putusan mi atas pulau sipadan dan ligitan

14
Expert Commentary Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan Hikmahanto Juwana* Pengantar Penyelesaian sengketa dua kepulauan, Sipadan dan Ligitan, di International Court of Justice atau Mahkamah Internasional (MI) bagi Indonesia merupakan pengalaman pertama. Terlepas dari dikaiahkannya Indonesia sebagai pemilik dari Sipadan dan Ligitan, kasus int sangat inenarik. Pertama adanya konsep effectivites yang sangat menentukan dalam putusan yang dikeluarkan oleh ML Konsep effectiviies akan dijadikan acuan oleh banyak negara, bahkan oleh MI, dalam penyeiesaian sengketa wilayah. Kedua, kasus ini akan menjadi preseden bagi negara-negara difingkungan ASEAN untuk rnenyelesaikan sengketa wilayah yang mereka rniliki secara daniai. Pada tanggal 24 Juii 2003 Singapura dan Malaysia telah * Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 November 1965. Sebagai guru besar tennuda di UniversiJas Indonesia abad 21 (2001), beliau sangat cemerlang dalam meniti karirnya. Beliau raendapatkan gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (1987), Master of Laws dari Keio University, Jepang (1992) dan Doktor (Ph.D) dari University of Nottingham, UK (1997). Selain aktif mengajar di banyak insthusi pendidikan di berbagai daerah di Indonesia. Beliau juga berpartisipasi aktif dalam organisasi-organtsasi nasional maupun international. Sebagai pentbicara di berbagai forum dalam dan luar negeri, pendapat beliau seringkali dikutip oleh mass media yang ada baik cetak maupun elektronik. Beliau juga acapkati diminta sebagai Visiting Professor di universitas-universttas terkeniuka di luar negeri (National University of Singapore, University of South Carolina, University of Melbourne, dan Nagoya University) Volume I, Nomor /, Otoober 2003 \9

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Expert Commentary

Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Hikmahanto Juwana*

Pengantar

Penyelesaian sengketa dua kepulauan, Sipadan dan Ligitan, diInternational Court of Justice atau Mahkamah Internasional (MI)bagi Indonesia merupakan pengalaman pertama. Terlepas daridikaiahkannya Indonesia sebagai pemilik dari Sipadan dan Ligitan,kasus int sangat inenarik.

Pertama adanya konsep effectivites yang sangat menentukandalam putusan yang dikeluarkan oleh ML Konsep effectiviies akandijadikan acuan oleh banyak negara, bahkan oleh MI, dalampenyeiesaian sengketa wilayah. Kedua, kasus ini akan menjadipreseden bagi negara-negara difingkungan ASEAN untukrnenyelesaikan sengketa wilayah yang mereka rniliki secara daniai.Pada tanggal 24 Juii 2003 Singapura dan Malaysia telah

* Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 November 1965. Sebagai guru besartennuda di UniversiJas Indonesia abad 21 (2001), beliau sangat cemerlang dalam menitikarirnya. Beliau raendapatkan gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum UniversitasIndonesia (1987), Master of Laws dari Keio University, Jepang (1992) dan Doktor (Ph.D)dari University of Nottingham, UK (1997). Selain aktif mengajar di banyak insthusipendidikan di berbagai daerah di Indonesia. Beliau juga berpartisipasi aktif dalamorganisasi-organtsasi nasional maupun international. Sebagai pentbicara di berbagai forumdalam dan luar negeri, pendapat beliau seringkali dikutip oleh mass media yang ada baikcetak maupun elektronik. Beliau juga acapkati diminta sebagai Visiting Professor diuniversitas-universttas terkeniuka di luar negeri (National University of Singapore,University of South Carolina, University of Melbourne, dan Nagoya University)

Volume I, Nomor /, Otoober 2003 \9

Page 2: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Jitrnal Hufaim Internastonat

inemberitahukan ke Ml bahwa mereka menghendaki agar sengketawilayah kepulaun Pedra Branea/Pulau Batu Puteh diselesaikan olehMI.1 Ketiga, pengalaman berperkara di MI sangat penting bagiIndonesia mengingat hukum internasional sudah mulai mernbumidan menghiasi berbagai media massa. Pengalaman ini akan menjadipelajaran yang sangat berharga bagi generasi mendatang dalamberperkara di MI.

