reologi
DESCRIPTION
farfisTRANSCRIPT
FARMASI FISIKA II
“REOLOGI SEDIAAN FARMASI”
Nama : Nanin Ulfah
NIM : 3311131003
Kelas : Farmasi A
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusun juga panjatkan kehadiran Allah SWT,
karena hanya dengan kerido’an-Nya karya tulis ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak, makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi
perbaikan-perbaikan lebih lanjut.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membutuhkan.
Cimahi, Desember 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Reologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan
deformasi zat padat. Reologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas
(kekentalan) merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir; semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir.
Reologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan kedalam
wadah, pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai dengan penuangan dari
botol, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari suatu jarum suntik. Rheology
dari suatu produk tertentu yang dapat berkisar dalam konsistensi dari bentuk cair
ke semisolid sampai kepadatan, dapat mempengaruhi penerimaan bagi pasien,
stabilitas fisika, dan bahkan bioavailbility.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip reologi diaplikasikan dalam
pembuatan krim, suspensi,emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain.
Selain itu, prinsip reologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan
farmasi (dosage form) sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch.
Kualitas formulasi sediaan farmasi perlu ditingkatkan untuk mendukung
kinerja sediaan yang baik. Salah satu dasar yang harus ada dalam ilmu formulasi
sediaan farmasi adalah tentang reologi atau sifat alir cairan. Dengan mengetahui
karakteristik suatu zat yang akan digunakan dalam formulasi sediaan farmasi dan
menentukan tipe alirnya, maka kita akan lebih mudah dalam melakukan formulasi
suatu sediaan sehingga diharapkan akan menghasilkan sediaan yang aman dan
berkualitas secara terapeutik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan reologi?
b. Apa saja jenis – jenis aliran bahan?
c. Bagaimana penerapan reologi dalam sediaan farmasi?
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
a. Mengerti dan memahami mengenai reologi
b. Mengetahui jenis aliran pada reologi
c. Mengetahui peranan reologi dalam berbagai sediaan farmasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran cairan dan
deformasi. Ahli fisiologi menggunakan ilmu ini untuk memperediksi sirkulasi
darah. Para dokter menggunakan untuk menentukan aliran larutan injksi,
sedangkan untuk ahli farmasi menggunkannya untuk menentukan aliran emulsi,
suspensi dan salep (Rachmat, 2006).
Penyelidikan viskositas dari cairan sejati, larutan, dan sistem koloid baik
yang encer maupun yang kental jauh lebih bersifat praktis daripada bernilai
teoritis. Scott-Blair mengenali pentingnya reologi dalam farmasi dan
menyarankan penerapannya dalam formulasi dan analisis dari produk farmasi.
Reologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan ke dalam wadah,
pemindahan sebelum digunakan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari suatu
jarum suntik. Sifat-sifat reologi dari sistem farmasetik dapat mempengaruhi
pemilihan alat yang akan digunakan untuk memproses suatu produk (Martin,
1993).
Viskometer dalam bentuk silinder konsentris yang berotasi juga
digunakan untuk pengukuran viskositas. Tenaga putar pada silinder dalam
monitor di saat silinder luas dirotasikan. “Viskometer drum Berotasi” ini
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis Ostwald yaitu: Gradien geser
antara kedua silinder ini lebih sederhana daripada dalam pipa kapile (Atkins,
1997).
Secara umum terdapat dua jenis sifat aliran bahan, yaitu newton dan non-
newton. Sifat aliran dari bahan cair dapat digambarkan dengan diagram (kurva)
aliran. Kurva ini merupakan plot antara gaya geser (shear stress) dengan laju
geser (shear rate). Dimana viskositas merupakan rasio dari gaya geser dengan laju
geser pada semua titik sepanjang kurva. Pada kurva cairan newton rasio dari gaya
geser dengan laju geser pada semua titik nilainya konstan, dan disebut viskositas
tunggal (µ). Jika aliran tidak linier digunakan simbol viskositas nyata (µapp), yang
merupakan slope dari garis yang menghubungkan sebuah titik pada kurva dengan
titik asal (0,0). Fluida non-newton merupakan fluida yang memiliki kurva aliran
(shear stress versus shear rate) tidak linier, dimana viskositas nyata (µapp) tidak
konstan pada suhu dan tekanan yang diberikan tetapi bergantung pada kondisi
aliran seperti geometri aliran, shear rate, dan lain-lain, dan terkadang juga
dipengaruhi oleh histori kinematik elemen fluida yang diuji (Martin, 1993).
