tertawa. Misalnya film warkop,

Mr.Bean.

d. Film musik, dalam film musik ini beberapa dialog antar tokoh

biasanya dijadikan lagu hingga para aktor/aktris diharuskan

untuk bernyanyi. Misalnya film petualangan sherina, lala-

land.

Page 38: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

26

2. Film Non-teaterikal (Non-teatrical film)

Film-film jenis ini lebih cenderung untuk menjadi alat

komunikasi untuk menyampaikan informasi (penerangan) maupun

pendidikan. Film non-teaterikal dibagi menjadi tiga jenis yakni:22

a. Film pendidikan, film ini adalah untuk para siswa yang

sudah tertentu bahan pelajaran yang akan diikutinya.

Sehingga film pendidikan menjadi pelajaran ataupun

instruksi belajar yang direkam dalam wujud visual. Isi yang

disampaikan sesuai dengan kelompok penontonnya, dan

dipertunjukkan di depan kelas. Setiap film ini tetap

memerlukan adanya guru atau instruktur yang membimbing

siswa. 23

b. Film animasi, atau film kartun ceritanya biasanya campur.

Ada yang drama, komedi, action, namun aktor/aktris yang

ditampilkan tidaklah nyata melainkan sebuah animasi.

Misalnya film produksi Walt Disney.

c. Film dokumenter, adalah film yang ceritanya diangkat dari

kisah nyata. Alur ceritanya dibuat semirip mungkin dengan

kejadian asli. Film dokumenter dibuat dengan tujuan

22 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika Dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1,

April 2011, h. 134. 23 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika Dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1,

April 2011, h. 135.

Page 39: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

27

tertentu misalnya untuk pendidikan, sosial, propaganda, dan

menyampaikan suatu informasi.

3. Film Dokumenter

Dibandingkan produksi film fiksi, produksi film dokumenter hanya

membutuhkan tim kecil, umunya dua hingga lima orang. Jumlah tim

yang sangat sedikit ini sangat efektif dan praktis jika saat syuting

diperlukan gerak yang cepat dan leluasa. Dengan begitu kamera selalu

siap merekam gambar peristiwa yang tiap saat dapat saja terjadi tanpa

diduga atau direncanakan.24

Dari beberapa jenis film yang ada, film dokumenter menjadi pilihan

cocok untuk dijadikan sumber belajar oleh guru di sekolah bagi siswa-

siswanya. Karena film dokumenter merupakan penuturan fakta-fakta

yang sebenarnya sehingga tidak ada perekayasaan dalam produksinya.

Film dokumenter yang dijadikan dalam proses pembelajaran adalah

film-film yang mengangkat tema kebudayaan baik adat istiadat maupun

kesenian-kesenian daerah dan juga tema yang berkaitan dengan

keilmuan, apapun bidang keilmuannya seperti biologi, sejarah, fisika

dan lainnya selagi pemaparan dalam film dokumenternya memberi

pengetahuan yang positif kepada penontonnya.25

24 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter, Dari Ide Sampai Produksi, (Jakarta: FFTV-IKJ Press,

2008), h.8. 25 Riki Rikarno, Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar Siswa, Jurnal Ekspresi Seni, Vol

17, No. 1, Juni 2015, h. 132.

Page 40: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

28

Ada empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah

film nonfiksi.26

1. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman

kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya

dalam film fiksi. Pada dokumenter latarbelakang harus spontan

otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa adanya).

2. Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa

nyata (realita), sedangkan pada film fiksi isi ceritanya

berdasarkan karangan (imajinatif).

3. Sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi

pada suatu peristiwa nyata lalu melakukan perekaman gambar

sesuai dengan apa adanya.

4. Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita

atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan

pemaparan.

Ada banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam

dokumenter. Dalam beberapa hal terlihat adanya kemiripan; yang

membedakan adalah spesifikasinya. Belakang hari banyak juga

dokumenter yang menggabungkan gaya dan bentuk dari bermacam

26 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter, Dari Ide Sampai Produksi, (Jakarta: FFTV-IKJ Press,

2008), h.23-24.

Page 41: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

29

pendekatan seni audio-visual. Beberapa contoh yang berdasarkan gaya

dan bentuk bertutur itu antara lain: 27

1. Laporan perjalanan.

Umumnya setiap perjalanan ekspedisi dibuat

dokumentasinya, baik berupa film maupun foto. Sekarang ini,

tipe laporan perjalanan memiliki variasi yang tidak selalu

berupa rekaman perjalanan petualangan tetapi juga perjalanan

seseorang ke berbagai negara yang dianggap memiliki

panorama dan budaya unik. Bentuk dokumenter ini juga

dikenal dengan nama travel film, travel documenterary,

adventure film, dan road movies.

2. Sejarah

Umunya dokumenter sejarah berdurasi panjang.

Dengan adanya siaran televisi, dokumenter sejarah dapat

direpresentasikan secara utuh, mengingat lewat tayangan

televisi dokumenter tersebut dapat ditayangkan secara

terperinci tanpa terikat oleh waktu sebagaimana film.

3. Potret/biografi

Isi film jenis ini merupakan representasi kisah

pengalaman hidup seorang tokoh terkenal ataupun anggota

masyarakat biasanya yang riwayat hidupnya diangap hebat,

27 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter, Dari Ide Sampai Produksi, (Jakarta: FFTV-IKJ Press,

2008), h.41-53.

Page 42: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

30

menarik, unik, atau menyedihkan. Bentuk potret pada umunya

berkaitan dengan aspek human interest, sementara isi tuturan

bisa merupakan kritik, penghormatan, atau simpati.

4. Perbandingan

Dokumenter ini dapat dikemas ke dalam bentuk dan

tema yang bervariasi, selain dapat pula digabungkan dengan

bentuk penuturan lainnya, untuk mengetengahkan sebuah

perbandingan.

5. Kontradiksi

Dari sisi bentuk maupun isi, tipe kontradiksi memiliki

kemiripan dengan tipe perbandingan. Hanya saja tipe

kontradiksi cenderung lebih kritis dan radikal dalam mengupas

permasalahan. Perbedaan jelas anatara perbandingan dan

kontradiksi adalah: tipe perbandingan hanya memebrikan

alternative saja, sedangkan tipe kontradiksi lebih menekankan

pada visi dan solusi mengenai proses menuju suatu inovasi.

6. Ilmu pengetahuan

Dokumenter tipe ilmu pengetahuan terbagi dalam dua

bentuk kemasan, dengan tujuan publik berbeda. Bila

ditunjukan untuk publik khusus bisa disebut film edukasi,

sedangkan jika ditunjukan untuk publik umum dan luas disebut

film instruksional.

Page 43: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

31

7. Nostalgia

Dokumenter nostalgia bisa mengenai seorang wartawan

perang, yang setelah sekian tahun kemudian kembali ke lokasi

tempat dia dulu pernah bertugas meliput berita peperangan atau

revolusi. Bentuk nostalgia terkadang dikemas dengan

menggunakan penuturan perbandingan, yang mengetengahkan

perbandingan mengenai kondisi dan situasi masa lampau dan

masa kini.

8. Rekonstruksi

Pada umunya, dokumenter bentuk ini dapat ditemui

pada dokumenter investigasi dan sejarah, termasuk pula pada

film etnografi dan antropologi visual. Dalam tipe ini, pecahan-

pecahan atau bagian–bagian peristiwa masa lampau maupun

masa kini disusun atau direkontruksi berdasarkan fakta sejarah.

9. Investigasi

Dokumenter invetigasi mencoba mengungkap misteri

sebuah peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap jelas.

Yang dipilih biasanya berupa peristiwa besar yang pernah

menjadi berita hangan dalam media massa. Tipe ini disebut

pula investigative journalism, karena metode kerjanya

dianggap berkaitan erat dengan jurnalistik, karena itu ada pula

yang menyebutnya dokumenter jurnalistik.

Page 44: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

32

10. Association picture story

Disebut juga sebagai film eksperimen atau film seni.

Sejumlah pengamat film menganggap bentuk ini merupakan

jenis film seni atau eksperimen. Di sini dapat dilihat dan

dirasakan bahwa anasir musik memiliki peran penting, yakni

memberi nuansa gerak kehidupan yang dapat membangkitkan

emosi.

11. Buku harian

Dokumenter jenis ini disebut juga diary film. Dari

namanya, buku harian jelas bahwa bentuk penuturannya sama

seperti catatan pengalaman hidup sehari-hari dalam buku

harian pribadi. Karena buku harian bersifat pribadi, tak

mengherankan bila terlihat pula penuturan dokumenter sangat

subjektif, karena berkaitan dengan visi atau pandangan

seseorang terhadap komunitas atau lingkungan tempat dia

berada.

