reorientasi pembangunan nasional: menuju indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan...

24
REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia yang Berdaulat dan Bermartabat Orasi Ilmiah disampaikan pada Rapat Universitas Gadjah Mada Peringatan Dies Natalis ke-58 Yogyakarta, 19 Desember 2007

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

REORIENTASIPEMBANGUNAN NASIONAL:

Menuju Indonesia yang Berdaulatdan Bermartabat

Orasi Ilmiahdisampaikan pada

Rapat Universitas Gadjah MadaPeringatan Dies Natalis ke-58

Yogyakarta, 19 Desember 2007

Page 2: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

REORIENTASIPEMBANGUNAN NASIONAL:

Menuju Indonesia yang Berdaulatdan Bermartabat

Orasi Ilmiahdisampaikan pada

Rapat Universitas Gadjah MadaPeringatan Dies Natalis ke-58

Yogyakarta, 19 Desember 2007

Page 3: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

REORIENTASI PEMBANGUNANNASIONAL:Menuju Indonesia yang Berdaulat dan Bermartabat

Yang terhormat

Ketua, Sekretaris dan Anggota Majelis Wali Amanat,Ketua, Sekretaris dan Anggota Majelis Guru Besar,Ketua, Sekretaris dan Anggota Senat Akademik,Rektor dan Para Wakil Rektor,

Para DekanlWakil Dekan, Ketua Lembaga, KetualSekretaris SenatFakultas,

Para Sesepuh, Dosen, Mahasiswa, Staf Kependidikan,Pengurus dan Anggota Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada,Tamu Undangan dan hadirin yang saya muliakan.

Assalaamu 'alaikum Warakhmatullaahi WabarakaatuhSelamat pagi dan salam sejahtera.

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dankarunia yang dilimpahkan kepada seluruh Civitas AcademikaUniversitas Gadjah Mada sehingga mendapatkan kekuatan danlindungan dalam mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsadan mampu memberi pilihan-pilihan yang lebih baik dalam membawabangsa ke tingkat kemajuan yang dicita-citakan bersama. Rari ini,pada saat kita memperingati Dies Natalis ke-58, marilah kitarenungkan bagaimana kita dapat sampai ke tingkat kejayaan dankemuliaan seperti sekarang ini, sebagai world class researchuniversity. Untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi ini,UGM memiliki komitmen untuk tetap mengakar dalam sistem sosialbudaya masyarakat atas suatu keyakinan bahwa dalam bangsa initersimpan potensi yang dapat menjadi sumber bagi penataan bangsayang lebih baik.

Dalam konfigurasi nilai-nilai inilah Orasi Ilmiah yang ada ditangan hadirin ditulis untuk mewakili "Mazhab Bulaksumur", yanghari ini dipercayakan oleh para Sesepuh dan Kolega untuk sayasampaikan.

Page 4: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

2

Hadirin dan Hadirat yang saya muliakan

Topik pembicaraan yang mempertanyakan kedaulatan danmartabat kita sebagai bangsa dipilih mengingat hampir sepuluh tahunterakhir, sejak Krisis Moneter 1998, kita belum beranjak lebih maju.Selain tekanan ekonomi yang semakin berat dengan angkapengangguran mencapai 10,5 juta dari total angkatan kerja, gejolaksosial muncul dalain berbagai bentuk penyimpangan, protes danpembangkangan, juga bencana alam yang tidak henti-hentinyamenambah pekerjaan rumah yang belum juga selesai.

Berbagai ekspresi masyarakat yang terjadi dewasa inimenunjukkan betapa berat tekanan yang dihadapi publik dari waktu kewaktu, yang ini tampak dari beberapa bentuk gerakan masyarakat:eksklusivitas yang meluas, mutual distrust yang semakin parah,inequality frustration yang mendalam, dan disengagement yang akut.Gerakan eksklusivitas muncul dalam bentuk pengabaian ataskeberadaan atau bahkan pemisahan diri dari masyarakat umum, baikdengan parameter etnis, agama, golongan, dan berbagai parametergaya hidup. Selain dalam bentuk aliran agama yang tidak jarangbersifat sesat, gerakan fundamentalisme, juga kelompok hedonisdalam berbagai tipe yang memisahkan diri dan merupakan counterculture atas tata aturan yang berlaku umum.

Mutual distrust muncul sebagai bentuk ketidakpuasan yangterjadi dalam hubungan yang bersifat horisontal maupun vertikal.Konflik etnik, agama atau kelas di berbagai tempat telah melahirkanketidakpercayaan satu sarna lain, seperti yang terjadi qi Papua,Ambon, Poso, Aceh, dan lingkungan sosial lain. Ketidakpercayaanpublik pada negara/pemerintah merupakan contoh penting yang mulaitegas dinyatakan dari bentuk-bentuk resistensi hingga konflik terbukadalam bentuk prates dan tuntutan-tuntutan politik.

Inequality frustration terjadi dalam bentuk perasaan diper-lakukan tidak adil oleh golongan yang berada di atas sehinggacenderung mengambil "jalan pintas" dengan membakar tempatibadah, membakar fasilitas publik, penjarahan, dan perampokan."Jalan pintas" inilah yang mengancam terbangunnya niat baik dancita-cita mulia sebuah pembangunan. Salah satu solusi untukkecenderungan ini adalah power sharing dalam bidang ekonomi,

Page 5: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

3

pendidikan dan politik, serta memperhatikan kebutuhan dan kehendakapa saja yang selama ini telah terabaikan oleh pemegang kebijakandan kekuasaan.

Disengagement atau ketidakpedulian telah menjadi bagianpenting dari ekspresi sosial publik sebagai respons atas ketidakpastianyang dialami. Sikap ini juga merupakan pemyataan tentang hilangnyaharapan masyarakat akan terjadinya perbaikan dalam hidup mereka.

Bentuk-bentuk ekspresi masyarakat tersebut merupakan tandaperlunya perenungan yang seksama tentang orientasi pembangunannasional selama ini. Sken#p pembangunan altematif merupakankebutuhan yang harus dibangun atas dasar-dasar empiris danakademik dalam rangka membagi beban bersama dalam usahamensejahterakan 238 juta penduduk dengan jumlah penduduk miskinlebih dari 37 jutajiwa.

Sebelum skenario ini dibahas, terlebih dahulu akan dipaparkananatomi persoalan nasional yang telah melahirkan bentuk-bentukekspresi masyarakat tersebut.