Komentar atas Putusan MI tentang Pulau Sipadan dan Ligitanakan dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama akan membahasduduk perkara dan proses persidangan. Bagian Kedua membahasargumentasi yang disarnpaikan oleh Indonesian dan Malaysia,termasuk sanggahan-sanggahannya. Bagian ketiga akan membahasputusan dan Ml. Komentar ini akan diakhiri dcngan beberapakesimpulan sebagai penutup.

Pemicu Sengketa dan Proses Persidangan

Pernicu sengketa wilayah ini terjadi pada tahun 1969 sewaktukedua negara mengadakan perundingan untuk menetapkan bataslandas kontinen. Pada saat itu terjadi perdebatan sehubungandengan kepernUikan Pulau Sipadan dan Ligitan. Untuk selanjutnyasengketa ini dicoba untuk diselesaikan ditingkat pernerintahankedua negara selarna bertahun-tahun. Namun upaya ini mengalamikegagalan. Pada tahun 1997 kedua pernerintahan akhirnya sepakatuntuk rnenyerahkan penentuan kedua wilayah kepada ML2

Secara prosedural penyelesaian melalui MI harus didahuluidengan kesepakatan negara yang bersengketa sebagaimana

1 Special Agreement sebagaimana diwajibkan bagi penyelesaian sengketa di MItetah ditandatangani oleh kedua negara pada tanggai 6 Februari 2003 di Putrajaya dantelah efektif berlaku scjak tanggai 9 Met 2003.

2 Keputusan ini diambil oleh kedua pemerintahan setelah mereka berpendapatpenyelesaian antar para pihak tanpa metibatkan pihak ketiga mengalami jalan buntuu

\0 Indonesian Journal of International Law

Page 3: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Expert Commentary

diatur daiam Pasal 36 ayat (!) Statuta MI.3 Untuk ini Indonesia danMalaysia telah mernbuat sebuah perjanjian yang diberi namaSpecial Agreement for Submission to the International Court ofJustice of the Dispute between Indonesia and Malaysia concerningSovereignty over Pulau Ligitan and Pulau Sipadan (SpecialAgreement).4 Da lam Pasal 2 Special Agreement disebutkan bahwaMI diminta untuk menentukan siapakah yang mernpunyaikedaulatan atas Pulau Ligitan dan Sipadan.5

Pada bulan November 1998 sengketa atas dua pulau ini ntulazdiperiksa oleh MI. Pada saat diperiksa, Fiiipina senipat melakukanintervensi rnengingat negara tersebut mempunyai klaim terhadapSabah sebagai wilayahnya. Daiam sengketa Sipadan dan Ligitan,Sabah digunakan oleh Malaysia sebagai sandaran wilayah daiammengklaim kedua pulau yang disengketakan.6 Hanya saja intervensiFiiipina ditolak oleh MI daiam putusannya pada tanggal 23 Oktober2001.7 Intervensi Fiiipina berakibat pada terhanibatnya prosespersidangan.

1 Pasal 36 ayat 1 Statuta Ml secara lengkap berbunyi sebagai berikut, "Thejurisdiction of the Court comprises ail cases which the parties refer to it and all mattersspecially provided for in the Charter of the United Nation or in treaties and conventions inforce"

4 Perjanjian ini dapat diakses di <http://www.icj-cij.org/icjwww/idocket/iinma/iinmqframe.htm.> Indonesia meratifikasi Special Agreement pada tangga] 4 Mei1998, seinentara Malaysia meraiifikasi pada tanggal 24 April 1998. Perjanjian inikemudian disampaikan oleh kedua negara ke MI pada tanggal 2 Nopember 1998.

5 Bunyi lengkap dari Pasal 2 adalah sebagai berikut, ~The Court is requested todetermine on the basis of the treaties, agreements and any other evidence furnished by theParties, whether sovereignty over Pulau Ligitan and Pulau Sipadan belongs to theRepublic of Indonesia or to Malaysia."