12. Dokudrama

Jenis dokumenter ini merupakan bentuk dan gaya

bertutur yang memiliki motivasi komersial. Karena itu subjek

yang berperan di sini adalah artis film. Cerita yang

disampaikan merupakan rekonstruksi suatu peristiwa atau

potret mengenai sosok sesorang, apakah seorang tokoh atau

masyarakat awam.

Page 45: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

33

E. Analisis Wacana

1. Pengertian Wacana

Sejak zaman Yunani Kuno, bahasa telah menjadi bahan kajian,

walaupun bukan untuk kepentingan kebahasaan dan komunikasi. Pada

saat itu, bahasa dikaji karena bahasa dianggap sebagai sebuah alat

yang tepat untuk mengungkapkan konsep-konsep berpikir dan hasil

pemikiran filosofis. 28

Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan

menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam

bentuk lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa secara alamiah

tersebut dimaksudkan sebagai penggunaan bahasa yang terjadi dalam

peristiwa komunikasi sehari-hari secara nyata. 29

Wacana dalam bahasa Inggris disebut discourse. Secara

bahasa, wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak yang

artinya ‘berkata’, ‘berucap’. Kemudian, kata tersebut mengalami

perubahan menjadi wacana. Tambahan - na di belakang kata wac

adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna ‘membendakan’.

28 Yoce Aliah, Analisis Wcana Kritis, (Bandung: Yrama Widya, 2009),h. 1. 29 Nurlaksana Eko, Analisis Wacana; Kajian Teoritis Dan Praktis, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2015),h. 4.

Page 46: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

34

Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau

tuturan.30

Definisi lain yang berkaitan dengan wacana ialah definisi yang

dikemukakan oleh Cook, yaitu wacana adalah suatu penggunaan bahasa

dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan

Halliday dan Hasan berpendapat wacana merupakan suatu kesatuan

semantik, dan bukan kesatuan gramatikal. Ada dua hal yang dapat

dikaji sehubungan dengan kesatuan bahasa yang dikemukakan Halliday

dan Hasan. Yang pertama adalah unsur yang abstrak digunakan untuk

mengajarkan bahasa dan mengetahui bagaimana aturan-aturan dalam

bahasa itu bekerja. Kedua, unsur yang digunakan untuk

berkomunikasi.31

2. Analisis Wacana Teun A van Dijk

Van Dijk mengembangkan pendekatan Kognisi Sosial (Socio

Cognitive Approach). Pendekatan ini menitik beratkan pada masalah

etnis, rasialisme, dan pengungsi. Pendekatan ini disebut sebagai kognisi

sosial karena melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam

produksi wacana. 32

30 E. Zaenal Arifin dkk, Wacana Transaksional Dan Interaksional Dalam Bahasa Indonesia,

(Tangerang: Pustaka Mandiri, 2015), h. 20. 31 Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, Dan Penerapannya Pada Wacana Media,

(Jakarta: Kenacana Prenada Media Group, 2012),h. 16-17 32 E. Zaenal Arifin dkk, Wacana Transaksional Dan Interaksional Dalam Bahasa Indonesia,

(Tangerang: Pustaka Mandiri, 2015), h. 6.

Page 47: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

35

Titik perhatian van Dijk terutama pada studi mengenai

rasialisme. Banyak sekali rasialisme yang diwujudkan dan

diekspresikan melalui tulisan. Contohnya dapat dilihat dari percakapan

sehari-hari, wawancara kerja, rapat guru, debat di parlemen,

propaganda politik, periklanan, atikel ilmiah, editorial, berita, foto,

film, dan lain-lain.33

Melalui karyanya, van Dijk, membuat kearangka analisis

wacana yang dapat digunakan. Ia melihat suatu wacana terdiri atas

berbagai struktur dan tingkatan, yang masing-masing bagian saling

mendukung. Van Dijk membaginya dalam tiga tingkatan yaitu: 34

1. Struktur Makro

Makna umum dari teks yang dapat dilihat dari tema

pada suatu teks. Elemen tema masuk ke dalam struktur

makro karena dari tema kita dapat mengetahui apa yang

ingin disampaikan komunikator seacara umum.

Secara harfiah tema berarti “sesuatu yang telah

diuraikan” atau sesuatu yang telah ditempatkan”. Kata ini

berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

“menempatkan” atau “meletakan”. Dilihat dari sudut sebuah

33 Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, (Bandung: Yrama Widya, 2009), h. 87. 34 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 73.

Page 48: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

36

tulisan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama

yang ingin disamapaikan oleh penulis melalui tulisannya. 35

2. Superstruktur atau skematik

Struktur skematik memberikan tekanan bagian mana

yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa

dikemudiankan sebagai strategi untuk menyembunyikan

informasi penting. 36 Dalam meneliti sebuah film struktur

skematik dimulai dari opening bill board, lalu masuk ke

bagian scene-scene yang mulai terjadi konflik, kemudian

ada solusi dari konflik tersebut dan yang terakhir adalah

ending dari film tersebut.

3. Struktur mikro

Struktur mikro merupakan struktur yang mengamati

wacana dari kata, kalimat, dan bahasa. Struktur mikro terdiri

dari semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.

a. Semantik

Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang

menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal

maupun makna gramatikal. Semantik dalam skema van

35 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 75. 36 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 76.

Page 49: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

37

Dijk dikategorikan sebagai makna lokal, yakni makna

yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan

antarproposisi yang membangun makna tertentu dalam

suatu bangunan teks. 37

b. Sintaksis

Sintaksis berasala dari kata Yunani sin

“dengan” + tattein “menempatkan”) berarti

menempatkan bersama-sama kata-kata mengenai

kelompok kata atau kalimat. Elemen sintaksis terbagi

menjadi kohersi, bentuk kalimat, dan kata ganti.

Koherensi alah pengaturan secara rapi kenyataan dan

gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis

sehingga mudah memahami pesan yg dikandungnya. 38

Bentuk kalimat yaitu bagaimana menempatkan

proporsisi pada awal atau akhir pada suatu kalimat.

Penempatan itu bertujuan agar khalayak dapat

mengetahui makna mana yang ingin ditonjolkan. Kata

ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa

37 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 78. 38 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 80.

Page 50: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

38

dengan berbagai kata ganti yang berlainan digunakan

secara strategi sesuai dengan kondisi yang ada.39

c. Stilistik

Stilistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari

gaya bahasa. Penggunaan gaya bahasa menimbulkan efek

tertentu yang berkaitan dengan aspek-aspek keindahan

yang merupakan ciri khas pengarang untuk mencapai suatu

tujuan yaitu mengungkapkan jiwa, pikiran, dan

kepribadiannya. 40

d. Retoris

Retoris merupakan elemen yang berfungsi untuk

mempengaruhi dengan suatu penekanan. Elemen retoris

terbagi menjadi tiga yaitu grafis, metafora, dan ekspresi.

Grafis melihat sesuatu yang ditonjolkan dari suatu teks.

Sedangkan metafora kata-kata kiasan yang memiliki makna

kedua dari makna sesungguhnya. Dan ekspresi bertujuan

untuk mengungkapkan sesuatu perasaan, maksud dan

sebagainya.

39 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 253. 40 “Pengertian Stalistika” diakses pada 20 oktober 2017 pukul 19.00 WIB di

www.kajianteori.web.id/2015/12/pengertian-stilistika-menurut-ahli.html.

Page 51: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

39

Table 2.1 Struktur Teks Analisis Wacana Teun A. van Dijk

Struktur wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur makro Tematik

(apa yang dikatakan?)

Topik

Superstruktur Skematik

(bagaimana pendapat

disusun dan dirangkai?)

Skema

Struktur mikro Semantik

(makna yang ingin

ditekankan dalam teks

berita)

Latar, detail, maksud,

praangapan,

nominalisasi.

Struktur mikro Sintaksis

(bagaimana pendapat

disampaikan?)

Bentuk kalimat,

koherensi, dan kata

ganti.

Struktur mikro Stilistik

(pilihan kata apa yang

dipakai?)

Leksikon

Struktur mikro Retoris

(bagaimana dan dengan

acara apa penekanan

dilakukan?)

Grafis, metafora, dan

ekspresi.

Page 52: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

40

Page 53: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

40

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM ALL THE PRESIDENT’S MEN

A. Sinopsis Film All The President’s Men

Film hasil produksi Warner Bross yang berdurasi 2 jam 18 menit ini

diawali dengan tertangkapnya lima orang yang berusaha menyusup di kantor

pusat komite nasional partai demokrat yang berada di dalam komplek

Watergate oleh penjaga keamanan, Frank Wills (diperankan oleh aslinya).