Anatomi Persoalan: Kekurangan, Kesulitan dan Ketimpangan

Dilihat dari tingkat kemiskinan yang masih tinggi (16,58%)dapat dikatakan bahwa penduduk Indonesia memiliki persoalan dalamberbagai bentuk kekurangan, kesulitan dan ketimpangan, baik itudalam ukuran infrastruktural, struktural, maupun kultural. Sejalandengan itu, dapat dilihat lima indikator yang signifikan dalammengukur tingkat kekurangan, kesulitan, dan ketimpangan yangterjadi.

Pertama, the social minimum yang menunjuk pada batasterpenuhinya setiap keperluan mendasar yang memungkinkannyauntuk survival dan terhindar dari rasa terasing. Pada kebutuhanbadaniah misalnya, manusia minimal mendapatkan asupan airsebanyak 20 liter perhari untuk memenuhi segala kebutuhannya.Social minimum terjadi ketika manusia mengalami kekurangan danmelakukan pengurangan terhadap berbagai pilihan, hingga pada bataskebutuhan subsisten; tidak adanya saving, investasi untukkeberlanjutan hari depan. Tanda kehidupan di bawah batas sosialminimum adalah ketika orang mengorbankan salah satu pilihan yang

Page 6: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

4

krusial (kebutuhan mendasar) demi sebuah kebutuhan mendasarlainnya. Misalnya, seorang anak tidak sekolah, karena bekeIja mencariuang, menyebabkan hilangnya hak intelektual si anak. Demikeselamatan, seorang pemuda tidak bisa mendapatkan akseskesehatan, karena fasilitas rumah sakit yang baik berada di seberangdaerah konflik yang bukan wilayah yang dapat diakses yangmenyebabkan hilangnya hak sekuritas. Oleh karena itu, pembangunansangat terkait dengan rasa nyaman, arnan, ketenangan, dan kepastian.Fasilitas dan kepastian semacam ini dinilai tidak diperoleh olehbanyak orang yang kemudian menjadi pemicu protes sosial yangteIjadi dewasa ini.

Kedua, equality oj opportunity, yang menegaskan bahwa setelahthe social minimum terpenuhi, setiap masyarakat berhak mendapatkankesejajaran kesempatan untuk nutrisi, udara, air, perlindungan,perubahan cuaca yang tiba-tiba, bencana, penyakit. Pada kondisimaterial, sebagai warga negara berhak mendapatkan enarn hal, yakni:economic resources (pendapatan dan kesejahteraan); housingcondition (kondisi ruang rumah yang menenuhi syarat kebersihan dankesehatan); working condition (diukur dari standar kebisingan,temperatur di tempat keIja dan jarn keIja yang dijalani); health (variasigejala stress dan hilangnya sakit dan penyakit serta tersedianyabantuan medis bagi masyarakat); education (pencapaian pendidikanformal). Pendekatan di atas merupakan modal dasar bagi pember-dayaan manusia. Semua orang berhak menerima pendidikan; akseskesehatan; sarana pemukiman dan sanitasi yang layak. Equality ojopportunity merupakan kunci dari keadilan sosial. Hilangnya keadilandisebabkan oleh beberapa hal seperti sentralisasi negara, diskriminasistruktural yang diberlakukan oleh pemerintahan, dan konflik yangtidak terkendali dan berkepanjangan. Kesenjangan telah menjadibagian yang sangat mencolok yang melahirkan jurang lebar antarkelasyang terlihat dalam berbagai bentuk.

Ketiga,Jair distribution, semua masyarakat berhak mendapatkanakses distribusi sumberdaya dan kekayaan publik dengan adil. Jikaresiprositas merupakan pertukaran antara individu. atau antarkelompok yang bersifat horisontal. Maka distribusi merupakanpertukaran vertikal antara masyarakat dengan struktur yangmempunyai jabatan lebih tinggi. Sebagai misal hubungan antara

Page 7: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

5

masyarakat dengan negara. Bentuk keIjasama dalam bentuk pajakyang diberikan rakyat, diputar kembali dalam bentuk subsidi silang.Distribusi juga digunakan untuk pertukaran barang dan jasa yangditandai dengan adanya pemusatan wewenang (ketua adat, kepala desahingga lembaga agama). Bulog (Badan Drusan Logistik) dan BAZIS(Badan Amal Zakat Infaq dan Shodaqoh) yang menangani distribusiharus menganut prinsip-prinsip inklusif, bukan berdasarkankepentingan-kepentingan yang menguntungkan segelintir orang.Namun demikian, mekanisme distribusi yang belum terbangun denganbaik sehingga tidak mencapai kelompok sasaran yang semestinya. Halini telah melahirkan banyak kekecewaan publik.

Keempat, social trust yang merupakan harapan yang munculdalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur, kooperatif,berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama demi kepentingananggota yang lain dari komunitas tersebut. Masyarakat low social trustterindikasi dari keIjasama dalam bentuk-bentuk kebijakan formal yangdilaksanakan dengan cara wajib bahkan koersif. Seperti pajak yangtidak harns dibayar oleh komunitas yang mempunyai high social trust. .Filosofi pembangunan sebenamya menyangkut pertanyaan yangmendasar bukan hanya tentang 'untuk apa' dan 'untuk siapa'pembangunan itu dilakukan tetapi juga 'dari siapa' pembangunan ituberasal. Kepentingan manusia harns pula, selain dipahami sungguh-sungguh, diperhatikan di dalam 'pelaksanaan' pembangunan itu.Tingkat kepercayaan yang tinggi akan menempatkan manusia sesuaidengan martabatnya yang pada gilirannya akan.menjadi sumber bagipembangunan dan keberlanjutan pembangunan itu sendiri. Jika initidak tercapai maka yang teIjadi, seperti yang berlangsung sekarangini adalah, ketidakpercayaan yang melu,!s. .

Kelima, equal citizenship yang menunjuk pada suatu kesetaraanantarwarga baik dalam arti kesempatan maupun dalam pengembangankapasitas intelektual dan keahlian serta hak-hak yang mengikutinyasebagai warga negara. Penganut pandangan struktural berpendapatbahwa pemenuhan hak-hak ekonomi termasuk di dalamnya hak ataspekeIjaan hanya akan tercipta jika dalam proses pembangunan yangdilakukan oleh negara, diawali dengan prakondisi sosial yangkondusif yang sekaligus berfungsi sebagai landasan bagiterlaksananya perubahan sosial (Budiman, 1993). Pembangunan

Page 8: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

6

berimplikasi pada persoalan pengangguran, indikatomya adalahterjadinya penurunan jumlah pekerja produktif yang cukup drastisyaitu dari 62 persen pada tahun 1971 menjadi hanya 50 persen padatahun 1990. Implikasinya adalah terjadi peningkatan jumlahpengangguran terselubung dari 19 juta jiwa atau 38 persen dariangkatan kerja pada tahun 1971 meningkat menjadi 31 jutajiwa ataumendekati 50 persen dari angkatan kerja 1990. kondisi inimenunjukkan bahwa pembangunan yang dilakukan selama periodetersebut temyata gagal memperluas kesempatan kerja seiring denganpertambahan angkatan kerja. Dari jumlah 107,2 juta angkatan kerja(48,7 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2005), diperkirakan 9,6juta adalah pengangguran atau para pencari kerja (Pitoyo, 2007: 181).