Cairan yang mengikuti hukum Newton, viskositasnya tetap pada suhu
dan tekanan tertentu dan tidak tergantung kepada kecepatan geser. Oleh karena
itu, viskositanya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser. Apabila
digambarkan antara kecepatan geser terhadap tekanan geser, maka diperoleh
grafik garis lurus melalui titik nol. Contoh cairan Newton adalah minyak jarak,
kloroform, gliserin, minyak zaitun dan air (Tim Penyusun, 2009).
Reologi adalah kajian tentang perubahan bentuk dan rambatan bahan
yang disebabkan oleh aplikasi gaya-gaya dengan memasukkan faktor waktu.
Pokok bahasan utamanya berkaitan dengan hubungan-hubungan antara tekanan
dan perubahan bentuk, fenomena rambatan dan pengurangan tekanan (stress-
relaxation), dan kajian tentang viskositas. Sebagai tambahan dari sifat-sifat
reologis bahan, ada beberapa sifat mekanis lain berkaitan dengan pergerakan
bahan akibat aplikasi gaya-gaya. Sifat-sifat tersebut adalah koefisien geser (drag
coefficient), kecepatan (terminal velocity), koefisien gesek (friction coefficient),
sifat aliran bahan lepas (flow characteristic), dll (Ansel, 1989).
Ahli farmasi kemungkinan besar lebih sering menghadapi cairan non
newton dibanding dengan cairan biasa. Oleh karena itu mereka harus
mempengaruhi metode yang sesuai untuk mempelajari zat-zat kompleks ini. Non
newtonian Bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran newton :
dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair,
salep dan produk-produk serupa masuk kelas ini. Jika bahan-bahan non newton
dianalisis dalam suatu viskometer putar dan hasilnya diplot diperoleh berbagai
kurva konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran yakni plastis,
pseuodoplastis dan dilatan (Martin, 1993).
Secara umum cairan digolongkan dalam cairan newton dan non-newton,
tergantung pada hubungan antara shear rate dan tekanan yang diterapkan. Gaya
shear ditimbulkan oleh interaksi secara cairan yang bergerak dan permukaan
dimana cairan itu mengalir selama pencampuran. Shear rate dapat didefinisikan
sebagai turunan dari kecepatan sesuai jarak yang diukur terhadap arah aliran.
Viskositas dinamis adalah perbandingan antara shear stress terhadap shear rate.
Untuk cairan Newton shear rate sebanding dengan tekanan yang diberikan , dan
cairan demikian mempunyai viskositas dinamis yang tidak tergantung dari laju
aliran. Sebaliknya cairan non-Newton menghasilkan viskositas dinamis nyata
yang merupakan fungsi dari shear stress ( Lachaman, 1989).
Sifat aliran dan sifat pencampuran dari cairan diatur oleh tiga hukum atau
dasar-dasar utama, yaitu : konservasi massa, konservasi ketetapan energy, dan
hukum-hukum klasik dari gerakan. Mekanisme Pencampuran cairan secara
esensial masuk ke dalam enam kategori :
a. Transpor bulk. Gerakan sejumlah bahan yang relatif banyak yang
dicampur dari satu tempat ke tempat lain dalam suatu sistem merupakan
transport bulk. Sirkulasi sederhana dari bahan dalam mikser tidak perlu
menghasilkan pencampuran yang efisien. Supaya efektif, transport bulk
harus menghasilkan penyusunan kembali atau pertukaran dari berbagai
bagian bahan yang akan dicampur.
b. Pencampuran Turbulen. Gejala pencampuran turbulen merupakan akibat
langsung dari aliran cairan turbulen yang ditandai oleh turun naiknya
kecepatan cairan secara acak pada tiap-tiap kenaikan titik pada sistem.
Umumnya dengan turbulensi, cairan mempunyai kecepatan sesaat yang
berlainan pada tempat-tempat yang berbeda pada saat yang sama .
c. Pencampuran Laminer. Garis lurus atau aliran laminar sering terjadi jika
cairan yang sangat kental diproses. Hal itu juga terjadi jika pengadukan
relatif tembus, dan dapat berada berdampingan dengan permukaan
stasioner pada bejana di mana aliran adalah turbulen secara predominan.