Polisi pun segera tiba dan menangkap kelima pencuri itu. Keesokan paginya,

Bob Woodward (Robert Redford) wartawan baru dari Washington Post

ditugaskan untuk meliput berita tersebut. Woodward hadir dalam persidangan

kasus tersebut. Kasus yang disangka hanyalah sekedar pencurian, namun

ternyata rumit kala Woodward mengetahui bahwa salah satu tersangka dalam

kasus tersebut James Mc. Cord adalah mantan konsultan keamanan CIA.

Kasus pun ditelusri oleh Woodward dan ternyata dari data yang didapat

menunjukan adanya keterlibatan pemerintahan Nixon dalam kasus tersebut.

Bahkan petinggi pemerintahan seperti penasehat khusus presiden dan pejabat

tinggi lainnya. 1

Bob Woodward (Robert Redford) adalah seorang wartawan yang

ditugaskan oleh editornya, Ben Bradlee (Jason Robards) untuk menyelidiki

kasus penyusupan 5 orang pencuri ke kantor Partai Demokrat di kompleks

1 “Sinopis Film All The President’s Men” diakses pada 18 November 2017 pukul 11.00 WIB

https://www.slideshare.net/DianaAmeliaBagti/tugas-formatologi-berita-all-the-presidents-men-part-2

Page 54: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

41

perhotelan Watergate. Kasus yang tampaknya hanya merupakan kasus

pencurian biasa tersebut ternyata memiliki rahasia besar yang melibatkan

konspirasi di bidang pemerintahan seperti yang diinformasikan oleh Deep

Throat, seorang sumber anonim yang kelak dikenal sebagai whistleblower

dalam memecahkan skandal tersebut.2

Woodward dan Berstein yang awalnya sempat bersitegang akhirnya dapat

bekerjasama dengan baik dalam mengumpulkan data untuk kasus tersebut.

Woodstein (sebutan untuk kedua wartawan tersebut) mewawancarai orang-

orang yang diperkirakan terlibat dalam kasus Watergate. Data tertulis pun

kian dihimpun, Woodstein yakin dengan hasil liputannya. Mereka pun

menyerahkan data hasil liputannya, namun redaktur Washington Post masih

menganggap data yang didapat Woodstein hanyalah mengupas kulitnya saja.

Editor Washington Post Ben Bredlee (Jason Robards) mendampingi mereka

dalam melakukan peliputan.

Selanjutnya Woodward menghubungi kenalannya seorang senior pejabat

pemerintahan yang menjadi sumber anonim dan dikenala sebagai Deep

Throat. Karena Deep Throat merupakan orang dalam pemerintahan, tiap kali

Woodward ingin berbicara dengan Deep Throat, ia memberi kode dengan

meletakan bendera merah di pot bunga balkon belakang. Mereka tidak

berbicara melalui telepon ataupun surat karena Deep Throat mengetahui

bahwa teleponnya disadap. Pertemuannya dilakukan saat dinihari di sebuah

2 “Sinopis Film All The President’s Men” diakses pada 18 November 2017 pukul 11.10 WIB

di http://www.amadei33.com/2015/09/all-presidents-men-1976-usa-brrip-1080p.html

Page 55: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

42

parkiran bawah pusat perbelanjaan. Deep Throat tak memberikan informasi

secara gambling, ia hanya meminta Woodward untuk mengikuti uang $25.000

karena uang itu mengalir dari Komite Pemenangan Kembali Presiden kubu

Richard Nixon kepada pelaku penyusupan Watergate. Hari-hari kemudian

Woodstein kembali melanjutkan investigasinya dengan menulusuri aliran

uang $25.000 tersebut. Dengan kepiawannya merayu dan pandai dalam

berkata-kata, Bernstein terus mencoba mendapatkan informasi dari berbagai

daftar narasumber yang ada kaitannya dengan uang tersebut.

Berita Woodstein pun terbit, Gedung Putih gempar karena menyeret nama

pejabat tinggi pemerintahan Nixon. Woodstein menjadi sosok yang

berbahaya, agen khusus negara menekan para pelaku untuk tidak

membongkar informasi. Bahkan gerak gerik Woodstein diawasi, Deep Throat

lah yang memberi tahu tentang itu. Washington Post pun dikecam karena

dianggap telah memberitakan hal yang keji terhadap Watergate.

Woodstein tak menyerah begitu saja, mereka tetap ingin mengungkap

kebenaran soal kasus Watergate. Berita demi berita diterbitkan dan

menyulitkan Gedung Putih untuk menutupi kasus Watergate. Hingga akhirnya

dalam gelar perkara, nama-nama yang disebut Woodstein pun terbukti

bersalah. Dalam salah satu bukti, Presiden Richard Nixon terbukti bersalah

Page 56: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

43

karena berusaha menghentikan FBI untuk menyelidiki kasus tesebut dan

berupaya untuk menutup-nutupi peristiwa Watergate. 3

B. Tokoh Film All The President’s Men

1. Tokoh utama

Dustin Hoffman berperan sebagai Carl Bernstein, wartawan

Washington Post yang melakukan investigasi skandal Watergate

bersama rekannya Bob Woodward. Bernstein merupakan senior

Woodward di Washington Post yang sangat antusias meliput berita

terkait Watergate. Bernstein memiliki karakter yang cerdik dalam

menggali informasi dari narasumber. Kepandaiannya dalam merayu

narasumber memudahkannya dalam membongkar skandal Watergate.

Robert Redford berperan sebagai Bob Woodward. Berbeda dengan

Bernstein, Woodward memiliki karakter yang tenang dan tidak mudah

putus asa. Disaat Bernstein kehabisan akal, Woodward dengan

pembawannya yang tenang mampu berpikir jernih dalam

menyelesaikan masalah.

Hal Holbrook berperan sebagai Deep Throat (W. Mark Felt). Deep

Throat merupakan narasumber anonim yang membantu Woodward

dalam membongkar skandal Watergate. Deep Throat merupakan orang

dalam pemerintahan yang berani membocorkan mengenai Watergate

3 “Sinopis Film All The President’s Men” diakses pada 18 November 2017 pukul 11.00 WIB

https://www.slideshare.net/DianaAmeliaBagti/tugas-formatologi-berita-all-the-presidents-men-part-2

Page 57: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

44

kepada Woodward. Namun Deep Throat memberikan informasi tidak

secara gambling kepada Woodward, ia hanya memberikan clue dan

memverifikasi terkait informasi yang didapat Woodward.

2. Tokoh pendukung

Jason Robards berperan sebagai Ben Bradlee, redaktur Washington

Post yang memiliki sifat kritis dan tidak mudah percaya. Ketika

Woodward dan Bernstein menyerahkan hasil liputannya, ia meminta

agar Woodstein mencari informasi lebih keras lagi dan menurutnya

informasi itu tidak menjawab teka teki mengenai Watergate. Dibalik

sifatnya yang keras, namun Bredlee sangat mendukung Woodstein.

Berkat kepiawannya ber-acting dalam film ini, Jason Robards berhasil

meraih penghargaan sebagai pemeran pendukung terbaik dalam

Academy Awards (Oscar) pada tahun 1977.

Harry M. Rosenfeld diperankan oleh Jack Warden. Berbeda

dengan Bredlee yang sangat kritis pada Woodstein, Harry yang juga

editor Washington Post justru sangat mendukung dan membantu

Woodstein dalam melakukan investigasinya. Ia bahkan membela

Woodward saat Howard Simon sang redaktur meremehkan Woodward

dalam liputan.

Howard Simons merupakan redaktur pelaksana Washington Post

yang diperankan oleh Martin Balsam. Simons yang awalnya

Page 58: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

45

meremehkan Woodward, pada akhirnya justru mendukung Woodward

dan Bernstein karena ia yakin yang dilakukan Woodward dan

Bernstein adalah sesuatu yang benar.

C. Sekilas Tentang Skandal Watergate

Skandal Watergate adalah skandal politik yang paling terkenal di Amerika

Serikat dan terjadi pada tahun 1972 yang menyebabkan ambruknya

pemerintahan Richard Nixon. Skandal yang awalnya dianggap sebagai kasus

pencurian tetapi justru menguak aktifitas pengintaian politik, penyusupan, dan

sabotase.