Kelima wilayah persoalan di atas selain memperlihatkanlemahnya peran negara dalam memproteksi dan menjamin hak-hakpublik, juga menunjukkan kesulitan yang besar dalam menjalankanmandat untuk mensejahterakan masyarakat, terutama pada saat negaradiliputi oleh bencana dan tabungan tidak memadai.

Para Hadirin yang saya hormati

Kedaulatan Negara yang Tergadaikan

Akhir-akhir ini kita dihadapkan pada pertanyaan mendasartentang kedaulatan negeri ini karena serangkaian klaim dari negaralain, khususnya negara tetangga, tentang pemilikan suatu asetekonomi, politik dan budaya. Kasus Pulau Ambalat ~an Ligitanmerupakan contoh menarik tentang bagaimana kedaulatan kitadigugat. Belum lama ini Angklung dan Reog Ponorogo dinyatakansebagai milik Malaysia. Pengakuan sepihak semacam ini bukanlah halyang barn yang menyebabkan kita kerugian materiil dan nonmateriil.

Dalam dunia yang semakin luas dan terbuka, Indonesiatampaknya belum siap bertarung di pasar bebas yang tampak daritidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan didarat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais dan Tamtomo(2005), banyak masyarakat tidak tahu bahwa nama kedua pulau initidak pemah tercatat dalam Deklarasi Juanda 1857 dan juga tidak adadalam arsip Belanda. Pemerintah juga tidak pemah mensosialisasikan

Page 9: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

7

batas-batas laut Indonesia kepada masyarakat sehingga banyak yangtidak memahami batas laut teritorial, dan batas laut ZEE atau bataslandas kontinen. Administrasi laut yang kacau tampak juga pada fakta,misalnya, klaim pulau besar dan kecil Indonesia yang beIjumlah17.504 pulau, namun kita hanya mampu memberi nama dan posisigeografisnya baru pada sebanyak 7.870 pulau. Tidak menutupkemungkinan bahwa pulau yang belum diberi nama dan spesifikasinyasuatu hari menjadi miliki negara tetangga karena mereka memberinama dan memenuhi aturan pasal121 UNCLOS 1982.

Persoalan kompetisi dagang yang merugikan negara juga teIjadidi laut. Setiap tahun kita kerugian sampai 3 juta ton ikan atau senilai30 triliun rupiah yang diangkut secara ilegal dari peraian Indonesiaoleh kapal asing. Jumlah ini hampir sarna artinya dengan separoh darijumlah ekspor ikan Indonesia pada tahun 2006 (Damanik, 2007).Kasus lain yang menarik adalah Kopi Toraja yang temyata telahdidaftar oleh Key Coffee di Jepang. Hal ini berarti Kopi Toraja tidakdapat diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat kecuali melalui KeyCoffee. Jika mengekspor langsung kopi tersebut pihak Indonesia bisadituding melanggar merk yang telah didaftarkan (Devi et aI., 2004).Apalagi citra yang dibangun sebagai negeri para pembajak telahsangat merugikan Indonesia.

Persoalan yang terkait dengan globalisasi dan keterbukaankomunikasi ini juga berakibat pada mobilitas sumberdaya manusia.Tahun-tahun belakangan ini banyak universitas dan perusahaan luarnegeri yang menarik minat remaja dan pemuda yang cerdas atauberprestasi yang diberi beasiswa oleh negara asing atau universitasluar negeri yang kemudian setelah lulus diwajibkan untuk bekeIja baginegara tersebut. Kita sendiri tidak sanggup memberikan reward yangpantas untuk mereka yang sebetulnya akan menjadi tokoh danpemimpin Indonesia masa depan. Kaum muda kelas satu atau kelasekspor ini meninggalkan Indonesia tanpa dapat diharapkan untukkembali. Temyata ratusan c~mdekiawanIndonesia yang sekolah diluar negeri betah tinggal di luar negeri dan cenderung tidak kembali(Gatra,2003).

Semakin terbukanya negeri ini bagi dunia luar merupakanpersoalan yang membutuhkan perhatian. Pada satu sisi kita tidak bolehtertutup dan menutup diri, namun kesiapan untuk terlibat dalam suatu

Page 10: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

8

ruang yang lebih luas membutuhkan kepiawaian yang tampaknyabelum dimiliki oleh bangsa ini. Bagaimana mengelola aset negaradalam hubungannya dengan ekspansi pasar global menjadi suatu isusentral, terutama dengan semakin kuatnya arus dana luar yangkemudian menguasai aset-aset negeri ini dalam berbagai bentuknya.Dari pemyataan yang disampaikan oleh Kepala Divisi Asset DisposalBPPN, asset dalam bentuk saham penyertaan eks Bank Beku Operasi(BBO) atau Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) saja terdapat 75perusahaan yang dikuasai asing. Sejumlah perusahaan milik SalimGroup dan Bob Hasan yang akan dijual akan menambah daftarpenjualan aset negara bersama Temasek, Singtel, dan lain-lain. Kalausepuluh tahun yang lalu kita mempersoalkan capital flight yangditanamkan di Hongkong, Singapura, dan beberapa negara lain, makasekarang perusahan go public di Indonesia terancam dimiliki olehpemodal asing karena kemampuan publik dalam negeri untuk turutbermain beIum cukup memiliki kemampuan finansial. Penjualan assetnegara semacam ini harns dilihat dalam kerangka UUD 1945 Pasal 33mestinya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besamyauntuk kepentingan rakyat. Apakah mekanisme yang ada, sepertiprivatisasi atau demokratisasi ekonomi dapat menjamin peningkatankesejahteraan masyarakat, masih merupakan perdebatan.