Jika dua cairan yang tidak sama dicampur melalui aliran laminar, shear
yang timbul dapat meregangkan antarpermukaan diantara keduanya.
d. Difusi molekuler. Mekanisme paling bertanggung jawab dalam
pencampuran sampai tingkat molekuler adalah difusi yang disebabkan
gerakan termal molekul-molekul. Jika itu terjadi bersamaan dengan aliran
laminar, difusi molekuler cenderung mengurangi diskontinuitas yang
tajam pada antarpermukaan di antara lapisan lapisan cairan, dan jika
dibiarkan berlanjut untuk waktu yang cukup, menghasilkan pencampuran
sempurna. Penurunan konsentrasi pada perbatasan semula merupakan
fungsi penurunan waktu, mendekati nol jika pencampuran mendekati
selesai.
e. Skala dan intensitsas pemisahan . Kualitas campuran harus diuji secara
teliti atas dasar beberapa ukuran dari distribusi acak komponen–
komponennya. Transpor bulk, aliran turbulen dan aliran laminar semuanya
berakibat pada pemisahan dari “gumpalan-gumpalan” cairan-cairan yang
akan dicampur. Masing-masing gumpalan menahan suatu komposisi
internal yang konstan dan merata. Ini dapat diubah hanya jika difusi
molekuler dalam hal cairan dan gas, atau gerakan antarpartikel dalam hal
serbuk, cenderung menghilangkan penurunan konsentrasi antara
gumpalan-gumpalan yang berdekatan.
f. Ketergantungan waktu. Pada hal–hal tertentu, mekanisme yang aktif
mengadakan pencampuran akan tergantung pada waktu dalam kepentingan
relatifnya selama proses pencampuran berlangsung ( Lachaman,
1989).
Sama halnya dalam gas, dalam cairan pun dapat terjadi aliran. Di dalam
gas, aliran itu terjadi dengan sempurna karena interaksi antar molekul kecil sekali
bahkan sama dengan nol. Namun dalam cairan tidak mungkin terdapat aliran yang
sempurna seperti dalam gas. Hal ini karena interaksi antar molekul dalam cairan
tidak mungkin sama dengan nol. Bila di dalam aliran itu diambil dua titik yang
segaris dalam arah yang sama dengan arah aliran, maka akan terdapat dua
kemungkinan macam aliran.
a. Bila arah dan besar aliran tidak berubah hingga terjadi keseimbangan
aliran, maka aliran itu disebut “steram line”. Dalam aliran “stream line”
tidak terjadi gerakan aliran partikel yang melintang.
b. Bila arah dan besar aliran tidak sama, maka di dalam aliran itu terjadi
(turbulensi) Pada aliran “stream line” debit di setiap penampang di
sepanjang aliran itu tidak berubah. Sifat ini dipergunakan Bernoulli untuk
mempelajari aliran cairan (Suyono, 1988).
Karakteristik suatu cairan dijelaskan dengan mematuhi Hukum Newton,
yang mana disebut Newtonian. Bagaimanapun, kebanyakan cairan dalam bidang
farmasi tidak mengikuti hukum ini sebagai viskositas cairan yang memiliki variasi
dengan rate of shear.Alasan ini digunakan karena cairan yang digunakan
bukanlah cairan yang sederhana seperti air dan sirup, tetapi dispersi sistem koloid
termasuk emulsi gel dan suspensi.
BAB III
ISI
3.1 PENGERTIAN REOLOGI
Reologi berasal dari bahasa Yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu).
Digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk
menggunakan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Reologi mempelajari
hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser
(shearing rate) pada cairan, atau hubungan antara strain dan stress pada benda
padat.
Reologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi
pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh
(bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju
absorbsi obat dalam tubuh.
Sifat-sifat reologi dari sistem farmasetika dapat mempengaruhi pemilihan
alat yang akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya.
Lebih-lebih lagi tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat
diperolehnya hasil yang tidak diinginkan. Aspek ini dan banyak lagi aspek-aspek
reologi yang diterapkan dibidang farmasi.
Kegunaan mempelajari reologi dalam kestabilan obat adalah :
1. Dalam pencampuran dan aliran bahan-bahan
2. Pengemasan bahan tersebut ke dalam wadah serta pengeluarannya saat
akan dipakai
3. Memberi pengaruh terhadap daya terima pasien yaitu seperti dalam hal
kenyamanan pasien tersebut yang lebih menyenangi dalam penggunaan
bentuk sediaan, misalnya pasien lebih nyaman menggunakan lotion dari
pada salep
4. Kestabilan fisis
5. Ketersediaan hayati (biological avaibility)
6. Pemilihan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan (produksi)
Pengukuran reologi digunakan untuk mengkarakterisasi kemudahan
penuangan dari botol, penekanan atau pemencetan dari suatu tube untuk wadah
lain yang dapat berubah bentuk, pemeliharaan bentuk produk dalam suatu bejana
atau sesudah pengeluaran, penggosokan bentuk produk di atas atau ke dalam kulit,
dan bahkan pemompaan produk dari pencampuran dan penyimpanan ke alat
pengisian (filling) . Yang terpenting adalah sifat isi dan aliran yang dikehendaki
tahan untuk self-life yang diisyaratkan bagi produk tersebut.