Insiden yang terjadi saat kampanye pemilihan sedang berlangsung ditahun

tersebut, setelah diselidiki ternyata dilakukan oleh sejumlah anggota

kelompok pendukung Nixon, Komite Pemilihan Kembali Presiden. Dua

pencuri dan dua orang lain yang ikut serta divonis bersalah bulan Januari

1973, namun banyak orang, termasuk hakim yang memimpin sidang itu John

Sirica, menduga ada sebuah konspirasi yang mencapai sejumlah pejabat tinggi

di pemerintahan.4

Peristiwa itu kemudian berubah menjadi skandal yang lebih luas ketika

salah seorang pencuri yang divonis bersalah, James Mc. Cord adalah mantan

konsultan keamanan CIA yang dihukum berat karena menolak

4 “Skandal Watergate” diakses pada 28 Mei 2017 pukul 20:50 di

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2005/06/050601_watergate.shtml

Page 59: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

46

mengungkapkan informasi soal skandal itu, menulis kepada hakim Sirica dan

menyatakan ada upaya tutup mulut besar-besaran.

Senat meluncurkan penyelidikan yang melibatkan sejumlah tokoh politik

besar termasuk mantan jaksa agung John Mitchell dan kepala penasehat

Gedung Putih John Ehrlichman dan HR Haldeman. Bulan Juli tahun 1974

Mahkamah Agung memerintahkan Nixon agar menyerahkan semua kaset

rekaman pembicaraannya mengenai skandal itu. Nixon terbukti bersalah

karena mencoba menghentikan FBI untuk menyelidiki kasus tersebut dan

mencoba menutupi peristiwa Watergate.

Sementara itu, Komite Hukum Konggres telah menyelesaikan

penyelidikannya dan meloloskan tiga poin impeachment terhadap Nixon.

Tanggal 5 Agustus Nixon memberikan catatan tiga rekaman pembicaraan. Dia

mengakui bahwa dirinya mengetahui adanya upaya untuk menutup-nutupi

tidak lama setelah peristiwa Watergate dan bahwa dia mencoba menghentikan

penyelidikan FBI dan berupaya menutupi peristiwa Watergate. Empat hari

kemudian, Nixon menjadi satu-satunya presiden Amerika yang

mengundurkan diri dari jabatannya, dan kemudian digantikan oleh Wakil

Presiden Gerald Ford.5

5 “Skandal Watergate” diakses pada 28 Mei 2017 pukul 20:58 di

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2005/06/050601_watergate.shtml

Page 60: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

47

D. Penghargaan Film All The President’s Men

Film All The President’s Men sukses menampilkan secara detail tentang

investigasi terkait skandal Watergate untuk itu, film hasil produksi Warner

Bross yang disutradarai oleh Alan J. Pakula banyak mendapatkan

penghargaan antara lain:

1. Academy Award atau Oscar

Dalam penyelenggaraan Academy Award atau yang lebih dikenal dengan

penghargaan Oscar pada tahun 1977 film All The President’s Men

mendapatkan penghargaan paling banyak dari berbagai kategori yaitu: 6

Directing - Alan J. Pakula

Actress in a Supporting Role - Jane Alexander

Film Editing - Robert L. Wolfe

Best Picture - Walter Coblenz, Producer

Art Direction - Art Direction: George Jenkins; Set Decoration:

George Gaines

Sound - Arthur Piantadosi, Les Fresholtz, Dick Alexander, Jim

Webb

Actor in a Supporting Role - Jason Robards in "All the President's

Men"

6 “Pemenang Oscar tahun 1977” diakses pada 28 Mei 2017 pukul 21.00 WIB di

http://oscar.org

Page 61: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

48

Writing (Screenplay--based on material from another medium) -

William Goldman.

Empat diantaranya berhasil memenangkan ajang paling bergengsi bagi

dunia perfilman yakni untuk kategori Art Direction: George Jenkins; Set

Decoration: George Gaines, Sound - Arthur Piantadosi, Les Fresholtz,

Dick Alexander, Jim Webb, Actor in a Supporting Role - Jason Robards in

"All the President's Men", dan Writing (Screenplay--based on material

from another medium) - William Goldman.

2. Penghargaan National Board of Review untuk film terbaik dan sutradara

terbaik.

3. Penghargaan New York Film Critics Circle untuk film terbaik dan

directing terbaik.

4. Penghargaan National Society of Film Critics untuk film terbaik dan aktor

pendukung terbaik.

5. Penghargaan Serikat Penulis Amerika untuk Drama Saduran Terbaik. 7

7 “Penghargaan Film All The President’s Men” diakses pada 28 Mei pukul 21:10 WIB di

http://google.co.id

Page 62: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

49

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM All The

President’s Men

Film All The President’s Men merupakan film dokumenter hasil produksi

Warner Bross yang di sutradarai oleh Alan J. Pakula. Film ini mengandung

representasi citra wartawan yang diwakilkan oleh Washington Post terutama

kepada dua wartawan mereka yakni Bob Woodward dan Carl Bernstein yang

melakukan investigasi skandal Watergate untuk mengungkap kebenaran yang

saat itu menjadi rahasia besar Pemerintahan Amerika. Dalam film All The

President’s Men, citra wartawan direpresentasikan sebagai berikut:

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar

Citra wartawan yang direpresentasikan dalam film All The President’s

Men yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar, hal itu merupakan sifat

dasar dari seorang wartawan. Selalu ingin mengetahui apa yang terjadi

sebenarnya, dengan begitu mereka mampu mengupas kasus hingga ke

akar. Woodstein juga dituntut oleh Ben Bredlee sang editor agar mencari

informasi lebih dalam lagi, karena berita investigasi merupakan sebuah

berita yang mendalam oleh karena itu wartawan harus benar-benar

mengetahui kasus tersebut hingga dalam tidak hanya pada permukaannya

saja.

Page 63: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

50

2. Mematuhi kode etik

Wartawan yang baik yakni yang mematuhi kode etik antara lain

seperti independen, jujur dalam menulis berita, dan menjaga identitas

narasumber. Independen berarti tidak berpihak pada siapa pun, berita

yang disajikan tidak boleh ada campur tangan maupun paksaan dari

pihak lain. Hal ini terlihat bagaimana Woodstein dalam mengungkap

skandal Watergate. Mereka terlihat ingin meliput berita tersebut bukan

karena paksaan, namun keinginan mereka sendiri. Bahkan awalnya

Woodward dianggap remeh oleh sang redaktur karena baru bekerja

sembilan bulan dan minim pengalaman, tapi itu semua ia buktikan

dengan berhasil mengungkap skandal politik terbesar di Amerika Serikat,

tanpa niat ingin menjatuhkan siapapun dan paksaan dari siapa pun.

Selain itu menjaga identitas narasumber wartawan investigasi juga

harus menjaga identitas narasumber. Dalam film All The President’s

Men, Woodstein memiliki informan anonim Deep Throat yang hingga

saat ini terkenal sebagai narasumber rahasia dalam dunia jurnalis.

Woodstein juga sangat menjaga identitas narasumber lainnya dalam

memberikan klarisifikasi mengenai informasi yang mereka dapat.

3. Totalitas dalam bekerja

Totalitas dalam bekerja sangat diperlukan sebagai seorang wartawan

investigasi yakni bekerja tanpa batas waktu dan berada di bawah

tekanan, baik dari redaktur maupun dari kasus yang mereka selidiki.

Page 64: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

51

Karena jika mereka setengah-setengah dalam melakukan tugasnya,

informasi yang disajikan tidak akan menguak keseluruhan. Totalitas

dalam bekerja direpresentasikan Woodward dan Bernstein bahwa dalam

meliput berita, mereka tidak terikat waktu. Mereka mencari informasi

pagi, siang, sore dan malam. Walaupun informasi menurut mereka sudah

dalam, namun tidak bagi sang redaktur. Ben Bredlee sang redaktur

meminta Woodstein lebih keras dalam mencari informasi.

Selain pekerjaan mereka tidak terikat oleh waktu, wartawan

investigasi juga harus berani mengambil resiko dengan apa yang

mereka hadapi. Seperti dalam film ini, Woodstein harus berhadapan

dengan petinggi pemerintahan seperti FBI, CIA, dan Kehakiman.

Gerak gerik mereka pun diawasi karena mereka dianggap berbahaya

bahwa suatu saat bisa membongkar kasus yang awalnya hanya

pencurian tetapi melebar hingga penyadapan dan penyuapan.

4. Berani Mengungkap kebenaran

Tugas wartawan adalah menyampaikan informasi kepada masyarakat

luas. Namun dalam menyampaikan informasi, haruslah informasi yang

sebenarnya, tidak ada yang ditutupi sedikit pun. Dalam film ini, citra

wartawan direpresentasikan bahwa wartawan wajib menyampaikan

informasi yang sebenar-benarnya.