6 Argumentasi untuk mengintervensi oleh Fiiipina dapat diakses pada<http://www.icjcif.org/icjtvww/idocket/iinma/iinmaorcier/iinmaJapp[ication_200l93l3_Intervention. PDF>

7 Putusan dapat diakses pada http://mvw.icj-cif.org/ic/vnvw/idocket/iinma'iinmajudgment/ilNMAjjudgment_200ll023.PDF

Volume I, Nomor I. Oktober 2003 \

Page 4: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Jitrnal Httktim Intemasional

Dalam persidangan pernerintah kedua negara telah menyiapkansejumlah pengacara berkaliber internasional, disamping parapejabat kedua pemerintahan. Pengacara yang ditunjuk olehIndonesia adalah Alain Pellet seorang guru besar dari UniversitasParix X-Nanterres Alfred H.A. Soons seorang guru besar hukumintemasional publik dari Universitas Utrecht, Arthur Watts seorangpengacara dari Inggris, Rodman R. Bundy seorang pengacaraPerancis dan Loretta Malintoppi yang juga seorang pengacara dariPerancis. Sayangnya pernerintah Indonesia tidak menglkutsertakanpengacara dari Indonesia paling tidak untuk memberi kesempatanemas bagi proses pembelajaran di Ml. Pengacara dari pihakMalaysia adalah Elihu tauterpacht seorang guru besar hukurnintemasional dari Universitas Cambridge, Jean-Pierre Cot seorangguru besar emiritus dari Universitas Paris-!, James Crawfordseorang guru besar hukuin intemasional dari Universitas Cambridgedan Nico Schrijver seoarang guru besar hukum interenasional dariUniversitas Vrije,

Proses persidangan yang dilakukan dihadapan MI olehIndonesia dan Malaysia terbagi menjadi dua bagian utarna, yaitusesi Argumentasi Tertulis (Written Pleadings) dan ArgurnentasiLisan {Oral Pleadings).

Dalam Argumentasi Tertulis dibagi menjadi tiga tahapan, yaitupenyampaian dasar dari klairn yang disebut sebagai Memorial* AtasMemorial yang disampaikan, masing-masing negara diberikesempatan untuk menjawab dalam bentuk Counter Memorial.Counter Memorial yang disampaikan oleh masing-masing negarakernudian dijawab kembali dalam bentuk Reply.

Indonesia dan Malaysia rnenyarnpaikan Memorial rnereka padabulan Nopember 1999. Selanjutnya kedua negara menyarnpaikanCounter Memorial pada bulan Agustus 2000. Atas CounterMemorial yang disampaikan oleh masing-masing negara, masing-masing telah menanggapinya dalam Reply yang disampaikan ke MIpada bulan Maret 2001.

I 72 Indonesian Journal of International Law

Page 5: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Expert Commentary

Pada bulan Juni 2002, para pihak diberi kesempatan untukmenyampaikan Argumentasi Lisan mereka. Dan" pihak Indonesiahadir dan rnengawaii Argumentasi Lisan adalah Menteri LuarNegeri Hassan Wirajuda. Sementara dari pihak Malaysia diketuaioleh Tan Sri Abdul Kadir Mohamad yang merupakan Duta BesarKeliling (Ambassador at Large), Kementerian Luar Negeri.

Argumentasi Indonesia dan Malaysia

A. Dasar Argumentasi Indonesia

Indonesia mengklaim kedauiatan kedua pulau berdasarkanperjanjian yang pernah dibuat antara Inggris dan Belanda padatahun 1891 (Perjanjian I89I).9 Dalam Pasal IV Perjanjian 1891ditentukan bahwa,

"From 4° W north latitude on the east coast the boundary lineshall be continued eastward along that parallel, across theIsland ofSchinik: that portion of the island situated to the northof that parallel shall belong unreservedly to the British NorthBorneo Company, and the portion south of that parallel to theNetherlands. "I0

Berdasarkan ketentuan tni Indonesia berpcndirian bahwa PulauSipadan dan Ligitan masuk dalam wilayah Belanda, pada waktu itu,dan Indonesia kemudian mewarisinya. Dasar ini diuraikan secaraekstensif dalam Memorial Indonesia. Memorial yang disusun olehIndonesia terdiri dari 9 bab. Bab I merupakan pendahuluan, bab IImengulas tentang gambaran dari dua pulau yang disengketakan,sementara bab HI rnengemukakan tentang hubungan antar negara di

8 Lthat: Dokumen Written Pleadings oleh kedua negara pada <http://www.icj-cij.org/icjwufw/idocfcet/iinma/iirimafraine.htm>

9 Convention of 20 Jane 1891 between Great Britain and the Netherlands.

10 Pasal IV Convention of 20 June 189! between Great Britain and the Netherlands.

1 ' Argurnentasi tertulis terdiri dari Memorial dan Counter Memorial.