Shearing stress (F) : adalah gaya per satuan luas yang menciptakan perubahan
bentuk. Dua bidang sejajar berjarak x; antara bidang-bidang tersebut, isi kental
dibatasi. Puncak, bidang A, bergerak secara horizontal dengan kecepatan v karena
aksi dengan gaya F. Bidang B yang lebih bawah tidak bergerak. Akibatnya ada
suatu perubahan kecepatan v/x antara bidang-bidang tersebut. Perubahan ini
didefinisikan sebagai rate of shear (G).
3. 2 PENGGOLONGAN TIPE ALIRAN
1. Sistem Newton
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari
cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas suatu
cairan, akan makin besar pula gaya persatuan luas (shearing stress) yang
diperlukan untuk menghasilkan rate of shear tertentu, rate of shear harus
berbanding lurus dengan shearing stress . adalah koefisien viskositas atau
viskositas. Satuan viskositas adalah poise, didefinisikan sebagai gaya geser yang
diperlukan agar menghasilkan kecepatan 1 cm/detik di antara dua bidang sejajar
cairan yang masing-masing luasnya 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm.
S=¿G
Istilah fluiditas (f) didefinisikan sebagai kebalikan dari viskositas
∅= 1❑
Viskositas kinematik (), adalah viskositas mutlak seperti didefiniskan di
atas di bagi oleh kerapatan cairan. Satuan viskositas kinematik adalah stoke (s)
dan centistoke (cs)
Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya cairan yang
bersifat ideal adalah pelarut, campuran pelarut, dan larutan sejati. Shearing stress
(S) atau gaya yang diperlukan per satuan luas berbanding lurus dengan kecepatan
aliran yang dihasilkan atau Rate of Shear (G). contohnya adalah gliserol
Gambar Kurva aliran Newton
2. Sistem Non Newton
Hampir seluruh sistem disperse termasuk sediaan-sediaan farmasi yang
berbentuk emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum
newton (Non Newtonian Bodies).
Gambar Bagan macam-macam aliran non-Newton
A. Aliran Plastis
A
Gambar Kurva aliran non-Newton plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu
shearing stress pada suatu titik tertentu dikenal sebagai harga yield. Yield value
adalah harga yang harus dipenuhi agar cairan mulai mengalir, sebelum yield value
zat bertindak sebagai bahan elastis setelah yield value siatem mengalir sesuai
dengan sistem newton dimana shearing stress berbanding dengan rate of shear.
Adanya Yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang
berdekatan (disebabkan oleh gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum
aliran dapat terjadi. Sekali yield value terlampaui, tiap kenaikan shearing stress
selanjutnya mengakibatkan kenaikan yang berbanding langsung pada rate of
shear. Pada umumnya plastis menyerupai sistem Newton pada shear stress di atas
yield value
B. Aliran Pseudoplastis
Kurva tidak linier dan tidak ada yield value (melengkung).Viskositas
menurun dengan meningkatnya rate of share. Terjadi pada molekul berantai
panjang seperti polimer-polimer termasuk gom, tragakan, Na-alginat, metil
: yield value S = G Rate of share
selulosa, karboksimetilselulosa. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan
pseudoplastis disebabkan karena kerja shearing terhadap molekul-molekul yang
secara normal tidak beraturan mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah
aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dalam dari bahan tersebut dan
mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress
berikutnya. Jadi meningkatnya shearing stress menyebabkan keteraturan polimer
sehingga mengurang tahanan dan lebih meningkatkan rate of share pada shearing
stress berikutnya
Gambar kurva aliran non-Newton pseudoplastis
Kurva tidak linier dan tidak ada yield value (melengkung).Viskositas
menurun dengan meningkatnya rate of share. Terjadi pada molekul berantai
panjang seperti polimer-polimer termasuk gom, tragakan, Na-alginat, metil
selulosa, karboksimetilselulosa. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan
pseudoplastis disebabkan karena kerja shearing terhadap molekul-molekul yang
secara normal tidak beraturan mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah
aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dalam dari bahan tersebut dan
mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress
S = G Rate of share
berikutnya. Jadi meningkatnya shearing stress menyebabkan keteraturan polimer
sehingga mengurang tahanan dan lebih meningkatkan rate of share pada shearing
stress berikutnya
Sistem pseudoplastis disebut pula sebagai sistem geser encer ( shear-
thinning) karena dengan menaikkan tekanan geser viskositas menjadi turun.