Page 65: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

52

Dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 6 dijelaskan bahwasanya

dalam menerima suatu berita haruslah selektif agar tidak merugikan

orang lain.

كمف اسقبن ب إف ت ب ينواأ نتصيبواق ومابي اء نواإنج آم االذين ال اأ يه ه ج

اف ع لتمن ادمين ل ىم ف تصبحواع

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang

fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar

kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa

mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas

perbuatanmu itu.”

Dalam film All The President’s Men yang diangkat dari kisah

nyata mengenai investigasi terkait skandal Watergate, Woodward dan

Bernstein dua wartawan dari surat kabar ternama di Amerika yakni

Washington Post menjalankan tugas dan perannya dengan baik dan

benar. Bahkan setelah skandal ini terbongkar, media di Amerika lebih

bebas dalam meliput informasi dan kisah ini juga yang menjadi kiblat

mengenai jurnalisme investigasi.

5. Kegigihan menembus narasumber

Menjadi wartawan investigasi tidaklah mudah, apalagi berhadapan

dengan kasus besar yang melibatkan orang-orang penting. Dalam

mencari informasi mereka harus memiliki cara agar narasumber bersedia

memberikan informasi. Dalam film All The President’s Men

direpresentasikan citra wartawan yaitu kegigihannya menembus

Page 66: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

53

narasumber. Woodstein memperlihatkan bagaimana kegigihan mereka

menembus narasumber dan membujuk narasumber agar membeberkan

informasi. Saat Bernstein rela menunggu dari pagi hingga petang demi

menemui Dardis untuk meminta catatan keuangan dari Tuan Parker.

Kala itu Bernstein yang tidak diizinkan masuk oleh wanita resepsionist

memiliki cara agar sang resepsionist pergi dari mejanya yaitu dengan

menelpon dan menyamar sebagai klien Dardis, disaat resepsionist keluar

dari ruangannya Bernstein langsung masuk menemui Dardis. Berbagai

cara harus dilakukan demi menemui narasumber dan mendapatkan

informasi, bahkan Bernstein rela meminum enam gelas kopi saat

menemui narasumber agar mengulur waktu dan mendapatkan lebih

banyak informasi.

Tak hanya Bernstein yang memiliki berbagai cara untuk menemui

narasumber, Woodward dengan kepribadiannya yang tenang mampu

berpikir jernih disaat Bernstein tak mampu menjawab teka teki yang

didapat dari narasumber. Kegigihan Woodstein menembus narasumber

patut dicontoh bagi para wartawan dalam menjalankan tugasnya.

B. Analisis Teks Film All The President’s Men

Sesuai dengan analisis wacana model Teun A. Van Dijk, dalam analisis

teks terdiri menjadi tiga bagian, yakni struktur makro, superstruktur dan

Page 67: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

54

struktur mikro. Yang semuanya saling berkaitan dan mendukung satu sama

lain. 1

1. Struktur makro / Tematik

Tema atau topik merupakan inti pokok dari cerita yang mengandung

informasi penting yang ingin diungkapkan. Tema film All The President’s

Men adalah jurnalisme investigasi mengenai skandal Watergate. Dalam

film All The President’s Men menceritakan bagaimana perjuangan dua

wartawan Washinton Post yakni Bob Woodward dan Carl Bernstein

mengungkap skandal politik besar di Negeri Paman Sam.

a. Jurnalisme investigasi

Woodward dan Bernstein menuliskan hasil investigasinya

dalam buku yang berjudul All The President’s Men yang kemudian

diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama oleh sang

sutradara Alan J. Pakula. Dari Woodward dan Bernstein, penulis

mengetahui bahwa untuk melakukan sebuah investigasi harus

miliki tekad yang kuat, keberanian, kesabaran, dan rasa ingin tahu

yang besar.

Terkait dengan investigasi, skandal Watergate memang

menjadi simbol kekuatan jurnalisme invetigasi. Kisah dua

wartawan Washington Post, Bob Woodward dan Carl Berstein,

1 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 226.

Page 68: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

55

yang berhasil membongkar skandal politik besar dan melibatkan

orang-orang tinggi dipemerintahan Negara Paman Sam. Kisah

Watergate menjadi legenda mengenai jurnalisme investigasi dan

tentang hancurnya kekuatan presiden Negara Adidaya.

b. Skandal besar di Amerika Serikat

Skandal Watergate atau yang lebih dikenal dengan Watergate

merupakan serangkaian skandal politik yang paling terkenal dalam

sejarah politik Amerika Serikat. Skandal yang awalnya dianggap

sebagai pencurian biasa, namun melebar menjadi kasus

pengintaian politik, penyuapan dan sabotase hingga menyeret

nama-nama petinggi pemerintahan di Amerika Serikat seperti

Haldeman, John Mitchell, Sloans, Stans, hingga menyebabkan

presiden Richard Nixon mengundurkan diri dari masa jabatannya

yang ke dua dalam memimpin Amerika. Ia terbukti bersalah

karena mengetahui mengenai Watergate dan meyetujui untuk

memberhentikan penyelidikan yang dilakukan FBI, CIA dan

Kehakiman. Nixon merupakan satu satunya Presiden Amerika

Serikat yang mengundurkan diri dari masa jabatannya.

Butuh keberanian yang besar untuk melakukan invetigasi

Watergate karena berurusan dengan petinggi-petinggi

pemerintahan, jika tidak teliti atau salah sasaran, hukuman justru

Page 69: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

56

berbalik kepada sang wartawan. Namun Woodstein berhasil

membongkar habis skandal Watergate setelah dua tahun

melakukan penyelidikan terkait Watergate.

c. Superstruktur/skematik

Dalam film All The President’s Men Alan J Pakula sang sutradara dan

penulis skenario mengemasnya dalam lima tahap yakni:

a. Opening/ billboard

Menampilkan mesin ketik yang seolah sedang diketik dan

menunjukan bulan Juni tanggal 1 tahun 1972 juga disertai suara

ketikan khas mesin ketik.

b. Opening Shoot

Terlihat helikopter kepresidenan sedang mendarat secara

perlahan di Plaza Timur Gedung Kapitol pada pukul 09:30 waktu

setempat yang membawa Presiden setelah lawatan mengelilingi

dunia melintas Samudera Atlantik.

Tabel 4.1

Potongan Adegan Keterangan

Scene 1; Gambar 4.1

Memperlihatkan helikopter

kepresidenan yang membawa

Presiden Nixon sedang mendarat di

Plaza Timur Gedung Kapitol.

Page 70: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

57

c. Klimaks (conflict scene)

Pada scene ini terlihat benturan kepentingan pemain hingga

menimbulkan konflik. Dalam film ini konflik terjadi saat lima

orang penyusup berusaha memasuki kantor Partai Demokrat yang

berada di Komplek Watergate. Namun hal tersebut diketahui oleh

satpam yang malam itu sedang berkeliling untuk berjaga. Kelima

orang itu kemudian disergap dan kemudian dibawa ke pengadilan

untuk mengakui kesalahannya.

Konflik selanjutnya terjadi di scene 11 ketika Bernstein

menelepon Perpustakaan Gedung Putih untuk bertanya apakah

Howard Hunt pernah meminjam buku, namun petugas yang

awalnya mengatakan pernah, lima detik kemudian ia bilang tidak

kenal dengan Howard Hunt. Hal itu mengharuskan Woodstein

untuk mencari bukti tertulis langsung dari Perpustakaan Gedung

Putih.

Selanjutnya pada scene 13 ketika hasil dari investigasi yang

dilakukan Woodstein dianggap belum membahas apapun, dan

artinya Woodstein harus lebih keras dalam mencari informasi.

Pada scene 45 terjadi konflik ketika Wakil Presiden Spiro

Agnew menyangkal berita yang diterbitkan Washington Post

mengenai Watergate.

Page 71: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

58

Konflik selanjutnya terjadi di scene 65 ketika sebelumnya

Woodstein bertemu Sloan, bendahara Komite Pemenangan

Kembali Presiden untuk meminta agar ia memberikan konfirmasi

mengenai keterlibatan Haldeman dan Sloan menyetujuinya, namun

keesokannya Sloan justru menyangkal ketika dimintai konfirmasi

oleh para reporter.

Tabel 4.2

Potongan Adegan Skenario

Scene 1; Gambar 4.2

Suara dari HT: Mobil 727.

Membuka pintu di depan gedung

Watergate. Kemungkinan terjadi

perampokan. Cari satpam

Satpam: Benar kau memerlukan

kami? 517 semakin mendekat.

Suara dari HT: mereka terburu-buru.

Ambil alih.

Scene 11; Gambar 4.3

Hunt: Aku baru saja berbicara pada

petugas itu.