Volume I. Notnor t. Oktober2003 J73

Page 6: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Jurnat Hukum Internasional

wilayah yang disengketakan antara tahun 1824 hingga 1969. Dalambab IV diuraikan tentang situasi sebeium tahun 1891, kemudian babV membahas Perjanjian 1891, dan bab VI rnenyampaikan dalil-dalildimana Perjanjian 1891 dihormati oleh kedua negara. Pada bab VIIdiuraikan hubungan antara Inggris, Spanyol dan Amerika Serikat,bab VIII mernfokuskan pembahasan pada munculnya sengketa padatahun 1969 dan terkahir bab XI menguraikan ringkasan sengketadari perspektif Indonesia.

Argumentasi Indonesia dibangun dengan menggambarkanhubungan antar negara pada tahun 1824 hingga 1969.12 Bahkansecara khusus Memorial Indonesia membahas tentang situasisebeium dibuatnya Perjanjian 1891.13 Selanjutnya dalani MemorialIndonesia dibahas secara rinci seputar terjadinya Perjanjian 1891berikut pembahasan terhadap perjanjian tersebut.14 Hal Iain yangdidaliikan oleh pihak Indonesia adalah kenyataan bahwa Beiandakemudian Indonesia dan Inggris kemudian Malaysia sebeiummunculnya sengketa telah saling menghormati Perjanjian 1891.15

Misalnya pada tahun 1921 Beianda melakukan pengarnananterhadap bajak laut di sekitar perairan kedua kepulauan. Demikianpula Angkatan Laut Indonesia juga mengunjungi peratran Sipadanantara tahun 1965 dan 1968. Bahkan Indonesia memberikan konsesipada perusahaan minyak Jepang, Japan Petroleum Exploration Co.,Ltd. (JAPEX). Untuk lebih rneyakinkan rnajelis hakim, Indonesiamernaparkan interaksi antara Inggris, Spanyoi dan Amerika Serikatyang menegaskan bahwa Sipadan dan Ligitan adalah milik Beiandayang kemudian diwarisi oleh Indonesia.16 Indonesia jugarnemaparkan mengapa sengketa kepeinilikan Sipadan dan Ligitan

12 Lihat: bab 3 Memorial Indonesia.

13 Lihat: bab 4 Memorial Indonesia.

14 Lihat: bab 5 Memorial Indonesia.

15 Lihat: bab 6 Memorial Indonesia.

16 Lihat: bab 7 Memorial Indonesia

174 Indonesian Journal of International Law

Page 7: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Expert Commentary

terjadi padahal sengketa ini tidak muncul pada niasa kolonialBelandadan Inggris.17

B. Dasar Arguments si Malaysia

Sementara Malaysia mendasarkan klaim atas dua kepuiauanI o

berdasarkan tiga hal. Pertania hak atas kedua pulau tersebutdidasarkan pada beberapa transaksi (series of transcations) dariSultan Sulu hingga Inggris dan terakhir Malaysia.'9 Kedua,Malaysia mengklaim bahwa Inggris kemudian Malaysia telahmelakukan penguasaan damai secara berkesinambungan(continuoits peaceful possession} sejak tahun 1878. Bahkan,Belanda kemudian Indonesia telah lama menterlantarkan(inactivity} kedua pulau tersebut.21 Dalam hukum internasionalmernang hak atas wilayah dapat diperoieh oleh pihak ketiga apabilawilayah tersebut ditelantarkan untuk kurun waktu tertentu olehpemilik aslinya. Perolehan wilayah semacam ini disebut daluwarsaatau prescription.