Kelemahan ekonomi kita dapat dijelaskan dengan melihat padaneraca hutang yang sangat berisiko bagi ketergantungan kita pada luarnegeri. Menurut catatan Bappenas pada 2006 hutang negara sudahmencapai US $ 130 miliar dengan cicilan pertahun mencapai Rp. 150triliun. Menurut Kwik Kian Gi~, ketergantungan diperparah denganmasuknya IMF yang kemudian memaksakan kehendaknya meng-intervensi berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bemegara. Tidaksalah kalau dikatakan bahwa kita sudah kehilangan kemandirian dankedaulatan dalam menentukan nasibnya sendiri.

Aturan main yang dikendalikan oleh dunia intemasional tersebuttelah menyebabkan bangsa ini didikte oleh regulasi dan standardisasiyang seringkali merugikan. Atas alasan tidak memenuhi standarmanajemen yang ditetapkan, produk Indonesia ditolak untuk masukatau dianggap tidak memenuhi standar produk yang diinginkan.

Page 11: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

9

Para Hadirin yang saya mu/iakan

Kedaulatan Rakyat yang Terabaikan

Pembangunan di Indonesia mengalami persoalan pada saatpembangunan tidak dilihat secara komprehensif, tidak hanyamempengaruhi penataan infrastruktur, tetapi juga struktur dansuprastruktur. Keyakinan kita tentang pembangunan akan membawakesejahteraan mulai goyah, terutama pada saat begitu banyakkerusakan teIjadi akibat pembangunan, ketimpangan sosial, dankonflik dalam berbagai bentuk, selain hutang yang memberatkan.Baiquni dan Susilawardani (2002), misalnya, mencatat kerusakanlingkungan yang parah yang diakibatkan oleh pembangunan yangkemudian menciptakan pembangunan yang tidak berkelanjutan;Revrisond Baswir menegaskan betapa pembangunan teIjadi tanpaperasaan karena ia tidak mampu memenuhi hak sipil dan politik,sebaliknya menguntungkan kaum elite dan penguasa (Baswir dkk.,2003); atau Herbert Marcuse (2000) yang melihat dominasi berlebihantelah menyebabkan masyarakat kehilangan arti dalam prosesperubahan ekonomi yang dilakukan.

Pembangunan di satu sisi memang tidak dapat dihindari untukmengambil suatu pemihakan pada manusia yang menerima akibat-akibat dari pembangunan itu, terlepas dari suatu keyakinan bahwapembangunan harus dijalankan dengan metode dan indikator-indikatorekonomi dan teknis dengan tip.gkat akurasi yang tinggi. Persoalanpenting di sini adalah bagaimana manusia bisa memberikan suatukonfigurasi bagi model pembangunan yang dijalankan. Di sisi lain,pembangunan terikat pada kepentingan-kepentingan yang lebih besar,ekonomi politik global dan nasional, dengan pilihan-pilihan nilainyasendiri walaupun orang-orang seperti Soedjatmoko pastilah tidaksepakat karena ia pernah dengan tegas mengatakan bahwa:

"pembangunan ekonomi itu bukan suatu proses ekonomisemata-mata, melainkan suatu penjelmaan dari perubahan sosialdan kebudayaan yang meliputi bangsa kita di dalamkebulatannya" (Soedjatmoko, 1983:21).

Page 12: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

10

Kesadaran tentang pergeseran ini kemudian semakin terasa pada saatbanyak ahli menilai perlunya kita membangun dan memberikankesempatan pada perspektif alternatif dalam mempelajari perubahanumat manusia dan bagaimana menatanya melalui kebijakan yang lebihtepat untuk mencapai tujuan-tujuan kesejahteraan dan kualitas hidupumat manusia yang lebih baik.

Salah satu kecenderungan yang penting, yang bertolakbelakangdengan misi kesejahteraan, adalah pengabaian terhadap potensi dalamnegeri sendiri dalam proses pembangunan yang bahkan meng-hancurkan kekuatan lokal yang ada. Revolusi Hijau (GreenRevolution)merupakancontohdi manapembangunanpertaniantelah .menjauhkan petani dari kearifan lokal yang mendukung kesejahteraankomunitas. Dalam program revolusi hijau tersebut, sebanyak 257 jenispadi lokal hilang di Jawa, yang sebelumnya dikenal dengan nama-nama antara lain Gogo Lempuk, Kawoeng, Dewi Tara, Tjina, SiGadis, Mandjetti, Gendjah Lampung, dan Rodjo Lele. Di Dayak HuluSungai Bahau, misalnya, tidak kurang dari 54 ragam varietas padimusnah di kalangan peladang berpindah. Di Dayak Krayan sekitar 37ragam varietas padi hilang (Kudhori, 2002: 111-120).

Dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) basis-basis lokal yang merupakan potensi yang tidak diperhitungkan danbahkan dipungkiri keberadaannya. Proyek beras nasional telahmenghilangkan pola makan NTT yang mempunyai makanan pokokjagung atau Maluku dan Papua yang hidup dari sagu (Bagchi, 2000:398). Proses ini telah merentankan ketahanan pangan karena stockpenyangga pangan berbagai suku bangsa yang beragam menghilangdigantikan oleh suatu sistem pangan yang seragam, yakni bertumpupada beras sebagai bahan makan pokok. Hal ini kemudian melahirkanimpor besar-besaran yang membunuh potensi lokal yang ada.Pertahunnya Indonesia mengimpor beras (3,7 juta ton), gula (1,6 jutaton), kedelai (1,3 juta ton), gandum (4,5 juta ton), ternak sapi (450ribu ekor), tepung telur (30 ribu ton), singkong (O,85juta ton), kacangtanah (260 ribu ton), buah-buahan (247 ribu ton), dan sayuran (281ribu ton).

Menurut Suhardi fakta ini ironis karena Indonesia memiliki luasdan kualitas lahan yang memadai dan biodiversity yang mendukunguntuk pemenuhan kebutuhan pangan secara mandiri sehingga dapat

Page 13: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

II

terjadi ketahanan dan kedaulatan pangan (Suhardi, 2006: 10). Namundemikian, globalisasi yang digerakkan oleh faham neoliberalismetelah menawarkan lebih banyak ancaman daripada peluang bagi duniapertanian di Indonesia. Perkembangan teknologi dan proses produksidalam proses internasionalisasi ini justru telah memberikan tekananbagi daya saing produk pertanian Indonesia yang dapat mengancamkeberlanjutan pertanian rakyat (MGB, 2006: 4).

Pengembangan komoditi pertanian dalam negeri yang kuatbukan hanya untuk ketahanan pangan agar tidak tergantung padaproduk impor, tetapi juga mendukung kedaulatan pangan yangmembuka ruang bagi komoditas lokal untuk hidup dan berkembang.