Woodward: Ya.

Hunt: Dia menyangkal pernah

berbicara pada Tuan Bernstein

Scene 13; Gambar 4.4

Woodward: Kita memang belum

tuntas.

Bernstein: Omong kosong, kita

sudah selesai.

Page 72: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

59

Scene 45; Gambar 4.5

Spiro Agnew: Aku percaya pada

Tuan Mitchell dan orang-orang

dalam Partai Republik. Dan kurasa

berita itu sangat kontra-produktif.

Kita yakin bahwa penerbit berita ini

menunjukan dukungannya pada

partai Demokrat.

Scene 63; Gambar 4.6

Suara siaran: Sloan yang kemudian

mengundurkan diri sebagai

bendahara kampanye setelah

pencurian di Watergate muncul

untuk memberikan pernyataan

mengenai gugatan pembocoran

sumbangan kampanye, dan

menyangkal telah menyebut nama

Haldeman.

d. Anti klimaks (solusi)

Setelah terjadi konflik, scene selanjutnya adalah solusi atau

jalan keluar dari konflik yang telah terjadi. Dalam film All The

President’s Men, solusi atau jalan keluar terlihat pada scene

berikut.

Tabel 4.3

Potongan Adegan Skenario

Scene 2; Gambar 4.7

Harry: Woodward?

Woodward: Ya?

Harry: Ada pencurian di markas

parati Demokrat. Lima orang

ditahan.

Woodward: Partai Demokrat.

Harry: Mereka menerobos masuk,

kau cari tempatnya. Woodward ini

Page 73: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

60

markas partai Demokrat, hati-

hatilah.

Woodward: Baik.

Scene 71; Gambar 4.8

Woodward: Bila salah kami akan

mengundurkan diri. Kami salah?

Deep throat: Kau harus mencarinya

sendiri bukan?

Woodward: Dengar, aku muak

dengan permainanmu! Aku tak mau

petunjuk. Aku ingin tahu apa yang

kau ketahui.

Deep throat: Ini adalah operasi

Haldeman. Semuanya dikendalikan

Heldeman, uang, semuanya. Tak

mudah mengejarnya. Dia terisolasi.

Kau harus mencari tahu caranya.

Mitchell mulai menyamarkan

sebelum orang lain tahu. Daftar itu

lebih panjang dari yang bisa

dibayangkan. Melibatkan seluruh

badan intelijen Amerika. FBI, CIA,

Kehakiman. Ini Luar biasa. Untuk

menutupinya dengan sedikit

membuka Watergate. Tujuan

utamanya melindungi

penyamarannya. ini mengarah

kemana-mana. keluarkan catatanmu,

masih banyak lagi.

Pada scene 2 yakni ketika Woodward diminta untuk meliput

kasus pencurian di Komplek Watergate yang kemudian menjadi awal

terungkapnya skandal plitik yang lebih besar.

Kemudian pada scene 71 saat Woodward bertemu Deep Throat

untuk menanyakan informasi yang didapat, namun Deep Throat

Page 74: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

61

menyuruh Woodward untuk mencarinya sendiri yang kemudian

membuat Woodward kesal dengan permainan Deep Throat dan

meminta Deep Throat untuk membeberkan semua informasi yang ia

ketahui. Deep Throat pun akhirnya membeberkan semua informasi

yang ia ketahui kepada Woodward.

e. Ending

Setelah terjadi konflik dan menemukan solusi akhirnya film

memasuki bagian ending yang merupakan bagian penutup dari

sebuah film. Ending dari film All The President’s Men adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.4

Potongan Adegan Keterangan

Scene 75; Gambar 4.9

Woodward dan Bernstein

melengkapi berita yang selama ini

mereka dapatkan, di latar depan

terdapat TV yang menayangkan

Nixon sedang berumpah untuk

kembali menjabat Presiden ke 37

Amerika Serikat.

Dari gambar di atas memperlihatkan ruang kantor Washington

post dimana Woodward dan Bernstein sedang mengetik

keseluruhan cerita mengenai Watergate dari informasi yang

Page 75: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

62

mereka dapatkan. Dengan latar TV di bagian depan yang

menunjukan Nixon mengambil sumpah untuk masa jabatanya yang

kedua sebagai Presiden Amerika Serikat.

d. Struktur Mikro

a. Semantik

1. Latar

Latar peristiwa yang dipilih akan menentukan ke arah mana

pandangan khalayak akan di bawa.2 Dalam film ini, penulis

mencoba mengetahui latar yakni, latar dalam film All The

President’s Men mengarahkan penonton bagaimana praktik

jurnalistik khususnya investigasi yang dilakukan dua wartawan

Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein.

Diperlukan perjuangan, ketelitian, rasa ingin tahu yang besar

serta kesabaran demi akhirnya membongkar skandal besar

hingga menyebabkan Presiden Nixon mengundurkan diri dari

jabatannya.

Penulis menggambarkan bahwa menjadi wartawan

sesungguhnya diperlukan keberanian untuk mengungkap suatu

kasus dan harus menjunjung tinggi kebenaran dalam menulis

berita. Dan sepintar apapun pemerintah menutup rapat rahasia

2 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 235

Page 76: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

63

mengenai suatu kasus, jika seorang wartawan dengan benar

melakukan investigasi maka kasus tersubut akan terbongkar.

2. Detail

Dalam film All The President’s Men pihak yang

digambarkan secara detail adalah Bob Woodward dan Carl

Bernstein, dua wartawan Washington Post. Woodward yang

baru bekerja di Washington post diminta untuk meliput kasus

Watergate, namun Bernstein wartawan yang lebih senior dari

Woodward juga ingin meliput kasus tersebut. Awalnya mereka

bukan rekan kerja yang baik, hingga akhinya Harry meminta

agar Woodward dan Bernstein meliput kasus tersebut.

Tabel 4.5

Potongan Adegan Skenario

Scene 8; Gambar 4.10

Bernstein: Aku hanya tahu kau baru

bekerja sembilan bulan di sini.

Woodward: Apa hubungannya?

Bernstein: Aku sudah menjadi

wartawan sejak umur 16 tahun.

Scene 8; Gambar 4.11

Bernstein: Ku lihat sekilas

kelihatannya tidak baik. Jadi ku

perhalus. Paragraf pertama harus

lebih jelas agar pembaca mengerti.

Kau tidak menyebut nama Colson

samapi paragraf ketiga. Ku rasa

tulisanku lebih baik. Bacalah sendiri

Page 77: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

64

Skenario di atas menggambarkan detail bahwa Brenstein

lebih berpengalaman dari pada Woodward. Saat itu Woodward

selesai menulis berita, namun tulisannya kerap kali dibaca dan

dibawa Bernstein ke meja kerjanya. Woodward merasa

tertanggu dengan apa yang dilakukan Bernstein, ia merasa

bahwa tulisannya sudah benar. Namun setelah Woodward

membacanya, barulah ia sadar bahwa tulisan Brenstein lebih

baik darinya.

Pada scene yang sama, Bernstein juga menjelaskan

secara detail tentang penulisan yang baik kepada Woodward.

Karena berita tersebut penting, maka menurut Bernstein inti

dari berita tersebut berada di paragraf awal.

3. Maksud

Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan,

yang akan diuraikan secara tegas dan jelas. Serta menunjuk

langsung pada fakta.3

3 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 240.

Page 78: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

65

Tabel 4.6

Potongan Adegan Skenario

Scene 15; Gambar 4.12

Woodward: berita ini kering. Kami

hanya mendapatkan serpihan-

serpihan kecil. Kami tidak mengerti

dibalik teka-teki ini.

Scene 25; Gambar 4.13

Woodward: Aku Bob Woodward.

Bernstein: Aku Carl Bernstein.

Woodward: Kami dar Washington

Post. Boleh kami bicara sebentar?

Bernstein: kami tahu putrimu

bekerja untuk Komite Pemenangan

Kembali Presiden. Bisakah kau

memberi sedikit…

(kemudian pintu ditutup)

Woodward menjelaskan maksud pada Deep Throat bahwa

ia kurang puas dengan berita yang selama ini ia dapatkan

karena menurutnya berita itu tidak menjelaskan apa yang

sesungguhnya terjadi.

Elemen maksud selanjutnya terdapat pada scene 25 saat

Woodstein bertemu dengan narasumber dan memintanya untuk

berbicara dengan putrinya terkati kasus Watergate, narasumber

tersebut justru menutup pintunya yang berarti ia tidak ingin

berbicara dengan Woodstein mengenai kasus tersebut.