Seianjutnya dalam Memorfalnya Malaysia mengargumen-tasikan bahwa Perjanjian 1891 tidak mendukung klaim Indonesia

*J^atas pulau Sipadan dan Ligitan. Hal ini karena Perjanjian 1891

17 Lihat: bab 8 Memorial Indonesia.

l8Argumentasi lisan Malaysia berapa Memorial dan Center Memorial dapat diaksesdi <http://www.icj^tj.org/icjvirttrw/idoclxt/iinma/iinmajrame.htm.>

19 Lihat: bab 5 Memorial Malaysia.

20 Lihat: faab 6 Memorial Malaysia.

21 Lihat: bafa 7 Memorial Malaysia

22 Oleh Starke disebutkan bahwa "Title by prescription is the result of the peaceableexercise of de facto sovereignty for a very long period over territory subject to thesovereignty of another, and this may be as the consequence of the imMemorial exercise ofsuch sovereignty or as the result of lengthy adverse possession only" Lihat: I A. Shearer,Starke's International Law, (London: Butterworth & Co. Ltd., 1994), 153.

Volume I, Nomor t, Oktober 2003 \5

Page 8: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Jurnal Hukum Internasionat

niengatur batas daratan di wilayah Borneo, tidak termasukkepulauan yang lepas dari pulau Borneo. Menurut Malaysia, justruPerjanjian 1891, dan berikutnya Perjanjian Dernarkasi 1915,24

menegaskan kepernilikan Malaysia atas kedua pulau.25 BahkanMalaysia mengargumentasikan bahwa bukti berupa peta justrurnendukung kedaulatan Malaysia atas kedua pulau.26

C. Jawaban Indonesia terhadap Argumentasi Malaysia

Indonesia rnelakukan bantahan terhadap argurnentasi tertulisMalaysia dalam dua bentuk, yaitu Coimter Memorial dan Replydalarn acara argumentasi tertulis.27 Selanjutnya perpektif Indonesiaditegaskan kembali dalam acara Argumentasi Lisan. 8

Dalarn Counter Memorial yang disarnpaikan, Indonesiarnematahkan argumentasi Malaysia dengan sejumlah datil. Pertama,ketidakbenaran klaim Malaysia atas dua pulau yang didasarkanpada akar kepemilikan (roots of title} dari kedua pulau.29 MenurutIndonesia Sultan Sulu tidak pernah memiliki kedua pulau. Pernilikdari kedua pulau adalah Sultan Bulungan.

Kedua, Indonesia rnendalilkan bahwa hak atas kepemilikandari British North Borneo Company (BNBC) sebenarnya tidak

23 Lihat: bab 8 Memorial Malaysia.

24 Perjanjian ini mempakan perjanjian yang ditandatangani oleh Belanda dan Inggrispada tanggal 28 September 1915. Dalatn lampiran perjanjian tersebut terdapat peta yangmengindikasikan garis perbatasan berhenn* pada sebelah tiniur pantai Sebatik,

25 Lihat: bab 9 Memorial Malaysia.

26 Lihat: bab 10 Memorial Malaysia.

27 Counter Memorial dilakukan oleh Indonesia dalam argumentasi tertulis padabulan Agustus 2000. Selanjutnya Jawaban Indonesia atas Counter Memorial Malaysiadilakukan pada bulan Maret 2001.

28 Dokumen argumentasi lisan Indonesia dapat diakses pada <http://www.icj-cij.org/icjwww/i(lacket/iiRma/iirinia/rame.ktm.>

29 Lihat: bab 111 Counter Memorial Indonesia.

176 Indonesian Journal of International Law

Page 9: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Expert Commentary

pernah ada30 Indonesia bersikukuh bahwa berdasarkan Perjanjian1891 kepemilikan atas kedua pulau berada pada Belanda.31 Bahkan,Spanyol dan Anierika Serikat tidak memiliki hak atas keduapulau.32 Terakhir, Indonesia berpendirian bahwa penguasaan danpelaksanaan adrninistrasi (possession and administration) olehMalaysia setelah tahun 1891 tidak memberi hak kepada Malaysiauntuk mernilikinya.33

Selanjutnya dalarn argumentasi lisan Indonesia, tindakansepihak Malaysia untuk menguasai secara nyata kedua pulautersebut dianggap sebagai tidak menghormati kewajiban untukbertindak dengan itJkad baik (a duty to act in good faith) karenamelanggar kesepakatan yang pernah dibuat. Kesepakatan ini adalahsebelurn adanya penentuan final tentang siapa yang berhak ataskedua pulau tersebut rnaka diberlakukan status quo.