Contoh klasik adalah kecap atau saus tomat yang untuk mengeluarkannya dari
botol harus mengocoknya kuat-kuat.
C. Aliran Dilatan
Gambar kurva aliran non-Newton dilatan
Sistem aliran dilatan disebut juga sebagai system geser kental (shear-
thickening system). Istilah dilatan dikaitkan dengan meningkatnya volume .
Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat aliran dilatan dimiliki oleh suspensi yang
berkonsentrasi tinggi (>50%) dari partikel yang terdeflokulasi, contohnya adalah
pencampuran veegum dan CMC. Viskositas meningkat dengan bertambahnya
rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan kembali ke keadaan
fluiditas aslinya.
Mekanisme sistem aliran dilatan :
Pada saat istirahat, partikel-partikel tersebut tersusun rapat dengan volume
antar partikel atau volume “void” (kosong) minimum. Tetapi jumlah pembawa
dalam suspensi tersebut cukup untuk mengisi volume ini dan menyebabkan
partikel-partikel bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear
rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari sistem tersebut mengembang
atau memuai. Partikel-partikel tersebut, dalam usahanya untuk bergerak lebih
cepat satu melampaui lainnya, mengambil bentuk kemasan terbuka. Susunan
tersebut mengakibatkan meningkatnya volume void (kosong) di antara partikel.
Jumlah pembawa yang tinggal adalah tetap ( konstan) dan pada beberapa titik
menjadi tidak cukup untuk mengisi ruang-ruang kosong antar partikel menjadi
lebih besar. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel
tidak terbasahi atau dilumasi secara sempurna lagi oleh pembawa tersebut,
sehingga suspensi akan seperti pasta yang kaku. Bahan-bahan dilatan bisa menjadi
padat pada kondisi shear yang tinggi, dengan demikian dapat merusak alat pada
proses pembuatan.
D. Aliran Tiksotropi
Gambar kurva aliran non-Newton tiksotropi
Pada sistem non newton (plastis dan pseudoplastis), kurva menurun
seringkali disebelah kiri dari kurva yang menaik yang menunjukan bahan tersebut
mempunyai konsistensi lebih rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva
yang menurun dibandingkan pada kurva yang menaik. Ini menunjukkan adanya
pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress
tersebut dihilangkan atau dikurangi. Gejala ini disebut tiksotropi. Tiksotropi
adalah suatu pemulihan yang isotherm dan lambat pada pendiaman suatu bahan
yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Tiksotropi hanya dapat
diterapkan untuk shear-thinning system. Tiksotropi terjadi karena proses
pemulihan yang lambat dari konsistensi Gel-Sol-Gel (proses pertama
berlangsung cepat sedangkan proses kedua berlangsung lebih lambat).Contohnya :
magma magnesia
E. Aliran Antitiksotropi
Gambar kurva aliran non-Newton antitiksotropi
Anti Tiksotropi ditunjukkan dengan kurva menurun berada di kanan kurva
menaik (konsistensinya meningkat) .
F. Rheopeksi
Gambar kurva aliran non-Newton rheopeksi
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel
lebih cepat jika diaduk perlahan-lahan atau kalau di share daripada jika dibiarkan
membentuk gel tersebut tanpa pengadukan.
Pada tipe pseudoplastis dan plastis, kecepatan pemadatan sol tiksotropi
melalui gerakan kuat dan teratur disebut rheopeksi. Pada tipe dilatan disebut
antirheopeksi yaitu penurunan konsistensi akibat geseran pada saat didiamkan.
Salah satu cara menentukan sifat alir adalah dengan viscometer stormer
yang prinsipnya adalah perputaran rotor yang merupakan aplikasi kecepatan geser
dan penambahan beban aplikasi dari gaya gesek. Semakin berat beban yang
digunakan, maka kecepatan perputaran rotor akan semakin cepat karena ada
energi yang ditambahkan. Gesekan antara rotor dengan senyawa yang diuji akan
meningkatkan suhu. Suhu yang meningkat menyebabkan ikatan antar partikel
renggang sehingga viskositas menurun dan kecepatan mengalir menaik. Setelah
itu ditentukan waktu yang digunakan rotor untuk memutar sebanyak 25 kali.