Page 79: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

66

4. Praangapan

Elemen ini merupakan pernyataan yang digunakan

untuk mendukung makana suatu teks, dan biasanya pernyataan

tersebut dipandang terpercaya sehingga tidak perlu

dipertanyakan kembali. Disebut praangapan karena pernyataan

tersebut merupakan kenyataan yang belum terjadi, namun

didasarkan pada anggapan yang masuk akal.

Tabel 4.7

Potongan adegan Skenario

Scene 15, gambar 4.14

Woodward: John Mitchell

mengundurkan diri sebagai kepala

CREEP dengan alasan ingin lebih

dekat dengan keluarganya.

a. Sintaksis

1. Koherensi

Koherensi adalah penyambung antar kata, atau kalimat

dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta

yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.

Kohersi juga merupakan penghubung antar kata: dan, tapi,

Page 80: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

67

karena, lalu, meskipun, dan lain sebagainya. Dalam film All

The President’s Men, koherensi dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.8

Potongan Adegan Skenario

Scene 3; Gambar 4.15

Woodward: Permisi, siapa

pengacara kelima orang yang

tertangkap di Watergate? Kalian

tahu?

Seseorang di pengadilan: Mereka

menunjuk dua pengacara…

Woodward: Maaf?

Seseorang di pengadilan: Mereka

telah menunjuk dua pengacara tapi

kini ternyata mereka punya pensihat

hukum sendiri.

Scene 10, Gambar 4.16

Bernstein: Hunt juga meminjam

buku dar Perpustakaan Kongres tapi

yang terpenting ada seseorang yang

memperingatkannnya.

Scene 15, Gambar 4.17

Woodward: Aku takkan sebut

namamu meski sebagai “sumber tak

dikenal.”

Percakapan antara Woodward dengan beberapa orang

saat berada di pengadilan terkait kasus Watergate untuk

Page 81: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

68

mengetahui siapa pengacara dari para pencuri tersebut.

Woodward terkejut bahwa pencuri punya dua pengacara dan

penasehat hukum. Kohersi pada teks tersebut ditunjukan pada

kata “tapi” atau “tetapi”, yang menghubungkan kalimat mereka

juga punya penasehat hukum, sehingga kalimat tersebut

menjadi koheren.

Kohersi pada teks selanjutnya terlihat pada kata “tapi”

di scene 10 dimana Bernstein dan Woodward sedang

melakukan percakapan mengenai Hunt. Kata “tapi” menjadi

penghubung anatar kalimat yang diucapkan Bernstein.

Pada scene 15 kohersi terlihat pada kata “meski” yang

menjadi penghubung antar kata yang diucapkan Woodward

pada Deep Throat saat pertama kali mereka bertemu.

2. Bentuk kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan

dengan prinsip kausalitas.4 Dalam skenario, bentuk kalimat

dapat dilihat dalam film All The Prsident’s Men yaitu:

4 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 251.

Page 82: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

69

Tabel 4.9

Potongan Adegan Skenario

Scene 4; Gambar 4.18

Woodward: Eugenio Martinez alias

Gene Valdez, James W. McCord

alias Edward Martin, Frank Sturgis

alias Frank Fiorini. Mereka berlima

sedikitnya punya sebuah nama

samaran.

Scene 71; Gambar 4.19

Deep Throat: Ini adalah operasi

Heldeman. Semuanya dikendalikan

oleh Haldeman, uang, semuanya.

Tak mudah mengejar. Dia

terisiolasi. Kau harus mencari tahu

caranya.

Dari teks di atas, bentuk kalimatnya adalah kalimat

induktif dimana inti kalimat tersebut berada di akhir kalimat.

Bentuk kalimat dalam teks tersebut terlihat bahwa Woodward

sedang menjelaskan hasil liputannya kepada Howard bahwa

tiga dari lima tersangka pencurian di Watergate memiliki nama

samaran.

Pada scene 71 bentuk kalimat yang diucapkan Deep

Throat termasuk kalimat dedektif yakni inti kalimat berada di

awal kalimat, dan kalimat selanjutnya merupakan kalimat

penjelas.

Page 83: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

70

3. Kata ganti

Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh penulis

skenario untuk menunjukan di mana seseorang ditempatkan

dalam wacana. Berbagai kata ganti yang berlainan digunakan

secara strategi sesuai dengan kondisi yang ada.5 Dalam film All

The President’s Men, kata ganti yang digunakan yaitu Deep

Throat yang terdapat pada scene 22 saat Woodward berbicara

dengan Ben mengenai informasi yang ia dapat.

Tabel 4.10

Potongan Adegan Skenario

Scene 22; Gambar 4.20

Woodward: Uang itu adalah kunci

dari ini semua.

Ben: Kata siapa?

Howard: Deep Throat (suara dalam)

Ben: Siapa?

Howard: Informan Woodward

Dari skenario di atas, Howard menggunakan kata ganti

“deep throat” informan utama yang identitasnya dirahasiakan.

Deep throat berarti suara dalam, atau dalam hal ini diartikan

informan dari dalam pemerintahan Amerika.

5 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 253.

Page 84: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

71

b. Stalisistik

Stilistik atau style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa.6

Gaya bahasa digunakan untuk maksud tertentu. Dalam film All The

President’s Men gaya bahasa yang digunakan merupakan bahasa

sehari-sehari, sehingga mudah dipahami.

c. Retoris

Elemen terakhir yang diamati dalam level teks yakni retoris yang

berfungsi untuk mempengaruhi. Elemen retoris dibagi menjadi tiga

bagian yakni:

1. Grafis

Elemen pertama dalam retoris adalah grafis. Grafis

menampilkan bagian yang menonjol dari sebuah film yang

dilihat dari pengambilan gambar seperti zoom in, zoom out,

close up, medium shoot, long shoot dan lain sebagainya.

Grafis yang terdapat dalam film All The President’s Men

diantaranya yaitu:

6 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), H. 81.

Page 85: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

72

Tabel 4.11

Potongan Adegan Keterangan

Scene 18; Gambar 4.21

Pada gambar di samping, elemen

grafis zoom in terlihat pada durasi

46:31.

Scene 13; Gambar 4.22

Pada gambar di samping, elemen

grafis zoom in terlihat pada durasi

35:13.

Scene 40; Gambar 4.23

Pada gambar di samping, elemen

grafis close up terlihat pada durasi

1:27:06.

Scene 12; Gambar 4.24

Pada gambar di samping, elemen

grafis zoom out terlihat pada durasi

30:27.

Grafis yang menunjukan cek milik Tn. Barker , dengan

maksud dan tujuan dalam film ini adalah bukti tertulis bahwa

Page 86: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

73

uang tersebut dialirkan untuk para pencuru di Watergate.

Gambar tersebut diambil dengan menggunakan teknik zoom in

yakni mendekatkan lensa kamera kepada objek sehingga

terlihat menonjol.

Pada scene 13 elemen grafis melihatkan surat yang

ditulis Deep Throat untuk Woodward. Gambar tersebut juga

diambil dengan menggunakan teknik zoom in.

Scene 40 yang memperlihatkan Richard G. Kleindients

sedang mengkonfirmasi mengenai berita Watergate yang

ditulis oleh Woodstein dan gambar tersebut diambil

menggunakan teknik close up.

Elemen grafis yang memperlihatkan ruangan

perpustakaan Gedung Putih pada scene 12 diambil

menggunakan teknik zoom out.

2. Metafora

Metafora merupakan kata-kata kiasan yang memiliki

makna kedua dari makna sesungguhnya. Metafora yang

terdapat dalam film All The President’s Men yaitu:

Page 87: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

74

Tabel 4.12

Potongan Adegan Skenario

Scene 6; Gambar 4.25

Woodward: Apa yang kau lakukan?

Bernstein: Sedikit memoles.

Woodward: Apa?

Bernstein: Memolesnya.

Dalam skenario di atas, Bernstein menjelaskan pada

Woodward bahwa ia sedang memoles tulisan Woodward.

memoles yang dimaksud di sini adalah memperbaiki agar

mudah dimengerti saat dibaca.

3. Ekspresi

Elemen ekspresi merupakan bagian yang ditekankan atau

ditonjolkan oleh seseorang yang diamati dari teks. Misalnya

seperti ekspresi wajah sedih, tersenyum, marah , tertawa,

bahagia, dan menangis. Berikut elemen ekspresi yang terdapat

dalam film All The President’s Men.

Page 88: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

75

Tabel 4.13

Potongan Adegan Skenario

Scene 27; Gambar 4.26

Woodward: Bisa kau berikan nama-

nama mereka? Kami belum perah

mengungkapkan sumber yang

memberi keterangan.