Hadirin dan Hadirat yang saya hormati

Sumberdaya Lokal: Potensi yang Tidak Diperhitungkan

Kemampuan lokal tidak hanya menyangkut sumber-sumber(ekonomi) yang tersedia, tetapi juga mengangkut perangkat-perangkatinstitusional yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan(Chambers, 1987). Sumberdaya ekonomi telah banyak mendapatsorotan dan telah diperhitungkan secara seksama sebagai bagian darianalisis daya tampung dan daya dukung lingkungan di dalam prosespembangunan dan peningkatan kualitas manusia, sementarasumberdaya sosial sangat kurang diperhatikan sebagai potensi yangmampu berperan di dalam keseluruhan proses sosial danpembangunan di Indonesia (Soedjatmoko, 1988: 209; Kartasasmita,1996). Sejalan dengan ini lebih lanjut dikatakan:

Perlu kita pelajari bersama, bagaimana caranya memperlakukankebinekaan budaya ini sebagai sumberdaya, dan bukan sebagaisuatu hambatan terhadap pembangunan nasional (Soedjatmoko,1988:211).

Pengabaian potensi sumberdaya sosial pada tingkat lokal inimenyebabkan kemandirian tidak dapat terbina dan menimbulkanketergantungan daerah yang terlalu besar pada pusat dan daerah-daerah lain yang lebih berdaya dalam berbagai proses pembangunan.

Page 14: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

12

Di dalam setiap masyarakat dapat dilihat tiga bentuksumberdaya pokok yang merupakan kekuatan yang terpendam yangselama ini kurang dilihat sebagai suatu aset sehingga tidakdikembangkan menjadi sesuatu yang memiliki kemampuan perubahansosial. Pertama, ideologi dan tradisi lokal yang menunjuk kepadapaham tertentu dalam menyikapi hidup dan menentukan tatanansosial. Ideologi dan tradisi ini dapat berupa: (1) sistem kepercayaansetempat yang merupakan basis bagi legitimasi tindakan sosial; (2)ajaran-ajaran budaya yang menjadi sistem referensi dl dalam tingkahlaku yang terwujud; (3) etika .sosial yang merupakan prinsip-prinsipyang mengatur hubungan manusia dengan manusia atau manusiadengan lingkungannya; (4) etos kerja yang merupakan motorpenggerak bagi pencapaian tujuan-tujuan perubahan dan kemajuan;(5) nilai-nilai tradisi yang menentukan sesuatu yang ideal dalammasyarakat; (6) norma-norma yang merupakan perangkat aturan yangmenata tingkah laku; dan (7) simbol-simbol yang berfungsi mengaturtingkah laku individu dan kelompok. Mengingat kayanya kebudayaan.Indonesiamaka sumber-sumber ideologi dan nilai yang menjadi acuandalam masyarakat begitu beragam dan memberi pilihan yang sangatpotensial.

Kedua, hubungan dan jaringan sosial yang merupakan pola-polahubungan antarorang dan ikatan sosial dalam suatu masyarakat.Dalam berbagai masyarakat terdapat berbagai bentuk ikatan sosialyang berfungsi dengan baik, baik itu ikatan antar orang dalamberbagai bentuknya maupun ikatan antar kelompok. Ikatan inimembentuk suatu jaringan yang didasarkan pada berbagai prin~ip.Keluarga atau kerabat menjadi prinsip yang mendasar dalam berbagaitransaksi sosial yang secara umum memiliki implikasi yang luashingga ke luar batas keluarga dan kerabat. Ikatan kekerabatan dapatmempengaruhi struktur akses yang bersifat ekonomi atau bersifatpolitik dalam usaha akumulasi kekayaan dan kekuasaan. Proses yangsarna terjadi pada ikatan tempat tinggal dan ketetanggaan yanghubungan-hubungan ketetanggaan yang diidealkan dalam masyarakatdapat menjadi basis yang kuat di dalam menggalang kekuatan danmobilisasi dana dan tenaga kerja. Hampir di seluruh tempat diIndonesia dapat ditemukan, misalnya, gotong royong yang sangatfungsional bagi pemecahan persoalan sehari-hari yang dihadapi

Page 15: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

13

penduduk. Ikatan-ikatan semacam ini menjadi dasar dari adanyakohesi sosial dan solidaritas dalam suatu masyarakat yang telahditunjukkan sebagai ikatan yang kuat untuk menghadapi berbagaipersoalan dalam hidup manusia. Jaringan ini pada gilirannya akanmenjadi suatu sumber penting yang siap dimanfaatkan oleh anggotadalam mengakses berbagai kesempatan dan kepentingan. Pada saatmekanisme formal tidak mampu merespons kebutuhan penduduk atautidak tersedia maka jaringan ini membentuk kekuatan yang telahteruji.

Ketiga, institusi-institusi lokal yang berfungsi bagi kepentingankelompok dan masyarakat. Berbagai bentuk institusi lokal dapatditemukan telah ditumbuhkan oleh masyarakat dari waktu ke waktuyang bersifat adaptif terhadap berbagai persoalan ekologis, sosial,politik, dan ekonomi yang dihadapi. Institusi-institusi lokal dapatberupa kelembagaan adat atau pranata-pranata sosial yang berfungsidan berperan secara langsung maupun tidak langsung. Institusipembagian pengelolaan pertanian, seperti sistem maro misalnya, telahterbukti menjadi mekanisme yang sangat fungsional di dalammengatasi masalah kemiskinan dan di dalam menata mekanismeredistribusi dari keluarga mampu ke keluarga miskin di desa (Hart etaI., 1989). Pranata sosial yang dikembangkan di berbagai tempatmemenuhi fungsinya masing-masing yang secara khusus mengacu kebentuk-bentuk persoalan yang dihadapi dalam masyarakat. Van deVen, misalnya, menunjukkan bagaimana pembagian waktu antarorang di dalam pengelolaan pertanian sebagai perwujudan solidaritastelah menyebabkan teratasinya persoalan pangan yang dihadapipenduduk (Vande Ven, 2000: 90). Berbagai bentuk institusi lokalmemiliki fungsi langsung dalam merespons kebutuhan penduduk.