Pemutaran 25 kali telah mewakili tipe dari sifat alir tersebut.
Sifat-sifat yang dapat mempengaruhi sifat alir suatu zat meliputi :
1. Suhu : kenaikan suhu akan menyebabkan gerak antar partikel merenggang,
sehingga viskositas akan menurun dan waktu alir akan semakin cepat
karena zat semakin mudah mengalir.
2. Viskositas : semakin tinggi viskositas menyebabkan tahanannya akan
semakin besar sehingga zat tersebut makin sulit mengalir dan sebaliknya.
Viskositas berbanding terbalik dengan sifat alir
3. Kerapatan : semakin tinggi kerapatan suatu zat, jarak antar partikel akan
semakin sempit, viskositas semakin besar dan zat semakin sulit untuk
mengalir. Sifat alir berbanding terbalik dengan kerapatan.
4. Konsentrasi : semakin tinggi konsentrasi suatu zat, maka jumlah partikel
semakin banyak sehingga viskositas semakin tinggi dan zat semakin sulit
mengalir. Sifat alir berbanding terbalik dengan konsentrasi.
Kegunaan reologi dalam formulasi :
1. Untuk sediaan farmasi cair tipe aliran yang diinginkan adalah tiksotropik
2. Mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah (mencegah pengendapan)
3. Akan menjadi cair bila dikocok dan mudah untuk dituang
Aplikasi di bidang produk sabun pembersih wajah, susu kedelai
(Glycine soja Sieb. & Zucc) diketahui mengandung bahan yang berfungsi sebagai
humektan karena kandingan alanin, glisin, prolin, serin, dan asam amino lainnya.
Selain itu susu kedelai juga memiliki fungsi emolien karena kandungan asam
oleat, linoleat, linolenat, arakhidonat, dan asam lemak lainnya. dalam penelitian
ini akan diformulasi sediaan sabun cair wajah mengandung 15% susu kedelai
yang berfungsi sebagai emolien dan humektan untuk menjaga agar kulit tetap
bersih, lembut, dan lembab, serta mencegah kekeringan kulit. Dalam pembuatan
sabun, bahan utamanya adalah surfaktan dari golongan anionic yang berfungsi
sebagai pembersih. Selain itu, ditambahkan pula surfaktan amfoter atau nonionic
untuk mengurangi iritasi yang disebabkan dari surfaktan anionic. Salah satu
surfaktan anionic yang digunakan adalah Lauret-7-sitrat yang merupakan jenis
surfaktan lunak. Surfaktan ini juga memiliki keunggulan karena fungsinya sebagai
pelembab sehingga mencegah kulit wajah menjadi kering. Lauret-7-sitrat juga
dapat berfungsi sebagai peningkat busa, yang dengan penambahan susu kedelai
sifat membusa dari surfaktan yang ada dalam formula standar menjadi berkurang.
Penggunaan surfaktan Lauret-7-sitrat akan divariasi dengan konsentrasi
1%;2%;3% (0% Lauret-7-sulfat sebagai kontrol), agar didapat busa yang semakin
meningkat dan stabil serta tidak mengiritasi kulit, karena akan dikombinasi
dengan natrium lauret sulfat dari surfaktan anionic, dan juga digunakan kokamid
DEA sebagai surfaktan nonionic untuk mengurangi iritasi yang ditimbulkan oleh
surfaktan anionic. Bahan tambahan lain adalah hidroksipropil metil selulosa
(HPMC) sebagai pengental, BHA sebagai antioksidan, dinatrium EDTA sebagai
pengkelat, serta 5-bromo-5-nitro-1,3-dioksan sebagai pengawet.
Dalam pembuatan sediaan sabun cair wajah, salah satu evaluasi dalam
pembuatan sediaan sabun adalah evaluasi viskositas dan sifat alir. Viskositas
diukur menggunakan viscometer Brookfield tipe LV dengan mengamati angka
pada skala viscometer dengan kecepatan tertentu pada suhu kamar. Sediaan
dimasukkan ke dalam wajah berupa gelas piala dan spindle yang sesuai sampai
batas yang ditentukan, lalu diputar dengan kecepatan tertentu sampai jarum merah
viscometer menunjuk pada skala yang konstan. Sifat alir diukur dengan mengubah
kecepatan viscometer sehingga didapat viskositas pada berbagai kecepatan geser
(rpm). Sufat alir dapat diketahui dengan cara membuat kurva hubungan antara
kecepatan geser(rpm) dengan gaya (dyne/cm3) sesuai dengan data yang diperoleh.