D. Jawaban Malaysia terbadap Argumentasi Indonesia

Malaysia rnelakukan bantahan terhadap klaim Indonesia ataspulau Sipadan dan Ligitan dengan mengungkap sejumlah dalil.Dalam Counter Memorial yang disarnpaikan oleh Malaysiadiargumentasikan bahwa penggunaan Perjanjian 1891 sebagai dasarargumentasi Indonesia tidak berdasar/4 Selanjutnya Malaysiamengarguinentasikan apa yang sebenarnya terjadi dalani versiMalaysia sehubungan dengan kedua pulau tersebut berikut pi hakyang inenguasainya.35 Bahkan Malaysia mematahkan konsiruksi

30 Lihat: bab IV Counter Memorial Indonesia.

31 Lihat: bab V Counter Memorial Indonesia.

32 Lihat: bab VI Counter Memorial Indonesia,

33 Lihat: bab VII Counter Memorial Indonesia

34 Lihat: bab 2 Counter Memorial Malaysia.

35 Lihat: bab 3 Counter Memorial Malaysia

Volume I, Nomor I, Oktober 2003 \

Page 10: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Jumal Hukum fnternasional

sejarah yang dilakukan oleh Indonesia.36 Terakhir dalam CounterMemorial Malaysia diargumentasikan bahwa peta yangdisampaikan oleh Indonesia bukanlah peta yang sah karena masihterdapat peta-peta lainnya yang justru mendukung klainn kedaulatanMalaysia.37

Putusaa MI

Mahkamah Intemasional pada tanggal 17 Deseniber 2002dalani putusannya memberikan kedaulatan atas pulau Sipadan danLigitan kepada Malaysia (selanjutnya disebut "Putusan MI").38

MI sampai pada kestmpulan bahwa Malaysia sebagai pihakyang paling berhak atas kedua pulau berdasarkan tiga pertanyaanpokok yang dijadikan dasar bagi kiaim oleh kedua negara, Pertama,sebagaimana diargumentasikan oieh Indonesia secara habis-habisan, apakah Indonesia berhak atas kedua pulau tersebutberdasarkan perjanjian yang dibuat antara Belanda dan Inggris padatahun 1891? Kedua, sebagaimana diargumentasikan oleh Malaysiasecara panjang lebar, apakah Malaysia berhak atas kedua pulauberdasarkan pewarisan hak {chain of title)*! Terakhir, sebagaimanadiargumentasikan oleh Indonesia dan Malaysia, apakah penjajahmereka 'telah menunjukan keberadaannya sebagai penulik' yangditerminologikan dalam bahasa Perancis sebagai effecttvites. Dalanimengambil putusan, para hakim MI hanya melihat peristiwa yangterjadi sebelum tahun 1969, Dalam kata-kata Ml, "The Courtfarther observes that it cannot take into consideration acts havingtaken place after the date on which the dispute between the Parties

16 Lihat: bab 4 Counter Memorial Malaysia,

37 Lihat: bab 5 Counter Memorial Malaysia,

38 Teks lenj^ap atas putusan Ml tersedia di <http:/Avvrw.icj-cij.org/icjwww/idocket/iinma/iinmajudgment/immaJjttdgment_2QQ2l2l7.PDF> (terakhir dikunjungi 8Ofctober 2003)

Indonesian Journal of International Law

Page 11: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Expert Commentary

crystallized unless such acts are a normal continuation of prior acts«39

Kesimpulan MI atas pertanyaan pertama adalah Indonesia tidakberhak atas kedua pulau berdasarkan perjanjian 1891. Penafsirankata-kata dalam Pasal IV dan penafsiran perjanjian 1891 ke dalambentuk peta menurut MI tidak bisa dijadikan dasar pemberiankedaulatan.40 Demikian pula untuk pertanyaan kedua, MI sarnpaipada kesimpulan bahwa Malaysia-pun tidak berhak atas keduapulau yang disengketakan berdasarkan pewarisan tanpa gangguan(uniterrupted series of transfers of title) dari pemilik aslinya, SultanSulu.41

Jawaban atas pertanyaan ketiga-lah yang justru memberi hakkedaulatan kepada Malaysia. MI berpendapat bahwa Inggrissebagai penjajah Malaysia lebih melakukan effectivites ketirnbangBclanda sebagai penjajah Indonesia, bahkan Indonesia setelah iarnerdeka. Bukti yang disampaikan oleh Malaysia tentang adanyaeffectivites oleh Inggris ternyata men]ad i poin telak penentuankedauiatan.