Para Hadirin yang saya mu/iakan

Peran Negara dalam Pengembangan Potensi Rakyat

Potensi pada tingkat ideologi, jaringan sosial, dan institusi sosialyang dapat dikembangkan lebih lanjut bagi kekuatan lokal merupakansumberdaya yang kaya yang dimiliki masyarakat. Negara dalamproses pengembangan ini memiliki peran yang sangat penting. FrancisFukuyama (1999: 10-11) memaparkan empat pengamatan yang

Page 16: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

14

mengindikasikan peran negara. Pertama, posisi di mana negara kurangmemiliki peran dalam penciptaan sumberdaya sosial. Dalam hal inisumberdaya ini lebih merupakan produk agama, tradisi, pengalamanhistoris yang tersosialisasi, dan faktor-faktor lain yang berada di luarkendali pemerintah. Kebijakan pemerintah bisa jadi sangat sadartentang adanya potensi sumberdaya sosial yang sudah ada dalammasyarakat sehingga dapat memanfaatkan sumber-sumber itu,misalnya, dalani proses implementasi kebijakan. Sebaliknya,ketidaksadaran pemerintah terhadap adanya sumberdaya sosial danmelakukan proses pembangunan dengan menggunakan jaringan yangmemiliki radius kepercayaan yang rendah maka proses pembangunanitu bisa terhambat karena dukungan yang lebih luas tidak mudah untukdicapai. Fukuyama (1999: 3) menekankan pentingnya jaringankepercayaan (networks of trust) karena luas sempitnya jaringan iniakan menentukan keberhasilan proses perubahan yang direncanakan.

Kedua, bidang yang menunjukkan kemampuan pemerintah yangsangat besar dalam menciptakan sumberdaya sosial adalahpendidikan. Pendidikan dikatakan Fukuyama tidak hanya memilikifungsi di dalam transmisi sumberdaya manusia melalui peningkatanhuman capital, tetapi juga membentuk sumberdaya sosial melaluipembentukan aturan-aturan dan norma. Tentu saja ini bukan hanyaberasal dari pendidikan dasar dan menengah tetapi juga mendidikantinggi dan profesional. Dia menunjukkan, misalnya, seorang doktertidak hanya mempelajari obat tetapi juga prinsip-prinsip etis yang jauhlebih berhubungan moral ketimbang kedokteran. Pelindung yangpaling baik untuk mengatasi korupsi adalah memberikan para birokratlatihan profesi yang berkualitas dan menciptakan esprit de corps dikalangan mereka. Tentu saja Fukuyama tidak ingin mengatakan hanyapendidikan" yang mampu menjadi faktor dalam proses penciptaansistem dan tata pemerintahan yang baik, tapi dia ingin menunjukkanefektivitas dari sumberdaya sosial di dalam penataan sosial secaramendasar. Demikian juga proses modemisasi secara meluas yangmelahirkan perubahan dari irrasionalitas ke rasionalitas yangkemudian membentuk masyarakat yang lebih terbuka sehingga lebihmudah menerima hal-hal yang barn dan berkualitas bagi penataankehidupan dan sistem sosial yang lebih baik. Hal ini mengingatkankita pada pemyataan Bung Kamo:

Page 17: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

15

"... Kebangkitan kembali bangsa ini akan kita tunjukkan denganmendirikan sebuah perguruan tinggi karena kekuatan suatubangsa amat ditentukan oleh kemampuan lembaga pencerdasbunga-bunga bangsa dan sekaligus sebagai sumber inspirasi bagirakyat" (Soekamo).

Tanpa gerakan pencerahan seperti ini di Indonesia melalui berbagaiprogram pendidikan baik formal maupun informal maka sulitdibayangkan usaha-usaha pembangunan akan berhasil. PesanSoekamo .dan Fukuyama harus dilihat sebagai penegasan tentangperlunya kepedulian yang besar pada tingkat daerah pada peningkatankualitas pendidikan publik.

Ketiga, negara dapat secara tidak langsung mendorongpembentukan sumberdaya sosial dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan (barang) publik yang dibutuhkan, seperti hak-hak milikidan keamanan. Dengan mengutip Gambetta, Fukuyama membangunargumen dengan mengatakan bahwa Mafia di Italia merupakanmekanisme privat dalam memproteksi hak milik karena negara secarahistoris gagal melakukan fungsi tersebut. Barang publik yang sangatdibutuhkan adalah keamanan. Keamanan ini menurut Fukuyamamemungkinkan tumbuhnya organisasi-organisasi dan jaringan yangmemungkinkan peningkatan kualitas hidup terjadi. Sebaliknya,kondisi yang kondusif bagi terjadinya interaksi publik dan penataanhak-hak milik memungkinkan lahimya kepercayaan yang meluasantarorang, kelompok, dan institusi. Gabungan dari kekuatan ini dapatmenjadi pendorong kuat bagi penciptaan iklim yang kondusif untukproses perubahan yang direncanakan di daerah. Radius kepercayaandalam hal ini harus dibangun secara horisontal maupun vertikalsehingga mobilisasi dukungan dalam berbagai bentuk dapat dicapai.

Keempat, dalam pengamatan yang lain negara dapat menjadimusuh bagi banyak pihak ketika negara meninggalkan masyarakatsipil. Ketika pemerintah, misalnya, mulai melakukan semua pekerjaansendirian tanpa melibatkan swasta dan masyarakat sipil, makapemerintah akan kehilangan dukungan spontan dari berbagai kekuatanyang ada di luamya. Fukuyama menunjukkan contoh Perancis yanghingga akhir Abad Pertengahan masih memiliki kekuatan sipil yangbesar, namun kemudian kepercayaan horisontal melemah sejalan

Page 18: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

16

dengan proses sentralisasi yang membagi masyarakat berdasarkanperbedaan status dan privilese. Sejalan dengan ini negara, katanya,hams membatasi besaran sektor pemerintah dan memberikan peluangbagi partisipasi masyarakat sipil. Cara setnacam ini tarnpaknyadimaksudkan untuk hal yang sarna, yakni penciptaan jaringankepercayaan (networks of trust) yang luas dalam masyarakat yangbersifat horisontal dan vertikal. Selain itu, kebangkitan masyarakatsipil juga berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang vis-a-vis negaradan pasar; otonomi dan desentralisasi secara normatif telah memberipeluang bagi berkembangnya grassroot civil society dan norma-normapolitik bam yang bersumber pada identitas lokal (Tjokrowinoto,2003).