Hasil evaluasinya adalah pengukuran viskositas pada sediaan sabun cair wajah
Formula I sampai IV menunjukkan bahwa sediaan sabun cair wajah formula IV
yaitu konsentrasi Laurat-7-sitrat sebesar 3% mempunyai viskositas yang paling
tinggi dan formula I yang memiliki konsentrasi Laurat-7-sitrat sebesar 1%
terendah, sehingga dapat dinyatakan bahwa dengan bertambahnya konsentrasi
lauret-7-sitrat menungkat pula viskositasnya. Hal ini disebabkan karena lauret-7-
sitrat merupakan surfaktan yang berfungsi sebagai peningkat viskositas.
Penyimpanan pada suhu lebih tinggi dapat menyebabkan terjadinya
pemutusan rantai polimer sehingga kedudukan molekul-molekul menjadi
renggang, akibatnya viskositasnya turun. Hal ini sesuai dengan hukum Arrhenius,
bahwa semua sediaan yang disimpan selama periode waktu tertentu pada suhu
yang lebih tinggi dari suhu kamar akan mengalami penurunan viskositas.Dapat
disimpulkan bahwa semua formula yang disimpan pada suhu 25˚C dan 40˚C
mempunyai sifat alir pseudoplastis dengan viskositas 9050-18420 cPs,
memberikan kekentalan yang membuat sediaan tersebyt mudah untuk dituang.
3.2 PENERAPAN REOLOGI DALAM DUNIA FARMASI
1. Sifat Reologi Dalam Suspensi
Viskositas dari suatu suspensi dapat mempengaruhi pengendapan dari
partikel - partikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi
bila wadahnya dikocok dan bila produk tersebut dituang dari botol dan kualitas
penyebaran dari cairan (lotio) bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang
akan diobati. Pertimbangan reologi juga penting dalam pembuatan suspensi.
Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada penyimpanan adalah
lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang tersuspensi. Gaya ini diabaikan
dan bisa dibuang. Tetapi jika wadah dikocok dan produk dituang dari botol
terdapat laju shearing yang tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus mempunyai
viskositas yang tinggi pada shear yang dapat diabaikan yakni selama
penyimpanan dan zat pensuspensi itu harus mempunyai viskositas yang rendah
pada laju shearing yang tinggi yakni ia harus bebas mengalir selama pengocokan,
penuangan, dan penyebarannya ini.
2. Sifat Reologi Dalam Emulsi
Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear-stress
selama pembuatan atau penggunaanya. Pada kebanyakan proses ini sifat aliran
produk akan menjadi sangat penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada
kondisi penggunana dan pembuatannya. Jadi penyebaran produk dermatologik
dan produk kosmetik harus dikontrol agar didapat suatu preparat yang
memuaskan. Aliran emulsi parenteral melalu jarum hipodermik, pemindahan
suatu emulsi dari botol atau tube dan sifat dari satu emulsi dalam berbagai proses
penggilingan yang digunakan dalam pembuatan produk ini secara besar-besaran,
menunjukkan perlunya karakteristik aliran yang tepat. Kebanyakan emulsi,
kecuali emulsi encer menunjukkan aliran non Newton yang mempersulit
interpretasi data dan perbandingan kuantitatif antara sistem-sistem dan formulasi-
formulasi yang berbeda.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan fase terdispersi meliputi
perbandingan dengan fase terdispers meliputi perbandingan volume fase,
distribusi ukuran partikel dan viskositas dari fase dalam itu sendiri. Jadi, jika
konsentrasi volume dari fase terdispers rendah (kurang dari 0,05), sistem tersebut
adalah Newton. Dengan naiknya konsentrasi volume, sistem tersebut menjadi
lebih tahan terhadap aliran dan menujukkan karekteristik aliran pseudoplastis.
Pada konsentrasi yang cukup tinggi, terjadi aliran plastis. Jika konsentrasi volume
mendekati 0,74 mungkin terjadi inversi dengna berubahnya viskositas secara
nyata. Pengurangan ukuran partikel rata-rata akan menaikkan viskositas. Makin
luas distribusi ukuran partikel, makin rendah viskositasnya jika dibandingkan
dengan sistem yang memiliki ukuran partikel rata-rata serupa tetapi dengan
distribusi ukuran partikel yang lebih sempit.