MI dengan niengacu pada putusan Denmark nielawan Norwaydalam kasus Legal Status of Eastern Greenland nienentukan dua

39 ParagrafBS dari Putusan Ml.

40 Dalam Paragraf 52 Putusan MI disebutkan bahwa, "The Court accordinglyconcludes that the text of Article IV of the 1891 Convention, when read in context and inthe light of the Convention's object and purpose, cannot be interpreted as establishing anallocation line determining sovereignty over the islands out to sea, to the east of the islandofSebatik."

41 Dalam paragraf 124 Putusan Ml disebutkan bahwa, "In view of the foregoing, theCourt concludes that it cannot accept Malaysia's contention that there is an uninterruptedseries of transfers of title from the alleged original title-holder, the Sultan of Sulu, toMalaysia as the present one. It has not been established with certainty that Ligitan andSipadan belonged to the possessions of the Sultan of Sulu nor that any of the allegedsubsequent title-holders had a treaty-based title to these two islands. The Court cantherefore not find that Malaysia has inherited a treaty-based title from its predecessor, theUnited Kingdom of Great Britain and Northern Ireland. "

Volume I, Nomor I, Okto&er 2003 ] 79

Page 12: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

JurnalHukum Internasional

kriteria penting untuk menunjukan adanya effecttivUes?i Pertamaadalah adanya kehendak dan keniauan (the intention and mil to actas sovereign) untuk bertindak sebagai negara pada wilayah yangdisengketakan. Kedua adalah adanya tindakan nyata ataupelaksanaan kewenangan negara (some actual exercise or display ofsuch authority). Disarnping itu, yang juga diperhatikan adalah ada-tidaknya klaim yang lebih tinggi (superior claim) dari pihak lawandalam sengketa.

Menurut pendapat MI, Jnggris telah mernenuhi syarat pertamadengan adanya berbagai peraturan yang dikeluarkan, antara lainketentuan tentang pengambilan telur penyu dan ketentuan tentangcagar burung.43 Sebaliknya Indonesia dianggap ttdak tnernilikiklaim yang lebih tinggi. Justru dalam peta yang dilampirkan dalamUndang-undang No. 4 Tahun I960 yang incnentukan laut teritorialIndonesia, dua pulau yang disengketakan tidak dimasukkan (baca:diatur).44 Selanjutnya, MI nienganggap syarat kedua telah terpenuhioleh Inggris dengan adanya pembangunan mercusuar di pulauSipadan pada tahun 1962 dan di Ligitan pada tahun 1963.45 Bahkan,pembangunan mercusuar ini dilakukan tanpa ada protes dari pihakIndonesia.

Sementara argumentasi Indonesia bahwa Belanda telahmelakukan effectivites dengan menyampaikan bukti adanya patroliAngkatan Laut Belanda, adanya kapai-kapal Belanda yang berlayardi sekitar dua pulau, bahkan keberadaan kapal perusak Lynx pada

42 Paragraf 134 Putusan Ml.

43 Paragraf 143 Putusan Ml.

44 Paragraf 137 Putusan MI yang menyebutkan bahwa, "... the Court cannot ignorethe fact that Indonesian Act No. 4 of 8 February I960, which draws Indonesia'sarchipelagic baselines, and its accompanying map do not mention or indicate Ligitan andSipadan as relevant base points or turning points."

43 Paragraf 148 Putusan Ml.

Indonesian Journal, of International Law

Page 13: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Expert Commentary

tahun 1926 tidak dianggap memenuhi dua kriteria yangditentukan.46

Ternyata potn krusial dalam penentuan pernberian kedaulatankepada Malaysia terletak pada ada-tidaknya effectivites. Kalau sajaIndonesia mempunyai bukti tentang adanya peraturan dan tindakannyata Belanda di kedua pulau, bisa jadi kedudukan akan sama kuatdan akan sulit bagi hakim untuk mengambil putusan.