Para Hadirin yang saya hormati

Keempat pengamatan yang dilakukan Fukuyama ini memangharus ditetjemahkan ke dalarn konteks yang beragarn yang menjadikarakter khas dari daerah-daerah di indonesia yang kaya denganberbagai dimensi sosial budaya. Kondisi dasar yang plural inimenyebabkan kompleksitas penyelenggaraan pemerintahan danpembentukan suatu tata pemerintahan yang baik menjadi tidak mudah.Di berbagai daerah terdapat konsepsi-konsepsi lokal tentang status danperan-peran sosial yang berfungsi bagi penataan dan pengendaliansosial, termasuk memiliki fungsi mediasi hubungan antara pemerintahdan rakyat. Kepemimpinan loka1merupakan sesuatu yang masih kuatdan berfungsi langsung dalam organisasi sosial. Di berbagai tempatjuga dikenal prinsip-prinsip pengaturan hak dan pemilikan, baik yangbersifat individual maupun komunal, yang berfungsi dalarn mengaturdan menciptakan kohesi sosial dalarn masyarakat. Mekanismeinstitusional juga merupakan bagian dari kekayaan daerah yangmengatur sistem akse~ dan kontrol dalam masyarakat yang secarahistoris mengalarni perkembangan yang pasang surut. Demikian puladengan pola pengambilan keputusan dan pengaturan kekuasaan yangsecara tradisional dikenal dan mengarnbil bagian aktif dalarn prosespenyelenggaraan sistem politik pada tingkat lokal. Contoh tersebutmerupakan sumberdaya sosial yang merupakan potensi yang di satusisi dapat menjadi penghambat dan melahirkan konflik dalam

Page 19: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

17

penyelenggaraan pemerintahan dan pembentukan tata pemerintahan,di sisi lain sumberdaya itu dapat menjadi kekuatan yang besar yangmampu mendukung proses pembangunan di era otonomi daerahdewasa ini.

Reorientasi Kebijakan Pembangunan

Setiap usaha pengelolaan pembangunan masyarakat paling tidakmensyaratkan empat hal: (1) usaha itu mengharuskan pengenalankarakter yang khas secara seksama sehingga pendekatan yangdigunakan dapat sejalan dengan sifat-sifat dari masyarakat. Banyakkasus kegagalan pembangunan yang bersumber dari pengabaiankarakter setempat dan potensi yang dimiliki sehingga pembangunantidak lagi menjadi suatu proses intervensi dari luar yang kerapkalimenimbulkan resistensi; (2) usaha pengelolaan pembangunanmasyarakat itu mensyaratkan adanya partisipasi dari masyarakat yangbersangkutan karena masyarakat memiliki preferensi-preferensi dalamberbagai bentuknya; (3) upaya pengelolaan pembangunan masyarakatmensyaratkan adanya suatu pembelaan terhadap status marginal~khususnya atas dominasi pusat/negara dalam berbagai bentuk yangkurang menguntungkan komunitas. Kelompok atau masyarakat yangdibangun pada hakekatnya merupakan pihak yang memilikikekurangan, tergantung dan bahkan tidak memiliki posisi tawarmenawar yang sebanding; dan (4) pengembangan masyarakatmensyaratkan pemanfaatan sumberdaya dan kekuatan dari dalamuntuk proses perubahan. Selain untuk menjamin partisipasi lokal yangsebesar-besarnya dalam proses pembangunan, pemanfaatansumberdaya dan kekuatan dari dalam akan menjamin keberlanjutandari suatu proses pembangunan (Abdullah, '2007: 13).

Hadirin dan Hadiratyang saya muliakan

Sejalan dengan paparan pada bagian-bagian sebelumnya tampakbahwa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berdaulat sedangmenghadapi situasi di mana kedaulatan itu mendapat gugatan, baikdari kekuatan asing maupun kekuatan dalam negeri akibat kebutuhandan tuntutan publik yang tidak dapat dipenuhi. Untuk itu dapat

Page 20: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

18

dirumuskan tiga kesimpulan pokok yang mengarah pada perlunyareorientasi kebijakan pembangunan nasional, khususnya untukmeningkatkan kemandirian dan membebaskan diri kita dariketergantungan yang berlebihan pada modal dan bantuan (hutang)asing. Pertama, untuk menjamin kedaulatan negara dan kedaulatanrakyat, dibutuhkan perlindungan bagi seluruh kekayaan dalamberbagai bentuknya, baik itu yang merupakan sumber daya laut, hutan,air, produk hasil bumi, hingga sumber daya ~osial, kebudayaan, danintelektual. Proses administrasi dan registrasi atas kekayaan itumerupakan keharusan karena prosedur yang dituntut dalam berbagaikonvensi intemasional menyangkut proses registrasi suatu kekayaandalam rangka mendapatkan hak paten. Dalam tatanan dunia yangberubah, bangsa kita tampaknya harus membiasakan diri denganklaim atas suatu kekayaan, bukan atas dasar warisan yang bersifatgiven.

Kedua, dalam rangka menciptakan kemandirian, sudah saatnyadilakukan penggalian secara seksama sumber-sumber dan produkdalam negeri, baik berupa pengetahuan lokal maupun kearifan lokaldalam pengelolaan sumberdaya, ataupun produk lokal yang mampumendukung kebutuhan masyarakat. Dengan adanya kekuatan(pengetahuan, teknologi, sistem, dan produk) dari dalam yangdikembangkan secara sistematis, Indonesia akan menghemat biayadalam jumlah yang besar. Andaikan impor gandum, beras, jagung, dankacang dapat dihentikan maka pengembangan pertanian rakyat dapatdilakukan dengan lebih berkelanjutan. Demikian juga produkteknologi ramah lingkungan yang merupakan kearifan lokal .yangperlu diberdayakan atau dikembangkan agar bangsa kita lebih mandiridan mampu keluar dari kemelut dan perangkap rejim kapitalisme yangekspansif.

Ketiga, perluasan partisipasi masyarakat, baik dalam lapangankerja maupun untuk ikut serta dalam proses-proses sosial yang lebihluas. lnteraksi yang terbuka antara penyelenggara negara denganmasyarakat yang dipimpin memungkinkan dikembangkan iklimkebersamaan dalam formulasi kebijakan sehingga realitas kebijakandan kehidupan nyata lebih sempuma untuk mampu memberi dampakyang substansial bagi perubahan dan usaha peningkatan kesejahteraanbersama. Pembangunan bukan lagi bersifat top-down, melainkan

Page 21: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

19

bersifat horizontal yang menyangkut hubungan-hubungan yangsinergis dan kemitraan. Pembangunan bukan lagi harus berasal daribarat, melainkan dari masyarakat sehingga manusia itu sendiri yangbertindak sebagai pelaku.