3. Sifat Reologi Dalam Semisolid
Pembuat salep farmasetik dan krim kosmetik menyadari adanya keinginan
untuk mengontrol konsistensi bahan non-Newton. Instrumen yang paling baik
untuk menentukan sifat-sifat reologi dari semisolid di bidang Farmasi adalah
viskometer putar (rotational viscometer). Untuk analisis semisolid yang berbentuk
emusi dan suspensi digunakan cone-plate viscometer. Viscometer Stormer terdiri
dari cup yang stationer dan bob yang berputar, dan alat ini juga baik untuk
semisolid.
4. Sifat Aliran Pada Serbuk
Serbuk bulk agak analog dengan cairan non Newton menunjukkan aliran
plastik dan kadang-kadang dilatansi partikel-partikel dipengaruhi oleh gaya tarik
menarik sampai derajat yang bervariasi. Oleh karena itu, serbuk bisa jadi mengalir
bebas (free-flowing) atau melekat. Dalam pengertian khusus yaitu ukuran partikel
porositas dan kerapatan, dan kehalusan permukaan. Sifat-sifat dari zat padat yang
menentukan besarnya interaksi partikel-partikel. Akan halnya partikel-partikel
yang relati kecil (kurang dari 10μm), aliran partikel melalui lubang dibatasi
karena gaya lekat antara partikel besarnya sama dengan gaya gravitasi. Karena
gaya yang terakhir ini merupakan fungsi dari garis tengah yang di naikkan
pangkat tiga, gaya-gaya tersebut menjadi lebih bermakna apabila ukuran partikel
meningkan dan aliran dipermudah. Laju aliran maksimum dicapai setelah aliran
berkurang apabila ukuran partikel mendekati besarnya lubang tersebut. Jika suatu
serbuk mengandung sejumlah partikel-partikel kecil, sifat-sifat aliran serbuk bisa
diperbaiki dengan menghilangkan “fines” atau mengadsorbsinya pada partikel-
partikel yang lebih besar. Kadang kadang, aliran yang jelek bisa diakibatkan
karena adanya kelembapan dalam hal mana pengeringan partikel-partikel akan
mengurangi lekatnya partikel-partikel tersebut.
Partikel-partikel panjang atau plat cenderung untuk mengepak walaupun dengan
sangat longgar sehingga memberikan serbuk yang mempunyai porositas tinggi.
Partikel-partikel dengan kerapatan tinggi dan porositas dalam rendah cenderung
untuk mempunyai sifat-sifat bebas mengalir. Ini dapat dikurangi dengan kasarnya
permukaan, yang cenderung mengakibatkan karakteristik aliran yang jelek
disebabkan oleh gesekan dan kelekatannya.
Serbuk yang mengalir tidak baik atau granulat memberikan banyak
kesulitan pada industri farmasi. Produksi unit sediaan tablet yang seragam terbukti
bergantung pada beberapa sifat granulat. Jika ukuran granular berkurang, variasi
berat tablet pun berkurang. Variasi berat minimum dicapai pada granul yang
mempunyai garis tengah 400 sampai 800 μm. Jika ukuran granul dikurangi lagi,
granul mengalir kurang bebas dan variasi berat granul meningkat. Distribusi
ukuran partikel mempengaruhi aliran dalam dan pemisahan dari suatu granulat.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Reologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat
padat.
2. Reologi berperan dalam pemilihan alat yang akan digunakan dalam proses
produksi, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh
(bioavailability).
3. Tipe aliran pada reologi dibagi menjadi aliran newton dan non newton.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ansel., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.UI Press: Jakarta.
2. Atkins. 1997. Kimia Fisika. Erlangga. Jakarta.
3. Attwood. 2008. Physical Pharmacy. University of Manchester: UK
London.
4. Aulton. 2007.Pharmaceutics the Design and Manufacture of Medicine,
Churchill Livingstone: New York.
5. Kosman, R.. 2005. Farmasi Fisika. UMI. Makassar
6. Lachaman. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI press : Jakarta.
7. Martin, Alfred. Farmasi Fisik Edisi 3. Universitas Indonesia : Jakarta
8. Suyono. 1988. Kimia Fisika 1.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Jakarta.
9. Swarbrick. 2000. Pharmaceutical Emulsion and Suspensions. Marcel
Dekker Inc: New York.