Arsip dan data dari ex-penierintahan koionial ternyata sangatsignifikan. Kalaupun ada titik lemah dalam perjuangan Indonesia diMI, hal tersebut terletak pada tidak didukungnya bukti berupa arsipatau data yang menunjukkan bahwa pernerintah Belanda pernahmenibuat peraturan atau melakukan kegiatan fisik di kedua puiau.Harus diakui tidak niudah untuk mencari bukti yang pernah adapuluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Bisa jadi banyak arsipyang musnah pada saat perang kemerdekaan.

Pen u tup

Bagi masyarakat kedua bangsa, penyelesaian sengketa duapulau ini mudah-mudahan tidak sekedar diHhat sebagai upaya untukmenentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Sehinggakalau kalah harus diperjuangkan sampai menang. Nilai penting daripenyelesaian dengan cara ini adalah sebagai upaya untukmenghindari terjadinya perang.47 Bahkan penyelesaian nielalui ICJ

46 Paragraf 139 Putusan Ml yang menyebutkan, "In the opinion of the Court, itcannot be deduced either from the report of the commanding officer of the Lynx or fromany other document presented by Indonesia in connection with Dutch or Indonesian navalsurveillance and patrol activities that the naval authorities concerned considered Ligitanand Sipadan and the surrounding waters to be under the sovereignty of the Netherlands orIndonesia. "

41 Dalam sejarah dunia, sengketa wilayah kerap berujung pada perang. Pada tahun1982, tentara Argentina melakukan invasi terhadap Kepulauan Falkland, dan pada hariberikutnya mengambil alih pulau Georgia Selatan, yang berada 800 mil dari kepulauanFalkland, dengan kekerasan. Argentina melakukan ini berdasarkan klaimnya mengenaikedaulatannya atas kepulauan Falkland. Kemudian Inggris mengirim tentaranya denganbantuan dari masyarakat Eropa dan Amerika Serikat untuk membebaskan kepualau

Volume I. Nomor I, Oktober 2003 \ ]

Page 14: Putusan MI atas Pulau Sipadan dan Ligitan

Jurnal Hukum Inlernasional

harus dianggap sebagai upaya rnengisolas! {isolate) sengketa antardua negara yang bersahabat sehingga tidak berdampak negatif padahubungan mereka secara keseluruhan. Politisi kedua negara harusmampu mengkoniunikasikan ini kepada masyarakat merekaniasing-masing. Para politisi tidak seharusnya terjebak danmemainkan sentimen nasionalisme sempit untuk tujuan-tujuantertentu.

Sudah sepatutnya penyelesaian sengketa antar Indonesia danMalaysia dilakukan secara damai mengingat hubungan merekadalam organ isasi Associations of Southeast Asian Nations(ASEAN).48 Bahkan penyelesaian damai dapat menentukan tingkatperadaban suatu masyarakat. Penyelesaian sengketa secara damaimernpunyai nilai peradaban yang lebih tinggi dibandingkanpenyelesaian dengan rnenggunakan kekerasan.

Falkland dan pulau Georgia Selatan. Pada 25 April 1932, tentara Inggris dapat menguasaikembali pulau Georgia Selatan. Setelah usaha diplotnasi gagal, Inggris mengirimtentaranya untuk menyerang Kepulauan Falkland dan inemaksa tentara Argentinamenyerah pada 14 Juni 1982

4S Semangat ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda pada saatpenibukaan arguinentasi iisan dengan kata-kata, "..., // is encouraging that two ASEANcountries have shown their confidence in the Court as a fair and impartial arbiter ofdisputes as well- Tfiis reflects a growing maturity in the relations among countries in theregion and in their efforts to promote a regional order, peace and stability throughabiding respect for justice and the rule of law as stipulated in the ASEAN Declaration of1967. It is indeed within the spirit of the Declaration of ASEAN Concord of 1967, thatASEAN countries commit themselves to settle disputes peacefully" Lihat : VerbatimRecord Public Sitting of the International Court of Justice pada tanggal 3 Juni 2002diakses di <http://www.icj-cij.org/icjwwv/idocket/iinma/iinmaframe.ktm> pada tanggal 29Juni 2002,

| g2 Indonesian Journal of International Law