Mengkonstruksi tipe pengetahuan lokal dan individu sebagaiagensi yang majemuk dan bukan tidak memiliki modal apapun. Setiapindividu hams diberlakukan sebagai "conservation personaf', yaknimanusia patut dilindungi karena masing-masing mereka memilikimodal positif dalam dirinya. Dengan kata lain, yang dikonservasi.tidak hanya hutan, daerah penghasil minyak dan energi, melainkanjuga manusia sebagai aktor utama dalam pembangunan. Negara dalamhal ini tidak lagi melihat manusia sebagai aktor yang dikenai proyekpembangunan, namun sebagai mitra yang bekerjasama untukmencapai tujuan-tujuan yang didetinisikan dan ditentukan bersamadengan prinsip co-creation.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, mewakili paraSesepuh dan Kolega, kurang dan lebih saya mohon maaf. Semoga kitasemua diberi hidayah di dalam membawa UGM menuju puncakkejayaan dan kemuliaan. .

Billahit taufiq wal hidayahWassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Page 22: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

20

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. "Dari Rakyat atau untuk Rakyat? Peminggiran SuaraOrang Kecil dalam Wacana Pembangunan", Wacana, Vol. 1,No.1, 1999.

Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2006.

"Pemberdayaan Masyarakat yang Lemah dan Tertinggal",dalam Tukiran et al. (ed.), Sumber Daya Manusia: TantanganMasa Depan. Pustaka Pelajar dan PSKK-UGM, Yogyakarta,2007.

Anwari WMK. UGM: Menuju Universitas Penelitian. LP3ES, Jakarta,2006.

Bagchi, Amiya Kumar. "The Past Development and The Future of theDevelopment State", Journal of World-System Research, Vol.XI, No.2.

Baiquni, M. dan Susilawardani. Pembangunan Yang Tidak Berkelan-jutan: Refleksi Kritis Pembangunan Indonesia. Trans MediaGlobal Wacana, Yogyakarta, 2002.

Baswir, Revrisond et al. Pembangunan Tanpa Perasaan: EvaluasiPemenuhan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Elsam, Jakarta,2003.

Budiman, Arief. "Stabilitas Politik dan Pertumbuhan Ekonomi",dalam INFID, Pembangunan di Indonesia: Memandang dariSisi Lain. Yayasan Obor Indonesia dan INFID, Jakarta, 1993.

Burt, Ronald S. "The Network Structure of Social Capital". Res-earchin Organizational Behavior, Vol 22, July, 2000.

Chambers, Robert. Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. LP3ES,Jakarta, 1987.

Damanik, M. Riza. "Perikanan Illegal sebagai Alat Keruk", MajalahForum Keadilan, No. 20, 3-9 September 2007.

Devi, AR. Hendaru dan F.A Hidayat, "Hak Kekayaan Intelektual:Siapa Bilang Dibajak Itu Enak?", Warta Ekonomi, 16 April2004.

Effendi, Sofian; Sjafri Sairin, M. Alwi Dahlan (ed.). MembangunMartabat Manusia Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pem-bangunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,1992.

Page 23: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

21

Fukuyama, Francis. Trust: Kebajikan Sosial dan PenciptaanKemakmuran. Qalam, Yogyakarta, 2002.

Gatra. "Bila Cendekiawan Betah di Rumah Orang", Edisi 48, 10Oktober 2003.

Hart, Gil et al. (ed.). Agrarian Transformations: Local Processes andthe State in Southeast Asia. University of California Press,Berkeley, 1989.

Human Development Report. Beyond Scarcity: Power, Poverty andthe Global WaterCrisis. UNDP, 2006.

Hobart, M. Anthropological Critique of Development: The Growth ofIgnorance. Routledge, London and New York,1993.

Kartasasmita, Ginanjar. Pembangunan untuk Rakyat,.CIDES, Jakarta,1996.

Kudhori. Neoliberalisme Menumpas Petani. Resist Book, Yogyakarta,2002.

Lendowski, Joseph D. "Explaining Social Poverty: HumanDevelopment and Social Capital", dalam HDCA ConferencePaper, 2006.

Majelis Guru Besar. "Revitalisasi Kebijakan Menuju IndustrialisasiPertanian yang Berkeadilan dan Berkelanjutan (RumusanEksekutif)". Majelis Guru Besar, Yogyakarta, 2006.

Marcuse, Herbert. Manusia Satu-Dimensi. Bentang Budaya,Yogyakarta, 2000.

Masyhuri. Revitalisasi Kebijakan Pembangunan Pertanian untukMensejahterakan Petani. Pidato Dies ke-57, Universitas GadjahMada, Yogyakarta, 2006.

Narayan, Deepa. Voices of the Poor: Can Everyone Hear Us? OxfordUniversity Press, New York, 2002.

Pitoyo, Agus Joko. "Pengangguran dan Kebijakan Penanganan",dalam Tukiran et al. (ed.), Sumber Daya Manusia: TantanganMasa Depan. Pustaka Pelajar dan PSKK-UGM, Yogyakarta,2007.

Rais, Jacub dan J.P. Tamtomo. "Blok Ambalat: Opini Publik yangMisleading?", Kompas, 11April 2005.

Sen, Amartya. "Capability and Well-Being", dalam M. Nussbaum danAmartya Sen (ed.), The Quality of Life. Clarendon Press,Oxford, 1993.

Page 24: REORIENTASI PEMBANGUNAN NASIONAL: Menuju Indonesia …€¦ · tidak mampunya kita menyelesaikan banyak sengketa di laut dan di darat. Dalam kasus Sipadan dan Ligitan, menurut Rais

22

Shore, C. dan Wright, S. Anthropology of Policy: CriticalPerspectives on Governance And Power. Routledge, NewYork,1997. .

Soedjatmoko. Pembangunan dan Kebebasan. LP3ES, Jakarta, 1980.Dimensi Manusia Dalam Pembangunan. LP3ES,

Jakarta, 1983."Ilmu-ilmu Kemanusiaan dan Masalah pembangunan",

dalam Masyarakat dan Kebudayaan, Penerbit Djambatan,Jakarta, 1988.

Suhardi. Perbaikan Lingkungan untuk Pengentasan Kemiskinan danKemandirian. Makalah Tidak Diterbitkan, 2006.

Tjokrowinoto, Moeljarto. Distorsi Reformasi: Suatu Kajian Kritisterhadap Proses Reformasi. Pidato Dies Natalis ke-54,Universitas Gadjah Mada, 2003.

Van de Ven, John. "Members Only: Time-Sharing Rice Fields andFood Security in a Sumatran Valley", dalam Benda-Beckmannet al. (ed.), Coping With Insecurity. Pustaka Pelajar & FocaalFoundation, Yogyakarta, 2000.