Ny. Milland: Aku tidak bisa

membecirakan masalah ini karena…

Woodward: Apa “mereka” itu

anggota komite?

(kemudian Ny. Milland langsung

menutup pintu rumahnya)

Scene 18; Gambar 4.27

Dardis: Kau ingin melihat catatan

telepon dan uang Tn. Barker?

Bernstein: Kau bilang bila aku

datang ke sini kau akan tunjukan

semua tentang Barker? Itu yang ku

mau.

Dardis: Itu semua yang ku punya.

Bernstein: Baik.

Scene 71; Gambar 4.28

Woodward: Dengar, aku muak

dengan permainanmu! Aku tak mau

petunjuk. Aku ingin tahu apa yang

kau ketahui.

Ekspresi di atas menunjukan raut wajah Ny. Milland

yang sedih memohon agar Woodstein tidak memaksanya untuk

membeberkan informasi.

Page 89: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

76

Pada scene 18 Saat Bernstein menemui Dardis untuk

meminta catatan uang yang dimiliki Barker, namun ia harus

menunggu dari pagi hingga sore dan setelah bertemu, Dardis

hamper tidak mau memberikan catatan Barker pada Bernstein,

namun Bernstein membujuk Dardis agar memberikannya,

akhirnya Dardis menyetujuinya dan terlihat bahwa Bernstein

tersenyum karena berhasil membujuk Dardis untuk menujukan

catatan Barker.

Ekspresi marah diperlihatkan Woodward pada scene 71

saat ia bicara dengan Deep Throat, saat itu Woodward hampir

putus asa karena tidak menemukan titik terang dari investigasi

yang selama ini ia lakukan bersama Bernstein, namun Deep

Throat meminta Woodward untuk mencari petunjuk sendiri,

dan Woodward terlihat marah karena Deep Throat tidak

memberikannya informasi yang lengkap.

Page 90: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

77

Page 91: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

77

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Representasi Citra Wartawan Dalam Film All The President’s Men

Setelah mengamati dari bab sebelumnya, penulis menyimpulkan

rerpresentasi citra wartawan dalam film All The President’s Men

disampaikan melalui tokoh-tokoh yang berperan dalam film

tersebut merupakan citra yang positif (baik) yaitu memiliki rasa

ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

berani mengungkap kebenaran, dan kegigihan menembus

narasumber. Film ini menunjukan bahwa menjadi wartawan

sesungguhnya tidaklah mudah, butuh tekad yang bulat serta mental

yang kuat dalam mengahadapi segala kemungkinan yang terjadi di

lapangan.

2. Analisis Teks Dalam Film All The President’s Men

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap teks

dalam film All The President’s Men maka hasil dari penelitian ini

menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Struktur Makro

Tema umum yang terdapat dalam film All The President’s Men

adalah mengenai jurnalisme investigasi dan skandal Watergate.

Page 92: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

78

Dimana kegigihan dua wartawan surat kabar ternama di Amerika,

Washington Post yakni Bob Woodward dn Carl Berenstein yang

berhasil melakukan investigasi mengenai skandal politik terbesar di

Amerika Serikat yang menyebabkan Presiden Richard Nixon

mengundurkan diri dari jabatannya.

2. Supersutruktur

Superstruktur merupakan skema/alur. Skema yang terdapat

dalam film All The President’s Men yakni membahas mengenai alur

cerita dari awal hingga akhir. Diawali oleh Opening Bill Board

(OBB) yang memeperlihatkan helicopter kepresidenan yang

membawa Richard Nixon sedang mendarat di Plaza Timur Gedung

Kapitol. Selanjutnya masuk kebagian scene scene yang mana sudah

terjadi konflik mengenai pencurian di markas Partai Demokrat. anti

klimaks (solusi) terlihat ketika Woodward diminta sang redaktur

untuk meliput kasus pencurian di markas Partai Demokrat kemudian

ia meminta bantuan Deep Throat untuk memberikan informasi

tentang apa yang terjadi sebenarnya. Lalu barulah masuk pada

ending dari film yang memeperlihatkan Woodward dan Bernstein

sedang mengetik legkap berita Watergate dengan latar TV di bagian

depan yang manayangkan Nixon sedang mengambil sumpahnya

sebagai Presiden Amerika Serikat periode kedua.

Page 93: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

79

3. Struktur Mikro

Struktur Mikro merupakan struktur terakhir yang terdapat pada

level teks. Struktur mikro terdiri dari semantik, sintaksis, stilistik,

dan retoris. Semanti terbagi menjadi tiga yaitu latar, detail, dan

maksud. Sintakis terdiri dari tiga elemen yaitu koherensi, kata ganti,

dan bentuk kalimat. Stilistik atau gaya bahasa yang digunakan

dalam film All The President’s Men adalah gaya bahasa yang

digunakan sehari-hari. Dan terakhir retoris terbagi menjadi tiga

elemen yaitu grafis, metafora, dan ekspresi. Grafis dilihat dari

pengambilan gambar yang terdapat dalam film All The President’s

Men yakni zoom in, zoom out, close up, medium shoot, dan long

shoot.

B. SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap film All The

President’s Men, penulis ingin memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk para pelaku jurnalis khususnya jurnalis di Indonesia hendaknya

selalu bersikap sesuai dengan kode etik yang ada dalam menjalankan

profesinya.

2. Dengan adanya film All The President’s Men hendaknya jurnalis Indonesia

juga ikut mengambil bagian untuk mengembangkan jurnalisme investigasi

Page 94: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

80

di Indonesia, karena karya jurnalisme investigasi di Indonesia sangat sedikit

dibandingkan dengan Amerika.

3. Berdasarkan kasus yang terdapat dalam film All The President’s Men

mengenai skandal politik, hendaknya pemerintah di Indonesia tidak

melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat Indonesia seperti yang

dilakukan Partai Republik.

Page 95: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dkk. Wacana Transaksional Dan Interaksional Dalam Bahasa

Indonesia. Tangerang: Pustaka Mandiri, 2015.

Ayawaila, Gerzon. Dokumenter, Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV-IKJ

Press, 2008.

Badara, Aris. Analisis Wacana: Teori, Metode, Dan Penerapannya Pada Wacana

Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika

dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.

Darma, Yoce Aliah. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya, 2009.

Eko, Nurlaksana. Analisis Wacana; Kajian Teoritis Dan Praktis. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2015.

Eriyanto. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKis, 2001.

Hartley, John. Communication, Culturalm & Media Studies: Konsep Kunci.

Yogyakarta : Jalasutra, 2010.

Indiwan Seto Wahyu, Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.

Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: PT. Kompas Media

Nusantara, 2005.

Jefkins, Frank. Public Relations. Terj. Haris Munandar. Erlangga, 2002.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Kholisah, Nur. Strategi Komunikasi Public Relations dan Citra Positif Organisasi.

Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol 13. No. 3. September - Desember 2015.

Mudjiono, Yoyon. Kajian Semiotika Dalam Film. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 1.

No.1. April 2011.

Page 96: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,

Mulyana, Dedy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

cet ke-4, 2004.

Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel, Elemen-Elemen Jurnalisme, Terj. Yusi A.

Pareanom, Institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar Amerika

Serikat di Jakarta, 2003.

Kusumaningrat, Hikmat dkk. Jurnalistik Teori Dan Praktik. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006.

Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

Rivers, William L. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media

Group, 2003.

Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN

Jakarta Press, 2007.

Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:

Rajagrifindo, 2010.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Tamburaka, Apriadi. Literasi Media: CERDAS BERMEDIA KHLAYAK MEDIA

MASSA. Depok: Raja Grafindo Persada, 2013.

Artikel diakses pada 20 Februari 2017 pukul 21.00 WIB di http://oscar.org

Artikel diakses pada 28 Mei pukul 21:10 WIB di google.co.id

Artikel diakses pada 28 Mei 2017 pukul 20:50 di

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2005/06/060601_watergate.shm

tl

Artikel diakses pada 6 Oktober 2017 pukul 19:00 WIB di

www.kajianteori.web.id/2015/12/pengertian-stilistika-menurut-ahli.html

Artikel diakses pada 18 November 2017 pukul 11.10 WIB di

http://www.amadei33.com/2015/09/all-presidents-men-1976-usa-brrip-1080p.html

Artikel diakses pada 18 November 2017 pukul 11.00 WIB

https://www.slideshare.net/DianaAmeliaBagti/tugas-formatologi-berita-all-the-

presidents-men-part-2

Page 97: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,
Page 98: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,
Page 99: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,
Page 100: REPRESENTASI CITRA WARTAWAN DALAM FILM ALL THE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · rasa ingin tahu yang besar, mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja,